SKRIPSI
Oleh :
USWATUN KHASANAH
PROBOLINGGO – JAWA TIMUR
RINGKASAN
SUMMARY
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
Escherichia coli pada Sate Kerang Darah (Anadara granosa) yang Dijual di Pasar
Tradisional Kota Surabaya ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun berdasarkan
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua
pihak.
Penulis
vi
penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu penulis dalam kesempatan ini
1. Ibu Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., M.P. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
3. Ibu Dr. Hj. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
4. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si., Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. dan Ibu
Putri Desi Wulansari, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah
vii
masukan.
8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Mahmud dan Ibu Mutmainnah yang telah
pengorbanannya yang begitu besar sehingga penulisan skripsi ini berjalan dan
10. Sahabat seperjuangan Sarendah Rena, Anugrah Megawati, mbak Dwi Astuti,
Rona, Monita, Dina dan Mei yang memberikan semangat dan dukungannya.
11. Sahabat tercinta Sulaiman, Susan, Fani, Ery, Widi, Erni, Aida, Fatim, Asry
12. Sahabat Kost 37D, Hanief Fithrazela, mbak Nurilla Kholidah, mbak Erlin
13. Teman-teman FPK 2012 khususnya minat studi TIHP yang telah berjuang
14. Semua pihak yang telah membantu selama penuisan skripsi ini.
vii
DAFTAR ISI
RINGKASAN.................................................................................................. v
SUMMARY .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan ............................................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................................. 4
LAMPIRAN .................................................................................................... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
I PENDAHULUAN
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang
pangan masyarakat di daerah pantai (Susanti dan Monica, 2016). Nurjanah dkk.
(2005) menambahkan bahwa kerang darah (Anadara granosa) adalah salah satu
jenis kerang yang berpotensi dan bernilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai
kerang darah terdiri dari protein total 27,26% (bk), lemak total 2,54% (bk) dan
Kota Surabaya merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang menjadi
peningkatan dari tahun 2013-2014 yaitu 193,5 ton menjadi 273,1 ton (Diskanlut-
(Juniawati, 2005).
darah pada saat cuaca yang tidak memungkingkan untuk melakukan penangkapan
pesanan atau permintaan pasar, seperti kerang utuh, maupun diolah menjadi
daging kerang rebus dan sate (Nurjanah dkk., 2005). Retyoadhi dkk. (2005)
menambahkah bahwa kerang darah yang dibeli oleh pengumpul ada yang
langsung dioleh menjadi sate kerang dan ada juga yang langsung dijual dalam
yang terbuat dari daging kerang yaitu sate kerang. Pramono et al. (2015)
mengatakan bahwa sate kerang merupakan salah satu produk seafood tradisional.
Kerang darah merupakan produk perikanan yang memiliki kadar air tinggi,
darah yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi bakteri patogen
(Retyoadhi, dkk., 2005). Bakteri patogen yang umumnya terdapat dalam makanan
laut antara lain Salmonella sp., Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan
coli dalam produk kerang adalah <3/gram daging kerang berdasarkan 3 atau 5
Escherichia coli secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia (Brooks
dkk., 2004). E. coli dalam usus besar bersifat patogen jika melebihi jumlah
normal. Strain tertentu dapat menyebabkan peradangan selaput perut dan usus
(gastroenteritis). Apabila hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, dapat
uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui cemaran E. coli pada
sate kerang yang dijual di pasar tradisional kota Surabaya karena jika terdapat
penelitian yaitu apakah terdapat bakteri Escherichia coli pada sate kerang darah
(Anadara granosa) yang dijual di pasar tradisional kota Surabaya yang melebihi
1.3 Tujuan
Escherichia coli pada sate kerang (Anadara granosa) yang dijual di pasar
1.4 Manfaat
Escherichia coli pada sate kerang darah (Anadara granosa) yang dijual di pasar
pentingnya penanganan dan pengolahan sate kerang yang tepat dan baik. Selain
II TINJAUAN PUSTAKA
Filum : Molluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Family : Anadarainae
Genus : Anadara
Species : Anadara granosa
warna merah kecoklatan dari daging yang disebabkan adanya haemoglobin dalam
darah (Ulysses et al., 2012). Kerang darah (Anadara granosa) mempunyai dua
cangkang dengan bentuk segitiga, persegi atau oval yang umumnya sama sisi dan
A. granosa merupakan kerang yang memiliki ciri tubuh yang tebal dan
menggembung, cangkang bulat panjang dan hampir sama pada kedua sisinya. A.
granosa juga memiliki alur sebanyak 20 yang saling berhubungan dengan bintil
Periostracum pada kerang darah tipis dan lembut. Bagian tubuh kerang dapat
tetapi jumlah populasi tertinggi ditemukan di lumpur halus yang ditumbuhi hutan
bakau dan mangrove. Anadara granosa hidup di perairan dengan suhu optimum
20 - 30 oC dan salinitas 28 - 31 ppt pada musim kemarau dan salinitas 15 ppt pada
musim hujan (Broom, 1985). Kerang darah (Anadara granosa) hidup dengan
kerang darah mentah terdiri dari protein 19,48%, lemak 2,50%, kadar abu 2,24%,
kadar air 74,37%, mineral Cu 3,17 ppm, mineral Ca 698,49 ppm, mineral Fe
93,63 ppm dan mineral Zn 13,91 ppm. Sedangkan kerang darah rebus terdiri dari
protein 23,23%, lemak 7,01%, kadar abu 2,57%, kadar air 65,69%, mineral Cu
3,51 ppm, mineral Ca 1320,76 ppm, dan mineral Fe 52,38 ppm. Komposisi kimia
kerang bervariasi tergantung pada spesies, jenis kelamin, umur dan habitat.
penghilangan lumpur dan pencucian kerang darah yang dibeli dari nelayan.
pengumpul kerang darah akan menjual langsung kerang darah segar atau diolah
menjadi daging kerang rebus dan sate (Nurjanah dkk., 20005; Retyoadhi dkk.,
daging kerang rebus kupas dan daging kerang beku. Pengolahan kerang menurut
Pengolahan daging kerang rebus terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu
diterima dari nelayan harus dalam kondisi hidup dan memiliki cangkang yang
penyortiran kerang berdasarkan jenis dan mencatat jenis kerang yang diterima.
Kerang yang telah disortir kemudian ditimbang untuk mengetahui berat kerang
dalam keranjang. Mencelupkan keranjang yang berisi kerang pada bak pencucian
yang telah berisi air tawar bersih, diaduk perlahan agar lumpur yang menempel
pada cangkang kerang hanyut dalam air dan ditiriskan. Jika air cucian terlihat
kotor dan keruh maka harus diganti. Kemudian dilakukan perebusan dengan air
cara mencongkel kerang cangkang kerang dengan pisau kecil yang terbuat dari
bahan anti karat dan bersih. Daging kerang yang telah dipisahkan dari cangkang
disimpan pada tempat yang telah disediakan dan diberi es. Pemberian es berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada daging kerang yang telah dikupas.
Pencucian kedua dilakukan menggunakan air dingin dan langkah yang dilakukan
cara memisahkan daging kerang berdasarkan kualitas meliputi warna, bau dan
keberadaan benda asing (logam, kerikil dan kayu. Jika terdapat daging kerang
dilakukan dengan cara meletakkan daging kerang dalam kotak penyimpanan yang
telah berisi es curah dengan perbandingan daging kerang dan es yaitu 2:1. Daging
kerang dan es disusun berselang seling pada kotak penyimpanan. Lapisan paling
bawah dan paling atas kotak penyimpanan tertutup dengan es. Selanjutnya kotak
kontaminasi.
Pengolahan daging kerang beku terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu
memisahkan daging kerang berdasarkan kualitas meliputi warna, bau dan tekstur
Jika terdapat daging kerang yang tidak memenuhi standar maka daging kerang
dipisahkan.
dengan cara memasukkan daging kerang ke dalam plastik vacuum yang telah
diberi label kemudian divacuum. Label berisi jenis kerang, nama perusahaan atau
ditempatkan pada mesin pembekuan dengan suhu -40 oC. pembekuan dilakukan
dengan cepat dan tidak melebihi delapan jam untuk menghindari kerusakan
Selanjutnya daging kerang yang telah beku dan dikeluarkan dari mesin
dipindahkan pada ruang penyimpanan dengan suhu -20 oC. Daging kerang
Bentuk olahan lain dari kerang yang beredar di pasaran adalah sate kerang.
Menurut Mayasari (2010) sate adalah makanan yang terbuat dari potongan daging
yang dipotong kecil yang ditusuk dengan tusukan sate kemudian dibakar
menggunakan bara arang kayu. Berbeda dengan sate pada umumnya, sate kerang
tidak melalui proses pembakaran. Pengolahan sate kerang dimulai dengan proses
kerang yang telah direbus dipisahkan dengan cangkang dan digoreng dengan
Kingdom : Bakteria
Filum : Proterobacteria
Kelas : Gamma Proterobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli
pendek atau kokobasil, bersifat motil dengan flagel, tidak membentuk spora.
Escherichia coli memiliki ukuran 0,4 µm - 0,7 µm x 1,4 µm dan memiliki strain
berkapsul. E. coli mempunyai kompleks antigen yang terdiri dari antigen O, H dan
E. coli adalah pH 4,4 - 8,5 dan nilai aktivitas air minimum adalah 0,95.
Escherichia coli membentuk koloni rata dan tidak lengket dan terlihat
mengkilap seperti logam pada media diferensial (Brook dkk., 2004). E. coli dapat
memfermentasi laktosa dan memproduksi asam dan gas pada suhu 37 oC maupun
suhu 44,5 ± 0,5 oC dalam waktu 48 jam (Arvin, 2000). E. coli menunjukkan hasil
positif pada tes indol, lisin dekarboksilase dan fermentasi manitol serta
pada agar darah. Lebih dari 90% isolat E. coli positif terhadap β-glukuronidase
dkk., 2004). BSN (2009) menambahkan bahwa terdapat strain E. coli patogen dan
non patogen. E. coli non patogen banyak ditemukan di dalam usus besar manusia
menghasilkan vitamin K dari bahan yang belum dicerna dalam usus besar.
dan nutrisi normal di dalam usus. E. coli dapat menjadi patogen apabila jumlah
koloni terlalu banyak, berada dalam jaringan di luar jaringan usus yang normal
atau di tempat yang jarang terdapat flora normal dan keadaan manusia sebagai
pejamu yang normal tidak kuat terutama pada bayi atau usia lanjut atau setelah
diare. Brooks dkk. (2004) menyatakan bahwa diare yang disebabkan E. coli
sifat virulensi, E. coli dibagi menjadi lima kelompok yaitu E. coli enteropatogenik
Diare yang ditimbulkan yaitu diare encer yang dapat sembuh sendiri tetapi dapat
menjadi kronik. Lama diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat
EPEC menempel pada sel mukosa intestinal, kemudian dibantu dengan kromosom
hilangnya mikrovili yang ada pada mukosa intestinal (Brooks dkk., 2004).
diare yang sangat penting pada bayi di negara berkembang. ETEC menghasilkan
dua jenis toksin yaitu enterotoksin yang tahan panas (ST) dan enterotoksin yang
tidak tahan panas (LT). ETEC menyebabkan secretory diarrhea seperti kolera
ketika ETEC melekat pada usus manusia. Toksin yang dihasilkan akan masuk ke
mukosa usus dan mempengaruhi fungsi sel dengan mengaktivasi adenil siklase
yang banyak dan lama serta menghambat reabsorbsi natrium. Lumen usus menjadi
teregang oleh air yang menyebabkan hipermotilitas, maka terjadilah diare yang
menambahkan gejala yang disebabkan ETEC adalah diare tanpa demam hingga
diare berat yang mirip dengan kolera tetapi tanpa darah dan lendir, kram perut dan
Vero yaitu suatu sel ginjal monyet Afrika. Serotype E. coli yang menghasilkan
diidentifikasi adalah O157:H7 (Brooks dkk., 2004). Dosis infeksi O157:H7 yang
dapat menimbulkan penyakit adalah rendah yaitu 101 g hingga 102 g, umumnya
meyerang kelompok balita, manula dan orang yang memiliki kekebalan tubuh
(BSN, 2009). Brooks dkk. (2004) menambahkan bahwa penyakit yang disebabkan
EIEC paling sering terjadi pada anak di negara berkembang dan pada pengunjung
mukosa usus. Seperti Shigella, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau
EAEC menyebabkan diare akut dan kronik dengan durasi lebih dari 14
hari yang sering terjadi pada masyarakat di negara berkembang. EAEC juga
melekat pada sel epitel mukosa intestinal kemudian mengeluarkan toksin yang
saluran kemih, sepsis, meningitis dan penyakit lainnya. Infeksi saluran kemih
yang disebabkan E. coli adalah penyebab tersering dengan prevalensi sekitar 90%
terutama pada wanita. Gejala dan tanda infeksi saluran kemih yaitu sering
berkemih, disuria, hematuria dan piuria. Timbul gejala nyeri pinggang yang
disebabkan infeksi saluran kemih bagian atas. Antigen K adalah antigen yang
berperan penting pada infeksi saluran kemih bagian atas, sedangkan antigen O
berperan hampir pada seluruh infeksi. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan
Jika pertahanan pejamu yang normal tidak kuat sehingga E. coli dapat
masuk ke peredaran darah dan menyebabkan sepsis. Sepsis dapat terjadi akibat
infeksi saluran kemih (Brooks dkk., 2004). Kayser et al. (2005) menambahkan
bahwa E. coli menjadi penyebab sepsis yang cukup tinggi yaitu dengan prevalensi
mencapai 15%. Sebagian besar sepsis yang disebabkan oleh E. coli diakibatkan
75% E. coli dari kasus meningitis mempunyai antigen KI, yaitu antigen yang
bahwa nelayan mengkonsumsi sendiri hasil tangkapan kerang darah ketika tidak
musim ikan. Kerang darah dijual di pasaran dalam bentuk utuh segar, daging
kerang rebus dan sate (Nurjanah dkk., 2005; Retyoadhi dkk., 2005). Selain itu,
produk olahan kerang yang dijual di pasaran berupa daging kerang beku (WWF-
Indonesia, 2015). Produk olahan kerang darah dipasarkan di pasar tradisional dan
adalah sate kerang yang terbuat dari daging kerang (Adriyani, 2009). Sate kerang
merupakan salah satu produk seafood tradisional dimana produk seafood paling
banyak dikonsumsi masyarakat setiap hari (Pramono et. al., 2015). Hampir di
Bahan utama sate kerang yang berupa daging kerang darah perlu diperhatikan
yang dapat menyerap pencemar logam berat maupun mikroba (Retyoadhi dkk.,
2005). Proses pengolahan sate kerang mulai persiapan bahan, pencucian dan
pemasakan hingga menjadi sate perlu diperhatikan dan harus tepat. Pencucian
daging kerang yang kurang tepat atau penggunaan air yang tidak bersih,
penggunaan alat dalam proses pengolahan hingga proses pemasakan yang tidak
coli. Faridz dkk. (2007) mengatakan bahwa E. coli mudah menyebar dengan cara
Manusia sebagai pengolah sate kerang juga dapat menjadi sumber kontaminasi E.
coli. Selain itu proses pemasakan sate kerang yang kurang matang dapat
menyebabkan bakteri tetap ada dalam produk. Salah satu bakteri patogen yang
2005).
sate kerang harus menjadi perhatian karena merupakan produk siap untuk makan
dan dapat menjadi sumber wabah penyakit. Kerangka konseptual penelitian ini
Kerang Darah
Pasar Pasar
Daging Sate Daging swalayan tradisional
kerang kerang kerang
Rebus beku
Transaksi Tempat
Bahan Pengolah Sanitasi Pencucian Proses penjual dan
baku alat pemasakan pembeli
Kontaminasi
Escherichia coli
Keterangan :
: Aspek yang diteliti
IV METODOLOGI PENELITIAN
tradisional yang terdapat di kota Surabaya, antara lain pasar tradisional Simo,
dilakukan tahap uji penduga coliform, uji penguat coliform dan identifikasi bakteri
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat inkubator,
autoclave, oven, water bath, refrigerator, bunsen, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, labu Erlenmeyer, mortar, labu ukur, tabung Durham, Beaker glass, cawan
petri, timbangan analitik, timbangan, hot plate, vortex, pengaduk, pipet tetes,
Sampel yang digunakan adalah sate kerang yang diperoleh dari pasar
adalah Lactose Broth (LB), Eosin Methylen Blue (EMB) Agar, MR-VP Broth,
pereaksi Kovacks, indikator metil merah, Simmon Citrate Agar, Sulfide Indol
Motility (SIM), pereaksi pewarnaan Gram (kristal violet, lugol, alkohol 95% dan
safranin), larutan KOH 40%, larutan alpha napthol, alkohol 70%, akuades steril,
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan (Susanti, 2010). Observasi pada peneltian ini dilakukan terhadap
berbagai hal yang berhubungan dengan isolasi dan identifikasi bakteri Escherichia
mewakili setiap wilayah bagian yaitu pasar tradisional Simo, Banyu Urip
mempunyai pendapatan terbesar dan terdapat penjual sate kerang darah. Sampel
yang diambil dari setiap pasar sebanyak 10% dari jumlah total sate kerang yang
dijual setiap hari. Perhitungan jumlah sampel yang diambil mengacu pada
Rachmawati (2015) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil sebesar
Berdasarkan survey yang dilakukan, total populasi sate kerang darah yang
dijual setiap hari di pasar tradisional Simo, pasar tradisonal Krembangan, pasar
tradisional Keputran dan pasar tradisional Pacar Keling adalah sekitar 20 tusuk
sehingga diambil dua tusuk sate kerang darah di setiap pasar sebagai sample.
Total populasi sate kerang darah yang dijual di pasar tradisional Wonokromo
setiap hari adalah sekitar 30 tusuk sehingga diambil tiga tusuk sate kerang darah
sebagai sampel. Jadi dari lima pasar didapatkan sampel sebanyak 11 sampel.
cool box yang berisi es untuk menghindari kontaminasi bakteri dan menjaga
Tahap awal yang dilakukan adalah persiapan dan sterilisasi alat. Sterilisasi
(Collins et al., 2004). Peralatan gelas, tabung uji, pipet, botol, cawan petri dan
media disterilkan dalam autoclave pada suhu 121 oC selama 15 - 20 menit (Volk
dan Wheeler, 1993). Selama proses penelitian harus selalu menerapkan teknik
alkohol 70% pada tangan dan meja penelitian sebelum dan sesudah melakukan
penelitian.
Pemeriksaan bakteri E. coli dengan metode MPN terdapat tiga tahap yaitu
uji penduga coliform, uji penguat coliform dan uji lengkap atau identifikasi E. coli
(Fardiaz, 1993).
Lactose Broth dengan menggunakan pipet dan tabung Durham dengan posisi
tabung pertama, 1 ml sampel dari pengenceran 10-2 ke dalam 3 tabung kedua dan
atau tidaknya gas dalam tabung Durham. Jika terdapat gas sebanyak 10% atau
diinokulasi pada agar cawan Eosin Methylen Blue (EMB) Agar dengan teknik
penggoresan menggunakan jarum ose steril. EMB Agar digunakan untuk isolasi
bakteri fekal koliform (Leboffe and Pierce, 2011). Kemudian diinkubasi pada
suhu 37 oC selama 24 jam. Uji penguat coliform dikatakan positif jika terdapat
koloni hijau metalik. Hasil positif pada media EMB Agar dicocokkan dengan
hasil positif pada tabung Durham untuk menguatkan adanya pertumbuhan E. coli
pada tabung MPN seri sembilan tabung. Jumlah tabung positif selanjutnya
dicocokkan dengan tabel nilai MPN untuk mendapatkan nilai MPN. Tabel MPN
1. Uji Indol
Uji indol adalah uji yang menentukan ada tidaknya enzim yang dapat
memecah triptofan pada bakteri atau organisme tertentu. Uji indol dilakukan
dengan cara mengambil satu koloni terpisah dengan menggunakan ose, kemudian
diinokulasi ke dalam media Sulfide Indol Motility (SIM) dan diinkubasi pada suhu
Kovacks. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya lapisan berwarna merah pada
jam. 3 - 4 tetes indikator metil merah ditambahkan pada media. Hasil positif
jam. Kemudian ditambahkan 10 tetes larutan KOH 40% dan 15 tetes larutan alpha
terlihat warna merah muda pada media maka hasil positif (Aminollah, 2016).
4. Uji Sitrat
Media yang digunakan dalam uji sitrat adalah Simmons Citrate Agar
dengan cara menginokulasi bakteri pada media dan diinkubasi pada suhu 37 oC
selama 24 jam. Hasil uji positif jika terjadi perubahan warna media menjadi biru
Escherichia coli dan nilai MPN E. coli pada sate kerang darah yang dijual di pasar
tradisional kota Surabaya. Karakterisasi E. coli yaitu adanya gelembung gas pada
media Lactose Broth, warna koloni bakteri pada media Eosin Methylen Blue
(EMB) Agar, adanya indol dan warna pada uji MR-VP dan sitrat. Nilai MPN E.
bentuk gambar dan tabel. Data yang didapat akan dibandingkan dengan buku
Bergey’s Determinative Bacteriology (Breed et al., 1957). Hasil uji MPN akan
Escherichia coli pada produk perikanan. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Persiapan sampel
Identifikasi bakteri
Analisis Data
Kesimpulan
Escherichia coli merupakan salah satu anggota bakteri coliform fekal. Uji
MPN merupakan uji untuk mengetahui jumlah bakteri coliform fekal maupun
coliform non-fekal yang tedapat pada suatu sampel yang diuji (Fardiaz, 1993).
Metode uji MPN yang pertama kali dilakukan adalah uji penduga coliform. Uji
penduga coliform menggunakan media Lactose Broth (LB) dengan tiga tingkat
pengenceran yaitu 10-1, 10-2 dan 10-3 dan tiga seri tabung tiap sampel. Setiap
tabung reaksi yang berisi tabung Durham, media LB dan sampel diinkubasi
selama ± 48 jam pada suhu 37 oC. Gambar tabung reaksi yang berisi tabung
Gambar 5.1 Tabung reaksi berisi tabung Durham, media LB dan sampel
perubahan kekeruhan cairan dan juga terbentuk gas dalam tabung Durham dan
dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan dan atau tidak terdapat gas dalam
tabung Durham (Fardiaz, 1993). Hasil uji penduga coliform positif dan negatif
dapat dilihat pada Gambar 5.2. Pembentukan gas terjadi karena terjadi fermentasi
laktosa (Leboffe and Pierce, 2012). Escherichia coli dapat memfermentasi laktosa
dan menghasilkan gas (Brooks et al., 2004). Uji penduga coliform pada 11 sampel
yang diperiksa mempunyai hasil yang beragam yang ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Keterangan: (+): terdapat gelembung gas pada tabung Durham. (-): tidak terdapat
gelembung gas pada tabung Durham. Jumlah tabung positif: Jumlah
tabung positif dari setiap tabung pengenceran
Berdasarkan hasil uji penduga coliform pada Tabel 5.1 diketahui bahwa
sampel sate kerang yang diperiksa hanya menunjukkan hasil positif pada delapan
sampel yaitu sampel A1, B2, B3, C1, C2, D2, E1 dan E2. Sampel B2, B3, C1, D2,
E1, E2 positif pada tabung pengenceran 10-1. Sampel A1 dan C2 positif pada
tabung pengenceran 10-2. Semua hasil negatif pada tabung pengenceran 10-3.
pengenceran.
Selanjutnya hasil positif pada uji penduga coliform dilakukan uji penguat
pada media EMB Agar. Uji penguat coliform pada media EMB Agar hanya
dilakukan pada delapan sampel dari hasil uji penduga coliform. Hasil positif pada
SKRIPSI PEMERIKSAAN BAKTERI E. coli USWATUN KHASANAH
30
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
media EMB Agar ditandai dengan adanya koloni berwarna hijau metalik. EMB
bakteri Gram positif dan memperjelas perbedaan dengan koloni bakteri yang lain.
Warna hijau metalik pada media EMB Agar menunjukkan fermentasi laktosa dan
atau sukrosa sebagai ciri dari coliform fekal (Leboffe and Pierce, 2011).
Hasil uji penguat coliform pada media EMB Agar dapat dilihat pada Tabel
5.2. Berdasarkan pada Tabel 5.2 diketahui jika semua sampel pada uji penguat
menghasilkan hasil positif yaitu menghasilkan koloni berwarna hijau metalik pada
media EMB Agar. Hasil uji pada media EMB Agar dapat dilihat pada Gambar
5.1. Penelitian Islam et al. (2014) menyatakan bahwa koloni bakteri E. coli pada
media EMB Agar berwana hijau dengan kilap logam. Sehingga dapat dikatakan
Gambar 5.3 Hasil positif uji penguat coliform pada media EMB Agar
Tabel 5.2 Hasil pada uji penguat coliform pada media EMB Agar
dilakukan pada semua sampel yang positif pada uji penguat coliform yaitu pada
delapan koloni bakteri dari delapan sampel yaitu sampel A1, B2, B3, C1, C2, D2,
E1, E2. Hasil identifikasi E. coli akan dicocokkan dengan hasil pada uji penguat
untuk menentukan nilai MPN E. coli pada sampel. Identifikasi E. coli yang
dilakukan terdiri dari empat uji yaitu uji indol, uji methyl red (MR), uji Voges-
Proskauer (VP) dan uji sitrat. Hasil identifikasi ditunjukkan pada Table 5.3.
Sampel
Uji
A1 B2 B3 C1 C2 D2 E1 E2
Indol + + + + + - + +
Voges-Proskauer
(VP) - - - - - - - -
Sitrat - - - - - + + +
Keterangan: Indol positif (+) karena permukaan media berwarna merah dan dan
negatif (-) karena berwarna kuning; MR positif (+) karena media
berwarna merah dan negatif (-) karena berwarna kuning atau oranye;
VP positif (+) karena berwarna merah muda atau merah dan negatif
(-) karena berwarna kuning; Sitrat positif (+) karena media berwarna
biru dan negatif (-) jika tidak berubah warna (hijau).
biokimia yang sama yaitu sampel A1, B2, B3, C1 dan C2 yaitu indol positif, MR
biokimia yang sama yaitu indol positif, MR negatif, VP negatif dan sitrat negatif.
yang termasuk E. coli adalah sampel A1, B2, B3, C1 dan C2 yaitu dengan
yang dilakukan Islam et al. (2014) pada identifikasi E.coli menunjukkan hasil
yang sama.
dilakukan analisis nilai MPN dengan mencocokkan hasil identifikasi dengan hasil
pada uji penguat coliform kemudian dianalisis menggunakan tabel MPN yang
dikeluarkan oleh BSN (2006). Hasil MPN E. coli pada sate kerang darah
ditunjukkan pada Tabel 5.4 hanya enam sampel yaitu sampel A2, B1, D1, D2, E1
dan E2 yang memiliki nilai MPN E. coli <3,0 MPN per gram daging sate kerang.
Sampel A1 dan C2 memiliki nilai MPN E. coli sebesar 3,0 MPN per gram daging
kerang, sedangkan sampel B2, B3 dan C1 memilki nilai MPN E. coli sebesar 3,6
5.2 PEMBAHASAN
Sate kerang darah merupakan salah satu makanan tradisional yang siap
makan, sehingga keamanan untuk dikonsumsi perlu diperhatikan. Jika sate kerang
darah yang dikonsumsi mengandung bakteri patogen, maka akan menjadi sumber
(Novianti, 2015). Salah satu bakteri patogen yang perlu diperhatikan adalah
Escherchia coli.
koloni pasti berkolasi positif dengan bakteri patogen. Mendeteksi coliform lebih
mudah, cepat dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogen lain (Aminollah,
Number (MPN).
Sampel sate kerang darah sebanyak 11 sampel diperoleh dari lima pasar di
kota Surabaya dengan kode sampel A yang mewakili Surabaya Pusat, kode
Surabaya Timur, kode sampel D yang mewakili Surabaya Utara dan kode sampel
E yang mewakili Surabaya Barat. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari
menggunakan media Lactose Broth (LB) dengan tiga seri tabung dengan
pengenceran 10-1, 10-2, 10-3 dimana setiap pengenceran dimasukkan ke dalam tiga
tabung reaksi yang berisi tabung Durham dan media LB, sehingga ada sembilan
tabung untuk setiap sampel jadi keseluruhan tabung yang diteliti ada 99 tabung.
Tabung yang berisi sampel, tabung Durham dan media LB kemudian diinkubasi
coliform pada sampel ditandai dengan terbentuknya gas di dalam tabung Durham
dan perubahan warna media dari kuning menjadi keruh (Fardiaz, 1993).
Terbentuknya gas dan perubahan warna media menjadi keruh pada tabung
Berdasarkan hasil penelitian pada uji penduga coliform pada Tabel 5.1
diketahui bahwa hanya ada delapan tabung dari delapan sampel yang
menunjukkan hasil positif yaitu yaitu sampel A1, B1, B2, B3, C1, C2, D2, E1 dan
E2 menghasilkan gas pada tabung Durham dan warna media berubah menjadi
keruh. Sedangkan tabung yang lain tidak menunjukkan adanya gas pada tabung
Durham atau perubahan warna media. Uji penduga coliform belum bisa
memastikan bahwa suatu sampel positif terdapat bakteri Escherichia coli karena
selain bakteri E. coli terdapat beberapa jenis bakteri lain yang mempunyai
(Novianti, 2015).
pada media Eosin Methylen Blue (EMB) Agar. Setiap sampel dari masing-masing
tabung diinokulasi pada cawam EMB Agar dan diinkubator selama 24 jam pada
suhu 37 oC. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel yang
dilakukan uji penguat coliform adalah positif. Hasil uji penguat coliform
dikatakan positif karena pada media EMB Agar terdapat koloni berwarna hijau
metalik dengan bintik kehitamanan di tengah koloni dan kilap logam. EMB Agar
mengandung eosin dan metilen biru yang menghambat pertumbuhan Gram positif
sehingga bakteri yang tumbuh terseleksi hanya bakteri Gram negatif (Leboffe and
Pierce, 2011). EMB Agar juga mempunyai kandungan laktosa sehingga bakteri
Gram negatif yang tumbuh akan terdiferensiasi berdasarkan sifat yang dapat
memfermentasi laktosa (Tille and Forbes, 2014). Delapan sampel yang diuji pada
tahap uji penguat coliform terindikasi kuat mengandung E. coli. Menurut Fardiaz
coliform lain dalam aktifitas biokimia dapat menggunakan uji IMVic (Indol,
Methyl red, Voges-Proskauer dan sitrat). Uji yang dilakukan pertama adalah uji
indol. Uji indol adalah uji yang menentukan kemampuan bakteri untuk
triptonase akan memecah triptofan menjadi indol, asam piruvat, ammonia dan
adanya indol pada bakteri atau biakan, sedangkan tidak adanya indol ditandai
dengan media tidak berwarna merah (Engerlick, 2008). Tujuh dari delapan
merah atau hasil positif pada uji indol setelah ditambah pereaksi Kovacks yaitu
sampel A1, B2, B3, C1, C2, E1, dan E2. Aminollah (2016) mengatakan bahwa
warna merah pada permukaan media disebabkan karena indol bereaksi dengan
aldehid. Satu dari delapan sampel yang diuji tidak terjadi perubahan warna merah
pada permukaan media atau hasil negatif pada uji indol yaitu sampel D2.
atau laktosa (Fardiaz, 1993). Media akan berubah warna menjadi merah setelah
menurun menjadi 4,4 atau lebih rendah, hal ini menujukkan adanya fermentasi
laktosa oleh bakteri yang ada dalam media (Engerlick, 2008). Lima dari delapan
sampel yang diuji menunjukkan perubahan warna media menjadi merah setelah
penambahan reagen metil merah yaitu sampel A1, B2, B3, C1 dan C2 yang
dinyatakan sebagai hasil positif pada uji methyl red. Tiga dari delapan sampel
yang diuji tidak menunjukkan perubahan warna media setelah penambahan reagen
metil merah yaitu sampel D2, E1 dan E2 yang dinyatakan sebagai hasil negatif
yang digunakan untuk methyl red yaitu MR-VP Broth tetapi reagen yang
digunakan adalah larutan KOH 40% dan larutan alpha napthol. Uji VP digunakan
(Fardiaz, 1993). Semua sampel yang diuji yaitu delapan sampel tidak mengalami
perubahan warna media setelah penambahan reagen yaitu tetap berwarna kuning,
hasil positif, sedangkan warna kuning pada media atau tidak terjadi perubahan
menunjukkan hasil negatif. Menurut Aminollah (2016) KOH dan alpha napthol
asetoin. Menurut Hemraj (2013) asetoin adalah perantara dalam produksi butilen
glikol dalam fermentasi karbohidrat. Dua reagen yang digunakan dalam uji VP
yaitu larutan KOH 40% dan alpha napthol ditambahkan pada media setelah
diinkubasi dan terkena oksigen, jika terdapat asetoin akan teroksidasi dengan
adanya udara dan KOH menjadi diasetil. Diasetil kemudian berekasi dengan
komponen guanidine dari pepton yang merupakan komposisi kompleks media VP,
adanya alpha napthol mengasilkan warna merah. Alpha napthol berperan sebagai
katalis dan penguat warna. Uji VP untuk Escherichia coli adalah negatif karena E.
sebagai satu-satunya sumber nitrogen (Fardiaz, 1993 dan Engerlick, 2008). Lima
dari delapan sampel yang diuji tidak menunjukkan perubahan warna pada media
yaitu sampel A1, B2, B3, C1 dan C2 yang dapak dinyatakan sebagai hasil negatif
pada uji sitrat, sedangkan sampel D2, E1 dan E2 terjadi perubahan media menjadi
warna biru yang dinyatakan sebagai hasil positif pada uji sitrat. Menurut Hemraj
(2013) pemanfaatan sitrat melibatkan enzim sitrat permease yang memecah sitrat
menjadi oksaloasetat dan asetat. Oksaloasetat lebih lanjut dipecah menjadi piruvat
dan CO2. Produksi Na2CO3 serta NH3 dari pemanfaatan natrium sitrat dan garam
hijau menjadi biru. Menurut Fardiaz (1993) Escherichia coli tidak menggunakan
Berdasarkan hasil uji biokimia yang dilakukan, bakteri yang ada dalam
sampel A1, B2, B3, C1 dan C2 memiliki enzim triptonase sehingga dapat
memecah triptofan menjadi indol, amonia dan energi. Bakteri tersebut tidak
sitrat sebagai sumber karbon dan tidak mampu menghasilkan asetoin. Hasil
biokimia terhadap sampel tersebut sama dengan sifat biokimia E. coli dalam buku
Nilai MPN Escherichia coli pada sate kerang darah berdasarkan tabel 5.4
diketahui bahwa sampel A1 dan C2 memiliki niai MPN E. coli sebesar 3.0 MPN
per gram, sampel A2, B1, D1, D2, E1 dan E2 memili nilai MPN E. coli sebesar
<3.0 MPN dan sampel B2, B3, dan C1 memiliki nilai MPN E. coli sebesar 3,6
MPN per gram. Hal ini menunnjukkan bahwa adanya perbedaan jumlah E. coli
pada sate kerang yang dijual di pasar tradisional Kota Surabaya. Perbedaan
jumlah MPN E. coli pada sate kerang darah kemungkinan dikarenakan perbedaan
wadah sate kerang yang dijual dimana ada wadah yang ditutupi plastik dan ada
wadah yang tidak ditutupi plastik yang dapat menyebabkan kontaminasi bakteri
yang dibawa oleh lalat atau udara dan kontaminasi silang dari tempat dan barang
6.1 Kesimpulan
cemaran E. coli pada sate kerang darah yaitu sate kerang darah yang dijual di
daerah Surabaya Pusat, Surabaya Selatan dan Surabaya Timur melebihi batas
maksimal yang ditetapkan dalam SNI 7388:2009 yaitu batas maksimal cemaran E.
coli pada produk kerang adalah <3,0 MPN per gram daging sate kerang. MPN E.
coli pada sate kerang darah yang tertinggi yaitu sate kerang darah yang dijual di
daerah Surabaya Selatan dan Surabaya Timur yaitu 3,6 MPN per gram daging sate
kerang darah.
6.2 Saran
sebagai berikut:
1. Pedagang perlu menjaga bahan yang dijual dari kotoran dan lalat dengan
2. Pedagang perlu menjaga sanitasi dan hygiene saat penjualan sate kerang.
kerang.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G. F., J.S. Butel dan S. A. Morse. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz,
Melnick and Adelberg’s. Ed. 23. Terjemahan: H. Hastanto, C. Rachman,
A. Dimanti dan A. Diani. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal
250-258.
Broom, M. J. 1985. The Biologi and Culture of Marine Bivalve Mollusca of the
Genus Anadara. ICLARM. Manila Phillipiness. pp. 4-20.
Faridz, R., Hafiluddin dan M. Anshari. 2007. Analisis Jumlah Bakteri dan
Keberadaan Escherichia coli pada Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT.
Kelola Mina Laut Unit Sumenep. Embryo 4 (2): 94-106.
LAMPIRAN
a. Autoklaf b. Inkubator