Disusun Oleh :
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya Kami
dapat menyelesaikan tugas kelompok Mata Kuliah Perencanaan Infrastruktur Wilayah. Adapun
tugas ini berisikan mengenai profil wilayah studi, kerangka pendekatan dan landasan teori,
konsep penyediaan infrastruktur, rencana dan strategi penyediaan infrastruktur, dan
rekomendasi program.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan, baik
dari segi materi, tata bahasa maupun dari segi penulisannya. Oleh karena itu, Kami
mengharapkan kritik dan saran agar dalam penyusunan tugas berikutnya bisa lebih baik.
Akhir kata Kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan tugas ini.
Kami berharap agar hasil dari tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi siapa saja yang berkenan membacanya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Tim Penyusun
Halaman i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
Halaman ii
DAFTAR TABEL
Halaman iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman iv
BAB 1 PROFIL WILAYAH STUDI
Halaman 1-1
Kawasan Studi
Luas Kemiringan
Luas Kemiringan(Ha)
(Ha)
No
No Desa\Dusun
Desa
0-8%
0-8 % 15-25%
15-25% 25-40%
25-40%
11 Desa
Desa Cianting
Cianting Utara
Utara 45.24
45.24 00 54.79
54.79
22 Desa
Desa Cianting
Cianting 63.5
63.5 188.8
188.8 9.3
9.3
Jumlah
Jumlah 108.74
108.74 188.8
188.8 64.09
64.09
Halaman 1-2
Dilihat dari strukturnya kondisi batuan di Kawasan Cianting tersusun atas dua formasi geologi
yaitu Aluvial dan Plitosem. Formasi tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari
lumpur dan pasir halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di
sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran sungai besar.
Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara.
Sedangkan Formasi Plitosem merupakan susunan lapisan tanah yang terbentuk karena
pengendapan yang tersusun menurut umurnya. Artinya semakin ke bawah posisi lapisan
tersebut maka semakin tua umurnya. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran formasi geologi
dan luas dari masing-masing formasi dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut
LUAS GEOLOGI
Luas Geologi (Ha)(Ha)
NoNo Desa\Dusun
Desa
AluvialAluvial Plitosem
Plitosem
1 1DesaDesa
Cianting Utara Utara
Cianting 78,42
78,42 21,61
21,61
2 2DesaDesa
Cianting
Cianting 13,40
13,40 248,41
248,41
Jumlah
Jumlah 91,82
91,82 270.02
270.02
Kondisi jenis tanah pada Kawasan Cianting hanya memiliki satu jenis tanah saja yaitu Latosol.
Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Tanah latosol memiliki
warna merah hingga kuning, teksturnya lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran
tanah litosol ini berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi
pula serta pada ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Terbukti pada
ketinggian yang dimiliki Desa Cianting Utara yaitu 100-300 meter dari permukaan laut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Halaman 1-3
Variabel Jenis Tanah Kondisi
Kedalaman Efektif 130 - 150 cm
Kelas Besar Butir Liat
Permeabilitas Cepat-lambat
Drainase Agar Lambat
Erodibilitas Tanah Peka-sangat peka
PH 4,5 6,5
Kesuburan Sedang - tinggi
Halaman 1-4
KondisiHidrogeologi
Kondisi Hidrogeologi
No Desa\Dusun
Desa Akuifer Dengan
Akuifer Dengan Akuifer Dengan
Akuifer Dengan
Produktivitas
Produktivitas Rendah Produktivitas
ProduktivitasSedang
Sedang
Rendah
1 Desa Cianting Utara 46,80
46,80 53,23
2 Desa Cianting 97,76
97,76 164,05
Jumlah
Jumlah 144,56
144,56 217,28
Perselingan
Perselingan batupasir, Endapan
Endapan vulkanik
vulkanik muda
batupasir,
batulempung, napal, terdiri
muda dari tufa,
terdiri darilahar
tufa,
LapisanBatuan
Lapisan Batuan batulempung, napal,
tufa. Kelurusan rendah breksi dan lava
lahar breksi danandesit
lava
tufa. Kelurusan
sampai sedang sampai
andesit basal
sampai basal
rendah sampai
Sedangkan untuk kondisi hidrologi Dalam lingkup wilayah Kabupaten Purwakarta terdapat 3
(tiga) daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Cilamaya, Kali Pagadungan, dan Citarum. DAS
Cilamaya terletak di bagian timur kabupaten dengan luas 24.366 Ha. DAS Citarum terletak di
bagian barat kabupaten dengan luas 68.607 Ha dan DAS Kali Pagadungan terletak di bagian
utara kabupaten dengan luas 4.199 Ha. Sementara bagian daerah aliran sungai yang terdapat di
Kawasan Cianting merupakan bagian daerah aliran sungai Cilalawi dengan luas total 361,84
Ha.
Halaman 1-5
Rawan Gerakan Tanah
Kawasan Kawasan Kawasan
No Desa Gerakan Gerakan Gerakan
Tanah Tanah Tanah
Rendah Menengah Tinggi
1 Desa Cianting Utara 75,62 24,41 -
2 Desa Cianting 8,02 229,06 24,73
Jumlah 83,64 253,47 24,73
Halaman 1-6
Sementara untuk penggunaan lahan di Desa
Cianting didominasi oleh sawah irigasi dengan
total luasan sawah irigasi sebesar 105,9685 Ha. Di
Desa Cianting semua penggunaan lahan
persawahannya merupakan sawah irigasi karena
semua lahan persawahannya dilewati oleh sungai
Citarum. Selain penggunaan lahan sawah irigasi,
tedapat penggunaan lahan lainnya seperti lahan
terbangun (permukiman, perdagangan dan jasa, industri dan lain-lain), dan lahan tak terbangun
(hutan, tegalan, lahan kosong dan lain-lain). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut:
Halaman 1-7
1.1.2.5 Kondisi Kependudukan
Berdasarkan data tahun 2016, jumlah penduduk di Kawasan Cianting sebesar 9.536 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebesar 29 jiwa/ha. Sebaran penduduk terbanyak terdapat di Desa
Cianting sebanyak 6.341 jiwa dengan kepadatan 26 jiwa/ha sedangkan Desa Cianting Utara
memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.195 jiwa dengan kepadatan 31 jiwa/ha dan.
Tingkat pendidikan penduduk di Kawasan Cianting berupa SD, SLTP, SLTA, DIPLOMA, dan
Sarjana.. Menurut data yang telah diperoleh, tingkat pendidikan di Desa Cianting Utara
maupun Desa Cianting sudah dapat dibilang baik karena ada yang mencapai sarjana.
Sedangkan dilihat dari mata pencaharian penduduk, Kawasan Cianting didominasi oleh buruh
tani sebanyak 801 jiwa yang banyak tersebar di Desa Cianting sebanyak 736 jiwa.
Gambar 1-8 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2015
Sumber : Data Kependudukan Desa Cianting Utara dan Desa Cianting
Halaman 1-8
Buruh Industri 163
Industri Kecil 6
Pengrajin 21
Perangkat Desa 10
TNI/Polri 7
Pensiunan 29
Penjahit 6
Tukang Batu 21
Tukang Kayu/Bangunan 52
Pedagang 164
Peternak 52
Supir 55
Buruh 241
Pegawai BUMN 10
Pegawai Swasta 300
PNS 54
Wiraswata 169
Petani 801
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Halaman 1-9
panen 8-10 kwintal, yang berarti dalam satu tahun hasil panennya dapat mencapai 16-20
kwintal.
Dengan jumlah produksi pertanian tersebut, masyarakat di Kawasan Cianting didominasi
hasil pertaniannya untuk konsumsi sendiri, dan jika pada saat panen memiliki kelebihan
produksi maka hasil pertanian tersebut dijual di warung-warung yang ada di sekitar
kawasan tersebut.
B. Sektor Industri
Kegiatan industri yang ada di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting terdiri dari Home
Industry batako, dan Home Industry pengolahan kayu meubel. Untuk distribusi penjualan
Home Industry tersebut hanya menjualnya ke dalam desa dan keluar desa yang masih
terdapat di Kecamatan Sukatani saja. Dalam sehari industri batako ini dapat
mengahsilkan 300 buah batako.
C. Sektor Perdagangan
Kegiatan perekonomian lainnya yang ada di Desa Cianting
Utara dan Desa Cianting terdiri dari perdagangan dan jasa.
Kegiatan perdagangan di Desa ini terdiri dari perdagangan
warung skala kecil, warung skala besar (Toserba yang menjual
makanan, obat-obatan hingga pakaian) seperti Alfamart,
warung makan dan lain-lain. Sementara jasa terdiri dari jasa
bengkel dan counter pulsa.
Halaman 1-10
1.1.2.7 Pola Pergerakan Barang dan Orang
Pola pergerakan barang yang terdapat di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting dapat
dikatakan intensitasnya tidak begitu besar. Karena dari hasil pertaniannya kebanyakan di
konsumsi sendiri saja dan hanya penjual di dalam desa dan diluar desa yang masih disekitar
desa tersebut. Sedangkan untuk hasil industri, namun bahan baku industri batako yang ada di
kedua desa di ambil dari Desa Pasawahan, Desa Cibodas, dan telaga.
Pola pergerakan orang baik di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting memiliki sifat
pergerakan orang di dalam desa dan keluar desa. Hal ini disebabkan kondisi sarana yang
terdapat di kedua desa tersebut tidak lengkap seperti sarana kesehatan, pendidikan dan lain-
lain.
Halaman 1-11
Gambar 1-11 Pola Pergerakan Orang
B. Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi dibuat untuk memenuhi kebutuhan para petani untuk bertani.
Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan. Kondisi persawahan baik di Desa
Cianting Utara dan Desa Cianting sebagian besar persawahannya merupakan sawah
Halaman 1-12
irigasi. Hal ini dikarenakan kedua desa tersebut dialiri/dilewati Sungai Cilalawi yang
dapat dimanfaatkan.
D. Jaringan Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Atau drainase bisa merujuk pada parit di
permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Terdapat 2 sistem drainase yaitu
terbuka dan tertutup. Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan sistem
drainase yang ada di Desa Cianting Utara merupakan sistem drainase terbuka dan
tertutup. Sedangkan untuk Desa Cianting terdapat sistem drainase terbuka.
