Oleh:
Aena Hikmariyani
1177060003
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019 M / 1440 H
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelasaikan usulan penelitian yang berjudul
“EKSTRAK KULIT BAWANG PUTIH SEBAGAI BIOSTIMULAN BAGI
PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L. sub. chinensis) DI
LAHAN MARGINAL”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Keterbatasan lahan pertanian menjadi salah satu tantangan bagi seorang petani
dalam mengembangkan produktivitas tanaman. Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan memanfaatkan tanah marginal yang tidak digunakan sebagai lahan pertanian.
Tanah maginal merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang randah
meliputi pH masam, kandungan unsur hara rendah, dan memiliki kejenuhan
alumunium tinggi, seperti pada lahan kering.
1
di lahan yang luas. Lahan marginal dapat digunakan sebagai lahan budidaya tanaman
pakcoy, namun tingkat kesuburan yang rendah pada lahan marginal menjadi kendala
budidaya tanaman pakcoy.
2
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3
Penanganan lahan marginal di Indonesia sampai saat ini masih sangat minim.
Konservasi lahan pertanian dan kehutanan ke sektor lain dilakukan untuk menuntut
reklamasi lahan marginal untuk menjadi lahan produktif (Yuwono, 2009). Upaya
sederhana yang dapat dilakukan oleh para pelaku usaha tani dalam memanfaatkan
lahan marginal ialah dengan melakukan memperbaiki kandungan hara dalam tanah,
seperti pemberian pupuk organik ataupun anorganik. Namun, pemberian pupuk
anorganik secara intensif dapat mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah dan
merusak sifat fisik tanah.
4
Terdapat beberapa jenis biostimulan yang dikembangkan dalam bidang
pertanian diantaranya ialah inokulan mikroba, asam humat, asam fulvat, asam amino,
ekstrak rumput laut, dan ekstrak tanaman (Calvo et al., 2014). Senyawa kimia yang
berperan dalam biostimulan adalah flavonoid dan alkaloid.
Alkaloid yang terdapat pada kulit bawang putih memiliki gugus basa yang
mengandung nitrogen. Alkaloid dapat berperan sebagai tempat penyimpanan nitrogen
dan menjadi pengganti basa mineral dalam kesetimbangan ion tubuh. Selain itu jika
dilihat dari segi strukturnya, beberapa alkaloid dapat berfungsi sebagai pengatur
pertumbuhan dalam perkecambahan namun beberapa struktur lainnya menghambat
perkecambahan (Gunawan, 2009).
5
Keterbatasan Penggunaan lahan marginal Kesuburan
lahan produktif. sebagai lahan budidaya. rendah.
1.6. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut, maka diperoleh beberapa hipotesis sebagai
berikut:
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biostimulan
Biostimulan merupakan formulasi senyawa bioaktif tanaman atau
mikroorganisme yang dapat meningkatkan efesiensi pertumbuhan suatu organisme
(Calvo et al., 2014). Biostimulan dapat meningkatkan proses metabolisme tanaman
meliputi respirasi, fotosintesis, sintesis asam nukleat, dan penyerapan ion. Bostimulan
berperan dalam meningkatkan kapasitas penyimpanan air pada tanaman,
meningkatkan antioksidan, serta meningkatkan produksi klorofil (Schmidt et al.,
2003). Biostimulan dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman, meningkatkan
produksi tanaman, memaksimalkan penyerapan nutrisi seperti P, N, Cu dan hara
mikro lainnya serta berperan dalam efisiensi penggunaan pupuk 50% lebih hemat
daripada yang seharusnya (Berlyn dan Sivaramakrishnan, 1996).
7
Kulit bawang putih memiliki kandungan senyawa sekunder meliputi alkaloid,
flavonoid, saponin, polifenol, tannin, dan kuinon (Wijayanti dan Rasyid, 2015). Kulit
bawang putih digunakan sesbagai bahan pestisida alami, karena mampu mematikan
patogen melalui reaksi nitrogen dan asam amino sehingga terjadi lisis. Selain itu,
kulit bawang putih digunakan sebagai pakan ternak karena mengandung flavonoid
yang berfungsi sebagai antioksidan. Menurut Soleh et al (2006) menyebutkan bahwa,
penggunaan tepung kulit bawang putih sebanyak 1,25 – 5% berpengaruh nyata
terhadap pertambahan bobot ternak.
Oxisols adalah tanah mineral yang dicirikan oleh adanya horison oksik, yaitu
horison dengan KTK-liat < 16 cmolc/kg, KTK-efektif < 12 cmolc/kg, kandungan
mineral mudah lapuk dalam fraksi 50-200 mikron < 10%, dan struktur batuan < 5%
dari volume tanah (Soil Survey Staff 2006).
Inceptisols adalah tanah yang tergolong relatif muda, dicirikan oleh adanya
horison kambik, yaitu suatu horison alterasi atau perubahan pada tahap awal yang
8
dicirikan oleh perkembangan struktur atau perubahan warna tanah, transformasi
secara kimia atau pemindahan bahan, dan atau merupakan hasil kombinasi dari dua
atau lebih proses tersebut (Soil Survey Staff 2006).
Kingdom : Plantae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Family : Brassicaceae
Genus : Brassica
Pakcoy (Brassica rapa L. sub. chinensis) merupakan salah satu sayuran daun
kerabat dari sawi yang berumur pendek dan merupakan sayur introduksi dari Cina.
Tanaman ini memiliki daun yang bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna hijau
tua, dan mengkilap. Tangkai daunnya berwarna putih atau hijau muda, gemuk, dan
berdaging (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tanaman pakcoy mengandung 93% air,
3% karbohidrat, 1,7% protein, 0,7% serat, dan 0,8% abu. Pakcoy merupakan sumber
dari vitamin dan mineral seperti vitamin C, ß-karoten, Ca, P, dan Fe (Elzebroek dan
Wind, 2008).
Pakcoy atau biasa yang disebut dengan sawi sendok termasuk tanaman sayur
yang tahan panas, sehingga bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi
(100-1000 mdpl), akan tetapi hasil panen akan lebih baik bila ditanam di dataran
tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang
9
tahun. Saat musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara
teratur. Tanaman ini dapat dipanen pada umur 30-45 hari setelah tanam (HST)
dengan potensi produksi 20-25 ton.ha-1 dan kebutuhan benih pakcoy 400-500 g.ha-1
(Wahyudi, 2010).
Media tanam yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta memiliki drainase yang baik (Zulkarnain, 2013).
Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara
5-7 dan suhu untuk pertumbuhan yang baik adalah antara 12-21oC (Wahyudi, 2010).
10
BAB III
METODOLOGI
11
k0: 0% (tanpa biostimulan)
k1: 2% ekstrak kulit bawang putih
k2: 4% ekstrak kulit bawang putih
k3: 6% ekstrak kulit bawang putih
k4: 8% ekstrak kulit bawang putih
k5: 10% ekstrak kulit bawang putih
1. Pengamatan Penunjang
a. Suhu : suhu diukur sebanyak 3 kali pada waktu pagi, siang, dan sore.
b. Kelembaban: kelembaban diukur sebanyak 3 kali pada waktu pagi, siang, dan
sore.
2. Pengamatan Utama
12
1) Tinggi Tanaman (cm)
2) Luas Daun
Pengamatan dilakukan pada saat 30 HST dengan cara menghitung luas daun
dari sampel yang dipilih.
Nisbah pupus akar adalah perbandingan antara bobot kering tanaman bagian
atas dengan bobot kering bagian bawah. Bagian yang diukur adalah bagian pupus dan
bagian akar. Perhitungan nisbah pupus akar dilakukan setelah sampel dioven pada
suhu 900C selama 24 jam.
3) Perubahan Sifat Fisik Tanah: sifat fisik yang diamati ialah tekstur, struktur, dan
warna tanah.
13
3.4. Rancangan Analisis
Data yang diperoleh secara kuantitatif dilakukan analisis ragam (anova).
Metode linear yang digunakan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
duafaktorial adalah sebagai berikut:
Dimana :
Yijk= Hasil pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuantaraf ke-i
dari mulsa organik dan taraf ke-j pada pupuk guano danulangan ke-k
μ= Nilai tengah umum
αi= Pengaruh konsentrasi biostimulan ke-i
βj= Pengaruh intensitas pemberian biostimulan ke-j(αβ)
ij = Pengaruh taraf ke-i dari konsentrasi biostimulan dan taraf ke-j dari intensitas
pemberian biostimulan
ijk = Pengaruh galat penelitian, pengaruh konsentrasi biostimulan taraf ke-i dan
intensitas pemberian biostimulan taraf ke-j dan ulangan ke-k
b. Pengolahan Tanah
14
jarak tanam antar tanaman 30cm. Tinggi petak 25cm dengan jarak antar petak 30cm.
Pupuk kandang diberikan pada area pertanaman pada saat pengolahan tanah.
c. Penanaman Benih
Benih hasil semai yang telah berumur 7 HST dan memiliki 4 helai daun
dipindahkan ke lahan yang sudah diolah sebelumnya.
d. Aplikasi Biostimulan
Aplikasi biostimulan berupa ekstrak kulit bawang putih yang diiberikan pada
tanah dilakukan sesuai perlakuan berupa konsentrasi dan intensitas pemberian setelah
tanaman berada dilahan.
Tanaman pakcoy perlu diberikan beberapa perawatan agar dapat tumbuh dengan
optimal diantaranya ialah:
Penyiraman: dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari pada waktu pagi dan
sore.
Penyiangan: dilakukan sebanyak satu kali dalam seminggu, tergantung pada
intensitas gulma yang tumbuh.
Pengendalian Hama dan Penyakit: dilakukan dengan cara preventif yaitu
menjaga sanitasi lingkungan tanam dari serangan gulma, hama, penyakit, atau
organisme lain yang berpotensi mengganggu dan menyerang tanaman.
f. Panen
15
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L. sub.
chinensis) dan perubahan keadaan tanah selama perlakukan biostimulan
menggunakan ekstrak kulit bawang putih dihomogenkan menggunakan uji Duncan.
Kemudian data dianalisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji BNT pada
taraf 5% jika terdapat beda nyata antar perlakuan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, T.M., M.A. Hamza, H.H. Youssef, G.H. Youssef, M.Fayez, M.Monib, and
N.A. Hegazi. 2014. Bio-preparates support the productivity of potato plants
grown under desert farming conditions ofNorth Sinai: Five years of field triarls.
Journal of Advanced Research 5:41-48.
Berlyn, G.P.; Sivaramakrishnan, S. 1996. TheUse of Organic Biostimulants to
ReduceFertilizer Use,Increase Stress Resistance, and Promote
Growth.NationalProceedings, Forest and Conservation Nursery Associations.
Calvo-Salguero et al. 2012. Gender and work–family conflict: Testing the rational
model and the gender role expectations model in the Spanish cultural context.
International Journal of Psychology, 2012, 47 (2), 118–132.
Elzebroek, A.T.G., dan K. Wind. 2008. Guide To Cultivated Plants. CAB
International, London.
Ertani, A. 2015. The Use Of Organic Biostimulants In Hot Pepper Plants To Help
LowInput Sustainable Agriculture. Journal Biological Technologies in
Agriculture Vol.2 No.11
Gunawan, I. W. A., 2009, Potensi Buah Pare (Momordica charantia L) Sebagai
Antibakteri Salmonella typhimurium, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Denpasar.
Irawan, B. 2008. Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Konversi Lahan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi 26(2):116–131.
Kanzler, M., Böhm, C., Freese, D. 2015. Impact of P fertilisation on the growth
performance of black locust (Robinia pseudoacacia L.) in A Lignite Postmining
Area in Germany. Annals of Forest Research, 58:39 – 54.
Kesaulya,H. 2015. Bioprospek Rizobakteria Asal Kentang (Solanum tuberosum L.)
var Hartapel Sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman. Disertasi. Universitas
Hassanudin.
Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan
Gizi. ITB Press. Bandung.
Rukmana, R. 1995. Budidaya Bawang Putih. Yogyakarta: KANISIUS
(AnggotaIKAPI). hal: 18-19
17
Samadi, Budi. 2000. Usaha Tani Bawang Putih. Yogyakarta: Kanisius
Schmidt, W.P., Genser, B., Luby, S.P., & Chalabi, Z. (2003). Estimating the Effect of
Recurrent Infectious Diseases on Nutritional Status: Sampling Frequency,
Sample Size, and Bias. J Health Popul Nutr. August; 29(4): 317–326.
Setiawan, B. H. 2014. Perkembangan Hama dan Musuh Alami Pada Tumpangsari
Tanaman Kacang Panjang dan Pakchoi. Agritech Vol. XVI (2): 107
Soil Survey Staff. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10th Edition. United States
Department of Agriculture (USDA), Washington, DC.
Suprapto. 2002. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanan Sayuran. Jakarta: Agro Media Pustaka
Wijayanti, R., Rosyid, A., 2015, Efek Ekstrak Kulit Umbi Bawang Putih (Allium
sativum L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Mencit Putih
Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Aloxan, Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Yuwono, N. W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan, 9:137 – 141.
Zulkarnain. 2013. Dasar-dasar hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara
18