Anda di halaman 1dari 68

judulDEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

JUDUL

TUGAS AKHIR – RF141501

KARAKTERISASI SEDIMEN SUNGAI BRANTAS


BERDASARKAN SIFAT MAGNETIK DAN
KANDUNGAN LOGAM BERAT UNTUK MENENTUKAN
KORELASI PARAMETER MAGNETIK DENGAN
TINGKAT PENCEMARAN

MOH FAISAL AMIR


NRP 03411440000035

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Widya Utama, DEA.
19611024 198803 1 001

Mariyanto, S.Si., M.T.


1991 2017 11044

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2018

i
EKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2018

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

ii
UNDERGRADUATE THESIS – RF141501

CHARACTERIZATION OF SEDIMENTS OF BRANTAS


RIVER BASED ON MAGNETIC PROPERTIES AND
HEAVY METAL CONTENTS TO DETERMINE
CORRELATION OF MAGNETIC PARAMETERS WITH
POLLUTION LEVEL

MOH FAISAL AMIR


NRP 03411440000035

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Widya Utama, DEA.
19611024 198803 1 001

Mariyanto, S.Si., M.T.


1991 2017 11044

GEOPHYSICAL ENGINEERING DEPARTEMENT


FACULTY OF CIVIL, ENVIROMENT, AND GEO ENGINEERING
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2018

iii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

LTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

iv
KARAKTERISASI SEDIMEN SUNGAI BRANTAS BERDASARKAN
SIFAT MAGNETIK DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT UNTUK
MENENTUKAN KORELASI PARAMETER MAGNETIK DENGAN
TINGKAT PENCEMARAN

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Sipil Lingkungan Dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Surabaya, 08 November 2018


Menyetujui,
…………………………
1. Dr. Widya Utama, DEA (Pembimbing I)
NIP. 1961 1024 198803 1 001

…………………………
2. Mariyanto, S.Si, M.T (Pembimbing II)
NIP. 1991 201711 0 44

…………………………
1. Dr. Ir. Amien Widodo, MS (Penguji I )
NIP.19591010 198803 1 002

………………………
2. M. Haris Miftakhul Fajar, S.T. M. Eng. (Penguji II)
NIP. 1991 201711 0 44
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Petrofisika
Departemen Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Wien Lestari, S.T, MT


NIP. 19911002 201711 0 44

v
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

LTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

vi
KARAKTERISASI SEDIMEN SUNGAI BRANTAS BERDASARKAN
SIFAT MAGNETIK DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT UNTUK
MENENTUKAN KORELASI PARAMETER MAGNETIK DENGAN
TINGKAT PENCEMARAN

Nama : Moh Faisal Amir


NRP : 03411440000035
Departemen : Teknik Geofisika
Pembimbing : (1) Dr. Widya Utama, DEA
(2) Mariyanto, S.Si., M.T

ABSTRAK

Sungai Berantas Merupakan sungai terpanjang di Jawa Timur yang membentang


320 km melintasi tiga kota dan Sembilan kabupaten. Perkembangan Industri di
Jawa Timur dan Kepadatan Penduduk tidaklah lepas dari perubahan kualitas Air
dan Ekosistem Sungai Brantas. Pencemaran berat terjadi di hilir Sungai Brantas
yang bersumber dari limbah domestik rumah tangga dan limbah beracun dari
industri di sepanjang hilir sungai dari Mojokerto sampai Surabaya dan sidoarjo.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi sedimen berdasarkan
sifat magnetik dan menentukan hubungan parameter megnetik tersebut dengan
tingkat pencemaran. Data yang digunakan adalah sampel sedimen sepanjang
Sungai Brantas yang diambil sebanyak 20 titik dari Kali Brantas pada DAS Hulu
kota (depan kampus Kedokteran UIN Malang) hingga ke Hilir DAM Mlirip
Mojokerto dengan jarak antar titik 11-13 km, atau 250 km. Sedimen diambil dan
diukur menggunankan serangkaian pengukuran magnetik, XRD, XRF, AAS,
dan SEM-EDX.

Kata kunci : Kandungan logam berat, kemagnetan lingkungan sedimen,


sifat magnetik, Sungai Brantas

vii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

LTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

viii
CHARACTERIZATION OF SEDIMENTS OF BRANTAS RIVER BASED
ON MAGNETIC PROPERTIES AND HEAVY METAL CONTENTS TO
DETERMINE CORRELATION OF MAGNETIC PARAMETERS WITH
POLLUTION LEVEL

Student Name : Moh Faisal Amir


Student ID Number : 03411440000035
Departement : Geophysical Engineering
Advisor Lecturer : (1) Dr. Widya Utama, DEA
(2) Mariyanto, S.Si., M.T

ABSTRACT

Berantas River It is the longest river in East Java that stretches 320 km across
three cities and Nine districts. The development of industry in East Java and
population density cannot be separated from changes in water quality and the
Brantas River ecosystem. Heavy pollution occurs in the lower reaches of the
Brantas River, which is sourced from domestic domestic waste and industrial
toxic waste along the river downstream from Mojokerto to Surabaya and
Sidoarjo. The purpose of this study is to characterize sediments based on
magnetic properties and determine the relationship of the magnetic parameters
to the level of pollution. The data used were sediment samples along the Brantas
River which were taken as many as 20 points from Brantas River in the Upper
HAS city (in front of the UIN Malang Medical campus) to the Lower DAM Mlirip
Mojokerto with a distance between 11-13 km or 250 km. Sediments were taken
and measured using a series of magnetic measurements, XRD, XRF, AAS, and
SEM-EDX.

Keywords: Heavy metal content, sediment environmental magnetism, magnetic


properties, Brantas River

ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

LTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

x
KATA PENGANTAR

.‫ت ََأ ْع َما ِلنَا‬


ِ ‫ َوَسَيَِئَا‬,‫وِر ََأ ْن ُف ِسنَا‬ َّ ِ ‫ َونَعُو ُُذ ِب‬,ُ‫ َونَ ْست َ ْغف ُِره‬,ُ‫ َونَ ْستَعِي ُنه‬,ُ‫ نَ ْح َمدُه‬,ِ‫إ ِ َّن ا ْل َح ْمدَ ِ َّّلِل‬
ِ ‫اّلِل ِ ِم ِْْن ُُش ُر‬

,ُ‫ال ُش َِريْكَ َله‬


َ ُ ‫َّللا ُ َو ْحدَه‬ َ ‫ َو ََأ ُْشهَدُ ََأ ْن‬,ُ‫ال هَادِيَ َله‬
َّ ‫ال إ ِ َلهَ إ ِ َّال‬ ْ ُ‫ َو َِم ْْن ي‬,ُ‫ض َّل َله‬
َ ‫ضل ِْل َف‬ َ ‫َّللا ُ َف‬
ِ ‫ال ُِم‬ َّ ‫َِم ْْن ي َ ْه ِد ِه‬

ُ‫َو ََأ ُْشهَدُ ََأ َّن ُِم َح َّمدًا عَ ْبدُه ُ َو َِرَسُو ُله‬

Segala Puji hanya milik Allah Jalla Jalaluh Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“KARAKTERISASI SEDIMEN SUNGAI BRANTAS BERDASARKAN
SIFAT MAGNETIK DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT UNTUK
MENENTUKAN KORELASI PARAMETER MAGNETIK DENGAN
TINGKAT PENCEMARAN” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini dapat terlaksana
dengan baik tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Alm. Bapak (Mahfud Samsul Hadi) yang selalu menginspirasi dan


Ibu penulis (Painah) yang menjadi ibu sekaligus ayah untuk penulis
dan dengan segala pengorbanannya tidak pernah lelah selalu
mendukung dan mendoakan penulis serta keluarga besar penulis
yang telah mendukung dan mendoakan penulis.
2. Bapak Dr. Widya Utama, DEA dan Bapak Mariyanto, S.Si., M.T
selaku dosen pembimbing penulis.
3. Seluruh dosen dan staff Departemen Teknik Geofisika ITS yang
selalu mendukung dan menghibur penulis selama melakukan studi di
Departemen Teknik Geofisika ITS.
4. Tim Penelitian Sedimen Sungai Brantas lab. Cak Mar (Bapak
Mariyanto, S.Si.,M.T dan Ahmad Irfaan Hibatullah) yang selalu
memberikan bantuan dan dukungan Tugas Akhir penulis.
5. Teman-teman Se-bimbingan pak WU yang kompak dan selalu
menemani pengerjaan Tugas Akhir (Yudi, Shafira, Maul, dan Farel)
6. Teman-teman TG-03 (Mahasiswa Teknik Geofisika ITS angkatan
2014) yang sejak awal menjadi mahasiswa selalu mendukung dan
menghibur penulis.

xi
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

xii
7. Teman-teman KSR PMI ITS yang telah mewarnai dan mendukung
penulis.
8. Kakak tingkat penulis (TG-01 dan TG-02) serta adik tingkat penulis
(TG-04 , TG-05, TG-06) yang selalu mendukung dan menghibur
penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan hasil tugas akhir ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Semoga tugas akhir ini membawa manfaat bagi penulis pribadi
maupun bagi pembaca.

Surabaya, 08 November 2018

Moh. Faisal Amir


NRP 03411440000035

xiii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

LTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

xiv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi tugas akhir saya dengan judul
“KARAKTERISASI SEDIMEN SUNGAI BRANTAS BERDASARKAN
SIFAT MAGNETIK DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT UNTUK
MENENTUKAN KORELASI PARAMETER MAGNETIK DENGAN
TINGKAT PENCEMARAN” adalah benar-benar hasil karta intelektual mandiri,
diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diijinkan dan bukan
merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri.

Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada
daftar pustaka.

Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 27 Juli 2018

Moh. Faisal Amir


NRP. 03411440000035

xv
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

LTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

xvi
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ...............................Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR............................................... xv
DAFTAR ISI .................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Sungai Brantas .................................................................................. 4
2.2.1 Pencemaran Sungai Brantas ..................................................... 4
2.3 Sifat Magnetik Batuan ....................................................................... 6
2.3.1 Diamagnet ........................................................................................ 9
2.3.2 Paramagnet ..................................................................................... 10
2.3.3 Ferromagnet ................................................................................... 11
2.4 Histerisis.......................................................................................... 12
2.5 Domain Magnetik............................................................................ 14
BAB III METODOLOGI ................................................................................ 18
3.1 Alur Penelitian ....................................................................................... 18
1.2 Alur Metode Penelitian Tugas Akhir .............................................. 19
3.2.1 Pengambilan Sampel ........................................................................... 19
3.3 Preparasi Sampel ............................................................................. 22
3.4 Pengukuran dan Analisis Sampel .................................................... 23
3.4.1 Pengukuran suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi ..... 24
3.4.2 Analisis XRD ......................................................................... 24
xvii
3.4.3 Analisis AAS ..........................................................................25
3.4.4 Analisis SEM-EDX .................................................................25
3.5 Waktu dan Tempat ............................................................................... 26
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 27
4.1 Hasil Pengukuran ............................................................................ 27
4.1.1 Hasil Pengukuran Susepbilitas Magnetik .......................................27
4.1.2 Hasil Pengukuran ASS (Atomic Absorption Spectophotometry).....28
4.1.3 Hasil Analisis XRD ........................................................................29
4.1.4 Hasil Analisis SEM-EDX ............................................................... 30
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 33
4.2.1 Analisis Hasil Pengukuran Suseptibilitas Magnetik .......................33
4.2.2 Pembahasan dan Analisis Hasil Pengukuran XRD ......................... 36
4.2.3 Hubungan Sifat Magnetik dengan Kandungan Logam Berat .........36
4.2.4 Hubungan kuantitas kandungan logam berat dengan logam berat lain
.................................................................................................................41
BAB V Kesimpulan ......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 45

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sungai yang melalui kawasan padat penduduk dan industri tidaklah


lepas dari resiko pencemaran seperti yang terjadi di kawasan sungai Diyala Iraq
yang tercemar akibat logam berat yang dihasilkan dari limbah industry (Al
Obaidy et al., 2014), sungai Nil di Mesir (Abdel-Satar, Ali and Goher, 2017) ,
dan sungai Narmada India (Gupta, Pandey and Hussain, 2017) yang tercemar
akibat padatnya penduduk di kawasan sungai tersebut, hal ini diakibatkan karena
aktifitas manusia dan aktifitas industri yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kualitas air sungai. Menurut penelitian yang dilakukan
Penurunan kualitas air di sungai Brantas Di indonesia yang dinilai cukup tinggi
pencemarannya yaitu Sungai Citarum (Sudarningsih et al., 2017), sungai
Bengawan Solo dan sungai Brantas(Roosmini et al., 2018). Kebutuhan air
dianggap sebagai persyaratan utama bagi segala bentuk aktivitas manusia baik
sekala rumahan maupun industri(Barakat et al., 2016). Oleh karena itu banyak
penelitian manggunakan berbagai sampel dan metode yang dilakukan untuk
indentifiasi permasalahan terkait seperti penelitian sedimen di sungai Pra Ghana
dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)
yang menyimpulkan bahwa intensitas logam berat yang melebihi ambang
tercemar(Duncan, de Vries and Nyarko, 2018), penelitian menggunakan air
dengan metode AAS di sungai Godavari india yang nunjukan kandungan Besi
dan Seng jauh melebihi ambang batas. Sungai Brantas dikenal sangat vital oleh
masyarakat Jawa Timur karena merupakan pemasok bahan baku air terbesar
untuk PDAM Kota Surabaya dan Malang, saat ini merupakan salah satu sungai
di Indonesia yang mengalami pencemaran cukup parah(Yetti, Soedharma and
Hariyadi, 2011)

Terdapat banyak pengaplikasian metode kemagnetan yang digunakan


pada berbagai bidang penelitian yang menunjukkan bagaimana metode
kemagnatan cukup baik untuk diterapkan pada beberapa disiplin ilmu antaralain
Studi Magnetik Di Situs Paleontologis Dan Hidrokarbon Starunia Carpathians,
Ukraina dengan menggunakan hubungan parameter magnetik (suseptibilitas)

1
dengan kandungan hidrokarbon (Mallison, 2011)(Menshov et al., 2016),
Eksplorasi Magnetik Situs Arkeologi(Bevan and Smekalova 2013), Sifat
magnetik dan implikasinya terhadap iklim masa lampau (Jiang and Liu,
2012)(Pospelova et al., 2007)(jian and zu, rixiang and ge and liu, 2002)

Dari jenis material yang di kaji, metode kemagnetan dapat digunakan


pada peneliian menggunakan berbagai sampel, dan menunjukan korelasi yang
baik, seperti sampel tanah(Wojas, 2017)(Shen et al., 2008)(Jordanova and
Jordanova, 1999)(Orgeira and Compagnucci, 2006)(Mishima et al., 2013) ,
Debu (Diniz et al., no date)(Qian et al., 2014)(Szczepaniak-Wnuk and Górka-
Kostrubiec, 2016), Air(Barakat et al., 2016)(Al Obaidy et al., 2014)(Saksena,
Garg and Rao, 2008) (Bai et al. 2008), dan sedimen (Pan et al., 2018)(Dong et
al., 2012)(Wang et al., 2018).

Beberapa penelitian terkait, korelasi antara sifat magnetik dengan


kandungan logam berat terjadi sangat signifikan seperti pada penelitian terhadap
Distribusi Kontaminasi Logam-Berat dalam Deposit Saluran-Sungai dalam
parameter: Kerentanan Magnetik dan Pendekatan Ukuran Butir (Famera et al.
2013) Pengukuran geokimia dan magnetik dari sedimen tersuspensi dalam air
limbah perkotaan berhadapan dengan kuantifikasi polusi logam berat di Sungai
Gangga dan Sungai Yamuna, India (Chakarvorty et al., 2015), Karakteristik
magnetik dan geokimia lingkungan dari sedimen pantai Chennai, Teluk
Benggala, India(Venkatachalapathy et al., 2011)(Xu et al. 1999), Tanggapan
sifat magnetik terhadap pencemaran logam berat yang direkam oleh sedimen
lacustrine dari Danau Lugu, Cina Barat Daya (Xu et al., 1999)(Wang et al.,
2018)(Wu et al., 2008).

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penilitian ini adalah :

1. Bagaimana menentukan sifat magnetik sedimen di Sungai Brantas


2. Bagaimana hubungan sifat magnetik dengan tingkat pencemaran sungai

2
1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini mempunyai batasan masalah yaitu sampel sedimen Kali


Brantas yang digunakan untuk menentukan parameter sifat magnetik dan
mikrostruktur terhadap limbah antropogenik.

1.4 Tujuan Penelitian industri pertanian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Menentukan sifat magnetik sedimen di Sungai Brantas
2. Mengetahui hubungan sifat magneti dengan tingkat pencemaran sungai

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu informasi


dalam mendapatkan sifat magnetik dan mikrostruktur pada sedimen di Sungai
Brantas serta menjadi salah satu parameter terhadap pengaruh erupsi Lumpur
Sidoarjo terhadap sedimen di Sungai Brantas ( dalam bidang bencana dan
lingkungan)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai Brantas
Wilayah Sungai Brantas merupakan Wilayah Sungai terbesar dan terpanjang
kedua di Pulau Jawa, terletak di Propinsi Jawa Timur yang secara geografis
berada pada koordinat 110°30' BT sampai 112°55' BT dan 7°01' LS sampai 8°15'
LS Sungai Brantas mempunyai panjang ± 320 km dan memiliki luas wilayah
sungai ± 14.103 km2 yang mencakup ± 25% luas Propinsi Jawa Timur atau ± 9%
luas Pulau Jawa. (Kementrian PU 2010)

2.1.1 Pencemaran Sungai Brantas


Keberadaan Kali Brantas diakui sangat vital oleh masyarakat karena
merupakan pemasok bahan baku air terbesar untuk PDAM Kota Surabaya dan
Malang. Sungai Brantas saat ini merupakan salah satu sungai di Indonesia yang
mengalami pencemaran cukup parah, baik Sungai Brantas yang melewati Kota
Surabaya maupun yang melewati Kota Malang. Kawasan Sungai Brantas di Kota
Malang menunjukkan kemunduran kualitas air akibat limbah domestik
mengingat sebagian besar penduduk di pinggiran Sungai Brantas mengandalkan
air sungai tersebut untuk sumber kebutuhan airnya disamping adanya penurunan
kualitas lingkungan sungai itu sendiri (Pyerwianto 1998). Sungai Brantas yang
melewati Kota Malang dan Kabupaten Malang pada kawasan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Brantas Hulu saat ini juga mengalami pencemaran yang ditandai
dengan pencemaran Waduk Karangkates (Waduk Sutami) dan Waduk
Sengguruh.

Pusat Penelitian Sumberdaya Air LIPI bekerjasama dengan Perum Jasa


Tirta I Malang (2002), melaporkan bahwa Waduk Karangkates telah tercemar
akibat pengaruh dari sumber air yang mengalir ke dalam waduk tersebut.
Pencemaran Waduk ini sudah cukup parah sehingga menyebabkan banyak ikan
4
5
mati dan pingsan. Waduk Karangkates merupakan waduk andalan terbesar di
DAS Brantas Hulu yang membendung sungai-sungai dalam kawasan tersebut
seperti Sungai Brantas, Kali Lesti, dan Kali Metro. Pada dasarnya karakteristik
kualitas air Waduk Karangkates dipengaruhi oleh sumber-sumber air yang
mengalir ke dalam waduk tersebut, yaitu Kali Metro, Kali Brantas, dan Kali
Lesti. Di bagian hulu waduk ini juga terdapat Waduk Sengguruh yang
membendung dua sungai, Kali Brantas, dan Kali Lesti. Waduk Sengguruh
berfungsi sebagai waduk harian dan airnya dikeluarkan setiap 12 jam.
Perkembangan kawasan DAS Brantas Hulu Malang yang cukup pesat sejak
tahun 2000 dari segi jumlah penduduk dan industri yang tumbuh di sekitarnya
mengakibatkan peningkatan dalam penggunaan air sungai sekaligus peningkatan
pencemaran terutama pencemaran organik. Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat kondisi kualitas air
dan tingkat pencemaran dari sungai-sungai yang berada pada kawasan DAS
Brantas Hulu Malang dibandingkan dengan peraturan pemerintah yang berkaitan
dengan baku mutu kualitas air. Disamping itu hasil evaluasi kualitas air dikaitkan
dengan tata guna lahan DAS Brantas Hulu serta aktivitas masyarakat yang
berlangsung di sekitarnya.

2.2 Sifat Magnetik Batuan


Tingkat suatu bahan magnet untuk mampu dimagnetisasi ditentukan
oleh suseptibilitas kemagnetan, yang dituliskan sebagai :

⃗⃗ = 𝑘𝐻
𝑀 ⃗

⃗⃗ atau 𝐼 adalah intensitas magnetisasi (dalam A/m), k adalah


dengan 𝑀
⃗ adalah kuat medan magnet (dalam A/m). Besaran
suseptibilitas magnet, dan 𝐻
6
yang tidak berdimensi ini (k) merupakan parameter dasar yang dipergunakan
dalam metode magnet. Nilai k pada batuan semakin besar apabila di dalam
batuan banyak mengandung mineral-mineral yang bersifat magnet. Faktor yang
mempengaruhi nilai suseptibilitas batuan adalah litologi batuan dan kandungan
mineral batuan (Telford, 1990).
Adanya medan magnet regional yang berasal dari bumi dapat
menyebabkan terjadinya induksi magnet pada batuan yang mempunyai nilai
suseptibilitas. Total medan magnet yang dihasilkan pada batuan ini dinyatakan
sebagai induksi magnet. Medan magnet yang terukur oleh magnetometer adalah
medan magnet induksi termasuk efek magnetisasi yang diberikan oleh
persamaan :

⃗ = 𝜇0 (𝐻
𝐵 ⃗ +𝑀
⃗⃗ ) = 𝜇0 (1 + 𝑘)𝐻
⃗ = 𝜇0 𝜇𝐻

Persamaan (2) menunjukkan bahwa jika medan magnet remanen luar


bumi diabaikan, medan magnet total yang terukur oleh magnetometer di
⃗ dan
permukaan bumi adalah penjumlahan dari medan magnet utama bumi 𝐻
variasinya yang merupakan anomali magnet dalam eksplorasi magnet. Tabel 2.2
merupakan tabel nilai suseptibilitas batuan dan mineral yang dapat dijadikan
sebagai acuan untuk mengetahui jenis batuan dalam proses interpretasi.

Tabel 2. 1 Nilai susepbilitas batuan dan mineral (Telford,1990)

Jenis Batuan Susepbilitas x 10-3 (SI)


Tingkatan Rata-Rata
Sedimen
Dolomites 0-0.9 0.1
Limestones 0-3 0.3

7
Sandstones 0-20 0.4
Shale 0.01-15 0.6
Metamorf
Amphibolite 0.7
Schist 0.3-3 1.4
Phyllite 1.5
Gneiss 0.1-2.5
Quartzite 4
Serpentine 3.0-17
Slate 0-35 6
Beku
Granite 0-5.0 2.5
Rhyolite 0.2-3.5 0.3
Dolorite 1.0-35 17
Augite-syenite 30-40
Olivine-diabase 25
Diabase 1-160 55
Porpgyry 0.3-200 60
Gabbro 1.0-90 70
Basalt 0.2-175 70
Diorite 0.6-120 85
Pyroxenite 125
Periodite 90-200 150
Andesite 160

Setiap jenis batuan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam


medan magnet. Adanya perbedaan serta sifat khusus dari tiap jenis batuan serta

8
mineral memudahkan dalam pencarian bahan-bahan tersebut. Untuk lebih
memudahkan penafsiran umumnya dilakukan klasifikasi batuan atau mineral
berdasarkan sifat magnet yang ditunjukkan oleh kerentanan magnetnya, yaitu
diamagnet, paramagnet, dan feromagnet ( dibagi menjadi 2 antiferromagnetik
dan ferrimagnetik)

2.3.1 Diamagnet

Dalam batuan diamagnetik atom–atom pembentuk batuan mempunyai


kulit elektron berpasangan dan mempunyai putaran yang berlawanan dalam tiap
pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan
berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan
magnet luar tadi. Mempunyai suseptibilitas (k) negatif dan kecil dan
suseptibilitas (k) tidak tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh: bismuth,
grafit, gipsum, marmer, kuarsa, garam pada tabel 2.3

Tabel 2.2 Susepbilitas mineral diamagnetisme


Mineral Diamagnetisme (x10-5)
Bismut -16.6
Karbon (Berlian) -2.1
Karbon (Grafit) -1.6
Tembaga -1.0
Timbal -1.8
Mercuri -2.9

9
Perak -2.6
Air -0.91

2.3.2 Paramagnet

Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh


yakni ada elektron yang putarannya tidak berpasangan dan mengarah pada arah
putaran yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, putaran tersebut
berpresesi menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan
tersebut sehingga memperkuatnya. Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk
terorientasi acak oleh agitasi termal, oleh karena itu bahan tersebut dapat
dikatakan mempunyai sifat:
- Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu.
- Suseptibilitas k bergantung pada temperatur.

Contoh: piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit, dll pada tabel 2.4

Tabel 2.3 Susepbilitas mineral paramagnetisme


Mineral Diamagnetisme (x10-5)
Tungsten 6.8
Cesium 5.1
Allumunium 2.2
Lithium 1.4
Magnesium 1.2
Sodium 0.72

10
2.3.3 Ferromagnet

Terdapat banyak kulit electron yang hanya diisi oleh suatu elektron sehingga
mudah terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini diperkuat lagi oleh adanya
kelompok-kelompok bahan berputaran searah yang membentuk dipoledipole
magnet (domain) mempunyai arah sama, apalagi jika didalam medan magnet
luar. Mempunyai sifat :

- Suseptibilitas k positif dan jauh lebih besar dari satu.


- Suseptibilitas k bergantung dari temperatur.
-
Contoh: besi, nikel, kobal, terbium, dysprosium, dan neodymium.
Ferromagnetik dibagi menjadi dua yaitu ;

1. Antiferromagnetik

Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole


magnetik yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara
keseluruhan sangat kecil. Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal
akan mengalami medan magnet kecil dan suseptibilitasnya seperti pada bahan
paramagnetik suseptibilitas k seperti paramagnetik, tetapi harganya naik sampai
dengan titik curie kemudian turun lagi menurut hukum curie-weiss. Contoh:
hematit (Fe2O3).

2. Ferrimagnetik

Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel tetapi


jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih mempunyai

11
resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi dan tergantung
temperatur. Contoh: magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit (FeS), hematit
(Fe2O3), ferrite (NiOFe2O3), yttrium (Y3Fe5O12). Berdasarkan proses
terjadinya maka ada dua macam magnet:

- Magnet induksi bergantung pada suseptibilitasnya menyebabkan


anomali pada medan magnet bumi.
- Magnet permanen bergantung pada sejarah pembentukan batuan.

2.3 Histerisis
Susepbilitas magnetik adalah kemampuan suatu bahan dalam
dimagnetisasi, yakni bahan akan termagnetisasi ketika medan magnet luar
dikenakan pada bahan (H), kejadian ini disebut juga induksi magnetik. Pada
bahan berjenis diamagnetik dan paramagnetik ketika medan magnet luar
dihilangkan maka magnetisasi akan menghilang sedangkan pada jenis
ferromagnetik, magnetisasi itu akan tersimpan. Fenomena ini diteliti dengan
menerapkan medan magnetik yang kuat pada bahan hingga magnetisasi
sampai ke titik jenuh atau tersaturasi. Ketika medan magnetik diturunkan
hingga sampai ke titik nol maka M tidak juga bernilai 0 atau hilang,
melainkan mempunyai nilai magnetisasi permanen atau magnetic
remanence . Hal inilah yang disebut dengan histerisis magnetik (Gambar
2.2), jika medan magnetik dinaikkan pada arah berlainan atau negatif maka
M akan mencapai titik 0 dan kemudian berbalik serta akan mencapai titik
jenuh lagi lalu akan kembali mengikuti jejak H pada loop histerisis.

12
Dengan histerisis magnetik didapatkan 4 parameter dari kurva tersebut,
yakni ketika dikenakan medan magnetik yang kuat hingga bahan mencapai
(Ms) titik saturation magnetization. Lalu medan magnetik akan dihilangkan
dan bahan akan mencapai (Mrs) saturation remanence , dimana bahan ketika
medan magnetik dihilangkan tetap mempunyai nilai M (Magnetization).
Medan magnet yang kuat dikenakan pada arah negatif akan membuat nilai
magnetisasi pada bahan bernilai 0, medan magnet tersebut dinamakan
dengan (Hc) coercive force. Selanjutnya (Hcr) coercivity remanence
merupakan medan magnet ketika setelah nilai M mencapai 0 dan dikenakan
medan magnet berbalik atau negatif, akan dibutuhkan medan magnetik yang
besar hingga mencapai titik saturasi lalu setelah itu medan magnet dibalik
lagi dan menuju positif hingga mencapai saturasi kembali dan membentuk
satu lintasan tertutup atau kurva histerisis. Keempat parameter (Ms, Mrs, Hc
dan Hcr) kurva histerisis magnetik tersebut merupakan salah satu alat
diagnosa yang berguna dalam penentuan parameter magnetik di lingkungan.
(Evans dan Heller,2003)

13
Gambar 2.2 Kurva Histersis magnetik yang terdiri dari empat parameter
(Ms, Mrs, Hc dan Hcr)

2.4 Domain Magnetik


kristal magnetik diasumsikan sebagai satu dipol magnetik tunggal yang
terisolasi. Butir semacam itu disebut butir domain tunggal atau single domain
(SD). Di alam, kondisi ini susah ditemukan. Kutub bebas di permukaan bulir
menciptakan energi magnetik yang meningkat seiring dengan volume bulir
magnetik. Pada ukuran tertentu, energinya akan lebih menguntungkan untuk
memecah magnetisasi menjadi beberapa daerah magnet yang seragam, atau
domain magnetik, karena ini mengurangi medan magnet yang terkait. Domain
magnetik dipisahkan oleh dinding domain.

Bulir tersebut disebut multi-domain (MD) bulir magnetik. Bulir magnet


dengan beberapa domain yang memiliki perilaku seperti bulir single domain
dalam hal stabilitas magnetik dan remanen saturasi. Bulir ini bernama
pseudosingle domain (PSD) dan tampaknya bertanggung jawab untuk sebagian
besar remanen stabil yang dibutuhkan oleh paleomagnetis. Medan yang
dihasilkan oleh bulir MD dapat dikurangi dengan beberapa cara (Gambar 2.3).
Setiap konfigurasi memiliki penalti sehubungan dengan satu atau lebih dari
berbagai istilah energi. Sebagai contoh, circular spin option (Gambar 2.3d),
sementara medan magnet dihilangkan, secara dramatis meningkatkan energi
pertukaran.

14
Gambar 2.3 Struktur Domain magnetik a) Single Domain b) Pseudo-Single
Domain c) Multi Domain d) Circular Spin State (Tauxe, 2003)

Hal ini membutuhkan banyak energi untuk bulir magnetik membentuk atom
dinding domain. Di dalam dinding, spin harus berubah dari satu arah ke arah
yang lain (lihat Gambar 2.4). Semakin sempit dinding, semakin besar pula energi
pertukaran karena spin tidak paralel. Semakin lebar dinding, semakin besar
energi magnetokristalin, karena spin akan mengarah pada beberapa sudut ke arah
yang mudah. Jumlah dinding dalam bulir yang diberikan akan tergantung pada
ukuran, distribusi yang tidak jamak, dan bentuk bulir. (Tauxe, 2003)

15
Gambar 2.4 Ilustrasi dari rotasi spin yang berdekatan dengan sudut 180º
pada dinding domain (Tauxe, 2003)

Karena dinding domain yang bergerak lebih mudah daripada mengganti


seluruh momen bulir SD, bulir MD memiliki koersivitas rendah dan
remanensi saturasi lebih rendah daripada bulir SD. Sebuah loop histeresis
untuk bulir magnetit MD ditunjukkan pada Gambar 2.14a. Rasio Mrs/ Ms
untuk jenis seperti itu biasanya kurang dari sekitar 0,05 dan rasio H cr/Hc
biasanya lebih besar dari empat. Seperti yang diharapkan dari nama, loop
untuk jenis bulir PSD terletak di suatu tempat di antara SD (Gambar 2.2)
dan loop MD (Gambar 2.5b), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5a
dilakukan pengukuran sejumlah sampel magnetit yang ukuran bulirnya
cukup dikenal. Ketika diplot pada plot log-log (lihat Gambar 2.6), rasio
histeresis akan turun pada sepanjang garis peningkatan ukuran bulir dari
bulir SD terkecil (tertinggi untuk bulir MD terbesar (rasio terendah). Plot
ini dapat membagi dimana area SD, PSD, dan MD dengan hasil yang
ditunjukkan maka parameter histeresis dapat digunakan untuk menentukan
ukuran bulir magnetik. Interpretasi fisik loop histeresis lebih kompleks dan
plot sederhana dari rasio saja tak berarti.(Tauxe, 2003)

16
Gambar 2.5 Pada gambar a) merupakan jenis loop untuk bulir MD, data
didapatkan dari batuan Gabro pada Troodos Ophiolite b) Jenis loop pada
jenis PSD, data didapatkan dari marine carbonate (Tauxe, 2003)

Gambar 2.6 Rasio histerisis dari mineral magnetit yang sudah diplot, indikasi
batas-batas empiris dapat ditentukan dari plot tersebut. (Tauxe, 2003)

17
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alur Penelitian
Berikut adalah tahapan proses penelitian tugas akhir yang akan dilakukan :

Studi Literatur

Informasi encemaran

Penganmbilan sampel
di lapangan

Preparasi Sampel Preparasi Sampel


BULK Ekstraksi

Pengukuran Analisa Pengukuran Pengukuran


Magnetik AAS XRD SEM-EDX

Morfologi
Nilai parameter Informasi Informasi
dan komposisi
fisik batuan kandungan jenis mineral
unsur
(Susetipbilitas logam berat pada sampel
pada sampel
3 -1
(m .kg )) pada sampel ekstraksi
ekstraksi
bulk

Analisis Korelasi

Hasil

Gambar 3. 2 Alur Penelitian Tugas Akhir

18
1.2 Alur Metode Penelitian Tugas Akhir
3.2.1 Pengambilan Sampel

Data yang akuisisi adalah sampel sedimen sepanjang Sungai Brantas


dari Hilir yang merupakan pecahan dari Kali Brantas pada DAM Mlirip
Mojokerto memutar mengelilingi pegunungan Kelud – Kawi hingga ke Hulu
Sungai Brantas yang berakhir di titik terakhir yang terletak di belakang Kampus
Kedokteran UIN Maulana Malik Ibrahim Kota Batu. Titik pengambilan sampel
sedimen pada penelitian ini terdapat 20 titik dengan lokasi yang berbeda sesuai
dengan tabel 3.1 serta jarak tiap titik adalah 11-13 Km. Sampel yang telah
diambil disimpan dalam botol plastik sebanyak 3 botol (4,5 liter).

Tabel 3.1 Lokasi pengambilan sampel sedimen di sepanjang Sungai Brantas


No. Sampel Lokasi Koordinat Geografi Koordinat
(Lintang, Bujur) UTM
(X ,Y UTM)
1 B-A Jl. Raya Mlirip °26'47.4"S -7.446505,
Desa Mlirip, Kec.
112°27'21.4"E 112.455941
Jetis, Kab.
Mojokerto
2 B-B Jl. Raya Kedungsari 7°27'23.3"S -7.456472,
Dusun Ngares
112°21'22.9"E 112.356361
Kulon, Desa
Ngareskidul,
Kec.Gedek, Kab.
Mojokerto
3 B-C Jl. Raya Gedek - 7°26'48.1"S -7.446694,
Ploso
112°15'34.1"E 112.25947
Dusun Karang
Asem, Desa
Pagerluyung,
Kec.Gedek, Kab.
Mojokerto

19
4 B-D Jl. Raya Munung, 7°29'31.6"S -7.492111,
Desa Pinggiran,
112°10'00.6"E 112.166833
Kec. Jatikalen, Kab.
Nganjuk

5 B-E Dusun Lestari, Desa 7°34'46.4"S -7.579556,


Lestari,
112°06'51.8"E 112.114400
Kec.Patianrowo,
Kab. Nganjuk
6 B-F Dusun Sono, Desa 7°40'34.6"S -7.676278,
Jatiringin, Kec.
112°04'38.1"E 112.077250
Kepuh, Kab. Kediri
7 B-G Dusun Combre, 7°44'48.2"S -7.746722,
Desa Gondanglegi,
112°01'15.1"E 112.020861
Kec. Prambon, Kab.
Nganjuk
8 B-H Dusun Sawah, Desa 7°51'01.6"S -7.850455,
Bulu, Kec. Semen,
111°59'56.3"E 111.998961
Kab. kediri
9 B-I Dusun Ngrombeh, 7°56'08.8"S -7.935778,
Desa Jambean, Kec.
111°57'22.2"E 111.95616
Kras, Kab kediri
10 B-J Dusun Serut, Desa 8°01'12.4"S -8.020118,
Tapan, Kec.
111°55'41.4"E 111.928165
Kedungwaru, Kab.
Tulungagung
11 B-K Lingkungan 3, Kel. 8°05'46.9"S -8.096361,
Ngunut, Kec.
112°00'18.9"E 112.005250
Ngunut, Kab.
Tulungagung
12 B-L Dusun kates, Desa 8°07'04.7"S -8.117978,
Rejotangan, Kec.
112°06'33.2"E 112.109221
Rejotangan, Kab.
Tulungagung
13 B-M Jl. Manukwari, 8°09'11.4"S -8.153168,
Kota Kanigoro,
112°13'03.9"E 112.217756
Kab. Blitar
14 B-N Desa Plakar, Kec. 8°09'57.3"S -8.165903,
Selopuro, Kab.
112°18'36.7"E 112.310186
Blitar

20
15 B-O Dusun Suko, Desa 8°09'41.0"S -8.161400,
Sumberputjung,
112°24'28.7"E 112.407962
Kec.
Sumberpucung,
Kab. Malang
16 B-P Dusun Kecopokan, 8°11'29.1"S -8.191404,
Desa Senggreng,
112°29'46.8"E 112.49632
Kec. Sumber
Pucung
Kab. Malang
17 B-Q Dusun Ngadiluwih, 8°08'25.1"S -8.140317,
Desa Kedung
112°35'11.1"E 112.586410
pedaringan, Kec.
Kepanjen, Kab.
Malang
18 B-R Dusun 8°02'54.1"S -8.048347,
Kendalpayak, Desa
112°37'49.7"E 112.630463
Kendalpayak,
Kec. Pakisaji,
Kab. Malang
19 B-S Jl. Bogor Terusan, 7°57'23.4"S -7.956508,
Kel. Lowokwaru,
112°37'28.9"E 112.624686
Kec. Lowokwaru,
Kota Malang
20 B-T Jl. Ir. Soekarno, 7°54'28.3"S -7.907864,
Kel.
112°34'45.4"E 112.579278
Pendem,Kec.
Junrejo
Kota Batu

21
Gambar 3.1 Desain akuisisi sampel sedimen Brantas

3.3 Preparasi Sampel


Sebelum pengukuran dan analisis sampel dilakukan, sampel dipreparasi
terlebih dahulu untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan standar analisis
yang diinginkan. Preparasi sampel terbagi menjadi dua yaitu: preparasi sampel
bulk dan preparasi sampel ekstraksi.

22
Preparasi sampel bulk dilakukan dengan cara mengayak sampel menggunakan
saringan berukuran mesh 325 (44 µm) dengan bantuan aquabidest untuk
mendapatkan ukuran butir yang kecil. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan
sampel sedimen dari batu dan pengotor lainnya seperti rumput, kayu dan
dedanuan. Penelitian dari Desenfant dkk. (2004) menunjukkan bahwa ukuran
butir yang kecil menunjukkan nilai suseptibilitas yang paling tinggi
dibandingkan ukuran butir yang lebih besar. Sampel kemudian didiamkan dan
dikeringkan selama satu minggu dalam suhu ruang untuk menghilangkan
kandungan airnya.

Preparasi sampel ekstraksi dilakukan dengan cara mengayak sampel


menggunakan saringan berukuran mesh 325 dengan bantuan aquabidest namun
tanpa melalui proses pengeringan terlebih dahulu. Sampel tersebut kemudian
diekstraksi menggunakan alat IKA Lab Disc Magnetic Stirer. Sampel sebanyak
10 ml diekstraksi dengan 100 ml aquabidest. Kemudian hasil ekstraksi tersebut
diektraksi lagi sebanyak tiga kali dengan menggunakan 20 ml metanol. Sampel
hasil ekstraksi ini kemudian didiamkan dan dikeringkan selama 3 hari dalam
suhu ruang untuk menghilangkan kandungan airnya.

3.4 Pengukuran dan Analisis Sampel


Pengukuran dan analisis yang dilakukan dibagi menjadi dua metode yaitu:
metode kemagnetan dan metode non magnetik. Pengukuran dengan metode
kemagnetan yang dilakukan antara lain: pengukuran suseptibilitas bergantung
frekuensi, pengukuran ARM (Anhysteretic Remanent Magnetization),
pengukuran IRM (Isothermal Remanent Magnetization) dan pengukuran VSM
(Vibration Sampel Magnetometer). Sementara itu, analisis dengan metode non
magnetik yang dilakukan antara lain: analisis XRD (X-Ray Diffraction), analisis
23
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry), analisis XRF (X-Ray
Fluoroscence) dan analisis SEM-EDX (Scanning Electron Microscopy-Energy
Dispersive X-Ray Spectroscopy). Hasil preparasi sampel bulk digunakan untuk
pengukuran suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi, pengukuran ARM,
pengukuran IRM, analisis AAS dan analisis XRF. Sementara itu, hasil preparasi
sampel ekstraksi digunakan digunakan untuk pengukuran VSM, analisis XRD
dan SEM-EDX.

3.4.1 Pengukuran suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi


Pengukuran suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi dilakukan dengan
menggunakan alat Bartington MS2B Susceptibilitymeter (Bartington Instrument
Ltd., Oxford, UK) di Laboratorium Karakterisasi dan Pemodelan Sifat Fisis
Batuan ITB. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan dua frekuensi,
yaitu suseptibilitas magnetik pada frekuensi rendah (χLF ) 470 Hz dan frekuensi
tinggi (χHF ) 4700 Hz. Hasil dari dua pengukuran ini akan diperoleh nilai
suseptibilitas bergantung frekuensi (χFD ) yang didefinisikan χFD =100%x(χLF −
χHF )/χLF . Nilai χFD digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh bulir
superparamagnetik (SP) pada sampel bulk. Nilai χFD < 2% mengindikasikan
kandungan bulir SP < 10%, χFD bernilai 2-10% mengindikasikan campuran bulir
SP dengan bulir non SP kasar dan nilai χFD > 10% mengindikasikan kandungan
bulir SP > 75% (Dearing, 1999).

3.4.2 Analisis XRD


Analisis XRD menggunakan Automated Multipurpose XRD dilakukan
di Laboratorium Kemagnetan ITB. Analisis menggunakan XRF dilakukan
24
berdasarkan identifikasi dan pencacahan karakteristik sinar-X yang terjadi dari
peristiwa efekfotolistrik. Efekfotolistrik terjadi karena elektron dalam atom
target (sampel) terkena berkas berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X). Bila
energi sinar tersebut lebih tinggi dari pada energi ikat elektron dalam orbit K, L,
atau M atom target, maka elektron atom target akan keluar dari orbitnya. Dengan
demikian atom target akan mengalami kekosongan elektron. Kekosongan
elektron ini akan diisi oleh elektron dari orbital yang lebih luar diikuti pelepasan
energi yang berupa sinar-X (Munazir dkk. 2012). Cara kerjanya salah satu
metode analisis material yang memanfaatkan difraksi sinar-X. Ketika sinar-X
dijatuhkan pada sampel kristal maka bidang kristal tersebut akan membiaskan
sinar-X yang memiliki panjang gelombang yang sama dengan jarak antar kisi
yang sama dalam kristal tersebut. Tiap puncak yang dihasilkan pada pola XRD
mewakili satu bidang kristal yang memiliki arah tertentu pada sumbu tiga
dimensi. Analisis XRD bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai jenis
mineral penyusun sampel ekstraksi.

3.4.3 Analisis AAS


Analisis menggunakan AAS Varian AA280FS dilakukan di
Laboratorium Geologi Pusat Survey Geologi, Bandung. Analisis AAS
merupakan salah satu jenis analisis spektrofotometri berdasarkan pengukuran
serapan suatu sinar oleh suatu atom. Sinar yang tidak diserap diteruskan dan
diubah menjadi sinyal listrik yang terukur. Analisis AAS bertujuan untuk
mengidentifikasi kadar mutlak logam berat yang terkandung dalam sampel bulk.

3.4.4 Analisis SEM-EDX


Analisis menggunakan alat SEM yang dilengkapi dengan EDX tipe JEOL
JSM6360LA (Rigaku, Jepang) dilakukan di Laboratorium LPPM ITS Surabaya.
25
SEM-EDX merupakan mikroskop elektron yang dapat menghasilkan citra
sampel dengan resolusi yang tinggi. Resolusi yang tinggi ini diperoleh dari
pemanfaatan berkas sinar elektron yang memiliki panjang gelombang lebih
pendek dibanding cahaya tampak. Ketika sinar elektron difokuskan pada sampel,
maka sampel akan mengeluarkan sinar elektron baru yang akan diterima oleh
detector dan kemudian akan diterjemahkan. Analisis SEM-EDX bertujuan untuk
mengamati morfologi dan komposisi unsur dari mineral magnetik yang
terkandung dalam sampel ekstraksi.

3.5 Waktu dan Tempat


Waktu dan Lokasi rencana pelaksanaan Tugas Akhir sebagai berikut :

- Waktu : September – Desember 2018

- Tempat : Bantaran Kali Brantas (Kota batu-Kota Mojokerto)

Pengabilan sampel data : Sepanjang aliran Sungai Brantas

Pengerjaan Tugas Akhir : Kampus ITS Sukolilo, Departemen Teknik Geofisika


ITS

Berikut adalah rencana kegiatan pada pelaksanaan Tugas Akhir

Tabel 3 1 Rencana Kegiatan Pelaksanaan Tugas Akhir

26
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran

Setelah dilakukan proses preparasi dan ekstraksi sampel kemudian


dilanjutkan proeses pengukuran dan analisa magnetic dan non magnetic.

4.1.1 Hasil Pengukuran Susepbilitas Magnetik


Hasil pengukuran susepbilitas magnetik ditunjukkan pada Tabel 4.1,
Pada susepbilias magnetik frekuensi rendah (470 Hz) didapatkan rentang hasil
dari yang terendah yaitu 844 x 10-8 m3kg-1 hingga 7231,4 x 10-8 m3kg-1,
sedangkan pada frekuensi tinggi didapatkan hasil yang terendah yakni 825,3 x
10-8 m3kg-1 dan tertinggi 7200,1 x 10-8 m3kg-1. Pada hasil susepbilitas magnetik
bergantung frekuensi rentang yang didapatkan dari 0,00 %-2,94 % dengan rata
rata 4,6275%.
Tabel 4.1 Hasil pengukuran susepbilitas magnetik

Titik / χLF χHF χFD (%)


Sampel (x 10-8 (x 10-8
m3kg-1) m3kg-1)
BA 844 825,3 2,22
BB 2059,8 2059,8 0
BC 1810,4 1806,2 0,23
BD 1422,8 1410,2 0,89
BE 1753,6 1737,4 0,92
BF 3942,3 3925,3 0,43
BG 2442,9 2438,2 0,19
BH 2385,1 2364,7 0,86
BI 1994,1 1975,9 0,91
BJ 1927,3 1896,9 1,58
BK 7231,4 7200,1 0,43
BL 4716,3 4667,3 1,04
27
BM 3737,7 3729,2 0,23
BN 3782,9 3761,7 0,56
BO 3302,8 3213,3 2,94
BP 3471,7 3428,3 1,25
BQ 3164,2 3071,1 2,71
BR 4472,8 4344,4 2,87
BS 2832,5 2824,3 0,29
BT 3163,7 3161,5 0,07
Rata rata 3022,9 2992 1,031

4.1.2 Hasil Pengukuran ASS (Atomic Absorption Spectophotometry)

Hasil analisis AAS bertujuan untuk mendapatkan kandungan unsur


logam berat pada sampel bulk, dari hasil didapatkan bahwa pada sampel terdapat
5 unsur logam berat yakni Cu (Tembaga) , Co (Kobalt) , Cr (Kromium) , Fe
(Besi) , dan Mn (Mangan). Satuan yang diperoleh pada hasil analisis AAS adalah
ppm (part per milion) dan persentase pada sampel yang ditunjukkan pada tabel

4.2 Tabel Hasil Pengukuran ASS

Sampel Cu(ppm) Co(ppm) Cr(ppm) Fe(%) Mn(ppm)


BA 66 <10 53 6,6 2122
BB 49 11 19 7,17 1902
BC 47 <10 21 7 15,31
BD 57 <10 13 6,96 1899
BE 66 11 48 6,99 2741
BF 59 18 108 11,16 2873
BG 54 13 86 8,5 1597
BH 52 10 57 7,89 1819

28
BI 56 11 31 7,68 1909
BJ 57 12 23 7,13 1574
BK 36 30 49 13,19 2106
BL 27 43 63 16,65 29,32
BM 28 17 34 9,18 2051
BN 61 27 35 10,58 1.894
BO 32 26 69 9,68 2380
BP 82 26 39 13,3 2262
BQ 46 39 79 15,64 2375
BR 43 50 88 20,21 2678
BS 38 16 40 9,54 1674
BT 32 21 43 9,81 1930
Rata
rata 49,4 22,41176 49,9 10,243 1891,5315

4.1.3 Hasil Analisis XRD

Gambar 4.1 Hasil XRD pada sampel BJ

29
Gambar 4.2 Hasil XRD Pada Sampel BO

Pada hasil pengukuran XRD didapatkan kurva difaktogram yang menyatakan


jenis mineral yang terkandung pada sampel. Puncak-puncak kurva inilah yang
merepresentasikan jenis mineral pada sampel ekstraksi.

4.1.4 Hasil Analisis SEM-EDX


Pada Hasil citra SEM dan analisis EDS didapatkan gambaran morfologi
dari sampel ekstraksi, morfologi mineral tersebut membentuk ukuran, bentuk
serta kandungan unsur pada mineral tersebut. Hasilnya ditunjukkan pada gambar
dibawah.

30
Gambar 4.3 Citra SEM ampel B-J (a).perbesaran 70 dengan variasi
berbagai bentuk mineral magnetik, (b) perbesaran mineral magnetic
750 berbentuk cekungan cekungan tidak beraturan membentuk sudut
sudut, pada sebagian cekungan bertekstur halus, (c) perbesaran mineral
magnetic 1800 berbentuk bulat tidak sempurna dan bertekstur halus, (d)
perbesaran 650 beberapa bulir magnetik salah satunya (bergaris kuning)
bertekstur seperti jejak cacing(kasar).

31
Gambar 4.4 Citra SEM ampel B-O (a).perbesaran 60 dengan variasi
berbagai bentuk mineral magnetik, (b) perbesaran mineral magnetic
500 berbentuk bulat tidak sempurna bertekstur agak halus, (c)
perbesaran mineral magnetic 600 berbentuk lonjong dan bertekstur
kasar.

32
4.2 Pembahasan
Sumber polusi pada sampel sungai Brantas dapat berasal dari berbagai
sumber pencemaran yang kompleks, seperti sungai yang mengalir melewati area
industri, daerah pemukimam penduduk dan dapat juga berasal dari faktor
dekatnya pengambialn sampel yang bersebelahan dengan jalan raya sehingga
sumber mineral magnetik dapat berasal dari debu industri maupun hasil
pembakaran kendaraan bermotor.

4.2.1 Analisis Hasil Pengukuran Suseptibilitas Magnetik


Pada hasil pengukuran suseptibilitas magnetik dilakukan ploting grafik
data suseptibilitas dari hilir (BA) ke hulu (BT), pada pembahasan kali ini nilai
suseptibilitas akan di korelasikan dengan kondisi geografis daerah pengambilan
sampel seperti keadaan geologi, kepadatan penduduk, area industry dan kondisi
lain yang yang juga mempengaruhi nilai suseptibilitas. Pada Gambar 4.3
didapatkan nilai suseptibilitas magnetik yang nilainya fluktuatif dan cenderung
naik dari hilir ke hulu. Terdapatnya Logam pencemar dan mineral magnetik
diduga tidak hanya dipengaruhi oleh limbah industri dan rumah tangga
melainkan bergantung juga pada adanya bendungan, pengerukan sedimen serta
erosi dari tanah dan batuan dari sekitar sungai. Pada sampel BA memiliki nilai
suseptibilitas rendah, ini merupakan suatu anomaly karena titik tersebut terletak
berdekatan dengan area industri dan merupakan kawasan padat penduduk yang
seharusnya susepbilitas bernilai tinggi. Keaadan ini dapat disebabkan karena area
industri tersebut merupakan industri produsen Mono Sodium Glutamat (MSG)
yang limbahnya secara umum hanya memiliki kandungan logam berat yang kecil
Co 1,78 ppm, Cu 5,6 ppm dan Cr 2,94 (Utami, 2016). Sedangkan sampel BB
mempunyai nilai yang lebuh tinggi dari pada BA hal ini disebabkan karena
daerah lokasi pengambilan sampel merupakan besebelahan dengan jalan raya
dan 600 meter ke barat adalah kawasan industri dan kawasan industri ini berada
120 meter dari sungai. Pada lokasi BC, BD dan BE merupakan daerah yang
didominasi oleh persawahan dan ladang, terlihat bahwa pada titik pengambilan
sampel tersebut nilai suseptibilitas relatif rendah dari titik yang lain. Pada lokasi
BF memiliki nilai suseptibilitas yang tinggi dibandingkan dengan sampel BE,
BG, BH, BI dan BJ, pada lokasi BF merupakan area yang cukup padat penduduk
yang bersebelahan dengan jalan raya, selain itu pada tempat pengambilan sampel
BF merupakan titik perbelokan sungai yang cukup tajam yang dimana proses
sedimentasi terjadi lebih cepat sehingga dapat mengakumulasi kandungan
mineral dan logam (Hambali 2016). Untuk area titik sampel BF memiliki nilai
suseptibilitas yang paling tinggi dari rata rata (3022.9 x 10-8m3kg-1) yaitu 7231.
4x 10-8m3kg-1 Ini disebabkan 16 km ketimur (sebelum titik BK dari hulu)
merupakan kawasan padat penduduk dan banyak ditemui aliran pembuangan
rumah tangga (selokan)

33
Grafik XLF Hilir (BA) keHulu (BT)
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
BA BB BC BD BE BF BG BH BI BJ BK BL BMBN BO BP BQ BR BS BT

Gambar 4.1 Grafik nilai χLF dengan arah lokasi pengambilan sampel hulu ke
hilir

Selain dari asumsi terdapatnya limbah antropogenik, besarnya nilai pada itik BK,
BL, BM, Hingga BR diasumsikan terdapat deposit material vulkanik dari gugus
pegunungan Kelud-Kawi yang mengandung mineral magnetik cukup banyak (L.
Civetta, P. Gasparini, G. Luongo and A. Rapolla (eds.) 1974), karena pada bagian
selatan sungai Brantas terdapat sekitar 25 cabang anak sungai yang berhulu pada
pegunungan vulkanik Kelud -Kawi. Pada titik BS dan BT secara signifikan nilai
suseptibilitas lebih rendah dari sebelumnya dari BR (4472.8 x 10-8 m3kg-1)
menjadi BS (2832.5 x 10-8 m3kg-1) dan BT ( 3163.7 x 10-8 m3kg-1), kawasan
BS dan BT merupakan kawasan yang jarang penduduk dan pada titik BT
didominasi oleh ladang dan semak belukar. BR mimiliki nilai yang tinggi, ini
diasumsikan karena sebelum melewati titik tersebut sungai melewati Kota
malang yang merupakan kawasan padat penduduk, dan terdapat beberapa area
industri yang dekat dengan sunngai anatralain satu pabrik kain katun, pabrik
beton, Pabrik rokok, dan pabrik oabat obatan (Farmasi).

34
Chart Title
3.5

2.5

1.5

0.5

0
BA BB BC BD BE BF BG BH BI BJ BK BL BM BN BO BP BQ BR BS BT

Gambar 4.4 Grafik nilai χFD dengan arah lokasi pengambilan sampel hulu ke
hilir

Pada nilai suseptibilitas magnetik bergantung frekuensi juga mengalami


fluktuasi dari arah hulu menuju hilir pada Gambar 4.2. Nilai yang ditunjukkan
berada di bawah <2%, hal ini mengindikasikan bahwa sampel mengandung bulir
SP (superparamagnetik). Nilai χFD yang rendah sering ditemukan pada tanah
yang terkontaminasi, hal ini menunjukkan bahwa sedimen pada sungai Brantas
telah terkontaminasi.

4.2.2 Pembahasan dan Analisis Kandungan Logam Berat


Kandungan logam berat pada sampel memiliki intensitas yang
bervariasi dan fluktuatif, sebagian antar logam ada yang terkorelasi cukup kuat
seperti Fe dengan Cobalt (0.9647) dan Fe dengan Cromium (nilai pearson
0.5912). Pada sedimen Sungai Brantas sampel didominasi oleh kandungan
logam berat Mn (Mangan). Pada hasil di tabel 4.2 sampel B-R memiliki nilai
kandungan Cu, Co, dan Cr yang tinggi daripada sampel lainnya, hal ini
disebabkan kearah hulusungani sebelum titik B-R pada anak cabang ungai
brantas terdapat pabrik rokok, pabrik rokok memiliki limbah logam berat (World
Health Organization 2017), diasumsikan limbah cair dari pabrik tersebut
dibuang langsung ke Sungai Brantas dan mempengaruhi kondisi tersebut.

35
Hasil kandungan logam berat pada sedimen di Sungai Brantas menurut
panduan Tabel 2.4 tersebut adalah kandungan logam Cu,Cr masih tergolong
level sedang (belum atau hampir tercemar) sedangkan kandungan dari Fe dan
Mn tergolong tercemar karena batas toleransi tercemarnya logam berat Fe adalah
>40.000 ppm atau sama dengan >4%, sementara pada tablel 4.2 kandungan Fe
paling kecil adalah 7.0 % dan batas Mn adalah >1100 ppm . Namun jika melihat
referensi dari Department of Natural Resources Wisconsin belum bisa dijadikan
sebagai acuan mutlak batas suatu sedimen itu tercemar, melainkan tentang baku
mutu air laut, yang didalamnya dijelaskan kandungan batas logam berat pada
air, tidak pada sedimen. Sehingga untuk batas serta kategori mengenai sedimen
yang tercemar di belum ada.

4.2.3 Pembahasan dan Analisis Hasil Pengukuran XRD


Hasil grafik hubungan antara fase sudut arah sumber gelombang gama
(sebagai sumbu X) dengan Intensitas gelombang didapatkan kurva-kurva
difaktogram, puncak-puncak kurva inilah yang menyatakan jenis mineral yang
terkandung pada sampel. Jenis yang teridentifikasi dari hasil analisis
menunjukan bahwa yang terkandung hanya mineral Magnetit. Hasil analisis
XRD hanya dapat menentukan jenis mineral yang terkandung dalam sampel,
tidak menentukan kuantitas mineral tersebut. Sungai lain di pulau jawa juga
terdapat minralmagnetik seperti sungai citarum (Sudarningsih, Bijaksana, dkk.,
2017). Analisis XRD ini hanya dapatmenentukan jenis mineral yang dominan
pada suatu sampel, tidak menentukan kuantitsanya.

4.2.4 Hubungan Sifat Magnetik dengan Kandungan Logam Berat


Hubunganantara sifat magnetik dengan kandungan logam berat dapat di
korelasikan dengan korelasi pearson, yaitu variabel terikat diberi notasi Y dan
variabel bebas diberi notasi X, di mana variabel bebas ini merupakan pemberian
dari hasil suatu pengamatan sehingga variabel bebas tersebut tidak
lagi Random atau acak dimana analisis tersebut menghasilkan kekuatan dan arah
hubungan kedua variabel yang diinginkan. Kedua variabel yaitu sifat magnetik
dengan kandungan logam berat, setelah didapatkan hasil analisis AAS yang
menyatakan jumlah kandungan logam berat pada sedimen, akan dikorelasikan
dengan sifat-sifat magnetik pada sedimen Sungai Brantas yang telah diukur
(Tabel 4.4 )

36
Tabel 4.3 Nilai Korelasi Pearson
Vs (parson) Cu(ppm) Co(ppm) Cr(ppm) Fe(%) Mn(ppm)
Cu(ppm) 1
Co(ppm) -0.31741 1
Cr(ppm) -0.09605 0.42703 1
Fe(%) -0.28021 0.96472 0.54665 1
Mn(ppm) 0.308583 -0.08617 0.364558 0.09356 1

XLF -0.45073 0.645419 0.360008 0.707361 0.076936


XFD 0.064496 0.602206 0.376756 0.447358 0.322846

Pada hasil Tabel 4.3 didapatkan nilai korelasi pearson pada sampel
sedimen Sungai Brantas. Nilai Pearson yang mendekati +1 atau -1 menyatakan
kuatnya hubungan kedua variabel tersebut, nilai Korelasi Pearson positif
menyatakan bahwa nilai sifat magnetik akan meningkat seiring dengan jumlah
kandungan logam berat yang meningkat, hal ini berbanding terbalik dengan nilai
Korelasi Pearson yang negatif yakni jika nilai sifat magnetik meningkat maka
jumlah kandungan logam berat akan menurun. Pada tabel 4.5 nilai-nilai sifat
magnetik XLF dan XFD secara umum tidak terkorelasi denan kandungan logam
berat seperti Cu, Cr, Mn dan Fe dengan nilai pearson kurang dari 0.5 (0.5 adalah
batas terkorelasi, 0,6-0,8 terkorelasi kuat, >0.8 terkorelasi kuat (Bijaksana 2009).
Hanya Co dan Fe yang terkorelasi dengan baik, dan Fe hanya terkorelasi dengan
XLF.

37
XLF VS Co
60

50

40
Co (ppm)

30

20

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
XLF (x 10-8m3kg-1)

Gambar 4.5 Plotingan grafik antara Nilai XLF dengan Co

Pada korelasi nilai magnetik dengan Co di beberapa penelitian sebelumnya


menunjukkan nilai yang berbeda beda dengan penelitian pada tugas akhir ini,
yakni ada sifat magnetik yang yang terkorelasi dengan baik dan ada yang tidak
terkorelasi tinkat korelasi ini ditunjukan dalam bentuk nilai pearson. Pada tugas
akhir ini antara sifat magnetik XLF dan XFD terkorelasi dengan kandungan
logam Co (Kobalt) yaitu 0.645419 untuk XLF dan 0.602206 untuk XFD. Pada
penelitian di Sungai Vellar di India (Chaparro,2013) sampel sedimen sungai
ditunjukkan korelasi nilai yang kuat antara XLF dan Co. Sehingga ditunjukkan
bahwa tingginya nilai kandungan logam berat berkaitan erat dengan ukuran
butiran magnetik yang lebih kasar serta pembawa sifat magnetik yang lebih lunak
yang ditunjukkan pada nilai XFD.

38
XLF VS Fe
25

20

15
Fe (%)

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
XLF (x 10-8m3kg-1)

Gambar 4.6 Plotingan grafik antara Nilai XLF dengan Fe

Hubungan antara sifat magnetik dengan kandungan logam berat Fe


menunjukan korelasi positif dan kuat (p = 0.707). ditunjukkan pada penelitian-
penelitian sebelumnya,ditunjukkan nilai korelasi postif yang kuat pada sampel
sedimen Sungai Vellar (Chaparro,2013), sedimen Sungai Lianshui
(Zhang,2011), (Bijaksana dan Estevanus 2009).

Nilai Korelasi Pearson Fe sampel sedimen Sungai Brantas


menunjukkan nilai yang korelasi positif yang kuat (0,707) hal ini disebabkan
karena logam berat Fe banyak membawa mineral-mineral yang sifatnya
ferromagneti. ditunjukkan pada penelitian-penelitian sebelumnya,ditunjukkan
nilai korelasi postif yang kuat pada sampel sedimen Sungai Vellar
(Chaparro,2013), sedimen Sungai Lianshui (Zhang,2011) yang disebabkan oleh
pabrik peleburan Fe, Sedangkan pada penelitian Bijaksana dan Estevanus (2009)
pada sampel lindi dan tanah di daerah TPA Bandung, menunjukkan di daerah
Jelekong nilai korelasi positif yang kuat, pada sampel lindi dan tanah di daerah
Sarimukti dan tanah di Jelekong menunjukkan hasil yang berbeda pada Jelekong
terkorelasi (0,73) baik dan pada Sarimukti tidak terkorelasi dengan baik (0,28).

Berikut adalah grafik korelasi pearson bernilai lemah baik negatif


maupun positif ,

39
XLF VS Cu
100

80
Cu ()ppm

60

40

20

0
0 2000 4000 6000 8000

XLF (x 10-8m3kg-1 )

Gambar 4.7 Plotingan grafik antara Nilai XLF dengan Cu

Pada Cu sungai Brantas nilai peaerson -0.4 yang terkorelasi negatif dan lemah.
Pada penelitian sebellumnya (Bijaksana 2009) jugas sama terkorelasi lemah.

XLF VS Cr
120
100
Cu (ppm)

80
60
40
20
0
0 2000 4000 6000 8000
XLF (x 10-8m3kg-1)

Gambar 4.8 Plotingan grafik antara Nilai XLF dengan Cr

40
korelasi lemah juga etrjadi pada Cr seperti pada penelitian lumpur sanitasi di
bandung pada lindi srimukti sebesar 0.14, lindi di Jalekong 0.03, korelasi XLF
menggunakan sampel tanah di Srimukti dan Jalekong juga menunjukan korelasi
yang lemah yaitu 0.24 (di Sarimukti) dan 0.18 (di Jalekong), ini mirip dengan
korelasi yang ada pada Sungai Brantas yaitu 0.36.

XLF VS Mn
3500.00
3000.00
2500.00
Mn (ppm)

2000.00
1500.00
1000.00
500.00
0.00
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
XLF (x 10-8m3kg-1)

Gambar 4.9 Plotingan grafik antara Nilai XLF dengan Mn

Pada hasil Korelasi Pearson antara χLF dan Mn pada sampel sedimen Sungai
Brantas menghasilkan nilai korelasi positif yang lemah. Pada penelitian sampel
lindi di TPA Jelekong, Bandung nilai korelasi menunjukkan hasil yang sama
yaitu positif lemah pada lindi 0,42 sedangkan pada sampel tanah hasilnya juga
sangat lemah 0.07 (Bijaksana 2009). Namun meskipun terkorelasi lemah
dengan nilai χLF, Mn termasuk kandungan logam berat tertinggi tingkat
pencemaranya pada sungai Brantas yang melebihi ambang batas.

4.2.5 Hubungan kuantitas kandungan logam berat dengan logam berat


lain
Pada tabel 4.5 hubungan kuantitas anatar logam berat dengan logam
berat pada sedimen sungai brantas secara umum tidak terkorelasi dengan baik,
hal ini menunjukan kondisi yang berbeda pada masing masing titik penambilan

41
sampel. Pada tabel 4.5 korelasi signifikan besar terjadi antara Fe dan Co
(0.96472) dan antara Fe dan Cr (0.54665)

Fe VS Co
60
50
40
30
Co (ppm)

20
10
0
-10 0 5 10 15 20 25

-20
Fe (%)

Gambar 4.7 Plotingan grafik antara Nilai Fe dengan Co

Pada penelitian sebelumnya (Bijaksana 2009) korelasi antara Fe dan Co


menunjukan korelasi positif yang kuat pada daerah Jelekong 0,54 dan Sarimukti
0,95 hal ini dapat diasumsikan terdapatnya sampah elektronik dan limbah
pengolahan besi yang membawa kedua unsur tersebut dengan rasio kuantitas
yang sama [Sitasi].

42
Fe VS Cr
120

100

80
Cr(ppm)

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25
Fe(%)

Gambar 4.7 Plotingan grafik antara Nilai Fe dengan Cr

Pada tabel 4.5 menunjukan keterkaitan antara besi dan kromium yang terkorelasi
positif. Korelasi ini dapat diasumsikan bahwa besi yang berasal dari limbah
antropogenik seperti sampah besi biasanya juga mengandung unsur kromium
seperti produk produk stainless steel.

43
BAB V Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tugas akhir ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik sifat magnetik yang didapatkan pada sampel sedimen


Sungai Brantas menghasilkan nilai suseptibilitas magnetik antara nilai
yang terkecil yaitu 844 x 10-8 m3kg-1 hingga yang terbesar 7231,4 x
10-8 m3kg-1 dengan rata – rata 3022,9 x 10-8 m3kg-1 dan nilai XFD
sebesar 1,031 % hal ini mengindikasikan bahwa sampel mengandung
bulir SP. Nilai χFD yang rendah sering ditemukan pada tanah yang
terkontaminasi, hal ini menunjukkan bahwa sedimen pada sungai
Brantas telah terkontaminasi dengan toleransi XFD <2%.

2. Nilai rata rata korelasi antara sifat magnetik dengan logam berat yaitu
0,448012 (XLF) dan 0,354779 (XFD), ini menunjukan korelasi yang
buruk. Terdapat korelasi kuat antara sifat magnetik dengan kandungan
loam berat terdapat pada hubungan antara Suseptibilitas dengan Fe dan
Co, dimana XLF vs Fe bernilai 0.6454 dan XFD vs Fe bernilsi 0.6022,
sedangkan Suseptibilitas dengan Co bernilai 0.7097 unuk XLF vs Co
dan tidak terkorelasi baik antara XFD vs Co dengan nilai 0.4076 .

44
DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Satar, A. M., Ali, M. H. and Goher, M. E. (2017) ‘Indices of


water quality and metal pollution of Nile River, Egypt’, Egyptian
Journal of Aquatic Research. National Institute of Oceanography
and Fisheries, 43(1), pp. 21–29. doi: 10.1016/j.ejar.2016.12.006.

Barakat, A. et al. (2016) ‘Assessment of spatial and seasonal water


quality variation of Oum Er Rbia River (Morocco) using
multivariate statistical techniques’, International Soil and Water
Conservation Research. Elsevier, 4(4), pp. 284–292. doi:
10.1016/j.iswcr.2016.11.002.

Chakarvorty, M. et al. (2015) ‘Geochemistry and magnetic


measurements of suspended sediment in urban sewage water vis-à-
vis quantification of heavy metal pollution in Ganga and Yamuna
Rivers, India’, Environmental monitoring and assessment, 187(9),
p. 604.

Diniz, C. V et al. (no date) ‘Magnetic catalysts based on electric arc


furnace dust used to remove pollutants’, Research on Chemical
Intermediates, pp. 1–13.

Dong, J. et al. (2012) ‘Environmental magnetic comparisons


between distal and proximal sediments of Huangqihai Lake, Inner
Mongolia, China’, Science China Earth Sciences, 55(9), pp. 1494–
1503.

Duncan, A. E., de Vries, N. and Nyarko, K. B. (2018) ‘Assessment


of Heavy Metal Pollution in the Sediments of the River Pra and Its
Tributaries’, Water, Air, & Soil Pollution, 229(8), p. 272.

Gupta, N., Pandey, P. and Hussain, J. (2017) ‘Effect of


physicochemical and biological parameters on the quality of river
45
water of Narmada, Madhya Pradesh, India’, Water Science.
COPYRIGHT.TEXT=National Water Research Center, 31(1), pp.
11–23. doi: 10.1016/j.wsj.2017.03.002.

jian and zu, rixiang and ge and liu (2002) ‘Magnetic properties and
their paleoclimatic implications revealed from the last glacial
eolian sedimentary sequence in Pengze, Jiangxi’, Science in China
(Series D: Earth Sciences), 8, p. 002.

Jiang, Z. and Liu, Q. (2012) ‘Magnetic characterization and


paleoclimatic significances of late Pliocene-early Pleistocene
sediments at site 882A, northwestern Pacific Ocean’, Science
China Earth Sciences, 55(2), pp. 323–331.

Jordanova, D. and Jordanova, N. (1999) ‘Magnetic characteristics


of different soil types from Bulgaria’, Studia Geophysica et
Geodaetica, 43(3), pp. 303–318.

Mallison, H. (2011) ‘Digitizing methods for paleontology:


applications, benefits and limitations’, in Computational
paleontology. Springer, pp. 7–43.

Menshov, O. et al. (2016) ‘Magnetic studies at Starunia


paleontological and hydrocarbon bearing site (Carpathians,
Ukraine)’, Studia Geophysica et Geodaetica, 60(4), pp. 731–746.

Mishima, T. et al. (2013) ‘Relevance of magnetic properties of soil


in the magnetic observatories to geomagnetic observation’, Earth,
Planets and Space, 65(4), pp. 337–342.

Al Obaidy, A. et al. (2014) ‘Heavy metals pollution in surface water


of Mahrut River, Diyala, Iraq’, International Journal of Advanced
Research, 2(10), pp. 1039–1044.

Orgeira, M. and Compagnucci, R. (2006) ‘Correlation between


46
paleosol-soil magnetic signal and climate’, Earth, planets and
space, 58(10), pp. 1373–1380.

Pan, H. et al. (2018) ‘Using magnetic susceptibility to evaluate


pollution status of the sediment for a typical reservoir in
northwestern China’, Environmental Science and Pollution
Research, pp. 1–14.

Pospelova, G. et al. (2007) ‘Development of a magnetic method for


reconstructing the paleoclimate of the rock formation time: a case
study of the Paleolithic Kostenki-12 site section (the Voronezh
region)’, Izvestiya, Physics of the Solid Earth, 43(12), pp. 1031–
1046.

Qian, P. et al. (2014) ‘Magnetic properties of airborne particulate


matter in Shanghai during dust storm events and the implications
for heavy metal contaminant sources’, Environmental Earth
Sciences, 72(10), pp. 4167–4178.

Roosmini, D. et al. (2018) ‘River water pollution condition in upper


part of Brantas River and Bengawan Solo River’, IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, 106(1), pp. 0–6. doi:
10.1088/1755-1315/106/1/012059.

Saksena, D., Garg, R. and Rao, R. (2008) ‘Water quality and


pollution status of Chambal river in National Chambal sanctuary,
Madhya Pradesh’, Journal of Environmental Biology, 29(5), pp.
701–710.

Shen, M. et al. (2008) ‘Magnetic properties of urban soil profile


and their significance for traffic pollution-Case study of the capital
airport expressway in Beijing’, Frontiers of Earth Science in China,
2(4), pp. 400–407.

Sudarningsih, S. et al. (2017) ‘Variations in the concentration of


47
magnetic minerals and heavy metals in suspended sediments from
Citarum river and its tributaries, West Java, Indonesia’,
Geosciences, 7(3), p. 66.

Szczepaniak-Wnuk, I. and Górka-Kostrubiec, B. (2016) ‘Magnetic


particles in indoor dust as marker of pollution emitted by different
outside sources’, Studia Geophysica et Geodaetica, 60(2), pp. 297–
315.

Venkatachalapathy, R. et al. (2011) ‘Environmental magnetic and


geochemical characteristics of Chennai coastal sediments, Bay of
Bengal, India’, Journal of earth system science, 120(5), pp. 885–
895.

Wang, L. et al. (2018) ‘Responses of magnetic properties to heavy


metal pollution recorded by lacustrine sediments from the Lugu
Lake, Southwest China’, Environmental Science and Pollution
Research, 25(26), pp. 26527–26538.

Wojas, A. (2017) ‘The magnetic susceptibility of soils in Krakow,


southern Poland’, Acta Geophysica, 65(3), pp. 453–463.

Wu, G. et al. (2008) ‘Water quality of Lugu Lake: Changes, causes


and measurements’, The International Journal of Sustainable
Development and World Ecology, 15(1), pp. 10–17.

Xu, J. et al. (1999) ‘Vertical distribution of 210Pb and 137Cs and


their dating in recent sediments of Lugu Lake and Erhai Lake,
Yunnan Province’, Journal of Lake Sciences, 11(2), pp. 110–116.

Yetti, E., Soedharma, D. and Hariyadi, S. (2011) ‘Evaluasi kualitas


air sungai-sungai di kawasan DAS brantas hulu malang dalam
kaitannya dengan tata guna lahan dan aktivitas masyarakat di
sekitarnya’, Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental
48
Management), 1(1), p. 10.

49
BIODATA PENULIS

Penulis bernama Moh. Faisal Amir,


lahir di Jember, 02 Mei 1994,
merupakan anak Tunggal.
Pendidikan formal yang ditempuh
oleh penulis adalah MI Nahdlatul
Ta’labah Kesilir dan SDN Tamansari
02 Jember, pada tahun 2000-2007,
kemudian penulis melanjutkan ke
SMP Muhammadiyah 7 Wuluhan
dari tahun 2007-2010 dan SMA
Muhammadiyah 2 Jember tahun
2010-2013. Sebelum Kuliah penulis
pernah merantau dan bekeja di Poso
Sulawesi tengah 2013-2014 Selanjutnya penulis melanjutkan
kuliah di Departemen S-1 Teknik Geofisika Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif
berkontribusi di organisasi Kepalangmerahan Korps Sukarela
Palamg Merah Indonesia Kota Surabaya dan KSR PMI Unit. Saat
menjadi mahasiswa penulis, pernah menjabat sebagai Staff Divisi
Logistik KSR PMI ITS pada tahun 2015-2016, Ketua Divisi
Logistik KSR PMI ITS pada tahun 2016-2017.
Penulis dapat dihubungi melalui email di
amirulcompas@gmail.com

50

Anda mungkin juga menyukai