CURAH HUJAN
DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Fadi Aslam Majid (41119010017)
Ilham Santoso (41121010082)
Sulaiman (41121010001)
Muhamad Ikhsan Syah (41121010028)
Muhammad Fawwaz Ferdiansyah (41121010022)
1. Acep Hidayat, ST, MT selaku dosen Rekayasa Hidrologi yang telah membimbi
ng penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Media Internet, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan d
alam penulisan Makalah ini
3. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak dapat kami s
ebutkan satu persatu.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa
menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB 1
PENDAHULUAN................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................... 5
C. TUJUAN.........................................................................................................................
5
D. MANFAAT..................................................................................................................... 5
BAB 2
PEMBAHASAN..................................................................................................................... 6
A. DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS).................................................................................... 6
B. CURAH HUJAN.............................................................................................................. 6
C. CURAH HUJAN RATA–RATA DAS.................................................................................. 6
D. ANALISA FREKUENSI..................................................................................................... 7
E. INTESITAS CURAH HUJAN............................................................................................. 9
F. DEBIT BANJIR.............................................................................................................. 10
BAB 3
PERHITUGAN..................................................................................................................... 17
1. DATA CURAH HUJAN 10 TAHUN TERAKHIR................................................................ 17
2. CURAH HUJAN RATA-RATA......................................................................................... 18
3. VALIDASI DATA CURAH HUJAN DENGAN COMMAND CORREL.................................. 19
4. ANALISA FREKUENSI................................................................................................... 20
5. INTENSITAS HUJAN DAN DEBIT AIR............................................................................ 23
BAB 4
KESIMPULAN.................................................................................................................... 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa
berupa, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis, termasuk Indonesia,
yang memberikan sumbangan paling besar adalah hujan, sehingga seringkali hujan disebut
dengan istilah presipitasi. (Triatmodjo, 2008).
Kejadian curah hujan dengan intensitas yang tinggi yang terjadi pada suatu wilayah yang
sedang memasuki masa musim penghujan merupakan suatu hal yang wajar terjadi, mengingat
Indonesia merupakan negara yang dikelilingi pulau-pulau serta dilalui garis khatulistiwa,
dan memiliki cuaca yang tidak menentu khususnya intensitas curah hujan. Hal ini
mengakibatkan peluang terjadinya kecelakaan baik transportasi laut, udara maupun darat.
Intensitas curah hujan dapat diketahui menggunakan alat ukur yang bernama
ombrometer, salah satu jenis ombrometer yang digunakan oleh Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat ini adalah jenis observatorium. Alat ukur jenis ini
merupakan alat ukur yang digunakan secara manual. Kelemahan alat ukur jenis ini
adalah pada saat pengambilan data curah hujan, dimana petugas BMKG harus
melakukan pengambilan data secara langsung ke tempat alat ukur ini berada. Selain itu
kelemahan lain dari alat ini adalah proses pencatatan data curah hujan dilakukan secara
manual.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat terkadang
informasi cuaca dapat diakses dengan mudah oleh siapapun dan tidak ada batasan waktu juga
ketika ingin mengakses dan mengambil data informasi cuaca tersebut. Infomasi curah
hujan yang terjadi (realtime) sangat penting sekali bagi masyarakat yang membutuhkan,
terutama bagi para nelayan yang akan melaut, pengendara roda dua yang akan melakukan
perjalanan, maskapai penerbangan yang akan melakukan penerbangan. Sedangkan data curah
hujan tahunan sangat dibutuhkan oleh dinas pekerjaan umumyang akan melakukan
pembangunan pada suatu daerah, dinas pertanian yang akan melakukan penelitian pada
suatu daerah, da pihak-pihak lain yang ingin melakukan analisis ketinggian curah hujan
pada suatu daerah tertentu.
Berdasarkan hal tersebut perlu dibuat alat ukur intensitas curah hujan secara
otomatis, agar dapat berfungsi sebagai informasi cuaca bagi masyarakat. Dan juga
sebagai alat bantu bagi masyarakat yang ingin mengetahui kategori hujan yang terjadi
4
pada suatu daerah
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mengetahui intensitas curah hujan yang terjadi pada suatu daerah?
2. Bagaimana proses untuk melakukan klarifikasi intensitas curah hujan berdasarkan
data hasil yang didapatkan dari proses pengukuran 10 tahun terakhir?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui cara menentukan intensitas curah hujan yang terjadi disuatu
daerah.
2. Mahasiswa mengetahui cara klarifikasi intensitas curah hujan berdasarkan data hasil
proses pengukuran 10 tahun terakhir.
D. MANFAAT
1. Dapat mengetahui intensitas curah hujan yang terjadi disuatu wilayah.
2. Dapat mengetahui proses klarifikasi intensitas curah hujan berdasarkan data hasil
yang didapatkan dari proses pengukuran
5
BAB II
PEMBAHASAN
B. CURAH HUJAN
Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada
tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu)
milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.
6
Keterangan :
2. Metode Thiessen
Dalam metode thiessen curah hujan rata-rata didapatkan dengan membuat yang
memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan
demikian setiap stasiun penakar hujan akan terletak pada suatu wilayah poligin tertutup
luas tertentu. cara ini dipandang lebih baik dari 'ara rerata aljabar (Arimatik) yaitu
dengan memmasukan faktor luas areal yang diwakili oleh setiap stasiun hujan jumlah
perkalian antara tiap-tiap luas poigon dengan besar curah hujan di stasiun tersebut
dibagi dengan luas daerah seluruh DAS akan menghasilkan nilai curah hujan rata-rata
DAS. Prosedur hitungan dari metode ini dilukiskan pada persamaan- persamaan
berikut:
3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang
sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua
garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis Isohyet
tersebut. Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman
hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar
merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008).
D. ANALISA FREKUENSI
Frekuensi merupakan jumlah kejadian dari sebuah varian, dengan analisis frekuensi a
kan diperkirakan interval kejadian tertentu, seperti 10 tahunan, 100 tahunan atau 1000 tahuna
n. Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran atau Lake T perist
iwa-peristiwa ekstrim (hujan, banjir, kekeringan, dsb) yang berkaitan dengan frekuensi kejadi
annya melalui penerapan distribusi kemungkinan.
Dalam perhitungan curah hujan harian maksimum, dapat dilakukan dengan 3 metode,
7
yaitu Metode Gumbel, Metode Log Pearson III dan Metode Log Normal :
a. Metode Log Normal
Distribusi normal seringkali digunakan untuk menganalisis frekuensi curah hujan, analisis
statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit rata-rata tahunan. Sebaran normal atau
kurva normal disebut pula sebaran Gauss. Rumus dari distribusi normal adalah:
Xt = x̅ + z. Sx
Keterangan:
Sx = Standar deviasi
z = Faktor frekuensi
b. Metode Gumbel
Distribusi Gumbel digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk analisis frek
uensi banjir. Distribusi Gumbel mempunyai koefisien kemencengan (Coefisien of skwenn
es) atau CS = 1,139 dan koefisien kurtosis (Coeficient Curtosis) atau Ck< 4,002. Pada me
tode ini biasanya menggunakan distribusi dan nilai ekstrim dengan distribusi dobel ekspo
nensial.
+S×K
Keterangan :
8
uk sebaran Log Pearson Tipe III merupakan buah hasil dari transformasi sebaran Pearson
Tipe III dengan menggantikan varian yang menjadi nilai logaritmik. Adapun menurut (So
emarto C.D., 1995) prosedur perhitungannya sebagai berikut:
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
9
IT : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)
Keterangan :
Keterangan :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
t : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)
F. DEBIT BANJIR
1 Debit
Debit (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yan
g melalui suatu penampang melintang persatuan waktu (Soewarno, 1991). Biasanya dinya
takan dalam satuan meter kubik per detik (m'de) atau liter per detik (det) Aliran adalah pe
rgerakan air di dalam alur sungai. Pengukuran debit yang dilaksanakan di suatu pos duga
air tujuannya terutama adalah untuk membuat lengkung debit dari pos duga air yang bersa
ngkutan.
10
Lengkung debit dapat merupakan hubungan yang sederhana antara tinggi muka air da
n debit, dapat pula merupakan hubungan yang komplek apabila debit disamping fungsi da
ri tinggi muka air juga merupakan fungsi dari kemiringan muka air, tingkat perubahan mu
ka air dan fungsi dari faktor lainnya. Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran
luas penampang basah, kecepatan aliran dan tinggi muka air. Rumus umum yang biasa di
gunakan adalah:
11
Pada dasarnya, metode Snyder merupakan metode yang didasarkan pada
rumus empiris dan koefisien empiris yang menghubungkan antara unsur-unsur
hidrograf (seperti waktu puncak, debit puncak, waktu kelambatan dan waktu
rencana) satuan dengan karaktersitik dari DAS (seperti luas DAS, bentuk
DAS, topografi, kemiringan saluran, kerapatan sungai dan daya tampung
saluran).
12
b. Hitung Debit Banjir Menggunakan Metode HSS Nakayasu
Metode HSS Nakayasu dikembangkan oleh Dr. Nakayasu pada tahun 1940 di Jep
ang. Hidrograf satuan Nakayasu dikembangkan berdasarkan sungai-sungai yang bera
da di Jepang yang hingga saat ini masih banyak digunakan di Indonesia.
13
utama.
Qt = 0,278C.I.A
dimana:
C = Koefisien pengaliran
14
d. Hitung Debit Banjir Menggunakan Metode HSS Gama-1
Metode ini dikembangkan berdasarkan riset dari Dr. Sri Harto terhadap perilaku h
idrologi pada 30 DAS yang terletak di Pulau Jawa pada dekade 1980-an yang mengga
bungkan antara Metode Strahler dan pendekatan Kraijenhorr van der Leur.
Pada HSS Gama 1 ini, variabel yang digunakan dalam perhitungannya merupaka
n variabel fisik DAS yaitu morfometri DAS. Hal tersebut membuat metode ini menja
di salah satu upaya dalam mengatasi kesulitan pada analisis hidrologi terhadap sunga
i-sungai yang memiliki data yang terbatas.
Komponen utama yang diperlukan dalam penggunaan metode GAMA-1 ada 3 kompo
nen dasar yaitu waktu naik, waktu dasar, debit puncak. Berikut uraiannya:
15
Hujan efektif didapat dengan menggunakan metode ∅ indeks yang dipengaruhi f
ungsi luas DAS dan frekuensi sumber SN, dirumuskan sebagai berikut :
Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sung
ai dengan persamaan sebagai berikut:
16
BAB III
PERHITUNGAN
Pengujian hidrologi yang dilakukan menggunakan data dari internet dengan pengambilan data 10
melalui situs data online BMKG. Tempat pengujian yang dilakukan di DAS Sungai Cisadane.
Dipengujian ini kita menggunakan 2 stasiun hujan yang kami gunakan datanya ada Stasiun
Meteorologi Budiarto dan Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta.
Luas Daerah
Nama Daerah Luas Daerah Presentase Satuan
Soetta 386.99 21%
Budiarto 1429.12 79% Km²
Total 1816.11 100%
17
2. Curah Hujan Rata Rata
Berdasarkan perhitungan yang telah di lakukan didapatkan presentase curah hujan di 2
Stasiun Meteorologi yang mempengaruhi Sungai Cisadane sebagai berikut :
Rata-rata
Tahun Stasiun Meteorologi Budiarto
2012-2013 9.18
2013-2014 7.04
2014-2015 5.08
2015-2016 8.68
2016-2017 13.99
2017-2018 14.54
2018-2019 13.36
2019-2020 16.12
2020-2021 15.1
2021-2022 12.52
Rata-rata
TAHUN Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta
2021-22 6.03
2020-21 6.25
2019-20 6.13
2018-19 3.96
2017-18 4.71
2016-17 6.8
2015-16 4.46
2014-15 5.3
2013-14 9.83
2012-13 5.77
18
Correl adalah nilai hubungan antar data.
Keterangan Jika
Data Jumlah
N 10
dF (N-2) 8
Alpha 5%
Ftabel 0.6311
4. Analisa Frekuensi
19
Tabel 1. Besar Curah Hujan Stasiun Soetta dan Budiarto
Perhitungan Curah Hujan
Tahun Soetta Budiarto R Maks
2012-2013 134.6 103.4 110.048
2013-2014 397.4 112.5 173.209
2014-2015 127.7 58.2 73.010
2015-2016 147.6 105.5 114.471
2016-2017 125.5 103.5 108.188
2017-2018 86.2 95.5 93.518
2018-2019 77.4 127 116.431
2019-2020 147.9 118.6 124.843
2020-2021 79.4 84.5 83.413
2021-2022 150.6 84 98.192
R Maks Rata-rata 109.532
20
1 2012-2013 110.048 2.042 0.013 0.000 0.000 0.000
Koef Kemenc
2 1.282 0.482
engan (Cs)
Koef Kurtossis
3 2.934 1.307
(Ck)
Koef Varian
4 0.250 0.051
(Cv)
Tabel 5 & 6. Besar Curah Hujan Periode Ulang Tertentu Metode Normal & Log Normal
Normal Log Normal
Periode
KT XT KT XT
2 0 109.532 0 106.7345
5 0.84 132.561 0.84 130.1546
10 1.28 144.624 1.28 144.4069
20 1.64 154.493 1.64 157.2213
25 1.71 156.367 1.71 159.7791
50 2.05 165.733 2.05 173.2061
100 2.33 173.410 2.33 185.0467
21
5 0.9497 0.4952 1.49999 1.0580 138.538
10 0.9497 0.4952 2.25037 1.8481 160.199
20 0.9497 0.4952 2.97019 2.6061 180.978
25 0.9497 0.4952 3.12548 2.7696 185.461
50 0.9497 0.4952 3.90194 3.5872 207.875
100 0.9497 0.4952 4.60015 4.3224 228.031
Tabel 8 & 9 . Besar Curah Hujan Periode Ulang Tertentu Metode Pearson Type III & Log Perso
n Type III
KT Pearson 2 5 10 20 25 50 100
Tabel 12. Rekapitulasi Curah Hujan Rancangan Distribusi Sebaran Curah Hujan
Curah Hujan Rancangan
Periode Log Norm Pearson Log Pears Log Normal Log Normal
Normal Gumbel
al Type III on Type III 2 Parameter 3 Parameter
2 109.532 106.7345 105.817 115.213 90.823 108.839 104.7972
5 132.561 130.1546 138.538 129.310 103.219 132.377 129.0784
22
10 144.624 144.4069 160.199 146.246 109.980 145.080 114.9913
20 154.493 157.2213 180.978 148.517 110.659 155.766 161.9276
25 156.367 159.7791 185.461 160.227 113.681 157.822 165.8744
50 165.733 173.2061 207.875 167.217 115.197 168.064 183.8665
100 173.410 185.0467 228.031 182.418 117.994 176.920 201.0652
23
n (Koef Roughness) 0.52065 -
tc (Waktu Konsentrasi) 559.46563 Jam
24
Q100 323.842 345.574 340.665 220.353
BAB IV
KESIMPULAN
25
c. Distribusi Log Pearson III, intensitas hujan rencana.
26