Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL SKRIPSI

EVALUASI KINERJA SISTEM DRAINASE MENGGUNAKAN PROGRAM SWMM


(STORM WATER MANAGEMENT MODEL) DI LINGKUNGAN LENDANG
BEDURIK.

M. RIFKY HARIADY
NIM : 200605022

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023

i
KATA PENGANTAR

Penelitian ini didasarkan pada pentingnya sistem drainase yang efisien dan berkinerja
tinggi dalam mengatasi masalah genangan air dan banjir di lingkungan Lendang Bedurik. Dalam
konteks ini, program SWMM (Storm Water Management Model) telah terbukti sebagai alat yang
efektif dalam mengevaluasi kinerja sistem drainase secara komprehensif.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kinerja sistem drainase yang ada di
daerah studi menggunakan program SWMM. Metode evaluasi akan mencakup analisis hidrologi,
termasuk pemodelan aliran permukaan, pengumpulan dan penggunaan data debit air, serta
analisis perancangan sistem drainase yang lebih baik.

Dalam melaksanakan penelitian ini, saya akan mengumpulkan data lapangan yang
relevan mengenai karakteristik hidrologi daerah studi, termasuk curah hujan, penggunaan lahan,
dan sistem drainase yang ada. Selanjutnya, saya akan memodelkan sistem drainase menggunakan
program SWMM untuk menganalisis kinerja eksisting dan melakukan simulasi perancangan
alternatif yang lebih optimal.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
kinerja sistem drainase di daerah studi dan memberikan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
metodologi evaluasi kinerja sistem drainase menggunakan program SWMM.

Demikianlah proposal skripsi ini saya ajukan. Saya berharap agar proposal ini dapat
diterima dan mendapatkan persetujuan dari Bapak/Ibu untuk dilaksanakan sebagai tugas akhir
studi. Segala bantuan dan dukungan yang diberikan sangat saya hargai.

Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

[Nama Mahasiswa

ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
2.1 Pengertian Drainase...............................................................................................................4
2.2 Siklus Hidrologi.....................................................................................................................4
2.3 Analisis Hujan........................................................................................................................5
2.4 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata...........................................................................6
2.5 Analisis Intesitas Hujan.........................................................................................................7
2.6 Software EPA SWMM...........................................................................................................7
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................10
3.1 Lokasi Penelitian..................................................................................................................10
3.2 Teknik Pengumpulan Data...................................................................................................10
3.3 Alat dan Bahan.....................................................................................................................10
3.4 Analisis Data........................................................................................................................11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air.
Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari durasi hujan
yang lama. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha
untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan, Sistem drainase dapat didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan
air (banjir) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Dalam pembangunan maupun pemeliharaan jalan raya, drainase salah satu hal yang sangat
penting untuk diperhatikan. Kondisi drainase yang buruk, umumnya dapat menjadi penyebab
utama luapan atau genangan pada jalan sehingga dapat mengganggu aktivitas pengguna jalan.
Drainase yang baik harus mampu menghindarkan masalah luapan debit air yang diakibatkan oleh
pengaruh air hujan. Pembangunan drainase sudah semestinya dirancang untuk menampung debit
aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan. Artinya kapasitas saluran drainase sudah
diperhitungkan untuk dapat menampung kelebihan debit air yang terjadi. Sehingga tidak
mengalami genangan atau banjir.

Permasalahan banjir atau genangan sering terjadi pada jalan disekitaran lingkungan Lendang
Bedurik saat musim hujan. Genangan yang terjadi pada jalan raya mengakibatkan terganggunya
arus lalu lintas oleh pengguna jalan, serta menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan.
Genangan yang terjadi diakibatkan oleh saluran drainase yang tidak berfungsi secara optimal dan
intensitas hujan yang tinggi dalam waktu cukup lama.

Pada saluran drainase di lingkungan Lendang Bedurik terjadi luapan di beberapa titik pada
saat musim hujan. Luapan yang terjadi mengakibatkan aktivitas masyarakat sekitar terganggu
dan menyababkan kerusakan pada jalan tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: menurunnya kapasitas saluran drainase, dan meningkatnya debit aliran air akibat
curah hujan yang tinggi.

4
Oleh karena itu dengan menggunakan software EPA SWMM untuk melakukan simulasi
drainase dan perencanaan perbaikan saluran drainase di lingkungan Lendang Bedurik.
Penggunakan EPA SWMM untuk mengetahui kondisi eksisting, kapasitas saluran drinase dan
perencanaan dimensi yang sesuai untuk saluran drinase tersebut. Hasil dari perencanaan itu dapat
digunakan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi genangan yang terjadi di lingkungan
tersebut pada saat musim hujan.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas berdasarkan latar belakang di atas adalah :

1. Bagaimana kinerja system drainase di lingkungan Lendang Bedurik saat ini


2. Sejauh mana system drainase yang ada mampu mengatasi genangan air dan
mengalirkan air hujan secara efisien
3. Bagaimana permodelan system drainase yang dilakukan dengan menggunakan EVA
SWMM.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengevaluasi kinerja system drainase yang ada di area penelitian untuk mengetahui
sejauh mana system tersebut berfungsi dengan baik.
2. Mengidentifikasi kelemahan dan hambatan yang ada dalam system drainase yang
menyebabkan terjadinya genangan air.
3. Menggunakan program EPA SWMM sebagai alat untuk menguji dan megevaluasi
sistem drainase
4. Penggunaan EPA SWMM untuk melakukan perencanaan perbaikan yang di perlukan
untuk meningkatkan efisiensi saluran drainase.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Menyediakan informasi yang relevan bagi pemerintah daerah, pengembang dan
masyarakat sekitar kinerja system drainase yang ada.

5
2. Meningkatkan pemahaman tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja
system drainase .
3. Mengidentifikasi kelemahan dan hambatan dalam system drainase yang dapat
diperbaiki untuk meningkatkan efisiensi dan daya tampungnya.
4. Mendorong implementasi standar teknis dan peraturan yang lebih ketat dalam
perencanaan dan pengembangan system drainase.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Drainase


Drainase merupakan saluran air di permukaan atau di dalam tanah, baik yang terbentuk
secara alami maupun dibuat oleh tangan manusia. Drainase berfungsi untuk mengurangi
kelebihan air baik itu air hujan, rembasan, serta irigasi berdasarkan tempat atau lahan untuk
mengindari terjadinya genangan akibat luapan air.

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.


Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
digunakan secara optimal.

Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitanya
dengn sanitasi. (Dr. Ir. Suripin, M.Eng. 2004)

Saat ini drainase sudah menjadi infrastruktur yang sangat penting. Kualitas manajemen
suatu wilayah dapat dilihat dari kualtas sistem drainase yang ada. Sistem drainase yang baik
dapat membebaskan suatu wilayah dari genangan air. Genangan air dapat menyebabkan
lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk, dan menjadi sumber penyakit
lainya, sehingga dapat menurunkan kuallitas lingkungan dan kesehataan masyarakat.

2.2 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah penguaapan air dari samudra . uap ini dibawa diatas daratan oleh
massa udara yang bergerak. Bila didinginkan hingga titik embunya, maka uap tersebut akan
membeku menjadi butiran air yang dapat dilihat berbentuk awan dan kabut. Dalam kondisi
meteodologis yang sesuai, butiran – butiran kecil itu akan berkembang cukup besar untuk dapat
jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dibawah:

7
GAMBAR 2.1 Siklus Hidrologi

Sumber : Narasimhan (2009)

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (waduk, danau, rawa) dan sebagian
air bawah tanah akan terkumpul akan mengalir membentuk sungai dan berakhir dilaut. Prose
perjalanan air di daratan terjadi dalam komponen – kompenen siklus hidrologi yang membentuk
sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi ini secara keseluruhan relatif tetap, yang
berubah adalah wujud dan tempat.

2.3 Analisis Hujan


Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi hanya
pada suatu tempat atau titik saja. Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung
hujan rata-rata kawasan:

1. Metode Poligon Thiessen


Hasil metode poligon thiesen lebih akurat dibandingkan dengan metode rata-rata
aljabar. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500-5000 km2, dan jumlah
penakar hujan terbatas dibandingkan luasnya. Prosedur penerapan meotde ini meliputi
langkah langkah sebagai berikut:
a. Lokasi pos penakar hujan di plot pada peta DAS. Antar pos penakar dibuat
garis lurus penghubung.

8
b. Tarik garis tegak lurus ditengah tengah tiap harus penghubung sedemikian
rupa, sehingga membentuk poligon thiessen. Semua titik dalam satu poligon
akan mempnuyai jarak terdekat dengan pos penakar yang ada didalamnya
dibandingkan dengan jarak terhadap pos lainnya. Selanjutnya, curah hujan
pada pos tersebut dianggap representasi hujan pada kawasan dalam poligon
yang bersangkutan.
c. Luas areal pada tiap tiap poligon dapat diukur dengan planimeter dan luas
total DAS dapat dikethui dengan menjumlahkan semua luasan polygon.

2. Metode Isohyet
Metode Isohyet ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan
hujan rata –rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman memperhitungkan
secara aktual pengaruh tiap tiap pos penakar hujan Dengan kata lain, asumsi metode
thiessen menganggap bahwa tiap-tiap pos penakar mencatat kedalaman yang sama
untuk dearah sekitarnya dapat dikoreksi. Metode isohyet terdiri dari beberapa
langkah:
a. Pelot data kedalman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta.
b. Gambar kontur kedalaman air hujan dengan menghubungkan titik - titik yang
mempunyai kedalaman air yang sama. Interval isohyet yang umum dipakai
adalah 10 mm.
c. Hitung luas area antara dua garis isohyet dengan menggunakan planimeter,
kalikan masing masing luas areal dengan rata-rata hujan antara dua isohyet
yang berdekatan.

2.4 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata


Perhitungan data hujan maksimum harian rata-rata DAS harus dilakukan secara benar
untuk analisis frekuensi data hujan. Dalam praktek sering kita jumpai perhitungan yang kuran
pas, yaitu dengan cara mencari hujan maksimum harian setiap pos hujan dalam satu tahun,
kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS. Cara ini tidak logis karena rata-rata
hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan yang terjadi pada hari yang berlainan.
Hasilnya akan jauh

9
menyimpang dari yang seharusnya. Dari hasil rata-rata yang diperoleh dipilih yang tertinggi
setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap tahun merupakan hujan maksimum harian DAS
untuk tahun yang bersangkutan.

2.5 Analisis Intesitas Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air per satuan waktu. Sifat umum hujan
adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar
periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan
frekuensi hujan biasanya dinyatakan dalam lengkung intensitas durasi frekuensi. Diperlukan data
hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit, dan jam-jam an untuk
membentuk lengkung IDF (intensitas durasi frekuensi). Data hujan jenis ini hanya dapat
diperoleh dari pos penakar hujan otomatis. Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek
tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan salah satu persamaan.

2.6 Software EPA SWMM


Software EPA SWMM 5.1 pertama kali dikembangkan pada tahun 1971 oleh United
States Environmental Protection Agency (US EPA) dan kemudian mengalami beberapa
peningkatan sampai dengan saat ini. Perangkat lunak ini bersifat gratis (public domain) dan versi
terakhirnya yaitu versi 5.1.014 telah beredar sejak 18 Februari 2020 lalu. File instalasi SWMM
dapat diunduh pada lama resmi US EPA.

Storm Water Management Model (SWMM) merupakan model dinamik simulasi hujan-
aliran (rainfall-runoff) yang digunakan untuk simulasi kuantitas maupun kualitas limpasan
permukaan terutama dari daerah perkotaan. Limpasan permukaan yang dihasilkan berasal dari
daerah tangkapan hujan yang menerima hujan. Beban limpasan permukaan tersebut kemudian
dialirkan melalui sistem saluran pipa, saluran terbuka, tampungan, pompa, dan sebagainya. EPA
SWMM 5.1 menghitung kuantitas dan kualitas limpasan permukaan di setiap daerah tangkapan
hujan, dan debit, kedalaman, kecepatan, dan variabel lainnya dalam tiap saluran selama periode
simulasi dengan tahapan waktu tertentu. EPA SWMM 5.1 memiliki kemampuan untuk
menghitung baik aspek hidrologi maupun hidrolika dari suatu sistem drainase. Perangkat lunak
ini dapat menghitung berbagai proses hidrologi untuk menghasilkan limpasan dari daerah

10
perkotaan yang mencakup:
1. Hujan bervariasi fungsi waktu atau hyetograph.
2. Evaporasi
3. Akumulasi salju dan pencairannya.
4. Intersepsi hujan dari tampungan cekungan.
5. Infiltrasi dari lapisan tanah yang tak jenuh.
6. Perkolasi dalam lapisan air tanah.

7. Aliran antara dari air tanah dan sistem drainase.


8. Penelusuran tampungan untuk aliran permukaan.
9. Intersepsi dan retensi hujan/limpasan dengan berbagai praktik pembangunan
berdampak rendah atau low impact development (LID).

EPA SWMM 5.1 juga dapat menghitung proses hidrolika untuk menelusuri limpasan dan
aliran masuk lainnya melalui jaringan sistem drainase pipa, saluran, tampungan/kolam, dan
struktur hidrolik lainnya. Kemampuan hidrolika ini mencakup:

1. Dapat mensimulasikan dengan ukuran jaringan yang tidak terbatas,


yaitu jumlah komponen sistem seperti pipa/saluran, tampungan, dan
struktur hidrolik lainnya yang tak terhingga.
2. . Dapat mensimulasikan bentuk penampang saluran yang bervariasi
termasuk saluran alami seperti sungai.
3. Dapat memodelkan komponen sistem seperti tampungan, pembagi
aliran, pompa, bendung, dan peluap.
4. . Metode penelusuran aliran tersedia untuk aliran mantap, gelombang berasal dari
suatu daerah tangkapan hujan yang kemudian ditelusuri melalui
jaringan sistem drainase.

EPA SWMM 5.1 sudah digunakan secara luas dan diterapkan dalam ribuan
studi sistem drainase dan limbah di seluruh dunia. Secara umum, SWMM banyak
diaplikasikan untuk:

11
1. Perancangan komponen sistem drainase untuk pengendalian banjir.
2. Perencanaan kolam untuk pengendalian banjir dan perlindungan
kualitas air.
3. Pemetaan genangan banjir dari sistem saluran alami/sungai.
4. Perancangan strategi pengaturan untuk meminimalkan luapan dari
saluran limbah.
5. Evaluasi dampak aliran masuk dan infiltrasi terhadap luapan saluran
limbah.
6. Perhitungan alokasi beban pencemar yang diizinkan dari suatu lokasi
studi.
7. Pengendalian limpasan permukaan menggunakan praktik infrastruktur
hijau seperti komponen-komponen LID.
8. Evaluasi efektivitas praktik manajemen terbaik (best management
practices) untuk mengurang beban pencemar.

12
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini berada pada kawasan perumahan Lendang Bedurik. Saluran
eksisting ditinjau berdasarkan genangan dan titik-titik daerah genangan di kawasan perumahan
Lendang Bedurik. Penyebab genangan pada kawasan perumahan Lendang Bedurik adalah
perubahan saluran drainase tidak terkoneksi dengan baik, bukaan/lubang di sisi-sisi jalan yang
berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada sepanjang jalan
menuju ke saluran (Street Inlet) tidak terawat dengan baik, sehingga menyulitkan air untuk
mengalir dari jalan menuju saluran yang pembuangan yang ada, adanya tumpukan sampah dan
sedimen yang tebal di beberapa titik.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian yang dilakukan ini untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan
persoalan yang akan diteliti baik data sekunder dan data primer.
1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung atau observasi dengan
survei lokasi penelitian berupa data hasil pengukuran saluran drainase eksisting yang
ada dikawasan perumahan Lendang Bedurik
2. Data sekunder merupakan data yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer.
Pengambilan data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber yang berhubungan
dengan penelitian atau mendatangi langsung instansi terkait. Data sekunder yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu referensi buku dan karya ilmiah, data curah
hujan harian maksimum 10 tahun, peta perumahan Lendang Bedurik yang di dapat
dari website Google Earth,
3.3 Alat dan Bahan
alat dan bahan yang digunakan untuk survey dilapangan adalah waterpass yang
digunakan untuk membaca bak ukur, mistar untuk mengukur elevasi dan jarak, tripod yang
digunakan sebagai tiang untuk mendirikan waterpass, roll meter untuk mengukur dimensi
saluran, dan cat pilox untuk menandai titikjaringan.

13
3.4 Analisis Data
1. Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi yang dilakukan untuk menghasilkan nilai intensitas hujan, yang
digunakan sebagai dasar dari perhitungan nilai debit rencana pada daerah yang dilakukan
penelitian. Adapun tahapan dalam analisis hidrologi adalah:

a) Pengumpulan data curah hujan.


b) Analisis Intensitas dan Waktu Hujan.
Intensitas curah hujan merupakan ketinggian curah hujan yang terjadi
pada kurun waktu dari air hujan berkonsentrasi. Analisa intensitas curah hujan
dapat dihitung berdasarkan data dari curah hujan yang terjadi pada tahun
sebelumnya. Dalam penelitian ini menggunakan metode tinggi rata – rata
dikarenakan metode ini lebih mudah dalam perhitungan dan dapat
memberikan data yang akurat apabila titik-titik pengukur ditempatkan secara
adil dan merata diwilayah tersebut.
2. Analisis Hidrolika
Analisis hidrolika yang akan dilakukan adalah dengan mensimulasikan daya tampung
debit air dari saluran untuk mengetahui titik luapan yang menyebabkan genangan dengan
dukungan software EPA SWMM yang di lakukan dengan memasukan data hasil survey untuk
menjalankan software.

14

Anda mungkin juga menyukai