Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH REKAYASA HIDROLOGI

CURAH HUJAN

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Fadi Aslam Majid (41119010017)
Ilham Santoso (41121010082)
Sulaiman (41121010001)
Muhamad Ikhsan Syah (41121010028)
Muhammad Fawwaz Ferdiansyah (41121010022)

PROGRAM STUDI TEKNIK


JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERCU BUANA
DESEMBER TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah
dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan
sehingga penyusunan makalah tentang “ CURAH HUJAN ” ini dapat terselesaikan.

Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa


risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga
dan sahabat- sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga syafa’atnya selalu menyertai
kehidupan ini.

Makalah ini berisi ulasan-ulasan yang membahas tentang CURAH HUJAN.


Dalam kesempatan kali ini,penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Acep Hidayat, ST, MT selaku dosen Rekayasa Hidrologi yang telah membimbi
ng penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Media Internet, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan d
alam penulisan Makalah ini
3. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak dapat kami s
ebutkan satu persatu.

Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa
menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB 1
PENDAHULUAN................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................... 5
C. TUJUAN.........................................................................................................................
5
D. MANFAAT..................................................................................................................... 5
BAB 2
PEMBAHASAN..................................................................................................................... 6
A. DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS).................................................................................... 6
B. CURAH HUJAN.............................................................................................................. 6
C. CURAH HUJAN RATA–RATA DAS.................................................................................. 6
D. ANALISA FREKUENSI..................................................................................................... 7
E. INTESITAS CURAH HUJAN............................................................................................. 9
F. DEBIT BANJIR.............................................................................................................. 10
BAB 3
PERHITUGAN..................................................................................................................... 17
1. DATA CURAH HUJAN 10 TAHUN TERAKHIR................................................................ 17
2. CURAH HUJAN RATA-RATA......................................................................................... 18
3. VALIDASI DATA CURAH HUJAN DENGAN COMMAND CORREL.................................. 19
4. ANALISA FREKUENSI................................................................................................... 20
5. INTENSITAS HUJAN DAN DEBIT AIR............................................................................ 23
BAB 4
KESIMPULAN.................................................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa
berupa, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis, termasuk Indonesia,
yang memberikan sumbangan paling besar adalah hujan, sehingga seringkali hujan disebut
dengan istilah presipitasi. (Triatmodjo, 2008).
Kejadian curah hujan dengan intensitas yang tinggi yang terjadi pada suatu wilayah yang
sedang memasuki masa musim penghujan merupakan suatu hal yang wajar terjadi, mengingat
Indonesia merupakan negara yang dikelilingi pulau-pulau serta dilalui garis khatulistiwa,
dan memiliki cuaca yang tidak menentu khususnya intensitas curah hujan. Hal ini
mengakibatkan peluang terjadinya kecelakaan baik transportasi laut, udara maupun darat.
Intensitas curah hujan dapat diketahui menggunakan alat ukur yang bernama
ombrometer, salah satu jenis ombrometer yang digunakan oleh Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat ini adalah jenis observatorium. Alat ukur jenis ini
merupakan alat ukur yang digunakan secara manual. Kelemahan alat ukur jenis ini
adalah pada saat pengambilan data curah hujan, dimana petugas BMKG harus
melakukan pengambilan data secara langsung ke tempat alat ukur ini berada. Selain itu
kelemahan lain dari alat ini adalah proses pencatatan data curah hujan dilakukan secara
manual.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat terkadang
informasi cuaca dapat diakses dengan mudah oleh siapapun dan tidak ada batasan waktu juga
ketika ingin mengakses dan mengambil data informasi cuaca tersebut. Infomasi curah
hujan yang terjadi (realtime) sangat penting sekali bagi masyarakat yang membutuhkan,
terutama bagi para nelayan yang akan melaut, pengendara roda dua yang akan melakukan
perjalanan, maskapai penerbangan yang akan melakukan penerbangan. Sedangkan data curah
hujan tahunan sangat dibutuhkan oleh dinas pekerjaan umumyang akan melakukan
pembangunan pada suatu daerah, dinas pertanian yang akan melakukan penelitian pada
suatu daerah, da pihak-pihak lain yang ingin melakukan analisis ketinggian curah hujan
pada suatu daerah tertentu.
Berdasarkan hal tersebut perlu dibuat alat ukur intensitas curah hujan secara
otomatis, agar dapat berfungsi sebagai informasi cuaca bagi masyarakat. Dan juga
sebagai alat bantu bagi masyarakat yang ingin mengetahui kategori hujan yang terjadi

4
pada suatu daerah

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mengetahui intensitas curah hujan yang terjadi pada suatu daerah?
2. Bagaimana proses untuk melakukan klarifikasi intensitas curah hujan berdasarkan
data hasil yang didapatkan dari proses pengukuran 10 tahun terakhir?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui cara menentukan intensitas curah hujan yang terjadi disuatu
daerah.
2. Mahasiswa mengetahui cara klarifikasi intensitas curah hujan berdasarkan data hasil
proses pengukuran 10 tahun terakhir.
D. MANFAAT
1. Dapat mengetahui intensitas curah hujan yang terjadi disuatu wilayah.
2. Dapat mengetahui proses klarifikasi intensitas curah hujan berdasarkan data hasil
yang didapatkan dari proses pengukuran

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)


Daerah Aliran Sungai adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi di
mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. DAS
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai.

B. CURAH HUJAN
Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada
tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu)
milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

C. CURAH HUJAN RATA RATA DAS


Dalam Ilmu Hidrologi ada sebuah data tentang hujan yang sangat berperan penting dalam
pengambilan data hujan. Istilah itu adalah hujan rata-rata atau hujan DAS (Daerah Tangkapan
Air atau Daerah Aliran Sungai). DAS adalah daerah dimana air hujan jatuh kemudian
mengalir menuju saluran atau sungai pada suatu stasiun yang ditinjau. Misalnya suatu lembah
yang memiliki sebuah sungai, setiap air yang mengalir dari semua daerah tersebut saat hujan,
baik itu dari atas bukit / gunung, lereng atau dataran yang menerima hujan itulah yang disebut
dengan DAS. Dengan hujan rata-rata kita dapat mengetahui hujan yang terjadi di suatu
Daerah tangkapan hujan. Hujan rata-rata tentunya dinyatakan dalam angka-angka sesuai
dengan data rata-rata suatu daerah tangkapan air hujan. Untuk menentukan besarnya hujan
rata-rata DAS sering digunakan 3 cara atau metode yaitu seperti berikut
1. Metode Rata-Rata Aritmatik (aljabar)
Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam
waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah stasiun. Stasiun hujan
yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam DAS, tetapi stasiun di luar
DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan. Metode rata-rata
aljabar memberikan hasil yang baik apabila Stasiun hujan tersebar secara merata di
DAS dan Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS. Tapi metode ini memiliki
juga kekurangan yaitu kurang akurat karena bergantung pada distribusi hujan terhadap
ruang dan ukuran daerah aliran sungai (besar atau kecil).

6
Keterangan :

2. Metode Thiessen
Dalam metode thiessen curah hujan rata-rata didapatkan dengan membuat yang
memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan
demikian setiap stasiun penakar hujan akan terletak pada suatu wilayah poligin tertutup
luas tertentu. cara ini dipandang lebih baik dari 'ara rerata aljabar (Arimatik) yaitu
dengan memmasukan faktor luas areal yang diwakili oleh setiap stasiun hujan jumlah
perkalian antara tiap-tiap luas poigon dengan besar curah hujan di stasiun tersebut
dibagi dengan luas daerah seluruh DAS akan menghasilkan nilai curah hujan rata-rata
DAS. Prosedur hitungan dari metode ini dilukiskan pada persamaan- persamaan
berikut:

A = Luas daerah aliran (km 2 )


An = Luas daerah pengaruh stasiun n (km 2 )
Wn = Faktor pembobot daerah pengaruh stasiun n
Rn = Tinggi hujan pada stasiun n (mm)

3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang
sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua
garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis Isohyet
tersebut. Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman
hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar
merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008).

D. ANALISA FREKUENSI
Frekuensi merupakan jumlah kejadian dari sebuah varian, dengan analisis frekuensi a
kan diperkirakan interval kejadian tertentu, seperti 10 tahunan, 100 tahunan atau 1000 tahuna
n. Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran atau Lake T perist
iwa-peristiwa ekstrim (hujan, banjir, kekeringan, dsb) yang berkaitan dengan frekuensi kejadi
annya melalui penerapan distribusi kemungkinan.
Dalam perhitungan curah hujan harian maksimum, dapat dilakukan dengan 3 metode,

7
yaitu Metode Gumbel, Metode Log Pearson III dan Metode Log Normal :
a. Metode Log Normal
Distribusi normal seringkali digunakan untuk menganalisis frekuensi curah hujan, analisis
statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit rata-rata tahunan. Sebaran normal atau
kurva normal disebut pula sebaran Gauss. Rumus dari distribusi normal adalah:

Xt = x̅ + z. Sx

Keterangan:

Xt = Curah Hujan Rencana (mm/hari)

x̅ = Curah Hujan Maksimum Rata-rata (mm/hari)

Sx = Standar deviasi

z = Faktor frekuensi

b. Metode Gumbel
Distribusi Gumbel digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk analisis frek
uensi banjir. Distribusi Gumbel mempunyai koefisien kemencengan (Coefisien of skwenn
es) atau CS = 1,139 dan koefisien kurtosis (Coeficient Curtosis) atau Ck< 4,002. Pada me
tode ini biasanya menggunakan distribusi dan nilai ekstrim dengan distribusi dobel ekspo
nensial.

+S×K
Keterangan :

c. Distribusi Log Pearson Tipe III


Distribusi Log Pearson Tipe III digunakan dalam menganalisis hidrologi terutama pada a
nalisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrim. Bent

8
uk sebaran Log Pearson Tipe III merupakan buah hasil dari transformasi sebaran Pearson
Tipe III dengan menggantikan varian yang menjadi nilai logaritmik. Adapun menurut (So
emarto C.D., 1995) prosedur perhitungannya sebagai berikut:

Keterangan :

E. INTESITAS CURAH HUJAN


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Intensitas hujan
tergantung dari lama dan besarnya hujan. Semakin lama hujan berlangsung maka
intensitasnya akan cenderung makin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin pendek lamanya
hujan maka semakin kecil juga intensitasnya.
a. Metode Mononobe
Rumus ini digunakan apabila data curah hujan yang tersedia hanya curah hujan harian. Ru
mus :

Keterangan :

b. Metode Van Breen


Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, curah hujan
terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hu
jan selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007). Perhitungan intensitas curah hujan de
ngan menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai berikut :

Keterangan :

9
IT : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)

c. Metode Haspers dan Der Weduwen


Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar
anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan
lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam (Melinda, 2
007) Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der We
duwen adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Keterangan :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
t : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)

F. DEBIT BANJIR
1 Debit
Debit (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yan
g melalui suatu penampang melintang persatuan waktu (Soewarno, 1991). Biasanya dinya
takan dalam satuan meter kubik per detik (m'de) atau liter per detik (det) Aliran adalah pe
rgerakan air di dalam alur sungai. Pengukuran debit yang dilaksanakan di suatu pos duga
air tujuannya terutama adalah untuk membuat lengkung debit dari pos duga air yang bersa
ngkutan.

10
Lengkung debit dapat merupakan hubungan yang sederhana antara tinggi muka air da
n debit, dapat pula merupakan hubungan yang komplek apabila debit disamping fungsi da
ri tinggi muka air juga merupakan fungsi dari kemiringan muka air, tingkat perubahan mu
ka air dan fungsi dari faktor lainnya. Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran
luas penampang basah, kecepatan aliran dan tinggi muka air. Rumus umum yang biasa di
gunakan adalah:

2 Debit banjir Rancangan


Menurut Subarkah, 1980, banjir adalah genangan air pada permukaan tanah sampai m
elebihi batas tinggi tertentu yang mengakibatkan kerugian. Debit banjir rancangan adalah
debit besar tahunan yang diperkirakan dengan suatu proses kemungkinan ulang yang terte
ntu. (Martha dan Adidarma, 2000).
Penentuan banjir rancangan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bila disajikan d
alam bentuk hidrograf banjir. Hidrograf aliran adalah suatu grafik yang memperlihatkan h
ubungan antara debit dengan waktu. Cukup banyak Informasi yang diberikan dari hasil pe
ngalihragaman hujan menjadi hidrograf limpasan, salah satu cara yang selama ini diangga
p baik yaitu dengan penurunan hidograf satuan dari hidrograf banjir yang teramati. Namu
n demikian, sulitnya untuk mendapatkan data hidrograf pengamatan merupakan kendala y
ang utama yang dihadapi akhir-akhir ini. Akhirnya dikembangkan penurunan hidrograf ya
ng didasarkan sintetis parameter bentuk aliran sungai yang dikenal dengan hidrograf sinte
tis (Bisri dan Andawayanti, 1995).
Metode perhitungan hidrograf satuan sintetis yang umum digunakan adalah: Metode
Snyder, Metode Nakayasu, Metode Gama-1, Metode Rasional.
a. Hitung Debit Banjir Menggunakan Metode HSS Snyder
Metode ini dikembangkan oleh pakar dari Amerika Serikat yang bernama
Franklin F. Snyder pada tahun 1938. Pada mulanya, metode ini dikembangkan
berdasarkan karakteristik DAS di daerah pegunungan Appalachian di Amerika
Serikat.

11
Pada dasarnya, metode Snyder merupakan metode yang didasarkan pada
rumus empiris dan koefisien empiris yang menghubungkan antara unsur-unsur
hidrograf (seperti waktu puncak, debit puncak, waktu kelambatan dan waktu
rencana) satuan dengan karaktersitik dari DAS (seperti luas DAS, bentuk
DAS, topografi, kemiringan saluran, kerapatan sungai dan daya tampung
saluran).

Dari unsur-unsur hidrograf tersebut dihubungkan dengan:

Model hidrograf satuan sintetis menurut Snyder:

12
b. Hitung Debit Banjir Menggunakan Metode HSS Nakayasu
Metode HSS Nakayasu dikembangkan oleh Dr. Nakayasu pada tahun 1940 di Jep
ang. Hidrograf satuan Nakayasu dikembangkan berdasarkan sungai-sungai yang bera
da di Jepang yang hingga saat ini masih banyak digunakan di Indonesia.

Penggunaan metode HSS Nakayasu memerlukan beberapa karakteristik paramete


r dari suatu DAS seperti debit puncak, luas DAS, hujan efektif, waktu dari permulaan
menuju puncak, waktu konsentrasi, waktu satuan dari curah hujan dan panjang sungai

13
utama.

c. Hitung Debit Banjir Menggunakan Metode Rasional


Metode Rasional digunakan jika luas daerah aliran sungai mempunyai luasan kur
ang dari 100km2 (<100km2). Rumus umum Metode Rasional :

Qt = 0,278C.I.A

dimana:

Qt = Debit banjir (m3/det)

C = Koefisien pengaliran

I = Intensitas hujan (mm/jam)

A = Luas Daerah Aliran (km2)

14
d. Hitung Debit Banjir Menggunakan Metode HSS Gama-1
Metode ini dikembangkan berdasarkan riset dari Dr. Sri Harto terhadap perilaku h
idrologi pada 30 DAS yang terletak di Pulau Jawa pada dekade 1980-an yang mengga
bungkan antara Metode Strahler dan pendekatan Kraijenhorr van der Leur.

Pada HSS Gama 1 ini, variabel yang digunakan dalam perhitungannya merupaka
n variabel fisik DAS yaitu morfometri DAS. Hal tersebut membuat metode ini menja
di salah satu upaya dalam mengatasi kesulitan pada analisis hidrologi terhadap sunga
i-sungai yang memiliki data yang terbatas.
Komponen utama yang diperlukan dalam penggunaan metode GAMA-1 ada 3 kompo
nen dasar yaitu waktu naik, waktu dasar, debit puncak. Berikut uraiannya:

15
Hujan efektif didapat dengan menggunakan metode ∅ indeks yang dipengaruhi f
ungsi luas DAS dan frekuensi sumber SN, dirumuskan sebagai berikut :

Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sung
ai dengan persamaan sebagai berikut:

Besarnya hidrograf satuan dihitung dengan persamaan eksponensial sebagai berik


ut :

16
BAB III

PERHITUNGAN

Pengujian hidrologi yang dilakukan menggunakan data dari internet dengan pengambilan data 10
melalui situs data online BMKG. Tempat pengujian yang dilakukan di DAS Sungai Cisadane.
Dipengujian ini kita menggunakan 2 stasiun hujan yang kami gunakan datanya ada Stasiun
Meteorologi Budiarto dan Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta.

Luas Daerah
Nama Daerah Luas Daerah Presentase Satuan
Soetta 386.99 21%
Budiarto 1429.12 79% Km²
Total 1816.11 100%

1. Data curah hujan 10 tahun terakhir

Curah Hujan Maksimum


Tahun Stasiun Meteorologi Budiarto
2012-2013 103.4
2013-2014 112.5
2014-2015 58.2
2015-2016 105.5
2016-2017 103.5
2017-2018 95.5
2018-2019 127
2019-2020 118.6
2020-2021 84.5
2021-2022 84

Curah Hujan Maksimum


TAHUN Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta
2021-2022 150.6
2020-2021 79.4
2019-2020 147.9
2018-2019 77.4
2017-2018 86.2
2016-2017 125.5
2015-2016 147.6
2014-2015 127.7
2013-2014 397.4
2012-2013 134.6

17
2. Curah Hujan Rata Rata
Berdasarkan perhitungan yang telah di lakukan didapatkan presentase curah hujan di 2
Stasiun Meteorologi yang mempengaruhi Sungai Cisadane sebagai berikut :

Rata-rata
Tahun Stasiun Meteorologi Budiarto
2012-2013 9.18
2013-2014 7.04
2014-2015 5.08
2015-2016 8.68
2016-2017 13.99
2017-2018 14.54
2018-2019 13.36
2019-2020 16.12
2020-2021 15.1
2021-2022 12.52

Rata-rata
TAHUN Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta
2021-22 6.03
2020-21 6.25
2019-20 6.13
2018-19 3.96
2017-18 4.71
2016-17 6.8
2015-16 4.46
2014-15 5.3
2013-14 9.83
2012-13 5.77

3. Validasi Data Curah Hujan dengan Command Correl

18
Correl adalah nilai hubungan antar data.

Keterangan Jika

Valid Ftabel < Correl

Tidak Valid Ftabel > Correl

Data Jumlah
N 10
dF (N-2) 8
Alpha 5%
Ftabel 0.6311

Curah Hujan Maksimum (mm)


Tahun Total
Soetta Budiarto

2012-2013 134.60 103.40 238.00

2013-2014 397.40 112.50 509.90

2014-2015 127.70 58.20 185.90

2015-2016 147.60 105.50 253.10

2016-2017 125.50 103.50 229.00

2017-2018 86.20 95.50 181.70

2018-2019 77.40 127.00 204.40

2019-2020 147.90 118.60 266.50

2020-2021 79.40 84.50 163.90

2021-2022 150.60 84.00 234.60

Correl 0.980173676 0.386036755

Keterangan VALID TIDAK VALID  

4. Analisa Frekuensi

19
Tabel 1. Besar Curah Hujan Stasiun Soetta dan Budiarto
Perhitungan Curah Hujan
Tahun Soetta Budiarto R Maks
2012-2013 134.6 103.4 110.048
2013-2014 397.4 112.5 173.209
2014-2015 127.7 58.2 73.010
2015-2016 147.6 105.5 114.471
2016-2017 125.5 103.5 108.188
2017-2018 86.2 95.5 93.518
2018-2019 77.4 127 116.431
2019-2020 147.9 118.6 124.843
2020-2021 79.4 84.5 83.413
2021-2022 150.6 84 98.192
R Maks Rata-rata 109.532

Tabel 2. Parameter Statistik Curah Hujan Maksimum Normal

No Tahun X X-xrt (X-xrt)^2 (X-xrt)^3 (X-xrt)^4

1 2012-2013 110.048 0.516 0.266 0.137 0.071

2 2013-2014 173.209 63.676 4054.664 258185.756 16440298.754

3 2014-2015 73.010 -36.523 1333.909 -48717.992 1779313.636

4 2015-2016 114.471 4.939 24.391 120.458 594.905

5 2016-2017 108.188 -1.344 1.807 -2.430 3.266

6 2017-2018 93.518 -16.014 256.448 -4106.750 65765.436

7 2018-2019 116.431 6.899 47.591 328.310 2264.879

8 2019-2020 124.843 15.311 234.432 3589.432 54958.430

9 2020-2021 83.413 -26.119 682.203 -17818.478 465401.174

10 2021-2022 98.192 -11.341 128.611 -1458.534 16540.758

Jumlah 1095.323 0.000 6764.322 190119.910 18825141.310

Rata Rata 109.532        

Tabel 3. Parameter Statisik Logaritma Curah Hujan Maksimum Log Normal


(Log X - Lo (Log X - Log (Log X - L
No Tahun X Log X Log X - Log xrt
g xrt)^2 xrt)^3 og xrt)^4

20
1 2012-2013 110.048 2.042 0.013 0.000 0.000 0.000

2 2013-2014 173.209 2.239 0.210 0.044 0.009 0.002

3 2014-2015 73.010 1.863 -0.165 0.027 -0.004 0.001

4 2015-2016 114.471 2.059 0.030 0.001 0.000 0.000

5 2016-2017 108.188 2.034 0.006 0.000 0.000 0.000

6 2017-2018 93.518 1.971 -0.057 0.003 0.000 0.000

7 2018-2019 116.431 2.066 0.038 0.001 0.000 0.000

8 2019-2020 124.843 2.096 0.068 0.005 0.000 0.000

9 2020-2021 83.413 1.921 -0.107 0.011 -0.001 0.000

10 2021-2022 98.192 1.992 -0.036 0.001 0.000 0.000

Jumlah 1095.323 20.283 0.000 0.095 0.004 0.003

Rata Rata 109.532 2.028      

Tabel 4. Hasil Perhitungan Dispersi


Hasil Dispersi
No Dispersi Parameter Statis
Parameter Statistik
tik Logaritma
Standar Devia
1 27.415 0.103
si (Sd)

Koef Kemenc
2 1.282 0.482
engan (Cs)

Koef Kurtossis
3 2.934 1.307
(Ck)

Koef Varian
4 0.250 0.051
(Cv)

Tabel 5 & 6. Besar Curah Hujan Periode Ulang Tertentu Metode Normal & Log Normal
Normal Log Normal
Periode
KT XT KT XT
2 0 109.532 0 106.7345
5 0.84 132.561 0.84 130.1546
10 1.28 144.624 1.28 144.4069
20 1.64 154.493 1.64 157.2213
25 1.71 156.367 1.71 159.7791
50 2.05 165.733 2.05 173.2061
100 2.33 173.410 2.33 185.0467

Tabel 7. Besar Curah Hujan Periode Ulang Tertentu Metode Gumbel


Periode Sn Yn YT KT XT
2 0.9497 0.4952 0.36651 -0.1355 105.817

21
5 0.9497 0.4952 1.49999 1.0580 138.538
10 0.9497 0.4952 2.25037 1.8481 160.199
20 0.9497 0.4952 2.97019 2.6061 180.978
25 0.9497 0.4952 3.12548 2.7696 185.461
50 0.9497 0.4952 3.90194 3.5872 207.875
100 0.9497 0.4952 4.60015 4.3224 228.031

Tabel 8 & 9 . Besar Curah Hujan Periode Ulang Tertentu Metode Pearson Type III & Log Perso
n Type III
KT Pearson 2 5 10 20 25 50 100

1.2 0.195 0.732 1.34 1.838 2.087 2.626 3.149

1.282 0.207 0.721 1.339 1.849 2.104 2.659 3.200

1.3 0.210 0.719 1.339 1.852 2.108 2.666 3.211

KT Log 3 Parameter 2 5 10 20 25 50 100


-0.06 1.74
0.4 0.813 0.313 1.855 2.263 2.622
5 8
-0.07 1.76
0.482 0.805 0.316 1.867 2.303 2.682
8 5
-0.09 1.78
0.6 0.793 0.319 1.885 2.360 2.767
5 9

Log Normal 2 Parameter Log Normal 3 Parameter


Periode
KT XT KT XT
2 -0.025 108.839 -0.0776 104.7972
5 0.833 132.377 0.8048 129.0784
10 1.297 145.080 0.3155 114.9913
20 1.686 155.766 1.7649 161.9276
25 1.761 157.822 1.8669 165.8744
50 2.135 168.064 2.3029 183.8665
100 2.458 176.920 2.6815 201.0652

Tabel 12. Rekapitulasi Curah Hujan Rancangan Distribusi Sebaran Curah Hujan
Curah Hujan Rancangan
Periode Log Norm Pearson Log Pears Log Normal Log Normal
Normal Gumbel
al Type III on Type III 2 Parameter 3 Parameter
2 109.532 106.7345 105.817 115.213 90.823 108.839 104.7972
5 132.561 130.1546 138.538 129.310 103.219 132.377 129.0784

22
10 144.624 144.4069 160.199 146.246 109.980 145.080 114.9913
20 154.493 157.2213 180.978 148.517 110.659 155.766 161.9276
25 156.367 159.7791 185.461 160.227 113.681 157.822 165.8744
50 165.733 173.2061 207.875 167.217 115.197 168.064 183.8665
100 173.410 185.0467 228.031 182.418 117.994 176.920 201.0652

5. Intensitas Hujan dan Debit Banjir

Koefisien Kekasaran (Roughness)


Ground Cover nd %Ground Cover n
Cement Concrete and asphalt concret
0.013 5% 0.00065
e

Poor grassland, cultivated land, and b


are lot with a suitable surface roughn 0.2 40% 0.08
ess

Coniferous forest land, and dense deci


duous forest land with dese or spares 0.8 55% 0.44
undergress

Total 100% 0.52065

Koefisien Aliran (Runoff)


Ground Cover nd %Ground Cover n

Bergunung & Curam 0.9 25% 0.225

Sawah 0.8 25% 0.2

Tanah Datar yang ditanami 0.6 50% 0.3

Total 100% 0.725

Waktu Konsentrasi Metode Hathway


Keterangan Jumlah Satuan
Luas Daerah Pengaliran 1,816 km^2
L (Panjang Sungai) 126000 m
Elevasi Hulu 116 m
Elevasi Hilir 6 m
S (Kemiringan) 0.00087 -

23
n (Koef Roughness) 0.52065 -
tc (Waktu Konsentrasi) 559.46563 Jam

Curah Hujan Terpilih


Periode Normal Log Normal Pearson Type III Log Pearson Type III
2 109.532 106.734 115.213 90.823
5 132.561 130.155 129.310 103.219
10 144.624 144.407 146.246 109.980
20 154.493 157.221 148.517 110.659
25 156.367 159.779 160.227 113.681
50 165.733 173.206 167.217 115.197
100 173.410 185.047 182.418 117.994

Intensitas Hujan Metode Mononobe (mm/jam)


tc (jam) Periode Normal Log Normal Pearson Type III Log Pearson Type III
2 0.559 0.545 0.588 0.464
5 0.677 0.665 0.660 0.527
10 0.738 0.737 0.747 0.562
559.46563 20 0.789 0.803 0.758 0.565
25 0.798 0.816 0.818 0.580
50 0.846 0.884 0.854 0.588
100 0.885 0.945 0.931 0.602

Curah Hujan Efektif


Periode Normal Log Normal Pearson Type III Log Pearson Type III
2 57.028 55.571 59.986 47.287
5 69.018 67.765 67.325 53.741
10 75.298 75.185 76.143 57.261
20 80.437 81.857 77.325 57.615
25 81.412 83.189 83.422 59.188
50 86.289 90.180 87.062 59.977
100 90.286 96.345 94.976 61.433

Debit Banjir Metode Mononobe (m^3/det)


Periode Normal Log Normal Pearson Type III Log Pearson Type III
Q2 204.551 199.326 215.161 169.611
Q5 247.557 243.063 241.485 192.761
Q10 270.084 269.679 273.114 205.387
Q20 288.515 293.610 277.354 206.655
Q25 292.014 298.387 299.223 212.298
Q50 309.506 323.462 312.277 215.129

24
Q100 323.842 345.574 340.665 220.353

Debit Banjir Metode Rasional (m^3/det)


Periode Normal Log Normal Pearson Type III Log Pearson Type III
Q2 204.567 199.342 215.178 169.625
Q5 247.577 243.082 241.505 192.776
Q10 270.106 269.701 273.136 205.404
Q20 288.538 293.634 277.376 206.672
Q25 292.037 298.411 299.247 212.315
Q50 309.531 323.487 312.302 215.147
Q100 323.868 345.602 340.693 220.371

Debit Banjir Metode Mononobe (m^3/det)


Periode Normal Log Normal Pearson Type III Log Pearson Type III
2 204.551 199.326 215.161 169.611
5 247.557 243.063 241.485 192.761
10 270.084 269.679 273.114 205.387
20 288.515 293.610 277.354 206.655
25 292.014 298.387 299.223 212.298
50 309.506 323.462 312.277 215.129
100 323.842 345.574 340.665 220.353

Debit Banjir Metode Rasional (m^3/det)


Periode Normal Log Normal Pearson Type III Log Pearson Type III
2 204.567 199.342 215.178 169.625
5 247.577 243.082 241.505 192.776
10 270.106 269.701 273.136 205.404
20 288.538 293.634 277.376 206.672
25 292.037 298.411 299.247 212.315
50 309.531 323.487 312.302 215.147
100 323.868 345.602 340.693 220.371

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang telah kami dapat dan olah, maka


dapat ditarik kesimpulan bahwasanya luasan wilayah DAS seluruhnya Mengacu pada
data curahhujan dengan distribusi, maka telah didapatkan:
a. Distribusi Gumbel, intensitas hujan rencana.
b. Distribusi Normal, intensitas hujan rencana.

25
c. Distribusi Log Pearson III, intensitas hujan rencana.

26

Anda mungkin juga menyukai