SKRIPSI
Oleh :
Riska Adriana
ABSTRAK
Kata Kunci: Escherihia coli, musim kemarau dan musim hujan, Pantai Kota
Makassar
iii
ABSTRACT
Riska Adriana. The existence of Escherichia coli bacteria in tanjung bayang and
akkarena coastal tourist area Makassar city. Guided by Arniati Massinai as the
main adviser and Shinta Werorilangi as the member adviser.
Key Words : Escherihia coli, dry season and rainy season, Makassar city
iv
Oleh:
RISKA ADRIANA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc Dr. Mahatma Lanuru, ST. M.Sc
NIP. 19670308 199003 1 001 NIP. 19701029 199503 1 001
RIWAYAT HIDUP
pertama di SMPN 1 Bone-bone pada tahun 2010 & sekolah menengah atas di
SMAN 1 Bone-bone pada tahun 2013. Pada tahun yang sama di tahun 2013 penulis
melanjutkan jenjang pendidikan di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan &
diantaranya pernah menjadi asisten pada mata kuliah Mikrobiologi Laut (2017-2018)
& Selain kegiatan Akademik Penulis juga aktif pada berbagai organisasi diantaranya
Pada tahun 2016, penulis melaksanakan salah satu tridarma perguruan tinggi
Sulawesi Selatan. Dan penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Balai
Besar Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar
(BBKIPM) dengan judul Mekanisme Uji Bakteri Escherichia Coli Pada Hasil
vii
Perikanan Di Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil
Perikanan Makassar.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji serta kesyukuran kepada sang Maha mengetahui dan Maha
bijaksana Allah SWT atas limpahan rahmat karunia dan izin-NYA sehingga penulis
mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam
kepada Nabi Allah Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan yang baik
bagi seluruh umat manusia di jagat raya dan sebagai tauladan dalam menimba ilmu
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang
tua penulis bapak ARASIDIN dan ibu ANGRIANI atas doa dan dukungannya
b) Kepada Dr. Ir. Arniati Massinasi, M.Si selaku pembimbing utama yang tidak
c) Kepada Dr. Ir. Shinta Werorilangi, M.Sc selaku pembimbing anggota yang
tetap memberikan ide dan ilmu yang tak terhingga sehingga penulis dapat
d) Kepada Prof. Dr. Ir. Rohani Ambo Rappe, M.Si dan bapak Drs. Sulaiman
Gosalam, M.Si serta bapak Dr. Ahmad Bahar, ST.,M.Si selaku penguji atas
studi.
e) Kepada seluruh Dosen Departemen Ilmu Kelautan & staf pengajar FIKP atas
segala ilmu dan keakraban yang telah diberikan. Semoga ilmu yang bapak/ ibu
S.P., M.P, Fajaria Sari Sakaria, S.kel, Annisa Suriansyah, S.kel, Aswin
Sri Kurnia, Sheryl Alprianti, Ida Rachma dan Sesi yang memberikan
Samad, Ratna Sari, Reny Anggraeny serta teman-teman yang lain yang tidak
sempat saya sebutkan satu persatu atas dukungan dan kerjasamanya selama
bersama kalian dan teman-teman Posko KKN UNHAS GEL. 94 Desa Turatea
Alprianti, Agita Nur Aprilia, Salma Nisriah, Alfyanti Cahya Utami dan Astri
karena hanya tuhanlah yang memiliki kesempurnaan menyebabkan skripsi ini masih
akan memiliki kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini memberikan manfaat dalam
RISKA ADRIANA
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Baku Mutu Untuk Wisata Bahari ...................................7
Tabel 2. Tabel Most probability Number desain tiga tabung reaksi replikasi dari
manual FDA bakteri................................................................................... 14
Tabel 3. Data parameter kualitas air yang terukur pada lokasi permandian di
Kota Makassar saat musim kemarau dan musim hujan. ............................ 27
Tabel 4. Hasil Analisis uji T Hasil jumlah bakteri Escheichia coli pada saat
musim kemarau dan musim hujan diperairan Akkarena ............................ 33
Tabel 5. Hasil Analisis uji T Hasil jumlah bakteri Escheichia coli pada saat
musim kemarau dan musim hujan diperairan Tanjung Bayang.................. 33
xiv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kriteria Kualitas Air dengan indikator mikrobiologi untuk wisata air .... 41
Lampiran 2. Nilai rata-rata kecepatan arus dan arah arus musim kemarau............ 42
Lampiran 3. Nilai rata-rata kecepatan arus dan arah arus musim hujan................. 43
Lampiran 4. Rata-rata jumlah bakteri Escherichia coli pada dua lokasi penelitian .. 44
Lampiran 5. Titik lokasi pengambilan sampel air di permandian pantai Kota
Makassar. .......................................................................................... 45
Lampiran 6. Lokasi pengambilan sampel di permandian pantai Kota Makassar. ... 46
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan laut terutama perairan pantai digunakan masyarakat umum sebagai
tempat wisata bahari renang, snorkling dan menyelam. Namun perairan pantai juga
menerima limbah organik dan anorganik baik berasal dari aktivitas masyarakat
sekitarnya maupun limpasan dari daratan utama. Kehadiran limbah organik dalam
Wisata pantai adalah jenis wisata yang memanfaatkan pantai dan perairan
tepi pantai sebagai obyek dan daya tarik wisata dan kepentingan rekreasi (Sarwono,
(Sastrayuda, 2010)
Sebagai tempat wisata perairan harus memenuhi syarat dari segi fisik, kimia
dan mikrobiologis. Indikator mikrobiologis untuk daerah wisata air coliform fecal
enterococcus dan untuk sanitasi lingkungan Salmonella dan Clostridium. Salah satu
bakteri yang digunakan sebagai indikator kualitas perairan untuk wisata air adalah
merupakan indikator kehadiran bakteri patogen yang lainnya (Feliatra, 2002), hasil
penelitian Menon (1985) dalam The Minister of National Health and Walfare (1992)
melaporkan bahwa sungai pasang surut di Nova Scotia terdeteksi Salmonella spp.
ketika tingkat coliform fecal lebih besar dari 2000/100 mL, bahkan pada tingkat
2
coliform fecal lebih besar dari 200/100 mL pernah ditemukan Salmonella spp. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Payment et al., (1982) bahwa secara umum sampel
yang mengandung konsentrasi tinggi dari bakteri fecal coliform akan kemungkinan
E.coli adalah bakteri termasuk dalam golongan fecal coliform yang mendiami
saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas dan merupakan patogen
opurtunistik pada manusia dan dapat menyebabkan penyakit diare (Pelczar et al.
1988); Gaman dan Sherrington, 1992). Bakteri ini terikut pada feses kemudian
oleh beberapa peneliti sebelumya, Noble, et al., (2003) melihat perbandingan respon
antara total bakteri coliform, fekal coliform dan Enterococcus sebagai indikator
Edwardsiella spp., Proteus spp., Providencia spp., Pseudomonas, Shigella spp. Dan
Vibrio spp. ) untuk menilai kualitas perairan di Selat Makassar. Namun penelitian
sering dan ramai dikunjungi adalah Pantai Akkarena dan Pantai Tanjung Bayang
yang menjadi lokasi wisata pantai yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal
maupun non lokal, dan Tanjung Bayang yang merupakan tujuan wisata relatif murah
dan Tanjung Bayang merupakan tempat wisata yang ramai dikunjungi masyarakat
Kota Makassar dikarenakan lokasi dari kedua tempat wisata pantai relatif dekat dan
Pantai Tanjung Bayang dan Pantai Akkarena masih dekat dengan Kota
Makassar, sehingga limbah akhir seperti masyarakat sekitar yang masih membuang
hajat bukan pada tempatnya, limbah bangunan perkantoran, perniagaan atau rumah
tangga di sekitar wisata pantai tersebut mengalir memasuki wilayah perairan yang
menjadi bahan pencemar dan menjadi indikator kehadiran patogen lainnya pada
mengkontaminasi manusia yang akan mengakibatkan diare atau infeksi lain. Untuk
itu penelitian tentang keberadaan dan jumlah E.coli di wisata Pantai Kota Makassar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka muncul pertanyan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat bakteri E.coli. pada dua lokasi wisata pantai di Kota
Makassar?,
2. Berapa jumlah kandungan bakteri E.coli. pada saat musim kemarau dan
perairan Tanjung Bayang dan Akkarena sedangkan manfaat dari penelitian ini
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini melingkupi: Perhitungan jumlah koloni bakteri E.coli pada
musim kemarau dan musim hujan serta pengamatan paremeter lingkungan seperti
Pantai Layar Putih, Perairan Popsa dan Perairan Paotere namun yang paling sering
1. Tanjung Bayang
Pantai Tanjung Bayang adalah salah satu pantai favorit masyarakat Kota
Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan. Jarak pusat kota ke Pantai Tanjung Bayang
hanya berjarak sekitar 4 km. Kelebihan utama Pantai Tanjung Bayang karena
lokasinya yang menghadap ufuk barat di selat Makassar. Hal itu membuat
sangat landai, pengunjung bisa memanfaatkan pantai ini untuk bermain dan
berenang sepuasnya. Bibir Pantai Tanjung Bayang dan musim liburan selalu
dipadati warga dan wisatawan yang ingin memanfaatkan waktu luang untuk
2. Akkarena
Akkarena terletak di depan Mall GTC (Global Trade Center) Makassar, hanya
sekitar 10 menit dari pusat kota dengan menggunakan kendaraan pribadi. Pantai
bagi seluruh keluarga. Pantai Akkarena menawarkan berbagai fasilitas, antara lain
6
sarana bermain, restoran serta taman, dengan tarif sebesar Rp 15.000 untuk masuk
dan Rp 10.000 untuk parkir mobil sedangkan untuk tarif parkir motor yaitu Rp 5000.
Harga yang terjangkau menjadikan pantai ini sebagai pilihan yang tepat untuk
menyebabkan diare karena hidup pada usus manusia dan hewan berdarah panas
menggunakan bakteri coliform untuk menilai kualitas suatu perairan seperti yang
telah dilakukan oleh Meliala (2014) mendapatkan rata-rata jumlah bakteri di muara
Sungai Deli 188 x 105 Cfu/mL. Tururaja and Moge (2010) mendapatkan jumlah
bakteri E. coli di perairan teluk Doreri berkisar 460 MPN/100 mL dan coliform
2400/100 mL baik pada saat pasang maupun surut. Jumlah kedua lokasi telah
melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No.179 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari, standar untuk
kandungan bakteri E.coli dalam air laut adalah 200 Most Propable Number
(MPN)/100 mL (Tabel 1). Jadi apabila kandungannya sudah melebihi batas yang
Bakteri E.coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran pencernaan
manusia maupun hewan. E. coli pertama kali diisolasi oleh Theodor Escherich dari
tinja seorang anak kecil pada tahun 1885 (Carter & Wise 2004). Nama Escherichia
Filum : Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Escherichia
sitoskeleton. E. coli memiliki organel eksternal yaitu vili yang merupakan filament
tipis untuk menangkap substrat spesifik dan flagella yang merupakan filament tipis
dan lebih panjang untuk berenang (Berg, 2004). E. coli merupakan bakteri fakultatif
yang baik pada suhu optimal 37 ºC pada media yang mengandung 1% peptone
sebagai sumber karbon dan nitrogen. E. coli berbentuk circular, konveks dan koloni
tidak berpigmen pada media darah (Anonim, 2012). E.coli tidak tahan terhadap
keadaan kering atau desinfektan biasa dan bakteri ini dapat mati pada suhu 60 ºC
selama 30 menit (Fardiaz, 1992). dan Lindquist (2004) mengatakan koloni E. coli
pada media EMBA menunjukkan pertumbuhan yang baik dari koloni biru-hitam
gelap dengan kemilau hijau metalik ditunjukkan pada EMBA adalah media
E. coli memiliki ukuran sel dengan panjang 2,0 – 6,0 μm dan lebar 1,1-1,5
μm serta berat sel E. coli 2 x 10-12 gram. Bakteri ini berbentuk batang, lurus,
tunggal, berpasangan atau rantai pendek, termasuk Gram (-) dapat hidup soliter
9
anaerob (Carter dan Wise 2004). Morfologi sel E.coli dapat dilihat pada (Gambar 1)
berikut ini :
dalam air serta di tanah yang secara optimal dapat berkembang pada tinja hewan
maupun manusia. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Maule (1997) bahwa
Ruminansia atau sapi dianggap sebagai reservoir E. coli yang mampu menginfeksi
bakteri tersebut dan mudah menginfeksi ternak sapi, sehingga fases yang
coliform yang mendiami saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas
sehingga dapat keluar bersama dengan tinja dan masuk ke lingkungan perairan
(Ator dan Starzyk 1976) Beberapa sifat E. coli di lingkungan laut antara lain
pertumbuhan optimum pada suhu 37 °C, dapat tumbuh baik pada suhu 15 °C - 45
°C, tumbuh baik pada pH 7,0 tapi tumbuh juga pada pH yang lebih tinggi (Merchant
kasus diare yang disebabkan oleh bakteri tersebut (Brooks, 2001). Selain di saluran
melalui limbah rumah tangga seperti tinja, sisa makanan yang terkontaminasi
dengan bakteri E. coli masuk lewat kanal, aliran sungai dan menuju ke laut.
seperti bahan organik melimpah di lingkungan (Sutiknowati, 2014). Dan seperti yang
dikatakan oleh peneliti sebelumnya bahwa diare dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus dan parasit. Penyebab diare terbanyak kedua setelah rotavirus adalah
1. Suhu
Suhu air laut berkisar antara -2 hingga 40 oC, mulai dari suhu air laut daerah
kutub sampai air laut daerah tropis (perairan dangkal). Suhu air permukaan
memerlihatkan kisaran yang sangat luas, sedangkan air laut dalam lebih stabil.
jenis mampu berkembangbiak tetapi secara lambat dan aktif secara fisiologis pada
2. Salinitas
Konsentrasi seluruh bahan padat terlarut dalam air laut disebut sebagai
salinitas dengan satuan part per thousand (ppt, bagian perseribu) atau permille (%).
Salinitas air laut permukaan biasanya sekitar 33 - 37%o.
11
3. Senyawa Organik
Ketersediaan dan pemanfaatan bahan organik terlarut (BOT) maupun
pertikel (BOP) dalam laut, menurut Putter (1980) bahwa hewan laut dapat
memanfaatkan karbon organic terlarut. Jumlah BOT diwakili 1,2 -1,0 mg C organik
dan 0,2 mg N 23 organik per liter, atau 1,5 kg BOT per m2 luas permukaan. Sedang
C pertikel sebesar 0,3 dari angka tersebut pada kolom air yang lebih dalam.
4. Limbah Pemukiman
Limbah pemukiman yang menghasilkan limbah, misalnya sampah dan air
buangan. air buangan dari permukiman biasanya mempunyai komposisi yang terdiri
dari eksreta (tinja dan urin). Limbah pemukiman dapat mencemari perairan (Aliya,
2008).
5. pH
Batas pH untuk pertumbuhan bakteri merupakan gambaran dari batas pH
bagi kegiatan enzim. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5 dan E. coli mampu
kisaran 6,0-7,0.
12
D. Perhitungan Bakteri
Beberapa macam perhitungan bakteri mikroorganisme yaitu metode hitungan
perhitungan ini dilakukan dengan menghitung bakteri hidup (Kusuma, 2012 dalam
mengambil 3 seri tabung pada setiap pengenceran yang dimana dihitung tabung
tabung positif. Setelah itu dikombinasi menjadi 3,2,1. Angka kombinasi tersebut
kemudian dicocokkan dengan tabel MPN seperti pada (Tabel 2) dan menghitung
A B
Gambar 2. Hasil pengenceran 3 seri tabung sebelum dan sesudah inkubasi (a)
sebelum inkubasi (b) sesudah inkubasi (Sutton, 2010).
14
Tabel 2. Tabel Most probability Number desain tiga tabung reaksi replikasi dari
manual FDA bakteri
15
lokasi wisata pantai Kota Makassar yaitu Pantai Akkarena dan Pantai Tanjung
Hasanuddin. Pengukuran parameter kualitas air seperti pH, salinitas, suhu, arus,
dan oksigen terlarut dilakukan langsung di lapangan, Sedangkan bahan organik total
Universitas Hasanuddin.
mengambil sampel air, cool box untuk penyimpanan sampel, GPS (Global
arah arus, layang-layang arus untuk mengukur kecepatan arus, sabak untuk media
menulis, alat tulis menulis untuk menulis data, stopwatch untuk pengamatan waktu,
membersihkan kotoran, pipet tetes untuk meneteskan atau mengambil larutan, buret
untuk titrasi dan mengukur volume suatu larutan, tabung reaksi sebagai wadah
medium,cawan petri sebagai wadah untuk menumbuhkan bakteri, Laminary Air Flow
(LAF) sebagai tempat kerja yang steril, inkubator digunakan untuk membiakkan
bakteri, ose bulat dan ose lurus untuk mengambil dan memindahkan bakteri dari
medium lama ke medium yang baru, labu Erlenmeyer sebagai wadah sampel,
beaker glass untuk penyimpanan wadah, gelas piala untuk wadah sampel,
refrigerator untuk menyimpan sampel, spoid untuk memindahkan bakteri, gloves dan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air
laut, untuk medium pertumbuhan E.coli: Lactose Broth (LB),Briliant Green Bile
Lactose Broth (BGBLB), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), alkohol sebagai bahan
untuk mensterilkan, spiritus sebagai bahan bakar bunsen, kertas label sebagai
penanda sampel, aluminium foil sebagai alat penutup agar sampel tetap steril, kapas
17
sebagai penutup tabung reaksi, es batu kristal untuk mengawetkan sampel, KMnO4
organik, Asam sulfat (H2SO4) berfungsi sebagai larutan pengasam, natrium Oksalat
(Na2C2O4) berfungsi untuk mengubah warna larutan menjadi bening, larutan Iodine,
kristal violet, larutan safranin dan alkohol 96 % digunakan untuk pewarnaan Gram.
C. Prosedur Kerja
dan masing-masing titik sampling dilakukan 3 kali ulangan. Sampel air diambil
dengan memasukkan botol sampel steril kedalam air 10 cm di bawah permukaan air
laut. Pada saat pengambilan air botol sampel dimiringkan 45 0C, setelah botol terisi
skala 0-14 kedalam perairan selama beberapa detik kemudian mencocokkan warna
kedalam perairan kemudian tunggu beberapa menit angkat dan mencatat hasil yang
tertera pada thermometer 10-100 0C. Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan
menurunkan layang-layang arus kepermukaan air laut dan mencatat waktu, setelah
arus dihitung dengan cara menghitung selang waktu (Δt) yang dibutuhkan
Rumus :
air (sama dengan pengambilan sampel bakteri). Setelah terisi 50 mL ditutup lalu
box.
menggunakan pipet tetes dan memanaskan sampel air sampai suhu 70-800C,
setelah itu menambahkan natrium oksalat 0.01 N sampai suhu sampel air menjadi
70 0C secara perlahan sampai berwarna bening lalu titrasi dengan KMnO4 0.01 N
sampai warna sampel menjadi merah muda dan mencatat berapa mL KMnO4 yang
50
Dimana
y = Larutan blankon
50 =volume sampel
5. Isolasi Bakteri
a. Pembuatan Medium
Lactose Broth (uji duga) Briliant Green Lactose Broth (uji konfirmasi) Eosin
broth 1,3 gram kedalam 1 liter aquades. Untuk pembuatan uji konfirmasi dilakukan
dengan melarutkan 6 gram Briliant Green Lactose Broth dengan 1 liter aquades.
Pembuatan medium uji penguat dilakukan dengan melarutkan Eosin Methylene Blue
Agar (3,6 gram dan 1 liter air. Semua medium dilarutkan dengan hot plate with
stirrer. Setelah medium Lactose Broth dan Briliant Green Lactose Broth larut
20
(peletakan tabung durham dalam keadaan terbalik) dan ditutup dengan kapas,
sedangkan Medium Eosin Methylene Blue Agar dimasukkan dalam gelas piala
ditutup kapas kemudian disterilkan di dalam autoclave pada suhu 121oC dengan
b. Pengenceran
mL kedalam tabung reaksi yang berisi larutan 90 mL NaCl 0.9% untuk pengenceran
10-1. Selanjutnya ambil 1 mL sampel dari tabung pengenceran 10-1 lalu masukkan ke
dari tabung pengenceran 10-2 lalu memasukkan kedalam tabung reaksi berisi
1) Inokulasi
Inokulasi untuk E.coli dilakukan tiga tahapan, tahap pertama uji
pendugaan, kedua uji konfirmasi dan ketiga uji penguat (Bartram and Pedley,1996).
2) Uji Pendugaan
Uji pendugaan dilakukan dengan menggunakan 3 serial tabung.
dalam tabung yang berisi medium Lactose broth sebanyak 9 mL dan tabung
Durham (Gambar 4). Selanjutnya inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 °C ± 0,5.
Apabila selama 24 jam tidak terjadi perubahan pada medium dan tidak ada gas yang
21
timbul maka inkubasi dilanjutkan 48 jam. Jika dalam waktu 48 jam tidak terbentuk
Gambar 5. Hasil uji duga Lactose broth (a) Positif (b) Negatif
22
3) Uji Konfirmasi
Uji konfirmasi dilakukan dengan mengambil 1 ose dari masing-masing
kultur yang menunjukkan hasil positif kemudian diinokulasi ke dalam media baru,
yaitu (BGBLB) Briliant Green Lactose Broth (Gambar 6). Sebelum dilakukan
inokulasi biakan, semua tabung yang berisi Briliant Green Lactose Broth kemudian
diberi tabung durham untuk mengetahui adanya gas yang dihasilkan oleh bakteri
yang ada dalam sampel air. selanjutnya inkubasi suhu 37 °C ± 0,5 selama 24 jam.
A B
Gambar 6. Hasil uji Briliant Green Bile Lactose Broth (a) positif (b) negatif
23
4) Uji Penguat
Uji penguat dilakukan dengan mengambil tabung yang menunjukkan reaksi
positif (timbul gas pada tabung durham) kemudian menginokulasi biakan kemedia
(EMBA) Eosine Methylene Blue Agar, dengan mengambil 1 ose dari masing-masing
kultur yang positif kemudian digores secara perlahan lahan dimedia (EMBA) Eosine
Methylene Blue Agar. Setelah itu inkubasi selama 24 jam pada suhu 35oC. Bila hasil
goresan berwarna hijau metalik, berinti dan mengkilap seperti logam maka sampel
Gambar 7. Koloni E.coli di atas medium Eosin methylene blue agar (EMBA)
(Sumber: Cheeptham 2012)
c. Perhitungan Bakteri
seri tabung pada setiap pengenceran yang dimana dihitung tabung positif, lihat
positif, pengenceran kedua 2 tabung positif dan pengenceran ketiga 1 tabung positif.
dicocokkan dengan tabel MPN seperti pada (Tabel 2) dan menghitung dengan
menggunakan Rumus :
A B
Gambar 8. Hasil pengenceran 3 seri tabung sebelum dan sesudah inkubasi (a)
sebelum inkubasi (b) sesudah inkubasi (Sutton, 2010).
penutup glass objek menggunakan alkohol dan tissue untuk mengeringkan, setelah
glass objek steril menetesi aquades menggunakan pipet tetes, kemudian ose
lalu ambil sampel bakteri yang telah dibiakkan dengan menggunakan ose bulat
25
(medianya jangan sampai terambil), selanjutnya letakkan di atas glass objek yang
yang telah terisi sampel kemudian dikeringkan (Difiksasi) diatas api kecil
(pengeringan jangan terlalu lama, agar sel bakteri tidak rusak). Pewarnaan Gram
menggunakan empat reagensia yaitu crystal violet, lugol atau gram’s iodine, alhokol
96%, dan safranin. Koloni bakteri di kaca objek diteteskan crystal violet sebanyak 3
tetes, didiamkan selama 1 menit dan dibilas aquades. Diteteskan iodine 3 tetes, lalu
didiamkan selama 1 menit dan dibilas dengan alkohol. Diteteskan safranin 3 tetes
selama 30 detik dan dibilas aquades. Sedangkan pengamatan morfologi sel bakteri
E.coli dilkukan dengan megambil kaca preparat yang telah ditetesi dengan larutan
Kristal violet, larutan iodine dan safranin yang telah dicuci dan dikeringkan dengan
diletakkan di bawah mikroskop untuk diamati morfologi sel bakteri selanjutnya foto
D. Analisis Data
Perbedaan jumlah koloni bakteri E. coli pada setiap lokasi dianalisis dengan
Akkarena dan Tanjung Bayang. Yang dimana Pantai Akkarena terletak di Kelurahan
pantai yang dikelola oleh perusahaan swasta. Pantai ini digunakan sebagai tempat
mandi dan renang. Pengunjung mencapai 47.872 per bulan, untuk keamanan
untuk meminimalkan arus kencang yang datang ke arah pantai sehingga jumlah
sampah yang terbawa arus untuk masuk ke Pantai Akkarena ini menjadi berkurang.
Sulawesi Selatan, jarak pusat kota dengan pantai ini hanya berjarak sekitar 4 km
bulannya memiliki sekitar 6000 pengunjung/wisatawan baik dari dalam maupun luar
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada musim kemarau dan musim
hujan. Parameter kualitas air yang diukur adalah salinitas, suhu, dan bahan organik
Tabel 3. Data rata-rata parameter kualitas air yang terukur pada dua lokasi
penelitianPantai Akkarena dan Pantai Tanjung Bayang Kota Makassar
saat musim kemarau dan musim hujan.
Salinitas (ppt) 33 9 33 4
Suhu (˚C) 34 27 31 27
BOT (mg/Ltr) 79 37 78 45
pH 5 6 5 6
Makassar pada lokasi Akkarena di musim kemarau (33 ppt) dan musim hujan (9
ppt). Salinitas yang didapatkan di Tanjung Bayang pada saat musim kemarau (33
ppt) dan pada saat musim hujan (4 ppt). Salinitas pada musim kemarau lebih tinggi
dibanding dengan pada musim hujan baik di Tanjung Bayang maupun di Akkarena
kemungkinan terjadi karena pada saat musim hujan terjadi pengenceran. Dari hasil
pengukuran nilai salinitas yang didapatkan pada kedua lokasi tersebut dapat
mendukung kehidupan bakteri yang ada laut ( Sidharta, 2000). Dan seperti yang kita
ketahui bahwa di perairan laut memiliki kadar NaCl 3%, jika dikaitkan dengan
penelitiaan How et al., (2013) E.coli ATCC 8739 pada kadar NaCl 3% mengalami
pertumbuhan lebih dari 80%, dan dapat menyesuaikan diri dengan peningkatan
Hasil pengukuran suhu perairan di Akkarena pada saat musim kemarau 31˚C dan
pada saat musim hujan 27˚C. Untuk Tanjung Bayang pada saat musim kemarau
28
31˚C dan musim hujan 27 oC. Informasi Merchant dan Parker (1961) bahwa E. Coli
kemarau diperoleh nilai 5 dan pada saat musim hujan 6. Berdasar pada nilai pH
perairan yang bersifat asam karena berada pada pH<7. (Sidharta, 2000). Meskipun
berada pada perairan yang bersifat asam, bakteri E. coli masih memungkinkan
Microbiological Specification for foods (2004) bahwa bakteri E. coli mampu bertahan
hidup di pH kisaran 4,4-9,0 dan pertumbuhan optimum berada pada kisaran 6,0-7,0.
Berdasarkan hal tersebut jika dikaitkan dengan jumlah bakteri yang diperoleh
berdasarkan musim, jumlah bakteri yang diperoleh pada musim hujan lebih banyak
Nilai BOT (bahan organik total) yang di peroleh di Akkarena pada musim kemarau
79 mg/L dan pada saat musim hujan 37 mg/L. Tanjung Bayang nilai yang di peroleh
78 mg/L dan pada saat musim hujan 45 mg/L. Dengan banyaknya BOT (bahan
organik total) di perairan dapat memberikan sumber pertumbuhan bagi bakteri E.coli
C. Morfologi Koloni dan Sel E. coli di Pantai Tanjung Bayang dan Akkarena
Kota Makassar
Hasil pengamatan koloni yang tumbuh dimedia EMBA setelah diinkubasi suhu
37 oC selama 24 jam memiiki ciri-ciri morfologi berwarna hijau metalik, bentuk bulat,
A B
Gambar 9. Morfologi koloni bakteri Escherichia coli yang diinokulasi pada medium
pertumbuhan EMBA yang berasal dari permandian pantai (a) Tanjung Bayang (b)
Akkarena Kota Makassar.
dengan yang diaporkan oleh (Atlas, 1993; Cheepthan, 2012; Lindquist, 2014; )
bahwa bakteri E. coli yg tumbuh pada medium EMBA memiliki warna koloni hijau
berinti mengkilat metalik dan bentuk bulat, elevasi mencembung, pinggiran bulat
utuh.
warna merah. Menurut Cappuccino dan Sherman (1987), bakteri yang mampu
menyerap warna merah pada pewarnaan Gram termasuk golongan bakteri Gram
negatif. Bentuk sel yang didapatkan batang lurus, tunggal dan rantai panjang dan
termasuk bakteri gram negatif (Gambar 5). Hal ini sesuai dengan pernyataan Carter
and wise (2004) Bakteri E. coli berbentuk batang, lurus, tunggal, berpasangan atau
30
rantai pendekdan termasuk Gram (-) dan Anggraeni (2015) hasil yang didapatkan
sel bakteri menunjukkan warna merah dengan koloni berbentuk basil (batang
A B
Gambar 10. Pengamatan bentuk sel bakteri Esherichia coli (a) Tanjung Akkarena an
(a) Tanjung Bayang dibawah mikroskop pembesaran 100x dari hasil pewarnaan
Gram.
31
Perairan Akkarena lebih rendah yaitu 0,2254 x 102 MPN/mL dimusim kemarau
dibanding pada waktu musim hujan yaitu 0,3394 x 102 MPN /mL. Hal yang sama
juga didapatkan pada perairan Tanjung Bayang dengan jumlah E. coli pada saat
musim kemarau lebih rendah yaitu 0,5465 x 102 MPN/mL dibanding musim hujan
1600
b
1352.92
1400
1200
Jumlah Bakteri (MPN/mL)
1000
800
Kemarau
600 Hujan
Standar Baku
400 Mutu
200 a a a
33.94 54.65
22.54
0
Akkarena Tanjung Bayang
Lokasi Sampling
Gambar 11. Rata-rata jumlah koloni bakteri E. coli (MPN/100 mL) di lokasi penelitian
Kota Makassar (huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang pada α = 0.05
ketika musim kemarau dan musim hujan tidak berbeda nyata (tabel 4) karena
disekitar lokasi sampling memiliki barrier (penghalang) sehingga arus yang datang
tidak dapat menjangkau daratan dan Pantai Akkarena sendiri tidak memiliki
Sedangkan pada Pantai Tanjung Bayang sangat berbeda nyata (Tabel 5) karena
tidak ada barrier sehingga ketika musim kemarau dan musim hujan air laut dapat
Akkarena pada saat musim kemarau didapatkan hasil 0,2254 x 102 dan pada saat
musim hujan 0,3394 x 102. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena kurangnya
penduduk sebagai sumber penghasil bakteri E. coli dalam bentuk feses di Pantai
Akkarena dan kurangnya hewan berdarah panas sehingga jumlah bakteri yang
didapatkan lebih sedikit dibandingkan dengan Pantai Tanjung Bayang. Dan seperti
yang dinyatakan Ator dan Starzyk (1976) bahwa bakteri E. coli merupakan bakteri
yang termasuk dalam golongan fecal coliform yang mendiami saluran pencernaan
manusia dan hewan berdarah panas sehingga dapat keluar bersama dengan tinja
perairan P. Barranglompo hal itu karena dipengaruhi oleh padatnya penduduk dan
pada saat musim hujan 13,5292 x 102. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena
padatnya penduduk di Tanjung Bayang dan juga terdapat rembesan air dari daratan
(pipa pembuangan penduduk setempat) yang mengarah ke laut. Hal tersebut sesuai
Limbah domestik umumnya terdiri dari tinja/feses, air seni buangan air limbah lain
(kamar mandi, cucian, dan dapur). Widajanti (2007) mendapatkan bahwa rembesan
33
air (limbah masyarakat) dari darat ke laut dapat mempengaruhi jumlah E. coli. Selain
itu juga karena bakteri E. coli adalah bakteri yang memang berasal dari daratan
(Gaman dan Sherrington, 1992) dan masuk ke perairan laut melalui pembuangan
Tabel 4. Hasil Analisis uji T Hasil jumlah bakteri Escheichia coli pada saat musim
kemarau dan musim hujan diperairan Akkarena
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence Interval of the
Error Difference
Sig. (2- Mean Differe
F Sig. T Df tailed) Difference nce Lower Upper
Jumlahe Equal
2022.
coli variances .610 .446 -.652 16 .524 -1318.77778 -5606.55294 2968.99738
62580
assumed
Equal
2022.
variances not -.652 15.875 .524 -1318.77778 -5609.30261 2971.74706
62580
assumed
Tabel 5. Hasil Analisis uji T Hasil jumlah bakteri Escheichia coli pada saat musim
kemarau dan musim hujan diperairan Tanjung Bayang
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std. Interval of the
Mean Error Difference
Sig. (2- Differenc Differen
F Sig. T Df tailed) e ce Lower Upper
Jumlah Equal - -
33. - 55421.
E. Coli variances .000 16 .031 131069.3 -248556.659 13582.
325 2.365 004
assumed 78 097
Equal
- -
variances not - 8.08 55421.
.045 131069.3 -258643.263 3495.4
assumed 2.365 3 004
78 92
Tahun 2004 perairan Akkarena baik pada saat musim kemarau 0,2254 x 102
34
maupun musim hujan 0,3394 x 102 masih tergolong bisa dipakai untuk berekreasi
(mandi dan renang). Hal tersebut karena jumlah E. coli pada perairan Akkarena
tidak melewati ambang batas baku mutu (200 MPN/100 mL) berdasarkan indikator
Sedangkan pada perairan Tanjung Bayang masih bisa dipakai untuk berekreasi
(mandi dan renang) hanya ketika musim kemarau 0,5465 x 102 Sedangkan pada
musim hujan perairan Tanjung Bayang tidak layak dipakai untuk berekreasi (mandi
dan renang) karena jumlah kandungan E. coli pada perairan tersebut 0,135229 x
102. melebihi ambang baku mutu (200 MPN/100 mL) berdasarkan indikator
V. SIMPULAN
A. Simpulan
1. Terdapat bakteri Escherichia coli pada dua lokasi penelitian yang berada di
Kota Makassar.
pada saat musim kemarau dan musim hujan, Sedangkan di Tanjung Bayang
sangat berbeda nyata karena jumlahnya lebih tinggi pada saat musim hujan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1992. Standard Methods for the Eximination of Water and Wastewater.
18th edition, American Public Health Association (APHA), American
Water Works Association (AWWA) and Water Pollution Control
Federation (WPCF), Washington, D.C.
Aliya, D.R. 2006. MengenaL Teknik Penjernihan Air. Semarang: Aneka Ilmu.
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., Wootton M. 1987. Ilmu Pangan Edis
kedua. Purnomo, H dan Adiono (penerjemah). Jakarta: UI Press.
Terjemahan dari: Food Science.
Hariady, S. 1992. Metode Analisa Kualitas Air. Institut Pertanian Bogor. Fakultas
Perikanan. Bogor.
Hubbert W.T., dan H.V. Hagstad. 1991. Food Safety and Quality Assurance.
Food of Animal Original. Iowa State University Press, Ames Iowa 50010.
Ketjulan, R., 2011. Daya Dukung Perairan Pulau Hari sebagai Obyek Ekowisata
Bahari. Jurnal Aqua Hayati, 7 (3): 183-188.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.179, 2004. Baku Mutu Air Laut Pada
Wisata Bahari. Jakarta: Menteri Lingkungan Hidup.
Noble.R.T., Moore, D.F, Leecaster, M.K, Mcgee, C.D dan Weisberg, S.B.2003.
Comparision of total coliform, fecal coliform, and enterococcus bacterial
indicator response for ocean recretional water quality testing. Water
Research 37 : 1637-1643
38
Pelczar, M. J., and Reid J. R. 1972. Dasar-dasar mikrobiologi. Alih bahasa: R.S.
Hadioetomo, T. Imas, S. S, Tjitrosomo dan S. L. Angka. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Payment, P., Affrayon, F. And Trudel, M.1988. Detection of Animal and human
Enteric Viruses in Water from The Assomption River and Its Tributaris.
Can.J. Microbiol 34 :967-973.
Sutton, S. 2010. The Most Probable Number Method and its uses in
Enumeration, Qualification and Validation. 15 (3):36-37
Widiyanto, A,F., Yuniarno, S., Kuswanto. 2015. Polusi Air Tanah Akibat Limbah
Industri dan Limbah Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
10 (2) ; 250
Widajanti, W.,Rizka R., Melviana. 2007. Studi Pengolahan Air Sirkulasi Proses
Painting dengan Menggunakan Lumpur Aktif. Departemen Kimia.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia Kampus Depok.
40
LAMPIRAN
N
41
Lampiran 1. Kriteria Kualitas Air dengan indikator mikrobiologi untuk wisata air
Pseudomonas Fecal
Water Use Eschrichia coli Enterococci
aeruginosa coliforms
Less than or
Recreation Les than or Enteroless than
Less than or equal equal to
equal to 77/100 or equal 20/100
Primary to 2/100 mL 75th 200/100 mL
mL geometric mL geometric
contact percentile geometric
mean mean
mean
42
Lampiran 2. Nilai rata-rata kecepatan arus dan arah arus musim kemarau
Arah Waktu Kecepatan Rata-Rata
Lokasi Sub Stasiun Arus (detik) (m/detik) (m/detik)
TB1 347˚U 218 0.0229
Tanjung Bayang TB2 347˚U 187 0.0267 0.0300
TB3 347˚U 124 0.0403
TA1 135˚T 547 0.0091
Akkarena TA2 90˚T 552 0.0091 0.0097
TA3 180˚S 455 0.0110
43
Lampiran 3. Nilai rata-rata kecepatan arus dan arah arus musim hujan
Arah Waktu Kecepatan Rata-Rata
Lokasi Sub Stasiun Arus (detik) (m/detik) (m/detik)
TB1 250˚U 75 0.0667
Tanjung
TB2 210˚U 83 0.0602 0.0683
Bayang
TB3 240˚U 64 0.0781
TA1 80˚S 144 0.0347
Akkarena TA2 40˚S 246 0.0203 0.0265
TA3 50˚S 205 0.0244
44
Lampiran 4. Rata-rata jumlah bakteri Escherichia coli pada dua lokasi penelitian
1 5.4 31.2
3 31.2 32.56
1 41.4 1631
3 122.51 159533
45