SKRIPSI
ANISA KHAIRANI
150801022
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
SKRIPSI
ANISA KHAIRANI
150801022
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Anisa Khairani
150801022
ii
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian efisiensi ekstrak daun mangga (Mangifera Indica L.)
sebagai inhibitor terhadap laju korosi logam besi dalam medium H2SO4 untuk
mengetahui pengaruh volume inhibitor ekstrak daun mangga terhadap laju korosi besi
dalam medium H2SO4 3% terhadap sifat fisis dan mekanik laju korosi. Adapun variasi
komposisi H2SO4 dan ekstrak daun mangga (200:0 ; 180:20 ; 160:40 ; 140:60 ; 120:80)
mL dalam waktu 6 hari. Dimensi sampel uji dibuat dalam bentuk balok (5x5x0,02)
cm. Pembuatan sampel dilakukan empat tahap. Tahap pertama, daun mangga
dihaluskan menjadi serbuk lalu dicampur metanol dan dishaker menggunakan
magnetic stirer selama 1 hari. Tahap kedua, ambil hasil dari shaker menggunakan
kertas saring sehingga menjadi larutan ekstrak daun mangga. Tahap ketiga, logam besi
dan larutan H2SO4 3% dicampurkan dengan larutan ekstrak daun mangga. Tahap
keempat, diamkan campuran bahan yang telah homogen selama 6 hari didalam beaker
glass 250mL. Parameter pengujian yang dilakukan meliputi: densitas, uji kekerasan
(Hardness Tester Metode Brinell) dan pengujian OM (Optical Microscopy). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai densitas dan kekerasan optimum dihasilkan oleh
sampel dengan volume inhibitor 40 ml dengan nilai 46,62 x 103 kg/m3 dan 131,39
N/m2. Volume inhibitor ekstrak daun mangga sebanyak 80 ml menghasilkan laju
korosi terkecil dengan nilai 14,476 x 10-3 m/tahun dan efisiensi inhibitor tertinggi
dengan nilai 74,79% dalam medium H2SO4 3%.
Kata Kunci : efisiensi inhibitor, ekstrak daun mangga, laju korosi, homogen
iii
ABSTRACT
The efficiency of mango leaf (Mangifera Indica L.) extract as an inhibitor has been
carried out on the corrosion rate of ferrous metals in H2SO4 medium to determine the
effect of volume inhibitors of mango leaf extract on iron corrosion rate in H2SO4 3%
medium on the physical and mechanical properties of corrosion rate. The variations
in the composition of H2SO4 and mango leaf extract (200: 0; 180: 20; 160: 40; 140:
60; 120: 80) mL within 6 days. The dimensions of the test sample are made in the form
of blocks (5x5x0.02) cm. Sampling was carried out in four stages. The first stage,
mango leaves are mashed into powder and then mixed with methanol and dishaker
using magnetic stirer for 1 day. The second step, take the results from the shaker using
filter paper so that it becomes a mango leaf extract solution. The third stage, ferrous
metals and H2SO4 3% solution were mixed with mango leaf extract solution. The fourth
stage, let stand a mixture of materials that have been homogeneous for 6 days in a
250mL glass beaker. The test parameters performed include: density, hardness test
(Brinell Hardness Tester) and OM (Optical Microscopy) testing. The results showed
that the optimum density and hardness values were produced by samples with 40 ml
volume inhibitors with a value of 46.62 x 103 kg / m3 and 131.39 N / m2. 80 ml mango
leaf extract inhibitor volume produced the smallest corrosion rate with a value of
14.476 x 10-3 m / year and the highest inhibitor efficiency with a value of 74.79% in
H2SO4 3% medium.
iv
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Efisiensi Ekstrak Daun Mangga
(Mangifera Indica L.) sebagai Inhibitor terhadap Laju Korosi dalam Medium H2SO4”
dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada
junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan
dalam menjalankan setiap aktifitas sehari – hari sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi ini diselesaikan untuk melengkapi dan memenuhi
syarat mencapai gelar sarjana. Disadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini
tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga
dapat diselesaikannya dengan baik.
Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda
Muhammad Ali Sulaiman dan Ibunda Awalina Maha yang telah memberi dukungan,
semangat dan doa yang tulus. Terima kasih kepada Bapak Prof. Eddy Marlianto, M.Sc,
Phd selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan
skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS dan Bapak Awan
Maghfirah, S.Si. M.Si selaku Ketua Jurusan dan sekretaris Departemen Fisika FMIPA
USU, dan Bapak/Ibu dosen FMIPA USU beserta seluruh staf pegawai Program Studi
Fisika USU. Terimakasih kepada teman-teman Fisika 2015, terkhusus
SMARTHUMAN dan MERPATI PUTIH yang telah menemani selama 4 tahun dalam
suka duka perkuliahan. Terimakasih kepada Ibu Dr. Susilawati, M.S selaku Kepala
Laboratorium Fisika Modern yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya.
Terima kasih kepada teman-teman Asisten Laboratorium Fisika Modern atas bantuan
dan semangat yang diberikan. Terima kasih juga kepada rekan Anwar Syukri Harahap
dan Choirul Rizal selaku partner yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas
akhir ini. Dan terima kasih kepada sahabat yaitu Putri Zarihan, Nur Alfadilla Pane,
S.Pd dan Elma Fiana, S.Kom yang telah memberi semangat. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan yang diberikan.
Disadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca demi perbaikan menjadi lebih baik. Akhir kata diucapkan terima kasih dan
semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Anisa Khairani
DAFTAR ISI
PENGESAHAN SKRIPSI i
PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
vi
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN
vii
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Halaman
Tabel
2.1 Beberapa Sifat Unsur-unsur Transisi Golongan 8 4
2.2 Konstanta Laju Korosi 13
3.1 Komposisi Larutan H2SO4 3% dan Larutan Ekstrak Daun 20
Mangga
4.1 Pengujian Densitas dengan Voulume Inhibitor pada Sampel 27
Logam Besi
4.2 Hasil Pengukuran Kekerasan dengan menggunakan Beban 29
500 kg dan Diameter Identor 5 mm pada Logam Besi
dengan Komposisi ekstrak Daun Mangga 0 ml, 20 ml, 40
ml, dan 80 ml selama 6 hari
4.3 Pengujian Kekerasan dengan Voulume Inhibitor pada 31
Sampel Logam Besi
4.4 Pengujian Laju Korosi dengan Voulume Inhibitor pada 32
Sampel Logam Besi
4.5 Pengujian Efisiensi Inhibitor dengan Voulume Inhibitor 33
pada Sampel Logam Besi
4.6 Pengamatan Mikroskop Optik pada Sampel Logam Besi 36
viii
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Halaman
Gambar
2.1 Bagan Tanur Tinggi Pengolahan Besi 5
2.2 Daun Mangga 10
3.1 Skema Diagram Alir Pengujian Logam Besi 19
4.1 Hasil Identifikasi Tanin, Sebelum dan Sesudah 26
menggunakan FeCl3
4.2 Hasil Identifikasi Tanin, Sebelum dan Sesudah 27
menggunakan Gelatin 10%
4.3 Grafik Hubungan antara Densitas dan Volume Inhibitor 28
4.4 Grafik Hubungan antara Kekerasan dan Volume Inhibitor 31
4.5 Grafik Hubungan antara Laju Korosi dan Volume Inhibitor 32
4.6 Grafik Hubungan antara Efisiensi Inhibitor dan Volume 34
Inhibitor
4.7 pH 35
ix
DAFTAR LAMPIRAN
proses produksinya juga, air sisa pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan
hasil perasan, endapan SO4, gas berupa uap alkohol. Kategori limbah industri ini
adalah limbah bahan beracun berbahaya (B3) yang mencemari air dan udara. Limbah
ini membuat besi menjadi korosi.
(http://allaboutmaryda.blogspot.com/2012/11/analisis-limbah-pt-kim.html). Korosi
meupakan peristiwa kerusakan permukaan dari suatu logam yang diakibatkan dari
pengaruh lingkungan (suhu, kelembapan, dan lainnya). (Trethewey, 1991).
Penggunaan inhibitor adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah
korosi karena biaya murah dan prosesnya sederhana. Inhibitor organik dari bahan
alami adalah inhibitor yang berasal dari bagian tumbuhan yang mengandung tanin.
Tanin merupakan zat kimia yang terdapat pada akar, daun, kulit, buah dan batang
tumbuhan. Senyawa pada ekstrak tumbuhan yang dijadikan inhibitor harus
mengandung minimal salah satu atom : N, O, P, S yang memiliki pasangan elektron
bebas (PEB). Unsur-unsur yang mengandung PEB berfungsi sebagai ligan yang akan
membentuk senyawa kompleks (Sari,2013).
Salah satu penggunaan inhibitor yang digunakan untuk mengatasi masalah
korosi yang terjadi pada logam adalah dengan mengekstrak daun mangga sebagai salah
satu bahan organik yang berpotensi sebagai inhibitor korosi. Tanaman mangga
(Mangifera Indica L.) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai obat herbal karena
mengandung senyawa metabolit sekunder. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
terhadap tanaman mangga yaitu daun mangga sebagai antioksidan, antimikroba, dan
antitumor. Selain flavonoid tanaman mangga juga mengandung saponin, tanin glatat,
tanin katekat, kunoin, dan steroid atau tripenoid (Widijanti dan Bernard, 2007).
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian laju korosi menggunakan bahan
baku logam besi dengan penambahan volume ekstark daun mangga (Mangifera Indica
L.) untuk mengetahui pengaruh terhadap sifat fisis (densitas), sifat mekanik
(kekerasan), dan morfologi dari logam besi.
2.1. Besi
Besi telah dikenal sejak 4000 BC dan sangat banyak digunakan untuk berbagai
macam keperluan industri. Besi murni akan bersifat lunak dan mudah dibentuk. Besi
terdapat dialam sebagai sulfidanya, FeS, atau Fe2S3. Tetapi mineral ini tidak
dimanfaatkan sebagai bijih karena sisa-sisa kelumit belerang sulit dihilangkan.
Hematit, Fe2O3, adalah yang paling tinggi kelimpahannya setelah magnetit, Fe3O4 atau
FeO. Fe2O3, dan sangat berharga sebagai bijih karena kandungan besi yang sangat
besar, magnetit bersifat tertarik oleh magnet (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).
Besi adalah suatu logam panduan yang terdiri dari campuran unsur karbon dan
besi. Bijih besi merupakan senyawa oksida, karbonat, dan sulfida serta tercampur
dengan unsur lain misalnya silikon. Bijih besi diolah dalam tanur atau dapur tinggi
untuk menghasilkan besi kasar. Besi kasar adalah bahan baku untuk pembuatan mesin
cor (cast iron), besi tempa (wrought iron), dan baja (steel). Ketiga bahan ini banyak
dipakai dalam bidang teknik (Amanto dan Daryanto, 2017).
Besi memiliki simbol (Fe) dan merupakan logam berwarna putih dan keperakan.
Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VII dengan berat atom
55,85 g/mol, nomor atom 26, berat jeis 7,86 g/cm3 dan umumnya mempunyai valensi
2 dan 3 (selain 1, 4, 6) (Eaton et al, 2005). Besi lebih reaktif daripada kedua logam
(Rutenium dan Osmium) ataupun golongan triad-triad lainnya (Sugiyarto dan Suyanti,
2010).
2.3. Korosi
Korosi dapat diartikan sebagai perusakan logam oleh keadaan sekitar. Keadaan
sekitar ini antara lain udara lembab, bahan kimia, air laut, gas dan sebagiannya
(Amanto dan Daryanto, 2017). Terdapat 4 faktor utama terjadinya korosi, antara lain:
a. Anoda adalah bahan logam yang mengalami korosi dengan melepaskan elektron
dari atom logam netral untuk membentuk ion. Ion ini kemudian bereaksi
membentuk karat. Reaksi oksidasi pada anoda dapat dituliskan dengan
persamaan:
M → M2+ + ze- (2.1)
Dengan z yaitu valensi logam (1, 2, atau 3)
b. Kotada adalah bahan logam yang tidak mengalami korosi karena menerima
elektron. Reaksi yang terjadi pada katoda bergantung pada pH larutan, pada
larutan asam akan terbentuk gas H2, sedangkan pada larutan basa akan terbentuk
gas O2. Reaksi yang terjadi pada katoda berupa reaksi reduksi.
c. Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik sebagai media
perpindahan elektron dari anoda menuju katoda. Jenis elektrolit bermacam-
macam dapat berupa larutan asam, basa dan larutan garam. Selain itu, air juga
dapat digunakan sebagai elektrolit karena kebanyakan air bersifat konduktif.
Walaupun sebenarnya air yang murni tidak dapat menghantarkan listrik.
d. Hubungan listrik adalah hubungan antara anoda dan katoda yang terdapat kontak
listrik, sehingga arus dalam sel korosi dapat mengalir.
udara terbuka. Jika udara dingin atau basah, maka akan terbentuk bintik-bintik
embun di permukaan metak besi, dan struktur molekuler yang katodi, serta bagian
anodis yakni bagian metal besi yang murni. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat pengkorosian atmosfer, yaitu:
a. Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas).
b. Suhu.
c. Kelembaban kritis.
d. Arah dan kecepatan angin.
e. Radiasi matahari.
f. Jumlah curah hujan.
2. Korosi Galvanis
Korosi galvanis merupakan proses pengkorosian elektro kimiawi apabila dua
maam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit
yang sama. Elektron mengalir dari metal yang kurang mulia (anodik) menuju
metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal yang kurang mulia berubah
menjadi ion-ion positif karena kehilangan elektron. Ion positif metal bereaksi
dengan ion negatif yang berada didalam elektrolit menjadi garam metal. Karena
peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah
sumur-sumur karat atau jika merata disebut Surface Attack atau serangan kondisi
permukaan.
3. Korosi Regangan
Korosi ini sering terjadi sangat cepat dalam ukuran menit, yakni jika semua
persyaratan untuk terjadi regangan ini telah terpenuhi oleh suatu saat tertentu
yakni adanya regangan internal dan terciptanya kondisi korosif yang berhubungan
dengan konsentrasi zat karat (Corrodent) dan suhu lingkungan.
Sifat retak jenis ini sangat spontan. Regangan biasanya bersifat internal yang
disebabkan oleh perlakuan yang diterapkan seperti bentukan dingin (Cold
Forming) atau yang berupa sisa hasil pengerjaan (residual) seperti pengelingan,
pengeprasan dan lain-lain.
3. Lingkungan air
Air ataupun uap air dalam jumlah banyak ataupun sedikit akan sangat berpengaruh
terhadap laju korosi pada logam. Reaksinya bukan hanya antara logam dengan
oksigen saja, melainkan juga dengan uap air yang menjadi reaksi elektrokimia.
Korosi pada lingkungan air bergantung pada pH, kadar oksigen dan temperatur.
4. Lingkungan industri
Korosi di lingkungan industri yang menggunakan bahan kimia seperti pada
pembuatan H2SO4, HNO3, HCl dan sebagainya maka akan sangat bersifat korosif.
5. Lingkungan lautan
Udara lingkungan laut jauh lebih korosif dibandingkan dengan daerah pedalaman,
karena mengandung garam-garam dan zat lain yang dapat berpengaruh pada
kororsifitas udara terhadap logam-logam (Pemi J, 2015).
2.5. Inhibitor
Syarat umum suatu senyawa yang dapat digunakan sebagai inhibitor korosi
logam adalah senyawa-senyawa yang mampu membentuk kompleks, baik kompleks
terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk itu perlu gugus fungsi yang
mengandung atom-atom yang mampu membentuk ikatan kovalen koordinasi. Ekstrak
bahan alam khususnya senyawa yang mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom
yang memiliki pasangan elektron bebas. Senyawa organik yang terdiri dari satu atau
lebih atom nitrogen, oksigen, sulfur, fosfor, ikatan rangkap, atau cincin aromatik pada
molekulnya dapat digunakan sebagai penghambat korosi karena dapat dengan mudah
dilapisi pada permukaan logam. Struktur senyawa menunjukkan sepasang elektron
bebas yang menghasilkan adsorpsi inhibitor pada permukaan logam. Proses ini
2. Inhibitor Anorganik
Inhibitor anorganik adalah inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang
tidak mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inhibitor
anorganik antara lain kromat, nitrit, silikat dan pospat (Pemi J, 2015)
ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan
logam yang ada dalam bijih sulfida dan tingkat kemurnian dari H2SO4 yaitu 98%.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asama_sulfat)
Dengan:
𝜌 = Densitas (Kg/m3)
m = Massa Sampel (Kg)
V = Volume Sampel (m3)
Dengan
P = Beban uji (kg)
D = Diameter indentor bola (mm)
Dengan
CR = Laju Korosi (m/tahun)
𝜌 = Densitas (kg/m3)
A = Luas Permukaan (m2)
K = Konstanta laju korosi = 3,45 x 106 (mpy)
t = waktu (jam)
W = Total massa yang hilang (kg)
Efisiensi inhibitor mengindikasikan sjauh mana laju korosi diperlambat oleh kehadiran
inhibitor. Efisiensi inhibitor dapat ditulis dalam persamaan berikut:
𝑥𝑎 −𝑥𝑏
E= 𝑥𝑎
x 100% (2.4)
Dengan
E = efisiensi inhibitor (%)
𝑥𝑎 = rata-rata laju korosi tanpa inhibitor (m/tahun)
𝑥𝑏 = rata-rata laju korosi dengan inhibitor (m/tahun)
2.7.4. Mikrostruktur
Struktur morfologi merupakan butiran suatu benda logam yang sangat kecil
dan tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, sehingga perlu mrnggunakan mikroskop
optik atau mikroskop elektron untuk pemeriksaan butiran logam tersebut. Struktur
material berkaitan dengan komposisi, sifat, sejarah dan kinerja pengolahan, sehingga
dengan mempelajari struktur mikro akan memberikan informasi yang menghubungkan
komposisi dan pengolahan sifat kinerjanya. (Andi P, 2017)
2.7.5. pH
Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hydrogen dan
menunjukan suasana air tersebut apakah dapat bereaksi dengan asam atau basa.
Derajat keasaman (pH) dapat juga diartikan sebagai suatu skala atau ukuran untuk
mengukur keasaman atau kebasaan larutan dimana nilainya bervariasi antara 0-14
dengan batas normal ada pada nilai 7. Derajat keasaman (pH) adalah singkatan
dari puissance negatif de H, yaitu logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang
terlepas dalam suatu larutan atau cairan. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap tumbuhan dan binatang air (Rifai & Pertagunawan, 1985 cit Herawati, 2008).
8. Aluminium Foil
Berfungsi untuk melindungi pengujian laju korosi dari udara luar dan
sebagai penutup wadah agar larutan didalamnya todak terkontaminasi
9. Gunting
Berfungsi untuk memotong logam besi dan kertas pasir
10. Blender
Berfungsi untuk menghaluskan daun mangga menjadi serbuk daun mangga
11. Elenmeyer 250 ml
Berfungsi sebagai tempat pembuatan larutan inhibitor.
12. Beaker glass 250ml
Berfungsi sebagai tempat pengujian laju korosi logam besi dengan larutan
inhibitor dan larutan H2SO4 3%
13. Cawan petri
Berfungsi sebagai tempat uji tanin
14. Pipet Tetes
Berfungsi untuk mengambil larutan inhibitor dari beaker glass
15. Platform Shaker
Berfungsi untuk memaserasi serbuk daun mangga dengan metanol agar
homogen
16. Magnetic Stirer
Berfungsi untuk mengaduk dan menghomogenkan bahan dengan ekstrak
pada proses uji tanin
17. Hardness Tester Brinell
Berfungsi sebagai alat untuk pengujian kekerasan sampel
18. Opticak Microscope
Berfungsi untuk melihat struktur morfologi logam besi
19. Gelas Kaca
Berfungsi sebagai tempat untuk menimbang daun mangga
20. Corong
Berfungsi untuk menyangga kertas saring saat melakukan proses
penyaringan
21. Tissue
Berfungsi untuk membersihkan dan mengeringkan besi dan peralatan yang
digunakan
22. Kertas pasir
Berfungsi untuk membersihkan karat pada logam besi.
23. Oven
Berfingsi untuk mengeringkan sampel.
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digubakan dalam penelitian ini adalah:
1. Plat besi
Berfungsi sebagai bahan utama dalan penelitian ini.
2. Serbuk daun mangga
Berfungsi sebagai larutan inhibitor
3. Larutan H2SO4 3%
Berfungsi sebagai media korosi pada plat besi
4. Aquades
Berfungsi sebagai media dalam membersihkan korosi pada plat besi
5. Metanol
Berfungsi sebagai pelarut serbuk daun mangga
6. Serbuk FeCl3
Berfungsi untuk uji tanin.
7. Serbuk Gelatin
Berfungsi untuk uji tanin
Serbuk daun Methanol H2SO4 96% (25 ml) Logam besi (1x2m
mangga (1000 gr) (4000 ml) + Aquades (hingga x 0,02cm)
volume larutan
mencapai 800 ml)
Identifikasi
Tanin
Perendaman logam besi dalam inhibitor ekstrak
daun manga sebesar 0 ml, 20ml, 40 ml, 60 ml, 80
ml dengan larutan H2SO4 3% sebesar 200 ml, 180
ml, 160 ml, 140 ml, 120 ml dalam waktu 144 jam
Tabel 3.1 Komposisi Larutan H2SO4 3% dan Larutan Ekstrak Daun Mangga
Sampel Larutan H2SO4 (ml) Larutan Inhibitor (ml)
A01
A02 200 0
A03
B01
B02 180 20
B03
C01
C02 160 40
C03
D01
D02 140 60
D03
E01
E02 120 80
E03
c. Sifat Mekanik
Kekerasan
d. Pengamatan Morfologi Sampel
OM
3.7.1. Densitas
Nilai densitas merupakan suatu ukuran kepadatan dari suatu material. Dalam
menentukan densitas suatu sampel, dapat dilakukan dengan metode yang sederhana
yaitu dengan metode pengurangan dimensi. Pada metode ini, sampel diukur dengan
dimensi volume (diameter dan ketebalan) menggunakan jangka sorong dana massa
sampel ditimbang menggunakan neraca digital.
Densitas suatu sampel dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
𝑚
𝜌= (3.1)
𝑉
Dengan:
𝜌 = Densitas (Kg/m3)
m = Massa Sampel (Kg)
3.7.2. Kekerasan
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell dilakukan dengan menggunakan
Hardness tester. Proses pengujian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Sampel uji kekerasan menggunakan mesin uji Hardness Tester Metode
Brinell.
2. Persiapkan permukaan benda uji (spesimen) dengan menggosoknya
memakai kertas ampelas. Permukaan spesimen ini harus bersih dari cat,
kerak minyak dan kotoran lainnya. Apabila permukaan spesimen belum
rata maka perlu proses penggerindaan.
3. Pilih dan pasang indentor pada mesin Brinell dengan diameter bola yang
sesuai, misalnya digunakan indentor dengan diameter standar 5 mm.
4. Pasang spesimen di atas meja uji (anvil) pada mesin Brinell. Kemudian
putar roda tangan untuk menaikkan meja uji sehingga spesimen mendekati
indetor.
5. Buka keran untuk menyalurkan udara kempaan (udara kompresi) dari
kompresor ke mesin Brinell.
6. Atur besar beban, misalnya memakai beban standar untuk logam ferro
sebesar 3000 kgf, dengan cara memutar knop pengatur beban sehingga
jarum penunjuk piringan skala (dial gage) berada tepat pada posisi beban
500 kgf.
7. Terapkan beban dengan cara menarik tuas pembebanan, sehingga indentor
mulai menekan permukaan spesimen.
8. Hitung lamanya waktu penerapan beban, misalnya 10 atau 15 detik, dengan
menggunakan stop watch.
9. Setelah waktu penerapan beban tercapai, tekan kembali tuas pembebanan
untuk melepaskan beban.
10. Putar kembali roda tangan untuk menurunkan meja uji.
11. Ambil spesimen dari meja uji.
12. Ukur dua diameter yang saling tegak lurus dari jejak atau lekukan hasil
penekan indentor dengan menggunakan mikroskop.
Dengan
CR = Laju Korosi (m/tahun)
𝜌 = Densitas (kg/m3)
A = Luas Permukaan (m2)
K = Konstanta laju korosi = 3,45 x 106 (mpy)
t = waktu (jam)
W = Total massa yang hilang (kg)
Pengujian korosi dengan metode kehilangan berat dan parameter yang digunakan
adalah konsentrasi inhibitor ekstrak daun mangga dan waktu perendaman 144 jam.
Efisiensi inhibitor menunjukkan persentase penurunan laju korosi akibat penambahan
inhibitor. Efisiensi inhibitor dapat ditulis dalam persamaan berikut:
𝑥𝑎 −𝑥𝑏
E= x 100% (3.3)
𝑥𝑎
Dengan
E = efisiensi inhibitor (%)
𝑥𝑎 = rata-rata laju korosi tanpa inhibitor (m/tahun)
𝑥𝑏 = rata-rata laju korosi dengan inhibitor (m/tahun)
3.7.5. pH
Indikator asam-basa (disebut juga Indikator pH)
adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel,
umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan
kondisi pH larutan tersebut. Pada temperatur 25° Celsius, nilai pH untuk larutan netral
adalah 7,0. Di bawah nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas nilai tersebut
larutan dikatakan basa. Cara menggunakan indikator pH adalah sebagai berikut :
1. Celupkan kertas indikator pH pada larutan yang akan diselidiki nilai pH-nya atau
meneteskan indikator pH pada larutan yang diselidiki.
2. Amati perubahan warna yang terjadi
3. Bandingkan perubahan warna dengan warna standar.
a. b.
Gambar 4.1 Hasil identifikasi tanin, sebelum dan sesudah menggunakan
FeCl3
a. b.
Gambar 4.2 Hasil identifikasi tanin, sebelum dan sesudah menggunakan
Gelatin 10%
Tabel 4.1 Pengujian Densitas dengan Volume Inhibitor pada Sampel Logam Besi
Volume
Massa Awal Volume Densitas
Sampel Inhibitor
(x10-3 kg) (x10-6 m3) (x103 kg/m3)
(x10-3 L)
A 22,97 0,5 45,94 0
B 22,96 0,5 45,91 20
C 23,31 0,5 46,62 40
D 23,21 0,5 46,42 60
46.8
46.62
Densitas (x103 kg/m3)
46.6
46.42
46.4 46.3
46.2
45.94 45.91
46
45.8
45.6
45.4
0 20 40 60 80
Volume Inhibitor (x10-3 L)
6 hari
Hasil pengukuran kekerasan dengan alat Hardness Tester ASTM E10 Brinell
dengan beban uji sebesar 500kg dan diameter identor sebesar 5 mm, dapat dilihat pada
Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kekerasan dengan menggunakan Beban (P) 500 kg
dan Diameter Identor (D) 5 mm pada Logam Besi dengan komposisi ekstrak
daun mangga 0 ml, 20 ml, 40 ml, 60 ml, dan 80 ml selama 6 hari
Rata-rata
Diameter Nilai Uji
Nilai Uji
Kondisi Sampel Identor Kekerasan Kekerasan
Kekerasan
Bola (d) (BHN)
(∆BHN)
2,2 124,88
A01 2,25 119,08 137,93
1,9 169,82
200 ml H2SO4 2,2 124,88
+ 0 ml A02 2,4 103,79 111,82 126,31
inhibitor 2,4 103,79
2,1 137,75
A03 2,2 124,88 129,17
2,2 124,88
2,1 137,75
B01 2,2 124,88 113,46
2,1 137,75
180 ml H2SO4 2,1 137,75
+ 20 ml B02 2,2 124,88 122,14 116,82
inhibitor 2,4 103,79
2,2 124,88
B03 2,4 103,79 117,85
2,2 124,88
C01 2,3 113,65 141,11 131,39
2,2 124,88
2,4 103,79
2,1 137,75
160 ml H2SO4
C02 2,3 113,65 118,39
+ 40 ml
2,4 103,79
inhibitor
2,0 152,58
C03 2,1 137,75 134,66
2,3 113,65
2,3 113,65
D01 2,3 113,65 110,36
2,4 103,79
140 ml H2SO4 2,4 103,79
+ 60 ml D02 2,35 108,57 105,38 107,64
inhibitor 2,4 103,79
2,3 113,65
D03 2,35 108,57 107,18
2,45 99,31
2,2 124,88
E01 2,3 113,65 117,39
2,3 113,65
120 ml H2SO4 2,2 124,88
+ 80 ml E02 2,3 113,65 112,61 117,05
inhibitor 2,45 99,31
2,2 124,88
E03 2,3 113,65 121,14
2,2 124,88
Tabel 4.3 Pengujian Kekerasan dengan Volume Inhibitor pada Sampel Logam
Besi
140 131.39
126.31
116.82 117.05
120 107.64
Kekerasan (N/m2)
100
80
60
40
20
0
0 20 40 60 80
Volume Inhibitor (x10-3 L)
6 hari
Tabel 4.4 Pengujian Laju Korosi dengan Volume Inhibitor pada Sampel Logam
Besi
Sampel Laju Korosi (m/tahun) Volume Inhibitor (x10-3 L)
A 57,428 0
B 55,602 20
C 37,115 40
D 52,226 60
E 14,476 80
70
57.428 55.602
60
Laju Korosi (m/tahun)
52.226
50
37.115
40
30
20 14.476
10
0
0 20 40 60 80
Volume Inhibitor (x10-3 L)
6 hari
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara Laju Korosi dan Volume Inhibitor
Dari Gambar 4.5 dapat terlihat bahwa laju korosi menurun pada volume
inhibitor 0 ml hingga 40 ml. Penurunan ini disebabkan oleh ekstrak daun manga yang
menempel pada permukaan logam besi sehingga dapat memperlambat proses korosi.
Tetapi pada volume inhibitor 60 ml, laju korosi mengalami kenaikan dikarenakan
ekstrak daun mangga tidak menempel dengan sempurna dan ketika dilakukan
penimbangan, terjadi kesalahan didalam neraca digital yaitu udara masuk kedalam
neraca digital, sehingga terjadi penambahan massa sebelum dilakukan penimbangan
logam besinya. Dan pada volume 80 ml, laju korosi mengalami penurunan kembali
ekstrak daun manga menempel pada permukaan logam besi. Nilai laju korosi
maksimum terletak pada volume inhibitor 0 ml sebesar 57,428 m/tahun. Dan nilai laju
korosi minimum terletak pada volume inhibitor 80 ml sebesar 14,476 m/tahun.
Efisiensi inhibitor menunjukkan persentase penurunan laju korosi akibat
penambahan inhibitor. Semakin kecil laju korosi maka efisiensi inhibitor tersebut
semakin besar dan nilai efisiensi inhibitor ini bergantung pada volume inhibitor yang
diberikan. Dalam penelitian ini, maka efisiensi inhibitor ekstrak daun mangga terhadap
laju korosi logam besi dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5 Pengujian Efisiensi Inhibitor dengan Volume Inhibitor pada Sampel
Logam Besi
Sampel Efisiensi Inhibitor (%) Volume Inhibitor (x10-3 L)
A 0 0
B 3,17 20
C 35,37 40
D 9,05 60
E 74,79 80
80 74.79
Efisiensi Inhibitor (%)
70
60
50
40 35.37
30
20
9.05
10 3.17
0
0
0 20 40 60 80
Volume Inhibitor (x10-3 L)
6 hari
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara Efisiensi Inhibitor dan Volume Inhibitor
Dari Gambar 4.6 dapat terlihat bahwa terjadi kenaikan pada volume inhibitor
0 ml hingga 40 ml. kenaikan ini disebabkan oleh senyawa tannin pada ekstrak daun
mangga terbentuk dengan sempurna dan dapat menutupi seluruh permukaan logam
besi. Dan pada volume inhibitor 60 ml terjadi penurunan yang disebabkan oleh proses
melekatnya ekstrak daun mangga pada permukaan logam besi sudah tidak dapat
ditanggulangi karena lapisan pelindungnya sudah tidak stabil dan ketika dilakukan
penimbangan, terjadi kesalahan didalam neraca digital yaitu udara masuk kedalam
neraca digital, sehingga terjadi penambahan massa sebelum dilakukan penimbangan
logam besinya.. Dan pada volume 80 ml, efisiensi mengalami kenaikan kembali yang
disebabkan oleh inhibitornya menempel pada permukaan logam besi. Nilai efisiensi
inhibitor maksimum diperoleh dari volume inhibitor 80 ml sebesar 74,79%. Dan nilai
minimum efisiensi inhibitor minimum diperoleh dari 0 ml sebesar 0%.
4.1.5. pH
Pada temperatur 25° Celsius, nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah
nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas nilai tersebut larutan dikatakan basa.
Dari hasil penelitian saya, tingkat keasaman (pH) yang dihasilkan dari inhibitor
ekstrak daun mangga gedong gincu dengan pelarut metanol adalah 6.
Ananda, Nasimatus Shobakh pada tahun 2017 melakukan penelitian ekstrak
daun mangga manalagi dengan pelarut aseton menghasilkan tingkat keasaman (pH)
sebesar 4,78.
A 0
B 20
C 40
D 60
E 80
Tabel 4.6 merupakan morfologi permukaan logam besi yang telah direndam
selama 144 jam dalam larutan H2SO4 3% dengan inhibitor ekstrak daun mangga. Pada
tabel terlihat bahwa karat yang terbentuk pada permukaan logam besi berkurang.
Berkurangnya karat yang terbentuk menandakan laju korosi yang semakin berkurang.
Hal ini karena inhibitor mampu membentuk lapisan yang dapat menghalangi serangan
senyawa asam sulfat, sehingga permukaan logam besi terlindungi dan proses korosi
berlangsung lebih lambat. Laju korosi terendah terjadi pada penambahan inbitor 80
ml, hal ini sesuai dengan perhitungan laju korosi.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab 4 sebelumnya,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Dari hasil pengujian ekstrak daun mangga dengan volume inhibitor 80 ml,
menghasilkan laju korosi pada logam besi sebesar 14,476 m/tahun pada pH
yang bernilai 6.
2. Dari hasil pengujian ekstrak daun mangga dengan voume inhibitor 80 ml,
mampu menurunkan laju korosi dan menaikkan efisiensi inhibitor sebesar
74,79%.
3. Dari penelitian pengujian ekstrak daun mangga dengan volume inhibitor 80
ml menghasilkan sedikit karat yang bisa dilhat pada tabel 4.6.
4. Dari hasil pengujian ekstrak daun mangga, maka nilai densitas sebanding
dengan nilai kekerasan pada volume inhibitor 40 ml yaitu 46,62 x 103 kg/m3
dan 131,39 N/m2.
5. Penelitian ini menunjukkan adanya penyimpangan pada volume inhibitor 60
ml yang tidak sesuai dengan eksperimen yang telah dilakukan
Amanto, Hari dan Daryanto. 2017. Ilmu Bahan. Bumi Aksara. Jakarta. Hal: 2-6.
Eaton, Andrew, Et.al. 2005. Standard Methods for Examinations of water and
Wastwater. 21st Edition.
Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat. Akses tanggal 25 Februari 2019.
https://id.wikipedia.org/wiki/Besi . Akses tanggal 25 Februari 2019.
https://allaboutmaryda.blogspot.com/2012/11/analisis-limbah-pt-kim.html. Akses
tanggal 28 Februari 2019
https://indoexportportal.wordpress.com/2013/12/12/mangga-gedong-gincu/
tanggal 17 Oktober 2019
Odum, E.P. 1971. Fundamental Ecology. 3rd ed. W. B. Saunders C. Philadelphia.
Toppan Co. Ltd. Tokyo. Japan : 574 pp
Pracaya, I. 2011. Bertanam mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Perez, Nestor. 2004. Electrochemistry and Corrosion Science. Kluwer Academic
Publisher.
Rahmlia, S. 2013. Studi penetapan kadar kandungan vitamin C pada beberapa
macam buah mangga (Manifera Indica L.) yang beredar dikota Medan secara
volumetri dengan 2,6-diklorofenol. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas
Sumater Utara.
Rukmana. R. 1997. Mangga (Seri Budi Daya). Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sadayappan, M. 2004. Grain Refinementof Permanent Mold Cast Best Alloys. USA:
Materials Technology Laboratory.
Sari, D. M., Handani, S., & Yetri. (2013). Pengendalian Laju Koeosi Baja ST-37
Dala Medium Asam Klorida menggunakan Inhibitor Ekstrak Daun Teh. Juranl
Fisika Unand, Vol. 2, NO. 3.
Setiawan, P, J. 2015. Pengaruh Konsentrasi Daun Tembakau terhadap Laju Korosi
Baja A151 E 2512 Media Air laut. Skripsi. Universitas Jember.
Setyadjit, Widaningrum dan P. Sulusi. 2005. Agroindustri Puree Manga : Mengatasi
Panen Berlimpah. Warta penelitian dan Pengembangan pertanian 27(5):4-5
LAMPIRAN A
ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
1. Peralatan
No Nama Alat Spesifikasi Foto Alat
1. Spatula
2. Pipet Tetes
5. Erlenmeyer 250 ml
7. Corong PYREX
8. Cawan Petri
12. Oven
16. Gunting
17. Blender
21. Tissue
22. Penggaris 30 cm
2. Bahan
No. Nama Bahan Spesifikasi Foto Alat
1. Plat Besi
3. Larutan H2SO4
4. Aquades
5. Metanol
6. Serbuk FeCl3
7. Serbuk Gelatin
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN
A = 2 {(p x l) + (p x t) + (l x t)
= 2 {(5 x 5) + (5 x 0,02) + (5 x 0,02)}
= 2 {25 + 0,1 + 0,1}
= 2 {25,2}
= 50,4 cm2
= 50,4 x 10-4 m2
3. Densitas
Sampel Massa Awal Volume Densitas (x103
(x10-3 kg) (x10-6 m3) kg/m3)
A01 22,9066 0,5 45,8132
A01 23,2710 0,5 46,542
A03 22,7358 0,5 45,4716
22,9066+23,2710+22,7358
Massa awal rata-rata = = 22,97 x 10-3 kg
3
0,5+0,5+0,5
Volume rata-rata = = 0,5 x 10-6 m3
3
𝑀 22,97 x 10−3 kg
Densitas (𝜌) = = = 45,94 x 103 kg/m3
𝑉 0,5 x 10−6 m3
4. Kekerasan
a. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 1,9 mm
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 169,82 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −1,92 )
b. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 2,0 mm
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 152,58 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −2,02 )
c. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 2,1 mm
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 137,75 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −2,12 )
d. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 2,2 mm
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 124,88 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −2,22 )
e. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 2,25 mm
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 119,08 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −2,252 )
f. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 2,3
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 113,65 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −2,32 )
g. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 2,35 mm
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 108,57 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −2,352 )
h. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 2,4
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 103,79 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −2,42 )
i. P = 500 kg
D = 5 mm
d = 2,45
2𝑃 2 𝑥 500
BHN = = = 99,31 N/m2
𝜋𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑2 ) 3,14 𝑥 5 (5− √52 −2,452 )
5. Laju Korosi
a. Perhitungan laju korosi besi dengan volume inhibitor 0 ml
W = 22,97 – 17,42 = 5,55 gram
𝜌 = 45,94 gram/cm3
A = 50,4 cm2
t = 144 jam
6. Efisiensi Inhibitor
a. Perhitungan laju korosi besi dengan volume inhibitor 20 ml
Laju Korosi sebelum Laju Korosi sesudah
penambahan inhibitor (Xa) penambahan inhibitor (Xb)
57,428 55,602
𝑥𝑎 −𝑥𝑏 57,428−55,602
E = x 100% = x 100% = 31,7%
𝑥𝑎 57,428
𝑥𝑎 −𝑥𝑏 57,428−33,115
E = x 100% = x 100% = 35,37%
𝑥𝑎 57,428
𝑥𝑎 −𝑥𝑏 57,428−52,226
E = x 100% = x 100% = 9,05%
𝑥𝑎 57,428
𝑥𝑎 −𝑥𝑏 57,428−14,476
E = x 100% = x 100% = 74,79%
𝑥𝑎 57,428
LAMPIRAN C
DATA PERCOBAAN