Anda di halaman 1dari 47

RENCANA DAN STRATEGI PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

IRIGASI DI KAWASAN CIANTING

Disusun Oleh :

Dhahnel Malik Firdaus

PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


PROGRAM PASCASARJANA
UNVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu`alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya Kami
dapat menyelesaikan tugas kelompok Mata Kuliah Perencanaan Infrastruktur Wilayah. Adapun
tugas ini berisikan mengenai profil wilayah studi, kerangka pendekatan dan landasan teori,
konsep penyediaan infrastruktur, rencana dan strategi penyediaan infrastruktur, dan
rekomendasi program.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan, baik
dari segi materi, tata bahasa maupun dari segi penulisannya. Oleh karena itu, Kami
mengharapkan kritik dan saran agar dalam penyusunan tugas berikutnya bisa lebih baik.
Akhir kata Kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan tugas ini.
Kami berharap agar hasil dari tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi siapa saja yang berkenan membacanya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandung, Juni 2017

Tim Penyusun

Halaman i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv

BAB 1 PROFIL WILAYAH STUDI .............................................................................. 1-1


1.1 Kondisi Wilayah ........................................................................................ 1-1
1.1.1 Kebijakan Pengembangan Wilayah Terkait Kawasan Cianting .... 1-1
1.1.2 Kondisi Wilayah Perencanaan ....................................................... 1-1
1.1.2.1 Letak Geografis ............................................................... 1-1
1.1.2.2 Kondisi Fisik ................................................................... 1-2
1.1.2.3 Kondisi Rawan Bencana .................................................. 1-5
1.1.2.4 Kondisi Penggunaan Lahan ............................................. 1-6
1.1.2.5 Kondisi Kependudukan ................................................... 1-8
1.1.2.6 Kondisi Perekonomian .................................................... 1-9
1.1.2.7 Pola Pergerakan Barang dan Orang ............................... 1-11
1.1.2.8 Kondisi Infrastruktur ..................................................... 1-12
1.1.2.9 Kondisi Transportasi ..................................................... 1-14
1.1.2.10 Kondisi Keuangan ......................................................... 1-16
1.2 Potensi Dan Permasalahan....................................................................... 1-21

BAB 2 KERANGKA PENDEKATAN DAN LANDASAN TEORI ............................ 2-1


2.1 Kerangka Pendekatan ................................................................................ 2-1
2.2 Landasan Teori .......................................................................................... 2-2
2.2.1 Pengertian Infrastruktur ................................................................. 2-2
2.2.2 Jenis-Jenis Infrastruktur ................................................................. 2-3
2.2.3 Pembangunan Infrastruktur dan Perkembangan Ekonomi ............ 2-4
2.2.4 Konsep Pendekatan Pembangunan Desa ....................................... 2-6
2.2.5 Teori Trickle Down Effect............................................................. 2-7

BAB 3 KONSEP PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ............................................... 3-1

BAB 4 RENCANA DAN STRATEGI PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ............. 4-1

BAB 5 REKOMENDASI PROGRAM ........................................................................... 5-1


5.1 Rekomendasi ............................................................................................. 5-1
5.2 Program ..................................................................................................... 5-2

DAFTAR PUSTAKA

Halaman ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 Jaringan Jalan Kawasan Studi ...................................................................... 1-14


Tabel 1-2 Sumber-Sumber Pendapatan Kawasan Studi Tahun 2016 ........................... 1-16
Tabel 1-3 Pos-Pos Pengeluaran Desa Cianting Utara Tahun 2016 .............................. 1-16
Tabel 1-4 Pos-Pos Pengeluaran Desa Cianting Tahun 2016 ........................................ 1-18
Tabel 5-1 Indikasi Program ............................................................................................ 5-2

Halaman iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Peta Orientasi Kawasan Cianting ................................................................... 1-2


Gambar 1-2 Peta Kemiringan Kawasan Cianting .............................................................. 1-2
Gambar 1-3 Peta Geologi Kawasan Cianting ..................................................................... 1-3
Gambar 1-4 Peta Jenis Tanah di Kawasan Cianting .......................................................... 1-4
Gambar 1-5 Peta Hidrogeologi di Kawasan Cianting ........................................................ 1-5
Gambar 1-6 Peta Rawan Bencana di Kawasan Cianting.................................................... 1-6
Gambar 1-7 Peta Penggunaan Lahan di Kawasan Cianting ............................................... 1-7
Gambar 1-8 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2015 ...... 1-8
Gambar 1-9 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................. 1-9
Gambar 1-10 Pola Pergerakan Barang ............................................................................... 1-11
Gambar 1-11 Pola Pergerakan Orang ................................................................................. 1-12
Gambar 1-12 Jaringan Jalan di Kawasan Cianting............................................................. 1-15
Gambar 2-1 Kerangka Pendekatan ..................................................................................... 2-1
Gambar 2-2 Infrastruktur Sebagai Penopang/Pendukung Sistem Ekonomi,
Sosial-Budaya, Kesehatan, dan Kesejahteraan (Grigg dan Fontane, 2000) ... 2-2
Gambar 3-1 Konsep Penanganan Pengairan Pertanian ...................................................... 3-2
Gambar 3-2 Konsep Agropolitan (Friedman & Douglash) ................................................ 3-3
Gambar 3-3 Konsep Distribusi Pemasaran Produksi Pertanian Di Desa Cianting ............ 3-4
Gambar 3-4 Konsep Distribusi Hasil Pertanian Dari Desa Cianting ................................. 3-5
Gambar 4-1 Rencana Pengembangan Distribusi Produksi Pertanian ................................ 4-4

Halaman iv
BAB 1 PROFIL WILAYAH STUDI

1.1 Kondisi Wilayah


1.1.1 Kebijakan Pengembangan Wilayah Terkait Kawasan Cianting
Beberapa perencanaan terkait dengan infrastruktur sumber daya air berdasarkan Perda No. 11
Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Purwakarta diantaranya:
1. Pengelolaan sungai, waduk, dan situ meliputi:
a. pengelolaan sumber daya air dalam wilayah kabupaten sebagai bagian dari Wilayah
Sungai (WS) Citarum sebagai WS lintas provinsi.
b. pengelolaan sungai-sungai lintas kabupaten diantaranya Sungai Citarum;
c. pengelolaan sungai-sungai dalam wilayah kabupaten diantaranya Sungai Cilalawi;
d. pemeliharaan waduk diantaranya Waduk Jatiluhur;
2. Sistem jaringan irigasi berupa pengelolaan Daerah Irigasi (D.I)
3. Pengendalian daya rusak air meliputi:
a. normalisasi sungai;
b. pengerukan sungai;
c. optimalisasi Waduk Jatiluhur;
d. optimalisasi sumur resapan;

1.1.2 Kondisi Wilayah Perencanaan


1.1.2.1 Letak Geografis
Kawasan Cianting meliputi 2 desa yaitu Desa Cianting dan Desa Cianting Utara yang berada
di Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Kawasan Cianting memiliki luas 361,84 Ha
dengan luas masing-masing yaitu Desa Cianting dengan luas 261,81 Ha dan Desa Cianting
Utara dengan luas 100,03 Ha. Adapun secara administrasi kawasan ini berbatasan dengan:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cilalawi
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darangdan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibodas dan Pasirmunjul
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Plered
Adapun batasan adminitrasi Kawasan Cianting dapat dilihat pada gambar berikut:

Halaman 1-1
Kawasan Studi

Gambar 1-1 Peta Orientasi Kawasan Cianting

1.1.2.2 Kondisi Fisik


Kondisi kemiringan di Kawasan Cianting bervariasi dari 0-8 % hingga 25-40 %. Dimana di
Kawasan Cianting didominasi oleh kemiringan 15-25 % yaitu sebesar 188,80 Ha atau 52,21 %
yang didominasi di Desa Cianting. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ada gambar berikut:

Luas Kemiringan
Luas Kemiringan(Ha)
(Ha)
No
No Desa\Dusun
Desa
0-8%
0-8 % 15-25%
15-25% 25-40%
25-40%
11 Desa
Desa Cianting
Cianting Utara
Utara 45.24
45.24 00 54.79
54.79
22 Desa
Desa Cianting
Cianting 63.5
63.5 188.8
188.8 9.3
9.3
Jumlah
Jumlah 108.74
108.74 188.8
188.8 64.09
64.09

Gambar 1-2 Peta Kemiringan Kawasan Cianting

Halaman 1-2
Dilihat dari strukturnya kondisi batuan di Kawasan Cianting tersusun atas dua formasi geologi
yaitu Aluvial dan Plitosem. Formasi tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari
lumpur dan pasir halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di
sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran sungai besar.
Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara.
Sedangkan Formasi Plitosem merupakan susunan lapisan tanah yang terbentuk karena
pengendapan yang tersusun menurut umurnya. Artinya semakin ke bawah posisi lapisan
tersebut maka semakin tua umurnya. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran formasi geologi
dan luas dari masing-masing formasi dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut

LUAS GEOLOGI
Luas Geologi (Ha)(Ha)
NoNo Desa\Dusun
Desa
AluvialAluvial Plitosem
Plitosem
1 1DesaDesa
Cianting Utara Utara
Cianting 78,42
78,42 21,61
21,61
2 2DesaDesa
Cianting
Cianting 13,40
13,40 248,41
248,41
Jumlah
Jumlah 91,82
91,82 270.02
270.02

Gambar 1-3 Peta Geologi Kawasan Cianting

Kondisi jenis tanah pada Kawasan Cianting hanya memiliki satu jenis tanah saja yaitu Latosol.
Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Tanah latosol memiliki
warna merah hingga kuning, teksturnya lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran
tanah litosol ini berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi
pula serta pada ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Terbukti pada
ketinggian yang dimiliki Desa Cianting Utara yaitu 100-300 meter dari permukaan laut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Halaman 1-3
Variabel Jenis Tanah Kondisi
Kedalaman Efektif 130 - 150 cm
Kelas Besar Butir Liat
Permeabilitas Cepat-lambat
Drainase Agar Lambat
Erodibilitas Tanah Peka-sangat peka
PH 4,5 6,5
Kesuburan Sedang - tinggi

Gambar 1-4 Peta Jenis Tanah di Kawasan Cianting

Kondisi Hidrogeologi di Kawasan Cianting termasuk ke dalam kawasan dengan akuifer


produktivitas rendah dan daerah tangkapan air tanah langka (aquifers (fissured or product) of
poor productivity and regions without exploitables groundwater) dengan luas 144,56 Ha dan
akuifer dengan produktifitas sedang yang termasuk ke dalam Akifer dengan aliran melalui
ruang rekahan dan saluran yang berarti debit sumur dan mata air beragam dengan kisaran
sangat besar seluas 217,28 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Halaman 1-4
KondisiHidrogeologi
Kondisi Hidrogeologi
No Desa\Dusun
Desa Akuifer Dengan
Akuifer Dengan Akuifer Dengan
Akuifer Dengan
Produktivitas
Produktivitas Rendah Produktivitas
ProduktivitasSedang
Sedang
Rendah
1 Desa Cianting Utara 46,80
46,80 53,23
2 Desa Cianting 97,76
97,76 164,05
Jumlah
Jumlah 144,56
144,56 217,28
Perselingan
Perselingan batupasir, Endapan
Endapan vulkanik
vulkanik muda
batupasir,
batulempung, napal, terdiri
muda dari tufa,
terdiri darilahar
tufa,
LapisanBatuan
Lapisan Batuan batulempung, napal,
tufa. Kelurusan rendah breksi dan lava
lahar breksi danandesit
lava
tufa. Kelurusan
sampai sedang sampai
andesit basal
sampai basal
rendah sampai

Gambar 1-5 Peta Hidrogeologi di Kawasan Cianting

Sedangkan untuk kondisi hidrologi Dalam lingkup wilayah Kabupaten Purwakarta terdapat 3
(tiga) daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Cilamaya, Kali Pagadungan, dan Citarum. DAS
Cilamaya terletak di bagian timur kabupaten dengan luas 24.366 Ha. DAS Citarum terletak di
bagian barat kabupaten dengan luas 68.607 Ha dan DAS Kali Pagadungan terletak di bagian
utara kabupaten dengan luas 4.199 Ha. Sementara bagian daerah aliran sungai yang terdapat di
Kawasan Cianting merupakan bagian daerah aliran sungai Cilalawi dengan luas total 361,84
Ha.

1.1.2.3 Kondisi Rawan Bencana


Jenis rawan bencana yang ada di Kawasan Cianting berupa gerakan tanah yang terbagi menjadi
gerakan tanah rendah hingga gerakan tanah tinggi. Adapun di Kawasan Cianting didominasi
oleh gerakan tanah menengah yang tersebar di seluruh desa dengan luas kawasan rawan
bencana adalah 253,47 Ha, sedangkan kawasan gerakan tanah tinggi hanya terdapat di Desa
Cianting dengan luas 24,73 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Halaman 1-5
Rawan Gerakan Tanah
Kawasan Kawasan Kawasan
No Desa Gerakan Gerakan Gerakan
Tanah Tanah Tanah
Rendah Menengah Tinggi
1 Desa Cianting Utara 75,62 24,41 -
2 Desa Cianting 8,02 229,06 24,73
Jumlah 83,64 253,47 24,73

Gambar 1-6 Peta Rawan Bencana di Kawasan Cianting

1.1.2.4 Kondisi Penggunaan Lahan


Kondisi penggunaan lahan di Desa Cianting Utara
didominasi oleh lahan tak terbangun dengan total
luasan lahan tak terbangun sebesar 44,1011 Ha.
Lahan tak terbangun yang terdapat di Desa
Cianting Utara yaitu seperti hutan, tegalan, lahan
kosong, dan lain-lain. Selain daripada lahan tak
terbangun, penggunaan lahan di Desa Cianting
Utara berupa lahan terbangun (permukiman,
perdagangan dan jasa, industri, dan lain-lain), sawah tadah hujan, dan sawah irigasi.

Halaman 1-6
Sementara untuk penggunaan lahan di Desa
Cianting didominasi oleh sawah irigasi dengan
total luasan sawah irigasi sebesar 105,9685 Ha. Di
Desa Cianting semua penggunaan lahan
persawahannya merupakan sawah irigasi karena
semua lahan persawahannya dilewati oleh sungai
Citarum. Selain penggunaan lahan sawah irigasi,
tedapat penggunaan lahan lainnya seperti lahan
terbangun (permukiman, perdagangan dan jasa, industri dan lain-lain), dan lahan tak terbangun
(hutan, tegalan, lahan kosong dan lain-lain). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut:

Luas Penggunaan Lahan

No Desa Sawah Jumlah


Lahan Lahan Tak Sawah
% % Tadah % %
Terbangun Terbangun Irigasi
Hujan
1 Desa Cianting Utara 23,42 23,41 44,11 44,1 4,7 4,7 27,8 27,79 100,03
2 Desa Cianting 52,3 19,97 103,4 39,53 0 0 106,1 40,5 261,81
Jumlah 75,72 20,93 147,51 40,77 4,7 1,30 133,9 37,01 361,84

Gambar 1-7 Peta Penggunaan Lahan di Kawasan Cianting

Halaman 1-7
1.1.2.5 Kondisi Kependudukan
Berdasarkan data tahun 2016, jumlah penduduk di Kawasan Cianting sebesar 9.536 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebesar 29 jiwa/ha. Sebaran penduduk terbanyak terdapat di Desa
Cianting sebanyak 6.341 jiwa dengan kepadatan 26 jiwa/ha sedangkan Desa Cianting Utara
memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.195 jiwa dengan kepadatan 31 jiwa/ha dan.
Tingkat pendidikan penduduk di Kawasan Cianting berupa SD, SLTP, SLTA, DIPLOMA, dan
Sarjana.. Menurut data yang telah diperoleh, tingkat pendidikan di Desa Cianting Utara
maupun Desa Cianting sudah dapat dibilang baik karena ada yang mencapai sarjana.
Sedangkan dilihat dari mata pencaharian penduduk, Kawasan Cianting didominasi oleh buruh
tani sebanyak 801 jiwa yang banyak tersebar di Desa Cianting sebanyak 736 jiwa.

Gambar 1-8 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2015
Sumber : Data Kependudukan Desa Cianting Utara dan Desa Cianting

Halaman 1-8
Buruh Industri 163
Industri Kecil 6
Pengrajin 21
Perangkat Desa 10
TNI/Polri 7
Pensiunan 29
Penjahit 6
Tukang Batu 21
Tukang Kayu/Bangunan 52
Pedagang 164
Peternak 52
Supir 55
Buruh 241
Pegawai BUMN 10
Pegawai Swasta 300
PNS 54
Wiraswata 169
Petani 801
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Gambar 1-9 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


Sumber : Data Kependudukan Desa Cianting Utara dan Desa Cianting

1.1.2.6 Kondisi Perekonomian


Kondisi perekonomian Kawasan Cianting terdiri dari sektor pertanian, industri rumah tangga,
dan perdagangan.
A. Sektor Pertanian
Kegiatan Pertanian yang terdapat
di Kawasan Cianting di dominasi
oleh komoditi padi sawah irigasi.
Berdasarkan hasil observasi luas
lahan sawah yang terdapat di Desa
Cianting Utara sebesar 32,48 Ha
dan Desa Cianting sebesar 105,969
Ha.
Dalam setahun biasanya panen 2
kali dengan rentang waktu 4-6
bulan sekali baik di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting. Di Desa Cianting Utara
dalam sekali panen kurang lebih dapat mengahsilkan 5-8 kwintal saja, yang berarti dalam
satu tahun dapat menghasilkan 10-16 kwintal, itu sebabnya di desa Cianting Utara hasil
panennya di konsumsi sendiri. Sementara di Desa Cianting dapat menghasilkan sekali

Halaman 1-9
panen 8-10 kwintal, yang berarti dalam satu tahun hasil panennya dapat mencapai 16-20
kwintal.
Dengan jumlah produksi pertanian tersebut, masyarakat di Kawasan Cianting didominasi
hasil pertaniannya untuk konsumsi sendiri, dan jika pada saat panen memiliki kelebihan
produksi maka hasil pertanian tersebut dijual di warung-warung yang ada di sekitar
kawasan tersebut.

B. Sektor Industri
Kegiatan industri yang ada di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting terdiri dari Home
Industry batako, dan Home Industry pengolahan kayu meubel. Untuk distribusi penjualan
Home Industry tersebut hanya menjualnya ke dalam desa dan keluar desa yang masih
terdapat di Kecamatan Sukatani saja. Dalam sehari industri batako ini dapat
mengahsilkan 300 buah batako.

C. Sektor Perdagangan
Kegiatan perekonomian lainnya yang ada di Desa Cianting
Utara dan Desa Cianting terdiri dari perdagangan dan jasa.
Kegiatan perdagangan di Desa ini terdiri dari perdagangan
warung skala kecil, warung skala besar (Toserba yang menjual
makanan, obat-obatan hingga pakaian) seperti Alfamart,
warung makan dan lain-lain. Sementara jasa terdiri dari jasa
bengkel dan counter pulsa.

Halaman 1-10
1.1.2.7 Pola Pergerakan Barang dan Orang
Pola pergerakan barang yang terdapat di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting dapat
dikatakan intensitasnya tidak begitu besar. Karena dari hasil pertaniannya kebanyakan di
konsumsi sendiri saja dan hanya penjual di dalam desa dan diluar desa yang masih disekitar
desa tersebut. Sedangkan untuk hasil industri, namun bahan baku industri batako yang ada di
kedua desa di ambil dari Desa Pasawahan, Desa Cibodas, dan telaga.

Gambar 1-10 Pola Pergerakan Barang

Pola pergerakan orang baik di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting memiliki sifat
pergerakan orang di dalam desa dan keluar desa. Hal ini disebabkan kondisi sarana yang
terdapat di kedua desa tersebut tidak lengkap seperti sarana kesehatan, pendidikan dan lain-
lain.

Halaman 1-11
Gambar 1-11 Pola Pergerakan Orang

1.1.2.8 Kondisi Infrastruktur


A. Jaringan Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap individu. Air dibutuhkan mulai
dari untuk kelangsungan hidup, menyuci, memasak dan lain-lain. Berdasarkan hasil
survey primer yang telah dilakukan, Sistem air bersih yang digunakan penduduk Desa
Cianting Utara dan Desa Cianting yaitu menggunakan sumur galian yang hampir disetiap
rumah memilikinya.

B. Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi dibuat untuk memenuhi kebutuhan para petani untuk bertani.
Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan. Kondisi persawahan baik di Desa
Cianting Utara dan Desa Cianting sebagian besar persawahannya merupakan sawah

Halaman 1-12
irigasi. Hal ini dikarenakan kedua desa tersebut dialiri/dilewati Sungai Cilalawi yang
dapat dimanfaatkan.

C. Jaringan Air Limbah


Jenis limbah yang terdapat di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting dibedakan
menjadi 2 (dua) macam yaitu limbah domestik dan limbah non domestik. Limbah
domestik merupakan limbah hasil buangan rumah tangga dari kegiatan mandi, cuci, dan
kakus. Sedangkan limbah non domestik adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
non rumah tangga, seperti limbah penggilingan padi, limbah Industri dan sebagainya.
Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, baik Desa Cianting Utara maupun
Desa Cianting pembuangan air limbahnya menggunakan septictank/cubluk.

D. Jaringan Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Atau drainase bisa merujuk pada parit di
permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Terdapat 2 sistem drainase yaitu
terbuka dan tertutup. Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan sistem
drainase yang ada di Desa Cianting Utara merupakan sistem drainase terbuka dan
tertutup. Sedangkan untuk Desa Cianting terdapat sistem drainase terbuka.

E. Jaringan Listrik
Di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting sudah 100% wilayahnya teraliri jaringan
listrik. Jaringan listrik yang terdapat di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting
merupakan aliran listri dari Kecamatan Jatiluhur dan Kecamatan Plered. Daya yang
digunakan oleh masyarakat Desa Cianting Utara dan Desa Cianting sebesar 900 Va dan
1300 Va.

F. Jaringan Telekomunikasi
Di era modern ini sudah jarang orang yang menggunakan kabel telefon, sama halnya di
Desa Cinting Utara dan Desa Cianting. Di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting
masyarakatnya sudah menggunakan jaringan seluler yaitu handphone.

Halaman 1-13
G. Jaringan Persampahan
Di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting sampai saat ini tidak memiliki Tempat
Pembuangan Akhir maupun Tempat Pembuangan Sementara. Masyarakat Desa Cianting
Utara dan Desa Cianting mengelola sampahnya yaitu dengan dibakar dihalaman
rumahnya. Alur sistem persampahan yang ada di kedua desa tersebut yaitu mulai dari
sumber sampah yang berasal dari masyarakat itu sendiri sampai pembakaran sampah di
tanah kosong halaman rumahnya.

1.1.2.9 Kondisi Transportasi


Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

A. Jaringan Jalan
Jaringan jalan yang ada di Desa Cianting Utara terdapat Jalan Arteri/Utama, Jaringan
Jalan Kolektor, Jaringan Jalan Lokal, dan Jaringan Jalan Setapak. Sedangkan untuk Desa
Cianting memiliki Jaringan Jalan Arteri/Utama, Jaringan Jalan Lokal dan Jaringan Jalan
Setapak.
.
Tabel 1-1 Jaringan Jalan Kawasan Studi
Panjang Lebar Pengke
No Nama Desa Kelas Jalan Ruas Jalan Kondisi
(Km) (M) rasan
Desa Jalan Desa Cianting-Desa 1,05 8 Aspal Baik
Cianting Arteri/Utama Cianting Utara
Utara
Jalan Kolektor Desa Cianting Utara- 0,64 5 Aspal Cukup
Desa Cibodas baik
Jalan Lokal RT 09-Jalan Utama 0,32 4 Aspal Cukup
1 baik
RT 08-Jalan Utama 0,37 4 Pasir Cukup
baik
RT 07-Jalan Utama 0,29 4 Aspal Cukup
baik
RT 01-02-Jalan 0,43 4 Aspal Cukup
Utama baik
Desa Jalan Desa Cianting-Desa 2,67 8 Aspal Baik
Cianting Arteri/Utama Cianting Utara
2
Jalan Lokal RW 04-Jalan Besar 0,41 3 Aspal Cukup
baik

Halaman 1-14
Panjang Lebar Pengke
No Nama Desa Kelas Jalan Ruas Jalan Kondisi
(Km) (M) rasan
RW 05-Jalan Besar 0,29 3 pasir kurang
kerikil baik
RW 08-Jalan Besar 0,43 3 pasir kurang
kerikil baik
Sumber : Laporan Studio, Tahun 2017

Gambar 1-12 Jaringan Jalan di Kawasan Cianting

B. Moda Transportasi
Transportasi yang terdapat di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting antara lain yaitu
angkutan umum dan ojeg. Desa Cianting Utara dan Desa Cianting tidak memiliki trayek
angkutan umum khusus yang dimilikinya. Namun, Desa Cianting Utara dan Desa
Cianting dilewati jalan arteri/utama yang menghubungkan dari Padalarang hingga
Purwakarta sehingga desa ini dilewati angkutan umum yang dapat digunakan masyarakat
jika ingin ke kota. Angkutan umum yang melewati kedua desa tersebut yaitu berupa
Angkot dan Elf.

Halaman 1-15
1.1.2.10 Kondisi Keuangan
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa. Hak dan kewajiban yang dimaksud yaitu menimbulkan pendapatan, belanja,
pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.

A. Sumber Pendapatan Desa


Pada sub bab ini akan membahas mengenai sumber-sumber pendapatan keuangan Desa
Cianting Utara dan Desa Cianting. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1-2 Sumber-Sumber Pendapatan Kawasan Studi Tahun 2016


Anggaran (Rp)
No Uraian Jumlah
Cianting Utara Cianting
1 Pendapatan Asli Desa 4.800.000,00 4.000.000,00 8.800.000,00
Lain-Lain Pendapatan Asli 4.800.000,00 4.000.000,00 8.800.000,00
Daerah Yang Sah
2 Pendapatan Transfer 1.143.701.467,00 1.436.537.495,00 2.580.238.962,00
Dana Desa 607.749.715,00 688.572.361,00 1.296.322.076,00
Bagi Hasil Pajak dan Retribusi 48.651.752,00 62.065.134,00 110.716.886,00
Alokasi Dana Desa 472.300.000,00 670.900.000,00 1.143.200.000,00
Bantuan Keungan Provinsi 15.000.000,00 15.000.000,00 30.000.000,00
Jumlah 1.148.501.467,00 1.440.537.495,00 2.589.038.962,00
Sumber : Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Pemerintah Kawasan Studi, 2016

B. Pos-Pos Pengeluaran
Dalam suatu keunagn desa selain pendapatan yang dihasilkan terdapat pula pos-pos
pengeluaran desa yang digunakan untuk memperbaiki dan membiayai pembangunan di dusun-
dusun yang terdapat baik di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting. Adapun asumsi Anggaran
Belanja Desa Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1-3 Pos-Pos Pengeluaran Desa Cianting Utara Tahun 2016

No Uraian Anggaran (Rp)

1 Belanja
1.1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 157.101.752
Pembayaran Penghasilan Tetap Dan Tunjangan 63.600.000
Belanja Pegawai 63.600.000
Penghasilan Tetap Kepala Desa Dan Perangkat Desa 48.000.000
Tunjangan Kepala Desa Dan Perangkat Desa 3.900.000

Halaman 1-16
No Uraian Anggaran (Rp)

Tunjangan Bamusdes Dan Anggotanya 11.700.000


Kegiatan Operasional Pemerintah Desa 10.800.000
Belanja Pegawai 10.800.000
Tunjangan Pengelola Aset Dan Keuangan Desa 10.800.000
Kegiatan Operasional Bamusdes 1.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 1.000.000
Belanja Alat Tulis Kantor 440.000
Belanja Perjalanan Dinas 560.000
Kegiatan Insentif RT/RW 23.850.000
Belanja Pegawai 23.850.000
Insentif RT/RW 23.850.000
Kegiatan Operasional Perakantoran 13.200.000
Belanja Barang Dan Jasa 13.200.000
Belanja Listrik, Air, Telepon, Dan Fax/Internet 2.400.000
Belanja Alat Tulis Kantor 2.060.000
Belanja Benda Pos Dan Materai 300.000
Belanja Fotocopy, Cetak, Dan Penggandaan 950.000
Belanja Makanan Dan Minuman Rapat 1.500.000
Belanja Pakaian Dinas Dan Atributnya 4.000.000
Belanja Perjalanan Dinas 1.290.000
Belanja Pemeliharaan Alat Kantor Dan Rumah Tangga 700.000
Kegiatan Operasional Anggota Limnas 18.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 18.000.000
Belanja Operasional Anggota Limnas 18.000.000
Kegiatan Operasional Petugas Kamtibnas 3.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 3.000.000
Belanja Operasional Petugas Kamtibnas 3.000.000
Kegiatan Pengadaan Sarana Dan Prasarana 23.651.752
Belanja Barang Dan Jasa 9.500.000
Belanja Pakaian Dinas Dan Atributnya 9.500.000
Belanja Modal 14.151.752
Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor 101.752
Belanja Modal Pengadaan Komputer 5.000.000
Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dan Mesin Lainnya 3.800.000
Belanja Modal Pengadaan Mebeler 5.250.000
1.2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 607.749.715
Kegiatan Pembangunan Jalan Desa 121.549.943
Belanja Modal 121.549.943
Belanja Modal Pengadaan Bangunan Lainnya 121.549.943
Kegiatan Pembangunan Sarana Sanitasi Dan Kebersihan Lingkungan 243.099.886
Belanja Modal 243.099.886
Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air 243.099.886

Halaman 1-17
No Uraian Anggaran (Rp)

Kegiatan Pembangunan Sarana Air Bersih 243.099.886


Belanja Modal 243.099.886
Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air 243.099.886
1.3 Bidang Pemberdayaan Masyarakat 43.300.000
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat 11.500.000
Belanja Barang Dan Jasa 11.500.000
Belanja Operasional Lembaga Desa 11.500.000
Kegiatan Pemberdayaan Posyandu, UP2k dan BKB 12.000.000
Belanja Baarang Dan Jasa 12.000.000
Belanja Operasional Lembaga Desa 12.000.000
Kegiatan Hari Jadi Purwakarta 15.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 15.000.000
Belanja Barang Untuk Diberikan Kepada Masyarakat 8.000.000
Uang Pengganti Transport Peserta 2.000.000
Uang Saku Peserta 3.000.000
Belanja Makanan Dan Minuman 2.000.000
Kegiatan PHBI / PHBN 4.800.000
Belanja Barang Dan Jasa 4.800.000
Belanja Barang Untuk Diberikan Kepada Masyarakat 2.000.000
Belanja Makanan Dan Minuman 2.800.000
Jumlah Belanja 808.151.467
Surplus/(Defisit) 340.350.000
Sumber : Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Pemerintah Desa Cianting Utara,2016

Tabel 1-4 Pos-Pos Pengeluaran Desa Cianting Tahun 2016

No Uraian Anggaran (Rp)

1 Belanja
1.1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 695.465.134
Pembayaran Penghasilan Tetap Dan Tunjangan 299.800.000
Belanja Pegawai 299.800.000
Penghasilan Tetap Kepala Desa Dan Perangkat Desa 192.000.000
Penghasilan Tambahan Kepala Desa dan Perangkat Desa 15.000.000
Tunjangan Kepala Desa Dan Perangkat Desa 19.600.000
Tunjangan Bamusdes Dan Anggotanya 73.200.000
Kegiatan Operasional Pemerintah Desa 10.800.000
Belanja Pegawai 10.800.000
Tunjangan Pengelola Aset Dan Keuangan Desa 10.800.000
Kegiatan Operasional Bamusdes 5.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 5.000.000
Belanja Alat Tulis Kantor 330.000

Halaman 1-18
No Uraian Anggaran (Rp)

Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 2.700.000


Belanja Perjalanan Dinas 470.000
Belanja Pengadaan Peralatan Pendukung Pekerjaan 1.500.000
Kegiatan Insentif RT/RW 249.600.000
Belanja Pegawai 249.600.000
Insentif RT/RW 249.600.000
Kegiatan Operasional Perakantoran 21.790.000
Belanja Barang Dan Jasa 21.790.000
Belanja Listrik, Air, Telepon, Dan Fax/Internet 4.800.000
Belanja Alat Tulis Kantor 2.400.000
Belanja Benda Pos Dan Materai 240.000
Belanja Fotocopy, Cetak, Dan Penggandaan 800.000
Belanja Pakaian Dinas Dan Atributnya 4.500.000
Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 2.100.000
Belanja Perjalanan Dinas 3.500.000
Belanja Pemeliharaan Alat Kantor Dan Rumah Tangga 450.000
Belanja Perpanjangan Pajak Kendaraan Dinas 750.000
Belanja Makanan Dan Minuman 2.250.000
Kegiatan Operasional Anggota Limnas 72.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 72.000.000
Belanja Operasional Anggota Limnas 72.000.000
Kegiatan Operasional Petugas Kamtibnas 12.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 12.000.000
Belanja Operasional Petugas Kamtibnas 12.000.000
Kegiatan Pengadaan Sarana Dan Prasarana 24.475.134
Belanja Barang Dan Jasa 16.975.134
Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan 9.475.134
Belanja Pengadaan Peralatan Pendukung Pekerjaan 7.500.000
Belanja Modal 7.500.000
Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor 6.000.000
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio/Audio 1.500.000
1.2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 688.572.361
Kegiatan Pembangunan Jalan Desa 688.572.361
Belanja Modal 688.572.361
Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa 688.572.361
1.3 Bidang Pemberdayaan Masyarakat 56.500.000
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat 11.500.000
Belanja Barang Dan Jasa 11.500.000
Belanja Operasional Lembaga Desa 11.500.000

Halaman 1-19
No Uraian Anggaran (Rp)

Kegiatan Pemberdayaan Posyandu, UP2k dan BKB 30.000.000


Belanja Baarang Dan Jasa 30.000.000
Belanja Operasional Lembaga Desa 30.000.000
Kegiatan Hari Jadi Purwakarta 15.000.000
Belanja Barang Dan Jasa 15.000.000
Belanja Barang Untuk Diberikan Kepada Masyarakat 9.500.000
Uang Pengganti Transport Peserta 1.500.000
Uang Saku Peserta 3.000.000
Belanja Makanan Dan Minuman 1.000.000
Jumlah Belanja 1.440.537.495
Surplus/(Defisit) 0
Sumber : Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Pemerintah Desa Cianting, 2016

Berdasarkan data pendapatan desa dan data pengeluaran desa tersebut, dapat diketahui bahwa
persentase biaya pengeluaran yang digunakan untuk pembangunan desa untuk Desa Cianting
Utara sebesar 52,92%, sementara untuk Desa Cianting sebesar 47,80%.

Pendapatan dan Pengeluaran Desa Cianting Utara Tahun 2016 Pos-pos Pengeluaran Desa Cianting Utara Tahun 2016
Bidang Bidang
Pemberdayaan Penyelenggaraan
Masyarakat Pemerintahan
5% Desa
Pendapatan 1,148,501,467 20%

Bidang
Pelaksanaan
Pengeluaran 808,151,467 Pembangunan
Desa
75%

0 500000000 1E+09 1.5E+09

Pendapatan dan Pengeluaran Desa Cianting Tahun 2016 Pos-pos Pengeluaran Desa Cianting Tahun 2016
Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
Pendapatan 1,440,537,495 4%

Bidang
Bidang
Pelaksanaan
Penyelenggaraan
Pembangunan
Pemerintahan
Desa
Pengeluaran 1,440,537,495 Desa
48%
48%

- 500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000

Pengeluaran Pendapatan

Halaman 1-20
1.2 Potensi Dan Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi oleh Kawasan Cianting adalah kondisi produktifitas pertanian
yang menjadi perekonomian pokok masyarakat di Kawasan Cianting, baik Desa Cianting Utara
maupun di Desa Cianting. Dimana produksi pertanian Dalam setahun biasanya panen 2 kali
dengan rentang waktu 4-6 bulan sekali baik di Desa Cianting Utara dan Desa Cianting. Di Desa
Cianting Utara dalam sekali panen kurang lebih dapat mengahsilkan 5-8 kwintal saja, yang
berarti dalam satu tahun dapat menghasilkan 10-16 kwintal, itu sebabnya di desa Cianting
Utara hasil panennya di konsumsi sendiri. Sementara di Desa Cianting dapat menghasilkan
sekali panen 8-10 kwintal, yang berarti dalam satu tahun hasil panennya dapat mencapai 16-20
kwintal, di Desa Cianting juga kebanyakan masyarakatnya mengkonsumsi sendiri hasil
panennya, namun ada juga yang di jual ke warung-warung sekitar desa. Dari jumlah produksi
pertanian tersebut di peroleh dari luas lahan sawah yang terdapat di Desa Cianting Utara
sebesar 32,48 Ha dan Desa Cianting sebesar 105,969 Ha.
Hasil produksi pertanian di Desa Cianting tergolong sangat rendah, untuk itu perlu adanya
upaya peningkatan produksi pertanian dari luas lahan pertanian yang ada sekitar 138,45 Ha
yang terbagi atas 32,48 Ha di Ds. Cianting Utara dan 105,97 Ha di Ds. Cianting dengan cara
mengoptimalkan segi infrastruktur dalam mendukung produksi pertanian, yaitu dengan cara
pengoptimalan irigasi pertanian yang ada. Pemenuhan infrastruktur ini merupakan salah satu
upaya dalam peningkatan produksi pertanian selain dari masalah bibit, pupuk dan obat-obatan
yang digunakan untuk dapat meningkatkan produksi tersebut.
Produksi pertanian yang rendah di Desa Cianting disebabkan oleh system pengairan yang tidak
stabil/kurang baik dan terpengaruh musim menyebabkan sumber air tidak stabil. Selain itu
sumber pengairan pertanian di kawasan Cianting bersumber dari Sungai Cilalawi yang
membelah kawasan Cianting, ternyata masih belum bisa memenuhi kebutuhan air pertanian di
kawasan Cianting meskipun didukung oleh curah hujan berkisar 13,6 20,7 mm/hari hujan.

Halaman 1-21
BAB 2 KERANGKA PENDEKATAN DAN LANDASAN
TEORI

2.1 Kerangka Pendekatan


Pendekatan yang dilakukan dalam menyusun Rencana Dan Strategi Penyediaan Infrastruktur
Irigasi di Kawasan Cianting diantaranya melihat gambaran umum Kawasan Cianting
berdasarkan aspek fisik, kependudukan, perekonomian dan infrastruktur, yang kemudian
menghasilkan potensi dalam pengembangan kawasan khususnya di sektor pertanian serta
permasalahan pengembangan kawasan terkait dalam penyediaan infrastruktur pendukung
pertanian. Dari potensi dan permasalahan tersebut dilakukan analisis penyediaan infrastruktur
untuk mengatasi permasalahan tersebut serta dilihat juga kebijakan pengembangan Kabupaten
Purwakarta terkait penyediaan infrastruktur khususnya irigasi. Setelah dilakukan analisis,
maka disusunlah konsep dalam penyediaan infrastruktur, rencana dan strategi penyediaan
infrastruktur serta disusun pula rekomendasi program dalam penyediaan infrastruktur di
Kawasan Cianting. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambaran Umum Kawasan Cianting

Permasalahan Pengembangan
Potensi Pengembangan
Kawasan Cianting terkait
Kawasan Cianting di
Penyediaan Infrastruktur Pendukung
Sektor Pertanian
Pertanian

Kebijakan Pengembangan
Kabupaten Purwakarta
terkait penyediaan
Analisis Penyediaan Infrastruktur Irigasi infrastruktur Irigasi

Konsep Penyediaan Infrastruktur

Rencana dan Strategi Penyediaan


Infrastruktur

Rekomendasi Program

Gambar 2-1 Kerangka Pendekatan

Halaman 2-1
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Infrastruktur
Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan
ekonomi. Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana infrastruktur
dalam sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak
terpisahkan satu sama lain.
Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang sistem sosial dan sistem ekonomi sekaligus
menjadi penghubung dengan sistem lingkungan. Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak
terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, infrastruktur
perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam mengambil kebijakan (Kodoatie, 2005).

Gambar 2-2 Infrastruktur Sebagai Penopang/Pendukung Sistem Ekonomi, Sosial-


Budaya, Kesehatan, dan Kesejahteraan (Grigg dan Fontane, 2000)

Pembangunan infrastruktur dalam sebuah sistem menjadi penopang kegiatan-kegiatan yang ada
dalam suatu ruang. Infrastruktur merupakan wadah sekaligus katalisator dalam sebuah
pembangunan. Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan
ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Oleh karenanya penting bagaimana sistem rekayasa dan
manajemen infrastruktur dapat diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi suatu
kawasan wilayah.

Halaman 2-2
Sistem rekayasa dan manajemen infrastruktur berpengaruh terhadap sistem tata guna lahan yang
pada akhirnya membangun suatu kegiatan. Hubungan pembangunan infrastruktur terhadap sistem
tata guna lahan tersebut ditegaskan oleh Grigg dan Fontane (2000) seperti pada gambar 2.1 diatas.
Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur dalam memanfaatkan sumberdaya dalam rangka
pemanfaatan untuk transportasi, infrastruktur keairan, limbah, energi, serta bangunan dan struktur
membentuk dan mempengaruhi sistem ekonomi, sosial-budaya, kesehatan dan kesejahteraan.

2.2.2 Jenis-Jenis Infrastruktur


Menurut Kodoatie (2005), infrastruktur sebagai pendukung utama sistem sosial dan sistem
ekonomi dilaksanakan dalam konteks keterpaduan dan menyeluruh. Infrastruktur yang
merupakan fasilitas yang dikembangkan untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam hal
pelayanan publik tidak dapat berfungsi sendiri-sendiri dan terpisah. Keterpaduan tersebut
menentukan nilai optimasi pelayanan infrastruktur itu sendiri. Berdasarkan jenisnya,
infrastruktur dibagi dalam 13 kategori (Grigg, 1988) sebagai berikut:
1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, dan fasilitas
pengolahan air (treatment plant),
2. Sistem pengelolaan air limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan, dan daur ulang,
3. Fasilitas pengelolaan limbah (padat),
4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase, dan irigasi,
5. Fasilitas lintas air dan navigasi,
6. Fasilitas transportasi : jalan, rel, bandar udara, serta utilitas pelengkap lainnya,
7. Sistem transit publik,
8. Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi,
9. Fasilitas gas alam,
10. Gedung publik : sekolah, rumah sakit, gedung pemerintahan, dll,
11. Fasilitas perumahan publik,
12. Taman kota: taman terbuka, plaza, dll, serta
13. Fasilitas komunikasi.

Tiga belas jenis infrastruktur tersebut kemudian dikelompokkan dalam 7 kelompok besar
(Grigg dan Fontane, 2000) sebagai berikut:
1. Transportasi (jalan, jalan raya, jembatan),
2. Pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan),
3. Komunikasi,

Halaman 2-3
4. Keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air yaitu sungai, saluran terbuka,
pipa, dll),
5. Pengelolaan limbah (sistem pengelolaan limbah padat),
6. Bangunan, serta
7. Distribusi dan produksi energi.

2.2.3 Pembangunan Infrastruktur dan Perkembangan Ekonomi


A. Kebutuhan Akses Di Perdesaan Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Perdesaan
Suhardjo (2008) menggambarkan bahwa keterbatasan akses merupakan salah satu dari
karakteristik kemiskinan. Keterbatasan aksesibilitas merupakan bagian dari lingkaran
kemiskinan yang digambarkan Malassis (1975) dalam Bahrum (1995). Rendahnya nilai
manfaat menyebabkan rendahnya investasi fisik dan material serta investasi modal yang
berlanjut terhadap tidak tumbuhnya sektor perekonomian yang menyebabkan kemiskinan.
Dan peningkatan aksesibilitas merupakan salah satu cara untuk memotong siklus tersebut.
Peningkatan aksesibilitas dapat dilakukan dengan meningkatkan mobilitas atau mendekatkan
fasilitas yang dibutuhkan kepada masyarakat (proksimitas). Menurut Suhardjo (2008),
pendekatan peningkatan aksesibilitas untuk kawasan perdesaan khususnya dapat dilakukan
melalui intervensi transportasi berupa pembangunan dan peningkatan jaringan jalan desa,
peningkatan pelayanan umum, maupun pembangunan atau relokasi infrastruktur, serta
peningkatan kualitas layanan. Jangkauan terhadap fasilitas umum dianggap dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin, dan secara tidak langsung dapat
meningkatkan perekonomian kawasan perdesaan.
Akses terhadap kawasan pemerintahan, fasilitas pendidikan, kesehatan, koperasi, bank, psasr,
telekomunikasi dan informasi, dan berbagai fasilitas lainnya dapat meningkatkan kesempatan
kerja, peningkatan kemampuan dan sumber daya manusia, serta meminimalisir unsur-unsur
kerentanan yang mungkin dihadapi akibat perangkap kemiskinan. Oleh karenanya,
aksesibilitas dianggap menjadi salah satu faktor penting untuk menjawab permasalahan
kemiskinan yang ada. Peningkatan aksesibilitas dapat mendukung 4 pilar strategi
penanggulangan kemiskinan yang umumnya terjadi di kawasan perdesaan yaitu :
1. Perluasan kesempatan,
2. Pemberdayaan masyarakat miskin,
3. Peningkatan kemampuan (human capital), dan
4. Perlindungan sosial (Suhardjo, 2008).

Halaman 2-4
B. Pembangunan Infrastruktur Oleh Pemerintah Terhadap Perkembangan Ekonomi
Infrastruktur dalam berbagai pendekatannya dapat menjadi pendorong perkembangan wilayah
baik secara ekonomi maupun spasial, maupun membatasi perkembangan suatu wilayah. Secara
ekonomi, peran infrastruktur sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat
oleh Aschauer pada tahun 1989 dan Munnell pada tahun 1990 menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian investasi infrastruktur terhadap perkembangan ekonomi, adalah sebesar 60%
Dikun (2003).
Namun pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap perkembangan ekonomi juga
dipengaruhi oleh metode pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut. Pengaruh
pembangunan infrastruktur oleh pemerintah terhadap perkembangan ekonomi dianggap
sebagai salah satu fenomena penting dalam perekonomian. Kegiatan pembangunan
infrastruktur oleh pemerintah secara langsung maupun tidak langsung memungkinkan terjadi
peningkatan output melalui interaksi dengan sektor swasta. Lin (1994)
menjelaskan bahwa tingkat perkembangan yang tinggi dapat dicapai melalui pengeluaran
pemerintah pada tingkat yang tinggi pula. Sehingga perkembangan ekonomi menjadi berlipat
dibandingkan pengaruh yang diberikan dari pembangunan infrastruktur oleh masyarakat
(swadaya) atau sektor privat (swasta).
Namun Barro (1990) juga menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur oleh pemerintah
pengaruhnya tergantung jenis investasinya. Pembangunan yang berdampak terhadap
peningkatan nilai-nilai produksi dan investasi yang menumbuhkan multiplier effect
mempunyai pengaruh yang positif. Namun disisi lain, terdapat bentuk investasi yang justru
menghambat dari proses perkembangan ekonomi yang telah ada. Infrastruktur selain dianggap
sebagai katalis, juga berperan sebagai penghambat. Dalam beberapa kasus, faktor-faktor
penghambat dilakukan dalam rangka membatasi pertumbuhan suatu wilayah dengan
membangun infrastruktur sebagai batas yang imaginer seperti halnya jalan lingkar yang banyak
dibangun di berbagai kota.
Bentuk-bentuk pembangunan infrastruktur yang berpengaruh langsung terhadap proses
produksi misalnya adalah pembangunan jaringan irigasi pada kawasan perdesaan pertanian.
Keberadaan irigasi dapat meningkatkan produksi pertanian yang secara langsung memberikan
dampak terhadap perkembangan ekonomi kawasan. Dampak lainnya adalah naiknya nilai aset
akibat dari pembangunan infrastruktur. Infrastruktur dapat meningkatkan nilai ekonomi suatu
lahan yang diukur sebagai pertambahan nilai aset.
Selain itu, infrastruktur yang meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas juga
dinilai sebagai nilai tambah ekonomi. Peningkatan nilai akses menyebabkan masyarakat lebih

Halaman 2-5
mudah mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang dapat meningkatkan kualitas
hidup masyarakat tersebut. Dalam studi investasi sumber daya manusia, Schultz (1961)
menuturkan peningkatan sumber daya manusia menjadikan manusia memiliki lebih banyak
pilihan untuk terciptanya peningkatan kesejahteraan. Kesehatan dan pendidikan bukan
merupakan sekedar input fungsi produksi namun juga merupakan tujuan pembangunan yang
fundamental (Sjafii, 2009).

2.2.4 Konsep Pendekatan Pembangunan Desa


Pendekatan pembangunan dapat dilihat dari dua sisi, pertama Pembangunan yang bertitik tolak
pada pembangunan manusia (people centerred development), konsep pembangunan ini
menekankan bahwa manusia adalah subjek pembangunan, sehingga memandang manusia
bukan hanya sebagai faktor produksi namun memandang manusia sebagai individu yang harus
ditingkatkan kapabilitasnya agar dapat menentukan pilihan-pilihan hidupnya (Indratno, 2006).
Kedua, pendekatan pembangunan yang berorientasi pada produksi (fisik) atau production
centered development, konsep pembangunan ini menekankan bahwa keberhasilan
pembangunan hanya diukur seberapa besar peningkatan produksi setiap periode dan
memandang bahwa manusia sebagai objek pembangunan artinya manusia.
Rural Centre Planning (Perencanaan Pusat Wilayah Perdesaan) bertujuan untuk mengadakan
perbaikan dalam hal sosial-ekonomi. Titik berat pada Perencanaan Pusat Wilayah Perdesaan
adalah: perencanaan dan penyebaran, yang harus diperhatikan adalah (Jayadinata, 1999):
1. Pengembangan wilayah perdesaan dapat berjalan lancar, jika fasilitas dan pelayanan yang
mendorong produksi berlokasi di pusat wilayah perdesaan.
2. Pengembangan perdesaan macam ini, didasarkan akan hirarki pusat perdesaan, misalnya:
ibukota propinsi, ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan pusat wilayah perdesaan.
3. Perencanaan dilakukan untuk tiap satuan wilayah (yang mungkin dapat dibagi-bagi lagi)
yang ditentukan dengan batas menurut keadaan faktor geografis atau faktor administratif
atau faktor ekonomi.

Pusat-pusat perdesaan (rural centres) direncanakan dengan hubungan hirarki permukiman dari
sistem perkotaan, menurut teori tempat memusat, atau centre place. Pusat-pusat wilayah
perdesaan dibentuk di tempat-tempat tertentu (kota, kecamatan atau beberapa pusat dalam satu
kecamatan atau satu pusat untuk dua kecamatan). Dengan pembentukan pusat-pusat antara
wilayah perdesaan dan wilayah perkotaan akan terdapat interaksi yang lebih baik. Karena
model pusat wilayah perdesaan itu berfungsi untuk memperbaiki ketidak seimbangan, maka

Halaman 2-6
perencana cenderung untuk menyebar pusat-pusat sebanyak mungkin. Dengan sistem central
place dalam wilayah perdesaan terdapat pemusatan dari usaha pengembangan.
Menurut keterangan Rodinelli dan Ruddl (1979) dalam Indratno (2006):
1. Penempatan kegiatan sosial-ekonomi yang terpusat dalam suatu pusat wilayah perdesaan
tertentu, keuntungannya lebih tinggi dan penjalaran pembangunan berlaku lebih baik.
2. Pusat wilayah perdesaan yang menghubungkan dengan perekonomian di wilayah
hinterland, seperti: pasar, kantor pesanan, dan sebagainya, menambah kesempatan kerja.
3. Pusat wilayah perdesaan yang mempunyai prasarana yang lengkap dapat menarik orang-
orang yang ingin maju dan wiraswasta yang berbobot, sehingga dapat terciptakan
lingkungan yang baik bagi investasi baru.
4. Keuntungan dari investasi yang dari waktu dahulu, dapat membentuk modal baru dan
memungkinkan pertumbuhan.
5. Investasi dalam prasarana dan utilitas dapat menarik kegiatan ekonomi baru.
6. Pemusatan prasarana sosial-ekonomi mendorong pembuatan jalan-jalan baru dan hal ini
menarik kegiatan sosial ekonomi baru.
7. Lokasi kegiatan ekonomi, fasilitas sosial dan bermacam-macam prasarana yang terdapat
dalam suatu pusat wilayah pedesaan mendorong terbentuknya pemasaran baru bagi bahan
mentah serta barang setengah jadi, dan memberikan keuntungan bagi para produsen.

Terkait dengan pemenuhan kebutuhan terhadap basic need bagi masyarakat perdesaan, baik
secara ekonomi maupun social, maka fungsi dan peranan rural center planning tersebut
meliputi:
1. Pemasaran/koleksi dari surplus produksi pertanian (sebagai kebalikan dari distribusi).
2. Penyediaan/distribusi input-input pertanian yang penting, seperti pupuk, perlengkapan
peralatan, kredit, fasilitas reparasi.
3. Penyediaan fasilitas pengolahan hasil pertanian baik untuk kebutuhan subsisten maupun
untuk tujuan pemasaran.
4. Penyediaan pelayanan sosial

2.2.5 Teori Trickle Down Effect


Myrdall adalah pengagas teori trickle down effect. Teori tricle down effect merupakan suatu
teori pembangunan yang berasumsi bahwa adanya suatu hasil yang dirasakan oleh masyarakat
golongan bawah. Teori menetes ke bawah ini akan memberikan dampak penyebaran

Halaman 2-7
pembangunan dalam suatu masyarkat. Pembangunan yang dilaksanakandiharapkan dapat
menumbuhkan kesejahteraan perekonomian. Pembangunan di identikkan dengan pertumbuhan
ekonomi dalam arti pembentukan modal, serta mengivestasikan kembali secara seimbang dan
menyebar atau secara terarah, sehingga menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya,
pertumbuhan ekonomi, dapat dirasakan oleh semua sektor ekonomi melalui proses menetes
kebawah.

Halaman 2-8
BAB 3 KONSEP PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Peningkatan produksi pertanian melalui infrastruktur dalam kesempatan ini akan menangani
masalah produksi dari system pengairan pertanian di Desa Cianting baik Desa Cianting
maupun Desa Cianting Utara. Sumber pengairan dari Desa Cianting berasal dari Sungai
Cilalawi yang merupakan anak sungai dari Sungai Citarum. Sungai Citarum sendiri memiliki
debit air sekitar 175 M3/detik, sedangkan Sungai Cilalawi sendiri diperkitrakan hanya
memiliki debit air kurang dari 30 m3/detik. Dimana hal ini dapat terlihat dari besarnya debit
sungai disaat musim penghujan dan kering pada saat musim kemarau. Hal ini lah yang menjadi
penyebab, bahwa pengairan pertanian di Desa Cianting ternyata masih kurang mencukupi
untuk pertanian seluas 138,45 Ha.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bagi lahan pertanian khususnya padi pada saat
musim tanam diperkirakan saat penggenangan memerlukan air sekitar 1.157 Liter/detik, atau
100.000 Liter/hari selama 24 jam untuk setiap 1 hektar sawah. Maka dimungkinkan bahwa
Sungai Cilalawi masih belum bias memasok air bagi pertanian Desa Cianting itu sendiri. Untuk
itu perlu adanya upaya yang dilakukan dengan menaikkan debit air dari Sungai Cilalawi antara
lain :
1. Melakukan normalisasi sungai dan saluran serta membuat perkerasan badan sungai dan
saluran untuk mengurangi hilangnya air
2. Melakukan pembendungan dari jaringan sekunder untuk menaikkan debit air sehingga
dapat menjangkau daerah pertanian
3. Melakukan pembuatan jaringan tersier hingga ke petak-petak sawah
4. Melakukan pemompaan air secara berkelompok bagi daerah-daerah yang kurang terlayani
pengairan

Halaman 3-1
Gambar 3-1 Konsep Penanganan Pengairan Pertanian

Selain itu juga perlu dilakukan scenario pengairan agar lahan pertanian di Desa Cianting dan
Cianting Utara dapat teraliri oleh air yaitu dengan cara :

1. Irigasi bergilir (rotational irrigation) merupakan teknik irigasi dimana pemberian air
dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut
menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan.
2. Pengairan berselang (intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam
kondisi kering dan tergenang secara bergantian

Dengan dilakukan upaya dalam meningkatkan debit air irigasi dan peningkatan efisiensi
penyaluran air terutama pada saluaran sekunder, diharapkan lahan pertanian di Desa Cianting
dapat teraliri dengan baik dan diharapkan mampu meningkatkan produksi pertanian di masing-
masing desa hingga 6 ton/ha. Selain itu juga perlu upaya diversifikasi lahan pertanian untuk
dapat meningkatkan nilai ekonomi dari lahan pertanian sehingga diharapkan mampu
meningkatkan ekonomi para petani di kedua Desa Cianting tersebut dan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat di Kedua Desa tersebut.

Dengan meningkatnya produksi pertanian, Desa Cianting masih memiliki permasalahan yaitu
dengan terkait bagaimana distribusi hasil pertanian yang meningkat mampu dipasarkan keluar
dari Desa Cianting. Hal ini juga perlu dipikirkan yaitu terkait distribusi produk pertanian ke
daerah yang membutuhkan atau ke pasar. Untuk itu penanganan distribusi dapat dilakukan

Halaman 3-2
dengan konsep dari agropolitan atau dengan kata lain menggunakan konsep teori dari
Friedmann dan Douglass, (1975), dimana :

Gambar 3-2 Konsep Agropolitan (Friedman & Douglash)

Desa-desa sebagai penghasil produksi pertanian diharapkan mampu mensuplai atau


mendistribusikan produksi pertanian ke pengumpul untuk dapat nantinya didistribusikan
kepada sentra produksi ataupun ke pusat pemasaran/kota kecil dan pusat regional. Konsep
distribusi dari Friedmann dan Douglass, (1975) diharapkan mampu mendukung pemasaran
produksi dari Desa Ciantiang (Desa Cianting dan Desa Cianting Utara) ke pengumpul. Dalam
kajian ini pusat pengumpul diarahkan ke Kecamatan Sukatani sebagai pusat kecamatan dari
Desa Cianting itu sendiri.
Untuk mendukung pemasaran produksi hasil pertanian di Desa Cianting perlu didukung oleh
infrastruktur jaringan jalan untuk dapat memasarkan di pusat pengumpul pertanian yaitu di
Kecamatan Sukatani, dimana jaringan jalan baik dari lahan-lahan pertanian untuk mengangkut
produksi pertanian hingga jaringan jalan ke pusat pengumpul. Untuk itu perlu dilakukan :
1. Pengembangan Jalan Usaha Tani, sehingga dapat mengangukut bahan baku dan produksi
hasil pertanian
2. Pengembangan dan peningkatan jalan local maupun jalan kolektor untuk mempermudah
kelancaran pemasaran produksi pertanian.

Halaman 3-3
Dengan kondisi jalan yang ada di Desa Cianting yang merupakan jalan local dan jalan kolektor
diharapkan mampu mendukung system pemasaran produksi pertanian ke pusat pengumpul di
Kecamatan Sukatani.

Pemasaran Hasil Pertanian


Desa

Pusat
Desa Kecamatan Kota Kecil MBR
Kawasan

Desa
Pemodalan / Tehnologi /
Sarana Pertanian / Investasi

Gambar 3-3 Konsep Distribusi Pemasaran Produksi Pertanian Di Desa Cianting

Desa Cianting dan Kecamatan Sukatani selain dilalui oleh jalan kolektor yang ada juga dilalui
oleh Jalan Tol Purbaleyi, hal ini juga memiliki nilai positif dalam hal distribusi pemasaran
produk-produk pertanian, demana memiliki kemudahan akses ke pusat kota dan Kota-Kota
kecil lainnya baik di Kabupaten Purwakarta maupun Kota Bandung Sebagai Ibukota Provinsi
Jawa Barat dan bahkan ke kota-kota lainnya.

Halaman 3-4
Kecamatan
Sukatani

Desa Cianting
Utara

Kota Kota Kecil Lainnya Di Desa Cianting Bandung Dan Kota


Luar Kecmatan Sukatani Kecil Lainnya

Gambar 3-4 Konsep Distribusi Hasil Pertanian Dari Desa Cianting

Halaman 3-5
BAB 4 RENCANA DAN STRATEGI PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR

Infrastruktur dalam berbagai pendekatannya dapat menjadi pendorong perkembangan wilayah


baik secara ekonomi maupun spasial, maupun membatasi perkembangan suatu wilayah. Secara
ekonomi, peran infrastruktur sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat
oleh Aschauer pada tahun 1989 dan Munnell pada tahun 1990 menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian investasi infrastruktur terhadap perkembangan ekonomi, adalah sebesar 60%
Dikun (2003).
Selain itu Infrastruktur merupakan unsur vital dalam suatu proses pembangunan, begitupun
pada pembangunan pertanian. Baik dari sisi makro maupun mikro, peranan pentingnya tidak
dapat terbantahkan. Penyediaan infrastruktur pertanian yang berkualitas dapat mendorong
konektivitas sehingga dapat menurunkan biaya transportasi serta biaya logistik yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi sektor pertanian. Infrastruktur yang baik dapat
meningkatkan daya saing produk dan mempercepat gerak ekonomi dan diharapkan adalah
kesejahteraan petani.
Dengan teori pengembangan infrastruktur tersebut dalam pengembangan peningkatan produksi
pertanian di Desa Cianting diharapkan mampu mendorong peningkatan produksi pertanian dan
distribusi pemasaran produk pertanian, sehingga mampu meningkatakan perekonomian petani
dan juga perekonomian Desa Cianting.
Untuk menciptakan hal tersebut perlu dibuat suatu rencana terkait peningkatan produksi
pertanian Di Desa Cianting dari sektor infrastruktur yaitu :
1. Rencana Pengembangan Bendung atau melakukan penyadapan air (bangunan sadap)
Melakukan Studi Perhitungan Debit Air/neraca air untuk kebutuhan luas daerah
pertanian
Melakukan Studi kelayakan bendung, untuk melihat potensi lokasi pembangunan
bendung
Melakukan Studi DED Pembangunan Bendung
2. Rencana Normalisasi Sungai, untuk memaksimalkan aliran air dari Sungai Cilalawi ke
lahan pertanian
3. Rencana pengembangan jaringan irigasi yang meliputi :

Halaman 4-1
Saluran pembawa / irigasi (Mengalirkan air dari sumber air sampai ke lahan sawah)
Saluran pembuang (Mengalirkan kelebihan air dari sawah ke selokan pembuang atau
sungai yang selanjutnya dan berakhir di waduk atau laut)
4. Rencana Perkerasan Dinding Saluran Irigasi, Primer, Sekunder dan Tersier
Melakukan perencanaan perkerasan saluran irigasi berdasarkan type saluran
Melakukan Penyadapan air ke saluran tersier
5. Rencana Penyediaan Pompa air, diperuntukkan bagi daerah-daerah yang belum
terjangkau pengairan.
4. Pengelolaan sungai, waduk, dan situ meliputi:
a. pengelolaan sumber daya air dalam wilayah kabupaten sebagai bagian dari Wilayah
Sungai (WS) Citarum sebagai WS lintas provinsi.
b. pengelolaan sungai-sungai lintas kabupaten diantaranya Sungai Citarum;
c. pengelolaan sungai-sungai dalam wilayah kabupaten diantaranya Sungai Cilalawi;
d. pemeliharaan waduk diantaranya Waduk Jatiluhur;
5. Pengelolaan Sistem jaringan irigasi berupa pengelolaan Daerah Irigasi (D.I)
6. Pengendalian daya rusak air meliputi:
e. normalisasi sungai;
f. pengerukan sungai;
g. optimalisasi Waduk Jatiluhur;
h. optimalisasi sumur resapan;

Dengan penyediaan dan peningkatan infrastruktur irigasi tersebut diharapkan mampu


meningkatan produksi pertanian masyarakat Desa Cianting dan Desa Cianting Utara dari 16
Kwintal/Tahun menjadi 12 Ton/Tahun. Selain itu masyarakat dapat melakukan penyelingan
tanaman dari padi hortikultura padi dalam masa musim tanam.
Dengan meningkatnya produksi pertanian tersebut, maka perlu dilakukan upaya dalam
pendistribusian pemasaran produksi hasil pertanian, sehingga dari produksi yang besar tersebut
mampu dipasarkan ke luar Desa Cianting dan Cianting Utara, sehingga produksi pertanian
masyarakat tersebut memiliki nilai jual dan daya saing dengan daerah-daerah lain. Dengan
pemasaran tersebut diharapkan masyarakat mampu mingkatkan perekonomian, dimana selama
ini hanya dapat menikmati hasil pertanian untuk keperluan sehari-hari sekarang mampu untuk
dapat dipasarkan keluar daerah.
Untuk itu perlu upaya-upaya dalam rencana pendistribusian produk hasil pertanian masyarakat
Desa Cianting dan Cianting utara antara lain :

Halaman 4-2
1. Pengembangan dan peningkatan Jalan Usaha Tani, sehingga dapat meningkatan akses jalan
antara lahan pertanian dan pusat perdagangan, untuk dapat memfasilitasi petani dalam
melakukan penjualan dan mengurangi ketergantungan pada perantara yang menaikkan
harga jual
2. Pengembangan dan peningkatan jalan local maupun jalan kolektor untuk mempermudah
kelancaran pemasaran produksi pertanian.

Pemasaran produksi dari Desa Cianting dan Cianting Utara tidak dapat berjalan apabila tidak
ada pusat pengumpul. Untuk itu perlu direncanakan pusat pengumpul bagi pemasarana
produksi pertanian dari Desa Cianting dan Cianting utara yaitu di Kecamatan Sukatani. Dengan
ditentukan Kecamatan Sukatani sebagai Pusat Pengumpul hasil pertanian, maka perlu
dikembangkan terminal pertanian, dimana memiliki fungsi sebagai pengumpul dan pemasaran
hasil-hasil produksi dari daerah-daerah penghasil pertanian.
Kecamatan Sukatani yang diharapkan sebagai pusat pengumpul hasil pertanian dengan
memiliki terminal pertanian diharapkan mampu menampung dan mendistribusikan atau
memasarkan produksi hasil pertanian ke daerah lain diluar dari Kecamatan Sukatani dan
sekitarnya. Hal ini akan membantu peningkatan perekonomian maka masyarakat petani di
dekitar Kecamatan Sukatani.

Terminal
Pertanian

Desa Produksi
Pertanian

Kota Kota Kecil Lainnya Di Luar Desa Produksi Bandung Dan Kota
Kecamatan Sukatani Pertanian Kecil Lainnya

Halaman 4-3
Gambar 4-1 Rencana Pengembangan Distribusi Produksi Pertanian

Halaman 4-4
BAB 5 REKOMENDASI PROGRAM

5.1 Rekomendasi
Desa Cianting dan Cianting Utara merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Sukatani Kabupaten Pusrwakarta yang sebagian besar perekonomian mengandalkan dari
pertanian, Hasil produksi pertanian di Desa Cianting dan Cianting Utara tergolong sangat
rendah, dimana dengan luas lahan yang cukup besar yaitu sekitar 138,45 Ha yang terbagi atas
32,48 Ha di Ds. Cianting Utara dan 105,97 Ha di Ds. Cianting hanya dapat memproduksi padi
sekitar 389,76 kwintal/tahun atau sekitar 12 kwintal/ha/tahun. Hal ini perlu dilakukan upaya
penanganan peningkatan produksi pertanian yaitu dengan dengan cara mengoptimalkan segi
infrastruktur dalam mendukung produksi pertanian. Pemenuhan infrastruktur ini merupakan
salah satu upaya dalam peningkatan produksi pertanian selain dari masalah bibit, pupuk dan
obat-obatan yang digunakan untuk dapat meningkatkan produksi tersebut.
Dengan penyediaan dan peningkatan infrastruktur irigasi tersebut diharapkan mampu
meningkatan produksi pertanian masyarakat Desa Cianting dan Desa Cianting Utara dari 16
Kwintal/Tahun menjadi 12 Ton/Tahun. Selain itu masyarakat dapat melakukan penyelingan
tanaman dari padi hortikultura padi dalam masa musim tanam
Selain itu dengan meningkatnya produksi pertanian tersebut, maka perlu dilakukan upaya
dalam pendistribusian pemasaran produksi hasil pertanian, sehingga dari produksi yang besar
tersebut mampu dipasarkan ke luar Desa Cianting dan Cianting Utara, sehingga produksi
pertanian masyarakat tersebut memiliki nilai jual dan daya saing dengan daerah-daerah lain.
Dengan pemasaran tersebut diharapkan masyarakat mampu mingkatkan perekonomian,
dimana selama ini hanya dapat menikmati hasil pertanian untuk keperluan sehari-hari sekarang
mampu untuk dapat dipasarkan keluar daerah.
Kecamatan Sukatani yang diharapkan sebagai pusat pengumpul hasil pertanian dengan
memiliki terminal pertanian diharapkan mampu menampung dan mendistribusikan atau
memasarkan produksi hasil pertanian ke daerah lain diluar dari Kecamatan Sukatani dan
sekitarnya. Hal ini akan membantu peningkatan perekonomian maka masyarakat petani di
sekitar Kecamatan Sukatani.

Halaman 5-1
5.2 Program
Adapun program jangka menengah dalam Rencana dan Strategi Penyediaan Infrastruktur
pendukung sektor pertanian diantaranya:

Tabel 5-1 Indikasi Program


Rencana Sumber
No Program Lokasi Instansi
2018 2019 2020 2021 2022 Pendanaan
1 Rencana Pengembangan Desa
Bendung atau melakukan Cianting
penyadapan air (bangunan Utara
sadap)
Melakukan Studi Perhitungan Desa APBD Dinas PSDA
Debit Air/neraca air untuk Cianting Kabupaten
kebutuhan luas daerah pertanian Utara Purwakarta
Melakukan Studi kelayakan Desa APBD Dinas PSDA
bendung, untuk melihat potensi Cianting Kabupaten
lokasi pembangunan bendung Utara Purwakarta
Melakukan Studi DED Desa APBD Dinas PSDA
Pembangunan Bendung Cianting Kabupaten
Utara Purwakarta
2 Rencana Normalisasi Sungai, Kawasan APBD Dinas PSDA
untuk memaksimalkan aliran air Cianting Kabupaten
dari Sungai Cilalawi ke lahan Purwakarta
pertanian
3 Rencana pengembangan Kawasan
jaringan irigasi yang meliputi : Cianting

Saluran pembawa / irigasi Kawasan APBD Dinas


(Mengalirkan air dari sumber Cianting Kabupaten Pengairan
air sampai ke lahan sawah) Purwakarta
Saluran pembuang Kawasan APBD Dinas
(Mengalirkan kelebihan air dari Cianting Kabupaten Pengairan
sawah ke selokan pembuang Purwakarta
atau sungai yang selanjutnya
dan berakhir di waduk atau laut)
4 Rencana Perkerasan Dinding Kawasan
Saluran Irigasi, Primer, Cianting
Sekunder dan Tersier
Melakukan perencanaan Kawasan APBD Dinas
perkerasan saluran irigasi Cianting Kabupaten Pengairan
berdasarkan type saluran Purwakarta
Melakukan Penyadapan air ke Kawasan APBD Dinas
saluran tersier Cianting Kabupaten Pengairan,
Purwakarta, Desa
APBDesa Cianting dan
Cianting
Utara
5 Rencana Penyediaan Pompa air, Kawasan APBD Dinas
diperuntukkan bagi daerah- Cianting Kabupaten Pengairan
daerah yang belum terjangkau Purwakarta
pengairan.
6 Pengelolaan sungai, waduk, dan Kawasan
situ meliputi: Cianting

Halaman 5-2
Rencana Sumber
No Program Lokasi Instansi
2018 2019 2020 2021 2022 Pendanaan
pengelolaan sumber daya air Kawasan APDB BBWS,
dalam wilayah kabupaten Cianting Provinsi Dinas PSDA
sebagai bagian dari Wilayah Provinsi
Sungai (WS) Citarum sebagai Jawa Barat
WS lintas provinsi.
pengelolaan sungai-sungai Kawasan APDB BBWS,
lintas kabupaten diantaranya Cianting Provinsi Dinas PSDA
Sungai Citarum; Provinsi
Jawa Barat
pengelolaan sungai-sungai Kawasan APBD Dinas PSDA
dalam wilayah kabupaten Cianting Kabupaten
diantaranya Sungai Cilalawi; Purwakarta
pemeliharaan waduk Kabupaten APBN Kementerian
diantaranya Waduk Jatiluhur; Purwakarta PUPR
7 Pengelolaan Sistem jaringan Kawasan APBD Dinas
irigasi berupa pengelolaan Cianting Kabupaten Pengairan
Daerah Irigasi (D.I) Purwakarta
8 Pengendalian daya rusak air Kawasan
meliputi: Cianting
normalisasi sungai; Kawasan APBD Dinas
Cianting Kabupaten Pengairan
Purwakarta
pengerukan sungai; Kawasan APBD Dinas
Cianting Kabupaten Pengairan
Purwakarta
optimalisasi Waduk Jatiluhur; Kabupaten APBN Kementerian
Purwakarta PUPR
optimalisasi sumur resapan; Kabupaten APBD Dinas
Purwakarta Kabupaten Pengairan
Purwakarta
9 Pengembangan dan Kabupaten APBD Dinas
peningkatan Jalan Usaha Tani, Purwakarta Kabupaten Pertanian,
sehingga dapat meningkatan Purwakarta, Desa
akses jalan antara lahan APBDesa Cianting dan
pertanian dan pusat Cianting
perdagangan, untuk dapat Utara
memfasilitasi petani dalam
melakukan penjualan dan
mengurangi ketergantungan
pada perantara yang menaikkan
harga jual
10 Pengembangan dan Kawasan APBD Dinas Bina
peningkatan jalan local maupun Cianting Kabupaten Marga, Desa
jalan kolektor untuk Purwakarta, Cianting dan
mempermudah kelancaran APBDesa Cianting
pemasaran produksi pertanian. Utara

3.

Halaman 5-3
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi


Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Purwakarta
Friedmann, John dan Mike Douglass. (1975) Pengembangan Agropolitan : Sebuah Siasat Baru
Perencanaan Regional di Asia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Indonesia.
Harun, Uton Ruston. (2004) Perencanaan pengembangan kawasan agropolitan dalam sistem
perkotaan regional di Indonesia. Dalam Rustadi et al. 2006. Kawasan Agropolitan,
Konsep Pembangunan Desa-Kota Berimbang. Bogor: Crespent Press.
Kementerian Pertanian. (2002) Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Jakarta: Kementerian Pertanian.
Mutaali, Lutfi. 2011. Kapita Selekta Pengembangan Wilayah. Badan Penerbit Fakultas
Geografi UGM. Yogyakarta
Rustiadi, Ernan et al. (2008) Agropolitan: Strategi Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pada
Kawasan Perdesaan. Bogor: IPB.
Rustiadi, Ernan et al. (2011) Menuju Desa 2030. Bogor: Pusat Pengkajian Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah (P4W), IPB.

Halaman 1

Anda mungkin juga menyukai