Anda di halaman 1dari 27

RESPON PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


TANAMAN BAYAM (Amaranthus hybridus L.)
PADA POLIBAG

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat Mata Kuliah Analisis Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Hesti Cahyaningtias 20.141.0006


2. Bima Langlang Buana 20.141.0008
3. Dini Cipta Candra Yani 20.141.0017
4. Hamidun 20.141.0018
5. Syahrial Rizqi Maulana 19.141.0025

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesempatan

bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian “Respon

Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan

Perkembangan Tanaman Bayam Amaranthus hybridus L. Laporan penelitian ini

disusun sebagai salah satu prasyarat mata kuliah Analisis Pertumbuhan dan

Perkembangan Tanaman pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Panca Marga, Probolinggo.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aprilia

Hartanti, S.P., M.P., selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Pertumbuhan dan

Perkembangan Tanaman yang telah memberikan dan mentrasferkan ilmunya kepada

penulis dan teman-teman.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna dan

masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh sebab itu, penulis menerima segala masukkan dan saran untuk menyempurnakan

laporan penelitian ini.

Probolinggo, 28 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................5
PENDAHULUAN.........................................................................................................5
A. Latar belakang....................................................................................................5
B. Rumusan masalah...............................................................................................7
C. Tujuan.................................................................................................................8
BAB II...........................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................9
A. Klasifikasi...........................................................................................................9
B. Morfologi............................................................................................................9
C. Syarat tumbuh...................................................................................................11
D. Teknik budidaya...............................................................................................12
E. Pupuk kandang.................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................20
METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................20
A. Waktu dan tempat.............................................................................................20
B. Alat dan bahan..................................................................................................20
C. Cara kerja..........................................................................................................21
D. Perlakuan..........................................................................................................21
F. Parameter Pengamatan.....................................................................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................23
BAB V.........................................................................................................................24
PENUTUP...................................................................................................................24
A. Kesimpulan.......................................................................................................24

ii
B. Saran.................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bayam (Amaranthus) merupakan salah satu tumbuhan yang biasa

ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau dan sebagai sumber

zat besi yang penting. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun

sekarang tersebar ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.Tanaman ini mudah

sekali tumbuh, karena dipengaruhi oleh kondisi iklim dari negara ini.

Masyarakat biasanya memanfaatkannya sebagai bahan makanan, seperti

diolah menjadi sayur bening, sayur bayam atau biasa dikenal dengan sayur

kunci. Sosok tanaman bayam sangat mudah dikenali, yaitu berupa perdu yang

tumbuh tegak, batangnya tebal berserat dan sukulen pada beberapa jenis

mempunyai duri. Daunnya bisa tebal atau tipis, besar atau kecil, berwarna

hijau atau ungu kemerahan (pada jenis bayam merah). Bunganya berbentuk

pecut, muncul di pucuk tanaman atau pada ketiak daunnya. Bijinya berukuran

sangat kecil berwarna hitam atau cokelat dan mengkilap (Bandini, 2001).

Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya, yaitu

Amaranthus tricolor dan Amaranthus hybridus. Jenis Amaranthus tricolor

bisa ditanam sebagai bayam cabut dan terdiri dari dua varietas yaitu bayam

hijau (bayam putih, bayam sekul atau bayam cina) dan bayam merah karena

tanamannya berwarna merah. Amaranthus hybridus sering disebut sebagai

1
2

bayam kakap, bayam tahun, bayam turus atau bayam bathok dan ditanam

sebagai bayam petik (Wakerkwa, dkk., 2017).

Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi

secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di

dalam tanah. Setiap jenis tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah

yang berbeda. Menurut Annisa dan Sumarsono (2018), mengungkapkan

bahwa bayam membutuhkan nitrogen sebanyak 75 kg N/ha. Unsur nitrogen

pada tanaman berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan daun, sehingga

jumlah daun akan menjadi lebih banyak. Budidaya bayam merah yang masih

terbatas disebabkan oleh kondisi lahan pertanian dengan kandungan hara yang

rendah.

Menurut Wakerkwa, dkk. (2017), upaya untuk meningkatkan

produktivitas bayam diantaranya dapat dilakukan dengan pemupukan, baik

pupuk organik maupun pupuk anorganik. Seperti halnya tanaman lain, bayam

tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika unsur hara yang diperlukan

tidak cukup tersedia. Pupuk dalam arti luas mencakup semua bahan yang

ditambahkan ke tanah untuk memberikan unsur tertentu yang penting bagi

pertumbuhan tanaman.Penggunaan pupuk kandang sudah cukup lama di

identikkan dengan keberhasilan pemupukan dan pertanian berkelanjutan. Hal

ini tidak hanya karena mampu memasok bahan organik, tetapi karena

berasosiasi dengan tanaman pakan yang pada umumnya meningkatkan

perlindungan dan konversasi tanah. Kondisi ekonomi yang cukup berat bagi
3

petani yaitu harga pupuk kimia yang cukup mahal disatu pihak dan usaha

mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah di pihak lain

mengharuskan petani mempertimbangkan kembali semua bentuk pembenah

organik yang tersedia setempat seperti pupuk kandang. Pupuk kandang ini

bisa berasal dari kotoran ayam dan kotoran kambing.

Menurut Bayu (2011), Kotoran ayam ini mempunyai kadar hara P

lebih tinggi dari kotoran hewan yang lain yaitu 1,82 %. Fosfor yang tinggi ini

sangat bermanfaat dalam pembentukan buah. Sedangkan untuk kotoran

kambing mempunyai kadar hara N lebih tinggi dari kotoran hewan yang lain

yaitu 2,43%. Nitrogen yang tinggi ini bisa digunakan dalam menjaga

kesuburan tanah.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah Respon Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus hybridus L.) Pada

Polibag?

2. Bagaimanakah Respon Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Terhadap Perkembangan Tanaman Bayam (Amaranthus hybridus L.)

Pada Polibag?

3. Bagaimanakah Respon Penjarangan Terhadap Pertumbuhan dan

Perkembangan Tanaman Bayam (Amaranthus hybridus L.) Pada

Polibag?
4

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui respon pemberian berbagai dosis pupuk kandang

terhadap pertumbuhan Tanaman Bayam.

2. Untuk mengetahui respon pemberian berbagai dosis pupuk kandang

terhadap perkembangan Tanaman Bayam.

3. Untuk mengetahui respon penjarangan terhadap pertumbuhan dan

perkembangan Tanaman Bayam.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Untuk penjelasan detail mengenai klasifikasi tanaman bayam menurut (Ida

Agustini Saidi dkk, 2021) dapat dilihat sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales

Famili : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus hybridus L.

B. Morfologi

1. Daun

Daun spesies ini termasuk daun tunggal,bundar telur, memanjang sampai

lanset, tata letak daun tersebar, daun berselang-seling,bulat atau oval,

menyempit kebagian ujungnya, panjang tangkai daun 2-8 cm, berujung

runcing serta urat-urat daun yang kelihatan jelas, tulang daun

menyirip,tepi daun rata, bertangkai panjang,letak berseling warnanya

hijau, berbentuk bundar telur memanjang. Panjang daun 1,5 cm sampai

6,0 cm. Lebar daun 0,5 Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur

5
memanjang.Tangkai daun berbentuk bulat dan permukaannya opacus.

Panjang tangkai daun 0,5 sampai 9,0 cm. Bentuk tulang daun bayam duri

penninervis dan tepi daunnya repandus (Dalimartha, 2006).

2. Batang

Amaranthus spinosus L. berbentuk berbatang bulat, tegak,termasuk

berbatang basah. Batang berwarna hijau atau kemerahan, bercabang

banyak (Sahat & Hidayat, 2006).

3. Akar

Amaranthus hybridus L. memiliki akar tunggang, tidak berkayudan

berwarna putih kekuningan. Akarnya ketika masih segar berwarna kuning

abu-abu (Dalimartha, 2006).

4. Bunga

Bunga berkelamin tunggal, bunga majemuk kumpulan bunganya

berbentuk bulir untuk bunga jantannya sedangkan bunga betina berbentuk

bulat, yang terdapat dibagian bawah duduk di ketiak daun atau ujung atas

batang,bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai

dan ketiak percabangan, padat berwarna hijau. Kelopak bunganya

berbentuk corong. Ujung bertaju, warna hijau agak putih. Daun tenda

bunga setinggi-tingginya 2,5 mm Merupakan bunga berkelamin tunggal,

yang berwarna hijau. Bunga setiap bunga memiliki berbilangan 5 daun

mahkota berlepasan, panjangnya 1,5-2,5 mm. Bakal biji satu. Bunga ini

termasuk bunga inflorencia (Sahat & Hidayat, 2006).

6
7

5. Buah

Buah mengandung biji yang sangat kecil, berbentuk bulat panjang dan

berwarna hitam mengkilat. Berbentuk lonjong berwarna hijau dengan

panjang 1,5 mm (Dalimartha, 2006).

6. Biji

Berbiji bulat kecil berwarna hitam dengan panjang antara 0,8 – 1 mm

(Sahat & Hidayat, 2006).

C. Syarat tumbuh

Bayam cabut dapat tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah

maupun tinggi. Oleh karena itu, tanaman ini dapat ditaman di kebun dan

pekarangan rumah. Waktu tanam yang baik ialah awal musim hujan atau pada

awal musim kemarau Bayam akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada

tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) sekitar 6 sampai 7. Bila pH kurang

dari 6, tanaman bayam akan merana. Sementara itu, pada pH di atas 7,

tanaman bayam akan mengalami klorosis, yaitu timbul warna putih kekuning-

kuningan, terutama pada daun yang masih muda (Saparinto, 2013).

Suhu udara yang dikehendaki sekitar 20˚C sampai 32˚C. Tanaman ini

memerlukan banyak air, sehingga paling tepat ditanam pada awal musim

penghujan. Dapat ditanam pada awal musim kemarau pada tanah yang

gembur dan subur. Dan dapat tumbuh pada tanah liat asalkan tanah tersebut

diberi pupuk kandang yang cukup. Untuk penanaman bayam di lahan yang
8

luas, pengadaan air dapat dilakukan dengan mengalirkan air lewat parit yang

ada di antara bedengan. Untuk tanaman bayam di halaman rumah atau

pekarangan yang sempit, apalagi di dalam pot, pemenuhan air dapat dilakukan

dengan cara menyiraminya (Saparinto, 2013).

D. Teknik budidaya

1. Pemilihan lokasi

Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik ehingga dapat tumbuh di

dataran rendah sampai dataran tinggi ±2.000 mdpl. Keadaan lahan harus

terbuka dan mendapat sinar matahari penuh, tanahnya subur, gembur,

banyak mengandung bahan organik dan memiliki pH 6-7 dan tidak

menggenang atau becek (Rukmono, 1983) dalam (Roro, 2012).

2. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam.

a. Penggemburan

Digemburkan dengan menggunakan garpu atau cangkul, selain itu

tanah dibersihkan dari rumput atau gulma, sisa-sisa akar tanaman

lain, batu-batuan dan lainnya sehingga tidak mengganggu

pertumbuhn tanaman nantinya.

b. Pembuatan bedengan atau parit

Tanah dibentuk alur-alur atau bedengan, bedengan dibuat membujur

dari utara ke selatan agar tanaman memperoleh sinar matahari dari


9

timur. Kemudian bedengan diberi pupuk organik. Selanjutnya

bedengan dibiarkan sampai 2-4 hari untuk mengurangi kemasaman

tanah, membuat tanah menjadi gembur dan mengetahui apakah tanah

bedengan turun atau tidak (Bandini, 2004) dalam (Roro, 2012)

3. Penanaman

Setelah tanah siap ditanam, benih bayam dapat segera ditaburkan pada

guritan. Guritan dibuat menurut barisan disepanjang bedengan dengan

jarak antar barisan sekitar 20 cm (Anonim, 1995) dalam (Roro, 2012).

Penanaman dilakukan melalui penaburan benih secara merata kemudian

ditutup kembali dengan tanah setebal kurang lebih 1cm.

4. Pemeliharaan

a. Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk hasil dan

kualitas dari tanaman budidaya seperti sayuran. Pupuk dibedakan

menjadi dua yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik

adalah pupuk yang terbuat dari sisa mahkluk hidup yang diolah

melalui proses pembusukan atau dekomposisi oleh bakteri pengurai.

Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh

pabrik dengan cara meramu berbagai bahan-bahan kimia sehingga

memiliki presentasi kandungan hara yang tinggi (Novizan, 2002)

dalam (Roro, 2012).


10

Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah

tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Nilai

pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan

sangat bervariasi, misalkan unsur Nitrogen (N), fosfor (P), dan

kalium (K) tetapi juga mengandung unsur makro esensial lainnya.

Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik membantu dalam

mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah.

Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembaban tanah

dan memperbaiki pengatusan dakhil (internal drainage). Nitrogen dan

unsur hara lainnya yang dikandung pupuk organik dilepaskan secara

perlahan-lahan. Sehingga penggunaan yang berkesinambungan akan

banyak membantu dalam membangun kesuburan tanah

(Sutanto,2002) dalam (Roro, 2012).

Pupuk organik sangat dibutuhkan dalam budidaya bayam,

pupuk tersebut diberikan 3 hari sebelum tanam berikan pupuk dasar

(pupuk kandang) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos

organik hasil fermentasi dengan dosis 4 kg/ha. Jika perlu berikan

pupukcair 5 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 2 minggu setelah

penaburan benih. (Anonim, 2012) dalam (Roro, 2012).

b. Penyiraman

Tanaman bayam tidak menyukai keadaan tanah yang becek dan

tergenang. Hal ini menyebabkan kondisi tanah menjadi lembab


11

sehingga akan merangsang tumbuhnya cendawa yang akan

menyebabkan akar menjadi busuk. Selain itu, sirkulasi udara didalam

tanah menjadi kurang baik. Bayam dapat berproduksi dengan baik

asalkan kesuburan tanah selalu dipertahankan, misalnya dengan

pemberian pupuk organik yang teratur dan kecukupan air. Tanaman

muda harus disiram secara teratur, saat hujan jarang turun

penyiraman harus diperhatikan. Senantiasa gunakan gembor halus

untuk penyiraman karena air siraman yang terlalu deras atau kuat

bisa merubuhkan tanaman bayam yang batangnya memang tak begitu

kokoh.

c. Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan dua minggu sekali, atau tergantung

banyaknya gulma yang tumbuh. Rumput-rumput yang tumbuh

dicabut. Penyiangan dengan kored pada lahan bayam kebanyakan

diluar areal pertanaman atau pada parit/tepi bedengan. Sedangkan

rumput yang tumbuh disela-sela tanaman lebih baik dicabut dengan

tangan karena tidak akan terlalu merusak tanaman bayam.

d. Penjarangan

Penjarangan tanaman bertujuan untuk menjaga vigor (sosok) tanaman

agar kekar dengan daun-daun yang lebar, sehingga lebih menarik dan

daya tahan kesegarannya relatif lebih lama. Penjarangan pada

tanaman bayam dilakukan apabila tanaman terlalu rapat, tanaman


12

akan cenderung tumbuh etiolasi atau tumbuh tinggi, tetapi dengan

diameter batang dan lebar daun yang terlalu kecil. Penjarangan

tanaman dilakukan jika pertumbuhannya terlalu rapat, usahakan

kerapatan tanaman sekitar 1-2 tanaman per 1 cm panjang alur

penanaman. Jika harus dilakukan penjarangan tanaman, lakukan

sebelum pemupukan. Caranya cabut tanaman yang paling kecil

diantara rumput tanaman di alur-alur yang tampak terlalu rapat

(Wahyudi, 2010) dalam (Roro, 2012).

E. Pupuk kandang

Secara umum setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg

P2O5 dan 5 kg K2O serta unsur – unsur hara esensial lain dalam jumlah yang

relatif kecil (Hardjowigeno, 2003) dalam (Ida, 2013).

Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian

baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan

meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik

dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat

mencegah degradasi lahan. Disamping itu, dengan pemberian pupuk organik

dalam jangka panjang mampu meningkatkan kandungan humus di dalam

tanah. Dengan adanya humus tersebut air akan banyak terserap dan masuk ke

dalam tanah, sehingga kemungkinan untuk terjadinya pengikisan tanah dan

unsur hara yang ada di dalam tanah sangat kecil. Pupuk organik juga memiliki
13

fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor,

kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan hara mikro seperti zink,

tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi meskipun dalam jumlah yang

kecil, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, dan membentuk senyawa

kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi,

dan mangan (Benny, 2010) dalam (Rendy, 2014).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, seperti

kotoran sapi, kambing, dan ayam. Kandungan unsur hara dari ketiga jenis

hewan ini pun berbeda-beda, sapi memiliki kandungan Nitrogen sebesar

0,4%, Phospor 0,2%, dan Kalium 0,1%. Sedangkan kambing memiliki

kandungan Nitrogen sebesar 0,6%, Phospor 0,3%, dan Kalium 0,17%, serta

ayam memiliki kandungan Nitrogen sebesar 1%, Phospor 0,8%, dan Kalium

0,4%. Perbedaan kandungan unsur hara ini disebabkan oleh beberapa faktor

yakni jenis hewan, jenis makanan yang diberikan serta umur dari ternak itu

sendiri (Tohari, 2009) dalam (Rendy, 2014).

F. Penelitian Sebelumnya

No Judul Faktor Penelitian Hasil Penelitian


1 Pemberian Berbagai Penelitian ini disusun Hasil penelitian
Bahan Organik sebagai dalam Rancangan Acak menunjukkan bahwa
Media Tanam untuk Kelompok (RAK) non kotoran hewan (sapi),
Pertumbuhan faktorial yang terdiri sekam dan arang sekam
Tanaman Bayam dari enam perlakuan dapat dijadikan
(Amaranthus tricolor L.) yaitu : P0 (Sub soil, alternatif bahan organik
100% tanah), P1 (Sub untuk media tanam
soil + Kotoran pada budidaya bayam.
Hewan, 1:1), P2 (Sub Pemberian kotoran
14

hewan (sapi), sekam


dan arang sekam
soil + Kotoran Hewan + berpengaruh nyata
Sekam, 1:1:1), P3 (Sub terhadap tinggi
soil + Kotoran Hewan + tanaman, jumlah daun,
Arang volume akar, panjang
Sekam, 1:1:1), P4 (Sub akar dan bobot basah
soil + sekam, 1:1), P5 bayam. Komposisi
(Sub soil + arang media tanam yang tepat
sekam, 1:1), dan P6 untuk bayam adalah
(Kotoran hewan, Sub soil + kotoran
100%). hewan + arang
sekam dengan
perbandingan 1:1:1.
2 Dalam penelitian ini
digunakan Rancangan
Acak Lengkap dengan (1) pemberian bokashi
6 ulangan. berpengaruh nyata
Perlakuan bokashi terhadap tinggi batang,
terdiri atas 6 level, panjang daun, lebar
Pengaruh Bokashi yaitu: B0 = tampa daun dan diameter
Terhadap Pertumbuhan pemberian bokashi batang tetapi tidak
Bayam Cabut (kontrol), B1 = berpengaruh nyata
(Amaranthus tricolor L.) pemberian 0.4 kg terhadap
The Effect Of Bokashi On bokashi10 kg tanah, B2 jumlah daun bayam
Growth Of Spinach = pemberian 0.8 kg cabut, (2) dosis
(Amaranthus tricolor L.) bokashi/10 kg tanah, B3 optimum bokashi untuk
= pemberian 1.2 kg meningkatkan
bokashi/10 kg tanah, B4 pertumbuhan bayam
= pemberian 1.6 kg cabut adalah 1.6
bokashi/10 kg tanah, B5 kg per 10 kg tanah.
= pemberian 2.0 kg
bokashi/10 kg tanah.
3 Pertumbuhan Tanaman Penelitian ini Hasil penelitian
Bayam Cabut menggunakan diperoleh bahwa
(Amaranthus tricolor L.) rancangan acak lengkap pertumbuhan bayam
Dengan Pemberian (RAL) dengan 6 cabut (Amaranthus
Kompos Berbahan Dasar perlakuan antara lain : tricolor L.) dengan
Daun Krinyu K : kontrol (tanpa pemberian kompos
(Chromolaena odorata L.) kompos) dan 2,5 kg berbahan dasar daun
tanah, A1: kompos krinyu (Chromolaena
0,125 kg dan tanah odorata L.)
15

menunjukkan hasil yang


baik dan komposisi
pemberian pupuk
kompos berbahan dasar
2,375 kg, A2:kompos
daun krinyu
0,25 kg dan 2,25 kg
(Chromolaena odorata
tanah, A3: kompos 0,5
L.) dan tanah yang
kg dan 2 kg tanah,
efektif untuk
A4:kompos 0,75 kg dan
pertambahan bayam
1,75 kg tanah,
cabut (Amaranthus
A5:kompos 1 kg dan
tricolor L.) adalah pada
1,5 kg tanah.
perlakuan A2
(Komposisi kompos
0,25 kg dan tanah 2,25
kg).
4 Pertumbuhan, Produksi Penelitian ini Pemberian pupuk
Dan Kualitas Bayam menggunakan kandang ayam
(Amaranthus Tricolorl.) rancangan acak lengkap mempengaruhi tinggi
Pada Berbagai Dosis faktorial, terdiri atas tanaman bayam pada
Pupuk Kandang Ayam dua faktor, yaitu pupuk umur 14 HST dan
Dan Kalium Nitrat (Kno3) kandang ayam (A) jumlah daun pada umur
dan kalium nitrat (K). 14 HST dan 21
Pupuk kandang ayam HST.Kalium nitrat
terdiri atas empat (KNO3) mempengaruhi
taraf, yaitu 0 g, 50 g, jumlah daun tanaman
100 g dan 150 gper 5 bayam pada umur 21
kg bobot tanah. Dosis HST. Kombinasi
standarpupuk kandang perlakuan 150 g pupuk
ayam untuk tanaman kandang ayam dan 0.75
bayam 20 ton/ha. g KNO3per polibeg
Pupuk kalium nitrat menunjukkan bobot
(KNO3) yang basah brangkasan,
dicobakan terdiri bobot kering pucuk,
atasempat taraf yaitu 0 dan bobot kering akar
g, 0, 25 g, 0,5 g dan lebih baik dibanding
0,75gper 5 kg bobot kombinasi perlakuan
tanah. Dosis lain. Peningkatan dosis
standarkalium nitrat pupuk kandang ayam,
untuk tanaman bayam meningkatkan respon
45 kg/ha.Dengan tanaman bayam
demikian terdapat 16 terhadap pemberian
kombinasi perlakuan KNO3 yang tampak
16

dan setiap perlakuan pada kandungan


diulang tiga kali, klorofil yang lebiih
sehingga ada 48 tinggi.
satuan percobaan.
Setiap satuan percobaan
terdiri atas dua tanaman
5 Pengaruh Pemberian Penelitian ini Kombinasi pemberian
Pupuk Organik menggunakan pupuk organic cair
Cair Rancangan Acak ares pisang dan pupuk
Ares Pisang dan Kotoran Kelompok (RAK) kotoran sapi
Sapi Terhadap dengan pola faktorial berpengaruh nyata
Pertumbuhan dan Produksi yang terdiri dari dua terhadap jumlah daun
Bayam Merah faktor. Masing-masing tanaman bayam merah
( factor terdiri dari 3 pada umur 10hst, 20hst
Amaranthus tricolor. taraf dan 3 kali dan 30hst. Kombinasi
Linn) ulangan. Faktor perlakuan pemberian
. pertama pemberian dosis pupuk organik
pupuk cair dari ares ares pisang 75
pisang yaitu: P1: pupuk ml/200ml dengan
cair dari ares pisang pupuk kotoran sapi 500
dengan dosis 25 gram (P3S2)
ml/200ml, P2: pupuk mempunyai pengaruh
cair dari ares pisang paling baik pada umur
dengan dosis 50 20 hst dan 30 hst
ml/200ml, P3: pupuk dengan rata-rata jumlah
cair dari ares pisang daun 20,67 dan 23.33.
dengan dosis
75ml/200ml. Faktor
kedua pemberian
pupuk dari kotoran
sapi dengan taraf
yaitu: S1: kotoran sapi
dengan dosis 50 gram,
S2: kotoran sapi dengan
dosis 500 gram, S3:
kotoran sapi dengan
dosis 750 gram.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Panca

Marga, Desa Pabean, Dringu, Kabupaten Probolinggo dilaksanakan pada

tanggal 23 Mei 2023.

B. Alat dan bahan

Alat :

1. Cangkul

2. Timbangan

3. Polybag

4. Gembor

5. ATK

6. Kamera

Bahan :

1. Tanah

2. Pupuk kandang

3. Air

4. Benih bayam

17
18

C. Cara kerja

1. Pupuk kandang untuk perlakuan 50 gram ditimbang menjadi 1,5 kg untuk

3 ulangan, perlakuan 100 gram ditimbang menjadi 3 kg untuk 3 ulangan

dan perlakuan 150 gram ditimbang menjadi 4,5 kg untuk 3 ulangan

2. Pupuk yang sudah ditimbang tersebut kemudian masing-masing dicampur

dengan tanah, lalu masukkan kedalam polybag yang berukuran 15 cm x

15 cm, kemudian disiram dengan air

3. Setelah disiram dengan air, kemudian sebar benih bayam, kemudian tutup

dengan tanah tipis – tipis

4. Beri tanda pengenal pada masing – masing perlakuan

D. Perlakuan

Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial


yang terdiri dari :

I0 = Kontrol

I1 = 50 gram Pupuk Kandang/Polibag

I2 = 100 gram Pupuk Kandang/Polibag

I3 = 150 gram Pupuk Kandang/Polibag

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali yang terdiri dari 10 sampel setiap

perlakuan dengan populasi tanaman 5 sehingga total tanaman yang digunakan

adalah 150 tanaman.


19

E. Layout Perlakuan
I0 I2 I3 U
I2 I0 I1

I3 I1 I2

I1 I3 I0

F. Parameter Pengamatan

1. Tinggi tanaman

2. Jumlah daun

3. Luas daun (P x L x C)

4. Berat segar per populasi

G. Jadwal Penelitian

Bulan Ke -
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pelaksanaan Penelitian
3 Pengamatan
4 Analisis Data
5 Penyusunan Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jumlah Daun

Pengamatan Jumlah F Tabel


SK db Daun pada Umur
5% 1%
2 MST 3 MST
Ulangan 2 1.52 ns 1.65 ns 5.14 10.92
Perlakuan 3 2.55 ns 2.27 ns 4.76 9.78
Galat 6 - - - -
Total 11 - - - -

B. A
C. A
D. a

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

21
DAFTAR PUSTAKA

Rendy, P. (2014). Pemanfaatan Berbagai Sumber Pupuk Kandang sebagai Sumber N


dalam Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Tanah Berpasir.
Planta Tropika Journal of Agro Science, 126-132.

Roro, H. (2012). Teknik Budidaya Bayam Organik (Amarathus Spp) Sebagai


Jaminan Mutu Dan Gizi Untuk Konsumen Di Lembah Hijau Multifarm Dukuh
Joho Lor, Triyagan, Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah. Skripsi.

Saidi Ida Agustini, R. A. (2021). Buku Ajar Pasca Panen dan Pengolahan Sayuran
Daun. Sidoarjo: UMSIDA PRESS.

Syamsu, R. I. (2013). Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.


Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO.

22
LAMPIRAN

Gambar 1. Gambar 2.

23

Anda mungkin juga menyukai