Anda di halaman 1dari 96

1

SKRIPSI

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN


TANAMAN CABAI MERAH KECIL (Capsicum annum L.)
DI KECAMATAN BONTORAMBA, KABUPATEN
JENEPONTO

MUHAMMAD IRWAN JAMAL


082 2016 0035

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
2

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CABAI


MERAH KECIL (Capsicum annum L.) DI KECAMATAN
BONTORAMBA, KABUPATEN JENEPONTO

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Sarjana


pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh


MUHAMMAD IRWAN JAMAL
08220160035

Kepada

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Irwan Jamal

Stambuk : 08220160035

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul “Evaluasi

Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai Merah Kecil (Capsicum annum L.) di

Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto” yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya sendiri bukan merupakan tulisan atau pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan merupakan hasil pikiran

saya maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar 22, Januari, 2021

Yang membuat pernyataan

Muhammad Irwan Jamal


ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai Merah Kecil


(Capsicum annum L.) di Kecamatan Bontoramba,
Kabupaten Jeneponto
Nama : Muhammad Irwan Jamal
Stambuk : 082 2016 0035
Program Studi : Agroteknologi
Dasar Penetapan : SK. Dekan Fakultas Pertanian UMI
SK Pembimbing : 1397/H.22/FP-UMI/XII/2019

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Amir Tjoneng, M.S Dr. Ir. Maimuna Nontji, M.Si

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agroteknologi


Universitas Muslim Indonesia Universitas Muslim Indonesia

Dr. Ir. H. Abdul Haris, S.P., M.P Dr. Ir. Hj. Suriyanti HS, M.Pd
iii

KATA PENGANTAR

ِ ‫سم هَّللا ِ الرَّحمٰ ِن الر‬


‫َّحيم‬ ِ ِ‫ب‬
Assalamualaikum wr.wb.

Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah

memberikan kesehatan serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan Judul “Evaluasi Kesesuian Lahan Tanaman pada Tanaman Cabai

merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten

Jeneponto”. Skripsi ini digunakan menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi di fakultas pertanian pada Program Studi Agroteknologi.

Tentunya Pada Proses pembuatan Proposal Penelitian ini, Penulis tidak

akan bisa menyelesaikannya tepat pada waktunya tanpa bantuan dari orang lain.

Olehnya itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1.) Dr. Ir. Amir Tjoneng M.S, selaku Pembimbing I dan, Dr. Ir. Maimunah

Nontji, M.Si, selaku Pembimbing II Yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan sampai skripsi ini selesai

2.) Kedua Orang tua saya dan kakak-kakak saya tercinta yang selalu

memberikan dukungan doa dan moral terhadap kelancaran penyelesaian

skripsi ini

3.) Bapak Dr. Ir. Abdul Haris, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muslim Indonesia (UMI) Makassar

4.) Ibu Dr. Ir. Suryanti HS, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia (UMI)

Makassar

5.) Rachmat Hidayat SP. Yang telah membantu dalam pembuatan peta penelitian
iv

6.) Instansi-instansi yang telah membantu dalam penyediaan data penelitian

7.) Dan terakhir penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan -

rekan seperjuangan Fakultas Pertanian, terkhusus kepada seluruh warga kelas

A1 Agroteknologi angkatan 2016.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan

kritikan yang bersifat membangun. Penulis juga berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum wr wb.

Makassar 04 Januari 2021

Muhammad Irwan Jamal


5

RINGKASAN
Muhammad Irwan Jamal, 082 2016 0035, Evaluasi Kesesuaian Lahan
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan
Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Dibimbing oleh Amir Tjoneng selaku
pembimbing I dan Maimunah Nontji selaku Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuian lahan aktual dan potensial
serta faktor-faktor pembatas untuk pengembangan tanaman cabai merah kecil
(Capsicum annum L.) di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
penentuan kelas keseuaian lahan berdasarkan metode FAO dengan pendekatan
faktor-faktor pembatas lahan. Data sekunder yang dibutuhkan seperti data curah
hujan dan suhu rata-rata tahunan masing-masing 10 tahun terakhir di Kecamatan
Bontoramba yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Kabupaten Maros (BMKG) dan Pengumpulan Peta dasar seperti peta administrasi,
peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta kelerengan. Peta-peta tersebut
kemudian di tumpang tindih sehingga diperoleh 25 unit lahan. Pengambilan
sampel dilakukan di lima tempat pada satuan unit lahan dengan jenis tanah yang
berbeda di tentukan melalui tumpang tindih peta yang kemudian dianalisis di
laboratorium. Sifat yang dianalisis dicocokkan dengan kriteria kesesuaian lahan
untuk tanaman cabai merah kecil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman cabai
merah kecil di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto pada unit lahan 1,
4, 9, 18, dan 23 termasuk S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas antara lain
temperatur (Suhu rata-rata tahunan) dan hara tersedia (K2O). Sedangkan
berdasarkan kesesuaian lahan potensial termasuk S3 (sesuai marginal) dengan
faktor pembatas temperatur (suhu rata-rata tahunan) pada semua unit lahan yaitu
1, 4, 9, 18, dan 23. Karena karakteristik lahan di kecamatan Bontoramba tidak
sesuai untuk pengembangan tanaman Cabai (Capsicum annum L.) maka
disarankan untuk melakukan pengembangan tanaman lain yang sesuai dengan
karakteristik lahan di kecamatan Bontoramba yaitu tanaman Lada (Piper ningrum)
karena kesesuaian lahan potensialnya adalah S1 (sangat sesuai) pada semua unit
lahan.
6

DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
RINGKASAN v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR GAMBAR ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................. 1
Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat tumbuh Tanaman Cabai Merah Kecil (Capsicum annum L.)............ 5
Lahan............................................................................................................. 6
Survei Tanah................................................................................................. 7
Evaluasi kesesuaian lahan............................................................................. 8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan.................................... 12
Metode pendekatan dalam kesesuaian lahan................................................. 14
Kualitas dan karakteristik lahan.................................................................... 15
Klasifikasi kesesuaian lahan......................................................................... 18
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat......................................................................................... 22
Bahan dan alat............................................................................................... 22
Metode penelitian.......................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.............................................................................................................. 27
Pembahasan................................................................................................... 38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................... 50
Saran.............................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7

DAFTAR TABEL
No. Teks Hal
1. Data produksi Cabai merah kecil (Capsicum annum L) di Kecamatan
Bontoramba.............................................................................................. 3
2. Parameter dan metode pengukuran analisis biofisik lahan di Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto........................................................... 24
3. Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan dalam komoditas
pertanian................................................................................................... 25
4. Kriteria kesesuaian lahan tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L.)............................................................................... 26
5. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan jenis tanah.................. 28
6. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan penggunaan lahan...... 29
7. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan kemiringan lereng...... 30
8. Unit lahan berdasarkan jenis tanah........................................................... 31
9. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai di merah kecil
(Capsicum annum L) Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 1............ 32
10. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L) di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 4 ....... 33
11. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L) di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 9 ....... 34
12. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L) di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 18...... 35
13. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L) di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 23...... 36
14. Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai
merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan Bontoramba .............. 37
15. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 1........................................... 44
16. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 4........................................... 45
17. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 9........................................... 46
18. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 18......................................... 47
19. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 23......................................... 48
8

DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Hal
1. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah............................................................. 55
2. Tekstur Tanah........................................................................................... 56
3. Kriteria Kelerengan.................................................................................. 56
4. Klasifikasi Drainase Tanah...................................................................... 56
5. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah....................................................... 57
6. Kriteria Penilaian Bahaya Banjir.............................................................. 57
7. Batuan Singkapan..................................................................................... 58
8. Bahaya Erosi............................................................................................ 58
9. Asusmsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual menjadi Potensial
menurut Tingkat Pengelolaannya ........................................................... 59
11. Jenis Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual menjadi Potensial menurut
Tingkat Pengelolaannya........................................................................... 60
12. Parameter Curah Hujan selama 10 Tahun (2009-2019) di Kecamatan
Bontoramba.............................................................................................. 62
13. Parameter Suhu Udara Bulanan selama 10 Tahun (2009-2019) di
Kecamatan Bontoramba........................................................................... 63
14. Tabulasi Unit Lahan, Jenis Tanah, Pengggunaan Lahan Dan Luas
Lahan di Kecamatan Bontoramba............................................................ 64
15. Hasil Analisis Tanah Kandungan K2O..................................................... 66
9

DAFTAR GAMBAR
No Teks Hal
1. Peta Administrasi Kecamatan Bontoramba............................................ 67
2. Peta Jenis Tanah Kecamatan Bontoramba............................................. 68
3. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Bontoramba................................. 69
4. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Bontoramba.................................. 70
5. Peta Unit Lahan Kecamatn Bontoramba................................................ 71
6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Kecamatan Bontoramba....................... 72
7. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Kecamatan Bontoramba................... 73
8. Pengamatan Lapangan............................................................................ 74
9. Pencarian Titik Koordinat...................................................................... 74
10. Pengeboran Unit Lahan Untuk Pengambilan Sampel Tanah................. 74
11. Pengukuran Kedalaman Efektif Tanah................................................... 74
12. Menyimpan Sampel Tanah Di Kantong Plastik..................................... 75
13. Menyimpan Sampel Tanah Yang Telah Di Haluskan Kedalam Cawan 75
14. Menimbang Sampel Tanah Menggunakan Timbangan Digital............. 75
15. Pengekstrakan Sampel Tanah................................................................. 75
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Lahan adalah lingkungan fisik berupa iklim, tanah, air, relief dan vegetasi

serta kegiatan manusia yang memberikan pengaruh terhadap lahan itu sendiri.

Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yaitu

adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi, atmosfir, tanah, hidrologi

dan penggunaaan lahan (Karmono dalam I Gede Sugiyanta 2007).

Lahan adalah sumber daya alam yang sangat penting dalam kegiatan

pertanian. Kebutuhan akan lahan pertanian semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk berdampak

pada pemanfaatan lahan untuk pemukiman dan pemanfaatan yang lainnya juga

semakin bertambah dan mengakibatkan berkurangnya luas lahan untuk pertanian.

Luas lahan yang sesusai untuk kegiatan pertanian sangat terbatas, hal ini

dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor iklim suatu daerah. Luasan lahan yang

terbatas juga menjadi kendala untuk meningkatkan produksi pertanian.

Tanah adalah faktor produksi penting karena merupakan tempat

tumbuhnya tanaman. Tanah yang subur lebih menguntungkan dalam usahatani,

begitupula dengan luas lahan. Semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin

tinggi produksi dan pendapatan (Suratiyah, 2006). Sejalan dengan itu, Bakhsh et

al. (2006) juga menyatakan bahwa ada tiga kemunginan cara untuk meningkatkan

produksi yaitu menambah luas lahan, mengembangkan dan mengadopsi teknologi

baru, dan menggunakan sumber daya yang tersedia secara lebih efisien.

Tanaman sebaiknya ditanam pada lahan yang sesuai dengan persyaratan

tumbuh tanaman tersebut agar dapat tumbuh secara optimal. Penilaian kesesuaian

lahan diperlukan guna mendapatkan informasi mengenai kualitas dan karakteristik


2

lahan yang sesuai sehingga dapat menentukan tingkat pengelolaan yang

diperlukan.