E. Jaringan Listrik
Di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting sudah 100% wilayahnya teraliri jaringan
listrik. Jaringan listrik yang terdapat di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting
merupakan aliran listri dari Kecamatan Jatiluhur dan Kecamatan Plered. Daya yang
digunakan oleh masyarakat Desa Cianting Utara dan Desa Cianting sebesar 900 Va dan
1300 Va.
F. Jaringan Telekomunikasi
Di era modern ini sudah jarang orang yang menggunakan kabel telefon, sama halnya di
Desa Cinting Utara dan Desa Cianting. Di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting
masyarakatnya sudah menggunakan jaringan seluler yaitu handphone.
Halaman 1-13
G. Jaringan Persampahan
Di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting sampai saat ini tidak memiliki Tempat
Pembuangan Akhir maupun Tempat Pembuangan Sementara. Masyarakat Desa Cianting
Utara dan Desa Cianting mengelola sampahnya yaitu dengan dibakar dihalaman
rumahnya. Alur sistem persampahan yang ada di kedua desa tersebut yaitu mulai dari
sumber sampah yang berasal dari masyarakat itu sendiri sampai pembakaran sampah di
tanah kosong halaman rumahnya.
A. Jaringan Jalan
Jaringan jalan yang ada di Desa Cianting Utara terdapat Jalan Arteri/Utama, Jaringan
Jalan Kolektor, Jaringan Jalan Lokal, dan Jaringan Jalan Setapak. Sedangkan untuk Desa
Cianting memiliki Jaringan Jalan Arteri/Utama, Jaringan Jalan Lokal dan Jaringan Jalan
Setapak.
.
Tabel 1-1 Jaringan Jalan Kawasan Studi
Panjang Lebar Pengke
No Nama Desa Kelas Jalan Ruas Jalan Kondisi
(Km) (M) rasan
Desa Jalan Desa Cianting-Desa 1,05 8 Aspal Baik
Cianting Arteri/Utama Cianting Utara
Utara
Jalan Kolektor Desa Cianting Utara- 0,64 5 Aspal Cukup
Desa Cibodas baik
Jalan Lokal RT 09-Jalan Utama 0,32 4 Aspal Cukup
1 baik
RT 08-Jalan Utama 0,37 4 Pasir Cukup
baik
RT 07-Jalan Utama 0,29 4 Aspal Cukup
baik
RT 01-02-Jalan 0,43 4 Aspal Cukup
Utama baik
Desa Jalan Desa Cianting-Desa 2,67 8 Aspal Baik
Cianting Arteri/Utama Cianting Utara
2
Jalan Lokal RW 04-Jalan Besar 0,41 3 Aspal Cukup
baik
Halaman 1-14
Panjang Lebar Pengke
No Nama Desa Kelas Jalan Ruas Jalan Kondisi
(Km) (M) rasan
RW 05-Jalan Besar 0,29 3 pasir kurang
kerikil baik
RW 08-Jalan Besar 0,43 3 pasir kurang
kerikil baik
Sumber : Laporan Studio, Tahun 2017
B. Moda Transportasi
Transportasi yang terdapat di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting antara lain yaitu
angkutan umum dan ojeg. Desa Cianting Utara dan Desa Cianting tidak memiliki trayek
angkutan umum khusus yang dimilikinya. Namun, Desa Cianting Utara dan Desa
Cianting dilewati jalan arteri/utama yang menghubungkan dari Padalarang hingga
Purwakarta sehingga desa ini dilewati angkutan umum yang dapat digunakan masyarakat
jika ingin ke kota. Angkutan umum yang melewati kedua desa tersebut yaitu berupa
Angkot dan Elf.
Halaman 1-15
1.1.2.10 Kondisi Keuangan
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa. Hak dan kewajiban yang dimaksud yaitu menimbulkan pendapatan, belanja,
pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.
B. Pos-Pos Pengeluaran
Dalam suatu keunagn desa selain pendapatan yang dihasilkan terdapat pula pos-pos
pengeluaran desa yang digunakan untuk memperbaiki dan membiayai pembangunan di dusun-
dusun yang terdapat baik di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting. Adapun asumsi Anggaran
Belanja Desa Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
1 Belanja
1.1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 157.101.752
Pembayaran Penghasilan Tetap Dan Tunjangan 63.600.000
Belanja Pegawai 63.600.000
Penghasilan Tetap Kepala Desa Dan Perangkat Desa 48.000.000
Tunjangan Kepala Desa Dan Perangkat Desa 3.900.000
Halaman 1-16
No Uraian Anggaran (Rp)
Halaman 1-17
No Uraian Anggaran (Rp)
1 Belanja
1.1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 695.465.134
Pembayaran Penghasilan Tetap Dan Tunjangan 299.800.000
Belanja Pegawai 299.800.000
Penghasilan Tetap Kepala Desa Dan Perangkat Desa 192.000.000
Penghasilan Tambahan Kepala Desa dan Perangkat Desa 15.000.000
Tunjangan Kepala Desa Dan Perangkat Desa 19.600.000
Tunjangan Bamusdes Dan Anggotanya 73.200.000
Kegiatan Operasional Pemerintah Desa 10.800.000
Belanja Pegawai 10.800.000
Tunjangan Pengelola Aset Dan Keuangan Desa 10.800.000
Kegiatan Operasional Bamusdes 5.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 5.000.000
Belanja Alat Tulis Kantor 330.000
Halaman 1-18
No Uraian Anggaran (Rp)
Halaman 1-19
No Uraian Anggaran (Rp)
Berdasarkan data pendapatan desa dan data pengeluaran desa tersebut, dapat diketahui bahwa
persentase biaya pengeluaran yang digunakan untuk pembangunan desa untuk Desa Cianting
Utara sebesar 52,92%, sementara untuk Desa Cianting sebesar 47,80%.
Pendapatan dan Pengeluaran Desa Cianting Utara Tahun 2016 Pos-pos Pengeluaran Desa Cianting Utara Tahun 2016
Bidang Bidang
Pemberdayaan Penyelenggaraan
Masyarakat Pemerintahan
5% Desa
Pendapatan 1,148,501,467 20%
Bidang
Pelaksanaan
Pengeluaran 808,151,467 Pembangunan
Desa
75%
Pendapatan dan Pengeluaran Desa Cianting Tahun 2016 Pos-pos Pengeluaran Desa Cianting Tahun 2016
Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
Pendapatan 1,440,537,495 4%
Bidang
Bidang
Pelaksanaan
Penyelenggaraan
Pembangunan
Pemerintahan
Desa
Pengeluaran 1,440,537,495 Desa
48%
48%
Pengeluaran Pendapatan
Halaman 1-20
1.2 Potensi Dan Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi oleh Kawasan Cianting adalah kondisi produktifitas pertanian
yang menjadi perekonomian pokok masyarakat di Kawasan Cianting, baik Desa Cianting Utara
maupun di Desa Cianting. Dimana produksi pertanian Dalam setahun biasanya panen 2 kali
dengan rentang waktu 4-6 bulan sekali baik di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting. Di Desa
Cianting Utara dalam sekali panen kurang lebih dapat mengahsilkan 5-8 kwintal saja, yang
berarti dalam satu tahun dapat menghasilkan 10-16 kwintal, itu sebabnya di desa Cianting
Utara hasil panennya di konsumsi sendiri. Sementara di Desa Cianting dapat menghasilkan
sekali panen 8-10 kwintal, yang berarti dalam satu tahun hasil panennya dapat mencapai 16-20
kwintal, di Desa Cianting juga kebanyakan masyarakatnya mengkonsumsi sendiri hasil
panennya, namun ada juga yang di jual ke warung-warung sekitar desa. Dari jumlah produksi
pertanian tersebut di peroleh dari luas lahan sawah yang terdapat di Desa Cianting Utara
sebesar 32,48 Ha dan Desa Cianting sebesar 105,969 Ha.
Hasil produksi pertanian di Desa Cianting tergolong sangat rendah, untuk itu perlu adanya
upaya peningkatan produksi pertanian dari luas lahan pertanian yang ada sekitar 138,45 Ha
yang terbagi atas 32,48 Ha di Ds. Cianting Utara dan 105,97 Ha di Ds. Cianting dengan cara
mengoptimalkan segi infrastruktur dalam mendukung produksi pertanian, yaitu dengan cara
pengoptimalan irigasi pertanian yang ada. Pemenuhan infrastruktur ini merupakan salah satu
upaya dalam peningkatan produksi pertanian selain dari masalah bibit, pupuk dan obat-obatan
yang digunakan untuk dapat meningkatkan produksi tersebut.
Produksi pertanian yang rendah di Desa Cianting disebabkan oleh system pengairan yang tidak
stabil/kurang baik dan terpengaruh musim menyebabkan sumber air tidak stabil. Selain itu
sumber pengairan pertanian di kawasan Cianting bersumber dari Sungai Cilalawi yang
membelah kawasan Cianting, ternyata masih belum bisa memenuhi kebutuhan air pertanian di
kawasan Cianting meskipun didukung oleh curah hujan berkisar 13,6 20,7 mm/hari hujan.
Halaman 1-21
BAB 2 KERANGKA PENDEKATAN DAN LANDASAN
TEORI
Permasalahan Pengembangan
Potensi Pengembangan
Kawasan Cianting terkait
Kawasan Cianting di
Penyediaan Infrastruktur Pendukung
Sektor Pertanian
Pertanian
Kebijakan Pengembangan
Kabupaten Purwakarta
terkait penyediaan
Analisis Penyediaan Infrastruktur Irigasi infrastruktur Irigasi
Rekomendasi Program
Halaman 2-1
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Infrastruktur
Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan
ekonomi. Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana infrastruktur
dalam sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak
terpisahkan satu sama lain.
Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang sistem sosial dan sistem ekonomi sekaligus
menjadi penghubung dengan sistem lingkungan. Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak
terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, infrastruktur
perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam mengambil kebijakan (Kodoatie, 2005).
Pembangunan infrastruktur dalam sebuah sistem menjadi penopang kegiatan-kegiatan yang ada
dalam suatu ruang. Infrastruktur merupakan wadah sekaligus katalisator dalam sebuah
pembangunan. Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan
ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Oleh karenanya penting bagaimana sistem rekayasa dan
manajemen infrastruktur dapat diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi suatu
kawasan wilayah.
Halaman 2-2
Sistem rekayasa dan manajemen infrastruktur berpengaruh terhadap sistem tata guna lahan yang
pada akhirnya membangun suatu kegiatan. Hubungan pembangunan infrastruktur terhadap sistem
tata guna lahan tersebut ditegaskan oleh Grigg dan Fontane (2000) seperti pada gambar 2.1 diatas.
Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur dalam memanfaatkan sumberdaya dalam rangka
pemanfaatan untuk transportasi, infrastruktur keairan, limbah, energi, serta bangunan dan struktur
membentuk dan mempengaruhi sistem ekonomi, sosial-budaya, kesehatan dan kesejahteraan.
Tiga belas jenis infrastruktur tersebut kemudian dikelompokkan dalam 7 kelompok besar
(Grigg dan Fontane, 2000) sebagai berikut:
1. Transportasi (jalan, jalan raya, jembatan),
2. Pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan),
3. Komunikasi,
Halaman 2-3
4. Keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air yaitu sungai, saluran terbuka,
pipa, dll),
5. Pengelolaan limbah (sistem pengelolaan limbah padat),
6. Bangunan, serta
7. Distribusi dan produksi energi.
Halaman 2-4
B. Pembangunan Infrastruktur Oleh Pemerintah Terhadap Perkembangan Ekonomi
Infrastruktur dalam berbagai pendekatannya dapat menjadi pendorong perkembangan wilayah
baik secara ekonomi maupun spasial, maupun membatasi perkembangan suatu wilayah. Secara
ekonomi, peran infrastruktur sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat
oleh Aschauer pada tahun 1989 dan Munnell pada tahun 1990 menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian investasi infrastruktur terhadap perkembangan ekonomi, adalah sebesar 60%
Dikun (2003).
Namun pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap perkembangan ekonomi juga
dipengaruhi oleh metode pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut. Pengaruh
pembangunan infrastruktur oleh pemerintah terhadap perkembangan ekonomi dianggap
sebagai salah satu fenomena penting dalam perekonomian. Kegiatan pembangunan
infrastruktur oleh pemerintah secara langsung maupun tidak langsung memungkinkan terjadi
peningkatan output melalui interaksi dengan sektor swasta. Lin (1994)
menjelaskan bahwa tingkat perkembangan yang tinggi dapat dicapai melalui pengeluaran
pemerintah pada tingkat yang tinggi pula. Sehingga perkembangan ekonomi menjadi berlipat
dibandingkan pengaruh yang diberikan dari pembangunan infrastruktur oleh masyarakat
(swadaya) atau sektor privat (swasta).
Namun Barro (1990) juga menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur oleh pemerintah
pengaruhnya tergantung jenis investasinya. Pembangunan yang berdampak terhadap
peningkatan nilai-nilai produksi dan investasi yang menumbuhkan multiplier effect
mempunyai pengaruh yang positif. Namun disisi lain, terdapat bentuk investasi yang justru
menghambat dari proses perkembangan ekonomi yang telah ada. Infrastruktur selain dianggap
sebagai katalis, juga berperan sebagai penghambat. Dalam beberapa kasus, faktor-faktor
penghambat dilakukan dalam rangka membatasi pertumbuhan suatu wilayah dengan
membangun infrastruktur sebagai batas yang imaginer seperti halnya jalan lingkar yang banyak
dibangun di berbagai kota.
Bentuk-bentuk pembangunan infrastruktur yang berpengaruh langsung terhadap proses
produksi misalnya adalah pembangunan jaringan irigasi pada kawasan perdesaan pertanian.
Keberadaan irigasi dapat meningkatkan produksi pertanian yang secara langsung memberikan
dampak terhadap perkembangan ekonomi kawasan. Dampak lainnya adalah naiknya nilai aset
akibat dari pembangunan infrastruktur. Infrastruktur dapat meningkatkan nilai ekonomi suatu
lahan yang diukur sebagai pertambahan nilai aset.
Selain itu, infrastruktur yang meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas juga
dinilai sebagai nilai tambah ekonomi. Peningkatan nilai akses menyebabkan masyarakat lebih
Halaman 2-5
mudah mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang dapat meningkatkan kualitas
hidup masyarakat tersebut. Dalam studi investasi sumber daya manusia, Schultz (1961)
menuturkan peningkatan sumber daya manusia menjadikan manusia memiliki lebih banyak
pilihan untuk terciptanya peningkatan kesejahteraan. Kesehatan dan pendidikan bukan
merupakan sekedar input fungsi produksi namun juga merupakan tujuan pembangunan yang
fundamental (Sjafii, 2009).
Pusat-pusat perdesaan (rural centres) direncanakan dengan hubungan hirarki permukiman dari
sistem perkotaan, menurut teori tempat memusat, atau centre place. Pusat-pusat wilayah
perdesaan dibentuk di tempat-tempat tertentu (kota, kecamatan atau beberapa pusat dalam satu
kecamatan atau satu pusat untuk dua kecamatan). Dengan pembentukan pusat-pusat antara
wilayah perdesaan dan wilayah perkotaan akan terdapat interaksi yang lebih baik. Karena
model pusat wilayah perdesaan itu berfungsi untuk memperbaiki ketidak seimbangan, maka
Halaman 2-6
perencana cenderung untuk menyebar pusat-pusat sebanyak mungkin. Dengan sistem central
place dalam wilayah perdesaan terdapat pemusatan dari usaha pengembangan.
Menurut keterangan Rodinelli dan Ruddl (1979) dalam Indratno (2006):
1. Penempatan kegiatan sosial-ekonomi yang terpusat dalam suatu pusat wilayah perdesaan
tertentu, keuntungannya lebih tinggi dan penjalaran pembangunan berlaku lebih baik.
2. Pusat wilayah perdesaan yang menghubungkan dengan perekonomian di wilayah
hinterland, seperti: pasar, kantor pesanan, dan sebagainya, menambah kesempatan kerja.
3. Pusat wilayah perdesaan yang mempunyai prasarana yang lengkap dapat menarik orang-
orang yang ingin maju dan wiraswasta yang berbobot, sehingga dapat terciptakan
lingkungan yang baik bagi investasi baru.
4. Keuntungan dari investasi yang dari waktu dahulu, dapat membentuk modal baru dan
memungkinkan pertumbuhan.
5. Investasi dalam prasarana dan utilitas dapat menarik kegiatan ekonomi baru.
6. Pemusatan prasarana sosial-ekonomi mendorong pembuatan jalan-jalan baru dan hal ini
menarik kegiatan sosial ekonomi baru.
7. Lokasi kegiatan ekonomi, fasilitas sosial dan bermacam-macam prasarana yang terdapat
dalam suatu pusat wilayah pedesaan mendorong terbentuknya pemasaran baru bagi bahan
mentah serta barang setengah jadi, dan memberikan keuntungan bagi para produsen.
Terkait dengan pemenuhan kebutuhan terhadap basic need bagi masyarakat perdesaan, baik
secara ekonomi maupun social, maka fungsi dan peranan rural center planning tersebut
meliputi:
1. Pemasaran/koleksi dari surplus produksi pertanian (sebagai kebalikan dari distribusi).
2. Penyediaan/distribusi input-input pertanian yang penting, seperti pupuk, perlengkapan
peralatan, kredit, fasilitas reparasi.
3. Penyediaan fasilitas pengolahan hasil pertanian baik untuk kebutuhan subsisten maupun
untuk tujuan pemasaran.
4. Penyediaan pelayanan sosial
Halaman 2-7
pembangunan dalam suatu masyarkat. Pembangunan yang dilaksanakandiharapkan dapat
menumbuhkan kesejahteraan perekonomian. Pembangunan di identikkan dengan pertumbuhan
ekonomi dalam arti pembentukan modal, serta mengivestasikan kembali secara seimbang dan
menyebar atau secara terarah, sehingga menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya,
pertumbuhan ekonomi, dapat dirasakan oleh semua sektor ekonomi melalui proses menetes
kebawah.
Halaman 2-8
BAB 3 KONSEP PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Peningkatan produksi pertanian melalui infrastruktur dalam kesempatan ini akan menangani
masalah produksi dari system pengairan pertanian di Desa Cianting baik Desa Cianting
maupun Desa Cianting Utara. Sumber pengairan dari Desa Cianting berasal dari Sungai
Cilalawi yang merupakan anak sungai dari Sungai Citarum. Sungai Citarum sendiri memiliki
debit air sekitar 175 M3/detik, sedangkan Sungai Cilalawi sendiri diperkitrakan hanya
memiliki debit air kurang dari 30 m3/detik. Dimana hal ini dapat terlihat dari besarnya debit
sungai disaat musim penghujan dan kering pada saat musim kemarau. Hal ini lah yang menjadi
penyebab, bahwa pengairan pertanian di Desa Cianting ternyata masih kurang mencukupi
untuk pertanian seluas 138,45 Ha.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bagi lahan pertanian khususnya padi pada saat
musim tanam diperkirakan saat penggenangan memerlukan air sekitar 1.157 Liter/detik, atau
100.000 Liter/hari selama 24 jam untuk setiap 1 hektar sawah. Maka dimungkinkan bahwa
Sungai Cilalawi masih belum bias memasok air bagi pertanian Desa Cianting itu sendiri. Untuk
itu perlu adanya upaya yang dilakukan dengan menaikkan debit air dari Sungai Cilalawi antara
lain :
1. Melakukan normalisasi sungai dan saluran serta membuat perkerasan badan sungai dan
saluran untuk mengurangi hilangnya air
2. Melakukan pembendungan dari jaringan sekunder untuk menaikkan debit air sehingga
dapat menjangkau daerah pertanian
3. Melakukan pembuatan jaringan tersier hingga ke petak-petak sawah
4. Melakukan pemompaan air secara berkelompok bagi daerah-daerah yang kurang terlayani
pengairan
Halaman 3-1
Gambar 3-1 Konsep Penanganan Pengairan Pertanian
Selain itu juga perlu dilakukan scenario pengairan agar lahan pertanian di Desa Cianting dan
Cianting Utara dapat teraliri oleh air yaitu dengan cara :
1. Irigasi bergilir (rotational irrigation) merupakan teknik irigasi dimana pemberian air
dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut
menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan.
2. Pengairan berselang (intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam
kondisi kering dan tergenang secara bergantian
Dengan dilakukan upaya dalam meningkatkan debit air irigasi dan peningkatan efisiensi
penyaluran air terutama pada saluaran sekunder, diharapkan lahan pertanian di Desa Cianting
dapat teraliri dengan baik dan diharapkan mampu meningkatkan produksi pertanian di masing-
masing desa hingga 6 ton/ha. Selain itu juga perlu upaya diversifikasi lahan pertanian untuk
dapat meningkatkan nilai ekonomi dari lahan pertanian sehingga diharapkan mampu
meningkatkan ekonomi para petani di kedua Desa Cianting tersebut dan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat di Kedua Desa tersebut.
Dengan meningkatnya produksi pertanian, Desa Cianting masih memiliki permasalahan yaitu
dengan terkait bagaimana distribusi hasil pertanian yang meningkat mampu dipasarkan keluar
dari Desa Cianting. Hal ini juga perlu dipikirkan yaitu terkait distribusi produk pertanian ke
daerah yang membutuhkan atau ke pasar. Untuk itu penanganan distribusi dapat dilakukan
Halaman 3-2
dengan konsep dari agropolitan atau dengan kata lain menggunakan konsep teori dari
Friedmann dan Douglass, (1975), dimana :
Halaman 3-3
Dengan kondisi jalan yang ada di Desa Cianting yang merupakan jalan local dan jalan kolektor
diharapkan mampu mendukung system pemasaran produksi pertanian ke pusat pengumpul di
Kecamatan Sukatani.
Pusat
Desa Kecamatan Kota Kecil MBR
Kawasan
Desa
Pemodalan / Tehnologi /
Sarana Pertanian / Investasi
Desa Cianting dan Kecamatan Sukatani selain dilalui oleh jalan kolektor yang ada juga dilalui
oleh Jalan Tol Purbaleyi, hal ini juga memiliki nilai positif dalam hal distribusi pemasaran
produk-produk pertanian, demana memiliki kemudahan akses ke pusat kota dan Kota-Kota
kecil lainnya baik di Kabupaten Purwakarta maupun Kota Bandung Sebagai Ibukota Provinsi
Jawa Barat dan bahkan ke kota-kota lainnya.
Halaman 3-4
Kecamatan
Sukatani
Desa Cianting
Utara
Halaman 3-5
BAB 4 RENCANA DAN STRATEGI PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR
Halaman 4-1
Saluran pembawa / irigasi (Mengalirkan air dari sumber air sampai ke lahan sawah)
Saluran pembuang (Mengalirkan kelebihan air dari sawah ke selokan pembuang atau
sungai yang selanjutnya dan berakhir di waduk atau laut)
4. Rencana Perkerasan Dinding Saluran Irigasi, Primer, Sekunder dan Tersier
Melakukan perencanaan perkerasan saluran irigasi berdasarkan type saluran
Melakukan Penyadapan air ke saluran tersier
5. Rencana Penyediaan Pompa air, diperuntukkan bagi daerah-daerah yang belum
terjangkau pengairan.
4. Pengelolaan sungai, waduk, dan situ meliputi:
a. pengelolaan sumber daya air dalam wilayah kabupaten sebagai bagian dari Wilayah
Sungai (WS) Citarum sebagai WS lintas provinsi.
b. pengelolaan sungai-sungai lintas kabupaten diantaranya Sungai Citarum;
c. pengelolaan sungai-sungai dalam wilayah kabupaten diantaranya Sungai Cilalawi;
d. pemeliharaan waduk diantaranya Waduk Jatiluhur;
5. Pengelolaan Sistem jaringan irigasi berupa pengelolaan Daerah Irigasi (D.I)
6. Pengendalian daya rusak air meliputi:
e. normalisasi sungai;
f. pengerukan sungai;
g. optimalisasi Waduk Jatiluhur;
h. optimalisasi sumur resapan;
Halaman 4-2
1. Pengembangan dan peningkatan Jalan Usaha Tani, sehingga dapat meningkatan akses jalan
antara lahan pertanian dan pusat perdagangan, untuk dapat memfasilitasi petani dalam
melakukan penjualan dan mengurangi ketergantungan pada perantara yang menaikkan
harga jual
2. Pengembangan dan peningkatan jalan local maupun jalan kolektor untuk mempermudah
kelancaran pemasaran produksi pertanian.
Pemasaran produksi dari Desa Cianting dan Cianting Utara tidak dapat berjalan apabila tidak
ada pusat pengumpul. Untuk itu perlu direncanakan pusat pengumpul bagi pemasarana
produksi pertanian dari Desa Cianting dan Cianting utara yaitu di Kecamatan Sukatani. Dengan
ditentukan Kecamatan Sukatani sebagai Pusat Pengumpul hasil pertanian, maka perlu
dikembangkan terminal pertanian, dimana memiliki fungsi sebagai pengumpul dan pemasaran
hasil-hasil produksi dari daerah-daerah penghasil pertanian.
Kecamatan Sukatani yang diharapkan sebagai pusat pengumpul hasil pertanian dengan
memiliki terminal pertanian diharapkan mampu menampung dan mendistribusikan atau
memasarkan produksi hasil pertanian ke daerah lain diluar dari Kecamatan Sukatani dan
sekitarnya. Hal ini akan membantu peningkatan perekonomian maka masyarakat petani di
dekitar Kecamatan Sukatani.
Terminal
Pertanian
Desa Produksi
Pertanian
Kota Kota Kecil Lainnya Di Luar Desa Produksi Bandung Dan Kota
Kecamatan Sukatani Pertanian Kecil Lainnya
Halaman 4-3
Gambar 4-1 Rencana Pengembangan Distribusi Produksi Pertanian
Halaman 4-4
BAB 5 REKOMENDASI PROGRAM
5.1 Rekomendasi
Desa Cianting dan Cianting Utara merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Sukatani Kabupaten Pusrwakarta yang sebagian besar perekonomian mengandalkan dari
pertanian, Hasil produksi pertanian di Desa Cianting dan Cianting Utara tergolong sangat
rendah, dimana dengan luas lahan yang cukup besar yaitu sekitar 138,45 Ha yang terbagi atas
32,48 Ha di Ds. Cianting Utara dan 105,97 Ha di Ds. Cianting hanya dapat memproduksi padi
sekitar 389,76 kwintal/tahun atau sekitar 12 kwintal/ha/tahun. Hal ini perlu dilakukan upaya
penanganan peningkatan produksi pertanian yaitu dengan dengan cara mengoptimalkan segi
infrastruktur dalam mendukung produksi pertanian. Pemenuhan infrastruktur ini merupakan
salah satu upaya dalam peningkatan produksi pertanian selain dari masalah bibit, pupuk dan
obat-obatan yang digunakan untuk dapat meningkatkan produksi tersebut.
Dengan penyediaan dan peningkatan infrastruktur irigasi tersebut diharapkan mampu
meningkatan produksi pertanian masyarakat Desa Cianting dan Desa Cianting Utara dari 16
Kwintal/Tahun menjadi 12 Ton/Tahun. Selain itu masyarakat dapat melakukan penyelingan
tanaman dari padi hortikultura padi dalam masa musim tanam
Selain itu dengan meningkatnya produksi pertanian tersebut, maka perlu dilakukan upaya
dalam pendistribusian pemasaran produksi hasil pertanian, sehingga dari produksi yang besar
tersebut mampu dipasarkan ke luar Desa Cianting dan Cianting Utara, sehingga produksi
pertanian masyarakat tersebut memiliki nilai jual dan daya saing dengan daerah-daerah lain.
Dengan pemasaran tersebut diharapkan masyarakat mampu mingkatkan perekonomian,
dimana selama ini hanya dapat menikmati hasil pertanian untuk keperluan sehari-hari sekarang
mampu untuk dapat dipasarkan keluar daerah.
Kecamatan Sukatani yang diharapkan sebagai pusat pengumpul hasil pertanian dengan
memiliki terminal pertanian diharapkan mampu menampung dan mendistribusikan atau
memasarkan produksi hasil pertanian ke daerah lain diluar dari Kecamatan Sukatani dan
sekitarnya. Hal ini akan membantu peningkatan perekonomian maka masyarakat petani di
sekitar Kecamatan Sukatani.
Halaman 5-1
5.2 Program
Adapun program jangka menengah dalam Rencana dan Strategi Penyediaan Infrastruktur
pendukung sektor pertanian diantaranya:
Halaman 5-2
Rencana Sumber
No Program Lokasi Instansi
2018 2019 2020 2021 2022 Pendanaan
pengelolaan sumber daya air Kawasan APDB BBWS,
dalam wilayah kabupaten Cianting Provinsi Dinas PSDA
sebagai bagian dari Wilayah Provinsi
Sungai (WS) Citarum sebagai Jawa Barat
WS lintas provinsi.
pengelolaan sungai-sungai Kawasan APDB BBWS,
lintas kabupaten diantaranya Cianting Provinsi Dinas PSDA
Sungai Citarum; Provinsi
Jawa Barat
pengelolaan sungai-sungai Kawasan APBD Dinas PSDA
dalam wilayah kabupaten Cianting Kabupaten
diantaranya Sungai Cilalawi; Purwakarta
pemeliharaan waduk Kabupaten APBN Kementerian
diantaranya Waduk Jatiluhur; Purwakarta PUPR
7 Pengelolaan Sistem jaringan Kawasan APBD Dinas
irigasi berupa pengelolaan Cianting Kabupaten Pengairan
Daerah Irigasi (D.I) Purwakarta
8 Pengendalian daya rusak air Kawasan
meliputi: Cianting
normalisasi sungai; Kawasan APBD Dinas
Cianting Kabupaten Pengairan
Purwakarta
pengerukan sungai; Kawasan APBD Dinas
Cianting Kabupaten Pengairan
Purwakarta
optimalisasi Waduk Jatiluhur; Kabupaten APBN Kementerian
Purwakarta PUPR
optimalisasi sumur resapan; Kabupaten APBD Dinas
Purwakarta Kabupaten Pengairan
Purwakarta
9 Pengembangan dan Kabupaten APBD Dinas
peningkatan Jalan Usaha Tani, Purwakarta Kabupaten Pertanian,
sehingga dapat meningkatan Purwakarta, Desa
akses jalan antara lahan APBDesa Cianting dan
pertanian dan pusat Cianting
perdagangan, untuk dapat Utara
memfasilitasi petani dalam
melakukan penjualan dan
mengurangi ketergantungan
pada perantara yang menaikkan
harga jual
10 Pengembangan dan Kawasan APBD Dinas Bina
peningkatan jalan local maupun Cianting Kabupaten Marga, Desa
jalan kolektor untuk Purwakarta, Cianting dan
mempermudah kelancaran APBDesa Cianting
pemasaran produksi pertanian. Utara
3.
Halaman 5-3
DAFTAR PUSTAKA
Halaman 1