Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

SISTEM PRODUKSI TANAMAN

BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA


DI LAHAN GAMBUT

Disusun Oleh :
Imam Permana
C2091231006

PRODI MAGISTER AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya yang
senantiasa tercurah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
laporan praktikum kunjungan lapangan pada salah satu lahan petani sawi yang ada
di Siantan Hilir dan petani terong di Desa Korek, Kecamatan Sei Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya, sebagai syarat untuk memenuhi tugas praktikum mata
kuliah Sistem Produksi Tanaman. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan dan
penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini dan semoga
laporan praktikum ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Pontianak, Desember 2023

Penulis

Imam Permana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3
A. Tanaman Sawi....................................................................... 3
B. Tanaman Terung...................................................................
C. Pemupukan............................................................................
D. Lahan Gambut....................................................................... 6
III. METODE PRAKTIKU............................................................... 9
A. Tempat dan Waktu Praktikum............................................... 9
B. Alat dan Bahan Praktikum.................................................... 9
C. Pelaksanaan Praktikum......................................................... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 10
A. Hasil...................................................................................... 10
1. Pemupukan Tanaman Sawi di Siantan Hilir ..................
2. Pemupukan Tanaman Terung di Desa Korek................. 10
B. Pembahasan........................................................................... 14
1. Pemupukan Tanaman Sawi............................................. 14
2. Pemupukan Tanaman Terung.......................................... 16
V. PENUTUP................................................................................... 21
A. Kesimpulan............................................................................ 21
B. Saran...................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 22

LAMPIRAN............................................................................................ 24
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan produksi tanaman sayur–sayuran merupakan bagian
penting dari usaha peningkatan produksi hasil pertanian yang bermanfaat,
baik sebagai sumber gizi dalam menunjang kesehatan masyarakat pada
umumnya maupun untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat tani pada khususnya. Pengelolaan lahan gambut dengan
sistem usahatani berbasis tanaman hortikultura menjadi salah satu
solusi untuk meningkatkan produksi tanaman sayur-sayuran.
Sebagai sumberdaya alam, gambut memiliki kegunaan untuk
budidaya tanaman pertanian maupun kehutanan. Menurut BBSDLP
(2008), Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis
yaitu dengan luas 18,3 juta hektar, yang tersebar di Sumatera, Kalimantan
dan Papua. Dan di Sumatera Barat memiliki lahan gambut dengan luas
101.000 hektar (INCAS, 2011). Tidak semua lahan gambut layak
digunakan sebagai lahan pertanian dikarenakan ketebalan gambut,
kematangan dan kesuburanmya yang berbeda.
Pengelolaan lahan gambut dengan sistem usahatani berbasis
tanaman hortikultura dapat dikelola dan dikembangkan dengan
menggunakan teknologi budidaya, pengelolaan air, peningkatan
kesuburan, dan pembuatan saluran drainase. Komoditas pertanian yang
dapat diusahakan di lahan gambut antara lain adalah tanaman sayur-
sayuran seperti sawi dan terung.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
mengamati secara langsung kegiatan dan pengelolaan pertanian di lokasi
praktikum sehingga dapat menjadi studi banding dengan kegiatan pertanian di
lingkungan masing-masing dan menjadi terapan terhadap teori yang dipelajari.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Sawi
Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki
dan memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi
karena rasanya segar dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B dan
sedikit vitamin C (Yuniarti et al., 2000).
Menurut Haryanto et al. (2003), klasifikasi sawi termasuk ke dalam
Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Kelas: Dicotyledonae; Ordo:
Rhoeadales; Family: Cruciferae; Genus: Brassica; Spesies : Brassica
juncea L. Tanaman sawi mempunyai batang semu yang pendek hampir
tidak kelihatan karena dari pangkal batang tumbuh tangkai daun dan
daunnya bulat panjang dan berbulu halus.
Tanaman sawi yang dimanfaatkan untuk sayuran adalah daunnya.
Jika dimasak dan dimakan terasa lunak dan segar. Tanaman sawi memiliki
akar tunggang (radix primaria) dan cabang akar yang bentuknya bulat
panjang (silindris) menyebar ke semua akar pada kedalaman antara 30-50
cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain untuk menyerap air dan zat
makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman
(Yulia et al., 2011).
Batang sawi berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun.
Pada umumnya daun-daun sawi bersayap, bertangkai panjang yang
bentukknya pipih, mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun
dari dalam tangkai bunga (inflorescentia), yang tumbuh memanjang
(tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum sawi terdiri atas empat helai
daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga berwarna kuning cerah,
empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua
(Rukmana, 1994).
Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan
serangga lebah dan manusia. Hasil dari penyerbukan ini terbentuk buah
berupa biji. Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya

3
4

memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi dua sampai delapan
butir biji. Biji sawi berbentuk bulat kecil yang berwarna coklat atau coklat
kehitam-hitaman. Produksi utama dari sawi adalah daun-daunnya. Sawi
dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk masakan, sebagai sayur daun
(Rukmana, 1994).
Nazaruddin (2003) menyatakan bahwa ada tiga jenis sawi yang
banyak dibudidayakan. Pertama, sawi putih (sawi jabung), memiliki daun
berwarna hijau keputihan dan lebar, batang berwarna hijau dan pendek
serta tegap, rasa enak. Kedua, sawi hijau, sawi ini berbatang pendek dan
tegap, daunnya lebih hijau dari sawi putih, tangkai daun pipih, rasa agak
pahit, tapi banyak disukai konsumen. Ketiga, sawi huma (sawi ladang),
memiliki batang yang panjang dan langsing, daunnya panjang sempit,
warnanya hijau keputih-putihan. Jenis sawi ini lebih menyukai tanah yang
kering atau ladang. Menurut penelitian Nurshanti (2010), sawi varietas
tropika merupakan varietas terbaik untuk parameter tinggi tanaman,
pertambahan jumlah daun, bobot berangkasan basah, dan indeks panen
yang masing-masing adalah 18,59 cm; 2,30 helai; 85,96 g; 83,52%.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan di daerah dataran
tinggi maupun dataran rendah. Meskipun begitu, tanaman sawi akan lebih
baik jika ditanam di dataran tinggi. Daerah penanaman yang sesuai adalah
mulai dari ketinggian 5 m sampai 1200 m dpl. Namun biasanya tanaman
ini dibudidayakan pada daerah yang berketinggian antara 100 sampai 500
m dpl. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat
ketinggian tersebut (Yulia et al., 2011).
Tanaman sawi juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat
ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau, jika penyiraman
dilakukan dengan teratur dan dengan air yang cukup, tanaman ini dapat
tumbuh sebaik pada musim penghujan. Jadi, jika budidaya sawi dilakukan
pada dataran tinggi, tanaman ini tidak perlu air yang banyak, sebaliknya
jika ditanam di dataran rendah diperlukan air yang lebih banyak.
Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini memerlukan hawa yang
5

sejuk, maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana
lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Sehingga, tanaman sawi sesuai ditanam pada akhir musim
penghujan (Nurshanti, 2010).
Tanah yang sesuai untuk penanaman sawi adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur, serta drainase yang baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman sawi
berkisar antara 6-7 (Perwitasari et al., 2012).
B. Tanaman Terung
Tanaman terung diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio: Plantae,
Sub-divisio: Spermatophyta, Famili: Salanaceae, Genus: Solanum,
Spesies: Solanum melingena L. (Samadi, 2001).
Terung merupakan tanaman asli daerah tropis. Tanaman ini berasal
dari benua Asia, terutama India dan Birma. Pada mulanya daerah
penyebaran tanaman terung terkonsentrasi pada beberapa negara (wilayah)
kemudian terung menyebar keseluruh dunia, baik yang beriklim panas
(tropis) maupun beriklim sedang sub- tropis). Budidaya tanaman terung
paling pesat perkembangannya di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Budidaya tanaman terung merupakan salah satu sayuran didataran rendah.
Sentral penanaman terung masih berpusat di pulau Jawa dan Sumatera
(Rukmana, 1994).
Tanaman terung termasuk tanaman yang berbentuk perdu.
Batangnya rendah, berkayu dan bercabang. Batang tanaman terung
dibedakan menjadi dua bagian yaitu batang utama (primer) dan batang
percabangan (skunder). Batang utama merupakan batang untuk penjangga
dan memperkokoh berdirinya tanaman, sedangkan batang percabangan
merupakan batang untuk mengeluarkan bunga (Hadiatna, 2006).
Daun terung berwarna hijau, berbentuk belah ketupat sedikit oval.
Bagian pangkal daun tumpul dan bagian ujung meruncing. Panjang dan
lebar helaian daun bervariasi tergantung pada varietasnya. Daun terung
terdiri atas tangkai daun dan helaian daun. Tangkai daun berbentuk
6

silendris dan menebal dibagian pangkal, panjangnya berkisar antara 5-8


cm (Samadi, 2001).
Bunga tanaman terung merupakan bunga berkelamin dua, dimana
dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat
kelamin betina (putik). Bunga ini disebut juga bunga lengkap karena
memiliki kelopak bunga, mahkota bunga dan tangkai bunga (Soetasad &
Muryanti, 1999).
Tanaman terung mempunyai manfaat sebagai bahan sayuran,
tanman obat dan tanamana hias.Buah terung mengandung air dan beberapa
unsur gizi yang cukup tinggi. Berdasrkan hasil pengujian, didalam setiap
100 gram terkandung komponen gizi (Soetasad et al., 2003).
C. Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Gambut
Lahan gambut adalah lahan dengan kondisi anaerob atau kondisi
lahan yang tergenang air. Lahan gambut banyak mengandung serasah dan
kaya akan bahan organik tapi belum terdekomposisi secara sempurna.
Gambut berpotensi untuk dikelola menjadi lahan budidaya tanaman
pangan dan sayuran. Terdapat 15 jenis tanaman sayuran yang dapat
dibudidayakan di lahan gambut, diantaranya sawi dan terong. Tanaman
sayuran dapat dibudidayakan pada lahan gambut dangkal sampai sedang
dengan kedalaman gambut antara 0,5-2 m.
Lahan gambut merupakan suatu bentang lahan yang terbentuk dari
hasil dekomposisi bahan organik yang tidak sempurna dari vegetasi
pepohonan yang tergenang air sehingga kondisinya anaerob. Peran lahan
gambut sangat vital terutama kemampuannya dalam menyimpan dalam
jangka waktu yang lama. Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang
karbon terbesar di dunia. Dalam kondisi alami cadangan karbon pada
lahan gambut relatif stabil. Ketebalan gambut bisa bertambah hingga
mencapai 3 mm/tahun (Parish et al., 2007). Penggunaan lahan gambut
sebagai tempat pengembangan sektor pertanian seringkali dipertentangkan
dengan isu lingkungan baik ditingkat nasional, regional, maupun global.
Hal ini disebabkan karena alih fungsi lahan gambut dan berbagai macam
tindakan reklamasi dalam pembuatan saluran air (drainase) mengakibatkan
7

laju dekomposisi menjadi lebih cepat dan berisiko dalam melepaskan


unsur karbon. Tanah gambut menyimpan karbon yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah mineral. Setiap 1 gram gambut kering
menyimpan sekitar 180-600 mg karbon, sedangkan setiap 1 gram tanah
mineral hanya mengandung 5-80 mg karbon (Agus dan Subiksa, 2008).
Sifat kimia gambut berkaitan dengan pertanian meliputi
kemasaman tanah, cadangan karbon, ketersediaan hara, KTK, kadar abu,
asam organik, dan pirit, dan jenis stratum yang berada di bawah lapisan
gambut (Fahmi et al. 2014). Sifat fisik meliputi daya simpan air, laju
subsidensi, porositas tanah, dan berat isi. Tingkat kemasaman tanah
menjadi faktor pembatas dalam pengembangan gambut untuk tujuan
pertanian (Masganti, 2003a). Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat kemasaman tanah gambut tergolong sangat masam
(Masganti 2003a, Subagyo 2006, Wiratmoko et al. 2008). Kemasaman
tanah gambut disebabkan adanya hidrolisis asam-asam organik dan
kondisi drainase yang kurang baik.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum dilaksanakan di Jl. Budi Utomo, Siantan hilir, Kecamatan
Pontianak utara, Kota Pontianak dan Jl. Trans Kalimantan km 20 Desa Korek,
Kecamatan Ambawang, Kabupaten Kubu raya. Praktikum dilaksanakan pada hari
minggu, 3 Desember 2023.
B. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1. ATK (untuk mencatat hasil wawancara dan semua hasil praktikum)
2. Camera dan alat perekam (Dokumentasi dan merekam hasil wawancara)
C. Pelaksanaan Praktikum
Langkah-langkah pelaksanaan praktikum yaitu:
1. Sebelum keberangkatan kelokasi praktikum mahasiswa mendengarkan
pengarahan terlebih dahulu oleh tim dosen magister agroteknologi dan berdoa
sebelum mahasiswa berangkat ketempat praktikum.
2. Lokasi kunjungan pertama yaitu ke lokasi petani hortikultura di siantan,
kemudian ke lokasi petani terong yang ada di kecamatan ambawang.
3. Sambutan, Pengenalan dan Penjelasan terkait praktikum yang disampaikan
oleh penyuluh dan para dosen.
4. Pengamatan lapangan didampingi dosen dari lokasi praktikum dan wawancara
langsung mahasiswa dengan mentor lapangan, serta pengambilan
dokumentasi;
5. Tanya jawab secara langsung dan pengamatan dengan petani hortikultura
hidroponik di Kecamatan Siantan.
6. Pembuatan laporan.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Budidaya Tanaman Sawi (Poktan Mandiri II, Siantan Hilir)


1) Pengadaan benih
Benih sayuran sawi yang diperoleh petani Poktan Mandiri II
diperoleh dari benih yang beredar di pasaran. Jenis sawi yang biasanya
dibudidayakan adalah jenis Sawi Panjang, Sawi keriting, Sawi Manis,
Sawi Pokcoy, Selada dan Sawi Putih. Benih kebanyakan diimpor dari
Malaysia. Benih yang yang digunakan harus mempunyai kualitas yang
baik. Oleh karena itu perlu diperhatikan tempat menyimpan benih untuk
menjaga mutu benih tersebut. Selain itu kemasan benih perlu diperhatikan
karena akan menentukan mutu benih.
Perbanyakan tanaman sawi dilakukan dengan benih. Benih sawi
diperoleh dari tanaman yang dibiarkan hingga berkembang dan akhirnya
tua, berbuah dan menghasilkan benih. Kebutuhan benih sawi per hektar
hanya 700 gram. Sebelum dikebunkan benih sawi disemaikan dahulu pada
media tanam yang sesuai. Bibit yang sudah berdaun 4 helai dapat dipindah
ke lahan (Nazaruddin, 2003).
2) Pengolahan tanah dan Pemasangan Waring
Berdasarkan hasil wawancara, pengolahan lahan yang lalukan oleh
petani yaitu dengan membuat beberapa bedengan dengan ukuran 1 m x 12
m dengan ketinggiang bedengan 12-15 cm. Bedengan dibuat dengan cara
dicangkul hingga gembur dan bagain atas dibuat rata. Saat penggemburan
tanah, petani juga sesekali memberikan kapur yang berguna untuk
meningkat Ph gambut. Pemberian bahan amelioran lain sperti pupuk
kandang ayam diberikan saat pindah tanam dimana setelah tanaman
dipanen dan bedengan sudah dibersihkan dari gulma, maka pupuk kandang
tersebut akan tercampur pada saat pencangkulan untuk musim tanam
selanjutnya.
Pada budidya sawi di Sintan Hilir di area tanam dipasang waring.
Pemasangan waring dilakukan oleh petani untuk memecah air hujan agar
tidak langsung jatuh ke daun yang mengakibatkan daun menjadi rusak dan

10
11

saat musim panas tanaman terhindar dari paparan sinar matahari secara
langsung dan menjaga kelembaban gambut.
3) Penanaman
Penanaman yang dilakukan petani yaitu benih sawi terlebih dahulu
di semai. Setelah tanaman berumur 15 HSS, tamanan selanjutnya dipindah
ke bedengan yang telah disiapkan. Jarak tanam yang digunakan adalah 15
x 15 cm.
Akhir musim hujan merupakan pilihan yang tepat untuk bertanam
sawi. Apabila terpaksa, dapat juga ditanam pada musim kemarau, tetapi
harus bisa memberikan air dalam jumlah yang cukup bagi tanaman. Bibit
yang sudah layak pindah bisa langsung ditanam pada media yang
diinginkan. Angkat bibit dari media persemaian dengan tidak merusak
akarnya, kemudian ditanam dengan jarak tanam 30 x 40 cm. Penanaman
dilakukan sore hari (Yulia et al., 2011).
4) Pemeliharaan
Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi penyiraman,
pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyiraman
Peniyiraman yang dilakukan oleh petani yaitu di lakukan sebyaka 2
kali yaitu pagi dan sore. Sementara saat hujan penyiraman tidak di
lakukan. Saat musim kemarau sumber air di dapat dari air kolam.
Tindakan pemeliharaan untuk tanaman sawi yang rutin ialah
penyiraman. Penyiraman dilakukan sejak dari persemaian hingga di lahan.
Gunakan gembor yang air siramannya halus. Saat curah hujan sedikit,
penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Melakukan penyulaman
pada tanaman yang mati sangat perlu dilakukan paling tidak satu minggu
setelah tanam. Selanjutnya pembersihan lahan dari rumput yang
menganggu agar tidak ada persaingan dalam perebutan unsur hara.
Pembersihan dapat dilakukan secara manual dengan mencabut rumput
menggunakan tangan (Yuniarti et al., 2000).
b. Pemupukan
12

Pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk kandang, dolomit


dan pupuk urea. Pupuk kadang yang digunakan adalah pupuk kendang
ayam dari jenis ayam petelur yang diberikan pada 3-4 hari setelah pindah
tanam, dengan cara ditabur di sekitar perakaran tanaman. Pemberian Urea
dilakukan senyak 2 kali. Pertama diberikan saat 3-4 hari setelah pindah
tanam dengan cara ditabur, dosiss urea yang berkan yaitu sebnyak 200
gram per bedengan. Pemberian urea selanjutnya diberikaan pada 10 hari
sebelum panen yaitu dengan cara di kocor dengan dosis 1 genggam urea
dilarutkan ke dalam 12-15 liter air. Pada saat penyiraman, tanah dalam
bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu pemberian pupuk
dilakukan pada sore hari.
Tanaman sawi menyukai tanah yang gembur dan subur, maka
harus ditambahkan pupuk kandang sebanyak 10-15 ton/ha. Selain pupuk
kandang, sawi juga membutuhkan pupuk tambahan terutama yang banyak
mengandung unsur nitrogen, pupuk urea dengan dosis 3 gram per tanaman
sudah memadai. Dosis ini setara dengan 60 kg kadar nitrogen per hektar.
Pupuk KCl dan TSP juga bisa diberikan dengan dosis cukup sepertiganya.
Akan tetapi, yang lebih penting ialah pupuk urea saja karena penting untuk
pertumbuhan sayuran daun ini (Nazaruddin, 2003).
c. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma yang dilakukan petani yaitu pada saat bersaam
dengan panen. Hal ini dilakukan karana perkembangan gulma tidak begitu
mengganggu pada fase pertumbuhan.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman sawi di Sintan Hilir adalah
siput dan ulat daun. Pengandalian hama dilakukan dengan cara
menyeprotkan insektisida seminggu sekali. Insektisida yang digunakan
adalah Curakron. Sementara penyakit yang sering menyerang tanaman
sawi yaitu penyakit busuk daun yang di akibatkan infeksi jamur, untuk
pengendaliannya menggunakan fungisida Dithane 45.
Hama yang banyak menyerang tanaman sawi terutama ulat yang
memakan daun. Gejalanya terlihat pada bekas-bekas gigitan berupa
13

robekan tidak merata di daun sawi atau lubang-lubang. Pengendaliannya


dapat dilakukan dengan mengambil ulat yang terlihat pada tanaman sawi
apabila penyerangan belum terlalu banyak (Sukmabuana et al., 2011).
Sedangkan penyakit yang umum ditemukan pada tanaman sawi adalah
penyakit akar pekuk, bercak daun, dan rebah semai. Pengendalaian dapat
dilakukan dengan penyemprotan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/liter
air dan WT Glio dosis 10 ml/liter air (Nazaruddin, 2003)
5) Pemanenan
Tanaman sawi dapat dipanen setelah berumur 20 hari setelah
pindah tanam atau 35 HST. Pemanenan dilakukan dengan mencabut
seluruh tanaman atau memotong bagian batangnya tepat di atas tanaman
sawi, juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini
dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama. Hasil panen dijual langsung
tanpa perantara sehingga dapat menjaga harga.
Tanaman sawi dapat dipanen pada umur 30-40 hari setelah tanam
dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Bila pertumbuhan tanaman
kurang baik, sawi rata-rata dipanen saat umur dua bulan. Pemanenan
dilakukan dengan cara mencabut semua bagian tanaman di atas permukaan
tanah (Yuniarti et al., 2000)

B. Budidaya Tanaman Terung (Poktan Mitra Mandiri, Desa Korek)


1) Pengolahan Lahan
Berdasarkan Hasil wawancara, pengolahan yang di lakukan petani
yaitu dimulai dengan memilih lokasi yang akan dijadikan lahan
pertanaman, dimana lahan tersbut harus terhindar dari genangan air dan
memiliki drainase yang baik. Selanjutnya petani melakukan pembersihan
lahan dari vegetas yang terdapat di lahan tersebut. Pembersihan lahan ini
dilakukan secara manual yaitu dengan menggnunakan peralatan seperti
parang dan cangkul.
Selanjutnya pengolahan tanah dilakukan petani yaitu dengan
membuat lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 cm dan diberikan kapur
dolomit pada lubang tanam tersebut. Pengapuran (pemberian dolomite)
dilakukan apabila tanah yang digunakan memiliki pH yang rendah atau
14

terlalu asam. Tanah yang kadar asamnya tinggi dapat menghambat


penyerapan beberapa unsur hara oleh tanaman. Di area tanam juga dibuat
saluran drainase untuk mencegah tanaman dari genangan air.
Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami
yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar tanaman. Apabila
pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak. Untuk
mengatasi pengaruh buruk pengolahan tanah, maka ada dua sistem
pengolahan tanah yaitu sistem tanpa olah tanah (TOT) dan sistem
pengolahan tanah minimum (OTM). Sistem tanpa olah tanah yaitu dimana
tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-sisa tanaman sebelumnya
dibiarkan tersebar dipermukaan yang akan melindungi tanah dari ancaman
erosi selama pada saat pertumbuhan awal tanaman.
2) Pemupukan
Pemberian pupuk dasar dapat digunakan pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik dapat menggunakan pupuk kandang sedangkan
anorganik dapat menggunakan NPK Mutiara 16:16:16 dan Urea.
Pemebrian pupuk urea diberikan untuk mencukupi kebutuhan hara
nitrogen dari pupuk NPK Mutiara.
Pada tanaman terung kultivar lokal pemupukan susulan dilakukan
sebanyak tiga kali, yaitu pada saat tanaman berumur 15 HST, 30 HST dan
45HST. Pemupukan yang diberikan pada tanaman terung adalah pupuk
NPK sebanyak 200 kg/ha yang dilarutkan dalam air dengan kosentrasi 4
kg/200 liter air. Masing- 6 masing tanaman diberikan larutan NPK tersebut
sebanya 300 ml/tanaman, yang diberikan disekitar lubang mulsa plastik
dengan cara dikocor. Pemupukan NPK cair dapat dilakukan 2 minggu
sekali (Samandi, 2001).
3) Penanaman
Bibit terong siap ditanam di lahan jika telah berumur 20 – 25 HSS
atau setidaknya sudah tumbuh daun sebanyak 5 helai. Sebelum penanaman
dilakukan diseleksi terlebih dahulu. Pindah tanam dilakukan tiga hari
setelah lubang tanah dipersiapkan. Penanaman dilakukan pada pagi atau
sore hari. Pada pagi hari keadaan cuaca tidak panas sehingga tanaman
15

terhindar dari kelayuan. Penanaman dilakukan dengan membuat jarak


tanam 70 x 60 cm. Artinya adalah 70 cm jarak antar barisan dan 60 adalah
jarak tanaman dalam barisan.
Jarak antar bedengan 30 cm dengan jarak tanam 50x70 cm
(Tafajani, 2011). Saat yang tepat untuk melakukan penanaman terung
ialah awal musim kemarau, sekitar Maret – April atau saat musim hujan di
bulan Oktober – November (Nazarudin, 1994).

4) Pemeliharaan
Penyulaman biasanya dilaksanakan 1 minggu setelah tanam karena
pada saat itu dapat terlihat adanya pertumbuhan tanaman yang tidak
normal. Pertumbuhan tanaman yang tidak normal itu dapat terjadi karena
kesalahan pada saat penanaman. Selanjutnya petani membuat ajir,
pemasangan ajir dilakukan segera setelah tanaman terong selesai ditanam
di bedengan. Ajir berfungsi untuk menopang tanaman terung
Pengairan pada tanaman terung dapat dilakukan rutin satu atau dua
kali sehari tergantung dari keadaan tanah dan musim. Kekurangan air pada
pertumbuhan vegetatif akan menghambat kecepatan perkembangan daun
dan jumlah bunga menjadi sedikit sehingga produksi buah pun menjadi
rendah.
Pemeliharaan tanaman terung perlu dilakukan secara benar dan
terencana kerena tanaman tidak mungkin dibiarkan tumbuh begitu saja.
Pemeliharaan tanaman memegang peranan penting karena menentukan
keberhasilan budidaya. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi
pengairan, penyulaman, pembumbunan, penyiangan, pemupukan, serta
pemberantasan hama dan penyakit (Soetasad dan Muryanti, 1999).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar hasil praktikum di lapangan dapat disimpulkan bahwa:
1. Budidaya tanaman sawi dan terung pada lahan gambut masih menggunakan
dosis pupuk yang berlebihan dan tidak sesuai rekomendasi pemupukan khusus
tanaman sawi dan terung.
2. Tingginya serangan hama dan penyakit terjadi khusunya saat musim hujan
mengakibatkan pengendalian hama dan penyakit masih menggunakan pestisida
dengan dosis tinggi. Petani masih berorientasi pda hasil, tanpa memikirkan efek
bagi kesehatan yang mngkonsumsinya.

B. Saran
Selain pengamatan di lapangan mahasiswa perlu melakukan
praktek secara langsung terkait cara pengaplikasian pupuk agar mahasiswa
dapat memahami secara detail dan mendalam materi yang diterima di
lapangan.

21
DAFTAR PUSTAKA

22
23

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai