SKRIPSI
SKRIPSI
Kepada
Stambuk : 08220160035
Fakultas : Pertanian
merupakan hasil karya sendiri bukan merupakan tulisan atau pemikiran orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan merupakan hasil pikiran
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Amir Tjoneng, M.S Dr. Ir. Maimuna Nontji, M.Si
Mengetahui
Dr. Ir. H. Abdul Haris, S.P., M.P Dr. Ir. Hj. Suriyanti HS, M.Pd
iii
KATA PENGANTAR
skripsi dengan Judul “Evaluasi Kesesuian Lahan Tanaman pada Tanaman Cabai
Jeneponto”. Skripsi ini digunakan menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan
akan bisa menyelesaikannya tepat pada waktunya tanpa bantuan dari orang lain.
Olehnya itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1.) Dr. Ir. Amir Tjoneng M.S, selaku Pembimbing I dan, Dr. Ir. Maimunah
2.) Kedua Orang tua saya dan kakak-kakak saya tercinta yang selalu
skripsi ini
3.) Bapak Dr. Ir. Abdul Haris, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
4.) Ibu Dr. Ir. Suryanti HS, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Program Studi
Makassar
5.) Rachmat Hidayat SP. Yang telah membantu dalam pembuatan peta penelitian
iv
7.) Dan terakhir penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan -
banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan
kritikan yang bersifat membangun. Penulis juga berharap skripsi ini dapat
Wassalamualaikum wr wb.
RINGKASAN
Muhammad Irwan Jamal, 082 2016 0035, Evaluasi Kesesuaian Lahan
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan
Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Dibimbing oleh Amir Tjoneng selaku
pembimbing I dan Maimunah Nontji selaku Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuian lahan aktual dan potensial
serta faktor-faktor pembatas untuk pengembangan tanaman cabai merah kecil
(Capsicum annum L.) di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
penentuan kelas keseuaian lahan berdasarkan metode FAO dengan pendekatan
faktor-faktor pembatas lahan. Data sekunder yang dibutuhkan seperti data curah
hujan dan suhu rata-rata tahunan masing-masing 10 tahun terakhir di Kecamatan
Bontoramba yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Kabupaten Maros (BMKG) dan Pengumpulan Peta dasar seperti peta administrasi,
peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta kelerengan. Peta-peta tersebut
kemudian di tumpang tindih sehingga diperoleh 25 unit lahan. Pengambilan
sampel dilakukan di lima tempat pada satuan unit lahan dengan jenis tanah yang
berbeda di tentukan melalui tumpang tindih peta yang kemudian dianalisis di
laboratorium. Sifat yang dianalisis dicocokkan dengan kriteria kesesuaian lahan
untuk tanaman cabai merah kecil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman cabai
merah kecil di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto pada unit lahan 1,
4, 9, 18, dan 23 termasuk S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas antara lain
temperatur (Suhu rata-rata tahunan) dan hara tersedia (K2O). Sedangkan
berdasarkan kesesuaian lahan potensial termasuk S3 (sesuai marginal) dengan
faktor pembatas temperatur (suhu rata-rata tahunan) pada semua unit lahan yaitu
1, 4, 9, 18, dan 23. Karena karakteristik lahan di kecamatan Bontoramba tidak
sesuai untuk pengembangan tanaman Cabai (Capsicum annum L.) maka
disarankan untuk melakukan pengembangan tanaman lain yang sesuai dengan
karakteristik lahan di kecamatan Bontoramba yaitu tanaman Lada (Piper ningrum)
karena kesesuaian lahan potensialnya adalah S1 (sangat sesuai) pada semua unit
lahan.
6
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
RINGKASAN v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR GAMBAR ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................. 1
Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat tumbuh Tanaman Cabai Merah Kecil (Capsicum annum L.)............ 5
Lahan............................................................................................................. 6
Survei Tanah................................................................................................. 7
Evaluasi kesesuaian lahan............................................................................. 8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan.................................... 12
Metode pendekatan dalam kesesuaian lahan................................................. 14
Kualitas dan karakteristik lahan.................................................................... 15
Klasifikasi kesesuaian lahan......................................................................... 18
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat......................................................................................... 22
Bahan dan alat............................................................................................... 22
Metode penelitian.......................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.............................................................................................................. 27
Pembahasan................................................................................................... 38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................... 50
Saran.............................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
DAFTAR TABEL
No. Teks Hal
1. Data produksi Cabai merah kecil (Capsicum annum L) di Kecamatan
Bontoramba.............................................................................................. 3
2. Parameter dan metode pengukuran analisis biofisik lahan di Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto........................................................... 24
3. Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan dalam komoditas
pertanian................................................................................................... 25
4. Kriteria kesesuaian lahan tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L.)............................................................................... 26
5. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan jenis tanah.................. 28
6. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan penggunaan lahan...... 29
7. Luas lahan Kecamatan Bontoramba berdasarkan kemiringan lereng...... 30
8. Unit lahan berdasarkan jenis tanah........................................................... 31
9. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai di merah kecil
(Capsicum annum L) Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 1............ 32
10. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L) di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 4 ....... 33
11. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L) di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 9 ....... 34
12. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L) di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 18...... 35
13. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai merah kecil
(Capsicum annum L) di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 23...... 36
14. Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Cabai
merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan Bontoramba .............. 37
15. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 1........................................... 44
16. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 4........................................... 45
17. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 9........................................... 46
18. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 18......................................... 47
19. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman Lada (Piper ningrum)
di Kecamatan Bontoramba pada unit lahan 23......................................... 48
8
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Hal
1. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah............................................................. 55
2. Tekstur Tanah........................................................................................... 56
3. Kriteria Kelerengan.................................................................................. 56
4. Klasifikasi Drainase Tanah...................................................................... 56
5. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah....................................................... 57
6. Kriteria Penilaian Bahaya Banjir.............................................................. 57
7. Batuan Singkapan..................................................................................... 58
8. Bahaya Erosi............................................................................................ 58
9. Asusmsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual menjadi Potensial
menurut Tingkat Pengelolaannya ........................................................... 59
11. Jenis Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual menjadi Potensial menurut
Tingkat Pengelolaannya........................................................................... 60
12. Parameter Curah Hujan selama 10 Tahun (2009-2019) di Kecamatan
Bontoramba.............................................................................................. 62
13. Parameter Suhu Udara Bulanan selama 10 Tahun (2009-2019) di
Kecamatan Bontoramba........................................................................... 63
14. Tabulasi Unit Lahan, Jenis Tanah, Pengggunaan Lahan Dan Luas
Lahan di Kecamatan Bontoramba............................................................ 64
15. Hasil Analisis Tanah Kandungan K2O..................................................... 66
9
DAFTAR GAMBAR
No Teks Hal
1. Peta Administrasi Kecamatan Bontoramba............................................ 67
2. Peta Jenis Tanah Kecamatan Bontoramba............................................. 68
3. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Bontoramba................................. 69
4. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Bontoramba.................................. 70
5. Peta Unit Lahan Kecamatn Bontoramba................................................ 71
6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Kecamatan Bontoramba....................... 72
7. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Kecamatan Bontoramba................... 73
8. Pengamatan Lapangan............................................................................ 74
9. Pencarian Titik Koordinat...................................................................... 74
10. Pengeboran Unit Lahan Untuk Pengambilan Sampel Tanah................. 74
11. Pengukuran Kedalaman Efektif Tanah................................................... 74
12. Menyimpan Sampel Tanah Di Kantong Plastik..................................... 75
13. Menyimpan Sampel Tanah Yang Telah Di Haluskan Kedalam Cawan 75
14. Menimbang Sampel Tanah Menggunakan Timbangan Digital............. 75
15. Pengekstrakan Sampel Tanah................................................................. 75
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan adalah lingkungan fisik berupa iklim, tanah, air, relief dan vegetasi
serta kegiatan manusia yang memberikan pengaruh terhadap lahan itu sendiri.
Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yaitu
Lahan adalah sumber daya alam yang sangat penting dalam kegiatan
pada pemanfaatan lahan untuk pemukiman dan pemanfaatan yang lainnya juga
Luas lahan yang sesusai untuk kegiatan pertanian sangat terbatas, hal ini
dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor iklim suatu daerah. Luasan lahan yang
begitupula dengan luas lahan. Semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin
tinggi produksi dan pendapatan (Suratiyah, 2006). Sejalan dengan itu, Bakhsh et
al. (2006) juga menyatakan bahwa ada tiga kemunginan cara untuk meningkatkan
baru, dan menggunakan sumber daya yang tersedia secara lebih efisien.
tumbuh tanaman tersebut agar dapat tumbuh secara optimal. Penilaian kesesuaian
diperlukan.
komoditas pertanian menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan. Agar
penggunaan lahan lebih intensif dan cocok untuk budidaya pertanian, perlu
dilakukan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi ini bertujuan agar tanaman yang
akan ditanam pada lahan tersebut cocok dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi pertanian tidak itu saja, kecocokan lahan pertanian sangat
berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dikatakan bahwa luas
Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) adalah komoditas sayuran yang
banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya
cabai. Permintaan cabai yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri
merah merupakan tanaman yang bisa ditanam tanpa tergantung musim tertentu,
karena sifatnya yang tidak mengenal musim (Harpenas dan Dermawan, 2015).
pertanian yang cukup baik dengan beberapa macam varietas tanaman. Melihat
luasan wilayah dan kondisi wilayah yang memiliki potensi untuk pengembangan
Saat ini dapat diketahui bahwa budidaya tanaman pangan masih menjadi
akan semakin meningkat. Menurut data BPS (badan pusat statistik) adapun luasan
Tabel 1. Data produksi Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) di Kecamatan
Bontoramba
Tahun Luas Panen Produksi (Ton) Rata-Rata
(Ha) Produktivitas
(Ton/Ha)
2017 19 22,5 1,18
2018 47 24,1 0,6
2019 96 62,1 0,6
Sumber : BPS Kab. Jeneponto, 2020
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rata rata produktivitas cabai di
berada diangka 4 – 8 ton/Ha (Saptana et. al. 2012). Dalam upaya untuk lebih
ini maka perlu dilakukan pengkajian tentang evaluasi sumberdaya lahan dengan
kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman cabai. Upaya tersebut dapat memberikan
data karakteristik lahan dan kualitasnya mengenai tingkat kesesuaian lahan serta
dapat dilakukan upaya usaha perbaikan yang sesuai dengan karakteristik lahan,
4
mengingat wilayah penenitian ini memiliki lahan yang cukup luas dan berpotensi
Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui kesesuian lahan aktual dan potensial untuk tanaman Cabai
Jeneponto
Jeneponto.
Manfaat penelitian.
selanjutnya.
5
TINJAUAN PUSTAKA
1.Tanah
campuran berupa bahan organik dan anorganik (Nawangsih, et. al. 2001).
Tanah yang cocok untuk tanaman cabai agar tumbuh dengan baik dan
dapat hidup lebih panjang adalah tanah yang gembur, keasaman antara 5,5 – 6,8,
kandungan unsur hara cukup seimbang, dan kaya bahan organik. Selain itu,
tanaman cabai akan lebih baik kalau ditanam pada daerah datar dengan lereng
kurang dari 3%, kandungan batuan di permukaan kurang dari 5%, kelas drainase
baik, tekstur tanah lempug, lempung liat berpasir, debu, lempung liat berdebu, dan
sehingga cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dari tanah berpasir sampai
berliat, asalkan terdapat aerasi dan drainase yang baik. Bila diharapkan panen
yang lebih cepat, cabai merah sebaiknya ditanam pada tanah lempung berpasir
dan bila diharapkan panen lebih lambat cabai merah lebih sesuai ditanam pada
tanah yang lebih berat atau tanah liat. Tanah juga harus mengandung cukup bahan
organik, unsur hara dan air serta bebas dari gulma, nematoda dan bakteri layu.
Kisaran pH yang ideal adalah antara 5,5 – 6,8 karena pada pH di bawah 5,5 atau
di atas 6,8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (Kusandriani dan
Muharam, 2005).
2.
6
permukaan laut. Tanaman Cabai dikenal sebagai tanaman yang tidak begitu tahan
dengan curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi pada saat tanaman cabai
berkurang. Meskipun tidak menyukai curah hujan yang tinggi tanaman cabai
dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan kelembaban yang tinggi (Widodo,
2002).
cabai. Curah hujan yang ideal untuk bertanam cabai adalah 1.000 mm/tahun.
air untuk penyiraman. Sebaliknya, curah hujan yang tinggi bisa merusak tanaman
cabai serta membuat lahan penanaman dengan kelembaban tinggi (Arif, 2010).
3. Cahaya Matahari
bunga dan buah, serta pemasakan buah. Jika intensitas cahaya matahari yang
dibutuhkan kurang atau tanaman ternaungi, umur panen cabai akan lebih lama,
batang lemas, tanaman meninggi, dan gampang terkena penyakit, terutama yang
Lahan
fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami yang
dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai
aktivitas manusia baik dimasa lalu maupun masa sekarang. Salah satu bagian dari
lahan yang memegang peranan penting dalam menopang semua proses kehidupan,
manusia ialah tanah, dengan demikian, ruang lingkup dari lahan (land) jauh lebih
luas dari tanah, akan tetapi tanah merupakan obyek yang turut menentukan tipe
Survei Tanah
tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan
Tujuan utama survei tanah adalah membuat semua informasi spesifik yang
survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan
udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang merupakan
8
penerapan gabungan dari kedua metode survei. Biasanya dalam metode grid
secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta (Rayes,
2007).
penggunaan tertentu. Evaluasi lahan tidak terlepas dari kegiatan survei tanah.
Sedangkan survei tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan
merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna lahan dimana dari evaluasi
lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat lahan yang dimiliki oleh lahan yang
akan digunakan.
Evaluasi lahan pada suatu daerah berguna dalam rangka penataan kembali
penggunaan lahan yang telah ada, serta membantu dalam pengambilan keputusan
sumber daya yang ada pada lahan agar lahan dapat dimanfaatkan dengan benar
(Sofyan, 2007).
ini, alami, dan belum ada usaha perbaikan. Faktor pembatas dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu: (a) faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara
faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak
ekonomis diperbaiki.
setelah adanya usaha perbaikan. Lahan potensial adalah lahan yang sudah
diberi input sesuai tingkat pengolahan agar dapat diduga hasil produksi per
satuan luasnya.
10
3. Pembatas Lahan
berbagai penggunaan lahan. Pembatas lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat
dengan aliran yang ada dan meningkatkan elevasi suatu daerah (Ardi,
2013).
(teknologi) yang akan diterapkan dan karakteristik lahan yang tidak dapat
diperbaiki. Satuan peta yang mempunyai karakteristik lahan yang tidak dapat
berubah menjadi satu atau dua tingkat lebih baik. (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2007)
1. Vegetasi
Salah satu unsur lahan yang dapat berkembang secara alami atau sebagai
hasil dari aktifitas manusia adalah vegetasi baik pada masa lalu atau masa kini.
atau kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu melalui adanya tanaman-
2. Sosial Ekonomi
sosial ekonomi untuk evaluasi lahan yaitu: (1) pengevaluasian mungkin tidak
mengetahui secara tepat nomenklatur dan konsep ekonomi, (2) data ekonomi
yang tersedia pada umumnya didasarkan atas kerangka yang berbeda dari
3. Topografi
posisi bentang lahan mudah diukur dan dinilai sangat penting dalam evaluasi
lahan mencakup data dan atau asumsi yang berkaitan dengan aspek hasil,
lahan, pemilikan lahan dan tingkat pendapatan per unit produksi atau unit areal.
Tipe penggunaan lahan menurut sistem dan modelnya dibedakan atas dua
4. Tanah
Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu (1) sebagai sumber unsur hara
bagi tumbuhan dan (2) sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar, air
tanah tersimpan dan tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan. Kedua
fungsi tersebut akan habis atau hilang disebabkan kerusakan tanah. Hilangnya
5. Iklim
dapat berpengaruh terhadap tanah, tanaman dan terhadap hama dan penyakit
suhu dan curah hujan. Suhu (temperatur) sangat ditentukan oleh perbedaan
tinggi tempat, sedangkan curah hujan sangat ditentukan oleh intensitas dan
penyimpangan dan kondisi optimal dari suatu karakteristik atau kualitas lahan
atau jenis penggunaan lahan tertentu dikatakan karakteristik atau kualitas lahan
karakteristik atau kualitas yang sama tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau yang bersifat kompleks dari
terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristic). Kualitas lahan
ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada
dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim.
pembentuk satuan peta tanah (Djaenuddin, et al, 2003 dalam Sofyan, et. al, 2007).
1. Topografi
wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut.
Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi.
2. Iklim
Faktor iklim yang pada umumnya erat kaitannya dengan tanaman adalah
temperatur dan curah hujan. Tanaman kina dan kopi, misalnya, menyukai
dataran tinggi atau suhu rendah, sedangkan karet, kelapa sawit dan kelapa
sesuai untuk dataran rendah. Pada daerah yang data suhu udaranya tidak
permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-
ratanya.
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan
yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu
wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan
otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang
terjadi selama 1 (satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan
yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap
menit, setiap jam, dan seterusnya. Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan
biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering
3. Tanah
tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya
a. Drainase
jenuh air. Kelas drainase tanah disajikan pada Tabel karakteristik kelas
drainase tanah untuk evaluasi lahan. Kelas drainase tanah yang sesuai
dan 5 kurang sesuai untuk tanaman tahunan karena sering jenuh air
b. Tekstur
mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan
setiap lapisan tanah dan kedalaman efektif adalah seberapa dalam akar
permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit
18
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu
tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail
(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S)
19
dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai
(S2),dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai
(N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau
sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N) (Sofyan, et.al, 2007).
Kelas S1: Sangat sesuai, Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas
bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara
nyata.
Kelas S2: Cukup sesuai, Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor
masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong
sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau
pihak swasta.
Sub kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas
menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan
20
tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan
keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor penghambat
sama yaitu kondisi perakaran terutama factor kedalaman efektif tanah, yang
dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1kedalaman efektif sedang (50-75 cm),
dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50cm). Dalam praktek evaluasi lahan,
kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan (Sofyan, et.al, 2007).
Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk
penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap
Ordo N atau tidak sesuai (not suitable) adalah lahan yang mempunyai
suatu tujuan yang direncanakan. Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu karena beberapa alasan. Hal ini dapat terjadi karena
seperti penanaman pada lereng yang curam. Selain itu, sering pula didasarkan
pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari
suatu Ordo. Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang
kelas yang makin menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas yang dianjurkan
adalah sebanyak 3 (tiga) kelas dalam Ordo S, yaitu: S1, S2, S3 dan 2 (dua)
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta dasar yang terdiri
atas peta administrasi, peta pengunaan lahan, peta kemiringan lereng, dan peta
jenis tanah yang masing – masing mengunakan skala 1:50.000, dan data curah
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, kantong plastik,
bor tanah, Global Positioning System (GPS), cangkul, gunting, pisau, timbangan,
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan
Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Tahapan
peta administrasi, peta pengunaan lahan, peta jenis tanah, peta lereng, yang
masing – masing mempunyai skala 1:50 000 yang diperoleh dari Balai
23
data curah hujan selama 10 tahun (2009-2019) yang diperoleh dari Badan
antara peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta
kemiringan lereng. Peta ini akan menjadi peta kerja sekaligus menjadi
lapangan termasuk orientasi medan dan pengamatan satuan unit lahan. Hal
setiap unit lahan dan disimpan ke dalam kantongan yang telah disiapkan.
3. Analisis Tanah
dan sifat kimia tanah, yang disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan
dan metode pengukuran yang digunakan dalam analisis tanah disajikan pada
Tabel 2.
temperatur rata-rata tahunan (0C) dan curah hujan rata-rata tahunan (mm). Data
singkapan batuan, bahaya erosi dan bahaya banjir. Hasil laboratorium yaitu
tekstur tanah, kapasitas tukar kation (KTK), pH tanah, N-total (%), P2O5, K2O,
geografis terletak 5o33’0” LS, 119o42’0” BT. Kecamatan Bontoramba terdiri atas
Keadaan Iklim
Data iklim lokasi penelitian ditentukan dengan 2 faktor yaitu suhu udara
dan curah hujan. Berdasarkan data selama 10 tahun terakhir (2009-2019) yang
Jenis Tanah
terdapat 5 jenis tanah yaitu inceptisol, alfisol, vertisol, ultisol, dan entisol. Jenis
tanah dan luas penyebarannya pada setiap unit lahan dapat dilihat pada Tabel 5.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa jenis tanah alfisol menempati daerah terluas
yaitu 3708,8 Ha atau 42% dari luas lahan keseuruhan dan jenis tanah Vertisol
menempati luasan terkecil yaitu 176,6 Ha atau 2% dari luas lahan keseluruhan.
Penggunaan Lahan
Berdasarkan peta penggunaan lahan dengan skala 1:50.000 yang disajikan
kering campur semak, sawah, dan semak belukar , sedangkan untuk vegetasi
29
alami di daerah penelitian yaitu beberapa jenis rumput dan juga semak belukar.
menempati daerah terluas yaitu 4721,2 Ha atau 53,4% dari luas lahan keseluruhan
dan pemukiman menempati luasan terkecil yaitu 429,6 Ha atau 4,8% dari luas
lahan keseluruhan.
Lereng
Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan
permukaan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah.
Jeneponto dengan skala 1:50.000 yang dapat di lihat di lampiran gambar 4 bahwa
terluas yaitu 6056,1 Ha atau 68,5% dari luas lahan keseluruhan dan kemiringan
lereng 25-40% menempati luasan terkecil yaitu 104,1 Ha atau 1,1% dari luas
lahan keseluruhan.
Unit Lahan
Berdasarkan hasil tumpang tindih (overlay) peta administrasi, peta
penggunaan lahan, peta jenis tanah , peta kemiringan lereng maka ditetapkan 25
unit lahan dan diwakilkan oleh 5 unit lahan sebagai tempat pengambilan sampel,
Jeneponto. Unit lahan 1 mewakili U2,U3,U5,U16 dan U22, unit lahan 4 mewakili
lahan 18 mewakili U10,U11,U13,U19, dan U21, unit lahan 23 tidak mewakili unit
lihat di lampiran gambar 6. Pembagian dan luasan setiap unit lahan dapat dilihat
Tekstur tanah di lokasi penelitian adalah liat dan lempung liat berdebu.
Penentuan tekstur tanah dalam penelitian ini dilakukan dengan uji laboratorium
dari kelima sampel tanah. Hasil uji laboratorium dapat diliat pada lampiran 1.
batuan hanya 1 unit lahan yang terdapat singkapan batuan sebesar 2%. Untuk
bahaya erosi dan bahaya banjir di lokasi penelitian yaitu tidak ada.
32
Tabel 9. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) pada Unit Lahan 1
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
+pembuatan
Curah hujan (mm) 1400 mm S2
saluran
irigasi S1
Tekstur tanah Cl S1 S1
-
Kedalaman efektif (cm) 76 S1 -
S1
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 34 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,96 S1 - S1
Toksistas (x) S1
Salinitas (mmhos/cm) 0,08 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Lereng (%) 0-8 S1 - S1
Batuan permukaan (%) 2% S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) Tanpa S1 - S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S3t S3t
33
Tabel 10. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) pada Unit Lahan 4
Karakteristik/kualitas lahan Nilai Aktual Perbaikan Potensial
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
Curah hujan (mm) 1400 mm S2 +perbaikan S1
system irigasi
Tekstur tanah Cl S1 S1
-
Kedalaman efektif (cm) S1 -
S1
78
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 46 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,8 S1 S1
-
C-Organik 0,33 S2 S1
+penambahan
bahan
organik
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,15 S2 +pemupukan S1
N
+pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 15,46 S2 S1
P
Toksistas (x)
Salinitas (mmhos/cm) 0,09 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Lereng (%) 0-8 S1 - S1
Batuan permukaan (%) 5 S1 - S1
Singkapan batuan (%) 2 S1 - S1
Bahaya erosi (e) Tanpa S1 - S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S3t S3t
Sumber : Data hasil olahan, 2020
35
Tabel 11. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) pada Unit Lahan 9
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
Curah hujan (mm) 1400 mm S2 +pembuatan S1
system irigasi
Tekstur tanah Cl S1 S1
-
Tabel 12. Hasil Penilaian Kelas Kesesuain Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai pada Unit Lahan 18
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
Curah hujan (mm) 1400 mm S2 +Pembuatan S1
system irigasi
-
C-Organik 0,41 S1 S1
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,10 S2 +Pemupukan S1
N
+Pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 24,71 S2 S1
P
Tabel 13. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) pada Unit Lahan 23
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S3
Rata-rata tahunan (c) 30 S3 - S3
Ketersediaan air (w) S2
Curah hujan (mm) 1400 mm S2 +Perbaikan S1
system irigasi
Toksistas (x) S1
Salinitas (mmhos/cm) 0,08 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Lereng (%) 0-8 S1 - S1
Batuan permukaan (%) 2% S1 - S1
Singkapan batuan (%) 0% S1 - S1
Bahaya erosi (e) Tanpa S1 - S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S3tn S3t
Sumber : Data hasil olahan, 2020
39
Tabel 14. Hasil Penilaian Kelas Kesesuain Lahan Aktual dan Potensial
No Unit Lahan Kelas Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
Aktual Potensial
1 U1 S3t S3t
2 U9 S3t S3t
5 U4 S3t S3t
Sumber : Data hasil olahan, 2020
Keterangan:
U : Unit lahan
S3 : Sesuai marginal
t : Temperatur
n : Hara tersedia
40
Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil penilaian kelas kesesuaian lahan yang diperoleh
dari hasil survei lapangan dan analisis laboratorium di semua unit lahan, maka
dapat di ketahui kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial serta faktor pembatas
dan tingkat usaha perbaikan yang diperlukan untuk tanaman cabai merah kecil
Hasil analisis kelas kesesuaian lahan aktual tanaman cabai pada unit lahan
terdapat faktor pembatas yaitu temperatur (suhu rata-rata) yang tidak dapat
dilakukan perbaikan.
Faktor pembatas hara tersedia (N-Total dan P 2O5) usaha perbaikan yang
dapat dilakuan yaitu dengan pemberian pupuk N dan P atau melalui pemberian
dapat dilakukan yaitu dengan perbaikan drainase, menurut Suripin (2004) bahwa
fungsi perbaikan drainase tanah yaitu untuk mengendalikan sebagian sebagian air
mengemukakan bahwa secara garis besar tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi
membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam
tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan tanaman, dan tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah,
41
mencuci tanah dari racun, mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan
dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik, Utami dan Handayani (2003)
Hasil analisis kelas kesesuaian lahan tanaman cabai pada unit lahan 4 yang
mewakili (U7 dan U6) adalah S3 (sesuai marjinal) dimana terdapat faktor
pembatas temperatur (suhu rata-rata) yang tidak dapat dilakukan usaha perbaikan.
Faktor pembatas ketersediaan air (curah hujan) usaha perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu dengan pembuatan sistem irigasi, menurut Ardi (2013) secara
garis besar tujuan pembuatan system irigasi dibagi menjadi 2 yaitu tujuan
dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai
suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman, dan
tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah, mencuci tanah dari racun,
mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan meningkatkan elevasi suatu
daerah.
sebagian sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air.
42
berbanding lurus dengan peningkatan C-organik tanah dan penahan lengas tanah.
Faktor pembatas hara tersedia (N-total dan P 2O5) usaha perbaikan yang
dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk urea untuk perbaikan unsur N dan
pemberian pupuk pemberian pupuk sp-36 untuk perbaikan unsur P (Rauf et al.,
2010).
Hasil analisis kelas kesesuaian lahan tanaman cabai pada unit lahan 9 yang
marginal) dimana terdapat faktor pembatas yaitu temperatur (suhu rata-rata) yang
dapat dilakukan yaitu pembuatan sistem irigasi, menurut Ardi (2013) bahwa
secara garis besar tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi menjadi 2, tujuan
dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai
suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman, dan
tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah, mencuci tanah dari racun,
mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan meningkatkan elevasi suatu
daerah.
dapat dilakukan yaitu perbaikan drainase, menurut Suripin (2004) bahwa fungsi
43
dilakukan yaitu pemberian pupuk organik, menurut Utami dan Handayani (2003)
Faktor pembatas hara tersedia (N-Total dan P 2O5) usaha perbaikan yang
dapat dilakukan yaitu pemberian pupuk N dan P atau pemberian pupuk urea dan
sp-36.
Hasil analisis kelas kesesuaian lahan tanaman cabai pada unit lahan 18
terdapat faktor pembatas temperatur (suhu rata-rata) yang tidak dapat dilakukan
perbaikan.
Faktor pembatas lain pada unit lahan 18 yang dapat dilakukan perbaikan
antara lain: ketersediaan air (curah hujan) usaha perbaikan yang dapat dilakukan
yaitu dengan pembuatan sistem irigasi, Ardi (2013) mengemukakan bahwa secara
garis besar tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi menjadi 2 yaitu tujuan
dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai
suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman, dan
tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah, mencuci tanah dari racun,
mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan meningkatkan elevasi suatu
daerah.
44
dapat dilakukan yaitu dengan perbaikan drainase tanah yaitu dengan membuat
menurut suripin (2004) bahwa fungsi perbaikan drainase tanah yaitu untuk
Hara tersedia (N-Total dan P2O5), usaha perbaikan yang dapat dilakukan
yaitu dengan pemberian pupuk N dan P melalui pemberian pupuk urea dan sp-36.
Hasil analisis kelas kesesuaian lahan tanaman cabai pada unit lahan 23
Faktor pembatas lain pada unit lahan 23 yaitu ketersediaan air (curah hujan)
usaha perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan pembuatan sistem irigasi.
Menurut Ardi (2013) secara garis besar tujuan pembuatan sistem irigasi dibagi
menjadi 2 yaitu tujuan langsung yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi
tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga
dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan
tanaman, dan tujuan tidak langsungnya adalah mengatur suhu tanah, mencuci
tanah dari racun, mengangkut bahan pupuk dengan aliran yang ada dan
berbanding lurus dengan peningkatan C-organik tanah dan penahan lengas tanah.
Faktor pembatas hara tersedia (N-Total, P2O5 dan K2O) usaha perbaikan
yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk urea untuk perbaikan unsur
dengan faktor pembatas temperatur (suhu rata-rata tahunan) untuk semua unit
lahan 1,9,18,23 dan 4, faktor pembatas tersebut tidak dapat dilakukan perbaikan
(given).
cocok untuk pengembangan tanaman cabai merah kecil karena hasil evaluasi
lahan yaitu S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas temperatur (suhu rata-
rata tahunan) yang diketahui tidak dapat dilakukan perbaikan (given), maka
ningrum). Hasil evaluasi lahan tanaman lada (Piper ningrum) dapat dilihat pada
Tabel 15. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 1
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Media perakaran (r) S1
Drainase tanah Sedang S1 S1
Tekstur tanah Cl S1 S1
Kedalaman efektif (cm) 76 S1 S1
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 34 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,96 S1 - S1
Tabel 16. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 4
Karakteristik/kualitas lahan Nilai Aktual Perbaikan Potensial
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Media perakaran (r) S1
Drainase tanah Sedang S1 S1
Tekstur tanah Cl S1 - S1
-
Kedalaman efektif (cm) S1 S1
78
Retensi hara (f) S2
KTK tanah (cmol(+)kg-1 46 S1 - S1
pH tanah (H2O) 6,8 S1 S1
-
C-Organik 0,33 S2 S1
+penambahan
bahan
organik
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,15 S2 +pemupukan S1
N
+pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 15,46 S2 S1
P
Toksistas (x)
Salinitas (mmhos/cm) 0,09 S1 - S1
Potensi mekanisasi (s) S1
Batuan permukaan (%) 5 S1 - S1
Singkapan batuan (%) 2 S1 - S1
Bahaya erosi (e) S1 -
Tabel 17. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 9
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Sangat
Bahaya erosi S1 S1
rendah
Lereng (%) 0-8 S1 S1
Bahaya banjir (b) F0 S1 - S1
Kelas kesesuaian lahan S2fn S1
Sumber : Data hasil olahan, 2020
50
51
Tabel 18. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 18
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Media perakaran (r) S1
Drainase tanah Sedang S1 S1
Tekstur tanah Cl S1 - S1
-
C-Organik 0,41 S1 S1
Hara tersedia (n) S2
N-Total (%) 0,10 S2 +Pemupukan S1
N
+Pemupukan
P2O5 HCL (mg/100) 24,71 S2 S1
P
Tabel 19. Hasil Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk
Tanaman Lada pada Unit Lahan 23
Karakteristik /kualitas Nilai Aktual Perbaikan Potensial
lahan
Temperatur (t) S1
Rata-rata tahunan (c) 30 S1 - S1
Ketersediaan air (w) S1
Curah hujan (mm) 1400 mm S1 S1
Media perakaran (r) S1
Drainase tanah Sedang S1 - S1
Lada (Piper ningrum) di kecamatan Bontoramba pada unit lahan 1, 4, 9, 18, dan
23 yaitu S2 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas retensi hara (C-organik), hara
tersedia (N-total dan P2O5), dan tingkat bahaya erosi (lereng). Setelah dilkukan
perbaikan pada lahan maka kesesuaian lahan potensialnya yaitu S1 (sangat sesuai)
1. Tingkat kesesuaian lahan aktual pada unit lahan 1,4,9,18, dan 23 adalah
tanah, kedalaman efektif), retensi hara (C-organik), dan hara tersedia (N-total,
P2O5 dan K2O), sedangkan faktor pembatas kesesuaian lahan potensial adalah
Saran
Cabai merah kecil (Capsicum annum L.) di kecamatan Bontoramba yang tidak
Bontoramba yaitu tanaman Lada (Piper ningrum) karena tingkat kesesuaian lahan
DAFTAR PUSTAKA
Ardi. 2013. Hasil Besar Dari Irgasi Kecil. Koran Harian Media Indonesia. Jakarta.
Arif, A.B. 2010. Pendugaan Parameter Genetika Beberapa Karakter Kualitatif
Dan Kuantitatif Pada Tiga Kelompok Cabai (Capsicum Annum L.).
[Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institute Pertanian Bogor.
Bakhsh, K., A. Bashir, dan H. Sarfraz, 2006, Food Security Through Increasing
Technical Efficiency, Asian Journal Of Plant Science, 5 (6)
Dalimartha, 2005. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai. Jilid 3. Puspa Swara Jakarta.
Djaenuddin, D., Basuni. Harjowigeno, S., Subagyo, H., Sukardi, M., Ismangun,
Marsudi, DS., Suharta, N., Hakim, L., J. Dai., Suwandi, V., Bachri, S., dan
Jordenes, ER., 1994. Kesesuain lahan untuk Tanaman Pertanian dan
Kehutanan. Laporan teknis No.7 versi 1.0 Center for Soil and Agroklimat
Research, Bogor. FAO, 1976. A Franework for land Evaluation FAO Soil
Bill.
Gunawan Budiyanto, 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. Lembaga Penelitian,
Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (LP3M UMY). Yogyakarta. 253 hal.
Lutfi Rayes. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Mega, I.M., Dibia, I.N., Ratna, I.G.P. dan Kusmiyarti, T.B. 2010. Klasifikasi
Tanah dan Kesesuaian Lahan. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana,
Denpasar. hlm 145.
Nawaningsih, A. A., H.I. Imdad, A. Wahyudi, 2001, Cabai Hot Beauty, penebar
swadaya, Jakarta.
Rauf A.W, Syamsuddin, T dan Sihombing, S.R. 2010. Peranan Pupuk NPK Pada
Tanaman Padi. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan
Pengembangan. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat Irian
Jaya.
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Ritung, S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian
Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh
Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF),
Bogor, Indonesia. 45 hal.
Sandy, I Made dan Indonesia. Direktorat Tata Guna Tanah. Dan Indonesia.
Direktorat Jenderal Agraria. 1977. Penggunaan tanah (land use) di
Indonesia [ jakarta: Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat jenderal
Agraria, Departemen Dalam Negeri.
Saptana, Nur khoiriyah A., A.M. Ar-rozi, 2012, Kinerja produksi dan harga
komoditas cabai merah, http://pse.litbang.pertanian.go.id., diakses pada
tanggal 11 November 2020.
Sarwono Hardjowigeno, Widiatmaka, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sitorus S.R.P., 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Laboratorium
perencanaan sumberdaya Lahan Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
58
L
A
M
P
I
R
A
N
60
Harkat
Sifat Tanah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Rendah
C (%) <1.00 1.00 – 2.00 2.01 – 3.00 3.01 – 5.00 >5.00
62
F0 (Tanpa) : --
9. Keragaman
Salinitas + ++ -
10. Toksisitas
Kejenuhan + ++ Kapur
alumunium
Kedalaman - + Mengatur
pirit permukaan air tanah
11. Kemudahan - + Mekanisasi
pengolahan
12. Terrain/potensi - + -
mekanisasi
13. Bahaya erosi + ++ Usaha konsevasi
tanah
Sumber : Harjowigeno dan Widiatmaka, 2018
Keterangan :
Lampiran 10. Jenis Usaha Pebaikan Kualitas Lahan Aktual menjadi Potenisial
menurut Tingkat Pengelolaannya
Jenis usaha pebaikan kualitas/karakteristik lahan aktual menjadi potenisial menurut tingkat
pengelolaannya
No Kualitas/karakteristik Jenis perbaikan Tingkat
lahan pengelolaan
1. Rejim radiasi
Panjangnyapenyinaran Tidak dapat dilakukan perbaikan -
matahari
2. Rejim suhu
Suhu rata-rata tahunan Tidak dapat dilakukan perbaikan -
Suhu rata-rata bulan Tidak dapat dilakukan perbaikan -
terdingin
Suhu rata-rata bulan Tidak dapat dilakukan perbaikan -
terpanas
3. Rejim kelembaban udara
Kelembaban Tidak dapat dilakukan perbaikan -
nisba
4. Ketersediaan air
Bulan kering Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
Curah hujan Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
5. Media perakaran
Drainase tanah Perbaikan sistem drainase seperti -
pembuatan drainase
Tekstur tanah Tidak dapat dilakukan perbaikan -
Kedalaman Umumnya tidak dapat dilakukan Tinggi
efektif perbaikan perbaikan kecuali pada
lapisan pedas lunak dan tipis dengan
membongkarnya waktu pengolahan
tanah
Pengaturan sistem drainase untuk Tinggi
Gambut mempercepat pematangan gambut
kematangan Dengan teknik pemadatan gambut,
serta teknik penanaman serta pemilihan
Gambut
ketebalan varietas.
6. Retensi hara
KTK tanah Pengapuran atau penambahan bahan Sedang, tinggi
organik
pH tanah Pengapuran Sedang
7. Ketersediaan hara
N Total Pemupukan Sedang, tinggi
P Tersedia Pemupukan Sedang, tinggi
K dapat ditukar Pemupukan Sedang, tinggi
8. Bahaya banjir
66
Lampiran 11. Parameter Curah Hujan Tahunan selama 10 Tahun Terakhir (2009-2019)
di Kecamatan Bontoramba
68
Lampiran 12. Parameter Suhu Udara Bulanan selama 10 Tahun Terakhir (2009-2019) di
Kecamatan Bontoramba
69
Lampiran 13. Tabulasi Luas Unit Lahan, Kelerengan, Penggunaan Lahan, dan Jenis Tanah
Unit
DESA Kelerengan Penggunaan lahan Jenis tanah Luas Unit Lahan (Ha) Lahan
DESA BALUMBUNGANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Inceptisol 328.4913463300 U1
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Alfisol 67.86679617080 U2
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 33.83755096580 U3
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Vertisol 157.52345044800 U4
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Inceptisol 406.25524881400 U5
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Sawah Alfisol 24.05678640190 U6
DESA BANGKALALOE 0-8% (Datar) Sawah Vertisol 102.38860496900 U7
DESA BARAYA 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Alfisol 47.66960519170 U8
DESA BARAYA 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 711.47344969100 U9
DESA BATUJALA 8-15% (Landai) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ultisol 130.55835276100 U10
DESA BULUSIBATANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ultisol 244.93939633000 U11
DESA BULUSIBATANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 513.93397595400 U12
DESA BULUSIBATANG 0-8% (Datar) Sawah Ultisol 64.13896630500 U13
DESA DATARA 8-15% (Landai) Pertanian Lahan Kering Alfisol 37.61780498820 U14
DESA DATARA 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Alfisol 336.79480381200 U15
DESA DATARA 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 156.81342834200 U16
DESA DATARA 0-8% (Datar) Sawah Alfisol 26.90309073670 U17
DESA KARELOE 8-15% (Landai) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ultisol 427.73071774400 U18
DESA KARELOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Ultisol 253.73033221600 U19
DESA KARELOE 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 508.95918686100 U20
DESA KARELOE 0-8% (Datar) Sawah Ultisol 53.93339111370 U21
DESA LENTU 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Inceptisol 472.93705980800 U22
DESA MAERO 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Entisol 132.57363481900 U23
70
DESA TANAMMAWANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Alfisol 69.85086291170 U24
DESA TANAMMAWANG 0-8% (Datar) Pertanian Lahan Kering Campur Semak Alfisol 242.16531400600 U25
Sumber: Bpkh, 2020
71
LAMPIRAN GAMBAR
RIWAYAT HIDUP
Penulis (Muhammad Irwan Jamal) lahir pada tanggal 11
Oktober 1998 disebuah Kota kecil di daerah tenggara
Sulawesi yaitu kota kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penulis dibesarkan oleh keluarga yang sangat disiplin dari
pasangan Ayahanda Jamaluddin dan ibunda Saenab,
penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.