Anda di halaman 1dari 62

FLUKTUASI PARAMETER KUALITAS AIR DAN

PERKEMBANGAN FLOK PADA BUDIDAYA IKAN


NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN SISTEM
BIOFLOK DI BPBAT TATELU

SKRIPSI
(Program Studi Budidaya Perairan)

Oleh:
FRANKLIN ROMERO SAFSAFUBUN
19051102003

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
FLUKTUASI PARAMETER KUALITAS AIR DAN
PERKEMBANGAN FLOK PADA BUDIDAYA IKAN
NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN SISTEM
BIOFLOK DI BPBAT TATELU

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Sam Ratulangi

OLEH:
Franklin Romero Safsafubun
19051102003

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Franklin Romero Safsafubun
Nim : 19051102003
Judul PKL : Fluktuasi Parameter Kualitas Air Dan Perkembangan Flok
Pada Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dengan
Sistem Bioflok Di BPBAT Tatelu

Tanggal ujian : Juli 2023


Lulus ujian Proposal tersebut telah diperiksa, diperbaiki dan disetujui oleh
dosen pembimbing.

Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II

. Ir. Suzanne L. Undap, M.Si., Ph.D Dr. Ir. Indra R.N. Salindeho, M.App.Sc.
NIP. 19690319 199403 2 002 NIP. 19660819 199303 1 001

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Akademik & Kerjasama, Koordinator Program Studi,

Daisy M. Makapedua, S.Pi, M.App,Sc, Ph.D. Ir. Suzanne L. Undap, M.Si., Ph,D.
NIP. 19691229 199603 2 001 NIP. 19690319 199403 2 002

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Franklin Romero Safsafubun

Nim : 19051102003

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan bukan

merupakan duplikasi sebagian atau keseluruhan dari karya orang lain. Kecuali

bagian yang sumber informasi dicantumkan.

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan

bertanggung jawab. Saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila

terbukti melakukan duplikasi terhadap skripsi atau karya ilmiah yang sudah ada.

Manado, Agustus 2023


Yang menyatakan,

Franklin Romero
Safsafubun
Nim: 19051102003

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang melimpah sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Fluktuasi parameter kualitas air dan perkembangan flok
pada budidaya ikan nila (Oreocromis niloticus) dengan sistem bioflok di BPBAT
Tatelu”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Suzanne L. Undap, M.Si.,
Ph.D. selaku dosen pembimbing-I dan kepada Dr. Ir. Indra R.N. Salindeho,
M.App.Sc. selaku dosen pembimbing-II, yang telah memberi arahan dan
masukan kepada penulis selama penyusunan sampai ujian skripsi.
Penulis telah berusaha untuk menulis skripsi ini sebaik mungkin namun
kritik dan saran diperlukan demi penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Manado, Agustus 2023

Penulis

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Segalah puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini serta menyelesaikan

studi di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Sam Ratulangi. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

1. Terima kasih untuk diri sendiri yang sudah berjuang dari awal perkuliahan

sampai pada tahap terakhir ini;

2. Orang Tua, Kakak, dan keluarga yang telah memberikan doa, perhatian,

kasih sayang, dan semangat selama kuliah dan menyelesaikan Skripsi;

3. Dosen pembimbing I . Ir. Suzanne L. Undap, M.Si., Ph.D dan kepada

dosen pembimbing II Dr. Ir. Indra R.N. Salindeho, M.App.Sc. yang telah

membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi;

4. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam

Ratulangi, Dr. Roike Iwan Montolalu, S.Pi, M.Sc;

5. Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universita Sam

Ratulangi, Daisy Monica Makapedua, S.Pi, M.App,Sc, PhD;

6. Wakil Dekan II Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universita Sam

Ratulangi, Dr. Ir. Unstain N.W.J. Rembet, M.Si;

7. Wakil Dekan III Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universita Sam

Ratulangi, Dr. Ir. James Jobert Hanoch Paulus, M.Si;

v
8. Ketua Jurusan Manjemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Dr. Ir. Edwin L.A Ngangi,

M.Si;

9. Koordinator Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Ir. Suzanne L Undap, M. Si,

Ph.D;

10. Dosen Pembimbing Akademik Dr. Ir. Indra R.N. Salindeho, M.App.Sc.;

11. Staf pengajar beserta pegawai tata usaha Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Sam Ratulangi;

12. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan;

13. Panitia Ujian Skripsi, Dr. Ir. Ockstan Jurike Kalesaran M.Sc;

14. Dosen Tim Penguji Skripsi: Dr. Ir. Novie Pankie Lukas Pangemanan M.Si,

Ir. Juliaan CH. Watung M.Si dan Ir. Henneke Pangkey M.Sc, Ph.D;

15. Dosen Pembimbing PKL, Dr.Ir. Hariyani Sambali M.Sc;

16. Kepala Laboratorium Teknologi Akuakultur Dr. Ir. Haryani Sambali,

M.Sc;

17. Teman yang sudah membantu selama penyusunan skripsi : Jens Tindage

S.Pi, Yosua Patongloan, Josua Alamona, Eukharistian S Niti, Julio

Mandolang dan Novena Mamesah S.Pi;

18. Teman terbaik dan penyemangat-ku: Jens Tindage S.Pi, Yosua

Patongloan, Josua Alamona, Eukharistian S Niti, Julio Mandolang,

Novena Y. Mamesah S.Pi, Noni S. Sarifudin dan Ristamaria Manullang

S.Pi;

vi
19. Teman-Temanku Tersayang Angakatan 2019 Budidaya Perairan: Jens

Tindage S.Pi, Billy T. Essing, Julio Mandolang, Yosua Patongloan, Josua

Alamona, Wellhelmus Salakori, Massor Dudung S.Pi, Dhalia Malau S.Pi,

Resiska Ta’dung S.Pi, Metlin Boroala S.Pi, Noni S. Sarifudin, Ristamaria

Manulang S.Pi, Novena Y. Mamesah S.Pi, Febi Br Tarigan, Reva E.

Mamonto Dan Violla J. Gunde. Terima kasih untuk setiap kebersamaan,

suka dan duka selama kuliah.

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas


Sam Ratulangi, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Franklin Romero Safsafubun

Nim :19051102003

Jurusan/Program Studi: Manajemen Sumberdaya Perairan/Budidaya

Perairan Jenis Karya : Skripsi

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Hak bebas Nonekslusif, Karya Ilmiah
saya yang berjudul: “Fluktuasi Parameter Kualitas Air Dan Perkembangan
Flok Pada Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dengan Sistem
Bioflok Di BPBAT Tatelu”. Dengan Hak Bebas Royalty Nonekslusif ini,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan berhak menyimpan,
mengalih-media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base),
mendistribusikan dan mempublikasikan tugas akhir saya, tanpa meminta izin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

vii
Dibuat : Manado
Pada tanggal : Agustus 2023

Yang menyatakan,

Franklin Romero Safsafubun

ABSTRAK

Franklin Romero Safsafubun. NIM. 19051102003. FLUKTUASI


PARAMETER KUALITAS AIR DAN P ERKEMBANGAN FLOK PADA
BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN SISTEM
BIOFLOK DI BPBAT TATELU. Dibimbing oleh: Ir. Suzanne L. Undap,
M.Si., Ph.D dan Dr. Ir. Indra R.N. Salindeho, M.App.Sc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi parameter kualitas air


dan perkembangan flok, pada budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan
sistem bioflok. Berdasarkan hasil penelitian suhu rata-rata selama penelitian
adalah sebesar 27,2oC, nilai rata-rata oksigen terlarut (DO) adalah sebesar 5,05
mg/L dan nilai pH rata-rata adalah sebesar 5,40. Nilai amonia rata-rata 0,58, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa amoniak mulai meningkat sejak hari pertama
dan mencapai puncak (0,77) sekitar hari ke 5. Nilai nitrit (NO2) rata-rata 1,12,
hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan nitrit (NO2) terjadi dengan
cepat sejak hari ke-5 dan mencapai puncak (1,92) sekitar hari ke 27, kemudian
mulai menurun. Nilai nitrat (NO3) rata-rata 25,21, nilai nitrat meningkat (35,1)
pada hari ke-12, dan nilai tersebut mulai berjalan stabil walapun terdapat sedikit
fluktuasi.
Kepadatan flok tertinggi berada pada hari ke-34 dengan nilai 34 ml/L
terendah berada pada hari ke-11 dengan nilai 4 ml/L dan kepadatan flok rata-rata
adalah sebesar 23 ml/L. Kultur ikan nila pada sistem bioflok memiliki
pertumbuhan mutlak 57,11 gram, pertumbuhan spesifik 1,5%, rasio konversi
pakan (FCR) 1,2 dan survival rate sebesar 97%.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIK..........................................................................vii

ABSTRAK...........................................................................................................viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii

1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian..............................................................................3
1.3 Tempat Dan Waktu Penelitian.........................................................3

2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1 Klasifikasi Ikan Nila.........................................................................4

ix
2.2 Morfologi Ikan Nila..........................................................................4
2.3 Habitat Dan Siklus Hidup.................................................................5
2.4 Teknologi Bioflok............................................................................5
2.5 Parameter Kualitas Air.....................................................................6

3. METODE PENELITIAN.............................................................................12
3.1 Persiapan Wadah Kultur.................................................................12
3.2 Persiapan Media Bioflok................................................................12
3.3 Kultur Ikan Nila..............................................................................13
3.4 Pengumpulan Data Kualitas Air.....................................................13
3.5 Pertumbuhan Mutlak......................................................................14
3.6 Pertumbuhan Harian.......................................................................14
3.7 Kelangsungan Hidup......................................................................15
3.8 Rasio Konversi Pakan (FCR).........................................................15

4. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................16


4.1 Profil Kualitas Air..........................................................................16
4.2 ertumbuhan dan Kelangsungan Hidup...........................................31

5. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................34


5.1 Kesimpulan.....................................................................................34
5.2 Saran...............................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36

x
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
1. Fluktuasi parameter kualitas air dalam system bioflok.....................................9
2. Fluktuasi suhu harian air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).........................................................................................................17
3. Fluktuasi (DO) harian air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).........................................................................................................19
4. Fluktuasi pH harian air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)
.........................................................................................................................22
5. Fluktuasi amonia-nitrogen air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).........................................................................................................24
6. Fluktuasi nitrit-nitrogen air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).........................................................................................................26
7. Fluktuasi Nitrat-nitrogen air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).........................................................................................................27
8. Volume flok pada air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)
selama penelitian.............................................................................................29
9. Pertambahan berat ikan nila (Oreochromis niloticus) selama kurang lebih 6
minggu penelitian............................................................................................32

xi
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman
1. Fluktuasi suhu (oC) selama pemeliharaan ikan nila (oreochromis niloticus)..40
2. Fluktuasi DO (mg/L) selama pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus).
.........................................................................................................................41
3. Fluktuasi pH selama pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)..........42
4. Fluktuasi amonia (mg/L) selama pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).........................................................................................................43
5. Fluktuasi nitrit (mg/L) selama pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).........................................................................................................43
6. Fluktuasi nitrat (mg/L) selama pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).........................................................................................................44
7. Volume flok (mL/L) selama pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus).
.........................................................................................................................44
8. Data peertambahan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus).........................45
9. Data pemberian pakan ikan nila (Oreochromis niloticus)..............................45
10. Pembentukan media bioflok.........................................................................45
11. Alat ukur kualitas air....................................................................................47
12. Pengukuran kualitas air................................................................................48

xii
xiii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan konsumsi air tawar

dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga banyak dibudidayakan oleh

masyarakat. Ikan Nila juga memiliki kandungan asam lemak Omega-3 dan 6, di

mana kandungan lemak ini dapat mengurangi risiko terkena penyakit kolesterol,

membantu dalam fungsi neurologis dan fungsi otak manusia (Soetjipto dkk, 2019).

Sampai saat ini permintaan pasar terhadap ikan nila masih sangat besar,

kementerian kelautan dan perikanan (KKP) mencatat, produksi ikan nila

Indonesia mencapai 1,35 juta ton dengan nilai Rp33,62 triliun pada 2021 (Sadya,

2022).

Ikan nila dikenal luas dan telah menjadi andalan komoditas perikanan untuk

mendukung ketahanan pangan nasional dan peningkatan ekspor komoditas

perikanan (Rahmatillah dkk, 2018). Seiring dengan permintaan yang terus

meningkat, produksi ikan nila juga harus ditingkatkan. Berbagai teknologi

budidaya terus diterapkan untuk meningkatkan produksi ikan nila, salah satunya

adalah teknologi bioflok. Teknologi ini memiliki kelebihan yaitu ramah

lingkungan, produktivitas yang tinggi, dan air yang digunakan pada media kultur

hanya sekali dimasukkan dalam wadah, dan digunakan sampai panen (Puspitasari

dkk, 2020). Teknologi bioflok merupakan teknologi penggunaan bakteri baik,

heterotrof maupun autotrof yang dapat mengkonversi limbah organik secara

intensif menjadi kumpulan mikroorganisme yang berbentuk flok kemudian dapat

dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber makanan (de Schryver & Verstraete,

2009).

1
Putri dkk (2015) menjelaskan bahwa teknologi bioflok memiliki kepadatan

penebaran yang tinggi, namun juga memiliki kekurangan yaitu menghasilkan

limbah budidaya yang tinggi. Selanjutnya Putri dkk (2015) menyatakan bahwa

limbah tersebut merupakan akumulasi dari residu nitrogen organik yang berasal

dari sisa pakan buatan (pelet) dan feses hasil pemeliharaan ikan secara intensif

yang akan menyebabkan penumpukan dan pengendapan di dasar media, sehingga

diperlukan proses dekomposisi (Putri dkz, 2015). Jika tidak terdekomposisi maka

akan terurai secara anaerob oleh bakteri kemudian membentuk gas-gas toksik

seperti asam sulfida, nitrit, amonia dan berdampak negatif bagi metabolisme

organisme budidaya hingga menyebabkan kematian (Adharani dkk., 2016).

Sistem bioflok akibat adanya proses dekomposisi dan nitrifikasi, pada

awalnya akan terjadi dinamika yang signifikan dari parameter kualitas air. Pada

beberapa hari pertama akan terjadi fluktuasi yang besar pada kandungan amoniak,

nitrit, dan nitrat karena proses dekomposisi dan nitrifikasi baru mulai efektif

(Avnimelech, 2009). Sepanjang periode kultur, sistem bioflok harus dijaga agar

terjadi keseimbangan dalam proses dekomposisi, nitrifikasi, denitrifikasi dan

pemanfaatan flok oleh organisme kultur, sehingga parameter kualitas air akan

stabil (Mcintosh, 2000). Apabila tidak terjadi keseimbangan, maka parameter

kualitas air akan berfluktuasi di luar batas yang tidak layak.

Sistim bioflok diperlukan kontrol parameter kualitas air sepanjang periode

kultur, terutama pada hari-hari pertama sistem mulai dioperasikan. Pada

penelitian ini dikaji fluktuasi parameter kualitas air serta kepadatan flok mulai dari

sistem pertama kali dioperasikan dan selama masa kultur, untuk mengetahui

keseimbang semua proses dalam sistim bioflok.

2
1.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui fluktuasi parameter kualitas air dan perkembangan flok pada

budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan sistem bioflok di Balai

Perikanan Budidaya Air Tawar (BPAT) Tatelu.

1.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu,

Jalan Pinilih, Desa Tatelu, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara,

Provinsi Sulawesi Utara. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari Mei 2023 sampai

Juni 2023.

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Nila

Klasifikasi ikan Nila menurut Pauji (2007) adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Sub kelas: Acanthoptherigii
Ordo: Perciformes
Sub ordo: Percoidea
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis niloticus

2.2 Morfologi Ikan Nila

Adapun morfologi ikan Nila (Oreochromis niloticus) menurut Amri dan

Khairuman, 2007, dalam Lukman dkk, (2014) yaitu lebar badan ikan nila

umumnya sepertiga dari panjang badannya, bentuk tubuhnya memanjang dan

ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya menonjol dan besar dengan tepi

berwarna putih

Nila jantan mempunyai bentuk tubuh membulat dan agak pendek

dibandingkan dengan nila betina. Menurut Lukman dkk (2014) warna ikan nila

4
jantan umumnya lebih cerah dibandingkan dengan betina, pada bagian anus ikan

nila jantan terdapat alat kelamin yang memanjang dan terlihat cerah. Selanjutnya

Lukman dkk (2014) menyatakan bahwa alat kelamin ini semakin cerah ketika

telah dewasa atau matang gonad dan siap membuahi telur, sementara itu warna

sisik ikan nila betina sedikit kusam dan bentuk tubuh agak memanjang. Pada

bagian anus ikan nila betina terdapat dua tonjolan membulat, satu merupakan

saluran keluarnya telur dan yang satunya lagi saluran pembuangan kotoran

(Lukman dkk, 2014).

2.3 Habitat Dan Siklus Hidup

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk

dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika. Ikan ini merupakan jenis

ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari Afrika bagian

Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke Eropa, Amerika,

Negara Timur Tengah dan Asia. Menurut Sibagariang dkk (2021) Ikan nila

termasuk kedalam golongan jenis ikan yang mampu bertahan dalam kondisi

kekurangan oksigen, jika ikan nila memgalami kekurangan oksigen maka dengan

mudah ikan akan mengambil oksigen dari udara bebas. Ikan nila mampu

beradaptasi dengan lingkungan yang kurang menguntungkan dan mudah

dipijahkan, sehingga penyebarannya di alam sangat luas, baik di daerah tropis

maupun di daerah beriklim sedang (Sibagariang dkk, 2021).

2.4 Teknologi Bioflok

Teknologi bioflok merupakan teknologi budidaya yang didasarkan pada

prinsip asimilasi nitrogen anorganik (amonia, nitrit dan nitrat) oleh komunitas

5
mikroba (bakteri heterotrof) dalam media budidaya yang kemudian dapat

dimanfaatkan oleh organisme budidaya sebagai sumber makanan (De Schryver

dkk, 2008). Avnimelech (1999) menambahkan adanya pemanfaatan nitrogen

anorganik oleh bakteri heterotrof mencegah terjadinya akumulasi nitrogen

anorganik pada bak budidaya yang dapat menurunkan kualitas perairan.

Penambahan sumber karbon ke dalam air menyebabkan nitrogen dimanfaatkan

oleh bakteri heterotrof yang selanjutnya akan mensintesis protein dan sel baru

(protein sel tunggal), kemudian dimanfaatkan sebagai pakan ikan sehingga dapat

mengurangi kebutuhan protein pakan (Avnimelech, 1999).

Budidaya dengan sistem bioflok memiliki keungulan yaitu hemat air,

Penambahan air hanya untuk mengganti penguapan air yang terjadi selama masa

pemeliharaan dan pengontrolan kepadatan bioflok. Dibanding sistem resirkulasi

yang sangat kompleks, sistem kultur dengan teknologi bioflok hanya

menggunakan satu wadah (Puspitasari dkk., 2020). Beberapa faktor kunci

pengembangan sistem bioflok dalam budidaya yaitu: (1) padat tebar tinggi, (2)

aerasi cukup untuk mempertahankan pencampuran (mixing) air, dan (3) input

bahan organik yang tinggi yang akan dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh

ikan dan bakteri, serta dapat menciptakan keseimbangan nutrien yang dibutuhkan

bakteri seperti karbon dan nitrogen (McIntosh, 2000).

2.5 Parameter Kualitas Air

Kualitas air dalam budidaya merupakan sifat air, kandungan makhluk hidup,

dan zat energy atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan

beberapa parameter yaitu parameter fisika, parameter kimia, dan parameter

6
biologi. Dalam penelitian ini hanya terdapat dua parameter yang diukur yaitu

parameter fisika dan parameter kimia.

2.5.1 Parameter Fisika

 Suhu

Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan,

pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut

dan mempengaruhi selera makan ikan. Menurut Kordi dan Tancung, 2005, dalam

Tatang (2017), suhu mempengaruhi aktivitas metabolieme organisme, oleh karena

itu penyebaran organisme di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut.

Suhu menunjukkan derajat panas. Semakin tinggi suhu, semakin panas.

2.5.2 Parameter Kimia Kualitas Air

a. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup

untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Menurut Salmin (2005),

oksigen dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam

proses aerobik. selanjutnya Salmin (2005) menyatakan bahwa sumber utama

oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan

7
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. DO dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti salinitas, pH, dan bahan organic lainnya, di mana

semakin tinggi kandungan bahan organik dalam perairan maka kebutuhan oksigen

terlarut dalam proses dekomposisi oleh bakteri juga semakin meningkat sehingga

akan menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam perairan (Salmin, 2005).

b. Dereajat Keasaman (pH )

Nilai pH menunjukkan tingkat keasaman pada air yang ditunjukkan dengan

skala 0 sampai dengan 14. Nilai pH merupakan salah satu faktor yang sangat

penting mengingat pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba di dalam air.

Derajat keasaman air menunjukkan aktifitas ion hidrogen dalam air. Baskoro dkk

(2021) menjelaskan makin tinggi konsentrasi ion h+, maka air semakin asam,

ditunjukkan dengan pH < 7, makin tinggi konsentrasi ion oh-, maka air semakin

basa, ditunjukkan dengan pH > 7. Air murni (netral) ditunjukkan dengan pH = 7.

Ikan budidaya secara umum menyukai hidup pada perairan dengan derajat

keasaman netral dan cenderung basa, yaitu pada kisaran pH 6,5 – 9 dan optimum

pada kisaran pH 7 – 8,5 (Baskoro dkk, 2021).

c. Nitrogen Dalam Sistem Bioflok

Bentuk nitrogen dalam perairan mencakup nitrogen anorganik dan organik.

Nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat

(NO3-) dan molekul nitrogen dalam bentuk gas (N2). Sedangkan nitrogen organik

berupa protein, asam amino dan urea (Effendi, 2003). Sumber utama nitrogen

8
dalam sistem akuakultur adalah pupuk dan pakan (Midlen dan Redding, 2000,

dalam Maryam, 2010). Dalam membangun sistem bioflok, akibat adanya proses

dekomposisi dan nitrifikasi, pada awalnya akan terjadi dinamika yang signifikan

parameter kualitas air. Pada beberapa hari pertama akan terjadi fluktuasi yang

besar pada kandungan Amoniak, Nitrit, dan Nitrat karena proses dekomposisi dan

nitrifikasi baru mulai efektif (Avnimelech, 2009).

Gambar 1. Fluktuasi parameter kualitas air dalam system bioflok menurut


Avnimelech (2009)

 TAN (Total Amonia Nitrogen)

Effendi (2003) menjelaskan bahwa total amonia nitrogen (TAN) terdiri atas

amonia tak terionisasi (NH3) dan amonia terionisasi (NH4) yang merupakan hasil

dari metabolisme protein, jumlah dari keduanya disebut sebagai total amonia

nitrogen (TAN). Keduanya berada dalam kesetimbangan dipengaruhi oleh pH dan

suhu. Berikut persamaan yang menunjukkan hubungan antara kedua bentuk

amonia dalam suatu sistem kesetimbangan :

9
NH3 + H2O NH4 + OH

Pada pH lebih dari 7 kesetimbangan bergeser ke arah kiri menyebabkan

bentuk amonia lebih dominan, sementara pada pH kurang dari 7 reaksi bergeser

ke arah kanan menyebabkan amonium lebih dominan (Titiresmi dan Sopiah,

2006).

Pada bak ikan, konsentrasi NH3 mengalami fluktuasi harian diakibatkan

oleh fotosintesis (meningkatkan pH) dan respirasi (mengurangi pH). Selama pagi

hari, pH minimum dan TAN berada dalam bentuk NH 4+. Sementara pada sore

hari, ketika pH maksimum (sekitar 9.0 atau 9.5), keseimbangan TAN bergeser ke

arah peningkatan jumlah NH3. Oleh karena itu selama sore hari pada bak, ikan

dapat mengalami toksisitas sementara karena peningkatan pH lingkungan

meningkatkan komponen NH3. Konsentrasi amonia juga berfluktuasi dipengaruhi

oleh suhu. Saat musim panas, suhu tinggi menyebabkan aktivitas tankiteri dan

proses nitrifikasi meningkat, sehingga konsentrasi amonia rendah. Sebaliknya saat

musim hujan, suhu lingkungan menurun menyebabkan aktivitas tankiteri dan

proses nitrifikasi berjalan lambat, akibatnya jumlah amonia di lingkungan

meningkat (Wahyuningsih dan Gitarama, 2020).

 Nitrat (NO3)

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan dan merupakan

nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Senyawa ini merupakan

hasil proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen. Kurniallah (2018) menjelaskan

oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan

oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Proses oksidasi

amonia menjadi nitrit dan nitrat disebut juga nitrifikasi. Kandungan nitrat (NO3)

10
lebih dari 0,2 mg/L dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi (penyuburan)

perairan, yang selanjutnya memacu pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara

pesat (blooming) nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik

(Kurniallah, 2018).

 Nitrit (NO2)

Keberadaan nitrit di perairan sangat sedikit dibandingkan nitrat. Nitrit

bersifat tidak stabil, berkaitan dengan keberadaan oksigen. Nitrit mudah

dioksidasi menjadi nitrat saat kondisi aerob. Pada air limbah, konsentrasi nitrit

jarang melebihi 1,0 mg/l dan pada perairan alami jarang melebihi 0,1 mg/l (Yugo,

2021). Konsentrasi nitrit umumnya rendah pada kondisi perairan yang

teroksigenasi.

11
3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus, yang

merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data fakta dari

lapangan dan untuk mencari informasi yang faktual dan partisipasi aktif. Data

yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

pengukuran parameter kualitas air pada sistem bioflok di BPBAT Tatelu, dan data

sekunder diperoleh dari data rekaman dan dokumen menyangkut operasional

sistem bioflok BPBAT Tatelu. Adapun persiapan sistem bioflok dalam penelitian

ini meliputi, persiapan wadah kultur, persiapan media bioflok dan pemeliharan

ikan nila.

3.1 Persiapan Wadah Kultur

Wadah yang digunakan untuk sistem bioflok adalah tanki yang terbuat dari

rangka besi dan dilapisi plastik dengan diameter 4m dan kedalaman 1m. Sebelum

digunakan, tanki diperiksa untuk memastikan lapisan plastik bebas dari

12
kebocoran, kemudia lapisan plastik tersebut dicuci dan disterilisasi. Tanki

kemudian dikeringkan selama selama 2 hari, setelah itu diisi air sebanyak 10 m 3

sebagai medium kultur untuk ikan nila.

3.2 Persiapan Media Bioflok

Untuk membentuk sistem bioflok pada media dengan volume 10m3 , bahan-

bahan yang digunakan adalah garam 3 kg, kapur dolomit sebanyak 1000 gram

(100 gram/m3), molase sebanyak 1000 ml (100ml/m3) dan probiotik sebanyak

50gram (5gram/m3). Bahan-bahan tersebut dicampurkan dalam wadah ember

plastik untuk selanjutnya dicampurkan dalam media kultur ikan dalam tanki.

3.3 Kultur Ikan Nila

Kultur ikan nila pada sistem bioflok dilakukan selama 45 hari. Ikan nila

berukuran 8-12 cm ditebar dengan kepadatan 150ekor/m3, sehingga jumlah total

ikan yang ditebar dalam tanki adalah 1500 ekor.

Ikan diberi pakan pellet yang sudah melalui proses fermentasi terlebih

dahulu dengan dosis 3% dari total bobot biomassa per hari, dan diberikan 2 kali

sehari yakni pada pukul 08.30 WITA dan 15.30 WITA.

Fermentasi pakan pellet dilakukan dengan cara mencampurkan pellet pada

larutan yang berisi biolacto 5 g, vitamin 10 g, dan ragi 5 keping. Semua bahan

tersebut kemudian dilarutkan dalam 9 liter air. Larutan tersebut dapat digunakan

untuk menfermentasi 45 kg pellet. Proses fermentasi berlangsung sekitar 3-5 hari.

3.4 Pengumpulan Data Kualitas Air

Suhu, oksigen terlarut, pH dan kepadatan flok diukur secara langsung di

lapangan, kemudian amoniak, nitrit dan nitrat diukur di laboratorium BPBAT

13
Tatelu, pada sampel air yang diambil dari tanki kultur. Suhu dan oksigen terlarut

diukur dengan alat DO meter, karena DO meter yang digunakan dapat mengukur

suhu sekaligus. Nilai pH diukur menggunakan pH-meter digital.

Pengukuran suhu, oksigen terlarut dan pH dilakukan setiap hari (mengikuti

jam oprasional BPBAT Tatelu) selama periode kultur pada jam 06.00, 10.00, dan

14.00. Amoniak, Nitrit dan Nitrat diukur setiap 2 hari sekali untuk 2 minggu

pertama dan setiap 4 hari sekali untuk minggu berikutnya. Setiap kali

pengambilan sampel diambil sebanyak 50 ml air kultur pada pagi hari dan

dianalisis di Laboratorium BPBAT Tatelu.

Kepadatan flok diukur menggunakan Imhoff Cone berkapasitas 1 liter.

Setiap pagi diambil 1 liter air sampel dari media kultur ikan dan dimasukkan

dalam Imhoff Cone. Air sampel tersebut didiamkan selama 20 menit, kemudian

diukur volume padatan (flok) yang mengendap di dasar Cone. Kepadatan flok

diukur dengan satuan ml/L.

3.5 Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak adalah berat ikan mas yang dicapai pada akhir

pengujian dikurangi dengan berat awal, rumus yang dilakukan Weatherly and

Gill, (1989) :

W = Wt-Wo (gram)

Keterangan :
W = pertumbuhan mutlak (gram)
Wt = berat akhir
Wo = berat awal
3.6 Pertumbuhan Harian

14
Perhitungan laju pertumbuhan harian atau Specific Growth Rate (SGR)

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Zhao dkk. (2017), sebagai berikut:

InFW −InSW
SGR (%) = ×100
t

Keterangan:
SGR = Laju Pertumbuhan Harian (%)
FW = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan
SW = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

3.7 Kelangsungan Hidup

Survival rate adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal

sampai akhir penelitian dihitung dengan rumus (Effendie, 1997) :

Nt
SR (%) = ×100
No

SR = Tingkat kelangsungan hidup


Nt = Jumlah total benih yang hidup pada akhir percobaan
No = Jumlah total benih pada awal percobaan

3.8 Rasio Konversi Pakan (FCR)

Rasio Konversi Pakan (FCR) di hitung dengan rumus Zhao dkk. (2017),

yaitu:

FI
FCR (%) =
Wt−Wo

Keterangan:

15
FCR = Rasio Konversi Pakan
Wo = Bobot hewan ujji pada awal penelitian
Wt = Bobot hewan uji pada akhir penelitian
FI = Jumblah pakan yang di berikan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Kualitas Air

Profil kualitas air yang diamati dalam penelitian ini meliputi suhu, DO, pH,

nitrogen anorganik (amonia, nitrit, nitrat), dan volume flok.

4.1.1 Suhu

Fluktuasi yang terjadi pada suhu harian selama penelitian berlangsung dapat

dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan hasil pengamatan selama priode kultur

Gambar 2 dan Lampiran 1, pada pagi hari pukul 06:00 suhu cukup rendah dengan

kisaran 21,1-25,8 oC dan nilai rata-rata mencapai 23,00C, kemudian suhu mulai

meningkat pada pukul 10:00 dengan kisaran 26,7-29,1oC dan nilai rata-rata

16
mencapai 27,7oC, selanjutnya mencapai puncaknya pada jam 14:00 dengan

kisaran 27,6-31,7oC dan nilai rata-rata mencapai 29,5oC.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Avnimelech (2009),

fluktuasi yang terjadi pada suhu harian sangat mempengaruhi fluktuasi yang

terjadi pada parameter amonia, nitrit dan nitrat dan hasil tersebut sama seperti

yang diperoleh pada penelitian ini. Berdasrkan hasil pengamatan yang dilakukan

fluktuasi yang terjadi pada suhu harian terutama pukul 06:00 dan pukul 10:00

sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, perubahan cuaca yang sering terjadi sangat

berpengaruh terhadap perubahan suhu harian yang terjadi selama penelitian

berlangsung.

Menurut Azhari & Tomasoa (2018), kisaran suhu yang terbaik bagi

pertumbuhan ikan nila antara 25- 30oC, sedangkan menurut Yanuar (2017),

keadaan suhu yang rendah kurang dari 140C maupun suhu terlalu tinggi di atas

300C dapat menyebabkan pertumbuhan ikan akan terganggu. Selanjutnya Yanuar

(2017), menyatakan bahwa suhu amat rendah 60C atau suhu terlalu tinggi 420C

dapat mematikan ikan nila. Fluktuasi suhu yang terjadi selama pemeliharaan

masih berada dalam kondisi normal dengan kisaran yang dapat ditolerir oleh ikan

nila.

17
Fluktuasi suhu harian (oC)
35

30

25
Suhu (oC)

20

15
Pukul 06:00
10 Pukul 10;00
Pukul 14:00
5

0
1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 15 22 23 25 26 27 32 34 35 36 39 40 41 42

Masa pemeliharaan (Hari)

Gambar 2. Fluktuasi suhu harian air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).

Suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju

metabolisme serta nafsu makan ikan (Effendi, 2003). Pada pagi hari selama

penelitian berlangsung sering terjadi turun hujan secara berkelanjutan dan sangat

mempengaruhi suhu air pada pukul 06:00. Pada saat turun hujan, suhu perairan

akan rendah, penurunan suhu tersebut disebabkan oleh tidak adanya radiasi

matahari dan menurunnya suhu udara, sehingga hujan juga berperan

mempengaruhi suhu di perairan (Parker, 2012).

Terdapat peningkatan suhu pada pengukuran pagi ke siang hari, hal ini

disebabkan adanya peningkatan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam

kolam. Effendi (2003) menyatakan peningkatan suhu perairan sebesar 10 oC akan

menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik

sekitar 2–3 kali lipat. Siegers dkk (2019) menambahkan bahwa hal yang dapat

membuat perubahan suhu karena adanya pengaruh penyerapan dan pelepasan

18
panas dari teriknya matahari. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya

peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba (Effendi, 2003). Suhu

sangat berpengaruh terhadap berbagai reaksi kimia dalam badan air, di antaranya

adalah berpengaruh terhadap kelarutan oksigen di dalam air dan metabolisme

tubuh ikan (Hermawan dkk., 2014)

4.1.2 Oksigen Terlarut (DO)

Fluktuasi yang terjadi pada oksigen terlarut (DO) harian selama penelitian

berlangsung dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan hasil pengamatan selama

priode kultur Gambar 3 dan Lampiran 2, terjadi fluktuasi pada parameter oksigen

terlarut (DO), di mana pada pagi hari pukul 06;00 nilai oksigen terlarut DO cukup

rendah dengan kisaran 3,2-5,7 mg/L dan nilai rata-rata mencapai 4,6 mg/L,

kemudian mulai meningkat pada pukul 10:00 dengan kisaran 3,8-6,1 mg/L dan

nilai rata-rata mencapai 5,1 mg/L, kemudian akan terus naik hinga pada pukul

14:00 dengan kisaran 3,1-6,3 mg/L dan nilai rata-rata mencapai 5,2 mg/L.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Avnimelech (2009),

fluktuasi yang terjadi pada oksigen terlarut (DO) sangat mempengaruhi fluktuasi

yang terjadi pada parameter nitrit dan nitrat di mana hal ini berkaitan dengan

proses nitrifikasi, hasil tersebut sama seperti yang diperoleh pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil pengamatan, fluktuasi yang terjadi pada oksigen terlarut (DO),

dipengaruhi oleh suhu yang berubah secara signifikan pada pagi ke siang hari,

selain itu fluktuasi juga dipengaruhi oleh aktifitas kerja bakteri dalam proses

pengubahan senyawa-senyawa organik. Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam

budidaya ikan sistem bioflok sangat bergantung pada proses fotosintesis yang

dilakukan oleh fitoplankton dan proses suplai oksigen oleh aerasi.

19
Radhiyufa (2011) menyatakan bahwa oksigen dalam suatu perairan atau

bak berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas di lingkungan dan hasil

fotosíntesis organisme yang hidup dalam perairan. Menurut Arifin (2016), secara

umum, ikan nila dapat hidup dalam air dengan kandungan oksigen 3 – 5 mg/L.

Fluktuasi DO harian (mg/L)


7

5
DO (mg/L)

3
Pukul 06:00
2 Pukul 10:00
Pukul 14:00
1

0
1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 15 22 23 25 26 27 32 34 35 36 39 40 41 42

Masa pemeliharaan (Hari)

Gambar 3. Fluktuasi oksigen terlarut (DO) harian air media pemeliharaan ikan
nila (Oreochromis niloticus).
Oksigen terlarut (DO) memegang peran penting dalam sistem budidaya

terutama pada sistem budidaya intensif seperti teknologi bioflok, hal ini

dikarenakan aktivitas metabolisme mikroba untuk mendekomposisi bahan organik

mengharuskan adanya jumlah oksigen yang cukup secara kontinu (Maryam,

2010). Kadar oksigen yang cukup di dalam wadah pemeliharaan disebabkan oleh

adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses

fotosintesis (Radhiyufa, 2011). Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat dari

bahan bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan

energi cahaya matahari (Raharjo dkk., 2018). Tumbuhan air efektif meningkatkan

kadar oksigen dalam air melalui proses fotosintesis (Puspitaningrum dkk., 2012).

20
Dalam penelitian ini digunakan aerator untuk menyuplai oksigen dan juga

membantu dalam proses pengadukan limbah-limbah organik agar tidak

mengendap di dasar perairan. Menurut Widodo dkk (2020), tujuan pengunaan

aerator adalah agar kandungan oksigen dalam air itu cukup dan gas serta zat yang

biasanya menimbulkan bau busuk dapat terusir dari air. Ma’in (2013),

menjelaskan bioflok terbentuk pada kondisi aerob sehingga konsentrasi oksigen

terlarut harus selalu terpenuhi, selanjutnya Ma’in (2013), menyatakan bahwa

dibutuhkan aerasi yang kuat agar proses pencampuran atau pengadukan dapat

berjalan dengan baik dan mempertahankan suspensi flok mikroba. Oksigen

terlarut, proses metabolisme, dan berbagai reaksi kimia yang terdapat dalam

badan air sangat dipengaruhi oleh suhu (Hermawan dkk., 2014). Selama penelitian

berlangsung terjadi fluktuasi yang cukup signifikan pada kandunga DO, fluktuasi

tersebut dipengaruhi oleh suhu dan aktifitas kerja bakteri, namun flutuasi tersebut

masih dapat ditoleransi oleh ikan.

4.1.3 Nilai pH

Fluktuasi yang terjadi pada nilai pH harian selama penelitian berlangsung

dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan hasil pengamatan selama priode kultur

Gambar 4 dan Lampiran 3, perbedaan nilai pH yang terjadi selama penelitian

terlihat cukup berfluktuasi, di mana konsentrasi pH terendah terdapat pada pukul

06:00 dengan kisaran 4,47-5,68 dan nilai rata-rata 5,14 kemudian nilai pH akan

mulai naik pada jam 10;00 dengan kisaran 5,3-5,98 dan nilai rata-rata mencapai

5,50 setelah itu mulai turun pada jam 14:00 dengan kisaran 4,78-6,41 dan nilai

rata-rata mencapai 5,49.

21
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Avnimelech (2009),

fluktuasi yang terjadi pada nilai pH sangat dipengaruhi oleh parameter amonia di

mana hal ini berkaitan dengan proses dekomposisi bahan-bahan organic yang

terdapat di dalam bak pemeliharaan dan proses respirasi ikan di mana

menghasilkan CO2 yang dapat menurunkan nilai pH, hasil tersebut sama seperti

yang diperoleh pada penelitian ini. Menurut Suryaningrum (2012) kisaran nilai

pH adalah antara 1 sampai dengan 14 dan dari nilai tersebut nilai 7 merupakan pH

normal. Secara umum angka pH yang ideal adalah antara 4 – 9, namun untuk

pertumbuhan yang optimal ikan nila, pH yang ideal adalah berkisar antara 6 – 8

(Arifin, 2016). Keasaman (pH) yang tidak optimal dapat menyebabkan ikan

stress, mudah terserang penyakit, produktivitas menurun dan pertumbuhan rendah

(Diansari dkk, 2013).

7 Fluktuasi pH harian

4
pH

3
Pukul 06:00
2 Pukul 10:00
Pukul 14:00
1

0
1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 15 22 23 25 26 27 32 34 35 36 39 40 41 42

Masa pemeliharaan (Hari)

Gambar 4. Fluktuasi pH harian air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis


niloticus)

22
Fluktuasi yang terjadi pada nilai pH berkaitan dengan proses dekomposisi

dan nitrifikasi, proses ini menghasilkan asam-asam organik yang dapat

menurunkan pH (Subowo, 2010). Effendi (2003), menjelaskan pada waktu malam

hari sampai menjelang pagi hari, semua biota di dalam air termasuk ikan yang

sedang dibudidayakan mengalami respirasi, sehingga menghasilkan senyawa CO2

yang menyebabkan pH air bak tersebut turun. Kenaikan pH terjadi pada siang hari

menunujukkan terjadinya proses kimia dan biologi berupa proses fotosisntesis

dari fitoplankton, mikroalga, dan tanaman air lainnya yang menghasilkan O2

(Radhiyufa, 2011). Dalam penelitian ini digunakan kapur berjenis dolomit untuk

meningkatkan pH air budidaya, kapur yang merupakan kelompok karbonat seperti

kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2) lazim digunakan dalam upaya

meningkatkan pH tanah dan air karena akan terdisosiasi menjadi ion Ca 2+, Mg2+

dan CO32-) di dalam tanah dan air (Rizki dkk, 2021)

4.1.4 Amonia (NH3)

Berdasarkan hasil pengamatan selama priode kultur Gambar 5 dan

Lampiran 4 terjadi fluktuasi pada parameter amonia (NH 3), di mana konsentrasi

amonia terendah terdapat pada hari pertama dengan dengan nilai 0,21 mg/L, dan

konsentrasi amonia tertinggi terdapat pada hari ke-5, hari ke-23, dan hari ke-34

dengan nilai yang sama yaitu 0,77 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Avnimelech (2009), pola fluktuasi yang terjadi pada konsentrasi

amonia sangat dipengaruhi oleh parameter suhu dan pH di mana hal ini berkaitan

dengan proses perombakan bahan-bahan organic yang terdapat di dalam bak

pemeliharaan.

23
Radhiyufa (2011), menjelaskan amoniak akan membentuk kesetimbangan

antara bentuk toksik (NH3) dan ion amonium non toksik (NH 4+) yang masih dapat

dimanfaatkan dalam pertumbuhan fitoplankton. Menurut Effendi (2003), kadar

amonia di perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter, namun menurut Crab

(2010), Amonia-N bersifat toksik pada ikan kultur jika konsentrasinya sudah

berada di atas 1,5 mg/L. Sementara itu, konsentrasi amonia pada perlakuan

bioflok menunjukkan nilai yang masih bisa ditoleransi oleh ikan.

Fluktuasi Amonia (mg/L)


0.9
Amonia nitrogen (mg/L)

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 3 5 8 10 12 15 22 25 27 32 34 36 39 41

Masa pemeliharaan (Hari)

Gambar 5. Fluktuasi amonia-nitrogen air media pemeliharaan ikan nila


(Oreochromis niloticus).

Menurut Sitohang dkk (2018), saat suhu dan pH mengalami peningkatan

maka akan berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme ikan, sehingga feses yang

dihasilkan juga meningkat. Selanjutnya Sitohang dkk (2018), menyatakan bahwa

meningkatnya jumlah feses dalam wadah budidaya dapat berdampak terhadap

jumlah amonia yang terbentuk. Muarif (2016), menambahkan senyawa yang

bersifat toksik seperti amonia umumnya akan meningkat dengan meningkatnya

24
suhu. Menurut Hastuti (2011), sebagian besar pakan yang diberikan akan

dimanfaatkan untuk pertumbuhan, namun sebagian lagi akan diekskresikan dalam

bentuk kotoran padat dan amonia terlarut (NH3) dalam air. selanjutnya Hastuti

(2011), menyatakan bahwa amonia dimanfaatkan oleh bakteri nitrifikasi dan

denitrifikasi yang mengkonversi amonia menjadi nitrit, nitrat, dan gas N2, yang

dimanfaatkan oleh bakteri flok. Menurut Effendi (2003), dalam proses nitrifikasi,

amonia akan berinteraksi dengan oksigen terlarut dan menghasilkan nitrit,

pemanfaatan nitrogen yang terdapat dalam bak budidaya oleh bakteri dapat

memproduksi protein mikroba yang selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh ikan

(Suryaningrum, 2012). Penambahan bahan berkarbon ini terbukti mampu

mengurangi nitrogen anorganik dan menggantikan protein pakan (Avnimelech,

1999).

4.1.5 Nitrit (NO2)

Berdasarkan hasil pengamatan selama priode kultur Gambar 6 dan

Lampiran 5 terjadi fluktuasi pada parameter nitrit (NO 2), di mana konsentrasi

nitrit (NO2) terendah terdapat pada hari ke-5 dengan nilai 0,22 mg/L, selanjutnya

konsentrasi nitrit tertinggi terdapat pada hari ke 27 dengan nilai 1,92 mg/L dan

diikuti oleh hari ke-25, hari ke-32, dan hari ke-34 dengan nilai yang sama yaitu

1,84 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Avnimelech (2009),

pola fluktuasi yang terjadi pada konsentrasi nitrit sangat dipengaruhi oleh

parameter oksigen terlarut (DO) dan pH di mana hal ini berkaitan dengan proses

perombakan senyawa amoniak yang terdapat di dalam bak pemeliharaan.

Terjadinya proses nitrifikasi dalam bak pemeliharaan dapat dilihat dengan

membandingkan nilai amonia, nitrit, dan nitrat, di mana saat nilai amonia tinggi

25
maka nilai nitrit rendah dan sebaliknya (Maryam, 2010). Menurut (Effendi, 2003)

kadar nitrit pada perairan yang mampu untuk menunjang kehidupan yaitu dibawah

1 mg/L.

Fluktuasi Nitrit (mg/L)


2.5

2
Nitrit nitrogen (mg/L)

1.5

0.5

0
1 3 5 8 10 12 15 22 25 27 32 34 36 39 41

Masa pemeliharaan (Hari)

Gambar 6. Fluktuasi nitrit-nitrogen air media pemeliharaan ikan nila


(Oreochromis niloticus).

Senyawa nitrit dihasilkan dari suatu proses oksidasi biokimia ammonium,

tetapi sifatnya tidak stabil karena dalam kondisi aerobik, selama nitrit terbentuk

dengan cepat nitrit akan dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter (Marsidi

& Herlambang, 2002). Menurut Hastuti (2011), amonia dimanfaatkan oleh bakteri

nitrifikasi dan denitrifikasi yang mengkonversi amonia menjadi nitrit. Selanjutnya

Hastuti (2011), menyatakan bahwa proses nitrifikasi melibatkan bakteri

pengoksidasi amonia yang bersifat autotrofik, yaitu kelompok bakteri yang

berperan dalam proses oksidasi amonia menjadi nitrit pada siklus nitrogen. Proses

perombakan oleh bakteri nitrifikasi dengan mengoksidasi amonia menjadi nitrit

adalah nitrifikasi, sedangkan perombakan nitrat oleh bakteri denitrifikasi dengan

26
mereduksi nitrat menjadi nitrit dengan kadar oksigen yang rendah adalah proses

denitrifikasi (Effendi, 2003)

4.1.6 Nitrat (NO3)

Berdasarkan hasil pengamatan selama priode kultur Gambar 7 dan

Lampiran 6, terjadi fluktuasi pada parameter Nitrat (NO3), di mana konsentrasi

nitrat terendah terdapat pada hari pertama dengan nilai 2,21 mg/L, selanjutnya

konsentrasi nitrat tertinggi terdapat pada hari ke 12 dengan nilai 35,1 mg/L,

selanjutnya diikuti oleh hari ke-32 dan hari ke-34 dengan nilai yang sama yaitu 35

mg/L. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Avnimelech (2009), pola

fluktuasi yang terjadi pada konsentrasi nitrat sangat dipengaruhi oleh parameter

oksigen terlarut (DO) di mana hal ini berkaitan dengan proses perombakan

senyawa nitrit menjadi nitrat dan sebaliknya yang terdapat di dalam bak

pemeliharaan. Menurut Oktavia dkk (2012), batas maksimal yang dianjurkan yaitu

30 mg/L. Namun menurut Taw (2014) peningkatan kandungan nitrat sampai 40

mg/L tidak membahayakan bagi organisme kultur.

27
Fluktuasi Nitrat nitrogen (mg/L)
40
Nitrat nitrogen (mg/L) 35
30
25
20
15
10
5
0
1 3 5 8 10 12 15 22 25 27 32 34 36 39 41

Masa pemeliharaan (Hari)

Gambar 7. Fluktuasi Nitrat-nitrogen air media pemeliharaan ikan nila


(Oreochromis niloticus).

Komposisi nitrogen anorganik nitrat sangat dipengaruhi oleh kandungan

oksigen bebas dalam air (Hastuti, 2011). Proses nitrifikasi merupakan reaksi

oksidasi, yaitu proses pembentukan nitrit atau nitrat dari amonia (Hastuti, 2011).

Adanya nitrat di dalam bak bioflok menandakan bahwa adanya proses nitrifikasi

yang berlangsung (Maryam, 2010). Nitrat juga diprngaruhi proses suplai oksigen

dan pengadukan yang berlangsung secara terus-menerus di dalam wadah

pemeliharaan (Ombong & Salindeho, 2016)

4.1.7 Volume Flok

Berdasarkan hasil pengamatan volume flok selama priode kultur Gambar 8

dan Lampiran 7, perbedaan volume flok yang terjadi selama penelitian terlihat

cukup berfluktuasi, di mana volume flok terendah terdapat pada hari ke-11 dengan

nilai sebesar 4 mL/L, volume flok tertinggi selama masa pemeliharaan terdapat

pada hari ke-36 dengan nilai mendekati 35 mL/L kemudian diikuti oleh hari ke-42

dengan nilai 33 mL/L dan hari ke-41 dengan nilai 29 mL/L. Berdasarkan hasil

28
penelitian yang dilakukan oleh Avnimelech (2009), pola fluktuasi yang terjadi

pada volume flok sangat dipengaruhi oleh parameter suhu, oksigen terlarut (DO),

pH, amonia, nitrit dan nitrat di mana hal ini berkaitan dengan proses perombakan

sisa pakan dan feses hasil metabolisme yang terdapat di dalam bak pemeliharaan.

Selama priode penelitian dilakukan pengontrolan kepadatan flok menggunakan

wadah kerucut (Imhoff cone) berkapasitas 1 liter. Berdasarkan volumenya

bioflok digolongkan padat bila volume flok di dalam air mencapai > 20 mL/L,

sedang bila volume flok mencapai 10–20 mL/L, rendah bila volume flok

mencapai 1–10 mL/L dan sangat rendah bila volume flok mencapai < 1 mL/L

(Pantjara dkk., 2010).

Volume Flok (ml/L)


40
35
30
Flok (ml/L)

25
20
15
10
5
0
11 12 13 15 22 23 25 26 27 32 34 35 36 39 40 41 42

Masa pemeliharaan (Hari)

Gambar 8. Volume flok pada air media pemeliharaan ikan nila (Oreochromis
niloticus) selama penelitian

Volume flok adalah jumlah padatan tersuspensi yang diendapkan selama

periode waktu tertentu pada wadah kerucut terbalik atau tabung conical

(Avnimelech, 1999). Sitohang dkk (2018) menjelaskan ketebalan flok akan terus

meningkat seiring dengan pemberian bakteri dan sumber karbon secara terus

29
menerus dan diimbangi pemberian pakan yang akan menghasilkan sisa pakan

dalam bentuk amonia,

Menurut Effendi (2003), untuk memproduksi protein mikroba, amonia akan

melalui proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri. Dilakukan penambahan karbon

pada bak bioflok, agar bakteri mampu untuk memproduksi protein mikroba yang

selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh ikan (Suryaningrum., 2012). Pada pada hari

ke-36 kepadatan flok sudah sangat tinggi, yakni mendekati 40 mL/L, sehingga

dilakukan pengantian air medium kultur sebanyak 20% setelah pengantian air,

kepadatan bioflok turun menjadi 24 mL/L pada hari ke-39 dan perlakuan ini sama

seperti yang dilakukan oleh (Ombong & Salindeho, 2016).

Menurut Avnimelech (2009), pada sistim bioflok, nilai amoniak akan mulai

meningkat sejak hari pertama kultur dan peningkatan akan terjadi dengan cepat

sejak hari ke-10 dan akan mencapai puncak (±20ppm) sekitar hari ke 18,

kemudian mulai menurun. Sementara hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

amoniak mulai meningkat sejak hari pertama dan mencapai puncak (0,77) sekitar

hari ke 5, namun terjadi fluktuasi secara terus menerus hingga hari ke 41 dengan

nilai 0,69.

Selanjutnya menurut Avnimelech (2009), nilai nitrit akan mulai meningkat

dengan cepat pada saat nilai amoniak mulai turun, yaitu pada hari ke 20 masa

kultur, dan nilai nitrit akan meningkat dengan cepat sampai memuncak (±25ppm)

mendekati hari ke 30 masa kultur. Penurunan amoniak dan peningkatan nitrit

pada hari ke 20 menunjukkan bahwa bakteri nitrosomonas mulai bekerja

maksimal untuk merubah amoniak menjadi nitrit. Sementara pada penelitian ini

nilai nitrit mulai meningkat sejak hari pertama kultur dan peningkatan akan terjadi

30
dengan cepat sejak hari ke-5 dan mencapai puncak (1,92) sekitar hari ke 27,

kemudian mulai menurun. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini memeiliki

kemiripan dengan yang diperoleh Avnimelech (2009), dimana nitrit akan

memuncak sekitar hari ke-30.

Untuk nilai nitrat, menurut Avnimelech (2009), peningkatan akan terjadi

bersamaan dengan nilai nitrit, meskipun peningkatan nitrat terjadi secara perlahan,

setelah hari ke 30, ketika nilai nitrit mulai menurun, nilai nitrat meningkat dengan

cepat dan mencapai puncak (±40ppm) pada hari ke 40, dan nilai tersebut akan

konstan. Penurunan nilai nitrit yang diikuti peningkatan nilai nitrat pada

menjelang hari ke 30 masa kultur menunjukkan bahwa bakteri nitrobacter mulai

bekerja maksimal merubah nitrit menjadi nitrat. Sementara hasil penelitian ini

menunjukkan peningkatan nilai nitrat terjadi bersamaan dengan nilai nitrit,

meskipun peningkatan nitrat terjadi secara konstan dengan sedikit fluktuasi dari

hari ke 12-32. Nilai nitrat meningkat (35,1) pada hari ke-12, dan nilai tersebut

mulai berjalan stabil walapun terdapat sedikit fluktuasi.

Berdasarkan hasil pengamatan pola fluktuasi yang terjadi pada parameter

ammonia, nitrit dan nitrat sangat dipengaruhi oleh parameter suhu, oksigen

terlarut (DO) dan pH. Pola fluktuasi yang terjadi juga berkaitan dengan

pemberian pakan yang dilakukan secara ad libitum dan tidak dilakukanya

penambahan molase. Sisa pakan yang tidak terkonsumsi mengedap di dasar

perairan ditamba lagi tidak dilakukannya penembahan molase menyebabkan

aktifitas kerja bakteri dalam proses sitesis bahan-bahan organic menjadi tidak

stabil dan mempengaruhi pola fluktuasi yang terjadi selama priode kultur.

4.2 ertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

31
Hasil pengamatan laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan

nila yang dipelihara selam 6 minggu dapat dilihat pada Gambar 9 dan Lampiran 8.

Berdasarkan gambar tersebut ikan nila yang dipelihara menggunakan teknologi

bioflok dengan ukuran 8-12 cm dan padat tebar 1500 ekor memiliki pertambahan

berat yang terus meningkat setiap minggunya dari berat awal 30,19 g/ekor hinga

mencapai 87,3 g/ekor. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh pertumbuhan mutlak

sebesar 57,11 gram, pertumbuhan spesifik sebesar 1,5%, rasio konversi pakan

(FCR) 1,2 dan survival rate sebesar 97%.

Flok berfungsi sebagai pakan ikan, flok selalu tersedia dalam bak

pemeliharaan sehingga dapat menyebabkan tingkat konsumsi ikan terhadap pakan

pellet pada perlakuan bioflok lebih rendah (Maryam, 2010). Selanjutnya Maryam

(2010), menyatakan bahwa pemanfaatan flok sebagai pakan ikan menjadi faktor

yang dapat menurunkan rasio konversi pakan.

100
87.3
90
78.8
80
70 64.43
Bobot ikan (gram)

60 53.1
50
41.33
40
30.19
30
20
10
0
1 8 15 22 32 39

Masa pemeliharaan (Hari)

32
Gambar 9. Pertambahan berat ikan nila (Oreochromis niloticus) selama kurang
lebih 45 hari penelitian

Hasil pengamatan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan

nila menunjukan, ikan nila yang dikultur dengan teknologi bioflok pada

percobaan ini memiliki pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang cukup bagus

dibandingkan dengan yang dilaporkan pada hasil-hasil penelitian sebelumnya.

(Sari dkk., 2017) melaporkan bahwa laju pertumbuhan harian ikan nila yang

dikultur pada wadah bak terpal selama tiga bulan antara 1,43 – 2,32 %.

Pertambahan berat pada ikan nila sangat dipengaruhi oleh kualitas air pada media

pemeliharaan.

Dalam penelitian ini, parameter kualitas air memiliki peranan penting dalam

menunjang pertumbuhan ikan. Setiap parameter kualitas air baik suhu, oksigen

terlarut (DO), pH, amonia, nitrat, dan, nitrit memiliki peranan penting dalam

pertumbuhan, konversi pakan dan kelangsungan hidup ikan nila (Yanuar, 2017).

Kualitas air yang baik selama penelitian, berdampak baik pada pertumbuhan,

konversi pakan, dan menurunkan tingkat mortalitas pada ikan nila (Effendi,

2003). Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian berada pada kisaran

yang layak, kecuali suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO). Di mana terjadi fluktuasi

yang cukup signifikan antara pagi ke siang hari, namun fluktuasi tersebut masih

dapat ditoleransi oleh ikan dibuktikan dengan tingkat mortalitas yang rendah

selama penelitian.

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila juga sangat dipengaruhi oleh kualitas

pakan, hama, dan penyakit bahkan padat penebaran dalam suatu wadah

pemeliharaan (Mulqan dkk, 2017). Parameter kualitas air diperairan seperti kadar

33
oksigen terlarut, pH, suhu, amonia, sangat mempengaruhi kelangsungan hidup

organisme yang ada diperairan itu ( Siegers., 2019).

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan, suhu maksimum

berada pada pukul 14:00 dengan nilai 31,7oC, suhu minimum berada pada pukul

06:00 dengan nilai 21,1oC dan suhu rata-rata selama penelitian adalah sebesar

27,2oC. Nilai oksigen terlarut (DO) maksimum berada pada pukul 14:00 dengan

nilai 6,3 mg/L, nilai oksigen terlarut (DO) minimum berada pada pukul 06:00

dengan nilai 3,2 mg/L dan nilai rata-rata oksigen terlarut (DO) adalah sebesar 5,05

mg/L. Nilai pH maksimum berada pada pukul 14:00 dengan nilai 6,41, nilai pH

minum berada pada pukul 06:00 dengan nilai 4,47 dan nilai pH rata-rata adalah

sebesar 5,40.

34
Nilai amonia maksimum 0,77 mg/l, minimum 0,21 dan rata-rata 0,58, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa amoniak mulai meningkat sejak hari pertama

dan mencapai puncak (0,77) sekitar hari ke 5. Nilai nitrit (NO 2) maksimum 1,92,

minimum 0,12 dan rata-rata 1,12, hasil penelitian ini menunjukan bahwa

peningkatan nitrit (NO2) terjadi dengan cepat sejak hari ke-5 dan mencapai

puncak (1,92) sekitar hari ke 27, kemudian mulai menurun. Nilai nitrat (NO 3)

maksimum 35,1, minimum 2,21 dan rata-rata 25,21, nilai nitrat meningkat (35,1)

pada hari ke-12, dan nilai tersebut mulai berjalan stabil walapun terdapat sedikit

fluktuasi.

Kepadatan flok tertinggi berada pada hari ke-34 dengan nilai 34 ml/L

terendah berada pada hari ke-11 dengan nilai 4 ml/L dan kepadatan flok rata-rata

adalah sebesar 23 ml/L Kultur ikan nila pada sistem bioflok memiliki

pertumbuhan mutlak 57,11 gram, pertumbuhan spesifik 1,5%, rasio konversi

pakan (FCR) 1,2 dan survival rate sebesar 97%.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat fluktuasi parameter

kualitas air dan perkembangan flok yang terjadi pada minggu-minggu berikutnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Adharani, N., Soewardi, K., Dhamar Syakti, A., & Hariyadi, S. (2016). Water
Quality Management Using Bioflocs Technology: Catfish Aquaculture
(Clarias sp.). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 21(1), 35–40.
https://doi.org/10.18343/jipi.21.1.35
Arifin, Y. (2016). Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila ( Oreochromis. Sp )
Strain Merah Dan Strain Hitam Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas.
Jurnal Ilmiah, 16(1), 159–166. https://media.neliti.com.
Avnimelech, Y. (2009). Biofloc technology [Power Poin slides]. Retrieved from
Yoram-BFT Brief Summary 2009.pdf
Avnimelech, Y. (1999). Carbon/nitrogen ratio as a control element in aquaculture
sistem. Jurnal Aquaculture 176, 227-235.
Azhari, D., & Tomasoa, A, M. (2018). Kajian Kualitas Air dan Pertumbuhan Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) yang Dibudidayakan dengan Sistem
Akuaponik. Akuatika Indonesia, 3(2), 84. https://doi.org/10.24198/jaki.v3i2.

36
23392
Baskoro, F., Gazali, A. M. F. R., & Kholis, N. (2021). Perancangan Sistems
Pengendalian pH Air Berbasis Arduino Uno Pada Budidaya’ikan Air Tawar.
Jurnal Teknik Elektro, 10(2), 299–305.
Crab R. 2010. Bioflocs technology: an integrated system for the removal of
nutrients and simultaneous production of feed in aquaculture. Ph.D Thesis.
Faculty of Bioscience Engineering, Gein Universiteit
De Schryver, P., Crab, R., Detroit, T., Boon, N., Verstrate, W. (2008). The Basic
of Bioflock Technology : The Added Value for Aquaculture, 227: 125-137.
De Schryver, P., Verstraete W. (2009). Nitrogen Removal from Aquaculture Pond
Water by Heterotrophic Nitrogen Assimilation in Lab-Scale Sequencing
Batch Reactors. Bioresource Technology. 100(3): 11621167.
http://doi.org/d24f5t
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan
Lingkungan Perairan. Gramedia. Jakarta. 257 hal.
Diansari, R, V, R., Arini, E., & Elfitasari, T. (2013). The influence of different
density towards survival rate and growth of tilapia (Oreochromis niloticus) in
recirculation system with zeolite filter. Jurnal Aquakultur Manajemen Dan
Teknologi, 2(3), 37–45. https://ejournal3.undip .ac.id/index.php
/jamt/article /view/4791
Ekasari. (2009). Teknologi Bioflok: Teori dan aplikasi dalam perikanan budidaya
sistem intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 117- 126.
Hastuti, Y, P. (2011). Nitrifikasi dan denitrifikasi di tambak Nitrification and
denitrification in pond. Jurnal Akuakultur Indonesia, 10(1), 89–98.
Hermawan, T, E, S., Sudaryono, A., & Prayitno, S, B. (2014). Pengaruh Padat
Tebar Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Lele
(Clarias gariepinus) dalam Media Bioflok. Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2(3), 35–42. http://ejournal-s1.undip.ac.id
/index.php/jfpik
Kurniallah, W. (2018). Analisis Produktivitas Budidaya Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dalam Rice-Fish Culture Sistem pada Area Bekas Tambang
Industri Semen di Kabupaten Tuban. Master Thesis. 1–160 hal.
Lukman, M., & Mumpuni, F. S. (2014). Efektivitas Pemberian Akar Tuba (Derris
elliptica) Terhadap Lama Waktu Kematian Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Pertanian, 5(1), 22–31.
Ma’in., Sutrisno, A., Setia, B, S. (2013). Kajian Dampak Lingkungan Penerapan
Teknologi Bioflok Pada Kegiatan Budidaya Udang Vaname Dengan Metode
Life Cycle Assessment. Jurnal Ilmu Lingkungan. 11(2), 110–119.
Marsidi, R., & Herlambang, A. (2002). Proses Nitrifikasi Dengan Sistem Biofilter
Untuk Pengolahan Air Limbah Yang Mengandung Amoniak Konsentrasi
Tinggi. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3(3), 195–205.

37
Maryam, S. (2010). Budidaya Super Intensif Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp).
Dengan Teknologi Bioflok: Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup Dan
Pertumbuhan. Skipsi Institut Pertanian Bogor.
Mcintosh, R, P. (2000). Changing paradigms in shrimp farming : V. establishment
of heterotrophic bacterial communities. Global Aquaculture Alliance. The
Advocate, 52-54.
Muarif, M. (2016). Karakteristik Suhu Perairan Di Bak Budidaya Perikanan.
Jurnal Mina Sains, 2(2), 96–101. https://doi.org/10.30997/jms.v2i2.444
Mulqan, M., Afdhal, S., Rahimi, E., & Dewiyanti, I. (2017). Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Gesit (Oreochromis niloticus) Pada
Sistem Akuaponik Dengan Jenis Tanaman Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah, 2(1), 183–193. Retrieved
from https://media.neliti.com/media/publicatio ns/188527-ID-pertumbuhan-
dan- kelangsungan-hidup-benih.pdf
Oktavia, D, A. 2012. Pengolahan Limbah Cair Perikanan Menggunakan
Konsorsium Mikroba Indigenous Proteolitik Dan Lipolitik. Agrointek, 6(2):
65-71
Ombong, F., & Salindeho, I. R. . (2016). Aplikasi teknologi bioflok (BFT) pada
kultur ikan nila, (Orechromis niloticus). E-Journal Budidaya Perairan, 4(2),
16–25. https://doi.org/10.35800/bdp.4.2.2016. 13018.
Pantjara, B., Nawang, A., Usman, U., & Syah, R. (2010). Budidaya Udang
Vaname Sistem Bioflok. Media Akuakultur, 5(2), 93. https://doi.org/10.
15578/ma.5.2.2010.93-97
Pauji, A. (2007). Beberapa teknik Produksi Induk Unggul ikan nila dan ikan
Mas.Disampaikan pada pelatihan tenaga teknis sewilayah timur Indonesia.
BBAT Tatelu, Manado.
Puspitaningrum, M., Izzati, M., & Haryanti, S. (2012). Beberapa Tumbuhan Air.
Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 10(Maret), 47–55.
Puspitasari, A., Isyanto, A. Y., & Aziz, S. (2020). Penerapan Teknologi Bioflok
Pada Budidaya Ikan Nila Di Desa Cibuniasih Kabupaten Tasikmalaya.
Abdimas Galuh, 2(2), 175. https://doi.org/10.25157/ag.v2i2.4101
Putri, B., Wardiyanto, W., & Supono, S. (2015). Efektivitas Penggunaan
Beberapa Sumber Bakteri Dalam Sistem Bioflok Terhadap Keragaan Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). E-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya
Perairan, 4(1), 433–438.
Radhiyufa, M. (2011). Dinamika Fosfat dan Klorofil Dengan Penebaran Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) pada Bak Budidaya Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Sistem Heterotrofik. (Skripsi) Program Studi Biologi Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 9.
Raharjo, S., Kurniawan, E., & Nurcahya, E. D. (2018). Sistem Otomatisasi
Fotosintesis Buatan Pada Aquascape Berbasis Arduino. Komputek, 2(1), 39.
https://doi.org/10.24269/jkt.v2i1.66

38
Rahmatillah, R., Chezy W, V., A.Haitami. (2018). Analisis Usaha Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Di Desa Beringin Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Agri Sains Vol, 2 No.2.
Rizki, R, R., Nafsiyah, I., & Afreza, D. (2021). Analisis Nilai pH Sebelum dan
Setelah Penggunaan Kapur Dolomit [(CaMG (CO3)] Terhadap Kegiatan
Minapadi di Desa Sungai Dua. Jurnal Ilmu Perikanan Air Tawar, 2(2), 7–11.

Salmin. (2005). Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,
30(3), 21–26.z
Siegers, W, H., Yudi, P., & Annita, S.(2019). Pengaruh Kualitas Air Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana ( Oreochromis sp . ) Pada Tambak Payau.
The Journal of Fisheries Development, 1* 1(11), 95–104.
Sitohang, M, L., Fitrani, M., & Jubaedah, D. (2018). Pemanfaatan Campuran
Buah Nanas, Air Cucian Beras, Dan Gula Sebagai Sumber Karbon Pada
Media Pemeliharaan Ikan Lele (Clarias sp) DENGAN Sistem Bioflok.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 6(1), 51–64. https://doi.org/10.36706
/jari.v6i1.7149
Soetjipto, W., Andriansyah, R., Rati A, Q, A., Tedy ,S., Hadi, S. (2019). Peluang
Usaha Dan Investasi Nila. Direktorat Usaha Dan Investasi Ditjen Penguatan
Daya Saing Produk Kelautan Dan Perikanan Kementerian Kelautan Dan
Perikanan. ISBN 978-623-95578-3-6, 20-21
Suryaningrum, F, M. 2012. Aplikasi teknologi boiflok pada pemeliharaan benih
ikan nila. Thesis. Program Pascasarjana Universitas Terbuka. 123 hal.
Tatang, S. (2017). "Pengaruh Suhu Udara dan Suhu Air Pada Ikan". Diakses pada
01 April 2023, dari https:// suksesmina. wordpress.com /2017/02/21/
pengaruh-suhu-udara-dan-suhu-air-pada-ikan/
Titiresmi., & Sopiah, N. (2006). Teknologi biofilter untuk pengolahan limbah
amonia. Jurnal Teknologi Lingkungan, 7(2), 173-179.
Wahyuningsih, S., & Gitarama, A. M. (2020). Amonia pada sistem budidaya
ikan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(2), 112-125.
Weatherly and Gill. (1989). The Biology Of Fish Growth. Academic Pres,
Toronto Canada. P. 443
Widodo, T., Irawan, B., Prastowo, A. T., & Surahman, A. (2020). Sistem
Sirkulasi Air Pada Teknik Budidaya Bioflok Menggunakan Mikrokontroler
Arduino UNO R3. Jurnal Teknik Dan Sistem Komputer, 1(2), 34–39.
https://doi.org/10.33365/jtikom.v1i2.12
Yanuar, V. (2017). Pengaruh Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap
Laju Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochiomis niloticus) Dan Kualitas Air
Di Akuarium Pemeliharaan. Jurnal Ziraa’ah, 42(2), 91–99.

39
Yugo, A. (2021). Mengenal Ancaman Nitrit dalam Budidaya Udang. Jala Tech,
19 January 2021. Diakses pada 01 April 2023, dari https://app.
jala.tech/kabar_ udang/mengenal-ancaman-nitrit-dalam-budidaya-udang
redirect=ttps://3A/2F/
2Fapp.jala.tech/%udang/3Fcategory/3Dpenyakitudang /26page/3D1.
Zhao, L., Wang, L., Huang, X., Guo, H, W., Feng, L., & Weil L. (2017). The
Effect Of Replacement Of Fish Meal By Yestextract On The Digestibility,
Growth And Musclecom Position Of The Shrimp Litopenacus Vannamei.
Aquaculture Research. Vol 48:311-32

LAMPIRAN

Lampiran 1. Fluktuasi suhu (oC) selama pemeliharaan ikan nila (oreochromis


niloticus).

Hari Pukul 06:00 Pukul 10;00 Pukul 14:00


1 27 29,3
2 26,7 30,5
3 26,8 28,6
4 27 29,1
5 27,5 27,9
6 27,9 30

40
8 27,5 29,8
9 27,6 29
10 21,3 26,9 28,5
11 23,8 26,9 29,4
12 23 26,8 29,8
13 21,9 27,8 30
15 21,1 27,3 27,6
22 23 26,9 29,1
23 24 27,3 29,5
25 24,1 28,4 30,9
26 21,6 28,8 31,5
27 21,2 29 31,2
32 24,5 29,1 28,9
34 22 28,1 30,3
35 23,6 28,7 29,3
36 22 28,2 29
39 23,5 28 30,3
40 24 27,5 28
41 24 29,1 30
42 25,8 28,3 31,7
Rata-rata 23,0222 27,7346 29,5846

Lampiran 2. Fluktuasi DO (mg/L) selama pemeliharaan ikan nila


(Oreochromis niloticus).

Hari Pukul 06:00 Pukul 10:00 Pukul 14:00


1 4,4 5,2
2 5,9 5
3 5,7 6,2
4 5,3 5,6
5 5,3 6,2
6 5,6 4,9
8 5,1 5,5
9 5,3 5
10 5,2 5,5 5,3

41
11 5,2 5,9 5,6
12 5 5,2 6
13 4,9 5,4 5,5
15 4,8 5,2 5,8
22 5,7 6 5,6
23 5,2 5,3 6
25 4,8 5,3 5,7
26 4,8 5,2 5,6
27 3,3 4,9 4,3
32 5,2 6,1 6,3
34 4,5 4,2 3,1
35 3,9 4,4 4
36 3,2 3,9 4,3
39 4,5 5,6 5,7
40 5,1 5,9 6
41 4 4,2 3,7
42 4 3,8 3,9
Rata-rata 4,62778 5,17692 5,23077

Lampiran 3. Fluktuasi pH selama pemeliharaan ikan nila (Oreochromis


niloticus).

Hari Pukul 06:00 Pukul 10:00 Pukul 14:00


1 5,27 5,26
2 5,13 5,19
3 5,4 5,45
4 5,89 5,26
5 5,25 5,63
6 5,14 5,31
8 5,25 5,1
9 5,29 5,14
10 4,47 5,21 5,28
11 4,64 5,3 5,6

42
12 5,19 5,41 4,78
13 4,71 5,61 5,17
15 4,62 5,31 5,69
22 5 5,65 5,56
23 5 5,37 5,39
25 5,12 5,34 5,68
26 5,22 5,74 5,94
27 5,6 5,92 6
32 5,68 5,74 6,41
34 5,31 5,57 5,58
35 5,12 5,31 5,12
36 5,27 5,51 5,92
39 5,16 5,81 5,79
40 5,5 5,79 5,47
41 5,38 5,91 5,21
42 5,67 5,98 5,97
Rata-rata 5,14778 5,50385 5,49615

Lampiran 4. Fluktuasi amonia (mg/L) selama pemeliharaan ikan nila


(Oreochromis niloticus).

Hari Amonia
1 0,21
3 0,37
5 0,77
8 0,51
10 0,63
12 0,69
15 0,43
22 0,77
25 0,62
27 0,53
32 0,46

43
34 0,77
36 0,73
39 0,61
41 0,69

Lampiran 5. Fluktuasi nitrit (mg/L) selama pemeliharaan ikan nila


(Oreochromis niloticus).

Hari Nitrit
1 0,22
3 0,71
5 0,12
8 0,55
10 0,77
12 0,73
15 0,98
22 1,23
25 1,84
27 1,92
32 1,84
34 1,84
36 1,43
39 1,45
41 1,27

Lampiran 6. Fluktuasi nitrat (mg/L) selama pemeliharaan ikan nila


(Oreochromis niloticus).

Hari Nitrat
1 2,21
3 5,31
5 11,15
8 9,18
10 30,4
12 35,1
15 29,6
22 28,6
25 31,1
27 31,2
32 35
34 35

44
36 34,9
39 29,18
41 30,25

Lampiran 7. Volume flok (mL/L) selama pemeliharaan ikan nila


(Oreochromis niloticus).

Hari Volume flok


11 4
12 15
13 16
15 17
22 22
23 20
25 18
26 21
27 29
32 22
34 28
35 32
36 34
39 24
40 27
41 29
42 33
Lampiran 8. Data peertambahan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus).

Hari Bobot ikan (gram)


1 30,19
8 41,33
15 53,1
22 64,43
32 78,8
39 87,3

Lampiran 9. Data pemberian pakan ikan nila (Oreochromis niloticus).

Jumlah Pakan
Hari (gram/hari)
1 1.200

45
8 1.200
15 1.800
22 2.400
32 2.400
39 2.400

Lampiran 10. Pembentukan media bioflok.

Proses Pengapuran

Proses Pengaraman

46
Proses Penebaran Molase

Proses Penebaran Probiotik

47
Alat ukur kualitas air

Lampiran 11. Alat ukur kualitas air.

Lampiran 12. Pengukuran kualitas air.

Pengukuran kualitas air

48

Anda mungkin juga menyukai