Anda di halaman 1dari 65

RANCANG BANGUN SISTEM PENGECASAN BATERAI DARI

SOLAR CELL MEMANFAATKAN STIRLING ENGINE


BERBASIS ATMEGA328

SKRIPSI

BELLA SRI R TARIGAN

150821027

DEPARTEMEN S1 FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RANCANG BANGUN SISTEM PENGECASAN BATERAI DARI
SOLAR CELL MEMANFAATKAN STIRLING ENGINE
BERBASIS ATMEGA328

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai


gelar Sarjana Sains

BELLA SRI R TARIGAN

150821027

DEPARTEMEN S1 FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Rancang Bangun Sistem Pengecasan Baterai dari


Solar Cell Memanfaatkan Stirling Engine
Berbasis Atmega328
Kategori : Skripsi
Nama : Bella Sri R Tarigan
Nomor Induk Mahasiswa : 150821027
Program Studi : Sarjana (S1) Fisika
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, September 2017

Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1

Junedi Ginting, S.Si, M.Si Drs.Kurnia Brahmana, M.Si


NIP. 197306222003121001 NIP. 196009301986011001

Disetujui Oleh
Ketua Departemen Fisika FMIPA USU

Dr. Perdinan Sinuhaji, MS


NIP. 195903101987031002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

RANCANG BANGUN SISTEM PENGECASAN BATERAI DARI SOLAR


CELL MEMANFAATKAN STIRLING ENGINE BERBASIS ATMEGA328

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2017

BELLA SRI R TARIGAN


150821027

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan Yesus dengan limpah karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “RANCANG BANGUN
SISTEM PENGECASAN BATERAI DARI SOLAR CELL MEMANFAATKAN
STIRLING ENGINE BERBASIS ATMEGA328.”
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S., selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA-USU)
2. Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS., selaku ketua Departemen dan bapak Awan
Maghifrah, S.Si., M.Si., selaku sekretaris Departemen Fisika S1 Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA-
USU)
3. Bapak Drs. Kurnia Brahmana, M.Si sebagai dosen pembimbing pertama yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini dan berkontribusi
dalam meluangkan waktu, memberikan masukan-masukan, pemikirannya dalam
membahas hasil penelitian ini.
4. Bapak Junedi Ginting, S.Si, M.Si., sebagai dosen pembimbing kedua yang turut
meluangkan waktu, menuangkan pemikirannya dalam membahas hasil
penelitian ini.
5. Seluruh Staf Pengajar / Pegawai program studi fakultas MIPA Universitas
Sumatera Utara.
6. Terkhusus kepada ayahanda Ir. Juahta Tarigan dan ibunda Rumondang
Hutabarat, terimakasih yang sebesar-besarnya atas kasih sayangnya sejak saya
dilahirkan hingga saat ini, jerih payah dalam mendidik, membimbing,
menasehati, menyemangati dan memberikan kepercayaan kepada saya baik
untuk urusan belajar, kuliah sampai penulisan skripsi ini. Juga kepada kakak dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


adik saya Mika Tarigan dan Timotius Tarigan, yang telah mendukung saya baik
dengan semangat, selalu menghibur saya dalam penulisan skripsi ini.
7. Buat Teman-teman saya semasa kuliah, terutama Cut Anisa Nabila dan Afif
Yumna yang dari awal selalu memberi motivasi dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat seperjuangan di Departemen Fisika serta seluruh teman-teman yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih atas saran dan dukungannya.
Akhirnya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan dan doanya apabila ada kesalahan dan kekurangan pada
penulisan skripsi ini kepada pembaca saya mohon maaf.
Semoga tulisan ini mampu menjadi sumber ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan penelitian di Indonesia.

Medan, September 2017


Penulis

Bella Sri R Tarigan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RANCANG BANGUN SISTEM PENGECASAN BATERAI DARI SOLAR
CELL MEMANFAATKAN STIRLING ENGINE BERBASIS ATMEGA328

ABSTRAK

Telah dirancang bangun sistem pengecasan baterai dari solar cell


memanfaatkan stirling engine berbasis Atmega328. Alat ini digunakan untuk
menentukan daya yang dihasilkan pada saat melakukan pengisian pada baterai.
Metode ini dilakukan menggunakan metode stirling engine, yaitu pengecasan
dilakukan dengan arus yang sangat kecil dengan menggunakan buck converter. Hasil
pengujian tegangan pada solar cell adalah 18,00 V (hasil pengujian nilai minimum)
dan 21,16 V (hasil pengujian nilai maksimum) sehingga pengecasan baterai
menggunakan Stirling Charger pada saat tegangan 6 V dapat menaikkan tegangan
sebesar 15 V tidak melebihi batas toleransi 10%.

Kata Kunci : Baterai, Buck Converter, Power Supply, Stirling Engine.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DESIGN OF BATTERY CHARGING SYSTEM FROM SOLAR CELL
UTILIZING ATMEGA328 BASED STIRLING ENGINE

ABSTRACT

Design of battery charging system from solar cell utilizing atmega328 based
stirling engine. This tool is used to determine the power generated at the time of
charging the battery. This method is done by using stirling engine method, that is the
charging is done with very small current by using buck converter. The test result of
the voltage on the solar cell is 18,00 V (the test of minimum value) and 21,16 V (test
result of maximum value) so that the battery charger using stirling charger at 6 V
voltage can not exceed the tolerance limit 10%.

Keywords : Battery, Buck Converter, Power Supply, Stirling Engine.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN ................................................................................................. i
PERNYATAAN .................................................................................................. ii
PENGHARGAAN .............................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 2
1.6 Metode Penelitian ............................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4


2.1 Baterai ................................................................................................ 4
2.1.1 Konstruksi Baterai ........................................................................ 7
2.1.2 Kapasitas Baterai .......................................................................... 10
2.1.3 Prinsip Kerja Baterai ..................................................................... 11
2.1.4 Metode Pengecasan Baterai ........................................................ 12
2.1.5 Parameter Untuk Baterai ............................................................... 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.6 Alat Elektronik Pengontrol Baterai ............................................... 15
2.2 DC-DC Converter .............................................................................. 16
2.3 Switching Regulator ........................................................................... 17
2.4 Buck Regulator ................................................................................... 17
2.5 Sensor Arus ACS712 ......................................................................... 18
2.6 Sensor Pembagi Tegangan ................................................................. 19
2.7 Adaptor Power Supply ....................................................................... 19
2.8 Power Supply (catu daya) ................................................................... 17

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN SISTEM ............................................... 34


3.1 Diagram Blok Kerja Sistem ............................................................... 34
3.2 Flowchart Sistem Rangkaian ............................................................... 35
3.3 Rangkaian Catu Daya ......................................................................... 36
3.4 Rangkaian Charcing ........................................................................... 36
3.5 Rangkaian Buck-boost Converter ....................................................... 37
3.6 Rangkaian Indikator Tegangan ........................................................... 39
3.7 Rangkaian Indikator Arus ................................................................... 39
3.8 Skema Rangkaian LCD Monitor ........................................................ 40
3.9 Rangkaian Mikrokontroller Atmega328 ............................................ 41
3.10 Rangkaian Stirling Charger ................................................................ 43

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 45


4.1 Pengujian Power Supply .................................................................... 45
4.2 Pengujian Solar Cell ........................................................................... 47
4.3 Pengujian Lama Waktu Pengisian Baterai ......................................... 49

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 51


5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.12a Fungsi pin – pin pada Liquid Crystal Display (LCD) ..................... 30
Tabel 4.1a Hasil Pengujian PSA ....................................................................... 46
Tabel 4.2b Hasil Uji Coba Solar Cell ................................................................ 48
Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Solar Cell ................................................................ 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Baterai Timbal ................................................................................... .6
Gambar 2.1.1a Konstruksi Baterai ....................................................................... .7
Gambar 2.1.b Plat Sel Aki .................................................................................... .8
Gambar 2.1.3 Proses Pengosongan dan Pengisian Baterai .................................. 11
Gambar 2.4 Buck Regulator ................................................................................. 10
Gambar 2.5 Konfigurasi pin dari IC ACS712 ...................................................... 18
Gambar 2.7 Voltage Divider ................................................................................ 21
Gambar 2.11a Konfigurasi PIN Atmega328 ........................................................ 27
Gambar 2.11.2b Konfigurasi Port B ..................................................................... 28
Gambar 2.12a Fungsi pin – pin pada Liquid Crystal Display .............................. 30
Gambar 2.12b Blok Diagram LCD ...................................................................... 31
Gambar 2.12c LCD M1632................................................................................... 32
Gambar 3.3 Rangkaian power supply .................................................................. 36
Gambar 3.4 Rangkaian Charging ........................................................................ 37
Gambar 3.5a Rangkaian buck-boost converter .................................................... 38
Gambar 3.5b Rangkaian snubber .......................................................................... 38
Gambar 3.6 Rangkaian Indikator Tegangan ........................................................ 39
Gambar 3.7 Rangkaian Indikator Arus ................................................................ 39
Gambar 3.8 Skema Rangkaian LCD monitor 16x2 Karakter .............................. 40
Gambar 3.9 Rangkaian Mikrokontroller Atmega328 .......................................... 42
Gambar 3.10 Rangkaian Stirling Charger ........................................................... 44
Gambar 4.1 Skematik Power supply .................................................................... 45
Gambar 4.1b Gambar Grafik Hasil Pengujian ..................................................... 46
Gambar 4.2a Pengujian Solar Cell ....................................................................... 47
Gambar 4.2c Grafik Hasil Pengujian Solar Cell .................................................. 49
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Baterai ......................................................... 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Gambar PCB Rangkaian Sistem 53


2. Gambar Pengujian Rangkaian 54
3. Gambar Port Rangkaian Stirling Charger 55
4. Program Rangkaian Sistem 56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR SINGKATAN

