Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

PENGARUH VARIASI DIAMETER DAN PANJANG


KOLOM (TANAH LEMPUNG + 6% ABU SEKAM
PADI) SEBAGAI DEEP SOIL MIXING (DSM)
TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH GAMBUT

SHERENNITA PATISINA
03011181520006

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DIAMETER DAN PANJANG KOLOM
(TANAH LEMPUNG + 6% ABU SEKAM PADI) SEBAGAI
DEEP SOIL MIXING (DSM) TERHADAP DAYA DUKUNG
TANAH GAMBUT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

SHERENNITA PATISINA
03011181520006

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
ii
iii
iv
v
vi
vii
RINGKASAN

PENGARUH VARIASI DIAMETER DAN PANJANG KOLOM (TANAH


LEMPUNG + 6% ABU SEKAM PADI) SEBAGAI DEEP SOIL MIXING (DSM)
TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH GAMBUT

Karya tulis ilmiah berupa skripsi, Juli 2019

Sherennita Patisina; dibimbing oleh Ratna Dewi, S.T, M.T. dan Dr. Ir. Hanafiah, M. S.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

xviii + 72 halaman + 6 lampiran

Tanah gambut merupakan salah satu tanah bermasalah yang sering terjadi di
Indonesia. Tanah gambut mengandung bahan organik, kadar air yang tinggi serta
daya dukung dan kuat geser yang rendah sehingga perlunya dilakukan perbaikan
sebelum dibangun kontruksi diatasnya, salah satunya yaitu dengan perkuatan
kolom DSM (Deep Soil Mixing). Penelitian ini menggunakan kolom DSM (Deep
Soil Mixing) dengan campuran tanah lempung dan 6% abu sekam padi dengan
pemodelan 6 variasi yang berbeda diantaranya 3 kolom dengan diameter yang
sama 3,2 cm dan panjang yang berbeda yaitu 40 cm, 46 cm, 53 cm dan 3 kolom
dengan panjang yang sama 53 cm dan diameter yang beda yaitu 3,2 cm, 4,2 cm,
4,8 cm. Penelitian ini dimodelkan dalam bak uji yang berdimensi 100 cm x 100
cm x 140 cm. Hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu nilai daya dukung tanah
atau Qu, nilai BCR (Bearing Capacity Ratio) yang didapat dari perbandingan daya
dukung tanah setelah dan sebelum diberi perkuatan, serta persentase peningkatan
BCR (Bearing Capacity Ratio). Nilai maksimum didapat pada kolom diameter 4,8
cm dan panjang 53 cm dengan Qu sebesar 11,15 kPa, nilai BCR sebesar 2,12 dan
persentase peningkatan BCR sebesar 111,98 %. Nilai minimum didapat pada
kolom berdiamater 3,2 cm dan panjang 53 cm dengan Qu sebesar 6,9 kPa, nilai
BCR sebesar 1,357 dan persentase peningkatan BCR sebesar 35,74 %.

Kata Kunci : Tanah Gambut, Deep Soil Mixing, Abu Sekam Padi, Perkuatan
Tanah

viii
SUMMARY

THE EFFECT OF SOIL COLUMNS’ DIAMETER AND LENGTH


VARIATION (CLAY SOIL + 6% RICE HUSK ASH) AS DEEP SOIL MIXING
(DSM) ON BEARING CAPACITY OF PEAT SOIL

A thesis, July 2019

Sherennita Patisina; supervised by Ratna Dewi, S.T, M.T. and Dr. Ir. Hanafiah, M. S.

Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universitas of Sriwijaya.

xviii + 72 pages+ 6 attachments

Peat soil is the one of the problemetic lands that often occurs in Indonesia. Peat
soil contains organis matter, high water content and low bearing capacity of soil
and shear strength, so peat soil should be repaired before contruction is bulit
above, one of the which is by reinforcement the DSM (Deep Soil Mixing). This
research uses DSM (Deep Soil Mixing) columns were used with a mixture of clay
and 6% rice husk ash by modeling 6 different variations including 3 columns of
the same diameter 3,2 cm and different lengths 40 cm, 46 cm, 53 cm and 3 colums
of the same strength 53 cm and different diameter 3,2 cm, 4,2 cm, 4,8 cm. This
research was modeled in a test bath with dimensions of 100 cm x 100 cm x 140
cm. The result obtained from this research are the value of soil bearing capacity or
Qult, BCR (Bearing Capacity Ratio) value obtained from the comparison of
bearing capacity of the soil after and before giving reinforcement and the
percentage increase in BCR (Bearing Capacity Ratio). The maximum value is
obtained in column with a diameter of 4,8 cm and a length of 53 cm with Qu of
11,15 kPa, BCR value of 2,12 and percentage increase in BCR of 111,98 %. The
minimum value is obtained in column with a diameter of 3,2 cm and a length of
53 cm with Qu of 7,14 kPa, BCR value of 1,357 and percentage increase in BCR
of 35,74 %.

Key Words: Peat Soil, Deep Soil Mixing, Rusk Husk Ash , Reinforcement

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Diameter dan Panjang
Kolom (Tanah Lempung Lunak + 6% Abu Sekam Padi) Sebagai Deep Soil
Mixing (DSM) Terhadap Daya Dukung Tanah Gambut”
Pada kesempatan ini, penulis juga hendak mengucapkan banyak terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini,
diantaranya:
1. Bapak Okto Yulius Patisina dan Ibu Suparmi selaku orang tua dari penulis
yang telah memberikan semangat, pengertian, cinta dan kasih sayang, doa serta
restu yang tiada hentinya.
2. Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE, selaku Rektor Universitas Sriwijaya dan
selaku Dosen Pembimbing Akademik
3. Prof. Ir. Subriyer Nasir, MS., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
4. Bapak Ir. Helmi Haki M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
5. Bapak M. Baitullah al amin, S.T., M.Eng. selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
6. Ibu Ratna Dewi, S.T., M.T. dan Bapak Dr. Ir. Hanafiah, M.S. selaku Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II penelitian skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dukungan, motivasi, dan
masukan selama penyusunan penelitian skripsi
7. Seluruh dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya yang telah
memberikan pendidikan dan ilmu yang bermanfaat selama menjalani
pendidikan di Universitas Sriwijaya.
8. Staf Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya atas bantuan yang telah
diberikan.

x Universitas Sriwijaya
9. Teman angkatan 2015, serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kemajuan karya tulis khusunya yang berkenaan dengan skripsi ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya Teknik Sipil
Universitas Sriwijaya.

Palembang, Juli 2019

Sherennita Patisina

xi Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Pernyataan Integritas ........................................................................... ii
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii
Halaman Persetujuan ........................................................................................... iv
Berita Acara ........................................................................................................ v
Halaman Persetujuan Publikasi ........................................................................... vi
Riwayat Hidup .................................................................................................... vii
Ringkasan ............................................................................................................ viii
Summary.............................................................................................................. ix
Kata Pengantar .................................................................................................... x
Daftar Isi.............................................................................................................. xi
Daftar Gambar ..................................................................................................... xv
Daftar Tabel ........................................................................................................ xvii
Daftar Lampiran................................................................................................ xviii

BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 2
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
1.5. Sistematika Penulisan................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5


2.1. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 5
2.2. Tanah Gambut .............................................................................................. 7
2.3. Klasifikasi Tanah Gambut........................................................................... 8
2.3.1. Klasifikasi Tanah Gambut Menurut ASTM D: 2607-69 (1989) ....... 9

xii Universitas Sriwijaya


2.3.2. Klasifikasi Tanah Gambut Menurut Von Post (1992) ...................... 9
2.3.3. Klasifikasi Tanah Gambut Menurut Meene (1982) .......................... 11
2.3.4. Klasifikasi Tanah Gambut Menurut Mac Farlane (1969).................. 11
2.3.5. Klasifikasi Tanah Gambut Berdasarkan Tingkat Kesuburan............. 11
2.3.6. Klasifikasi Tanah Gambut Berdasarkan Tingkat Pembentuk ........... 12
2.4. Stabilisasi Tanah........................................................................................... 12
2.4.1. Stabilisasi Tanah Gambut................................................................... 14
2.5. Tanah Lempung ........................................................................................... 15
2.6. Metode Deep Soil Mixing (DSM)................................................................. 16
2.6.1. Replacement Area Ratio..................................................................... 19
2.7. Abu Sekam Padi........................................................................................... 19
2.8. Pondasi Dangkal........................................................................................... 21
2.9. Daya Dukung Tanah.................................................................................... 22
2.9.1. Kapasitas Daya Dukung Menurut Terzaghi ..................................... 22
2.9.2. Kapasitas Daya Dukung Menurut Skempton ................................... 26
2.9.3. Kapasitas Daya Dukung Menurut Mayerhoff .................................. 28
2.10. Korelasi Nilai Pembebanan dan Nilai Penurunan ...................................... 29
2.11. Bearing Capacity Ratio (BCR)................................................................... 32

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 33


3.1. Umum........................................................................................................... 33
3.2. Studi Literatur.............................................................................................. 34
3.3. Pekerjaan Lapangan..................................................................................... 34
3.4. Pekerjaan Persiapan .................................................................................... 35
3.5. Pekerjaan Laboratorium ............................................................................. 40
3.6. Pembuatan Pemodelan Benda Uji .............................................................. 40
3.6.1. Pembuatan Kolom DSM .................................................................... 40
3.6.2. Pembuatan Permodelan dan Instalasi Kolom DSM............................ 43
3.7. Pengujian Pembebanan................................................................................ 47
3.8. Analisa Hasil dan Pembahasan.................................................................... 48
3.9. Kesimpulan ................................................................................................. 48

xiii Universitas Sriwijaya


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 49
4.1. Pengujian Parameter Tanah.......................................................................... 49
4.1.1.Tanah Gambut..................................................................................... 49
4.1.2.Tanah Lempung................................................................................... 50
4.1.3.Tanah Lempung + 6% Abu Sekam Padi............................................. 51
4.2. Perhitungan Daya Dukung Tanah Tanpa Perkuatan..................................... 51
4.3. Hasil Uji Pembebanan................................................................................. 54
4.4. Pembahasan................................................................................................. 60
4.4.1.Tanah Tanpa Perkuatan..................................................................... 60
4.4.2.Tanah dengan Perkuatan (DSM)......................................................... 63
4.4.3.Beban Ultimit Kolom DSM............................................................... 63
4.4.4.Tahanan Friksi Kolom DSM.............................................................. 64
4.4.5. Nilai BCR (Bearing Capacity Ratio)................................................ 65

BAB 5. PENUTUP............................................................................................... 69
5.1. Kesimpulan.................................................................................................... 69
5.2. Saran.............................................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 71

xiv Universitas Sriwijaya


DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1. Proses Deep Soil Mixing ............................................................................ 17
2.2. Aplikasi Pencampuran Tanah Pada Deep Soil Mixing .............................. 18
2.3. Single And Extruded Overlapping Deep Mixed Soil Column.................... 18
2.4. Konfigurasi Pola-Pola Deep Soil Mix ........................................................ 19
2.5. Pembebanan Pondasi dan Bentuk Bidang Geser ....................................... 23
2.6. Grafik Faktor Daya Dukung Nc Analisis Skempton ................................. 27
2.7. Grafik Interpretasi Data Antara Penurunan dan Pembebanan dengan
Metode Beban P-Y .................................................................................... 30
2.8. Grafik Interpretasi Data Antara Penurunan dan Pembebanan dengan
Metode Mazurkiewicz ............................................................................... 30
2.9. Grafik Interpretasi Data Antara Penurunan dan Pembebanan dengan
Metode Chin .............................................................................................. 31
2.10. Grafik Interpretasi Data Antara Penurunan dan Pembebanan dengan
Metode Michael T. Adam dan James G. Collin ......................................... 32
3.1. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 33
3.2. (a) Pengambilan tanah gambut (b) Sampel tanah terganggu (c) Pengambilan
sampel tanah tak terganggu ....................................................................... 34
3.3. (a) Data Logger (b) LVDT (c) Beban ........................................................ 35
3.4. Bak Uji Pemodelan .................................................................................... 36
3.5. Pemodelan Pondasi .................................................................................... 36
3.6. Pipa A ........................................................................................................ 37
3.7. Cetakan A ................................................................................................... 37
3.8. (a)Pembersihan Tanah Gambut dari Material yang Menggangu (b)Tanah
Gambut yang Telah Dibersihkan ............................................................... 38
3.9. Tanah Lempung yang Telah Disaring ......................................................... 39
3.10. Sampel Abu Sekam Padi ............................................................................ 39
3.11. (A) Proses Pencampuran Tanah (B) Tanah yang Telah Diperam 24 Jam . 41
3.12. Peralatan Membuat Cetakan (B) Cetakan yang Telah diikat ..................... 42

xv Universitas Sriwijaya
3.13. Proses Pemadatan Tanah dalam Pipa ......................................................... 42
3.14. Perawatan Kolom DSM ............................................................................. 43
3.15. Tanah Gambut yang dijenuhkan ................................................................ 44
3.16. Penentuan As pada Bak Uji ....................................................................... 44
3.17. (a)Pembuatan Lubang Menggunakan Pipa (b)Proses Penggalian Tanah
Menggunakan Sendok Pengeruk ............................................................... 45
3.18. (a)Proses Instalisasi Kolom (b) Proses Pencabutan Pipa ........................... 45
3.19. Kolom yang Telah Terinstal....................................................................... 46
3.20. (a)Proses Instalisasi Pelat Pondasi, Kolom Pedestal Serta LVDT (b)Proses
Penambahan Beban .................................................................................... 46
3.21. Tampak Depan dan Tampak Atas Pemodelan Tiang Tunggal Variasi 6 (D =4,8
cm, L=53 cm).......................................................................................... 47
4.1. Hasil Pengujian Analisa Saringan.............................................................. 50
4.2. Grafik Hubungan Kadar Air Dan Berat Volume Kering........................... 51
4.3. Grafik Hubungan Tegangan Dan Regangan Hasil Pengujian KTB........... 52
4.4. Grafik Hubungan Pembebanan Dan Penurunan Pada Kolom Variasi 1..... 55
4.5. Grafik Hubungan Pembebanan Dan Penurunan Pada Kolom Variasi 2.... 56
4.6. Grafik Hubungan Pembebanan Dan Penurunan Pada Kolom Variasi 3.... 57
4.7. Grafik Hubungan Pembebanan Dan Penurunan Pada Kolom Variasi 4.... 58
4.8. Grafik Hubungan Pembebanan Dan Penurunan Pada Kolom Variasi 5.... 59
4.9. Grafik Hubungan Pembebanan Dan Penurunan Pada Kolom Variasi 6.... 60
4.10. Diagram Kenaikan Qult Terhadap Rasio Kolom DSM (diameter sama, panjang
beda)........................................................................................................... 61
4.11. Diagram Kenaikan Qult Terhadap Rasio Kolom DSM (panjang sama, diameter
beda)........................................................................................................... 62
4.12. Grafik Nilai Bearing Capacity Ratio (BCR) Terhadap Rasio Kolom DSM
................................................................................................................... 66
4.13. Grafik Persentase Peningkatan BCR.......................................................... 67

xvi Universitas Sriwijaya


DAFTAR TABEL

Halaman
2.1. Klasifikasi Tanah Gambut (Astm D: 2607) ............................................. 9
2.2. Klasifikasi Tanah Gambut (Von Post)....................................................... 10
2.3. Kandungan Senyawa Kimia dalam Abu Sekam Padi ................................ 20
2.4. Nilai-Nilai Faktor Kapasitas Dukung (Terzaghi, 1943) ............................ 25
2.5. Faktor Bentuk Pondasi, Kedalaman Pondasi, dan Kemiringan Beban ..... 29
3.1. Variasi Kolom Tunggal ............................................................................. 38
4.1. Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah tanpa perkuatan.................. 60
4.2. Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan perkuatan.............. 61
4.3. Rekapitulasi hasil perhitungan Pu kolom DSM ......................................... 63
4.4. Rekapitulasi perhitungan tahanan gesek kolom DSM ............................... 64
4.5. Rekapitulasi perhitungan BCR dan persentase peningkatan BCR ............. 66

xvii Universitas Sriwijaya


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 : Soil Properties............................................................................... xix
Lampiran 2 : Hasil Uji Pembebanan .................................................................. xx
Lampiran 3 : Dokumentasi ................................................................................. xxi
Lampiran 4 : Reaksi Tanah Gambut dan Kolom Tanah ..................................... xxi
Lampiran 5 : Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO .......................................... xxiii
Lampiran 6 : Klasifikasi Tanah Menurut USCS ................................................. xxiv

xviii Universitas Sriwijaya


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kontruksi pada saat ini semakin berkembang pesat seiring
dengan meningkatnya kebutuhan manusia, sehingga pemanfaatan daripada lahan
semakin berkurang, maka lahan gambut pun menjadi pilihan. Tanah gambut
merupakan tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang mengalami pelapukan
dan pembusukan. Tanah gambut memiliki kadar air yang tinggi, kandungan zat
organik yang tinggi, daya dukung dan kuat geser tanah yang rendah, serta
kompresibilitas atau berkemampatan tinggi sehingga tanah gambut memiliki perilaku
tanah yang kurang baik untuk dipergunakan dalam pembangunan kontruksi.
Oleh karena itu perlunya dilakukan perbaikan pada tanah gambut. Perbaikan
dilakukan seperti halnya untuk meningkatkan daya dukung dan kuat geser tanah atau
sering disebut dengan stabilisasi. Stabilisasi merupakan suatu metode yang dilakukan
untuk memeperbaiki sifat atau perilaku tanah yang kurang baik, agar dapat
memenuhi syarat, serta mencapai mutu yang diharapkan dari perbandingan tanah
aslinya untuk digunakan dalam konstruksi bangunan sipil yang akan berada di
atasnya seperti yang disampaikan oleh Tecnikal dkk. (2016), dimana tanah yang
digunakan sebagai material konstruksi adalah tanah yang memiliki karakteristik yang
baik, yaitu tanah memiliki daya dukung yang tinggi dan deformasi yang tidak boleh
melampaui batas izin (Yulianda, 2017). Metode perbaikan tanah yang sering
digunakan pada tanah gambut ialah dengan preloading, penggunaan sand drain,
geotekstil, penggunaan material ringan atau EPS, penggunaan cerucuk, serta deep
soil mixing.
Deep Soil Mixing atau biasa disingkat dengan DSM merupakan jenis stabilisasi
yang dilakukan untuk meningkatkan daya dukung tanah. Metode DSM ini bekerja
dengan melakukan pembuatan kolom terdahulu pada titik yang telah ditentukan
kemudian memasukkan tanah yang telah dicampurkan dengan bahan campuran
stabilisasi (Marsiana, 2017).
Pada penelitian ini perkuatan tanah gambut dilakukan dengan metode DSM
dengan campuran tanah lempung dan 6% abu sekam padi yang dimodelkan dalam

1 Universitas Sriwijaya
2

bak berukuran 1 m x 1 m x 1,4 m. Kandungan silika (SiO2) pada abu sekam selepas
pembakaran sebesar 86,90-97,30% (Ola, 2015) yang bersifat pozzolan dan bertekstur
sangat halus mampu mengisi ronga-rongga pada tanah lempung sehingga diharapkan
dapat memiliki kerapatan yang tinggi serta dapat menaikkan nilai daya dukung tanah.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang
dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana daya dukung tanah gambut sebelum diberi perkuatan ?
2. Bagaimana perbandingan daya dukung pada tanah gambut sebelum dan setelah
diberi perkuatan ?
3. Bagaimana pengaruh variasi diameter dan panjang kolom DSM untuk
perkuatan tanah gambut terhadap daya dukung ?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari dilakukannya penelitian
ini adalah :
1. Untuk menghitung daya dukung tanah gambut sebelum diberi perkuatan.
2. Untuk mengidentifikasi perbandingan daya dukung pada tanah gambut
sebelum dan setelah diberi perkuatan.
3. Untuk menganalisa dan mengidentifikasi bagaimana pengaruh variasi diameter
dan panjang kolom DSM untuk perkuatan tanah gambut terhadap daya
dukung.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dalam penelitian mengenai pengaruh variasi panjang dan
diameter kolom DSM terhadap perkuatan daya dukung tanah antara lain :
a. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
b. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah gambut dengan kondisi terganggu
(disturbed soil) di daerah Palemraya, Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir.

Universitas Sriwijaya
3

c. Bahan kolom DSM yang digunakan, yaitu campuran optimum tanah lempung
dan abu sekam padi
a. Sampel tanah lempung diambil di daerah Padamaran, Sumatera Selatan.
b. Sampel abu sekam padi yang diambil dari daerah Lahat, Sumatera
Selatan.
d. Dimensi bak uji yang digunakan adalah 1 m x 1 m x 1,4 m.
e. Dimensi pondasi yang digunakan adalah 15 cm x 15 cm x 2 cm.
f. Pembebanan yang digunakan menggunakan beban konsolidasi.
g. Kolom DSM dimodelkan dengan pemodelan floating dalam bentuk tunggal
yang diletakkan diposisi center bak uji
h. Perhitungan daya dukung tanpa perkuatan dihitung secara manual.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan referensi pemilihan
diameter dan tinggi kolom DSM dengan campuran abu sekam padi dan tanah
lempung untuk perkuatan daya dukung tanah gambut, sehingga dapat bermanfaat
bagi dunia konstruksi yang dapat diaplikasikan pada skala lapangan, seperti
pembangunan konstruksi gedung bertingkat, kontruksi jalan dan jembatan dan jenis
konstruksi lainnya.

1.6. Sistematika Penulisan


Adapun rencana sistematika penulisan dalam penelitian tugas akhir ini disusun
dalam lima bab, yaitu :
1. PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang
lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai studi literatur yang berisikan teori maupun
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tanah gambut, tanah lempung, abu
sekam padi, serta metode deep soil mixing untuk perkuatan tanah.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tahapan-tahapan penyusunan laporan untuk

Universitas Sriwijaya
4

melaksanakan penelitian, yaitu berupa prosedur penelitian yang dilaksanankan


serta pengumpulan dan analisis data.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil pengujian dan pembahasan dari penelitian
yang dilakukan.
5. PENUTUP
Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah
dilakukan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang sumber-sumber dari buku maupun literatur yang akan
dijadikan sebagai referensi teori pada skripsi ini.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu


Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam
penyusunan penelitian ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Adha (2011),
Muntohar (2009), Zaika dan Rachmansyah (2017) serta Astriyanto, dkk (2015).
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu seperti
perbedaan campuran kolom deep soil mixing maupun jenis pengujiannya namun
pada penelitian terdahulu dan penelitian juga ini sama-sama mencari kapasitas
dukung dan persentase peningkatan kapasitas dukung tiang.
Penelitian mengenai stabilisasi abu sekam padi yang dilakukan oleh Adha
(2011) yaitu untuk menguji nilai daya dukung tanah sebelum dilakukan stabilisasi
dan yang telah distabilisasi. Adapun bahan additive yang digunakan yaitu dengan
dua campuran, campuran abu sekam padi dan campuran abu sekam padi dengan
semen dengan prosentase 6%, 9% dan 12 % dengan waktu pemeliharaan 28 hari
sebelum dilakukannya pengujian CBR dan batas-batas atterberg. Pengujian ini
dilakukan pada dua kondisi, kondisi rendaman (soaked) selama 4 hari dan tak
redaman (unsoaked). Tanah pada penelitian ini berupa tanah lempung plastisitas
rendah (CL). Penambahan campuran additive berpengaruh terhadap kekuatan
campuran tersebut, karena semakin rapatnya partikel tanah akibat bahan additive,
sehingga didapatkan kesimpulan pada penelitian ini:
1. Material abu sekam padi hanya effektif berfungsi pada kadar 6% untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah dan meningkatkan daya dukung tanah yang
distabilisasi, semakin banyak abu sekam digunakan, daya dukung akan terus
mengalami penurunan.
2. Campuran antara kombinasi semen dan abu sekam sebesar 6% dengan material
tanah lempung plastisitas rendah ternyata dapat meningkatkan daya dukung tanah
dengan nilai CBR lebih dari 100 %, berarti memenuhi persyaratan teknis sebagai
lapis pondasi.

5 Universitas Sriwijaya
6

3. Pada kondisi rendaman, sifat fisis dan mekanis tanah yang distabilisasi akan
mengalami penurunan, serta semakin besar prosentase yang ditambahkan, maka sifat
plastisitas tanah campuran akan mengalami penurunan.
4. Abu sekam dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sebagian semen sebagai
material additive untuk stabilisasi tanah .
Penelitian yang dilakukan oleh Muntohar (2009) dilakukan untuk mengetahui
nilai daya dukung tanah sebelum dan setelah diberi perkuatan. Perkuatan yang
dilakukan ialah menggunakan metode Deep Soil Mix, dimana metode ini dimodelkan
dalam suatu bak baja berukuran 120 cm x 120 cm x 100 cm. Kolom DSM terbuat
dari campuran kolom kapur yang dirancang sebagai kolom tunggal yang berdiameter
(D) 5 cm dan panjang kolom (Df) sepanjang 20 cm. Hasil penelitian dan pengujian
didapatkan bahwa dengan perkuatan menggunakan kolom kapur dapat meningkatkan
kekuatan tanah hingga mencapai jarak 3D dari pusat kolom-kapur. Peningkatan juga
terjadi pada daya dukung tanah lunak meningkat 23 kali dari 0,23 kN hingga 5,2 kN
setelah kolom kapur dipasang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Zaika dan Rachmansyah (2017)
untuk menentukan estimasi kapasitas dukung dan potensi swell pada tanah ekspansif
menggunkan perkuatan kolom DSM, dengan campuran berupa 15% fly ash dan
tanah yang dimodelkan dalam bak fiberglass berukuran (100 x 50 x 30) cm.
Permodelan kolom DSM menggunakan diameter 2 cm yang akan dimasukkan
kedalam pipa baja berpola single square pattern, dengan variasi panjang kolom B,
2B dan 3B (B=5 cm) dan variasi jarak antar kolom yaitu D; 1,25D; 1,5D. Adapun
hasil penelitian didapatkan bahwa kekuatan tanah ekspansif meningkat 155%, 289%
dengan metode pemadatan dan dicapur dengan fly ash. Nilai daya dukung tanah
maksimum terhadap peningkatan daya dukung (BCI) tertinggi yaitu sebesar 2,73
untuk kolom terpanjang dan jarak terdekat dan BCI terendah sebesar 1,147 untuk
ruang terpendek dan terluas.
Penelitian lain dilakukan oleh Astriyanto, dkk (2015), dimana penelitian ini
dilakukan untuk memperbaiki sifat tanah yang bermasalah pada Kecamatan Ngasem,
Kabupaten Bojonegoro. Untuk meningkatkan daya dukung tanah, dilakukan
stabilisasi dengan metode Deep Soil Mix dengan campuran antara kolom tanah dan
10% kapur. Permodelan benda uji kolom DSM dengan diameter kolom tanah sebesar

Universitas Sriwijaya
7

3 cm berpola single square dengan jarak dan panjang kolom tanah yang dibuat
bervariasi, dengan variasi jarak (3 cm; 3,75 cm dan 4,5 cm) dan panjang (10 cm, 15
cm dan 20 cm) yang dimodelkan dalam bak berbentuk kubus berbahan fiberglass
dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan volume tanah 30 cm x 30 cm x 20 cm
serta pelat baja berukuran 5 cm x 5 cm x 2 cm yang dibebani oleh dongkrak hidrolik.
Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai daya dukung tanah maksimum terhadap
peningkatan daya dukung (BCI) terjadi pada jarak (L) =1D (3 cm) dan panjang
kolom (Df)=4B (20 cm). Serta analisis terhadap swelling, jarak dan panjang kolom
DSM yang memenuhi batas izin dengan nilai swelling terkecil sebesar 0,796% terjadi
pada jarak dan panjang yang sama yaitu (L) = 1D (3 cm) dan panjang kolom (Df) =
4B (20 cm).
Keempat penelitian sebelumnya inilah yang mendasari penelitian yang akan
dilakukan dengan pengembangan lebih lanjut seperti menggunakan material
campuran yang berbeda, diameter dan panjang kolom yang berbeda yang kemudian
akan didapatkan pengaruhnya terhadap nilai daya dukung tanah.

2.2. Tanah Gambut


Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh
adanya penimbunan atau akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari
reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena
lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan organik di lantai
hutan yang basah atau tergenang. Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia
dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan
nitrogen (Samosir, 2009).
Karakteristik tanah gambut apabila diamati secara visual dapat dikatakan
bahwa gambut mempunyai warna coklat sampai kehitam-hitaman. Selain itu gambut
juga berserat, hal ini disebabkan karena tanah gambut berasal dari sisa-sisa tumbuhan
atau vegetasi yang mengalami pelapukan. Gambut biasanya dihubungkan dengan
material alam yang memiliki kompresibilitas yang tinggi. Material tersebut terdiri
dari jaringan nabati yang memiliki warna coklat tua sampai dengan hitam dan karena
berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami pembusukan maka akan memiliki
bau yang khas (Nugroho, 2008).

Universitas Sriwijaya
8

Sifat-sifat pada tanah gambut terbagi menjadi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat
fisik pada tanah gambut dapat dilihat dari kadar air yang tinggi pada tanah gambut,
dimana lapisan tanah gambut sering dijumpai disekitar daerah hutan tropis dan
dataran rendah dengan faktor genangan air yang melimpah, lembab dan panas udara
yang relatif kurang. Dengan adanya kadar air yang tinggi menyebabkan berat jenis
daripada gambut menjadi rendah berkisar antara 2,65 sampai 2,75 biasanya
digunakan untuk tanah tak berkohesi dan tanah kohesi tak organik berkisar antara
2,68 sampai 2,72 (Nasution, 2004) dalam (Nugroho, 2008). Tanah gambut juga
memiliki daya dukung dalam menahan beban yang rendah hal ini dipengaruhi karena
rendahnya berat jenis pada gambut. Selain itu sifat fisik pada tanah gambut dapat
menyebabkan terjadinya penurunan pada permukaan tanah (subsiden) apabila tanah
telah didrainase, serta sifat tanah gambut yang irreversible atau mengering tidak
balik dengan kadar air <100% dimana apabila tanah gambut telah mengering tidak
akan terjadi lagi penyerapan apabila dibasahi.
Dalam hal sifat kimia, tanah gambut memiliki pH rendah yang pada umumnya,
tanah gambut tropik, terutama gambut ombrogen (oligotrofik), mempunyai kisaran
pH 3,0 – 4,5, kecuali yang mendapatkan pengaruh penyusupan air laut atau air
payau. Kemasaman tanah gambut cenderung makin tinggi jika gambut tersebut
makin tebal (Noor, 2001). Komposisi bahan organiknya sebagian besar adalah lignin
yang umumnya melebihi 60% dari bahan kering, sedangkan kandungan komponen
lainnya seperti selulosa, hemiselulosa, dan protein umumnya tidak melebihi 11%
oleh Hartatik dkk. (2011).

2.3. Klasifikasi Tanah Gambut


Klasifikasi tanah bertujuan untuk mengelompokkan tanah untuk mengetahui
karakteristik dan sifat-sifat tanah. Klasifikasi tanah gambut terbagi menjadi macam-
macam jenis berdasarkan tingkat kesuburan, tingkat kematangan, maupun
lingkungan pembentuknya. Adapun sistem klasifikasi pada tanah gambut
dikemukakan oleh Mac Farlane (1969), Meene (1982), ASTM D: 2607-69, dan Von
Post (1992).

Universitas Sriwijaya
9

2.3.1. Klasifikasi Tanah Gambut Menurut ASTMD: 2607


Pengelompokkan tanah untuk mengetahui karakteristik dan jenis tanah
dilakukan dengan pengklasifikasian. Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM
D:2607 dikelompokkan berdasarkan kandungan seratnya. Adapun Klasifikasi tanah
gambut menurut ASTM D: 2607 terdapat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi tanah gambut (ASTM D:2607)

No. Nama Keteragan

Sphagnum Moss
Apabila dikeringkan pada suhu 1050C, kandungan serat dari
1. Peat
sphagnum moss minimum 66,66 %.
(Peat Moss)

Apabila dikeringkan pada 1050C, kandungan seratnya


Hypnum Moss
2. minimum 33,33 % dimana lebih dari 50 % dari serat -serat
Peat
tersebut berasal dari bermacam - macam jenis hypnum moss
peat.

Apabila dikeringkan pada 1050C, kandungan seratnya


3. Ree Sedge Peat minimum 33,33 % dimana lebih dari 50 % dari serat -serat
tersebut berasal dari ree-sedgepeat dan dari nonmoss yang
lain.

4. Peat Humus Apabila dikeringkan pada 1050C, kandungan seratnya kurang


dari 33,33 %.

Peat – peat Gambut yang dikelompokkan disini adalah semua tanah


5.
yanglain gambut yang tidak masuk dalam 4 kelompok diatas.

2.3.2.Klasisfikasi Tanah Gambut Menurut Von Post (1992)


Karakteristik dan jenis tanah dapat diketahui dari pengklasifikasian tanah
gambut. Adapun klasifikasi tanah gambut menurut Von Post dibagi berdasarkan
tingkat humifikasinya dengan skala mulai dari H1 sampai dengan H10. Kelompok
tanah gambut menurut Von Post dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Universitas Sriwijaya
10

Tabel 2.2. Klasifikasi tanah gambut (Von Post)

Skala
Keterangan
Von Post

Gambut yang sama sekali belum membusuk, yang mengeluarkan air cukup
H1
jernih. Sisa-sisa tumbuhan yang ada akan dengan mudah diidentifikasikan. Tak
ada material amorf yang terlihat.

Gambut yang hampir seluruhnya belum mengalami pembusukan sama sekali,


H2 yang mengeluarkan air cukup jernih atau sedikit kekuning-kuningan. Sisa-sisa
tumbuhan yang ada akan dengan mudah diidentifikasikan. Tak ada
material amorf yang terlihat.

Gambut yang sangat sedikit mengalami pembusukan, yang mengeluarkan air


H3 keruh dan berwarna coklat, tapi jika diremas tak ada bagian gambut yang
melalui sela-sela jari. Sisa-sisa tumbuhan yang ada masih dapat dengan mudah
diidentifikasikan. Tak ada material amorf yang terlihat.
Gambut yang sedikit mengalami pembusukan, yang mengeluarkan air gelap dan
sangat keruh. Jika diremas tak ada bagian gambut yang melalui sela-sela jari
H4
tapi sisa-sisa tumbuhan yang ada sedikit berbentuk seperti bubur dan telah
kehilangan beberapa ciri yang dapat dikenali.

Gambut yang mengalami pembusukan sedang yang mengeluarkan air sangat


keruh dan jika diremas akan ada sedikit butiran gambut amorf melalui sela-sela
H5
jari. Struktur dari sisa-sisa tumbuhan sedikit sukar untuk dikenali, walaupun
masih memungkinkan untuk mengidentifikasikan ciri-ciri tertentu. Dan sisa-sisa
tumbuhan tersebut berbentuk seperti bubur.

Gambut yang hampir separuhnya mengalami pembusukan dengan struktur


tumbuhan yang sukar untuk dikenali. Jika diremas sekitar sepertiga bagian dari
H6 gambut akan keluar melewati sela-sela jari. Sisa-sisa tumbuhan tersebut hampir
seluruhnya berbentuk seperti bubur dan menunjukkan struktur tumbuhan yang
lebih mudah untuk dikenali dibandingkan sebelum diremas.

Gambut yang lebih dari separuhnya telah membusuk. Mengandung banyak


H7 material amorf dan struktur tumbuhan sangat kering yang sukar dikenali. Jika
diremas sekitar setengah bagian dari gambut akan keluar melewati sela-sela jari.
Kalaupun ada air yang keluar, akan berwarna sangat gelap.

Gambut yang hampir seluruhnya telah membusuk dengan sejumlah besar


material amorf dan struktur tumbuhan sangat kering yang sukar dikenali. Jika
H8
diremas sekitar 2/3 bagian dari gambut akan keluar melewati sela-sela jari.
Sejumlah kecil sisa-sisa tumbuhan akan tertinggal di tangan berupa sisa-sisa
akar dan serat yang tidak membusuk.

Gambut yang telah membusuk seluruhnya dimana hampir tidak ada lagi sisa-
H9 sisa struktur tumbuhan yang dapat dilihat. Jika diremas, hampir seluruh gambut
akan keluar melewati sela-sela jari dalam bentuk pasta yang hampir seragam.

Gambut yang telah membusuk sempurna tanpa ada struktur tumbuhan yang
H10 dapat dilihat. Jika diremas, seluruh bagian gambut yang basah akan keluar
melewati sela-sela jari.

Universitas Sriwijaya
11

2.3.3.Klasifikasi Tanah Gambut Menurut Meene (1982)


Menurut Meene (1982), tanah gambut dikelompokkan menjadi tiga bagian
berdasarkan tingkat kematangannnya, yaitu :
a. Fibrik (Gambut Mentah)
Gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna
cokelat, dan bila diremas >75% seratnya masih bersisa.
b. Hemik (Gambut Setengah Matang)
Sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila diremas
bahan seratnya 15-75%.
c. Saprik (Gambut Matang)
Tanah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dapat
dikenali, memiliki warna cokelat tua sampai hitam, berkadar serat halus dan bila
diremas kandungan seratnya < 15%.

2.3.4.Klasifikasi Tanah Gambut Menurut Mac Farlane (1969)


Klasifikasi tanah gambut menurut Mac Farlane (1969) dalam Amalia, G (2017)
terbagi menjadi 2 golongan berdasarkan kadar seratnya, yaitu:
a. Fibrous Peat, merupakan tanah gambut yang mempunyai kandungan serat
sebesar 20% atau lebih, dan gambut ini mempunyai dua jenis pori yaitu makropori
yaitu pori diantara serat dan mikropori berupa pori yang ada didalam serat – serat
yang bersangkutan.
b. Amorphous Granular Peat, merupakan gambut yang mempunyai kandungan
serat kurang dari 20% dan terdiri dari butiran dengan ukuran koloidal (2μ), serta
sebagian besar air porinya terserap di sekeliling permukaan butiran gambut.

2.3.5.Klasifikasi Tanah Gambut Berdasarkan Tingkat Kesuburannya


Menurut tingkat kesuburannya, tanah gambut dibagi berdasarkan tiga bagian
yaitu :
a. Gambut eutrofik adalah gambut yang banyak mengandung mineral, terutama
kalsium karbonat: sebagian besar berada di daerah payau dan berasal dari vegetasi
serat/rumput-rumputan, serta bersifat netral atau alkalin.

Universitas Sriwijaya
12

b. Gambut oligotrofik adalah gambut yang mengandung sedikit mineral,


khususnya kalsium dan magnisium, serta bersifat asam atau sangat asam (pH < 4).
c. Gambut mesotrofik adalah gambut yang berada antara dua golongan di atas.
(Noor, 2001).

2.3.6.Klasifikasi Tanah Gambut Berdasarkan Lingkungan Pembentuknya


Berdasarkan lingkungan pembentukannya, gambut dibedakan dalam 2 bagian
yaitu :
a. Gambut Ombrogen yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang hanya
dipengaruhi oleh air hujan
b. Gambut Topogen yaitu gambut yang terbentuk di lingkungan yang mendapat
pengayaan air pasang. Dengan demikian gambut topogen akan lebih kaya mineral
dan lebih subur dibandingkan dengan gambut ombrogen (Agus dan Subsika, 2008).

2.4. Stabilisasi Tanah


Pembangunan suatu kontruksi sipil diatas lahan gambut sering kali terjadi
permasalahan, rusaknya suatu kontruksi disebabkan karena belum adanya perbaikan
pada lahan tersebut, oleh karena itu perlunya dilakukan stabilisasi. Stabilisasi tanah
merupakan suatu upaya atau metode untuk memperbaiki tanah dengan sifat yang
kurang baik dan bermutu rendah, agar tanah tersebut dapat berfungsi sebagai
material kontruksi. Menurut Bowles (1986) dalam Putri (2017), stabilisasi dapat
dilakukan melalui beberapa tindakan yaitu :
1. Menambah kerapatan tanah
2. Menurunkan muka air tanah
3. Menambah material yang tidak aktif sehingga mempertinggi kohesi atau
tahanan geser.
4. Mengganti tanah-tanah yang buruk
5. Menambah material untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi dan
fisik dari material tanah.
Adapun metode stabilisasi tanah terbagi menjadi beberapa macam, antara lain :

Universitas Sriwijaya
13

1. Stabilisasi secara Fisika dan Kimiawi


Adapun stabilisasi tanah secara fisika dan kimiawi ialah dengan mengubah
komposisi fisik dan kimiawi tanah sehingga terjadi peningkatan kepadatan dan
kohesi serta modulus kekakuan tanah terhadap pembebanan.
Penambahan additive dapat dilakukan pada permukaan tanah seperti pada jalan
raya, lantai gudang, perkuatan lereng serta dapat mengurangi erosi. Adapun additive
yang biasa digunakan untuk perkuatan ialah pada metode kolom deep soil mixing
dengan bahan-bahannya seperti fly ash dan abu sekam padi yang dapat
meningkatkan kerapatan dan kuat geser tanah dengan ukurannya yang sangat kecil
sehingga dapat mengisi pori-pori tanah. Semen dan kapur yang dapat bersifat
pozzolan karena terjadi reaksi hidrasi dan penggumpalan serta dapat bersifat
sementasi dan karbonisasi sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kuat geser
tanah.
Penggunaan grouting merupakan suatu metode dengan cara memberikan
perkuatan terhadap suatu lokasi tanah yang mengalami perlemahan dengan cara
menyintikkan bahan kimia.
2. Stabilisasi secara Mekanis
Adapun tujuan stabilisasi secara mekanis ialah untuk menaikkan daya dukung
dan kuat geser, mengurangi kompressibilitas, mengurangi permeabilitas, mengontrol
stabilitas volume serta mengurangi kerentanan terhadap liquifaksi dan
memperpanjang durabilitas.
Metode pemadatan dangkal dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pemadatan berupa roller, vibrator dan tamping. Sedangkan pada pemadatan tanah
dalam dapat dilakukan dengan precompression, peledakan, dynamic compaction,
vibroflotation serta compaction grrouting.
3. Stabilisasi secara Hidraulik
Preloading merupakan metode stabilisasi secara hidraulik yang berfungsi
untuk mempercepat penurunan dengan cara menambahkan beban sebelum
pelaksanaan konstruksi dimulai, beban akan dihilangkan apabila konsolidasi telah
mencapai 90%. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kuat geser tanah dan dengan
penambahan drainase vertikal untuk mempercepat proses konsolidasi (primer)

Universitas Sriwijaya
14

dengan cara memperpendek aliran air keluar dari pori-pori tanah, namun prinsip
kerjanya tidak mengurangi penurunan akhir.
Metode dewatering atau menurunkan muka air tanah untuk mempercepat
penurunan sehingga kuat geser tanah pun dapat meningkat serta metode
elektrokinetik, dimana pada metode ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada
tanah, sehingga kuat gesernya tanah meningkat seiring dengan berkurangnya volume
pori tanah.

2.4.1. Stabilisasi Tanah Gambut


Tanah gambut merupakan salah satu jenis tanah yang bermasalah, tanah ini
memiliki sifat atau karakteristik tanah yang kurang baik, sehingga perlunya
dilakukan perbaikan agar tanah ini dapat diapakai sebagai material kontruksi.
Macam-macam metode perbaikan pada tanah gambut, antara lain :
1. Preloading (tanpa dan dengan geotekstil)
Preloading merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan daya
dukung dan kuat geser tanah, mengurangi kompresibillitas tanah dengan cara
memberikan pembebanan awal pada tanah gambut sebelum kegiatan kontruksi
dimulai.
2. Sand Drain
Metode sand drain merupakan metode yang digunakan untuk mempercepat
penurunan pada saat terjadinya konsolidasi, dimana pasir disini berfungsi sebagai
drainase air pori akibat pembebanan yang terjadi diatasnya. Pada perbaikan tanah
gambut hal yang harus diperhatikan yaitu hindari penggunaan PVD untuk vertical
drain karena hal ini dapat menyebabkan pemampatan konsolidasi terjadi dalam
waktu yang singkat.
3. Timbunan dengan Perkuatan Geotekstil
Geotekstil merupakan suatu material yang dapat digunakan untuk memberikan
perkuatan pada suatu tanah, dimana untuk timbunan geotekstil berfungsi untuk
mencegah bercampurnya tanah timbunan dengan tanah dibawahnya serta membantu
perlawanan geser terhadap tanah timbunan.

Universitas Sriwijaya
15

4. Penggunaan Material Ringan


Adapun fungsi dari penggunaan material ringan pada tanah gambut ialah
untuk menguragi beban timbunan dengan menggunakan bahan yang sangat tahan air,
dan ramah lingkungan. Hal ini dilakukan karena tanah gambut memiliki sifat
subsiden atau penurunan pada permukaan tanah sehingga memungkinkan tanah
gambut untuk memakai material ringan seperti EPS. EPS merupakan jenis material
ringan yang berfungsi sebagai timbunan dengan bahan yang sangat ringan.
5. Pemasangan Cerucuk
Pemasangan cerucuk pada tanah gambut merupakan perbaikan pada tanah yang
sering sekali dilakukan, baik menggunakan bambu ataupun kayu. Hal ini dilakukan
untuk memotong bidang longsor, menahan tanah agar tidak terjadinya longsor serta
meningkatkan kuat geser tanah.
6. Penggunaan Kolom DSM
Kolom DSM merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan kuat
geser dan daya dukung tanah, dimana pada perkuatan kolom DSM ini merupakan
suatu campuran antara kolom tanah dengan bahan-bahan additive sebagai pekuatan.
Pada penelitian ini metode perkuatan yang digunakan ialah penggunaan kolom DSM
sebagai perkuatan pada tanah gambut.

2.5. Tanah Lempung


Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopi dan
submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun
batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam
keadaan kering sangat keras, dan tidak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan.
Selain itu, permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi dan Peck, 1987) dalam
(Herman, 2016). Adapun karakteristik daripada tanah lempung ialah, tanah lempung
merupakan golongan partikel yang berukuran kurang dari 0,002 mm atau 2 mikron
dengan sifat plastisitas dan kohesi, dimana sifat kohesi merupakan kemampuan tanah
untuk saling melekat dan terikat satu sama lain, sedangkan sifat plastis merupakan
kemampuan tanah untuk dapat berubah bentuk tanpa kembali ke bentuk asalnya,
penurunan atau konsolidasi pada tanah lempung pun berlangsung lambat,

Universitas Sriwijaya
16

berkemampatan tinggi, memiliki kompresibiltas yang besar, permeabilitas rendah,


daya dukung tanah yang rendah serta kadar kembang susut yang tinggi.
Tanah lempung lunak (soft clay) juga merupakan bagian dari tanah lempung
yang merupakan tanah yang mengandung mineral silikat yang sangat halus.
Lempung lunak memiliki kuat geser undrained < 0,25 kg/cm2, perkiraan nilai SPT <
5 blows/ft, serta nilai perlawanan konus < 15 kg/cm3. Pada umumnya tanah lempung
lunak memiliki sifat fisik dan mekanis yang khusus, diantara kadar air yang tinggi,
angka pori yang besar, berat volume yang kecil serta plastisitas indek yang besar
(Herman, 2016). Tanah ini merupakan salah satu dari jenis tanah bermasalah, dimana
tanah ini akan menyebabkan kontruksi diatasnya menjadi rusak serta akan
mengalami penurunan yang lama dan relatif besar dan beban yang ditahan oleh tanah
ini pun terbatas. Hal ini terjadi karena tanah lempung lunak memiliki daya dukung
tanah yang rendah, berkemampatan yang besar, kompresibilitas yang tinggi serta
penurunan dalam waktu yang lama yang disebabkan karena tingginya kadar air yang
mengisi pori-pori tanah. Oleh karena itu perlunya dilakukan beberapa perbaikan pada
tanah lempung lunak ini mulai dari prakonsolidasi, penggunaan vertical drain,
penggunaan geosintetis, serta penggunaan pondasi tiang.

2.6. Metode Deep Soil Mixing


Metode deep soil mixing atau biasa yang disingkat dengan DSM merupakan
metode perkuatan yang sering dilakukan oleh para peneliti. Kosche (2004) dalam
Astriyanto (2016) mengatakan bahwa metode deep soil mix berguna untuk
mengurangi penurunan dan meningkatkan stabilitas tanah. Deep soil mixing
merupakan metode stabilisasi yang dilakukan dengan menambahkan bahan additive
pada tanah dengan menggunakan mesin bor sehingga terjadi ikatan pada tanah yang
dapat meningkatkan stabilitas tanah tersebut. Bahan-bahan seperti semen, kapur,
semen dan kapur serta bekas limbah seperti fly ash, abu sekam padi dan karbid
merupakan additive yang biasa digunakan sebagai campuran pada tanah.
Menurut Keller (2011), dalam metode pencampuran tanah, alat dimasukkan
kedalam tanah, dimana alat tersebut terdiri dari batang pengeboran, balok melintang
dan ujung kepala bor. Pengeboran tidak menyebabkan getaran, dan dibantu oleh
slurry semen yang keluar dari nozel yang sengaja ditempatkan di ujung auger tanah.

Universitas Sriwijaya
17

Begitu kedalaman telah ditentukan oleh desain perencanaan, fase konstruksi kolom
DSM pun dimulai.
Ada dua jenis metode pekerjaan menggunakan mesin bor, yaitu wet method
dan dry method. Metode basah lebih tepat di lempung lunak, lumpur dan pasir halus
dengan kandungan air yang lebih rendah. Metode kering lebih cocok untuk tanah
lunak dengan kadar air yang sangat tinggi (Keller, 2011)
Prinsip pekerjaan dengan wet method dilakukan dengan penurunan alat terlebih
dahulu sambil disemprot oleh air yang bertekanan tinggi sehingga menyebabkan
tanah tersebut menjadi cair dan memugkinkan untuk alat masuk lebih dalam lagi
sesuai dengan perencanaan, biasanya sampai mencapai lapisan tanah keras, setelah
material campuran tanah dengan bahan additive dimasukkan dari atas lubang,
campuran tadi dapat di injeksi pada saat penetrasi dan penarikan, namun harus
memikirkan intensitas kondisi tanah yang di injeksi sesuai dengan sifat yang
diperlukan untuk tanah yang stabil dan kekuatan yang diperlukan. Kemudian air
dialirkan dari atas sehingga material dapat masuk sampai kedasar lubang. Setelah itu
alat diangkat secara perlahan dan bertahap.
Adapun prinsip dry method, penggunaan air diganti dengan udara. Kolom
DSM biasanya dipasang di tanah lunak dimana penurunan harus dikurangi dan
stabilitas meningkat.

Gambar 2.1. Proses Deep Soil Mixing (Soleman, 2010)

Universitas Sriwijaya
18

Gambar 2.2. Aplikasi pencampuran tanah pada Deep Soil Mixing (Alofia
channels, 2018)

Pola metode DSM ini pun bermacam-macam, seperti single column, trianguler
patern, square patern, grid types, panels dan block column. Bentuk kolom yang
sering digunakan adalah tipe triangular dan single square. Karena tipe triangular dan
single square dapat menyebarkan tegangan yang relatif dengan merata sehinngga
dapat digunakan di lahan yang luas. Tetapi, tipe panels tidak jarang dipakai juga.
Tipe panels biasanya digunakan sebagai dinding penahan tanah (Marsiana, 2017).

Gambar 2.3. Single and extruded overlapping deep mixed soil column
(Massarsch and Topolnicki, 2005)

Universitas Sriwijaya
19

Gambar 2.4. Konfigurasi Pola-Pola Deep Soil Mix (Mirja, 2004)

2.6.1. Replacement Area Ratio


Rasio luas pengganti (r) merupakan rasio antara luas kolom DSM dengan area
perbaikan tanah. Adapun rasio pengganti dapat diubah dengan variasi seperti
mengubah jarak antar kolom dengan diameter kolom yang sama atau dengan
menyesuaikan diameter kolom DSM. Adapun persamaan yang digunakan untuk
mencari rasio luas pengganti (r):

......................................................................................(2.5.)

dimana :
Ac = Luas Penampang Kolom
A = Luas Penampang Tanah Satuan
Rasio luas pengganti berpengaruh terhadap waktu konsolidasi dan penurunan
konsolidasi, peningkatan faktor perbaikan tanah, dimana faktor perbaikan merupakan
rasio antara area yang bermasalah yang diperkuat dengan kolom DSM dan tanpa
kolom DSM oleh Tuan dkk. (2015). RAR yang rendah menyebabkan peningkatan
kekakuan tanah stabil relatif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan kekakuan
di rasio penggantian yang lebih lebih tinggi. Sementara, untuk tanah diperbaiki
dengan rasio yang lebih rendah menyebabkan area penggantian rasio mengarah ke
peningkatan yang signifikan terhadap kapasitas dukung tanah (Farouk dan Shahien,
2013).

2.7. Abu Sekam Padi


Sekam padi atau biasa disebut dengan RHA (Rice husk/rice hull) atau kulit
gabah adalah bagian terluar dari butir padi dan memiliki kandungan silika terbanyak

Universitas Sriwijaya
20

dibandingkan dengan hasil samping pengolahan padi lainnya (Ola, 2014). Adapun
kulit sekam padi kemudian mengalami proses pembakaran dengan suhu tertentu
dapat menghasilkan abu sekam padi. Nilai paling umum kandungan silika (SiO2)
dalam abu sekam padi adalah 94 – 96% dan apabila nilainya mendekati atau dibawah
90 % kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah terkontaminasi oleh
zat lain yang kandungan silikanya rendah (Huoston, 1972) dalam Ummah dkk.
(2010).
Menurut Dr. Robert M. Brooks (2009), adapun material-material yang terdapat
dalam abu sekam padi terangkum dalam tabel 2.3. Pada tahap awal pembakaran, abu
sekam padi menjadi kehilangan berat pada suhu 1000C, pada saat itulah hilangnya
sejumlah zat dari sekam padi tersebut. Pada suhu 3000C, zat-zat yang mudah
menguap mulai terbakar dan memperbesar kehilangan berat. Kehilangan berat
terbesar terjadi pada suhu antara 4000C-5000C, pada tahap ini pula terbentuk oksida
karbon. Di atas suhu 6000C ditemukan beberapa formasi kristal quartz. Jika
temperatur ditambah, maka sekam berubah menjadi kristal silica (Wijanarko, W.,
2008).
Abu sekam padi yang mempunyai senyawa kimia berupa Silika (SiO2) yang
bersifat pozzolan. Pozzolan merupakan bahan yang mengandung senyawa silica dan
alumina, dimana pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen, namun
apabila bentuk dan tekstur halus serta apabila bahan-bahan tadi bereaksi dengan air
atau berada pada tempat yang lembab, maka seyawa-senyawa tersebut akan bereaksi
secara kimiawi dengan kalsium hidroksida Ca(OH)2 pada suhu biasa untuk
membentuk senyawa yang bersifat sementasi. Sehingga abu sekam dapat digunakan
dalam campuran untuk stabilisasi tanah yang dapat meningkatkan daya dukung dan
kuat geser tanah.

Tabel 2.3. Kandungan senyawa kimia dalam abu sekam padi

Kandungan Kimia Persentase Kandungan


Silika – SiO2 90,23%
Alumina – Al2O3 2,54%
Karbon 2,23%
Kalsium Oksida - CaO 1,58%
Magnesium Oksida - MgO 0,53%
Potassium Oksida - KaO 0,39%
Ferric Oksida – Fe2O3 0,21%

Universitas Sriwijaya
21

2.8. Pondasi Dangkal


Pondasi dangkal merupakan jenis pondasi yang menerima beban secara
langsung dan berada dekat dengan permukaan tanah. Pada pondasi dangkal, beban-
beban kontruksi atas akan langsung disalurkan menuju tanah pendukung. Adapun
kedalaman dan lebar pondasi dangkal kurang dari sama dengan 1 (Df/B ≤ 1), dimana
Df merupakan kedalaman dan B merupakan lebar pondasi. Adapun pondasi dangkal
terbagi menjadi tiga yaitu pondasi memanjang, pondasi tapak dan pondasi rakit.
1. Pondasi Memanjang
Pondasi memanjang biasanya digunakan untuk mendukung beban memanjang
atau dapat dianggap beban garis seperti pada struktur dinding yang memanjang atau
biasanya pada shearwall dan kolom yang jaraknya berdekatan serta pada slope.
Biasanya pondasi jenis ini berbentuk persegi dan trapesium.
2. Pondasi Tapak
Pondasi tapak digunakan untuk mendukung beban titik individual seperti
kolom struktural. Pondasi tapak dapat dibuat dalam bentuk bulatan (melingkar),
persegi atau rectangular. Jenis pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton
bertulang dengan ketebalan yang seragam. Pondasi tapak ini terbagi menjadi dua,
yaitu pondasi tapak terpisah dan pondasi tapak gabungan.
Pondasi tapak terpisah merupakan pondasi tapak yang dibuat untuk sebuah
struktur kolom, dimana kolom dianggap sebagai beban titik atau terpusat. Sedangkan
pondasi tapak gabungan dibuat untuk menahan lebih dari satu kolom, hal ini terjadi
apabila dimensi kolom lebih kecil daripada lebar pondasi, sehingga pelat pondasi
dapat memikul dua kolom sekaligus.
3. Pondasi Rakit
Pondasi rakit (Raft Foundation) merupakan pondasi yang digunakan untuk
mendukung struktur yang terletak pada tanah lunak, digunakan untuk menyalurkan
beban-beban dari struktur diatasnya pada area yang luas, menyalurkan beban-beban
keseluruhan dari kolom dan dinding yang letaknya berdekatan, biasanya pondasi
jenis ini dibuat untuk seluruh area struktur, karena apabila menggunakan pondasi
tapak, maka akan terlihat sangat berdempetan antar sisi-sisi pondasi.

Universitas Sriwijaya
22

2.9. Daya Dukung Tanah


Dalam sebuah perencanaan pondasi, hal yang harus diperhatikan ialah
kemampuan atau daya dukung pondasi untuk menahan beban-beban struktur agar
tidak terjadinya penurunan yang drastis. Daya dukung pondasi harus diperhitungkan
karena pondasi berfungsi untuk menyalurkan beban kontruksi kepada tanah.
Daya dukung tanah merupakan kemampuan suatu tanah dalam menahan
penurunan akibat beban di atasanya. Kapasitas nilai daya dukung tanah ini
didasarkan pada karakteristik tanah dasar dan faktor keamanan terhadap keruntuhan.
Adapun beberapa faktor yang memengaruhi daya dukung tanah ialah kadar air
tanah, kohesi tanah, sudut geser tanah serta tegangan normal tanah. Pada daya
dukung tanah ini diharapkan daya dukung ultimit mampu menahan beban kontruksi
diatasnya agar tidak terjadi penurunan yang masih dalam tahap wajar atau masih
dalam toleransi, dimana daya dukung ultimit itu sendiri dipengaruhi oleh kuat geser
tanah. Namun apabila beban-beban kontruksi melampaui daya dukung tanah yang
disalurkan dari pondasi, maka akan terjadi keruntuhan pada tanah sehingga akan
membuat kontruksi diatasnya menjadi tidak aman.

2.9.1. Kapasitas Daya Dukung Menurut Terzaghi


Asumsi analisa kapasitas dukung tanah menuru Terzaghi, antara lain:
a. Tanah di bawah dasar pondasi dianggap homogen dan isotropic
b. Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan
c. Dasar pondasi menerus, kasar dan penyelesaian permasalahan adaah dua
dimensi
d. Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linier
e. Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam kedudukan elastis dan
bergerak bersama-sama dengan dasar pondasi
f. Pertemuan antara sisi baji tanah dan dasar pondasi membentuk sudut geser
dalam tanah φ
g. Berlaku prinsip superposisi atau prinsip penggabungan.
h. Berat tanah di atas pondasi dapat diganti dengan beban terbagi rata sebesar
q = Df .γ, dengan Df adalah kedalaman dasar pondasi dan γ adalah berat
volume tanah di atas dasar pondasi.

Universitas Sriwijaya
23

Menurut Terzaghi, daya dukung ultimit didefinisikan sebagai beban maksimum


per satuan luas dimana tanah masih dapat menopang beban tanpa mengalami
keruntuhan. Pemikiran Terzaghi ini dinyatakan dalam persamaan:

.............................................................................................(2.6.)

dimana:
qu = daya dukung ultimit
Pu = beban ultimit
A = luas pondasi
Pada analisa daya dukung Terzaghi bentuk pondasi diasumsikan memanjang
tak berhingga yang diletakkan pada tanah homogen dan dibebani dengan beban
terbagi rata qu. Beban total pondasi per satuan panjang Pu merupakan beban terbagi
rata qu yang dikalikan dengan lebar pondasi B. Karena adanya beban total tersebut,
pada tanah yang terletak tepat di bawah pondasi akan membentuk suatu baji tanah
yang menekan tanah ke bawah yang digambarkan sebagai berikut. Gerakan baji
menyebabkan tanah di sekitarnya bergerak, yang menghasilkan zona geser di kiri dan
kanan dengan tiap-tiap zona terdiri dari dua bagian yaitu bagian geser radial yang
berdekatan dengan baji dan bagian geser linier yang merupakan kelanjutan dari
bagian geser radial.
Terzaghi mengembangkan teori keruntuhan plastis Prandtl dalam evaluasi daya
dukung sehingga keruntuhan yang terjadi dalam analisanya dianggap keruntuhan
geser umum.

Gambar 2.5. Pembebanan pondasi dan bentuk bidang geser


(Sumber : Hary C. H., 2002)

Universitas Sriwijaya
24

Daya dukung ultimit memperhitungkan kohesi tanah, beban terbagi rata dan
berat volume tanah (qu= qc + qq+ qγ). Berdasarkan persamaan tersebut, persamaan
umum daya dukung ultimit pondasi memanjang menurut Terzaghi.

qu = c Nc + Po Nq + 0,5γ B .......................................................... ( 2.7.)

Karena persamaan Po = Df γ, maka persamaan di atas menjadi:

qu = c Nc + Df γNq + 0,5 γ B Nγ .....................................................(2.8.)

dimana:
qu = daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (kN/m2)
c = kohesi tanah (kN/m2)
Df = kedalaman pondasi yang tertanam di dalam tanah (m)
γ = berat volume tanah (kN/m3)
Po = γ. Df = tekanan overburden pada dasar pondasi (kN/m2)
Nc = faktor daya dukung tanah akibat kohesi tanah
Nq = faktor daya dukung tanah akibat beban terbagi rata
Nγ = faktor daya dukung tanah akibat berat tanah
Nilai faktor daya dukung ini merupakan fungsi dari sudut geser dalam tanah
φ dari Terzaghi (1943).
Persamaan daya dukung pondasi di atas hanya dapat digunakan untuk
perhitungan daya dukung ultimit pondasi memanjang. Oleh karena itu Terzaghi
memberikan pengaruh faktor bentuk terhadap daya dukung ultimit yang didasarkan
pada analisa pondasi memanjang sebagai berikut.
1) Untuk pondasi bujur sangkar

qu = 1,3 C Nc + Po Nq + 0,4 γ B Nγ................................................( 2.9.)

2) Untuk pondasi lingkaran

qu = 1,3 C Nc + Po Nq + 0,3γ B N γ ................................................(2.10.)

Universitas Sriwijaya
25

3) Untuk pondasi persegi panjang

qu = C Nc (1+0,3B/L) + Po Nq + 0,5 γ B N γ (1-0,2 B/L) ..............(2.11.)

dimana:
qu = daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (kN/m2)
C = kohesi tanah (kN/m2)
Df = kedalaman pondasi yang tertanam di dalam tanah (m)
γ = berat volume tanah yang dipertimbangkan terhadap posisi muka air tanah
(kN/m3)
Po = γ. Df = tekanan overburden pada dasar pondasi (kN/m2)
B = lebar atau diameter pondasi (m)
L = panjang pondasi (m)
Berikut ini merupakan nilai-nilai faktor kapasitas dukung Terzaghi yang dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Nilai-nilai faktor kapasitas dukung (Terzaghi, 1943)

Keruntuhan Geser Umum Keruntuhan Geser Lokal


ɸ
Nc Nq Nᵧ Nc’ Nq’ Nᵧ’
0 5.7 1 0 5.7 1 0
5 7.3 1.6 0.5 6.7 1.4 0.2
10 9.6 2.7 1.2 8 1.9 0.5
15 12.9 4.4 2.5 9.7 2.7 0.9
20 17.7 7.4 5 11.8 3.9 1.7
25 25.1 12.7 9.7 14.8 5.6 3.2
34 52.6 36.5 35 23.7 11.7 9
35 57.8 41.4 42.4 25.2 12.6 10.1
40 95.7 81.3 100.4 34.9 20.5 18.8
48 172.3 173.3 297.5 51.2 35.1 37.7
45 258.3 287.9 780.1 66.8 50.5 60.4
50 347.6 415.1 1153.2 81.3 65.6 87.1

Universitas Sriwijaya
26

2.9.2. Daya Dukung Pondasi Menurut Skempton


Menurut Skempton (1951) menganalisis pondasi yang terletak pada lempung
jenuh yang memperhatikan faktor bentuk dan dan kedalaman pondasi.
Kedalaman pondasi empat persegi panjang yang terletak pada tanah lempung,
Skempton memberikan faktor pengaruh bentuk pondasi sc untuk sembarang
kedalaman pada pondasi yang berbentuk persegi panjang, yaitu :

sc = (1+0,2 B L)...............................................................................( 2.12.)

Faktor kapasitas dukung Nc untuk bentuk pondasi tertentu diperoleh dari


mengalikan faktor bentuk pondasi sc dengan Nc pada pondasi yang besarnya
dipengaruhi oleh kedalaman pondasi Df. Kondisi-kondisi yang merupakan analisa
Skempton antara lain:
a. Pondasi di permukaan (Df = 0)
Nc (permukaan) = 5,14 (untuk pondasi memanjang)
Nc (permukaan) = 6,20 (untuk pondasi lingkaran dan bujur sangkar)
b. Pondasi pada kedalaman 0 < Df < 2,5B

Nc = (1 + 0,2 ) Nc (permukaan) ......................................................(2.13.)

c. Pondasi pada kedalaman Df >2,5B

Nc = 1,5 Nc (permukaan) .............................................................. (2.14.)

Analisa Skempton mengenai daya dukung ultimit pondasi memanjang Qu dan daya
dukung ultimit neto Qun dinyatakan dalam persamaan-persamaan berikut.

Qu = cu Nc + Df γ .......................................................................... (2.15.)

dimana:
Qu = daya dukung ultimit (kN/m2)
Qun = daya dukung ultimit neto (kN/m2)

Universitas Sriwijaya
27

Df = kedalaman pondasi (m)


γ = berat volume tanah (kN/m3)
cu = kohesi tak terdrainase (kN/m2)
Nc = faktor daya dukung Skempton
Menurut Skempton (1951) nilai faktor daya dukung Nc yang dikalikan dengan
0,84 + 0,16 B/L digunakan dalam perhitungan daya dukung ultimit untuk pondasi
empat persegi panjang dimana panjang (L) dan lebar (B), dengan persamaan:

Qu = (0,84 + 0,16 B/L)cu Nc(bs) + Df γ......................................... (2.16.)

daya dukung ultimit neto:

Qun = (0,84 + 0,16 B/L)cu Nc(bs) ...................................................(2.17.)

Gambar 2.6. Grafik faktor daya dukung Nc Analisis Skempton.


(Hardiyatmo, 2011)

Universitas Sriwijaya
28

2.9.3. Daya Dukung Pondasi Menurut Mayerhoff


Menurut Mayerhoff (1963), daya dukung pondasi berpengaruh pada faktor
kedalaman dan pembebanan, sehingga nilai-nilai kapasitas dukung Mayerhoff lebih
rendah dibandingkan dengan Terzaghi. Bentuk pondasi, kemiringan beban, dan kuat
geser tanah di atas pondasi memberikan pengaruh terhadap kapasitas dukung tanah.
Persamaan kapasitas dukung ultimit dapat dilihat pada persamaan 2.18.

qu = scdciccNc + sqdqiqpoNq +sγ dγ iγ 0,5 B’ .................................(2.18.)

dimana :
qu = daya dukung ultimit (kN/m2)
c = kohesi tanah
B’ = B – 2e = lebar pondasi efektif
γ = berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
Sc, Sq, S γ = faktor bentuk
dc, dq, d γ = faktor kedalaman
ic, iq, i γ = faktor kemiringan beban
Nc,Nq,Nᵧ = faktor daya dukung, sesuai dengan rumus faktor daya dukung oleh
Meyerhof.

Faktor-faktor kapasitas dukung yang diusul oleh Meyerhof (1963), adalah sebagai
berikut:

Nc =(Nq -1) cot φ ............................................................................... (2.19.)

Nq =tan2 (45 +φ/2)e( tan φ)


................................................................ (2.20.)

Nγ =(Nq -1) tan(1,4φ)........................................................................ (2.21.)

Adapun faktor kedalaman pondasi, bentuk pondasi dan faktor kemiringan


beban dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Universitas Sriwijaya
29

Tabel 2.5. Faktor bentuk pondasi, kedalaman pondasi, dan kemiringan beban
(Hardiyatmo, 2014)

Faktor Bentuk Nilai Keterangan


Sc 1 + 0,2 (B/L) tg2(45+φ/2) Untuk sembarang φ
1 + 0,1 (B/L) tg2(45+φ/2) Untuk φ ≥ 10⁰
Sq = Sᵧ
1 Untuk φ = 0
Faktor Kedalaman Nilai Keterangan
dc 1 + 0,2 (D/B) tg(45+φ/2) Untuk sembarang φ
1 + 0,1 (D/B)
Untuk φ ≥ 10⁰
dq = dᵧ tg(45+φ/2)
Untuk φ = 0
1
Faktor Kemiringan
Nilai Keterangan
Beban
2

ic = i q (1- ) Untuk sembarang φ
0⁰
2
⁰ Untuk φ ≥ 10⁰
(1- )
iᵧ φ

1 Untuk φ = 0

2.10. Korelasi Nilai Pembebanan dan Nilai Penurunan


Berdasarkan pada ASTM D-1195-93 (1997) pengujian Tes Beban Pelat (Load
Plate Test), pada saat penambahan beban dan pembebanan akan didapat data
penurunan pelat beban akibat pembebanan tersebut dengan output berupa grafik,
dimana grafik tersebut akan di interpretasikan untuk mendapatkan kapasitas dukung
pondasi dangkal pengujian. Terdapat beberapa metode interprestasi untuk
mendapatkan nilai kapasitas dukung tanah, antara lain metode metode-beban P-Y
atau beban kritis, metode Davisson, metode Chin, metode De Beer, metode Hansen
90%, metode Mazurkiewicz, metode Fuller dan Hoy, metode Butler dan Hoy, dan
metode Van Der Veen.
a. Metode beban P-Y
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam menentukan
kapasitas dukung ultimit. Terdapat grafik yang menunjukan hubungan antara
penurunan dan beban, dimana grafik ini berguna untuk menunjukkan kapasitas
dukung ultimit. Grafik terlihat pada Gambar 2.7.

Universitas Sriwijaya
30

Gambar 2.7. Grafik Interpretasi data antara penurunan dan pembebanan


dengan metode beban P-Y.

b. Metode Mazurkiewich
Menurut Prakash dan Sharma (1990) dalam Amalia (2017) mengatakan bahwa
metode ini diasumsikan dengan kapasitas tahanan terbesar akan didapatkan dari
beban yang berpotongan, di antaranya beban yang searah sumbu tiang untuk
dihubungkan beban dengan titik-titik dari posisi garis terhadap sudut 450 pada beban
sumbu yang berbatasan dengan beban. Gambar 2.11. memperlihatkan cara
interpretasi data metode Mazurkiewicz.

Gambar 2.8. Grafik interpretasi data antara penurunan dan pembebanan dengan
metode Mazurkiewicz (Mazurkiewicz, 1972)

3. Metode Chin
Chin ( 1971 ) dalam Marsiana (2017) mengemukakan bahwa kurva beban-
penurunan berbentuk hiperbola dan dianggap bahwa hanya terjadi deformasi geser.

Universitas Sriwijaya
31

Maka kurva beban penurunan digambarkan dalam kaitannya dengan Δ / Q adalah


sebagai berikut :

= C1 . Δ + C2 .............................................................................. ( 2.22.)

Sehingga daya dukung ultimit tiang ( Qult ) merupakan inverse slope dari garis
tersebut yaitu :

Qult = ........................................................................................... (2.23.)

dimana :
Δ = Penurunan
Q = Penambahan beban
Qult = Daya dukung ultimit
C1 = Kemiringan garis lurus

Grafik interpretasi data antara penurunan dan pembebanan dengan metode chin
dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.9. Grafik interpretasi data antara penurunan dan pembebanan dengan
metode Chin (Chin, 1971)

4. Metode Michael T. Adams dan James G. Collins.


Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulianda, A (2017) yaitu dalam
menentukan daya dukung ultimit tanah gambut diberikan perkuatan, dimana pada

Universitas Sriwijaya
32

penelitian ini penentuan daya dukung beban maksimal menggunakan metode yang
diusulkan oleh Michael T. Adams dan James G. Collins, yang menggunakan diagram
interaksi antara penurunan dan daya dukung. Daya dukung beban maksimal atau
ultimit didapat dari perpotongan garis linier yang menyingung titik terbanyak dari
kedua sumbu. Adapun grafik metode Michael T. Adams dan James G. Collins dapat
dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.10. Grafik interpretasi data antara penurunan dan pembebanan dengan
metode Michael T. Adam dan James G. Collin (Suyadi dkk, 2012)

2.11. Bearing Capacity Ratio (BCR)


Bearing Capacity Ratio atau biasa disingkat dengan BCR merupakan rasio
perbandingan antara daya dukung ultimit tanah pondasi yang telah diperkuat dengan
daya dukung ultimit tanah pondasi yang tidak diperkuat yang dinyatakan dalam
persen (%). Nilai BCR yang didapat dari rasio perbandingan tadi akan digunakan
untuk mengetahui kinerja perkuatan dalam menaikkan daya dukung tanah pondasi.

BCR = ............................................................................................(2.24.)

dimana:
qr = Daya dukung ultimit tanah pondasi yang diperkuat
qo = Daya dukung ultimit tanah pondasi yang tidak diperkuat

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Umum
Adapun gambaran singkat mengenai penelitian yang akan dilakukan dapat
dilihat pada diagram alir berikut :

Mulai

Studi literatur

Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Laboratorium

Pembuatan Pemodelan
Benda Uji

Pembuatan Kolom Pembuatan Pemodelan


DSM ( Tiang Tunggal) dan Instalasi Kolom
DSM

Pengujian Pembebanan

Analisa Data dan


Pembebanan

Kesimpulan

selesai

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

33 Universitas Sriwijaya
34

3.2. Studi Literatur


Adapun studi literatur yang digunakan berasal dari buku-buku ataupun jurnal-
jurnal penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan stabilisasi tanah dengan
campuran bahan additive seperti abu sekam padi dan metode deep soil mixing.

3.3. Pekerjaan Lapangan


Adapun tahapan pekerjaan lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
a. Pengambilan sampel tanah gambut yang diambil didaerah Palemraya,
Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Tanah gambut yang diambil
berupa sampel tanah terganggu (disturbed) dan sampel tanah tidak terganggu
(undisturbed). Sampel tanah yang terganggu kemudian dimasukkan kedalam
karung agar sifat tanah gambut tetap terjaga.

(a) (b)

(c)

Gambar 3.2. (a) Pengambilan tanah gambut (b) Sampel tanah terganggu
(c) Pengambilan sampel tanah tak terganggu

Universitas Sriwijaya
35

b. Pengambilan tanah lempung sebagai bahan campuran kolom DSM yang


diambil di daerah Desa Sriguna, Padamaran, Kabupaten Ogan Komering Iir
Sumatera Selatan
c. Pengambilan abu sekam padi dari sisa pembakaran sekam padi di daerah Lahat,
Sumatera Selatan.

3.4. Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan dilakukan untuk meminimalisir kesalahan pada saat
pengujian. Pekerjaan persiapan dimulai dengan mempersiapkan alat-alat yang
digunakan untuk pemodelan yaitu bak uji, pelat besi sebagai pondasi, pipa untuk
cetakan kolom, kayu, plastik polimer, timbangan, karet ban bekas, sendok pengeruk,
dan alat-alat untuk pengujian berupa beban, LVDT (Linear Variable Differential
Transformers) dan data logger.

(a) (b)

(c)
Gambar 3.3. (a) Data Logger (b) LVDT (c) Beban

Universitas Sriwijaya
36

Pemodelan yang akan dilakukan menggunakan bak uji yang terbuat dari kayu
yang ukurannya mengacu pada standar ASTM Test Designation D-1194-72 dengan
ukuran minimal 4 kali lebar pondasi (B) yaitu 60 cm, yang kemudian bak uji akan
dilapisi dengan plastik polimer agar kadar air yang terkandung dalam gambut tetap
terjaga serta untuk mencegah kadar air yang keluar dari celah-celah kecil pada kayu.
Dalam penelitian ini, digunakan bak uji dengan ukuran 100 cm × 100 cm × 140 cm
seperti pada Gambar 3.2. Permodelan pondasi yang digunakan berstandar plate load
test ASTM Test Designation D-1194-72 yang terbuat dari pelat baja dengan ukuran
model pondasi adalah 15 cm x 15 cm x 2 cm seperti pada Gambar 3.3.

Gambar 3.4. Bak uji pemodelan

Gambar 3.5. Pemodelan pondasi

Universitas Sriwijaya
37

Untuk pembuatan kolom DSM diperlukan pipa A berbahan PVC berbentuk


silinder dengan ujung terbuka variasi tunggal dalam bak uji dengan tinggi masing-
masing 53 cm dan diameter 4,2 cm; 4,8 cm dan 6 cm serta dengan diameter masing-
masing 4,2 cm dengan tinggi 40 cm; 46cm; dan 53 cm.

Gambar 3.6. Pipa A

Pipa PVC juga digunakan sebagai cetakan A kolom DSM dengan ujung
terbuka variasi tunggal dengan diamter masing-masing 3,2 cm dan tinggi 40 cm; 46
cm; 53 cm dengan rasio (d/L) 0,08; 0,07; 0,06 serta tinggi masing-masing 53 cm
dengan diameter 4,8 cm; 4,2 cm; 3,2 cm, dengan rasio (d/L) 0,09; 0,08; 0,06. Rasio
diameter dan panjang kolom (kelangsingan kolom) yang digunakan pada penelitian
ini mengacu pada kelangsingan tiang kayu yang nilainya tidak melebihi dari 175
(Kcl/r<175). Adapun variasi panjang dan diameter kolom dapat dilihat pada Tabel
3.1.

Gambar 3.7. Cetakan A

Universitas Sriwijaya
38

Tabel 3.1. Variasi Kolom Tunggal

No. d/L Diameter (d) Panjang (L) d/L Diameter (d) Panjang (L)
1. 0,08 3,2 cm 40 cm 0,09 4,8 cm 53 cm
2. 0,07 3,2 cm 46 cm 0,08 4,2 cm 53 cm
3. 0,06 3,2 cm 53 cm 0,06 3,2 cm 53 cm

Dalam proses pembuatan kolom, akan dilakukan pemadatan dengan


menggunakan tongkat besi yang berbentuk silinder dengan diameter 1,5 cm dan
tinggi 100 cm, serta diperlukan juga sendok pengeruk yang akan digunakan untuk
mengeluarkan tanah gambut setelah menancapkan pipa A kedalam bak uji. Dalam
pembuatan kolom DSM juga diberi wax dan oli pada selimut bagian dalam cetakan A
untuk mempermudah pengeluaran kolom DSM.
Adapun persiapan lainnya seperti persiapan sampel benda uji berupa tanah
gambut, tanah lempung dan bahan additive berupa abu sekam padi :
1. Tanah Gambut
Sampel tanah gambut yang diperlukan dengan volume sebanyak 100 cm x 100
cm x 130 cm untuk tiap variasi. Tanah gambut ini diambil dengan 2 kondisi yaitu
tanah terganggu (disturbed) dan tidak terganggu (undisturbed) untuk menentukan
kadar air asli dan berat volume asli di lapangan. Kemudian tanah dimasukkan
kedalam karung. Sampel tanah gambut dibersihkan dulu dari material-material
seperti plastik, sampah-sampah, kayu-kayu dan serat-serat yang mengganggu.

(a) (b)
Gambar 3.8. (a) Pembersihan tanah gambut dari material yang menggangu (b) Tanah
gambut yang telah dibersihkan

Universitas Sriwijaya
39

2. Tanah Lempung
Tanah lempung yang sebelumnya diambil di quarry, untuk kemudian dioven
untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung dalam tanah lempung.
Setelah itu tanah lempung diayak dengan saringan no. 4.

Gambar 3.9. Tanah lempung yang telah disaring

3. Sampel abu sekam padi


Sampel abu sekam padi terlebih dahulu dibersihkan agar tidak tercampur
dengan material lain, lalu dioven dan sampel abu sekam padi yang dibutuhkan ialah
campuran optimum untuk pembuatan kolom DSM.

Gambar 3.10. Sampel abu sekam padi

Universitas Sriwijaya
40

3.5. Pekerjaan Laboratorium


Dilakukan beberapa pengujian laboratorium terlebih dahulu untuk mengetahui
indeks propertis tanah (tanah lempung dan tanah gambut) antara lain :
a. Pengujian kadar air (Moisture content) (ASTM D 2216-98)
Pengujian kadar air dilakukan untuk sample tanah gambut yang tidak
terganggu (undisturbed). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air di
dalam tanah gambut tersebut.
b. Pengujian berat volume (Unit weight) (ASTM D 2167)
Pengujian ini dilakukan, untuk menguji berat volume pada tanah gambut yang
tidak terganggu (undisturbed) dalam keadaan asli.
c. Pengujian kadar abu dan kadar organik (tanah gambut)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi dan jenis tanah gambut
pada penelitian ini.
d. Batas-Batas Atterberg (ASTM D-4318)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji batas cair (LL) dan pengujian batas
plastis (PL) pada tanah gambut
Pada pengujian indeks propertis tanah gambut, hanya dilakukan pengujian
berupa kadar air saja, dikarenakan untuk pengujian lainnya seperti berat jenis, berat
volume, kadar abu, kadar organik, batas-batas atterberg serta indeks plastisitas,
penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu (Usman, A., 2014). Pengujian kadar
air ini harus sama atau mendekati dengan hasil kadar air pada penelitian sebelumnya
sehingga tidak perlu lagi untuk dilakukan pengujian lainnya apabila kadar air yang
didapatkan telah mendekati, maka dari itu pada pengujian indeks propertis tanah
gambut, sampel yang diambil harus lah pada daerah, letak serta kedalaman yang
sama dengan penelitian terdahulu.

3.6. Pembuatan Pemodelan Benda Uji


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan pemodelan benda uji,
antara lain:
3.6.1. Pembuatan Kolom DSM
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan kolom DSM (Deep Soil Mixing),
yaitu :

Universitas Sriwijaya
41

1. Material tanah lempung yang sebelumnya telah dibersihkan, kemudiaan


dijemur/dioven lalu disaring, selanjutnya tanah lempung dicampurkan dengan
6% abu sekam padi. Kadar campuran abu sekam padi sebanyak 6% ini didapat
dari pengujian kuat tekan bebas (KTB) yang memilliki nilai Qu yang paling
maksimum dibandingkan dengan kadar persen lainnya yang telah diuji pada
pengujian sebelumnya. Kemudian semua material-material tadi diaduk merata
dengan kadar air optimum yang telah didapatkan dari pengujian pemadatan
tanah standar. Setelah itu tanah yang telah dicampur dirawat selama kurang
lebih 24 jam untuk menjaga kadar air yang terkandung didalam tanah
campuran serta menghindari terjadinya penguapan.

(a) (b)
Gambar 3.11. (a) Proses pencampuran tanah (b) Tanah yang telah diperam
selama 24 jam

2. Siapkan pipa PVC dengan ukuran 3,2 cm dan tinggi 40 cm; 46 cm; 53 cm serta
tinggi masing-masing 53 cm dengan diameter 4,8 cm; 4,2 cm; 3,2 cm sebagai
cetakan daripada kolom DSM yang dibelah memanjang dan direkatkan
meggunakan karet, namun sebelumnya diberi lapisan wax dan oli terlebih
dahulu agar campuran kolom DSM tidak lengket dengan cetakan serta untuk
mempermudah pengeluaran kolom DSM dari cetakan. Selanjutnya rekatkan

Universitas Sriwijaya
42

antar cetakan yang telah dibelah menggunakan karet ban dan klem besi. Lalu
timbang cetakan untuk mengetahui berat kolom yang sudah dipadatkan.

(a) (b)
Gambar 3.12. (a) Peralatan membuat cetakan (b) Cetakan yang telah diikat

3. Lalu sampel tanah yang sebelumnya telah dirawat selama 24 jam dimasukkan
ke dalam cetakan sedikit demi sedikit per lapisan, sehingga berat kolom harus
sama dengalalu dipadatkan menggunakan tongkat pemadat menggunakan pola
PTS (pemadatan tanah standar) sampai mencapai tinggi kolom yang
ditentukan. Setelah itu timbang tiap sampel dan catat beratnya.

Gamabar 3.13. Proses pemadatan tanah dalam cetakan

Universitas Sriwijaya
43

4. Setelah bahan campuran kolom DSM dimasukkan kedalam cetakan,


selanjutnya cetakan dilapisi dengan plastik wrap untuk kemudian dirawat dan
diperam pada waktu perawatan optimum pencampuran bahan kolom DSM
yaitu selama 7 hari, dimana masa perawatan selama 7 hari ini didapatkan pada
pengujian kuat tekan bebas (KTB) bahwa pada campuran tanah lempung
dengan kadar 6% abu sekam padi didapatkan hasil Qu maksimum pada masa
perawatan 7 hari. Selama masa perawatan ini kolom harus berada dalam
keadaan vertikal atau tegak agar kolom tidak patah.

Gambar 3.14. Perawatan kolom DSM

3.6.2. Pembuatan Pemodelan dan Instalasi Kolom DSM


Adapun langkah-langkah pembuatan pemodelan dan instalasi kolom Deep Soil
Mixing (DSM) , yaitu :
1. Bak uji yang telah disiapkan kemudian dilapisi dengan plastik polimer agar
kandungan kadar air pada tanah gambut tetap terjaga dan air tidak keluar dari
celah-celah antar kayu pada bak uji.
2. Masukkan tanah gambut yang telah dibersihkan kedalam bak uji yang telah
dilapisi plastik polimer sebanyak 3 lapisan tanpa dipadatkan, kemudian
tambahkan air dan didiamkan selama 1 hari hingga jenuh dan kedap air atau
kondisi kadar air sama dengan kondisi dilapangan.

Universitas Sriwijaya
44

Gambar 3.15. Tanah gambut yang dijenuhkan

3. Air yang tergenang pada bak uji dibuang untuk mempermudah instalasi kolom
DSM. Setelah itu lakukan penentuan as pada bak uji agar ukuran kolom DSM
dan pondasi berada tepat sesuai dengan yang ditentukan. Penentuan as ini
dilakukan dengan menggunakan benang.

Gambar 3.16. Penentuan as pada bak uji

4. Buat lubang pada bak uji menggunakan pipa A sesuai dengan posisi kolom
DSM dan variasinya, lalu ambil tanah yang terdapat didalam pipa A
menggunakan sendok penggeruk.

Universitas Sriwijaya
45

(a) (b)
Gambar 3.17. (a) Pembuatan lubang menggunakan pipa (b) Proses penggalian
tanah menggunakan sendok pengeruk

5. Kolom DSM yang sebelumnya diperam, kemudian buka plastik wrap dan
cetakannya yang membungkus kolom. Pada saat proses pembukaan kolom dari
cetakan harus dalam keadaan berdiri atau vertikal, hal ini dimaksudkan agar
kolom tidak patah. Lalu masukan kolom DSM kedalam pipa A dalam bak uji.
Lalu pipa A dicabut secara hati-hati menggunakan tang dan kolom DSM
ditahan menggunakan kayu agar kolom DSM tidak ikut terangkat keluar.

(a) (b)
Gambar 3.18. (a) Proses instalisasi kolom (b) Proses pencabutan pipa

Universitas Sriwijaya
46

Gambar 3.19. Kolom yang telah terinstal

6. Diamkan selama 45 hingga 60 menit agar terjadi reaksi dengan tanah gambut
dan agar tanah gambut dapat mengisi celah-celah pada kolom DSM. Adapun
penentuan waktu 45 hingga 60 menit mengacu pada pengujian yang dilakukan
dengan foto-foto yang terlampir (lampiran 7).
7. Setelah 45-60 menit, letakkan pemodelan pondasi dengan ukuran 15 cm x 15
cm x 2 cm berupa pelat serta letakkan pedestal tepat di atas kolom DSM yang
telah tertanam. Selanjutnya pasang tiang penyangga beban dan LVDT yang
telah tersambung ke data logger.

(a) (b)
Gambar 3.20. (a) Proses instalisasi pelat pondasi, kolom pedestal serta LVDT
(b) Proses penambahan beban

Universitas Sriwijaya
47

3.7. Pengujian Pembebanan


Pengujian pembebanan dapat dilakukan apabila semua komponen permodelan
telah selesai dirakit dan benda uji telah selesai dirawat. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui daya dukung tanah dan penurunan setelah diberi perkuatan berupa kolom
DSM. Pengujian ini dilakukan pada tiap variasi kolom DSM.
Pengujian ini dilakukan dengan pemberian beban konsolidasi melalui besi
penahan yang kemudian akan disalurkan ke pelat baja yang telah terpasang diatas
kolom DSM. Pembebanan ini dilakukan setiap 5 menit dengan beban sebesar 4 kg.
Adapun penggunaan beban sebesar 4 kg mengacu pada ASTM D 1143-81, bahwa
pengunaan beban yang digunakan ialah sebesar 2 kg, namun karena penurunan yang
terjadi pada penelitian ini tidak terlalu signifikan, maka beban dinaikkan menjadi 4
kg. Besarnya penurunan dapat dibaca pada LVDT dan data logger. Pembebanan ini
selesai dilakukan apabila terjadi keruntuhan pondasi. Keruntuhan dapat terjadi
apabila tidak adanya penambahan beban namun tetap terjadi penurunan yang
signifikan.

Gambar 3.21.Tampak depan dan tampak atas pemodelan tiang tunggal variasi 6
(d =4,8 cm, L=53 cm)

Universitas Sriwijaya
48

3.8. Analisa Data dan Pembahasan


Setelah pengujian dilakukan, selanjutya dilakukan analisa dan pembahasan
data, dimana data didapatkan dari pembacaan pembebanan dan penurunan yang
terjadi. Penenutan nilai daya dukung tanah dapat ditentukan dengan diketahuinya
luasan area pelat model pondasi. Adapun analisis data yang dialakukan pada
penelitian ini, ialah :
a. Membuat grafik hubungan antara penurunan dan pembebanan untuk
mendapatkan daya dukung ultimit dengan menggunakan metode beban Michael T.
Adams dan James G. Collins.untuk masing-masing variasi pengujian.
b. Mencari nilai BCR (Bearing Capacity Ratio) pada masing-masing variasi
pengujian pada tanah gambut yang diberi perkuatan kolom DSM dengan tanah
gambut asli.

3.9. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian serta analisa dan pembahasan data, selanjutnya
akan didapatkan kesimpulan dari pengujian ini.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Parameter Tanah


Pada penelitian ini parameter tanah yang digunakan didapat dari hasil
pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sriwijaya serta didukung dengan pengumpulan data sekunder yang
didapat dari penelitian terdahulu. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat-
sifat fisis dan mekanis pada tanah tersebut.

4.1.1. Tanah Gambut


Berdasarkan pengujian sifat-sifat fisis dan mekanis tanah yang dilakukan di
laboratorium serta pengujian yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya
(Usman, A., 2014), didapatkan data-data parameter tanah sebagai berikut:
a. Kadar air rata-rata (w) : 318,442 %
b. Spesific Gravity (Gs) : 1,75
c. Berat volume : 0,126 gr/cm3
d. Kadar Abu : 18,70 %
e. Kadar Organik : 81,30 %
f. Batas Cair (LL) : 52,00 %
g. Batas Plastis (PL) : 37,26 %
h. Indeks Plastisitas (IP) : 14,74
Adapun hasil pengujian triaksial diperoleh sudut kohesi tanah (Cu) sebesar
0,01 kg/cm2 dan sudut geser dalam (φ) sebesar 1,57ᵒ yang didapat dari penelitian
sebelumnya(Usman, A., 2014) dan untuk kadar air rata-rata diperoleh dari
pengujian yang dilakukan di laboratorium sebesar 318,442%.
Berdasarkan hasil pengujian, menurut McFarlane (1969) sampel yang diuji
dapat dikategorikan sebagai fibric-peat soil dikarenakan sampel tanah memiliki
kadar organik sebesar 81,30% (lebih besar dari 67%) dan kandungan kadar abu
tinggi dengan kandungan abu 18,70% (lebih besar dari 15%), sedangkan
berdasarkan daya serap air sampel tanah termasuk ke dalam tanah gambut dengan

49 Universitas Sriwijaya
50

daya serap air sedang 362,516% (lebih besar dari 300% dan kurang dari 600%)
(S.A Nugroho, dkk, 2010).
Menurut tingkat humifikasinya, tanah gambut yang digunakan termasuk
dalam tingkat dekomposisi Von Post scale H6 dimana gambut yang hampir
separuhnya mengalami pembusukan dengan struktur tumbuhan yang sukar untuk
dikenali. Jika diremas sekitar sepertiga bagian dari gambut akan keluar melewati
sela-sela jari. Sisa-sisa tumbuhan tersebut hampir seluruhnya berbentuk seperti
bubur dan menunjukkan struktur tumbuhan yang lebih mudah untuk dikenali
dibandingkan sebelum diremas.

4.1.2. Tanah Lempung


Pada pengujian ini, tanah lempung digunakan sebagai kolom DSM (Deep
Soil Mixing) dengan campuran 6% abu sekam padi. Perlu dilakukannya pengujian
klasifikasi tanah terhadap tanah lempung sebelum digunakan, dimana pengujian
ini berupa pengujian batas-batas atterberg dan analisa saringan.
Dari hasil pengujian batas-batas atterberg didapatkan hasil pengujian
berupa batas cair (LL) sebesar 97%, batas plastis (PL) sebesar 41,88% serta
indeks plastisitas (IP) sebesar 55,12%. Adapun pengujian analisa saringan
didapatkan hasil pada saringan #4 lolos 100%, saringan #10 lolos 99.9322%,
saringan #20 lolos 98.9958%, saringan #40 lolos 98.3066%, saringan #60 lolos
96.3498%, saringan #100 lolos 95.8118%, saringan #200 lolos 94.7134%. Hasil
dari pengujian analisa saringan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Hasil pengujian analisa saringan

Universitas Sriwijaya
51

Berdasarkan sistem klasifikasi tanah menurut USCS tanah tersebut


merupakan lempung anorganik dengan plastisitas yang tinggi, lempung “gemuk”
(fat clays) dengan simbol kelompok “CH” (Lampiran 6). Berdasarkan klasifikasi
tanah menurut AASHTO tanah tersebut merupakan clayey soils dari hasil plotting
nilai LL dan PI maka tanah lempung yang digunakan tergolong dalam klasifikasi
A-7-5 (Lampiran 5).

4.1.3. Tanah Lempung + 6% Abu Sekam Padi


Tanah lempung dengan campuran 6% abu sekam padi akan dilakukan
pengujian parameter tanah berupa pengujian pemadatan tanah standar, pengujian
berat jenis, serta pengujian kuat tekan bebas.
Pengujian pemadatan tanah standar bertujuan untuk mengetahui kadar air
optimum dan berat volume kering sesuai dengan metode ASTM D-698 Metode
B. Hasil dari pengujian pemadatan tanah standar didapatkan nilai kadar air
optimum sebesar 37,1% dan berat volume kering sebesar 1,286 gr/cm3. Adapun
grafik hubungan kadar air dan berat volume kering dapat dilihat pada Gambar
4.2. Berdasarkan pengujian berat jenis dilakukan pada tanah lempung dicampur
dengan 6% abu sekam padi didapatkan hasil sebesar 2,555.

Gambar 4.2. Grafik hubungan kadar air dan kerapatan kering

Universitas Sriwijaya
52

Pengujian kuat tekan bebas pada kolom DSM dilakukan guna mengetahui
besarnya tekanan axial dan nilai kohesi tanah (Cu). Mengacu pada penelitian
yang telah dilakukan dimana benda uji berupa campuran tanah lempung dan 6%
abu sekam padi dengan diameter sebesar 3,5 cm dan tinggi 7 cm dengan waktu
pemeraman selama 7 hari. Sehingga didapatkan nilai tekanan axial dari
pengujian kuat tekan bebas sebesar 1,05 kg/cm2 serta nilai Cu sebesar 0,525
kg/cm2 yang didapatkan kesimpulan bahwa konsistensi tanah (qu) pada
campuran ini bersifat stiff (kaku). Adapun grafik hubungan tegangan dan
regangan hasil pengujian kuat tekan bebas dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Grafik hubungan tegangan dan regangan hasil pengujian kuat tekan
bebas

4.2. Perhitungan Daya Dukung Tanah Tanpa Perkuatan


Perhitungan daya dukung tanah tanpa perkuatan tidak dapat dilakukan
secara langsung, dikarenakan ketidakmampuan tanah gambut dalam menahan
pelat pondasi sehingga membuat pelat pondasi langsung tenggelam kedalam

Universitas Sriwijaya
53

tanah. Oleh karena itu untuk mengetahui daya dukung tanah asli dapat dilakukan
analisa perhitungan dengan menggunakan metode Terzaghi dan Skempton.
Diketahui : Cu = 0,01 kg/cm2
γ = 0,126 gr/cm3 = 1,26.10-4 kg/cm3
Df = 0
B = 15 cm
φ = 1,57
Penyelesaian :
a. Metode Terzaghi
Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan nilai kuat geser yaitu φ < 30°, dan
dapat ditentukan bahwa pola keruntuhan yang terjadi adalah pola keruntuhan
geser lokal (local shear failure). Sehingga nilai C dan φ akan dihitung sesuai
dengan syarat pola keruntuhan geser lokal (local shear failure).

C’ = = 0,01 = 0,0067 kg/cm2

Tan φ’ = Tan φ = Tan (1,57ᵒ) = 0,0183

φ’ = Tan-1 (0,0183) = 1,048o

Nilai φ’ yang didapat yaitu sebesar 1,048o, sehingga dari tabel 2.6 dengan
interpolasi didapatkan nilai :
Nc = 6,035; Nq = 1,126; Nγ = 0,105

Qu = 1,3 C’ Nc + Po Nq + 0,4 γ B Nγ
= 1,3. (0,0067kg/cm2). 6,035 + 0 + 0,4 (1,26.10-4 kg/cm3). (15 cm). 0,105
= 0,0526 kg/cm2
= 5,26 kPa

b. Metode Skempton
Dengan Df/B = 0/15 = 0, maka untuk pondasi bujur sangkar dengan Df = 0,
Nc = 6,2
Qu = (0,84 + 0,16 B/L) Cu Ncbs + Df γ
= (0,84 + 0,16 15cm/15cm). (0,01 kg/cm2). 6,2 + 0

Universitas Sriwijaya
54

= 0,062 kg/cm2
= 6,2 kPa

4.3. Hasil Uji Pembebanan


Pengujian pembebanan dilakukan dengan 6 variasi pemodelan kolom tanah
yang dicampur dengan 6% abu sekam padi, diantaranya yaitu :
a. Kolom berdiameter 3,2 dengan panjang 53 (d/L = 0,06)
b. Kolom berdiameter 3,2 dengan panjang 46 (d/L = 0,07)
c. Kolom berdiameter 3,2 dengan panjang 40 (d/L = 0,08)
d. Kolom berdiameter 3,2 dengan panjang 53 (d/L = 0,06)
e. Kolom berdiameter 4,2 dengan panjang 53 (d/L = 0,08)
f. Kolom berdiameter 4,8 dengan panjang 53 (d/L = 0,09)
Pada saat pengujian, digunakan pelat pondasi beserta kolom pedestal
dengan berat 4,0825 kg, kemudian ditambah dengan berat tiang penyangga
sebesar 1 kg dimana tiang ini berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan beban
sehingga didapat total berat secara keseluruhan sebesar 5,0825 kg. Dari hasil
pengujian didapatkan grafik hubungan antara penurunan dan beban. Perhitungan
daya dukung tanah didasarkan pada metode Michael T. Adams dan James G.
Collins.

1) Variasi 1 (d= 3,2; L=53; d/L=0,06)


Pada variasi ini, digunakan kolom DSM dengan diameter 3,2 cm dan
panjang 53 cm. Pada Gambar 4.1. didapatkan beban ultimit sebesar 11 kg dengan
keruntuhan yang terjadi pada beban ke 20 kg. Sehingga daya dukung ultimitnya:

Qu = P
A
= Beban Ultimit + Berat Sendiri Pondasi
A

= 11 kg  5,0825 kg
15 cm . 15 cm
= 0,0714 kg/cm2
= 7,14 kPa

Universitas Sriwijaya
55

Gambar 4.4. Grafik hubungan pembebanan dan penurunan pada kolom variasi 1

2) Variasi 2 (d=3,2; L=46; d/L=0,07 )


Pada variasi ini, digunakan kolom DSM dengan diameter 3,2 cm dan
panjang 46 cm. Pada Gambar 4.5. didapatkan beban ultimit sebesar 12 kg dengan
keruntuhan yang terjadi pada beban ke 24 kg. Sehingga daya dukung ultimitnya
adalah :

Qu = P
A
= Beban Ultimit + Berat Sendiri Pondasi
A

= 12 kg  5,0825 kg
15 cm . 15 cm
= 0,076 kg/cm2
= 7,6 kPa

Universitas Sriwijaya
56

Gambar 4.5. Grafik hubungan pembebanan dan penurunan pada kolom variasi 2

3) Variasi 3 (d=3,2; L=40; d/L=0,08)


Pada variasi ini, digunakan kolom DSM dengan diameter 3,2 cm dan
panjang 40 cm. Pada Gambar 4.6. didapatkan beban ultimit sebesar 15 kg dengan
keruntuhan yang terjadi pada beban ke 28 kg. Sehingga daya dukung ultimitnya
adalah :

Qu = P
A
= Beban Ultimit + Berat Sendiri Pondasi
A

= 15,5 kg  5,0825 kg
15 cm . 15 cm
= 0,089 kg/cm2
= 8,9 kP

Universitas Sriwijaya
57

Gambar 4.6. Grafik hubungan pembebanan dan penurunan pada kolom variasi 3

4) Variasi 4 (d=3,2; L=53; d/L=0,06)


Pada variasi ini, digunakan kolom DSM dengan diameter 3,2 cm dan
panjang 53 cm. Pada Gambar 4.1. didapatkan beban ultimit sebesar 11 kg dengan
keruntuhan yang terjadi pada beban ke 20 kg. Sehingga daya dukung ultimitnya:

Qu = P
A
= Beban Ultimit + Berat Sendiri Pondasi
A

= 11 kg  5,0825 kg
15 cm . 15 cm
= 0,0714 kg/cm2
= 7,14 kPa

Universitas Sriwijaya
58

Gambar 4.7. Grafik hubungan pembebanan dan penurunan pada kolom variasi 4

5) Variasi 5 (d=4,2; L=53; d/L=0,08)


Pada variasi ini, digunakan kolom DSM dengan diameter 4,2 cm dan
panjang 53 cm. Pada Gambar 4.8. didapatkan beban ultimit sebesar 17,5 kg
dengan keruntuhan yang terjadi pada beban ke 32 kg. Sehingga daya dukung
ultimitnya adalah :

Qu = P
A
= Beban Ultimit + Berat Sendiri Pondasi
A

= 17,5 kg  5,0825 kg
15 cm . 15 cm
= 0,1004 kg/cm2
= 10,04 kPa

Universitas Sriwijaya
59

Gambar 4.8. Grafik hubungan pembebanan dan penurunan pada kolom variasi 5

6) Variasi 6 (d=4,8; L=53; d/L=0,09)


Pada variasi ini, digunakan kolom DSM dengan diameter 4,8 cm dan
panjang 53 cm. Pada Gambar 4.9. didapatkan beban ultimit sebesar 20 kg dengan
keruntuhan yang terjadi pada beban ke 36 kg. Sehingga daya dukung ultimitnya
adalah :

Qu = P
A
= Beban Ultimit + Berat Sendiri Pondasi
A

= 20 kg  5,0825 kg
15 cm . 15 cm
= 0,1115 kg/cm2
= 11,15 kPa

Universitas Sriwijaya
60

Gambar 4.9. Grafik hubungan pembebanan dan penurunan pada kolom variasi 6

4.4. Pembahasan
4.4.1. Tanah Tanpa Perkuatan
Pada tanah gambut asli atau tanah sebelum diberi perkuatan, daya dukung
ultimit didapatkan secara empiris dengan menggunakan analisa metode Skempton
dan Terzaghi. Adapun rekapitulasi dari perhitungan daya dukung ultimit kedua
metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah tanpa perkuatan

Metode qult (kPa)


Terzaghi 5,26
Skempton 6,2

Berdasarkan Tabel 4.1. didapatkan bahwa daya dukung ultimit dengan


metode Terzaghi mempuyai nilai lebih kecil dibandingkan metode skempton. Hal
ini disebabkan karena nilai faktor daya dukung Nc pada metode Skempton lebih

Universitas Sriwijaya
61

besar dibandingkan dengan metode Terzaghi. Perhitungan BCR dan persentase


peningkatan daya dukung menggunakan nilai daya dukung yang paling kecil yaitu
daya dukung dengan metode Terzaghi yaitu sebesar 5,26 kPa.

4.4.2. Tanah dengan Perkuatan (DSM)


Hasil pengujian tanah dengan perkuatan kolom DSM di laboratorium
menunjukkan adanya peningkatan daya dukung, perkuatan kolom DSM ini
menggunakan berbagai variasi pemodelan dengan perbedaan panjang dan
diameter kolom.
Adapun rekapitulasi perhitungan nilai daya dukung tanah dengan perkuatan
kolom DSM pada tanah gambut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan perkuatan

Variasi Diameter (d) Panjang (L) d/L Qultimit (kPa)


Diameter sama, panjang beda
1 3,2 53 0,06 7,14
2 3,2 46 0,07 7,6
3 3,2 40 0,08 8,9
Diameter beda, panjang sama
4 3,2 53 0,06 7,14
5 4,2 53 0,08 10,04
6 4,8 53 0,09 11,15

Gambar 4.10. Diagram kenaikan Qult terhadap rasio kolom DSM


(diameter sama dan panjang berbeda)

Universitas Sriwijaya
62

Berdasarkan Gambar 4.10. didapatkan bahwa peningkatan daya dukung


terendah terhadap tanah tanpa perkuatan terjadi pada rasio 0,06 sebesar 7,14 kPa
atau pada diameter 3,2 cm dan dengan panjang 53 cm. Adapun pengujian yang
telah dilakukan menunjukan bahwa panjang kolom juga berpengaruh terhadap
nilai daya dukung tanah, dimana semakin bertambahnya panjang kolom maka
peningkatan daya dukung menurun, hal ini dikarenakan dimensi kolom yang
terlalu langsing.
Dapat dikatakan bahwa semakin kecil nilai rasio d/L maka peningkatan
daya dukung pun semakin menurun.

Gambar 4.11. Diagram kenaikan Qult terhadap rasio kolom DSM


(panjang sama dan diameter berbeda)

Sedangkan pada Gambar 4.11. dengan panjang sama dan diameter yang
beda, didapatkan bahwa peningkatan daya dukung ultimit yang paling maksimum
terjadi pada rasio 0,09 sebesar 11,15 kPa atau dengan diameter 4,8 cm dan dengan
panjang 53 cm. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa
semakin besar diameter kolom maka peningkatan daya dukung pun semakin
bertambah. Hal ini terjadi karena apabila pengujian dilakukan dengan diameter
kolom yang besar, maka luas penampang kolom juga akan semakin besar dalam
menopang beban yang diberikan.

Universitas Sriwijaya
63

Dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai rasio d/L maka peningkatan
daya dukung juga akan semakin besar.

4.4.3. Beban Ultimit Kolom DSM


Berdasarkan nilai Qult atau daya dukung tanah dengan perkuatan pada Tabel
4.2. dapat ditentukan nilai qu dan Pu pada kolom DSM tanpa pengaruh tanah
gambut disekelilingnya. Nilai qu diperoleh dari pengurangan daya dukung tanah
dengan perkuatan dengan daya dukung tanah tanpa perkuatan. Nilai Pu juga dapat
dihitung dengan mengalikan nilai qu dengan luasan pondasi (Af) yaitu 15 cm x 15
cm yang digunakan pada penelitian ini. Adapun hasil perhitungan nilai Pu masig-
masing variasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Rekapitulasi hasil perhitungan Pu kolom DSM

Qult
qu Pu
(tanah + qu kolom
d L d/L kolom kolom
kolom DSM
(cm) (cm) (cm) DSM DSM
DSM) (kg/cm2)
(kPa) (Kg)
(kPa)
Diameter sama, panjang beda
3.2 53 0.06 7.14 1.88 0.019 4.23
3.2 46 0.07 7.6 2.34 0.023 5.27
3.2 40 0.08 8.9 3.64 0.036 8.19
Diameter beda, panjang sama
3.2 53 0.06 7.14 1.88 0.019 4.23
4.2 53 0.08 10.04 4.78 0.048 10.76
4.8 53 0.09 11.15 5.89 0.059 13.25

Berdasarkan Tabel 4.3. didapatkan bahwa nilai beban ultimit (qu) kolom
DSM mempunyai kesamaan dengan nilai daya dukung ulimit (Qult) tanah dengan
perkuatan. Peningkatan beban ultimit (Pu) kolom DSM yang terbesar terdapat
pada rasio 0,09 yaitu beban sebesar 13,25 kg yang mampu diatahan oleh kolom
DSM sebelum mengalami keruntuhan, dan penurunan nilai beban ultimit (Pu)
kolom DSM terdapat pada rasio 0,06 yaitu beban sebesar 4,23 kg yang mampu
diatahan oleh kolom DSM sebelum mengalami keruntuhan.

Universitas Sriwijaya
64

4.4.4. Tahanan Friksi Kolom DSM


Daya dukung selimut tiang atau bisa disebut dengan tahanan friksi (fs)
merupakan daya dukung pondasi yang didapatkan dari gesekan tiang dengan
tanah. Pada prinsipnya daya dukung ultimit pada setiap kolom DSM adalah
penjumlahan dari besar tahanan ujung dengan tahanan gesek, namun pada
penelitian ini tahan ujung diabaikan sehingga daya dukung ultimit kolom DSM
hanya ditentukan oleh besarnya tahanan gesek saja. Tahanan friksi (fs) didapat
dari beban ultimit kolom (Pu) dibandingkan dengan luas selimut kolom. Adapun
daya dukung selimut tiang atau tahanan friksi (fs) dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Rekapitulasi perhitungan tahanan gesek kolom DSM

Pu Ps
Volume w Luas
d L d/L kolom kolom fs
Kolom kolom Selimut
(cm) (cm) (cm) DSM DSM (kg/cm)
(cm3) (kg) (cm2)
(kg) (kg)
Diameter sama, panjang beda
3.2 53 0.06 4.23 426.423 0.752 4.98 533.03 0.009
3.2 46 0.07 5.27 370.103 0.653 5.92 462.63 0.013
3.2 40 0.08 8.19 321.829 0.567 8.76 402.29 0.022
Diameter beda, panjang sama
3.2 53 0.06 4.23 426.423 0.752 4.98 533.03 0.009
4.2 53 0.08 10.76 734.58 1.295 12.05 699.6 0.017
4.8 53 0.09 13.25 959.451 1.692 14.94 799.54 0.019

Contoh penjabaran perhitungan tahanan gesek (fs) kolom DSM, sebagai


berikut :
(Variasi 1, d= 3,2 cm, L= 53 cm, d/L=0,06)
Diketahui : Pu kolom = 4,23 kg
V kolom = ( )

= 426,423 cm3
W opt = 37,1 %
γk = 1,286 gr/cm3
Ditanya : Tahanan Gesek (fs) ?

Universitas Sriwijaya
65

Penyelesaian: Pu = Pb + Ps – W kolom
Pu = 0 + Ps – (γb x V kolom)
Ps = Pu + (γk (1 + w opt) x V kolom)
Ps = 4,23 kg + ( 1,286 gr/cm3 (1+0,371) x 426,423 cm3)
Ps = 4,98 kg
Ps = As. Fs
fs = Ps/As
fs = 4,98 kg/533,03 cm2
fs = 0,009 kg/cm2 x cm1
= 0,009 kg/cm
Berdasarkan analisa pada Tabel 4.4. didapatkan hasil friksi terbesar yaitu
pada rasio 0,08 atau dengan diameter 3,2 cm dan dengan panjang kolom 40 cm
dengan nilai friksi sebesar 0,022 kg/cm dan nilai friksi terendah terdapat pada
rasio 0,06 dengan diameter 3,2 cm dan dengan panjang 53 cm dengan nilai friksi
sebesar 0,009 kg/cm. Dapat disimpulkan bahwa besarnya kapasitas selimut kolom
atau tahanan gesek tergantung pada dimensi kolom dan beban yang diberikan,
dimana kolom dengan jenis (diameter sama, panjang beda) tahanan gesek
meningkat seiring dengan peningkatan Pu dan panjang kolom yang memendek.
Namun berbanding terbalik pada jenis kolom dengan (panjang sama, diameter
beda), tahanan gesek yang terjadi menurun seiring dengan penurunan beban Pu
dan dengan panjang kolom yang memanjang.

4.4.5. Nilai BCR (Bearing Capacity Ratio)


Rasio daya dukung atau BCR merupakan nilai yang didapat dari
perbandingan nilai daya dukung yang diberi perkuatan (Qr) terhadap nilai daya
dukung tanah tanpa diberi perkuatan (Qo) yang dalam penelitian ini nilai BCR
menjadi suatu acuan atau tolak ukur seberapa efektif variasi yang digunakan pada
perkuatan kolom DSM dengan campuran 6% abu sekam padi terhadap tanah
gambut. Dari hasil pengujian dan analisa data didapat bahwa perkuatan
menggunakan kolom DSM dapat meningkatkan nilai BCR. Adapun peningkatan
nilai BCR dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Universitas Sriwijaya
66

Tabel 4.5. Rekapitulasi perhitungan BCR dan persentase peningkatan BCR

Persentase
Qult BCR
d (cm) L (cm) d/L (cm) Peningkatan
(kPa) (Qu/Qo)
(%)
Tanpa Perkuatan 5,26 1 -
Diameter sama, panjang beda
3.2 53 0.06 7,14 1,357 35,74
3.2 46 0.07 7,6 1,445 44,49
3.2 40 0.08 8,9 1,692 69,20
Diameter beda, panjang sama
3.2 53 0.06 7,14 1,357 35,74
4.2 53 0.08 10,04 1,91 91
4.8 53 0.09 11,15 2,12 111,98

Gambar 4.12. Grafik nilai Bearing Capacity Ratio (BCR)


terhadap rasio kolom DSM

Berdasarkan perhitungan dan analisa pada Tabel 4.4. serta Gambar 4.12.
sama halnya dengan nilai daya dukung maksimum bahwa nilai BCR terbesar
terhadap tanah tanpa perkuatan juga terjadi pada rasio 0,09 sebesar 2,12 atau
dengan diameter 4,8 cm dan dengan panjang 53 cm. Nilai BCR mengalami
peningkatan yang berbanding lurus dengan semakin besarnya nilai rasio d/L atau
seiring bertambahnya diameter kolom. Akan tetapi dengan nilai rasio d/L yang

Universitas Sriwijaya
67

sama namun dengan diameter yang berbeda yaitu 3,2 cm pada variasi 3 dan 4,2
cm pada variasi 5 dapat dilihat bahwa diameter yang lebih tinggi mempunyai nilai
BCR yang lebih besar yaitu 1,91.
Berikut grafik untuk melihat seberapa besar persentase peningkatan BCR
tiap variasi pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Grafik persentase peningkatan BCR

Berdasarkan Gambar 4.13. bahwa persentase peningkatan BCR maksimum


terdapat pada rasio 0,09 dengan nilai persentase kenaikan sebesar 111,98 % dan
nilai persentase peningkatan BCR minimum terdapat pada rasio 0,06 dengan
persentase kenaikan sebesar 35,74%. Pada beberapa variasi, nilai persentase
kenaikan BCR tidak terlalu signifikan, hal ini disebabkan karena kecilnya
diameter kolom DSM sehingga tidak mampu menahan beban yang diberikan,
namun lain halnya dengan variasi 6 yang memiliki diameter paling besar diantara
variasi lain yakni 4,8 cm dengan panjang 53 cm, sehingga persentase kenaikan
BCR nya pun cukup signifikan. Kolom DSM variasi 6 dengan dimensinya yang
besar mampu menahan beban yang diberikan, semakin besar kolom maka luas
penampang kolom juga akan semakin besar dalam menopang beban yang
diberikan dan hal ini mengakibatkan gaya gesekan yang terjadi pada kolom DSM

Universitas Sriwijaya
68

dengan tanah gambut akan semakin besar, sehingga kolom DSM variasi 6 ini
dapat meningkatkan daya dukung tanah yang diberi perkuatan. Dapat disimpulkan
juga bahwa nilai persentase peningkatan BCR berbanding lurus dengan semakin
besarnya nilai rasio d/L.
Berdasarkan pembahasan diatas didapatkan bahwa nilai daya dukung
ultimit, nilai BCR dan persentase kenaikan BCR mengalami peningkatan dengan
adanya perkuatan kolom DSM, namun peningkatan yang paling signifikan terjadi
pada kolom DSM variasi 6 dengan dimensi yang lebih besar dari variasi yang
lainnya.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil pengujian pembebanan yang
telah dilakukan pada beberapa variasi kolom DSM, didapatkan hasil bahwa:
1. Penentuan daya dukung ultimit (Qu) pada tanah asli atau tanah tanpa
perkuatan tidak dapat dilakukan dengan pengujian pembebanan dikarenakan
kondisi daripada tanah gambut yang telah mengalami keruntuhan bahkan
sebelum diberi beban, sehingga perlu dilakukan pengujian secara empiris
dengan metode Terzaghi dan Skempton. Adapun nilai daya dukung (Qu)
pada metode Terzaghi sebesar 5,26 kPa dan pada metode Skempton sebesar
6,2 kPa.
2. Dari hasil pengujian dapat dikatakan bahwa nilai daya dukung (Qu), nilai
BCR serta persentase peningkatan nilai BCR mempunyai peningkatan yang
sama. Peningkatan maksimum terjadi pada kolom dengan rasio 0,09 atau
dengan diameter 4,8 cm dan tinggi 53 cm yaitu pada nilai daya dukung (Qu)
sebesar 11,15 kPa, pada nilai BCR sebesar 2,12 serta persentase
peningkatan nilai BCR sebesar 111,98%. Peningkatan minimum terjadi
pada kolom dengan rasio 0,06 atau dengan diameter 3,2 cm dan tinggi 53
cm yaitu pada nilai daya dukung (Qu) sebesar 6,9 kPa, pada nilai BCR
sebesar 1,312 serta persentase peningkatan nilai BCR sebesar 35,74%.
3. Penggunaan kolom DSM (Deep Soil Mixing) dengan campuran tanah
lempung dan 6% abu sekam padi dapat meningkatkan daya dukung tanah
asli, namun peningkatan daya dukung yang signifikan hanya terjadi pada
beberapa variasi saja. Peningkatan daya dukung bertambah seiring dengan
semakin besarnya diameter kolom pada panjang yang sama dan peningkatan
daya dukung menurun seiring dengan semakin pendeknya kolom dengan
diameter yang sama. Dapat dikatakan bahwa peningkatan daya dukung
berbanding lurus seiring bertambahnya nilai rasio d/L dan peningkatan daya
dukung menurun berbanding lurus seiring dengan penurunan nilai rasio d/L.

69 Universitas Sriwijaya
70

5.2. Saran
Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil pengujian pembebanan yang
telah dilakukan, didapatkan beberapa saran diantaranya :
1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya bahan pengisi kolom DSM dapat
menggunakan limbah ataupun bahan additive lainnya agar dapat
meningkatkan daya dukung tanah yang lebih signifikan, serta untuk variasi
kolom DSM, sebaiknya diameter kolom lebih diperbesar lagi atau dapat
digunakan kolom dengan variasi kelompok agar dapat meningkatkan daya
dukung tanah.
2. Penelitian lebih lanjut dapat mencoba tanah asli atau tanah tanpa perkuatan
menggunakan tanah lain selain tanah gambut agar dapat melihat pengaruh
yang berbeda.
3. Perlu adanya pertimbangan terhadap tinggi bak uji maupun tinggi tanah
yang akan diuji mengingat sulitnya untuk melakukan pengujian atau
penginstalan kolom DSM.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Adha, I., 2011. Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Pengganti Semen Pada
Metoda Stabilisasi Tanah Semen. Jurnal Rekayasa, Vol. 15 No.1: 33-40

Agus, F., I.G. M. Subiksa., 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre
(ICRAF), Bogor, Indonesia.

Amalia, G., 2017. Analisis Perkuatan Daya Dukung Pondasi Dangkal pada Tanah
Gambut dengan Menggunakan Cerucuk Gelam. Skripsi Universitas
Sriwijaya, Sumatera Selatan.

ASTM D 2607-69., 2012. Classification of Peats, Mosses, Humus, and Related


Products, Google.

Astriyanto, V. D., Zaika, Y., dan Harimurti., 2016. Pengaruh Jarak Dan Panjang
Deep soil mix Tipe Single Square Diameter 3 Cm Terhadap Daya Dukung
Tanah Ekspansif. Universitas Brawijaya, Malang.

Bouassida, M., Porbaha, A., 2004. Ultimate Bearing Capacity of Soft Clays
reinforced by a Group of Columns-Application to a Deep Mixing Technique.
Soil and Foundations. Japanese Geotechical Society,Vol. 44.(3):91-101.

Brooks, Robert M., 2009. Soil Stabilization with Fly Ash and Rice Husk
Ash.International Journal of Research and Reviews in Applied Sciences,
Volume 1, Issue 3:209-217

Farouk, A. dan Shahien, M. M., 2013. Ground improvement using soil–cement


columns: Experimental investigation. Alexandria Engineering Journal (2013)
52:733–740.

Hardiyatmo, H. C., 2014, Tanah Ekspansif, edisi 1, Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

Hartatik W., I. G. M. Subiksa, dan A. Dariah., 2011. Sifat Kimia dan Fisika Tanah
Gambut. Diakses dari Http://balittanah. llitbang, deptan.go.id/ dokumentasi/
lainnya/wiwik/hartati.pdf pada tanggal 2018:45-56

Nugroho, U., 2008. Stabilisasi Tanah Gambut Rawa Pening Menggunakan


Campuran Portland cement dan gypsum sintetis, Jurnal Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

71 Universitas Sriwijaya
72

Marsiana, D., 2017. Peningkatan Daya Dukung Pondasi dengan Perkuatan Tanah
Gambut Menggunakan Metode Deep Soil Mixing (Tanah Lempung + 15%
Fly Ash). Skripsi Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.

Muntohar, A. S., 2009. Uji Model Kuat Dukung dan Karakteristik Beban-
Penurunan dengan Perkuatan Kolom Kapur di Laboratorium. Dinamika
Teknik Sipil. Akreditasi BAN DIKTI No. 110/DIKTI/Kep/2009.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Noor, M., 2001. Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala. Kanisius.
Yogyakarta:1-170.

Ola, A. L., 2014. Pengaruh Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi untuk
Pembuatan Tungku Rumah Tangga. Jurnal Penelitian Teknologi Industri,
Vol. 6 No. 1 Juni 2014: 19-30.

Putri, D. A., 2017. Perkuatan Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Deep
Soil Mixing (Tanah Lempung + 10% Kapur). Skripsi Universitas Sriwijaya.

Samosir R., 2009. Identifikasi Fungi Dekomposer Jaringan Kayu Mati yang
Berasal dari Tegakan Lahan Gambut. Skripsi. Depratemen Kehutanan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

SNI 2002. Tata Cara Struktur Kayu Untuk Bangunan Gedung (Beta Version).
Bandung, November 2000: 1-99

Tecnikal, D., Surjandari, N. S., dan Dananjaya, H., 2016. Stabilisasi Tanah
Gambut Menggunakan Campuran Serbuk Bata Merah. Ditinjau dari
Pengujian CBR. e-Jurnal Matriks Teknik Sipil. September 2016:814-819

Tuan, dkk., 2015. Numerical Analysis of the Influence of Replacement Area Ratio
in Foundation Reinforced with Soil Cement Columns. Electronic Journal of
Geotechnical Engineerin. Vol. 20 [2015], Bund. 9:1-8

Ummah, S., Prasetyo, A., dan Barroroh, H., 2010. Kajian Penambahan Abu
Sekam Padi dari Berbagai Suhu Pengabuan terhadap Plastisitas Kaolin.
ALCHEMY, Vol.1 No.2 Maret 2010: 53-103.

Usman, A., 2014. Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal pada Tanah Gambut
Menggunakan Kombinasi Perkuatan Anyaman Bambu dan Grid Bambu
dengan Variasi Lebar dan Jumlah Lapisan Perkuatan. Universitas Sriwijaya,
Sumatera Selatan

Yulianda, A., 2017. Penggunaan Deep Soil Mixing (Tanah Lempung + 4%


Limbah Karbit + 4% Limbah Abu Sekam Padi) untuk Meningkatkan Daya
Dukung Tanah Gambut. Skirpsi Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.

Universitas Sriwiaya
LAMPIRAN 1
SOIL PROPERTIES

xix Universitas Sriwijaya


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Palemraya, Indralaya
Tanah : Tanah Gambut
Pengujian : Kadar Abu (Ash Contentt)
No. Cawan Pb1 PA D1
Berat cawan (W1) 10,89 8,74 2,76
Berat cawan+ Berat tanah basah (W2) 21,97 20,59 16,56
Berat cawan+ Berat tanah kering (W3) 12,76 10,75 5,13
Berat Butir Tanah (W3-W1) 1,87 2,01 2,37
Berat Cawan+Abu (W4) 11,24 9,11 3,21
Berat Abu (W4-W1) 0,35 0,37 0,45
Kadar Abu (%) 18,72 18,41 18,99
Kadar Abu Rata-Rata (%) 18,70

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Palemraya, Indralaya
Tanah : Tanah Gambuut
Pengujian : Kadar Organik (Organic Contentt)
No. Cawan Pb1 PA D1
Berat cawan (W1) 10,89 8,74 2,76
Berat cawan+ Berat tanah basah (W2) 21,97 20,59 16,56
Berat cawan+ Berat tanah kering (W3) 12,76 10,75 5,13
Berat Butir Tanah (W3-W1) 1,87 2,01 2,37
Berat Cawan+Abu (W4) 11,24 9,11 3,21
Berat Abu (W4-W1) 0,35 0,37 0,45
Kadar Abu(%) (W5) 18,72 18,41 18,99
Kadar Organik (%) (100%-W5) 81,28 81,59 81,01
Kadar Organik Rata-Rata (%) 81,30
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Palemraya, Indralaya
Tanah : Tanah Gambut
Pengujian : Kadar Air (Water Content Test)

No. Cawan T5 T9 T14


Berat cawan (W1) 11,260 8,903 11,377
Berat cawan+ Berat tanah basah (W2) 21,084 17,519 17,024
Berat cawan+ Berat tanah kering (W3) 13,714 10,992 12,653
Berat air (gr) (WW= W2-W3) 7,37 6,527 4,371
Berat Butir Tanah (WS = W3-W1) 2,454 2,089 1,276
Kadar Air (%) (WW/ WS X100%) 300,33% 312,45% 342,55%
Kadar Air Rata-Rata 318,44%

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Palemraya, Indralaya
Tanah : Tanah Gambut
Pengujian : Berat Jenis Tanah (Specifc Gravity)
No. Piknometer B3 B5
B. Piknometer (gr) W1 41,9 44,43
B. Piknometer + Tanah (gr) W2 74,1 69,43
B. Piknometer + Air + Contoh (gr) W3 158,92 155,56
B. Piknometer + Air (gr) W4 148,22 144,9
Berat Tanah (gr) 25,000 25,000
Isi Contoh Tanah (W3-W2) 84,820 86,130
Berat Air (W4-W1) 99,120 100,470
Berat Jenis 1,748 1,743
Berat Jenis Rata-Rata 1,746
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Palemraya, Indralaya
Tanah : Tanah Gambut
Pengujian : Batas-batas Atteberg (Atteberg Limit)
Determination Liquid Limit
Number of Can 60 27 B 4 6 AA
Number of Blows (N) 22 35 23 43 44 19
Weight of Can (W1) 6,02 6,77 5,73 5,72 6,17 5,82
Weight of Can+Wet Soil (W2) 19,21 14,16 14.97 18,23 18,55 21,8
Weight of Can+Dry Soil (W3) 14,67 11,68 11,85 14,05 14,42 16,15
Weight Dry Soil (W3-W1) 8,65 4,91 6,12 8,33 8,25 10,33
Weight of Water (W2-W3) 4,54 2,48 3,12 4,18 4,13 5,65
Water Content 52,49 50,51 50,98 50,18 50,06 54,70
Liquid Limit 52,00

Determination Plastic Limit


Number of Can 60 27 B
Weight of Can (W1) 10,95 10,95 10,77
Weight of Can+Wet Soil (W2) 11,28 11,33 11,3
Weight of Can+Dry Soil (W3) 11,19 11,24 11,14
Weight Dry Soil (W3-W1) 0,24 0,29 0,37
Weight of Water (W2-W3) 0,09 0,09 0,16
Water Content 37,50 31,03 43,24
Plastic Limit 37,26

Indeks Plastisitas (Plasticity Index) IP = 14,94 %


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Padamaran
Tanah : Tanah Lempung
Pengujian : Analisa Saringan (Sleve Analysis)

Kumulatif Kumulati
Berat Berat
Berat Tanah f Lolos
Saringan Diameter Saringan Tanah
Saringan Tertahan Tertahan (%)
+ Tanah Tertahan
(gr) (%)
No. 4 4.75 449 449 0 0 0 100
No. 10 2 408 408.339 0.339 0.339 0.0678 99.9322
No. 20 0.85 438 442.682 4.682 5.021 1.0042 98.9958
No. 40 0.425 395 398.446 3.446 8.467 1.6934 98.3066
No. 60 0.25 375 384.784 9.784 18.251 3.6502 96.3498
No. 100 0.15 351.5 354.19 2.69 20.941 4.1882 95.8118
No. 200 0.075 256.5 261.992 5.492 26.433 5.2866 94.7134
473.567 500 500 100 0
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Padamaran
Tanah : Tanah Lempung
Pengujian : Batas-batas Atteberg (Atteberg Limit)

Determination Liquid Limit


Number of Can 6A 13B AW 10B 4A 4B
Number of Blows (N) 16 19 22 26 29 44
Weight of Can (W1) 5.446 8.667 5.343 8.221 9.067 8.545
Weight of Can + Wet Soil (W2) 8.509 11.55 8.497 11.707 11.089 12.034
Weight of Can + Dry Soil (W3) 6.94 10.09 6.922 10.005 10.11 10.41
Weight Dry Soil (W3 - W1) 1.494 1.423 1.579 1.784 1.043 1.865
Weight of Water (W2 - W3) 1.569 1.46 1.575 1.702 0.979 1.624
Water Content 105.02 102.60 99.75 95.40 93.86 87.08
Liquid Limit 97.00

Determination Plastic Limit


Number of Can 3 52 II
Weight of Can (W1) 3.01 3.298 3.277
Weight of Can+Wet Soil (W2) 3.446 3.844 3.714
Weight of Can+Dry Soil (W3) 3.318 3.682 3.585
Weight Dry Soil (W3-W1) 0.308 0.384 0.308
Weight of Water (W2-W3) 0.128 0.162 0.129
Water Content 41.56 42.19 41.88
Plastic Limit 41,88

Indeks Plastisitas (Plasticity Index) IP = 55,12 %


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Padamaran
Tanah : Tanah Lempung
Pengujian : Klasifikasi Tanah

KLASIFIKASI USCS

Berdasarkan klasifikasi USCS jenis tanah yang didapat adalah tanah lempung CH

KLASIFIKASI AASHTO

Berdasarkan AASHTO jenis tanah ini tergolong dalam klasifikasi A-7-5


LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Lokasi : Padamaran
Tanah : Tanah Lempung
Pengujian : Berat Jenis Tanah (Specifc Gravity)
No. Piknometer 197 196
B. Piknometer (gr) W1 56,773 49,088
B. Piknometer + tanah (gr) W2 87,302 79,048
B. Piknometer + air + contoh (gr) W3 173,956 166,834
B. Piknometer + air (gr) W4 154,816 148,242
Berat Tanah 30,000 30,000
Isi Contoh Tanah (W3-W2) 86,654 87,786
Berat Air (W4-W1) 98,043 99,154
Berat jenis 2,634 2,639
Berat jenis rata-rata 2,637
Selisih 0,487
Data berat jenis ok

Proyek : Tugas Akhir


Tanah : Lempung + 6% Abu sekam padi (RHA)
Pengujian : Berat Jenis Tanah (Specifc Gravity)

No. Piknometer 10 197


B. Piknometer (gr) W1 49,182 51,662
B. Piknometer + tanah (gr) W2 79,187 81,624
B. Piknometer + air + contoh (gr) W3 166,343 169,501
B. Piknometer + air (gr) W4 148,135 151,224
Berat Tanah 30,000 30,000
Isi Contoh Tanah (W3-W2) 87,156 87,877
Berat Air (W4-W1) 98,953 99,562
Berat jenis 2,543 2,567
Berat jenis rata-rata 2,555
Selisih 2,437
Data berat jenis ok
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Tanah : Lempung + 6% Abu sekam padi (RHA)
Pengujian : Pemadatan Tanah Standar (PTS)

Berat Jenis : 2.623


Diameter Cetakan : 10 cm
Tinggi Cetakan : 11.5 cm
Volume Cetakan : 902.75 cm3

PENAMBAHAN AIR 600 ml 640 ml


NO CAWAN M5 M7 M1 M9
BERAT CAWAN 11.321 11.212 11.205 11.398
B.CAWAN+T.BASAH 56.768 64.234 72.768 72.351
B.CAWAN+T.KERING 44.467 49.799 55.841 55.474
BERAT AIR 12.301 14.435 16.927 16.877
BERAT TANAH KERING 33.146 38.587 44.636 44.076
KADAR AIR 37.111567 37.40897 37.9223 38.29068

680 ml 720 ml 760 ml


M3 M8 M10 M6 M11 M12
11.360 11.217 11.308 11.302 11.388 11.371
67.921 82.921 49.652 51.710 49.067 47.180
51.841 62.459 39.513 40.972 38.422 37.117
16.080 20.462 10.139 10.738 10.645 10.063
40.481 51.242 28.205 29.670 27.034 25.746
39.72234 39.93209 35.94753 36.19144 39.37634 39.08568

PENAMBAHAN AIR 600 ml 640 ml 680 ml 720 ml 760 ml


KADAR AIR RATA-RATA 0.3726027 0.381065 0.398272 0.360695 0.39231
BERAT TANAH+CETAKAN 3461 3607 3601.5 3598.5 3336.5
BERAT CETAKAN 1868 2009 2028 2027 1754
BERAT TANAH 1593 1598 1573.5 1571.5 1582.5
VOLUME CETAKAN 902.75 902.75 902.75 902.75 902.75
BERAT VOLUME BASAH 1.7646081 1.770147 1.743007 1.740792 1.752977
BERAT VOLUME KERING 1.2855928 1.281726 1.246544 1.279341 1.259042
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

GRAFIK w.optimum 37.10%


X Y yd 1.2858
0.37 1.29 37% 1.308914012
0.38 1.28 38% 1.294574874
0.40 1.25 40% 1.266365299
0.36 1.28 36% 1.329638245
0.39 1.26 39% 1.275999196
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Proyek : Tugas Akhir


Tanah : Lempung + 6% Abu sekam padi (RHA)
Pengujian : Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

Kalibrasi Beban : 2.015


Diameter Sampel : 3.5 cm
Tinggi Sampel : 7 cm
Luas Sampel : 9.625 cm2
Sampel RHA 6% Curring 7 Hari
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCAAAN
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jl. Raya Prabumulih - Palembang KM 32 Ogan Ilir

Regangan Beban Faktor Luas


Waktu (menit) Pembacaan Pembacaan Pembacaan Arloji Tegangan
Regangan % Beban ( kg ) Koreksi Terkoreksi
Arloji Arloji Sebenarnya
0 0 0 0 0 0 1 9.616 0
0.5 17 0.17 4.8 0.24 0.4836 0.9983 9.600 0.050375512
1 40 0.4 9.5 0.475 0.957125 0.996 9.578 0.099931769
1.5 46 0.46 12 0.6 1.209 0.9954 9.572 0.126305691
2 49 0.49 13.4 0.67 1.35005 0.9951 9.569 0.141083876
2.5 65 0.65 17 0.85 1.71275 0.9935 9.554 0.179275259
3 115 1.15 22.8 1.14 2.2971 0.9885 9.506 0.241655944
3.5 172 1.72 27.2 1.36 2.7404 0.9828 9.451 0.289963321
4 233 2.33 31.1 1.555 3.133325 0.9767 9.392 0.333609578
4.5 280 2.8 34.7 1.735 3.496025 0.972 9.347 0.374026626
5 317 3.17 38 1.9 3.8285 0.9683 9.311 0.411162004
5.5 347 3.47 41 2.05 4.13075 0.9653 9.283 0.44500087
6 377 3.77 44 2.2 4.433 0.9623 9.254 0.479050723
6.5 407 4.07 46.6 2.33 4.69495 0.9593 9.225 0.508944917
7 439 4.39 49.5 2.475 4.987125 0.9561 9.194 0.542426864
7.5 472 4.72 52 2.6 5.239 0.9528 9.162 0.571795726
8 510 5.1 55 2.75 5.54125 0.949 9.126 0.607205625
8.5 545 5.45 58 2.9 5.8435 0.9455 9.092 0.642696256
9 578 5.78 60.1 3.005 6.055075 0.9422 9.060 0.6682988
9.5 606 6.06 62.5 3.125 6.296875 0.9394 9.034 0.697057767
10 635 6.35 65 3.25 6.54875 0.9365 9.006 0.727184954
10.5 665 6.65 67 3.35 6.75025 0.9335 8.977 0.751968745
11 695 6.95 69.2 3.46 6.9719 0.9305 8.948 0.779164265
11.5 726 7.26 71.5 3.575 7.203625 0.9274 8.918 0.807752405
12 757 7.57 74.5 3.725 7.505875 0.9243 8.888 0.844466895
12.5 793 7.93 75 3.75 7.55625 0.9207 8.854 0.853458542
13 829 8.29 76.7 3.835 7.727525 0.9171 8.819 0.876229721
13.5 865 8.65 78 3.9 7.8585 0.9135 8.784 0.894592721
14 899 8.99 79.2 3.96 7.9794 0.9101 8.75 0.91174917
14.5 930 9.3 80.00 4 8.06 0.907 8.722 0.924106467
15 960 9.6 81.00 4.05 8.16075 0.904 8.693 0.938762856
15.5 991 9.91 81.20 4.06 8.1809 0.9009 8.663 0.944319052
16 1025 10.25 81.50 4.075 8.211125 0.8975 8.631 0.951398497
16.5 1064 10.64 82.00 4.1 8.2615 0.8936 8.593 0.961413025
17 1102 11.02 82.50 4.125 8.311875 0.8898 8.557 0.971406168
17.5 1147 11.47 83.40 4.17 8.40255 0.8853 8.513 0.986994871
18 1182 11.82 85 4.25 8.56375 0.8818 8.48 1.009922715
18.5 1207 12.07 86 4.3 8.6645 0.8793 8.46 1.024709323
19 1234 12.34 86.7 4.335 8.735025 0.8766 8.43 1.036231859
19.5 1278 12.78 87 4.35 8.76525 0.8722 8.39 1.045063018
20 1304 13.04 87.2 4.36 8.7854 0.8696 8.36 1.050597259
20.5 1335 13.35 87.00 4.35 8.76525 0.8665 8.33 1.05193764
21 1367 13.67 85.00 4.25 8.56375 0.8633 8.30 1.031564752
LAMPIRAN 2
HASIL UJI PEMBEBANAN

xx Universitas Sriwijaya
DATA HASIL UJI PEMBEBANAN

1) Variasi 1 (d= 3,2; L=53; d/L=0,06)


WAKTU BEBAN PENURUNAN arc tan
Δs ΔP
(MENIT) (KG) (mm) (Δs/Δp)
0 0 0 - - -
5 4 -10 10 4 68.20
10 8 -34 24 4 80.54
15 12 -74 40 4 84.29
20 16 -127 53 4 85.68
25 20 -198 71 4 86.78

2) Variasi 2 (d=3,2; L=46; d/L=0,07 )


WAKTU BEBAN PENURUNAN arc tan
Δs ΔP
(MENIT) (KG) (mm) (Δs/Δp)
0 0 0 - - -
5 4 -9 9 4 66.04
10 8 -31 22 4 79.70
15 12 -54 23 4 80.13
20 16 -87 33 4 83.09
25 20 -125 38 4 83.99
30 24 -182 57 4 85.99

3) Variasi 3 (d=3,2; L=40; d/L=0,08)

WAKTU BEBAN PENURUNAN arc tan


Δs ΔP
(MENIT) (KG) (mm) (Δs/Δp)
0 0 0 - - -
5 4 -3 3 4 36.870
10 8 -11 8 4 63.435
15 12 -23 12 4 71.565
20 16 -44 21 4 79.216
25 20 -70 26 4 81.254
30 24 -103 33 4 83.089
35 28 -150 47 4 85.135
4) Variasi 4 (d=3,2; L=53; d/L=0,06)
WAKTU BEBAN PENURUNAN arc tan
Δs ΔP
(MENIT) (KG) (mm) (Δs/Δp)
0 0 0 - - -
5 4 -13 13 4 72.90
10 8 -35 22 4 79.70
15 12 -72 37 4 83.83
20 16 -123 51 4 85.52
25 20 -192 69 4 86.68

5) Variasi 5 (d=4,2; L=53; d/L=0,08)


WAKTU BEBAN PENURUNAN arc tan
Δs ΔP
(MENIT) (KG) (mm) (Δs/Δp)
0 0 0 - - -
5 4 -3 3 4 36.87
10 8 -11 8 4 63.43
15 12 -28 17 4 76.76
20 16 -53 25 4 80.91
25 20 -79 26 4 81.25
30 24 -110 31 4 82.65
35 28 -142 32 4 82.87
40 32 -193 51 4 85.52

6) Variasi 6 (d=4,8; L=53; d/L=0,09)


WAKTU BEBAN PENURUNAN arc tan
Δs ΔP
(MENIT) (KG) (mm) (Δs/Δp)
0 0 0 - - -
5 4 -2 2 4 26.57
10 8 -9 7 4 60.26
15 12 -20 11 4 70.02
20 16 -35 15 4 75.07
25 20 -55 20 4 78.69
30 24 -76 21 4 79.22
35 28 -104 28 4 81.87
40 32 -135 31 4 82.65
45 36 -183 48 4 85.24
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI

xxi Universitas Sriwijaya


LAMPIRAN DOKUMENTASI

Pekerjaan Persiapan
1. Persiapan Peralatan Pengujian

Foto 1. Data Logger Foto 2. Pelat Pondasi

Foto 3. Beban Foto 4. LVDT

Foto 5. Bak Uji Foto 6. Sendok Pengeruk


Foto 7. Tiang penyangga beban Foto 8. Batang Penumbuk

Foto 9. Pipa A Foto 10. Cetakan A

Foto 11. Peralatan membuat kolom Foto 12. Timbangan


2. Persiapan Material
Foto 13. Tanah Lempung Foto 14. Tanah Gambut

Foto 15. Abu sekam padi

Pengujian Laboratorium
1. Pemodelan dan Pembuatan Benda Uji

Foto 16. Pencampuran Tanah Foto 17. Perawatan benda uji ( 24 jam)
Foto 18. Cetakan yang telah Foto 19. Pemadatan tanah campuran
diarakit dalam cetakan

Foto 20. Perawatan kolom (7 hari) Foto 21. Proses pembukaan kolom
dari cetakan

Foto 22. Kolom yang telah dibuka dari cetakan


Foto 23. Proses pengisian gambut Foto 24. Proses penjenuhan gambut

Foto 25. Pemasangan garis bantu Foto 26. Instalisasi Pipa A

Foto 27. Penggerukan tanah gambut Foto 28. Instalisasi kolom DSM
menggunakan sendok pengeruk
Foto 29. Pencabutan pipa A Foto 30. Kolom yang telah terinstal

Foto 31. Peletakkan pelat pondasi Foto 32. Pengujian pembebanan


dan beban

Foto 33. Pelat pondasi mengalami keruntuhan


LAMPIRAN 4
REAKSI TANAH GAMBUT DAN
KOLOM TANAH

xxii Universitas Sriwijaya


REAKSI ANTARA TANAH GAMBUT DAN KOLOM TANAH

Foto 1. Reaksi pada menit ke 00.00

Foto 2. Reaksi pada menit ke 00.15

Foto 3. Reaksi pada menit ke 00.30


Foto 4. Reaksi pada menit ke 00.45

Foto 5. Reaksi pada menit ke 00.60


LAMPIRAN 5
KLASIFIKASI TANAH MENURUT
AASHTO

xxiii Universitas Sriwijaya


KLASIFIKASI TANAH MENURUT AASHTO
LAMPIRAN 6
KLASIFIKASI TANAH MENURUT
USCS

xxiv Universitas Sriwijaya


KLASIFIKASI TANAH MENURUT USCS

Anda mungkin juga menyukai