Anda di halaman 1dari 61

ii

KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli DI KAWASAN


WISATA PANTAI TANJUNG BAYANG DAN AKKARENA KOTA
MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh :
Riska Adriana

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNVERSITAS HASANUDDN
MAKASSAR
2017
ii

ABSTRAK

Riska Adriana. Keberadaan Bakteri Escherichia coli di Kawasan Wisata Pantai


Tanjung Bayang dan Akkarena Kota Makassar. Di bawah Bimbingan Arniati
Massinai sebagai Pembimbing Utama dan Shinta Werorilangi sebagai
Pembimbing Anggota.

Perairan laut terutama perairan pantai digunakan masyarakat umum sebagai


tempat wisata bahari renang, snorkling dan menyelam. Namun sebagai tempat
wisata perairan harus memenuhi syarat dari segi fisik, kimia khususnya
mikrobiologis. Salah satu bakteri yang digunakan sebagai indikator kualitas perairan
untuk wisata air adalah bakteri Escherichia coli. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat keberadaan bakteri Escherichia coli di permandian Kota Makassar yaitu
Tanjung Bayang dan Akkarena. Inokulasi bakteri dilakukan dengan tiga medium
pertumbuhan yaitu Uji pendugaan dengan menggunakan medium LB (Lactose
broth), uji konfirmasi menggunakan meium BGLB (Briliant green lactose broth) dan
uji penegasan menggunakan medium EMBA (Eosin methylen blue agar) inkubasi
suhu 37 0C selama 48 jam. Perhitungan koloni jumlah bakteri dilakukan dengan
metode MPN (Most Probability Number). Perbedaan antara jumlah E. coli pada saat
musim kemarau dan musim hujan dimasing-masing lokasi penelitian dilakukan
analisis uji (t). Hasil yang didapatkan 1).Terdapat bakteri E. coli pada dua lokasi
permandian yang berada di Kota Makassar 2). Terdapat perbedaan yang signifikan
dari jumlah bakteri pada saat musim kemarau dan musim hujan di Tanjung Bayang.

Kata Kunci: Escherihia coli, musim kemarau dan musim hujan, Pantai Kota
Makassar
iii

ABSTRACT

Riska Adriana. The existence of Escherichia coli bacteria in tanjung bayang and
akkarena coastal tourist area Makassar city. Guided by Arniati Massinai as the
main adviser and Shinta Werorilangi as the member adviser.

Marine waters, especially coastal waters are used by public as a marine


tourism place such as swimming, snorkeling and diving. However, for being marine
tourism area should be fulfilling some requirements such as physically and chemistry
especially microbiology. One of the bacterias used as an indicator of water quality for
tourism is the bacteria Escherichia coli. This study aims to see the presence of
Escherichia coli bacteria in Makassar, Tanjung Bayang, and Akkarena. Bacterial
inoculation was performed with three growth mediums. The LB (Lactose broth) assay
test, confirmation test using BGLB (Briliant green lactose broth) medium and assay
test using EMBA (Eosin methylen blue agar) medium incubated 37C for 48 hours.
Calculation of colony bacterial count is done by using MPN (Most Probability
Number) method. The difference between the number of E. coli during the dry
season and the rainy season in each of the study site is using test analysis (t).
Results obtained 1). An E. coli bacterium is founded at two sites in Makassar 2).
There is a significant difference in the number of bacteria during the dry season and
the rainy season in Tanjung Bayang.

Key Words : Escherihia coli, dry season and rainy season, Makassar city
iv

KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli DI KAWASAN


WISATA PANTAI TANJUNG BAYANG DAN AKKARENA KOTA
MAKASSAR

Oleh:
RISKA ADRIANA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
v

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Keberadaan Bakteri Escherichia coli di Kawasan Wisata


Pantai Tanjung Bayang dan Akkarena Kota Makassar.

Nama Mahasiswa : Riska Adriana

Nomor Pokok : L11113 507

Program Studi : Ilmu Kelautan

Skripsi telah diperiksa

dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Dr. Ir. Arniati Massinai, M.Si Dr.Ir. Shinta Werorilangi, M.Sc


NIP. 19660614 199103 2 002 NIP.19670826 199103 2 001

Mengetahui,

Dekan Ketua Departemen

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Ilmu Kelautan,

Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc Dr. Mahatma Lanuru, ST. M.Sc
NIP. 19670308 199003 1 001 NIP. 19701029 199503 1 001

Tanggal Lulus: 03 Agustus 2017


vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis Riska Adriana lahir di Lemahabang,

Kecamatan Bone-bone, Kabupaten Luwu Utara pada tanggal

21 Juli 1996. Anak kedua dari 3 bersaudara. Lahir dari

pasangan Bapak Arasidin dan Ibu Angriani. Penulis

menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SDN

186 Lemahabang pada tahun 2007. Sekolah menengah

pertama di SMPN 1 Bone-bone pada tahun 2010 & sekolah menengah atas di

SMAN 1 Bone-bone pada tahun 2013. Pada tahun yang sama di tahun 2013 penulis

melanjutkan jenjang pendidikan di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan &

Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Selama berstatus mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan akademik

diantaranya pernah menjadi asisten pada mata kuliah Mikrobiologi Laut (2017-2018)

& Selain kegiatan Akademik Penulis juga aktif pada berbagai organisasi diantaranya

Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan, Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Tingkat

Universitas Bola Basket Universitas Hasanuddin (UKM BB-UH).

Pada tahun 2016, penulis melaksanakan salah satu tridarma perguruan tinggi

yaitu pengabdian masyarakat dengan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)

gelombang 93 di Desa Turatea, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto,

Sulawesi Selatan. Dan penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Balai

Besar Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar

(BBKIPM) dengan judul Mekanisme Uji Bakteri Escherichia Coli Pada Hasil
vii

Perikanan Di Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil

Perikanan Makassar.

Akhirnya, sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi, penulis melakukan

penelitian dengan judul “Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Di Kawasan Wisata

Pantai Tanjung Bayang Dan Akkarena Kota Makassar”.


viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji serta kesyukuran kepada sang Maha mengetahui dan Maha

bijaksana Allah SWT atas limpahan rahmat karunia dan izin-NYA sehingga penulis

mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam

kepada Nabi Allah Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan yang baik

bagi seluruh umat manusia di jagat raya dan sebagai tauladan dalam menimba ilmu

pengetahuan. Tulisan ini merupakan salah satu dalam penyelesaian studi di

Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Perikanan Universitas

Hasanuddin “Keberadaan Bakteri Escherichia coli di Kawasan Wisata Pantai

Tanjung Bayang dan Akkarena Kota Makassar”.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan sumbangsihnya

baik berupa ide, materil, doa serta dukungan, diantaranya :

a) Terkhusus ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang

tua penulis bapak ARASIDIN dan ibu ANGRIANI atas doa dan dukungannya

sehingga penulis mampu menyelesaikan studi pada jenjang strata 1 di jurusan

Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin.

b) Kepada Dr. Ir. Arniati Massinasi, M.Si selaku pembimbing utama yang tidak

henti-hentinya memberikan ide, nasehat, memberikan petunjuk, memberi

bimbingan, saran, dan juga menjadi orang tua bagi penulis.

c) Kepada Dr. Ir. Shinta Werorilangi, M.Sc selaku pembimbing anggota yang

tetap memberikan ide dan ilmu yang tak terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.


ix

d) Kepada Prof. Dr. Ir. Rohani Ambo Rappe, M.Si dan bapak Drs. Sulaiman

Gosalam, M.Si serta bapak Dr. Ahmad Bahar, ST.,M.Si selaku penguji atas

kritik dan saran yang membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan

studi.

e) Kepada seluruh Dosen Departemen Ilmu Kelautan & staf pengajar FIKP atas

segala ilmu dan keakraban yang telah diberikan. Semoga ilmu yang bapak/ ibu

berikan bermanfaat bagi penulis.

f) Kepada saudara & saudari “Suci Rahmadani Kartika, S.Kel, Huyyirnah,

S.P., M.P, Fajaria Sari Sakaria, S.kel, Annisa Suriansyah, S.kel, Aswin

Wardana, Permas Bagya Maulana, Prabowo Setiawan, Arfan Hamka, Dewi

Sri Kurnia, Sheryl Alprianti, Ida Rachma dan Sesi yang memberikan

semangat dan membantu dalam penelitian.

g) Kepada saudara seperjuangan Kelautan Dua Ribu Tiga Belas (KERITIS)

Angga Dwiyanto, Ida Rachma, Syeiqido Sora Datu, Mutmainnah, Megawati

Samad, Ratna Sari, Reny Anggraeny serta teman-teman yang lain yang tidak

sempat saya sebutkan satu persatu atas dukungan dan kerjasamanya selama

kita menimba ilmu di kelautan.

h) Seluruh mahasiswa Ilmu Kelautan, penulis banyak belajar tentang rasa

persaudaraan, susah, senang, canda dan tawa di Koridor Ilmu Kelautan

bersama kalian dan teman-teman Posko KKN UNHAS GEL. 94 Desa Turatea

Kecematan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

i) Kepada sahabat-sahabatku Lisdayani, Iin Indriani, Neneng Sari, Sheryl

Alprianti, Agita Nur Aprilia, Salma Nisriah, Alfyanti Cahya Utami dan Astri

Sultan yang memberikan support selama penulis melakukan penelitian.


x

j) Kepada teman-teman UKM-BB Unhas atas kerjasamanya dalam latihan

maupun dalam pertandingan sehingga penulis menyadari bahwa hidup tanpa

kerjasama akan sulit dilakukan.

Penulis menyadari bahwa keterbatasan yang tuhan berikan kepada penulis

karena hanya tuhanlah yang memiliki kesempurnaan menyebabkan skripsi ini masih

akan memiliki kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritikan dari segenap pembaca demi melengkapi kekurangan penyususnan

skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini memberikan manfaat dalam

perkembangan ilmu pengetahuan di masa depan amin ya rabbal alamin.

Makassar, Juli 2017

RISKA ADRIANA
xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii


DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN .............................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat .........................................................................................4
D. Ruang Lingkup ................................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................5
A. Permandian Kota Makassar.............................................................................5
1. Tanjung Bayang ..........................................................................................5
2. Akkarena .....................................................................................................5
B. Indikator Mikrobiologis Untuk Wisata Perairan .................................................6
C. Karakteristik Bakteri Escherichia Coli ..............................................................7
1. Suhu .......................................................................................................... 10
2. Salinitas ..................................................................................................... 10
3. Senyawa Organik ...................................................................................... 11
4. Limbah Pemukiman ................................................................................... 11
5. pH.............................................................................................................. 11
D. Perhitungan Bakteri ....................................................................................... 12
III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................................... 15
A. Waktu dan Tempat ........................................................................................ 15
B. Alat dan Bahan .............................................................................................. 16
C. Prosedur Kerja............................................................................................... 17
1. Stasiun Pengambilan Sampel .................................................................... 17
2. Pengambilan Sampel Air Untuk E. coli ...................................................... 17
3. Pengukuran Parameter Kualitas Perairan .................................................. 17
4. Pengambilan Sampel Air dan Analisis BOT ............................................... 18
5. Isolasi Bakteri ............................................................................................ 19
xii

a. Pembuatan Medium ............................................................................... 19


b. Pengenceran.......................................................................................... 20
1) Inokulasi ............................................................................................. 20
2) Uji Pendugaan .................................................................................... 20
3) Uji Konfirmasi ..................................................................................... 22
4) Uji Penguat ......................................................................................... 23
c. Perhitungan Bakteri................................................................................ 23
d. pewarnaan Gram dan Pengamatan Morfologi Sel E. coli ....................... 24
D. Analisis Data ................................................................................................. 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 26
A. Gambaran Umum Lokasi Permandian Pantai Makassar ................................ 26
B. Parameter Kualitas Perairan .......................................................................... 26
C. Morfologi Koloni dan Sel E. coli di Permandian Pantai Tanjung Bayang
dan Akkarena Kota Makassar ........................................................................ 29
D. Jumlah E. coli Pada Permandian Pantai Kota Makassar ............................... 31
V. SIMPULAN .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 36
LAMPIRAN .............................................................................................................. 40
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Baku Mutu Untuk Wisata Bahari ...................................7
Tabel 2. Tabel Most probability Number desain tiga tabung reaksi replikasi dari
manual FDA bakteri................................................................................... 14
Tabel 3. Data parameter kualitas air yang terukur pada lokasi permandian di
Kota Makassar saat musim kemarau dan musim hujan. ............................ 27
Tabel 4. Hasil Analisis uji T Hasil jumlah bakteri Escheichia coli pada saat
musim kemarau dan musim hujan diperairan Akkarena ............................ 33
Tabel 5. Hasil Analisis uji T Hasil jumlah bakteri Escheichia coli pada saat
musim kemarau dan musim hujan diperairan Tanjung Bayang.................. 33
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi sel E.coli (Sumber: Kunkel 2009) ..............................................9


Gambar 2. Hasil pengenceran 3 seri tabung sebelum dan sesudah inkubasi (a)
sebelum inkubasi (b) sesudah inkubasi (Sutton, 2010). .......................... 13
Gambar 3. Peta lokasi penelitian ............................................................................. 15
Gambar 4. Pengenceran dan inokulasi pada metode MPN
(sumber:http://www.sas.upenn.edu/LabManuals/biol275/Table_of_Co
ntents_files/14-Enumeration.pdf) ............................................................ 21
Gambar 5. Hasil uji duga Lactose broth (a) Positif (b) Negatif .................................. 21
Gambar 6. Hasil uji Briliant Green Bile Lactose Broth (a) positif............................... 22
Gambar 7. Koloni E.coli di atas medium Eosin methylene blue agar (EMBA) .......... 23
Gambar 8. Hasil pengenceran 3 seri tabung sebelum dan sesudah inkubasi (a)
sebelum inkubasi (b) sesudah inkubasi (Sutton, 2010). .......................... 24
Gambar 9. Morfologi koloni bakteri Escherichia coli yang diinokulasi pada
medium pertumbuhan EMBA yang berasal dari permandian pantai (a)
Tanjung Bayang (b) Akkarena Kota Makassar........................................ 29
Gambar 10. Pengamatan bentuk sel bakteri Esherichia coli (a) Tanjung Akkarena
an (a) Tanjung Bayang dibawah mikroskop pembesaran 100x dari
hasil pewarnaan Gram. .......................................................................... 30
Gambar 11. Rata-rata jumlah koloni bakteri Escherichia coli (MPN/100 mL) di
permandian Kota Makassar (huruf yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang pada α = 0.05 .............................................................. 31
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kriteria Kualitas Air dengan indikator mikrobiologi untuk wisata air .... 41
Lampiran 2. Nilai rata-rata kecepatan arus dan arah arus musim kemarau............ 42
Lampiran 3. Nilai rata-rata kecepatan arus dan arah arus musim hujan................. 43
Lampiran 4. Rata-rata jumlah bakteri Escherichia coli pada dua lokasi penelitian .. 44
Lampiran 5. Titik lokasi pengambilan sampel air di permandian pantai Kota
Makassar. .......................................................................................... 45
Lampiran 6. Lokasi pengambilan sampel di permandian pantai Kota Makassar. ... 46
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perairan laut terutama perairan pantai digunakan masyarakat umum sebagai

tempat wisata bahari renang, snorkling dan menyelam. Namun perairan pantai juga

menerima limbah organik dan anorganik baik berasal dari aktivitas masyarakat

sekitarnya maupun limpasan dari daratan utama. Kehadiran limbah organik dalam

perairan laut akan memicu terjadinya pencemaran, eutrofikasi, ragmentasi habitat

dan introduksi bakteri patogen (Aebyet al.,2008).

Wisata pantai adalah jenis wisata yang memanfaatkan pantai dan perairan

tepi pantai sebagai obyek dan daya tarik wisata dan kepentingan rekreasi (Sarwono,

2000). Pengembangan wisata pantai adalah upaya perlindungan dan pelestarian

dalam pengelolaan wisata yang memanfaatkan potensi dan jasa lingkungan

(Sastrayuda, 2010)

Sebagai tempat wisata perairan harus memenuhi syarat dari segi fisik, kimia

dan mikrobiologis. Indikator mikrobiologis untuk daerah wisata air coliform fecal

enterococcus dan untuk sanitasi lingkungan Salmonella dan Clostridium. Salah satu

bakteri yang digunakan sebagai indikator kualitas perairan untuk wisata air adalah

bakteri E. coli (Karyadi, 2010).

Bakteri E.coli selain sebagai indikator kualitas perairan perairan juga

merupakan indikator kehadiran bakteri patogen yang lainnya (Feliatra, 2002), hasil

penelitian Menon (1985) dalam The Minister of National Health and Walfare (1992)

melaporkan bahwa sungai pasang surut di Nova Scotia terdeteksi Salmonella spp.

ketika tingkat coliform fecal lebih besar dari 2000/100 mL, bahkan pada tingkat
2

coliform fecal lebih besar dari 200/100 mL pernah ditemukan Salmonella spp. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Payment et al., (1982) bahwa secara umum sampel

yang mengandung konsentrasi tinggi dari bakteri fecal coliform akan kemungkinan

juga mengandung Salmonella.

E.coli adalah bakteri termasuk dalam golongan fecal coliform yang mendiami

saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas dan merupakan patogen

opurtunistik pada manusia dan dapat menyebabkan penyakit diare (Pelczar et al.

1988); Gaman dan Sherrington, 1992). Bakteri ini terikut pada feses kemudian

masuk ke lingkungan perairan.

Penelitian tentang bakteri sebagai indikator kualitas perairan telah dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumya, Noble, et al., (2003) melihat perbandingan respon

antara total bakteri coliform, fekal coliform dan Enterococcus sebagai indikator

kualitas perairan untuk keperluan rekreasi di California dan United States-Mexico.

Kunarso (2011) menggunakan coliform dan bakteri patogen lainnya (Citrobacterspp.,

Edwardsiella spp., Proteus spp., Providencia spp., Pseudomonas, Shigella spp. Dan

Vibrio spp. ) untuk menilai kualitas perairan di Selat Makassar. Namun penelitian

tentang bakteri E.coli di wisata pantai kota makassar belum dilakukan.

Di Kota Makassar terdapat beberapa perairan pantai, namun yang paling

sering dan ramai dikunjungi adalah Pantai Akkarena dan Pantai Tanjung Bayang

yang menjadi lokasi wisata pantai yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal

maupun non lokal, dan Tanjung Bayang yang merupakan tujuan wisata relatif murah

yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat setempat. Wisata Pantai Akkarena

dan Tanjung Bayang merupakan tempat wisata yang ramai dikunjungi masyarakat

Kota Makassar dikarenakan lokasi dari kedua tempat wisata pantai relatif dekat dan

biaya relatif murah serta dapat dijangkau oleh berbagai kalangan.


3

Pantai Tanjung Bayang dan Pantai Akkarena masih dekat dengan Kota

Makassar, sehingga limbah akhir seperti masyarakat sekitar yang masih membuang

hajat bukan pada tempatnya, limbah bangunan perkantoran, perniagaan atau rumah

tangga di sekitar wisata pantai tersebut mengalir memasuki wilayah perairan yang

akan berkonsekuensi terdapatnya pencemaran tinja di perairan pada lokasi-lokasi

wisata pantai tersebut. Keberadaan pencemaran tinja di perairan wisata pantai

dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, karena mengandung mikroba

patogen seperti E. coli yang menyebabkan diare.

Keberadaan bakteri E.coli di lingkungan perairan dalam jumlah tertentu akan

menjadi bahan pencemar dan menjadi indikator kehadiran patogen lainnya pada

saat melakukan aktifitas di lingkungan perairan, bakteri tersebut dapat

mengkontaminasi manusia yang akan mengakibatkan diare atau infeksi lain. Untuk

itu penelitian tentang keberadaan dan jumlah E.coli di wisata Pantai Kota Makassar

penting untuk dilakukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka muncul pertanyan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat bakteri E.coli. pada dua lokasi wisata pantai di Kota

Makassar?,

2. Berapa jumlah kandungan bakteri E.coli. pada saat musim kemarau dan

musim hujan pada dua lokasi wisata Pantai di Kota Makassar?.


4

C. Tujuan dan Manfaat


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan bakteri E.coli di

perairan Tanjung Bayang dan Akkarena sedangkan manfaat dari penelitian ini

sebagai bahan informasi kepada Pemerintah mengenai keberadaan dan jumlah

bakteri E.coli yang terdapat di perairanTanjung Bayang dan Akkarena.

D. Ruang Lingkup
Penelitian ini melingkupi: Perhitungan jumlah koloni bakteri E.coli pada

musim kemarau dan musim hujan serta pengamatan paremeter lingkungan seperti

salinitas, suhu, pH,BOT, arah dan kecepatan arus.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Permandian Kota Makassar


Kota Makassar Sulawesi Selatan memiliki beberapa wisata pantai seperti

Pantai Layar Putih, Perairan Popsa dan Perairan Paotere namun yang paling sering

dan banyak dikunjungi adalah Pantai Tanjung Bayang dan Akkarena.

1. Tanjung Bayang
Pantai Tanjung Bayang adalah salah satu pantai favorit masyarakat Kota

Makassar. Pantai Tanjung Bayang terletak di kelurahan Barombong, kecamatan

Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan. Jarak pusat kota ke Pantai Tanjung Bayang

hanya berjarak sekitar 4 km. Kelebihan utama Pantai Tanjung Bayang karena

lokasinya yang menghadap ufuk barat di selat Makassar. Hal itu membuat

pengunjung bisa memandangi keindahan sunset, ombak pantai Tanjung Bayang

sangat landai, pengunjung bisa memanfaatkan pantai ini untuk bermain dan

berenang sepuasnya. Bibir Pantai Tanjung Bayang dan musim liburan selalu

dipadati warga dan wisatawan yang ingin memanfaatkan waktu luang untuk

bersenda gurau dengan keluarga ataupun melalukan photo session. Setiap

pengunjung hanya dikenai Rp 5.000/motor, sedangkan untuk mobil Rp 10.000

Sementara fasilitas penginapan dapat disewa dengan harga Rp 30.000 sampai Rp

150.000 per malam (Lampiran 6) (http://travel.detik.com, 2013).

2. Akkarena
Akkarena terletak di depan Mall GTC (Global Trade Center) Makassar, hanya

sekitar 10 menit dari pusat kota dengan menggunakan kendaraan pribadi. Pantai

Akkarena menawarkan berbagai sarana untuk bersantai, bermain serta berolahraga

bagi seluruh keluarga. Pantai Akkarena menawarkan berbagai fasilitas, antara lain
6

sarana bermain, restoran serta taman, dengan tarif sebesar Rp 15.000 untuk masuk

dan Rp 10.000 untuk parkir mobil sedangkan untuk tarif parkir motor yaitu Rp 5000.

Harga yang terjangkau menjadikan pantai ini sebagai pilihan yang tepat untuk

rekreasi bersama keluarga (Lampiran 6) (http://Utiket, 2013.)

B. Indikator Mikrobiologis Untuk Wisata Perairan


Bakteri yang sering digunakan sebagai indikator pencemaran atau

kontaminan perairan yaitu E. coli, Enterococcus, Salmonella, Shigella dan

Clostridium. Bakteri E. coli merupakan penghuni normal usus, seringkali

menyebabkan infeksi (Suriawiria, 1996) sehingga dikategorikan sebagai bakteri

opurtunistik yang berpotensi patogen karena pada keadaan tertentu dapat

menyebabkan diare karena hidup pada usus manusia dan hewan berdarah panas

maka disebut fecal coliform.

Penggunaannya di lingkungan perairan selain sebagai indikator pencemaran

juga berperan sebagai indikator keberadaan patogen lainnya karena keberadaannya

disuatu perairan berdasarkan jumlah koloninya berkolerasi positif dengan

keberadaan patogen lainnya (Dwidjoseputro, 1994). Beberapa peneliti telah

menggunakan bakteri coliform untuk menilai kualitas suatu perairan seperti yang

telah dilakukan oleh Meliala (2014) mendapatkan rata-rata jumlah bakteri di muara

Sungai Deli 188 x 105 Cfu/mL. Tururaja and Moge (2010) mendapatkan jumlah

bakteri E. coli di perairan teluk Doreri berkisar 460 MPN/100 mL dan coliform

2400/100 mL baik pada saat pasang maupun surut. Jumlah kedua lokasi telah

melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh peraturan Menteri Lingkungan Hidup

tahun 2004 untuk Wisata Bahari.


7

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

No.179 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari, standar untuk

kandungan bakteri E.coli dalam air laut adalah 200 Most Propable Number

(MPN)/100 mL (Tabel 1). Jadi apabila kandungannya sudah melebihi batas yang

diperbolehkan maka mengindikasikan telah adanya pencemaran laut. Sedangkan

menurut Environmental Protection Division (2001) Kriteria Kualitas Air dengan

indikator mikrobiologis untuk wisata laut tertera pada (Lampiran 2).

Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Baku Mutu Untuk Wisata Bahari

C. Karakteristik Bakteri Escherichia Coli


E. coli merupakan bakteri yang berasal dari family Enterobacteriaceae.

Bakteri E.coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran pencernaan

manusia maupun hewan. E. coli pertama kali diisolasi oleh Theodor Escherich dari

tinja seorang anak kecil pada tahun 1885 (Carter & Wise 2004). Nama Escherichia

diberikan diberikan pada tahun 1920 sebagai penghargaan terhadap Theodor

Escherich (Berg, 2004).


8

Klasifikasi Eschericia coli menurut Brooks (2001) adalah sebagai berikut :


Kerajaan : Bacteria

Filum : Proteobakteria

Kelas : Gamma Proteobakteria

Ordo : Enterobakteriales

Famili : Enterobakteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

E. coli tidak memiliki nukleus, organel terbungkus membran maupun

sitoskeleton. E. coli memiliki organel eksternal yaitu vili yang merupakan filament

tipis untuk menangkap substrat spesifik dan flagella yang merupakan filament tipis

dan lebih panjang untuk berenang (Berg, 2004). E. coli merupakan bakteri fakultatif

anaerob, kemoorganotropik, mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi

tetapi pertumbuhannya paling banyak di bawah keadaan anaerob. Pertumbuhan

yang baik pada suhu optimal 37 ºC pada media yang mengandung 1% peptone

sebagai sumber karbon dan nitrogen. E. coli berbentuk circular, konveks dan koloni

tidak berpigmen pada media darah (Anonim, 2012). E.coli tidak tahan terhadap

keadaan kering atau desinfektan biasa dan bakteri ini dapat mati pada suhu 60 ºC

selama 30 menit (Fardiaz, 1992). dan Lindquist (2004) mengatakan koloni E. coli

pada media EMBA menunjukkan pertumbuhan yang baik dari koloni biru-hitam

gelap dengan kemilau hijau metalik ditunjukkan pada EMBA adalah media

selektif dan media diferensial.

E. coli memiliki ukuran sel dengan panjang 2,0 – 6,0 μm dan lebar 1,1-1,5

μm serta berat sel E. coli 2 x 10-12 gram. Bakteri ini berbentuk batang, lurus,

tunggal, berpasangan atau rantai pendek, termasuk Gram (-) dapat hidup soliter
9

maupun berkelompok, umumnya motil, tidak membentuk spora, serta fakultatif

anaerob (Carter dan Wise 2004). Morfologi sel E.coli dapat dilihat pada (Gambar 1)

berikut ini :

Gambar 1. Morfologi sel E.coli (Sumber: Kunkel 2009)

Menurut Wang et al., (1996) bahwa E. coli dapat hidup berbulan-bulan di

dalam air serta di tanah yang secara optimal dapat berkembang pada tinja hewan

maupun manusia. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Maule (1997) bahwa

Ruminansia atau sapi dianggap sebagai reservoir E. coli yang mampu menginfeksi

bakteri tersebut dan mudah menginfeksi ternak sapi, sehingga fases yang

ditemukan di dalam tanah juga terindikasi mengandung bakteri E. coli.

Bakteri E. coli merupakan bakteri yang termasuk dalam golongan fecal

coliform yang mendiami saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas

sehingga dapat keluar bersama dengan tinja dan masuk ke lingkungan perairan

(Ator dan Starzyk 1976) Beberapa sifat E. coli di lingkungan laut antara lain

pertumbuhan optimum pada suhu 37 °C, dapat tumbuh baik pada suhu 15 °C - 45

°C, tumbuh baik pada pH 7,0 tapi tumbuh juga pada pH yang lebih tinggi (Merchant

dan Parker, 1961).

Meskipun bakteri E. coli secara normal hidup di saluran pencernaan, banyak

kasus diare yang disebabkan oleh bakteri tersebut (Brooks, 2001). Selain di saluran

pencernaan manusia, keberadaanya di lingkungan laut juga berasal dari daratan


10

melalui limbah rumah tangga seperti tinja, sisa makanan yang terkontaminasi

dengan bakteri E. coli masuk lewat kanal, aliran sungai dan menuju ke laut.

Banyaknya E. coli di lingkungan laut itu dikarenakan sumber pertumbuhannya

seperti bahan organik melimpah di lingkungan (Sutiknowati, 2014). Dan seperti yang

dikatakan oleh peneliti sebelumnya bahwa diare dapat disebabkan oleh infeksi

bakteri, virus dan parasit. Penyebab diare terbanyak kedua setelah rotavirus adalah

infeksi karena bakteri E. coli.

Pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri di perairan sangat dipengaruhi

oleh lingkungan sekitarnya. Berikut faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat

pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri (Sidharta, 2000) :

1. Suhu
Suhu air laut berkisar antara -2 hingga 40 oC, mulai dari suhu air laut daerah

kutub sampai air laut daerah tropis (perairan dangkal). Suhu air permukaan

memerlihatkan kisaran yang sangat luas, sedangkan air laut dalam lebih stabil.

Bakteri di perairan mempunyai suhu optimum 18 – 22 oC, meskipun beberapa

jenis mampu berkembangbiak tetapi secara lambat dan aktif secara fisiologis pada

suhu 0 – 4 oC. tetapi suhu 4 oC menunjukkan pengurangan secara nyata, baik

jumlah maupun kecepatan pertumbuhan bakteri.

2. Salinitas
Konsentrasi seluruh bahan padat terlarut dalam air laut disebut sebagai
salinitas dengan satuan part per thousand (ppt, bagian perseribu) atau permille (%).
Salinitas air laut permukaan biasanya sekitar 33 - 37%o.
11

3. Senyawa Organik
Ketersediaan dan pemanfaatan bahan organik terlarut (BOT) maupun

pertikel (BOP) dalam laut, menurut Putter (1980) bahwa hewan laut dapat

memanfaatkan karbon organic terlarut. Jumlah BOT diwakili 1,2 -1,0 mg C organik

dan 0,2 mg N 23 organik per liter, atau 1,5 kg BOT per m2 luas permukaan. Sedang

C pertikel sebesar 0,3 dari angka tersebut pada kolom air yang lebih dalam.

4. Limbah Pemukiman
Limbah pemukiman yang menghasilkan limbah, misalnya sampah dan air

buangan. air buangan dari permukiman biasanya mempunyai komposisi yang terdiri

dari eksreta (tinja dan urin). Limbah pemukiman dapat mencemari perairan (Aliya,

2008).

5. pH
Batas pH untuk pertumbuhan bakteri merupakan gambaran dari batas pH

bagi kegiatan enzim. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5 dan E. coli mampu

bertahan hidup di pH kisaran 4,4-9,0 dan pertumbuhan optimum berada pada

kisaran 6,0-7,0.
12

D. Perhitungan Bakteri
Beberapa macam perhitungan bakteri mikroorganisme yaitu metode hitungan

(McFarland) dan metode Most Probable Number (MPN). Beberapa perhitungan

tersebut digunakan sesuai dengan jenis bakteri dan tujuan masing-masing

perhitungan seperti perhitungan bakteri E.coli yang menggunakan metode

perhitungan MPN (Kusuma, 2012dalam Sarah, 2013).

Metode MPN (angka yang sering muncul) merupakan metode yang

digunakan untuk mengetahui keberadaan bakteri coliform seperti E. coli. Metode

perhitungan ini dilakukan dengan menghitung bakteri hidup (Kusuma, 2012 dalam

Sarah, 2013). Perhitungan MPN menurut (Waluyo, 2008) dilakukan dengan

mengambil 3 seri tabung pada setiap pengenceran yang dimana dihitung tabung

positif, lihat (gambar.2) pada pengenceran pertama 3 tabung yang mengasilkan

pertumbuhan positif, pengenceran kedua 2 tabung positif dan pengenceran ketiga 1

tabung positif. Setelah itu dikombinasi menjadi 3,2,1. Angka kombinasi tersebut

kemudian dicocokkan dengan tabel MPN seperti pada (Tabel 2) dan menghitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


13

A B

Gambar 2. Hasil pengenceran 3 seri tabung sebelum dan sesudah inkubasi (a)
sebelum inkubasi (b) sesudah inkubasi (Sutton, 2010).
14

Tabel 2. Tabel Most probability Number desain tiga tabung reaksi replikasi dari
manual FDA bakteri
15

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016 – Januari 2017 pada dua

lokasi wisata pantai Kota Makassar yaitu Pantai Akkarena dan Pantai Tanjung

Bayang (Gambar 4). Analisis bakteri E. coli dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi,

Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin. Pengukuran parameter kualitas air seperti pH, salinitas, suhu, arus,

dan oksigen terlarut dilakukan langsung di lapangan, Sedangkan bahan organik total

dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu Kelautan,

Universitas Hasanuddin.

Gambar 3. Peta lokasi penelitian


16

B. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel untuk

mengambil sampel air, cool box untuk penyimpanan sampel, GPS (Global

Positioning System) untuk mengambil titik sampling, kompas untuk menentukan

arah arus, layang-layang arus untuk mengukur kecepatan arus, sabak untuk media

menulis, alat tulis menulis untuk menulis data, stopwatch untuk pengamatan waktu,

kamera underwater untuk pengambilan gambar pada saat di lapangan dan di

laboratorium, kertas whatman ukuran 42 digunakan untuk menyaring, tissue untuk

membersihkan kotoran, pipet tetes untuk meneteskan atau mengambil larutan, buret

untuk titrasi dan mengukur volume suatu larutan, tabung reaksi sebagai wadah

dalam peremajaan bakteri, hendrafractometer digunakan untuk mengukur salinitas,

dengan bantuan cahaya, oven untuk mensterilkan peralatan kaca/kering, autoklaf

digunakan untuk sterilisasi basah, timbangan analitik untuk menimbang

medium,cawan petri sebagai wadah untuk menumbuhkan bakteri, Laminary Air Flow

(LAF) sebagai tempat kerja yang steril, inkubator digunakan untuk membiakkan

bakteri, ose bulat dan ose lurus untuk mengambil dan memindahkan bakteri dari

medium lama ke medium yang baru, labu Erlenmeyer sebagai wadah sampel,

beaker glass untuk penyimpanan wadah, gelas piala untuk wadah sampel,

refrigerator untuk menyimpan sampel, spoid untuk memindahkan bakteri, gloves dan

masker sebagai pengaman yang aseptic.

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air

laut, untuk medium pertumbuhan E.coli: Lactose Broth (LB),Briliant Green Bile

Lactose Broth (BGBLB), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), alkohol sebagai bahan

untuk mensterilkan, spiritus sebagai bahan bakar bunsen, kertas label sebagai

penanda sampel, aluminium foil sebagai alat penutup agar sampel tetap steril, kapas
17

sebagai penutup tabung reaksi, es batu kristal untuk mengawetkan sampel, KMnO4

berfungsi sebagai larutan pengoksidasi atau larutan indikator kandungan bahan

organik, Asam sulfat (H2SO4) berfungsi sebagai larutan pengasam, natrium Oksalat

(Na2C2O4) berfungsi untuk mengubah warna larutan menjadi bening, larutan Iodine,

kristal violet, larutan safranin dan alkohol 96 % digunakan untuk pewarnaan Gram.

C. Prosedur Kerja

1. Stasiun Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan pada dua lokasi yaitu Pantai Akkarena dan

Pantai Tanjung Bayang.

2. Pengambilan Sampel Air Untuk E. coli


Pengambilan sampel pada setiap lokasi dibagi menjadi 3 titik lokasi sampling

dan masing-masing titik sampling dilakukan 3 kali ulangan. Sampel air diambil

dengan memasukkan botol sampel steril kedalam air 10 cm di bawah permukaan air

laut. Pada saat pengambilan air botol sampel dimiringkan 45 0C, setelah botol terisi

100 mL angkat kepermukaan kemudian dilakukan pemberian label dan

memasukkan dalam cool box berisi es batu Kristal.

3. Pengukuran Parameter Kualitas Perairan


Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan kertas indikator pH universal

skala 0-14 kedalam perairan selama beberapa detik kemudian mencocokkan warna

indikator. Pengukuran suhu perairan dilakukan dengan mencelupkan thermometer

kedalam perairan kemudian tunggu beberapa menit angkat dan mencatat hasil yang

tertera pada thermometer 10-100 0C. Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan

menurunkan layang-layang arus kepermukaan air laut dan mencatat waktu, setelah

tali layang-layang sepanjang 5 meter meregang lurus, mencatat waktu. Kecepatan


18

arus dihitung dengan cara menghitung selang waktu (Δt) yang dibutuhkan

pelampung untuk menempuh suatu jarak tertentu dengan rumus (Saribun,2007)

Rumus :

V = Kecepatan Arus (m/detik)

S = Panjang lintasan layang-layang arus (m)

t = Waktu tempuh layang-layang arus (detik)

4. Pengambilan Sampel Air dan Analisis BOT


Metode pengukuran BOT menggunakan SNI (Standar Nasional Indonesia).

Pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan botol sampel 150 mL Kedalam

air (sama dengan pengambilan sampel bakteri). Setelah terisi 50 mL ditutup lalu

diangkat kepermukaan dan memberikan label kemudian memasukkan kedalam cool

box.

Pengukuran konsentrasi dilakukan dengan mengambil sampel air sebanyak

50 mL kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian menambahkan 9.5 mL

KMnO4 dengan menggunakan buret setelah itu menambahkan 10 mL H2SO4

menggunakan pipet tetes dan memanaskan sampel air sampai suhu 70-800C,

setelah itu menambahkan natrium oksalat 0.01 N sampai suhu sampel air menjadi

70 0C secara perlahan sampai berwarna bening lalu titrasi dengan KMnO4 0.01 N

sampai warna sampel menjadi merah muda dan mencatat berapa mL KMnO4 yang

digunakan untuk titrasi.


19

Perhitungan Bahan Organik Total menggunakan formula sebagai berikut:

BOT= (x-y) x 0.1 x 31.6 x 1000

50

Dimana

x = mL larutan baku kalium permanganat yang digunakan dalam titrasi

y = Larutan blankon

0,1 = Larutan Na oxalat

10 = Volume larutan baku KMnO4 0,01 N

50 =volume sampel

1000 mL = Konversi 1 liter air laut

31.6 = Seperlima dari BM KMnO4 karena tiap mol KMnO4 melepaskan 5


oksigen dalam reaksi ini (Haryadi,1992)

5. Isolasi Bakteri

a. Pembuatan Medium

Medium pertumbuhan untuk analisis E.coli menggunakan tiga medium yaitu

Lactose Broth (uji duga) Briliant Green Lactose Broth (uji konfirmasi) Eosin

Methylene Blue Agar (uji penguat).

Pembuatan medium untuk uji duga dilakukan dengan melarutkan Lactose

broth 1,3 gram kedalam 1 liter aquades. Untuk pembuatan uji konfirmasi dilakukan

dengan melarutkan 6 gram Briliant Green Lactose Broth dengan 1 liter aquades.

Pembuatan medium uji penguat dilakukan dengan melarutkan Eosin Methylene Blue

Agar (3,6 gram dan 1 liter air. Semua medium dilarutkan dengan hot plate with

stirrer. Setelah medium Lactose Broth dan Briliant Green Lactose Broth larut
20

selanjutnya memasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham

(peletakan tabung durham dalam keadaan terbalik) dan ditutup dengan kapas,

sedangkan Medium Eosin Methylene Blue Agar dimasukkan dalam gelas piala

ditutup kapas kemudian disterilkan di dalam autoclave pada suhu 121oC dengan

tekanan 2 atm selama 15 menit.

b. Pengenceran

Pengenceran sampel dilakukan dengan mengambil air sampel sebanyak 10

mL kedalam tabung reaksi yang berisi larutan 90 mL NaCl 0.9% untuk pengenceran

10-1. Selanjutnya ambil 1 mL sampel dari tabung pengenceran 10-1 lalu masukkan ke

dalam tabung reaksi berisi larutan 9 mL NaCl 0.9% kemudian menghomogenkan

dengan menggunakan vortex untuk pengenceran10-2. dan mengambil kembali 1 mL

dari tabung pengenceran 10-2 lalu memasukkan kedalam tabung reaksi berisi

larutan 9 mL NaCl 0.9% untuk pengenceran 10-3. masing-masing dari setiap

pengenceran dipindahkan 1 mL ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham.

Pengenceran dilakukan secara aseptik di dalam LAF (Laminary Air Flow).

1) Inokulasi
Inokulasi untuk E.coli dilakukan tiga tahapan, tahap pertama uji

pendugaan, kedua uji konfirmasi dan ketiga uji penguat (Bartram and Pedley,1996).

2) Uji Pendugaan
Uji pendugaan dilakukan dengan menggunakan 3 serial tabung.

Mengambil 1 mL larutan sampel masing-masing pengenceran dan dimasukkan ke

dalam tabung yang berisi medium Lactose broth sebanyak 9 mL dan tabung

Durham (Gambar 4). Selanjutnya inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 °C ± 0,5.

Apabila selama 24 jam tidak terjadi perubahan pada medium dan tidak ada gas yang
21

timbul maka inkubasi dilanjutkan 48 jam. Jika dalam waktu 48 jam tidak terbentuk

gas dalam tabung Durham maka dihitung sebagai hasil negatif.

Gambar 4. Pengenceran dan inokulasi pada metode MPN


(sumber:http://www.sas.upenn.edu/LabManuals/biol275/Table_of_Contents_files/14
-Enumeration.pdf)

Gambar 5. Hasil uji duga Lactose broth (a) Positif (b) Negatif
22

3) Uji Konfirmasi
Uji konfirmasi dilakukan dengan mengambil 1 ose dari masing-masing

kultur yang menunjukkan hasil positif kemudian diinokulasi ke dalam media baru,

yaitu (BGBLB) Briliant Green Lactose Broth (Gambar 6). Sebelum dilakukan

inokulasi biakan, semua tabung yang berisi Briliant Green Lactose Broth kemudian

diberi tabung durham untuk mengetahui adanya gas yang dihasilkan oleh bakteri

yang ada dalam sampel air. selanjutnya inkubasi suhu 37 °C ± 0,5 selama 24 jam.

A B

Gambar 6. Hasil uji Briliant Green Bile Lactose Broth (a) positif (b) negatif
23

4) Uji Penguat
Uji penguat dilakukan dengan mengambil tabung yang menunjukkan reaksi

positif (timbul gas pada tabung durham) kemudian menginokulasi biakan kemedia

(EMBA) Eosine Methylene Blue Agar, dengan mengambil 1 ose dari masing-masing

kultur yang positif kemudian digores secara perlahan lahan dimedia (EMBA) Eosine

Methylene Blue Agar. Setelah itu inkubasi selama 24 jam pada suhu 35oC. Bila hasil

goresan berwarna hijau metalik, berinti dan mengkilap seperti logam maka sampel

uji positif mengandung E.coli.

Gambar 7. Koloni E.coli di atas medium Eosin methylene blue agar (EMBA)
(Sumber: Cheeptham 2012)

c. Perhitungan Bakteri

Perhitungan MPN menurut (Waluyo, 2008) dila kukan dengan mengambil 3

seri tabung pada setiap pengenceran yang dimana dihitung tabung positif, lihat

(gambar.8) pada pengenceran pertama 3 tabung yang mengasilkan pertumbuhan

positif, pengenceran kedua 2 tabung positif dan pengenceran ketiga 1 tabung positif.

Setelah itu dikombinasi menjadi 3,2,1. Angka kombinasi tersebut kemudian


24

dicocokkan dengan tabel MPN seperti pada (Tabel 2) dan menghitung dengan

menggunakan Rumus :

A B

Gambar 8. Hasil pengenceran 3 seri tabung sebelum dan sesudah inkubasi (a)
sebelum inkubasi (b) sesudah inkubasi (Sutton, 2010).

d. Pewarnaan Gram dan Pengamatan Morfologi Sel E. coli

Pewarnaan Gram dilakukan denganmensterilkan glass objek (preparat) dan

penutup glass objek menggunakan alkohol dan tissue untuk mengeringkan, setelah

glass objek steril menetesi aquades menggunakan pipet tetes, kemudian ose

disterilkan dengan membakarnya menggunakan bunsen hingga berwarna merah

lalu ambil sampel bakteri yang telah dibiakkan dengan menggunakan ose bulat
25

(medianya jangan sampai terambil), selanjutnya letakkan di atas glass objek yang

telah ditetesi aquades, mengaduk secara perlahan-lahan hingga merata,Glass objek

yang telah terisi sampel kemudian dikeringkan (Difiksasi) diatas api kecil

(pengeringan jangan terlalu lama, agar sel bakteri tidak rusak). Pewarnaan Gram

menggunakan empat reagensia yaitu crystal violet, lugol atau gram’s iodine, alhokol

96%, dan safranin. Koloni bakteri di kaca objek diteteskan crystal violet sebanyak 3

tetes, didiamkan selama 1 menit dan dibilas aquades. Diteteskan iodine 3 tetes, lalu

didiamkan selama 1 menit dan dibilas dengan alkohol. Diteteskan safranin 3 tetes

selama 30 detik dan dibilas aquades. Sedangkan pengamatan morfologi sel bakteri

E.coli dilkukan dengan megambil kaca preparat yang telah ditetesi dengan larutan

Kristal violet, larutan iodine dan safranin yang telah dicuci dan dikeringkan dengan

menggunakan kertas serap hingga benar-benar kering, kemudian kaca preparat

diletakkan di bawah mikroskop untuk diamati morfologi sel bakteri selanjutnya foto

menggunakan kamera digital.

D. Analisis Data
Perbedaan jumlah koloni bakteri E. coli pada setiap lokasi dianalisis dengan

Uji (T) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 16.0.


26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Permandian Pantai Makassar

Perairan pantai di Kota Makassar yang banyak dikunjungi adalah Pantai

Akkarena dan Tanjung Bayang. Yang dimana Pantai Akkarena terletak di Kelurahan

Tanjung Merdeka, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Pantai ini merupakan

pantai yang dikelola oleh perusahaan swasta. Pantai ini digunakan sebagai tempat

mandi dan renang. Pengunjung mencapai 47.872 per bulan, untuk keamanan

pengunjung telah dibuat penghalang ombak breakwater. Breakwater ini berfungsi

untuk meminimalkan arus kencang yang datang ke arah pantai sehingga jumlah

sampah yang terbawa arus untuk masuk ke Pantai Akkarena ini menjadi berkurang.

Tanjung Bayang terletak di Kelurahan Barombong, kecamatan Tamalate, Makassar,

Sulawesi Selatan, jarak pusat kota dengan pantai ini hanya berjarak sekitar 4 km

(http://travel.detik.com, 2013). Berdasarkan laporan pengelola pantai tersebut setiap

bulannya memiliki sekitar 6000 pengunjung/wisatawan baik dari dalam maupun luar

negeri(Wawancara pribadi, 2017).

B. Parameter Kualitas Perairan

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada musim kemarau dan musim

hujan. Parameter kualitas air yang diukur adalah salinitas, suhu, dan bahan organik

total, data rata-rata parameter kualitas air disajikan pada Tabel 3.


27

Tabel 3. Data rata-rata parameter kualitas air yang terukur pada dua lokasi
penelitianPantai Akkarena dan Pantai Tanjung Bayang Kota Makassar
saat musim kemarau dan musim hujan.

Lokasi Pengambilan Sampel

Parameter Akkarena Tanjung Bayang


Kualitas Air
kemarau hujan Kemarau Hujan

Salinitas (ppt) 33 9 33 4

Suhu (˚C) 34 27 31 27

BOT (mg/Ltr) 79 37 78 45

pH 5 6 5 6

Arus (m/dtk) 0.01 0.02 0.03 0.06

Tabel 3 menunjukkan rata-rata nilai salinitas pada 2 lokasi permandian Kota

Makassar pada lokasi Akkarena di musim kemarau (33 ppt) dan musim hujan (9

ppt). Salinitas yang didapatkan di Tanjung Bayang pada saat musim kemarau (33

ppt) dan pada saat musim hujan (4 ppt). Salinitas pada musim kemarau lebih tinggi

dibanding dengan pada musim hujan baik di Tanjung Bayang maupun di Akkarena

kemungkinan terjadi karena pada saat musim hujan terjadi pengenceran. Dari hasil

pengukuran nilai salinitas yang didapatkan pada kedua lokasi tersebut dapat

mendukung kehidupan bakteri yang ada laut ( Sidharta, 2000). Dan seperti yang kita

ketahui bahwa di perairan laut memiliki kadar NaCl 3%, jika dikaitkan dengan

penelitiaan How et al., (2013) E.coli ATCC 8739 pada kadar NaCl 3% mengalami

pertumbuhan lebih dari 80%, dan dapat menyesuaikan diri dengan peningkatan

NaCl 1% setiap bulan hingga mencapai kadar 11%.)

Hasil pengukuran suhu perairan di Akkarena pada saat musim kemarau 31˚C dan

pada saat musim hujan 27˚C. Untuk Tanjung Bayang pada saat musim kemarau
28

31˚C dan musim hujan 27 oC. Informasi Merchant dan Parker (1961) bahwa E. Coli

akan tumbuh baik di suhu kisaran 15 – 45 oC dan pertumbuhan optimum di suhu 37


o
C. Dari hasil yang didapatkan dapat mendukung pertumbuhan bakteri dilaut.

Hasil pengukuran pH di Akkarena dan Tanjung Bayang pada saat musim

kemarau diperoleh nilai 5 dan pada saat musim hujan 6. Berdasar pada nilai pH

yang diperoleh tersebut, nilai pH pada lokasi sampling dikategorikan sebagai

perairan yang bersifat asam karena berada pada pH<7. (Sidharta, 2000). Meskipun

berada pada perairan yang bersifat asam, bakteri E. coli masih memungkinkan

untuk tumbuh. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan International Comission on

Microbiological Specification for foods (2004) bahwa bakteri E. coli mampu bertahan

hidup di pH kisaran 4,4-9,0 dan pertumbuhan optimum berada pada kisaran 6,0-7,0.

Berdasarkan hal tersebut jika dikaitkan dengan jumlah bakteri yang diperoleh

berdasarkan musim, jumlah bakteri yang diperoleh pada musim hujan lebih banyak

dibandingkan musim kemarau, hal tersebut dikarenakan karena pH perairan berada

pada kisaran optimum.

Nilai BOT (bahan organik total) yang di peroleh di Akkarena pada musim kemarau

79 mg/L dan pada saat musim hujan 37 mg/L. Tanjung Bayang nilai yang di peroleh

78 mg/L dan pada saat musim hujan 45 mg/L. Dengan banyaknya BOT (bahan

organik total) di perairan dapat memberikan sumber pertumbuhan bagi bakteri E.coli

dan memungkinkan keberadaan jumlah bakteri E.coli di lingkungan perairan akan

ikut melimpah (Sutiknowati, 2014).


29

C. Morfologi Koloni dan Sel E. coli di Pantai Tanjung Bayang dan Akkarena
Kota Makassar
Hasil pengamatan koloni yang tumbuh dimedia EMBA setelah diinkubasi suhu

37 oC selama 24 jam memiiki ciri-ciri morfologi berwarna hijau metalik, bentuk bulat,

elevasi mencembung dan pinggiran bulat utuh (Gambar 8).

A B

Gambar 9. Morfologi koloni bakteri Escherichia coli yang diinokulasi pada medium
pertumbuhan EMBA yang berasal dari permandian pantai (a) Tanjung Bayang (b)
Akkarena Kota Makassar.

Ciri-ciri morfologi bakteri E. coli yg didapatkan pada 2 lokasi penelitian sama

dengan yang diaporkan oleh (Atlas, 1993; Cheepthan, 2012; Lindquist, 2014; )

bahwa bakteri E. coli yg tumbuh pada medium EMBA memiliki warna koloni hijau

berinti mengkilat metalik dan bentuk bulat, elevasi mencembung, pinggiran bulat

utuh.

Hasil pewarnaan Gram memperlihatkan bahwa E. coli mampu menyerap

warna merah. Menurut Cappuccino dan Sherman (1987), bakteri yang mampu

menyerap warna merah pada pewarnaan Gram termasuk golongan bakteri Gram

negatif. Bentuk sel yang didapatkan batang lurus, tunggal dan rantai panjang dan

termasuk bakteri gram negatif (Gambar 5). Hal ini sesuai dengan pernyataan Carter

and wise (2004) Bakteri E. coli berbentuk batang, lurus, tunggal, berpasangan atau
30

rantai pendekdan termasuk Gram (-) dan Anggraeni (2015) hasil yang didapatkan

sel bakteri menunjukkan warna merah dengan koloni berbentuk basil (batang

pendek) maupun rantai memanjang.

A B

Gambar 10. Pengamatan bentuk sel bakteri Esherichia coli (a) Tanjung Akkarena an
(a) Tanjung Bayang dibawah mikroskop pembesaran 100x dari hasil pewarnaan
Gram.
31

D. Jumlah E. coli Pada Permandian Pantai Kota Makassar


Perhitungan bakteri E. coli dengan metode MPN : bahwa jumlah E. coli pada

Perairan Akkarena lebih rendah yaitu 0,2254 x 102 MPN/mL dimusim kemarau

dibanding pada waktu musim hujan yaitu 0,3394 x 102 MPN /mL. Hal yang sama

juga didapatkan pada perairan Tanjung Bayang dengan jumlah E. coli pada saat

musim kemarau lebih rendah yaitu 0,5465 x 102 MPN/mL dibanding musim hujan

yaitu 13,5292 x 102 MPN/mL. (Gambar 6. dan Lampiran 3)

1600
b
1352.92
1400

1200
Jumlah Bakteri (MPN/mL)

1000

800
Kemarau
600 Hujan
Standar Baku
400 Mutu

200 a a a
33.94 54.65
22.54
0
Akkarena Tanjung Bayang
Lokasi Sampling

Gambar 11. Rata-rata jumlah koloni bakteri E. coli (MPN/100 mL) di lokasi penelitian
Kota Makassar (huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang pada α = 0.05

Gambar 6 menunjukkan bahwa pada dua lokasi sampling Pantai Akkarena

ketika musim kemarau dan musim hujan tidak berbeda nyata (tabel 4) karena

disekitar lokasi sampling memiliki barrier (penghalang) sehingga arus yang datang

tidak dapat menjangkau daratan dan Pantai Akkarena sendiri tidak memiliki

penduduk karena dikelola langsung oleh pemerintah sehingga terjaga kebersihan.


32

Sedangkan pada Pantai Tanjung Bayang sangat berbeda nyata (Tabel 5) karena

tidak ada barrier sehingga ketika musim kemarau dan musim hujan air laut dapat

merembes ke daratan dan kemungkinan membawa limbah masuk ke laut dan

terdapatnya penduduk yang padat dilokasi sampling.

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata jumlah bakteri E .coli di perairan

Akkarena pada saat musim kemarau didapatkan hasil 0,2254 x 102 dan pada saat

musim hujan 0,3394 x 102. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena kurangnya

penduduk sebagai sumber penghasil bakteri E. coli dalam bentuk feses di Pantai

Akkarena dan kurangnya hewan berdarah panas sehingga jumlah bakteri yang

didapatkan lebih sedikit dibandingkan dengan Pantai Tanjung Bayang. Dan seperti

yang dinyatakan Ator dan Starzyk (1976) bahwa bakteri E. coli merupakan bakteri

yang termasuk dalam golongan fecal coliform yang mendiami saluran pencernaan

manusia dan hewan berdarah panas sehingga dapat keluar bersama dengan tinja

dan masuk ke lingkungan perairan. Dan dipertegas dengan yang didapatkan

Musdalifah (2013) Rata-rata jumlah bakteri Enterococcus spp. paling tinggi di

perairan P. Barranglompo hal itu karena dipengaruhi oleh padatnya penduduk dan

dekatnya dari pemukiman dan masih membuang tinja diperairan.

Jumlah E. coli yang didapatkan cukup banyak di peraiaran Tanjung Bayang

pada saat musim hujan 13,5292 x 102. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena

padatnya penduduk di Tanjung Bayang dan juga terdapat rembesan air dari daratan

(pipa pembuangan penduduk setempat) yang mengarah ke laut. Hal tersebut sesuai

dengan hasil penelitian Kusnoputranto (2000) bahwa pemusatan penduduk di

wilayah pesisir merupakan penghasil limbah rumah tangga (limbah domestik).

Limbah domestik umumnya terdiri dari tinja/feses, air seni buangan air limbah lain

(kamar mandi, cucian, dan dapur). Widajanti (2007) mendapatkan bahwa rembesan
33

air (limbah masyarakat) dari darat ke laut dapat mempengaruhi jumlah E. coli. Selain

itu juga karena bakteri E. coli adalah bakteri yang memang berasal dari daratan

(Gaman dan Sherrington, 1992) dan masuk ke perairan laut melalui pembuangan

limbah masyarakat pesisir (Kusnoputranto 2000).

Tabel 4. Hasil Analisis uji T Hasil jumlah bakteri Escheichia coli pada saat musim
kemarau dan musim hujan diperairan Akkarena

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence Interval of the
Error Difference
Sig. (2- Mean Differe
F Sig. T Df tailed) Difference nce Lower Upper
Jumlahe Equal
2022.
coli variances .610 .446 -.652 16 .524 -1318.77778 -5606.55294 2968.99738
62580
assumed
Equal
2022.
variances not -.652 15.875 .524 -1318.77778 -5609.30261 2971.74706
62580
assumed

Tabel 5. Hasil Analisis uji T Hasil jumlah bakteri Escheichia coli pada saat musim
kemarau dan musim hujan diperairan Tanjung Bayang

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std. Interval of the
Mean Error Difference
Sig. (2- Differenc Differen
F Sig. T Df tailed) e ce Lower Upper
Jumlah Equal - -
33. - 55421.
E. Coli variances .000 16 .031 131069.3 -248556.659 13582.
325 2.365 004
assumed 78 097
Equal
- -
variances not - 8.08 55421.
.045 131069.3 -258643.263 3495.4
assumed 2.365 3 004
78 92

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.179

Tahun 2004 perairan Akkarena baik pada saat musim kemarau 0,2254 x 102
34

maupun musim hujan 0,3394 x 102 masih tergolong bisa dipakai untuk berekreasi

(mandi dan renang). Hal tersebut karena jumlah E. coli pada perairan Akkarena

tidak melewati ambang batas baku mutu (200 MPN/100 mL) berdasarkan indikator

mikrobiologi untuk wisata perairan.

Sedangkan pada perairan Tanjung Bayang masih bisa dipakai untuk berekreasi

(mandi dan renang) hanya ketika musim kemarau 0,5465 x 102 Sedangkan pada

musim hujan perairan Tanjung Bayang tidak layak dipakai untuk berekreasi (mandi

dan renang) karena jumlah kandungan E. coli pada perairan tersebut 0,135229 x

102. melebihi ambang baku mutu (200 MPN/100 mL) berdasarkan indikator

mikrobiologi untuk wisata perairan (KEPMENLH, 2004).


35

V. SIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat bakteri Escherichia coli pada dua lokasi penelitian yang berada di

Kota Makassar.

2. Jumlah Escherichia coli di Perairan Pantai Akkarena tidak berbeda nyata

pada saat musim kemarau dan musim hujan, Sedangkan di Tanjung Bayang

sangat berbeda nyata karena jumlahnya lebih tinggi pada saat musim hujan

dibandingkan pada saat musim kemarau

B. Saran

- Sebaiknya pemerintah dan Stakeholder melakukan monitoring lebih lanjut

tentang keberadaan bakteri E. coli diperairan Tanjung Bayang dan Akkarena.

- Pemerintah sebaiknya menginformasikan kepada masayarakat Makassar

agar tidak membuang sampah dan tinja diperairan.


36

DAFTAR PUSTAKA

APHA. 1992. Standard Methods for the Eximination of Water and Wastewater.
18th edition, American Public Health Association (APHA), American
Water Works Association (AWWA) and Water Pollution Control
Federation (WPCF), Washington, D.C.

Anggraeny, R. 2015. ANALISIS CEMARAN BAKTERI Escherichia coli (E. coli) )


0157:H7 ADA DAGING SAPI DI KOTA MAKASSAR. Kedokteran Hewan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin: Makassar

Aliya, D.R. 2006. MengenaL Teknik Penjernihan Air. Semarang: Aneka Ilmu.

Bartram, J and S. Pedley, S. 2011. Environmental Protection Division (EPD).


2001. Water Quality Criteria for Microbiologycal Indicators in J. Bartram
and R. Ballance (edt) Water Quality Monitoring - A Practical Guide to the
Design and Implementation of Freshwater Quality Studies and
Monitoring . UNEP/WHO. ISBN 0 419 22320 7(Hbk) 0 419 21730 4
(Pbk)

Berg, Howard C. 2004. E.coli in Motion, Biological, and Medical Physics


Biomedical Engineering. New York:Springer Verlag AIP Press.

Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., Wootton M. 1987. Ilmu Pangan Edis
kedua. Purnomo, H dan Adiono (penerjemah). Jakarta: UI Press.
Terjemahan dari: Food Science.

Brooks, I. 2001. Recovery of anaerobic bacteria from four children with


postthoracotomy sternal wound infection. Pediatrics.

Carter, G., D.J. Wise. 2004. Esentials of Veterinary Bacteriology and


Mycology.Iowa Atate Press. 137-139.

Cappuccino, J.G., & Sherman, N. 1987. Microbiology : A Laboratory Manual.


The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc : California.

Cheeptham N. 2012. Eosin Methylene blue agar. Thompson Rivers University,


Canada.http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/2871-
eosinmethylene-blue (diakses pada tanggal 09 juni 2017 14:32)

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

Feliatra. 2002. Sebaran Bakteri Escherichia coli di Perairan Muara Sungai


Bantan Tengah Bengkalis Riau, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau , Pekanbaru.
37

Gaman, P. M. and Sherington, K. B. 1992. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu


Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta

Hariady, S. 1992. Metode Analisa Kualitas Air. Institut Pertanian Bogor. Fakultas
Perikanan. Bogor.

Hideshi Michino et al. 1999. Massive Outbreak of Escherichia coli O157:H7


Infection in Schoolchildren in Sakai City, Japan, Associated with
Consumption of White Radish Sprouts Environmental Health
Bureau.Ministry of Health and Welfare, Tokyo, Japan.

http://travel.detik.com, 2013. Tanjung Bayang, Pantai Sederhana Tapi Luar


Biasa di Makassar. (Diakses pada tanggal 20 januari 2017)

Hubbert W.T., dan H.V. Hagstad. 1991. Food Safety and Quality Assurance.
Food of Animal Original. Iowa State University Press, Ames Iowa 50010.

Karyadi, L. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Program instalasi Pengolahan


Air Limbah (IPAL) Komunal di RT 30 RW 07 Kelurahan Warungboto,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi Universitas Negeri.

Ketjulan, R., 2011. Daya Dukung Perairan Pulau Hari sebagai Obyek Ekowisata
Bahari. Jurnal Aqua Hayati, 7 (3): 183-188.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.179, 2004. Baku Mutu Air Laut Pada
Wisata Bahari. Jakarta: Menteri Lingkungan Hidup.

Merchant, I. A. and Parker, R. A. 1961. Veterinary Bacteriology and VirologyThe


Iowa State University Press, Ames, Iowa, United States of America.
Pp306-308

Meliala. S.E., Suryanto. D dan Desrita. 2004. Identifikasi Bakteri Potensial


Pathogen Sebagi Indikator Pencemaran Air di Muara Sungai Deli.
Universitas Sumatera Utara.

Monem MA., Mohamed EA., Awad ET., Ramadan AHM.and Mahmoud


HA.(2014). Multiplex PCR as emerging technique for diagnosis of
enterotoxigenic E. coli isolates from pediatric watery diarrhea. Journal of
American Science, Vol 10 No (10).

Noble.R.T., Moore, D.F, Leecaster, M.K, Mcgee, C.D dan Weisberg, S.B.2003.
Comparision of total coliform, fecal coliform, and enterococcus bacterial
indicator response for ocean recretional water quality testing. Water
Research 37 : 1637-1643
38

Pelczar, M. J., and Reid J. R. 1972. Dasar-dasar mikrobiologi. Alih bahasa: R.S.
Hadioetomo, T. Imas, S. S, Tjitrosomo dan S. L. Angka. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.

Payment, P., Affrayon, F. And Trudel, M.1988. Detection of Animal and human
Enteric Viruses in Water from The Assomption River and Its Tributaris.
Can.J. Microbiol 34 :967-973.

Sidharta, B.R. 2000. Pengantar Mikrobiologi Kelautan. Universitas Atma Jaya


Yogyakarta. Hal 42-47

Sutton, S. 2010. The Most Probable Number Method and its uses in
Enumeration, Qualification and Validation. 15 (3):36-37

Sudhanandh, V.S, udayakumar, P, Faisal, A.K, Potty, V.P, Ouseph, P.P,


Prasanthan, V dan Narendra B, K. 2012. Distribusion Of Potentially
Pathogenic Enteric Bakteria In Coastal Sea Waters Along The Sounthern
Kerala Coast, India. J. Environ. Biol. 33:61-66

Sutiknowati, L.I. 2014. Kualitas Perairan Tambak Udang Berdasar Parameter


Mikrobiologi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.6 (1) : 157-170

Suriawiria, U. 1995. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Air Buangan


Secara Biologis. Penerbit Alumni, Bandung.

Slamet, J.S.1996. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. p 85.


Yogyakarta.

Tortora, G. J and B. Derrickson. 2006. Principles of anatomy and physiology.11th


edition. USA: Wiley.

The Minister of National Health and Walfare.1992.Guidelines for Canadian


Recreational Water Quality. The Minister of National Health and
Walfare. Canada. 101 halaman. SBN 0-660-14239-2

Triadmodjo,B., 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yokyakarta.

Yulianda, F., 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber


daya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Disampaikan pada
Seminar Sains 21 Februari 2007. Departemen MSP. FPIK. IPB.

Wawancara Pribadi, 2017. Suvei Lokasi penelitian. Tanjung Merdeka,


Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.

Wang G, Zhao T, Doyle MP. 1996. Fate of Enterohemorrhagic Escherichia coli


O157:H7 in Bovine Feses. App Environ Microbial 62(7): 2567-2570.
39

Widiyanto, A,F., Yuniarno, S., Kuswanto. 2015. Polusi Air Tanah Akibat Limbah
Industri dan Limbah Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
10 (2) ; 250

Widajanti, W.,Rizka R., Melviana. 2007. Studi Pengolahan Air Sirkulasi Proses
Painting dengan Menggunakan Lumpur Aktif. Departemen Kimia.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia Kampus Depok.
40

LAMPIRAN

N
41

Lampiran 1. Kriteria Kualitas Air dengan indikator mikrobiologi untuk wisata air
Pseudomonas Fecal
Water Use Eschrichia coli Enterococci
aeruginosa coliforms

Less than or
Recreation Les than or Enteroless than
Less than or equal equal to
equal to 77/100 or equal 20/100
Primary to 2/100 mL 75th 200/100 mL
mL geometric mL geometric
contact percentile geometric
mean mean
mean
42

Lampiran 2. Nilai rata-rata kecepatan arus dan arah arus musim kemarau
Arah Waktu Kecepatan Rata-Rata
Lokasi Sub Stasiun Arus (detik) (m/detik) (m/detik)
TB1 347˚U 218 0.0229
Tanjung Bayang TB2 347˚U 187 0.0267 0.0300
TB3 347˚U 124 0.0403
TA1 135˚T 547 0.0091
Akkarena TA2 90˚T 552 0.0091 0.0097
TA3 180˚S 455 0.0110
43

Lampiran 3. Nilai rata-rata kecepatan arus dan arah arus musim hujan
Arah Waktu Kecepatan Rata-Rata
Lokasi Sub Stasiun Arus (detik) (m/detik) (m/detik)
TB1 250˚U 75 0.0667
Tanjung
TB2 210˚U 83 0.0602 0.0683
Bayang
TB3 240˚U 64 0.0781
TA1 80˚S 144 0.0347
Akkarena TA2 40˚S 246 0.0203 0.0265
TA3 50˚S 205 0.0244
44

Lampiran 4. Rata-rata jumlah bakteri Escherichia coli pada dua lokasi penelitian

Lokasi Titik Musim kemarau musim


sampling hujan

1 5.4 31.2

Pantai Akkarena 2 31.02 38.07

3 31.2 32.56

1 41.4 1631

Tanjung Bayang 2 0.032 832.43

3 122.51 159533
45

Lampiran 5. Titik lokasi pengambilan sampel air di permandian pantai Kota


Makassar.
Lokasi pengambilan sampel di Pantai Akkarena

Lokasi pengambilan sampel di Tanjung Bayang


46

Lampiran 6. Lokasi pengambilan sampel di permandian pantai Kota Makassar.


Tanjung Bayang (sumber, http://beritadaerah.co.id)

Pantai Akkarena (Sumber, http://Utiket, 2013.)

Anda mungkin juga menyukai