TAFRANI
SKRIPSI
adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun ke perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
TAFRANI
C24080063
ii
RINGKASAN
Ikan tambakan (H. temminckii) merupakan ikan air tawar yang bersifat
bentopelagik (hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli
tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus
tenang, dan banyak terdapat tanaman air. Umumnya di Indonesia ikan ini memiliki
nilai ekonomis penting dengan harga jual sekitar Rp. 12.000/kg (Prianto dkk 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makanan dan reproduksi ikan
tambakan.
Pengambilan contoh ikan dilakukan di perairan Lubuk Lampam, Sungai
Lempuing yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Oktober 2011 -
Desember 2011 dengan interval waktu pengambilan contoh satu bulan sekali.
Jumlah total ikan contoh yang diperoleh selama penelitian sebanyak 152 ekor, ikan
jantan (84 ekor) ikan betina (68 ekor). Ikan tambakan ditangkap dengan
menggunakan alat tangkap Bengkirai Bambu (box trap).
Jenis makanan utama ikan tambakan berupa Detritus diatas 55%, dan makan
lain berupa Diatom, Desmid, Green alga dan Blue Green Alga. Detritus yang
dimakan ikan tambakan berasal dari serasah-serasah tumbuhan air. Pola
pertumbuhan ikan tambakan adalah Isometrik yang artinya pertambahan panjang
seimbang dengan pertambahan berat. Hasil uji Chi-square diperoleh rasio kelamin
jantan dan betina sebesar 1:1,24 yang menunjukan terjadinya keseimbangan
populasi. Selama bulan penangkapan Oktober – Desember ikan tambakan yang
tertangkap memiliki TKG III dan TKG IV, hal ini diduga pada bulan tersebut
merupakan puncak pemijahan. Ikan tambakan jantan pertama kali matang gonad
pada ukuran 155 mm, sedangkan ikan betina pertama kali matang gonad pada
ukuran 169 mm. Indek kematangan gonad jantan dan betina tertinggi pada bulan
Oktober sebesar (3,04 ; 17,95) Fekunditas ikan tambakan berkisar antara 19.000 –
144.104 butir telur. Berdasarkan pola distribusi diameter telur, tipe pemijahan ikan
tambakan termasuk partial spawner yaitu ikan mengeluarkan telurnya secara
bertahap.
iii
MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TAMBAKAN
( HELOSTOMA TEMMINCKII, C.V 1829 )
DI PERAIRAN LUBUK LAMPAM, SUNGAI LEMPUING
SUMATERA SELATAN
TAFRANI
C24080063
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta
inayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi)
yang berjudul “Makanan dan Reproduksi Ikan tambakan (H. temminckii) di Perairan
Lubuk Lampam, Sungai Lempuing, Sumatra Selatan.
Segala bentuk kritik, masukan, dan saran sangat penulis harapkan untuk kajian
evaluasi dan perbaikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
vii
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan tambakan (H. temminckii) ....................................... 3
2.2. Morfologi Ikan tambakan (H. temminckii) ........................................ 4
2.3. Habitat dan Distribusi ........................................................................ 4
2.4. Kebiasaan Makanan ........................................................................... 5
2.4.1. Makanan dan Kebiasaan Makanan .......................................... 5
2.5. Faktor Kondisi ................................................................................... 6
2.6. Aspek Reproduksi.............................................................................. 6
2.6.1. Nisbah Kelamin ....................................................................... 6
2.6.2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ........................................ 7
2.6.3. Indek Kematangan Gonad (IKG)............................................. 7
2.6.4. Fekunditas................................................................................ 8
2.6.5. Diameter Telur dan Pola Pemijahan ........................................ 8
2.7. Kualitas Air........................................................................................ 9
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 11
3.2. Alat dan Bahan................................................................................... 11
3.3. Prosedur Penelitian ............................................................................ 12
3.3.1. Pengambilan Ikan Contoh di Lapangan................................... 12
3.3.2. Analisis Laboratorium ............................................................. 13
3.4. Analisis Data...................................................................................... 15
3.4.1. Perhitungan Jumlah Kelas Ukuran Ikan .................................. 15
3.4.2. Hubungan Panjang dan Berat .................................................. 15
ix
