Anda di halaman 1dari 21

EKSTRAK KULIT BAWANG PUTIH SEBAGAI BIOSTIMULAN BAGI

PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L. sub. chinensis) DI


LAHAN MARGINAL
USULAN PENELITIAN

Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana (S1)

Oleh:
Aena Hikmariyani
1177060003

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019 M / 1440 H
KATA PENGANTAR

   

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelasaikan usulan penelitian yang berjudul
“EKSTRAK KULIT BAWANG PUTIH SEBAGAI BIOSTIMULAN BAGI
PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L. sub. chinensis) DI
LAHAN MARGINAL”.

Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun,


guna memperbaiki usulan penelitian yang akan menjadi dasar untuk penyusunan
skripsi.

Bandung, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................................... 3
1.5. Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 3
1.6. Hipotesis ............................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 7
2.1. Biostimulan ........................................................................................................ 7
2.2. Bawang Putih ..................................................................................................... 7
2.3. Tanah Marginal .................................................................................................. 8
2.4. Tanaman Pakcoy ................................................................................................ 9
BAB III METODOLOGI ............................................................................................ 11
3.1. Tampat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 11
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................................. 11
3.3. Metode Penelitian ............................................................................................. 11
3.3.1. Rancangan Percobaan ................................................................................ 11
3.3.2. Rancangan Perlakuan ................................................................................. 11
3.3.3. Rancangan Respon ..................................................................................... 12
3.4. Rancangan Analisis .......................................................................................... 14
3.5. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 14
3.6. Analisis Data .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan zaman telah menghasilkan kemajuan pembangunan sektor
industri yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Jumlah penduduk yang
semakin maningkat menjadikan lahan produktif beralih fungsi menjadi perumahan
warga. Konversi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian menyebabkan hasil
produksi pangan di Indonesia menurun karena keterbatasan penggunaan lahan. Hasil
Sensus Pertanian tahun 2003 menunjukkan bahwa luas lahan yang dikonversi
menjadi lahan nonpertanian sekitar 110 ha selama 2 tahun dan sebagain besar lahan
tersebut digunakan sebagai pembangunan perumahan penduduk (Irawan, 2008).

Keterbatasan lahan pertanian menjadi salah satu tantangan bagi seorang petani
dalam mengembangkan produktivitas tanaman. Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan memanfaatkan tanah marginal yang tidak digunakan sebagai lahan pertanian.
Tanah maginal merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang randah
meliputi pH masam, kandungan unsur hara rendah, dan memiliki kejenuhan
alumunium tinggi, seperti pada lahan kering.

Tanaman pakcoy merupakan tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi


oleh masyarakat Indonesia. Tanaman pakcoy dapat tumbuh pada dataran rendah
maupun dataran tinggi. Namun produktivitas tanaman pakcoy dipengaruhi oleh luas
lahan dan pemeliharaan yang baik. Tanaman pakcoy cocok ditanaman pada tanah
yang gembur dengan kandungan unsur hara yang cukup (Zulkarnain, 2013).
Permintaan konsumen terhadap tanaman pakcoy semakin hari meningkat. Pemenuhan
kebutuhan konsumen dapat diatasi dengan meningkatkan hasil panen tanaman pakcoy

1
di lahan yang luas. Lahan marginal dapat digunakan sebagai lahan budidaya tanaman
pakcoy, namun tingkat kesuburan yang rendah pada lahan marginal menjadi kendala
budidaya tanaman pakcoy.

Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produktivitas tanaman


pakcoy di lahan marginal adalah dengan memanfaatkan ekstrak kulit bawang sebagai
biostimulan yang diaplikasikan ke dalam tanah. Biostimulan merupakan senyawa
organik alami atau sintesis bukan pupuk yang dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman (Abbas, 2013). Bahan yang dapat digunakan sebagai biostimultan ialah
ekstrak tanaman. Ekstrak tanaman mengandung senyawa metabolit sekunder berupa
flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan senyawa turunannya.

Limbah kulit bawang putih dapat dimanfaatkan sebagai bahan biostimulan.


Karena kulit bawang putih memiliki kandungan senyawa sekunder meliputi alkaloid,
flavonoid, saponin, polifenol, tannin, dan kuinon (Wijayanti dan Rasyid, 2015).
Pengaruh senyawa sekunder berupa alkaloid terhadap pertumbuhan tanaman,
dibuktikan oleh adanya penelitian yang membahas tentang penggunaan biostimulan
pada tanaman serealia yaitu padi dan jagung.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh biostimulan terhadap kesuburan tanah di lahan marginal?

2. Bagaimana pengaruh biostimulan terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy?

2
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh biostimulan terhadap kesuburan tanah di lahan marginal.

2. Mengetahui pengaruh biostimulan terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy.

1.4. Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengatasi
peningkatan kesuburan tanah pada lahan marginal di Indonesia. Pemanfaatan ekstrak
kulit bawang putih sebagai biostimulan menjadi solusi dalam menanggulangi
keterbatasan lahan produktif di bidang pertanian. Selain itu, biostimulan yang
berbahan kulit bawang putih dapat menjadi alternative bagi penggunaan pupuk
ataupun ZPT yang memiliki harga tinggi, sehingga dapat menghemat pengeluaran
proses produksi.

1.5. Kerangka Pemikiran


Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan tanah yang sangat
melimpah. Sebanyak 89,5 juta ha lahan di Indonesia termasuk ke dalam kategori
lahan marginal (Suprapto, 2002). Lahan marginal atau tanah marginal merupakan
tanah yang memiliki mutu sangat rendah. Hal tersebut disebabkan oleh adanya faktor
pembatas seperti topografi yang miring, dominasi bahan induk, akumulasi unsur
logam yang bersifat toksik, kemasaman tanah yang terlalu rendah atau terlalu tinggi,
kandungan bahan organik yang rendah, ketersediaan hara yang terbatas, dan kadar
lengas yang rendah (Kenzler, 2015).

3
Penanganan lahan marginal di Indonesia sampai saat ini masih sangat minim.
Konservasi lahan pertanian dan kehutanan ke sektor lain dilakukan untuk menuntut
reklamasi lahan marginal untuk menjadi lahan produktif (Yuwono, 2009). Upaya
sederhana yang dapat dilakukan oleh para pelaku usaha tani dalam memanfaatkan
lahan marginal ialah dengan melakukan memperbaiki kandungan hara dalam tanah,
seperti pemberian pupuk organik ataupun anorganik. Namun, pemberian pupuk
anorganik secara intensif dapat mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah dan
merusak sifat fisik tanah.

Penggunaan lahan marginal seperti lahan kering secara langsung sebagai


lahan budidaya tanaman akan menghasilkan tanaman yang memiliki produktivitas
dan hasil yang rendah. Karena setiap jenis tanaman memiliki daya adaptasi yang
berbeda terhadap kondisi lingkungan pada lahan marginal. Oleh karena itu,
pemanfaatan lahan marginal sebagai lahan budidaya dapat diupayakan dengan
melakukan perlakuan khusus pada tanah yang bertujuan untuk memperbaiki
kesuburan tanah dalam menunjang kebutuhan nutrisi tanaman. Perlakuan yang dapat
diaplikasikan pada lahan marginal dengan biaya yang relative terjangkau adalah
memanfaatkan ekstrak kulit bawang putih sebagai biostimulan.

Biostimulan merupakan formulasi senyawa bioaktif tanaman atau


mikroorganisme yang dapat meningkatkan efesiensi pertumbuhan suatu organisme
(Calvo et al., 2014). Biostimulan memiliki peran yang sangat luas dan beragam baik
terhadap tanah maupun tanaman. Peran biostimulan pada tanah ialah penyedia unsur
hara, meningkatkan ketersediaan nutrisi, pengontrol organisme pengganggu tanaman
di dalam tanah, pengurai bahan organik, pembentuk humus, dan perombak
persenyawaan kimia. Peran biostimulan pada tanaman ialah meningkatkan efisiensi
penyerapan nutrisi, toleransi cekaman abiotic, serta meningkatkan kualitas tanaman
(Kesaulya, 2015).

4
Terdapat beberapa jenis biostimulan yang dikembangkan dalam bidang
pertanian diantaranya ialah inokulan mikroba, asam humat, asam fulvat, asam amino,
ekstrak rumput laut, dan ekstrak tanaman (Calvo et al., 2014). Senyawa kimia yang
berperan dalam biostimulan adalah flavonoid dan alkaloid.

Ekstrak tanaman berupa ekstrak kulit bawang putih mengandung senyawa


metabolit berupa flavonoid dan alkaloid, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
biostimulan. Pada umumnya, kulit bawang putih digunakan sesbagai bahan pestisida
alami, karena mampu mematikan patogen melalui reaksi nitrogen dan asam amino
sehingga terjadi lisis. Selain itu, kulit bawang putih digunakan sebagai pakan ternak
karena mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Menurut Soleh et
al (2006) menyebutkan bahwa, penggunaan tepung kulit bawang putih sebanyak 1,25
– 5% berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot ternak.

Alkaloid yang terdapat pada kulit bawang putih memiliki gugus basa yang
mengandung nitrogen. Alkaloid dapat berperan sebagai tempat penyimpanan nitrogen
dan menjadi pengganti basa mineral dalam kesetimbangan ion tubuh. Selain itu jika
dilihat dari segi strukturnya, beberapa alkaloid dapat berfungsi sebagai pengatur
pertumbuhan dalam perkecambahan namun beberapa struktur lainnya menghambat
perkecambahan (Gunawan, 2009).

Tanaman pakcoy merupakan tanaman hortikultura yang memiliki umur panen


singkat. Peningkatan produksi tanaman pakcoy dapat dilakukan dengan memberikan
pupuk atau nutrisi. Salah satu nutrisi yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman
adalah biostimulan. Pengaruh biostimulan terhadap tanaman pakcoy dipengaruhi oleh
tingkat konsentrasi yang digunakan. Semakin tinggi dosis biostimulan yang
digunakan maka petumbuhan tanaman akan semakin meningkat (Ertani et al., 2015).

5
Keterbatasan Penggunaan lahan marginal Kesuburan
lahan produktif. sebagai lahan budidaya. rendah.

Meningkatkan pertumbuhan Biostimulan ekstrak


tanaman pakcoy. kulit bawang putih.

Ketersediaan hara di dalam


tanah.

1.6. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut, maka diperoleh beberapa hipotesis sebagai
berikut:

1. Biostimulan berbahan ekstrak kulit bawang putih mampu meningkatkan


ketersediaan hara di lahan marginal.

2. Biostimulan berbahan ekstrak kulit bawang putih mampu meningkatkan


pertumbuhan tanaman pakcoy.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biostimulan
Biostimulan merupakan formulasi senyawa bioaktif tanaman atau
mikroorganisme yang dapat meningkatkan efesiensi pertumbuhan suatu organisme
(Calvo et al., 2014). Biostimulan dapat meningkatkan proses metabolisme tanaman
meliputi respirasi, fotosintesis, sintesis asam nukleat, dan penyerapan ion. Bostimulan
berperan dalam meningkatkan kapasitas penyimpanan air pada tanaman,
meningkatkan antioksidan, serta meningkatkan produksi klorofil (Schmidt et al.,
2003). Biostimulan dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman, meningkatkan
produksi tanaman, memaksimalkan penyerapan nutrisi seperti P, N, Cu dan hara
mikro lainnya serta berperan dalam efisiensi penggunaan pupuk 50% lebih hemat
daripada yang seharusnya (Berlyn dan Sivaramakrishnan, 1996).

2.2. Bawang Putih


Bagian bawang putih yang sering dimanfaatkan adalah bagian umbi yang
dilapisi oleh kulit umbi. Umbi bawang putih tersusun dari beberapa siung yang
masing-masing terbungkus oleh selaput tipis yang sebenarnya merupakan pelepah
daun sehingga tampak seperti umbi yang berukuran besar (Rukmana, 1995). Ukuran
dan jumlah siung bawang putih bergantung pada varietasnya. Umbi bawang putih
berbentuk bulat dan agak lonjong. Siung bawang putih tumbuh dari ketiak daun,
kecuali ketiak daun paling luar. Jumlah siung untuk setiap umbi berbeda tergantung
pada varietasnya. Bawang putih varietas lokal biasanya pada setiap umbinya tersusun
15-20 siung (Samadi, 2000).

7
Kulit bawang putih memiliki kandungan senyawa sekunder meliputi alkaloid,
flavonoid, saponin, polifenol, tannin, dan kuinon (Wijayanti dan Rasyid, 2015). Kulit
bawang putih digunakan sesbagai bahan pestisida alami, karena mampu mematikan
patogen melalui reaksi nitrogen dan asam amino sehingga terjadi lisis. Selain itu,
kulit bawang putih digunakan sebagai pakan ternak karena mengandung flavonoid
yang berfungsi sebagai antioksidan. Menurut Soleh et al (2006) menyebutkan bahwa,
penggunaan tepung kulit bawang putih sebanyak 1,25 – 5% berpengaruh nyata
terhadap pertambahan bobot ternak.

2.3. Tanah Marginal


Secara alami, kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan
oleh reaksi tanah yang masam, cadangan hara rendah, basa-basa dapat tukar dan
kejenuhan basa rendah, sedangkan kejenuhan aluminium tinggi sampai sangat tinggi.
Sebagian besar tanah marginal dari batuan sedimen masam diklasifikasikan sebagai
Ultisols, dan sebagian kecil Inceptisols dan Oxisols (Soil Survey Staff 2006).

Ultisols didefinisikan sebagai tanah yang mempunyai penciri horison argilik


atau kandik dan kejenuhan basa < 35%. Horison argilik dan kandik merupakan
horison iluviasi (horison akumulasi liat) yang membedakan keduanya adalah
besarnya KTK-liat, yaitu pada horison kandik < 16 cmolc/kg dan horison argilik > 16
cmolc/ kg.

Oxisols adalah tanah mineral yang dicirikan oleh adanya horison oksik, yaitu
horison dengan KTK-liat < 16 cmolc/kg, KTK-efektif < 12 cmolc/kg, kandungan
mineral mudah lapuk dalam fraksi 50-200 mikron < 10%, dan struktur batuan < 5%
dari volume tanah (Soil Survey Staff 2006).

Inceptisols adalah tanah yang tergolong relatif muda, dicirikan oleh adanya
horison kambik, yaitu suatu horison alterasi atau perubahan pada tahap awal yang

8
dicirikan oleh perkembangan struktur atau perubahan warna tanah, transformasi
secara kimia atau pemindahan bahan, dan atau merupakan hasil kombinasi dari dua
atau lebih proses tersebut (Soil Survey Staff 2006).

2.4. Tanaman Pakcoy


Klasifikasi tanaman pakcoy adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Family : Brassicaceae

Genus : Brassica

Species : Brassica rapa L. sub. chinensis (Setiawan, 2014)

Pakcoy (Brassica rapa L. sub. chinensis) merupakan salah satu sayuran daun
kerabat dari sawi yang berumur pendek dan merupakan sayur introduksi dari Cina.
Tanaman ini memiliki daun yang bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna hijau
tua, dan mengkilap. Tangkai daunnya berwarna putih atau hijau muda, gemuk, dan
berdaging (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tanaman pakcoy mengandung 93% air,
3% karbohidrat, 1,7% protein, 0,7% serat, dan 0,8% abu. Pakcoy merupakan sumber
dari vitamin dan mineral seperti vitamin C, ß-karoten, Ca, P, dan Fe (Elzebroek dan
Wind, 2008).
Pakcoy atau biasa yang disebut dengan sawi sendok termasuk tanaman sayur
yang tahan panas, sehingga bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi
(100-1000 mdpl), akan tetapi hasil panen akan lebih baik bila ditanam di dataran
tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang

9
tahun. Saat musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara
teratur. Tanaman ini dapat dipanen pada umur 30-45 hari setelah tanam (HST)
dengan potensi produksi 20-25 ton.ha-1 dan kebutuhan benih pakcoy 400-500 g.ha-1
(Wahyudi, 2010).
Media tanam yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta memiliki drainase yang baik (Zulkarnain, 2013).
Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara
5-7 dan suhu untuk pertumbuhan yang baik adalah antara 12-21oC (Wahyudi, 2010).

10
BAB III

METODOLOGI

3.1. Tampat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Kering Cisema Desa. Cipinang Kec.
Cimaung Kab. Bandung mulai dari 25 Mei 2019 sampai dengan 25 Juni 2019.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah lahan kering, ekstrak kulit
bawang putih, benih tanaman pakcoy, dan air. Alat yang digunakan dalam penelitian
ini ialah cangkul, blender, dan gelas ukur.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Rancangan Percobaan


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktorial.

3.3.2. Rancangan Perlakuan


Perlakuan dalam rancangan ini terdiri dari 2 faktor yaitu konsentrasi dan
intensitas pemberian biostimulan berbahan dasar kulit bawang putih. Faktor pertama
berupa konsentrasi biostimulan terdiri dari 5 taraf dan faktor kedua berupa intensitas
pemberian biostimulan terdiri dari 3 taraf.

Faktor I: Konsentrasi Biostimulan

11
 k0: 0% (tanpa biostimulan)
 k1: 2% ekstrak kulit bawang putih
 k2: 4% ekstrak kulit bawang putih
 k3: 6% ekstrak kulit bawang putih
 k4: 8% ekstrak kulit bawang putih
 k5: 10% ekstrak kulit bawang putih

Faktor II: Intensitas Pemberian Biostimulan

 b1: satu kali dalam satu minggu


 b2: satu kali dalam dua minggu
 b3: satu kali dalam tiga minggu

3.3.3. Rancangan Respon


Parameter pengamatan terdiri dari pengamatan penunjang dan pengamatan
utama.

1. Pengamatan Penunjang

Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak dianalisis


secara statistika, namun memberikan informasi dalam membahas hasil percobaan
meliputi:

a. Suhu : suhu diukur sebanyak 3 kali pada waktu pagi, siang, dan sore.
b. Kelembaban: kelembaban diukur sebanyak 3 kali pada waktu pagi, siang, dan
sore.

2. Pengamatan Utama

Pengamatan utama adalah pengamatan yang datanya dianalisis secara


statistika yang meliputi parameter sebagai berikut:

a. Analisis Tanaman, meliputi:

12
1) Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan diukur dari pangkal batang sampai ujung titik tumbuh


menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan pada saat 7, 14, dan 28 HST dengan
interval pengukuran 1 minggu.

2) Luas Daun

Pengamatan dilakukan pada saat 30 HST dengan cara menghitung luas daun
dari sampel yang dipilih.

3) Nisbah Pupus Akar

Nisbah pupus akar adalah perbandingan antara bobot kering tanaman bagian
atas dengan bobot kering bagian bawah. Bagian yang diukur adalah bagian pupus dan
bagian akar. Perhitungan nisbah pupus akar dilakukan setelah sampel dioven pada
suhu 900C selama 24 jam.

4) Berat Kering Tanaman

Berat kering tanaman ditimbang pada saat panen, tanaman dikeringkan di


dalam oven selama 24 jam dengan suhu 900C.

b. Analisis Tanah, meliputi:

1) Perubahan pH: dilakukan dengan mengukur pH potensial menggunakan H2O2


dan pH aktual menggunakan H2O.

2) Ketersediaan Unsur Hara: dilakukan dengan mengukur kadar N, P, K, dan C-


organik di dalam tanah.

3) Perubahan Sifat Fisik Tanah: sifat fisik yang diamati ialah tekstur, struktur, dan
warna tanah.

13
3.4. Rancangan Analisis
Data yang diperoleh secara kuantitatif dilakukan analisis ragam (anova).
Metode linear yang digunakan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
duafaktorial adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + αi + βj + (αβ) ij +ijk

Dimana :

Yijk= Hasil pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuantaraf ke-i
dari mulsa organik dan taraf ke-j pada pupuk guano danulangan ke-k
μ= Nilai tengah umum
αi= Pengaruh konsentrasi biostimulan ke-i
βj= Pengaruh intensitas pemberian biostimulan ke-j(αβ)
ij = Pengaruh taraf ke-i dari konsentrasi biostimulan dan taraf ke-j dari intensitas
pemberian biostimulan
ijk = Pengaruh galat penelitian, pengaruh konsentrasi biostimulan taraf ke-i dan
intensitas pemberian biostimulan taraf ke-j dan ulangan ke-k

3.5. Pelaksanaan Penelitian


a. Persiapan Benih

Media persemaian berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan


perbandingan (2:1). Penebaran benih yang dilakukan pada media semai tidak
bersamaan dengan media tanam.

b. Pengolahan Tanah

Tanah dibersihkan dari gulma dan dicangkul untuk menggemurkan tanah.


Selanjutnya dibuat plot dengan ukuran untuk menanam pakcoy adalah 2x2m dengan

14
jarak tanam antar tanaman 30cm. Tinggi petak 25cm dengan jarak antar petak 30cm.
Pupuk kandang diberikan pada area pertanaman pada saat pengolahan tanah.

c. Penanaman Benih

Benih hasil semai yang telah berumur 7 HST dan memiliki 4 helai daun
dipindahkan ke lahan yang sudah diolah sebelumnya.

d. Aplikasi Biostimulan

Aplikasi biostimulan berupa ekstrak kulit bawang putih yang diiberikan pada
tanah dilakukan sesuai perlakuan berupa konsentrasi dan intensitas pemberian setelah
tanaman berada dilahan.

e. Pemeliharaan Setelah Ditanam

Tanaman pakcoy perlu diberikan beberapa perawatan agar dapat tumbuh dengan
optimal diantaranya ialah:

 Penyiraman: dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari pada waktu pagi dan
sore.
 Penyiangan: dilakukan sebanyak satu kali dalam seminggu, tergantung pada
intensitas gulma yang tumbuh.
 Pengendalian Hama dan Penyakit: dilakukan dengan cara preventif yaitu
menjaga sanitasi lingkungan tanam dari serangan gulma, hama, penyakit, atau
organisme lain yang berpotensi mengganggu dan menyerang tanaman.

f. Panen

Pemanenan dilakukan pada tanaman yang telah berumur 30 hari di lapangan


dengan ciri tinggi tanaman mencapai 30cm, berdaun lebar, dan jumlah daun mencapai
5 helai. Pemanenan dilakukan secara hati-hati dengan mengambil seluruh bagian
tanaman yang berada di dalam tanah.

15
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L. sub.
chinensis) dan perubahan keadaan tanah selama perlakukan biostimulan
menggunakan ekstrak kulit bawang putih dihomogenkan menggunakan uji Duncan.
Kemudian data dianalisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji BNT pada
taraf 5% jika terdapat beda nyata antar perlakuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, T.M., M.A. Hamza, H.H. Youssef, G.H. Youssef, M.Fayez, M.Monib, and
N.A. Hegazi. 2014. Bio-preparates support the productivity of potato plants
grown under desert farming conditions ofNorth Sinai: Five years of field triarls.
Journal of Advanced Research 5:41-48.
Berlyn, G.P.; Sivaramakrishnan, S. 1996. TheUse of Organic Biostimulants to
ReduceFertilizer Use,Increase Stress Resistance, and Promote
Growth.NationalProceedings, Forest and Conservation Nursery Associations.
Calvo-Salguero et al. 2012. Gender and work–family conflict: Testing the rational
model and the gender role expectations model in the Spanish cultural context.
International Journal of Psychology, 2012, 47 (2), 118–132.
Elzebroek, A.T.G., dan K. Wind. 2008. Guide To Cultivated Plants. CAB
International, London.
Ertani, A. 2015. The Use Of Organic Biostimulants In Hot Pepper Plants To Help
LowInput Sustainable Agriculture. Journal Biological Technologies in
Agriculture Vol.2 No.11
Gunawan, I. W. A., 2009, Potensi Buah Pare (Momordica charantia L) Sebagai
Antibakteri Salmonella typhimurium, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Denpasar.
Irawan, B. 2008. Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Konversi Lahan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi 26(2):116–131.
Kanzler, M., Böhm, C., Freese, D. 2015. Impact of P fertilisation on the growth
performance of black locust (Robinia pseudoacacia L.) in A Lignite Postmining
Area in Germany. Annals of Forest Research, 58:39 – 54.
Kesaulya,H. 2015. Bioprospek Rizobakteria Asal Kentang (Solanum tuberosum L.)
var Hartapel Sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman. Disertasi. Universitas
Hassanudin.
Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan
Gizi. ITB Press. Bandung.
Rukmana, R. 1995. Budidaya Bawang Putih. Yogyakarta: KANISIUS
(AnggotaIKAPI). hal: 18-19

17
Samadi, Budi. 2000. Usaha Tani Bawang Putih. Yogyakarta: Kanisius
Schmidt, W.P., Genser, B., Luby, S.P., & Chalabi, Z. (2003). Estimating the Effect of
Recurrent Infectious Diseases on Nutritional Status: Sampling Frequency,
Sample Size, and Bias. J Health Popul Nutr. August; 29(4): 317–326.
Setiawan, B. H. 2014. Perkembangan Hama dan Musuh Alami Pada Tumpangsari
Tanaman Kacang Panjang dan Pakchoi. Agritech Vol. XVI (2): 107
Soil Survey Staff. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10th Edition. United States
Department of Agriculture (USDA), Washington, DC.
Suprapto. 2002. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanan Sayuran. Jakarta: Agro Media Pustaka
Wijayanti, R., Rosyid, A., 2015, Efek Ekstrak Kulit Umbi Bawang Putih (Allium
sativum L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Mencit Putih
Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Aloxan, Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Yuwono, N. W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan, 9:137 – 141.
Zulkarnain. 2013. Dasar-dasar hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara

18

Anda mungkin juga menyukai