Anda di halaman 1dari 60

i

SKRIPSI
ESTIMASI SERAPAN DAN STOK KARBON PADA JENIS
Rhizopora Mucronate DAN Avicenia Alba DI KAWASAN
KONSERVASI MANGROVE DUSUN PUNTONDO DESA
LAIKANG KECAMATAN MANGARAMBOMBANG
KABUPATEN TAKALAR

ANDRARESTY RATRI ANDRINI


07320190042

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
ii

SKRIPSI

ESTIMASI SERAPAN DAN STOK KARBON PADA JENIS


Rhizopora Mucronate DAN Avicenia Alba DI KAWASAN
KONSERVASI MANGROVE DUSUN PUNTONDO DESA
LAIKANG KECAMATAN MANGARAMBOMBANG
KABUPATEN TAKALAR

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kelautan Pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muslim Indonesia

ANDRARESTY RATRI ANDRINI


07320190042

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
ii

HALAMAN PERNYATAAN PENULIS


Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Andraresty Ratri Andrini

NIM : 07320190042

Program Studi : Ilmu Kelautan

Jurusan : Ilmu Kelautan

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Jenjang Pendidikan : Strata satu (S-1)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulis skripsi dengan judul:


“Estimasi Serapan Dan Stok Karbon Pada Jenis Rhizophora mucronata Dan
Avicennia alba Di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa
Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar” Adalah “Benar”
hasil penelitian penulis dan jika dikemudian hari ternyata diketahui hasil ciplakan
(plagiat) dari skripsi orang lain maka penulis bersedia mendapatkan sangsi
akademik yang berlaku.

Makassar, 3 Maret 2023

Yang membuat pernyataan,

Andraresty Ratri Andrini

ii
iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING


Judul Penelitian : Estimasi Serapan dan Stok Karbon Pada Jenis
Rhizophora mucronata dan Avicennia alba Di Kawasan
Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang
Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar
Nama : Andraresty Ratri Andrini
NIM : 07320190042
Program Studi : Ilmu Kelautan
Jurusan : Ilmu Kelautan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
SK Pembimbing : 1272 /H.20/FPIK-UMI/IX/2022

Telah Diperiksa dan Disetujui


Oleh Komisi Pembimbing:

Dr. Ir. Asbar, M.Si Dr. Muh. Yunus, S.Kel, M.Si


Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Abdul Rauf, M.Si Dr. Ir. Hamsiah, M.Si


Dekan Ketua Program Studi

iii
iv

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI


Judul Penelitian : Estimasi Serapan dan Stok Karbon Pada Jenis
Rhizophora mucronata dan Avicennia alba Di
Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo
Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang
Kabupaten Takalar

Nama : Andraresty Ratri Andrini


NIM : 07320190042
Program Studi : Ilmu Kelautan
Jurusan : Ilmu Kelautan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
SK Penguji :

Disetujui
Oleh Komisi Penguji :

1. Dr. Ir. Asbar, M.Si (Ketua) ………………

2. Dr. Ir. Muhammad Yunus, S.Kel, M.Si (Anggota) ………………

3. Dr. Ir. Abd Rauf, M.Si (Anggota) ………………

4. Dr. Ir. Hamsiah, M.Si (Anggota) ………………

iv
v

RINGKASAN
Andraresty Ratri Andrini, Stambuk 07320190042, Estimasi Serapan
dan Stok Karbon Pada Jenis Rhizophora mucronata dan Avicennia alba Di
Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar. Dibawah bimbingan Bapak Asbar
selaku Pembimbing Utama dan Bapak Muhammad Yunus sebagai Pembimbing
Anggota
Karbon merupakan materi penyusun dasar seluruh senyawa organik.
Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas proses kimiawi dalam
aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer dan air dari
tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan
berakumulasi menjadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon. Stok
karbon adalah persediaan karbon yang tersimpan yang dihitung berdasarkan
nilai kandungan karbon dan luas area penuh dengan satuan ton/ha.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kerapatan


ekosistem mangrove, nilai estimasi stok karbon pada jenis Rhizophora
mucronata dan Avicennia alba, mengetahui serapan karbon mangrove yang
terdapat di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang
Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar.

Hasil penelitian estimasi serapan dan stok karbon pada jenis


Rhizophora mucronata dan Avicennia alba yaitu rata-rata stok karbon
mangrove Rhizophora mucronata sebesar 70.45 ton/ha dan mangrove
Avicennia alba 11.22 ton/ha. Untuk serapan CO2 didapatkan hasil rata-rata
sebesar 25,831 ton CO2 /ha untuk mangrove Rhizophora mucronata dan 4,114
ton CO2 /ha untuk mangrove Avicennia alba.

Kata kunci: Kerapatan Mangrove; Stok karbon; Serapan CO2

v
vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil Penelitian ini dengan

tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta

kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karunianya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal

pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penelitian ini yang

berjudul “Estimasi Serapan dan Stok Karbon Karbon Pada Jenis

Rhizophora mucronata dan Avicennia alba Di Kawasan Konservasi

Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang

Kabupaten Takalar”.

Penulis menyadari penyusunan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini

tidak bisa terselesaikan tanpa pihak-pihak yang mendukung baik secara moril

dan juga materil. Maka, penulis menyampaikan banyak-banyak terima kasih

kepada pihak-pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini,

yaitu kepada yang terhormat:

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Sutresno K. Dhelick dan Ibunda Yety

Karyaty Baso serta saudara kandung penulis yang senang tiasa

memberikan semangat kepada penulis.

vi
vii

2. Bapak Dr. Ir. Abd Rauf, M.Si, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia.

3. Ibunda Dr. Ir. Hamsiah, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim

Indonesia.

4. Bapak Dr. Ir. Asbar, M.Si selaku Pembimbing Utama

5. Bapak Dr. Muh. Yunus, S.Kel, M.Si selaku Pembimbing Anggota

Penulis

6. Ayahanda Dr. Ir. Abd Rauf, M.Si selaku Penguji dalam laporan hasil

penelitian penulis.

7. Ibunda Dr. Ir. Hamsiah, M.Si selaku Penguji dalam laporan hasil

penelitian penulis.

8. Kepada Para Dosen serta staf karyawan Jurusan Ilmu Kelautan

Universitas Muslim Indonesia yang telah memberikan banyak

pengetahuan yang bermanfaat dan bantuan selama masa perkuliahan.

9. Kepada Bapak dan Ibu Pengelola Hutan Mangrove Di Kawasan Dusun

Puntondo Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten

Takalar Sulawesi Selatan yang telah memberikan izin, bantuan tenaga

serta fasilitas selama penulis menyelesaikan masa penelitian skripsi ini.

10. Kepada Keluarga besar HIMALTA UMI dan HIMITEKINDO yang

selalu memberikan motivasi dan semangat.

vii
viii

11. Kepada Teman-teman Rubel, S.Kelum, RC, AIESEC yang selalu

membersamai dan senantiasa memberikan motivasi, bantuan, semangat,

dan canda tawa kepada penulis.

12. Kepada seluruh pihak tanpa terkecuali yang telah banyak memberikan

bantuan selama penyusunan skripsi.

13. Terakhir, tak lupa saya ingin berterima kasih kepada diri saya sendiri, I

wanna thank me for doing all this hard work.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan

masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca

pada umumnya. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca untuk meningkatkan kemampuan penulis

dalam menulis karya ilmiah.

Terima Kasih

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 3 Maret 2023

Penulis

viii
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................i


HALAMAN JUDUL ...........................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN PENULIS ...........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING ................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ...........................................iv
RINGKASAN ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xii
LAMPIRAN .................................................................................................... xiii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3.Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4.Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
BAB II ................................................................................................................. 8
2.1.Biomassa ....................................................................................................... 8
2.2.Karbon ......................................................................................................... 10
2.3.Mangrove .................................................................................................... 12
2.4.Kerapatan Mangrove ................................................................................... 14
2.5.Persamaan Alometrik Biomassa Hutan Mangrove ..................................... 15
BAB III.............................................................................................................. 16
3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 16
3.3.Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 17
3.4.Prosedur Penelitian...................................................................................... 18
3.4.1.Tingkat Kerapatan Ekosistem Mangrove ................................................. 18

ix
x

3.4.2.Estimasi Serapan Karbon ......................................................................... 19


3.4.3.Estimasi Stok Karbon............................................................................... 23
3.5.Analisis Data ............................................................................................... 24
3.5.1.Tingkat Kerapatan Ekosistem Mangrove ................................................. 24
3.5.2.Estimasi Biomassa Pohon ........................................................................ 25
3.5.3.Analisis Stok Karbon ............................................................................... 26
3.5.4.Serapan Gas Karbon dioksida (𝐂𝐎𝟐 ) ...................................................... 27
BAB IV ............................................................................................................. 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 28
4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 28
4.2.Tingkat Kerapatan Ekosistem Mangrove yang Terdapat di Kawasan
Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar .............................................................. 30
4.3.Analisis Nilai Estimasi Stok Karbon Pada Jenis Rhizophora mucronata dan
Avicennia alba Di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa
Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar ............................. 32
4.4.Analisis Serapan Karbon Mangrove Yang Terdapat di Kawasan Konservasi
Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang
Kabupaten Takalar ............................................................................................ 34
BAB V ............................................................................................................... 36
PENUTUP ......................................................................................................... 36
5.1.Kesimpulan ................................................................................................. 36
5.2.Saran............................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37

x
xi

DAFTAR GAMBAR
No Halaman

1.Ilustrasi carbon pools pada pohon magrove yang terdiri atas abovegraund,
belowground, litter dan soil................................................................................. 9
2.Siklus karbon (C-cycle).................................................................................. 11
3.Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 16
4.Teknis pengukuran diameter setinggi dada (DBH) pada berbagai kondisi
batang pohon maupun elevasi yang berbeda-beda ............................................ 20
5. Pengukuran pohon......................................................................................... 20
6. Pengukuran Daun .......................................................................................... 22
7.Kerapatan Pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 ........................................................ 31
8.Perbandingan nilai sediaan karbon pada mangrove Rhizohora Mucronata dan
Avicennia Alba pada tiap stasiunnya ................................................................ 34

xi
xii

DAFTAR TABEL
No Halaman

1.Kriteria Kerapatan Mangrove ........................................................................ 14


2.Peralatan yang dibutuhkan dalam Kegiatan Pengambilan Sampel. ............... 17
3.Bahan yang digunakan dalam penelitian........................................................ 17
4. Jenis dan Sumber Data. ................................................................................. 18
5.Kriteria Baku Kerusakan Mangrove. ............................................................. 24
6.Jumlah Individu Mangrove yang Ditemukan di Kawasan Konservasi
Mangrove Dusun Puntondo............................................................................... 30
7.Kerapatan Jenis Mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun
Puntondo. .......................................................................................................... 31
8.Biomassa total pada mangrove jenis Rhizophora mucronata dan Avicennia
alba .................................................................................................................... 32
9.Kandungan C-Organik pada bagian pohon Rhizophora Mucronata dan
Avicennia alba ................................................................................................... 33
10.Kandungan karbon dari biomassa mangrove jenis Rhizophora Mucronata
dan Avicennia Alba. .......................................................................................... 33
11.Serapan Karbondioksida pada sampel mangrove jenis Rhizophora
Mucronata dan Avicennia Alba. ....................................................................... 35

xii
xiii

LAMPIRAN

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu negara kepulauan, Indonesia terdiri atas lebih dari

17.508 pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.181 km (Kusuma, 2021),

dengan garis pantai yang sangat panjang dan iklim tropis serta faktor-faktor

lainnya yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang sebagian

besar daerahnya ditumbuhi oleh hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan

salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang

surut di wilayah pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil serta merupakan sumber

daya alam yang sangat potensial. Mangrove memiliki peran penting dalam biota

laut, mencegah terjadinya badai, angin topan, abrasi, serta membangun komunitas

sosial ekonomi.

Hutan Mangrove berpotensi mengikat CO2 dari atmosfer yang biasa

disebut blue carbon yang memiliki fungsi ekologis yang sangat penting bagi

ekosistem pesisir sebagai penyerap dan penyimpan karbon sehingga dapat

mengurangi peningkatan emisi karbon di alam (Mcleod, 2011). Secara global

diperkirakan hutan mangrove dapat menyerap CO2 dari atmosfer sebesar 25,5 juta

ton/tahun (Ong, 2004). Stok karbon global rata-rata yang dimiliki oleh ekosistem

mangrove diperkirakan mencapai 956 Mg C ha−1, yang jauh lebih tinggi daripada

hutan hujan tropis, rawa gambut, rawa asin, dan padang lamun.

1
2

Kemampuan mangrove dalam menyimpan karbon lebih besar dari semua

hutan daratan pada umumnya. Hutan mangrove tiap satu hektarnya dapat

menyimpan sampai lima kali lipat lebih banyak karbon dibandingkan hutan hujan

tropis di seluruh dunia (Donato, 2012). Namun informasi mengenai kemampuan

hutan mangrove sebagai menyimpan karbon sampai saat ini masih terbatas. Hal

ini ditandai dengan banyaknya kerusakan hutan mangrove. Sekitar 48% luas hutan

mangrove di Indonesia telah mengalami kerusakan sedang dan 23% mengalami

kerusakan parah (Hamid, 2013). Meningkatnya konsentrasi CO2 disebabkan oleh

pengelolaan lahan yang kurang tepat, antara lain pembakaran hutan dalam skala

luas secara bersamaan, konversi lahan serta pengeringan lahan gambut untuk

keperluan pertanian dan pembangunan (Sutaryo, 2009).

Hutan mangrove memiliki peran yang sama dengan hutan yang lainnya

untuk penyerap karbon dioksida ( CO2 ) sehingga dapat membantu dalam

pencegahan perubahan iklim. Fungsi optimal penyerapan karbon oleh mangrove

mencapai hingga 77,9 %, dimana karbon yang diserap tersebut disimpan dalam

biomassa mangrove yaitu pada beberapa bagian seperti pada batang, daun, dan

sedimen.

Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang banyak ditumbuhi hutan

mangrove, salah satu diantaranya di Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar.

Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Setalan yang

ibu kotanya terletak di Pattallassang. Dusun Puntondo merupakan salah satu

dusun di Kabupaten Takalar yang memiliki ekosistem mangrove. Jumlah jenis

2
3

magrove yang terdapat di sekitar lokasi PPLH Puntondo sebanyak 10 sampai 14

jenis mangrove.

Puntondo berada dengan latar belakang rasa kepedulian, pada kerusakan

lingkungan pesisir dan perairan pantai. Oleh sebab itu di lokasi tersebut, tidak

diperkenankan untuk merusak, menangkap, apalagi membunuh ekosistem laut di

sekitar pantai. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Q.S Ar-Ruum ayat 41,

yaitu:

َ ‫ع ِملُ ۡوا َل َع َّل ُه ۡم َي ۡر ِجعُ ۡو‬


‫ن‬ ۡ ‫ض ا َّلذ‬
َ ‫ِى‬ َ ‫سادُ ِفى ۡال َب ِر َو ۡال َب ۡح ِر ِب َما َك‬
ِ َّ‫س َب ۡت اَ ۡيدِى الن‬
َ ۡ‫اس ِليُذ ِۡيقَ ُه ۡم َبع‬ َ َ‫ظ َه َر ۡالف‬
َ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa terjadinya kerusakan di daratan dan

lautan merupakan ulah tangan manusia. Allah SWT membiarkan sebagian

manusia merasakan dampak negatif atas apa yang diperbuatannya sendiri. Sudah

kewajiban kita sebagai manusia untuk berikhtiar menjaga, melindungi, dan

melestarikan seluruh ekosistem baik di darat maupun laut.

Penurunan jumlah hutan mangrove akibat aktivitas manusia ataupun lainya

berdampak terhadap daya serap karbon di bumi. Penurunan hutan mangrove di

dunia sebesar 30-50% dalam kurun waktu setengah abad terakhir ini akibat

adanya pembangunan pesisir, perluasan tambak dan penebangan pohon (Donato,

2011) menyadari hal itu maka diakukan upaya alternatif mengatasi permasalahan

pemanasan global.

3
4

Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rehabilitasi

hutan. Menurut Cahyaningrum, (2014), upaya tersebut perlu didukung dengan

kegiatan untuk memperoleh data dan informasi mengenai tingkat, status, dan

kecenderungan perubahan emisi gas rumah kaca secara berkala dari berbagai

sumber emisi dan penyerapnya, termasuk carbon stock (simpanan karbon).

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Q.S An-Nahl ayat 18 yang berbunyi:

‫ّٰللا َلغَفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ِ ‫َوا ِْن تَعُد ُّْوا نِ ْع َمةَ ه‬


ُ ‫ّٰللا ََل ت ُ ْح‬
َ ‫ص ْوهَا ۗ ِا َّن ه‬

Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu

tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Surah ini membuktikan betapa banyaknya nikmat dan karunia yang Allah

anugerahkan kepada kita, baik di langit, darat, air, maupun dalam diri manusia.

Walaupun kita menghitung nikmat Allah yang diberikan kepada kita, niscaya

sampai kapan pun tidak akan mampu menghitung jumlahnya.

Mangrove dapat menyerap CO2 dari atmosfer melalui mekanisme

fotosintesis. CO2 yang diserap akan disimpan dalam bentuk biomassa atas (above

groundbiomass), biomassa bawah (below ground-biomass) serta terakumulasi di

dalam sedimen (Kauffman, 2011). Penelitian mengenai estimasi serapan dan stok

karbon mangrove penting dilakukan untuk mengetahui kerapatan mangrove,

mengetahui serapan karbon mangrove dan mengetahui nilai estimasi stok karbon

jenis mangrove Rhizophora mucronata dan Avicennia alba sehingga hal tersebut

dapat menunjang kegiatan pengelolaan kawasan secara berkelanjutan dalam

kaitannya dengan pengurangan konsentrasi CO2 di atmosfer.

4
5

Untuk menduga atau memperkirakan estimasi serapan dan stok karbon

mangrove dan pengaruh kerapatan terhadap penyerapan karbon terhadap jenis

mangrove Rhizophora mucronata dan Avicennia alba di Kawasan Konservasi

Mangrove Dusun Puntondo Kabupaten Takalar, maka perlu dilakukan penelitian

ini.

1.2 Rumusan Masalah


Kawasan Dusun Puntondo merupakan kawasan konservasi mangrove yang

masih dalam tahap perkembangan. Mangrove yang ada di kawasan tersebut,

memiliki kerapatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengkajian terhadap potensi mangrove khususnya dalam hal kemampuan

penyimpanan karbon. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik suatu

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kerapatan ekosistem mangrove yang terdapat di Kawasan

Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan

Mangarabombang Kabupaten Takalar?

2. Bagaimana nilai estimasi stok karbon pada jenis Rhizophora mucronata dan

Avicennia alba Di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa

Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar?

3. Bagaimana serapan karbon mangrove yang terdapat di Kawasan Konservasi

Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang

Kabupaten Takalar?

5
6

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian pada rumusan masalah, penelitian ini memiliki

beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kerapatan ekosistem mangrove yang terdapat di

Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan

Mangarabombang Kabupaten Takalar

2. Untuk mengetahui nilai estimasi stok karbon pada jenis Rhizophora mucronata

dan Avicennia alba Di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa

Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar

3. Untuk mengetahui serapan karbon mangrove yang terdapat di Kawasan

Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan

Mangarabombang Kabupaten Takalar

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini dapat menambah pengetahuan, memberikan

informasi dan wawasan belajar mengenai kemampuan dari jenis mangrove

Rhizophora mucronata dan Avicennia alba dalam menyerap karbon dengan

mengetahui kerapatan, serapan dan nilai estimasi stok karbon sehingga dapat

membantu dalam upaya mitigasi karbondioksida, upaya konservasi mangrove

dan memberikan pengaruh positif terhadap minimasi pemanasan global yang

terjadi seperti kenaikan muka air laut (sea level rise).

Adapun manfaat lain dari penelitian ini bagi masyarakat, dapat menambah

informasi dan masukan tentang estimasi serapan dan stok karbon tersimpan dari

jenis Rhizophora mucronata dan Avicennia alba di Kawasan Konservasi

6
7

Mangrove Dusun Puntondo sehingga masyarakat dapat menumbuhkan rasa cinta

akan pentingnya menjaga hutan serta lingkungan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biomassa
Biomassa merupakan keseluruhan berat atau volume organisme dalam

suatu kawasan atau volume tertentu. Biomassa juga disebut sebagai keseluruhan

jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan

menggunakan satuan ton berat kering per satuan luas. Biomassa inilah yang

merupakan keperluan makhluk di atas bumi melalui mata rantai antara manusia

dan binatang dalam proses kebutuhan CO2 yang diikat dan O2 yang dilepaskan

(Sutaryo, 2009)

Biomassa diartikan sebagai jumlah total bahan organik yang hidup

terdapat pada pohon dan dinyatakan dalam satuan berat kering per unit area,

misalnya ton/ha (Rahadian, 2019). Jumlah biomassa ditentukan oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah dimensi (diameter dan tinggi), kerapatan kayu, dan

kesuburan tanah. Jumlah biomassa pada hutan tersebut akan mempengaruhi

jumlah simpanan karbonnya (Rahadian, 2019). Perhitungan biomassa dapat

dilakukan melalui 4 cara yaitu :

1) Sampling melalui pemanenan (Destructive sampling) secara in situ. Metode ini

merupakan metode dengan memanen keseluruhan bagian tanaman terhitung

dari akarnya. Metode ini mulai dari memanen, mengeringkan hingga

menghitung berat biomassanya. Untuk menghitung biomassa hutan dengan

metode ini diperlukan pengulangan beberapa area sampel atau untuk

melakukan ekstrapolasi untuk area yang lebih luas dengan menggunakan

8
9

persamaan allometrik. Metode ini terhitung akurat tetapi memakan biaya yang

cukup mahal dan memakan waktu yang cukup lama.

2) Sampling tanpa pemanenan (Non destructive sampling) melalui data pendataan

hutan secara in situ. Metode ini merupakan metode melakukan perhitungan

biomassanya tanpa melakukan pemanenan atau merusak tanaman. Metode ini

dilakukan dengan menghitung diameter dan tinggi pohon dengan menggunakan

persamaan allometrik.

3) Perkiraan melalui penginderaan jauh. Metode ini merupakan metode yang

umumnya relatif mahal dan memerlukan keahlian tertentu dalam menggunakan

teknologi penginderaan jauh. Untuk mendapatkan hasil perkiraan biomassa

dengan tingkat keakuratan yang baik membutuhkan hasil penginderaan jauh

dengan resolusi tinggi.

4) Pembuatan model. Model digunakan pada perhitungan perkiraan biomassa

menggunakan frekuensi serta intensitas pengamat in situ atau penginderaan

jauh yang terbatas.

Gambar 1 Ilustrasi carbon pools pada pohon magrove yang terdiri atas
abovegraund, belowground, litter dan soil
Dalam perhitungan perkiraan biomassa dan simpanan karbon dalam
tegakan mangrove metode yang paling sering digunakan yaitu metode non

9
10

destructive, metode ini dipilih karena sifatnya yang tidak merusak ekositem
mangrove serta merupakan metode yang paling mudah (Rudianto, 2017).
2.2. Karbon
Karbon merupakan materi penyusun dasar seluruh senyawa

organik. Dalam siklus karbon, mekanisme timbal balik fotosintesis serta respirasi

seluler menyediakan suatu interaksi antara lingkungan atmosfer dan lingkungan

teristerial.Tumbuhan menangkap karbon dalam bentuk CO2 dari atmosfer

menggunakan stomata daunnya dan menyatukannya kedalam bahan organik

biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis (Neil, 2004).

Karbon dapat tersimpan dalam kantong karbon dalam rentang waktu yang

lama atau hanya sebentar. Jumlah CO2 di atmosfer akan bervariasi tergantung

periode. CO2 memiliki konsentrasi rendah saat periode panas di belahan Bumi

Utara dan tertinggi saat periode dingin. Kenaikan jumlah karbon yang tersimpan

dalam karbon pool mewakili jumlah karbon yang terserap dari atmosfer (Sutaryo,

2009) Manusia dan hewan di darat dan di laut, termasuk hewan- hewan kecil yang

disebut mikroorganisme, serta berbagai tumbuhan dan jamur menghasilkan CO2

(Suprianto, 2012).

Siklus karbon merupakan gambaran mekanisme karbon mengalir diantara

lingkungan makhluk hidup, materi anorganik serta atmosfer. Hutan, tanah, laut,

atmosfer menyimpan karbon yang bergerak secara dinamis dalam kantong karbon

aktif / active carbon pool (Sukirman, 2017). Siklus karbon dapat dilihat pada

gambar dibawah ini (Gambar 2.).

10
11

Gambar 2.Siklus karbon (C-cycle)

Berdasarkan Gambar 2. dapat diketahui bahwa konsentrasi CO2 di udara

bisa diminimasi oleh peran utama tumbuhan dengan kemampuan fotosintesisnya.

Pohon melakukan proses fotosintesis untuk menyerap karbondioksida di

atmosfer kemudian mengubahnya menjadi karbon organik (karbohidrat) dan

disimpan dalam bentuk biomassa dalam bagian tubuhnya seperti batang, daun,

akar, umbi buah, dan lain sebagainya (Sukirman, 2017). Banyak atau tidaknya

karbon organik yang terdapat tentu saja berpengaruh terhadap berjalannya rantai

makanan dan proses pertumbuhan serta merupakan sumber makanan bagi

organisasi moluska (Putra, 2019).

Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas proses kimiawi dalam

aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer dan air dari

tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan berakumulasi

menjadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon. Pada saat tumbuhan atau

satwa hutan mati, akan terjadi proses dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang

juga melepaskan CO2 ke atmosfer (Masripatin, 2008).

11
12

Beberapa senyawa-senyawa penting karbon adalah karbon dioksida (CO2 ),

karbon monoksida (CO), karbon disulfide (CS2 ), kloroform (CHC13 ), karbon

tetraklorida (CC14 ), metana (CH4 ), etilen (C2 H4 ) ,asetilen (C2 H2 ), benzene

(C6 H6 ), asam cuka (C3 COOH), dan turunan-turunannya.

Adapun kandungan karbon, stok atau cadangan karbon, dan serapan gas

CO2 sebagai berikut:

a. Kandungan karbon organik dihitung berdasarkan nilai % karbon yang

merupakan hasil pengukuran laboratorium pada msing_masing dengan satuan

gr/cm2 .

b. Stok atau cadangan karbon adalah persediaan karbon yang tersimpan yang

dihitung berdasarkan nilai kandungan karbon dan luas area penuh dengan

satuan ton/ha.

c. Serapan gas CO2 merupakan suatu substrat untuk menyerap CO2 dalam satuan

luas yaitu ton CO2 /ha.

Karbon pada tanaman akan terdistribusi menjadi dua bagian, yaitu karbon

yang akan menjadi energi untuk proses fisiologis tanaman dan karbon yang akan

masuk ke dalam struktur tumbuhan dan menjadi bagian dari tumbuhan (Rahadian,

2019).

2.3. Mangrove
Mangrove merupakan tumbuhan yang mampu bertahan hidup di daerah

pesisir pantai dengan dibawah kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh pasang

surut air laut dan berlumpur. Tumbuhan mangrove sebagai ekosistem pesisir

pantai memiliki beberapa peran penting yaitu sebagai fungsi fisik, hutan

12
13

mangrove berperan dalam melindungi pantai dari abrasi, menahan sedimen, dan

lain-lain. Sebagai fungsi kimia hutan mangrove mampu menyerap CO2 , pengolah

bahan-bahan limbah, dan lain-lain. Dan sebagai fungsi biologi berperan sebagai

kawasan asuhan atau tempat pemijahan, sumber plasma nutfah, dan lain-lain

(Rahim, 2017).

Suatu tempat mangrove dapat bergerak secara perlahan-lahan berubah

menjadi semidaratan karena adanya pembentukan tanah lumpur dan daratan

secara terus-menerus oleh tumbuhan. Mangrove adalah mata rantai yang berperan

penting sebagai pemeliharaan keseimbangan siklus biologi dalam suatu perairan

(Arief, 2003). Mangrove tidak atau sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan

berombak besar dengan arus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak

memungkinkan terjadi pengendapan substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan

mangrove (Puspitasari dan Rosidi, 2017).

Puspitasari dan Rosidi (2017) menjelaskan bahwa karakteristik hutan

mangrove secara umum sebagai berikut:

1. Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis substratnya berlumpur,

berlempung atau berpasir.

2. Daerahnya tergenai air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya

tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan

komposisi vegetasi hutan mangrove.

3. Menerima pasukan air tawar yang cukup dari darat.

4. Terlindungi dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air

bersalinitas payau (2-22/mil) hingga asin (mencapai 38/mil).

13
14

Ciri terpenting dari ekosistem mangrove terlepas dari habitatnya yang

unik yaitu memiliki pohon yang relatif sedikit, memiliki akar yang tidak beraturan

berdasarkan jenisnya seperti pada Rhizophora sp dengan akar seperti jangkar

melengkung dan menjulang, Pidada Sonneratia sp dan pada api-api Avicennia sp

dengan akar seperti akar yang mencuat seperti pensil, memiliki biji (propagul)

yang sifatnya vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya serta mempunyai

banyak lentisel yang terdapat pada kulit pohonnya (Nurkin, 2019).

2.4. Kerapatan Mangrove


Kerapatan merupakan suatu yang di dasarkan oleh volume, luas pada

bidang dan jumlah batang per hektar yang diketahui melalui suatu pengukuran

yang relevan. Kerapatan mangrove telah ditetapakan pada keputusan materi

lingkungan hidup No. 201 Tahun 2004 tentang kreteria buku dan pedoman

penentuan kerusakan mangrove (Kartika et al, 2018). Seperti pada tabel kriteria

kerapatan mangrove (Usman dan Hamzah, 2013).

Tabel 1.Kriteria Kerapatan Mangrove

Kriteria Penutupan Kerapatan Pohon/ha


Sangat Padat ≥َ75َ ≥َ1500
Sedang ≥َ50َ-< 75 ≥َ1000َ- < 1500
Jarang < 50 < 1000

Sumber : KepMenLH no 201 th 2004


Kriteria
1. Sangat Padat : apabila terdapat >1.500 pohon per hektar
2. Sedang : apabila terdapat 1.000 < μ < 1.500 pohon per hektar
3. Jarang : apabila terdapat < 1.000 pohon per hektar
Kerapatan jenis merupakan jumlah tegakan satu jenis dalam suatu satuan

luas daerah. Sedangkan kerapatan relatif adalah perbandingan antara jumlah

14
15

tegakan dari suatu jenis dan jumlah total jumlah tegakan jenis di suatu kawasan

mangrove (Kartika et al, 2018).

2.5. Persamaan Alometrik Biomassa Hutan Mangrove


Model Alometrik digunakan untuk pendugaan biomassa pohon dan

tegakan hutan sebagai dasar perhitungan stok karbon dan penentuan faktor emisi

gas rumah kaca, terutama karbon dioksida CO2 dari sektor berbasis lahan.

Persamaan alometrik meningkatkan akurasi pendugaan karbon dan memudahkan

proses pelaksanaan inventarisasi hutan.

Persamaan alometrik umum untuk biomassa atas (Above Ground Weight)

pada seluruh jenis mangrove telah dikembangkan oleh Komiyama (2005):

𝑊𝑡𝑜𝑝 = 0.251𝜌𝐷 2.46


Keterangan
Wtop = Biomassa atas (kg/m2 )
ρ = Berat jenis tumbuhan (g/cm3 )
D = Diameter (cm)
Metode alometrik ini dilakukan dengan cara mengukur diameter batang

pohon setinggi dada (diameter at breast height, DBH). Kemudian, DBH

digunakan sebagai variabel bebas dari persamaan alometrik yang menghubungkan

biomassa sebagai variabel terikat. Metode ini telah banyak diaplikasikan untuk

estimasi stok karbon pada berbagai tipe vegetasi di Indonesia (Hairiah et al., 2001;

Noordwijk et al., 2002; Roshetko et al., 2002).

15
16

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2022 – Januari

2023. Berlokasi di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa

Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.

Analisa sampel serapan dan stok karbon telah dilakukan di Laboratorium Kimia

dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Peta lokasi

penelitian dapat di lihat pada gambar di bawah ini (Gambar 3.1).

Gambar 3.Peta Lokasi Penelitian


3.2. Alat dan Bahan
Beberapa peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam perhitungan

estimasi serapan dan stok karbon diantaranya tersaji dalam tabel berikut:

16
17

Tabel 2.Peralatan yang dibutuhkan dalam Kegiatan Pengambilan Sampel.

NO. ALAT FUNGSI

Untuk mengukur panjang tali rafia dan


1. Roll Meter
pengukuran garis transek
Untuk menunjukkan lokasi sampling
dengan mengacu pada posisi koordinat
GPS (Global
tegakan yang digunakan sebagai bagian
2. Positioning System) /
dari sampling. Koordinat yang diperoleh
Aplikasi Google Earth
disimpan sebagai bagian dari konsep
monitoring jika diperlukan.
Plastik Klip Ziplock/ Untuk menyimpan sampel yang diambil
3.
Kantong Sampel dari lapangan.
Tali Rapia/ Tali Ukur Untuk batas daerah pengambilan sampel
4. (Plot transek berukuran dan untuk mengukur lingkar batang
10 x 10 m) pohon mangrove
5. Alat Tulis Untuk mencatat data penelitian lapangan.
6. Camera Handphone Untuk dokumentasi kegiatan.
Gergaji tangan digunakan untuk
memotong sebagian kecil batang dan
7. Gergaji Tangan akar untuk di-collecting dan dikonversi
dengan
prediksi kondisi di lapangan.
Berat daun dan juga dahan sampling
8. Timbangan
ditimbang menggunakan alat ini

Bahan yang digunakan dalam penelititan ini dapat dilihat pada (table 3) sebagai
berikut:
Tabel 3.Bahan yang digunakan dalam penelitian.

NO. BAHAN FUNGSI

1. Kertas Untuk mencatat data.


Untuk memberikan label pada kantong
2. Lakban
sampel

3.3. Jenis dan Sumber Data


Jenis dan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang dibuat oleh penulis dengan maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan

17
18

sendiri oleh penulis langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan.
2. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dari sumber lain yang
telah ada.
Tabel 4. Jenis dan Sumber Data.

No. Jenis Data Sumber Data


1. Data Primer a. Observasi lapangan
b. Dokumentasi di lapangan
c. Data sampel akar, batang, dan daun
mangrove hasil laboratorium
d. Data pengambilan parameter kualitas air
di lapangan.

2. Data Sekunder a. Jurnal Terdahulu


b. E-Book
c. Situs
d. Skripsi, dll.

3.4. Prosedur Penelitian


3.4.1 Tingkat Kerapatan Ekosistem Mangrove
a. Pembuatan Petak Ukur (Plot)

Penentuan plot dilakukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan pada

tiga tingkat kerapatan tajuk. Metode yang digunakan adalah purposive sampling

yang dibagi menjadi 3 plot berukuran 10 m × 10 dimana jarak antar plot ± 15

meter dari arah darat ke laut. Berikut bentuk plot untuk pengambilan contoh pada

Skema di Bawah ini.

50 m
4
10 m Plot 3 Plot 2 Plot 1
35 m

10 m

18
19

Tingkat kerapatan diukur dengan menghitung terlebih dahulu jumlah

individu jenis yang terdapat pada ketiga plot dan mencatat nilainya.

3.4.2. Estimasi Serapan Karbon


a. Teknis Pengukuran Batang Utama

- Mengidentifikasi nama jenis pohon. Kegiatan ini diperlukan karena data dari

masing-masing pohon yang berbeda jenis akan memberikan informasi

kemampuannya dalam menjerap karbon,

- Selanjutnya dilakukan pengukuran diameter setinggi dada (DBH ~ diameter

breast high), dan jika diperlukan, melakukan prediksi ketinggian pada setiap

individu pohon mangrove yang di sampling. Terkait dengan hal ini, maka teknis

pengukuran DBH mengikuti SNI 7724 tahun 2011, sebagai berikut:

19
20

Gambar 4.Teknis pengukuran diameter setinggi dada (DBH) pada berbagai


kondisi batang pohon maupun elevasi yang berbeda-beda
(sumber : SNI 7724;2011)
- Batang utama juga perlu diprediksi tingginya, sehingga biomassa basahnya bisa

diprediksi juga melalui konversi dari sub sampling cabang atau ranting (yang

akan dijelaskan kemudian). Untuk itulah, terkadang tinggi tegakan perlu

dihitung juga.

- Sebelum melakukan pengukuran seluruh tegakan pohon dalam plot, maka perlu

disepakati posisi pohon yang dianggap masuk batas didalam plot ataupun diluar

plot, seperti gambar dibawah ini:

Gambar 5. Pengukuran pohon


Gambar Tersebut Prediksi posisi tegakan pohon dilihat dari atas dan

penentuan tegakan yang dianggap didalam plot dan diluar plot ; tegakan no 1-4

secara absolut dianggap didalam plot, tegakan no 5 dianggap diluar plot karena

20
21

sebagian besar biomassa ada di luar plot, tegakan no 6 + 7 sudah jelas diluar

sehingga tidak dihitung. Sementara tegakan no 8 + 9 dianggap masuk didalam

plot karena sebagian atau separuh dari biomassanya berada didalam plot ; catatan

= untuk kegiatan ini hanya diambil satu individu dari satu jenis untuk setiap plot

dan transek.

a. Teknis Pengukuran Daun

Daun adalah bagian dari aboveground yang jelas terlihat dan mudah untuk

dikenali. Untuk mengetahui biomassa daun secara keseluruhan, maka sampling

dilakukan dengan hanya mengambil sub sampel daun dengan prediksi ukuran

yang relatif sama. Jika tidak sama, maka kita bisa membaginya menjadi ukuran

kecil dan ukuran besar.

1) Ambillah sehelai daun yang mempunyai ukuran rerata di tegakan pohon

tersebut sebagai sub sampel,

2) Jika memang terdapat perbedaan yang cukup signifikan terkait panjang dan

lebar antar daun, maka bisa dilakukan pengambilan sub sampel daun dengan

ukuran besar dan ukuran kecil,

3) Langkah selanjutnya adalah memprediksi jumlah daun pada setiap ranting

cabang, dengan begitu jumlah satuan daun bisa diprediksi dari total panjang

ranting / cabang,

4) Seperti halnya ranting dan cabang, maka daun perlu untuk ditimbang biomassa

basahnya, untuk kemudian dimasukkan kedalam oven selama 2-3 hari untuk

diketahui biomassa keringnya dengan berat 0,5 gram.

21
22

Gambar 6. Pengukuran Daun

b. Teknis Pengukuran Akar

Dengan melakukan pemotongan sebagian kecil dari akar utama ataupun

akar cabang dan melakukan prediksi konversi dengan menghitung prediksi jumlah

akar utama dan akar cabang yang terlihat di permukaan.

a. Surveyor melakukan pemotongan bagian akar utama dan akar cabang dengan

menggunakan gergaji tangan sepanjang sentimeter tertentu, dengan asumsi tidak

akan menyebabkan kematian pada pohon terkait. Akar utama merupakan

akar yang akan terus tumbuh panjang dan membesar sedangkan akar cabang

merupakan akar yang tidak tumbuh dari bagian batang, namun tumbuh

dari akar pokok. Akar cabang yang terbentuk akan tumbuh ke arah luar,

b. Potongan akar utama dan akar cabang diukur panjang dan juga diameternya,

serta biomassa basahnya yang untuk selanjutnya akan dilakukan pengovenan di

laboratorium untuk diketahui biomassa keringnya dengan berat 0,5 gram,

22
23

c. Jumlah akar utama dan akar cabang yang berada di permukaan dihitung untuk

digunakan sebagai data dasar agar bisa dikonversi total biomassa basah dan

biomassa keringnya, data inilah yang akan digunakan dalam teknis perhitungan

Stok Karbon.

Menurut SNI 7724:2011 satuan untuk perhitungan simpanan karbon

adalah ton per hektar (ton/ha). Maka dari itu konversi simpanan karbon adalah

sebagai berikut:

Simpanan Karbon (ton/ha) = Biomassa (kg/ 𝑚2 ) x 10

3.4.3. Estimasi Stok Karbon


a. Metode Pengukuran Biomassa Pohon

Aboveground atau Biomassa Bagian Atas atau Biomassa atas permukaan, dan

parameter yang digunakan adalah daun, ranting, cabang dan juga batang utama.

Bagian bagian inilah yang memberikan kontribusi besar pada perhitungan

biomassa dan stok karbon di hutan primer (daratan). Seluruh data dari ke-empat

tersebut akan menjadi data aboveground dan kemudian dianalisis lanjut untuk

diperoleh prediksi kandungan karbon yang disimpan.

Estimasi biomassa pohon dilakukan dengan metode sampling tanpa pemanenan

(non-destructive), dengan mengukur semua diameter at breast height (DBH)

tinggi 1.3 m mangrove, kemudian dilakukan perhitungan dengan model allometrik

untuk menduga potensi biomassa dan simpanan karbonnya. Metode alometrik ini

dilakukan dengan cara mengukur diameter batang pohon setinggi dada (diameter

at breast height, DBH). Kemudian, DBH digunakan sebagai variabel bebas dari

persamaan alometrik yang menghubungkan biomassa sebagai variabel terikat.

23
24

Pengukuran biomassa pada pohon dengan metode DBH dilakukan pada setiap plot

dan kemudian hasil data pengukurannya dimasukkan ke dalam persamaan

allometrik pada setiap jenisnya. Berikut persamaan allometrik dari jenis – jenis

mangrove yang berbeda:

Rhizophora mucronata B = 0,128(𝐷)2.60 (Fromardet al., 1998)

Avicennia alba B = 0,079211 (𝐷)2,470895 (Sutaryo, 2009)

3.5. Analisis Data


3.5.1. Tingkat Kerapatan Ekosistem Mangrove
a. Analisis Kerapatan Jenis Mangrove

Kerapatan jenis (Di) adalah jumlah tegakan jenis ke - dalam suatu unit area.

Untuk mengetahui kerapatan jenis mangrove dengan menggunakan rumus.

(English et al, 2994):

𝑁𝑖
Di =
A
Keterangan:
Di: Kerapatan jenis ke - i (ind/m2 )
Ni: Jumlah total individu dari jenis ke - i (ind)
A: Luas area total pengambilan contoh (m2 ).

Tabel 5.Kriteria Baku Kerusakan Mangrove.

Kriteria Kerapatan (pohon/ha)


Baik Sangat Padat ≥1.500
Sedang Sedang ≥ 1.000 <1.500
Rusak Jarang < 1.000
Sumber: (Kepmen LH No. 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman
Penentuan Kerusakan Mangrove)
b. Analisis Kerapatan Relatif Jenis (%)

24
25

Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antar jumlah tegakan jenis

ke-i (Ni) dan total tegakan seluruh jenis (n) (English et al, 1994):

𝑁𝑖
RDi = × 100 %
n

Keterangan:

RDi : Kerapatan relatif jenis (%)

Ni : Kerapatan spesies ke-i (ind)

n : Jumlah total kerapatan seluruh jenis (ind)

3.5.2 Estimasi Biomassa Pohon


a.Menghitung Nilai Biomassa Batang

Untuk menghitung nilai biomassa batang menggunakan rumus sebagai berikut

(Komiyama et al, 2008)

BK = 0,251 × ρ × D2,46

Keterangan:
ρ : Berat Jenis Kayu
D : Diameter pohon (1,3 m dari permukaan tanah atau di atas banir)

b. Menghitung Nilai Biomassa (akar)

Untuk menghitung nilai biomassa (akar) menggunakan rumus sebagai berikut

(Komiyama, 2008)

BK = 0,199 × ρ 0,899 × D2,22

Keterangan:
ρ : Berat Jenis Kayu (Rhizophora mucronata 0,92)
D : Diameter pohon (1,3 m dari permukaan tanah atau di atas banir)

c. Menghitung Biomassa Total

25
26

Untuk menghitung biomassa total digunakan rumus sebagai berikut


(Pamudji, 2011
B total (Biomassa Pohon) = BAP (Batang) + BBP (Akar)
Untuk menghitung total biomassa dari semua pohon yang ada pada suatu
lahan menurut Hairiah et al., (2011):

Total Biomassa Semua Pohon = B1 + B2 + B3 + ⋯ + B𝑛

Keterangan:

B1 : Biomassa pohon satu

B2 : Biomassa pohon dua

3.5.3 Analisis Stok Karbon


Untuk mengetahui C-Organik pada sampel mangrove Rhizophora
mucronata dan Avicennia alba yang dilakukan di laboratorium menggunakan
beberapa tahapan sebagai berikut (Horwitz, 2000).
a. Timbang teliti 0,0500 – 0,1000 g contoh sampel mangrove yang telah
dihaluskan ke dalam labu takar volume 100 ml.
b. Tambahkan berturut-turut 5 ml larutan K2Cr2O7 2 N, kocok, dan 7 ml H2SO4
pa. 98%, kocok lagi, biarkan 30 menit jika perlu sekali-kali dikocok.
c. Untuk standar yang mengandung 250 ppm C, pipet 5 ml larutan standar 5000
ppm C kedalam labu takar volume 100 ml, tambahkan 5 ml H2SO4 dan 7 ml
larutan K2Cr2O7 2 N dengan pengerjaan seperti di atas.
d. Kerjakan pula blanko yang digunakan sebagai standar 0 ppm C. Masing-masing
diencerkan dengan air bebas ion dan setelah dingin volume ditepatkan hingga
tanda tera 100 ml, kocok bolak-balik hingga homogen dan biarkan semalam.
Esoknya diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 651 nm.
e. Untuk menghitung kadar C-Organik pada sampel-sampel mangrove Rhizophora
mucronata dan Avicennia alba menggunakan rumus sebagai berikut (Horwitz,
2000).
Kadar C-organik ( % ) = ppm kurva x100/ mg contoh x fk

26
27

Keterangan :
ppm kurva : kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan
antar kadar deret standar dengan pembacaannya setelah
dikurangi blanko.
fk : faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)
Kadar bahan organik (%) : 100/58 x kadar C-org (%) 100 /58 adalah
faktor Van Bemmelen
Untuk mengetahui stok karbon pada tegakan pohon mangrove dapat
dilaukan dengan mengkonversi data biomassa yang didapatkan dari lapangan ke
dalam rumus pengukuran/perkiraan kandungan karbon. Rumus penghitungan
karbon pada mangrove mengacu pada rumus Badan Standar nasional (2011) yaitu:

Kc = B x %C Organik
Keterangan :
Kc : kandungan karbon dari biomassa mangrove (kg)
B : Total Biomassa (kg)
% C Organik : Nilai presentasi kandungan karbon, sebesar 0,47 atau
menggunakan nilai persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran
dilaboratorium

3.5.4 Serapan Gas Karbon dioksida (𝐂𝐎𝟐 )


Menggunakan rumus yang mengacu pada Bismark et al. (2008) dalam
Oktaviana et al. (2017) yaitu:

MrCO2
S CO2 = × Kc
Ar C
Keterangan:
S CO2 : Serapan gas karbon dioksida (kg/m2 )
Mr CO2 : Berat molekul relatif (44)
Ar C : Massa atom relatif (12)
Kc : Kandungan karbon (kg/m2 )

27
28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Kabupaten Takalar sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan yang memiliki wilayah pesisir yang cukup luas sehingga merupakan salah
satu penyumbang potensi perikanan dan kelautan terbesar di Sulawesi Selatan.
Fitrianti (2014) menerangkan bahwa Kabupaten Takalar dengan luas wilayah
566,51 km2 dimana 240,88 km2 merupakan wilayah pesisir dengan panjang garis
pantai sekitar 74 km. Salah satu wilayah pesisir yang cukup strategis di
Kabupaten Takalar adalah wilayah pesisir Dusun Puntondo. Wilayah pesisir ini
memiliki sumberdaya yang cukup luas dan potensial untuk dikembangkan antara
lain konservasi, penangkapan ikan, budidaya rumput laut, transplantasi karang,
wisata pantai (snorkling) . Selain itu wilayah pesisir Puntondo juga terdapat 3
ekosistem yakni ekosistem hutan mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem
padang lamun (Sutanto, 2009).
Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo ini biasanya bentuk
pengelolaan potensi pariwisata yang ada menggunakan bentuk pengelolaan
pariwisata berbasis masyarakat, yaitu masyarakat berperan penuh sebagai
perencana, investor, pelaksana, pengelola, pemantau maupun evaluator dalam
pengelolaan pariwisata. Konsep ini tidak akan berjalan baik tanpa keselarasan
antara pemerintah dan swasta (investor) maka dari itu yang di sebut stakeholder.
Masyarakat Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo bergerak dan
fokus pada pendidikan lingkungan hidup dengan latar belakang rasa kepedulian,
pada kerusakan lingkungan pesisir dan perairan pantai. Oleh sebab itu di lokasi
tersebut tidak diperkenankan untuk merusak, menangkap, apalagi membunuh
ekosistem laut di sekitarnya (Asmidar, 2011).

28
29

Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat jenis-jenis mangrove yang di


temukan di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo di antaranya:
1. Rhizophora mucronata
Rhizophora mucronata merupakan jenis mangrove paling banyak terdapat di
Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo sehingga mudah dan bisa
dibudidayakan dengan tujuan konservasi karena kemampuannya yang bisa terus
hidup di daerah yang tergenang air laut sepanjang waktu. Oleh karena itu,
inventarisasi biomassa spesies mangrove Rhizophora mucronata sangat
diperlukan untuk mengetahui perubahan cadangan karbon dan kemampuan
vegetasi dalam menyerap karbon yang merupakan salah satu komponen
lingkungan yang sangat penting dalam upaya mitigasi terhadap perubahan iklim.
Klasifikasi dari Rhizophora mucronata adalah sebagai berikut (Yunasfi, 2013)

Kingdom : Plantae
Division : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Rhizhoporales
Family : Rhizhoporaceae
Genus : Rhizhopora
Species : Rhizophora mucronata

2. Avicennia alba
Avicennia alba merupakan jenis pionir pada habitat rawa dan mangrove di
lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang
pinggiran sungai yang masih dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis
pantai. Mangrove ini ciri-ciri bentuknya memiliki akar nafas, kulit kayu luar
berwarna keabu-abuan atau gelap kecokelatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil,
sementara yang lain kadang memiliki permukaan yang halus.
Klasifikasi dari Avicennia alba adalah sebagai berikut: (Yunasfi, 2013)
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta

29
30

Class : Magnoliopsida
Order : Scrophulariales
Family : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Species : Avicennia alba

4.2. Tingkat Kerapatan Ekosistem Mangrove yang Terdapat di Kawasan


Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar
Vegetasi mangrove yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri atas 2
spesies, yaitu: Rhizophora mucronata dan Avicennia alba. Kerapatan mangrove
merupakan salah satu analisa yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya
nilai biomassa dan pendugaan stok karbon pada mangrove. Tegakan yang makin
rapat jarak tanamnya akan mempengaruhi jumlah biomassa yang semakin besar,
begitupun dengan kandungan karbon dan serapan CO2 (Tresnawan, 2002).
Adapun jenis dan jumlah individu mangrove yang ditemukan pada setiap
plot dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6.Jumlah Individu Mangrove yang Ditemukan di Kawasan Konservasi
Mangrove Dusun Puntondo

Jumlah Individu
Stasiun 1 Stasiun 2
Jenis
Plot I Plot II Plot III Plot I Plot II Plot III
Rhizophora mucronate 20 5 24 14 25 23
Avicennia alba 6 5 6 0 0 0
Jenis Rhizophora mucronata banyak ditemukan di Kawasan Konservasi
Mangrove Dusun Puntondo karena jenis ini merupakan jenis mangrove yang
pertumbuhannya toleran terhadap kondisi lingkungan dan dapat menyebar luas
dan dapat tumbuh tegak pada berbagai tempat. Adapun hasil perhitungan tingkat
kerapatan jenis mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo
dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

30
31

Tabel 7.Kerapatan Jenis Mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun


Puntondo.
KERAPATAN JENIS (ind/ha)
Stasiun 1 Total Pohon / 3 (Ni) Di
Plot I 26 2200
Plot 2 10
Plot 3 30
Rata-rata 22
Stasiun 2 Total Pohon / 3 (Ni) Di
Plot I 14 2000
Plot 2 25
Plot 3 23
Rata-rata 20
Keterangan:
Di : Kerapatan Jenis Pohon per ha
Area Luasan : 100
Berdasarkan Tabel 7. Stasiun 1 memiliki kerapatan yang lebih tinggi
dibandingkan stasiun lainnya dan tergolong sangat padat berkriteria baik dengan
merujuk pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004
bahwa kriteria baku mutu kerapatan mangrove, kerapatan sangat padat ≥ 1.500
ind/ha, sedang ≥ 1.000 - 1.500 ind/ha dan jarang < 1.000 ind/ha.
Adapun grafik kerapatan pada tiap stasiun (ind/ha) dapat dilihat pada
gambar dibawah ini ( Gambar 7.).
2500

2000

1500
Grafik kerapatan pada tiap
1000 stasiun

500

0
Stasiun 1 Stasiun 2

Gambar 7.Kerapatan Pada Stasiun 1 dan Stasiun 2

31
32

Berdasarkan Gambar 4.1 bahwa semakin ke arah laut maka semakin tinggi
kerapatan mangrovenya dan semakin kearah darat maka semakin rendah
kerapatan mangrovenya. Tempat tumbuh yang ideal bagi mangrove adalah di
sekitar pantai yang lebar muara sungainya, delta, dan tempat yang arus sungainya
banyak.
4.3. Analisis Nilai Estimasi Stok Karbon Pada Jenis Rhizophora mucronata
dan Avicennia alba Di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa
Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar
Hasil pengolahan data biomassa total pada bagian-bagian mangrove jenis
Rhizophora mucronata dan Avicennia alba dari sampel hidup yang di dapat dari
Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo dapat dilihat pada Tabel berikut
(Tabel 8.)
Tabel 8.Biomassa total pada mangrove jenis Rhizophora mucronata dan
Avicennia alba

Biomassa Total (kg)


Stasiun 1 Rhizophora mucronate 1,212.4
Avicennia alba 1,012.75
Stasiun 2 Rhizophora mucronate 2,727.83
Avicennia alba -
Biomassa mangrove di Stasiun II lebih besar dari pada stasiun yang lainnya .
Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa biomassa mangrove antar stasiun
berbeda nyata. Nilai biomassa yang telah diperoleh dapat menunjukkan berapa
banyak stok karbon yang tersedia atau tersimpan pada suatu tegakan. Adapun
kandungan C-Organik pada bagian mangrove jenis Rhizophora mucronata dan
Avicennia alba dapat dilihat pada Tabel 10.

32
33

Tabel 9.Kandungan C-Organik pada bagian pohon Rhizophora Mucronata dan


Avicennia alba

Jenis C-Organik Per Bagian (%)


Daun Batang Akar
Stasiun 1
Rhizophora mucronate 33.5 30.41 31.4
Avicennia alba 34.19 25.7 31.13
Stasiun 2
Rhizophora mucronate 29.84 25.85 27.99
Dengan menggunakan rumus Badan Standar nasional (2011), maka dapat
dilakukan penghitungan untuk mendapat nilai sediaan atau stok karbon pada
biomassa mangrove. Di bawah ini adalah hasil dari penghitungan sediaan/stok
karbon dari sampel-sampel biomassa mangrove yang didapatkan di Kawasan
Konservasi Mangrove Dusun Puntondo.
Tabel 10.Kandungan karbon dari biomassa mangrove jenis Rhizophora
Mucronata dan Avicennia Alba.
Jenis Stasiun Kandungan Karbon per pohon Total Stok
(kg) Karbon
(ton/ha)
Rhizophora 1 0.038 37.24
mucronate
Avicennia alba 1 0.03 11.22
Rhizophora 2 0.076 103.66
mucronate
Avicennia alba 2 - -

Keterangan:

Kandungan karbon per pohon : Biomassa total x C-Organik


Total stok karbon : Kandungan karbon per pohon x Jumlah pohon
tiap stasiun x Luas area kawasan konservasi dusun puntondo
(22 hektar)
Guna mempermudah untuk pengamatan dan pembandingan nilai sediaan
karbon pada mangrove Rhizophora mucronata dan Avicennia alba pada tiap
stasiunnya, maka hasil penghitungan divisualisasikan dalam bentuk diagram
(Gambar 7..)

33
34

0,08

0,07

0,06

0,05

0,04 Rhizophora
mucronata
0,03
Avicennia alba
0,02

0,01

0
Stasiun 1 Stasiun 2
Gambar 8.Perbandingan nilai sediaan karbon pada mangrove Rhizohora
Mucronata dan Avicennia Alba pada tiap stasiunnya
4.4 Analisis Serapan Karbon Mangrove Yang Terdapat di Kawasan
Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar
Serapan CO2 juga memiliki hubungan yang positif antara jumlah total
individu dengan kandungan karbon biomassa. Jadi, serapan gas CO2 akan besar
apabila total biomassa yang ada juga besar sehingga kandungan karbon juga ikut
besar dan begitu pula sebaliknya.
Cara mengetahui jumlah serapan karbon pada biomassa mangrove yang
telah diperoleh yakni dengan nilai Stok atau sediaan karbon yang telah dihitung
sebelumnya, di masukkan kedalam rumus rumus Bismark et.al. (2008). Hasil
perhitungan serapan karbondioksida pada masing-masing sampel mangrove jenis
Rhizophora mucronata dan Avicennia alba secara sederhana dapat dilihat pada
tabel 12.

34
35

Tabel 11.Serapan Karbondioksida pada sampel mangrove jenis Rhizophora


Mucronata dan Avicennia Alba.

Jenis Stasiun Serapan Karbondioksida


(ton CO2 /ha)
Rhizophora mucronate 1 13,654
Avicennia alba 1 4,114
Rhizophora mucronate 2 38,008
Avicennia alba 2 -
Besarnya jumlah karbon dalam suatu tanaman dapat menggambarkan seberapa
banyak tanaman dapat mengikat CO2 dari udara. Setiap karbon yang diserap dari
udara tidak seluruhnya menjadi oksigen, tetapi sebagian karbon akan menjadi
energi untuk proses fisiologi tanaman dan sebagian lagi masuk kedalam struktur
tumbuhan dan menjadi bagian dari tumbuhan, misalnya selulosa yang tersimpan
pada batang, akar, ranting dan daun (Hilmi, 2003). Stomata yang terdapat pada
daun juga berfungsi sebagai penyerap CO2 dari udara dan mengeluarkan O2 yang
selanjutnya dihirup oleh semua makhluk hidup terutama manusia.

35
36

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa:
a. Tingkat kerapatan ekosistem mangrove yang terdapat di Kawasan Konservasi
Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang
Kabupaten Takalar tergolong sedang hingga padat. Stasiun I mempunyai
kerapatan yang lebih tinggi mempunyai potensi stok karbon mangrove, stok
karbon dan serapan CO2 yang lebih tinggi dari Stasiun II.
b. Hasil rata-rata stok karbon mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun
Puntondo Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar yaitu
sebesar 70.45 ton/ha untuk mangrove Rhizophora mucronata dan 11.22 ton/ha
untuk mangrove Avicennia alba.
c.Untuk serapan CO2 didapatkan hasil rata-rata sebesar 25,831 ton CO2 /ha untuk
mangrove Rhizophora mucronata dan 4,114 ton CO2 /ha untuk mangrove
Avicennia alba. Kerapatan tegakan mangrove sangat mempengaruhi biomassa,
stok karbon mangrove dan serapan CO2 serta memiliki hubungan yang sangat
kuat.
5.2 Saran
Peneliti berharap adanya penelitian lebih lanjut mengenai potensi-potensi
serapan dan stok karbon pada setiap jenis mangrove lainnya yang terdapat di
Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo Desa Laikang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar.

36
37

DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, F. (2020). Estimasi Serapan Karbon Pada Hutan Mangrove Desa


Bedono, Demak, Jawa Tengah. JFMR-Journal of Fisheries and Marine
Research, 4(2), 308–315.

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Badan Standar Nasional. (2011). Pengukuran dan Penghitungan Cadangan


Karbon– Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon
Hutan (ground based forest carbon accounting). SNI 7724:2011.

Bismark, M., N.M. Heriyanto, dan S. Iskandar. (2008). Biomassa dan


Kandungan pada Hutan Produksi di Cagar Biosfer Pulau Siberut, Sumatera
Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5(5): 397-407.

Brown S. (1997). Estimating Biomassa dan Biomassa Change for Tropical


Forest, a Primer. Rome: FAO Forestry Paper 134, FAO.

Donato, D. C. Kauffman, J. B. Murdiyarso, D. Kurnianto, S. & Stidham, M.


(2012). Mangrove adalah salah satu hutan terkaya karbon di kawasan
tropis, (12).

Hamid, Nur. 2013. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi


Masyarakat Dalam Pelestarian Mangrove Di Kelurahan Wonorejo
Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi

Heriyanto, N. M dan Subiandono, E. (2012). Komposisi dan Struktur Tegakan,


Biomassa, dan Potensi Kandungan Karbon Hutan Mangrove di Taman
Nasional Alas Purwo. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9
(1): 23-32.

Horwitz, William (Ed.). 2000. Official Methods of Analysis of AOAC


International. 17th edition, Volume I, Agricultural Chemicals,
Contaminants, Drugs. AOAC International, Maryland USA. SNI 19-7030-
2004.

Kartika et al., „KEANEKARAGAMAN JENIS MANGROVE DI UPT KPHP


BULUNGAN UNIT VIII KALIMANTAN UTARA ( Mangrove Diversity
in Production Forest Management Unit ( FMU ) Bulungan Unit VIII North
Kalimantan )‟, 23.3 (2018), 253–61

37
38

Kauffman, J. B., Heider, C., Cole, T. G., Dwire, K. A., & Donato, D. C. 2011.
Ecosystem carbon stocks of micronesian mangrove forests. Wetlands,
31(2), 343–352.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor: 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman
Penentuan Kerusakan Mangrove. Kementerian Lingkungan Hidup.
Jakarta.

Kusuma, J. A. 2021. Pentingnya Penguatan Aspek Penyadartahuan Mitigasi


Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim di Masyarakat Pesisir di
Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT. Direktorat Pendayagunaan
Pesisir dan Pulau Pulau Kecil. Kementerian Kelautan Dan Perikanan.
Jakarta

Mcleod. 2011. Blue Carbon Menuju Pemahaman Yang Lebih Baik Tentang
Peran Habitat Pantai Yang Bervegetasi Dalam Menyerap CO2.
Washington Paper.

Putra, H. A. 2019. Hubungan Kandungan C-Organik dalam Substrat dan


Keanekaragaman Makrozoobentos di Kawasan Mangrove Percut Sei Tuan
Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara

Rahadian A. 2019. Model Spasial Pendugaan Biomassa dan Karbon Mangrove


di Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rahim. 2017. Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Deepublish.

Sahami, F. 2018. Penilaian Kondisi Mangrove Berdasarkan Tingkat Kerapatan


Jenis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6 (2): 39-40.

Suprianto, T & A. Solihat. 2012. Siklus Karbon dan Hutan. Palu. PT. Komodo
Books.

Sutaryo, Dandun. 2009. PENGHITUNGAN BIOMASSA ; Sebuah pengantar


untuk studi karbon dan perdagangan karbon. Wetlands International
Indonesia Programme. 39 hal.

Usman, Laila, Syamsuddin, and Sri Nuryatin Hamzah, „Analisis Vegetasi


Mangrove Di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo
Utara‟, Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 1.1 (2013), 11–17

Wijayanti, T. 2007. Konservasi Hutan Mangrove sebagai Wisata Pendidikan.


Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 1 Edisi Khusus.

38
39

Yunasfi, dkk, Jenis-Jenis Flora di Ekosistem Mangrove, (Medan: Program Studi


Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2013), h. 55.

Tresnawan, H., U. Rosalina, 2002. Pendugaan biomassa di atas tanah di


ekosistem hutan primer dan hutan bekas tebangan (studi kasus Hutan Dusun
Aro, Jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 7(1), pp. 15-29.

39
40

Lampiran 1. Dokumentasi Pengambilan Sampel Mangrove Rhizophora mucronata


dan Avicennia alba di Kawasan Konservasi Mangrove Dusun
Puntondo Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten
Takalar
1.Pemasangan plot dengan menggunakan tali rapia di tiap stasiun

2.Pengambilan sampel bagian daun, batang dan akar pada mangrove Rhizophora
mucronata dan Avicennia alba

40
41

3. Pengukuran diameter batang dan akar mangrove Rhizophora mucronata dan


Avicennia alba di tiap stasiun.

4. Sebelum dibawa ke laboratorium untuk dianalisis, sampel mangrove


Rhizophora mucronata dan Avicennia alba di keringkan dan ditimbang terlebih
dahulu

41
42

Lampiran 2. Hasil Analisis Sampel C-Organik Mangrove Rhizophora mucronata


dan Avicennia alba pada Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Puntondo

42
43

Lampiran 3. Model Pengolahan Data Penelitian


1.Menghitung Kerapatan

2. Menghitung Biomassa Total

3. Menghitung Nilai Estimasi Stok Karbon

43
44

4. Menghitung Serapan Gas CO2 (kg/m^2)

5. Mengitung Serapan Gas CO2 (ton CO2/ha)

44

Anda mungkin juga menyukai