3.4.3. Faktor Kondisi ......................................................................... 16
3.4.4. Aspek Kebiasan Makanan ....................................................... 17
3.4.5. Aspek Biologi Reproduksi....................................................... 17
3.5. Analisis Kualitas Air.......................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 36
LAMPIRAN.................................................................................................... 36
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
4. Faktor Kondisi ikan tambakan (H. temminckii) jantan dan betina ........... 41
5. Nisbah kelamin ikan tambakan (H. temminckii) jantan dan betina .......... 41
xiii
1
1. PENDAHULUAN
1.2.Perumusan Masalah
Saat ini telah terjadi penurunan sumber daya hayati di daerah perairan Lubuk
Lampam, di khawatirkan hal ini akan terjadi pada ikan tambakan (H. temminckii)
yang merupakan ikan ekonomis penting mengalami kondisi yang sama seperti jenis-
jenis ikan lainnya yang tedapat di perairan Lubuk lampam. Untuk mencegah
ancaman kepunahan spesies ikan tambakan (H. temminckii) sebagai akibat dari
aktivitas penangkapan yang terus-menerus dilakakukan masyarakat sekitar dan
adanya pencemaran perairan, maka diperlukan adanya suatu upaya pengelolaan yang
baik untuk menjaga kelestarian ikan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menjamin ketersedian stok ikan tambakan (H. temminckii) di perairan Lubuk
Lampam adalah dengan pengembangbiakan populasi melalui upaya budidaya.
Sebelum upaya tersebut dapat dilakukan maka diperlukan informasi tentang
makanan dan reproduksi ikan tambakan adalah mutlak sangat diperlukan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
dan betina, perbedaan laju mortalitas, pertumbuhan, penyebaran ikan jantan dan
betina yang tidak merata, kondisi lingkungan serta faktor penangkapan.
2.6.4. Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu
ikan memijah (Effendie 2002). Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat
di dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau
fekunditas total, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat
atau panjang. Royce (1972) mengemukakan bahwa fekunditas total diartikan sebagai
jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama hidupnya, sedangkan fekunditas
relatif adalah jumlah telur persatuan berat. Fekunditas individu adalah jumlah telur
dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula (Nikolsky 1969).
Menurut makmur et al (2003) ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru
pertama kali memijah, fekunditasnya juga relarif lebih sedikit dibandingkan dengan
ikan yang berumur relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain itu
adanya fluktuasi fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki
ukuran yang tidak sama, sehingga ikan yang berukuran lebih besar juga akan
mempunyai fekunditas yang lebih besar. Hubungan antara fekunditas dengan
panjang total memperlihatkan bahwa semakin panjang tubuh ikan semakin besar
pula fekunditasnya.
Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar, pada umumnya memijah di
daerah permukaan sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil biasanya melindungi
telurnya dari pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau habitat
lainnya (Nikolsky 1963).
tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula (Effendie 1979). Ovarium
yang mengandung telur masak berukuran sama, menunjukkan waktu pemijahan
yang pendek, sebaliknya waktu pemijahan yang panjang dan terus menerus ditandai
dengan banyaknya ukuran telur yang berbeda di dalam.
Lama pemijahan dapat diduga dari frekuensi ukuran diameter telur. Ovarium
yang mengandung telur masak berukuran sama besar menunjukkan waktu
pemijahan yang pendek sedangkan ovarium yang mengandung telur masak dengan
ukuran yang bervariasi menunjukkan waktu pemijahan yang panjang dan terus-
menerus (Hoar 1969 in Novitriana 2004). Menurut Brojo dkk (2001) gonad Pada
TKG IV ikan mulai memasuki masa pemijahan, sebagian diameter telur sudah lebih
besar dibandingkan dengan diameter telur gonad pada TKG III.
3. METODE PENELITIAN
digital dengan sensifitas 0,0001 gram digunakan untuk menimbang bobot total dan
berat gonad ikan, kantong plastik digunakan untuk membungkus ikan yang telah
ditangkap dan dimasukan kedalam cool box, Mikroskop, gelas obyek dengan
penutup, cawan petri, dan pipet tetes, Alat bedah, gelas ukur digunakan untuk
menganalisis gonad dan isi perut ikan tambakan (H. temminckii), larutan formalin
10% dan 4% untuk mengawetkan ikan, gonad dan isi perut.
kemudian ambil 3 ml dari gonad yang telah diencerkan tersebut, hitung jumlah butir
telur yang terdapat dalam 3 ml.
K = 1 + (3,3 × Log n)
Keterangan : K = Jumlah kelas ukuran
n = Jumlah data pengamatan
b
W = aL
K (TI) = 105W/L3
Keterangan : K(TI) = faktor kondisi
W = berat rata-rata ikan dalam satu kelas (gram)
17
K = W/aLb
keterangan :
K = faktor kondisi
W = berat rata-rata ikan satu kelas (gram)
L = panjang total rata-rata satu kelas (mm)
a dan b = konstanta dari regresi
IPi = ( )
3.4.5.5. Fekunditas
Perhitungan Fekunditas dapat dilakukan dengan menggunakan metode
gabungan dan rumus yang dipakai menurut Effendie (1979) adalah sebagai
berikut :
F=
keterangan :
F = fekunditas (butir)
G = berat gonad (gram)
V = isi pengenceran (ml)
19
b
F = aL
Keterangan :
F = Fekunditas total (butir)
L = Panjang total ikan (mm)
a dan b = Konstanta
(Kryptopterus spp), baung (Hemibagrus nemurus), beringit (Mystus sp), dan ikan
sampa dari famili Cyprinidae.
Tabel 2. Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan Lubuk Lampam, Sungai
Lempuing
Stasiun
Parameter Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fisika
Suhu C 28 27 28 29 29 29 29 29.5 30
Arus m/s 33,31 21,5 10,62 153,35 330,62 0 328,3 21,37 21,62
Kecerahan cm 21 18 31 17 25 25 34 15 15
Kimia
Alkalinitas mg/l 20 50 40 20 20 60 40 60 60
akuatik yang selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen. Suhu air maksimal yang
dapat diikuti oleh perubahan suhu tubuh ikan adalah 40 0C (Jangkaru 2002). Arus
perairan berpengaruh terhadap proses ruaya atau pergerakan ikan, berdasarkan hasil
pengamatan kecepatan arus selama penelitian berkisar antara 0-330,62 m/s.
Kecerahan perairan selama penelitian berkisar antara 15 – 35 cm, dari kisaran
nilai tersebut terlihat perairan Lubuk Lampam mengalami tingkat kekeruhan yang
tinggi. Kekeruhan dapat mempengaruhi proses fotosintesis karena bisa menghambat
intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air. Selanjunya dapat
mempengaruhi pandangan dan pergerakan ikan sehingga ikan kesulitan untuk
mencari makan, memijah, ataupun beruaya (intensitas cahaya matahari berperan
sebagai perangsang alami untuk ikan dalam melakukan ruaya) yang pada akhirnya
mempengaruhi pertumbuhan ikan itu sendiri (Effendie 1997).
Kekeruhan yang terjadi diduga disebabkan oleh adanya pencampuran massa
air oleh angin dan arus pada saat terjadi banjir. Selain itu, banyaknya partikel lumpur
yang terbawa arus juga mempengaruhi kekeruhan perairan. Faktor - faktor kimia
perairan seperti pH, oksigen terlarut, dan alkalinitas dalam keadaan ekstrim
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan ikan, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Fluktuasi pH suatu perairan sangat ditentukan oleh
alkalinitas di perairan tersebut. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
alkalinitasnya (Effendie 1997).
Kisaran rata-rata nilai pH, oksigen terlarut, dan alkallinitas pada semua stasiun
penelitian masih dalam batas aman (Tabel 2). Oksigen dibutuhkan oleh sel untuk
berbagai reaksi metabolisme. Oleh karena itu, kelangsungan hidup ikan sangat
ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya.
Kandungan oksigen dalam air tawar pada suhu 25 0C yaitu 5.77 - 8.24 mg/l dan
0
mengalami penurunan padasuhu 30 C yaitu 5.28 - 7.54 mg/l (Fujaya 2004).
Perairan yang mengandung oksigen terlarut kurang dari 3 mg/l mulai mengganggu
kehidupan ikan (Jangkaru 2002).
23
Betina Jantan
1,29
2,89 1,43 0,03
9,87 12,28
87,24 85,96
Gambar 4. Jenis makanan dan nilai IP (%) ikan tambakan (H. temminkii) jantan dan
betina di Sungai Lempuing, Sumatra Selatan
24
32,5
57,7
87,2 5
96,63 4
3
Gambar 5. Jenis makanan dan nilai IP (%) ikan tambakan (H. temminckii)
berdasarkan bulan penangkapan di Lubuk lampam, Sungai Lempuing.
Total N = 152
250
y = 5E-06x3.250
200
R² = 0.902
Berat total (gr)
150 r = 0.949
100
50
0
0 50 100 150 200 250
Tabel 3. Hubungan panjang berat ikan tambakan (H. temminckii) setiap bulan
pengamatan
Jantan Betina
Bulan Pola Pola
a b Pertumbuhan a b Pertumbuhan
Oktober 0 2.574 Isometrik 0.000004 2.852 Isometrik
November 0.000002 2.98 Isometrik 0.000001 3.121 Isometrik
Desember 0.000003 2.891 Isometrik 0.0000004 3.303 Isometrik
2.5 N : 68 2.5 N : 84
2.0 2.0
1.5 1.5
1.0 1.0
0.5 0.5
0.0 0.0
Oktober November Desember Oktober November Desember
(a) (b)
Gambar 7. Nilai faktor kondisi ikan tambakan (H. temminckii) yang tertangkap di
Perairan Lubuk Lampam, Sumatra Selatan, (a) jantan (b) betina
Nilai faktor kondisi ikan tambakan jantan dan betina tidak berbeda nyata, hal
ini bisa dilihat dari grafik (Gambar 7), dan dilihat secara temporal juga tidak berbeda
nyata. Menurut Effendie (1979) menyatakan bahwa nilai faktor kondisi suatu jenis
27
ikan dipengaruhi oleh umur, makanan, jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad
(TKG). Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali akan menyebabkan
terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan karena sebagian dari makanan
digunakan untuk perkembangan gonad.
Faktor kondisi ikan jantan dan betina tertinggi terdapat pada bulan Oktober
sebesar (1,86 dan 2,04) diduga pada bulan tersebut ikan tambakan (H. temminckii)
sedang mengalami matang gonad dan akan memijah. Hal ini bisa dilihat pada bulan
oktober banyak TKG IV yang akan mengalami pemijahan. Faktor kondisi dapat
digunakan untuk menentukan kesesuaian lingkungan dan membandingkan berbagai
tempat hidup ikan. Pada bulan Oktober diduga kondisi Perairan Lubuk Lampam
sangat baik untuk perkembagan ikan tambakan yang memiliki faktor kondisi yang
besar.
Gambar 8. Rasio kelamin ikan tambakan (H. temminckii) setiap bulan pengamatan
ketersedian makanan dan kondisi perairan yang baik untuk perkembagan ikan
tersebut dan juga faktor penangkapan yang stabil. Nilai nisbah kelamin ikan
tambakan yang bisa dikatakan hampir mendekati 1:1, menunjukan ikan tambakan
mengalami keberhasilan reproduksi, dimana ikan jantan dan betina memiliki
pasangan yang seimbang untuk berkembangbiak. Menurut Bal dan Rao (1984),
nisbah kelamin merupakan perbandingan ikan jantan dan ikan betina dalam suatu
populasi, yang mana nisbah 1:1 merupakan kondisi yang ideal. Akan tetapi sering
kali terjadi penyimpangan dari pola 1:1, antara lain karena adanya perbedaan pola
tingkah laku bergerombol antara jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas,
pertumbuhan, penyebaran ikan jantan dan betina yang tidak merata, kondisi
lingkungan serta faktor penangkapan.
(a) (b)
Gambar 9. Morfologi gonad ikan tambakan (H.temminckii) (a) jantan (b) betina
Menurut Effendie (2002) penentuan TKG dapat dilakukan secara morfologi
dan histologi. Penentuan secara morfologi dilihat dari bentuk, panjang dan warna,
serta perkembangan isi gonad. Penentuan TKG secara histologi dapat dilihat dari
anatomi perkembangan gonadnya. Tingkat kematangan gonad ikan tambakan (H.
temminckii) (Gambar 9) yang dilakukan secara morfologi selama tiga bulan berturut-
turut Oktober, November dan Desember. Pada bulan Oktober dan November ikan
jantan memiliki TKG IV tertinggi (Gambar 10). Hal serupa juga terjadi pada ikan
29
betina yang memiliki TKG IV tertinggi pada bulan Oktober dan November (Gambar
10). Hal ini diduga karena pada bulan tersebut merupakan musim penghujan yang
memicu terjadinya proses pemijahan pada ikan-ikan di rawa banjiran. Berdasarkan
hasil pengamatan setiap bulan hanya ditemukan TKG III dan TKG IV baik ikan
jantan maupun ikan betina, hal ini diduga bahwa pada bulan Oktober - Desember
ikan tambakan memiliki puncak pemijahan.
100%
Jantan
80%
TKG IV
60%
TKG (%)
TKG III
40% TKG II
TKG I
20%
0%
100%
Betina
80%
TKG(%)
60%
TKG IV
40% TKG III
20% TKG II
TKG I
0%
Oktober November Desember
Bulan Pengamatan
Gambar 10. Tingkat kematangan gonad ikan tambakan jantan dan betina
(H.temminckii) setiap bulan penangkapan.
100
90 Jantan
Betina
80
70
Proporsi (%)
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 00 10 20 30 40 50 60 70 80 90 00 10 20
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2
Panjang total ikan (mm)
Jantan betina
30
30
25
25
20
20
IKG (%)
IKG (%)
15 15
10 10
5 5
0 0
Oktober November Desember Oktober November Desember
4.5.4. Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu
ikan memijah (Effendie 2002). Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat
di dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau
fekunditas total, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat
atau panjang.
32
Total
160000 N: 152
140000 y = 441.6x - 9772.
120000 R² = 0.130
Fekunditas 100000
80000
60000
40000
20000
0
0 50 100 150 200 250
Panjang Ikan
telur dari 65 sample gonad. TKG III (4 gonad) TKG IV (61 gonad). Diameter telur
untuk TKG III dan TKG IV berkisar antara 0.5 µm – 1.01 µm (Gambar 14).
TKG 3
200
180
160
140
Frekuensi
120
100
80
60
40
20
0
Selang kelas
TKG 4
2000
1800
1600
1400
frekuensi
1200
1000
800
600
400
200
0
selang kelas
Hasil analisis ukuran diameter telur TKG III dan TKG IV yang dilakukan
diperoleh modus penyebaran yang terdiri dari beberapa puncak. Hal ini menunjukan
ikan tambakan (H.temminckii) yang tertangkap di Perairan Lubuk Lampam
tergolong kelompok ikan yang memijah dan mengeluarkan telur secara bertahap
34
(spatial spawner). Biasanya ikan yang tergolong kelompok ini memiliki diameter
telur yang besar.
Menurut Brojo dkk (2001) gonad Pada TKG IV ikan mulai memasuki masa
pemijahan, sebagian diameter telur sudah lebih besar dibandingkan dengan diameter
telur gonad pada TKG III. Menurut Effendie (1979) Telur yang berukuran besar
akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar dari pada telur yang berukuran
kecil. Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya
tingkat kematangan gonad. Masa pemijahan setiap spesies ikan berbeda-beda, ada
pemijahan yang berlangsung singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam
waktu yang panjang (partial spawner) ada pada ikan yang berlangsung sampai
beberapa hari. Semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang ada
dalam ovarium semakin besar pula (Effendie 1979).
5.1. Kesimpulan
Ikan tambakan (H. temminckii) merupakan ikan yang tergolong herbivora.
Jenis makanan utama berupa Detritus diatas 55%, dan makan lain berupa Diatom,
Desmid, Green alga dan Blue Green Alga. Pola pertumbuhan ikan tambakan adalah
Isometrik yang artinya pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat.
Nilai faktor kondisi ikan tambakan secara temporal yaitu Oktober – Desember baik
jantan maupun betina tidak berbeda nyata, hal ini diduga karena lingkungan perairan
mendukung perkembangan ikan tambakan. Hasil uji Chi-square diperoleh rasio
kelamin jantan dan betina sebesar 1:1,24 menunjukan terjadinya keseimbangan
populasi di perairan Lubuk Lampam. Ikan tambakan jantan pertama kali matang
gonad pada ukuran 155 mm sedangkan ikan tambakan betina matang gonad pertama
kali pada ukuran 169 mm. Selama bulan penangkapan Oktober – Desember ikan
tambakan yang tertangkap memiliki TKG III dan TKG IV, hal ini diduga pada bulan
tersebut merupakan puncak pemijahan. Indek kematangan gonad jantan dan betina
tertinggi pada bulan Oktober sebesar (3.0378 ; 17.9496). Indek kematangan gonad
akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapi batas maksimum pada waktu
musim pemijahan. Fekunditas ikan tambakan berkisar antara 19.000 – 144.104 butir
telur. Berdasarkan pola distribusi diameter telur, tipe pemijahan ikan tambakan
termasuk partial spawner yaitu ikan mengeluarkan telurnya secara bertahap.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan untuk penelitian
kedepannya supaya mengkaji pola distribusi dan pengaruh sistem Lebak Lebung
terhadap keberadaan ikan tambakan di perairan Lubuk Lampam, Sungai Lempuing,
Sumatra Selatan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R dan U. M Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau Press.
Pekanbaru. 213 hlm + viii.
Ball, D. V dan K. V. Rao. 1984. Marine Fisheries. Tata Mc. Graw-Hill Publishing
Company, Limited. New Delhi. 470 p.
Brierly, GJ & KA Fryirs. 2005. Geomorphology and River
Management:Applications of The River Styles Framework. Malden: Blackwell
Publishing.
Effendie MI. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hlm.
Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157
hlm.
Makmur S, Rahardjo M.F, Sukimia S. 2003. Biologi Reproduksi Ikan Gabus (Chana
striata Bloch) di Daerah Banjiran Sungai Musi, Sumatra Selatan. Jurnal
Iktiologi Indonesia. 3(2) : 57-62.
37
Moyle PB & Cech JJ. 1988. Fishes An Introduction to Ichthyology. Second Edition.
Departemen of Wildlife and Fisheries Biology University of California, Davis.
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey 07632. p. 559 : 309 - 310.
Utomo, A.D. dkk. 2010. Potensi Sumber Daya Ikan Di Daerah Aliran Sungai Musi,
Sumatra Selatan. Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU) Palembang.
LAMPIRAN
39
Jenis
kelamain b Sb Ttab Thit
Jantan 2,84 1494,96 1,9960 -0,0001
Betina 3,19 510,56 1,9960 0,0004
Hipotesis
Ho : b = 3, gagal tolak Ho
H1 : b ≠ 3, tolah Ho
Lampiran 4. Faktor Kondisi ikan tambakan (H. temminckii) jantan dan betina
Jantan Betina
Bulan
Rata-rata Maks Min Rata-rata Maks Min
Oktober 1,86 2,70 1,59 2,04 2,56 1,64
November 1,85 2,37 1,53 2,01 2,64 1,45
Desember 1,51 2,00 0,21 1,80 2,34 1,43
Lampiran 5 . Nisbah kelamin ikan tambakan (H. temminckii) jantan dan betina
Jenis Jumlah
kelamin (ekor) % J/B
Jantan 84 55,26 1,24
Betina 68 44,74 1
Jumlah 152 100
Nisbah Kelamin
Bulan jantan betina (J/B)
Oktober 39 37 1,05
November 20 12 1,67
Desember 25 19 1,32
Lampiran 7. Uji Chi-square terhadap nisbah kelamin ikan tambakan (H. temminckii)
Jenis
kelamin Jumlah (ekor)
Jantan 84 (76)
Betina 68 (76)
Jumlah 152
Ket. Nilai dalam kurung merupakan nilai harapan
( )
Rumus uji Chi-square : X2 = ∑
Hipotesis : Ho : P1 = P2
H1 : P1 = P2
( )^ ( )^
X2 = + = 0,842105263 + 0,842105 =1.68
42
Kesimpulan : Nisbah kelamin ikan tambakan jantan dan betina selama bulan
pengamatan adalah seimbang
Selang Frekuensi
Nilai tengah
Kelas Total Jantan Betina
117-126 121.5 3 1 2
127-136 131.5 8 5 3
137-146 141.5 30 19 11
147-156 151.5 43 29 14
157-166 161.5 23 17 6
167-176 171.5 14 10 4
177-186 181.5 11 2 9
187-196 191.5 12 1 11
197-206 201.5 4 0 4
207-216 211.5 4 0 4
Jumlah 152 84 68
Jantan Betina
Bulan
Jumlah % Jumlah %
Oktober 37 54,41 39 46,43
November 12 17,65 20 23,81
Desember 19 27,94 25 29,76
43
Lampiran 10. Sebaran frekuensi tingkat kematangan gonad (TKG) ikan tambakan
(H. temminckii) jantan dan betina
Jantan
TKG TKG
Bulan
TKG I TKG II III IV
Oktober 10 29
November 2 18
Desember 16 9
Betina
TKG TKG
Bulan
TKG I TKG II III IV
Oktober 37
November 12
Desember 5 14
Lampiran 11. Indek kematangan gonad ikan tambakan (H. temminckii) setiap bulan
pengamatan
Jantan Betina
Bulan
Rata-rata Maks Min Rata-rata Maks Min
Oktober 3,04 5,52 1,14 13,17 21,88 3,09
November 2,95 9,99 1,39 12,20 16,05 7,61
Desember 1,91 4,47 0,48 11,49 29,27 1,88
A. TKG III
Panjang Berat
No tubuh tubuh Fekunditas
1 192 120 17400
2 140 42 24600
3 150 50 21200
4 145 49 19000
44
B. TKG IV
Panjang Berat
No tubuh tubuh Fekunditas
1 142 68 63906
2 196 152 33102
3 158 71 52845
4 175 100 23446
5 185 120 28412
6 185 128 25002
7 140 54 20426
8 175 119 144104
9 192 134 18802
10 188 128 38810
11 191 149 100107
12 193 151 109101
13 150 69 49615
14 153 73 78013
15 149 69 74922
16 137 53 35352
17 147 71 73808
18 197 161 71202
19 155 63 33426
20 207 170 129501
21 180 122 63900
22 170 116 75333
23 186 141 87809
24 191 148 101703
25 164 93 86206
26 154 72 23229
27 185 118 39125
28 153 69 63718
29 165 83 46742
30 194 148 87801
31 205 180 129199
32 208 148 141100
33 148 83 79616
34 193 152 85304
35 191 144 101200
36 195 162 77608
37 215 229 74109
38 180 122 87100
45
Lampiran 13. Perbandingan panjang tubuh dengan panjang usus ikan tambakan
(H.temminckii)
Lampiran 14. Perbandingan panjang tubuh dengan tinggi badan ikan tambakan
(H.temminckii)
a d Keterangan :
210 70 a : panjang total
195 63 d : tinggi badan
196 64 1 mm : 0,0393700787 inchi
184 56
175 55
Dari hasil interpolasi antara panjang total dengan tinggi
205 60
badan maka pada panjang total 169 mm diperoleh tinggi
160 51
badan sebesar 54 mm. maka ukuran mata jaring yang
150 53
diperlukan tidak kurang dari 54 mm atau 2.13 inchi.
145 51
150 49
169 54
Organisme
Diatom
Nitzhia
Navicula
Frustulia
Desmid
Cosmarium
Closterium
Staurastrum (side)
Straurastrum (end)
Micraterias
Green Alga
Characium
Mikrospora
Scenedesmus
Blue Green Alga
Tetrapedin
Oscilatoria
Detritus
47
IP
Organisme
Betina Jantan
Detritus 87,24 85,96
Diatom 9,87 12,28
Desmid - 1,27
Green Alga 2,897 1,43
Blue Green Alga - 0,02
IP (%)
Organisme
Oct-11 Nov-11 Dec-11
Detritus 96,63 87,23 57,74
Diatom 3,37 7,37 32,56
Desmid - 1,04 0,32
Green Alga - 3,94 9,37
Blue Green Alga - 0,17 -
48
Micrasterias Oscilatoria