Anda di halaman 1dari 95

KEPADATAN JENIS BAKTERI PADA USUS IKAN LELE DUMBO (Clarias

gariepinus) YANG DIBERI PAKAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

SKRIPSI

Oleh :

NININ ERNIAWATI
NIM. 135080501111058

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
KEPADATAN JENIS BAKTERI PADA USUS IKAN LELE DUMBO (Clarias
gariepinus) YANG DIBERI PAKAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :

NININ ERNIAWATI
NIM. 135080501111058

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
JANUARI 2018
SKRIPSI
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, Oktober 2016

Mahasiswa,

NININ ERNIAWATI
IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : KEPADATAN JENIS BAKTERI PADA USUS IKAN LELE


DUMBO (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN
PROBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

Nama Mahasiswa : NININ ERNIAWATI

NIM 135080501111058

Program Studi : Budidaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : DR. IR. ANIK MARTINAH HARIATI, MSc.

Pembimbing 2 : DR. ATING YUNIARTI, SPi., MAqua.

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : DR. YUNITA MAEMUNAH, SPi., MSc

Dosen Penguji 2 : NASRULLAH BAI ARIFIN, SPi., MSc

Tanggal Ujian : 22 Desember 2017


RIWAYAT HIDUP

Ninin Erniawati adalah nama penulis skripsi ini. Penulis

lahir dari orang tua Sunardi dan Miswati sebagai anak

pertama dari satu bersaudara. Penulis dilahirkan di

Purwoharjo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten

Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 29 April 1994.

Penulis menempuh pendidikan dimulai dari SDK Sang

Timur Sumberjati, Banyuwangi (lulus tahun 2007),

melanjutkan ke SMP Negeri 1 Jatirejo, Banyuwangi (lulus tahun 2010) kemudian ke

SMA Negeri 1 Purwoharjo (lulus tahun 2013) dan Universitas Brawijaya, Malang

(discontinued), hingga akhirnya bisa menempuh masa kuliah di Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Program Studi Budidaya Perairan.

Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah

berhasil menyelesaikan pengerjaan skripsi ini. Semoga dengan penulisan skripsi ini

mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas

terselesaikannya skripsi yang berjudul “Kepadatan Jenis Bakteri Pada Usus Ikan

Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Yang Diberi Pakan Probiotik Dengan Dosis

Berbeda”.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang memberikan ridho dan rahmatnya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

2. Orang tua, Kasihati, Edy Susanto dan nenek tercinta Suyati yang senantiasa

memberikan dukungan baik moril maupun materil.

3. Ibu Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS selaku Ketua Jurusan MSP.

4. Bapak Dr. Ir. M. Fadjar., M.Sc selaku Ketua Program Studi BP.

5. Bapak Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing 1.

6. Bapak Dr. Ating Yuniarti, S.Pi, M.Aqua. selaku Dosen Pembimbing 2.

7. Mbak Endar yang telah banyak membantu selama kegiatan penelitian.

8. Kelompok “Racing Squad” Yogi Dery Hendrawan, Adibatul Latifah, Viana

Radit Febrandari, Kartini Putri Wijayanti dan Lisa Rizky Fauziyah yang telah

berjuang bersama dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi.

9. Terima kasih khusus untuk Hidayat Alfath yang telah memberi dukungan,

motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini dan segala prosesnya.

Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada teman-temanku: Ahmad

Najib Yakini, Nurlailiana Zahroh, Etsa Dayinta Naresworo yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman – teman Aqua GT tercinta atas semangat dan dukungan yang telah

diberikan.

Malang, Desember 2017

Penulis
KEPADATAN JENIS BAKTERI PADA USUS IKAN LELE DUMBO (Clarias
gariepinus) YANG DIBERI PAKAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

Ninin Erniawati1, Anik Martinah Hariati2, Ating


Yuniarti3 Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus) yang diberi pakan probiotik dengan dosis berbeda. Metode dalam
penelitian ini adalah eksperimen RAL dengan 5 perlakuan yaitu perlakuan A: pakan yang ditambah
dengan Bacillus subtilis, Nitrosomonas dan Nitrobacter dengan media hidup air tawar + molase +
rempah dengan dosis 5 ml/kg. Perlakuan B: pakan yang ditambah dengan Bacillus subtilis, ,
Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp., dan yakult dengan media hidup air kelapa + molase + rempah
dengan dosis 5 ml/kg. Perlakuan C: pakan yang ditambah dengan Bacillus subtilis, Nitrosomonas sp.,
dan Nitrobacter sp., dengan media hidup air tawar + molase + rempah dengan dosis 10 ml/kg.
Perlakuan D: pakan yang ditambah dengan Bacillus subtilis, Nitrosomonas sp., dan Nitrobacter sp.,
dan yakult dengan media hidup air kelapa + molase + rempah dengan dosis 10 ml/kg. Perlakuan K:
kontrol. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
probiotik yang dicampur pada pakan memberikan pengaruh nyata pada kepadatan bakteri pada usus
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada perlakuan D sebanyak 13,73 log CFU/ml dengan jenis
bakteri yang diperoleh yaitu Staphylococcus intermedius, Bacillus licheniformis, Bacillus subtilis,
Streptococcus porcinus, Nitrosomonas sp., dan Nitrobacter sp. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kepadatan bakteri pada usus ikan lele dumbo tertinggi pada perlakuan D sebesar
13,73 log CFU/ml dengan jenis bakteri yang diperoleh yaitu Staphylococcus intermedius, Bacillus
licheniformis, Bacillus subtilis, Streptococcus porcinus, Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. serta
didapatkan bahwa probiotik D merupakan perlakuan terbaik dalam menghasilkan kepadatan bakteri
pada usus ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

Kata kunci : C. gariepinus, Kepadatan Bakteri, Probiotik, Usus


1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

Species and Total Bacterial Count in the Intestine of Catfish (Clarias gariepinus) Fed with
Different Doses of Probiotics

Ninin Erniawati1, Anik Martinah Hariati2, Ating


Yuniarti3 Abstract
The purpose of this research to know species and total bacterial count in the intestine catfish
(Clarias gariepinus) fed with different doses of probiotics. The method of this research is RAL
experiment with 5 treatments. Such as A: adding the feed by Bacillus subtilis, Nitrosomonas sp.,
Nitrobacter sp., with freshwater+molse+spices medium with 5 ml/kg dose. B: adding the feed by
Bacillus subtilis, Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp., and yakult with coconut water+molse+spices
medium with 5 ml/kg dose. C: adding the feed by Bacillus subtilis, Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp.,
with freshwater+molse+spices medium with 10 ml/kg dose. D: adding the feed by Bacillus subtilis,
Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp., and yakult with coconut water+molse+spices medium with 10
ml/kg dose. K: Control. Each of the fourth treatment did for 3 times. The result of this research showed
that the distribution of probiotic fixed to catfish feed, gave the influence of the compliance bacteria on
catfish intestines (C. gariepinus) in “D” treatment = 13,73 log CFU/ml and the kind of bacteria that got
are: Staphylococcus intermedius, Bacillus licheniformis, Bacillus subtilis, Streptococcus porcinus,
Nitrosomonas sp. and Nitrobacter sp. Bases on results of observing, it can be concluded that the
highest compliance on intestines is on “D” treatment and kind of bacteria got are Staphylococcus
intermedius, Bacillus licheniformis, Bacillus subtilis, Streptococcus porcinus, Nitrosomonas sp., and
Nitrobacter sp. The product “D” is the best treatment in gathering the compliance bacteria on catfish
intestines (C. gariepinus).

Keyword : C. gariepinus , Density’s bacteria, Intestine of catfish, Probiotic,


1) Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University

2) Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University


RINGKASAN

Ninin Erniawati. Kepadatan jenis bakteri pada usus ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) yang diberi pakan probiotik dengan dosis berbeda. (Di bawah bimbingan
Dr. Ir. Anik Martina Hariati, MSc. dan Dr. Ating Yuniarti, SPi., MAqua.).

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar
hasil persilangan ikan lele yang berasal dari Afrika dengan lele dari Taiwan. Ikan lele
ini memiliki keunggulan yang menguntungkan dibanding ikan air tawar lainnya, yaitu
pertumbuhan yang sangat cepat dan mudah dipelihara (Bachtiar 2006). Produksi
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dari tahun terakhir meningkat secara signifikan
yaitu menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan produksi lele di Indonesia dapat
mencapai di atas 25% dari total produksi awal. Namun peningkatan produksi
tersebut belum mencapai target yang ditetapkan. Pakan pada kegiatan budidaya
pada umumnya adalah pakan komersil yang menghabiskan 60-70% dari total biaya
produksi yang dikeluarkan. Saat ini bahan baku utama dalam pakan buatan adalah
tepung ikan dan tepung kedelai karena mempunyai kandungan protein yang tinggi.
Akan tetapi penyediaannya sulit dan harganya relatif mahal. Salah satu usaha untuk
memperbaiki nilai nutrisi pakan yaitu dengan penambahan probiotik.
Probiotik didefinisikan sebagai segala bentuk pakan tambahan berupa sel
mikroba utuh yang menguntungkan bagi hewan inangnya (Suwoyo dan Mangampa,
2010). Bakteri yang biasa digunakan untuk probiotik berasal dari genus
Lactobacillus, Bifidobacteria, Bacillus, Streptococus. Penambahan bakteri probiotik
ke dalam pakan menyebabkan adanya peningkatan aktivitas enzim dalam saluran
pencernaan yang dapat meningkatkan daya cerna (Basir dan Surianti, 2013). Maka
dari itu, perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk mendapakan jenis-jenis dan
kepadatan bakteri dalam usus ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang telah diberi
pakan dengan penambahan probiotik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Dengan
analisa data menggunakan uji analisa keragaman (ANOVA) dengan rancangan acak
lengkap (RAL) yang menggunakan aplikasi SPSS Statistics 24. Parameter utama
dalam penelitian ini adalah kepadatan dan jenis bakteri yang terdapat pada usus
ikan lele dumbo (C. gariepinus), jenis bakteri ini dapat digunakan sabagai salah satu
indikator bahwa dalam usus ikan lele dumbo terdapat bakteri probiotik yang
diharapkan, sedangkan parameter penunjang dalam penelitian ini adalah kualitas air
yang meliputi suhu, pH, dan DO.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa statistik dapat
disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan probiotik 1 dan
penambahan probiotik 2 dengan dosis yang berbeda dapat memberikan pengaruh
terhadap kepadatan bakteri pada ikan lele dumbo (C. gariepinus). Nilai kepadatan
bakteri tertinggi pada hari ke 15 pada perlakuan D (probiotik 2 dosis 10 ml/kg)
sebesar 13,59 log CFU/ml dan nilai kepadatan bakteri terendah pada perlakuan
kontrol sebesar 13,32 log CFU/ml, sedangkan nilai kepadatan bakteri tertinggi pada
hari ke 30 diperoleh pada perlakuan D (probiotik 2 dosis 10 ml/kg) sebesar 13,73 log
CFU/ml dan nilai kepadatan bakteri terendah pada perlakuan kontrol sebesar 13,48
log CFU/ml. Pada Identifikasi bakteri ditemukan 6 jenis bakteri yaitu Stapyhilococcus
intermedius, Bacillus licheniformis, Bacillus subtilis, Streptococcus porcinus,
Nitrobacter sp., dan Nitrosomonas sp.
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas segala rahmat, cinta kasih, hidayah serta karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Skripsi yang berjudul “Kepadatan Jenis Bakteri Pada

Usus Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Yang Diberi Pakan Probiotik

Dengan Dosis Berbeda” dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Skripsi ini masih

terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca demi kesempurnaan isi serta

penulisan Laporan Skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga laporan

ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Malang, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

UCAPAN TERIMAKASIH....................................................................................iv

RINGKASAN........................................................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

DAFTAR ISI........................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

DAFTAR TABEL..................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

1. Pendahuluan..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................3
1.4 Hipotesis..................................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................4
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................4

2. Tinjauan Pustaka...........................................................................................5
2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)...........................................5
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).......5
2.1.2 Habitat dan Penyebaran...................................................................6
2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)................7
2.2 Proiotik.....................................................................................................7
2.2.1 Pegertian Probiotik...........................................................................7
2.2.2 Mekanisme Kerja Probiotik...............................................................8
2.2.3 Media tumbuh Bakteri.......................................................................9
2.2.4 Aplikasi Probiotik Dalam Akuakultur...............................................11
2.2.5 Kualitas Media Tumbuh..................................................................12
2.3 Uji Variasi Bakteri...................................................................................13
2.3.1 Pembiakan dan Isolasi Kultur Murni...............................................13
2.3.2 Teknik Pewarnaan..........................................................................13

3. Metode Penelitian.........................................................................................15
3.1 Kerangka Penelitian...............................................................................15
3.1.1 Alat Penelitian.................................................................................17
3.1.2 Bahan Penelitian............................................................................17
3.2 Metode Penelitian..................................................................................18
3.3 Rancangan Penelitian............................................................................18
3.4 Prosedur Penelitian................................................................................19
3.4.1 Sterilisasi Alat dan Bahan...............................................................19
3.4.2 Penyiapan Media............................................................................19
a. Media Pemeliharaan.....................................................................19
b. Persiapan Hewan Uji....................................................................20
c. Persiapan dan Pembuatan Media Tumbuh...................................20
d. Penebaran....................................................................................21
3.5 Parameter Uji.........................................................................................21
3.5.1 Parameter Utama...........................................................................21
a. Perhitungan Total Plate Count (TPC)...........................................21
b. Isolasi...........................................................................................22
c. Uji Gram (Pewarnaan)..................................................................22
d. Uji Biokimia...................................................................................23
3.5.2 Parameter Penunjang.....................................................................23
3.6 Analisa Data...........................................................................................25

4. Hasil dan Pembahasan.................................................................................26


4.1 Kepadatan Bakteri Pada Lele Dumbo (C. gariepinus)............................26
4.2 Identifikasi Bakteri..................................................................................29
4.2.1 Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri.............................................29
4.2.2 Pengamatan Isolat Mikroskopis......................................................30
4.2.3 Uji Biokimia.....................................................................................31
4.3 Parameter Penunjang Kualitas Air.........................................................35

5. Kesimpulan dan Saran.................................................................................37


5.1 Kesimpulan............................................................................................37
5.2 Saran.....................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38

LAMPIRAN.........................................................................................................45
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lele Dumbo.................................................................................................5

2. Kerangka Operasional...............................................................................15

3. Denah Percobaan......................................................................................19

4. Grafik Kepadatan Bakteri...........................................................................26


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pewarnaan Gram...........................................................................................14

2. Probiotik 1......................................................................................................20

3. Probiotik 2......................................................................................................21

4. Sidik Ragam Kepadatan Bakteri....................................................................27

5. Uji Duncan Kepadatan Bakteri.......................................................................27

6. Morfologi Koloni Bakteri.................................................................................30

7. Hasil Pengamatan Bakteri Secara Mikroskopis.............................................30

8. Analisa Kualitas Air Selama Pemeliharaan....................................................35


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat- alat Penelitrian.......................................................................................44

2. Bahan-bahan Penelitian.................................................................................47

3. Data Kepadatan Bakteri.................................................................................50

4. Hasil Pewarnaan Gram Pada Mikroskop.......................................................51

5. Hasil Uji Biokimia Bakteri...............................................................................52

6. Kualitas Air....................................................................................................57

7. Data Statistik Kualitas Air...............................................................................69


1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air

tawar hasil persilangan ikan lele yang berasal dari Afrika dengan lele dari

Thaiwan dan pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1986. Ikan lele

ini memiliki keunggulan yang menguntungkan dibanding ikan air tawar lainnya,

yaitu pertumbuhan yang sangat cepat, mudah dipelihara, tahan terhadap kondisi

air yang buruk, memiliki nilai ekonomis dan gizi yang cukup tinggi (Bachtiar

2006). Menurut Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2013), produksi ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus) dari tahun terakhir meningkat secara signifikan yaitu

tahun 2009 sebesar 1.44755 ton sampai dengan tahun 2013 sebesar 5.43461.

Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan produksi lele di

Indonesia dapat mencapai di atas 25% dari total produksi awal. Namun

percepatan peningkatan produksi tersebut belum mencapai target yang

ditetapkan. Hal utama yang menyebabkan tidak tercapainya target produksi

tersebut terkait dengan tingginya harga pakan yang mempengaruhi

pengembangan usaha perikanan budidaya air tawar.

Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya

yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan

pada kegiatan budidaya pada umumnya adalah pakan komersil yang

menghabiskan 60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Pakan ikan

dapat dikatakan bermutu tinggi apabila pakan mengandung nutrisi yang mudah

dicerna oleh ikan (Arief et al., 2014). Saat ini bahan baku utama dalam pakan

buatan adalah tepung ikan dan tepung kedelai karena mempunyai kandungan

protein yang tinggi. Akan tetapi penyediaannya sulit dan harganya relatif mahal.
2

Salah satu usaha untuk memperbaiki nilai nutrisi pakan yaitu dengan

penambahan probiotik.

Probiotik didefinisikan sebagai segala bentuk pakan tambahan berupa sel

mikroba utuh yang menguntungkan bagi hewan inangnya melalui cara

menyeimbangkan kondisi mikrobiologis inang, memodifikasi bentuk asosiasi

dengan inang atau komunitas mikroba lingkungan hidupnya, meningkatkan

pemanfaatan nutrisi pakan atau meningkatkan nilai nutrisinya, meningkatkan

respon kekebalan inang terhadap patogen atau memperbaiki kualitas lingkungan

(Suwoyo dan Mangampa, 2010). Bakteri yang biasa digunakan untuk probiotik

berasal dari genus Lactobacillus, Bifidobacteria, Bacillus, Streptococus.

Pengaruh bakteri probiotik terhadap pertumbuhan diduga terjadi karena adanya

pengontrolan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, meningkatkan

penyerapan nutrisi pakan dan perbaikan nutrisi pakan (Praditia, 2009).

Penggunaan probiotik menjadi solusi internal untuk menghasilkan

pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal, mengurangi biaya produksi dan

pada akhirnya dapat mengurangi beban lingkungan karena akumulasi limbah di

perairan (Wardika et al., 2014). Pemberian probiotik dapat dilakukan dengan

dua macam cara yaitu melalui lingkungan (media pemeliharaan) dan secara oral

melalui pakan. Salah satu aplikasi probiotik yang umum digunakan pada

budidaya lele yaitu melalui pakan. Penambahan bakteri probiotik ke dalam

pakan menyebabkan adanya peningkatan aktivitas enzim dalam saluran

pencernaan yang dapat meningkatkan daya cerna (Basir dan Surianti, 2013).

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini bakteri yang digunakan diantaranya

Bacillus, Nitrosomonas, dan Nitrobacter.

Penelitian ini mengaplikasikan kelimpahan jenis bakteri dalam suatu

media tumbuh dengan memanfaatkan media tumbuh yang berbeda meliputi

molase, dedak, susu dan rempah-rempah. Probiotik dari hasil fermentasi


3

tersebut kemudian dicampurkan pada pakan yang bertujuan agar masuk

kedalam usus, sehingga diharapkan bakteri tersebut dapat menggantikan bakteri

yang merugikan pada usus ikan lele dumbo. Maka dari itu, penelitian ini

bertujuan untuk mendapakan jenis-jenis dan kepadatan bakteri dalam usus ikan

lele dumbo (Clarias gariepinus) yang telah diberi pakan dengan penambahan

probiotik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ada, maka didapatkan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

- Jenis-jenis bakteri apa saja yang terdapat dalam usus ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus) yang diberi pakan probiotik dengan dosis

berbeda?

- Berapa jumlah kepadatan bakteri yang terdapat dalam usus ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus) yang diberi pakan probiotik dengan dosis

berbeda?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

- Untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang terdapat dalam usus ikan

lele dumbo (Clarias gariepinus) yang diberi pakan probiotik dengan

dosis berbeda.

- Untuk mengetahui jumlah kepadatan bakteri yang terdapat dalam usus

ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang diberi pakan probiotik

dengan dosis berbeda.


4

1.4 Hipotesis

H0 : Pemberian pakan dengan penambahan probiotik tidak berpengaruh

terhadap jenis dan kepadatan bakteri pada usus ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus)

H1 : Pemberian pakan dengan penambahan probiotik berpengaruh

terhadap jenis dan kepadatan bakteri pada usus ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pembaca mengenai peranan bakteri probiotik yang ditambahkan pada pakan

dalam meningkatkan produksi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan jenis

jenis bakteri apa saja yang terdapat dalam usus ikan lele dumbo (Clarias

gariepinus).

1.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Penyakit

dan Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Brawijaya, Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan, Malang mulai

bulan Juli - Agustus 2017.


5

2. TINJUAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Suyanto (1999) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophyta

Sub ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Species : Clarias gariepinus

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Mahyudin, 2007)

Menurut dari Puspowardoyo dan Djarijah (2002), mengatakan bahwa ikan

lele dumbo ini memiliki morfologi yang sangat mirip dengan ikan lele lokal

(Clarias batrachus). Bentuk tubuh yang memanjang, bulat, kepala yang agak

melebar, tidak memiliki sisik, memiliki kulit yang licin, warna kulit terdapat bercak

– bercak berwarna keputihan hingga kecoklatan abu – abu.

Lele dumbo memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat

dari panjang tubuhnya. Tanda yang khas dari lele dumbo adalah tumbuhnya
6

empat pasang sungut seperti kumis di dekat mulutnya. Sungut ini berfungsi

sebagai alat penciuman serta alat peraba saat mencari makanan (Bachtiar,

2006).

Menurut Bachtiar (2006), juga mengatakan lele dumbo memiliki 3 buah

sirip tunggal, yaitu sirip punggung yang berfungsi sebagai alat berenang, sirip

dubur, dan sirip ekor yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat dan

memperlambat gerakan. Selain itu, lele dumbo juga mempunyai dua sirip

berpasangan yaitu, sirip dada dan sirip perut. Sirip dada mempunyai jai-jari yang

keras dan runcing yang biasa disebut patil. Alat ini berfungsi sebagai senjata

sekaligus alat bantu gerak ke kanan dan kekiri. Walaupun sebagai senjata, patil

ini tidak memiliki racun.

2.1.2 Habitat dan Penyebaran

Ikan lele dapat kita temukan pada hampir semua perairan tawar. Misalnya,

di sungai yang aliran airnya tidak terlalu deras dan di perairan yang tenang,

seperti di kolam, danau dan waduk serta di air comberan. Ikan lele termasuk

binatang malam (nocturnal). Artinya, ikan lele aktif bergerak mencari makan

pada waktu malam hari. Pada siang hari ikan lele memilih berdiam diri dan

bersembunyi di tempat yang terlindung (Sutrisno, 2006). Lele dumbo mudah

beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air. Bila sudah dewasa, lele

dumbo dapat diadaptasikan pula pada lingkungan perairan yang mengalir.

Parameter kualitas air yang disukai oleh lele dumbo adalah bersuhu sedang

(220C- 250C), keasaman (pH) normal (6,5 – 7,5), kandungan oksigen cukup (<3

ppm), dan tidak tercemar logam berat (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

Penyebaran ikan lele banyak ditemukan di Benua Afrika dan Asia

Tenggara. Komoditas perikanan ini terdapat diperairan umum yang berair tawar.

Penyebaran lele di Asia, yaitu di negara Indonesia, Thailand, Filipina, dan Cina.
7

Ikan lele dibeberapa negara, khususnya di Asia telah dipelihara di kolam, seperti

di Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, Filipina, Kamboja, Birma, dan

India. Ikan lele di Indonesia secara alami ditemukan di Kepulauan Sunda Besar

maupun Kepulauan Sunda Kecil (Mahyuddin, 2007).

2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Lele dumbo terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup

lebar hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan

misalnya pellet. Lele dumbo digolongkan pemakan segala atau omnivora. Ikan

ini juga dikenal sebagai pemakan bangkai atau scavenger. Di dalam kolamnya

lele dumbo mau menerima segala jenis makanan yang diberikan (Santoso,

1994).

Menurut Sutrisno (2006), lele juga memakan sisa benda busuk yang

berasal dari limbah rumah tangga. Di samping itu, lele juga mau memakan

bangkai serta limbah dari peternakan. Namun demikian, makanan alami lele

adalah binatang renik seperti kutu air (Daphnia, Copepoda, dan Cladocera),

berbagai jenis cacing, siput kecil, dan larva jentik nyamuk.

2.2 Probiotik

2.2.1 Pengertian Probiotik

Probiotik merupakan makanan tambahan berupa sel-sel mikroorganisme

hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi tubuh inang yang

mengkonsumsinya melalui penyeimbang mikroflora dalam ususnya

(Widiyaningsih, 2011). Hal ini sesuai dengan pendapat Irianto (2003), bahwa

Probiotik merupakan produk yang tersusun oleh mikroba atau pakan alami

mikroskopis yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi

peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inangnya. Probiotik


8

dalam akuakultur berperan dalam meningkatkan laju pertumbuhan meningkatkan

sistem imun dengan perubahan komunitas bakteri intestinalnya.

Probiotik adalah mikroorganisme non patogen hidup yang memberikan

perlawanan kolonisasi ke mikroba patogen sehingga efektif untuk pencegahan

dan pengobatan beberapa penyakit. Probiotik didefinisikan sebagai suplemen

pakan berupa mikroba hidup yang menguntungkan inangnya dengan

meningkatkan keseimbangan mikroba ususnya. Definisi asli dari probiotik adalah

organisme dan zat-zat yang berkontribusi terhadap keseimbangan mikroba usus.

Probiotik juga dapat didefinisikan sebagai sel mikroba diberikan melalui saluran

pencernaan dengan tujuan meningkatkan kesehatan inang (Reddy et al., 2016).

2.2.2 Mekanisme Kerja Probiotik

Probiotik dapat mempengaruhi keseimbangan mikroba dalam usus.

Mekanisme kerja probiotik dalam mencegah pertumbuhan bakteri patogen

adalah dengan membuat bakteri tersebut menempel dan membuat kolonisasi

pada usus dan selanjutnya akan menekan pertumbuhan atau invasi epitel oleh

bakteri patogen dan kemudian akan memproduksi substansi antimikroba

(Ramayulis, 2014).

Pemberian probiotik ke dalam media pemeliharaan bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan ikan dengan cara menekan populasi bakteri patogen

meningkatkan kualitas perairan, atau membantu mendegradasi limbah organik

(Irianto, 2005). Berikut tiga mekanisme kerja probiotik (Irianto, 2003). 1).

Menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-

senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di

dinding intestinum. 2). Merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan

atau menurunkan aktivitas enzim pengurai (selulose, protease, amilase). 3).


9

Menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi organisme akuatik a

tau aktivitas makrofag.

2.2.3 Media Tumbuh Bakteri

Spesies Bacillus sangat cocok digunakan karena tidak menghasilkan

toksin, mudah ditumbuhkan, tidak memerlukan substrat yang mahal, kemampuan

Bacillus untuk bertahan pada temperatur tinggi, dan tidak adanya hasil samping

metabolik. Bakteri Bacillus merupakan jenis bakteri yang terdapat di hampir

semua tempat termasuk di dalam saluran pencernaan (Linggarjati, 2013).

Media tumbuh yang dapat dijadikan media tumbuh bakteri Bacillus adalah

probiotik. Salah satu sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai prebiotik

yaitu molase yang merupakan limbah dari hasil produksi gula tebu. Molase yang

merupakan sumber nutrisi bagi bakteri probiotik diharapkan dapat meningkatan

populasi bakteri probiotik sehingga dapat memaksimalkan kerja dari bakteri

probiotik sebagai agen bioremediasi (Sartika et al., 2012).

a. Molase

Untuk kelangsungan hidupnya mikroba memerlukan substrat berupa

carbon salah satunya yaitu molase. Molase mengandung nutrisi cukup tinggi

untuk kebutuhan bakteri, sehingga dijadikan bahan alternatif sebagai sumber

karbon dalam media fermentasi. Molase ini dapat dijadikan salah satu media

tumbuh bakteri probiotik karena carbon merupakan unsur penting untuk hidup

dan pertumbuhan bakteri (Fifendi et al., 2013).

Molase adalah bahan yang mengandung sakarida, merupakan produk

samping dari industri gula yang diperoleh setelah sakarosanya dikristalkan dan

dipisahkan dari gula tebu (Yusma, 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan

Widarnani (2011), molase merupakan hasil samping dari pembuatan gula tebu

yang memiliki harga murah dan masih mengandung gula 48-56%, dengan
10

kandungan sukrosa 30-40% serta glukosa 4-9%. Menurut Suminto (2008),

molase digunakan untuk mengkultur bakteri karena kandungan bahan molase

antara lain, karbohidrat, protein, dan glukosa yang merupakan komponen dasar

yang dibutuhkan mikroorganisme sebagai sumber energi.

b. Air Kelapa

Air kelapa sangat potensial sebagai sumber karbon dan mempunyai nilai

gizi tinggi. Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti

glukosa, sukrosa, fruktosa, inositol dan sorbitol, dimana carbon merupakan

kebutuhan utama untuk kebutuhan bakteri sehingga mudah digunakan sebagai

medium pertumbuhan bakteri probiotik. Air kelapa juga mengandung protein,

mineral, vitamin B, dan vitamin C (Purwitasari et al., 2004).

Kandungan yang dimiliki oleh air kelapa berupa air, karbohidrat, protein,

lemak serta nutrisi berupa sukrosa, fruktosa dan vitamin. Nutrisi tersebut

merangsang pertumbuhan bakteri probiotik melalui proses fermentasi untuk

membentuk gel pada permukaan larutan yang mengandung gula (nata de coco).

Air kelapa mengandung asam amino, asam organik, vitamin dan gula. Lebih dari

setengah bagiannya adalah sukrosa dan sisanya adalah glukosa dan fruktosa.

Gula alkohol yang terkandung di dalamnya adalah monitol, sorbitol, m-inositol.

Melihat zat-zat yang terkandung di dalam air kelapa maka air kelapa sangat

cocok digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan khamir (Saraswati, 2014).

c. Rempah-rempah

Bahan herbal seperti rempah-rempah merupakan bahan alamiah yang

berasal dari tanaman untuk digunakan dalam pengobatan. Bahan rempah

seperti kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga) dan

temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mengandung zat aktif utama yang disebut

kurkumin. Dalam hal ini kurkumin juga memiliki kandungan lain seperti lemak,

karbohidrat, protein dan vitamin C ( Arief et al., 2015).


11

Sesuai dengan pendapat Subarnas (2006), rempah-rempah adalah

berbagai jenis hasil tanaman yang beraroma. Kandungan dari rimpang jahe

adalah senyawa fenolik. Jahe juga mengandung vitamin A dan vitamin C. Temu

lawak mengandung protein, pati, zat warna kuning kurkuminoid, dan minyak asiri.

Kunyit mengandung minyak asiri, kurkuminoid, resin, oleoresin, lemak, protein,

fosfor.

2.2.4 Aplikasi Probiotik dalam Akuakultur

Budidaya adalah salah satu pilihan yang paling penting dalam produksi

protein hewani, dan membutuhkan pakan yang berkualitas dengan kandungan

protein yang tinggi serta beberapa bahan pelengkap untuk menjaga organisme

agar tetap sehat dan pertumbuhannya optimal. Salah satu bahan pelengkap

tersebut yaitu dengan probiotik dalam pakan. Bakteri probiotik adalah calon

yang baik untuk meningkatkan pencernaan nutrisi dan pertumbuhan organisme

air. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh beberapa strain

bakteri probiotik yang ditambahkan pada pakan memberikan hasil pertumbuhan

yang lebih tinggi dibandingkan pakan yang tidak diberi probiotik (Fanzafar, 2006).

Penggunaan probiotik dapat diberikan langsung pada media seperti

penelitian yang dilakukan Khasani (2011), yang mensuplementasikan probiotik

langsung pada media pemeliharaan larva udang galah (Macrobrachium

rosenbergii) dengan dosis 0,5 ml/L dengan frekuensi pemberian 3 hari sekali dan

menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 69,45%. Penggunaan probiotik

untuk tambahan suplemen pada ikan memberikan hasil yang baik. Probiotik

berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan lebih tinggi daripada pakan yang tidak

diberi tambahan probiotik. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Anggirani et al. (2012), yang menghasilkan kelangsungan hidup


12

ikan sebesar 70%, efisiensi pakan sebesar 116,60% dan laju pertumbuhan

harian sebesar 2,92%.

2.2.5 Kualitas Media Tumbuh

Bacillus sp. bersifat aerob fakultatif anaerob serta merupakan salah satu

bakteri yang bermanfaat dalam proses pengolahan air limbah (Ishartanto, 2009).

Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif dengan sel berbentuk batang.

Bacillus sp. sangat resisten terhadap kondisi yang kurang baik seperti suhu, pH,

dan salinitas sehingga distribusinya di alam sangat luas. Bacillus secara alami

terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang hidup bebas atau bersifat

patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan enzim ekstraseluler seperti

protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu pencernaan dalam

tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007). Jenis Bacillus (B. cereus, B.

clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk probiotik komersil terdiri dari

spora bakteri yang telah dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi,

immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya (Duc et al., 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Putrina dan Fardedi (2007), menjelaskan

bahwa salah satu strain bakteri Bacillus dapat tumbuh dan diperbanyak pada

media air kelapa. Kumalasari et al. (2012), menjelaskan bahwa kandungan nutrisi

yang terdapat pada air kelapa yaitu sebagian besar air. Selain itu, air kelapa juga

mengandung gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Glukosa dan fruktosa

merupakan gula sederhana yang mudah dimanfaatkan oleh bakteri. Hal ini juga

diungkapkan oleh Anisah (1995), bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai

media tumbuh bakteri dan sel. Air kelapa memiliki kandungan nutrisi yaitu

specific gravity 1,02%, bahan padat 4,71%, gula 2,56%, abu 0,46%, minyak

0,74%, protein 0,55%, dan senyawa klorida 0,17%. Kandungan nutrisi yang
13

lengkap pada air kelapa menyebabkan pertumbuhan populasi koloni B. subtilis

cukup baik dan stabil selama dalam proses penyimpanan.

2.3 Uji Variasi Bakteri

2.3.1 Pembiakan dan Isolasi Kultur Murni

Isolasi bakteri dari permukaan luar menggunakan swab steril yang

diusapkan dengan satu arah pada permukaan luar spons. Swab steril yang telah

diusapkan pada permukaan sampel dimasukkan ke dalam tabung pengenceran

yang berisi PBS steril dan divorteks. Hasil pengenceran disebar ke dalam cawan

petri yang telah berisi media Sea Water Complit (SWC) dengan komposisi 1 liter

media terdiri dari 5 gr/l bacto pepton, 1 gr/l yeast extract dan 3 ml/l glycerol, dan

diinkubasi pada suhu 26C selama 24-36 jam dan diamati pertumbuhan koloni

bakterinya (Abubakar et al., 2011).

Menurut Pelczar dan Chan (1986), mikroorganisme dibiakkan di

laboratorium pada bahan nutrien yang disebut medium. Banyak sekali medium

yang tersedia, macamnya yang dipakai bergantung kepada banyak faktor, salah

satu diantaranya ialah macam mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Bahan

yang diinokulasikan pada medium itu disebut inokulum. Melalui inokulasi

medium nutrien agar dengan metode cawan gores atau metode cawan tuang,

sel-sel itu akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba

individu itu memperbanyak diri sedemikan cepatnya sehingga di dalam wakti 18

sampai 24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni.

2.3.2 Teknik Pewarnaan

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna

dan paling banyak digunakan dalam identifikasi bakteri. Pewarnaan ini

merupakan salah satu tahap penting identifikasi bakteri. Pewarnaan Gram

memilahkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dan negatif. Bakteri gram
14

negatif memiliki ciri-ciri tidak dapat menahan zat warna setelah dibilas dengan

alkohol 95% selama 5 sampai 10 menit. Bakteri gram positif ditunjukkan dengan

terdapatnya warna ungu pada tubuh, sedangkan gram negatif ditunjukkan

dengan warna merah (Hidayat dan Fatri, 2012).

Menurut Pelczar dan Chan (1986), larutan yang biasa digunakan dalam

pewarnaan dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Pewarnaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Larutan dan urutan Reaksi dan Tampang Bakteri


penggunaannya
Gram Positif Gram Negatif
1 Ungu Kristal (UK) Sel berwarna ungu Sel berwarna ungu
2 Larutan yodium Kompleks UK-Y terbentuk Komplek UK-Y terbentuk
(Y) di dalam sel, sel tetap di dalam sel, sel
berwarna ungu berwarna ungu
3 Alkohol Dinding sel mangalami Lipid terekstraksi dari
dehidrasi, pori-pori dinding sel, pori-pori
menciut, daya rembes mengembang, kompleks
dinding sel dan membran UK-Y keluar dari sel, sel
menurun, UK-Y tak dapat menjadi tak berwarna
ke luar dari sel, sel tetap
ungu
4 Safranin Sel tak terpengaruh, tetap Sel menyerap zat
ungu pewarna ini, menjadi
merah
15

3. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Operasional Penelitian

Probiotik 2
Proiotik 1

Dosis

5 ml/kg 10 ml/kg

Pakan Komersil

Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

Dipelihara selama 28 hari

Diambil sampel usus H0 Faktor Lingkungan :

Suhu
Diambil sampel usus H14
pH
DO
Diambil sampel usus H28

Identifikasi Bakteri :

TPC
Pewarnaan gram
Uji biokimia

Gambar 2. Kerangka Operasional Penelitian

Berdasarkan kerangka di atas penelitian ini menggunakan 2 jenis probiotik

dan masing-masing jenis probiotik diberikan dosis yang berbeda. Hal ini
16

bertujuan untuk dapat mengetahui probiotik yang terbaik di dalam pemeliharaan,

serta berpengaruh pada kepadatan bakteri yang terdapat pada usus ikan lele

dumbo selama penelitian. Kedua probiotik yang sudah siap digunakan,

kemudian disemprotkan ke dalam pakan komersil dengan dosis 5 ml/kg dan 10

ml/kg kemudian ditutup rapat. Pakan yang tertutup rapat di dalam toples

dibiarkan selama 24 jam sebelum digunakan, hal ini bertujuan agar kandungan

yang terdapat pada probiotik benar-benar tercampur dan dapat tumbuh dengan

baik.

Penelitian ini menggunakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang

dengan ukuran 5-7 cm. Sebelum diberikan perlakuan, ikan lele diadaptasikan

terlebih dahulu di dalam kolam beton selama 7 hari. Ikan dipindahkan ke

akuarium ukuran 80x40x40 cm3, ketinggian air 15,6 cm dengan volume air 50

liter dengan menggunakan padat tebar 1 ekor/ liter. Ikan lele diberikan pakan

dengan frekuensi 3 kali sehari selama masa pemeliharaan. Pengambilan usus

ikan lele dilakukan dengan cara pembedahan yaitu H0, H14, H28 dan masing-

masing perlakuan diambil sebanyak 1 gr. Usus yang telah disiapkan selanjutnya

dilakukan pengenceran bertingkat yang bertujuan untuk mengetahui kepadatan

bakteri yang terdapat pada usus ikan lele dumbo (C. gariepinus). Hal yang harus

dilakukan yaitu sampel ditanam pada media tumbuh bakteri yaitu media NA dan

disimpan pada inkubator dengan suhu 320 C selama 24 jam. Sampel bakteri

yang sudah 24 jam kemudian dilakukan TPC dihitung menggunakan bantuan

Colony Counter, kemudian dilakukan koloni tunggal dengan metode cawan gores

prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari

koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan

dengan membagi 4 cawan petri. Ose seril yang telah disiapkan diletakkan pada

sumber isolat, kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi

media steril. Goresan dapat dilakukan 4 kali membentuk garis horisontal disatu
17

cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Kemudian ose tersebut

digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua.

Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. Setelah dilakukan

perhitungan TPC kemudian dilakukan pewarnaan gram yang bertujuan untuk

membedakan gram positif dan gram negatif dilihat dari indikasi warna bakteri

tersebut. Setelah itu dilakukan uji biokimia untuk mendapatkan jenis bakteri.

Faktor penunjang dalam penelitian ini yaitu suhu, pH, dan DO.

3.1.1 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wadah

pemeliharaan ikan akuarium ukuran 80x40x40 cm3, botol sprayer, pH meter, DO

meter, termometer, mikroskop Olympus CX21, bola hisap D&N, pipet volume 10

ml dan 1 mlIwaki, pipet tetes, elenmeyer 100 ml, 250 ml, dan 500 ml Pyrex Iwaki,

autoklaf GEA, almari es Electrolux, mikropipet 10-100 µl Vitlab, gelas ukur 50 ml

Iwaki, kabel roll, beaker glass Pyrex 1000 ml, 250 ml, Laminary Air Flow (LAF),

handtally counter, washing bottle, objek glass, cover glass, oven RedLine RE53,

timbangan analitik Radwag AS2201X, timbangan digital, inkubator, hot plate, lux

meter, blue tip, yellow tip, bunsen, botol film, petridish, tabung reaksi, rak tabung

reaksi, korek api, kompor gas, sectio set, vortex mixer, spatula, nampan, jarum

ose, sendok bahan, colony counter, mortal dan alu.

3.1.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ikan lele dumbo

ukuran 5-7 cm, Bacillus subtilis, Nitrosomonas, Nitrobacter, air tawar, air laut,

pakan komersil, klorin, Na Thiosulfat, alkohol 70%, tissue, kapas, kain saring,

aquadest, benang kasur, jarum ose, kertas koran, kertas label, aluminium foil,

spirtus, NA, NaCl, plastik wrap, molase, air kelapa tua, kunyit putih, lengkuas,

temulawak, jahe merah, kencur, temu ireng, bawang putih, ragi, dan yakult.
18

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen.

Menurut Nazir (1983), metode eksperimen atau eksperimental merupakan

metode yang berada di bawah kondisi buatan dimana kondisi tersebut dibuat dan

diatur oleh si peneliti. Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk

menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan

sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu

pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk

perbandingan.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Rancangan acak lengkap ini digunakan karena percobaan dilakukan di

laboratorium dengan kondisi lingkungan yang dapat dikontrol. RAL merupakan

rancangan yang digunakan jika bahan percobaan homogen atau relatif homogen,

biasanya dilakukan di laboratorium serta jumlah perlakuan terbatas (Raupong

dan Anisa, 2011).

Perlakuan yang digunakan penambahan variasi probiotik pada pakan

yaitu terdiri dari empat perlakuan dengan tiga kali ulangan:

- A: Perlakuan pakan dengan penambahan probiotik 1 (5 ml/kg)

- B: Perlakuan pakan dengan penambahan probiotik 2 (5 ml/kg)

- C: Perlakuan pakan dengan penambahan probiotik 1 (10 ml/kg)

- D: Perlakuan pakan dengan penambahan probiotik 2 (10 ml/kg)

- K: Perlakuan kontrol
19

A3 B1 D2 B3 C1 D3 K2 C2 A1 K1

D1 K3 A2 B2 C3

Gambar 3. Denah Percobaan

Keterangan:

A, B, C, D, K : Perlakuan

1-3 : Ulangan

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Sterilisasi alat dan Bahan

Langkah pertama sebelum melakukan penelitian yaitu diperlukan

persiapan alat dan bahan. Peralatan yang terbuat dari kaca meliputi pipet

volume, pipet tetes, beaker glass, tabung reaksi, cawan petri, dan erlenmeyer

disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Sebelum peralatan digunakan dalam

proses isolasi maupun uji dengan menggunakan sampel bakteri, sebaiknya

peralatan harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun, kemudian

dibilas air tawar dan ditunggu sampai kering. Peralatan seperti cawan petri, pipet

tetes dan pipet volume dibungkus menggunakan kertas bekas, sedangkan

tabung reaksi dan erlenmeyer ditutup dengan kapas, beaker glass ditutup

dengan kertas alumunium foil lalu diikat dengan tali. Semua peralatan yang akan

disterilkan ditata dalam autoklaf. Prinsip kerja autoklaf ini adalah sterilisasi panas

basah dengan tekanan 1 atm pada suhu 1210C selama 30 menit.

3.4.2 Penyiapan Media

a. Media Pemeliharaan

Media pemeliharaan yang digunakan pada penelitian ini adalah air tawar

yang dipeoleh dari sumber di laboratorium reproduksi ikan yang ditampung pada
20

akuarium berukuran 80x40x40 cm3, kemudian didistribusikan dalam akuarium

dengan volume 50 L sebanyak 15 buah dengan selang air. Media diaerasi

selama 24 jam untuk mensuplai kandungan oksigen terlarut.

b. Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yaitu ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diperoleh dari Petani

ikan di Gadang, Malang. Ikan lele dumbo diadaptasikan selama 7 hari sebelum

digunakan untuk percobaan. Ikan lele dumbo ditampung dalam bak beton. Ikan

lele dumbo yang digunakan untuk percobaan yaitu berukuran 5-7 cm.

c. Persiapan dan Pembuatan Media Tumbuh Kandidat Probiotik

Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan disiapkan berdasarkan

komposisi variasi probiotik sebagai berikut:

Tabel 2. Probiotik 1

Komposisi Cara Pembuatan

 Jahe merah 0,9 kg 1. Rempah-rempah (jahe merah, kunyit putih,


 Molase 1,5 Liter temulawak) dicuci dan dipotong kecil-kecil,
 Kunyit 1,5 kg kemudian dihaluskan dengan diskmill
 Dedak Halus 600 2. Rempah-rempah, gula merah, dedak, tetes
gr dimasak pada suhu 100oC
 Temulawak 1,5 kg 3. Buah markisa/Nanas dihaluskan dengan
 Nanas 900 gr blender, lalu dipanaskan bersama susu pada
 Gula Merah 1,5 kg suhu 60oC agar vitamin C tidak rusak
 Air tawar 30 Liter 4. Seluruh bahan dimasukkan ke dalam wadah
 Susu segar 1,5 dalam kondisi masih panas (sampai penuh)
Liter 5. Didinginkan selama 48 jam sampai dingin
 Inokulan bakteri dengan kondisi tertutup rapat
Bacillus,Nitrosomo 6. Setelah 48 jam dimasukkan bakteri (4ml/l)
nas, Nitrobakter 60 7. Ditutup rapat (kedap udara) , difermentasi
ml selama 1 bulan
8. Apabila ada tekanan berlebihan, gas
dikeluarkan
9. Setelah 1 bulan probiotik siap digunakan dan
dikemas
21

Tabel 3. Probiotik 2

Komposisi Cara Pembuatan

 Air kelapa tua 30 1. Semua bahan dihaluskan dengan diselep


liter 2. Dimasak kecuali ragi dan yakult
 Molase 3 Liter 3. Dibiarkan agak dingin, tambahkan ragi dan
 Kunyit putih 300 gr yakult dan inokulan bakteri
 Lengkuas 150 gr 4. Homogenkan bahan dan simpan dalam tempat
 Temulawak 300 gr tertutup tanpa udara
 Jahe merah 300 gr
 Kencur 150 gr
 Air tawar 30 Liter
 Temu ireng 150 gr
 Bawang putih 300
gr
 Ragi 9 butir
 Yakult 12 botol
 Inokulan bakteri
Bacillus,Nitrosomo
nas, Nitrobakter 60
ml

d. Penebaran

Akuarium yang telah diisi media pemeliharaan dan hewan uji kemudian

ditata sesuai denah rancangan percobaan. Aerasi dan suhu diatur agar tetap

stabil, untuk suhu dapat mengunakan heater. Padat tebar ikan lele dumbo yaitu

1 ekor/liter yang akan dipelihara selama 28 hari dengan menggunakan akuarium

ukuran 80x40x40 cm3, ketinggian air 16 cm dengan volume air 50 liter dengan

menggunakan padat tebar 1 ekor/ liter. Parameter penunjang yang diukur pada

media pemeliharaan meliputi suhu, DO, dan pH. Adapun pengukuran suhu, DO

dan pH dilakukan dua kali sehari pada pukul 07.00 WIB dan pukul 16.00 WIB.

3.5 Parameter Uji

3.5.1 Parameter Utama

a. Perhitungan Total Plate Count (TPC)

Perhitungan total bakteri dengan menerapkan metode Total Plate Count

(TPC). Bakteri yang tumbuh pada cawan petri dihitung secara manual dengan
22

alat colony counter dengan pencahayaan khusus sehingga mudah menghitung

koloni bakteri. Jumlah bakteri dinyatakan dalam satuan colony-forming unit

(CFU/ml). Rumus yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan

bakteri berdasarkan SNI (2006) adalah sebagai berikut:

C
N=
[( 1 x n1)+ (0,1 x n2)]x (d)

Keterangan:

N : jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml;


C : jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung;
n1 : jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung;
n2 : jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung
d : pengenceran pertama yang dihitung

b. Isolasi

Bakteri dari usus yang ditanam pada cawan petri dilakukan isolasi.

Isolasi bakteri ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri yang terdapat pada usus

ikan lele dumbo. Isolasi bakteri ini menggunakan metode gores. Pengambilan

koloni bakteri dilihat dari bentuk dan warna yang berbeda. Koloni yang sudah

dipilih diambil dan digoreskan pada permukaan media agar steril yang sudah

disiapkan pada cawan. Hasil goresan kemudian diinkubasi pada suhu 32 0C

selama 24 jam. Kemudian ditumbuhkan pada media miring steril dan selanjutnya

dilakukan identifikasi.

c. Uji Gram (Pewarnaan)

Langkah pertama yang dilakukan adalah objek glass disemprot atau

dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian jarum ose dipijarkan pada bunsen

sampai warna merah lalu diambil bakteri murni dengan jarum ose dan digoreskan

membentuk persegi setipis mungkin. Hasil goresan yang tipis difiksasi diatas

bunsen, hasil fiksasi tersebut ditetesi dengan kristal ungu sebanyak 2-3 tetes dan

dibiarkan selama ± 1 menit setelah itu dibilas dengan air mengalir dan

dikerianganginkan. Hasilnya ditetesi dengan cairan lugol, dibiarkan selama ± 1


23

menit dan dibilas dengan air. Kemudian disemprot kembali dengan alkohol 96%

dan dibiarkan selama 30 detik lalu dicuci dengan air mengalir dikeringanginkan.

Tahap selanjutnya ditetesi safranin, dibiarkan selama ± 1 menit dan dibilas

dengan air mengalir. Kemudian disiapkan mikroskop yang bertujuan untuk

mengamati preparat yang ditambah minyak imersi dengan tujuan agar

mempermudah pengamatan, pengamatan ini menggunakan perbesaran 100x.

d. Uji Biokimia

Menurut Wahyu (2010), uji biokimia meliputi tahap-tahap, uji oksidase,

produksi katalase, hidrolisis (protein, asam amino triptofan, pati/karbohidrat,

urea), uji sitrat simmons, uji motilitas, uji bakteri probiotik dari produk probiotik

komersia meliputi uji motilitas, uji katalase, uji oksidase dan lain-lain.

Hasanah (2011), setelah dilakukan pewarnaan gram dilakukan uji biokimia

dengan menggunakan metode BBL Crystal, yaitu dengan menggunakan Kit BBL

Crystal. Prinsip dari metode ini adalah menanam bakteri pada microplates (mikro

cawan). Kemampuan bakteri dalam menghidrolisis substrat akan menghasilkan

perubahan warna dalam lubang mikro yang dapat terdeteksi secara visual. Data

warna-warna yang telah diperoleh akan dicocokkan pada tabel warna yang

memiliki nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut selanjutnya dimasukkan dalam bank

data (software) BBL Crystal dan diperoleh hasil identifikasi bakteri hingga tingkat

spesies.

3.5.2 Parameter Penunjang

Parameter penunjang yang diamati dalam penelitian ini yaitu kualitas air.

Adapun pengukuran kualitas air yang dilakukan berupa suhu, DO, pH.

a. Suhu

Menurut Kordi dan Tancung (2010), suhu mempengaruhi aktivitas

metabolisme organisme, oleh karena itu penyebaran organisme baik di lautan

maupun di perairan air tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat
24

berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Secara umum laju

pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan

kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan

suhu sampai ekstrim (drastis).

Pengukuran suhu zat cair dapat dilakukan dengan cara memasukkan

thermometer ke dalam zat cair. Setelah itu, tunggu beberapa saat sampai kolom

raksa atau alkohol pada termometer menunjukkan posisi tertentu dan tidak

berubah-ubah (Abdullah, 2006).

b. DO

Menurut Kordi dan Tancung (2007), nilai DO (Dissolved Oxygen)

menyatakan nilai dari kandungan oksigen terlarut dalam air. Oksigen yang

diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlarut dalam air. Oksigen

merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya di dalam

air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segala aktivitas biota akan

terhambat.

Oksigen terlarut merupakan perubahan mutu air paling penting bagi

kehidupan organisme air. Oksigen terlarut dalam air pada konsentrasi tertentu

dapat diserap oleh haemosianin dalam pembuluh darah lamella insang akibat

perbedaan tekanan parsial. Oksigen yang diserap kemudian dimanfaatkan

dalam proses metabolisme baik untuk pembentukan sel baru (pertumbuhan) dan

untuk penggantian sel yang hilang (Asmawi, 1986). Cara yang dilakukan untuk

menghitung DO menggunakan alat yang berupa DO meter. Alat DO meter

dimasukkan kedalam perairan dan ditekan tombol ON, setelah itu akan muncul

angka yang terdapat pada monitor. Catat angka tersebut. Hasil perhitungan DO

dinyatakan dalam satuan ppm.


25

c. pH

pH (singkatan dari puissance negatif de H) yaitu logaritma dari

kepekatan ion-ion H (hidogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat

keasaman (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen yang

menunjukkan suasana air tersebut bereaksi asam atau basa (Kordi dan Andi,

2007).

Untuk mendapatkan nilai pH lebih teliti, dapat menggunakan pH meter.

Alat tersebut mempunyai ketelitin sampai dua angka desimal sehingga pH hasil

pengukursn lebih akurat. Cara mengukur pH menggunakan pH meter tidak

sulit. Setelah memastikan pH meter dalam keadaan hidup (on), celupkan batang

elektrode pH ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Lihat nilai pH larutan

pada layar pH meter. Setelah selesai, bilas batang elektrode pH meter dengan

air suling. Agar lebih akurat, sebaiknya pengukuran pH untuk larutan uji yang

sama dilakukan sebanyak 2-3 kali (Muchtaridi dan Sandri, 2006).

3.6 Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan

analisa keragaman analysis of variance (ANOVA) sesuai dengan rancangan

perlakuan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL). Analisis yang

digunakan menggunakan program aplikasi komputer yaitu SPSS ver. 24 for

windows.
26

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kepadatan Bakteri Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Kepadatan bakteri dapat dihitung pada media tumbuh yang membentuk

koloni-koloni sel. Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat

dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan

menghitung jumlah koloni bakteri dapat diketahui penyebaran koloni bakteri yang

ada pada media pembiakan bakteri. Berdasarkan penelitian pertumbuhan

kepadatan koloni bakteri pada tiap pengamatan sampel ikan lele dumbo (C.

gariepinus) sebelum dimasukkan ke dalam perlakuan (H0), sampel ikan lele

setelah 14 hari pemeliharaan (H14) dan sampel ikan lele setelah 28 hari

pemeliharaan (H28) dapat dilihat pada gambar 5 dan lebih terinci pada Lampiran
Kepadatan Bakteri (log cfu/ml)

2.

14,00
13,80
13,60
13,40
13,20
13,00
H0
H14 H28

12,80
12,60

A B C D K
Perlakuan

Gambar 5. Kepadatan Bakteri Selama Masa Pemeliharaan

Keterangan:

- A : Penambahan pakan dengan penambahan probiotik 1 (5 ml/kg)


- B : Penambahan pakan dengan penambahan probiotik 2 (5ml/kg)
- C : Penambahan pakan dengan penambahan probiotik 1 (10 ml/kg)
- D : Penambahan pakan dengan penambahan probiotik 2 (10 ml/kg)
- K : Kontrol
27

Gambar 5. menunjukkan bahwa nilai kepadatan bakteri pada ikan lele

selama masa pemeliharaan mengalami peningkatan, yaitu meningkat pada hari

pemeliharaan ke-14 dan hari ke 28. Data yang diperoleh kemudian dianalisa uji

homogenitas. Uji homogenitas untuk mengetahui bahwa data memiliki varian

yang homogen. Data total bakteri kemudian dianalisa dengan analisa sidik

ragam (ANOVA) yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sidik Ragam Kepadatan Bakteri Selama Masa Pemeliharaan


Sumber Jk db KT F. Hitung Sig
Keragaman
Perlakuan H0 .009 4 .002 .929 .485
Acak .025 10 .003
Total .034 14
Perlakuan H14 .118 4 .030 33.357 .000
Acak .009 10 .001
Total .127 14
Perlakuan H28 .103 4 .026 116.818 .000
Acak .002 10 .000
Total .105 14

Berdasarkan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil analisis ragam

(ANOVA) dengan pemberian probiotik pada hari ke 0 tidak memberikan

pengaruh sedangkan pada hari ke 14 dan ke 28 memberikan hasil yang berbeda

sangat nyata terhadap kepadatan koloni bakteri pada usus ikan lele dumbo (C.

gariepinus). Selanjutnya dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui

tingkat perbedaan masing-masing perlakuan yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji Duncan Kepadatan Bakteri Pada Tiap Pengamatan


Dosis N H0 H14 H28
a b b
A: Probiotik 1(5 ml/kg) 3 13,20 13,40 13,55
a c c
B: Probiotik 2(5 ml/kg) 3 13,19 13,49 13,60
a bc bc
C: Probiotik 1(10 ml/kg) 3 13,19 13,44 13,58
a d d
D: Probiotik 2(10 ml/kg) 3 13,16 13,59 13,73
a a a
Kontrol 3 13,13 13,32 13,48

Berdasarkan analisa statistik di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian

pakan dengan penambahan probiotik 1 dan penambahan probiotik 2 dengan

dosis yang berbeda dapat memberikan pengaruh terhadap kepadatan bakteri


28

pada ikan lele dumbo (C. gariepinus). Nilai kepadatan bakteri tertinggi pada hari

ke 14 pada perlakuan D (probiotik 2 dosis 10 ml/kg) sebesar 13,59 log CFU/ml

dan nilai kepadatan bakteri terendah pada perlakuan kontrol sebesar 13,32 log

CFU/ml, sedangkan nilai kepadatan bakteri tertinggi pada hari ke 28 diperoleh

pada perlakuan D (probiotik 2 dosis 10 ml/kg) sebesar 13,73 log CFU/ml dan nilai

kepadatan bakteri terendah pada perlakuan kontrol sebesar 13,48 log CFU/ml.

Dilihat dari masa pemeliharaan hari ke 14 dan hari ke 28 mengalami

peningkatan, hal ini diduga bakteri probiotik yang diberikan pada pakan masuk

ke dalam saluran pencernaan ikan lele dumbo (C. gariepinus). Berdasarkan

penelitian Basir (2014), penambahan probiotik pada pakan terhadap ikan uji

memberikan pengaruh yang nyata (p<0,01) terhadap populasi bakteri dalam

saluran pencernaan ikan. Didapatkan kepadatan bakteri terbaik pada rata-rata

populasi bakteri yaitu sebesar 19,0 x 105 CFU/ml.

Dosis terbaik dalam masa pemeliharaan adalah dosis 10 ml/kg hal ini

diduga kepadatan bakteri pada dosis 10 ml/kg ideal jumlahnya saat bekerja

dalam saluran pencernaan seperti yang dikemukakan oleh Suminto et al., (2008)

bahwa dosis pemberian probiotik Bacillus sp. dalam meningkatkan pertumbuhan

dan penghambatan bakteri patogen adalah 10 ml/kg sehingga mengakibatkan

laju pertumbuhan spesifik benih gurami lebih tinggi. Hasil penelitian Setiawati et

al., (2013), pertumbuhan ikan dengan penambahan probiotik yang mengandung

Bacillus sp. lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain, hal ini karena dosis

penambahan probiotik sebesar 10 ml/kg dapat meningkatkan keberadaan jumlah

bakteri yang masuk kedalam saluran pencernaan dan hidup di dalamnya.

Selanjutnya bakteri tersebut di dalam saluran pencernaan ikan akan

mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan amilase (Irianto,

2003). Hasil terbaik dari kedua probiotik tersebut yaitu pakan dengan

penambahan probiotik 2. Hal tersebut dikarenakan pada probiotik 2 terdapat


29

penambahan air kelapa. Air kelapa memiliki kandungan glukosa yang cukup

tinggi serta mineral yang cukup bermanfaat bagi tumbuh kembang mikroba, hal

ini diperkuat dengan pernyataan Kristina dan Syahid (2012), bahwa air kelapa

mengandung berbagai vitamin dan mineral seperti N, P, Mg, Fe, Na, Zn, Ca.

Hidayat et al. (2006), juga menyebutkan bahwa air kelapa juga kaya akan K dan

Cl serta gula dalam bentuk glukosa, fruktosa dan sukrosa. Tersedianya

kandungan nutrisi serta komposisi bakeri yang lengkap akan membantu dalam

pertumbuhan bakteri probiotik.

Selain itu perbedan kandungan bahan pada probiotik 1 dan 2 baik pada

komposisi rempah-rempah maupun tambahan bahan lain seperti yakult yang

hanya terdapat pada probiotik 2. Yakult memiliki komposisi sukrosa, glukosa dan

L. casei. Yakult bermanfaat untuk menjaga keseimbangan antara bakteri yang

menguntungkan dan bakteri berbahaya yang ada pada sistem pencernaan. Sifat

yang menguntungkan dari bakteri Lactobacillus dalam bentuk probiotik adalah

dapat digunakan untuk mendukung peningkatan kesehatan, berperan sebagai

flora normal dalam sistem pencernaan guna menjaga keseimbangan asam dan

basa sehingga pH dalam kolon konstan (Sunaryanto et al., 2014). Perbedaan

komposisi rempah-rempah juga berpengaruh pada bahan aktif yang

dikandungnya. Komposisi rempah-rempah pada probiotik 2 lebih bervariasi

dengan jumlah takaran yang lebih sedikit, sedangkan pada probiotik 1

mengandung komposisi rempah-rempah yang sedikit namun dengan jumlah

takaran yang lebih banyak. Variasi bahan aktif tersebut akan lebih meningkatkan

pertumbuhan bakteri karena sumber nutrisi lebih beragam.

4.2. Identifikasi Bakteri

4.2.1. Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri

Pengamatan koloni bakteri secara makroskopis dilakukan untuk

mengetahui morfologi koloni bakteri yang tumbuh pada media dengan melihat
30

bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi. Menurut Irfan (2014), pengamatan

makroskopis bertujuan untuk mengamati bentuk koloni, tepi koloni, permukaan

koloni, dan warna koloni.

Setiap mikroorganisme memiliki penampakan makroskopis yang berbeda-

beda pada pertumbuhannya. Pada pengamatan yang dilakukan terdapat

beberapa perbedaan dan didapatkan rata-rata bentuk koloninya bulat, warna

putih dan elevasi cembung. Menurut Daramayasa (2008), koloni yang tumbuh

diamati secara makroskopis meliputi bentuk, ukuran, tekstur dan warna. Hasil

pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Morfologi Koloni Bakteri


Morfologi Koloni
Perlakuan
Isolat Bentuk Tepi Elevasi Warna
A :Probiotik 1(5 A1 Bulat Rata Cembung Putih Susu
ml/kg) A2 Batang Tidak rata Cembung Putih Krem
B1 Batang Rata Cembung Putih Susu
A2 Batang Tidak rata Cembung Putih Krem
B :Probiotik 2(5 B1 Batang Rata Cembung Putih Susu
ml/kg)
C2 Batang Tidak rata Cembung Putih Krem
C:Probiotik C1 Batang Rata Cembung Putih Susu
1(10ml/kg) C2 Batang Tidak rata Cembung Putih Krem
B1 Batang Rata Cembung Putih Susu
B1 Batang Rata Cembung Putih Susu
D :Probiotik 2( 10 C2 Batang Tidak rata Cembung Putih Krem
ml/kg)
A2 Batang Tidak rata Cembung Putih Krem
Kontrol K Bulat Rata Cembung Putih Susu
B1 Batang Rata Cembung Putih Susu

4.2.2 Pengamatan Isolat Mikroskopis

Hasil pengamatan morfologi sel yaitu pewarnaan gram dan bentuk sel

diamati dengan cara mikroskopis menggunakan mikroskop. Pewarnaan gram

bertujuan untuk mengetahui warna isolat dimana bakteri gram positif

diindikasikan warna ungu sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah.

Hasil pengamatan pewarnaan gram pada mikroskop dapat dilihat pada lampiran

4. Hasil pengamatan uji gram dan morfologi dapat dilihat pada Tabel 7.
31

Tabel 7. Hasil Pengamatan Bakteri Secara Mikroskopis


Hasil
Perlakuan Isolat Pewarnaan Hasil Bentuk Bakteri
A1 Biru Keunguan Positif Bulat
A :Probiotik 1( 5 ml/kg)
A2 Merah Negatif Batang
B1 Biru Keunguan Positif Batang
A2 Merah Negatif Batang
B :Probiotik 2( 5 ml/kg) B1 Biru Keunguan Positif Batang
C2 Merah Negatif Batang
C1 Biru Keunguan Positif Batang
C :Probiotik 1(10 ml/kg)
C2 Merah Negatif Batang
B1 Biru Keunguan Positif Batang
B1 Biru Keunguan Positif Batang
D :Probiotik 2( 10 ml/kg) C2 Merah Negatif Batang
A2 Merah Negatif Batang
Kontrol K Biru Keunguan Positif Bulat
B1 Biru Keunguan Positif Batang

Hasil dari pengamatan mikroskopis di atas yaitu didapatkan hasil 8 isolat

yang menunjukkan gram positif dan 6 menunjukkan gram negatif. Bakteri pada

tiap isolat menghasilkan 12 bentuk bakteri batang (basil) dan 2 bentuk bakteri

bulat (kokus). Ketebalan lapisan peptidoglikan sel, bakteri dapat dibedakan atas

bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif adalah bakteri yang

memiliki dinding sel tebal dengan lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini

akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan gram. Bakteri gram negatif

adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tipis.

Bakteri ini akan berwarna merah muda atau merah, jika diwarnai dengan

pewarnaan gram (Aryulina et al., 2006).

4.2.2. Uji Biokimia

Setelah dilakukan pengamatan mikroskopis selanjutnya dilakukan uji

biokimia. Uji biokimia dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan identifikasi

bakteri. Uji biokimia dilakukan dengan metode BBL Crystal Kit dan konvensional.

Prinsip uji BBL Crystal Kit adalah dengan menanam bakteri pada microplates

(mikro cawan). Kemampuan bakteri dalam menghidrolisis substrat akan


32

menghasilkan perubahan warna dalam lubang mikro yang dapat terdeteksi

secara visual. Data warna-warna yang telah diperoleh akan dicocokkan pada

tabel warna yang memiliki nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut selanjutnya

dimasukkan dalam bank data (software) BBL Crystal dan diperoleh hasil

identifikasi bakteri hingga tingkat spesies. Hasil biokimia dapat dilihat pada

lampiran 5. Bakteri gram positif yang teridentifikasi yaitu bakteri Staphylococcus

intermedius, Streptococcus porcinus, Bacillus licheniformis, dan Bacillus subtilis,

sedangkan bakteri gram negatif yang teridentifikasi yaitu Nitrobacter sp., dan

Nitrosomonas sp.

 Isolat A1

Morfologi koloni A1 yaitu berbentuk bulat dan berwarna putih susu dengan

hasil pewarnaan gram biru keunguan, berbentuk coccus yang merupakan bakteri

gram positif. Bakteri ini didapatkan pada perlakuan A probiotik 1 (5 ml/kg).

Berdasarkan hasil biokimia didapatkan isolat A1 teridentifikasi jenis bakteri

Staphylococcus intermedius. Uji biokimia Staphylococcus menunjukkan bahwa

bakteri tidak motil, katalase positif, oksidase negatif, dan metil red positif.

Menurut Holt et al. (1994), bakteri ini memberikan hasil positif pada uji katalase,

negatif pada uji fermentasi monitol dan negatif pada yellow pigment koloni.

Heike dan Beat (1996), menyatakan bahwa bakteri dari genus Staphylococcus

adalah salah satu bakteri denitrifikasi yang mengubah nitrat menjadi nitrit.

Bakteri dari genus Staphylococcus berfungsi sebagai bakteri denitrifikasi dalam

lingkungan yang kadar oksigen dalam perairannya rendah.

 Isolat A2

Berdasarkan pengamatan morfologi koloni A2 mempunyai warna putih krem

dengan bentuk tepi koloni tidak rata, sedangkan secara mikroskopis isolat ini

berwarna merah dan berbentuk batang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa


33

isolat A2 merupakan bakteri gram negatif. Bakteri ini ditemukan pada perlakuan

A probiotik 1 (5 ml/kg), B probiotik 2 (5 ml/kg), dan perlakuan D probiotik 2 (10

ml/kg). Berdasarkan hasil uji biokimia didapatkan jenis bakteri yaitu Nitrobacter

sp. yang merupakan kandidat bakteri dalam pembuatan probiotik 1 dan 2. Uji

biokimia pada katalase, motilitas, urea, gelatin dan indol memiliki reaksi positif,

nitrat positif, dan positif salicin. Reaksi pada media TSIA yaitu A/K (glukosa

difermentasi). Menurut Holt et al. (1994), bakteri ini termasuk ke dalam golongan

bakteri gram negatif, bersifat aerob, mempunyai warna koloni krem dan bersifat

motil. Karakteristik biokimia adalah reaksi gram negatif, oksidase, produksi indol,

sitrat negatif dan positif terhadap katalase. Nitrobacter termasuk bakteri nitrifikasi

karena merupakan bakteri yang mengubah nitrit menjadi nitrat.

 Isolat B1

Uji makroskopis morfologi koloni B1 mempunyai warna putih susu dengan

bentuk tepi koloni rata, sedangkan secara mikroskopis isolat ini berwarna biru

keunguan dan berbentuk batang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa isolat B1

merupakan bakteri gram positif. Bakteri ini ditemukan pada perlakuan A probiotik

1 (5 ml/kg), B probiotik 2 (5 ml/kg), C probiotik 1 (10 ml/kg), perlakuan D probiotik

2 (10 ml/kg), dan perlakuan kontrol. Berdasarkan hasil uji biokimia didapatkan

jenis bakteri yaitu Bacillus subtilis. Kemampuan fisiologi Bacillus sangat

beragam antara lain peka terhadap panas, pH, dan salinitas. Uji katalase positif,

mampu mereduksi nitrat, fruktosa positif, arginin positif dan positif pada triptopan.

Dijelaskan pula oleh Holt et al. (1994), nilai positif pada uji nitrat menunjukkan

bahwa isolat dapat mereduksi nitrat (NO 3-) menjadi nitrit (NO 2 -) dengan

menggunakan enzim nitrat reduktase. Genus Bacillus sp juga mampu

memproduksi berbagai macam enzim ekstraseluler seperti protease, lipase,

amilase, nuklease, dan fosfatase.


34

 Isolat C1

Pengamatan morfologi isolat C1 secara makroskopis memiliki warna putih

susu dengan tepian koloni rata, dan secara mikroskopis isolat ini berwarna biru

keunguan dan berbentuk batang serta bersifat positif. Bakteri ini ditemukan pada

perlakuan C probiotik 1 (10 ml/kg). Berdasarkan hasil uji biokimia didapatkan

jenis bakteri yaitu Bacillus licheniformis. Hasil uji biokimia didapatkan katalase

positif, positif sukrosa, manitol, dan fruktosa. Holt et al. (1994), menyatakan

bakteri ini dapat memproduksi amilase, positif dalam uji VP, positif citrat, dan

dapat tumbuh pada NaCl 6,5% dan dapat tumbuh pada suhu hingga 550C. B.

licheniformis merupakan species mikroba yang mampu menghasilkan protease

dalam jumlah yang relatif tinggi. Jenis protease yang dihasilkan oleh mikroba ini

adalah enzim ekstraselular yang tergolong proteinase serin karena mengandung

serin pada sisi aktifnya (Haetami et al., 2008). B. licheniformis adalah

mikroorganisme tanah membentuk spora yang memberikan kontribusi untuk

siklus nutrisi dan memiliki aktivitas anti jamur (Soeka et al., 2011).

 Isolat C2

Koloni isolat C2 berwarna putih krem dengan tepian rata dan berdasarkan

analisa gram didapatkan hasil pewarnaan yaitu merah dengan bentuk batang.

Isolat bakteri tersebut ditemukan pada perlakuan B probiotik 2 (5 ml/kg), C

probiotik 1 (10 ml/kg) dan D probiotik 2 (10 ml/kg). Berdasarkan hasil uji biokimia

didapatkan jenis bakteri yaitu Nitrosomonas sp. yang merupakan kandidat pada

probiotik 1 dan 2. Pada hasil uji biokimia bakteri Nitrosomonas sp. bersifat motil

dan non motil, indol memiliki reaksi positif, sifat hidupnya aerob, metabolisme

bakteri ini menghasilkan enzim katalase, dan tergolong gram negatif.

Starkenburg et al. (2006), menyatakan bahwa bakteri Nitrosomonas sp.

merupakan bakteri yang berperan dalam proses oksidasi amonia menjadi nitrit
35

dalam siklus nitrogen. Nitrosomonas sp. termasuk golangan bakteri gram

negatif. Bakteri ini dapat tumbuh optimum pada suhu 5-300C dan pH optimum

5,8-8,5.

 Isolat K

Pengamatan bakteri secara makroskopis pada isolat K menunjukkan warna

putih susu dengan bentuk bulat. Berdasarkan pengamatan uji gram yaitu

berwarna biru keunguan dan berbentuk coccus yang dikategorikan sebagai

bakteri gram positif. Hasil uji biokimia didapatkan spesies bakteri Streptococcus

porcinus bakteri ini didapatkan pada perlakuan kontrol. Didapatkan hasil uji

biokimia yang bersifat motil, katalase positif dan anaerob fakultatif. Dijelaskan

oleh Holt et al. (1994), Streptococcus sp. positif dalam uji katalase, tidak

memfermentasi monitol, uji VP positif dan positif dalam oksidase. Menurut

Jawetz et al. (2007), yang menyatakan bahwa Streptococcus sp. adalah sel

sferis, coccus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan tersusun seperti rantai.

4.3 Parameter Penunjang Kualitas Air

Pada penelitian ini kualitas air yang optimal akan memberikan dampak

yang baik untuk ikan yang hidup didalamnya. Data penunjang yang diamati yaitu

kualitas air yang meliputi suhu, DO (Dissolved Oxygen) , pH. Pengamatan

dilakukan selama masa pemeliharaan yaitu 28 hari, dan dilakukan pengamatan

harian sebanyak 2 kali sehari. Hasil pengamatan kualitas air dapat dilihat pada

Tabel 8 yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 8. Analisa Kualitas Air Selama Pemeliharaan


Perlakuan Suhu DO pH
A 27,20 ± 0,452 4,11 ± 0,114 7,28 ± 0,009
B 26,78 ± 0,243 4,06 ± 0,046 7,22 ± 0,094
C 27,32 ± 0,281 4,05 ± 0,026 6,29 ± 0,051
D 27,18 ± 0,142 4,17 ± 0,100 7,21 ± 0,001
K 26,56 ± 0,139 5,15 ± 0,382 7,05 ± 0,319
36

Kisaran nilai suhu harian pada pemeliharaan ikan lele dumbo (C.

gariepinus) adalah sebesar 26,56 - 27,32°C, kisaran suhu ini masih optimum.

Menurut jaja et al. (2013), ikan lele bersifat poikiloterm, artinya suhu tubuh

dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Secara umum ikan mampu beradaptrasi

pada kisaran suhu tertentu. Suhu minimum untuk budidaya ikan lele dumbo yaitu

200C, suhu maksimum sebesar 300C dan suhu yang optimum sebesar 24-270C.

Suhu yang rendah dibawah suhu minimum dapat menyebabkan ikan mengalami

kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Pada suhu

diatas suhu maksimum akan menyebabkan ikan mengalami stres pernafasan

dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen. Ikan lele sangat

sensitif terhadap suhu, karena tidak memiliki sisik untuk pertahanan tubuhnya.

Perubahan cuaca dan iklim sangat berhubungan dengan timbulnya penyakit,

yang diakibatkan adanya perubahan suhu yang berdampak ikan lele mudah

stres.

Pada penelitian ini didapatkan nilai kisaran DO (Dissolved Oxygen) yaitu

4,05 - 5,15 ppm, dimana pada kisaran ini masih baik untuk pertumbuhan ikan

lele dumbo (C. gariepinus). Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter

yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup ikan. Menurut Boyd (1982),

konsentrasi terlarut yang menunjang pertumbuhan dan proses produksi yaitu

lebih dari 5 ppm. Ikan lele dapat hidup pada perairan yang kandungan

oksigennya rendah, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut

arborescen organ. Meskipun ikan lele mampu bertahan hidup di lingkungan

dengan kadar oksigen yang rendah, namun untuk menunjang agar ikan lele

dapat tumbuh secara optimal diperlukan lingkungan perairan dengan kadar

oksigen yang cukup kadar oksigen yang baik untuk menunjang pertumbuhan

ikan lele secara optimum adalah harus lebih dari 3 ppm Boyd (1982).
37

Derajat keasaman (pH) merupakan kualitas air yang menunjukkan tingkat

keasaman atau basa suatu perairan. Dalam penelitian ini didapatkan kisaran pH

yaitu 6,29-7,28, pH tersebut masih dalam kisaran yang baik. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Boyd (1982), derajat keasaman yang baik untukikan lele

berkisar antara 6,5-8,5. Ikan lele dapat hidup pada kisaran pH 4 dan diatas pH

11 ikan akan mati. pH akan memegang peranan penting dalam bidang perikanan

karena berhubungan dengan kemampuan ikan untuk tumbuh. Tinggi rendahnya

pH suatu perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam

lingkungan perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme (Arifin, 1991).
38

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

- Pemberian probiotik dan dosis yang berbeda memberikan pengaruh

sangat nyata terhadap kepadatan bakteri pada usus ikan lele dumbo (C.

gariepinus) (P<0,05).

- Distribusi bakteri pada perlakuan probiotik yaitu bakteri Staphylococcus

intermedius didapatkan pada perlakuan A probiotik 1 (5 ml/kg), bakteri

Nitrobacter sp. didapatkan pada perlakuan A probiotik 1 (5 ml/kg),B

probiotik 2 (5 ml/kg), dan D probiotik 2 (10 ml/kg). Bakteri Bacillus subtilis

ditemukan pada perlakuan A probiotik 1 (5 ml/kg), B probiotik 2 (5 ml/kg),

C probiotik 1 (10 ml/kg), D probiotik 2 (10 ml/kg), dan perlakuan kontrol.

Bakteri Bacillus licheniformis didapatkan pada perlakuan C probiotik 1 (10

ml/kg), sedangkan bakteri Nitrosomonas sp., ditemukan pada perlakuan B

probiotik 2 (5 ml/kg), C probiotik 1 (10 ml/kg), dan D probiotik 2 (10 ml/kg).

Bakteri Streptococcus porcinus didapatkan pada perlakuan kontrol.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu diharapkan

para pembudidaya ikan untuk menggunakan probiotik 2 dengan dosis 10 ml/kg

baik dalam kegiatan pembenihan maupun pembesaran ikan guna menunjang

keberhasilan budidaya.
39

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, C. dan Retnoningrum, D.S., 2003, Deteksi Bakteri Patogen


Streptococcus pyogenes dengan Teknik Polymerase Chain Reaction
(PCR), Jurnal Natur Indonesia. 6 (1), 1-4.

Abdullah, M. 2006. IPA FISIKA SMP dan MTS 1. Penerbit: Erlangga.

Abubakar H., A. T. Wahyudi dan M. Yuhana. 2011. Skrining bakteri yang


berasosiasi dengan spons Jaspis sp. sebagai penghasil senyawa
antimikroba. Ilmu Kelautan. 16(1): 35-40.

Anisah, N. 1995. Kultur limfosit dengan medium air kelapa hijau. Berkala Ilmu
Kedokteran, 27(4):191-200.

Anggirani, R., Iskandar dan Ankiq, T. 2012. Efektivitas penambahan Bacillus sp.
Hasil Saluran pencernaan Ikan Patin Pada PakanKomersil terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus). 3(3): 75-83.

Arief, M., Fitriani, N., Subekti, S. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda
Pada Pakan Komersil Terhadap Pertambahan Dan Efisiensi Pakan Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan
6(1).

., Diatra, F., dan Muhammad A. Al. 2015. Pengaruh Pemberian


Probiotik plus herbal Pada Pakan Komersil Terhadap Retensi Protein
dan Retensi Lemak Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 7(2).

Arifin, M. Z. 1991. Budidaya Lele. Dohra Prize. Semarang.

Aryulina, D., C. Muslim, S. Manaf dan E. W. Winarni. 2006. Biologi SMA dan MA
untuk kelas X. Erlangga : Jakarta.

Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia Jakarta. 6 hlm.

Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. PT. Agromedia


Pustaka. Jakarta. 6 hlm.

Basir, B. dan Surianti. 2014. Penggunaan prebiotik dan probiotik pada pakan
buatan terhadap efesiensi pakan dan kualitas air media pemeliharaan
udang vaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal Balik Diwa, 4(1):32-37.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University.
Birmingham Publishing Co. Birmingham, Albama.

Buckle, K. A. E. R., Ammprey, F. G., Hoste dan W. Milles. 1998. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta. 307-312 hlm.
40

Darmayasa, I. B. G. 2008. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi Lipid


(Lemak) Pada Beberapa Tempat Pembuangan Limbah Dan Estuari Dam
Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. 8(2): 122-127.

Duc, L. H., Hong, H. A., Barbosa, T. M., Henriques A. O., Cutting, S. M. 204.
Characterization of Bacillus Probitics available for human use. Appl
Environ Microbial. 70(4): 2161-2171.

Farzanfar, Ali. 2006. The use of probiotics in shrimp aquaculture. FEMS Immunol
Med Microbiol 48: 149–158.

Fifendy, M., Eldini., dan Irdawati. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Molase


Terhadap Jumlah Mikroba dan Ketebalan Nata pada Teh Kombucha.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Lampung.

Haetami, K., Abun., Yuniar, M. 2008. Studi Pembuatan Probiotik (Bacillus


licheniformis, Aspergillus niger, dan Sacharomices cereviseae) Sebagai
Feed Suplement Serta Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
Merah. (Laporan Penelitian). Sumedang Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.

Hasanah, R. 2011. Identifikasi Bakteri dan Komposisi Kimia Produk Fermentasi


Telur Ikan Tambakan (Helostoma teminckii). Tesis. Institut pertanian
Bogor. Bogor. 112 hlm.

Hidayat, R Dan Fatri, A. 2012. Identifikasi Streptococcus Equi Dari Kuda Yang
Diduga Menderita Strangles. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI).
17(3): 199-203.

Hidayat., N., M. C. Padaga, dan S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri.


Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. 192 hlm.

Holt, J. G., N. R. Krieg., P. H. A. Sneath and S. T. William. 1994. Bergey’s


Manual of Determinative Bacteriology. New York: Lippicolt William and
Wilkins. 787 p.

Ishartanto, W. A. 2009. Pengaruh Aerasi dan Penambahan Bakteri Bacillus sp.


dalam Mereduksi Bahan Pencemar Organik Air Limbah Domestik.
Skripsi. FPIK. IPB. Bogor.

Irfan, M. 2014. Isolasi Dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut Di Perkebunan


Kelapa Sawit PT. Tambang Hijau Di Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar. Jurnal Agroteknologi. 5(1): 1-8.

Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


45 hlm.

, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Izzah, N., Suminto dan V. E. Herawati. 2014. Pengaruh bahan organic kotoran
ayam, bekatul dan bungkil kelapa melalui proses fermentasi bakteri
41

probiotik terhadap pola pertumbuhan dan produksi biomassa Daphnia


sp. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(2): 44-52.

Jaja, A. Suryani dan K. Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran Dan


Pemasaran Ikan Lele Serta Strategi Pengembangannya Di UD Sumber
Rejeki Parung, Jawa Barat. Jurnal Manajemen IKM. 8(1): 45-56.

Jawetz, E., J. Melnick., E. Adelberg. 2007. Medical Microbiology.

Khasani, I. 2007. Aplikasi Probiotik Menuju Sistem Budidaya Perikanan


Berkelanjutan. Media Akuakultur. 2(2): 86-90.

Kordi, K. M. G. H dan Andi, B. T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya


Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. 14 hlm.

Kristina, N. N dan S. F. Syahid. 2012. Pengaruh Air Kelapa Terhadap Multiplikasi


Tunas In Vitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan Xanthorrhizol
Temulawak di Lapangan. Jurnal Littri. 125-134 hlm.

Kumalasari, K. E. D., Nurwantoro dan S. Mulyani. 2012. Pengaruh kombinasi


susu dengan air kelapa terhadap bakteri asam laktat (BAL), total gula
dan keasaman drink yoghurt. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 1(2):48-
53.

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada:


Jakarta. 168 hlm.

Linggarjati, K. F., Ali, D., dan Subagiyo. 2013. Uji Penggunaan Bacillus sp.
Sebagai Kandidat Probiotik Untuk Pemeliharaan Rajungan (Portunus
sp.). Jurnal of Marine Researce. Vol. 2(1); 1-6.

Lisdayanti, E. 2013. Potensi Akntibakteri dari Bakteri Asosiasi Lamun (Seagrass)


dari Pulau Bonebatang Perairan Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 589 hlm.

Mahyuddin, K. 2007. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta : Penebar


Swadaya.

Mahyudin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya.


Jakarta. 1 hlm.

Marzouk MS, Moustafa MM, Nermeen and M. Mohamed. 2008. The Influence of
Some Probiotic on The Growth Performance and Intestinal Microbial
Flora of O. Niloticus, International Symposium on Tilapia in Aquaculture.
1059-1071.

Muchtaridi dan Sandri, J. 2006. Kimia Sma Kelas xi. Penerbit: Yudistira.

Pelczar, M. J dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas


Indonesia Press: Jakarta.
42

Praditia, F. P. 2009. Pengaruh pemberian bakteri probiotik melalui pakan


terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang windu Penaeus
monodon. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan


Percobaan Dengan SPSS 12. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Purwitasari, E., Artini, P Dan Ratna, Setyaningsih. 2004. Pengaruh Media


Tumbuh Terhadap Kadar Protein Saccharomyces Cerevisiae Dalam
Pembuatan Protein Sel Tunggal. Bioteknologi. 1(2): 37-42.

Puspowardoyo, H. dan Djaridjah, A. S. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele


Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Putrina, M. dan Fardedi. 2007. Pemanfaatan air kelapa dan air rendaman kedelai
sebagai media perbanyakan bakteri Bacillus thuringiensis barliner.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 9(1):64-70

Ramayulis, R. 2014. Detox is Easy. Jakarta Timur. Penebar Swadaya Grup.

Raupong Dan Anisa. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Perancangan Percobaan.
Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin Makassar. Sulawesi Selatan. 136 Hal.

Reddy, G., Altaf M. D., Naveena, B. J., Venkateshwar M., and Kumar E. V. 2016.
Amylolytic bacterial latic acid fermentation, a review. Biotechnology
Advances. 26: 22-34.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. Bogor : Penerbit


Binacipta.

Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.

Saraswati, D. 2014. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Muda Terhadap


Pertumbuhan Saccharomyces Cereviceae. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. 68 hlm.

Sartika, D., Esti, H., dan Rara, D. 2012. Pemberian Molase Pada Aplikasi
Probiotik Terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Tingkat
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1(1).

Savitri, S. D. N. 2006. Isolasi dan karakterisasi bakteri holotoleran pada ikan


kembung (Rastrellinger sp.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Setiaji, A. 2009. Efektifitas Daun Pepaya Carica papaya L. Untuk Pencegahan


dan Pengobatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Diinfeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila. Penelitian. Departemen Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kerlautan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
43

Setiawati, E. J., Tarsim., Y. T. Adiputra., dan Siti, H. 2013. Pengaruh


Penambahan Probiotik Pada Pakan Dengan Dosis Berbeda Terhadap
Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan
Patin (Pangasius hypophthalamus). Jurnal Rekayasa Dan Teknologi
Budidaya Perairan. Vol. 1 No. 2.

SNI. 2006. Cara Uji Mikrobiologi-Bagian 3: Penentuan Angka Lempeng Total


(ALT) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. 16 hal.

Soeka, S. Y., S. H. Rahayu., N. Setianingrum., dan E. Naiola. 2011. Kemampuan


Bacillus licheniformis Dalam Memproduksi Enzim Protease Yang
Bersifat Alkalin Dan termofilik. Media Litbang Kesehatan. Vol. 21 No.
2.

Subarnas, N. 2006. Terampil Berkreasi untuk kelas vii SMP/MTs. Bandung.


Grafindo Media Pratama.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta. 380 hlm.

Suminto. 2008. Pertumbuhan Bakteri Probiotik Alkaligenus sp. dan


Flavobacterium sp. yang Diisolasi Dari usus Udang Pada Media Kultur
Molase dan Kaolin. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 4(1).

Sunaryanto, R., E. Martius, dan B. Marwoto. 2014. Uji kemampuan Lactobacillus


casei sebagai agensia probiotik. Jurnal Bioteknologi dan Biosains
Indonesia. 1(1): 9-15.

Sutrisno. 2006. Budidaya Ikan Lele Kampung dan Lele Dumbo. Gama Exact.
Bekasi.

Suwoyo, H. S dan M. Mangampa. 2010. Aplikasi probiotik dengan konsentrasi


berbeda pada pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 239-247.

Starkenburg, S. R., Chain, P. S., Sayavedra- Soto, L. A., Hauser, l., land, M. L.,
Larimer, F. W., Malfatti, S. A., klotz, M. G., Bottomely, P. J., Arp, D. J.,
Hickey, W. J. 2006. Genome sequence of the chemolithoautotrophic
nitrite-oxidizing bacterium Nitrobacter winogradsky Nb-244. Applied and
environmental microbiology. 72(3): 2050-63.

Wahyu, F. 2010. Laporan Praktikum Mikrobiologi Umum Identifikasi Bakteri


Melalui Uji Biokimia.

Wardika, A. S., Suminto dan A. Sudaryono. 2014. Pengaruh bakteri probiotik


pada pakan dengan dosis berbeda terhadap efisiensi pemanfaatan
pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan lele dumbo (Clarias
gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology,
3(4):9-17.

Widarnani., Wira, H. S., Dinamella, W. 2011. Pengaruh penambahan molase


terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva udang windu
44

(Panaeus monodon) yang diberi bakteri probiotik Vibrio SKT-b. Jurnal


Akuakultur Indonesia. 10(2): 106-115. Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi
Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widyaningih, E. N. 2011. Peran Probiotik Untuk Kesehatan. Jurnal Kesehatan.


Vol. 4(1):14-20.

Wina E. 1999. Pemanfaatan Ragi (E. 1999. Pemanfaatan Ragi (yeast) Sebagai
Pakan Imbuhan Untuk Meningkatakn Produktivitas Ternak Ruminansia.
Wartazoa. 9(2): 1-9.

Wongso, P. dan P. Werukhmakul. 2007. Product Development and Technical


Service, Biosolution International. Thailand : Bangkadi Industrial Park
134(4). Yusma. 1999. Pemanfaatan Limbah Molase Dalam Pembuatan
etanol Secara Fermentasi. Artikel. Media Litbang Kesehatan. Vol. 9(3).

Yusma. 1999. Pemanfaatan Limbah Molase Dalam Pembuatan Etanol Secara


Fermentasi. Artikel. Media Litbang Kesehatan. Vol: 11 No. 3.
45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat- alat Penelitian

Spreyer Nampan Kulkas

Inkubator Timbangan Digital Autoklaf

LAF Rak tabung reaksi Tabung reaksi


46

Lampiran 1. Alat-alat Penelitian (Lanjutan)

Sendok bahan Korek api Hot Plate

Mortal dan alu Sectio set Bunsen

Objek glas Blue tip Bola hisap


47

Lampiran 1. Alat-alat Penelitian (Lanjutan)

Gelas ukur Beaker glass Erlenmeyer

Pipet tetes Pipet volume Mikro pipet

Vortex mixer Colony counter Mikroskop

Akuarium DO meter pH meter


48

Lampiran 2. Gambar Bahan – bahan Penelitian

Usus Ikan lele Dedak Gula merah

Molase Nanas Susu segar

Temu lawak Jahe merah Yakult


49

Lampira 2. Gambar Bahan – bahan Penelitian (Lanjutan)

Tissue Kertas label Media NA

Alumunium foil Kertas wrap Kapas

Hydrobat Alkohol 70% Spirtus


50

Lampira 2. Gambar Bahan – bahan Penelitian (Lanjutan)

Kertas bekas Ikan lele dumbo Karet gelang

Kristal violet Safranin Lugol

Probiotik
51

Lampiran 3. Data Kepadatan Bakteri log CFU/ml

Masa Pemeliharaan
Perlakuan Ulangan Rerata
0 14 28
1 13,24 13,42 13,56 13,41
A 2 13,21 13,41 13,55 13,39
3 13,15 13,39 13,55 13,36
1 13,20 13,55 13,60 13,45
B 2 13,10 13,48 13,60 13,39
3 13,27 13,45 13,61 13,45
1 13,15 13,47 13,59 13,40
C 2 13,22 13,42 13,58 13,41
3 13,22 13,44 13,57 13,41
1 13,17 13,57 13,72 13,49
D 2 13,15 13,62 13,72 13,50
3 13,18 13,58 13,76 13,51
1 13,10 13,34 13,48 13,31
K 2 13,13 13,32 13,50 13,32
3 13,17 13,31 13,46 13,31
52

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Pewarnaan Gram Pada Mikroskop Perbesaran


1000x

A1: (+) A2: (-) Nitrobacter sp.


Staphylococcus
intermedius

B1: (+) Bacillus subtilis C1: (+) Bacillus

C2: (-) Nitrosomonas sp. K: (+) Streptococcus porcinus


53

Lampiran 5. Hasil Uji Biokimia Bakteri


54

Lampiran 5. Hasil Uji Biokimia Bakteri (Lanjutan)


55

Lampiran 5. Hasil Uji Biokimia Bakteri (Lanjutan)

Hasil Pemeriksaan Isolat


Parameter Uji B-D C1
Fluorescent Negatif
- -
Control
Glucoside β + +
Valine - -
Phenylalanine + -
Glucoside α + +
Pyroglutamic acid - -
Tryptophan + -
Arginine + -
Katalase + +
Acetyl glucosaminide + -
Phosphate - +
Glucuronide - -
Isoleucine - -
Trehalose + +
Lactose + -
Methyl & glucoside + +
Sucrose + +
Mannitol - +
Maltotriose - +
Arabinose - -
Glycerol + +
Fructose + +
Nitrophenyl glucoside + +
Nitrophenyl cellobioside + +
Proline & Leucine nitroanilide + +
Nitrophenyl phosphate - +
Nitrophenyl maltoside - +
Nitrophenyl galactoside - +
Urea - -
Esculin - +
Arginine + +
Bacillus subtilis Bacillus licheniformis
56

Lampiran 5. Hasil Uji Biokimia Bakteri (Lanjutan)

Hasil Pemeriksaan Isolat


Parameter Uji A1 K
Fluorescent Negatif Control - -
Glucoside β - -
Valine - -
Phenylalanine - -
Glucoside α - -
Pyroglutamic acid + +
Tryptophan - -
Arginine - -
Katalase - +
Acetyl glucosaminide - -
Phosphate + +
Glucuronide + -
Isoleucine - -
Trehalose + +
Lactose - +
Methyl & glucoside - +
Sucrose - +
Mannitol + +
Maltotriose - +
Arabinose - +
Glycerol + +
Fructose + +
Nitrophenyl glucoside - -
Nitrophenyl cellobioside + -
Proline & Leucine nitroanilide + +
Nitrophenyl phosphate + +
Nitrophenyl maltoside + -
Nitrophenyl galactoside - +
Urea + +
Esculin - -
Arginine + +
Staphylococcu Streptococcus
s intermedius porcinus
57

Lampiran 5. Hasil Uji Biokimia Bakteri (Lanjutan)

Hasil Pemeriksaan Isolat


Parameter Uji A2 C2
Oxidase + +
Motilitas - +
Nitrat + +
Lysin - -
Ornithin - -
H2S - -
Glukosa + +
Mannitol + -
Xylose - -
ONPG + +
Indol - -
Urease - -
VP - -
Sitrat - -
TDA - -
Gelatin + -
Malonat - -
Inositol - -
Sorbitol - -
Rhamnosa - -
Sukrosa - -
Lactosa - -
Arabinosa - -
Adonitol - -
Raffinosa - -
Salicin + -
Arginin - -
Nitrobacter sp. Nitrsomonas sp.
58

Lampiran 6. Data Pengamatan Kualitas Air

A. Suhu

Suhu
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 24,6 25,1 26,3 26,4 24,1 25,1 24,1 26,4 24,0 25,6 26,6 26,6 26,0 26,9 26,8
1 23-Jul-17 Sore 26,1 27,5 28,0 27,3 26,1 28,3 27,2 27,1 26,3 25,9 27,5 26,7 26,4 27,3 26,7
Pagi 24,7 25,6 25,0 25,3 24,6 27,2 26,3 26,0 25,2 25,0 25,6 25,5 25,0 26,4 25,7
2 24-Jul-17
Sore 26,0 27,7 26,4 26,2 26,8 27,6 27,1 26,9 26,6 25,6 26,7 26,6 26,0 27,0 26,1
Pagi 24,7 25,6 24,8 25,0 24,6 25,0 25,6 25,4 24,8 25,0 25,0 25,1 25,0 25,7 25,3
3 25-Jul-17
Sore 26,6 27,5 27,4 27,5 26,0 28,2 27,3 27,5 26,3 26,1 27,5 27,0 26,6 27,7 26,7
Pagi 25,5 27,3 25,2 26,0 25,2 26,9 26,6 26,3 25,5 25,4 26,3 25,8 25,6 26,7 26,1
4 26-Jul-17 Sore 27,0 28,1 28,2 27,8 6,2 28,6 27,8 26,2 26,6 26, 27,8 27,4 27,0 28,2 28,1
2
Pagi 25,9 27,5 24,8 26,0 25,7 27,3 26,8 26,8 26,2 25,8 26,3 26,3 26,3 27,0 26,6
5 27-Jul-17
Sore 27,1 28,1 27,0 27,3 26,7 28,3 27,8 27,9 27,0 26,5 27,7 27,4 27,1 28,2 27,2
Pagi 26,5 27,7 26,0 26,3 26,1 27,7 27,2 27,2 26,4 26,2 26,8 26,7 26,7 27,4 27,0
6 28-Jul-17
Sore 29,1 27,7 28,8 28,6 28,7 29,8 30,0 29,2 27,3 27,8 29,2 29,6 27,7 29,0 27,0
Pagi 27,1 26,9 26,0 26,3 27,1 27,0 26,8 26,2 26,7 26,3 27,4 26,1 26,3 26,3 27,3
7 29-Jul-17 Sore 26,0 26,6 25,8 26,0 26,3 26,6 26,5 26,3 26,1 26,0 26,2 26,3 26,1 26,7 26,1
59

Lampiran 6. (Lanjutan)

Suhu
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 25,5 27,3 25,3 25,6 26,8 26,7 26,0 26,4 26,5 25,1 26,2 26,1 25,7 26,6 25,7
8 30-Jul-17
Sore 2,7 27,9 28,1 27,7 29,0 28,5 27,8 28,2 28,1 26,3 28,0 28,0 27,0 28,3 27,0
Pagi 26,5 27,6 26,3 26,2 29,1 27,8 27,3 27,8 27,7 26,3 26,6 27,5 26,8 27,8 26,7
9 31-Jul-17
Sore 27,3 28,3 28,0 27,6 28,9 28,6 27,9 28,6 28,1 26,7 28,0 28,1 27,5 28,6 27,2
Pagi 25,5 24,5 26,0 25,8 27,7 26,7 26,0 26,3 26,8 25,3 25,8 26,3 25,5 26,6 25,8
10 01-Agu-17
Sore 25,6 26,5 25,5 25,5 26,7 26,1 25,4 25,8 26,3 25,5 25,5 25,7 25,6 26,0 26,0
Pagi 25,7 27,1 25,7 25,1 27,5 26,8 25,9 26,3 26,8 25,5 25,7 26,4 25,6 26,7 26,5
11 02-Agu-17
Sore 26,8 27,7 27,9 27,4 28,0 28,2 27,2 27,3 27,3 25,8 27,3 27,5 26,3 27,6 27,3
Pagi 25,5 26,9 25,2 28,2 28,0 26,0 25,6 25,8 27,1 25,3 25,1 25,1 25,3 26,3 26,4
12 03-Agu-17
Sore 26,1 2,7 2,6 26,0 27,8 26,8 26,4 26,5 26,8 25,8 26,0 26,7 26,0 26,8 26,7
Pagi 25,5 27,3 26,0 26,2 28,0 26,3 25,5 26,1 27,2 25,2 25,4 26,2 25,2 26,5 26,7
13 04-Agu-17
Sore 26,6 27,5 28,6 27,9 28,0 28,3 27,2 27,5 26,9 26,2 27,6 27,7 26,3 27,9 27,3
Pagi 26,6 27,8 26,0 25,8 28,2 27,4 26,5 27,2 27,1 25,9 2,7 2,7 26,1 27,7 26,9
14 05-Agu-17
Sore 26,3 27,0 26,6 26,7 27,4 27,3 26,5 27,0 27,0 25,8 26,7 27,0 26,5 27,2 26,5
60

Lampiran 6. (Lanjutan)

Suhu
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 27,3 27,3 27,0 28,1 26,5 27,3 27,4 27,0 26,5 26,6 26,8 28,1 28,4 27,7 24,7
15 06-Agu-17 Sore 28,8 28,5 28,4 29,2 27,8 28,4 28,6 28,5 27,6 27,4 26,5 27,7 28,5 29,1 28,4
Pagi 29,4 28,9 30, 29,6 29,8 29,3 30, 30,0 29,6 29,2 28,7 30,3 28,6 28,6 30,2
16 07-Agu-17 1 2
Sore 29,6 30,0 30,0 30,5 29,3 29,6 29,7 29,8 29,0 29,8 27,6 28,6 29,5 30,1 29,2
Pagi 27,8 27, 27,5 28,1 27,8 28,2 28,2 28,0 27,6 27,7 27,0 27,7 28,5 29,3 28,2
17 08-Agu-17 5
Sore 29,0 29,3 29,2 29,6 28,6 29,1 29,1 28,2 28,6 28,5 27,6 28,6 29,2 29,7 29,0
Pagi 26,7 26,6 26,5 27,3 26,6 26,9 27,1 26,9 26,6 26,4 26,1 27,1 27,7 28,1 27,0
18 09-Agu-17
Sore 28,1 27,8 27,7 28,1 27,7 28,0 28,0 27,9 27,5 27,4 26,8 27,5 28,0 28,2 27,7
Pagi 27,6 27,2 26,3 27,5 26,1 27,2 27,2 27,0 26,8 26,7 26,1 26,5 26,2 26,1 27,1
19 10-Agu-17
Sore 27,3 27,3 27,2 27,8 27,1 27,6 27,6 27,6 27,4 27,2 26,6 27,3 27,6 28,5 27,8
Pagi 27,7 27,8 26,9 27,1 26,8 26,7 27,0 26,6 27,9 26,1 26,2 27,1 27,1 26,3 26,7
20 11-Agu-17
Sore 27,3 27,3 27,2 27,8 27,1 27,6 27,6 27,6 27,4 27,2 26,6 27,3 27,6 28,5 27,8
Pagi 27,3 26,6 26,2 26,6 25,5 25,8 25,2 25,1 23,8 24,5 24,8 26,3 27,4 28,1 26,8
21 12-Agu-17 Sore 29,0 28,2 28,2 28,7 27,9 28,3 28,6 28,3 27,8 27,6 27,0 26,3 27,0 28,1 27,6
61

Lampiran 6. (Lanjutan)

Suhu
Hari ke- Tanggal Waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 26,8 27,3 26,3 26,4 28,1 27,2 26,7 27,2 27,2 26,2 26,5 27,4 26,8 27,6 25,7
22 13-Agu-17
Sore 28,3 28,3 28,1 28,3 29,8 28,9 28,0 28,9 28,7 27,0 28,2 28,4 28,1 29,4 28,3
Pagi 27,2 26,1 28,3 27,8 28,6 28,2 27,6 27,7 27,5 26,6 27,6 27,8 27,0 28,0 26,1
23 14-Agu-17
Sore 28,0 28,4 28,9 28,8 28,6 28,8 28,4 28,8 28,3 27,1 28,8 28,8 27,8 29,6 27,7
Pagi 26,7 27,5 26,9 28,1 27,4 27,0 26,9 27,3 27,7 26,7 26,5 26,9 27,5 27,8 26,0
24 15-Agu-17 Sore 28,3 28,7 28,5 28,8 28,0 28,1 28,4 28,5 28,1 29,1 28,8 28,5 28,3 28,7 27,6
Pagi 26,2 26,8 28,7 28,0 27,5 27,9 27,1 27,0 26,6 25,1 27,5 27,3 25,0 27,7 26,3
25 16-Agu-17
Sore 26,4 25,7 27,9 27,5 27,0 28,0 27,4 27,2 26,7 26,0 27,2 27,7 26,3 28,1 26,8
Pagi 25,6 24,5 27,0 26,3 26,6 27,2 26,3 26,3 25,8 25,3 26,3 26,6 25,3 27,2 26,1
26 17-Agu-17
Sore 27,0 27,9 28,5 27,7 28,8 28,0 27,3 27,3 27,7 27,1 27,8 27,8 27,6 27,6 28,0
Pagi 27,8 28,6 28,2 27,6 27,7 27,5 26,6 27,6 27,8 28,7 28,0 27,5 27,9 27,1 27,0
27 18-Agu-17 Sore 28,9 28,8 28,6 28,8 28,4 28,1 28,4 28,5 28,1 27, 26,7 26,0 27,2 27,7 26,3
2
Pagi 26,1 28,3 27,8 28,6 28,2 26,3 26,4 28,1 27,2 26,7 27,2 27,6 27,8 28,7 28,0
28 19-Agu-17
Sore 28,4 28,9 28,8 28,6 27,4 27,2 26,7 27,5 27,0 28,0 27,4 27,2 28,4 28,8 28,3
62

Lampiran 6. (Lanjutan)

B. DO

DO
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 5,07 3,43 4,51 4,21 3,44 4,40 4,40 4,64 5,57 4,82 4,89 5,66 4,66 5,69 4,74
1 23-Jul-17
Sore 4,36 4,27 5,02 5,05 4,26 4,82 5,00 3,71 4,32 5,34 5,01 5,96 4,18 4,95 4,42
Pagi 4,52 4,65 4,03 4,14 4,21 4,03 4,98 4,25 4,11 5,14 5,10 5,12 4,50 4,21 4,65
2 24-Jul-17 Sore 4,02 5,14 3,82 3,82 4,97 4,80 3,75 3,90 5,18 6,04 4,77 5,86 3,90 4,07 4,01
Pagi 4,51 4,57 4,35 4,28 4,25 4,03 4,80 4,30 4,66 4,49 5,02 5,22 4,52 4,51 4,55
3 25-Jul-17
Sore 4,37 4,57 4,39 4,30 4,34 4,39 4,14 5,05 4,55 5,38 4,09 5,28 4,36 5,06 4,50
Pagi 4,60 4,64 4,23 4,30 4,47 4,19 4,19 4,25 4,78 4,64 4,52 5,51 4,65 4,25 4,75
4 26-Jul-17
Sore 4,17 4,39 3,93 5,12 4,10 4,87 4,02 4,02 4,54 5,36 4,93 5,09 4,41 5,06 4,42
Pagi 4,28 4,46 4,38 4,47 5,02 4,27 4,20 2,22 4,44 4,43 4,40 6,15 4,44 4,25 4,50
5 27-Jul-17 Sore 3,94 4,16 3,81 3,86 3,64 4,58 3,81 3,88 4,99 5,93 4,80 5,77 4,03 4,79 4,16
Pagi 4,93 4,00 3,85 3,82 3,47 3,80 4,83 3,86 4,15 4,97 4,81 5,74 3,93 3,89 4,04
6 28-Jul-17
Sore 4,42 3,59 3,30 3,39 3,44 3,27 4,31 3,38 4,01 5,68 4,34 5,22 3,66 4,30 3,62
Pagi 4,91 3,99 3,91 3,80 4,01 3,70 3,96 3,99 4,05 4,80 5,01 5,91 3,89 5,02 4,84
7 29-Jul-17
Sore 3,97 4,28 4,01 4,00 4,00 3,91 3,83 4,89 3,96 5,99 5,10 5,05 4,06 4,91 4,01
63

Lampiran 6. (Lanjutan)

DO
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 4,01 4,09 4,02 4,07 4,09 4,72 3,88 4,93 3,99 4,78 4,98 5,91 4,03 4,96 3,78
8 30-Jul-17
Sore 3,69 3,63 3,57 4,52 4,62 4,49 4,46 3,43 4,36 5,50 4,51 5,45 3,62 3,43 4,27
Pagi 5,07 5,00 4,88 4,86 5,12 4,35 4,35 4,46 4,60 4,70 4,50 5,65 4,85 4,51 4,65
9 31-Jul-17
Sore 3,80 4,64 4,04 4,82 3,94 4,70 4,73 4,38 3,50 5,45 4,75 5,52 3,82 3,54 3,38
Pagi 4,95 4,90 5,23 5,12 5,01 5,00 4,65 4,57 4,24 4,95 5,09 5,61 4,42 4,76 4,10
10 01-Agu-17 Sore 4,24 4,29 4,28 4,10 4,41 5,10 4,32 5,14 4,26 5,13 4,06 5,23 4,24 4,20 4,30
Pagi 4,57 4,77 4,76 4,34 4,84 4,25 4,56 4,40 4,53 4,65 4,69 6,02 4,57 4,41 4,86
11 02-Agu-17
Sore 3,82 4,10 3,87 3,82 3,90 3,84 4,02 3,74 4,88 5,80 4,81 5,81 3,86 4,17 4,05
Pagi 3,88 3,90 4,81 4,75 4,75 4,79 3,61 3,94 4,66 4,98 4,75 5,60 3,91 3,92 4,04
12 03-Agu-17
Sore 3,53 3,43 3,95 3,75 3,50 3,81 3,43 3,52 4,28 5,73 4,66 4,44 3,55 3,61 3,43
Pagi 4,37 4,13 4,48 4,20 4,18 4,08 3,88 4,15 5,01 4,98 5,37 5,76 4,31 4,05 4,53
13 04-Agu-17 Sore 4,40 4,28 4,50 3,30 3,33 4,18 3,22 3,90 4,09 5,25 4,18 6,01 3,25 2,80 3,33
Pagi 3,95 4,20 4,60 4,09 4,18 3,58 4,22 4,70 4,96 5,04 4,87 6,08 4,06 3,60 4,26
14 05-Agu-17
Sore 4,95 4,67 4,81 4,69 4,99 4,55 4,62 4,66 4,81 5,97 4,66 5,58 4,82 4,63 4,83
64

Lampiran 6. (Lanjutan)

DO
Hari ke- Tanggal Waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 4,31 4,21 4,19 4,11 4,47 4,32 4,94 4,49 4,31 4,93 5,05 6,03 4,23 4,25 4,55
15 06-Agu-17
Sore 4,05 3,87 3,79 3,40 3,70 3,59 3,55 3,61 4,82 5,89 4,90 5,91 3,91 3,63 3,53
Pagi 3,18 3,32 4,20 3,25 4,60 3,61 3,54 4,09 5,11 5,17 5,41 5,32 5,16 5,10 4,36
16 07-Agu-17
Sore 3,47 5,38 5,16 4,10 3,26 4,89 4,19 4,78 3,5 5,37 4,40 5,41 3,44 3,38 3,25
4
Pagi 3,66 3,55 4,51 3,33 4,20 4,32 4,23 4,41 4,48 4,57 4,50 5,71 3,69 3,61 4,60
17 08-Agu-17 Sore 4,32 3,27 3,15 5,04 3,28 3,24 3,05 3,70 3,33 5,20 4,98 5,25 4,10 5,09 3,88
Pagi 3,78 3,59 3,50 3,52 4,36 3,53 4,35 4,22 4,35 4,56 4,54 5,59 3,52 5,61 4,26
18 09-Agu-17
Sore 3,25 5,14 3,13 3,36 4,11 5,09 4,23 5,01 4,12 5,98 5,00 5,51 3,16 4,14 5,04
Pagi 3,40 4,19 3,25 3,25 3,18 4,16 5,21 3,25 3,09 5,12 5,16 5,04 4,11 4,12 3,18
19 10-Agu-17
Sore 4,33 5,12 4,08 4,15 4,12 3,12 3,06 3,99 3,24 5,91 5,06 5,16 3,16 4,10 4,89
Pagi 3,40 4,19 3,25 3,25 3,18 4,16 5,21 3,25 3,09 5,12 5,16 5,04 4,11 4,12 3,18
20 11-Agu-17 Sore 3,70 3,49 3,49 3,70 3,45 4,40 4,47 4,37 3,62 5,66 4,60 5,65 3,59 3,60 3,78
Pagi 3,67 3,85 3,80 3,56 3,57 3,63 3,95 4,94 4,32 4,27 4,92 5,79 3,69 3,53 3,51
21 12-Agu-17
Sore 5,16 3,94 3,76 3,78 3,75 3,71 3,62 3,58 3,75 5,72 4,68 5,70 3,81 3,77 3,62
65

Lampiran 6. (Lanjutan)

DO
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 3,52 3,53 3,33 3,90 3,49 3,95 3,61 3,30 4,33 4,43 4,75 5,59 3,49 3,58 4,41
22 13-Agu-17
Sore 3,25 4,20 4,48 4,40 4,10 4,16 3,30 5,10 3,96 4,24 4,87 6,19 4,26 4,10 4,23
Pagi 3,21 3,69 3,48 3,36 3,32 3,37 3,29 5,16 5,13 4,89 4,34 5,32 4,26 3,37 3,24
23 14-Agu-17
Sore 3,27 3,33 4,06 3,90 4,36 3,35 4,05 4,28 4,25 5,23 4,90 4,10 3,28 5,10 3,36
Pagi 4,31 3,35 3,22 3,41 4,61 3,49 4,31 3,54 3,56 4,71 4,45 5,65 3,71 5,53 3,55
24 15-Agu-17 Sore 3,24 3,50 3,43 3,51 3,65 3,45 3,66 3,40 3,42 5,31 4,64 5,44 4,38 4,34 3,48
Pagi 3,24 4,23 4,26 4,18 3,34 4,34 4,26 4,21 3,24 4,96 5,20 6,13 4,38 3,23 4,35
25 16-Agu-17
Sore 3,71 3,26 3,81 3,64 3,69 3,77 3,27 3,44 3,41 5,54 4,52 5,42 3,62 3,48 3,46
Pagi 3,61 3,49 4,31 4,54 3,69 3,48 3,36 4,32 4,61 4,58 4,97 5,43 3,75 4,23 4,26
26 17-Agu-17
Sore 4,48 4,40 5,10 4,16 3,30 3,33 4,06 4,90 4,36 5,35 5,05 5,28 3,25 3,23 3,40
Pagi 3,16 4,13 4,31 4,61 3,49 4,31 4,54 4,34 4,34 4,99 4,48 5,36 3,32 4,61 4,32
27 18-Agu-17 Sore 4,36 4,35 3,05 4,28 4,25 4,26 3,81 3,64 3,69 5,77 4,82 5,90 4,10 3,28 4,10
Pagi 3,41 3,61 3,49 4,31 3,54 4,33 3,90 4,49 4,95 4,61 4,69 5,77 3,61 4,49 5,31
28 19-Agu-17
Sore 4,44 3,41 3,54 3,52 3,42 3,52 3,42 4,62 3,48 5,46 4,45 4,66 3,40 3,42 4,31
66

Lampiran 6. (Lanjutan)

pH
Hari ke- Tanggal Waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 7,29 6,66 7,29 6,25 6,66 6,27 6,6 6,64 6,70 6,25 6,20 6,60 7,20 6,73 7,28
1 23-Jul-17 0
Sore 6,13 6,02 6,16 5,10 5,99 5,99 6,08 5,87 6,07 5,08 7,08 7,00 6,91 6,98 7,13
Pagi 7,18 7,69 7,25 6,20 6,83 6,00 7,1 7,15 7,12 6,12 7,21 7,13 7,09 7,12 7,21
2 24-Jul-17 5
Sore 7,02 7,09 7,04 6,10 6,03 6,03 7,02 7,03 7,10 6,11 7,04 7,04 6,90 7,07 7,03
Pagi 7,09 7,21 7,14 6,16 6,95 6,10 7,07 7,08 7,14 7,10 7,11 7,10 7,02 7,18 7,14
3 25-Jul-17 Sore 7,01 7,07 7,08 6,10 6,04 6,04 6,99 6,99 7,00 5,98 7,04 7,00 6,94 7,01 7,12
Pagi 7,14 7,18 7,08 6,20 6,94 6,16 7,09 7,13 7,02 7,13 7,17 7,15 7,09 7,21 7,23
4 26-Jul-17
Sore 6,00 7,10 6,96 6,13 6,11 6,11 7,06 7,02 7,03 6,08 7,11 7,11 7,11 7,08 7,22
Pagi 7,05 7,12 7,19 6,30 6,86 6,18 7,14 7,19 7,11 7,16 7,21 7,16 7,19 7,21 7,14
5 27-Jul-17
Sore 7,14 7,08 7,13 5,30 6,09 6,09 7,07 7,07 7,04 6,09 7,13 7,06 7,11 7,07 7,02
Pagi 7,09 7,03 7,09 6,21 6,72 6,21 7,14 7,14 7,07 7,08 7,18 7,16 7,09 7,16 7,10
6 28-Jul-17 Sore 7,01 7,02 6,79 6,13 6,07 6,07 7,08 7,06 6,64 4,04 6,10 6,03 7,04 7,03 6,98
Pagi 7,06 7,11 7,12 6,09 6,02 6,09 7,16 7,02 7,09 7,09 7,02 7,07 7,06 7,02 7,05
7 29-Jul-17
Sore 2,97 3,28 3,01 2,00 1,91 1,91 2,83 2,89 2,96 2,99 4,10 4,05 3,06 2,91 3,01
67

Lampiran 6. (Lanjutan)

pH
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 7,15 7,17 7,22 6,24 6,15 6,13 7,15 7,07 7,00 6,96 7,15 7,13 7,12 7,05 6,91
8 30-Jul-17
Sore 7,02 6,97 7,05 6,02 5,95 5,95 6,97 6,92 6,85 5,80 6,03 6,92 6,95 6,88 6,77
Pagi 7,08 7,04 7,09 6,10 6,16 6,04 6,96 6,90 6,95 6,91 7,03 6,97 7,03 6,97 6,84
9 31-Jul-17
Sore 7,01 6,94 7,12 6,00 5,84 5,84 6,85 6,82 6,85 5,80 6,95 6,85 6,95 6,82 6,78
Pagi 7,06 7,05 7,17 6,14 6,12 6,06 7,07 7,01 6,98 6,72 7,13 6,94 6,91 7,03 6,80
10 01-Agu-17 Sore 7,21 7,29 7,37 6,25 6,19 6,19 7,22 7,24 7,22 6,13 7,20 7,24 7,25 7,25 7,17
Pagi 7,20 7,27 7,35 6,21 6,32 6,16 7,18 7,22 7,26 7,15 7,22 7,19 7,24 7,21 7,19
11 02-Agu-17
Sore 7,16 7,23 7,37 6,24 6,14 6,14 7,18 7,11 7,16 6,05 7,25 7,09 7,18 7,11 7,18
Pagi 7,24 7,27 7,42 6,35 6,33 6,29 7,23 7,26 7,29 7,25 7,30 7,19 7,27 7,32 7,20
12 03-Agu-17
Sore 7,22 7,18 7,27 6,28 5,20 6,20 5,20 7,15 7,17 6,12 7,26 7,15 7,18 7,21 7,13
Pagi 7,26 7,31 7,41 6,37 6,42 6,32 7,16 7,24 7,31 5,27 6,30 6,21 7,30 7,23 7,37
13 04-Agu-17 Sore 7,22 7,22 7,40 6,31 6,18 6,18 7,15 7,16 7,18 6,23 7,23 7,11 7,19 7,12 7,22
Pagi 7,41 7,31 7,45 6,41 6,38 6,26 7,38 7,31 7,37 7,32 7,37 7,34 7,41 7,26 7,30
14 05-Agu-17
Sore 7,57 6,55 7,55 4,57 6,52 6,52 7,48 7,44 7,52 6,51 5,55 7,44 7,51 7,46 7,54
68

Lampiran 6. (Lanjutan)

pH
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 7.63 7,69 7,54 6,44 6,55 6,49 7,49 7,5 7,63 7,67 7,57 7,54 7,79 7,64 7,59
15 06-Agu-17
Sore 7,49 7,47 7,46 6,31 6,39 6,39 7,38 7,42 7,52 6,53 7,45 7,43 7,53 7,49 7,45
Pagi 7,32 7,2 7,3 6,49 6,5 6,5 7,44 7,49 7,51 7,52 7,42 7,34 7,39 7,42 7,52
16 07-Agu-17
Sore 7,40 7,51 7,42 6,39 6,44 6,44 7,36 7,37 7,59 6,55 7,49 7,50 7,55 7,59 7,52
Pagi 7,51 7,59 7,52 6,53 6,55 6,54 7,44 7,49 7,6 7,59 7,52 7,53 7,57 7,64 7,61
17 08-Agu-17 Sore 7,39 7,47 7,41 6,31 6,39 6,39 7,32 7,22 7,43 6,55 7,40 7,39 7,37 7,37 7,43
Pagi 7,59 7,65 7,58 6,55 6,61 6,58 7,51 7,51 7,68 7,69 7,67 7,62 7,6 7,62 7,57
18 09-Agu-17
Sore 7,48 7,55 7,49 6,51 6,49 6,49 7,48 7,39 7,57 6,55 7,54 7,51 7,60 7,56 7,57
Pagi 7,64 7,71 7,65 6,61 6,62 6,63 7,61 7,53 7,28 7,22 7,54 7,66 7,71 7,7 7,66
19 10-Agu-17
Sore 7,62 7,60 7,59 6,52 6,56 6,56 7,51 7,48 7,65 6,55 7,54 7,52 7,55 7,54 7,54
Pagi 7,32 7,4 7,52 6,62 6,19 6,23 7,7 7,62 7,5 7,48 7,73 7,3 7,29 7,21 7,25
20 11-Agu-17 Sore 7,49 7,49 7,49 6,46 6,40 6,40 7,38 7,35 7,49 6,55 7,54 7,44 7,46 7,49 7,48
Pagi 7,52 7,7 7,56 6,42 6,58 6,49 7,58 7,52 7,64 7,76 7,56 7,58 7,61 7,64 7,64
21 12-Agu-17
Sore 7,82 7,75 7,66 6,73 6,78 6,78 7,68 7,70 6,03 6,55 7,95 7,93 7,90 7,89 7,82
69

Lampiran 6. (Lanjutan)

pH
Hari ke- Tanggal Waktu
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 K1 K2 K3
Pagi 7,72 7,69 7,66 6,65 6,73 6,72 7,66 7,53 7,70 7,72 7,62 7,68 7,75 7,59 7,67
22 13-Agu-17
Sore 7,60 7,52 7,52 6,55 6,43 6,43 7,54 7,44 7,49 6,55 7,41 7,49 7,64 7,46 7,53
Pagi 7,62 7,27 7,62 6,67 6,63 6,57 7,58 7,54 7,55 7,65 7,57 7,57 7,66 7,55 7,60
23 14-Agu-17
Sore 7,74 7,69 7,60 6,59 6,65 6,65 7,53 7,54 7,67 6,55 7,48 7,59 7,70 7,56 7,70
Pagi 7,62 7,42 7,45 6,56 6,67 6,79 7,87 7,67 7,74 7,66 7,72 7,65 7,78 7,65 7,72
24 15-Agu-17 Sore 7,71 7,67 7,65 6,72 6,67 6,67 7,56 7,75 7,77 6,55 7,65 7,56 7,62 7,61 7,67
Pagi 7,02 7,06 7,86 6,86 6,99 6,81 7,79 7,80 7,95 7,96 7,79 7,82 6,10 7,85 7,89
25 16-Agu-17
Sore 7,69 7,72 7,60 6,58 6,40 6,40 7,50 7,52 7,65 6,72 7,57 7,58 7,80 7,57 7,62
Pagi 7,82 7,77 7,63 6,67 6,73 6,58 7,70 7,66 7,72 7,79 7,63 7,66 7,92 7,71 7,73
26 17-Agu-17
Sore 7,80 7,75 7,62 6,64 6,61 6,61 7,72 7,70 6,10 6,64 7,54 7,58 7,67 7,57 7,70
Pagi 7,63 7,57 7,58 6,54 6,55 6,45 7,56 7,67 7,79 7,87 7,67 7,73 7,72 7,66 7,53
27 18-Agu-17 Sore 7,55 7,55 7,43 6,54 6,80 6,80 7,75 7,62 7,64 6,76 7,61 7,72 7,70 7,55 7,55
Pagi 7,79 7,80 7,95 6,96 6,79 6,82 7,77 7,63 7,67 7,73 7,58 7,95 7,53 7,79 7,87
28 19-Agu-17
Sore 7,64 7,67 7,56 6,75 6,56 6,56 7,75 7,77 7,52 6,65 7,72 7,57 7,58 7,75 7,77
70

Lampiran 7. Data Statistik Kualitas Air

A. Suhu

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Predicted
Value

N 15
Mean 7,0100000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,06831301
Absolute ,153
Most Extreme
Positive ,153
Differences
Negative -,153
Kolmogorov-Smirnov Z ,592
Asymp. Sig. (2-tailed) ,875
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

UJI SIDIK RAGAM

ANOVA
Suhu
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between
1,254 4 ,313 4,048 ,033
Groups
Within Groups ,774 10 ,077
Total 2,028 14
71

Lampiran 7. Data Statistik Kualitas Air (Lanjutan)

UJI DUNCAN

Suhu
N Subset for alpha = 0.05
perlakuan
1 2
K 3 26,5600
B 3 26,7800 26,7800
D 3 27,1767
Duncana
A 3 27,2067
C 3 27,3200
Sig. ,356 ,051
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

B. pH (Derajat Keasaman)

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Predicted
Value

N 15
Mean 7,0100000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,06831301
Absolute ,153
Most Extreme Differences Positive ,153
Negative -,153
Kolmogorov-Smirnov Z ,592
Asymp. Sig. (2-tailed) ,875
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
72

Lampiran 7. Data Statistik Kualitas Air (Lanjutan)

UJI SIDIK RAGAM

ANOVA
pH
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between
2,030 4 ,507 22,225 ,000
Groups
Within Groups ,228 10 ,023
Total 2,258 14

UJI DUNCAN

pH
N Subset for alpha = 0.05
perlakuan
1 2
C 3 6,2900
K 3 7,0500
D 3 7,2100
Duncana
B 3 7,2233
A 3 7,2767
Sig. 1,000 ,117
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
73

Lampiran 7. Data Statistik Kualitas Air (Lanjutan)

C. DO (Oksigen Terlarut)

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Predicted
Value

N 15
Mean 4,3100000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,32351087
Absolute ,153
Most Extreme Differences Positive ,153
Negative -,153
Kolmogorov-Smirnov Z ,592
Asymp. Sig. (2-tailed) ,875
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

UJI SIDIK RAGAM

ANOVA
DO
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between
2,696 4 ,674 19,716 ,000
Groups
Within Groups ,342 10 ,034
Total 3,038 14
74

Lampiran 7. Data Statistik Kualitas Air (Lanjutan)

UJI DUNCAN

DO
N Subset for alpha = 0.05
perlakuan
1 2
C 3 4,0533
3 4,0600
B 3 4,1067
Duncana 3 4,1767
A
3 5,1533
D
,463 1,000
Sig
.
K in homogeneous subsets are displayed.
Means for groups
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
39

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, C. dan Retnoningrum, D.S., 2003, Deteksi Bakteri Patogen


Streptococcus pyogenes dengan Teknik Polymerase Chain Reaction
(PCR), Jurnal Natur Indonesia. 6 (1), 1-4.

Abdullah, M. 2006. IPA FISIKA SMP dan MTS 1. Penerbit: Erlangga.

Abubakar H., A. T. Wahyudi dan M. Yuhana. 2011. Skrining bakteri yang


berasosiasi dengan spons Jaspis sp. sebagai penghasil senyawa
antimikroba. Ilmu Kelautan. 16(1): 35-40.

Anisah, N. 1995. Kultur limfosit dengan medium air kelapa hijau. Berkala Ilmu
Kedokteran, 27(4):191-200.

Anggirani, R., Iskandar dan Ankiq, T. 2012. Efektivitas penambahan Bacillus sp.
Hasil Saluran pencernaan Ikan Patin Pada PakanKomersil terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus). 3(3): 75-83.

Arief, M., Fitriani, N., Subekti, S. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda
Pada Pakan Komersil Terhadap Pertambahan Dan Efisiensi Pakan Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan
6(1).

., Diatra, F., dan Muhammad A. Al. 2015. Pengaruh Pemberian


Probiotik plus herbal Pada Pakan Komersil Terhadap Retensi Protein
dan Retensi Lemak Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 7(2).

Arifin, M. Z. 1991. Budidaya Lele. Dohra Prize. Semarang.

Aryulina, D., C. Muslim, S. Manaf dan E. W. Winarni. 2006. Biologi SMA dan MA
untuk kelas X. Erlangga : Jakarta.

Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia Jakarta. 6 hlm.

Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. PT. Agromedia


Pustaka. Jakarta. 6 hlm.

Basir, B. dan Surianti. 2014. Penggunaan prebiotik dan probiotik pada pakan
buatan terhadap efesiensi pakan dan kualitas air media pemeliharaan
udang vaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal Balik Diwa, 4(1):32-37.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University.
Birmingham Publishing Co. Birmingham, Albama.

Buckle, K. A. E. R., Ammprey, F. G., Hoste dan W. Milles. 1998. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta. 307-312 hlm.
40

Darmayasa, I. B. G. 2008. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi Lipid


(Lemak) Pada Beberapa Tempat Pembuangan Limbah Dan Estuari Dam
Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. 8(2): 122-127.

Duc, L. H., Hong, H. A., Barbosa, T. M., Henriques A. O., Cutting, S. M. 204.
Characterization of Bacillus Probitics available for human use. Appl
Environ Microbial. 70(4): 2161-2171.

Farzanfar, Ali. 2006. The use of probiotics in shrimp aquaculture. FEMS Immunol
Med Microbiol 48: 149–158.

Fifendy, M., Eldini., dan Irdawati. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Molase


Terhadap Jumlah Mikroba dan Ketebalan Nata pada Teh Kombucha.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Lampung.

Haetami, K., Abun., Yuniar, M. 2008. Studi Pembuatan Probiotik (Bacillus


licheniformis, Aspergillus niger, dan Sacharomices cereviseae) Sebagai
Feed Suplement Serta Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
Merah. (Laporan Penelitian). Sumedang Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.

Hasanah, R. 2011. Identifikasi Bakteri dan Komposisi Kimia Produk Fermentasi


Telur Ikan Tambakan (Helostoma teminckii). Tesis. Institut pertanian
Bogor. Bogor. 112 hlm.

Hidayat, R Dan Fatri, A. 2012. Identifikasi Streptococcus Equi Dari Kuda Yang
Diduga Menderita Strangles. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI).
17(3): 199-203.

Hidayat., N., M. C. Padaga, dan S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri.


Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. 192 hlm.

Holt, J. G., N. R. Krieg., P. H. A. Sneath and S. T. William. 1994. Bergey’s


Manual of Determinative Bacteriology. New York: Lippicolt William and
Wilkins. 787 p.

Ishartanto, W. A. 2009. Pengaruh Aerasi dan Penambahan Bakteri Bacillus sp.


dalam Mereduksi Bahan Pencemar Organik Air Limbah Domestik.
Skripsi. FPIK. IPB. Bogor.

Irfan, M. 2014. Isolasi Dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut Di Perkebunan


Kelapa Sawit PT. Tambang Hijau Di Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar. Jurnal Agroteknologi. 5(1): 1-8.

Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


45 hlm.

, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Izzah, N., Suminto dan V. E. Herawati. 2014. Pengaruh bahan organic kotoran
ayam, bekatul dan bungkil kelapa melalui proses fermentasi bakteri
41

probiotik terhadap pola pertumbuhan dan produksi biomassa Daphnia


sp. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(2): 44-52.

Jaja, A. Suryani dan K. Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran Dan


Pemasaran Ikan Lele Serta Strategi Pengembangannya Di UD Sumber
Rejeki Parung, Jawa Barat. Jurnal Manajemen IKM. 8(1): 45-56.

Jawetz, E., J. Melnick., E. Adelberg. 2007. Medical Microbiology.

Khasani, I. 2007. Aplikasi Probiotik Menuju Sistem Budidaya Perikanan


Berkelanjutan. Media Akuakultur. 2(2): 86-90.

Kordi, K. M. G. H dan Andi, B. T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya


Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. 14 hlm.

Kristina, N. N dan S. F. Syahid. 2012. Pengaruh Air Kelapa Terhadap Multiplikasi


Tunas In Vitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan Xanthorrhizol
Temulawak di Lapangan. Jurnal Littri. 125-134 hlm.

Kumalasari, K. E. D., Nurwantoro dan S. Mulyani. 2012. Pengaruh kombinasi


susu dengan air kelapa terhadap bakteri asam laktat (BAL), total gula
dan keasaman drink yoghurt. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 1(2):48-
53.

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada:


Jakarta. 168 hlm.

Linggarjati, K. F., Ali, D., dan Subagiyo. 2013. Uji Penggunaan Bacillus sp.
Sebagai Kandidat Probiotik Untuk Pemeliharaan Rajungan (Portunus
sp.). Jurnal of Marine Researce. Vol. 2(1); 1-6.

Lisdayanti, E. 2013. Potensi Akntibakteri dari Bakteri Asosiasi Lamun (Seagrass)


dari Pulau Bonebatang Perairan Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 589 hlm.

Mahyuddin, K. 2007. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta : Penebar


Swadaya.

Mahyudin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya.


Jakarta. 1 hlm.

Marzouk MS, Moustafa MM, Nermeen and M. Mohamed. 2008. The Influence of
Some Probiotic on The Growth Performance and Intestinal Microbial
Flora of O. Niloticus, International Symposium on Tilapia in Aquaculture.
1059-1071.

Muchtaridi dan Sandri, J. 2006. Kimia Sma Kelas xi. Penerbit: Yudistira.

Pelczar, M. J dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas


Indonesia Press: Jakarta.
42

Praditia, F. P. 2009. Pengaruh pemberian bakteri probiotik melalui pakan


terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang windu Penaeus
monodon. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan


Percobaan Dengan SPSS 12. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Purwitasari, E., Artini, P Dan Ratna, Setyaningsih. 2004. Pengaruh Media


Tumbuh Terhadap Kadar Protein Saccharomyces Cerevisiae Dalam
Pembuatan Protein Sel Tunggal. Bioteknologi. 1(2): 37-42.

Puspowardoyo, H. dan Djaridjah, A. S. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele


Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Putrina, M. dan Fardedi. 2007. Pemanfaatan air kelapa dan air rendaman kedelai
sebagai media perbanyakan bakteri Bacillus thuringiensis barliner.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 9(1):64-70

Ramayulis, R. 2014. Detox is Easy. Jakarta Timur. Penebar Swadaya Grup.

Raupong Dan Anisa. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Perancangan Percobaan.
Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin Makassar. Sulawesi Selatan. 136 Hal.

Reddy, G., Altaf M. D., Naveena, B. J., Venkateshwar M., and Kumar E. V. 2016.
Amylolytic bacterial latic acid fermentation, a review. Biotechnology
Advances. 26: 22-34.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. Bogor : Penerbit


Binacipta.

Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.

Saraswati, D. 2014. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Muda Terhadap


Pertumbuhan Saccharomyces Cereviceae. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. 68 hlm.

Sartika, D., Esti, H., dan Rara, D. 2012. Pemberian Molase Pada Aplikasi
Probiotik Terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Tingkat
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1(1).

Savitri, S. D. N. 2006. Isolasi dan karakterisasi bakteri holotoleran pada ikan


kembung (Rastrellinger sp.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Setiaji, A. 2009. Efektifitas Daun Pepaya Carica papaya L. Untuk Pencegahan


dan Pengobatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Diinfeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila. Penelitian. Departemen Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kerlautan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
43

Setiawati, E. J., Tarsim., Y. T. Adiputra., dan Siti, H. 2013. Pengaruh


Penambahan Probiotik Pada Pakan Dengan Dosis Berbeda Terhadap
Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan
Patin (Pangasius hypophthalamus). Jurnal Rekayasa Dan Teknologi
Budidaya Perairan. Vol. 1 No. 2.

SNI. 2006. Cara Uji Mikrobiologi-Bagian 3: Penentuan Angka Lempeng Total


(ALT) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. 16 hal.

Soeka, S. Y., S. H. Rahayu., N. Setianingrum., dan E. Naiola. 2011. Kemampuan


Bacillus licheniformis Dalam Memproduksi Enzim Protease Yang
Bersifat Alkalin Dan termofilik. Media Litbang Kesehatan. Vol. 21 No.
2.

Subarnas, N. 2006. Terampil Berkreasi untuk kelas vii SMP/MTs. Bandung.


Grafindo Media Pratama.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta. 380 hlm.

Suminto. 2008. Pertumbuhan Bakteri Probiotik Alkaligenus sp. dan


Flavobacterium sp. yang Diisolasi Dari usus Udang Pada Media Kultur
Molase dan Kaolin. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 4(1).

Sunaryanto, R., E. Martius, dan B. Marwoto. 2014. Uji kemampuan Lactobacillus


casei sebagai agensia probiotik. Jurnal Bioteknologi dan Biosains
Indonesia. 1(1): 9-15.

Sutrisno. 2006. Budidaya Ikan Lele Kampung dan Lele Dumbo. Gama Exact.
Bekasi.

Suwoyo, H. S dan M. Mangampa. 2010. Aplikasi probiotik dengan konsentrasi


berbeda pada pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 239-247.

Starkenburg, S. R., Chain, P. S., Sayavedra- Soto, L. A., Hauser, l., land, M. L.,
Larimer, F. W., Malfatti, S. A., klotz, M. G., Bottomely, P. J., Arp, D. J.,
Hickey, W. J. 2006. Genome sequence of the chemolithoautotrophic
nitrite-oxidizing bacterium Nitrobacter winogradsky Nb-244. Applied and
environmental microbiology. 72(3): 2050-63.

Wahyu, F. 2010. Laporan Praktikum Mikrobiologi Umum Identifikasi Bakteri


Melalui Uji Biokimia.

Wardika, A. S., Suminto dan A. Sudaryono. 2014. Pengaruh bakteri probiotik


pada pakan dengan dosis berbeda terhadap efisiensi pemanfaatan
pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan lele dumbo (Clarias
gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology,
3(4):9-17.

Widarnani., Wira, H. S., Dinamella, W. 2011. Pengaruh penambahan molase


terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva udang windu
44

(Panaeus monodon) yang diberi bakteri probiotik Vibrio SKT-b. Jurnal


Akuakultur Indonesia. 10(2): 106-115. Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi
Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widyaningih, E. N. 2011. Peran Probiotik Untuk Kesehatan. Jurnal Kesehatan.


Vol. 4(1):14-20.

Wina E. 1999. Pemanfaatan Ragi (E. 1999. Pemanfaatan Ragi (yeast) Sebagai
Pakan Imbuhan Untuk Meningkatakn Produktivitas Ternak Ruminansia.
Wartazoa. 9(2): 1-9.

Wongso, P. dan P. Werukhmakul. 2007. Product Development and Technical


Service, Biosolution International. Thailand : Bangkadi Industrial Park
134(4). Yusma. 1999. Pemanfaatan Limbah Molase Dalam Pembuatan
etanol Secara Fermentasi. Artikel. Media Litbang Kesehatan. Vol. 9(3).

Yusma. 1999. Pemanfaatan Limbah Molase Dalam Pembuatan Etanol Secara


Fermentasi. Artikel. Media Litbang Kesehatan. Vol: 11 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai