Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS VEGETASI MENGGUNAKAN METODE INDIVIDU TERDEKAT DI

TAMAN NASIONAL BALURAN SITUBONDO

LAPORAN KKL
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Analisis Vegetasi
yang Dibina oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 6
Offering GL
Diah Ajeng Mustikarini (140342600824)
Gizella Ayu Wilantika (140342600832)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2016
A. Topik
Analisis Vegetasi Menggunakan Metode Individu Terdekat di Taman Nasional Baluran

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis vegetasi menggunakan metode individu terdekat di Taman
Nasional Baluran
2. Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) Dan faktor abiotik

C. Dasar Teori
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun
organisme lainnya, sehingga hal tersebut merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis (Martono, 2012).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di
tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Tjitrosoepomo
(2004) menyatakan bahwa analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari
susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi
Untuk mengkaji suatu vegetasi telah dikembangkan metode untuk menganalisis dan
juga dapat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.
Metode jarak dapat digunakan untuk menentukan parameter frekuansi densitas dan dominansi
jumlah individu dalam suatu area dengan mengukur jarak antara individu tumbuhan dengan
titk sampling. Metode ini telah digunakan dengan tipe tumbuhan yang berbeda terutama pada
pohon.(Indriyanto,2006)
Ada beberapa cara metode jarak yang dikenal yaitu metode individu terdekat
merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap jarak antara pohon terdekat dengan titik
sampling. Dimana titik sampling ditentukan secar acak. Metode pasangan acak merupakan
pegukuran yang dilakukan terhadap jarak dari individu yang terdekat dengan tiik sampling
dengan titik pohon yang lain. (Indriyanto,2006)
D. Alat Dan Bahan
Alat : Roll meter, Rapitest, Klinometer, Termohigrometer
Bahan : Tali Rafia, Plastik, Label

E. Prosedur Kerja

Ditentukan titik pertama 40o dari titik awal (pohon yang telah ditentukan).

Diukur jarak yang paling terdekat dari titik awal

Ditentukan pohon atau individu tedekat

Diukur keliling pohon serta faktor abiotiknya

Diidentifikasi spesies pohon yang ditemukan

Dilakukan sampai 6 kali

F. Data Pengamatan

1 2 3 4 5 6
Spesies
Jarak/ Jarak/ Jarak/ Jarak/ Jarak/ Jarak/
Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling
Salacia
421/30 210/56 190/31 260/29,2
chinensis
Choripa utan 430/103
Sterculia soetida 360/22,3
G. Analisi Data

1891
=315,17
Rata-Rata Jarak = 6
100
2 x 0,5(FK )=0,0005035
Jumlah Pohon Per Satuan m = 315,17 2

Menghitung Densitas

jumlah spesies x
Densitas jenis = jumlah total spesies x jumlah pohon per 100

Densitas jenis sp x
Densitas relatif = densitas jenis x 100%

DENSITAS DENSITAS
SPESIES
JENIS RELATIF
Salacia chinensis 0,0003357 66,6468135 %
Choripa utan 0,000084 16,6759321 %
Sterculia soetida 0,000084 16,6759321 %

Menghitung Dominansi
Basal Area (BA)
Salacia chinensis Choripa utan Sterculia soetida
Kelilin
Keliling BA BA Keliling BA
g
39,593
30 cm 71,656 103 cm 844,66 22,3 cm
1
249,681
56 cm
5
31 cm 76,513
29,2 cm 67,8853
x 116,434

Dominansi Jenis dan Dominansi Relatif

Dominansi jenis sp x
Dominansi relatif = dominansi jenis x 100%
DOMINANSI DOMINANSI
SPESIES
JENIS RELATIF
Salacia chinensis 0,0390 34,428 %
Choripa utan 0,07095 62,6324 %
Sterculia soetida 0,003326 2,9361 %

Menghitung Frekuensi

spesies x
Frekuensi Jenis = spesies x x 100%

Frekuensi suatu jenis tumbuhan


Frekuensi relatif = Total frekuensi seluruh jenis tumbuhan x 100

FREKUENSI FREKUENSI
SPESIES
JENIS RELATIF
Salacia chinensis 66,7% 66,7 %
Choripa utan 16,7% 16,7 %
Sterculia soetida 16,67% 16,7 %

Indeks Nilai Penting

DENSITAS DOMINANSI FREKUENSI


SPESIES NILAI INP
RELATIF RELATIF RELATIF
Salacia chinensis 66,6468135 % 34,428 % 66,7 % 167,7448135%
Choripa utan 16,6759321 % 62,6324 % 16,7 % 95,9084%
Sterculia soetida 16,6759321 % 2,9361 % 16,7 % 36,2821%
Dari hasil analisis vegetasi menggunakan metode individu terdekat pada observasi di
Taman Nasional Baluran urutan jenis tumbuhan yang mendominasi pada daerah tersebut
adalah sebagai berikut : 1. Salacia chinensis, 2. Choripa utan, 3. Sterculia soetida. Yang
paling mendominasi adalah Salacia chinensis

H. Pembahasan

Pohon merupakan tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki
batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak
melalui penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak.
Dengan demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena tidak memiliki batang sejati yang
berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak daripada pohon karena batangnya
walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar menutupi
permukaan tanah (Irwanto, 2006).

Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dengan menggunakan metode individu


terdekat dengan menggunakan 6 titik ditemukan 3 spesies yang berbeda di kawasan Taman
Nasional Baluran yaitu Salacia chinensis, Choripa utan, Sterculia soetida.

Nilai Indeks Penting yang paling tinggi dimiliki oleh spesies Salacia chinensis yaitu
sebesar 167,7448135%, urutan kedua spesies Choripa utan sebesar 95,9084% dan urutan
terakhir spesies Sterculia soetida 36,2821%. Menurut Indiyanto (2006), Indeks nilai penting
(importance value index) merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk
menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas
tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan (yang berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan
akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling dominan tentu
saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa Salacia chinensis memiliki pengaruh yang paling besar terhadap komunitas pohon di
hutan sepanjang pengamatan sampai 6 titik. INP yang merata pada banyak jenis juga sebagai
indikator semakin tingginya keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem dan
perkembangan ekosistem yang baik untuk mancapai pada tahap klimaks. Menurut Syafei
(1990), INP dengan nilai yang tersebar merata pada banyak jenis lebih baik daripada
bertumpuk atau menonjol pada sedikit jenis karena menunjukkan terciptanya relung (niche)
yang lebih banyak dan tersebar merata, spesifik, dan bervariasi.

Setelah melakukan pengamatan faktor abiotik didapatkan hasil bahwa nilai faktor
abiotik didapatkan Diperoleh suhu udara 32 C, kelembaban udara 36%, suhu tanah 30 C,
pH tanah 7, Intensitas cahaya 6. Dari data tersebut dapat dibandingkan dengan referensi yaitu
Menurut klasifikasi Schmidt Intensitas sinar matahari yang diperoleh digunakan untuk proses
fotosintesis yang menyediakan makanan bagi hampir seluruh kehidupan di dunia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tumbuhan merupakan organisme auotrof. Organisme ini
yang tidak hanya menyediakan makanan bagi dirinya sendiri dan membuat molekul organic
mereka sendiri dari bahan mentah anorganik yang diperoleh dari lingkungannya dengan
bantuan sinar matahari tersebut. Tumbuhan yang disebut organisme autotrof ini disebut
sebagai produsen biosfer (Campbell, 2002). Kurniawan dan Parikesit (2008), menyatakan
bahwa keberadaan jenis pohon dapat dikaitkan dengan ketinggian dan kelembaban.
Sedangkan jenis-jenis yang ada pada tegakan dapat dilihat dari besarnya indeks nilai penting
(INP) digunakan untuk mengetahui tingkat kesusuaian terhadap tempat tumbuh yang baik
dibandingkan dengan jenis lainnya, Secara umum tumbuhan dengan indeks nilai penting
(INP) tertinggi mempunyai daya adaptasi, daya kompetisi dan kemampuan reproduksi yang
lebih baik dibandingkan dengan tumbuhan yang lain dalam satu lahan tertentu.

I. Kesimpulan
1. Analisis vegetasi menggunakan metode individu terdekat diperoleh 3 spesies yaitu 1.
Salacia chinensis, 2. Choripa utan, 3. Sterculia soetida
2. Nilai Indeks Penting yang paling tinggi dimiliki oleh spesies Salacia chinensis yaitu
sebesar 167,7448135%, urutan kedua spesies Choripa utan sebesar 95,9084% dan
urutan terakhir spesies Sterculia soetida 36,2821% yang menunjukkan daya adaptasi,
daya kompetisi dan kemampuan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan
tumbuhan yang lain dalam satu lahan tertentu.

DAFTAR RUJUKAN

Campbell, Neil A. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Alih Bahasa oleh Rahayu Lestari, dkk.
Jakarta: Erlangga.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Irwanto. 2006. Struktur Hutan. (Online), (http://www.freewebs.com) diakses tanggal 22
September 2016
Kurniawan, .A dan Parikesit, S. 2008. Persebaran Jenis Pohon di sepanjang Faktor
Lingkungan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor: Bogor
Martono, Djoko Setyo. 2012. Agritek. Analisis Vegetasi dan Asosiasi antara Jenis-
Jenis Pohon Utama penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional Gunu
ung Rinjani Nusa Tenggara Barat vol 13 (2). (Online),
(http://www.unmermadiun.ac.id/repository_junal_penelitian/Jurnal%20Agritek/Jurnal
%20Agritek%202012/September/3_Djoko%20SM%20hal%2018-27.pdf) diakses pada
24 September 2016
Syafei, Eden S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bnadung: ITB
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: UGM.

Anda mungkin juga menyukai