Tim Pengusul:
BIDANG KEMAHASISWAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
1
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENELITIAN MAHASISWA ITERA
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
2
DAFTAR ISI
3
RINGKASAN
4
adalah produksi listrik dari pengelolaan limbah onggok dan luaran penelitian.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia tanaman singkong (Manihot utilissima) merupakan
salah satu komoditas tanaman pangan yang cukup potensial, tanaman
singkong masuk kedalam famili Euphorbiaceae dan tanaman jenis ini dapat
tumbuh pada sebagian besar semua jenis tanah dan tahan terhadap
efektivitas hama dan penyakit. Pemanfaatan singkong pada umumnya
digunakan untuk bahan pangan sumber karbohidrat (54,2%), industri tepung
tapioka (19,07%), industri pakan ternak (1,80%), industri non pangan
lainnya (8,50%), dan sisanya diekspor. Di Indonesia produksi industri dari
tanaman singkong mengalami peningkatan yang cukup pesat, khususnya
produksi industri tepung tapioka. Pada bulan Oktober 2011 menurut data
Food and Agriculture Organization (FAO), negara asia yang telah
memproduksi singkong terbesar pada industri tepung tapioka yaitu negara
Indonesia dengan jumlah produksi sebanyak 22.039.000 ton singkong
dengan tercatatnya lahan yang digunakan untuk menanam singkong seluas
1.176.000 ha.
Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki produksi
singkong terbesar di Indonesia. Pada tahun 2015 Lampung memproduksi
singkong sebesar 7.387.084 ton. Dari produksi singkong yang dihasilkan,
sebagian besar singkong diolah menjadi tepung tapioka, sehingga dihasilkan
limbah onggok yang sangat melimpah. Setiap produksi satu ton singkong
yang dijadikan tepung tapioka akan dihasilkan 11,4% limbah onggok. Pada
umumnya limbah industri tepung tapioka tidak tertangani dengan baik dan
pemanfaatannya hanya dijadikan sebagai pakan ternak. Hal ini dikarenakan
penanganan limbah membutuhkan biaya yang besar dan juga teknologi yang
mumpuni, sedangkan teknologi yang ada di Indonesia saat ini kurang
mumpuni.
Sediment Microbial Fuel Cell (SMFC) adalah suatu proses
penguraian limbah organik pada suatu endapan yang mengandung
mikroorganisme pengurai yang menghasilkan energi listrik. Saat ini SMFC
5
di Indonesia masih berada dalam proses pengembangan sehingga belum
dapat diaplikasikan dalam mendukung aktivitas manusia secara langsung,
karena daya listrik yang dihasilkan masih tergolong kecil yaitu berkisar
antara (<6 W/m2 ; ≤ 500 W/m2) (Adelin et al., 2021). Penelitian tentang
metode SMFC sudah beberapa kali dilakukan, namun belum banyak variasi.
Pada penelitian kali ini, penyusun ingin mengetahui potensi produksi listrik
optimum yang dihasilkan dengan metode SMFC dengan endapan yang
digunakan adalah endapan lumpur sawah, serta substrat yang digunakan
berasal dari hasil pengelohan limbah onggok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah konsentrasi glukosa yang tepat untuk menghasilkan tegangan
listrik yang optimal?
2. Bagaimana pengaruh jenis sediment lumpur sawah terhadap kuantitas
energi listrik yang dihasilkan?
3. Bagaimana mengetahui perbandingan energi listrik Sediment
Microbial Fuel Cell (SMFC) dari hasil hidrolisis dengan pemurnian
glukosa
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsentrasi glukosa yang tepat untuk
menghasilkantegangan listrik yang optimal
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis sediment lumpur
sawahterhadap kuantitas energi listrik yang dihasilkan
3. Untuk mengetahui perbandingan energi listrik Sediment Microbial
FuelCell (SMFC) dari hasil hidrolisis dengan pemurnian glukosa.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan kontribusi ilmiah mengenai proses ekstrak glukosa dari
limbah onggok dan proses menghasilkan energi listrik dari sistem
Sediment Microbial Fuel Cell (SMFC).
2. Dapat menjadi referensi untuk mengembangkan proses menghasilkan
energi listrik dari sistem Sediment Microbial Fuel Cell (SMFC)
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Mikroba
Anoda:C6H12O6+6H2O 6O2+24H++24e-
Katoda:O2+4H++4e-2H2O
7
Sistem SMFC memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sumber
energi lainnya, seperti dapat bekerja di berbagai suhu, biaya murah,
konstruksi sederhana, dan mudah diaplikasikan. Salah satu contoh dari
reaktor SMFC dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
8
listrik, dan menyebutkan bahwa volume substrat yang menghasilkan energi
listrik optimum pada 150 mL (Wulan et al., 2020).
2.3 Lumpur Sawah
Pada sistem Sediment Microbial Fuel Cell diperlukan sumber
mikroorganisme sebagai katalis bahan organik kompleks menjadi bentuk
yang lebih sederhana dalam pembentukan aliran listrik. Salah satu sediment
yang dapat digunakan sebagai substrat pada sistem SMFC adalah lumpur
sawah. Sampel tanah yang diambil dari sawah terbukti mengandung bakteri
exoelectrogen. Exoelectrogen merupakan mikroorganisme yang mampu
menghasilkan dan mentransfer elektron secara ekstraseluler (Wulan et al.,
2020). Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil
sekitar0.1-19 µm (1 µm = 10-6 m) yang mampu berperan di berbagai proses
alami dan bioteknologi, termasuk SMFC. Umumnya pertumbuhannya
sangat cepat sehingga dapat menghasilkan komunitas mikroorganisme
dalam jumlah yang besar (Pandey et al., 2016). Namun pertumbuhan
mikroorganisme bereda- beda, karena sangat dipengaruhi oleh sifat genetik,
kadar nutrisi, suhu, kondisi pH serta aerasi. Sejumlah bakteri exoelectrogen
diketahui membentuk struktur khusus yang disebut nanowire, yang berfungsi
sebagai penghantar elektron. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ambar Wulan dkk digunakan lumpur sawah sebagai sediment. Pada
penelitian ini dilakukan variasi volume lumpur sawah, dan penelitian ini
melaporkan bahwa pada volume 650 mL menghasilkan produksi listrik yang
paling optimum (Wulan et al., 2020).
9
BAB III METODE RISET
3.1 Tempat dan Waktu
Pada Penelitian ini dilakukan di Labarotarium Kimia Institut
Teknologi Sumatera dan akan dilaksanakan selama tiga bulan dan dimulai
pada bulan april 2023- Juni 2023 Institut Teknologi Sumatera, Lampung
Selatan
10
3.3 Metode Penelitian
Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan pati menjadi struktur
glukosa yang lebih sederhana. Proses hidrolisis dilakukan secara enzimatis,
pada proses hidrolisis pati ini terdapat beberapa tahapan yaitu gelatinasi,
likuifikasi, dan sakarifikasi. Setelah proses hidrolisis maka dilakukan
pemurnian glukosa (Maulani et al., 2018). Glukosa murni yang didapatkan
akan digunakan untuk substrat pada sistem sediment microbial fuel cell.
3.3.1 Gelatinasi
Proses gelatinasi dilakukan pada konsentrasi suspensi pati
25% (b/v), yaitu menggunakan onggok sebanyak 75 gram onggok
dengan dilarutkan menggunakan aquadest hingga 300 ml. Larutan
suspensi pati dibuat dengan memperhatikan pH larutannya, yaitu
dengan pH 5,5. Jika larutan yang dibuat terlalu asam maka dapat
ditambahkan CaO dan jika larutan yang dibuat terlalu basa maka
ditambahkan HCl 0,1 M. Selanjutnya dilakukan pemanasan hingga
suhu 50C (Haryanti et al., 2014).
3.3.2 Likuifikasi
Pada proses ini terjadi pemutusan rantai panjang polisakarida
pada onggok (pati) dengan bantuan enzim α-amilase (Ariandi, 2016).
Suhu pada proses likuifikasi yaitu 90°C dengan konsentrasi enzim
α-amilase yaitu 0,067%. Setelah proses likuifikasi berakhir maka
larutan didinginkan hingga suhu 55C, sebelum masuk kedalam
proses sakarifikasi.
3.3.3 Sakarifikasi
Proses sakarifikasi berlangsung pada suhu 55°C selama dua
jam dengan dilakukan pengadukan, dan konsentrasi enzim
glukoamilase yang digunakan adalah 0,067%. Pada proses sakarifiksi
terjadi perubahan dari dekstrin yang diproduksi oleh α-amilase dari
proses likuifikasi menjadi glukosa dengan bantuan enzim
glukoamilase (Haryanti et al., 2014).
11
3.3.4 Pemurnian glukosa
Pemurnian glukosa dilakukan melalui tahapan pemucatan dan
penyaringan, yaitu dilakukan dengan cara melakukan pencampuran
larutan hasil hidrolisis dengan sedikit arang aktif serbuk dan
dipanaskan pada suhu 800C selama 15 menit dengan bantuan hot
plate. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk menghilangkan arang
aktif dan akan didapatkan filtrat berwarna kuning muda atau jernih.
Selanjutnya dilakukan pembuatan variasi konsentrasi dengan cara
pengenceran (Maulani et al., 2018).
3.3.5 SMFC (Sediment Microbial Fuell Cell)
Pembuatan Sediment Microbial Fuell Cell (SMFC) diawali
dengan menyiapkan tabung yang terisi lumpur sawah, substrat yaitu
glukosa, air, anoda dan katoda, kemudian dilakukannya proses
elekrolisis dengan menggunakan plat Cu dan Zn yang disambungkan
langsung dengan multimeter sebagai alat pengukur listrik yang
dihasilkan (Octavia et al., 2018). Tegangan listrik yang dihasilkan
bergantung pada aktivitas metabolisme mikrobanya, sedangkan
aktivitas metabolisme mikroba tergantung dengan konsentrasi
glukosa yang dipakai (Alif et al., 2022). Pada penelitian ini akan
dilakukan menggunakan beberapa variasi konsentrasi glukosa
dengan 2 penelitian menggunakan pemurnian glukosa dan tidak
menggunakan pemurnian glukosa. Pemurnian glukosa bertujuan
untuk mendapatkan konsentrasi murni dari glukosa. Kemudian akan
dilakukan perbandingan dari hasil penelitian menggunakan
pemurnian glukosa dan tidak menggunakan pemurnian glukosa
(Wulan et al., 2020).
3.4 Analisis Data
3.4.1 Analisis kadar glukosa
Analisis kadar glukosa dilakukan dengan menggunakan
refraktometer. Sampel glukosa diteteskan pada kaca prisma, sampel
larutan glukosa lainnya dimasukkan ke seluruh bagian permukaan
prisma. Kemudian, tutup refraktometer dan catat skala hasil analisis
kadar glukosa dari refraktometer dan lakukan variasi dari kadar
12
glukosa. Data hasil pada setiap variabel selanjutnya dibuat tabel dan
grafik, hal ini agar diketahui konsentrasi pada hasil glukosa.
3.4.1 Analisis tegangan listrik yang dihasilkan
Analisis dilakukan dengan membuat variasi konsentrasi glukosa
untuk mendapatkan data, dimana hasil data akan menunjukkan pada
konsentrasi berapa tegangan listrik yang optimal. Hal ini bertujuan
untuk menentukan kadar glukosa yang akan digunakan untuk
menghasilkan energi listrik yang tepat dengan kadar glukosa yang
sesuai. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan penelitian dengan
melakukan pemurnian glukosa dan tidak melakukan pemurnian
glukosa. Hipotesis sementara, semakin murni konsentrasi glukosa,
mengakibatkan aktivitas metabolisme mikroba menjadi lebih baik
yang dengan begitu tegangan listrik yang dihasilkan akan lebih besar
13
3.5.2 Diagram alir pemurnian dan analisis kadar glukosa
14
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
Besaran Dana
No. Jenis Pengeluaran
(Rp)
Rp1.464.500
1 Bahan habis pakai
Rp350.000
2 Sewa dan jasa
Rp430.000
3 Transportasi
Rp100.000
4 Lain-lain
Rp2.344.500
Rekap Sumber Dana
Rp2.344.500
Bulan
No Jenis Kegiatan Penangungjawab
1 2 3
1. Ekstraki glukosa, Fadhlur RahmanAl Akbar
pemurnian glukosa, analisis
kadar glukosa,
pembuatan variasi kadar
glukosa
2. Pembuatan Sediment Ira
Microbial Fuel Cell (SMFC)
3. Uji coba dan analisis data Sakhnan
15
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adelin, L.A., Kirom, M.R., Rosdiana, E., 2021. PENGARUH
VARIASI PERBANDINGAN VOLUME SUBSTRAT ANTARA
LUMPUR DAN LIMBAH KULIT KENTANG TERHADAP
PRODUKSI ENERGI LISTRIK DALAM SISTEM SEDIMENT
MICROBIAL FUEL CELL (SMFC) (THE EFFECT OF SUBSTRATE
VOLUME RATIO VARIATIONS BETWEEN FIELD RICE MUD
AND POTATO PEELS WASTE ON THE PRODUCTION OF
ELECTRICAL ENERGY IN SEDIMENT MICROBIAL FUEL CELL
(SMFC) SYSTEM).
[2] Alif, A., Baari, M.J., Febryanti, A., 2022. Studi Pemanfaatan Limbah
Cair Ikan dan Udang sebagai Substrat dalam Produksi Listrik pada
Sistem Microbial Fuel Cell (MFC): Study of Utilization of Fishery and
Shrimp Wastewater as Substrate in Electricity Production in Microbial
Fuel Cell (MFC) System. KOVALEN J.Ris.Kim.8,238–247.
https://doi.org/10.22487/kovalen.2022.v8.i3.16033
[3] Eka Susilawati, M. S., 2017. AKUNTABILITAS PENGELOLAAN
LIMBAH BERBASIS MULAT SARIRA. Jurnal Aakuntansi
Multiparadigma, 8(3),pp. 427-611.
[4] Haryanti, P., Setyawati, R., Wicaksono, R., 2014. PENGARUH SUHU
DAN LAMA PEMANASAN SUSPENSI PATI SERTA
KONSENTRASI BUTANOL TERHADAP KARAKTERISTIK
FISIKOKIMIA PATI TINGGI AMILOSA DARI TAPIOKA. J.
Agritech 34, 308.
[5] Husin, A., Faisal, M., Naibaho, T.U., 2021. Evaluasi Instalasi
Pengolahan AirLimbah Industri Tepung Tapioka PT Sari Tani
Sumatera, Serdang Bedagai. J. Serambi Eng. 7.
Kotto, F., Yuliadi, E., Setiawan, K., Hadi, M.S., 2020. Inventarisasi
Klon Ubi Kayu(Manihot esculenta Crantz) Di Empat Wilayah Provinsi
Lampung 02.
[6] Maulani, L., Ramdhayani, W.S., Yulistiani, F., 2018. PENGARUH pH
PADA PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA
16
(ONGGOK) MENJADI GULA CAIR SECARA HIDROLISIS
ENZIMATIS.
[7] Mulyadi, E., 2014. PRODUKSI BIOETANOL BERBASIS MENIR
DAN ONGGOK LIMBAH TAPIOKA.
Octavia, P., Kirom, M.R., Si, S., Si, M., Iskandar, R.F., Pd, S., 2018.
PENGARUH ELEKTRODA PADA KINERJA MICROBIAL FUEL
CELL TERHADAP KERAPATAN DAYA LISTRIK YANG
DIHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR BAKAU
SEBAGAI SUBSTRAT.
[8] Pandey, P., Shinde, V.N., Deopurkar, R.L., Kale, S.P., Patil, S.A., Pant,
D., 2016. Recent advances in the use of different substrates in microbial
fuel cells toward wastewater treatment and simultaneous energy
recovery. Sajana, T.K., Ghangrekar, M.M., Mitra, A., 2013. Effect of
pH and distance between electrodes on the performance of a sediment
microbial fuel cell. Water Sci. Technol. 68, 537–543.
https://doi.org/10.2166/wst.2013.271
[9] Utari, L.A., Prasmatiwi, F.E., Murniati, K., 2021. KERAGAAN
AGROINDUSTRI KERIPIK SINGKONG DI KECAMATAN
GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN. J. Ilmu-Ilmu
Agribisnis 9, 432.
[10] Wulan, A., Kirom, M.R., Si, S., Si, M., Rosdiana, D.E., Si, M., 2020.
ANALISIS PRODUKSI ENERGI LISTRIK SISTEM SEDIMENT
MICROBIAL FUEL CELL MENGGUNAKAN LIMBAH TETES
TEBU.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggaran serta Dosen Pendamping
18
19
20
21
22
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
23
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas
Teknik
Muhammad Sakhnan Pembuatan
1 Sistem EBT 8 jam/minggu
Savana/121340061 MFC
Energi
Teknik
Arif Pembuatan
2 Sistem EBT 8 jam/minggu
Ronaldo/120340059 MFC
Energi
Teknik
Ira Hannum S Uji coba
3 Sistem EBT 6 jam/minggu
Sipahutar/121340051 MFC
Energi
Biokimia
Mar’atun dan
4 Kimia 10 jam/minggu Preparasi
sulistiani/120270050 kimia
analitik
Biokimia
Fadhlur Rohman Al dan Hidrolisis
5 Kimia 10 jam/minggu
Akbar/121270072 kimia Sampel
analitik
24
Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
25
Lampiran 5 Surat Pernyataan Kesediaan Dosen Pembimbing
DOSEN PEMBIMBING
26