Pada proses budidaya pertanian kesesuaian lahan pertanian dengan

komoditas pertanian menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan. Agar

penggunaan lahan lebih intensif dan cocok untuk budidaya pertanian, perlu

dilakukan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi ini bertujuan agar tanaman yang

akan ditanam pada lahan tersebut cocok dan berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan produksi pertanian tidak itu saja, kecocokan lahan pertanian sangat

berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dikatakan bahwa luas

lahan pertanian dengan kecocokan komoditas pertanian yang ditanam akan

meningkatkan ekonomi masyarakat.

Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) adalah komoditas sayuran yang

banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya

jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku

cabai. Permintaan cabai yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri

makanan, dan obat-obatan merupakan potensi untuk meraup keuntungan. Cabai

merah merupakan tanaman yang bisa ditanam tanpa tergantung musim tertentu,

karena sifatnya yang tidak mengenal musim (Harpenas dan Dermawan, 2015).

Kabupaten Jeneponto adalah salah satu daerah Kabupaten/Kota yang

masuk di wilayah Sulawesi Selatan dengan potensi sumberdaya pada bidang

pertanian yang cukup baik dengan beberapa macam varietas tanaman. Melihat

luasan wilayah dan kondisi wilayah yang memiliki potensi untuk pengembangan

budidaya tanaman hortikultura, salah satu kecamatan di Kabupaten Jeneponto


3

yaitu Kecamatan Bontoramba memiliki potensi lahan untuk pengembangan

budidaya tanaman cabai di daerah tersebut.

Saat ini dapat diketahui bahwa budidaya tanaman pangan masih menjadi

komoditas utama masyarakat kabupaten jeneponto khususnya masyarakat

kecamatan bontoramba sebagai sumber pendapatan ekonomi. Seiring dengan

bertambahanya jumlah penduduk dan berkembangnya industry maka permintaan

akan semakin meningkat. Menurut data BPS (badan pusat statistik) adapun luasan

panen dan produksi tanaman cabai di kecamatan bontoramba kurung waktu 3

tahun terkahir dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Data produksi Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan
Bontoramba
Tahun Luas Panen Produksi (Ton) Rata-Rata
(Ha) Produktivitas
(Ton/Ha)
2017 19 22,5 1,18
2018 47 24,1 0,6
2019 96 62,1 0,6
Sumber : BPS Kab. Jeneponto, 2020
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rata rata produktivitas cabai di

Kecamatan Bontoramba belum optimal, karena produksi optimal cabai yang

berada diangka 4 – 8 ton/Ha (Saptana et. al. 2012). Dalam upaya untuk lebih

meningkatkan produktivitas budidaya tanaman Cabai di Kecamatan Bontoramba

ini maka perlu dilakukan pengkajian tentang evaluasi sumberdaya lahan dengan

kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman cabai. Upaya tersebut dapat memberikan

data karakteristik lahan dan kualitasnya mengenai tingkat kesesuaian lahan serta

faktor–faktor pembatas agar penggunaan lahannya dapat berkelanjutan. Sehingga

dapat dilakukan upaya usaha perbaikan yang sesuai dengan karakteristik lahan,
4

mengingat wilayah penenitian ini memiliki lahan yang cukup luas dan berpotensi

untuk pengembangan tanaman cabai.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui kesesuian lahan aktual dan potensial untuk tanaman Cabai

merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten

Jeneponto

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pembatas untuk pengembangan tanaman Cabai

merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten

Jeneponto.

Manfaat penelitian.

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi masyarakat

petani dan pemerintah daerah Kabupaten Jeneponto khususnya Kecamatan

Bontoramba dan sekitarnya tentang budidaya dan pengembangan tanaman

cabai merah kecil.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti-peneliti

selanjutnya.
5

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.)

1.Tanah

Tanah sebagai media tumbuh tanaman Cabai harus mudah diolah,

mengenai tingkat kesuburannya dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan

campuran berupa bahan organik dan anorganik (Nawangsih, et. al. 2001).

Tanah yang cocok untuk tanaman cabai agar tumbuh dengan baik dan

dapat hidup lebih panjang adalah tanah yang gembur, keasaman antara 5,5 – 6,8,

kandungan unsur hara cukup seimbang, dan kaya bahan organik. Selain itu,

tanaman cabai akan lebih baik kalau ditanam pada daerah datar dengan lereng

kurang dari 3%, kandungan batuan di permukaan kurang dari 5%, kelas drainase

baik, tekstur tanah lempug, lempung liat berpasir, debu, lempung liat berdebu, dan

lempung berdebu (Widodo,2002).

Cabai merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang luas

sehingga cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dari tanah berpasir sampai

berliat, asalkan terdapat aerasi dan drainase yang baik. Bila diharapkan panen

yang lebih cepat, cabai merah sebaiknya ditanam pada tanah lempung berpasir

dan bila diharapkan panen lebih lambat cabai merah lebih sesuai ditanam pada

tanah yang lebih berat atau tanah liat. Tanah juga harus mengandung cukup bahan

organik, unsur hara dan air serta bebas dari gulma, nematoda dan bakteri layu.

Kisaran pH yang ideal adalah antara 5,5 – 6,8 karena pada pH di bawah 5,5 atau

di atas 6,8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (Kusandriani dan

Muharam, 2005).

2.
6

Ketinggian Tempat dan Curah Hujan


Tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-1.800 meter dari

permukaan laut. Tanaman Cabai dikenal sebagai tanaman yang tidak begitu tahan

dengan curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi pada saat tanaman cabai

sedang berbunga dapat mengakibatkan rontoknya bunga sehingga buah pun

berkurang. Meskipun tidak menyukai curah hujan yang tinggi tanaman cabai

dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan kelembaban yang tinggi (Widodo,

2002).

Curah hujan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan produksi buah

cabai. Curah hujan yang ideal untuk bertanam cabai adalah 1.000 mm/tahun.

Curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman kekeringan dan membutuhkan

air untuk penyiraman. Sebaliknya, curah hujan yang tinggi bisa merusak tanaman

cabai serta membuat lahan penanaman dengan kelembaban tinggi (Arif, 2010).

3. Cahaya Matahari

Agar pertumbuhan bisa optimal, tanaman cabai membutuhkan intensitas

cahaya matahari minimal selama 10-12 jam untuk fotosintesis, pembentukan

bunga dan buah, serta pemasakan buah. Jika intensitas cahaya matahari yang

dibutuhkan kurang atau tanaman ternaungi, umur panen cabai akan lebih lama,

batang lemas, tanaman meninggi, dan gampang terkena penyakit, terutama yang

disebabkan oleh bakteri dan cendawan (Wijoyo, 2009).

Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian

fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami yang

semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan


7

dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai

aktivitas manusia baik dimasa lalu maupun masa sekarang. Salah satu bagian dari

lahan yang memegang peranan penting dalam menopang semua proses kehidupan,

khususnya tumbuh-tumbuhan dan hewan yang kemudian dikonsumsikan oleh

manusia ialah tanah, dengan demikian, ruang lingkup dari lahan (land) jauh lebih

luas dari tanah, akan tetapi tanah merupakan obyek yang turut menentukan tipe

penggunaan lahan. (Aisyah 2004).

Survei Tanah

Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu

daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot batas

tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan

tanah dan bagaimana tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang

terutama perlu diperhatikan (dalam merencanakan dan melakukan survei tanah).

Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu pengembangan

rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan memprediksi

pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan (Rayes, 2007).

Tujuan utama survei tanah adalah membuat semua informasi spesifik yang

penting tentang tiap-tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan sifatsifat

lainnya sehingga dapat ditentukan pengelolaanya, menyajikan uraian satuan peta

sedemikian rupa sehingga dapat diinterpretasikan oleh orang-orang yang

memerlukan fakta-fakta mendasar tentang tanah (Hakim et. al 1986). Dalam

survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan

prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan bantuan interpretasi foto

udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang merupakan
8

penerapan gabungan dari kedua metode survei. Biasanya dalam metode grid

bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi

secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta (Rayes,

2007).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk

penggunaan tertentu. Evaluasi lahan tidak terlepas dari kegiatan survei tanah.

Sedangkan survei tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan

menentukan potensinya untuk berbagai alternatif penggunaan lahan. Tujuan survei

tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan

tanah yang sama atau hampir sama sifatnya (Subardja, 2000).

Sarwono dan Widiatmaka (2007) menyatakan bahwa evaluasi lahan

merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna lahan dimana dari evaluasi

lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan

lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat lahan yang dimiliki oleh lahan yang

akan digunakan.

Menurut Lutfi Rayes (2006), tujuan utama evaluasi lahan adalah

menyeleksi penggunaan lahan yang optimal untuk masing-masing satuan lahan

tertentu dengan mempertimbangkan faktor fisik dan sosial ekonomi serta

konservasi sumber daya lingkungan untuk penggunaan yang lestari.

Evaluasi lahan pada suatu daerah berguna dalam rangka penataan kembali

penggunaan lahan yang telah ada, serta membantu dalam pengambilan keputusan

perencanaan penggunaan lahan, dalam mengatasi kompetisi/persaingan antara


9

berbagai kemungkinan penggunaan lahan, sehingga lahan dapat di gunakan secara

lebih efisien (Mega et al., 2010).

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan lahan untuk penggunaan

tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan proses kerja untuk memprediksi

potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Evaluasi lahan

membandingkan persyaratan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat

sumber daya yang ada pada lahan agar lahan dapat dimanfaatkan dengan benar

(Sofyan, 2007).

Selanjutnya, menurut Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011),

kesesuaian lahan mencakup diantaranya:

1. Kesesuaian Lahan Aktual

Kesesuaian lahan aktual (current suitability) adalah kesesuaian lahan saat

ini, alami, dan belum ada usaha perbaikan. Faktor pembatas dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu: (a) faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara

ekonomis masih menguntungkan dengan memasukkan teknologi yang tepat (b)

faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak

ekonomis diperbaiki.

2. Kesesuaian Lahan Potensial

Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang diharapkan

setelah adanya usaha perbaikan. Lahan potensial adalah lahan yang sudah

diberi input sesuai tingkat pengolahan agar dapat diduga hasil produksi per

satuan luasnya.
10

3. Pembatas Lahan

Pembatas lahan merupakan penyimpangan dari kondisi optimal

karakteristik dan kualitas lahan yang memberikan pengaruh buruk untuk

berbagai penggunaan lahan. Pembatas lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu

pembatas lahan permanen dan pembatas sementara. Pembatas lahan permanen

adalah tidak dapat diperbaiki dengan usaha-usaha perbaikan lahan (land

improvement) seperti temperatur (suhu rata-rata), sedangkan pembatas lahan

sementara adalah dapat diperbaiki dengan cara pengelolaaan lahan. Faktor

pembatas lahan yang dapat diperbaiki diantaranya adalah:

a. Hara Tersedia (N-Total, P2O5, K2O)

Faktor pembatas hara tersedia (N-Total, P2O5, K2O) usaha perbaikan

yang dapat dilakuan yaitu dengan pemberian pupuk N dan P atau

melalui pemberian pupuk urea dan sp-36, dan perbaikan unsur K

dengan pemberian KCL (Rauf et al., 2010)

b. Media Perakaran (Drainase tanah)

Faktor pembatas media perakaran (drainase tanah dan kedalaman

efektif) usaha perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan perbaikan

drainase tanah dengan membuat petak-petak lahan untuk

meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi kelembaban tanah. Fungsi

perbaikan drainase tanah yaitu untuk mengendalikan sebagian sebagian

air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan

air (Suripin, 2004).


11

c. Ketersediaan Air (Curah hujan)

Faktor pembatas ketersediaan air (curah hujan) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu pembuatan saluran irigasi. Secara garis besar

tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi menjadi 2 yaitu tujuan langsung

yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan

dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat

dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk

pertumbuhan tanaman, dan tujuan tidak langsungnya adalah mengatur

suhu tanah, mencuci tanah dari racun, mengangkut bahan pupuk

dengan aliran yang ada dan meningkatkan elevasi suatu daerah (Ardi,

2013).

d. Retensi hara (pH tanah dan C-Organik)

Faktor pembatas retensi hara (pH tanah dan C-Organik) usaha

perbaikan yang dapat dilakukan yaitu pemberian sulfur atau belerang

untuk menurunkan pH tanah. Pemberian belerang bisa dalam bentuk

bubuk belerang atau bubuk sulfur yang mengandung hampir 100%.

Contoh pupuk yang mengandung belerang antara lain ammonium

sulfat, magnesium sulfat, kalium sulfat dan seng sulfat. Namun

pemberian belerang untuk menurunkan pH pada tanah membutuhkan

proses yang lama, sedangkan untuk perbaikan C-Organik dapat

dilakukan dengan pemberian pupuk organik, adanya penambahan

bahan organik berbanding lurus dengan peningkatan C-organik tanah

dan penahan lengas tanah (Utami dan Handayani, 2003).


12

4. Menentukan Usaha Perbaikan

Untuk menentukan jenis usaha perbaikan yang dilakukan, maka harus

diperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas

lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang

dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan

(teknologi) yang akan diterapkan dan karakteristik lahan yang tidak dapat

diperbaiki. Satuan peta yang mempunyai karakteristik lahan yang tidak dapat

diperbaiki tidak akan mengalami perubahan kelas kesesuaian lahannya, sedang

yang karakteristik lahanya dapat diperbaiki, kelas kesesuain lahannya dapat

berubah menjadi satu atau dua tingkat lebih baik. (Hardjowigeno dan

Widiatmaka, 2007)

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesesuaian Lahan

1. Vegetasi

Salah satu unsur lahan yang dapat berkembang secara alami atau sebagai

hasil dari aktifitas manusia adalah vegetasi baik pada masa lalu atau masa kini.

Vegetasi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui potensi lahan

atau kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu melalui adanya tanaman-

tanaman sebagai indikator (Sitorus, 1989).

2. Sosial Ekonomi

Menurut Sitorus (1989), ada 3 masalah utama dalam menggunakan data

sosial ekonomi untuk evaluasi lahan yaitu: (1) pengevaluasian mungkin tidak

mengetahui secara tepat nomenklatur dan konsep ekonomi, (2) data ekonomi

yang tersedia pada umumnya didasarkan atas kerangka yang berbeda dari

informasi-informasi lainnya, (3) faktor-faktor ekonomi yang selalu berubah-


13

ubah. Dengan alasan-alasan di atas sebagian besar sistem evaluasi lahan

mencoba menghindari pertimbangan faktor sosial dalam pengevaluasian lahan.

3. Topografi

Ketinggian di atas permukaan laut, panjang dan derajat kemiringan lereng,

posisi bentang lahan mudah diukur dan dinilai sangat penting dalam evaluasi

lahan. Faktor-faktor topografi berpengaruh langsung dan tidak langsung

terhadap kualitas tanah. Faktor ini berpengaruh berpengaruh terhadap

kemungkinan bahaya erosi atau mudah tidaknya diusahakan demikian pula

didalam program mekanisme pertanian (Sitorus, 1989). Sifat-sifat penggunaan

lahan mencakup data dan atau asumsi yang berkaitan dengan aspek hasil,

orientasi pasar, intensitas modal, buruh, sumber tenaga, pengetahuan teknologi

penggunaan lahan, kebutuhan infrastruktur, ukuran dan bentuk penguasaan

lahan, pemilikan lahan dan tingkat pendapatan per unit produksi atau unit areal.

Tipe penggunaan lahan menurut sistem dan modelnya dibedakan atas dua

macam yaitu multiple dan compound (Anonim, 2010).

4. Tanah

Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu (1) sebagai sumber unsur hara

bagi tumbuhan dan (2) sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar, air

tanah tersimpan dan tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan. Kedua

fungsi tersebut akan habis atau hilang disebabkan kerusakan tanah. Hilangnya

fungsi pertama dapat diperbaharui dengan mengadakan pemupukan, tetapi

hilangnya fungsi kedua tidak mudah diperbaharui (Arsyad, 1985).


14

5. Iklim

Iklim sangat berpengaruh terhadap usaha pertanian dan kadang-kadang

merupakan faktor penghambat utama disamping faktor-faktor lainnya. Iklim

dapat berpengaruh terhadap tanah, tanaman dan terhadap hama dan penyakit

tanaman (Kartasa poetra dan Sutedjo, 1985).

Unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap penggunaan tanah adalah

suhu dan curah hujan. Suhu (temperatur) sangat ditentukan oleh perbedaan

tinggi tempat, sedangkan curah hujan sangat ditentukan oleh intensitas dan

distribusinya (Sandy, 1977).

Metode Pendekatan dalam Evaluasi Lahan

Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan

pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan

parameter dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan

karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman (Ritung S, et al, 2007).

Pendekatan pembatas adalah suatu cara untuk menyajikan

karakteristik/kualitas lahan dalam skala evaluasi relatif. Pembatas adalah

penyimpangan dan kondisi optimal dari suatu karakteristik atau kualitas lahan

yang mempengaruhi jenis penggunaan lahan tertentu (Ritung S, et al, 2007).

Jika suatu karakteristik/kualitas lahan optimal bagi pertumbuhan tanaman

atau jenis penggunaan lahan tertentu dikatakan karakteristik atau kualitas lahan

tersebut tidak mempunyai pembatas atau tanpa pembatas, sebaliknya jika

karakteristik atau kualitas yang sama tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman

atau penggunaan lahan tertentu dikatakan bahwa karakteristik/kualitas lahan

tersebut mempunyai pembatas berat (Ritung S, et al, 2007).


15

Evaluasi relatif dari kualitas/karakteristik lahan umumnya dinyatakan

dalam beberapa tingkatan pembatas. Ada lima tingkatan pembatas yang

disarankan dimana pembatas berat digunakan bila sifat atau karakteristik/kualitas

lahan adalah marginal (Lopulisa, 2011).

Kualitas dan Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau yang bersifat kompleks dari

sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang

berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya

terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristic). Kualitas lahan

ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada

umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976 dalam sofyan

et. al. 2007).

Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan

dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim.

Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur

pembentuk satuan peta tanah (Djaenuddin, et al, 2003 dalam Sofyan, et. al, 2007).

1. Topografi

Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk

wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut.

Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi.

Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan

persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan

radiasi matahari (Sofyan, et.al. 2007).


16

2. Iklim

Faktor iklim yang pada umumnya erat kaitannya dengan tanaman adalah

temperatur dan curah hujan. Tanaman kina dan kopi, misalnya, menyukai

dataran tinggi atau suhu rendah, sedangkan karet, kelapa sawit dan kelapa

sesuai untuk dataran rendah. Pada daerah yang data suhu udaranya tidak

tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari

permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-

ratanya.

Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan

yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu

wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan

otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang

terjadi selama 1 (satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan

seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus

yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap

menit, setiap jam, dan seterusnya. Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan

biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering

dan jumlah bulan basah.

3. Tanah

Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa

sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman

tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya

alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.


17

a. Drainase

Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari

tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya

jenuh air. Kelas drainase tanah disajikan pada Tabel karakteristik kelas

drainase tanah untuk evaluasi lahan. Kelas drainase tanah yang sesuai

untuk sebagian besar tanaman, terutama tanaman tahunan atau

perkebunan berada pada kelas 1 dan 2. Drainase tanah kelas kelas 3, 4

dan 5 kurang sesuai untuk tanaman tahunan karena sering jenuh air

dan kekurangan oksigen. Fungsi perbaikan drainase tanah yaitu untuk

mengendalikan sebagian sebagian air permukaan akibat hujan yang

dapat dimanfaatkan untuk persediaan air (Suripin, 2004).

b. Tekstur

Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2

mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan

dengan cara manual, atau berdasarkan data hasil analisis di

laboratorium dan menggunakan segitiga tekstur.

c. Bahan kasar dan kedalaman efektif

Bahan kasar adalah presentasi kerikil, kerakal atau batuan pada

setiap lapisan tanah dan kedalaman efektif adalah seberapa dalam akar

dapat tumbuh didalam tanah.

d. Erosi dan bahaya banjir

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi

lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar

permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit
18

(gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya

erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan

memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun,

dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih

adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap

karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Banjir

ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan

lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui

wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir

dengan simbol Fx,y (x: kedalaman air, y: lama genangan).

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu

penggunaan tertentu. Sedangkan klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan

(matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang

diinginkan (Rayes, 2006).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat

dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan

Unit.Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat

ordokesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable)

danlahan yang tidak sesuai (N = Not Suitable).

Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan

tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas

kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail

(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S)
19

dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai

(S2),dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai

(N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau

(skala1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S),

sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N) (Sofyan, et.al, 2007).

Kelas S1: Sangat sesuai, Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang

berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas

bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara

nyata.

Kelas S2: Cukup sesuai, Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor

pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,memerlukan tambahan

masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3: Sesuai marjinal, lahan mempunyai faktor pembatas yang

berat,dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya,

memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong

S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi,

sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau

pihak swasta.

Kelas N: Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas

yang sangat berat dan/atau sulit diatasi (Sofyan, et.al,2007)

Sub kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas

kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas

dankarakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang

menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan
20

pembatas kondisi perakaran (rc = rooting condition). Unit adalah keadaan

tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan

yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2,

keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor penghambat

sama yaitu kondisi perakaran terutama factor kedalaman efektif tanah, yang

dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1kedalaman efektif sedang (50-75 cm),

dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50cm). Dalam praktek evaluasi lahan,

kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan (Sofyan, et.al, 2007).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976

adalah terdiri dari 4 kategori sebagai berikut:

a. Ordo (Order), menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum.

b. Kelas (Class), menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.

c. Sub-Kelas, menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada

jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.

d. Satuan (Unit), menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada

perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo berdasarkan kerangka kerja evaluasi

lahan FAO (1976) dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Ordo S: Sesuai (Suitable)

Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk

penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap

sumber daya lahannya. Penggunaan lahan tersebut akan memberi keuntungan

lebih besar daripada masukan yang diberikan.


21

b. Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable)

Ordo N atau tidak sesuai (not suitable) adalah lahan yang mempunyai

pembatas demikian rupa sehingga mencegah penggunaan secara lestari untuk

suatu tujuan yang direncanakan. Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk

penggunaan tertentu karena beberapa alasan. Hal ini dapat terjadi karena

penggunaan lahan yang diusulkan secara teknis tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan yang curamyang

berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang parah,

seperti penanaman pada lereng yang curam. Selain itu, sering pula didasarkan

pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai keuntungan yang diharapkan lebih

kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Kelas kesesuaian lahan merupakan

pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari

suatu Ordo. Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang

ditulis dibelakang simbol Ordo. Nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan

kelas yang makin menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas yang dianjurkan

adalah sebanyak 3 (tiga) kelas dalam Ordo S, yaitu: S1, S2, S3 dan 2 (dua)

kelas dalam Ordo N, yaitu: N1 dan N2.

Berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) dikenal empat

macam klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu:

a. Kesesuaian lahan yang bersifat kualitatif.

b. Kesesuaian lahan yang bersifat kuantitatif.

c. Kesesuaian lahan aktual.

d. Kesesuaian lahan potensial.


22

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini di laksanakan pada Bulan Oktober - Desember 2020 di

Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto dan analisis tanah dilakukan di

Laboratorium Ilmu Tanah dan Konservasi Lingkungan, Fakultas Pertanian,

Universitas Muslim Indonesia Makassar.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta dasar yang terdiri

atas peta administrasi, peta pengunaan lahan, peta kemiringan lereng, dan peta

jenis tanah yang masing – masing mengunakan skala 1:50.000, dan data curah

hujan selama 10 tahun (2009-2019).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, kantong plastik,

bor tanah, Global Positioning System  (GPS), cangkul, gunting, pisau, timbangan,

gelas ukur, kamera dan alat tulis menulis.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan

penentuan kelas kesesuaian lahan berdasarkan metode FAO dengan faktor-faktor

pembatas dan karakteristik lahan, yang meliputi empat tahap yaitu:

1. Tahap Pengumpulan Data

Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Tahapan

ini adalah proses pengumpulan informasi sumberdaya lahan yang tersedia

pada beberapa instansi terkait. Penyediaan informasi tentang lahan meliputi

peta administrasi, peta pengunaan lahan, peta jenis tanah, peta lereng, yang

masing – masing mempunyai skala 1:50 000 yang diperoleh dari Balai
23

Pemantapan Kawasan Hutan Kota Makassar (BPKH) serta dilengkapi dengan

data curah hujan selama 10 tahun (2009-2019) yang diperoleh dari Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Maros (BMKG).

2. Tahap pelaksanaan Penelitian

a. Pembuatan Peta Unit Lahan atau Peta kerja

Peta unit lahan diperoleh dari hasil tumpang tindih (Overlay)

antara peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta

kemiringan lereng. Peta ini akan menjadi peta kerja sekaligus menjadi

acuan dalam menentukan titik – titik pengambilan sampel tanah

berdasarkan jenis tanah dan penggunaan lahan.

b. Pengamatan lapangan dan pengambilan sampel tanah

Untuk mengetahui karakteristik tentang lahan, maka dilakukan

pengamatan lapangan sekaligus pengambilan sampel tanah. Pengamatan

lapangan termasuk orientasi medan dan pengamatan satuan unit lahan. Hal

yang diamati dalam pengamatan lapangan adalah kedalaman perakaran,

singkapan batuan, batuan permukaan, drainase, bahaya banjir dan bahaya

erosi. Karakteristik lahan selengkapnya disajikan pada tabel 3. Kemudian

pengambilan sampel tanah berdasarkan jenis tanah yang ada di Kecamatan

Bonotramba dengan menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-20 cm

setiap unit lahan dan disimpan ke dalam kantongan yang telah disiapkan.

3. Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan di laboratorium untuk mengetahui sifat fisik

dan sifat kimia tanah, yang disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan

berdasarkan metode FAO. Sebelum dianalisis sampel terlebih dahulu dikering


24

udarakan, kemudian diayak agar lebih halus kemudian dianalisis. Parameter

dan metode pengukuran yang digunakan dalam analisis tanah disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Parameter dan Metode Pengukuran Analisis Biofisik lahan di Kecamatan


Bontoramba Kabupaten Jeneponto
No Parameter Metode
1. Tekstur Hydrometer
2. KTK Tanah Ekstrak NH4OAc pH 7,0
3. pH Tanah Gelas elektroda pH meter
4. N-Total Kjehdahl
5. P2O5 Olsen
6. K2O Ekstrak KCl 25%
7. Salinitas Ekstark 1:25

4. Interpretasi Data untuk Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan

Interpretasi data dalam penelitian ini menggunakan karakteristik lahan

melalui evaluasi berdasarkan data sekunder, data lapangan dan hasil

laboratorium yang telah didapatkan. Data sekunder yang di maksud yaitu

temperatur rata-rata tahunan (0C) dan curah hujan rata-rata tahunan (mm). Data

lapangan yaitu drainase, kedalaman efektif, lereng (%), batuan permukaan,

singkapan batuan, bahaya erosi dan bahaya banjir. Hasil laboratorium yaitu

tekstur tanah, kapasitas tukar kation (KTK), pH tanah, N-total (%), P2O5, K2O,

dan salinitas (mm hos/cm), kemudian dicocokkan dengan kriteria kesesuaian

lahan tanaman cabai merah kecil yang disajikan pada tabel 4.


25

Tabel 3. Karakteristik Lahan Yang Digunakan Dalam Evaluasi Lahan Dalam


Komoditas Pertanian
No Karakteristik Uraian
Lahan
1 Temperatur Suhu rata-rata tahunan
Jumlah curah hujan tahunan atau curah hujan pada masa
2 Curah hujan
pertumbuhan (mm)
Merupakan tingkat kebasahan udara atau jumlah uap air
3 Kelembaban udara
yang di udara (%).
Merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah
4 Drainase
terhadap aerasi udara dalam tanah
Perbandingan butir-butir pasir (0,05 - 2,0 mm), debu
5 Tekstur
(0,002 - 0,05 mm) dan liat (< 0,002 mm)
6 Bahan kasar Bahan yang berukuran > 2 mm (%)
Kedalaman lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan
7 Kedalaman efektif
untuk perkembangan perakaran tanaman (cm)
Tingkat kandungan serat, dimana semakin tinggi
kandungan serat, maka semakin rendah tingkat
8 Kematangan gambut kematangan gambut. Tingkat kematangan gambut
dibedakan atas: saprik (matang), setengah matang
(hemik), dan belum matang (fibrik)
9 Ketebalan gambut Tebal lapisan gambut (cm)
10 KTK tanah Kemampuan tanah mempertukarkan kation (me/100 g
tanah)
Jumlah basa-basa terekstrak NH4OAc pada setiap 100 g
11 Kejenuhan Basa (KB)
contoh tanah
Merupakan [H+] di dalam larutan tanah, semakin tinggi
12 pH tanah [H+], maka nilai ph semakin masam, sebaliknya
semakin rendah [H+], maka ph semakin basis
13 C organik Kandungan karbon organik di dalam tanah (%)
14 Total N Total kandungan N dalam tanah (%)
Kandungan P2O5 terekstrak hcl 25% dalam tanah
15 P2O5
(mg/100 g tanah)
Kandungan K2O terekstrak hcl 25% dalam tanah
16 K2O
(mg/100 g tanah)
Besarnya kandungan garam mudah larut dalam tanah
17 Salinitas
yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (mmhos/cm)
18 Alkalinitas Besarnya kandungan sodium (Na) dapat tukar (%)
Kedalaman bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah
19 Kedalaman sulfidik
sampai batas atas lapisan sulfidik (cm)
20 Lereng Kemiringan lahan (%)
21 Batuan di permukaan Volume batuan yang dijumpai di permukaan tanah (%)
22 Singkapan batuan Volume batuan yang muncul ke permukaan tanah (%)
23 Bahaya longsor Merupakan pergerakan masa batuan atau tanah
Jumlah tanah hilang dari suatu lahan, diprediksi
24 Bahaya erosi
menggunakan rumus USLE (ton/ha/tahun)
25 Genangan Menyatakan tinggi dan lama genangan (cm/bulan)
26

Persyaratan Kelas Kesesuaian Lahan


penggunaan/ S1 S2 S3 N
Karakteristik Lahan
Temperatur (t)
27-28 28-30 >30
Temperatur rerata (oC) 21 – 27 16-21 14-16 <14
Ketersediaan air (w)
500 - 600 400 – 500
Curah hujan (mm) 600 – 1.200 1.200 – > 1.400 < 400
1.400
Media perakaran (r)
sangat
baik, agak agak cepat,
Drainase terhambat terhambat,
terhambat sedang
cepat
halus, agak
Tekstur - agak kasar Kasar
halus, sedang
Kedalaman tanah (cm) ˃ 75 50 – 75 30 - 50 < 30
Retensi hara (f)
KTK liat (cmol) >16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
5,5 – 6,0 < 5,5
pH H2O 6,0 – 7,6
7,6 – 8,0 ˃ 8,0
C-organik (%) > 0,8 ≤ 0,8
Hara Tersedia (n)
N total (%) Sedang Rendah Sangat -
rendah
Tinggi Sedang Rendah- -
P2O5 (mg/100g)
sangat
rendah
K2O (mg/100g) Sedang rendah Sangat -
rendah
Toksisitas (x)
Salinitas (dS/m) <3 3-5 5–7 ˃7
Bahaya Erosi (e)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 – 30 ˃ 30
sangat rendah -
Bahaya erosi berat sangat berat
rendah sedang
Bahaya banjir (b)
Genangan F0 - F1 >F1
Penyiapan lahan (p)
Batuan permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 16 15 - 25 > 25
Tabel 4. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai Merah Kecil
(Capsicum annum L.)
27

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Bontoramba merupakan salah satu dari 11 kecamatan di

Kabupaten Jeneponto, letaknya berbatasan dengan Kabupaten Gowa di sebelah

utara, Kecamatan Tamalatea di sebelah timur, Kecamatan Tamalatea di sebelah

Selatan dan Kecamatan Bangkala di sebelah barat. Kecamatan bontoramba secara

geografis terletak 5o33’0” LS, 119o42’0” BT. Kecamatan Bontoramba terdiri atas

12 desa/kelurahan dengan luas wilayah 8830,59 Ha. Peta administrasi kecamatan

bontoramba dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Peta administrasi kecamatan bontoramba


28

Keadaan Iklim

Data iklim lokasi penelitian ditentukan dengan 2 faktor yaitu suhu udara

dan curah hujan. Berdasarkan data selama 10 tahun terakhir (2009-2019) yang

diperoleh dari BMKG Kab. Maros, rata-rata suhu di Kecamatan Bontoramba

adalah 30 oC dan curah hujan rata-rata adalah 1.400 mm.

Jenis Tanah

Berdasarkan peta jenis tanah Kecamatan Bontoramba skala 1:50.000 yang

disajikan pada Lampiran Gambar 2, diketahui bahwa pada daerah penelitian

terdapat 5 jenis tanah yaitu inceptisol, alfisol, vertisol, ultisol, dan entisol. Jenis

tanah dan luas penyebarannya pada setiap unit lahan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan jenis tanah


No Jenis Tanah Luas
Ha %
1 Inceptisol 2031,01 23
2 Alfisol 3708,8 42
3 Ultisol 2384,2 27
4 Vertisol 176,6 2
5 Entisol 529,8 6
Sumber: Bpkh, 2020

Pada Tabel 5 terlihat bahwa jenis tanah alfisol menempati daerah terluas

yaitu 3708,8 Ha atau 42% dari luas lahan keseuruhan dan jenis tanah Vertisol

menempati luasan terkecil yaitu 176,6 Ha atau 2% dari luas lahan keseluruhan.

Penggunaan Lahan
Berdasarkan peta penggunaan lahan dengan skala 1:50.000 yang disajikan

pada lampiran Gambar 3 terdapat beberapa penggunaan lahan di kecamatan

Bontoramba antara lain: pemukiman, pertanian lahan kering, pertanian lahan

kering campur semak, sawah, dan semak belukar , sedangkan untuk vegetasi
29

alami di daerah penelitian yaitu beberapa jenis rumput dan juga semak belukar.

Penyebaran dan luas setiap penggunaan lahan dapat dilihat Tabel 6.

Tabel 6. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan penggunaan lahan


No Penggunaan Lahan Luas
Ha %
1 Permukiman 429,6 4,8
2 Pertanian lahan kering 959,5 10,8
3 Pertanian lahan kering 4721,2 53,4
bercampur semak
4 Sawah 2510 28,4
Sumber: Bpkh, 2020

Pada Tabel 6 terlihat bahwa pertanian lahan kering bercampur semak

menempati daerah terluas yaitu 4721,2 Ha atau 53,4% dari luas lahan keseluruhan

dan pemukiman menempati luasan terkecil yaitu 429,6 Ha atau 4,8% dari luas

lahan keseluruhan.

Lereng
Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan

permukaan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah.

Berdasarkan peta kemiringan lereng kecamatan Bontoramba, Kabupaten

Jeneponto dengan skala 1:50.000 yang dapat di lihat di lampiran gambar 4 bahwa

kondisi kemiringan lereng di Kecamatan Bontoramba bervariasi mulai dari 0-8%

(datar), 8-15% (landai), 15-25% (agak curam), 25-40% (curam). Penyebaran

kemiringan lereng di lokasi penelitian dapat dilihat di tabel 7.


30

Tabel 7. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan kemiringan lereng

NO Kemiringan Lereng Luas


Ha %
1 0-8% 6056,1 68,5
2 8-15% 2100,2 23,7
3 15-25% 670,1 7,5
4 25-40% 104,1 1,1
Sumber: Bpkh, 2020

Pada Tabel 7 terlihat bahwa kemiringan lereng 0-8% menempati daerah

terluas yaitu 6056,1 Ha atau 68,5% dari luas lahan keseluruhan dan kemiringan

lereng 25-40% menempati luasan terkecil yaitu 104,1 Ha atau 1,1% dari luas

lahan keseluruhan.

Unit Lahan
Berdasarkan hasil tumpang tindih (overlay) peta administrasi, peta

penggunaan lahan, peta jenis tanah , peta kemiringan lereng maka ditetapkan 25

unit lahan dan diwakilkan oleh 5 unit lahan sebagai tempat pengambilan sampel,

berdasarkan 5 jenis tanah yang ada di Kecamatan Bontoramba Kabupaten

Jeneponto. Unit lahan 1 mewakili U2,U3,U5,U16 dan U22, unit lahan 4 mewakili

U7 dan U7 unit lahan 9 mewakili U8,U12,U14,U15,U17,U20,U24,U25, unit

lahan 18 mewakili U10,U11,U13,U19, dan U21, unit lahan 23 tidak mewakili unit

lahan manapun karena tersendiri. Penyebaran unit lahan selengkapnya dapat di

lihat di lampiran gambar 6. Pembagian dan luasan setiap unit lahan dapat dilihat

pada tabel 8 dibawah ini.


31

Tabel 8. Unit Lahan Berdasarkan Jenis Tanah Di Kecamatan Bontoramba


Unit Kemiringa
Jenis Penggunaan Luas
Lahan Desa n Lereng
Tanah Lahan (ha)
(U) (%)
U1 Balumbungang Inceptisol 0-8 Pertanian 328,49
lahan kering
campur
semak
U4 Bangkalaloe Entisol 0-8 Pertanian 157,52
Lahan
Kering
Campur
U9 Baraya Alfisol 0-8 Sawah, 711,47
pertanian
lahan kering
U18 Kareloe Ultisol 8-15 Sawah, 427,73
pertanian
lahan kering
campur
U23 Maero Vertisol 8-15 Sawah, 132,57
pertanian
lahan kering
campur
Sumber : Hasil overlay peta, 2020

Karakteristik Lahan di Lokasi penelitian

Tekstur tanah di lokasi penelitian adalah liat dan lempung liat berdebu.

Penentuan tekstur tanah dalam penelitian ini dilakukan dengan uji laboratorium

dari kelima sampel tanah. Hasil uji laboratorium dapat diliat pada lampiran 1.

Persentase batuan permukaan di lokasi penelitian beragam mulai dari 0%

sampai 5%, sedangkan singkapan batuan mayoritas tidak terdapat singkapan

batuan hanya 1 unit lahan yang terdapat singkapan batuan sebesar 2%. Untuk

bahaya erosi dan bahaya banjir di lokasi penelitian yaitu tidak ada.
32

Hasil Kelas Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

Tabel 9. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) pada Unit Lahan 1
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
+pembuatan
Curah hujan (mm) 1400 mm S2
saluran
irigasi S1

Media perakaran (r) S2


Drainase tanah Sedang S2 +Perbaikan S1
drainase

Tekstur tanah Cl S1 S1
-
Kedalaman efektif (cm) 76 S1 -
S1
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 34 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,96 S1 - S1

C-Organik 0,39 S2 +penambahan S1


bahan
organic
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,10 S2 +Pemberian S1
pupuk N

P2O5 HCL (mg/100g) 24,96 S2 S1


+Pemberian
pupuk P
K2O HCL (mg/100) 71 S1 S1

Toksistas (x) S1
Salinitas (mmhos/cm) 0,08 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Lereng (%) 0-8 S1 - S1
Batuan permukaan (%) 2% S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) Tanpa S1 - S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S3t S3t
33

Sumber : Data hasil olahan, 2020


34

Tabel 10. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) pada Unit Lahan 4
Karakteristik/kualitas lahan Nilai Aktual Perbaikan Potensial
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
Curah hujan (mm) 1400 mm S2 +perbaikan S1
system irigasi

Media perakaran (r) S2


Drainase tanah Sedang S2 +perbaikan S1
drainase

Tekstur tanah Cl S1 S1
-
Kedalaman efektif (cm) S1 -
S1
78
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 46 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,8 S1 S1
-

C-Organik 0,33 S2 S1
+penambahan
bahan
organik
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,15 S2 +pemupukan S1
N
+pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 15,46 S2 S1
P

K2O HCL (mg/100) 127 S1 - S1

Toksistas (x)
Salinitas (mmhos/cm) 0,09 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Lereng (%) 0-8 S1 - S1
Batuan permukaan (%) 5 S1 - S1
Singkapan batuan (%) 2 S1 - S1
Bahaya erosi (e) Tanpa S1 - S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S3t S3t
Sumber : Data hasil olahan, 2020
35

Tabel 11. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) pada Unit Lahan 9
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
Curah hujan (mm) 1400 mm S2 +pembuatan S1
system irigasi

Media perakaran (r) S2


Drainase tanah Sedang S2 +perbaikan S1
drainase

Tekstur tanah Cl S1 S1
-

Kedalaman efektif (cm) S1 S1


76 -
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 30 S1 S1
pH tanah (H2O) 6,72 S1 S1
C-Organik 0,50 S2 S1
+penambahan
bahan organic
Hara tersedia (n)
N-Total (%) 0,14 S2 +pemberian S1
S2 pupuk N

P2O5 HCL (mg/100g) 24,50 +pemberian S1


S2 pupuk P
K2O HCL (mg/100g) 341 S1
S1
Toksistas (x)
Salinitas (mmhos/cm) 0,09 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s)
Lereng (%) 0-8 S1 - S1
Batuan permukaan (%) 3 S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Sangat
Bahaya erosi (e) S1 - S1
rendah
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S3t S3t
36

Sumber : Data hasil olahan, 2020


37

Tabel 12. Hasil Penilaian Kelas Kesesuain Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai pada Unit Lahan 18
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
Curah hujan (mm) 1400 mm S2 +Pembuatan S1
system irigasi

Media perakaran (r) S2


Drainase tanah Sedang S2 S1
+perbaikan
drainase
Tekstur tanah Cl S1 S1
-

Kedalaman efektif (cm) 78 S1 S1


-
Retensi hara (r) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 22 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,08 S1 - S1

-
C-Organik 0,41 S1 S1
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,10 S2 +Pemupukan S1
N
+Pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 24,71 S2 S1
P

K2O HCL (mg/100) 99 S1 - S1


Toksistas (x)
Salinitas (mmhos/cm) 0,09 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S2
Lereng (%) 8-15 S2 - S2
Batuan permukaan (%) 0% S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) Tanpa S1 - S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S3t S3t
Sumber : Data hasil olahan, 2020
38

Tabel 13. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) pada Unit Lahan 23
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
Curah hujan (mm) 1400 mm S2 +Perbaikan S1
system irigasi

Media perakaran (r) S2


Drainase tanah Sedang S2 +perbaikan S1
drainase

Tekstur tanah SiCl S1 S1


-
Kedalaman efektif (cm) 77 S1 -
S1
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 24 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,98 S1 S1
-
C-Organik 0,28 S2 S1
+Penambahan
bahan organik
Hara tersedia (n)
N-Total (%) 0,1 S3 +pemupukan S1
S2 N
+pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 24,40 S1
P
S2
K2O HCL (mg/100) 28 S3 + S1
+Pemupukan
K

Toksistas (x) S1
Salinitas (mmhos/cm) 0,08 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Lereng (%) 0-8 S1 - S1
Batuan permukaan (%) 2% S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) Tanpa S1 - S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S3tn S3t
Sumber : Data hasil olahan, 2020
39

Tabel 14. Hasil Penilaian Kelas Kesesuain Lahan Aktual dan Potensial
No Unit Lahan Kelas Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
Aktual Potensial

1 U1 S3t S3t

2 U9 S3t S3t

3 U18 S3t S3t

4 U23 S3tn S3t

5 U4 S3t S3t
Sumber : Data hasil olahan, 2020
Keterangan:
U : Unit lahan
S3 : Sesuai marginal
t : Temperatur
n : Hara tersedia
40

Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil penilaian kelas kesesuaian lahan yang diperoleh

dari hasil survei lapangan dan analisis laboratorium di semua unit lahan, maka

dapat di ketahui kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial serta faktor pembatas

dan tingkat usaha perbaikan yang diperlukan untuk tanaman cabai merah kecil

(Capsicum annum L.).

Hasil analisis kelas kesesuaian lahan aktual tanaman cabai pada unit lahan

1 yang mewakili U2,U3,U5,U16, dan U22 termasuk S3 (sesuai marginal) dimana

terdapat faktor pembatas yaitu temperatur (suhu rata-rata) yang tidak dapat

dilakukan perbaikan.

Faktor pembatas hara tersedia (N-Total dan P 2O5) usaha perbaikan yang

dapat dilakuan yaitu dengan pemberian pupuk N dan P atau melalui pemberian

pupuk urea dan sp-36.

Faktor pembatas media perakaran (Drainase tanah) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu dengan perbaikan drainase, menurut Suripin (2004) bahwa

fungsi perbaikan drainase tanah yaitu untuk mengendalikan sebagian sebagian air

permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air.

Faktor pembatas ketersediaan air (curah hujan) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu pembuatan saluran irigasi, menurut Ardi (2013)

mengemukakan bahwa secara garis besar tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi

menjadi 2 yaitu tujuan langsung yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk

membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam

tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk

pertumbuhan tanaman, dan tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah,
41

mencuci tanah dari racun, mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan

meningkatkan elevasi suatu daerah.

Faktor pembatas retensi hara (C-Organik) untuk perbaikan C-Organik

dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik, Utami dan Handayani (2003)

menyatakan bahwa adanya penambahan bahan organik berbanding lurus dengan

peningkatan C-organik tanah dan penahan lengas tanah.

Hasil analisis kelas kesesuaian lahan tanaman cabai pada unit lahan 4 yang

mewakili (U7 dan U6) adalah S3 (sesuai marjinal) dimana terdapat faktor

pembatas temperatur (suhu rata-rata) yang tidak dapat dilakukan usaha perbaikan.

Faktor pembatas ketersediaan air (curah hujan) usaha perbaikan yang dapat

dilakukan yaitu dengan pembuatan sistem irigasi, menurut Ardi (2013) secara

garis besar tujuan pembuatan system irigasi dibagi menjadi 2 yaitu tujuan

langsung yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan

dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai

suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman, dan

tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah, mencuci tanah dari racun,

mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan meningkatkan elevasi suatu

daerah.

Faktor pembatas media perkaran (drainase tanah) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan dilakukan yaitu perbaikan drainase tanah Suripin (2004)

menyatakan bahwa fungsi perbaikan drainase tanah yaitu untuk mengendalikan

sebagian sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk

persediaan air.
42

Faktor pembatas retensi hara (C-Organik) usaha perbaikan yang dapat

dilakukan untuk perbaikan C-Organik yaitu dengan pemberian pupuk organik,

menurut Utami dan Handayani (2003) adanya penambahan bahan organik

berbanding lurus dengan peningkatan C-organik tanah dan penahan lengas tanah.

Faktor pembatas hara tersedia (N-total dan P 2O5) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk urea untuk perbaikan unsur N dan

pemberian pupuk pemberian pupuk sp-36 untuk perbaikan unsur P (Rauf et al.,

2010).

Hasil analisis kelas kesesuaian lahan tanaman cabai pada unit lahan 9 yang

mewakili U8,U12,U14,U15,U17,U20,U24, dan U25 termasuk S3 (sesuai

marginal) dimana terdapat faktor pembatas yaitu temperatur (suhu rata-rata) yang

tidak dapat dilakukan perbaikan.

Faktor pembatas ketersediaan air (curah hujan) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu pembuatan sistem irigasi, menurut Ardi (2013) bahwa

secara garis besar tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi menjadi 2, tujuan

langsung yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan

dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai

suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman, dan

tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah, mencuci tanah dari racun,

mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan meningkatkan elevasi suatu

daerah.

Faktor pembatas media perakaran (drainase tanah) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu perbaikan drainase, menurut Suripin (2004) bahwa fungsi
43

perbaikan drainase tanah yaitu untuk mengendalikan sebagian sebagian air

permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air.

Faktor pembatas retensi hara (C-organik) usaha perbaikan yang dapat

dilakukan yaitu pemberian pupuk organik, menurut Utami dan Handayani (2003)

bahwa adanya penambahan bahan organik berbanding lurus dengan peningkatan

C-organik tanah dan penahan lengas tanah.

Faktor pembatas hara tersedia (N-Total dan P 2O5) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu pemberian pupuk N dan P atau pemberian pupuk urea dan

sp-36.

Hasil analisis kelas kesesuaian lahan tanaman cabai pada unit lahan 18

yang mewakili U10,U11,U13,U19,dan U21 adalah S3 (sesuai marjinal) dimana

terdapat faktor pembatas temperatur (suhu rata-rata) yang tidak dapat dilakukan

perbaikan.

Faktor pembatas lain pada unit lahan 18 yang dapat dilakukan perbaikan

antara lain: ketersediaan air (curah hujan) usaha perbaikan yang dapat dilakukan

yaitu dengan pembuatan sistem irigasi, Ardi (2013) mengemukakan bahwa secara

garis besar tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi menjadi 2 yaitu tujuan

langsung yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan

dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai

suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman, dan

tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah, mencuci tanah dari racun,

mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan meningkatkan elevasi suatu

daerah.
44

Faktor pembatas media perakaran (drainase tanah) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu dengan perbaikan drainase tanah yaitu dengan membuat

lahan petak-petak untuk meningkatkan aerasi tanah dan pembuatan drainase

permukaan dan drainase bawah permukaan untuk mengurangi kelembaban tanah,

menurut suripin (2004) bahwa fungsi perbaikan drainase tanah yaitu untuk

mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan

untuk persediaan air.

Hara tersedia (N-Total dan P2O5), usaha perbaikan yang dapat dilakukan

yaitu dengan pemberian pupuk N dan P melalui pemberian pupuk urea dan sp-36.

Hasil analisis kelas kesesuaian lahan tanaman cabai pada unit lahan 23

adalah S3 (sesuai marjinal) dimana terdapat faktor pembatas temperatur (suhu

rata-rata) yang tidak dapat dilakukan perbaikan.

Faktor pembatas lain pada unit lahan 23 yaitu ketersediaan air (curah hujan)

usaha perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan pembuatan sistem irigasi.

Menurut Ardi (2013) secara garis besar tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi

menjadi 2 yaitu tujuan langsung yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi

tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga

dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan

tanaman, dan tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah, mencuci

tanah dari racun, mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan

meningkatkan elevasi suatu daerah.

Faktor pembatas media perakaran (drainase tanah) usaha perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu perbaikan drainase, menurut Suripin (2004) fungsi


45

perbaikan drainase tanah yaitu untuk mengendalikan sebagian sebagian air

permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air.

Faktor pembatas retensi hara (C-Organik) usaha perbaikan yang dapat

dilakukan untuk perbaikan C-Organik yaitu dengan pemberian pupuk organik,

menurut Utami dan Handayani (2003) adanya penambahan bahan organik

berbanding lurus dengan peningkatan C-organik tanah dan penahan lengas tanah.

Faktor pembatas hara tersedia (N-Total, P2O5 dan K2O) usaha perbaikan

yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk urea untuk perbaikan unsur

N, perbaikan unsur P dengan pemberian pupuk sp-36, dan perbaikan unsur K

dengan pemberian KCL (Rauf et al., 2010)

Hasil evaluasi kesesuaian lahan potensial termasuk S3 (sesuai marginal)

dengan faktor pembatas temperatur (suhu rata-rata tahunan) untuk semua unit

lahan 1,9,18,23 dan 4, faktor pembatas tersebut tidak dapat dilakukan perbaikan

(given).

Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman

cabai merah kecil (Capsicum annum L) di kecamatan bontoramba kabupaten

jeneponto diketahui bahwa karakteristik lahan di kecamatan bontoramba tidak

cocok untuk pengembangan tanaman cabai merah kecil karena hasil evaluasi

lahan yaitu S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas temperatur (suhu rata-

rata tahunan) yang diketahui tidak dapat dilakukan perbaikan (given), maka

disarankan untuk melakukan pengembangan tanaman lain yang sesuai dengan

karakteristik lahan di kecamatan bontoramba seperti tanaman lada (Piper

ningrum). Hasil evaluasi lahan tanaman lada (Piper ningrum) dapat dilihat pada

tabel 14 di bawah ini


46

Tabel 15. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 1
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Media perakaran (r) S1
Drainase tanah Sedang S1 S1
Tekstur tanah Cl S1 S1
Kedalaman efektif (cm) 76 S1 S1
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 34 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,96 S1 - S1

C-Organik 0,39 S2 +penambahan S1


bahan
organik
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,10 S2 +Pemberian S1
pupuk N

P2O5 HCL (mg/100g) 24,96 S1 S1

K2O HCL (mg/100) 71 S1 S1


Toksistas (x) S1
Salinitas (mmhos/cm) 0,08 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Lereng (%) 0-8 S1 - S1
Batuan permukaan (%) 2% S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) S1 -

Bahaya erosi Tanpa S1 S1


Lereng (%) 0-8 S1 S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S2fn S1
Sumber : Data hasil olahan, 2020
47
48

Tabel 16. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 4
Karakteristik/kualitas lahan Nilai Aktual Perbaikan Potensial
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Media perakaran (r) S1
Drainase tanah Sedang S1 S1

Tekstur tanah Cl S1 - S1
-
Kedalaman efektif (cm) S1 S1
78
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 46 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,8 S1 S1
-

C-Organik 0,33 S2 S1
+penambahan
bahan
organik
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,15 S2 +pemupukan S1
N
+pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 15,46 S2 S1
P

K2O HCL (mg/100) 127 S1 - S1

Toksistas (x)
Salinitas (mmhos/cm) 0,09 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Batuan permukaan (%) 5 S1 - S1
Singkapan batuan (%) 2 S1 - S1
Bahaya erosi (e) S1 -

Bahaya erosi Tanpa S1 S1


Lereng (%) 0-8 S1 S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S2fn S1
Sumber : Data hasil olahan, 2020
49

Tabel 17. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 9
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1

Media perakaran (r) S1 -

Drainase tanah Sedang S1 S1


Tekstur tanah Cl S1 S1
Kedalaman efektif (cm) S1 S1
76
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 30 S1 S1
pH tanah (H2O) 6,72 S1 S1
C-Organik 0,50 S2 S1
+penambahan
bahan organic
Hara tersedia (n)
N-Total (%) 0,14 S2 +pemberian S1
S2 pupuk N

P2O5 HCL (mg/100g) 24,50 +pemberian S1


S1 pupuk P
K2O HCL (mg/100g) 341 S1
S1
Toksistas (x)
Salinitas (mmhos/cm) 0,09 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Batuan permukaan (%) 3 S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) S1 -

Sangat
Bahaya erosi S1 S1
rendah
Lereng (%) 0-8 S1 S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S2fn S1
Sumber : Data hasil olahan, 2020
50
51

Tabel 18. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 18
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Media perakaran (r) S1
Drainase tanah Sedang S1 S1

Tekstur tanah Cl S1 - S1

Kedalaman efektif (cm) 78 S1 - S1


Retensi hara (f) S1
KTK tanah (cmol(+)kg-1 22 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,08 S1 - S1

-
C-Organik 0,41 S1 S1
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,10 S2 +Pemupukan S1
N
+Pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 24,71 S2 S1
P

K2O HCL (mg/100) 99 S1 - S1


Toksistas (x)
Salinitas (mmhos/cm) 0,09 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Batuan permukaan (%) 0% S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) S2 - S2
Bahaya erosi Tanpa S1 S1
Lereng (%) 8-15 S2 - S2
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S2ne S2e
Sumber : Data hasil olahan, 2020
52
53

Tabel 19. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 23
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Media perakaran (r) S1
Drainase tanah Sedang S1 - S1

Tekstur tanah SiCl S1 - S1


-
Kedalaman efektif (cm) 77 S1 S1
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 24 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,98 S1 S1
-
C-Organik 0,28 S2 S1
+Penambahan
bahan organik
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,1 S2 +pemupukan S1
N
-
P2O5 HCL (mg/100) 24,40 S1 S1

K2O HCL (mg/100) 28 S1 - S1


Toksistas (x) S1
Salinitas (mmhos/cm) 0,08 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Batuan permukaan (%) 2% S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) S1 -

Bahaya erosi Tanpa S1 S1


Lereng (%) 0-8 S1 S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S2fn S1
Sumber : Data hasil olahan, 2020
54

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman

Lada (Piper ningrum) di kecamatan Bontoramba pada unit lahan 1, 4, 9, 18, dan

23 yaitu S2 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas retensi hara (C-organik), hara

tersedia (N-total dan P2O5), dan tingkat bahaya erosi (lereng). Setelah dilkukan

perbaikan pada lahan maka kesesuaian lahan potensialnya yaitu S1 (sangat sesuai)

pada unit lahan 1, 4, 9, 18, dan 23


55

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan tanaman cabai merah kecil

(Capsicum annum L) dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat kesesuaian lahan aktual pada unit lahan 1,4,9,18, dan 23 adalah

sesuai marginal (S3), sedangkan tingkat kesesuaian lahan potensial adalah

Sesuai marginal (S3).

2. Faktor pembatas kesesuaian lahan aktual diantaranya yaitu temperatur (suhu

rata-rata tahunan), ketersediaan air (curah hujan), media perakaran (drainase

tanah, kedalaman efektif), retensi hara (C-organik), dan hara tersedia (N-total,

P2O5 dan K2O), sedangkan faktor pembatas kesesuaian lahan potensial adalah

temperatur (suhu rata-rata tahunan).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat faktor pembatas lahan tanaman

Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) di kecamatan Bontoramba yang tidak

dapat dilakukan perbaikan yaitu temperatur (suhu rata-rata tahunan), dengan

adanya faktor pembatas tersebut maka sangat sulit untuk dilakukan

pengembangan tanaman cabai di Kecamatan Bontoramba untuk skala besar dalam

upaya peningkatan ekonomi masyarakat, maka disarankan untuk melakukan

pengembangan tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan di Kecamatan

Bontoramba yaitu tanaman Lada (Piper ningrum) karena tingkat kesesuaian lahan

potensialnya S1 (sangat sesuai) pada unit lahan 1, 4, 9, 18, dan 23.


56

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, 2004, karakteristik lahan, BPFE, Yogyakarta.


Anonim, 2019. Bontoramba dalam angka 2019. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jeneponto

Ardi. 2013. Hasil Besar Dari Irgasi Kecil. Koran Harian Media Indonesia. Jakarta.
Arif, A.B. 2010. Pendugaan Parameter Genetika Beberapa Karakter Kualitatif
Dan Kuantitatif Pada Tiga Kelompok Cabai (Capsicum Annum L.).
[Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institute Pertanian Bogor.

Arsyad S.1985.Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB.Jakarta

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010. Petunjuk Teknis.


Kementerian Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
2010. 79 hal.

Bakhsh, K., A. Bashir, dan H. Sarfraz, 2006, Food Security Through Increasing
Technical Efficiency, Asian Journal Of Plant Science, 5 (6)

Dalimartha, 2005. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai. Jilid 3. Puspa Swara Jakarta.
Djaenuddin, D., Basuni. Harjowigeno, S., Subagyo, H., Sukardi, M., Ismangun,
Marsudi, DS., Suharta, N., Hakim, L., J. Dai., Suwandi, V., Bachri, S., dan
Jordenes, ER., 1994. Kesesuain lahan untuk Tanaman Pertanian dan
Kehutanan. Laporan teknis No.7 versi 1.0 Center for Soil and Agroklimat
Research, Bogor. FAO, 1976. A Franework for land Evaluation FAO Soil
Bill.
Gunawan Budiyanto, 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. Lembaga Penelitian,
Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (LP3M UMY). Yogyakarta. 253 hal.

Hakim, et al.1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung; Penerbit Universitas


Lampung.

Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka. 2007 Evaluasi Kesesuaian Lahan Dan


Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Harpenas, A. dan Dermawan, R. 2015. Cabai Unggul. Jakarta: Penerbit Swadaya.


Kementerian Pertanian.

I Gede Sugiyanta. 2007. Geografi Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung


57

Kusandriani, Y. dan A. Muharram, 2005. Produksi Benih Cabai. Balai Penelitian


Tanaman Sayuran, Lembang. 30 hal.

Lopulisa, C., Husni, H, 2011, Evaluasi Lahan. Lembaga Penelitian Pengabdian


Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar

Lutfi Rayes. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset.
Yogyakarta.

Mega, I.M., Dibia, I.N., Ratna, I.G.P. dan Kusmiyarti, T.B. 2010. Klasifikasi
Tanah dan Kesesuaian Lahan. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana,
Denpasar. hlm 145.

Nazir, Mohammad, 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nawaningsih, A. A., H.I. Imdad, A. Wahyudi, 2001, Cabai Hot Beauty, penebar
swadaya, Jakarta.

Rauf A.W, Syamsuddin, T dan Sihombing, S.R. 2010. Peranan Pupuk NPK Pada
Tanaman Padi. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan
Pengembangan. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat Irian
Jaya.
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Ritung, S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian
Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh
Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF),
Bogor, Indonesia. 45 hal.
Sandy, I Made dan Indonesia. Direktorat Tata Guna Tanah. Dan Indonesia.
Direktorat Jenderal Agraria. 1977. Penggunaan tanah (land use) di
Indonesia [ jakarta: Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat jenderal
Agraria, Departemen Dalam Negeri.
Saptana, Nur khoiriyah A., A.M. Ar-rozi, 2012, Kinerja produksi dan harga
komoditas cabai merah, http://pse.litbang.pertanian.go.id., diakses pada
tanggal 11 November 2020.
Sarwono Hardjowigeno, Widiatmaka, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sitorus S.R.P., 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Laboratorium
perencanaan sumberdaya Lahan Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
58

Sofyan R, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian


Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh
Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF),
Bogor, Indonesia.
Subardja, D., 2000. Petunjuk Teknis Klasfikasi Tanah Nasional. Badan Penelitian
dan Pengembangan pertanian. Kementrian Pertanian.
Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik,
UGM. Yogyakarta.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susiana, 2006. Karakter Agronomi Genotipe Cabai (Capsicum annum L.). F4.
IPB. Bogor.
Utami, S. N. H. dan Handayani. 2003. Sifat kimia pada entisol sistim pertanian
organik. Jurnal Ilmu Pertanian, 10 (2): 63-69.
Widodo, W.D., 2002, Memperpanjang umur produktif Cabai (60 kali petik)
penebar swadaya, Jakarta.
Wijoyo, P. 2009. Taktik Jitu Menanam Cabai Di Musim Hujan. Bee Media
Indonesia : Jakartaa 101 Hal.
59

L
A
M
P
I
R
A
N
60

Lampiran 1. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah


61

Lampiran 2. Tekstur Tanah


t1 Halus Liat berdebu, liat
t2 Agak halus Liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,
lempung liat berpasir
t3 Sedang Debu, lempung berdebu, lempung
t4 Agak kasar Lempung berpasir
t5 Kasar Pasir berlempung
Sumber: Hardjowigeno dan widiatmaka, 2018

Lampiran 3. Kriteria Lereng dan Kelas Lereng pada Suatu Daerah


No Kelas Lereng Kriteria Lereng
1 0-3% Datar
2 3-8% Landai/Berombak
3 8-15% Agak miring/Bergelombang
4 15-25% Miring/Berbukit
5 25-45% Agak curam
Sumber: Hardjowigeno dan widiatmaka, 2018

Lampiran 4. Klasifikasi Drainase Tanah


DO Baik Tanah mempunyai peredaran udara baik seluruh
profil tanah dari atas sampai lapisan bawah
berwarna terang yang uniform dan tidak terdapat
bercak-bercak.
DO Agak Baik Tanah mempunyai peredaran udara yang baik.
Tidak terdaapat bercak-bercak berwarna kuning,
coklat, atau kelabu pada lapisan atas dan bagian
lapisan atas bawah.
DO Agak Buruk Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara
baik: tidak terdapat bercak-bercak berwarna
kuning, coklat, atau kelabu bercak-bercak terdapat
pada seluruh lapisan tanah.
Buruk Bagian atau lapisan atas (dekat permukaan) warna
terdapat bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan
kekuningan.
Sangat Buruk Seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu
dan tanah bawah kelabu atau terdapat bercak-
bercak kelabu, coklat dan kekuningan.
Sumber: Hardjowigeno dan widiatmaka, 2018

Lampiran 5. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah

Harkat
Sifat Tanah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Rendah
C (%) <1.00 1.00 – 2.00 2.01 – 3.00 3.01 – 5.00 >5.00
62

N (%) <0.1 0.1 – 0.2 0.21 – 0.5 0.51 – 0.75 >0.75


C/N <5 5 – 10 11 – 15 16 – 25 >25
P2O5 HCL <10 10 – 20 21 – 40 41 – 60 >60
(mg/100g)
P2O5 Bray (ppm) <10 10 – 15 16 – 25 26 – 35 >35
P2O5 Olsen (ppm) <4.5 <4.5 – 11.5 11.6 – 22.8 >22.8 -
K2O HCl 25%
(mg/100g)*) <10 10 – 20 21 – 40 41 – 60 >60
K-Total (ppm)**) <100 100 – 200 210 – 400 410 – 600 >600
KTK (me/100g)**)
Susunan Kation : <5 5 – 16 17 – 24 25 – 40 >40
K (me/100g) <0.2 0.2 – 0.3 0.4 – 0.5 0.6 – 1.0 >1.0
Ne (me/100g) <0.1 0.1 – 0.3 0.4 – 0.7 0.8 – 1.0 >1.0
Mg (me/100g) <0.4 0.4 – 1.1 1.1 – 2.0 2.1 – 8.0 >8.0
Ca (me/100g) <2 2–5 6 – 10 11 – 20 >20
Kejenuhan Basa <20 20 – 35 36 – 60 61 – 75 >75
(%)
Kejenuhan <10 10 – 20 21 - 30 31 – 60 >60
Aluminium (%)
Sangat masam Masam Agak Netral Agak Alkaslis
masam Alkals
pH H2O <4.5 4.5 – 5.5 5.6 – 6.6 6.6 = 7.5 7.5 – 8.5 >8.5
Sumber : Staf Pusat penelitian Tanah Bogor (1993)
*) 1 mg/100g + 1mg?100.000 mg + 10 ppm
**) Puslittanak, 1993
***) me/100g = cmol (+)/kg

Lampiran 6. Kriteria Penilaian Bahaya Banjir

No Kedalaman Banjir (X) Lama Banjir (Y)

1. >25 cm <1 bulan

2. 25-50 cm 1-3 bulan

3. 50-150 cm 3-6 bulan

4. >150 cm >6 bulan

Bahaya banjir diberi symbol X dan Y (dimana X adalah symbol

kedalaman banjir dan Y symbol lamanya banjir) dibedakan atas :


63

F0 (Tanpa) : --

F1 (Ringan) : F1.1, F2.1, F3.1

F2 (Sedang) : F1.2, F2.2, F3.2, F4.2

F3 (Agak berat) : F4.3, F2.3, F3.3

F4 (Berat) : F1.4, F2.4, F3.4, F4.2, F4.3, F4.4

Lampiran 7. Batuan Singkapan


b0 Tidak ada <2% permukaan tanah tertutup
b1 Sedikit 2-10% permukaan tanah tertutup, pengelolaan tanah,
dan penanaman agak terganggu
b2 Sedang 10-50% permukaan tanah tertutup, pengelolaan tanah,
dan penanaman terganggu
b3 Banyak 50-90% permukaan tanah tertutup, pengelolaan tanah,
dan penanaman sangat terganggu
b4 Sangat >90% permukaan tanah tertutup, tanah sama sekali
banyak tidak bisa digarap
Sumber : Harjowigeno dan Widiatmaka, 2018

Lampiran 8. Bahaya Erosi


E0 Tidak ada erosi -
E1 Ringan >25% lapisan atas hilang
E2 Sedang 25-75% lapisan atas hilang
E3 Berat >75% lapisan atas hilang, <25% lapisan bawah
hilang
E4 Sangat kecil >75% lapisan atas hilang, >25% lapisan bawah
hilang
Sumber : Harjowigeno dan Widiatmaka, 2018

Lampiran 9. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual menjadi Potensial


menurut Tingkat Pengelolaannya
No Kualitas dan Tingkat Pengelolaan Jenis Perbaikan
karakteristik lahan Sedang Tinggi
1. Regim radiasi - - -
2. Regim suhu - - -
3. Regim kelembaban - - -
4. Ketersediaan air
64

 Bulan kering + ++ Irigasi


 Curah hujan + ++ Irigasi
5. Media perakaran
 Drainase + ++ Saluran drainase
 Tekstur - - -
 Kedalaman - + -
Efektif
 Gambut, - - -
kematangan
 Gambut, - - -
keteblana
6. Retensi hara
 KTK + ++ Bahan organic
 pH + ++ Kaput
7. Ketersediaan hara
 N total + ++ Pupuk N
 P tersedia + ++ Pupuk P
 K dapat ditukar + ++ Pupuk K
8. Bahaya banjir
 Periode + + -
 Frekuensi + + -

9. Keragaman
 Salinitas + ++ -
10. Toksisitas
 Kejenuhan + ++ Kapur
alumunium
 Kedalaman - + Mengatur
pirit permukaan air tanah
11. Kemudahan - + Mekanisasi
pengolahan
12. Terrain/potensi - + -
mekanisasi
13. Bahaya erosi + ++ Usaha konsevasi
tanah
Sumber : Harjowigeno dan Widiatmaka, 2018

Keterangan :

- Tidak dapat dilakukan perbaikan


+ Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih
tinggi (S3 menjadi S2)
65

++ Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)

Lampiran 10. Jenis Usaha Pebaikan Kualitas Lahan Aktual menjadi Potenisial
menurut Tingkat Pengelolaannya
Jenis usaha pebaikan kualitas/karakteristik lahan aktual menjadi potenisial menurut tingkat
pengelolaannya
No Kualitas/karakteristik Jenis perbaikan Tingkat
lahan pengelolaan
1. Rejim radiasi
 Panjangnyapenyinaran Tidak dapat dilakukan perbaikan -
matahari
2. Rejim suhu
 Suhu rata-rata tahunan Tidak dapat dilakukan perbaikan -
 Suhu rata-rata bulan Tidak dapat dilakukan perbaikan -
terdingin
 Suhu rata-rata bulan Tidak dapat dilakukan perbaikan -
terpanas
3. Rejim kelembaban udara
 Kelembaban Tidak dapat dilakukan perbaikan -
nisba
4. Ketersediaan air
 Bulan kering Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
 Curah hujan Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
5. Media perakaran
 Drainase tanah Perbaikan sistem drainase seperti -
pembuatan drainase
 Tekstur tanah Tidak dapat dilakukan perbaikan -
 Kedalaman Umumnya tidak dapat dilakukan Tinggi
efektif perbaikan perbaikan kecuali pada
lapisan pedas lunak dan tipis dengan
membongkarnya waktu pengolahan
tanah
Pengaturan sistem drainase untuk Tinggi
 Gambut mempercepat pematangan gambut
kematangan Dengan teknik pemadatan gambut,
serta teknik penanaman serta pemilihan
 Gambut
ketebalan varietas.
6. Retensi hara
 KTK tanah Pengapuran atau penambahan bahan Sedang, tinggi
organik
 pH tanah Pengapuran Sedang
7. Ketersediaan hara
 N Total Pemupukan Sedang, tinggi
 P Tersedia Pemupukan Sedang, tinggi
 K dapat ditukar Pemupukan Sedang, tinggi
8. Bahaya banjir
66

 Periode Pembuatan tanggul penahan banjir Tinggi


 Frekuensi Pembuatan drainase untuk Tinggi
mempercepat pengaturan air
9. Keragaman
 Salinitas Reklamasi Sedang, tinggi
10 Toksisitas
.  Kejenuhan Al Pengapuran Sedang, tinggi
 Lapisan pirit Pengaturan sistem tata air tanah, tinggi Sedang, tinggi
permukaan air tanah harus diatas
lapisan sulfidik
11 Kemudahan pengelolaan Pengaturan kelembaban tanah untuk Sedang, tinggi
. mempermudah pengolahan tanah
12 Terrain (Medan) potensi Tidak dapat dilakukan perbaikan -
. mekanisasi
13 Bahaya erosi Usaha pengurangan laju erosi, Sedang, tinggi
. pembuatan teras, penanaman sejajar
kontur penutupan tanah
Sumber: Hardjowigeno dan widiatmaka, 2018
Keterangan:
 Tingkat pengelolaan rendah; pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani
dengan biaya yang relatif rendah
 Tingkat pengelolaan sedang; pengeloaan dapat dilaksanakan pada tingkat
petani menengah memerlukan modal menengah dan teknik pertanian
sedang
 Tingkat pengelolaan tinggi; pengelolaan hanya dapat dilaksanakan dengan
modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah atau
perusahaan besar atau menengah.
67

Lampiran 11. Parameter Curah Hujan Tahunan selama 10 Tahun Terakhir (2009-2019)
di Kecamatan Bontoramba
68

Lampiran 12. Parameter Suhu Udara Bulanan selama 10 Tahun Terakhir (2009-2019) di
Kecamatan Bontoramba
69

Lampiran 13. Tabulasi Luas Unit Lahan, Kelerengan, Penggunaan Lahan, dan Jenis Tanah
Unit
DESA Kelerengan Penggunaan lahan Jenis tanah Luas Unit Lahan (Ha) Lahan
DESA BALUMBUNGANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Inceptisol 328.4913463300 U1
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Alfisol 67.86679617080 U2
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 33.83755096580 U3
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Vertisol 157.52345044800 U4
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Inceptisol 406.25524881400 U5
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Sawah Alfisol 24.05678640190 U6
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Sawah Vertisol 102.38860496900 U7
DESA BARAYA 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Alfisol 47.66960519170 U8
DESA BARAYA 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 711.47344969100 U9
DESA BATUJALA 8-15% (Landai) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ultisol 130.55835276100 U10
DESA BULUSIBATANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ultisol 244.93939633000 U11
DESA BULUSIBATANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 513.93397595400 U12
DESA BULUSIBATANG 0-8% (Datar) Sawah Ultisol 64.13896630500 U13
DESA DATARA 8-15% (Landai) Pertanian Lahan Kering Alfisol 37.61780498820 U14
DESA DATARA 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Alfisol 336.79480381200 U15
DESA DATARA 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 156.81342834200 U16
DESA DATARA 0-8% (Datar) Sawah Alfisol 26.90309073670 U17
DESA KARELOE 8-15% (Landai) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ultisol 427.73071774400 U18
DESA KARELOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ultisol 253.73033221600 U19
DESA KARELOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 508.95918686100 U20
DESA KARELOE 0-8% (Datar) Sawah Ultisol 53.93339111370 U21
DESA LENTU 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Inceptisol 472.93705980800 U22
DESA MAERO 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Entisol 132.57363481900 U23
70

DESA TANAMMAWANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Alfisol 69.85086291170 U24
DESA TANAMMAWANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 242.16531400600 U25
Sumber: Bpkh, 2020
71

Lampiran 14. Hasil Analisis Kandungan K2O


72

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Bontoramba


73

Gambar 2. Peta Jenis Tanah


74
75

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng


76

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan


77
78

Gambar 5. Peta Unit Lahan


79
80

Gambar 6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual


81
82

Gambar 7. Peta Kesesuaian Lahan Potensial


83

Gambar 8. Pengamatan lapangan Gambar 9. Pencarian titik koordinat

Gambar 10.Pengeboran unit lahan


Gambar 11. Pengukuran
untuk pengambilan sampel tanah
kedalaman efektif tanah pada unit
lahan
84

Gambar 13. Menyimpan sampel


Gambar 12. menyimpan sampel tanah yang telah di haluskan
tanah di kantong kedalam cawan

Gambar 15. Pengekstrakan sampel


Gambar 14. Menimbang sampel tanah
tanah menggunakan timbangan
digital
85

RIWAYAT HIDUP
Penulis (Muhammad Irwan Jamal) lahir pada tanggal 11
Oktober 1998 disebuah Kota kecil di daerah tenggara
Sulawesi yaitu kota kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penulis dibesarkan oleh keluarga yang sangat disiplin dari
pasangan Ayahanda Jamaluddin dan ibunda Saenab,
penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Riwayat pendidikan penulis masuk di Sekolah Dasar swasta Kartika jaya


Kecamatan Mandonga, Kota Kendari pada tahun 2004 dan selesai tahun 2010,
lanjut ke Madrasah tsanawiyah (MTS Negeri 1 Kendari) pada tahun 2010 dan
selesai tahun 2013, kemudian penulis lanjut ke Sekolah Menengah Aatas (SMA
Negeri 1 Kendari) dan selesai tepat waktu pada tahun 2016.
Penulis mulai masuk ke jenjang perguruan tinggi pada tahun 2016
tepatnya pada kampus universitas muslim Indonesia (UMI) Makassar, tepat di
fakultas pertanian program studi agroteknologi. Pengalaman organisasi Intra
kampus. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian UMI Makassar Periode
2019-2020 dengan jabatan anggota bidang Aqidah dan Akhlak. Motto tidak
peduli seberapa pintar, kaya dan rupawan anda menganggap diri anda,
bagaimana anda memperlakukan orang lain pada akhirnya menceritakan siapa
anda sebenarnya.
Alamat Email: Irwanmuhammad665@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai