FITOKIMIA
OLEH :
4) Labu kuning
Labu kuning juga dikenal kaya akan karotenoid yang
berfungsi sebagai antioksidan. Beta karoten merupakan salah satu
jenis karotenoid, disamping mempunyai aktivitas biologis sebagai
provitamin-A, juga dapat berperan sebagai antioksidan yang efektif
pada konsentrasi oksigen rendah. Kandungan beta karoten pada
labu kuning sebesar 1,18 mg/100 g. Manfaat lain labu kuning
adalah mengobati demam, migrain, diare, penyakit ginjal, serta
membantu menyembuhkan radang.
Beta karoten merupakan sumber terbaik dari salah satu
vitamin penting, yakni vitamin A. Vitamin A diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan penglihatan dan kulit. Meskipun terdapat
senyawa lain yang menjadi sumber vitamin A, beta karoten
merupakan sumber yang paling utama. Beta karoten memiliki
beberapa manfaat, yang pertama adalah sebagai prekursor vitamin
A. Selain baik untuk mata, makanan yang kaya beta karoten juga
baik untuk pencegahan penyakit kanker. Beta karoten memiliki
kemampuan sebagai antioksidan yang dapat berperan penting
dalam menstabilkan radikal berinti karbon, sehingga dapat
bermanfaat untuk mengurangi risiko terjadinya kanker. Kandungan
beta karoten pada bahan pangan alami dapat mengurangi risiko
terjadinya stroke. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas beta
karoten yang dapat mencegah terjadinya plak atau timbunan
kolesterol di dalam pembuluh darah. Beta karoten juga memiliki
efek analgetik (anti nyeri) dan anti-inflamasi (anti peradangan).
5) Bawang putih
Satu siung bawang putih mengandung sekitar 0.2 g
protein, 0.01 g lemak, kira-kira 0.001 mg karbohidrat, 0.05 g
serat, vitamin A, B1, B2, B3 dan C. Mineral yang terkandung
dalam bawang putih adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Besi,
Magnesium, dan Zinc. Sedangkan selenium dan germanium hanya
didapatkan apabila bawang putih ditanam dalam tanah yang tepat.
Bawang putih mengandung kadar Sulfur yang tinggi. Unsur kimia
dari bawang putih merupakan senyawa yang mengandung sulfur,
termasuk allicin, diallyl disulfide dan diallyltrisulfide, semua
merupakan minyak yang mudah menguap (volatil), serta S-allyl
cysteine (SAC), asam amino yang larut dalam air.
a) Non-volatile sulfur containing precursor pada bawang putih
yang masih utuh
Mayoritas senyawa yang mengandung sulfur dalam bawang
putih yang masih utuh adalah γ-glutamyl-S-allyl-L-cysteines
dan S-allyl-L-cysteine sulfoxides (alliin). Keduanya terdapat
dalam jumlah yang banyak sebagai senyawa sulfur, dimana
alliin merupakan senyawa utama asam amino yang
mengandung sulfur yang tidak berbau, merupakan prekursor
dari allicin, methiin, (+)-S-(trans-1-propenyl)-L-cysteine
sulfoxide dan cycloalliin.
Semua sulfoxides di atas, terkecuali cycloalliin, dikonversi
menjadi thiosulfinates, misalnya allicin melalui reaksi
enzimatik ketika bawang putih dipotong atau dihancurkan.
Oleh karenanya tidak ada thiosulfinates yang ditemukan pada
bawang putih yang masih utuh. γ-Glutamyl-S-allyl-L-cysteines
kemudian dikonversi menjadi S-allyl-Lcysteines (SAC) melalui
transformasi enzimatik dengan γ-Glutamyltranspeptidase pada
saat bawang putih diesktrak dengan pelarut cairan. SAC yang
merupakan hasil produk utama dari γ-Glutamyl-S- allyl-L-
cysteines merupakan sulfur asam amino yang terdeteksi dalam
darah, terbukti sebagai zat yang aktif secara biologis dan
bioavailabel.
b) Komponen non-sulfur (steroid saponin)
Saponin memiliki sifat-sifat yang khas, yaitu apabila
dikocok dengan air akan membentuk busa yang bersifat stabil,
memiliki aktivitas hemolitik dan bercita rasa pahit. Saponin
digolongkan menjadi dua, yaitu triterpenoid saponin dan
steroid saponin berdasarkan struktur molekuler aglycone.
Triterpenoid saponin dapat ditemukan pada beberapa obat-
obatan herbal yang lain seperti ginsenosides pada ginseng dan
glycyrrhizin pada licorice. Steroid saponin kemudian
dipisahkan lagi menjadi furostanol dan spirostanol saponin.
Steroid saponin dan sapogenins dapat dianggap sebagai
marker kimia yang dapat dipercaya pada sediaan bawang putih
selain sediaan yang berbentuk minyak.
Efek penurunan kolesterol pada bawang putih kemungkinan
disebabkan oleh saponin. Fraksi crude glycoside dari ekstrak
metanol bawang putih, yang mengandung spirostanol saponin
yang diproduksi dari konversi furostanol saponins melalui b-
glucosidase melalui b- glucosidase, menurunkan total plasma
kolesterol dan LDL kolesterol tanpa merubah kadar HDL pada
binatang yang dislipidemia. Saponin yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan terbukti dapat menghambat absorbsi kolesterol pada
hewan percobaan, sehingga menurunkan kadar kolesterol
plasma. Beberapa senyawa kimia lain dalam bawang putih
seperti allicin dan organo-selenium diduga bekerja secara
sinergis dengan senyawa organosulfur untuk menimbulkan
efek biologis termasuk penurunan kadar kolesterol.
6) Ikan
Manusia telah mengetahui bahwa ikan merupakan hewan
yang mempunyai nutrisi tinggi dan dikenal sebagai sumber
protein, lemak dengan omega – 3 yang bermanfaat untuk
menurunkan cardiovascular (CvD), mineral, penurunan resiko
penyakit jantung koroner, diabetes, kesehatan anak, ibu hamil,
arthritis, kanker.
a) Asam Lemak Omega 3
Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus
yang terdiri dari jumlah atom karbon genap (4,6,8 dan
seterusnya) dan diperoleh dari hasil hidrolisis lemak.
Berdasarkan tingkat kejenuhan maka asam lemak (PUFA) EPA
dan DHA tergolong dalam asam lemak yang memiliki lebih dari
satu ikatan rangkap. Asam lemak (omega 3) adalah asam lemak
karboksilat yang posisi ikatan rangkap pertamanya terletak pada
atom karbon nomor tiga dari atom gugus metilnya. Omega 3
juga disebut sengan nama asam alfa linolenat, C18:3.
Asam lemak ɷ – 3 terutama EPA dan DHA banyak
ditemukan pada ikan yang berlemak antara lain ikan hering,
trout, kerang, mackerel, sardine dan salmon. Komposisi asam
lemak dari ikan, pada umumnya rendah Saturated Fatty Acid
(SFA). Omega – 3 adalah asam lemak tak jenuh yang sangat
dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan otak, kesehatan mata dan
perkembangan janin serta mengurangi penyakit kardiovaskular.
n – 3 LC PUFA dalam minyak ikan mereduksi jumlah serum
lemak dan menkonversinya ke dalam senyawa elcosanoids, yang
berdampak langsung pada fisiologi dan system vascular, sitem
kekebalan tubuh dan efek antiinflamasi, khususnya pada
penyakit asma, rematik dan penyakit autoimmune. Omega 3
juga menunjukkan potensi melindungi kulit dari radiasi sinar
ultraviolet, n – 3 PUFA mengatur proses seluler dan akhirnya
menjaga kesehatan kulit manusia.
b) Protein dan Peptida Ikan
Jumlah kandungan protein pada daging ikan mencapai 17 –
22 % dengan rata – rata 19 %, sementara ikan tuna yang
dimasak mengandung protein sebesar 30 %. Fungsi protein
sebagai pembangun struktur utama dalam sel, enzim dalam
membrane, hormon dan alat pembawa. Protein merupakan
sumber energi dan asam amino yang penting untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel. Selain itu ikan juga merupakan
sumber bioaktif peptide.
Sumber terbaik peptida pada ikan laut terdapat pada ikan
sardin yang mengandung fraksi lipipeptic dan peptidic. Selain
itu protein hydrolyzate dari ikan sardin masak yang diproduksi
dengan enzim proteinase dan alkalase. Peptida berfungsi
sebagai pembawa pesan biologi, menstimulasi respon fisiologi.
Peptida didapatkan dari protein makanan yang berfungsi untuk
menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit jantung,
syaraf, sistem kekebalan dan nutrisi disamping sebagai sumber
energi dan asam amino.
Peptida bioaktif biasanya terdiri dari 3 – 20 asam amino
dan aktivitas bioaktif peptida tergantung dari komposisi asam
amino dan susunannya. Peptida dari organisme laut terdiri dari
enzim terhidrolisa protein laut serta berfungsi sebagai
antioksidan, anti koagulan, anti hipertensi dan anti bakteri.
Biopeptida laut yang berfungsi sebagai antioksidan mempunyai
potensi yang besar sebagai nutraetical dan pangan fungsional.
C. Jenis toksisitas
Umumnya ada tiga jenis zat beracun, yaitu kimia, biologi, dan fisika:
1) Zat beracun kimiawi meliputi zat-zat inorganik seperti timah,
merkuri, asbestos, asam hidrofluorat, dan gas klorin, serta
zat-zat organik seperti metil alkohol, sebagian besar obat-
obatan, dan racun dari makhluk hidup.
2) Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat
menciptakan penyakit di dalam organisme hidup. Toksisitas
biologis sulit diukur karena "batas dosis"-nya bisa berupa satu
organisme tunggal. Secara teori, satu virus, bakteri, atau
cacing dapat bereproduksi dan mengakibatkan infeksi parah.
Akan tetapi, di dalam inang yang memiliki sistem kekebalan
tetap, toksisitas yang tertanam di dalam organisme
diseimbangkan oleh kemampuan inang untuk melawan balik;
toksisitas yang efektif adalah gabungan dari kedua belah
hubungan tersebut. Keadaan sejenis juga dapat terjadi pada
beberapa jenis agen beracun lainnya.
3) Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya
mampu mengganggu proses biologis. Misalnya, debu batu
bara dan serat asbestos yang dapat mematikan jika dihirup.
D. Efek toksik
Penilaian keamanan suatu obat atau zat kimia merupakan bagian
penting dalam toksikologi, karena setiap zat kimia yang baru akan
digunakan harus diuji toksisitas dan keamanannya. Seabelum suatu obat
dapat digunakan untuk indikasi tertentu, harus diketahui dulu efek apa
yang akan terjadi terhadap semua organ tubuh yang sehat. Jarang obat
yang hanya mempunyai satu jenis efek, hampir semua obat mempunyai
efek tambahan dan mampu mempengaruhi berbagai macam organ dan
fungsi fital. Efek yang menonjol, biasanya merupakan pegangan dalam
menentukan penggunaan, sedangkan perubahan lain merupakan efek
samping yang bahkan bisa menyebabkan toksik. Biasanya reaksi toksik
merupakan kelanjutan dari efek farmakodinamik. Karena itu, gejala toksik
merupakan efek farmakodinamik yang berlebihan.
Kemunculan efek toksik sesudah paparan akut dapat terjadi secara
cepat maupun terjadi setelah interval tertentu. Efek yang seperti ini disebut
sebagai delayed toxicity (toksisitas tertunda). Adapun efek berbahaya yang
timbul akibat kontak dengan konsentrasi rendah bahan kimia dalam jangka
waktu lama disebut low level, long term-exposure (paparan jangka lama,
tingkat rendah). Efek berbahaya, baik akibat paparan akut maupun kronis,
dapat bersifat reversibel maupun ireversibel. Riversibilitas relatif efek
toksik tergantung daya sembuh organ yang terkena.