A = Ampere
AC = Alternating Current
ADC = Analog to Digital Control
Ah = Ampere / hour
ALU = Arithmatic Logic Unit
ASCII = American Standart Code for Information Interchange
AVR = Automatic Voltage Regulator
BCR = Baterry Charge Regulator
C = Capasitor
CGRAM = Character Generator Random Access Memory
CGROM = Character Generator Read Only Memory
CISC = Completed Instruction Set Computer
CMOS = Complementary Metal Oxide Semiconductor
DC = Dirrect Current
DDRAM = Display Data Random Access Memory
DOD = Depth of Discharge
EEPROM = Electrically Erasable Programable Read-Only Memory
GGL = Gaya Gerak Listrik
GND = Ground
H2O = Air
H2SO4 = Asam Sulfat
I/O = Input / Output
IC = Integrated Circuit
IDE = Integrated Development Environtment
KB = Kilo Byte
kHz = Kilo Hertz
LCD = Liquid Crystal Display
LED = Light Emitting Diode
LSB = Least Significant Bit
MIPS = Million Instruction Per Second
MSB = Most Significant Bit
mV/A = mili Volt / Ampere
NiCad = Nickel - Cadmium
Pb = Timbal
Pbo2 = Timbal Coklat
PLTS = Pembangkit Listrik Tenaga Surya
PLN = Perusahaan Listrik Negara
PWM = Pulse Width Modulation
RAM = Random Access Memory
R/W = Read / Write
RS = Register Select
RISC = Reduce Instruction Set Computer
SG = Specify Grafity

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SOC = State Of Charge
SRAM = Static Random Access Memory
SPI = Serial Paripheral Interface
TTL = Time To Live
USD = United States Dollar
V = Voltage
VCC = Voltage Common Colector
WH = Watt / Hour
WP = Watt / Peak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Penghematan penggunaan energi merupakan suatu hal yang sangat penting.
Pemanfaatan energi harus dilakukan secara efisien dalam berbagai hal terutama
dalam penggunaan peralatan elektronika. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu
teknologiyang ramah lingkungan.
Tidak terkecuali untuk penerangan di dalam rumah. Sering kali kita melihat
banyaknya lampu ruangan yang menyala saat tidak digunakan. Hal ini dapat menjadi
pemborosan listrik yang sangat besar. Untuk itu, diperlukan suatu pemecahan
masalah untuk hal ini, sehingga diperlukan lampu otomatis yang hemat energi.
Dengan adanya solar cell sebagai sumber energi alternatif maka hal itu
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penghematan penggunaan energi.
Pemanfaatan energi harus dilakukan secara efisien dalam berbagai hal terutama
dalam penggunaan peralatan elektronika.
Tidak terkecuali untuk penerangan di dalam rumah. Sering kali kita melihat
banyaknya lampu ruangan yang menyala saat tidak digunakan. Hal ini dapat menjadi
pemborosan listrik yang sangat besar. Untuk itu, diperlukan suatu pemecahan
masalah untuk hal ini, sehingga diperlukan lampu otomatis yang hemat energi.
Proyek akhir ini mencakup pembuatan suatu sistem penerangan yang hemat
energi. Dengan memanfaatkan lampu pijar melalui panel surya dan dengan kontrol
otomatis diharapkan sistem ini dapat memberikan alternatif dalam penggunaan
teknologi penerangan yang ramah lingkungan dan menghemat energi sehingga bisa
diterapkan pada perangkat elektronik yang memiliki karakteristik kebutuhan daya
masing –masing.
Maka dari semua uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul
:“Rancang Bangun Sistem Pengecasan Baterai dari Solar Cell

memanfaatkan Stirling Engine Berbasis ATMega328’’sebagai judul


skripsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana merancang sistem penerangan yang ramah lingkungan.
2. Bagaimana cara kerja sistem penerangan ini.
3. Bagaimana menentukan daya yang dihasilkan pembangkit, untuk melakukan
pengisian pada baterai.

1.3 Batasan Masalah


Untuk membatasi masalah-masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang
lingkup masalah sebagai berikut:
1. Rangkaian Mikrokontroller yang digunakan adalah Mikrokontroller ATmega
328 sebagai pusat pengolahan data.
2. Sumber energi utama yang digunakan adalah panel surya dengan daya 20
Watt.
3. Memanfaatkan bank kapasitor sebagai energi awal discharge.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1. Merancang sistem penerangan yang berdasarkan panel surya
2. Mengurangi ketergantungan energi yang berasal dari PLN

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:


1. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan masyarakat sebagai alat
alternatif penerangan.
2. Mengembangkan teknologi tepat guna yang bermanfaat upaya dalam
menghemat energi listrik dari prototipe solarcell.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.6 Metode Penelitian
Langkah-langkah dalam metode penelitian masalah yang diperlukan dalam
penulisan Skripsi ini adalah :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah suatu metode yang dipergunakan dalam penelitian
ilmiah yang dilakukan dengan membaca dan mengolah data yang diperoleh
dari literatur. Data yang dibaca adalah data yang berhubungan dengan hasil-
hasil eksperimen. Data pustaka ini selanjutnya akan dipergunakan sebagai
parameter dalam desain dan pembuatan solar cell.
2. Desain dan pembuatan
Mendesain dan membuat bahan pengujian.
3. Proses Pengujian dan Pengambilan Data
Melakukan proses pengujian, kinerja dan mencatat data kinerja solar cell.
4. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pengujian, penulis melakukan verifikasi
dengan data pustaka dan melakukan analisa perbandingan serta regresi.
5. Penyusunan Laporan
Setelah tahapan-tahapan diatas selesai dilakukan penyusunan laporan mulai
dilakukan, asistensi dilakukan dengan dosen pembimbing Skripsi.
Setelah mengadakan asistensi dengan dosen dan berdasarkan data-data yang
diperoleh, kemudian penulis menganalisa dan mengambil kesimpulan serta
saran mengenai penelitian yang telah dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada proyek akhir ini adalah sebagai
berikut:

BAB 1 Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah dan
batasanmasalah, tujuan dan kegunaan, serta sistematika penulisan dari kegiatan
proyek akhir ini.

BAB 2 Tinjauan Pustaka


Pada bab ini dibahas mengenai teori dasar yang digunakan pada penyusunan proyek
akhir yang meliputi penjelasan mengenai komponen dasar, hukum dasar, dan lain
sebagainya.

BAB 3 Perancangan dan Implementasi Sistem


Pada bab ini dibahas mengenai perancangan sistem sesuai dengan yang diinginkan
dan melakukan implementasi dengan melakukan pembuatan perangkat dari sistem
tersebut.

BAB 4 Pengujian dan Analisis Sistem


Pada bab ini dibahas mengenai analisis sistem yang telah dibuat apakah telah
memenuhi tujuan atau belum dan juga apakah telah berjalan dengan baik.

BAB 5 Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan penelitian proyek
akhir ini yang bisa digunakan sebagai masukan untuk pengembangan dan penelitian
lebih lanjut dari topik proyek akhir ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baterai
Baterai adalah salah satu komponen sel surya yang berfungsi menyimpan
energi listrik yang dihasilkan oleh sel surya pada siang hari, untuk kemudian
dipergunakan pada malam hari dan pada saat cuaca mendung.
Baterai yang dipergunakan pada sel surya mengalami proses siklus mengisi
(charging) dan mengosongkan (discharging), tergantung pada ada atau tidaknya
matahari. Selama ada sinar matahari, sel surya akan menghasilkan energi listrik.
Menurut Syam Hardi akumulator ini berasal dari bahasa asing yaitu accu
(mulator)=baterij(Belanda),accumulator=storange battery (Inggris),akkumulator =
bleibatterie(Jerman). Pada umumnya semua bahasa -bahasa itu mempunyai satu arti
yang dituju, yaitu “acumulate”atauaccumuleren. Ini semua berarti menimbun,
mengumpulkan atau menyimpan.
Baterai terdiri dari dua jenis yaitu, baterai primer dan baterai sekunder.
Baterai primer merupakan baterai yang hanya dapat dipergunakan sekali pemakaian
saja dan tidak dapat diisi ulang. Hal ini terjadi karena reaksi kimia material aktifnya
tidak dapat dikembalikan.
Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang, karena material aktifnya
didalam dapat diputar kembali. Kelebihan dari pada baterai sekunder adalah
harganya lebih efisien untuk penggunaan jangka waktu yang panjang.
Ada dua jenis baterai isi ulang yang dapat dipergunakan untuk sistem
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), yaitu baterai Asam Timbal (Lead-Acid) dan
baterai Nickel-Cadmium. Baterai Asam Timbal (Lead-Acid) ini tersusun dari
beberapa sel elektrokimia dan masing-masing sel bekerja dengan mempergunakan
elektroda positif (anoda) yang terbuat dari PbO2(lead oxide) dan elektroda negatif
(katoda) dari bahan Pb (lead). Sedangkan larutan elektrolit yang digunakan terdiri
dari asam sulfat (H2SO4) dan air (H2O). Untuk baterai 12 Volt nominal biasanya
terdiri dari 6 sel dengan masing-masing sel memiliki tegangan 2 Volt.
Pada waktu pengisian baterai (charge), PbO2 akan berkumpul pada anoda, Pb
berkumpul pada katoda dan mengakibatkan jumlah dari asam sulfat relatif
bertambah sehingga bila diukur berat jenisnya akan lebih besar dari satu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ketika terjadi pengisian berlebih, pada baterai akan terbentuk gas hidrogen
dan gas oksigen yang cukup berbahaya. Pada saat proses pengosongan (discharge)
akan terbentuk PbSO4 yang berkumpul di anoda dan katoda, sehingga jumlah asam
sulfat berkurang sedangkan jumlah air dalam elektrolit bertambah dan bila diukur
harga SG (specify grafity) akan mendekati satu.
Besarnya energi yang dapat disimpan dan dikeluarkanoleh baterai disebut
sebagai kapasitas baterai. Kapasitasenergi suatu baterai diukur dalam ampere jam
(Ah).Misalkan, kapasitas baterai 100 Ah 12 Volt artinya secara ideal arus yang dapat
dikeluarkan sebesar 5 Ampere selama20 jam pemakaian.
Berikut dibawah ini dapat diilustrasikan baterai timbal (Lead Acid) pada
gambar 2.1 sebagai berikut.

Gambar 2.1 Baterai Timbal (Lead Acid)

Selain baterai asam timbal yang digunakan pada sistem pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS), baterai Nickel-Cadmium pun juga digunakan. Baterai NiCad
atau baterai NiMH adalah baterai yang sering digunakan dalam skala kecil, baterai
ini memiliki tegangan sebesar 1,2 Volt/sel. Baterai NiCad berisi plat elektroda positif
nikel hidroksida dan elektroda negatif cadmium hidroksida, persamaan reaksi kimia
baterai ini adalah :
2NiO(OH) + Cd + 2H2O2Ni (OH)2+ Cd(OH)2

Reaksi ini bekerja dari sisi kiri menuju sisi kanan, sedangkan saat charging
reaksi berlangsung dari kanan ke kiri. Metode charging yang digunakan adalah
metoda arus charging arus konstan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Akan tetapi karena memiliki efisiensi yang rendah dan biaya yang lebih
tinggi, membuat baterai nickel-cadmium relatif lebih sedikit dipergunakan dalam
sistem PLTS. Sebaliknya baterai Asam Timbal adalah baterai dengan efisiensi tinggi
dengan biaya yang lebih ekonomis.
Hal ini membuat baterai Asam Timbal menjadi perangkat penyimpan yang
penting untuk beberapa tahun ke depan, terutama untuk sistem PLTS ukuran
menengah dan besar. Kedua jenis baterai tersebut mempunyai komponen yang
hampir sama, hanya saja berbeda dalam jenis elektroda yang dipakai dalam jenis
elektrolit yang digunakan untuk membangkitkan reaksi elektrokimia.

2.1.1 Konstruksi Baterai


Aki yang ada dipasaran ada 2 jenis yaitu aki basah dan aki kering. Aki basah
media penyimpanan arus listrik ini merupakan jenis aki yang paling umum
digunakan. Aki jenis ini masih perlu diberi air aki yang dikenal accu zuur.
Sedangkan jenis aki kering merupakan jenis aki yang tidak memakai cairan, mirip
seperti baterai telepon seluler. Aki ini tahan terhadap getaran dan suhu rendah.
Berikut dibawah ini dapat diilustrasikan sel aki pada gambar 2.1.1a sebagai berikut.

Gambar 2.1.1a Sel Aki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dalam aki ini terdapat jenis elemen dan sel untuk menyimpan arus yang
mengandung asam sulfat (H2SO4). Tiap sel berisikan pelat positif dan negatif. Pada
pelat positif terkandung oksidal timbal coklat (Pbo2), sedangkan pelat negatif
mengandung timbal (Pb).
Pelat-pelat ditempatkan pada batang penghubung. Pemisah atau separator
menjadi isolasi diantara pelat itu, dibuat agar baterai acid mudah beredar disekeliling
pelat. Bila ketiga unsur kimia ini berinteraksi, maka akan muncullah arus listrik.
Aki memiliki 2 kutub / terminal, kutub positif dan kutub negatif. Biasanya
kutub positif (+) lebih besar atau lebih tebal dari kutub negatif (-), untuk
menghindarkan kelalaian bila aki hendak dihubungkan dengan kabel-kabelnya. Pada
aki terdapat batas minimum dan maksimum tinggi permukaan air aki untuk masing-
masing sel.
Bila permukaan air aki di bawah level minimum akan merusak fungsi sel aki.
Jika air aki melebihi level maksimum, maka akan mengakibatkan air aki menjadi
panas dan meluap keluar melalui tutup sel.
a. Plat positif dan negatif
Plat positif dan plat negatif merupakan komponen utama suatu aki. Kualitas
plat sangat menentukan kualitas suatu aki, plat-plat tersebut terdiri dari rangka yang
terbuat dari paduan timbal antimon yang di isi dengan suatu bahan aktif. Bahan aktif
pada plat positif adalah timbal peroksida yang berwarna coklat, sedang pada plat
negatif adalah spons - timbal yang berwarna abu abu. Berikut dapat diilustrasikan
plat sel aki pada gambar 2.1.1b sebagai berikut.

Rangka
Material

Gambar 2.1.1b Plat Sel Aki


b. Separator dan lapisan serat gelas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Antara plat positif dan plat negatif disisipkan lembaran separator yang terbuat
dari serat cellulosa yang diperkuat dengan resin. Lembaran lapisan serat gelas
dipakai untuk melindungi bahan aktif dari plat positif.
Oleh karena timbal peroksida mempunyai daya kohesi yang lebih rendah dan
mudah rontok jika dibandingkan dengan bahan aktif dari plat negatif. Jadi, fungsi
lapisan serat gelas disini adalah untuk memperpanjang umur plat positif agar dapat
mengimbangi plat negatif, selain itu lapisan serat gelas juga berfungsi melindungi
separator.
c. Elektrolit
Cairan elektrolit yang dipakai untuk mengisi aki adalah larutan encer asam
sulfat yang tidak berwarna dan tidak berbau. Elektrolit ini cukup kuat untuk
merusak pakaian. Untuk cairan pengisi aki dipakai elektrolit dengan berat jenis
1.260 pada 20° C.
d. Penghubung antara sel dan terminal
Aki 12 volt mempunyai 6 sel, sedang Aki 6 volt mempunyai 3 sel. Sel
merupakan unit dasar suatu Aki dengan tegangan sebesar 2 volt. Penghubung sel
(conector) menghubungkan sel sel secara seri. Penghubung sel ini terbuat dari
paduan timbal antimon.
Ada dua cara penghubung sel - sel tersebut. Yang pertama melalui atas
dinding penyekat dan yang kedua melalui (menembus) dinding penyekat. Terminal
terdapat pada kedua sel ujung (pinggir), satu bertanda positif (+) dan yang lain
negatif (-). Melalui kedua terminal ini listrik dialirkan penghubung antara sel dan
terminal.
e. Sumbat
Sumbat dipasang pada lubang untuk mengisi elektrolit pada tutup aki,
biasanya terbuat dari plastik. Sumbat pada aki motor tidak mempunyai lubang udara.
Gas yang terbentuk dalam aki disalurkan melalui slang plastik atau karet. Uap
asam akan tertahan pada ruang kecil pada tutup aki, kemudian asamnya
dikembalikan kedalam sel.
f. Perekat bak dan tutup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ada dua cara untuk menutup aki, yang pertama menggunakan bahan perekat
lem, dan yang kedua dengan bantuan panas (Heat Sealing). Yang pertama untuk bak
polystryrene sedang yang kedua untuk bak polypropylene.

2.1.2 Kapasitas Baterai


Kapasitas baterai merupakan kemampuan baterai menyimpan daya listrik
atau besarnya energi yang dapat disimpan dan dikeluarkan oleh baterai. Besarnya
kapasitas, tergantung dari banyaknya bahan aktif pada plat positif maupun plat
negatif yang bereaksi, dipengaruhi oleh jumlah plat tiap - tiap sel, ukuran, dan tebal
plat, kualitas elektrolit serta umur baterai.
Kapasitas energi suatu baterai dinyatakan dalam ampere jam (Ah), misalkan
kapasitas baterai 100 Ah 12 volt artinya secara ideal arus yang dapat dikeluarkan
sebesar 5 ampere selama 20 jam pemakaian.
Besar kecilnya tegangan baterai ditentukan oleh besar /banyak sedikitnya sel
baterai yang ada di dalamnya. Sekalipun demikian, arus hanya akan mengalir bila
ada konduktor dan beban yang dihubungkan ke baterai. Kapasitas baterai juga
menunjukan kemampuan baterai untuk mengeluarkan arus (discharging) selama
waktu tertentu dinyatakan dalam Ah (Ampere – hour).
Berarti sebuah baterai dapat memberikan arus yang kecil untuk waktu yang
lama atau arus yang besar untuk waktu yang pendek. Pada saat baterai diisi
(charging), terjadilah penimbunan muatan listrik.
Jumlah maksimum muatan listrik yang dapat ditampung oleh baterai disebut
kapasitas baterai dan dinyatakan dalam ampere jam (Ampere - hour), muatan inilah
yang akan dikeluarkan untuk menyuplai beban ke pelanggan. Kapasitas baterai
dapat dinyatakan dengan persamaan dibawah ini :
Ah = Kuat Arus (ampere) x waktu (hours)

Dimana :
Ah = kapasitas baterai aki
I = kuat arus (ampere)
T = waktu (jam/sekon)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.3 Prinsip Kerja Baterai
Prinsip kerja baterai dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Proses pengosongan ( discharge ) pada sel berlangsung menurut gambar.
Jika sel dihubungkan dengan beban maka, elektron mengalir dari anoda
melalui beban melalui beban katoda, kemudian ion – ion negatif mengalir ke
anoda dan ion – ion positif mengalir kekatoda.
b. Pada proses pengisian menurut gambar dibawah ini adalah bila sel
dihubungkan dengan power supply maka elektroda positif menjadi anoda dan
elektroda negatif menjadi katoda dan proses kimia yang terjadi pada gambar
proses pengosongan dan pengisian baterai 2.1.3 adalah berikut.

DC
Power Supply
Load
Aliran
Aliran
K A
IonNegatif
IonNegatif K
K A
A A
A T Aliran Ion N
N Aliran Ion T O PositifElektrolit O
O PositifElektrolit O D
D D
D A
A A
A

Gambar 2.1.3 Proses Pengosongan dan Pengisian Baterai

- Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power supply
ke katoda.
- Ion – ion negatif mengalir dari katoda keanoda.
- Ion – ion positif mengalir dari anoda kekatoda
Jadi, reaksi kimia pada saat pengisian (charging) adalah kebalikan darisaat
pengosongan (discharging).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.4 Metode Pengecasan Baterai
Terdapat bermacam-macam metode charging yang bisa digunakan untuk
rangkaian charging. Metode tersebut berbeda dalam cara pemberian energi listrikdari
catu daya ke accumulator atau batteray. Metode -metode tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Constant voltage
Pada dasarnya adalah berupa DC power supply biasa. Terdiri dari
transformator step down dengan rangkaian penyearah untuk memberikan tegangan
DC yang digunakan untuk mengisi baterai.
Metode seperti ini sering digunakan padapengisi daya pada aki mobil murah.
Selain itu, baterai Lithium-Ion juga menggunakan metode constant voltagewalaupun
sering ditambahkan rangkaian yang kompleks untuk melindungi baterai dan
penggunanya.
b. Constant current
Metode constant current memvariasikan nilai tegangansehingga didapatkan
besarnya arus yang konstan. Metode inibiasanya digunakan untuk mengisi daya pada
nikel-cadmiundan nikel-metal hibrida atau biasa disebut baterai.
c. Taper current
Metode taper current mengisi daya baterai dari sumbertegangan konstan.
Arus akan berkurang seiring denganterbentuknya ggl (gaya gerak listrik) pada
tegangan sel.
Ada bahaya serius yaitu kerusakan sel jika pengisian dilakukanberlebihan.
Untuk menghindari hal ini, laju pengisian dan durasi pengisian diberi batasan.
Metode ini hanya cocok untuk baterai SLA.
d. Pulsed charged
Metode ini bekerja dengan mengirimkan arus listrik berbentuk pulsa pada
baterai. Tingkat pengisian (berdasarkan rata-rata arus) dapat tepat dikendalikan
dengan memvariasikan lebar pulsa, biasanya sekitar satu detik.
Selama proses pengisian,terdapat jeda kosong kira-kira sebesar 20 sampai 30
milidetik. Jeda ini diberikan untuk memungkinkan terjadinya reaksi kimia pada
baterai untuk menstabilkan elektroda. Waktu jeda tersebut juga dapat menghindarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


proses pengisian dari efek- efek yang tidak diinginkan seperti timbulnya gelembung
gas, timbulnya kristal dan passivasi.
e. Burp Charging
Metode ini merupakan kebalikan dari metode pulsed charged. Pengisian
terjadi dengan menggunakan pulsa negatif pada baterai.
f. Boost & quick charging
Pengisian dengan cara boostdan quick charging adalah untuk pengisian
bateraio yang dipakai di pabrik-pabrik, juga untuk baterai diesel (industrial truck
service) dimana diperlukan tambahan pengisian dalam periode yang singkat misalnya
pada jam-jam istirahat.
Pengisian cara ini cukup untuk pelayanan satu hari.Arus yang diberikan ke
baterai tidak boleh melebihi harga ampere-jamnya. Untuk menjaga pengisian yang
berlebihan dan arus yang terlalu besar.
Biasanya alat pengisi ini mempunyai automatic out-off yang mana
memberhentikan pengisian pada waktu baterai mencapai suhu tinggi.
g. Equalizing charging
Dalam sel-sel dari suatu baterai yang beroperasi dengan pengisian terapung
(floating charge) akan selalu terjadi sedikit perbedaan (yang tidak dapat dihindarkan)
dalam kondisi kimia (chemical condition) antara satu sel dengan sel yang lainnya.
Equalizing charge dilaksanakan dengan cara menaikkan tegangan baterai
sesuai dengan yang ditentukan dalam buku petunjuk masing-masing pabrik.
Pengisian ini berlangsung sampai semua sel berhenti mengeluarkan gas (gas
freely) dan pembacaan tegangan serta berat jenis elektrolitnya menunjukkan bahwa
baterai telah diisi penuh (full charge) sesuai dengan harga yang ditentukan dalam
petunjuk masing-masing pabrik.
h. Trickle charge
Metode ini dirancang untuk mengimbangi debit daripada baterai. Tingkat
pengisian disesuaikan dengan frekuensi debit baterai yang akan diisi.
Metode ini tidak cocok untuk beberapa jenis baterai yang rentan akan
kerusakan akibat pengisian yang berlebihan, misalnya NiMh dan Lithium.
Pengisian dengan cara trickle charging adalah pengisian baterai dengan arus
konstan. Besarnya arus konstan dipilih untuk mendapatkan arus rata-rata yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dibutuhkan untuk mengisi baterai sampai penuh (full charge) dan ditambah arus
kompensasi untuk melayani beban.
Umumnya trickle charging digunakan pada baterai yang tidak terlalu sering
terjadinya pengosongan (discharge) seperti pada mesin stationer yang besar dan
starting-turbin.
Setelah terjadi pengosongan, maka diperlukan pengisian dengan arus tinggi
(high rate charging), untuk mengembalikan kapasitas baterai penuh.
i. Stirling charge
Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode trickle charge. Proses pengisian
ini dilakukan dengan arus yang sangat kecil dengan menggunakan buck-converter.
Buck-converter menggunakan sebuah transistor yang digunakan sebagai
saklar yang akan berfungsi untuk mengalirkan dan memutuskan tegangan input ke
sebuah indikator.

2.1.5 Parameter Untuk Baterai


Kemampuan dari suatu baterai ditentukan oleh kapasitasnya yang diukur
dalam satuan Ampere/hour (Ah). Misal baterai dengan kapasitas 5 Ah maksimum
dapat mengeluarkan arus sebesar 5 Ah selama satu jam.
Berapa daya yang dapat dikeluarkan bisa dicari dari perkalian antara arus dan
tegangan yang dikeluarkan, misal baterai di atas bertegangan 12 volt, maka daya
yang dikeluarkan adalah 60 Watt/hour (Wh).
Parameter berikutnya yang harus diketahui dalam operasional sebuah baterai
adalah batasan daya yang boleh dikeluarkan dari baterai.
Istilah teknis untuk parameterini adalah Depth Of Discharge (DoD). Untuk
baterai asam timbal, angka maksimumnya adalah 80%. Walaupun kurva tegangan
baterai asam timbal relatif datar dan tidak curam pada bagian akhir, sebaiknya
batasan tersebut tidak dilanggar untuk menjaga umur baterai.
State Of Charge(SOC) menyatakan perbandingan antara sisa muatan yang
masih dapat digunakan dengan muatan pada kapasitas penuh. SOC biasanya
dinyatakan dalam persen. 100% menunjukkan muatan baterai penuh, 50% untuk
setengah penuh, 0% muatan habis (complete discharge).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Urutan dari discharging kemudian charging kembali sampai SOC semula
disebut satu cycle. Depth Of Discharge(DOD) dalam satu cycle tergantung keperluan
penggunaan baterai.
DOD merupakan suatu batas maksimal pelepasan muatan dari baterai dan
jika dalam keadaan ini baterai masih beroperasi maka akan terjadi kerusakan pada
baterai.
Untuk menjaga keseimbangan energi baterai, state of charge dibatasi sebesar
10% sampai dengan 30% dari kapasitas maksimal baterai. Pengaturan ini diperlukan
karena adanya variasi besar dan waktu pengisian dari energi matahari di siang hari.
Pengisian dari suatu baterai juga harus diperhitungkan dalam operasional.
Parameter ini diukur dalam satuan C dan merupakan angka relatif terhadap kapasitas.
Misal baterai asam timbal mempunyai kecepatan pengisian 0.1 C, dengan
asumsi tegangan pengisian sama dengan tegangan yang dikeluarkan oleh baterai,
maka arus maksimum pengisian adalah 0,1 dari nilai Ah. Perlu diperhatikan untuk
baterai asam timbal berjenis kering parameter pengisiannya hanya separuh dari yang
berjenis basah.

2.1.6 Alat Elektronik Pengontrol Baterai


Alat Elektronik Pengontrol Baterai atau sering disebut dengan Battery
Charge Regulator (BCR) merupakan sistem yang sangat penting dalam sebuah solar
home system. Dalam sistem pembangkit listrik fotovoltaik individual (stand alone).
BCR digunakan untuk menyesuaikan catu daya listrik yang dihasilkan oleh
modul fotovoltaik dengan karakteristik baterai sel timah hitam dengan membatasi
yang berlebihan dan pembentukan sulfat berlebihan (sulfat irreversible) melalui :
a. Penurunan arus pengisian dari modul fotovoltaik yaitu dengan membatsi
tegangan tertentu supaya tidak dilampui (dengan batas atas).
b. Membatasi DOD dengan pemutus arus otomatis ke rangkaian beban, pada
saat baterai tegangan turun di bawah tegangan tertentu (tegangan batas
bawah).
Alat ini mempunyai 4 fungsiutama :
a. Melindungi baterai dari kondisi pengisian berlebih (over-charge).
b. Melindungi baterai dari kemungkinan pembebanan berlebih (over-discharge).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Melindungi sistem dari kemungkinan rusak akibat terjadinya hubung singkat
pada beban.
d. Serta mencegah arus balik dari baterai ke modul fotovoltaik.

2.2 DC-DC Converter


Pada dasarnya, switching power supply terdiri dari 2 bagian, yaitu, bagian
power dan bagian control.
Bagian power berfungsi untuk konversi tegangan,termasuk komponen-
komponen di dalamnya, seperti, switch dan filter output. Bagian control berfungsi
untuk mengontrol state ON-OFF dari switch yang terdapat di dalam rangkaian.
Tiga topologi dasar dari switching power supply yang banyak digunakan
adalah buck, boost, dan buck-boost. Penjelasan mengenai buck converter dan boost
converter akan dibahas berdasarkan (Rogers, 1999). Ketiga rangkaian tersebut dapat
dioperasikan dalam 2 mode, yaitu, continuous conduction mode dan discontinuous
conduction mode.
Di dalammode continuous conduction mode, arus akan terus mengalir
melewati induktor atau dengan kata lain arus pada induktor tidak akan pernah
mencapai nilai nol (0).
Di dalam mode discontinuous conduction mode, arus yang mengalir melewati
induktor akan bernilai nol (0) untuk rentang waktu tertentu. Nilai induktor yang
dipilih akan menentukan mode yang akan dipakai.

2.3 SwitchingRegulator
Switching regulator memiliki keunggulan berupa efisiensi konversi daya
yang lebih tinggi dan meningkatkan fleksibilitas desain (tegangan keluaran jamak
dari polaritas yang berbeda-beda dapat dihasilkan dari sebuah tegangan masukan
tunggal).
Prinsip-prinsip operasi dari empat jenis converter switching yang sering
digunakan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Buck : digunakan untuk mengurangi tegangan DC menjadi tegangan DC
yang lebih rendah.
b. Boost : memberikan tegangan keluaran yang lebih tinggi dari pada
masukannya.
c. Buck-Boost (Invert) : tegangan keluaran yang dihasilkan memiliki polartas
yang berlawanan dengan masukannya.
d. Flyback : tegangan keluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada
masukan dapat dihasilkan sama baiknya dengan keluaran jamak.
Beberapa topologi converter multi-transistor :
a. Push-Pull : suatu converter dua transistor yang sangat efisien pada tegangan
masukan rendah.
b. Half-Bridge : suatu converter dua transistor yang banyak digunakan pada
aplikasi-aplikasi off-line.
c. Full-Bridge : suatu converter empat-transistor (biasanya digunakan pada
rancangan offline) yang dapat menghasilkan daya keluaran yang paling tinggi
dibanding semua tipe yang terdaftar.

2.4 Buck Regulator


Buck regulator digunakan untuk mengkonversitegangan DC menjadi
tegangan DC dengan nilai potensial yang lebih rendah dan polaritas yang sama.
Buck Converter menggunakan sebuah transistor yangdigunakan sebagai
saklar yang akan berfungsi untuk mengalirkan dan memutuskan tegangan input ke
sebuah induktor. Gambar 2.4 dibawah ini akan menjelaskan kondisi jalannya arus
saat saklar berada dalam kondisi terhubung dan terputus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.4 Buck Regulator

2.5 Sensor Arus ACS712


ACS712 menyediakan solusi ekonomis dan tepat untuk pengukuran arus AC
atau DC di dunia industri, komersial, dan sistem komunikasi. Perangkat terdiri dari
rangkaian sensor efek-hall yang linier, low-offset, dan presisi.
Saat arus mengalir di jalur tembaga pada bagian pin 1-4, maka rangkaian
sensor efek-hall akan mendeteksinya dan mengubahnya menjadi tegangan yang
proporsional. Berikut dapat diilustrasikan konfigurasi pin dari IC ACS712 pada
gambar 2.5 sebagi berikut.

Gambar 2.5 Konfigurasi pin dari IC ACS712

Berikut ini adalah karakteristik dari sensor suhu ACS712.


- Memiliki sinyal analog dengan sinyal-ganguan rendah (low-noise)
- Ber-bandwidth 80 kHz
- Total output error 1.5% pada Ta =25°C
- Memiliki resistansi dalam 1.2 mΩ
- Tegangan sumber operasi tunggal 5.0V
- Sensitivitas keluaran: 66 sd 185 mV/A
- Tegangan keluaran proporsional terhadap arus AC ataupun DC
- Fabrikasi kalibrasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Tegangan offset keluaran yang sangat stabil
- Hysterisis akibat medan magnet mendekati nol
- Rasio keluaran sesuai tegangan sumber

2.6 Sensor Pembagi Tegangan


Pembagi tegangan merupakan rangkaian sederhana yang dapat mengubah
tegangan yang tinggi menjadi tegangan yang lebih rendah.
Dengan hanya menggunakan dua resistor yang dipasang secara seri dan
dengan sebuah input tegangan, kita dapat membuat tegangan output yang mana
teganan output ini merupakan hasil perhitungan dari tegangan input.

2.7 Adaptor Power Supply


Pengertian adaptor secara garis besar yaitu piranti elektronik yang bisa
mengubah tegangan listrik (AC) yang tinggi jadi tegangan listrik (DC) yang rendah.
Namun ada juga jenis adaptor yang bisa mengubah tegangan listrik yang
rendah jadi tegangan listrik yang tinggi, dan ada banyak lagi macam-macam adaptor.
Dengan cara umum adaptor yaitu alat elektronika yang bisa sesuaikan atau
mengubah tegangan listrik. Tujuannya yaitu mengubah sumber tegangan listrik
utama yakni dari PLN jadi tegangan listrik yang bisa dipakai untuk sesuai dengan
piranti elektronik yang bakal digunakan seperti Tv, Radio, gadget dan peralatan
elektronik lainnya.
Adaptor power supply adalah adaptor yang bisa mengubah tegangan listrik
AC yang besar jadi tegangan DC yang kecil. Misalnya: Dari tegangan 220v AC jadi
tegangan 6v, 9v, atau 12v DC.
Adaptor power supply di buat untuk menukar manfaat baterai atau accu
supaya lebih ekonomis. Adaptor power supply ada yang di buat sendiri, namun ada
yang dibuat jadikan satu dengan rangkaian lain. Misalnya dengan rangkaian Radio
Tape, Tv, dan lain-lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.8 Catu Daya
Setiap rangkaian elektronik didesain untuk beroperasi pada tegangan tertentu
dalam keadaan konstan. Regulator tegangan menyediakan output tegangan dc yang
konstan dan secara terus menerus dapat menahan tegangan output pada nilai yang
diinginkan.
Regulator ini hanya dapat bekerja jika tegangan input (Vin) lebih besar
daripada tegangan output (Vout). Dalam hal ini sumber tegangan yang diperoleh
berasal dari luar yang terhubung dengan mikrokontroler .

2.9 Rangkaian Kontrol Komparator Charge/dischargeBaterai


Ketika kondisi baterai sudah penuh, yaitu saat tegangan baterai 12V, sistem
memerlukan rangkaian pemutus (discharging) baterai agar tidak terjadi kerusakan
pada baterai. Pada perancangan ini, digunakan rangkaian komparator sebagai
kontrolnya.
Rangkaian komparator ini menggunakan voltage divider yang berfungsi
untuk menurunkan dan mengatur nilai tegangan sesuai kebutuhan masukan
komparator dan tegangan referensinya. Gambar 2.9 menunjukkan rangkaian voltage
divider.

Gambar 2.9 Voltage divider

Dari perencanaan dimana ketika nilai tegangan masukan komparator lebih


kecil dari tegangan referensi, maka keluaran komparator akan bernilai high untuk
mengaktifkan relay agar suplay yang berasal dari sel surya mengisi baterai, sehingga
dirancang rangkaian komparator dengan masukan membalik (inverting comparator).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.10 Penerapan Pengunaan Solar Cell dalam Kehidupan Sehari – hari
Penerapan pengunaan solar cell dapat dihitung berdasarkan daya
(perhitungan daya listrik perangkat dapat dilihat pada label di belakang perangkat,
ataupun dibaca dari manual) sebagai berikut :
a. Penerangan rumah :
- 10 lampu CFL @ 15 Watt x 4 jam sehari = 600 Watt hour.
- Televisi 21″: @ 100 Watt x 5 jam sehari = 500 Watt hour
- Kulkas 360 liter : @ 135 Watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas
tidak selalu hidup, umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih
sering dibuka pintu) = 1080 Watt hour
- Komputer : @ 100 Watt x 6 jam = 600 Watt hour
- Kipas angin : @100 Watt x 4 jam = 400 Watt hour
- Total kebutuhan daya = 3180 Watt hour
Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 Watt
(perhitungan adalah 6 jam maksimum tenaga surya): Kebutuhan solar cells panel:
(3180 / 100 / 6) = 6 panel surya. Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-
masing 100 Ah.
Kebutuhan baterai minimun (baterai hanya digunakan 50% untuk pemenuhan
kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya dikalikan 2 x lipat : 3180 x 2 =
6360 Watt hour = 6360 / 12 Volt / 100 Amp = 5 baterai 100 Ah.
Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari
tanpa sinar matahari) : 3180 x 3 x 2 = 19080 Watt hour = 19080 / 12 Volt / 100 Amp
= 15 baterai 100 Ah.

b. Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh
(kilowatt per jam) setiap bulan. kWh yang dibutuhkan tiap hari, misalnya
200 watt.
Jika lama beban dengan total 200 watt dengan penggunaan waktu 12 jam
menggunakan solar cell maka total konsumsi daya beban dalam sehari adalah 12 x
200 watt = 2.400 watt. Dengan beban 2.400 watt penggunaan solar cell dinyalakan
pada malam hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dengan demikian, penggunaan baterai relatif tidak berat dan dimungkinkan
jumlah baterai dapat pula dikurangi jumlahnya, karena listrik yang di-supply tidak
hanya oleh baterai tetapi sinar matahari masih turut memberikan supply.
Contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul 18.00 s/d 06.00 (12
jam). Maka dapat dihitung jumlah beban dan baterai yang dibutuhkan untuk men-
supply beban sejumlah total 2.400 watt :
Jumlah total 2.400 watt perlu ditambahkan sekitar 20 persen yang adalah
listrik yang digunakan oleh perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai
pengubah arus DC (searah) menjadi AC (bolak - balik) (karena pada umumnya
peralatan rumah tangga menggunakan arus AC).
Dan controller (sebagai pengatur arus) yakni menutup arus ke baterai jika
tegangan sudah berlebih di baterai dan memberhentikan pengambilan arus dari
baterai jika baterai sudah hampir kosong. Sehingga jika ditambahkan 20 persen,
maka total daya yang dibutuhkan adalah 2.400 + (2.400 x 20%) = 2.880 watt.
Dari 2.880 watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki
baterai) maka kuat arus yang dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika
menggunakan baterai yang sebesar 65 Ah 12 V, maka kita membutuhkan empat
baterai (65 x 12 x 4 = 3.120 watt).
Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, maka akan mendapatkan jumlah panel
yang dibutuhkan, termasuk besarannya yakni sebagai berikut. Jika menggunakan
ukuran panel yang 100 wp (watt peak), maka dalam sehari panel ini kurang lebih
menghasilkan supply sebesar 100 wp x 5 (jam) = 500 watt.
Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari bersinar
di negara tropis seperti Indonesia, dan 5 jam ini sudah menjadi semacam perhitungan
rumus baku efektivitas sinar matahari yang diserap oleh panel surya. Maka jika 1
panel yang 100 wp mampu memberikan listrik sejumlah 500 watt, didapatkan total
panel yang dibutuhkan adalah sejumlah 3.120 watt per 500 watt = 6,24 atau 7 panel.
Setelah sudah berhasil mendapatkan kombinasi antara jumlah panel surya dan
baterai untuk mensupply listrik sejumlah total 3.120 watt yang dinyalakan selama 12
jam sehari, dimana beban yang menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara
pukul 18.00 sampai dengan 06.00, yakni tujuh panel surya yang 100 watt peak (wp)
dan empat buah baterai 65 Ah12 V.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perihal harga, saat ini sistem ini (sudah berikut seluruh perangkatnya) adalah
berkisar USD9 -10 (Rp82.000-Rp92.000) per wattnya. Jadi jika menggunakan tujuh
panel yang 100 wp (sehingga totalnya = 7 x 100 wp), maka estimasi biaya kurang
lebih 700 watt x USD10 = USD7,000 atau sekira Rp63,8 juta (Rp9.118 per USD).

c. Kapasitas listrik terpasang 450 watt, yang perlu diperhatikan adalah kapasitas
listrik yang terpakai.
Contoh listrik digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut:
- 1 unit Kulkas 100 Watt dipakai 24 Jam = 2400 Wh
- 1 unit LCD 32” 80 Watt dipakai 5 jam = 400 Wh
- 10 lampu LED 7 Watt dipakai 10 Jam = 700 Wh
- Total 187 Watt/Hour= 3500 Wh
Bisa dilihat dari keterangan di atas, dari kapasitas terpasang 450 Watt listrik
terpasang, yang digunakan adalah sebesar 187 Watt per jam. Apabila dijumlah, total
pemakaian listrik per hari adalah 3500 Watt Hour.
Gambaran penghitungan sederhana untuk pemakaian Listrik Tenaga Surya:
- 3500 Wh : 130 Wp (Tipe Panel Surya) = 26, 92
- 26,92 unit : 5 jam (Lama pemanasan per hari) = 5.384
- 5.384 x 1,5 (Minimal daya Otonomi) = 8 Unit
Listrik yang dihasilkan adalah: 8 unit x 130 Wp = 1040 Watt per satu jam
pemanasan pada puncak pemanasan (peak). Dalam sehari, kurang lebih bisa
menghasilkan listrik sebesar 1040 Wp x 5 jam Pemanasan = 5200 Wh.
Jadi untuk beban listrik terpasang 450 Watt, setara dengan kapasitas 1040
Wp atau 5200 Wh menggunakan 8 unit panel tipe 130 Wp dan unit penyimpan daya
(baterai) berkapasitas 12V 100 Ah sebanyak 6 unit, satu unit Battery Charge
Control, dan satu unit inverter, bracket, panel box, box battery, dan peralatan
pendukung lainya.
Jadi, apabila menggunakan penghitungan daya tersebut, maka nilai investasi
yang harus dikeluarkan saat awal pemasangan adalah sebesar 1040 Wp x USD10 =
USD10.400. maka totalnya berkisar Rp96.720.000.
Angka tersebut merupakan perkiraan harga, termasuk biaya instalasi,
penyediaan perlengkapan pendukung, dan garansi instalasi sistem antara satu dampai
tiga tahun, tergantung sistem integrator pelaksana instalasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sementara, untuk panel surya digaransi selama 25 Tahun. Jika dilihat untuk
wilayah tertentu dengan kondisi kelistrikan yang tercukupi, maka total tersebut akan
terlihat mahal, karena dibebani biaya instalasi yang harus dikeluarkan bersamaan.

2.11 Mikrokontroller
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah
chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM,
memori program, atau keduanya), dan perlengkapan input output.
Dengan kata lain, mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang
mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis
dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan
menulis data.
Mikrokontroler adalah sebuah system microprocessor dimana didalamnya
sudah terdapat CPU, ROM, RAM, I/O, Clock dan peralatan internal lainnya yang
sudah saling terhubung dan terorganisasi (teralamati) dengan baik oleh pabrik
pembuatnya dan dikemas dalam satu chip yang siap pakai. Sehingga kita tinggal
memprogram isi ROM sesuai aturan penggunaan oleh pabrik yang membuatnya
menurut Winoto (2008:3).
Secara harfiahnya bisa disebut “pengendali kecil” dimana sebuah sistem
elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen pendukung
seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta
dikendalikan oleh mikrokontroler ini.
Mikrokonktroler digunakan dalam produk dan alat yang dikendalikan secara
automatis, seperti sistem kontrol mesin, remote controls, mesin kantor, peralatan
rumah tangga, alat berat, dan mainan.
Dengan mengurangi ukuran, biaya, dan konsumsi tenaga dibandingkan
dengan mendesain menggunakan mikroprosesor memori, dan alat input output yang
terpisah, kehadiran mikrokontroler membuat kontrol elektrik untuk berbagai proses
menjadi lebih ekonomis.
Dengan penggunaan mikrokontroler ini maka :
a. Sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Rancang bangun sistem elektronik akan lebih cepat karena sebagian besar
dari sistem adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi
c. Pencarian gangguan lebih mudah ditelusuri karena sistemnya yang kompak
Agar sebuah mikrokontroler dapat berfungsi, maka mikrokontroler tersebut
memerlukan komponen eksternal yang kemudian disebut dengan sistem minimum.
Untuk membuat sistem minimal paling tidak dibutuhkan sistem clock dan
reset, walaupun pada beberapa mikrokontroler sudah menyediakan sistem clock
internal.
Sehingga tanpa rangkaian eksternal pun mikrokontroler sudah beroperasi.
Yang dimaksud dengan sistem minimal adalah sebuah rangkaian
mikrokontroler yang sudah dapat digunakan untuk menjalankan sebuah aplikasi.
Sebuah IC mikrokontroler tidakakan berarti bila hanya berdiri sendiri. Pada
dasarnya sebuah sistem minimal mikrokontroler AVR memiliki prinsip yang sama.

2.11.1 Fitur AVR ATMega328


ATMega328 adalah mikrokontroller keluaran dari atmel yang mempunyai
arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computer) yang dimana setiap proses
eksekusi data lebih cepat dari pada arsitektur CISC (Completed Instruction Set
Computer).
Mikrokontroller ini memiliki beberapa fitur antara lain :
a. 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus
clock.
b. 32 x 8-bit register serba guna.
c. Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16 MHz.
d. 32 KB Flash memory dan pada arduino memiliki bootloader yang
menggunakan 2 KB dari flash memori sebagai bootloader.
e. Memiliki EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only
Memory) sebesar 1KB sebagai tempat penyimpanan data semi permanent
karena EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun catu daya dimatikan.
f. Memiliki SRAM (Static Random Access Memory) sebesar 2KB.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya PWM (Pulse Width
Modulation) output.
h. Master / Slave SPI Serial interface.
Instruksi – instruksi dalam memori program dieksekusi dalam satu alur
tunggal, dimana pada saat satu instruksi dikerjakan instruksi berikutnya sudah
diambil dari memori program.
Konsep inilah yang memungkinkan instruksi – instruksi dapat dieksekusi
dalam setiap satu siklus clock. 32 x 8-bit register serba guna digunakan untuk
mendukung operasi pada ALU (Arithmatic Logic unit) yang dapat dilakukan dalam
satu siklus. 6 dari register serbaguna ini dapat digunakan sebagai 3 buah register
pointer 16-bit pada mode pengalamatan tidak langsung untuk mengambil data pada
ruang memori data.

2.11.2 Konfigurasi PIN ATMega328


Gambar 2.11.2a dan 2.11.2b dibawah ini dapat diilustrasikan dari konfigurasi
PIN ATMega328 serta konfigurasi port B.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.11.2a Konfigurasi PIN ATMega328

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.11.2b Konfigurasi Port B

2.12 Liquid Crystal Display (LCD)


LCD berfungsi menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau
menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. LCD yang digunakan adalah jenis
LCD M1632. LCD M1632 merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris
dengan konsumsi daya rendah.
Ada dua jenis utama layar LCD yang dapat menampilkan numerik
(digunakan dalam jam tangan, kalkulator dll) dan menampilkan teks alfa numerik
(sering digunakan pada mesin foto kopi dan telepon genggam).
Dalam menampilkan numerik ini kristal yang dibentuk menjadi bar, dan
dalam menampilkan alfa numerik kristal hanya diatur kedalam pola titik. Setiap
kristal memiliki sambungan listrik individu sehingga dapat dikontrol secara
independen.
Ketika kristal off' (yakni tidak ada arus yang melalui kristal) cahaya kristal
terlihat sama dengan bahan latar belakangnya, sehingga kristal tidak dapat terlihat.
Namun ketika arus listrik melewati kristal, itu akan merubah bentuk dan
menyerap lebih banyak cahaya. Hal ini membuat kristal terlihat lebih gelap dari
penglihatan mata manusia sehingga bentuk titik atau bar dapat dilihat dari
perbedaan latar belakang. Sangat penting untuk menyadari perbedaan antara layar
LCD dan layar LED.
Sebuah LED display (sering digunakan dalam radio jam) terdiri dari
sejumlah LED yang benar-benar mengeluarkan cahaya (dan dapat dilihat dalam
gelap). Sebuah layar LCD hanya mencerminkan cahaya, sehingga tidak dapat dilihat
dalam gelap.
LMB162A adalah modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2
baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1
baris terakhir adalah kursor).
Memori LCD terdiri dari 9.920 bir CGROM, 64 byte CGRAM dan 80x8 bit
DDRAM yang diatur pengalamatannya oleh Address Counter dan akses datanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(pembacaan maupun penulisan datanya) dilakukan melalui register data.Pada
LMB162A terdapat register data dan register perintah.
Proses akses data ke atau dari register data akan mengakses ke CGRAM,
DDRAM atau CGROM bergantung pada kondisi Address Counter, sedangkan proses
akses data ke atau dari Register perintah akan mengakses Instruction Decoder
(dekoder instruksi) yang akan menentukan perintah–perintah yang akan dilakukan
oleh LCD.
M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan
konsumsi daya yang rendah. Kegunaan LCD banyak sekali dalam perancangan suatu
sistem dengan menggunakan mikrokontroler.
LCD dapat berfungsi untuk menampilkan suatu nilai hasil sensor,
menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. Gambar
2.12a berikut ini adalah Pin LCD M1632.

Tabel 2.12a Fungsi pin-pin pada Liquid Crystal Display (LCD)

Sebagaimana terlihat pada kolom deskripsi (symbol and functions), interface


LCD merupakan sebuah parallel bus, dimana hal ini sangat memudahkan dan sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cepat dalam pembacaan dan penulisan data dari atau ke LCD. Kode ASCII yang
ditampilkan sepanjang 8 bit dikirim ke LCD secara 4 atau 8 bit pada satu waktu.
Jika mode 4 bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat
sepenuhnya 8 bit (pertama dikirim 4 bit MSB lalu 4 bit LSB dengan
pulsa clock EN setiap nibblenya).
Jalur kontrol EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa mikrokontroller
mengirimkan data ke LCD. Untuk mengirim data ke LCD program harus menset EN
ke kondisi high (1) dan kemudian menset dua jalur kontrol lainnya (RS dan R/W)
atau juga mengirimkan data ke jalur data bus.
Saat jalur lainnya sudah siap, EN harus diset ke 0 dan tunggu beberapa saat
(tergantung pada datasheet LCD), dan set EN kembali ke high (1).Ketika jalur RS
berada dalam kondisi low (0), data yang dikirimkan ke LCD dianggap sebagai
sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti bersihkan layar, posisi kursor dll).
Ketika RS dalam kondisi high atau 1, data yang dikirimkan adalah data
ASCII yang akan ditampilkan dilayar. Misal, untuk menampilkan huruf pada layar
maka RS harus diset ke 1. Jalur kontrol R/W harus berada dalam kondisi low (0) saat
informasi pada data bus akan dituliskan ke LCD.
Apabila R/W berada dalam kondisi high (1), maka program akan melakukan
query (pembacaan) data dari LCD.Instruksi pembacaan hanya satu, yaitu Get LCD
status (membaca status LCD), lainnya merupakan instruksi penulisan.Jadi hampir
setiap aplikasi yang menggunakan LCD, R/W selalu diset ke 0.
Jalur data dapat terdiri 4 atau 8 jalur (tergantung mode yang dipilih
pengguna), mereka dinamakan DB0, DB1, DB2, DB3, DB4, DB5, DB6 dan DB7.
Mengirim data secara parallel baik 4 atau 8 bit merupakan 2 mode operasi primer.
Mengirim data secara parallel baik 4 atau 8 bit merupakan 2 mode operasi primer.
Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan mode operasi
merupakan hal yang paling penting. Mode 8 bit sangat baik digunakan ketika
kecepatan menjadi keutamaan dalam sebuah aplikasi dan setidaknya minimal
tersedia 11 pin I/O (3 pin untuk kontrol, 8 pin untuk data).
Gambar 2.12b dan 2.12c berikut ini adalah contoh blok diagram dan LCD
(2×16) yang umum digunakan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.12bBlok Diagram LCD

Gambar 2.12c LCD M1632

Mengirim data secara parallel baik 4 atau 8 bit merupakan 2 mode operasi
primer. Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan mode operasi
merupakan hal yang paling penting.
Mode 8 bit sangat baik digunakan ketika kecepatan menjadi keutamaan
dalam sebuah aplikasi dan setidaknya minimal tersedia 11 pin I/O (3 pin untuk
kontrol, 8 pin untuk data).
Sedangkan mode 4 bit minimal hanya membutuhkan 7 bit (3 pin untuk
kontrol, 4 untuk data).Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan
mode operasi merupakan hal yang paling penting.
Mode 8 bit sangat baik digunakan ketika kecepatan menjadi keutamaan
dalam sebuah aplikasi dan setidaknya minimal tersedia 11 pin I/O (3 pin untuk
kontrol, 8 pin untuk data).Sedangkan mode 4 bit minimal hanya membutuhkan 7 bit
(3 pin untuk kontrol, 4 untuk data).
Aplikasi dengan LCD dapat dibuat dengan mudah dan waktu yang singkat,
mengingat koneksi parallel yang cukup mudah antara kontroller dan LCD. Jika mode
4 bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat sepenuhnya 8 bit
(pertama dikirim 4 bit MSB lalu 4 bit LSB dengan pulsa clock EN setiap nibblenya).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.13 Codevision AVR
CodeVisionAVR merupakan sebuah cross-compiler C, Integrated
Development Environtment (IDE). Automatic Program Generator yang didesain
untuk mikrokontroler buatan Atmel seri AVR. CodeVisionAVR dapat dijalankan
pada sistem operasi Windows 95, 98, Me, NT4, 2000, dan XP.
Cross-compiler C mampu menerjemahkan hampir semua perintah dari bahasa
ANSI C, sejauh yang diijinkan oleh arsitektur dari AVR, dengan tambahan beberapa
fitur untuk mengambil kelebihan khusus dari arsitektur AVR dan kebutuhan pada
sistem embedded.
File object COFF hasil kompilasi dapat digunakan untuk keperluan
debugging pada tingkatan C, dengan pengamatan variabel, menggunakan debugger
Atmel AVR Studio. IDE mempunyai fasilitas internal berupa software AVR Chip In-
System Programmer yang memungkinkan Anda untuk melakukan transfer program
kedalam chip mikrokontroler setelah sukses melakukan kompilasi/asembli secara
otomatis.
Software In-System Programmer didesain untuk bekerja dengan Atmel
STK500/AVRISP/AVRProg, Kanda Systems STK200+/300, Dontronics DT006,
Vogel Elektronik VTEC-ISP, Futurlec JRAVR dan MicroTronics
ATCPU/Mega2000 programmers/development boards.
Untuk keperluan debugging sistem embedded, yang menggunakan
komunikasi serial, IDE mempunyai fasilitas internal berupa sebuah Terminal. Selain
library standar C, CodeVisionAVR juga mempunyai library tertentu untuk:
- Modul LCD alphanumeric
- Bus I2C dari Philips
- Sensor Suhu LM75 dari National Semiconductor
- Real-Time Clock: PCF8563, PCF8583 dari Philips, DS1302 dan DS1307 dari
Maxim/Dallas Semiconductor
- Protokol 1-Wire dari Maxim/Dallas Semiconductor
- Sensor Suhu DS1820, DS18S20, dan DS18B20 dari Maxim/Dallas
Semiconductor
- Termometer/Termostat DS1621 dari Maxim/Dallas Semiconductor
- EEPROM DS2430 dan DS2433 dari Maxim/Dallas Semiconductor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN SISTEM

3.1 Diagram Blok

Solar Cell

Stirling Engine Charger

Baterai Inverter Lampu

Mikrokontroller Display Status

Tombol Setting

Gambar 3.1 Diagram Blok Kerja Sistem

Blok diagram 3.1 membantu dalam pemahaman rancangan yang dibuat.


Komponen utama dari alat ini adalah solar cell sebagai masukan dengan mengubah
energi surya menjadi energi listrik, lampu sebagai indikator masing – masing baterai
yang menginformasikan bahwa baterai berada dalam keadaan charging dan
discharging, inverter mengubah tegangan searah (DC) menjadi bolak – balik (AC)
dengan daya yang digunakan sebesar 20 watt, baterai sebagai media penyimpanan
muatan yang bersumber dari sel surya selain itu menjadi sumber cadangan saat sel
surya tidak bekerja dengan optimal, stirling engine charger sebagai pengisi baterai,
mikrokontroller sebagai pengirim dan penampil data pada display status.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2 Flowchart Sistem Rangkaian

Start

Inisialisasi

Baterai Baca
ADC

Tegangan
> 11 V

Inisialisasi

Baterai
ADC

Tegangan
=7V

Gambar 3.2 Flowchart Sistem Rangkaian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3 Rangkaian Catu Daya (Power Supply)
Rangkaian dibuat dengan satu sumber yaitu sumber battery sebagai catu daya
utama pada alat keseluruhan. Rangkaian power supplai ini terdiri dari dua keluaran,
yaitu 5 Volt dan 12 Volt, keluaran 5 Volt digunakan untuk menghidupkan seluruh
rangkaian kecuali rangkaian ADC.
Sedangkan keluaran 12 Volt digunakan untuk mensupplai tegangan ke
rangkaian ADC, karena rangkaian ADC memerlukan tegangan input sebesar 12 Volt
agar tegangan referensinya stabil. Berikut gambar 3.3 merupakan rangkaian catu
daya (Power Supply) dapat diilustrasikan sebagai berikut.

IC2
7805T
U$1
1 V1 V0 3
22 GND
C9 C2 C3
2

2200 104 10

GND

Gambar 3.3 Rangkaian Catu Daya (Power Supply)

3.4 Rangkaian Charging


Rangkaian charging yang digunakan pada proyek akhir ini adalah rangkaian
power supply yang digunakan untuk memberikan tegangan listrik pada baterai.
Metode charging yang digunakan untuk mengisi daya baterai adalah dengan
memberikan tegangan dan arus yang tetap pada tiap mode. Metode seperti ini disebut
dengan metode constant current and voltage seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Berikut gambar 3.4 merupakan rangkaian Charging dapat diilustrasikan
sebagai berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.4 Rangkaian Charging

Spesifikasi rangkaian power supply yang digunakan pada proyek akhir ini
adalah memiliki tegangan output hingga 13,8 volt dan arus output berkisar hingga 5
ampere.

3.5 Rangkaian Buck-boost converter


Pada beberapa aplikasi industri, diperlukan peralatan yang dapat mengubah
sumber tegangan DC tetap menjadi tegangan DC yang variabel yaitu menggunakan
DC chopper dan biasa disebut DC – DC konverter.
DC chopper dapat digunakan sebagai regulator mode pensaklaran untuk
mengubah tegangan DC, yang tidak teregulasi menjadi tegangan DC yang teregulasi.
Untuk mengatur frekwensi pada PWM (Pulse Widht Modulation) menggunakan
BJT, MOSFET, atau IGBT.
Susunan kerja untuk rangkaian buck- bostconverter ditunjukkan pada Gambar
3.4 ketika transistor on maka arus masuk ke induktor. Arus pada induktor akan naik
secara linear, apabila saklar MOSFET ditutup selama waktu t 1, arus induktor
akan naik dan energi disimpan pada induktor L dan capasitor C.
Apabila saklar dibuka selama waktu t 2 , energi yang tersimpan pada induktor
akan dipindahkan ke beban melalui dioda D1 dan arus induktor menjadi jatuh.Selain
itu, pada rangkaian converter DC-DC diperlukan lagi rangkaian snubber untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memotong tegangan Vds yang mempunyai spike terlalu tinggi/melampaui tegangan
Vds pada mosfet.
Untuk rangkaian buck boost converter setelah disupply tegangan pada sisi
input, tegangan spike yang ditimbulakan oleh induktansi bocor (leakage inductance)
cukup tinggi. Untuk itu digunakan rangkaian snubber yang akan meredam tegangan
spike tersebut.Berikut dibawah ini dapat dilihat gambar 3.5a dan gambar 3.5b
rangkaian Buck-boost converter dan gambar rangkaian snubber.

Gambar 3.5a Rangkaian buck-boostconverter

Gambar 3.5b Rangkaian snubber


3.6 Rangkaian Indikator Tegangan
Indikator dipergunakan sebagai tampilan dari suatu masukan dan outputan,
sehingga dapat diketahui suatu alat atau suatu sistem bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Indikator level tegangan ini menggunakan voltmeter analog sebagai penunjuk
tegangan, indikator ini akan bekerja seiring apabila ada pengisian baterai dapat
dilihat pada gambar 3.6 dibawah ini.

Gambar 3.5 Rangkaian Indikator Tegangan

3.7 Rangkaian Indikator Arus


Pada rangkaian indikator arus menggunakan ampermeter analog berfungsi
untuk mengetahui besarnya arus yang ditimbulkan pada saat pengisian baterai.
rangkaian indikator arus dapat dilihat pada gambar 3.7 dibawah ini.

Gambar 3.7 Rangkaian Indikator Arus


3.8 Skema Rangkaian LCD Monitor
LCD monitor berfungsi untukmenampilkan tegangan solar cell dan seting
waktu (jam, menit dan detik) saat lampu nyala ataupun mati. Pada LCD berfungsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebagai tampilan tegangan pada baterai atauaki untuk mengetahui hasil yang
didapatkan.
Lcd hanya menampilkan data, tidak dapat menyimpan data yang dibutuhkan.
Maka sebagai memenuhi kebutuhan digunakan PC (Personal Computer) sebagai
tampilan data tegangan pada baterai atau aki dan dapat menyimpan data.
LCD tidak banyak memerlukan komponen pendukung. Hanya diperlukan
satu variable resistor untuk memberi tegangan kontras pada matriks LCD. Dalam
LCD CHAR 2 x 16 kita akan menemukan indeks baris dan indeks kolom yang
masing-masing dimulai dari indeks 0
Skema rangkaian LCD dapat dilihat seperti pada gambar 3.8 dibawah ini :

Gambar 3.8 Skema Rangkaian LCD monitor 16x2 karakter

3.9 Rangkaian Mikrokontroller ATmega 328


Rangkaian ini berfungsi untuk mengendalikan seluruh sistem. Komponen
utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroller ATmega 328.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada IC ini semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai
dengan yang diinginkan.
Rangkaian mikrokontroller ATmega328 dapat diilustrasikan pada gambar
3.9 dibawah ini.
VCC

R1
10k

1 23
PC6/(RESET) PC0(ADC0)
24
PC1(ADC1)
22 25
GND PC2(ADC2)
21 26
AREFF PC3(ADC3) LCD-1
1

20
2

AVCC PC4(ADC4/SDA) 27 LCD-2


28
PC5(ADC5/SCL) LCD-3
4
3

C5 9
LCD-4
PB6(XTAL1/TOSC1)
GND 10 2
PB7(XTAL2/TOSC2) PD0(RXD)
3
PD1(TXD)
4
PD2(INT0)
8 5
GND PD3(INT1)
PD4(XCK/T0)
6 LCD-5
7 11 LCD-6
VCC PD5(T1)
12
PD6(AIN0)
13 LCD-7
PD7(AIN1) LCD-8 AVR ISP
7 10
GND 14
PB0(ICP) SCK 9 8
15
PB1(OC1A) MISO 1 6
16
PB2(SS/OC1B) MOSI 5 4
17
PB3(MOSI/OC2) RST 2 3
18
PB4(MISO) VTG GND
19
PB5(SCK) ISP1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.9 Rangkaian Mikrokontroller ATmega 328

3.10 Rangkaian Stirling Charger


Pada rangkaian converter DC-DC pada umumnya rangkaian snubber untuk
memotong tegangan Vds yang mempunyai spike terlalu tinggi/melampaui tegangan
Vds pada mosfet.
Sedangkan prinsip kerja untuk rangkaian buck- bost converter ketika
transistor on maka arus masuk ke induktor. Arus pada induktor akan naik secara
linear, apabila saklar MOSFET ditutup selama waktu t 1, arus induktor akan naik
dan energi disimpan pada induktor L dan capasitor C.
Pada rangkaianstirling charger yang dirancang ini proses pengisian dilakukan
dengan arus yang sangat kecil sehingga input yang kecil misalnya sebesar 6 V dapat
menghasilkan tegangan sebesar 15 V. Dimana stirling charger memiliki prinsip kerja
yang sama dengan Buck-converter.
Dimana prinsip kerja system Buck-converter menggunakan sebuah transistor
yang digunakan sebagai saklar yang akan berfungsi untuk mengalirkan dan
memutuskan tegangan input ke sebuah indikator. Rangkaian Stirling Charger dapat
diilustrasikan pada gambar 3.10 dibawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


D1

BS11

U$5
C945
10K

OUT
C12
R19
OUT 100n
V_IN_POS_1

GND

R10
EN

GND
VIN
FB
P$3
P$2

P$4
P$5
P$1

R5

V_IN_POS-2 R8

V_OUT_2
R4

C1
R7

V_OUT_1
R6

C10
VIN-1 V_OUT_1
VOUT_2
.VIN-2

GND

Gambar 3.10 Rangkaian Stirling Charger

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Power Supply


Pengujian padarangkaian power supply di bawah ini dapat dilakukan dengan
cara mengukur tegangan pada titik tertentu dari rangkaian dengan menggunakan volt
meter digital.

IC2
7805T
U$1
1 V1 V0 3
22 GND
C9 C2 C3
2

2200 104 10

GND
Gambar 4.1 Skematik Power Supply

Pada gambar 4.1 diatasdapat diuraikan bahwa pengujian untuk mengetahui


besarnya tegangan dan arus yang dihasilkan pada rangkaian mikrokontroller secara
keseluruhan. Untuk mengetahui arus dan tegangan yang dibutuhkan sebuah beban
maka dipasang resistor sebagai analogi beban. Pada tabel 4.1a dibawah ini adalah
hasil data perhitungan yang diperoleh pada pada saat melakukan pengujian PSA
(Power Supply).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.1a Hasil Pengujian PSA
Tegangan (V) Beban (Ω) I (A)

4,95 10 0,495

4,98 10 0.498

5,05 8,2 0,615

5,09 8,2 0,620

5,10 22 0,231

5,15 27 0,190

30

25

20
Axis Title

Tegangan (V)
15
Beban (Ω)
10 I (A)

0
1 2 3 4 5 6

Gambar 4.1b Grafik Hasil Pengujian

Berdasarkan gambar grafik 4.1b diatas hasil pengukuran output untuk power
supply pada tegangan 5 Volt dengan pemakaian arus listrik yang berbeda. Dari hasil
pengukuran yang terjadi tidak melebihi batas nilai toleransi (10%) sehingga tegangan
yang dijadikan sebagai inputan masih dapat digunakan dan bisa mengaktifkan pada
rangkaian.

Faktor terjadinya perbedaan nilai tersebut kemungkinan disebabkan oleh


beberapa hal diantaranya pada operator melakukan pengujian, alat standar ukur yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


digunakan dan proses perakitan dan penyolderan pada rangkaian sehingga
menyebabkan kurang tepatnya nilai komponen alat ukur yang diperoleh.

4.2 Pengujian Solar Cell


Pengujian ini dilakukan langsung dibawah sinar matahari dengan cuaca cerah
pada saat pagi, siang maupun sore dengan menggunakan multimeter digital.
Pengujian ini tidak hanya mengambil 1 hari saja tetapi 4 hari dengan waktu dari jam
9 pagi hingga jam 6 sore.
Tujuan pengujian solar cell untuk mengetahui apakah alat ini bekerja dengan
baik atau tidak. Pengujian solar cell dapat dilihat pada Gambar 4.2a dibawah ini.

Gambar 4.2a Pengujian Solar Cell

Sistem kerja keseluruhan dari alat pengisi baterai menggunakan solar cell
dengan tegangan sebesar 20 volt. Tegangan 20 V dibutuhkan untuk tegangan
masukkan rangkaian pengisi baterai, indikator, dan baterai charge.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tegangan pada solar cell mempunyai tegangan nominal dan tegangan open
circuit. Hasil uji coba solar cell terdapat pada tabel 4.2b.

Tabel 4.2b Hasil Uji Coba Solar Cell


Tegangan Solar Tegangan Solar Tegangan Solar

Jam Cell Cell Cell

Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga

(V) (V) (V)

09.00 WIB 18,00 V 18,06 V 18,11 V

10.00 WIB 19,00 V 19,11 V 19,17 V

11.00 WIB 19,34 V 19,24 V 18,14 V

12.00 WIB 19,83 V 19,81 V 20,04 V

13.00 WIB 20,13 V 21,16 V 19,00 V

14.00 WIB 19,87 V 19,67 V 20,53 V

15.00 WIB 20,21 V 20,56 V 20,48 V

16.00 WIB 20,19 V 20,26 V 20,27 V

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17.00 WIB 19,80 V 19,13 V 19,35 V

18.00 WIB 19,55 V 19,04 V 21,11 V

Sedangkan perbandingan tegangan antara hari pertama, kedua dan ketiga


dapat dilihat pada Gambar 4.2c grafik dibawah ini.

19.4

19.2

19

18.8
hari pertama
18.6
hari kedua
18.4 hari ketiga
18.2

18

17.8
9 11 13 15 17

Gambar 4.2c Grafik Hasil Pengujian Solar Cell

4.3 Pengujian Lama Waktu Pengisian Baterai


Pengujian lamanya waktu pengisian baterai dilakukan pada saat pengisian
berlangsung yaitu baterai pada saat mendapatkan tegangan nominal hingga pada saat
tegangan baterai penuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui lama waktu yang dibutuhkan
untuk mengisi baterai hingga penuh dengan besar arus tertentu.
Gambar 4.3 Tabel Pengujian Baterai

Waktu 2 4 6 8 10
Pengisian Jam Jam Jam Jam Jam
Jam
Baterai
Tegangan 10,90 11,86 11,75 12,00 11,95
Baterai (V) V V V V V

Arus 1,8 A 1,9 A 2,2 A 2,5 A 2,49 A


Baterai (A)

Jika di lihat dari tabel 4.3 diatas bahwa pada setiap 2 jam sekali baterai
pada saat pengisian menghasilkan tegangan sekitar 0,22 V s/d 1,54 V.

Gambar 4.3Grafik Hasil Pengujian Baterai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian alat dan hasil analisa terhadap data yang telah
diperoleh maka pada Bab ini dapat ditarik kesimpulan :
1. Dengan melakukan pengecasan baterai menggunakan Stirling Charger pada
saat tegangan 6 V dapat menaikkan tegangan sebesar 15 V sehingga tidak
melebihi batas toleransi 10% dari kapasitas baterai (± 1,5 A).
2. Dengan menggunakan Stirling Charger dapat mengisi baterai dari matahari
terbit sampai dengan matahari terbenam sehingga dapat terisi penuh.

5.2 Saran
Daya yang dihasilkan solar cell selain disimpan ke baterai, ke depannya
digunakan langsung menggerakkan beban misalnya sepeda motor bahkan mobil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Malvino dan Hanapi Gunawan Diktat Kuliah. 1981. Prinsip-Prinsip Elektronik.


Edisi Kedua. PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Zuhal. 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Hughes, Fredrick W.1990. Panduan Op – Amp. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Bishop, O. 2004. Dasar – Dasar Elektronika. Erlangga. Jakarta.
http://www.progrosir.co.cc/2008/10/listrik-tenaga-surya-praktis-ramah.html
[10 Juni 2017]
http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_cell [05 Juni 2017]
http://www.untirtaroboticclub.co.cc/index.php/article-section/44-pengisibatere-
otomatis [18 Juni 2017]

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai