Anda di halaman 1dari 8

JURNAL BORNEO SAINTEK Available online at www.ojs.borneo.ac.

id
Volume 1, Nomor 3, Oktober 2018 Halaman 55-62
e-ISSN 2599-3313
p-ISSN 2615-434X

KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA PERAIRAN DI KAWASAN KONSERVASI


MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) KOTA TARAKAN

THE DIVERSITY OF BACTERIA IN THE WATERS OF MANGROVE CONSERVATION


AREA AND THE PROBOSCIS MONKEY (KKMB) TOWN OF TARAKAN

Yulma1 , Burhanuddin Ihsan 2 , Anisah Rafikah 3

1.2
Staf Pengajar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas Borneo Tarakan
3
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas Borneo Tarakan
Jl. Amal Lama No. 1, Po. Box. 170 Tarakan KAL-TARA
Email: yulma.yuki@gmail.com

ABSTRAK
Bakteri di perairan merupakan komponen biotik yang penting pada proses dekomposisi
sebagai sumber penyedia zat hara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman bakteri pada perairan di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan
(KKMB) Kota Tarakan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018
dengan menggunakan metode deskriptif dengan melakukan identifikasi bakteri pada
perairan melalui beberapa tahapan pengujian yaitu uji gram, uji utama dan uji lanjut
yang dilakukan di laboraturium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan kelas II Tarakan. Hasil penelitian menunjukkan
keanekaragaman bakteri pada perairan sebanyak 9 bakteri (Genus) yaitu Bacillus spp.,
Corynebacterium spp., Listeria spp., Enterobacteria spp., Pseudomonas spp., Aeromonas
spp., Micrococcus spp., Staphylococcus spp., dan Actinobacillus spp., dan yang paling
dominan ditemukan adalah Bacillus spp.

Kata Kunci: Bakteri, Keanekaragaman, Perairan, KKMB

ABSTRACT
Bacteria in the waters is an important biotic component in the decomposition process as
a source of nutrient providers . The purpose of the research is to know the diversity of
bacteria (genus) in waters of Mangrove conservation area and the proboscis monkey
(KKMB) Town of Tarakan. This research was carried out in March to may 2018 using the
descriptive method with doing identify bacteria in the waters through several stages of
testing IE test main test and gram, further tests carried out at the laboraturium
Quarantine Station of fish, quality control and safety class II Fisheries Result of Tarakan.
The result showed the diversity of bacteria in the waters as much as 9 bacteria (genus),
namely Bacillus spp., Enterobacteria spp., Pseudomonas spp., Aeromonas spp.,
Micrococcus spp., Staphylococcus spp., and Actinobacillus spp., and the most dominant
found were Bacillus spp.

Keywords: Bacteria, Biodirversity, Aquatic, KKMB

PENDAHULUAN 2013). Kawasan ekosistem mangrove ini


Hutan Mangrove di Kawasan memiliki beberapa vegetasi mangrove
Konservasi Mangrove dan Bekantan yang dominan antara lain, jenis
(KKMB) Kota Tarakan memiliki luas Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizopora
wilayah mencapai 22 Ha (Supardi, sp, dan Sonneratia sp. Selain itu KKMB

Yulma, Burhanuddin I, Anisah R


KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA… Page 55
JURNAL BORNEO SAINTEK Available online at www.ojs.borneo.ac.id
Volume 1, Nomor 3, Oktober 2018 Halaman 55-62
e-ISSN 2599-3313
p-ISSN 2615-434X

juga sebagai tempat rantai makanan umumnya gerakan dilakukan dengan


bagi biota perairan yang memiliki fungsi bantuan flagela. Bakteri bentuk kokus
secara ekologis sebagai daerah penahan umumnya lebih sedikit dibanding bentuk
garis pantai dan abrasi pantai serta batang. Kebanyakan bakteri perairan
sebagai habitat bagi biota perairan. membentuk kelompok di permukaan
Ekosistem mangrove di KKMB juga yang kuat (biofilem) karena adanya
memiliki produktivitas primer yang bahan belendir yang terbentuk pada
sangat tinggi melalui produksi serasah permukaan sel, sehingga sel-sel saling
mangrove. terikat. Dengan hal tersebut maka
Serasah berupa daun, ranting, bunga, banyak bakteri terdapat pada alga,
buah dan biomassa lainnya yang jatuh rumput laut, dan tumbuhan mangrove
menjadi sumber nutrien bagi biota (Kathiresan dan Bingham, 2001).
perairan yang sangat penting Bakteri di perairan merupakan agen
menentukan produktivitas perikanan laut utama dalam proses dekomposisi. Yulma
(Zamroni dan Rohyani., 2008). Salah et al., (2017) menemukan bakteri yang
satu faktor kesuburan pada ekosistem berperan dalam proses dekomposisi
mangrove ialah serasah daun yang jatuh serasah daun mangrove di KKMB antara
akan mengalami proses dekomposisi. lain 7 jenis bakteri dari Bruguiera
Laju dekomposisi memberikan parviflora, 6 jenis bakteri dari
sumbangan bahan organik yang Rhizophora apiculata, dan 5 jenis bakteri
berperan dalam pembentukan dari Sonneratia alba serta 8 jenis bakteri
pertumbuhan dan perkembanagan dari Avicennia alba. Bakteri yang
tumbuh-tumbuhan, ikan, udang, berperan dalam proses dekomposisi
kepiting, dan mikroorganisme lainnya di tidak hanya berasal dari serasah dan
hutan mangrove (Ulqodry, 2008). sedimen, tetapi juga berasal dari
Serasah mangrove yang perairan. Oleh karena itu perlu adanya
terdekomposisi oleh mikroorganisme kajian/penelitian tentang
akan menghasilkan bahan organik yang keanekaragaman bakteri pada perairan
diserap oleh tanaman dan sebagian lagi di KKMB Kota Tarakan.
akan terlarut dan terbawa air surut Adapun tujuan penelitian ini Untuk
keperairan sekitarnya (Dewi, 2010). mengetahui keanekaragaman bakteri
Salah satu mikroorganisme yang pada perairan di Kawasan Konservasi
berperan dalam proses dekomposisi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota
adalah bakteri. Bakteri merupakan salah Tarakan.
satu komponen penting yang berperan
dalam proses penguraian serasah di METODE PENELITIAN
ekosistem mangrove. Bakteri yang Lokasi Penelitian
ditemukan pada serasah mangrove Sampel air diambil di Kawasan
merupakan bakteri yang berasal dari Konservasi Mangrove dan Bekantan
tanah dan perairan laut. Hampir semua (KKMB) Kota Tarakan dan di identifikasi
bakteri perairan laut bersifat Gram di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan,
negatif dan ukurannya lebih kecil Pengendalian Mutu dan Kemananan
dibanding dengan bakteri tanah. Bakteri Hasil Perikanan Kelas II Tarakan.
Gram positif hanya sekitar 10% dari Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
total populasi bakteri laut dan proporsi Maret 2018 – Mei 2018. Lokasi
tersebar terdiri atas bakteri Gram pengambilan sampel dapat dilihat pada
negatif yang berbentuk batang, yang Gambar 1.

Yulma, Burhanuddin I, Anisah R


KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA… Page 56
JURNAL BORNEO SAINTEK Available online at www.ojs.borneo.ac.id
Volume 1, Nomor 3, Oktober 2018 Halaman 55-62
e-ISSN 2599-3313
p-ISSN 2615-434X

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan subkultur di media TSA dan diambil


Alat yang gunakan dalam penelitian koloni yang berbeda-beda, kemudian
meliputi Botol Sampel, Hand diinkubasi selama 24 jam.
refractometer, pH meter, Termometer,
DO meter, Inkubator, Mikroskop Identifikasi Bakteri Perairan
binokuler, alat- alat gelas. Bahan yang Mangrove
digunakan dalam penelitian meliputi Identifikasi bakteri dilakukan dengan
sampel air dari KKMB, TSA, larutan H2O2 3 pengujian yaitu: uji pewarnaan gram
3%, larutan KOH 3%, Stripe oksidase, (gram negatif, gram positif dan bentuk
larutan MIO, larutan O/F, Parafin, bakteri), uji utama (H2O2 3%, KOH 3%,
larutan glukosa, Alkohol 70%, dan Oksidase), dan uji lanjut (O/F,
Aquades, Pewarna gram. Glukosa, dan motillity) (Cowan dan
Steel’s, 1974).
Pengambilan Sampel Air
Sampel air diambil pada saat pasang Analisa Data
pada setiap stasiun yang telah Analisis data yang digunakan adalah
ditentukan berdasarkan titik koordinat. bentuk deskriptif yaitu penyajian data
Sampel air diambil masing-masing dengan memaparkan data
sebanyak 600 ml pada setiap titik keanekaragaman dan memaparkan data
sampling dan hasil sampling dimasukkan kekayaan genus bakteri dari setiap
ke dalam botol yang telah disediakan. stasiun area pengambilan sampel pada
Sampel air kemudian dibawa ke perairan di Kawasan Konservasi
Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Tarakan.
Perikanan Kelas II Tarakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Bakteri Air Keanekaragaman Bakteri pada
Isolasi bakteri dilakukan dengan cara Perairan di KKMB
sampel air sebanyak 10 ml dimasukkan Hasil penelitian yang dilakukan pada
ke dalam labu erlenmayer yang berisi 90 perairan KKMB ditemukan sebanyak 9
ml aquadest. Proses pengenceran (sembilan) genus bakteri yaitu Bacillus
dilakukan sampai tingkat 10-7, spp., Corynebacterium spp., Listeria
selanjutnya dibiakkan pada media TSA. spp., Enterobacteria spp., Pseudomonas
Biakan bakteri diinkubasi selama 24 - 48 spp., Aeromonas spp., Micrococcus spp.,
jam, kemudian koloni bakteri yang Staphylococcus spp., dan Actinobacillus
tumbuh dimurnikan dengan membuat spp. (Tabel 1).

Tabel 1. Keanekaragaman Genus bakteri KKMB


Satsiun
Genus Bakteri
I II III
Bacillus spp.   
Corynebacterium spp.  

Yulma, Burhanuddin I, Anisah R


KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA… Page 57
JURNAL BORNEO SAINTEK Available online at www.ojs.borneo.ac.id
Volume 1, Nomor 3, Oktober 2018 Halaman 55-62
e-ISSN 2599-3313
p-ISSN 2615-434X

Listeria spp.   
Enterobacteria spp.   
Pseudomonas spp. 
Aeromonas spp.  
Micrococcus spp.  
Staphylococcus spp.  
Actinobacillus spp.  
proses dekomposisi serasah yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menyebabkan bakteri dapat tumbuh dan
populasi bakteri yang berada di perairan bertahan hidup (Yunasfi, 2006).
Mangrove KKMB Kota Tarakan memiliki Bacillus spp. dapat ditemukan di
karakteristik yang berbeda -beda. berbagai tempat, seperti juga pada
Keberadaan bakteri yang ditemukan perairan mangrove karena
pada perairan mangrove dipengaruhi kemampuannya menghasilkan
oleh air pasang, yang mengaduk dari endospora, selain itu Bacillus juga dapat
dasar perairan yang sangat kuat dan menghadapi berbagai perubahan
akan berakibat terjadinya mobilisasi lingkungan, seperti perubahan kadar
bahan organik yang ada pada sedimen nutrien, air, dan tempratur (Madigan et
(Gambrell et al., 1991). Bakteri al., 2003). Bacillus spp. dapat tumbuh
memanfaatkan bahan organik pada dan hidup pada suhu berkisar 25-35 0C
lingkungan tempat tumbuhnya sebagai dan pada pH 7,3-10,5 bahkan bakteri
sumber nutrisi, selain bahan organik Bacillus mampu bertahan hidup pada
keberadaan dan keanekaragaman suhu maksimum antara 40-45 0C (Holt
bakteri dalam perairan mangrove juga et al., 1994).
dipengaruhi oleh faktor suhu, salinitas, Bakteri yang ditemukan paling
pH, fisik, iklim, vegetasi dan lokasi sedikit yaitu Pseudomonas spp. Hal ini
(Hrenovic et al., 2003). diduga karena bakteri Pseudomonas
Keanekaragaman bakteri yang merupakan bakteri patogen, bakteri
ditemukan pada perairan mangrove patogen sering menimbulkan efek
KKMB menunjukkan bahwa bahan negatif bagi mikroorganisme perairan
organik yang terdapat pada perairan (Feliatra et al., 2012). Bakteri
mangrove sangat melimpah. Kelimpahan Pseudomonas spp. memiliki rentan
bahan organik diikuti dengan banyaknya waktu pertumbuhan yang lebih lama
bakteri yang di temukan di perairan dibanding bakteri Bacillus spp. Susana
KKMB, dari kelimpahan bakteri tersebut (2017) menyatakan bahwa bakteri
terdapat bakteri yang paling dominan heterotrofik mampu membentuk
yaitu bakteri Bacillus spp. Hal ini hambatan terhadap pertumbuhan
disebabkan Bacillus merupakan jenis bakteri patogen, bakteri heterotrofik
bakteri tanah, tetapi umum di jumpai di mampu menghasilkan produk antibiotik,
perairan tawar dan payau (Atlas dan bakteriosin, atau asam organik.
Bartha, 1987). Bacillus spp. merupakan Pseudomonas spp. dapat tumbuh dan
bakteri pengurai fosfat yang berperan hidup pada suhu berkisar 37-40 0C
dalam penyediaan kembali senyawa (Suriani et al., 2013).
fosfat pada ekosistem mangrove melalui

Tabel 2. Kekayaan Genus Bakteri disetiap Stasiun


Satsiun Jumlah
Genus Bakteri Bakteri
I II III
(Koloni)
Bacillus spp. 22 9 10 41
Corynebacterium spp. - 3 2 5
Listeria spp. 3 2 3 8
Enterobacteria spp. 3 3 12 18
Pseudomonas spp. - - 1 1
Aeromonas spp. 9 18 - 27
Micrococcus spp. - 4 3 7

Yulma, Burhanuddin I, Anisah R


KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA… Page 58
JURNAL BORNEO SAINTEK Available online at www.ojs.borneo.ac.id
Volume 1, Nomor 3, Oktober 2018 Halaman 55-62
e-ISSN 2599-3313
p-ISSN 2615-434X

Staphylococcus spp. - 3 2 5
Actinobacillus spp. 2 - 2 4

Stasiun I merupakan stasiun yang osmoregulasi yang tinggi dimana pun


berada di hilir sungai dari hasil penelitian dapat bertahan hidup pada perairan
pada stasiun I diperoleh 5 jenis bakteri tawar, perairan payau, dan melarutkan
(genus) dan bakteri yang dominan fosfor yang terfiksasi dalam sedimen
ditemukan yaitu bakteri Bacillus spp. hal (Mangunwardoyo et al., 2010).
ini diduga karena bakteri ini hidup dan Bakteri yang paling sedikit ditemukan
tumbuh pada kisaran suhu optimum pada stasiun ini adalah Listeria spp.
yakni 28,2-32 0C. Dan dari penelitian ini karena pada hasil pengukuran suhu
nilai suhu yang didapatkan adalah 28,9- pada lokasi penelitian jauh dari suhu
29,7 0C sehingga bakteri pada Bacillus optimum yang dibutuhkan oleh bakteri
melimpah pada perairan stasiun ini. Listeria spp. yakni 50 0C. Hal ini sesuai
Sesuai dengan pernyataan Imron dan dengan pernyataan Abdelgadir et al.,
Holt et al., (1994) bahwa suhu yang (2009) bahwa bakteri ini dapat tumbuh
terukur untuk Bacillus spp. berkisar optimal pada kondisi suhu lingkungan 50
0 0
antara 27,6-32 C pada bakteri C.
konsorsium suhu yang terukur antara Sedikitnya bakteri Listeria spp. juga
26,5-32 0C suhu yang tidak stabil karena dapat dipengaruhi oleh kandungan
adanya aktifitas metabolisme. Sehingga bahan organik fosfor yang tinggi,
rentang suhu yang terukur untuk bakteri sehingga bakteri Listeria spp. tidak
ini masih termasuk dalam suhu yang mampu melarutkan bahan organik fosfor
dibutuhkan untuk bakteri tumbuh. untuk membentuk biofilm (Suriani et al.,
Bakteri yang paling sedikit dijumpai 2013).
pada stasiun I yaitu Actinobacillus spp. Stasiun III terletak pada daerah di
sedikitnya bakteri Actinobacillus spp. dekat daratan yang berdekatan dengan
yang ditemukan diduga karena kondisi pintu gerbang KKMB stasiun ini di
parameter suhu yang tidak optimal dari dominasi oleh tumbuhan mangrove
suhu yang dibutuhkan oleh bakteri Rhizophora sp. penelitian pada stasiun
Actinobacillus, hal ini sesuai dengan III diperoleh 5 jenis bakteri (genus) dan
pernyataan Renjana et al., (2012) bakteri yang dominan ditemukan yaitu
bahwa enzim lipase bakteri bakteri Enterobacteria spp. hal ini
Actinobacillus spp. pada suhu optimum diduga karena hasil pengukuran suhu
60 0C. pada stasiun III di dapatkan nilainya
Stasiun II terletak pada daerah 27,5 0C. Hal ini menunjukkan bahwa
tengah KKMB (anak sungai) yang di suhu pada perairan tersebut sesuai
dominasi oleh tumbuhan mangrove dengan suhu optimum pertumbuhan
Avicennia sp. penelitian pada stasiun II bakteri Enterobacteria spp, sehingga
diperoleh 7 jenis bakteri (genus) dan bakteri ini banyak ditemukan pada
bakteri yang paling dominan ditemukan stasiun ini. Bakteri Enterobacteria spp.
yaitu Aeromonas spp. hal ini diduga dapat tumbuh dan hidup pada suhu
karena hasil pengukuran suhu pada berkisar antara 25-45 0C dan suhu
stasiun II di dapatkan nilainya 28,9 0C. optimum hidupnya yaitu 37 0C sesuai
Hal ini menunjukkan bahwa suhu pada dengan Farmer et al., (1980).
perairan tersebut sesuai dengan suhu Holt et al., (2003) menyatakan bahwa
optimum pertumbuhan bakteri bakteri Enterobacteria spp. merupakan
Aeromonas, sehingga bakteri ini banyak penghasil enzim protease, amilase, dan
ditemukan pada stasiun II. Bakteri selulase. Farmer et al., (1980),
Aeromonas spp. dapat tumbuh dan memperjelas bahwa bakteri penghasil
hidup pada suhu berkisar antara 22-30 protease umumnya dapat dimanfaatkan
0
C bahkan dapat hidup pada suhu sebagai probiotik yang memberikan
extreme mencapai 37 0C sesuai dengan keuntungan bagi manusia dan hewan
Holt et al., (1994). Selain itu bakteri karena dapat menekan pertumbuhan
Aeromonas memiliki kemampuan bakteri patogen. Bakteri Enterobacteria

Yulma, Burhanuddin I, Anisah R


KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA… Page 59
JURNAL BORNEO SAINTEK Available online at www.ojs.borneo.ac.id
Volume 1, Nomor 3, Oktober 2018 Halaman 55-62
e-ISSN 2599-3313
p-ISSN 2615-434X

merupakan satu-satunya bakteri yang memberikan hambatan yang lebih awal.


tidak patogen terhadap ikan karena Hal ini dijelaskan oleh Umbreit dalam
tidak menghasilkan eksotoksin dan Suriani et al., (2013), bahwa
endotoksin namun menghasilkan enzim kemampuan organisme dalam
galaktosidase yang dapat merombak menghambat pertumbuhan organisme
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa lain dapat disebabkan oleh faktor
yang mudah dicerna didalam usus ikan pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga
(Karlina, 2009). menggunakan semua bahan organik
Bakteri yang paling sedikit dijumpai yang tersedia atau juga dimungkinkan
pada stasiun III ini yaitu Pseudomonas oleh produksi suatu zat dari organisme
spp. hal ini diduga karena faktor suhu penghambat yang menekan
yang didapatkan pada saat pengujian pertumbuhan organisme lain.
parameter lingkungan suhu yakni 27,2-
27,5 0C. Hal ini sesuai dengan Parameter Kualitas Air
pernyataan Suriani et al., (2013) Pengukuran parameter kualitas air
menyatakan jika suhu lingkungan lebih meliputi parameter fisika-kimia yang
kecil dari suhu minimum atau lebih diukur adalah suhu, salinitas, pH, dan
besar dari suhu maksimum oksigen terlarut (DO). Parameter
pertumbuhannya maka aktifitas enzim kualitas air berpengaruh terhadap
akan terhenti bahkan pada suhu yang pertumbuhan bakteri. Khairijon (1998)
terlalu tinggi akan terjadi denaturasi menyatakan bahwa perbedaan bakteri
enzim. Pertumbuhan bakteri disebabkan oleh faktor lingkungan
pseudomonas memiliki rentan waktu (suhu, salinitas, kadar asam/basa) dan
yang lebih lama dibanding pertumbuhan kehadiran mikroorganisme pengurai
Enterobacteria spp. dan menghambat yang terdapat di kawasan hutan
konsentrasi tinggi (puncak populasi). mangrove. Hasil pengukuran parameter
Pertumbuhan yang lebih cepat dapat kualitas air (Tabel 3).

Tabel 3. Parameter Kualitas Air KKMB Kota Tarakan


Pengukuran parameter Fisika - Kimia
Stasiun
Salinitas (%0) Suhu (oC) pH DO (mg/L)
I 28-30 28,9-29,7 7,8-8,3 3,08-5,20
II 26-30 27,5-28,9 7,5-8,2 1,07-2,09
III 21-26 27,2-27,5 7,4-7,5 1,04-1,09
KKMB masih tergolong baik. Menurut
Hasil pengukuran salinitas perairan di Nontji (1993) menyatakan bahwa
KKMB berkisar antara 21-30 ‰ hal ini kisaran suhu permukaan air laut di
menunjukkan bahwa salinitas perairan Indonesia berkisar antara 28-31 0C,
di KKMB masih tergolong baik. Tingkat faktor yang mempengaruhi suhu
salinitas mempengaruhi pertumbuhan diperairan ialah penguapan, waktu
bakteri di perairan, sesuai pendapat pengukuran, kedalaman, cuaca,
Hrenovic et al., (2003) menyatakan
bahwa bertambahnya salinitas akan kecerahan dan kekeruhan. Aktivitas
memberikan efek negatif terhadap mikroorganisme air seperti bakteri di
kelimpahan dan keanekaragaman pengaruhi oleh nilai suhu perairan hal ini
bakteri. Tingginya tingkat salinitas sejalan dengan prnyataan Indriani
mampu menghambat pertumbuhan (2008) yang menyatakan bahwa suhu
koloni bakteri hingga menyebabkan optimum untuk bakteri berkisar 27-36 oC
tingkat aktivitas bakteri sangat rendah kisaran suhu tersebut sangat baik untuk
akibatnya terjadi shock osmotic atau proses laju pertumbuhan bakteri.
toksik (Mallin et al., 2000). Hasil pengukuran pH perairan di
Hasil pengukuran suhu perairan di KKMB berkisar antara 7,4-8,3 hal ini
KKMB berkisar antara 27,2-29,7 0C hal menunjukkan bahwa pH perairan di
ini menunjukkan bahwa suhu perairan di KKMB masih tergolong baik, sesuai

Yulma, Burhanuddin I, Anisah R


KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA… Page 60
JURNAL BORNEO SAINTEK Available online at www.ojs.borneo.ac.id
Volume 1, Nomor 3, Oktober 2018 Halaman 55-62
e-ISSN 2599-3313
p-ISSN 2615-434X

dengan pendapat Indriani (2008) nilai Cowan dan Steel’s. (1974). Manual For
pH yang normal untuk permukaan the Identification of Medical
perairan Indonesia umumnya berkisar Bacteria. (Second Edition). London.
antara 6,0-8,5. Daulat et al (2014) Cambridge University Press.
mengacu kepada standar baku mutu air Daulat, A., Mariska, A. K., Rizki, A. A.,
laut yang dikeluarkan oleh Kementrian Widodo, S. P. (2014). Sebaran
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, Kandungan O2 Terlarut di Perairan
pH yang disyaratkan untuk menunjang Pesisir Selatan Kepulauan Natuna.
kehidupan biota laut adalah 7-8,5. Jurnal Depik, 4(2), hal. 166-167.
Derajat keasaman (pH) adalah jumlah Dewi, N. (2010). Laju Dekomposisi
ion hydrogen yang terdapat pada Serasah Daun Avicennia marina
larutan. Tait (1981) menyatakan bahwa Pada Berbagai Tingkat Salinitas Di
kisaran pH optimum untuk pertumbuhan Kawasan Hutan Mangrove
mikroorganisme adalah 5,6-9,4. Sicanang Belawan Medan. Skripsi
Sehingga nilai pH yang didapatkan Sarjana. Fakultas Pertanian
mendukung untuk pertumbuhan bakteri Universitas Sumatera Utara.
pada perairan (Aksornkoae, 1993). Medan.
Hasil pengukuran DO perairan di Farmer, J.J. III, Asbury, M.A. Hickman,
KKMB berkisar antara 1,04-5,20 mg/L, F.W. Brenner, D.J. The
nilai tersebut tergolong rendah diduga Enterobacteriaceae Study Group
karena kandungan bahan organik yang (USA). (1980). “Enterobacter
terdapat pada lingkungan tersebut sakazakii: a new species of”
cukup tinggi. Prabudi (2013) Enterobacteriacae” isolated from
menyatakan oksigen terlarut tergolong clinical specimens”. Int J Syst
sangat rendah disebabkan karena suhu Bacteriol 30:36.
di perairan tersebut tinggi dan banyak Feliatra, Y dan Nursyirwani. (2012).
partikel organik dalam air yang “Antagonis Bakteri Probiotik Yang
membutuhkan perombakan oleh bakteri Diisolasi Dari Usus dan Lambung
melalui oksidasi, makin banyak partikel Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
organik maka semakin banyak aktivitas Altivelis) Terhadap Bakteri
bakteri perombak dan semakin banyak Patogen”. Jurnal Perikanan dan
oksigen yang dikonsumsi sehingga Kelautan, 17(1), hal 16-25.
makin berkurang oksigen dalam air. Gambrell, R.P., Wiesepage, J.B., Patrick,
J.R., dan Duff, M.C. (1991). “The
KESIMPULAN effect of pH, redox, and salinity on
Keanekaragaman bakteri pada metal release from a
perairan di Kawasan Konservasi contaminatedbsediment”. Jurnal
Mangrove dan Bekantan (KKMB) Water, Air and Soil Pollution, 4(2),
mendapatkan 9 jenis bakteri (genus) hal. 359-367.
diantaranya adalah Bacillus spp, , P.H.A. Sneath, J.T. Staley, and S.T.
Corynebacterium spp, Listeria spp, Williams. (1994). “Bergey’s Manual
Enterobacteria spp, Pseudomonas spp, of Determinative Bacteriology”,
Aeromonas spp, Micrococcus spp, Jurnal Biodiversitas, 4(2), hal 80-
Staphycoccus spp, dan Actinobacillus 82.
spp. Hreovic. J., Damir. V., dan Bozidar, S.
(2003). “Influence Of Nutrients
DAFTAR PUSTAKA And Salinity On Heterotrophic And
Aksomkoae, S. (1993). “Ecology And Coliform Bacteria In The Shallow”.
Management Of Mangrove”. Jurnal Jurnal Easten Adriatic Sea), 46,
Trap Biodiversitas. Bio Teknologi, hal. 29-37.
2, hal.28-33. Indriani, Y. (2008). Produksi Dan Laju
Atlas, R.M. and R. Bartha. (1987). Dekomposisi Serasah Daun
“Microbial Ecology”. Jurnal Mangrove Api-Api (Avicennia
Biodiversitas, 4(2), hal 80-82. marina Forssk. Vierh) di Desa
Lontar, Kecamatan

Yulma, Burhanuddin I, Anisah R


KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA… Page 61
JURNAL BORNEO SAINTEK Available online at www.ojs.borneo.ac.id
Volume 1, Nomor 3, Oktober 2018 Halaman 55-62
e-ISSN 2599-3313
p-ISSN 2615-434X

Kemiri,Kabupaten Tangerang, aktivitas liplolitik mikroba


Provinsin Banten. Skripsi Sarjana. hidrokarbonoklasik”. Jurnal Ilmiah
Fakultas Perikanan dan Iilmu Biologi, 1(1), hal. 1-10.
Kelautan. IPB.Bogor. Supardi. (2013). Pengelolaan Kawasan
Karliana, I. (2009). “Identifikasi Mikroba Konservasi Hutan Mangove dan
Air Laut Di Ujung Greggegan Bekantan (Nasalis larvatus)(KKMB)
Semenanjung Maria”. Sigma Kota Tarakan. Skipsi Sarjana.
Epsion. Vol 2. Hal.59-68. Program Studi Manajemen.
Kathiresan, K., dan B. L. Bingham. Universitas Politeknik Pertanian
(2001). Biology of Mangrove and Negeri Samarinda. Samarinda.
Mangrove Ecosystems. Jurnal Trap Suriani, S., Soemarno., Soharjo. (2013).
Biodiversitas. Bio Teknologi, 2, “Pengaruhsuhu dan Ph Terhadap
hal.28-33. Laju Pertumbuhan Lima Isolat
Kharijon. (1998). Analisis dan Laju Bakteri Anggota Genus
Dekomposisi Serasah di Hutan Pseudomonas Yang Diisolasi Dari
Bakau Hasil Reboisasi yang Berada Ekosistem Sungai Tercemar
Kelas Umumnya. Prosidings Deterjen Di Sekitar Kampus
seminar VI ekosistem hutan Universitas Brawijaya”. JurnalJ-
mangrove, MAB-LIPI, Pekanbaru. PAL,3(2), hal.58-62
Komponen Teknologi Pertanian. Tait, R. V. (1981). Element of Marine
Iptek Tanaman Pangan. Hlm 41- Ecology. An Introduction.
58. Cambridge University Press. New
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Parker, J. York. 356 pp.
(2003). Biology of Microorganisms Ulqodry, T. Z. (2008). Produktifitas
(edisi ke-9). USA : Pearson Serasah Mangrove dan Potensi
Education, Inc. Konstribusi Unsur Hara Di Periran
Malin, M.A., Williams, K.E., Esham, E.C., Mangrove Tanjung Api – Api
Lowe, R.P. (2000). Effect of Human Sumatera Selatan. [Tesis],
Development on Bacteriological Pascasarjana Institut Pertanian
Water Qualitative in Coastal Bogor, Bogor.
Watershed. J.Ecol Appl, 10, hal. Yulma, Ihsan. B., Sunarti, Malasari. E.,
1047-1056. Wahyuni. N., Mursyban. (2017).
Mangunwrddoyo, W., R. Ismayasari dan “Identifikasi Bakteri pada Serasah
E. Riani. (2010). Uji Patogenitas Daun Mangrove yang
Dan Vierulensi Aeromonas Terdekomposisi di Kawasan
Hidrophila Stainer Pada Ikan Nila Konservasi Mangrove dan
(Oreochromis niloticu Lin) Melalui Bekantan (KKMB) Kota Tarakan”.
Postulat Koch. Fakultas Perikanan Jurnal Trap Biodiversitas. Bio
Dan Ilmu Kelautan, Institut Teknologi,2, hal.28-33.
Pertanian Bogor. J. Ristek Yunasfi. (2006). Dekomposisi Serasah
Akuakultur, 5(2), hal. 245-255. Daun Avicennia marina Oleh
Prabudi, T. (2013). Laju Dekomposisi Bakteri dan Fungi Pada Berbagai
Serasah Rhizophora Stylosa Pada Tingkat Salinitas. Disertasi Doktor,
Berbagai Tingkat Salinitas. Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sarjana. Fakultas Matematika dan Zamroni, Y dan I.S, Rohyani. (2008).
Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). “Produksi Serasah Hutan Mangrove
Universitas Sumatra Utara. Medan. di Perairan Pantai Teluk Sepi”.
Renjana, E., Ni’matuzaroh., Sumarsih, Jurnal Trap Biodiversitas. Bio
Sri. (2012). “Skrining dan Uji Teknologi, 9(4), hal.284-293.

Yulma, Burhanuddin I, Anisah R


KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA… Page 62

Anda mungkin juga menyukai