Anda di halaman 1dari 168

1

ANALISIS KEBUTUHAN TAMAN PEMAKAMAN UMUM


SEBAGAI PENDUKUNG RUANG TERBUKA HIJAU
DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

RATRI UTAMI
087003057/PWD

K O L A
E
H
S
PA

A
N

C
ASARJA
S

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


2

ANALISIS KEBUTUHAN TAMAN PEMAKAMAN UMUM


SEBAGAI PENDUKUNG RUANG TERBUKA HIJAU
DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RATRI UTAMI
087003057/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


3

Judul Tesis : ANALISIS KEBUTUHAN TAMAN PEMAKAMAN


UMUM SEBAGAI PENDUKUNG RUANG TERBUKA
HIJAU DI KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Ratri Utami
Nomor Pokok : 087003057
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)


Ketua

(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP) (Ir. Jeluddin Daud, M.Eng)


Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

Tanggal lulus : 18 Februari 2011

Universitas Sumatera Utara


4

Telah diuji pada


Tanggal : 18 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Anggota : 1. Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
2. Ir. Jeluddin Daud, M.Eng
3. Kasyful Mahalli, SE, M.Si
4. Agus Suriadi, S. Sos, M.Si

Universitas Sumatera Utara


5

ANALISIS KEBUTUHAN TAMAN PEMAKAMAN UMUM SEBAGAI


PENDUKUNG RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

Ratri Utami, Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
dan Ir. Jeluddin Daud, M.Eng

ABSTRAK

Taman Pemakaman Umum adalah fasilitas yang berfungsi ganda yaitu


sebagai fasilitas sosial (pemakaman) dan fasilitas umum (Ruang Terbuka Hijau).
Tetapi keberadaannya sangat minim. TPU yang dikelola Pemerintah yang belum
penuh hanya TPU Kristen di Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan.
Sedangkan TPBU khususnya TPU Muslim sudah banyak yang penuh dan
menggunakan sistem tumpang dan tidak bertambah dalam 20 tahun terakhir.
Berdasarkan hal tersebut dalam tesis ini mencoba menganalisis berapa jumlah TPU
yang dibutuhkan berikut luasannya untuk 20 tahun ke depan di Kota Medan dan
persentasenya dalam mendukung Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan.
Analisis Kebutuhan TPU sebagai pendukung RTH ini dicari dengan
menggunakan 3 metode analisis. Metode pertama dengan menggunakan pedoman
pemerintah yang ada, metode kedua dengan mempertimbangkan Angka Kematian
Kasar, dan metode ketiga dengan mempertimbangkan Angka Harapan Hidup.
Kemudian didapat luasan masing-masing, dicari kelemahan dan kelebihan masing-
masing metode dan dipilih metode yang paling sesuai dalam menentukan luas Taman
Pemakaman Umum untuk menjadi acuan bagi pemerintah daerah.
Hasil tesis ini menunjukkan bahwa pengadaan TPU oleh pemerintah sudah
sangat mendesak. Jumlah luasan yang dihasilkan berbeda secara signifikan
berdasarkan ketiga metode tersebut. Metode yang direkomendasikan adalah metode
perhitungan Taman Pemakaman Umum dengan melalui Angka Kematian Kasar
karena dianggap paling mewakili angka kematian yang sesungguhnya.

Kata Kunci : Kebutuhan TPU, Ruang Terbuka Hijau dan Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


6

ANALYSIS OF REQUIREMENT LAND PUBLIC CEMETERY AS


SUPPORTING GRENNLY OPEN AREA IN MEDAN CITY

Ratri Utami, Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
and Ir. Jeluddin Daud, M.Eng

ABSTRACT

Cemetery Area is viewed as public facility with multiple function namely for
social facility (for burial) and public facility (Greenly Open Area). It is recognized
the existence is very minim. The public cemetery (TPU) as provided by Local
Administration that has been not fully filled namely cemetery of TPU Kristen at
Simalingkar B area Kec. Medan Tuntungan. Whereas TPU for Moslem mostly has
been fulled filled and apply it with re-use and it should be never added within last 20
years. This paper deals with analyzing the existences of TPU cemetery and what
number is required with the width particularly for leading 20 years in Medan City
and in what percentage it could support to the local government program in Open
Area in Greenly for this city.
The Analysis for requirement of TPU as supporting to Greenly Program in
this case adopted as 3 analysis methods, firstly by using a governmental programs
available, and the second method by considering in Crude Death Ratio, and other
method is considering a Hopefully Living rate. Then, it was taken each width, and
also to find there is any weakness and advantages for each method and at last to find
the most appropriate method in determining the width of Public Cemetery as the
guidance for Local Administration.
The result of this study showed that providing TPU as public cemetery by
local government is urged to do. Total width to generate is seemly significantly
different based on the three methods. It is precisely the method as recommended to
know the requirement for Public Cemetery width Crude Death Ratoi, since it has
been the most representative for the mortality rate to exist.

Keywords : Requirement for Cemetery, Greenly Open Area, Medan City.

Universitas Sumatera Utara


7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiarat Alloh SWT karena atas segala


kebaikanNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Analisis
Kebutuhan Taman Pemakaman Umum sebagai Pendukung Ruang Terbuka Hijau di
Kota Medan”.

Pengambilan judul ini terinspirasi dari Almarhumah Ibunda tercinta yang


telah berpulang 2 tahun yang lalu dimana karena keterbatasan lahan dimakamkan
secara tumpang dengan kerabat dekat yang telah berpulang terlebih dahulu. Semoga
hasil tesis ini dapat dibaca oleh Pemerintah Kota Medan khususnya Para Pengambil
Keputusan sehingga Keberadaan Taman Pemakaman Umum dapat dianggap penting
dan dapat disediakan.

Tesis ini tidak selesai begitu saja tetapi atas bantuan banyak pihak. Oleh
karenanya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan
penghormatan yang sangat besar kepada:

1. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi


Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku ketua Komisi Pembimbing yang
banyak memberikan inspirasi dan masukan demi kesempurnaan tesis ini kepada
penulis.
3. Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP, yang telah banyak memberikan
bimbingan, pola pikir yang sistematis dan pemikiran-pemikiran yang cerdas
terhadap pengembangan wilayah.
4. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng, yang telah banyak memberikan bimbingan
dengan kesabaran dan sistematis kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara


8

5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku salah satu Dosen Pembanding
sekaligus penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan demi
kesempurnaan tesis ini.
6. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku salah satu Dosen Pembanding sekaligus
penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis
ini.
7. Suami dan Anak-anak tercinta yang telah mendukung dan ikhlas sebagian waktu
penulis tersita untuk penyelesaian tesis dan kegiatan rutin di kantor. Semoga
semua ini tidak sia-sia dan dapat menjadikan keluarga kita keluarga yang kuat,
sukses dan bahagia dunia dan akhirat.
8. Almarhumah Ibunda tercinta, penulis yakin dalam rindu-Mu di alam sana
Engkau terus mendoakan kebahagiaan anak-anakmu di dunia......semoga kelak
kita dapat berkumpul kembali dan menghilangkan seluruh rindu ini......dengan
bahagia.
9. Bapak, terimakasih atas semua dukungan semoga Allah memberikan kesehatan
serta keimanan yang terus bertambah menuju kebahagiaan yang hakiki dunia dan
akhirat. Saudara-saudaraku tercinta Kak Wiwik, Suri, Ari, Arif dan Indah
semoga kesuksesan demi kesuksesan terus mengalir dengan Ridho Alloh SWT.
10. Pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian kuliah,
penyelesaian tesis dan pekerjaan kantor sehingga satu demi satu penulis dapat
menyelesaikan tanggung jawab dengan tepat waktu.
Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat tidak saja bagi pengembangan
ilmu tetapi bagi Pemerintah Daerah khusunya Kota Medan agar serius dalam
pengadaan Taman Pemakaman Umum bagi warganya, Wassalam...

Medan, Februari 2011


Penulis,

Universitas Sumatera Utara


9

Ratri Utami

RIWAYAT HIDUP

Ratri Utami lahir di Medan pada tanggal 6 Januari 1975, anak ke-2 dari 6
bersaudara dari Bapak H. Haditomo, BBA dan Alm. Hj. Suwarti.

Pendidikan penulis dimulai dari SDN 101786 Helvetia lulus tahun 1987,
SMPN 1 Labuhan Deli Helvetia lulus tahun 1990 dan SMUN 3 Medan lulus tahun
1993 serta kuliah di Institut Teknologi Nasional Malang jurusan Planologi Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan lulus tahun 1998.

Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu Kota Medan Jl. Jend. AH. Nasution No 32 lt 2-3 sisi Timur Medan
sebagai Kepala Sub Bagian Penyusunan Program.

Universitas Sumatera Utara


10

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. v
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Perumusan masalah...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian . ....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1 Konsep Kematian ......................................................................... 7
2.1.2 Pengertian ......................................................................... 7
2.1.2 Ukuran Kematian .............................................................. 8
2.2 Model Demografi Proyeksi Penduduk Terpilih .......................... 9
2.3 Ruang Terbuka Hijau .................................................................. 10
2.3.1 Pola Pengembangan RTH di Beberapa Kota Besar ......... 12
. 2.3.2 Pendekatan Kebutuhan RTH berdasarkan Fungsinya ...... 15
2.4 Konsep Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan ........................ 21
2.4.1 Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah .................. 21
2.4.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ............ 23
2.4.3 Penyediaan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu ............... 23
2.5 Arahan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau ................................. 25

Universitas Sumatera Utara


11

2.5.1 Pada Bangunan/Perumahan ............................................... 25


2.5.2 Lingkungan/Pemukiman ................................................... 28
2.5.3 Kota/Perkotaan .................................................................. 30
2.6 Syarat Lokasi Pemakaman menurut PP No 9 Tahun 1987 ........... 47
2.7 Penelitian Sebelumnya ................................................................. 48
2.8 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 54
3.1 Prosedur Pencarian Data .............................................................. 54
3.2 Metode Analisis ........................................................................... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 60
4.1  Gambaran Umum Wilayah Kota Medan.................................................      60 
         4.1.1   Letak Geografis dan Batas Administrasi  .....................................  60 
         4.1.2   Pola Penggunaan Lahan  ..............................................................  63 
               4.1.3   Kawasan Ruang Terbuka Hijau ....................................................  63 
     4.1.4   Rencana Pola Ruang dalam RTRW Kota Medan     
    Tahun 2010 – 2030  ....................................................................  70 
     4.1.5   Rencana   Ruang  Terbuka   Hijau   Kota Medan  
    dalam  RTRW Tahun  2010 ‐ 2030 ..............................................      74   
     4.1.6   Kondisi Sosial dan Kependudukan  ..............................................      81 
         4.1.7   Sistem Pusat Pelayanan dalam RTRW Kota Medan 
                         Tahun  2010 ‐ 2030.........................................................................      86   

4.2 Analisis Kependudukan Kota Medan ........................................... 88


         4.2.1   Pertumbuhan dan Proyeksi Jumlah Penduduk  ........................... 88 

4.2.2 Angka Kematian Kasar (Mortality Rate) Kota Medan ..... 91


4.3 Analisis Kebutuhan TPU sebagai Pendukung RTH ..................... 94
    4.3.1    Analisis menurut Pedoman Pemanfaatan RTH ...........................     94 
            4.3.2    Analisis Luasan Taman Pemakaman Umum Menurut  
     Angka Kematian Kasar Rata‐rata (Mortality Rate)..................... 96  
 

Universitas Sumatera Utara


12

 4.3.3   Analisis Luasan Taman Pemakaman Umum menurut 
            Angka diluar Angka Harapan Hidup  .............................................  102 
   4.3.4   Perbandingan Kebutuhan Berdasarkan 3 Metode  
      yang digunakan ............................................................................    105 
   4.3.5   Kontribusi/Persentase Luasan terhadap RTH yang  
      Diwajibkan....................................................................................    111 

4.4 Analisis Pembagian Perwilayahan untuk Kebutuhan


       Luasan TPU ...............................................................................................    112 
4.5    Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum Kawasan  
    Medan Utara .............................................................................................  123 
   4.5.1   Orientasi Wilayah ..........................................................................    123 

       4.5.2   Penggunaan Lahan  .......................................................................  123 

   4.5.3   Analisis Kebutuhan Luasan Pembebasan Lahan  
      Untuk Kawasan Medan Utara ......................................................   125 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 135


5.1    Kesimpulan ...............................................................................................    135 
5.2 Saran .............................................................................................. 137
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 139

Universitas Sumatera Utara


13

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


2.1 Jenis Permukaan dan Besaran Koefisien Pengaliran ................................ 16
2.2 Pemanfaatan Pohon dan RTH pada Perbaikan Kualitas Lingkungan........ 20
2.3 Kepemilikan RTH ..................................................................................... 22
2.4 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk...................................... 24
2.5 Kreteria Pemeliharaan Tanaman pada Persimpangan Jalan...................... 36
2.6 Lebar Garis Sempadan Rel Kereta Api...................................................... 39
2.7 Jarak Bebas Minimum SUTT dan SUTET ................................................ 41
4.1 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan ...................................... 61
4.2 Sebaran Jumlah Taman di Kota Medan .................................................... 65
4.3 Taman Pemakaman Umum yang dikelola Pemko Medan ......................... 69
4.4 Rencana Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan Kota Medan Tahun 2030 74
4.5 Proyeksi Kebutuhan RTH Publik di Kota Medan Tahun 2030.................. 79
4.6 Luas dan Kepadatan Penduduk Kota Medan menurut Kecamatan Tahun
2009 ........................................................................................................... 82
4.7 Struktur Penduduk menurut Agama per Kecamatan di Kota Medan
Tahun 2009 .............................................................................................. 83
4.8 Penduduk di atas Usia 51 Tahun diluar Angka Harapan Hidup ................ 87
4.9 Rencana Struktur Pelayanan Kota Medan Tahun 2030 ............................. 89
4.10 Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir Kota Medan Tahun 2005-2009........ 90
4.11 Angka Pertumbuhan Penduduk 5 Tahun Terakhir Kota Medan Tahun
2005 – 2009 ............................................................................................... 92
4.12 Proyeksi Penduduk Kota Medan Tahun 2011-2031 .................................. 93
4.13 Angka Kematian Kasar Rata-Rata Kota Medan Tahun 2009 .................... 95

Universitas Sumatera Utara


14

4.14 Kebutuhan TPU Berdasarkan Pedoman Pemanfaatan Ruang Terbuka


Hijau .......................................................................................................... 97
4.15 Luasan TPU Berdasarkan Angka Kematian Kasar Rata-Rata (Mortality
Rate) Kota Medan Tahun 2031 .................................................................. 103
4.16 Luasan TPU Berdasarkan Angka Diluar Angka Harapan Hidup Kota
Medan Tahun 2031 .................................................................................... 105
4.17 Perbandingan Taman Pemakaman Umum Berdasarkan
Perbandingan 3 Metode Analisis ............................................................... 108
4.18 Luas Taman Pemakaman Umum Berdasarkan Jenis AKK Rata-Rata,
Agama dan Perwilayahan Tahun 2031 ...................................................... 117
4.19 Luas Taman Pemakaman Umum Berdasarkan Usia di Luar Angka
Harapan Hidup, Agama dan Perwilayahan Tahun 2031............................ 119
4.20 Luas Per Kecamatan di Kawasan Medan Utara Tahun 2009..................... 124
4.21 Kondisi Pemakaman Umum dan Sisa Lahan
Pemakaman di Kawasan Medan Utara Kota Medan.................................. 127
4.22 Luas yang Dibebaskan menurut AKK Rata-Rata dan
Jenis Agama di Kecamatan Medan Utara Tahun 2030.............................. 130
4.23 Luas yang Dibebaskan menurut Angka Diluar Angka Harapan Hidup
Tahun 2030 ................................................................................................ 131

Universitas Sumatera Utara


15

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


2.1 Contoh RTH Publik.................................................................................... 21
2.2 Contoh RTH Privat..................................................................................... 22
2.3 Contoh Taman Pemakaman Umum .......................................................... 46
2.4 Bagan Alir Kontribusi Persentase Pemakaman Bagi Penyediaan RTH..... 52
2.5 Bagan Alir Kebutuhan TPU sebagai Pendukung RTH .............................. 53
4.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Medan.................................................... 62
4.2 Peta Penggunaan Lahan Eksisting ............................................................ 64
4.3 Peta Rencana Pola Ruang Kota Medan Tahun 2010-2030 ........................ 71
4.4 Angka Harapan Hidup Kota Medan Tahun 2006-2009 ............................. 84
4.5 Peta Pembagian Kota Medan atas 4 Wilayah serta Luas TPU
berdasarkan AKK ...................................................................................... 121
4.6 Peta Pembagian Kota Medan atas 4 Wilayah serta Luas TPU
berdasarkan AHH ...................................................................................... 122
4.7 Peta Administrasi Kawasan Medan Utara ................................................. 125

Universitas Sumatera Utara


16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1. Nama Tempat Pemakaman Bukan Kawasan Medan Utara ................... 142

Universitas Sumatera Utara


5

ANALISIS KEBUTUHAN TAMAN PEMAKAMAN UMUM SEBAGAI


PENDUKUNG RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

Ratri Utami, Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
dan Ir. Jeluddin Daud, M.Eng

ABSTRAK

Taman Pemakaman Umum adalah fasilitas yang berfungsi ganda yaitu


sebagai fasilitas sosial (pemakaman) dan fasilitas umum (Ruang Terbuka Hijau).
Tetapi keberadaannya sangat minim. TPU yang dikelola Pemerintah yang belum
penuh hanya TPU Kristen di Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan.
Sedangkan TPBU khususnya TPU Muslim sudah banyak yang penuh dan
menggunakan sistem tumpang dan tidak bertambah dalam 20 tahun terakhir.
Berdasarkan hal tersebut dalam tesis ini mencoba menganalisis berapa jumlah TPU
yang dibutuhkan berikut luasannya untuk 20 tahun ke depan di Kota Medan dan
persentasenya dalam mendukung Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan.
Analisis Kebutuhan TPU sebagai pendukung RTH ini dicari dengan
menggunakan 3 metode analisis. Metode pertama dengan menggunakan pedoman
pemerintah yang ada, metode kedua dengan mempertimbangkan Angka Kematian
Kasar, dan metode ketiga dengan mempertimbangkan Angka Harapan Hidup.
Kemudian didapat luasan masing-masing, dicari kelemahan dan kelebihan masing-
masing metode dan dipilih metode yang paling sesuai dalam menentukan luas Taman
Pemakaman Umum untuk menjadi acuan bagi pemerintah daerah.
Hasil tesis ini menunjukkan bahwa pengadaan TPU oleh pemerintah sudah
sangat mendesak. Jumlah luasan yang dihasilkan berbeda secara signifikan
berdasarkan ketiga metode tersebut. Metode yang direkomendasikan adalah metode
perhitungan Taman Pemakaman Umum dengan melalui Angka Kematian Kasar
karena dianggap paling mewakili angka kematian yang sesungguhnya.

Kata Kunci : Kebutuhan TPU, Ruang Terbuka Hijau dan Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


6

ANALYSIS OF REQUIREMENT LAND PUBLIC CEMETERY AS


SUPPORTING GRENNLY OPEN AREA IN MEDAN CITY

Ratri Utami, Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
and Ir. Jeluddin Daud, M.Eng

ABSTRACT

Cemetery Area is viewed as public facility with multiple function namely for
social facility (for burial) and public facility (Greenly Open Area). It is recognized
the existence is very minim. The public cemetery (TPU) as provided by Local
Administration that has been not fully filled namely cemetery of TPU Kristen at
Simalingkar B area Kec. Medan Tuntungan. Whereas TPU for Moslem mostly has
been fulled filled and apply it with re-use and it should be never added within last 20
years. This paper deals with analyzing the existences of TPU cemetery and what
number is required with the width particularly for leading 20 years in Medan City
and in what percentage it could support to the local government program in Open
Area in Greenly for this city.
The Analysis for requirement of TPU as supporting to Greenly Program in
this case adopted as 3 analysis methods, firstly by using a governmental programs
available, and the second method by considering in Crude Death Ratio, and other
method is considering a Hopefully Living rate. Then, it was taken each width, and
also to find there is any weakness and advantages for each method and at last to find
the most appropriate method in determining the width of Public Cemetery as the
guidance for Local Administration.
The result of this study showed that providing TPU as public cemetery by
local government is urged to do. Total width to generate is seemly significantly
different based on the three methods. It is precisely the method as recommended to
know the requirement for Public Cemetery width Crude Death Ratoi, since it has
been the most representative for the mortality rate to exist.

Keywords : Requirement for Cemetery, Greenly Open Area, Medan City.

Universitas Sumatera Utara


17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil KTT bumi di Rio de Janeiro (1992) dan Johannesburg

(2002) telah disepakati luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota yang sehat, minimal

30% dari total luas kota secara keseluruhan. Hal ini telah diadopsi dalam Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 29 ayat 1 – 3 tentang Penataan Ruang dimana

ditetapkan bahwa luas RTH perkotaan minimal sebesar 30% dari luas kota

keseluruhan (Ruang Terbuka Hijau Harus Diprioritaskan/Bataviase.co.id. 19 Januari

2011). Besaran 30% tersebut terdiri dari 20% untuk RTH Publik dan 10% untuk RTH

Privat. Pembagiannya terdiri dari jalur hijau jalan 6%, RTH Taman 12,5% dan RTH

fungsi tertentu 1,5%. Taman Pemakaman Umum adalah bagian dari RTH tertentu.

Kondisi yang ada RTH Publik yang dimiliki sebagai asset Pemerintah Kota

Medan misalnya saja untuk RTH Taman adala 0,08% (Dinas Pertamanan Kota

Medan, tahun 2010). Hal ini jauh dari luasan yang ditetapkan. Taman Pemakaman

Umum sebagai salah satu unsur Ruang Terbuka Hijau sama kedudukannya seperti

fasilitas umum dan sosial lainnya seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan yang

dikelola Pemerintah Daerah lainnya (SD-Universitas Negeri, Puskesmas-RS Umum

dll), dimana swasta atau masyarakat boleh ikut berperan dalam penyediaan tetapi

pemenuhan kebutuhan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal tetap menjadi

tanggung jawab Pemerinatah Daerah.

1
Universitas Sumatera Utara
18

Taman Pemakaman Umum keberadaannya memiliki fungsi ganda. Pertama,

selain memiliki fungsi sosial (fasilitas sosial) yaitu tempat memakamkan jenazah

yang kedua juga berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (fasilitas umum) untuk

peresapan air, mengurangi polusi udara, suara, penyerap panas dan penyerap

kebisingan serta pendukung ekosistim. Berdasarkan hal tersebut sudah seharusnya

keberadaannya diprioritaskan oleh Pemerintah Daerah.

Perkembangan Kota Medan Metropolitan yang sangat pesat dengan jumlah

penduduk 2.121.053 jiwa pada akhir tahun 2009 (BPS Kota Medan, 2010)

berbanding lurus dengan angka kematian. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat

tersebut telah diikuti dengan pertambahan fasilitas perumahan tetapi tidak diikuti

dengan penambahan fasilitas pemakaman (Taman Pemakaman Umum).

Pada tahun 2010 tercatat Kota Medan memiliki 9 (sembilan) lokasi Taman

Pemakaman Umum yang dikelola oleh Pemerintah Kota Medan dimana 8 (delapan)

pemakaman telah penuh hanya 1 makam yaitu TPU Kristen di Kecamatan

Simalingkar B yang masih memiliki sisa lahan kosong. Disamping TPU terdapat 117

(seratus tujuh belas) lokasi Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU) yang dikelola

oleh badan/yayasan (Data Musrenbang Dinas Pertamanan Kota Medan, tahun 2010).

Perlu ditegaskan disini antara TPU dan TPBU dimana TPU adalah pemakaman yang

dikelola oleh pemerintah dan TPBU adalah pemakaman yang dikelola oleh

masyarakat atau yayasan (Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 tahun 1989

Universitas Sumatera Utara


19

tentang Pedoman pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1987 tentang

penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman).

TPBU khususnya TPBU Muslim umumnya adalah hasil tanah wakaf yang

sudah puluhan tahun dan banyak yang sudah penuh. Pada makam hasil tanah wakaf

tersebut banyak ditemukan satu makam ditempati oleh lebih dari 1 jenazah yang

biasanya adalah makam kerabatnya terdahulu yang sudah berumur lebih dari 15

tahun (sistem tumpang). Satu kavling dengan kavling berikutnya tidak memiliki

jarak, tidak tertata dan pengunjung sangat sulit untuk berjiarah karena tidak adanya

akses jalan menuju ke masing-masing makam. Kemudian ditemukan di beberapa

lokasi bahwa karena adanya keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah masyarakat

secara swadaya membeli tanah untuk pemakaman di luar wilayah administrasi Kota

Medan. Kondisi ini sangat bertentangan dengan adanya kewajiban pemerintah untuk

menyediakan Ruang Terbuka Hijau dan Taman Pemakaman Umum bagi

penduduknya.

Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis mencoba

menganalisis kebutuhan pemakaman dengan judul “Analisis Kebutuhan Taman

Pemakaman Umum sebagai Pendukung Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah disusun atas dasar latar belakang yang ada. Adapun

perumusan masalah dalam Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum sebagai

Pendukung Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan ini adalah:

Universitas Sumatera Utara


20

1. Berapa luas TPU yang dibutuhkan saat ini maupun 20 tahun mendatang (tahun

2031) berdasarkan metode perhitungan menurut pedoman pemanfaatan RTH,

menurut angka kematian dan angka harapan hidup?

2. Bagaimana kelemahan dan kelebihan dari penggunaan 3 metode yaitu dengan

menggunakan metode analisis kebutuhan TPU berdasarkan pedoman

pemerintah, dengan menggunakan metode angka kematian kasar dan metode

angka harapan hidup? Dan metode apa yang direkomendasikan dalam

menghitung kebutuhan luas TPU.

3. Bagaimana sistem pembagian struktur perwilayahan untuk kebutuhan luasan

TPU di Kota Medan sampai tahun 2031?

4. Bagaimana contoh perhitungan luas TPU yang perlu ditambah sampai tahun

2031 apabila luasan pemakaman TPBU yang tersisa masih diperhitungkan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum sebagai

Pendukung Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan ini adalah:

1. Menganalisis berapa luas TPU yang dibutuhkan saat ini maupun 20 tahun

mendatang (tahun 2031) berdasarkan metode perhitungan menurut pedoman

pemanfaatan RTH, menurut angka kematian dan angka harapan hidup.

2. Menganalisis bagaimana kelemahan dan kelebihan dari 3 metode yang

digunakan yaitu dengan menggunakan pedoman pemerintah, dengan

menggunakan angka kematian kasar dan angka harapan hidup serta

Universitas Sumatera Utara


21

merekomendasikan metode alternative terpilih dalam menghitung kebutuhan luas

TPU.

3. Menganalisis bagaimana sistem pembagian struktur perwilayahan untuk

kebutuhan luasan TPU di Kota Medan sampai tahun 2031.

4. Menganalisis bagaimana contoh perhitungan luas TPU yang perlu ditambah

sampai tahun 2031 apabila luasan pemakaman TPBU yang tersisa masih

diperhitungkan?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat tidak hanya sebagai

pengembangan ilmu tetapi bermanfaat bagi Pemerintah khususnya Pemerintah Kota

Medan untuk membangun Taman Pemakaman Umum yang sangat dibutuhkan

masyarakat. Adapun manfaat secara spesifik adalah:

1. Menemukan metode yang tepat secara alamiah dalam menentukan standard dan

pedoman penyusunan penentuan luasan Taman Pemakaman Umum bagi

pemerintah khususnya Pemerintah Kota Medan dan umumnya Pemerintah

Indonesia;

2. Memberikan pemahaman bahwa Taman Pemakaman Umum tidak hanya sekedar

tempat pemakaman tetapi juga sebagai fungsi RTH yang sangat dibutuhkan bagi

kelestarian dan keberlanjutan suatu wilayah dan pengembangan ekonomi wilayah

sekitar dari pengunjung Taman Pemakaman Umum;

Universitas Sumatera Utara


22

3. Dengan disediakan Taman Pemakaman Umum 20 tahun kedepan Pemerintah

daerah selain memenuhi kebutuhan yang berfungsi sosial bagi masyarakat juga

telah berupaya memenuhi RTH perkotaan yang ditetapkan minimal sebesar 30%

dari total luas keseluruhan.

4. Sebagai bahan acuan dan rekomendasi Pemerintah khususnya Pemerintah Kota

Medan dalam penelitian selanjutnya terutama dalam hal penentuan lokasi dengan

melakukan Studi Kelayakan Lahan Taman Pemakaman Umum, Pembebasan

Lahan dan Pembangunan Fisik.

Universitas Sumatera Utara


23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kematian

2.1.1 Pengertian

Menurut konsep kematian terdapat 3 keadaan vital yang masing-masing

bersifat mutually exclusive, artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi

bersamaan dengan salah satu keadaan lainnya. Tiga keadaan vital tersebut (Utomo,

1997) ialah:

1. Lahir hidup (live birth)

Lahir hidup yaitu, peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu

secara lengkap tanpa memandang lainnya, kehamilan dan setelah perpisahan

tersebut terjadi, hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda kehidupan

lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot,

tanpa memandang tali pusat sudah dipotong atau belum.

2. Mati (death)

Mati adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa

terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

3. Lahir Mati

Universitas Sumatera Utara


24

Lahir mati yaitu menghilangnya tanda–tanda kehidupan dari hasil konsepsi

sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya.

2.1.2. Ukuran Kematian 7

Ukuran kematian yang dipakai dalam tesis ini adalah : Crude Death Rate

(CDR) / Angka Kematian Kasar (AKK).

Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya

kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk (Data

Statistik Indonesia – Kematian Umum, Senin 29 November 2010). Angka ini disebut

kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai

resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak

memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Akan tetapi kalau tidak ada indikatkor

kematian yang lain ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan

kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan

dari Angka Kelahiran Kasar akan menjuadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk

alamiah.

Defenisi:

Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian

per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu (Data Statistik Indonesia-Angka

Kematian Kasar-Rumus), disuatu wilayah tertentu.

Universitas Sumatera Utara


25

D
Rumus: CDR = x K
P

Dimana:
CDR = Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)

D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu

P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu

K = Bilangan konstan 1000

Umumnya data tersedia adalah ”jumlah penduduk pada satu tahun tertentu”

maka jumlah dapat sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan

tahun berurutan, maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk

tengah tahun.

Contoh:

Data dari Susenas 2003 tercatat sebanyak 767.740 kematian, sedangkan

jumlah penduduk pada tahun tersebut diperkirakan sebesar 214.370.096 jiwa.

Sehingga Angka kematian yang terhitung adalah sebesar 3,58. Artinya, pada tahun

2003 terdapat 3 atau 4 kematian untuk tiap 1000 penduduk.

2.2. Model Demografi Proyeksi Penduduk Terpilih

Untuk menghitung proyeksi jumlah kematian penduduk diawali dengan

memproyeksikan jumlah penduduk. Proyeksi jumlah penduduk diawali dengan

perhitungan jumlah penduduk 20 tahun kedepan dengan data jumlah penduduk 4-5

tahun kebelakang. Metode yang digunakan untuk menghitung proyeksi jumlah

Universitas Sumatera Utara


26

penduduk dalam Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum sebagai landasan

teori adalah: Metode Eksponensial (Bunga Berganda)

Adapun rumus yang digunakan untuk perhitungan proyeksi jumlah penduduk

adalah Metode The Exponential Growth Model (Oppenheim, 1980). Metode

Eksponensial (Bunga Berganda) menggunakan asumsí tingkat perubahan jumlah

setiap tahunnya tidak konstan, terdapat faktor-faktor yang dapat mempercepat tingkat

pertumbuhan penduduk. Metode ini memiliki rumus sebagai berikut :

Pn = Po ( 1+ r)n
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = Jumlah penduduk para tahun awal
r = tingkat pertumbuhan penduduk (%)
n = Periode waktu (tahun ke- n)

2.3. Ruang Terbuka Hijau

Secara defenitif Ruang Terbuka Hijau atau biasa disingkat RTH adalah area

memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,

tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

ditanam (Permen PU Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan). RTH terdiri dari RTH

Lindung (RTHL) dan RTH Binaan.

RTH Lindung adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk

areal memanjang/jalur atau mengelompok dimana penggunaannya lebih bersifat

Universitas Sumatera Utara


27

terbuka/umum, didominasi oleh tanaman yang tumbuh secara alamiah atau tanaman

budidaya. Kawasan hijau lindung terdiri dari cagar alam di daratan dan kepulauan,

hutan lindung, hutan wisata, hutan bakau dan sebagainya.

RTH Binaan adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk

areal memanjang/jalur atau mengelompok dimana penggunaannya bersifat

terbuka/umum, dengan permukaan tanah didominasi oleh perkerasan buatan dan

sebagian kecil tanaman. RTH Binaan terdiri dari RTH Binaan Publik dan RTH

Binaan Privat.

Kondisi keberadaan RTH seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan

aktivitas kota, pemenuhannya menjadi pilihan terakhir untuk ditangani. Hal ini karena

ruang ini dianggap tidak memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi sebuah kota.

Taman dianggap sebagai sekumpulan pohon tidak berguna, hanya karena pohon-

pohon tersebut banyak yang lebih berat unsur estetisnya. Tidak menghasilkan buah-

buahan ataupun kayu yang langsung dapat dimanfaatkan (Fireza, 2001). Oleh karena

itu penggunaan ruang yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka

pemanfaatannya akan selalu berada pada posisi yang paling optimal, artinya

kebutuhan-kebutuhan ruang yang sifatnya non ekonomis/publik masih

dinomorduakan.

Menurut Sihite dan Ismaun (1996) disebutkan bahwa RTH dalam tata ruang

kota termasuk dalam kategori pelengkap, sehingga fungsi RTH dianggap kurang

penting. Dampak negatif dari penanganan RTH yang tidak serius berakibat

Universitas Sumatera Utara


28

berkurangnya luasan RTH, jumlah luasan tidak memenuhi persyaratan jumlah dan

kualitas. Akibat langsung yang dirasakan adalah:

1. menurunnya tingkat kenyamanan kota;

2. meningkatnya pencemaran udara, suara dan air;

3. menurunnya ketersediaan air tanah, karena berkurangnya daerah-daerah resapan

dan dampak lebih luas mudahnya terjadi bencana banjir;

4. menurunnya kapasitas dan daya dukung wilayah;

5. meningkatnya masalah kesehatan (pencemaran udara dan air);

6. menurunnya keindahan kota, karena ketiadaan taman/pohon-pohonan.

2.3.1. Pola Pengembangan RTH di Beberapa Kota Besar

Kesadaran pembangunan perkotaan berwawasan lingkungan di negara-negara

maju telah berlangsung dalam hitungan abad. Pada jaman Mesir Kuno, RTH ditata

dalam bentuk taman-taman atau kebun yang tertutup oleh dinding-dinding dan lahan-

lahan pertanian seperti lembah sungai Efrat dan Tigris dan taman tergantung

Babylonia yang sangat mengagumkan, The Temple of Aman Karnak dan taman-

taman perumahan (Hakim, 2000).

Selanjutnya bangsa Yunani dan Romawi mengembangkan Agora Forum,

Moseleum dan berbagai ruang kota untuk memberi kesenangan bagi masyarakatnya

dan sekaligus lambang kebesaran dari pemimpin yang sedang berkuasa pada saat itu.

Berikutnya pada jaman Meldevel, pelataran gereja yang berfungsi sebagai

tempat berdagang, berkumpul sangat dominan sebelum digantikan jaman Renaisance

Universitas Sumatera Utara


29

yang glamour dengan plazza, piazza dan square yang luas dan hiasan deteil serta

menarik. Seni berkembang secara optimal saat ini, sehingga implementasi keindahan

dan kesempurnaan rancangan seperti Versailles dan Kota Paris menjadi panutan

dunia.

Gerakan baru yang lebih sadar akan arti lingkungan melahirkan taman kota

skala besar dan dapat disebut sebagai pemikiran awal tentang sistem RTH kota.

Central Park New York oleh Frederick Law Olmested dan Calvert Voux melahirkan

profesi Arsitektur Lansekap yang kemudian mengembang dan mendunia.

Tahun 1898 seorang panitera hukum Ebenezer Howard mempublikasikan

bukunya ‘Garden Cities of Tomorrow’ yang di dalamnya mengungkap ide mencipta

lingkungan binaan yang nyaman, aman, menyingkirkan daerah slum dengan

penerapan kota yang dipenuhi RTH penghubung simpul-simpul interaksi masyarakat.

Konsep tersebut dua kali diuji coba dengan hasil yang memuaskan di Letchworth

(1908) dan Wellwyn (1924). Keberhasilan ini memotivasi orang untuk melakukan hal

senada di beberapa bagian Eropa. Di Indonesia sendiri konsep ini dibawa para

pendahulu kita arsitek Belanda yang berkiprah di Indonesia, khususnya Bandung

sehingga perencanaan kota dengan limpahan RTH menjadi wacana yang menarik dan

diterapkan dalam pembangunan nyata perkotaan diparuh pertama abad 20.

Melihat kenyataan tersebut tampaknya kebutuhan RTH yang tidak hanya

mengedepankan aspek keleluasaan, namun juga aspek kenyamanan dan keindahan di

suatu kota sudah tidak dapat dihindari lagi, walaupun dari hari ke hari RTH kota

menjadi semakin terdesak. Beberapa pakar mengatakan bahwa RTH tidak boleh

Universitas Sumatera Utara


30

kurang dari 30%, (Shirvani, 1985), atau 1200 m² tajuk tanaman diperlukan untuk satu

orang (Grove, 1983).

Bagaimana kota-kota mancanegara menghadapi hal ini, berikut diuraikan

beberapa kota-kota yang dianggap dapat mewakili keberhasilan pemerintah kota

dalam pengelolaan RTH kota.

Singapore, dengan luas 625 km² dan penduduk 3,6 juta pada tahun 2000 dan

kepadatan 5.200 jiwa/km², diproyeksikan memiliki ruang terbangun mencapai 69%

dari luas kota secara keseluruhan. Dalam rencana digariskan 24% atau 177 km²

sebagai ruang terbuka, sehingga standar ruang terbukanya mencapai 0,9 ha per 1000

orang.

Tokyo melakukan perbaikan RTH pada jalur hijau jalan, kawasan industri,

hotel dan penutupan beberapa jalur jalan. Walaupun luas kota Tokyo sangat terbatas,

namun Pemerintah Kota tetap mengusahakan taman-taman tersebut, yang memiliki

standar 0,21 ha per 1000 orang.

Sementara itu itu pendekatan penyediaan RTH yang dilakukan di Bombay –

India, dapat pula dijadikan masukan awal untuk dapat memahami Hirarki RTH di

lingkungan pemukiman padat.

Menurut Correa (1988), dalam penelitiannya dikatakan bahwa apabila

diabstraksikan kebutuhan akan hal-hal yang bersifat sosial tercantum di dalam 4

(empat) unsur utama yaitu :

1. Ruang keluarga yang digunakan untuk keperluan pribadi

2. Daerah untuk bergaul/sosialisasi dengan tetangga

Universitas Sumatera Utara


31

3. Daerah tempat pertemuan warga

4. Daerah ruang terbuka utama yang digunakan untuk kegiatan bersama seluruh

warga masyarakat.

Penelitian ini lebih lanjut mengungkapkan bahwa diperkirakan 75% fungsi

RTH dapat tercapai. Hal ini karena padatnya tingkat permukiman sehingga ruang

terbuka berfungsi menjadi daerah interaksi antar individu yang sangat penting bahkan

dibutuhkan.

2.3.2. Pendekatan Kebutuhan RTH berdasarkan Fungsinya

Pendekatan ini didasarkan pada bentuk-bentuk fungsi yang dapat diberikan

oleh RTH terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan atau dalam upaya

mempertahankan kualitas yang baik yaitu:

a. Pencegahan Banjir

Banjir terjadi antara lain disebabkan terlalu banyaknya volume air yang

mengalir dipermukaan bumi sehingga tidak terserap oleh saluran-saluran (baik alami

maupun buatan) yang ada. Tidak heran fenomena banjir banyak menimpa daerah

urban perkotaan. Daerah urban memiliki karakteristik yang khas, dimana lebih dari

30% permukaannya merupakan permukaan kedap air (atap bangunan, jalan,

jembatan, perkerasan dan lainnya). RTH sedikit banyak dapat mengatasi masalah

limpasan air hujan. Hal ini disebabkan tanah yang tertutup tanaman memiliki rongga-

rongga tanah atau jalur-jalur yang lebar sehingga air mudah masuk (Thohir, 1991).

Universitas Sumatera Utara


32

Seiring dengan hujan deras terjadi, saluran drainase dan kemudian sungai

mendapatkan beban air limpasan yang terlampau tinggi melampaui ambang

kapasitasnya. Debit air pada drainase/sungai dipengaruhi oleh 3 komponen utama

yaitu intensitas hujan, keadaan permukaan tanah, dan luas daerah pengaliran:

Q=C.I.A

Dimana:

Q = Debit Puncak

C = Koefisien Pengaliran

I = Intensitas Hujan

A = Luas Daerah Pengaliran

C dapat diatur dan dikurangi besarnya melalui pengelolaan permukaan tanah

diantaranya dengan penyediaan RTH. Air hujan dapat dibantu untuk menyerap ke

dalam tanah sebelum mencapai saluran drainase dan sungai.

Tabel 2.1. Jenis Permukaan dan Besaran Koefisien Pengaliran

No. Jenis Permukaan Nilai Koefisien “C”


1. Ekosistem Hutan 0,3
2. Padang Rumput 0,3
3. Taman dan Daerah Berumput 0,4
4. Padang Rumput Berbukit 0,42
5. Lahan datar Bertanaman 0,5
6. Kerikil 0,7
7. Atap Banguna 0,95
8. Beton dan Aspal 0,95
Sumber: Todd, 1995

b. Pengedalian Gas Berbahaya dari Kendaraan Bermotor

Universitas Sumatera Utara


33

Gas-gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor sebagai gas buangan

bersifat menurunkan kesehatan manusia (dan makhluk hidup lainnya). Terutama yang

berbahaya sekali dari golongan NOx, CO, SO2. Diharapkan RTH mampu

mengendalikan keganasan gas-gas berbahaya tersebut, meskipun RTH sendiri dapat

menjadi sasaran kerusakan oleh gas tersebut. Oleh karena itu pendekatan yang

dilakukan adalah mengadakan dan mengatur susunan RTH dengan komponen

vegetasi di dalamnya yang mampu menjerat maupun menyerap gas-gas berbahaya.

Penelitian yang telah dilakukan di Indonesia (Dr. Nizar Nasrullah) telah menunjukkan

keragaman kemampuan berbagai jenis pohon dan tanaman merambat dalam

kaitannya dengan kemampuan untuk menjerat dan menyerap gas-gas berbahaya

tersebut. Perkiraan kebutuhan akan jenis vegetasi sesuai dengan maksud ini

tergantung pada jenis dan jumlah kendaraan, serta susunan jenis dan jumlahnya.

Sifat dan vegetasi di dalam RTH yang diunggulkan adalah kemampuannya

melakukan aktifitas fotosintesis, yaitu proses metabolisme di dalam vegetasi dengan

menyerap gas CO2, lalu membentuk gas oksigen. CO2 adalah jenis gas buangan

kendaraan bermotor yang berbahaya lainnya, sedangkan gas oksigen adalah gas yang

diperlukan bagi kegiatan pernafasan manusia. Dengan demikian RTH selain mampu

mengatasi gas berbahaya dari kendaraan bermotor, sekaligus menambah suplai

oksigen yang diperlukan manusia. Besarnya kebutuhan RTH dalam mengendalikan

gas karbondioksida ini ditentukan berdasarkan target minmal yang dapat

dilakukannya untuk mengatasi gas karbon dioksida ini ditentukan berdasarkan target

minimal yang dapat dilakukannya untuk mengatasi gas karbondioksida dari sejumlah

Universitas Sumatera Utara


34

kendaraan dari berbagai jenis kendaraan di kawasan perkotaan tertentu (Hakim,

2000).

Disisi lain RTH juga dapat menurunkan kadar kandungan debu diudara.

Berdasarkan studi intensif yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa RTH seluas

10 Ha dapat menurunkan kadar kandungan debu diudara dari 7000 partikel/l menjadi

hanya 4000 partikel/l (Martana S.P, 2003).

c. Pengamanan lingkungan hidrologis

Dengan semakin tingginya kemampuan vegetasi dalam meningkatkan

ketersediaan tanah, maka secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya intrusi air

laut ke dalam sistem hidrologis yang ada. Intrusi dapat menyebabkan kerugian berupa

penurunan kualitas air minum, dan terjadinya korosi/penggaraman pada benda-benda

tertentu (Hakim, 2000).

d. Pengendalian Suhu Udara Perkotaan

Dengan kemampuan untuk melakukan kegiatan evapo-transpirasi, maka

vegetasi dalam RTH dapat menurunkan tingkat suhu udara perkotaan. Dalam skala

yang lebih luas lagi, RTH menunjukkan kemampuannya untuk mengatasi

permasalahan ‘heat island’ atau ‘pulau panas’ yaitu gejala meningkatnya suhu udara

di pusat-pusat perkotaan dibandingkan dengan kawasan di sekitarnya (Hakim, 2000).

Menurut pakar tata lingkungan Prof. Eko Budiharjo (1997) keberadaan RTH

seluas 30 Ha yang dipenuhi oleh pepohonan dapat mengurangi suhu lingkungan

sebesar 2,5ºC. Sementara itu Heinz Frick (2002) bahkan mengemukakan lahan

Universitas Sumatera Utara


35

dengan tanam-tanaman seluas 1 Ha dapat memberikan efek penurunan suhu hingga

4ºC.

Diketahui bersama bahwa bahwa manusia hidup nyaman dengan suhu

berkisar 10 ºC-27 ºC dengan kelembaban 40%-75% (Laurie, 1994). Untuk suhu kerja

lebih terbatas lagi yaitu 18 ºC-25 ºC. Dengan dampak adanya pemanasan global

akhir-akhir ini yang mengakibatkan suhu di kota-kota besar di Indonesia naik

mencapai 37 ºC dengan kelembapan 98% dapat disimpulkan bahwa akumulasi RTH

yang tinggi dapat berperan secara signifikan dalam pengontrolan suhu

lingkunganyang nyaman bagi penghuni.

e. Pengendali Thermoscape di Kawasan Perkotaan

Keadaan panas suatu lansekap (thermoscape) dapat dijadikan sebagai suatu

model untuk perhitungan kebutuhan RTH. Kondisi Thermoscape ini tergantung pada

komposisi dan komponen-komponen penyusunnya. Komponen vegetasi merupakan

komponen yang menunjukkan struktur panas yang rendah, sedangkan bangunan

permukiman, paving dan konstruksi bangunan lainnya merupakan komponen dengan

struktur panas yang tinggi. Perimbangan antara komponen-komponen dengan struktur

panas rendah dan tinggi tersebut akan menentukan kualitas kenyamanan yang yang

dirasakan oleh manusia. Guna mencapai keadaan yang diinginkan oleh manusia maka

komponen-komponen dengan struktur panas yang rendah (vegetasi dan RTH)

merupakan kunci utama pengendali kualitas thermoscape yang diharapkan. Keadaan

struktur panas komponen dalam suatu keadaan thermoscape ini dapat diukur dengan

mempergunakan kamera infra merah (Hakim, 2000).

Universitas Sumatera Utara


36

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa suhu di atas permukaan

rumput bisa mencapai 5ºC lebih rendah dibandingkan suhu udara yang

diperkerasbeton, sementara Todd (1995) menyebutkan perbedaan suhu 8ºC antara

permukaan tanah terbuka dengan permukaan tanah berumput.

f. Pengendali Bahaya-Bahaya Lingkungan

Fungsi RTH dalam mengendalikan bahaya lingkungan terutama difokuskan

pada dua aspek penting: pencegahan bahaya kebakaran dikarenakan vegetasi

mengandung air yang menghambat sulutan api dari sekitarnya. Perlindungan dari

keadaan darurat berupa gempa bumi, RTH merupakan tempat yang aman dari bahaya

runtuhan oleh struktur bangunan. Dengan demikian RTH perlu diadakan dan

dibangun ditempat-tempat strategis ditengah-tengah lingkungan permukiman.

Tabel 2.2. Pemanfaatan Pohon dan RTH pada Perbaikan Kualitas Lingkungan

No. Uraian Pohon Berumur 100 RTH, 1 Ha


Tahun
1. Produksi Oksigen 1,7 kg/jam 600 kg/hari
2. Penerimaan Karbondioksida 2,35 kg/jam 900 kg/hari
3. Zat Arang yang Terikat 6 ton -
4. Penyaringan Debu - Hingga 85%
5. Penguapan Air 500 l/hari -
6. Penurunan Suhu - 4ºC
Sumber: Frick & Setiawan, 2002

g. Fungsi Ekstrinsik lainnya

Keberadaan RTH selain berfungsi secara ekologis (intrinsik) juga berfungsi

ekstrinsik seperti fungsi pengembangan sosial budaya dimana RTH dapat berfungsi

Universitas Sumatera Utara


37

sebagai tempat bersosialisasi, berkumpul diluar rumah untuk bermain atau berolah

raga, fungsi relaksasi sekaligus dapat berfungsi rekreasi. Kemudian RTH Fungsi

Arsitektural yaitu menambah keindahan kota dan lingkungan. Sedangkan fungsi yang

tak kalah penting adalah RTH budidaya dimana secara ekonomi dapat menghasilkan

buah atau kayu yang dapat dikembangkan secara ekonomi.

2.4 Konsep Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan

2.4.1 Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan) adalah sebagai berikut:

1. RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat

Gambar 2.1. Contoh RTH Publik

Universitas Sumatera Utara


38

Gambar 2.2. Contoh RTH Privat

Tabel 2.3. Kepemilikan RTH


No. Jenis RTH RTH
Publik Privat
1. RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal V
b. Halaman Perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha V
c. Taman atap bangunan V
2. RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT V V
b. Taman RW V V
c. Taman Kelurahan V V
d. Taman Kecamatan V V
e. Taman Kota V
f. Hutan Kota V
g. Sabuk Hijau (Green Belt) V
3. RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan median jalan V V
b. Jalur pejalan kaki V V
c. Ruang dibawah jalan laying V
4. RTH Fungsi tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api V
b. Jalur hijau jaringan listrik V
c. RTH sempadan sungai V
d. RTH sempadan pantai V
e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air V
f. Pemakaman V
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

2. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri

dari 20% RTH Publik dan 10% terdiri dari RTH privat;

Universitas Sumatera Utara


39

3. Apabiila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah

memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,

maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan

sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistim ekologis lain yang

dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta

sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas

wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan

secara tipikal.

2.4.2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan

dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH

per kapita sesuai peraturan yang berlaku.

2.4.3. Penyediaan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan,

sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman

pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya

tidak terganggu.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 2.4. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

No Unit Tipe RTH Luas Luas Lokasi


Lingkungan minimal/unit minimal/
(m²) Kapita
(m²)
1 250 jiwa Taman RT 250 1,0 Ditengah
lingkungan RT
2 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5 Dipusat kegiatan
RW
3 30.00 iwa Taman 9000 0,3 Dikelompokkan
kelurahan degan
sekolah/atau
pusat kelurahan
4 120.000 jiwa Taman 24.000 0,2 Dikelompokkan
kecamatan dengan
sekolah/pusat
kecamatan
Pemakaman Disesuaikan (disesuaik Tersebar
an)
5 Taman kota 144.000 0,3 Di pusat
wilayah/kota
Hutan kota Disesuaikan 4,0 Di
480.000 jiwa dalam/kawasan
pinggiran
Untuk fungsi- Diseseuaikan 12,5 Disesuaikan
fungsi tertentu dengan kebutuhan
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau

jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH

sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air

baku/mata air.

Universitas Sumatera Utara


41

2.5. Arahan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau

2.5.1. Pada Bangunan/Perumahan

RTH disini meliputi RTH pekarangan, RTH halaman perkantoran, pertokoan,

dan tempat usaha, RTH dalam bentuk tanaman atau bangunan (roof garden).

A. RTH Pekarangan

Pekarangan adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai

aktivitas. Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar banguann

(KDB) di kawasan perkotaan, seperti tertuang di dalam PERDA mengenai RTRW di

masing–masing kota. Untuk memudahkan dalam pengklasifikasian pekarangan maka

ditentukan kategori pekarangan sebagai:

1. Pekarangan Rumah Besar

Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah besar adalah sebagai

berikut:

1) Kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luas lahan di atas 500

m2;

2) Ruang terbuka hijau minumum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi

luas dasar banguanan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;

3) Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3(tiga) pohon pelindung

ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.

Universitas Sumatera Utara


42

2. Pekarangan Rumah Sedang

Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah sedang adalah sebagai

berikut:

1) Kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luas lahan antara 200

m2 sampai dengan 500m2;

2) Ruang Terbuka Hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi

luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;

3) Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua) pohon pelindung

ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau

rumput.

3. Pekarangan Rumah Kecil

Ketentuan Penyediaan RTH untuk pekarangan rumah kecil adalah sebagai

berikut:

1) Kategori yang termasuk rumah kecil adalah rumah dengan luas lahan dibawah

200 m2;

2) RTH minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas dasar

bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;

3) Jumlah pohon pellindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon

pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan

atau rumput.

Universitas Sumatera Utara


43

Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang sempit, tidak

menutupi kemungkinan untuk mewujudkan RTH melalui penanaman dengan

menggunakan pot atau media tanam lainnya.

B. RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan dan Tempat Usaha

RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha umumnya berupa

jalur trotoar dan area parkir terbuka. Penyediaan RTH pada kawasan ini adalah

sebagai berikut:

1) Tingkat KDB 70% - 90% perlu menambahkan tanaman dalam pot;

2) Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB di atas 70%, memiliki

minimal 2 (dua) pohon kecil atau sedang yang ditanam pada lahan atau pada pot

berdiameter di atas 60 cm;

3) Persyaratan penanaman pohon pada perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha

dengan KDB dibawah 70%, berlaku seperti pada persyaratan pada RTH

pekarangan rumah, dan ditanam pada area di luar KDB yang telah ditentukan.

C. RTH Dalam Bentuk Tanaman atau Bangunan (Roof Garden)

Pada kondisi luas lahan terbuka terbatas, maka RTH dapat memanfaatkan

ruang terbuka non hijau, seperti atap gedung, teras rumah, teras–teras bangunan

bertingkat disamping bangunan, dan lain–lain dengan memakai media tambahan,

seperti pot dengan berbagai ukuran sesuai lahan yang tersedia.

Lahan dengan KDB di atas 90% seperti pada kawasan pertokoan di pusat

kota, atau pada kawasan–kawasan dengan kepadatan tinggi dengan lahan yang sangat

terbatas, RTH dapat disediakan pada atap bangunan. Untuk itu bangunan harus

Universitas Sumatera Utara


44

memiliki struktur atap yang secara teknis memungkinkan. Aspek yang harus

diperhatikan dalam pembuatan tanaman atap bangunan adalah:

1) Struktur Bangunan;

2) Lapisan kedap air (water proofing);

3) Sistem utilitas bangunan;

4) Media tanaman;

5) Pemilihan material;

6) Aspek keselamatan dan keamanan;

7) Aspek pemeliharaan

Tanaman untuk RTH dalam bentuk taman atap bangunan adalah tanaman

yang tidak terlalu besar, dengan perakaran yang mampu tumbuh dengan baik pada

media tanam yang terbatas, tahan terhadap hembusan angin serta relatif tidak

memerlukan banyak air.

2.5.2. Lingkungan/Pemukiman

A. RTH Taman Rukun Tetangga

Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani

penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya untuk melayani kegiatan sosial

dilingkungan RT tersebut. Luas tanaman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT

dengan luas minimal 250 m2. Lokasi tanaman berada pada radius kurang dari 300 m

dari rumah – rumah penduduk yang dilayani.

Universitas Sumatera Utara


45

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80%

dari luas tanaman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman, juga

terdapat minimal 3 (tiga) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

B. RTH Taman Rukun Warga

RTH taman rukun warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk tanaman yang

ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan

olah raga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut.

Luas tanaman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal 1250 m2.

Lokasi tanaman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah–rumah penduduk

yang dilayaninya.

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 79% - 80%

dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat

melakukan berbagai aktifitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai

tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari

jenis pohon kecil atau sedang.

C. RTH Kelurahan

RTH kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk

melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal 0,30 m2 per penduduk

kelurahan, dengan luas minimal taman 9000 m². Lokasi taman berada pada wilayah

kelurahan yang bersangkutan.

Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90%

dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat

Universitas Sumatera Utara


46

melakukan berbagai aktifitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai

tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 25 (dua puluh lima) pohon

pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

D. RTH Kecamatan

RTH kecamatan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk

melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk

kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000 m2. Lokasi taman berada pada

wilayah kecamatan yang bersangkutan.

Luas area yang ditanamai tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90%

dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat

melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai

tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung

dari jenis pohon kecil atau sedang untuk taman aktif dan minimal 100 (seratus) pohon

tahunan dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

2.5.3. Kota/Perkotaan

A. Taman Kota

RTH taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu

kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk

dengan standar minimal 0,3 m². Taman ini dapat berbentuk sebagi RTH (lapangan

hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah

raga dengan minimal RTH 80%-90% semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum.

Universitas Sumatera Utara


47

Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam

secara berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro

atau sebagai pembatas antar kegiatan.

B. Hutan Kota

Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga lingkungan kota

yang berfungsi untuk:

a. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;

b. Meresapkan air;

c. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota;

d. Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.

Hutan kota dapat berbentuk:

a. Bergerombol atau menumpuk: hutan kota dengan komunitas vegetasi

terkonsentrasi pada suatu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon

dengan jarak tanam rapat tidak beraturan;

b. Menyebar: hutan kota yang tidak mempunyai pola berbentuk tertentu, dengan

luas minimal 2500 m². Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar

dalam bentuk rumpun atau gerombol-grombol kecil;

c. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90%-100% dari luas hutan

kota;

d. Berbentuk jalur: hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan

sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar minimal hutan kota

berbentuk jalur adalah 30 m.

Universitas Sumatera Utara


48

Struktur Hutan Kota dapat terdiri dari:

a. Hutan kota bersastra dua, yaitu hanya memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan

pepohonan dan rumput;

b. Hutan kota bersastra banyak, yaitu memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan selain

terdiri dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak dan penutup tanah

dengan jarak tanam tidak beraturan.

Luas ruang hijau yang diisi dengan berbagai jenis vegetasi tahunan minimal

seluas 90% dari luas total hutan kota.

Dalam kaitan kebutuhan air penduduk kota maka luas hutan kota sebagai

produsen air dapat dihitung dengan rumus (Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008

tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan: 15):

La = Pø.k ( 1 + R – C ) t – PAM - Pa
z

Dengan:

La : adalah luas hutan kota yang harus dibangun


Pø : adalah jumlah penduduk
K : adalah konsumsi air/kapita (It/hari)
R : adalah laju peningkatan pemakaian air
C : adalah faktor pengendali
PAM : adalah kapasitas suplai air perusahaan
t : adalah tahun
Pa : adalah potensi air tanah

Z : adalah kemampuan hutan kota dalam menyimpan air

Universitas Sumatera Utara


49

Hutan kota dalam bagian sebagai produsen oksigen dapat dihitung dengan

metode Gerakis (1974), yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988), sebagai berikut :

Pt + Kt + Tt
Lt = ———————m²
(54)(0,9375)(2)

Dengan:
Lt : adalalah luas Hutan Kota pada tahun ke t (m²)
Pt : adalalah jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk tahun ke t
Kt : adalalah jumlah kebutuhan oksigen bagi kenderaan bermotor pada
tahun ke
Tt : adalalah jumlah kebutuhan oksigen bagi ternak pada tahun ke t
54 : adalalah tetapan yang menunjukkan bahwa 1 m² luas lahan
menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari.
0,9375 : adalah tetapan yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering
tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram
2 : adalah jumlah musim di Indonesia

C. Sabuk Hijau

Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan

untuk membatasi Perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah

kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas yang lainnya

agar tidak saling menggangu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya.

Sabuk hijau dapat berbentuk:

1. RTH yang memanjang mengikuti batas-batas area atau penggunaan lahan

tertentu, dipenuhi pepohonan, sehingga berperan sebagai pembatas atau pemisah;

Universitas Sumatera Utara


50

2. Hutan kota;

3. Kebun campuran, perkebunan, persawahan, yang telah ada sebelumnya (existing)

dan melalui peraturan yang berketetapan hukum, dipertahankan keberadaannya.

Fungsi lingkungan sabuk hijau:

1. Peredam kebisingan

2. Mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari;

3. Penepis cahaya silau;

4. Mengatasi penggenangan; daerah rendah dengan drainase yang kurang baik sering

tergenang air hujan yang dapat mengganggu aktivitas kota serta menjadi sarang

nyamuk.

5. Penahanan angin; untuk membangun sabuk hijau yang berfungsi penahanan angin

perlu diperhitungkan beberapa faktor yang meliputi panjang jalur, lebar jalur.

6. Mengatasi intrusi air laut; RTH hijau di dalam kota akan meningkatkan resapan

air, sehingga akan meningkatkan jumlah air tanah yang akan menahan

perembesan air laut ke daratan.

7. Penyerap dan penepis bau;

8. Mengamankan pantai dan membentuk daratan;

9. Mengatasi penggurunan.

D. RTH Jalur Hijau

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman

antara 20-30% dan ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk

menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi

Universitas Sumatera Utara


51

tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan tanaman khas daerah setempat,

yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.

Pulau Jalan Median Jalan

Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti

pada persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah

yang membagi jalan menjadi dua jalur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat

berupa tanaman atau non tanaman. Dalam pedoman ini dibahas pulau jalan dan

median yang terbentuk taman/RTH.

1. Pada jalur tanaman tepi jalan berfungsi:

a. Peneduh

b. Penyerap polusi udara

c. Peredam kebisingan

d. Pemecah Angin

e. Pembatas pandangan

2. Pada median berfungsi: Penahan silau lampu kendaraan

3. Pada persimpangan jalan

Beberapa hal penting yang perlu dipetimbangkan dalam penyelesaian

lansekap jalan pada persimpangan, antara lain:

1) Daerah bebas pandang di mulut persimpangan

Pada mulut persimpangan diperlukan daerah terbuka agar tidak menghalangi

pandangan pada pemakaian jalan. Untuk daerah bebas pandang ini ada ketentuan

Universitas Sumatera Utara


52

mengenai letak tanaman yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan

bentuk persimpangannya.

Tabel 2.5. Kriteria Pemeliharaan Tanaman pada Persimpangan Jalan

Bentuk Letak Tanaman Jarak dan Jenis Tanaman


Persimpangan Kecepatn 40 Kecepatan 60
Km/jam Km/Jam
1). Persimpangan kaki Pada ujung 20 m tanaman 40 m tanaman rendah
empat tegak lurus persimpangan rendah
tanpa kanal
Mendekati 80 m tanaman 100 m tanaman tinggi
persimpangan tinggi

2). Persimpangan Pada ujung 30 m tanaman 50 m tanaman rendah


kaki empat tidak persimpangan rendah
tegak lurus 80 m tanaman 80 m tanaman tinggi
tinggi
Sumber: Spesifikasi Perencanaan Lansekap Jalan pada PersimpanganNo.02/T/BNKT/1992

Catatan: 1. Tanaman rendah, berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian < 0,8 m
2. Tanaman tinggi, berbentuk pohon dengan percabangan di atas 2 m.

2) Pemilihan jenis tanaman pada persimpangan

Penataan lansekap pada persimpangan akan merupakan ciri dari persimpangan

itu atau lokasi setempat. Penempatan dan pemilihan tanaman dan ornamen hiasan

harus disesuaikan dengan ketentuan geometrik persimpangan jalan dan harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanami tanaman yang menghalangi

pandangan pengemudi. Sebaiknya digunakan tanaman rendah berbentuk

tanaman perdu dengan ketinggian <0,80 m, dan jenisnya merupakan berbunga

atau berstruktur indah.

Universitas Sumatera Utara


53

b) bila pada persimpangan terdapat pulau lalu lintas atau kanal yang dimungkinkan

untuk ditanami, sebaiknya digunakan tanaman perdu rendah dengan

pertimbangan agar tidak mengganggu penyeberangan jalan dan tidak

menghalangi pandangan pengemudi kendaraan.

c) Penggunaan tanaman tinggi berbentuk tanaman pohon sebagai tanaman

pengarah, misalnya:

1) Tanaman berbatang tunggal seperti jenis palem

2) Tanaman pohon bercabaang >2 m

E. RTH Ruang Pejalan Kaki

Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-

kanan jalan atau di dalam taman. Ruang pejalan kaki yang dilengkapi dengan RTH

harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Kenyamanan, adalah cara mengukur kualitas fungsional yang ditawarkan oleh

sistem pedestrian yaitu: Orientasi, berupa tanda visual (landmark, marka jalan)

pada lansekap untuk membantu dalam menemukan jalan pada lingkungan yang

lebih besar;

2. Kemudahan berpindah dari satu arah ke arah lainnya yang dipengaruhi oleh

kepadatan pedestrian, kehadiran penghambat fisik, kondisi permukaan jalan dan

kondisi iklim. Jalur perjalanan kaki harus aksesibel untuk semua orang termasuk

penyandang cacat.

Universitas Sumatera Utara


54

1) Karakter fisik, meliputi:

1. Kriteria dimensional, disesuaikan dengan kondisi dan budaya setempat,

warisan dan nilai yang dianut terhadap lingkungan;

2. Kriteria pergerakan, jarak rata-rata orang berjalan di setiap tempat

umumnya berbeda dipengaruhi oleh tujuan perjalanan, kondisi cuaca,

kebiasaan dan budaya. Pada umumnya orang tidak mau berjalan lebih

dari 400 m.

2) Pedoman teknis lebih rinci untuk jalur pejalan kaki dapat mengacu pada

kepmen PU No.468/KPTS/1998 tanggal 1 Desember 1998, tentang

persyaratan Teknis Aksesiblitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan dan

Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki.

F. Ruang Terbuka Hijau di Bawah Jalan Layang

Penyediaan RTH di bawah jalan layang dalam rangka area resapan air supaya:

a) Area di bawah tertata rapi, asri, dan indah;

b) Menghindari kekumuhan dan lokasi tuna wisma;

c) Menghindari permukiman liar;

d) Menutupi bagia-bagian struktur jalan yang tidak menarik;

e) Memperlembut bagian/struktur bangunan yang berkesan kaku;

Pemilihan tanaman seyogianya dari jenis yang tahan ternaungi sepanjang

waktu dan relatif tahan kekurangan air, serta berukuran tidak terlalu besar,

mengingat keterbatasan tempat.

Universitas Sumatera Utara


55

G. RTH Fungsi Ruang Tertentu

RTH fungsi tertentu adalah jalur hijau antara lain RTH sempadan rel kereta

api, RTH jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan

pantai, RTH danau, RTH pengamanan sumber air baku/mata air dan RTH

pemakaman.

G.1 Jalur Hijau (RTH) Sempadan Rel kereta Api

Penyediaan RTH pada garis sempadan jalan rel kereta api merupakan RTH

yang memiliki fungsi utama untuk membatasi interaksi antara kegiatan masyarakat

dengan jalan rel kereta api. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dengan tegas

menentukan lebar garis sempadan jalan kereta api di kawasan perkotaan.

Tabel 2.6. Lebar Garis Sempadan Rel Kereta Api


Jalan Rel Kereta Api terletak di: Obyek Tanaman Obyek Bangunan
a. Jalan rel kereta api lurus >11 m >20
b. Jalan rel kereta api
belokan/lengkungan
- Lengkung dalam >23 >23
- Lengkung luar >11 m >11 m
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Kriteria garis sempadan jalan kereta api yang dapat digunakan untuk RTH

adalah sebagai berikut:

a) Garis sempadan jalan rel kereta api adalah ditetapkan dari as jalan rel terdekat

apabila jalan rel kereta api itu lurus;

b) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di tanah timbunan diukur dari

kaki tanggul;

Universitas Sumatera Utara


56

c) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di dalam galian diukur dari atas

puncak galian tanah atau atas serongan;

d) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak pada tanah datar diukur dari as

jalan rel kereta api;

e) Garis sempadan jalan rel kereta api pada belokan adalah lebih dari 23 m diukur

dari lengkungan dalam sampai as jalan. Dalam peralihan jalan lurus ke jalan

lengkung diluar as jalan lurus ada jalur tanah yang bebas, yang secara berangsur-

angsur melebar tersebut dimulai dalam jarak 20 m di muka lengkungan untuk

selanjutnya menyempit lagi sampai jarak lebih dari 11 m;

f) Garis sempadan jalan rel kereta api sebagaimana dimaksud pada butir 1) tidak

berlaku apabila jalan rel kereta api terletak di tanah galian yang dalamnya 3,5 m;

g) Garis sempadan jalan perlintasan sebidang antara jalan rel kereta api dengan

jalan raya adalah 30 m dari as rel kereta api pada titik perpotangan as jalan rel

kereta api dengan as jalan raya dan secara berangsur-angsur menuju pada jarak

lebih dari 11 m dari as jalan rel kereta api pada titik 600 m dari titik perpotongan

as jalan kereta api dengab as jalan raya.

G.2. Jalur Hijau (RTH) Pada Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

Ketentuan lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat digunakan

sebagai RTH adalah sebagai berikut :

a) Garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 m yang ditetapkan dari titik

tengah jaringan tenaga listrik;

b) Ketentuan karakter babas minimum antara penghantar SUTT dan benda.

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 2.7. Jarak Bebas Minimum SUTT dan SUTET

No Lokasi SUTT SUTT SUTET SUTM SUTR S. K. S.K


66 KV SKTM SKRT

1. Bangunan beton 20 m 20 m 2,5 m 1,5 m 1,5 m


0,5 m 0,3 m
2. Pompa bensin 20 m 20 m 2,5 m 1,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
3. Penimbunan b. bakar 50 m 20 m 2,5 m 1,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
4. Pagar 3m 20 m 2,5 m 1,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
5. Lapangan terbuka 6,5 m 20 m 2,5 m 1,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
6. Jalan raya 8m 20 m 2,5 m 1,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
7. Pepohonan 3,5 m 20 m 2,5 m 1,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
8. Bangunan tahan api 3,5m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m
9. Rel kereta api 8m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m
10. Jembatan besi/tangga 3m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m
besi/kereta listrik
11. Dari titik tertinggi tiang 3m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m
kapal
12. Lapangan olah raga 2,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m
13. SUTT lainnya, 3 m 2m 20 m 20 m 20 m 20 m 20 m
telekomunikasi, tv

Sumber : Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008TENTANG Penyediaan dan Pemanfaaan Ruang


terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Keterangan:
SUTR = Saluran Udara Tegangan Rendah
SUTM = Saluran Udara Tegangan Menengah
SUTT = Saluran Udara Tegangan Tinggi
SUTET = Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
SKTR = Saluran Kabel Tegangan Rendah
SKTM = Saluran Kabel Tegangan Menengah

G.3 RTH Sempadan Sungai

RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan

kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari

berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya.

Sesuai peraturan yang ada, sungai di perkotaan terdiri dari bertanggul dan

sungai tidak bertanggul.

Universitas Sumatera Utara


58

a) Sungai bertanggul:

1) . Garis Sempadan Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan

sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

2) . Garis Sempadan Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan

sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

3) . Dengan pertimbangan untuk meningkatkan fungsinya, tanggul dapat

diperkuat, diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya Garis

Sempadan Sungai;

4) . Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang diperlukan

untuk tapak tanggul baru sebagai akibat dilaksanakannya ketentuan

sebagaimana dimaksud pada butir 1) harus dibebaskan.

b) Sungai tidak bertanggul

1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan

ditetapkan sebagai berikut:

a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebin dari 3 m, garis

sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai

pada waktu ditetapkan;

b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m, garis sempadan

ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungi pada

waktu yang ditetapkan;

Universitas Sumatera Utara


59

c. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan

ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada

waktu yang ditetapkan.

2) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaaan

ditetapkan sebagai berikut:

a. Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

seluas 500 m2 atau lebih, penetapan garis sempadannya sekurang-

kurangnya 100 m;

b. Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

kurang dari 500 m2, penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya

50 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

3) Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan 2) diukur ruas per

ruas dari tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran

sungai pada ruas yang bersangkutan;

4) Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan

adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan kostruksi dan

penggunaan harus menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta

bangunan sungai;

5) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1) tidak terpenuhi,

maka segala perbaikan atas kerusakan yang timbul pada sungai dan

bangunan sungai menjadi tanggungjawab pengelola jalan.

Universitas Sumatera Utara


60

G.4 RTH Sempadan Pantai

RTH sempadan pantai memiliki fungsi utama sebagai pembatas pertumbuhan

permukiman atau aktivitas lainnya agar tidak mengganggu kelestarian pantai. RTH

sempadan pantai merupakan area pengaman pantai dari kerusakan atau bencana yang

ditimbulkan oleh gelombang laut seperti intrusi air laut, erosi, abrasi, tiupan angin

kencang dan gelombang tsunami. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari

batas air pasang tertinggi ke arah darat. Luas area yang ditanami tanaman (ruang

hijau) seluas 90%-100%.

Fasilitas dan kegiatan yang diijinkan harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a) Tidak bertentangan dengan Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang pengolahan

Kawasan Lindung;

b) Tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian ekosistem pantai, termasuk

gangguan terhadap kualitas visual;

c) Pola tanam vegetasi bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi, erosi,

melindungi dari ancaman gelombang pasang, wildife habitat dan merendam

angin kencang;

d) Pemilihan vegetasi mengutamakan vegetasi yang berasal dari daerah setempat.

Formasi hutan mangrove sangat baik sebagai peredam ombak dan dapat atau

membantu proses pengendapan lumpur. Beberapa jenis tumbuhan di ekosistem

mangrove antara lain: Avicenia spp, Sonneratia spp, Rhizophora spp, Bruguiera spp,

Excoecaria spp, Xylocarpus spp, Aegiceras sp, dan Nypa sp.

Universitas Sumatera Utara


61

Khusus untuk RTH sempadan pantai yang telah mengalami intrusi air laut

atau merupakan daerah payau dan asin, pemilihan vegetasi diutamakan dari daerah

setempat yang telah mengalami penyesuaian dengan kondisi tersebut. Asam landi

(Pichelebium dulce) dan Mahoni (Switenia mahogoni) relatif lebih tahan jika

dibandingkan Kesumba, Tanjung, Kiputri, Angsana, Trengguli, dan Kuku.

G.5 RTH Sumber Air Baku/Mata Air

RTH sumber air meliputi sungai, danau/waduk, dan mata air. Untuk danau

dan waduk, RTH terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurang-kurangnya

50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Untuk mata air, RTH terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurang-

kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air.

G.6 RTH Pemakaman

Berdasarkan standar teknis RTH Pemakaman dijelaskan bahwa untuk

kegiatan pemakaman adalah setiap jumlah penduduk pendukung 120.000 jiwa.

Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki

fungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah juga memiliki fungsi ekologis yaitu

sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta

iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti

beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.

Universitas Sumatera Utara


62

Gambar 2.3. Contoh Taman Pemakaman Umum

Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman

adalah sebagai berikut:

a) Ukuran makam 1 m x 2 m;

b) Jarak antara makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;

c) Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/pekerasan;

d) Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok

disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;

e) Batas akar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan

pohon perlindungan disalah satu sisinya;

f) Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar

buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;

g) Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70%

dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang

hijaunya.

Universitas Sumatera Utara


63

Pemilihan vegetasi di pemakaman sebagai peneduh juga untuk meningkatkan

peran ekologis pemakaman termasuk habitat burung serta keindahan.

2.6. Syarat Lokasi Pemakaman menurut PP Nomor 9 Tahun 1987

Alokasi pemanfaatan ruang pemakaman didasarkan atas pertimbangan

karakteristik dan potensi pengembangan lahan serta rencana struktur tata ruang kota.

Pemanfaatan lahan pemakaman dilakukan secara optimal agar dapat menjaga

keseimbangan lingkungan alam sebagai ruang terbuka hijau. Karakteristik wilayah

perencanaan dengan kondisi topografi dan ketinggian lahan yang sejenis dimana

kontur hanya bervariasi dari 0-3 meter dengan kemiringan lahan sampai 3 %

membutuhkan arahan atau kriteria sebagai pedoman pemanfaatan ruang dan kriteria

yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1987

tentang penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman yaitu:

1. Pemakaman tidak boleh berlokasi di kawasan lindung yang memberikan

perlindungan dibawahnya.

2. Pemakaman sebaiknya berlokasi di kawasan budidaya yang kurang subur, karena

kawasan subur dan produktif merupakan kawasan yang lebih berpotensi bagi

perekonomian kota dibandingkan pemakaman yang tidak bernilai

ekonomis/produktif.

3. Pemakaman tidak boleh berlokasi di kawasan permukiman padat, mengingat

kawasan permukiman padat cendrung berpotensi mendesak kawasan tidak

terbangun disekitarnya.

Universitas Sumatera Utara


64

4. Pemakaman sebaiknya berlokasi di kawasan permukiman sedang/jarang, karena

kawasan permukiman sedang merupakan kawasan yang persaingan ruangnya

masih terbatas sehingga masih memungkinkan dilakukan penataan ruang.

5. Pemakaman sebaiknya berlokasi di kawasan yang didukung oleh aksesibilitas

yang baik yaitu yang didukung oleh jaringan sistem transportasi yang memadai

karena pemakaman merupakan fasilitas yang harus dapat dicapai penduduk dari

semua penjuru kota.

2.7. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang memiliki Tema

tentang Kematian, Pemakaman, dan Ruang Terbuka Hijau adalah :

1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kematian Bayi di Kota

Medan oleh Yesi Lidya Tahun 2010

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kematian bayi di Kota Medan kurun waktu selama 20

tahun, mulai dari 1988-2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah

tenaga kesehatan (X1) dan PDRB perkapita (X2), sedangkan variabel terikatnya

adalah jumlah kematian bayi (Y).

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least

Squared (OLS), dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu

menggunakan Eviews 5,1.

Universitas Sumatera Utara


65

Berdasarkan estimasi menunjukkan bahwa, variabel tenaga kesehatan (X1) dan

PDRB perkapita (X2) mempunyai pengaruh terhadap tingkat kematian bayi

di Kota Medan dan keduanya signifikant secara statistik pada 5% dan 1%.

Mortalitas merupakan komponen demografi, selain fertilitas dan juga migrasi,

selain itu mortalitas juga dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan

pembangunan di suatu negara.

Kata kunci: Kematian bayi, PDRB perkapita, tenaga kesehatan.

2. Analisis Efisiensi dan Efektivitas terhadap Penerapan Pola Pemakaman Sistem

Tumpang pada Wilayah Jakarta Timur oleh Lutfi Arifin

Penelitian dalam tesis tersebut merupakan gambaran tentang pentingnya masalah

penyediaan lahan pemakaman di kota-kota besar khususnya Kota Jakarta, dimana

luas lahan yang ada semakin kritis akibat pertumbuhan kota dan penduduk yang

relatif sangat cepat.

Penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif dengan menggunakan data

kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah para ahli waris

pengguna petak makam di Taman Pemakaman Umum Pondok Kelapa, Pondok

Ranggon dan Penggilingan. Sedangkan sampelnya adalah 100 ahli waris yang

dipilih secara purposive sampling. Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah survey lapangan, wawancara mendalam, untuk instrumen yang

dipergunakan adalah kuesioner, catatan lapangan serta perlengkapan audio visual

yang menunjang proses pengumpulan data dan informasi.

Universitas Sumatera Utara


66

Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pertama tingkat

efisiensi dan efektifitas pola pemakaman sistem tumpang lebih tinggi

dibandingkan pola pemakaman tradisional/biasa. Kedua yaitu berdasarkan fakta

dan data pola pemakaman sistem tumpang belum optimal dilaksanakan di wilayah

Jakarta Timur.

Selanjutnya yaitu tingkat efisiensi dan efektifitas pola pemakaman sistem

tumpang hanya dapat dihasilkan untuk jangka waktu tertentu, sehingga dengan

aturan/prosedur dan tata cara pelaksanaan yang ada saat ini maka akan terdapat

batas waktu dimana pola tersebut tidak efisien dan efektif lagi.

Atas dasar kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang disampaikan yaitu

pertama sosialisasi pola pemakaman sistem tumpang kepada masyarakat perlu

ditingkatkan sehingga masyarakat lebih tahu dan mengerti yang pada akhirnya

peran serta masyarakat akan meningkat dalam mendukung penerapan pola

pemakamansistem tumpang. Kedua yaitu nilai retribusi pemakaman sistem

tumpang akan lebih meningkat. Selanjutnya yang ketiga adalah perlu dipikirkan

kembali mengenai tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka

mengantisifasi terjadinya ketidak efisien dan keefektifan pola pemakaman sistem

tumpang yang suatu saat nanti pasti terjadi.

3. Kajian Aspek Ekonomi pada Pengelolaan Tanah Pemakaman Umum (Taman

Pemakaman Umum) Kristen di Kota Medan, oleh Ronald Rezeki Tarigan (2008).

Tujuan penelitian tersebut adalah kajian ekonomi dari sudut pandang aglomerasi

dimana dapat mendorong munculnya kegiatan-kegiatan lain yang sangat potensial

Universitas Sumatera Utara


67

secara ekonomi dan membuktikan bahwa peranan Taman Pemakaman Umum

Kristen sangat potensial dalam meningkatkan Sumberdaya PAD. Lokasi

penelitian direncanakan Taman Pemakaman Umum Kristen Simalingkar B yang

dikelola oleh Pemerintah Kota Medan.

Adapun hasil yang diambil adalah konsep manajemen pemakaman yang baik

yang berpotensi secara ekonomi sehingga menjadi contoh proyek dalam

menciptakan pemakaman baru baik secara fisik maupun manajemen

pengelolaannya kedepan di Kota Medan.

2.8. Kerangka Pemikiran

Adapun Kerangka Pemikiran Kebutuhan TPU diwujudkan dalam : kerangka

pemikiran analisis kebutuhan TPU sebagai pendukung RTH

Universitas Sumatera Utara


68

Bagan Alir 1. Kontribusi Persentase Pemakaman bagi Penyediaan RTH.

Ruang Wilayah Kota

Ruang Terbangun (60%) Ruang Terbuka (40%)

Jaringan Jalan Taman Lainnya


Ruang Hunian Non Hunian (20%) Kota (tertentu)
(40%) (20%) (12,5%) 7,5%

RTH di ruang hunian RTH di ruang non


Asumsi KDB Maksimal hunian Asumsi KDB RTH ar. Jalan (Sungai, jalan, KA,
80% Maks 90% Asumsi jalur hijau 30% SUTET, Pemakaman)
RTH = 20% X 40% = RTH =10% X 20% = RTH = 30% X 20% = Asumsi 20% hijau
8% 2% 6% RTH=20%X7,5%=1,5%

RTH Privat = 10% RTH Publik = 20%

Gambar 2.4. Bagan Alir Kontribusi Persentase Pemakaman bagi Penyediaan


RTH

Universitas Sumatera Utara


69

Bagan Alir 2. Kebutuhan TPU sebagai pendukung

Perkembangan Kota

Meningkatnya Terbatasnya Lahan


Angka Kematian

yang Tidak Bertambah


Tempat Pemakaman Umum Kurangnya Tempat
yang sudah penuh Pemakaman Umum

Kebutuhan Akan
Lahan Pemakaman
Tinjauan :
- Peraturan
- Standar Analisis Kebutuhan TPU
- Literatur
- Pedoman

Jumlah Penduduk Penduduk Berdasarkan Jumlah Angka Jumlah TPU yang


saat ini dan Proyeksi Pemeluk Agama Kematian Kasar dan disediakan Pemerintah
20 Tahun Angka Harapan Hidup dan milik Masyarakat

Rencana TPU yang Alternatif 1 : Alternatif 2 : Analisis Alternatif 3 : Analisis


ada pada RTRW Analisis Kebutuhan Kebutuhan dengan Kebutuhan dengan
Kota Medan 2010- dengan Pendekatan Pendekatan Angka Pendekatan Angka
2030 Standard Pemerintah Harapan Hidup (AHH) Kematian Kasar

Jumlah TPU yang dibutuhkan saat ini hingga 20 tahun kedepan


Berdasarkan Agama, AKK Rata-rata, dan Diluar AHH dan berdasar pembagian perwilayahan dan
menentukan metode terpilih berdasarkan kekurangan dan kelebihan masing-masing

Analisis Kelayakan
Lahan

Perencanaan

Pembebasan Lahan

Pembangunan Fisik

Universitas Sumatera Utara


70

Gambar 2.5. Bagan Alir Kebutuhan


BAB IIITPU sebagai Pendukung RTH

Universitas Sumatera Utara


71

METODE PENELITIAN

3.1. Prosedur Pencarian Data


Metode pencarian data dibagi dalam dua kelompok yakni data primer dan

skunder. Data primer di dapat dari survey lapangan dan data sekunder didapat dari

instansi (Surakhmand, 1994).

A. Sumber Data:

1. Data Primer atau Survey Langsung ke Lapangan

Perolehan data pada analisis ini adalah gabungan antara Survey Primer dan

Survey Skunder. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan aparat

setempat dan masyarakat. Hasil dari survey primer dituangkan dalam bentuk

gambaran umum data kondisi eksisting yang ada di lapangan penyajiannya

didukung peta dan gambar.

2. Data Skunder

Yaitu hasil dari survey instansi yang umumnya berupa data pemakaman yang ada

baik yang dikelola oleh masyarakat maupun yang dikelola oleh instansi terkait,

sistem pengelolaan dan sistem di lapangan.

B. Teknik Observasi yang Dilakukan

Teknik Observasi yang dilakukan adalah teknik Observasi Langsung dan

Tidak Langsung meliputi:

1. Mengamati dan mencari data baik langsung (survey) maupun data instansional ke

Dinas Pertamanan dan Bappeda Kota Medan tentang kondisi Taman Pemakaman
54

Universitas Sumatera Utara


72

yang ada di Kota Medan dan Kawasan Medan Utara khususnya, meliputi jumlah,

nama, alamat dan jenis pemakaman, luasan dan kondisi kepadatan. Kondisi

sarana dan prasarana pemakaman meliputi fasilitas yang ada di pemakaman dan

jumlahnya. Penyebaran pemakaman, penggunaan lahan pemakaman, sistem

pengelolaan pemakaman dan lain-lain.

2. Mengamati dan mencari data ke instansi terkait tentang Taman Pemakaman

Umum yang dikelola Pemerintah khususnya di Dinas Pertamanan Kota Medan

meliputi jumlah, nama, alamat dan jenis pemakaman, luasan dan kondisi

kepadatan.

3. Membuat gambar objek penelitian melalui foto dan lain-lain.

3.2. Metode Analisis

I. Identifikasi RTH yang ada di Kota Medan dimana didalamnya terdapat Taman

Pemakaman Umum yang dikelola Pemko Medan serta rencana RTH Kota Medan

20 tahun ke depan dalam RTRW Kota Medan tahun 2010-2030 termasuk

kebijakan rencana Taman Pemakaman Umum Kota Medan selama 20 tahun.

II. Identifikasi secara Umum Wilayah Analisis meliputi:

1. kondisi fisik,

2. kondisi sosial

Diantaranya jumlah penduduk, jumlah penduduk berdasarkan agama jumlah

penduduk berdasarkan agama dikaji karena sistem penyediaan pemakaman yang ada

memiliki perbedaan pada tiap agama sehingga tidak bisa disatukan.

Universitas Sumatera Utara


73

III. Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk di Kawasan Analisis 20 Tahun ke


Depan

Analisis ini dilakukkan untuk mengetahui jumlah penduduk Kawasan Analisis

20 tahun ke depan dengan dibedakan pada empat 4 bentuk agama dengan

menggunakan rumus:

Metode Eksponensial (Bunga Berganda): Pn = Po ( 1+ r)n

Untuk menghitung pertumbuhan penduduk dengan menggunakan data time series

lima tahun ke belakang dihitung pertahun selama lima tahun dan untuk menghitung

proyeksi penduduk sampai 20 tahun ke depan.

IV. Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum

Analisis ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan:

1). Cara ke-I (Pertama): Menggunakan Standard dan Pedoman Pemerintah

tentang kebutuhan Taman Pemakaman Umum dari hasil jumlah penduduk

tanpa memperhitungkan angka kematian penduduk. Berdasarkan standar

teknis RTH Pemakaman dijelaskan bahwa untuk kegiatan pemakaman

setiap jumlah penduduk pendukung 120.000 dibutuhkan 1 tempat lokasi

Taman Pemakaman Umum.

2). Cara ke-II (Dua): Menganlisis kebutuhan dengan mengetahui Angka

Harapan Hidup (AHH) masyarakat Kota Medan kemudian dikurangi 20

tahun didapat jumlah proyeksi mortalitas penduduk selama 20 tahun

perjenis pemeluk agama. Angka tersebut dikalikan dengan standard luas

Universitas Sumatera Utara


74

pemakaman yaitu 4 meter ² sudah termasuk sarana prasarana seperti jalan

rinciannya adalah:

1. Ruang Hijau: 70%

Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal

70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari

luas ruang hijaunya meliputi:

2. Luas perunit pemakaman 50% dengan ukuran 1 x 2 meter yaitu 2 meter²

3. RTH: 20% diluar makam seluas 0,8 meter²

Infrastruktur dan fasilitas pendukung: 30% seluas 1,2 meter²/jiwa

Sehingga luas rata-rata untuk 1 unit

= luas unit makam + RTH diluar makam + infrastruktur dan fasilitas

pendukung

= 2 meter²/jiwa + 0,8 meter²/jiwa+ 1,2 meter²/jiwa

= 4 meter²

3). Cara ke III (Tiga) Menganalisis kebutuhan dengan memakai Mortality

Rate: Crude Death Rate (CDR = Angka Kematian Kasar).

Angka kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per

1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.

D
Rumus: CDR = x K
P
Dimana:

CDR = Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)

Universitas Sumatera Utara


75

D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu

P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu


K = Bilangan Konstan 1000

Angka Kematian Kasar dicari 4 tahun ke belakang (berdasarkan kelengkapan

data pada seluruh kecamatan di Kota Medan) kemudian dirata-ratakan. (Data Statistik

Indonesia–Kematian Umum Senin 29 November 2010). Angka ini disebut kasar

sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai resiko

kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

Setelah didapat angka kematian kasar rata-rata penduduk untuk mengetahui

luas TPU yang dibuthkan maka angka tersebut dikali jumlah penduduk tahun

proyeksi dibagi 1000 dan dikali 4 meter ²:

Luas TPU tahun n = (AKK x Penduduk Tahun n ) x4m²


1000

V. Kontribusi/persentase luasan Taman Pemakaman Umum terhadap RTH yang

diharuskan ada 20 tahun ke depan berdasarkan 3 metode analisis kebutuhan

Taman Pemakaman Umum di atas berikut analisis kekurangan dan kelebihan

masing-masing metode pendekatan. Dan menentukan metode terpilih sebagai

rekomendasi metode perhitungan Kebutuhan Tempat Pemakaman Umum

berdasarkan kelemahan dan kelebihan masing-masing metode.

VI. Mengusulkan alternative pembagian perwilayahan penempatan Taman

Pemakaman Umum dengan mempertimbangkan aksesibilitas berupa kemudahan

pencapaian, jarak, waktu dan kondisi transportasi yang ada di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


76

VII. Merealisasikan luas Taman Pemakaman Umum yang akan dibebaskan


dicari dengan 2 opsi

a. Pemerintah langsung membebaskan lahan sesuai hasil pengkajian anailis

kebutuhan dengan asumsi Pemerintah Daerah tidak dapat

mencampuri/intervensi sistem yang ada pada Taman Pemakaman Bukan

Umum (TPBU) yang dimiliki masyarakat, tanah wakap atau yayasan. Dimana

didahului dengan melakukan Studi Kelayakan Lahan (Feasibility Study);

b. Pemerintah terlebih dahulu mendata pemakaman yang ada melakukan

pengurangan dari Taman Pemakaman Umum yang dibutuhkan dikurang sisa

Taman Pemakaman Bukan Umum yang masih kosong. Hasil luasan Taman

Pemakaman Umum yang dibutuhkan tersebut kemudian dicari lokasi

lahannya dalam hal ini dipilih Kawasan Medan Utara dengan alasan wilayah

tersebut paling jauh jaraknya dari Kecamatan Medan Tuntungan. Kecamatan

Medan Tuntungan adalah kecamatan yang direncanakan Taman Pemakaman

Umum oleh Pemerintah Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


77

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan

4.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi

Secara geografis Kota Medan terletak diantara koordinat 2o 27’ sampai

dengan 2o 47’ Lintang Utara dan 98o 35’ sampai dengan 98o 44’ Bujur Timur. Secara

administratif, wilayah Kota Medan hampir keseluruhan wilayahnya berbatasan

dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Timur dan Selatan.

Sepanjang wilayah utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang merupakan

salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Adapun mengenai batas-batas wilayah

administrasi Kota Medan, dapat diuraikan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur : Kecamatan Percut, Kabupaten Deli Serdang

Luas wilayah administrasi Kota Medan adalah seluas 26.510 Ha yang terdiri

dari 21 (dua puluh satu) kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000

lingkungan. Kecamatan Medan Labuhan memiliki luas wilayah terbesar yaitu 3.667

Ha (14% dari total wilayah Kota Medan). Kecamatan Medan Belawan merupakan

daerah yang memiliki luas terbesar kedua yaitu sekitar 2.625 Ha. Sedangkan

60

Universitas Sumatera Utara


78

Kecamatan Medan Sunggal memiliki luas wilayah terkecil yaitu 298 Ha (1% dari

total luas keseluruhan).

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

Persentase
No. Kecamatan Luas (Ha)
(%)
1 Medan Tuntungan 2.068 7,80
2 Medan Johor 1.458 5,50
3 Medan Amplas 1.119 4,22
4 Medan Denai 905 3,41
5 Medan Area 552 2,08
6 Medan Kota 527 1,99
7 Medan Maimun 298 1,12
8 Medan Polonia 901 3,40
9 Medan Baru 584 2,20
10 Medan Selayang 1.281 4,83
11 Medan Sunggal 1.544 5,82
12 Medan Helvetia 1.316 4,96
13 Medan Petisah 682 2,57
14 Medan Barat 533 2,01
15 Medan Timur 776 2,93
16 Medan Perjuangan 409 1,54
17 Medan Tembung 799 3,01
18 Medan Deli 2.084 7,86
19 Medan Labuhan 3.667 13,83
20 Medan Marelan 2.382 8,99
21 Medan Belawan 2.625 9,90
Jumlah 26.510 100,00

Sumber: Medan Dalam Angka, 2010

Universitas Sumatera Utara


79

Sumber: RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030

Gambar 4.1. Peta Wilayah Administrasi Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


80

4.1.2. Pola Penggunaan Lahan

Lahan di Kota Medan pada umumnya dimanfaatkan untuk pemukiman.

Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun seperti perumahan dan permukiman,

perdagangan dan jasa, perkantoran dan fasilitas umum lainnya hampir tersebar di

seluruh wilayah Kota Medan.

Peta guna lahan Kota Medan memperlihatkan bahwa guna lahan Kota Medan

terdiri dari 10 (sepuluh) jenis, yaitu perumahan dan kegiatan terkait, lahan industri,

lahan jasa, lahan perusahaan, sawah, kebun campuran, hutan rawa, rawa, tegalan, dan

lahan kosong diperuntukan.

4.1.3. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Penggunaan lahan untuk kawasan ruang terbuka hijau tersebar di wilayah

Kota Medan yang berupa hutan bakau, sempadan sungai (Sungai Deli, Sungai

Babura, dan Sungai Belawan), Kawasan Bandara Polonia, Kebun Binatang, Kampus

USU Padang Bulan dan Kuala Bekala, Kawasan Medan Tuntungan dan Kawasan

Medan Johor. Areal ruang terbuka hijau tersebut harus tetap dipertahankan

keberadaannya.

Perkembangan Kota Medan yang sangat cepat dan dinamis menyebabkan

beberapa bagian kota memiliki daya tarik tersendiri. Koridor Jalan Sisingamangaraja,

koridor bersejarah Jalan Katamso-Jalan Pemuda-Kesawan dan Jalan Balai Kota

sebagai Kawasan Preservasi dan Konservasi untuk Pariwisata Sejarah Kota.

Universitas Sumatera Utara


81

Sumber: RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030

Gambar 4.2. Peta Penggunaan Lahan Eksisting

Universitas Sumatera Utara


82

Namun dengan adanya intrusi dan inovasi pengaruh-pengaruh baru seperti

adanya mall, restoran, kafe, hiburan malam, di beberapa ruas-ruas jalan di sepanjang

koridor tersebut menimbulkan daya tarik baru untuk kegiatan rekreasi dan wisata.

Tabel 4.2. Sebaran Jumlah Taman di Kota Medan

No. Nama Taman Luas (m2) No. Nama Taman Luas (m2)

1 Ahmad Yani 14.453 46 Stand Medan Fair 1.600


2 Segitiga Sudirman 600 47 Segitiga Jl. Sei Rotan 388
3 Bundaran Sudirman 2.300 48 Boulevard Jl. Gatot Subroto 40.000
4 Jl. Gurita/Jl. Samanhudi 144 49 Planting Box Jl. Gatot Subroto 3.200
5 Jl. Samanhudi/Jl. Juanda 1.400 50 Bundaran Majestik (Tugu SIB) 1.911
6 Jl. Iman Bonjol 800 51 Kantor Perpustakaan Medan 1.454
7 Tugu Indosat Jl. S.M. Raja 200 52 Jl. Sriwijaya/Jl. Nibung 270
8 Segitiga depan Rumah Gubsu 40 53 Danau Limboto 328
9 Rumah Dinas Walikota Medan 2.500 54 Segitiga Borobudur 100
10 Jl. Masdulhak 1.680 55 Lapangan Merdeka 8.500
11 Jl. H. Misbah 1.675 56 Segitiga Pos Kesawan 500
12 Jl. Juanda Baru 125 57 Segitiga Eksponen 66 568
13 Jl. Walikota 945 58 Pot-pot Jl. Jendral Ahmad Yani 18
14 Uskup Agung (boulevard) 800 59 Planting Box Jl. Raden Saleh 13
15 Jl. Rivai 640 60 Segitiga Tembakau Deli 36
16 Depan Hotel Pardede 68 61 Halaman Dispenda Medan 10.000
17 Jl. Mangkubumi/Suprapto 228 62 Kantor Pos Besar 608
18 Pot-pot di Jl. Brigjen Katamso 500 63 Simpang Jl. Durian 379
19 Istana Maimoon 4.100 64 Tugu KB Jl. Sutomo 430
20 Depan Istana Plaza 200 65 Jl. Karya Dalam 1.300
Jl. Juanda (depan Brigjen.
21 149 66 Tugu Adipura 2.483
Katamso)
22 Jl. K.H.A. Dahlan/Gerilla 228 67 Lapangan Volley Jl. Imam Bonjol 3.700
23 Jl. K.H.A. Dahlan/Samanhudi 144 68 Jl. Yos Sudarso simp. Pertempuran 205
Bundaran Polonia/Tugu
24 490 69 Simpang Wahid Hasyim 120
Pemersatu
25 Lily Suheri 1.800 70 Kantor KONI Gajah Mada 3.100
26 Segitiga Monumen Lily Suheri 12 71 Jl. Jamin Ginting 172
27 Kantor DPRD Kota Medan 650 72 Planting Box Jl. Jamin Ginting 110
28 Lap. Tenis Jl. Imam Bonjol 6.978 73 Segitiga Jl. Setia Budi/Tugu Gapensi 992
29 Jl. Diponegoro 144 74 Planting Box Jl. Dr. Mansyur 23
Boulevard Jl. Kapt. Maulana
30 300 75 Lapangan Stadion Teladan 21.000
Lubis

Universitas Sumatera Utara


83

Lanjutan Tabel 4.2

No. Nama Taman Luas (m2) No. Nama Taman Luas (m2)
31 Segitiga Cik Ditiro 900 76 Air Mancur Teladan 11.350
32 Jl. Sei Wampu Depan BRIMOB 172 77 Depan Stadion Teladan 1.950
33 Segitiga Simpang Kampus USU 267 78 Simpang Limun 54
34 Depan Wisma Kodam I/BB 5.400 79 Planting Box Jl. S.M. Raja 1.458
35 Segitiga S. Parman 33 80 Pintu Tol Amplas 124
36 Jl. Juanda Simpang Mongonsidi 350 81 Batas Kota Tanjung Morowa 1.164
37 Kantor Dharma Wanita 1.500 82 Simpang Jl. Tritura 490
38 Sei Tuntung 1.133 83 Simpang Marendal 35
39 Sei Serapu 900 84 Jl. M. Nawi Harahap 618
40 Segitiga Jl. Badur 100 85 Jl. Pinang Baris 105
41 Segitiga Jl. H.M. Yamin SH 126 86 Perkantoran Pinang Baris 100
42 Pulau Jl. Irian Barat 72 87 Jl. Kuswari 1.430
43 Boulevard Jl. H.M. Yamin SH 2.000 88 Batas Kota di Tuntungan 243
44 danau Singkarak 250 89 Taman Jl. Mongonsidi simp. Jl. Cipto 380
45 Air Mancur Petisah 362 90 Taman Sei Perak 110
Sub Total 57.858 Sub Total 123.119

No. Nama Taman Luas (m2) No. Nama Taman Luas (m2)
91 Jl. Gunung Sinabung 143 119 Taman Jl. Sriwijaya 270
92 Simpang Hanifah 2.281 120 Segitiga Al Azhar 62
93 Simpang Jl. Sumatera 145 121 Tugu Perintis Kemerdekaan 2.000
94 Simpang Gudang Arang 504 122 Bundaran Tugu Medan Area 400
95 Simpang Tol Dermawan 230 123 Jl. Sabarudin simp. Jl. Emas 100
96 Jl. Pelabuhan I 1.018 124 Simpang Kapten Muslim 230
97 Jl. Pelabuhan II 2.197 125 Jl. Letda Sujono 1.100
98 Pompa Bensin Simpang Pos 109 126 Bundaran Sukaramai 314
99 Simpang Pos 458 127 Simpang Seruwai 720
100 Simpang Selayang 230 128 Kampung Nelayan Indah 490
101 Batas Kota Kampung Lalang 1.328 129 Taman Beringin 12.219
102 Planting Box Jl. Merak Jingga 25 130 Taman Pramuka Jl. K. Maulana Lubis 1.978
103 Taman Kantor Kota Lama 2.100 131 Marendal Jl. SM. Raja 35
104 Planting Box Dpn Deli Plaza 36 132 Taman Depan Ramayana 200
Taman Kantor Dinsa
105 650 133 Taman Depan Pajak Simpang Limun 152
Pertamanan
Taman Depan TK Pertiwi Jl.
106 70 134 Planting Box Jl. Aksara 370
Bilal
107 Taman Sena 60 135 Taman Depan Mesjid Al Jihad 480
108 Taman Jl. Sumatera Belawan 1.100 136 Taman Depan Mesjid Jl. Jamin Ginting 270
109 Jl. Juanda simp. Jl. Katamso 149 137 Taman Depan Puskesmas Pdg. Bulan 120
Taman Depan Waspada Jl.
110 228 138 Jl. Sei Wampu/Jl. Iskandar Muda 120
Suprapto

Universitas Sumatera Utara


84

Lanjutan Tabel 4.2

No. Nama Taman Luas (m2) No. Nama Taman Luas (m2)
111 Taman Segitiga Jl. Serdang 126 139 Taman Sudut Jl. Mangkubumi 228
112 Taman Segitiga Brayan 205 140 Taman Segitiga Depan Kantor Lonsum 300
113 Menteng Jl. Seksama ujung 618 141 Jl. Sunggal/TB. Simatupang 105
Jl. Jamin Ginting simp. Jl. Sei
114 115 142 Jl. SM. Raja simp. Jl. AH. Nasution 490
Wampu
115 Taman Tugu Apollo Jl. Sutomo 600 143 Taman Tugu Juang 45 2.000
116 Taman Tugu Jl. P. Kemerdekaan 126 144 Taman Jl. Sei Nunang 50
117 Taman Simpang Kantor 56 145 Taman Jl. Gatot Subroto simp. Jl. Kaki Lima 18
Taman simp. Jl. TB.
118 10 146 Taman Jl. Gatot Subroto simp. Jl. Sekip 280
Simatupang
Sub Total 14.917 Sub Total 25.101

Total Luas Taman Kota Medan 220.995


Sumber: Dinas Pertamanan Kota Medan, 2010

Kota Medan juga memiliki Kebun Binatang dan areal kampus USU Kuala

Bekala yang terletak di Selatan kota yang dapat dijadikan sebagai hutan kota untuk

rekreasi dan olahraga. Stadion Teladan yang dibangun pada tahun 1952 untuk PON,

belum pernah direncanakan dan dibangun kompleks olahraga lengkap selayaknya

Gelora Bung Karno. Selain itu, Kota Medan memiliki beberapa lokasi yang potensial

untuk menjadi objek tujuan wisata kota yang masih belum dimanfaatkan secara

optimal seperti Sungai Deli-Sungai Babura yang membelah Kota Medan serta Sungai

Belawan yang berpotensi dikembangkan menjadi kawasan wisata air dan river front,

hutan bakau di Kecamatan Medan Belawan yang ditetapkan sebagai hutan kota

berpotensi sebagai kawasan pariwisata bahari.

Pengertian makam/kuburan akan mengingatkan pada suatu tempat yang

berbau mistis/seram sehingga dapat menimbulkan rasa takut, maka untuk

menghilangkan perasaan takut tersebut diperlukan suatu tempat pemakaman yang

indah, bersih dan aman agar dapat menciptakan rasa tenteram seakan berada di

Universitas Sumatera Utara


85

taman. Untuk itu, Pemerintah Kota Medan dalam hal ini Dinas Pertamanan Kota

Medan menata tanah/lahan pemakaman menjadi suatu tempat yang indah, bersih dan

aman yang disebut (Taman Pemakaman Umum). Pengelolaan pemakaman sebagai

salah satu penyediaan dari proses pembangunan, diharapkan dapat dimanfaatkan

dengan multi fungsi, baik sebagai kawasan konservasi air, ruang terbuka hijau kota

berupa taman, tempat kunjungan pariwisata dan sebagainya. Pengelolaan pemakaman

di dalam wilayah Kota Medan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) katagori, meliputi:

1. Taman Pemakaman Umum (TPU), adalah areal tanah/lahan yang disediakan

oleh Pemerintah Kota Medan untuk keperluan tempat pemakaman jenasah bagi

setiap orang tanpa membedakan suku, agama dan golongan. yang dikelola oleh

Pemerintah Kota Medan ada sebanyak 10 (sepuluh), di mana salah satu lokasinya

berada di luar wilayah Kota Medan yaitu wilayah Kabupaten Deli Serdang lihat

Tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara


86

Tabel 4.3. Taman Pemakaman Umum yang dikelola Pemko Medan

No. Nama TPU Alamat Luas


(Ha)
1. TPU Kristen Tanjung Selamat Jalan Flamboyan Raya Kelurahan Tanjung 1,00
Selamat Kecamatan Medan Selayang
2. TPU Kristen Simalingkar B Jalan Bunga Rampe VI Kelurahan Simalingkar B 6,50
Kecamatan Medan Tuntungan
3. TPU Kristen Patumbak Jalan Turi Ujung Kelurahan Timbang Deli 4,00
Kecamatan Medan Ampla
4. TPU Kristen Abdullah Lubis Jalan Abdullah Lubis Kecamatan Medan Baru 1,50
5. TPU Kristen Padang Bulan Letjen. Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru 2,00
6. TPU Kristen Gajah Mada Jalan Gajah Mada perempatan Jalan Sei Wampu 1,90
Ujung Kecamatan Medan Baru
7. TPU Kristen Gajah Mada Jalan Gajah Mada perempatan Jalan Iskandar 1,90
Lama Muda Kecamatan Medan Petisah
8. TPU Islam Sei Batu Gingging Jalan Sei Batu Gingging Kelurahan Kecamatan 1,50
Medan Baru
9. TPU Hindu, Budha, Jepang Jalan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang 2,50
dan Gelandangan Deli Tua
10. TPU Islam Simalingkar B Jalan Bunga Rampe VI Kelurahan Simalingkar B 11,90
Kecamatan Medan Tuntungan
Total luas TPU pada 20,3
wilayah administrasi Kota
Medan
Total keseluruahan 34,7
termasuk rencana
Sumber: Dinas Pertamanan Kota Medan, 2010

2. Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU), adalah suatu areal tanah/lahan

yang disediakan oleh Badan Sosial, yayasan atau Badan Keagamaan untuk

keperluan tempat pemakaman jenazah. Jumlah lokasi Taman Pemakaman Bukan

Umum yang terdapat di dalam wilayah Kota Medan pada tahun 2002 adalah

berjumlah 117 lokasi dan umumnya sudah penuh tetapi masih dimanfaatkan

dengan sistem tumpang, di mana yang sudah bersertifikat sebanyak 33 lokasi

dengan luas 18,50 Ha, yang belum bersertifikat sebanyak 71 lokasi dengan luas

43,15 Ha, sedangkan luas yang belum terdata sebanyak 13 lokasi.

Universitas Sumatera Utara


87

TPU dan TPBU dalam melaksanakan kegiatannya mempunyai perbedaan,

antara lain:

Taman Pemakaman Umum (TPU):

1. Melaksanakan kegiatan administrasi sesuai dengan Perda yang telah ditetapkan.

2. Anggaran biaya yang dipergunakan disesuaikan dengan APBD.

3. Untuk penambahan lahan ataupun pembenahan lokasi, terlebih dahulu harus

membuat pengajuan/usulan dan mendapat persetujuan dari DPRD.

Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU):

1. Melaksanakan kegiatan sesuai peraturan yang telah disepakati oleh para

pengurus/anggota.

2. Anggaran biaya yang dikeluarkan berdasarkan dana yang tersedia pada kas dan

pembenahan lokasi pemakaman berdasarkan musyawarah pengurus/anggota.

Untuk penambahan lahan atau pembenahan lokasi pemakaman berdasarkan atas

musyawarah para pengurus/anggota dan disesuaikan dengan dana yang tersedia pada

kas.

4.1.4. Rencana Pola Ruang dalam RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030

Rencana pola ruang kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang

dalam wilayah kota guna mengatur pemanfaatan ruang kota yang menggambarkan

ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan/atau kegiatan alam yang

diwujudkan dalam bentuk kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pengaturan

Universitas Sumatera Utara


88

Sumber: RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030

Gambar 4.3. Peta Rencana Pola Ruang Kota Medan Tahun 2010-2030

Universitas Sumatera Utara


89

Pemanfaatan tersebut harus dapat menggambarkan keterpaduan, keterkaitan

dan keseimbangan perkembangan serta keserasian antar-sektor pembangunan kota.

A. Rencana Kawasan Lindung

Pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Medan secara umum bertujuan

untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan

fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya,

kawasan perlindungan setempat, dan kawasan lindung lainnya, serta menghindari

berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana.

Jenis pemanfaatan ruang kawasan lindung yang terdapat di Kota Medan terdiri dari:

1. Hutan Lindung (Kawasan Hutan Bakau)

2. Kawasan perlindungan setempat (kawasan sekitar waduk/danau buatan, sempadan

sungai dan jalur hijau).

3. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota

4. Kawasan suaka alam dan cagar budaya

5. Kawasan rawan bencana

6. Kawasan lindung lainnya.

B. Kawasan Budidaya

Rencana Kawasan Budidaya Perkotaan yang terdapat di Kota Medan

antara lain mencakup pengaturan:

1. Kawasan perumahan dan permukiman;

2. Kawasan perdagangan dan jasa;

3. Kawasan perkantoran;

Universitas Sumatera Utara


90

4. Kawasan industri;

5. Kawasan pariwisata;

6. Kawasan ruang terbuka non hijau kota;

7. Kawasan ruang evakuasi bencana;

8. Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal;

9. Kawasan peruntukan lainnya.

Pengaturan pemanfaatan ruang/lahan untuk kegiatan-kegiatan budidaya

tersebut memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Perkembangan sosial-kependudukan

b. Prospek pertumbuhan ekonomi

c. Daya dukung fisik dan lingkungan

d. Daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan

e. Kondisi fisik dasar dan daya dukung lahan

f. Penggunaan lahan eksisting dan Kecenderungan perkembangan fisik kota

g. Batas kawasan lindung

h. Kebijakan pembangunan dan tata ruang yang hendak dituju

i. Perkembangan dan kebijakan pembangunan wilayah sekitar

Dari RTRW Kota Medan 2010-2030 direncanakan RTH Kota Medan untuk

kawasan lindung 5.926,39 ha (22,36%), dari fasilitas taman 5118,092 ha (19,3%)

sehingga total RTH yang direncanakan = 5.926,39 ha + 5118,092 ha = 11.044,48 ha

(41,66%) sudah lebih dari penyediaan RTH yang ditetapkan undang-undang tetapi

Universitas Sumatera Utara


91

kenyataan di lapangan sebagian besar lahan yang direncanakan kepemilikan

assetnya masih dimiliki masyarakat sedangkan yang dimiliki pemerintah hanya

220.995 m² = 22,0995 ha (0,083%). Untuk lebih jelasn lihat Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4. Rencana Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan Kota Medan Tahun
2030

No. Kawasan Lindung Luas (Ha) : 5.926,39 ha


(22,36%)
1 Hutan Lindung 927,40
2 RTH 2358,14
3 Sempadan Sungai 328,23
4 Sempadan Danau 16,36
5 Rawan Bencana Banjir 1690,17
6 Rawan Bencana Gelombang Pasang 547,84
7 Rawan Bencana Gelombang Tsunami 58,25
Kawasan Budidaya 20.583,61 Ha
(77,64%)
8 Perdagangan / Jasa 2021,90
9 Kawasan Khusus 694,43
10 Kawasan Industri 1348,135
11 Fasilitas 178,485
12 Permukiman Kepadatan Tinggi 340,272
13 Permukiman Kepadatan Sedang 200,655
14 Permukiman Kepadatan Rendah 16590,504
15 Kawasan Pariwisata 109,93
16 RTNH 26,53
Total 26.510
Sumber: RTRW Kota Medan 2010-2030

4.1.5 Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota Medan dalam RTRW Tahun 2010-
2030

Untuk menghitung kebutuhan luas RTH publik Kota Medan digunakan

metode perhitungan berdasarkan persentase. Perhitungannya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


92

1. Luas Wilayah Kota Medan : 26.510 Ha

2. Kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau sesuai standar UU Nomor 26 Tahun 2007

adalah 30% dari 26.510 Ha, sekitar 7.953 Ha, yang terdiri dari 5.302 Ha RTH

Publik dan 2.651 Ha Privat.

3. RTH Publik terdiri dari:

a. RTH (Jalur Hijau) Jaringan Jalan 6% x 26510 = 1590,6 Ha

b. Taman Kota 12,5% x 26510 = 3313,75 Ha

c. RTH fungsi tertentu (termasuk pemakaman) 1,5% x 26.510 = 397,65 Ha

4. Kebutuhan Publik saat ini yang menjadi aset Pemko Medan :

a. RTH (Jalur Hijau) Jaringan Jalan di Kota Medan tidak terdata

b. Taman Kota eksisting seluas 220.995 meter² yaitu sekitar 0,08 % sedangkan

yang diwajibkan yang harus disediakan 12,5%.

c. RTH Pemakaman yang menjadi aset Pemko hanya 20,3 Ha atau sekitar

0,076% selebihnya masih berupa tanah pribadi, wakaf dan yayasan sebesar

43,15 Ha. RTH fungsi tertentu di Kota Medan dalam RTRW Kota Medan

seperti Sempadan Sungai, Pantai, Jalur Kereta api, Saluran Umum Tegangan

Ekstra Tinggi (SUTET) direncanakan menjadi jalur hijau tetapi kepemilikan

lahannya masih dimiliki masyarakat sehingga pada sempadan sungai, pantai,

kereta api, SUTET masih penuh dengan bangunan dan rumah penduduk yang

sering kali terkena bencana seperti banjir.

Universitas Sumatera Utara


93

Untuk memenuhi kebutuhan RTH Kota sebesar 7.953 Ha (30%) maka arahan

lokasi RTH yang akan dikembangkan diluar kawasan lindung (hutan manggrove dan

jalur hijau), antara lain:

1. Kawasan Wisata

2. RTH Hutan Kota,

3. RTH Taman Kota

4. RTH Tempat Pemakaman Umum.

5. RTH Jalur Hijau Jalan

6. RTH Ruang Pejalan kaki

A. RTH Kawasan Wisata

Kawasan wisata yang dapat dikembangkan sekaligus berfungsi sebagai RTH

adalah kawasan wisata di Utara Medan (Kecamatan Medan Marelan), yang meliputi:

Theme Park, Natural Park dan Danau Siombak. Kawasan Wisata di Selatan meliputi

Kebun Binatang, Hairos, dan Taman Mora Indah. Luas RTH tersebut diperkirakan

mencapai sekitar 959,08 Ha.

B. RTH Hutan Kota

Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Hutan Kota di Kota Medan

antara lain adalah Taman Beringin di Kecamatan Medan Baru, Bumi Perkemahan

Pramuka Cadika di Medan Johor, hutan kota CBD Polonia dan Kebun Binatang di

Kecamatan Medan Simalingkar.

Universitas Sumatera Utara


94

C. RTH Taman Kota

Pemanfaatan RTH pada lingkungan permukiman yang berdasarkan jenis dan

fungsinya:

1). RTH Taman Rukun Tetangga

2). RTH Rukun Warga (RW)

3). RTH Lingkungan/Kelurahan

4). RTH Kecamatan

5). RTH Taman Kota

6). Pemakaman Umum

Kawasan Tempat Pemakaman Umum yang saat ini sudah di kelola oleh

Pemerintah Kota Medan terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan, yaitu di

Kelurahan Simalingkar B seperti Taman Pemakaman Umum kristen dengan luas

lebih kurang 6,5 ha. Tidak jauh dari kawasan Taman Pemakaman Umum kristen,

juga akan direncanakan untuk Taman Pemakaman Umum Muslim dengan luas

lebih kurang 12 Ha dan Taman Pemakaman Umum yang berdiri di atas tanah

wakaf yang tersebar di wilayah Kota Medan.

Berdasarkan RTRW Kota Medan 2010-2030 kebutuhan fasilitas kota saat ini

termasuk kebutuhan ruang terbuka hijau dan proyeksi 20 tahun ke depan

dilakukan dengan menggunakan Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan. Tetapi untuk TPU tidak direncanakan. Adapun yang direncanakan

Universitas Sumatera Utara


95

pada Kecamatan Medan Tuntungan direncanakan tidak menggunakan pedoman

yang ada atau metode perhitungan ilmiah tetapi berdasarkan ketersediaan lahan.

Untuk rencana RTH dari jenis taman pada tahun 2031 Pemko Medan

merencanakan 5118,0920 Ha atau sekitar 19,3 %. Untuk lebih jelas Rencana

Ruang Terbuka Hijau yang direncanakan perkecamatan di Kota Medan sampai

tahun 2028 dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini.

7). Jalur Hijau

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman

antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Untuk

menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu

fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis

tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat

evapotranspirasi rendah.

8). RTH Jalur Pejalan Kaki

9). RTH Atap Bangunan

Disetiap atap bangunan yang beratap beton diwajibkan menanam tumbuhan

penghasil oksigen atau pohon buah-buahan dalam pot atau hamparan rumput.

10). Lapangan Olahraga

Lapangan olahraga yang dimaksud adalah lapangan di setiap kecamatan.

Universitas Sumatera Utara


96

Tabel 4.5. Proyeksi Kebutuhan RTH Publik di Kotan Medan Tahun 2030

Universitas Sumatera Utara


97

Universitas Sumatera Utara


98

4.1.6. Kondisi Sosial dan Kependudukan

Gambaran umum mengenai keadaan kependudukan dengan analisis di Kota

Medan dapat dilihat dari jumlah dan laju pertumbuhan penduduknya dalam kurun

waktu 5 tahun terakhir , kelompok umur, agama.

A. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2009 adalah sebesar 2.121.053

jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Medan

Deli dan Kecamatan Medan Helvetia yaitu masing-masing sebesar 150.076 jiwa dan

145.376 jiwa. Wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan

Medan Baru yaitu 44.216 jiwa lihat pada Tabel 4.6.

B. Struktur Penduduk menurut Agama

Kota Medan yang merupakan Ibukota Propinsi Sumatera Utara dan sekaligus

sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, tentunya memiliki keberagaman suku, etnis

dan agama. Struktur penduduk menurut agama yang dianut di Kota Medan sampai

akhir tahun 2009 mayoritas adalah penduduk beragama Islam yaitu sebesar 1.403.699

jiwa. Penduduk beragama Kristen Protestan berada di urutan kedua terbanyak yaitu

456.175 jiwa. Sedangkan penduduk beragama Hindu merupakan penduduk minoritas

dengan jumlah penduduk sebanyak 18.293 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai

struktur penduduk menurut agama dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Universitas Sumatera Utara


99

Tabel 4.6. Luas dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan
Tahun 2009

Luas Area
No. Kecamatan (Ha) Penduduk Kepadatan
1. Medan Tuntungan 2.07 70,073 34
2. Medan Johor 1.46 116,220 80
3. Medan Amplas 1.12 115,156 103
4. Medan Denai 0.91 139,939 154
5. Medan Area 0.55 109,253 199
6. Medan Kota 0.53 84,292 159
7. Medan Maimun 0.30 57,859 193
8. Medan Polonia 0.90 53,427 59
9. Medan Baru 0.58 44,216 76
10. Medan Selayang 1.28 85,678 67
11. Medan Sunggal 1.54 110,667 72
12. Medan Helvetia 1.32 145,376 110
13. Medan Petisah 0.68 68,120 100
14. Medan Barat 0.53 79,098 149
15. Medan Timur 0.78 113,874 146
16. Medan Perjuangan 0.41 105,702 258
17. Medan Tembung 0.80 141,786 177
18. Medan Deli 2.08 150,076 72
19. Medan Labuhan 3.67 106,922 29
20 Medan Marelan 2.38 126,619 53
21. Medan Belawan 2.63 96,700 37
Jumlah 26.510 2,121,053
Sumber: Medan Dalam Angka 2010

C. Penduduk Diluar Angka Harapan Hidup Tahun 2031

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan banyak tahun yang dapat

ditempuh oleh seseorang selama hidup (secara rata-rata). Indikator ini sering

digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan. Seiring dengan menurunnya angka

Universitas Sumatera Utara


100

kematian bayi (AKB) di Kota Medan sangat berpengaruh pada kenaikan angka

harapan hidup waktu lahir. Indikator angka kematian bayi ini sangat peka terhadap

perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Kota Medan, sehingga

perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikkan angka

harapan hidup pada waktu lahir (UHH).

Tabel 4.7. Struktur Penduduk Menurut Agama per Kecamatan di Kota Medan Tahun
2009

No. Kecamatan Jumlah Islam Kristen/Katolik Budha Hindu


Penduduk Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Medan Tuntungan 70,073 32,157 0.46 37,522 0.54 210 0.003 183 0.0026
2. Medan Johor 116,220 78,388 0.67 27,763 0.24 9,646 0.083 423 0.0036
3. Medan Amplas 115,156 87,174 0.76 27,375 0.24 483 0.004 123 0.0011
4. Medan Denai 139,939 100,647 0.72 34,141 0.24 5,046 0.036 105 0.0007
5. Medan Area 109,253 74,016 0.68 7,463 0.07 27,325 0.250 449 0.0041
6. Medan Kota 84,292 37,812 0.45 22,506 0.27 23,655 0.281 319 0.0038
7. Medan Maimun 57,859 39,344 0.68 2,781 0.05 14,465 0.250 1,269 0.0219
8. Medan Polonia 53,427 34,713 0.65 10,311 0.19 6,946 0.130 1,456 0.0273
9. Medan Baru 44,216 21,620 0.49 19,205 0.43 2,385 0.054 1,006 0.0228
10. Medan Selayang 85,678 51,926 0.61 31,763 0.37 887 0.010 1,102 0.0129
11. Medan Sunggal 110,667 76,998 0.70 22,071 0.20 10,026 0.091 1,572 0.0142
12. Medan Helvetia 145,376 96,062 0.66 45,554 0.31 3,313 0.023 446 0.0031
13. Medan Petisah 68,120 31,955 0.47 14,508 0.21 19,879 0.292 1,778 0.0261
14. Medan Barat 79,098 49,115 0.62 3,464 0.04 25,555 0.323 963 0.0122
15. Medan Timur 113,874 73,835 0.65 18,162 0.16 20,952 0.184 925 0.0081
16. Medan Perjuangan 105,702 65,408 0.62 27,837 0.26 11,773 0.111 684 0.0065
17. Medan Tembung 141,786 104,363 0.74 25,012 0.18 12,057 0.085 353 0.0025
18. Medan Deli 150,076 125,993 0.84 15,770 0.11 8,038 0.054 275 0.0018
19. Medan Labuhan 106,922 81,668 0.76 14,720 0.14 10,393 0.097 142 0.0013
20 Medan Marelan 126,619 116,423 0.92 8,167 0.06 1,744 0.014 285 0.0023
21. Medan Belawan 96,700 73,934 0.76 19,621 0.20 2,921 0.030 224 0.0023
Jumlah 2,121,053 1,403,699 0.66 456,175 0.22 242,885 0.115 18,293 0.01
Sumber: Medan Dalam Angka 2010

Universitas Sumatera Utara


101

Sumber: BPS Kota Medan


Keterangan: *) Angka Sementara

Gambar 4.4. Angka Harapan Hidup Kota Medan Tahun 2006 – 2009

Berdasarkan gambar di atas memperlihatkan bahwa selama kurun waktu

2006–2008, angka harapan hidup di Kota Medan cenderung mengalami peningkatan.

Angka harapan hidup di Kota Medan meningkat dari 70,70 tahun pada tahun 2006

menjadi 71,50 tahun pada tahun 2009. Seiring teori yang ada, angka harapan hidup

berbanding terbalik dengan angka kematian (bayi lahir mati, kematian bayi dibawah 1

tahun, kematian anak dibawah lima tahun dan kematian ibu). Semakin tinggi kualitas

kesehatan menyebabkan makin rendahnya angka kematian dan berdampak kepada

meningkatnya usia harapan untuk hidup. Dengan demikian, meningkatnya umur

harapan hidup secara tidak langsung juga memberikan gambaran tentang adanya

peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat serta turut berpengaruh

terhadap indeks pembangunan manusia (IPM).

Universitas Sumatera Utara


102

Dilihat dari derajat kesehatan masyarakat Kota Medan yang relatif semakin

membaik, tentunya tidak terlepas dari upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan

yang dijalankan. Dalam kaitan tersebut, Pemerintah Kota Medan dalam beberapa

tahun terakhir telah melaksanakan kebijakan dan program-program yang mendukung

pelayanan kesehatan masyarakat seperti rujukan, perbaikan gizi masyarakat,

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengembangan pembinaan

lingkungan sehat, pembinaan pos pelayanan terpadu (posyandu), peningkatan quality

assurance di puskesmas, imunisasi dan dukungan kelembagaan kesehatan yang

dibentuk.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan selama periode 2007 –

2009 juga diarahkan kepada peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan

dasar serta rujukan yang diberikan. Pelayanan dasar kesehatan ini diberikan oleh

Puskesmas/Puskesmas Pembantu yang saat ini mencapai 39 unit dan 41 unit

puskesmas Pembantu di samping Puskesmas Keliling sebanyak 27 unit, 2 unit Rumah

Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta serta Praktek Dokter. Jangkauan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat berpengasilan rendah juga semakin

meningkat seiring dengan adanya pelayanan kesehatan dasar tanpa bayar di tingkat

Puskesmas yang ada di Kota Medan, di samping penambahan ruang rawat inap untuk

pasien kurang mampu pada RSU Pirngadi Medan.

Untuk mengetahui jumlah penduduk tahun 2031 yang berumur di atas 72

tahun adalah usia 72 tahun dikurang 22 tahun (tahun 2031-2009) sehingga didapat

penduduk diluar AHH sejumlah 307353 jiwa lihat Tabel 4.8.

Universitas Sumatera Utara


103

D. Adat Istiadat/Budaya

Kota Medan sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional,

sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis) dan agama. Oleh

karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak

beragamnya nilai–nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab

diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi)

dan sangat diyakini pula hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen

dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian

daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik dan sebagainya, justru

memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota

Medan.

4.1.7 Sistem Pusat Pelayanan dalam RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030

Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 2 (dua) Pusat

pelayanan kota, yaitu satu Pusat pelayanan kota di Utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan

kota di Pusat Kota dan didukung oleh 8 (delapan) Subpusat pelayanan kota. Adanya

dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota ke arah utara

agar perkembangan kota antara bagian selatan dan utara dapat lebih merata.

Universitas Sumatera Utara


104

Tabel 4.8. Penduduk di Atas Usia 51 Tahun diluar Angka Harapan Hidup

No. Kecamatan Kelompok Umur


Jumlah Persen-
Penduduk tase ≥ 65 Persentase
2009 51 - 64 Tahun (%) Tahun (%) Jumlah % Total
1. Medan Tuntungan 70,073 6,563 9.37 2,794 3.99 9357 13.35
2. Medan Johor 116,220 7,166 6.17 14,780 12.72 21946 18.88
3. Medan Amplas 115,156 10,794 9.37 4,584 3.98 15378 13.35
4. Medan Denai 139,939 13,117 9.37 5,572 3.98 18689 13.36
5. Medan Area 109,253 10,240 9.37 4,353 3.98 14593 13.36
6. Medan Kota 84,292 7,900 9.37 3,359 3.98 11259 13.36
7. Medan Maimun 57,859 18,686 32.30 2,303 3.98 20989 36.28
8. Medan Polonia 53,427 5,007 9.37 2,128 3.98 7135 13.35
9. Medan Baru 44,216 4,139 9.36 1,760 3.98 5899 13.34
10. Medan Selayang 85,678 8,036 9.38 3,409 3.98 11445 13.36
11. Medan Sunggal 110,667 10,370 9.37 4,408 3.98 14778 13.35
12. Medan Helvetia 145,376 13,624 9.37 5,791 3.98 19415 13.36
13. Medan Petisah 68,120 8,909 13.08 2,504 3.68 11413 16.75
14. Medan Barat 79,098 7,405 9.36 3,153 3.99 10558 13.35
15. Medan Timur 113,874 10,672 9.37 4,536 3.98 15208 13.36
16. Medan Perjuangan 105,702 9,814 9.28 4,167 3.94 13981 13.23
17. Medan Tembung 141,786 13,292 9.37 5,644 3.98 18936 13.36
18. Medan Deli 150,076 14,043 9.36 5,959 3.97 20002 13.33
19. Medan Labuhan 106,922 10,025 9.38 4,252 3.98 14277 13.35
20. Medan Marelan 126,619 11,877 9.38 5,035 3.98 16912 13.36
21. Medan Belawan 96,700 11,340 11.73 3,843 3.97 15183 15.70
Jumlah 2,121,053 213,019 10.04 94,334 4.45 307353 14.49
Sumber: Medan Dalam Angka 2010 dan Hasil Perhitungan 2010

Pengembangan Subpusat Pelayanan Kota berfungsi sebagai penyangga dua

Pusat Pelayanan Kota dan meratakan pelayanan pada skala subpusat pelayanan kota.

Penyebaran Subpusat Pelayanan Kota juga dimaksudkan untuk mendukung

keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar subpusat wilayah kota. Lokasi

Subpusat Pelayanan Kota Medan dapat diarahkan seperti dijelaskan pada Tabel 4.8.

Universitas Sumatera Utara


105

4.2. Analisis Kependudukan Kota Medan

Salah satu analisis terpenting dalam Kajian ini adalah analisis kependudukan.

Kajian kependudukan difokuskan pada proyeksi jumlah penduduk sampai dengan 20

tahun yaitu sampai tahun 2031. Analisis kependudukan Kota Medan ini terdiri dari

Pertumbuhan dan Perkembangan Penduduk, Analisis Proyeksi Penduduk, Analisis

Estimasi Angka Harapan Hidup, dan Analisis Angka Kematian (Mortality Rate).

4.2.1. Pertumbuhan dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Penduduk sebagai subyek dan sekaligus obyek perencanaan merupakan

bagian dari faktor sosial yang selalu berubah. Salah satu aspek penting yang harus

diketahui ialah perkembangan jumlah penduduk. Pertumbuhan dan proyeksi

penduduk dicari dengan menggunakan metode Pertumbuhan Eksponensial (Bunga

Berganda) dimana rumusnya:

Pn = Po ( 1+ r)n

Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = tingkat pertumbuhan penduduk (%)

Universitas Sumatera Utara


106

Tabel 4.9. Rencana Struktur Pelayanan Kota Medan Tahun


2030
Pusat Pusat Pelayanan Fungsi Wilayah Pelayanani
A Pusat • Pusat kegiatan • Kota Medan, Kec.
Pelayanan perdagangan/bisnis; Medan Polonia, Baru,
Kota di Pusat • Pusat kegiatan jasa dan kegiatan Petisah, Timur, Barat,
Kota pemerintahan provinsi dan kota; dan Medan Kota;
• Pusat pelayanan ekonomi • Provinsi Sumatera Utara
• Internasional
B Pusat • Pusat Kegiatan Jasa dan
Pelayanan Perdagangan regional • Kota Medan Bagian
Kota dibagian • Pusat pelayanan transportasi; Utara;
Utara • Pusat kegiatan sosial-budaya • Provinsi Sumatera Utara
• Pusat kegiatan industri • Regional
1 Subpusat • pusat pelayanan transportasi laut,
pelayanan • pusat kegiatan bongkar muat dan • Kec. Medan Belawan
kota Medan impor – ekspor,
Belawan • pusat kegiatan industri, dan
• pusat kegiatan perikanan
2 Subpusat • Pusat Kegiatan Jasa dan
pelayanan Perdagangan • Kec. Medan Labuhan
kota Medan • Pusat pelayanan transportasi
Labuhan • Pusat pelayanan kesehatan
3 Subpusat • Pusat kegiatan perdagangan • Kec, Medan Marelan;
pelayanan kebutuhan pokok (pasar induk); • Kabupaten Deli Serdang
kota Medan • Pusat kegiatan rekreasi & wisata
Marelan
4 Subpusat • Pusat kegiatan perdagangan/bisnis • Kec. Medan Perjuangan
pelayanan • Pusat pelayanan olahraga dan Kec. Medan
kota Medan Tembung
Perjuangan
5 Subpusat • Pusat pelayanan ekonomi • Kec. Medan Area, Kec.
pelayanan • Pusat pelayanan transportasi Medan Kota, Kec. Medan
kota Medan Denai, Kec, Medan
Area Amplas
6 Subpusat • Pusat pelayanan ekonomi • Kec. Medan Helvetia,
pelayanan • Pusat pelayanan transportasi Kec. Medan Petisah, Kec.
kota Medan wilayah bagian Barat Medan Sunggal
Helvetia • Pusat kegiatan sosial-budaya
8 Subpusat • Kec. Medan Tuntungan,
pelayanan • Pusat kegiatan perdagangan/bisnis kec. Medan Baru, Kec.
kota Medan • Pusat Pendidikan Medan Selayang, kec.
Selayang Medan Johor
9 Subpusat • Pusat kegiatan perdagangan/bisnis
pelayanan • Pusat pelayanan transportasi • Kec. Medan Deli,
kota Medan (TOD); Medan Timur dan Medan
Timur • Pusat kegiatan sosial-budaya Barat
Sumber: RTRW Kota Medan 2010-2030

Universitas Sumatera Utara


107

Tabel 4.10. Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir Kota Medan Tahun 2005-2009

No. Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009


1. Medan Tuntungan 68,738 68,983 68,817 69,447 70,073
2. Medan Johor 111,354 113,593 114,143 115,182 116,220
3. Medan Amplas 107,851 111,771 113,099 114,127 115,156
4. Medan Denai 135,527 137,690 137,443 138,689 139,939
5. Medan Area 108,345 107,558 107,300 108,277 109,253
6. Medan Kota 82,940 82,982 82,783 83,539 84,292
7. Medan Maimun 47,057 48,412 56,821 57,342 57,859
8. Medan Polonia 50,426 52,034 52,472 52,950 53,427
9. Medan Baru 42,789 43,524 43,419 43,822 44,216
10. Medan Selayang 82,598 83,208 84,148 84,913 85,678
11. Medan Sunggal 107,949 108,496 108,688 109,679 110,667
12. Medan Helvetia 138,297 142,187 142,777 144,077 145,376
13. Medan Petisah 66,926 67,057 66,896 67,512 68,120
14. Medan Barat 77,791 77,867 77,680 78,392 79,098
15. Medan Timur 111,282 112,108 111,839 112,857 113,874
16. Medan Perjuangan 101,694 103,759 103,809 104,758 105,702
17. Medan Tembung 137,146 139,065 139,256 140,519 141,786
18. Medan Deli 143,907 145,714 147,403 148,735 150,076
19. Medan Labuhan 102,656 104,829 105,015 105,966 106,922
20 Medan Marelan 116,716 121,716 124,369 125,487 126,619
21. Medan Belawan 94,196 94,735 94,979 95,835 96,700
Jumlah 2,036,185 2,067,288 2,083,156 2,102,105 2,121,053
Sumber : Medan Dalam Angka 2010

Angka pertumbuhan penduduk didapat dari perkembangan penduduk 5 tahun

terakhir (time series), dimana terlebih dahulu dicari pertumbuhan setiap tahun

dijumlahkan kemudian dirata-ratakan yaitu:

Dengan asumsi n = 1 maka:

Pn - Po
r = x100%
Po

Universitas Sumatera Utara


108

Contoh pertumbuhan penduduk Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2005 ke

tahun 2006:

68.983 - 68.738
r = x100% = 0,36%
68.738

Jumlah penduduk pada wilayah Analisis menunjukkan pertumbuhan (trend)

yang meningkat. Dari data statistik selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir

yaitu pada periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Laju pertumbuhan

penduduk wilayah analisis tercatat sebesar 1,11% per tahun. Peningkatan

pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 2.036.185 jiwa ke

tahun 2006 menjadi 2.067.288 jiwa yaitu sebesar 1,5% Untuk lebih jelasnya

mengenai perkembangan dan pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan dapat

dilihat pada Tabel 4.10 dan 4.11 serta penduduk Kota Medan sampai dengan akhir

tahun analisis (2031) diproyeksikan berjumlah 2.394.838 jiwa. Lihat Tabel 4.12.

4.2.2. Angka Kematian Kasar (Mortality Rate) Kota Medan

Angka Kematian Kasar (Mortality Rate) Kota Medan dicari dengan

mengetahui angka kematian penduduk Kota Medan. Angka Kematian Kasar adalah

angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan

tahun tertentu, disuatu wilayah tertentu.

D
Rumus: CDR = x K
P

Universitas Sumatera Utara


109

Dimana:

CDR = Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)

D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu

P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu

K = Bilangan Konstan 1000

Tabel 4.11. Angka Pertumbuhan Penduduk 5 Tahun Terakhir Kota Medan


Tahun 2005-2009

No. Kecamatan 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 Rata-Rata


1. Medan Tuntungan 0.36 (0.24) 0.92 0.90 0.48
2. Medan Johor 2.01 0.48 0.91 0.90 1.08
3. Medan Amplas 3.63 1.19 0.91 0.90 1.66
4. Medan Denai 1.60 (0.18) 0.91 0.90 0.81
5. Medan Area (0.73) (0.24) 0.91 0.90 0.21
6. Medan Kota 0.05 (0.24) 0.91 0.90 0.41
7. Medan Maimun 2.88 17.37 0.92 0.90 5.52
8. Medan Polonia 3.19 0.84 0.91 0.90 1.46
9. Medan Baru 1.72 (0.24) 0.93 0.90 0.83
10. Medan Selayang 0.74 1.13 0.91 0.90 0.92
11. Medan Sunggal 0.51 0.18 0.91 0.90 0.62
12. Medan Helvetia 2.81 0.41 0.91 0.90 1.26
13. Medan Petisah 0.20 (0.24) 0.92 0.90 0.44
14. Medan Barat 0.10 (0.24) 0.92 0.90 0.42
15. Medan Timur 0.74 (0.24) 0.91 0.90 0.58
16. Medan Perjuangan 2.03 0.05 0.91 0.90 0.97
17. Medan Tembung 1.40 0.14 0.91 0.90 0.84
18. Medan Deli 1.26 1.16 0.90 0.90 1.06
19. Medan Labuhan 2.12 0.18 0.91 0.90 1.03
20 Medan Marelan 4.28 2.18 0.90 0.90 2.07
21. Medan Belawan 0.57 0.26 0.90 0.90 0.66
Rata-rata 1.50 1.13 0.91 0.90 1.11
Sumber : Medan Dalam Angka 2010

Universitas Sumatera Utara


110

Tabel 4.12. Proyeksi Penduduk Kota Medan Tahun 2011-2031

No. Kecamatan Penduduk Proyeksi Jumlah Penuduk

2009 Pertumbuhan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1. Medan Tuntungan 70,073 0.483 70,752 71,094 71,437 71,782 72,129 72,478 72,828 73,180 73,533 73,889
2. Medan Johor 116,220 1.077 118,736 120,014 121,306 122,612 123,932 125,266 126,615 127,978 129,356 130,749
3. Medan Amplas 115,156 1.658 119,007 120,981 122,987 125,026 127,100 129,207 131,350 133,528 135,743 137,994
4. Medan Denai 139,939 0.806 142,204 143,351 144,506 145,671 146,845 148,029 149,222 150,425 151,638 152,860
5. Medan Area 109,253 0.211 109,715 109,947 110,180 110,413 110,646 110,880 111,115 111,349 111,585 111,821
6. Medan Kota 84,292 0.406 84,978 85,324 85,670 86,019 86,368 86,719 87,072 87,425 87,781 88,137
7. Medan Maimun 57,859 5.517 64,419 67,973 71,723 75,680 79,855 84,261 88,909 93,814 98,990 104,451
8. Medan Polonia 53,427 1.461 54,999 55,802 56,617 57,444 58,283 59,135 59,998 60,875 61,764 62,666
9. Medan Baru 44,216 0.826 44,949 45,321 45,695 46,072 46,453 46,837 47,223 47,613 48,007 48,403
10. Medan Selayang 85,678 0.920 87,261 88,063 88,873 89,690 90,515 91,348 92,188 93,035 93,891 94,754
11. Medan Sunggal 110,667 0.624 112,053 112,752 113,456 114,164 114,876 115,593 116,314 117,040 117,771 118,506
12. Medan Helvetia 145,376 1.260 149,062 150,941 152,842 154,768 156,718 158,693 160,692 162,717 164,767 166,843
13. Medan Petisah 68,120 0.444 68,727 69,032 69,339 69,647 69,956 70,267 70,579 70,893 71,208 71,524
14. Medan Barat 79,098 0.419 79,762 80,096 80,431 80,768 81,106 81,446 81,787 82,129 82,473 82,818
15. Medan Timur 113,874 0.578 115,195 115,861 116,532 117,206 117,884 118,565 119,251 119,941 120,635 121,333
16. Medan Perjuangan 105,702 0.974 107,770 108,819 109,879 110,948 112,028 113,119 114,220 115,332 116,455 117,589
17. Medan Tembung 141,786 0.836 144,167 145,373 146,589 147,815 149,051 150,297 151,554 152,822 154,100 155,389
18. Medan Deli 150,076 1.055 153,259 154,876 156,510 158,161 159,830 161,516 163,220 164,942 166,682 168,441
19. Medan Labuhan 106,922 1.025 109,126 110,245 111,376 112,518 113,672 114,838 116,015 117,205 118,407 119,621
20. Medan Marelan 126,619 2.066 131,905 134,631 137,412 140,251 143,149 146,107 149,126 152,207 155,352 158,562
21. Medan Belawan 96,700 0.658 97,978 98,623 99,272 99,926 100,583 101,246 101,912 102,583 103,259 103,939
Jumlah 2,121,053 1.110 2,168,392 2,192,456 2,216,788 2,241,389 2,266,263 2,291,414 2,316,843 2,342,555 2,368,552 2,394,838

Universitas Sumatera Utara


111

Angka Kematian Kasar (Mortality Rate) Kota Medan rata-rata tahun 2009

adalah 2,86 ini artinya setiap 1000 penduduk setiap tahun terdapat 2,86 kematian.

Contoh angka kematian kasar penduduk Kecamatan Medan Tuntungan tahun

2005 ke tahun 2006:

157
AKK = x 1000
68.983

= 2,28

Lihat Tabel 4.13.

4.3. Analisis Kebutuhan TPU sebagai Pendukung RTH

4.3.1. Analisis menurut Pedoman Pemanfaatan RTH

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008

tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan bahwa standard pemakaman adalah dengan jumlah penduduk pendukung

120.000 jiwa sebanyak 1 taman.

Pemakaman Umum dengan luas pemakaman disesuaikan dan luas minimal

perkapita adalah 1.2 meter. Pada tahun 2031 tidak semua kecamatan memiliki

penduduk ≥ 120.000 penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi diketahui Kecamatan yang

memiliki penduduk di atas ≥ 120.000 penduduk hanya 12 kecamatan. Adapun yang

dibutuhkan dengan menggunakan metode ini untuk tahun 2031 adalah lihat Tabel

4.13.

Universitas Sumatera Utara


112

Tabel 4.13. Angka Kematian Kasar Rata-Rata Kota Medan Tahun 2009

Angka
Angka Angka Angka Angka Kematian
Penduduk Angka Kematian Penduduk Angka Kematian Penduduk Angka Kematian Penduduk Angka Kematian Kasar
No. Kecamatan 2006 Kematian Kasar 2007 Kematian Kasar 2008 Kematian Kasar Tahun 2009 Kematian Kasar Rata-Rata
1. Medan Tuntungan 68,983 157 2.28 68,817 114 1.66 69,447 87 1.25 70,073 94 1.34 1.63
2. Medan Johor 113,593 300 2.64 114,143 314 2.75 115,182 318 2.76 116,220 70 0.60 2.19
3. Medan Amplas 111,771 217 1.94 113,099 440 3.89 114,127 460 4.03 115,156 391 3.40 3.31
4. Medan Denai 137,690 330 2.40 137,443 252 1.83 138,689 343 2.47 139,939 241 1.72 2.11
5. Medan Area 107,558 475 0.60 107,300 416 0.60 108,277 108 0.60 109,253 66 0.60 0.60
6. Medan Kota 82,982 224 2.70 82,783 334 4.03 83,539 406 4.86 84,292 310 3.68 3.82
7. Medan Maimun 48,412 146 3.02 56,821 101 1.78 57,342 67 1.17 57,859 85 1.47 1.86
8. Medan Polonia 52,034 133 2.56 52,472 160 3.05 52,950 87 1.64 53,427 162 3.03 2.57
9. Medan Baru 43,524 120 2.76 43,419 132 3.04 43,822 145 3.31 44,216 157 3.55 3.16
10. Medan Selayang 83,208 169 2.03 84,148 228 2.71 84,913 209 2.46 85,678 209 2.44 2.41
11. Medan Sunggal 108,496 345 3.18 108,688 414 3.81 109,679 306 2.79 110,667 402 3.63 3.35
12. Medan Helvetia 142,187 224 1.58 142,777 224 1.57 144,077 234 1.62 145,376 218 1.50 1.57
13. Medan Petisah 67,057 828 12.35 66,896 802 11.99 67,512 811 12.01 68,120 820 12.04 12.10
14. Medan Barat 77,867 138 1.77 77,680 103 1.33 78,392 85 1.08 79,098 77 0.97 1.29
15. Medan Timur 112,108 281 2.51 111,839 350 3.13 112,857 274 2.43 113,874 235 2.06 2.53
16. Medan Perjuangan 103,759 132 1.27 103,809 318 3.06 104,758 312 2.98 105,702 390 3.69 2.75
17. Medan Tembung 139,065 597 4.29 139,256 623 4.47 140,519 668 4.75 141,786 783 5.52 4.76
18. Medan Deli 145,714 258 1.77 147,403 274 1.86 148,735 311 2.09 150,076 315 2.10 1.95
19. Medan Labuhan 104,829 270 2.58 105,015 277 2.64 105,966 227 2.14 106,922 275 2.57 2.48
20. Medan Marelan 121,716 32 0.26 124,369 32 0.26 125,487 31 0.25 126,619 39 0.31 0.27
21. Medan Belawan 94,735 319 3.37 94,979 329 3.46 95,835 334 3.49 96,700 272 2.81 3.28
Jumlah 2,067,288 5,695 2.75 2,083,156 6,237 3.00 2,102,105 5,823 2.87 2,121,053 5,610 2.81 2.86

Sumber: Hasil Perhitungan 2010

Universitas Sumatera Utara


113

Dari tabel dapat dilihat pada tahun 2011 Kota Medan membutuhkan 5 lokasi

TPU yaitu Kecamatan Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Tembung, Medan Deli

dan Medan Marelan. Tahun 2031 sesuai pertambahan penduduk Kota Medan maka

TPU bertambah 7 lokasi sehingga total menjadi 16 lokasi yaitu pada Kecamatan

Medan Johor, Medan Amplas, Medan Maimun, Medan Sunggal, Medan Timur,

Medan Perjuangan, dan Medan Labuhan. Kecamatan yang tidak memiliki jumlah

penduduk pendukung yang mencukupi pengadaannya tidak diatur (minimal jumlah

penduduk : 120000 penduduk hidup). Idealnya kecamatan yang belum mencukupi

(berorientasi ke kecamatan terdekat). Perhitungan luas juga tidak diatur idealnya

luas disesuaikan dengan angka kematian dan kearifan lokal setempat.

4.3.2 Analisis Luasan Taman Pemakaman Umum Menurut Angka Kematian


Kasar Rata-rata (Mortality Rate)

Berdasarkan Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan maka

ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut:

1. Ukuran makam 1 m x 2 m.

2. Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m.

3. Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan.

4. Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok

disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat.

Universitas Sumatera Utara


114

5. Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan

pohon pelindung disalah satu sisinya.

6. Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar

buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung.

7. Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70%

dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang

hijaunya.

Tabel 4.14. Kebutuhan TPU Berdasarkan Pedoman Pemanfaatan Ruang


Terbuka Hijau
Jumlah Luas Taman Jumlah
Penduduk Penduduk TPU Pemakaman Penduduk TPU
No. Kecamatan Pendukung 2011 (unit) Umum 2031 (unit) Luas TPU
1. Medan Tuntungan 120000 70752 - - 77,912 - -
2. Medan Johor 120000 118736 - - 147,093 1 Disesuaikan
3. Medan Amplas 120000 119007 - - 165,361 1 Disesuaikan
4. Medan Denai 120000 142204 1 Disesuaikan 166,974 1 Disesuaikan
5. Medan Area 120000 109715 - - 114,449 - -
6. Medan Kota 120000 84978 - - 92,158 - -
7. Medan Maimun 120000 64419 - - 188,563 1 Disesuaikan
8. Medan Polonia 120000 54999 - - 73,503 - -
9. Medan Baru 120000 44949 - - 52,987 - -
10. Medan Selayang 120000 87261 - - 104,792 - -
11. Medan Sunggal 120000 112053 - - 126,899 1 Disesuaikan
12. Medan Helvetia 120000 149062 1 Disesuaikan 191,480 1 Disesuaikan
13. Medan Petisah 120000 68727 - - 75,098 - -
14. Medan Barat 120000 79762 - - 86,713 - -
15. Medan Timur 120000 115195 - - 129,280 1 Disesuaikan
16. Medan Perjuangan 120000 107770 - - 130,812 1 Disesuaikan
17. Medan Tembung 120000 144167 1 Disesuaikan 170,296 1 Disesuaikan
18. Medan Deli 120000 153259 1 Disesuaikan 189,053 1 Disesuaikan
19. Medan Labuhan 120000 109126 - - 133,828 1 Disesuaikan
20. Medan Marelan 120000 131905 1 Disesuaikan 198,562 1 Disesuaikan
21. Medan Belawan 120000 97978 - - 111,719 - -
Jumlah 2168392 5 Disesuaikan 2,703,963 12 Disesuaikan
Sumber: Hasil Analisis dan Perhitungan 2010

Universitas Sumatera Utara


115

Analisis luasan Taman Pemakaman Umum berdasarkan Angka Kematian

adalah luasan yang dicari berdasarkan real jumlah kematian penduduk yang ada tiap

tahun dimana 1 unit pemakaman adalah 4 meter² sudah termasuk jaringan jalan dan

sarana prasarana lainnya.

1. Sarana dan Prasarana Pemakaman

Kebutuhan sarana biasa didefinisikan sebagai kebutuhan utama dalam

menunjang fungsi pemakaman, dan merupakan kebutuhan dasar dari kegiatan

pemakaman. Angka kematian sangat menunjang dalam menentukan kebutuhan sarana

dan prasarana pemakaman, sehingga perlu adanya pelayanan. Adapun sarana

pemakaman yang dibutuhkan berupa sebagai berikut:

a. Jaringan jalan

Jalan yang dimaksudkan adalah jaringan jalan dalam areal pemakaman yang

mengatur perjalanan para pengunjung makam saat mencapai makam.

b. Kantor Pemakaman

Bangunan yang berada dalam kawasan pemakaman untuk mengelola administrasi

pemakaian makam oleh penduduk dalam jangkauan layanan. Selain itu kantor

pemakaman ini juga dapat difungsikan sebagai rumah tinggal pihak penjaga

makam ataupun pengelola makam.

c. Toilet Umum

Kebutuhan toilet ini sangat penting, mengingat toilet kebutuhan mendesak setiap

umat manusia yang tidak biasa untuk ditangguhkan. Kebutuhan toilet ini

Universitas Sumatera Utara


116

merupakan pemenuhan kebutuhan yang alamiah. Toilet ini diharapkan dapat

dibedakan menjadi dua fungsi. Dimana kebutuhan toilet untuk pengunjung

makam berupa toilet dengan standar pada umumnya, namun diperlukan adanya

toilet berupa tempat pemandian mayat dengan luasan lebih besar dari ukuran

toilet biasa pada umumnya. Untuk memenuhi kebutuhan sesuai ajaran agama

Islam.

d. Kios Bunga

Kios bunga ini diperuntukkan sebagai tempat berdagang bunga yang lazim

diperlukan saat melakukan ritual pejiarah maupun pemakaman. Selain itu juga

untuk tempat menjual kebutuhan lain selain bunga bagi pengunjung makam. Kios

bunga ini biasanya terletak di sekitar pelataran parkir agar mudah dijangkau dan

bangunannya ditata sedemikian rupa agar terlihat indah dan teratur.

e. Musholla

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan utama dalam pekuburan Islam, dimana

musholla ini berfungsi untuk tempat menyolatkan mayat yang akan dimakamkan.

Selain itu juga memenuhi kebutuhan pengunjung maka yang ingin melaksanakan

ibadah sholat.

5. Analisis Kebutuhan Prasarana

Pemenuhan kebutuhan prasarana dimaksudkan untuk mendukung pelayanan

sarana pemakaman bagi pemenuhan kebutuhan penduduk di wilayah jangkauan

Universitas Sumatera Utara


117

pelayanan dalam menunjang fungsi pemakaman. Adapun sarana pemakaman yang

dibutuhkan berupa sebagai berikut:

a. Saluran Drainase

Pembangunan kompleks pemakaman harus memperhatikan aspek fisik lokasi

pemakaman. Untuk mencegah terjadinya genangan-genangan air pada saat hujan

yang menyebabkan makam menjadi becek dan kotor, selain itu juga berfungsi

sebagai pengendali banjir pada lokasi pemakaman. Maka perlunya dibuat drainase

dalam kompleks pemakaman tersebut untuk mengatur sistem pengairan/drainase

yang berupa sirkulasi air permukaan sehingga makam dapat terpelihara dengan

baik.

b. Tempat Parkir

Tempat parkir ini dapat menampung kendaraan roda empat dan roda dua. Tempat

parkir ini disediakan agar kendaraan para pejiarah atau kendaraan yang

mengantarkan jenazah tidak parkir diluar areal pemakaman sehingga tidak

menimbulkan kemacetan diluar kawasan pemakaman. Jenis perkerasan tempat

parkir ini menggunakan paving block atau rumput agar tidak menghalangi proses

penyerapan air dan menghemat pembiayaan.

c. Penerangan

Berfungsi untuk menerangi areal pemakaman pada malam hari, agar kesan seram

ataupun angker pada lokasi pemakaman dapat dihilangkan.

Universitas Sumatera Utara


118

d. Monumen Peringatan

Fungsi dari monumen ini adalah tempat catatan nama-nama jenazah yang telah

dimakamkan pada lokasi pemakaman tersebut, tetapi tidak memperpanjang iJin

atau telah habis masa berlakunya dan yang telah ditimpa dengan jenazah lainnya.

e. Gerbang Utama

Merupakan pintu masuk utama pada lokasi pemakaman, yang harus dilalui oleh

para pengunjung makam.

f. Tempat Sampah

Penyediaan tempat sampah ini sangat penting untuk menjaga kebersihan lokasi

pemakaman tetap terjaga ketika para pengunjung makam berada dalam lokasi

pemakaman. Peletakan tempat sampah ini diupayakan pada lokasi yang strategis

agar mudah terlihat dan mudah dijangkau. Selain itu juga perlu disediakan tempat

sampah induk sebagai tempat pengumpulan sampah yang kemudian diangkut ke

luar kawasan pemakaman.

g. Jaringan Air Bersih

Kebutuhan air bersih ini untuk mendukung kegiatan pada lokasi pemakaman,

seperti kebutuhan air bersih ditoilet-toilet yang tersedia, pemandian jenazah.

Berdasarkan komposisi di atas dan hasil perhitungan berdasarkan Angka

Kematian Kasar Rata-Rata diketahui tahun 2031 Kota Medan membutuhkan 53,9328

Ha.

Universitas Sumatera Utara


119

Contoh perhitungan luas kebutuhan TPU tahun 2011 untuk Kecamatan Medan

Tuntungan:

(1,63 x 70.752 )
Luas Kebutuhan TPU 2011 AKK = x 0,0004 ha
1000

= 0,0462 ha
(luas 1 kavling 4 meter² = 0,0004 ha). Lihat Tabel 4.15.

4.3.3 Analisis Luasan Taman Pemakaman Umum Menurut Angka Diluar


angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup Kota Medan dari data Badan Pusat Statistik Kota

meningkat dari 70,70 tahun pada tahun 2006 menjadi 71,50 tahun pada tahun 2009.

Analisis untuk 20 tahun ke depan atau untuk tahun 2031 adalah kelompok usia 72

tahun pada tahun 2031 dikurang 20 tahun tetapi karena tahun dasar perhitungan

penduduk adalah tahun 2009 maka dimulai dari penduduki yang berusia ≥ 51 tahun

pada tahun 2009. Jadi penduduk ≥ 51 tahun adalah usia diluar Angka Harapan Hidup

untuk tahun 2031. Berdasarkan analisis penduduk di luar AHH pada tahun 2031

sejumlah 307.353 jiwa. Penduduk tersebut dikali 4 meter² per penduduk didapat luas

TPU yang dibutuhkan berdasakan AHH yaitu 122,9413 Ha. Lihat Tabel 4.16.

Universitas Sumatera Utara


120

Tabel 4.15. Luasan TPU Berdasarkan Angka Kematian Kasar Rata-rata (Mortality Rate) Kota Medan Tahun 2031
No. Kecamatan AKK Luas Taman Pemakaman Umum Berdasarkan Jumlah Kematian
Rata-
Rata 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1. Medan Tuntungan 1.63 0.0462 0.0464 0.0466 0.0469 0.0471 0.0473 0.0475 0.0478 0.0480 0.0482
2. Medan Johor 2.19 0.1039 0.1050 0.1062 0.1073 0.1085 0.1096 0.1108 0.1120 0.1132 0.1144
3. Medan Amplas 3.31 0.1578 0.1604 0.1631 0.1658 0.1685 0.1713 0.1741 0.1770 0.1800 0.1830
4. Medan Denai 2.11 0.1198 0.1208 0.1218 0.1227 0.1237 0.1247 0.1257 0.1267 0.1278 0.1288
5. Medan Area 0.60 0.0263 0.0264 0.0264 0.0265 0.0266 0.0266 0.0267 0.0267 0.0268 0.0268
6. Medan Kota 3.82 0.1298 0.1303 0.1308 0.1314 0.1319 0.1324 0.1330 0.1335 0.1341 0.1346
7. Medan Maimun 1.86 0.0479 0.0505 0.0533 0.0562 0.0593 0.0626 0.0661 0.0697 0.0736 0.0776
8. Medan Polonia 2.57 0.0565 0.0574 0.0582 0.0591 0.0599 0.0608 0.0617 0.0626 0.0635 0.0644
9. Medan Baru 3.16 0.0569 0.0574 0.0578 0.0583 0.0588 0.0593 0.0598 0.0603 0.0608 0.0613
10. Medan Selayang 2.41 0.0841 0.0849 0.0857 0.0865 0.0873 0.0881 0.0889 0.0897 0.0905 0.0914
11. Medan Sunggal 3.35 0.1503 0.1512 0.1522 0.1531 0.1541 0.1550 0.1560 0.1570 0.1579 0.1589
12. Medan Helvetia 1.57 0.0934 0.0946 0.0958 0.0970 0.0982 0.0995 0.1007 0.1020 0.1033 0.1046
13. Medan Petisah 12.10 0.3325 0.3340 0.3355 0.3370 0.3385 0.3400 0.3415 0.3430 0.3446 0.3461
14. Medan Barat 1.29 0.0411 0.0413 0.0415 0.0416 0.0418 0.0420 0.0422 0.0423 0.0425 0.0427
15. Medan Timur 2.53 0.1167 0.1173 0.1180 0.1187 0.1194 0.1201 0.1208 0.1215 0.1222 0.1229
16. Medan Perjuangan 2.75 0.1186 0.1197 0.1209 0.1221 0.1233 0.1245 0.1257 0.1269 0.1281 0.1294
17. Medan Tembung 4.76 0.2745 0.2768 0.2791 0.2815 0.2838 0.2862 0.2886 0.2910 0.2935 0.2959
18. Medan Deli 1.95 0.1198 0.1211 0.1224 0.1237 0.1250 0.1263 0.1276 0.1290 0.1303 0.1317
19. Medan Labuhan 2.48 0.1083 0.1094 0.1106 0.1117 0.1128 0.1140 0.1152 0.1164 0.1175 0.1188
20. Medan Marelan 0.27 0.0142 0.0145 0.0148 0.0151 0.0154 0.0157 0.0160 0.0164 0.0167 0.0170
21. Medan Belawan 3.28 0.1286 0.1295 0.1303 0.1312 0.1321 0.1329 0.1338 0.1347 0.1356 0.1365
Jumlah 2.3274 2.3490 2.3710 2.3933 2.4159 2.4390 2.4624 2.4861 2.5103 2.5349

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Tabel 4.15 121

No. Kecamatan Luas Taman Pemakaman Umum Berdasarkan Jumlah Kematian Total
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 Luas TPU
1. Medan Tuntungan 0.0485 0.0487 0.0489 0.0492 0.0494 0.0496 0.0499 0.0501 0.0504 0.0506 0.0509 1.0180
2. Medan Johor 0.1157 0.1169 0.1182 0.1194 0.1207 0.1220 0.1233 0.1247 0.1260 0.1274 0.1287 2.4343
3. Medan Amplas 0.1860 0.1891 0.1922 0.1954 0.1986 0.2019 0.2053 0.2087 0.2121 0.2157 0.2192 3.9251
4. Medan Denai 0.1299 0.1309 0.1319 0.1330 0.1341 0.1351 0.1362 0.1373 0.1384 0.1396 0.1407 2.7297
5. Medan Area 0.0269 0.0270 0.0270 0.0271 0.0271 0.0272 0.0272 0.0273 0.0274 0.0274 0.0275 0.5648
6. Medan Kota 0.1352 0.1357 0.1362 0.1368 0.1374 0.1379 0.1385 0.1390 0.1396 0.1402 0.1407 2.8390
7. Medan Maimun 0.0819 0.0864 0.0912 0.0962 0.1015 0.1071 0.1130 0.1193 0.1258 0.1328 0.1401 1.8123
8. Medan Polonia 0.0654 0.0663 0.0673 0.0683 0.0693 0.0703 0.0713 0.0723 0.0734 0.0745 0.0756 1.3780
9. Medan Baru 0.0618 0.0623 0.0628 0.0633 0.0638 0.0644 0.0649 0.0654 0.0660 0.0665 0.0671 1.2988
10. Medan Selayang 0.0922 0.0930 0.0939 0.0948 0.0956 0.0965 0.0974 0.0983 0.0992 0.1001 0.1010 1.9391
11. Medan Sunggal 0.1598 0.1609 0.1619 0.1629 0.1640 0.1650 0.1660 0.1670 0.1681 0.1691 0.1702 3.3607
12. Medan Helvetia 0.1059 0.1072 0.1086 0.1099 0.1113 0.1127 0.1142 0.1156 0.1171 0.1185 0.1200 2.2302
13. Medan Petisah 0.3474 0.3492 0.3507 0.3523 0.3538 0.3554 0.3570 0.3586 0.3602 0.3618 0.3634 7.3024
14. Medan Barat 0.0429 0.0431 0.0432 0.0434 0.0436 0.0438 0.0440 0.0442 0.0443 0.0445 0.0447 0.9008
15. Medan Timur 0.1236 0.1243 0.1250 0.1257 0.1265 0.1272 0.1279 0.1287 0.1294 0.1302 0.1309 2.5970
16. Medan Perjuangan 0.1306 0.1319 0.1332 0.1345 0.1358 0.1371 0.1385 0.1398 0.1412 0.1426 0.1439 2.7483
17. Medan Tembung 0.2985 0.3009 0.3034 0.3059 0.3085 0.3111 0.3137 0.3163 0.3189 0.3216 0.3243 6.2741
18. Medan Deli 0.1332 0.1345 0.1359 0.1374 0.1388 0.1403 0.1417 0.1432 0.1448 0.1463 0.1478 2.8008
19. Medan Labuhan 0.1200 0.1212 0.1224 0.1237 0.1250 0.1263 0.1275 0.1289 0.1302 0.1315 0.1329 2.5243
20. Medan Marelan 0.0174 0.0178 0.0181 0.0185 0.0189 0.0193 0.0197 0.0201 0.0205 0.0209 0.0214 0.3683
21. Medan Belawan 0.1374 0.1383 0.1392 0.1401 0.1410 0.1419 0.1429 0.1438 0.1448 0.1457 0.1467 2.8869
Jumlah 2.5603 2.5855 2.6114 2.6378 2.6647 2.6922 2.7201 2.7486 2.7777 2.8074 2.8377 53.9328
Sumber: Hasil Perhitungan, 2010

Universitas Sumatera Utara


122

Tabel 4.16. Luasan TPU Berdasarkan Angka Diluar Angka Harapan Hidup Kota
Medan Tahun 2031

No. Kecamatan Penduduk di Luar AHH Luas TPU (Ha)


1. Medan Tuntungan 9357 3.7430
2. Medan Johor 21946 8.7783
3. Medan Amplas 15378 6.1512
4. Medan Denai 18689 7.4757
5. Medan Area 14593 5.8370
6. Medan Kota 11259 4.5034
7. Medan Maimun 20989 8.3955
8. Medan Polonia 7135 2.8540
9. Medan Baru 5899 2.3598
10. Medan Selayang 11445 4.5779
11. Medan Sunggal 14778 5.9114
12. Medan Helvetia 19415 7.7661
13. Medan Petisah 11413 4.5654
14. Medan Barat 10558 4.2230
15. Medan Timur 15208 6.0833
16. Medan Perjuangan 13981 5.5925
17. Medan Tembung 18936 7.5743
18. Medan Deli 20002 8.0008
19. Medan Labuhan 14277 5.7107
20. Medan Marelan 16912 6.7648
21. Medan Belawan 15183 6.0732
Jumlah 307353 122.9413
Sumber: Hasil Perhitungan, 2010

4.3.4. Perbandingan Kebutuhan Berdasarkan 3 Metode yang Digunakan

Dari hasil perhitungan melalui 3 metode pendekatan didapatkan hasil Taman

Pemakaman Umum yang harus disediakan. Metode berdasarkan Pedoman Menteri PU

sejumlah 12 lokasi yang harus dibangun Pemko Medan. Metode berdasar Angka

Kematian penduduk Kota Medan sebesar 53,9328 Ha dan Metode perhitungan

dengan memakai metode Angka Harapan Hidup luas Taman Pemakaman Umum

sebesar 122,9413 Ha. Metode dengan menggunakan Angka Kematian Kasar dan

Universitas Sumatera Utara


123

Angka Harapan Hidup terdapat hasil luasan yang sangat jauh berbeda. Bila data

benar-benar angka real yang mendekati kebenaran di lapangan idealnya luasan

tersebut tidak terlalu berbeda secara signifikan. Kondisi di lapangan, banyak dari

penduduk yang sangat jarang melaporkan kematiannya pada pihak kelurahan. Hasil

interview/wawancara kepada para camat dan Lurah:

1) Penduduk yang beretnis Tionghoa sangat jarang melaporkan kaum kerabatnya

yang meninggal ke pihak kelurahan dan kecamatan.

2) Banyak juga penduduk yang berasal dari etnis Tapanuli yang apabila sudah lanjut

dan meninggal tidak dikuburkan di Medan tetapi dikuburkan di daerah asal

terutama dari kalangan menengah atas dan sering tidak melaporkan ke pihak

kelurahan dan kecamatan.

3) Dengan alasan ketenangan banyak para pensiunan yang berasal dari kota besar

menghabiskan usia tuanya ke daerah asal, ke daerah yang lebih sejuk dan tenang

dibanding dari desa ke kota besar hal ini juga yang menyebabkan Angka diluar

Angka Harapan Hidup lebih tinggi dibanding Angka Kematian Kasar rata-rata.

4) Angka Harapan Hidup tidak mempertimbangkan tingkat kesehatan masyarakat 20

tahun ke depan. AHH hidup yang dicari adalah Angka Harapan Hidup tahun

dasar yaitu tahun 2009.

5) Hal ini juga diperparah dengan ketidakvalidan data yaitu banyak data yang ada

pada tahun eksisting bukan data yang sebenarnya tetapi hasil dari proyeksi

penduduk sebelumnya, hal tersebut perlu menjadi masalah nasional terutama pada

Universitas Sumatera Utara


124

database yang lengkap dan baik agar perencanaan di Indonesia dapat tepat guna

dan berhasil guna karena bagaimanapun data dari instansi/lembaga seperi Badan

Pusat Statistik adalah data yang resmi dan menjadi acuan dasar perencanaan di

Indonesia.

Untuk lebih jelas lihat Tabel 4.17.

A. Kelemahan dan kelebihan Rencana pada RTRW Kota Medan 2010-2030

Adapun kelemahannya adalah:

1. Didalam merencanakan Taman Pemakaman Umum untuk 20 tahun tidak ada

analisis ilmiah hanya bedasarkan ketersediaan lahan

2. Lokasi Taman Pemakaman Umum hanya direncanakan pada satu Kecamatan

yaitu Kecamatan Medan Tuntungan sedangkan kecamatan-kecamatan lain tidak

direncanakan.

3. Letak lokasi Taman Pemakaman Umum disatukan di Medan Tuntungan di

Kawasan Selatan hal ini sangat memberatkan terutama dari segi aksesibilitas

misalnya untuk penduduk kawasan Medan Utara baik dari segi jarak, transportasi

maupun waktu.

Universitas Sumatera Utara


125

Tabel 4.17. Perbandingan Taman Pemakaman Umum Berdasarkan Perbandingan 3 Metode Analisis

TPU yang dikelola Pemerintah RTRW Pedoman Menteri PU Diluar Angka


Jumla TAHUN Jumlah TPU Luas Berdasar Harapan
No. Kecamatan h Luas (Ha) Sisa Lahan 2011-2031 2031 (unit) Luas TPU AKK Rata² Hidup
1. Medan Tuntungan 1 6.5 1 1 unit - - 1.0180 3.7430
2. Medan Johor - - - - 1 Disesuaikan 2.4343 8.7783
3. Medan Amplas 1 4 0 - 1 Disesuaikan 3.9251 6.1512
4. Medan Denai - - - - 1 Disesuaikan 2.7297 7.4757
5. Medan Area - - - - - - 0.5648 5.8370
6. Medan Kota - - - - - - 2.8390 4.5034
7. Medan Maimun - - - - 1 Disesuaikan 1.8123 8.3955
8. Medan Polonia - - - - - - 1.3780 2.8540
9. Medan Baru 4 6.9 0 - - - 1.2988 2.3598
10. Medan Selayang 1 1 0 - - - 1.9391 4.5779
11. Medan Sunggal - - - - 1 Disesuaikan 3.3607 5.9114
12. Medan Helvetia - - - - 1 Disesuaikan 2.2302 7.7661
13. Medan Petisah 1 1.9 0 - - - 7.3024 4.5654
14. Medan Barat - - - - - - 0.9008 4.2230
15. Medan Timur - - - - 1 Disesuaikan 2.5970 6.0833
16. Medan Perjuangan - - - - 1 Disesuaikan 2.7483 5.5925
17. Medan Tembung - - - - 1 Disesuaikan 6.2741 7.5743
18. Medan Deli - - - - 1 Disesuaikan 2.8008 8.0008
19. Medan Labuhan - - - - 1 Disesuaikan 2.5243 5.7107
20. Medan Marelan - - - - 1 Disesuaikan 0.3683 6.7648
21. Medan Belawan - - - - - - 2.8869 6.0732
Jumlah 8 20.3 1 18 Ha 12 Disesuaikan 53.9328 122.9413
Sumber: Hasil Perhitungan, 2011

Universitas Sumatera Utara


126

Kelebihan:

1. Lahan masih kosong;

2. Telah terdapat pada Rencana Tata Ruang sehingga dapat dilakukan proses

selanjutnya misalnya pembebasan lahan atau pembangunan fisik.

B. Metode Pedoman Menteri Pekerjaan Umum

Adapun kelemahannya adalah:

1. Metode ini terlalu global, standard luasan kebutuhan Taman Pemakaman Umum

tidak ada tetapi diserahkan pada kearifan lokal masing-masing daerah sehingga di

dalam perencanaan tata ruang kebutuhan akan tempat pemakaman sering tidak

dimasukkan atau dihitung, dan kalaupun ada tanpa ada kajian ilmiah terutama

tingkat kematian penduduk.

Kelebihan:

1. Penduduk pendukung ditentukan yaitu 120000 penduduk sehingga lebih mudah

dalam mengatur dan merencanakan pembagian system pewilayahan penduduk

yang berdekatan dan berorientasi ke rencana Taman Pemakaman Umum tersebut..

C. Metode berdasarkan angka kematian kasar rata-rata penduduk Kota


Medan

Adapun kelemahannya adalah:

1. Tingkat keakuratan data, terkadang sebagian penduduk tidak melaporkan secara

resmi anggota keluarga yang meninggal dunia ke kantor kelurahan sehingga data

kematian yang masuk lebih sedikit dibandingkan kejadian kematian yang

sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara


127

2. Sebelum akhir perencanaan pemerintah daerah harus bersiap-siap (2 tahun

sebelum masa perencanaan habis yaitu masa perencanaan 20 tahun) menganalisis

kembali jumlah luasan Taman Pemakaman Umum dan melakukan pembebasan

lahan dan pembangunan fisik. Atau alternative lain sebelum direncanakan Taman

Pemakaman Umum selanjutnya, untuk sementara teknik pemakaman dapat

dilakukan dengan system tumpang.

Kelebihan:

1. Bila tingkat pendataan baik metode ini adalah metode yang paling sesuai untuk

mengetahui angka kematian penduduk saat ini dan akan datang apalagi bila

diketahui angka kematian berdasarkan time series.

2. Angka ini adalah angka paling real untuk jumlah pemakaman yang dikuburkan

pada kota/kabupaten yang dianalisis.

D. Metode Berdasarkan Angka Diluar Angka Harapan Hidup

Adapun kelemahannya adalah:

1. Angka Harapan Hidup juga merupakan salah satu alternative untuk menentukan

kebutuhan luas Taman Pemakaman Umum tetapi semakin tinggi tingkat

kesejahteraan semakin tinggi tingkat Harapan Hidup. Apabila data diproyeksikan

berdasarkan Angka Harapan Hidup tingkat kesehatan kedepan tidak

dipertimbangkan dengan kata lain AHH yang dihitung adalah AHH eksisting.

Padahal berdasarkan trend yang ada AHH setiap tahun semakin bertambah

Universitas Sumatera Utara


128

sehingga biasanya system ini menghasilkan luasan Taman Pemakaman Umum

yang paling luas di antara Luas Taman Pemakaman Umum dengan kajian luasan

Taman Pemakaman Umum dengan system yang lain.

2. Untuk kawasan kota besar Angka Harapan Hidup biasanya lebih tinggi dari angka

kematian sesungguhnya dikarenakan pada umumnya perpindahan penduduk dari

kota ke desa atau dari kota ke daerah asal, dari kota yang padat dan ramai ke

daerah yang lebih sejuk dan tenang lebih besar dibandingkan penduduk dari desa

ke kota.

Kelebihan:

1. Dapat dijadikan salah satu alternative bila data penduduk berdasarkan angka

kematian tidak ada.

2. Tidak ada salahnya menggunakan sistem ini karena diakhir tahun perencanaan

minimal pas ataupun berlebih, kelebihan luasan dapat sebagai cadangan sebelum

perencanaan 20 tahun ke depan berikutnya dan turut menambah RTH yang

diwajibkan bagi Pemerintah Daerah.

4.3.5. Konstribusi/Persentase Luasan terhadap RTH yang Diwajibkan

RTH Pemakaman adalah bagian dari RTH fungsi tertentu bersama-sama

dengan RTH lain yaitu RTH sempadan rel kereta api, RTH jaringan listrik tegangan

tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, RTH danau, RTH pengamanan

sumber air baku/mata air.

Universitas Sumatera Utara


129

Persentase RTH Fungsi tertentu (bersama 6 item lainnya) sendiri sebesar 1,5 %

dari luas wilayah.

h. Luas Wilayah Kota Medan : 26.510 Ha

i. Kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau sesuai standar UU No. 26 Tahun 2007

adalah 30% dari 26.510 Ha, sekitar 7.953 Ha, yang terdiri dari 5.302 Ha RTH

Publik dan 2.651 Ha Privat.

Kenyataannya dari sisi RTH Pemakaman dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa apabila memakai metode berdasarkan Angka Kematian Kasar rata-rata maka

RTH pemakaman menghasilkan 53,9328 Ha atau sekitar 0,20% sedangkan untuk

122.9413 Ha atau sekitar 0,46% kedua metode ini dapat memenuhi target RTH

tertentu dari RTH Publik yang di arahkan dan 1,5% penyumbang RTH publik yang

diwajibkan.

4.4. Analisis Pembagian Perwilayahan untuk Kebutuhan Luasan TPU

Mengingat luasnya Kota Medan, tingkat aksesibilias penduduk termasuk jarak,

waktu tempuh dan tingkat kemacetan maka sama halnya pembagian sistem pusat

pelayanan pada rencana kota yang bertujuan tidak hanya sebagai pemerataan ekonomi

tetapi juga sebagai kemudahan akses terhadap wilayah pelayanan maka analisis

pembagian Taman Pemakaman Umum pada tesis ini dibagi atas 4 wilayah dimana

setiap wilayah ditempatkan 1 Taman Pemakaman Umum. Adapun 4 wilayah tersebut

adalah:

Universitas Sumatera Utara


130

1. Kawasan Medan Utara meliputi 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Labuhan,

Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Marelan dan Kecamatan Medan Deli.

Luas Taman Pemakaman Umum yang dibutuhkan dengan metode perhitungan

melalui Angka Kematian Kasar (AKK) seluas 8,5802 ha dan metode perhitungan

melalui Angka Harapan Hidup (AHH) seluas 26,5495 ha.

2. Kawasan Medan Timur meliputi 6 kecamatan yaitu : Kecamatan Medan Deli,

Medan Timur, Medan Tembung, Medan Perjuangan, Medan Area, Medan Denai

dan Medan Kota. Luas Taman Pemakaman Umum yang dibutuhkan dengan

metode perhitungan melalui Angka Kematian Kasar (AKK) seluas 17.7529 ha dan

metode perhitungan melalui Angka Harapan Hidup (AHH) seluas 37.0662 ha.

3. Kawasan Medan Barat meliputi 7 kecamatan yaitu : Medan Helvetia, Medan Barat,

Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Baru, Medan Polonia dan Medan Maimun.

Luas Taman Pemakaman Umum yang dibutuhkan dengan metode perhitungan

melalui Angka Kematian Kasar (AKK) seluas 18.2831 ha dan metode perhitungan

melalui Angka Harapan Hidup (AHH) seluas 36.0751ha.

4. Kawasan Medan Selatan meliputi 4 kecamatan yaitu : Medan Selayang, Medan

Tuntungan, Medan Johor dan Medan Amplas. Luas Taman Pemakaman Umum

yang dibutuhkan dengan metode perhitungan melalui Angka Kematian Kasar

(AKK) seluas sebesar 9.3165 ha dan metode perhitungan melalui Angka Harapan

Hidup (AHH) seluas 23.2504 ha.

Universitas Sumatera Utara


131

Untuk mengetahui perbandingan Luas Taman Pemakaman Umum yang

dibutuhkan pada 4 wilayah berdasarkan metode perhitungan melalui Angka Kematian

Kasar (AKK) dan Angka Harapan Hidup (AHH) dituangkan kedalam peta dan dalam

bentuk lingkaran dengan skala 1 : 20000 (luas TPU diwujudkan ke dalam lingkaran)

di atas gambar peta Kota Medan tanpa skala. Lihat Gambar 4.2 dan 4.3.

Pada akhirnya luasan Taman Pemakaman Umum dari berbagai metode dibagi

berdasarkan kebutuhan menurut agama masing-masing

penduduk. Letak kavlingan pemakaman masing-masing agama dibedakan dan

lokasinya masing-masing Taman Pemakaman Umum berdampingan. Dari hasil

analisis diketahui persentase jumlah masing-masing agama. Adapun berdasarkan adat

dan kebiasaan tidak semua pemeluk agama bersedia di makamkan di lokasi

pemakaman umum, biasanya mereka yang tidak bersedia dimakamkan di pemakaman

umum adalah penduduk yang berasal dari ekonomi kalangan atas, penganut adat yang

kuat dan lainnya sehingga ingin di makamkan di pemakaman keluarga, mempunyai

ikatan yang kuat dengan asal daerah sehingga ingin dimakamkan di asal daerah, ingin

dimakamkan di lokasi pemakaman yayasan (sebagian penganut agama budha dan

hindu) dan ingin dimakamkan di pemakaman yang lebih mewah dan prestisius

(swasta).

Penduduk yang tidak bersedia di makamkan di Taman Pemakaman Umum

khusus untuk agama kristen biasanya yang berasal dari kalangan atas diperkirakan

adalah 10%, sesuai perbandingan antara kavling perumahan yaitu 1 ; 3 ; 6 (UU

Universitas Sumatera Utara


132

tentang Perumahan). Dimana 10% untuk penduduk kalangan atas, 30% penduduk

menengah dan 60% penduduk kelas bawah. Adapun luas kavling berdasar penganut

agama dan berdasarkan Angka Kematian Kasar Rata-rata untuk Taman

Pemakaman Umum Muslim 35,2625 Ha, Taman Pemakaman Umum Kristen 11,6183

Ha, Taman Pemakaman Umum Budha 6,176 Ha dan Taman Pemakaman Umum

Hindu 0,465 Ha. Sedangkan luas kavling berdasar penganut agama dan diluar Angka

Harapan Hidup untuk Taman Pemakaman Umum Muslim 84,0688 Ha, Taman

Pemakaman Umum Kristen 24,5095 Ha, Taman Pemakaman Umum Budha 14,078

Ha dan Taman Pemakaman Umum Hindu 0,1060 Ha. Lihat Tabel 25 dan 26.

Ini adalah hasil analisis Luasan dari berbagai metode yang dibutuhkan

Pemerintah Kota Medan 20 tahun ke depan dan ini adalah fasilitas umum dan sosial

yang dibutuhkan masyarakat Kota Medan yang wajib disediakan Pemerintah Kota

Medan. Pihak swasta dapat juga berbisnis dalam hal pemakaman umum seperti halnya

elite yang ada di Tanjung Morawa atau Pemakaman elite di Jakarta yaitu Pemakaman

San Diego yang sekaligus dijadikan tempat rekreasi dan wisata, Pertemuan dan

Entertainment lainnya.

Penyediaan ini oleh Pemerintah sama dengan Penyediaan Fasilitas Umum

dan Sosial lainnya seperti sekolah, puskesmas dll. Swasta dapat juga mendirikan

sekolah swasta atau klinik-klinik tetapi Pemerintah tetap wajib menyedian sekolah

berupa sekolah negeri dan puskesmas sesuai dengan jumlah penduduk pendukung hal

ini sangat penting bagi masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah.

Universitas Sumatera Utara


133

Pembebasan lahan yang dapat dilakukan pemerintah memiliki 2 opsi :

1. Pemerintah langsung membebaskan lahan sesuai hasil pengkajian anailis

kebutuhan dengan terlebih dahulu melakukan Studi Kelayakan Lahan

(Feasibility Study) dengan asumsi Pemerintah tidak dapat intervensi terhadap

pemakaman yang bukan umum miliki masyarakat, tanah wakap atau yayasan.

2. Pemerintah terlebih dahulu mendata Pemakaman yang ada melakukan

pengurangan dari Taman Pemakaman Umum yang dibutuhkan dikurang sisa

Taman Pemakaman Bukan Umum yang masih kosong. Hasil luasan Taman

Pemakaman Umum yang dibutuhkan tersebut kemudian dicari lokasi lahannya

melalui Studi Kelayakan Lahan (Feasibility Study) dan kemudian dilakukan

pembebasan lahan seperti yang dianalisis pada Kawasan Medan Utara.

Selanjutnya disajikan contoh perhitungan kebutuhan luasan Taman

Pemakaman Umum yang harus dibangun oleh pemerintah berdasarkan sisa lahan

eksisting pemakaman yang ada yaitu:

Luas TPU dari hasil analisis - Luas pemakaman yang ada = Luasan yang harus

dibebaskan oleh pemerintah Kota Medan.

Adapun kawasan yang dipilih adalah Kawasan Utara dengan dasar Kawasan

ini sangat jauh dari Kecamatan Medan Tuntungan dimana Kota Medan merencanakan

Taman Pemakaman Umum 20 tahun ke depan hanya di kecamatan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


134

Tabel 4.18. Luas Taman Pemakaman Umum Berdasarkan Jenis AKK Rata-rata, Agama dan Perwilayahan Tahun
2031

No. Kecamatan Islam Kristen/Katolik Budha Hindu


Taman Taman Taman Taman
Luas Taman Pemakaman Luas Taman Pemakaman Luas Taman Pemakaman Luas Taman Pemakaman
Pemakaman Umum Pemakaman Umum Pemakaman Umum Pemakaman Umum
% Umum Islam % Umum Kristen % Umum Budha % Umum Hindu
Kawasan Medan Utara 8.5802 6.8253 8.5802 1.2513 8.5802 0.4877 8.5802 0.0160
1. Medan Deli 0.84 2.8008 2.35 0.11 2.8008 0.29 0.054 2.8008 0.150 0.002 2.8008 0.005
2. Medan Labuhan 0.76 2.5243 1.93 0.14 2.5243 0.35 0.097 2.5243 0.245 0.001 2.5243 0.003
3. Medan Marelan 0.92 0.3683 0.34 0.06 0.3683 0.02 0.014 0.3683 0.005 0.002 0.3683 0.001
4. Medan Belawan 0.76 2.8869 2.21 0.20 2.8869 0.59 0.030 2.8869 0.087 0.002 2.8869 0.007
Kawasan Medan Timur 17.7529 11.6221 17.7529 3.7073 17.7529 2.3539 17.7529 0.0696
1. Medan Denai 0.72 2.7297 1.96 0.24 2.7297 0.67 0.036 2.7297 0.098 0.001 2.7297 0.002
2. Medan Area 0.68 0.5648 0.38 0.07 0.5648 0.04 0.250 0.5648 0.141 0.004 0.5648 0.002
3. Medan Kota 0.45 2.8390 1.27 0.27 2.8390 0.76 0.281 2.8390 0.797 0.004 2.8390 0.011
4. Medan Timur 0.65 2.5970 1.68 0.16 2.5970 0.41 0.184 2.5970 0.478 0.008 2.5970 0.021
5. Medan Perjuangan 0.62 2.7483 1.70 0.26 2.7483 0.72 0.111 2.7483 0.306 0.006 2.7483 0.018
6. Medan Tembung 0.74 6.2741 4.62 0.18 6.2741 1.11 0.085 6.2741 0.534 0.002 6.2741 0.016
Kawasan Medan Barat 18.2831 10.5595 18.2831 3.8810 18.2831 3.4796 18.2831 0.3630
1. Medan Maimun 0.68 1.8123 1.23 0.05 1.8123 0.09 0.250 1.8123 0.453 0.022 1.8123 0.040
2. Medan Polonia 0.65 1.3780 0.90 0.19 1.3780 0.27 0.130 1.3780 0.179 0.027 1.3780 0.038
3. Medan Baru 0.49 1.2988 0.64 0.43 1.2988 0.56 0.054 1.2988 0.070 0.023 1.2988 0.030
4. Medan Sunggal 0.70 3.3607 2.34 0.20 3.3607 0.67 0.091 3.3607 0.304 0.014 3.3607 0.048
5. Medan Helvetia 0.66 2.2302 1.47 0.31 2.2302 0.70 0.023 2.2302 0.051 0.003 2.2302 0.007
6. Medan Petisah 0.47 7.3024 3.43 0.21 7.3024 1.56 0.292 7.3024 2.131 0.026 7.3024 0.191
7. Medan Barat 0.62 0.9008 0.56 0.04 0.9008 0.04 0.323 0.9008 0.291 0.012 0.9008 0.011

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Tabel 4.18 135

Kawasan Medan Selatan


9.3165 6.2556 9.3165 2.7786 9.3165 0.2417 9.3165 0.0406
1. Medan Tuntungan 0.46 1.0180 0.47 0.54 1.0180 0.55 0.003 1.0180 0.003 0.003 1.0180 0.003
2. Medan Johor 0.67 2.4343 1.64 0.24 2.4343 0.58 0.083 2.4343 0.202 0.004 2.4343 0.009
3. Medan Amplas 0.76 3.9251 2.97 0.24 3.9251 0.93 0.004 3.9251 0.016 0.001 3.9251 0.004
4. Medan Selayang 0.61 1.9391 1.18 0.37 1.9391 0.72 0.010 1.9391 0.020 0.013 1.9391 0.025
Jumlah 0.66 53.9328 35.2625 0.22 53.9328 11.6183 0.115 53.9328 6.176 0.009 53.9328 0.465
Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis

Universitas Sumatera Utara


136

Tabel 4.19. Luas Taman Pemakaman Umum Berdasarkan Usia Diluar Angka Harapan Hidup, Agama dan Perwilayahan
Tahun 2031

No. Kecamatan Islam Kristen/Katolik Budha Hindu


Taman Luas Taman Taman Taman
Luas Taman Pemakaman Taman Pemakaman Luas TamanPemakaman Luas TamanPemakaman
Pemakaman Umum Pemakaman Umum Pemakaman Umum Pemakaman Umum
% Umum Islam % Umum Kristen % Umum Budha % Umum Hindu
Kawasan Medan Utara 26.5495 21.9422 26.5495 3.2955 26.5495 1.2602 26.5495 0.0515
1. Medan Deli 0.84 8.0008 6.72 0.11 8.0008 0.84 0.054 8.0008 0.429 0.002 8.0008 0.015
2. Medan Labuhan 0.76 5.7107 4.36 0.14 5.7107 0.79 0.097 5.7107 0.555 0.001 5.7107 0.008
3. Medan Marelan 0.92 6.7648 6.22 0.06 6.7648 0.44 0.014 6.7648 0.093 0.002 6.7648 0.015
4. Medan Belawan 0.76 6.0732 4.64 0.20 6.0732 1.23 0.030 6.0732 0.183 0.002 6.0732 0.014
Kawasan Medan Timur 37.0662 24.3315 37.0662 7.2042 37.0662 5.3795 37.0662 0.1511
1. Medan Denai 0.72 7.4757 5.38 0.24 7.4757 1.82 0.036 7.4757 0.270 0.001 7.4757 0.006
2. Medan Area 0.68 5.8370 3.95 0.07 5.8370 0.40 0.250 5.8370 1.460 0.004 5.8370 0.024
3. Medan Kota 0.45 4.5034 2.02 0.27 4.5034 1.20 0.281 4.5034 1.264 0.004 4.5034 0.017
4. Medan Timur 0.65 6.0833 3.94 0.16 6.0833 0.97 0.184 6.0833 1.119 0.008 6.0833 0.049
5. Medan Perjuangan 0.62 5.5925 3.46 0.26 5.5925 1.47 0.111 5.5925 0.623 0.006 5.5925 0.036
6. Medan Tembung 0.74 7.5743 5.58 0.18 7.5743 1.34 0.085 7.5743 0.644 0.002 7.5743 0.019
Kawasan Medan Barat 36.0751 22.7256 36.0751 6.7491 36.0751 6.0064 36.0751 0.5940
1. Medan Maimun 0.68 8.3955 5.71 0.05 8.3955 0.40 0.250 8.3955 2.099 0.022 8.3955 0.184
2. Medan Polonia 0.65 2.8540 1.85 0.19 2.8540 0.55 0.130 2.8540 0.371 0.027 2.8540 0.078
3. Medan Baru 0.49 2.3598 1.15 0.43 2.3598 1.02 0.054 2.3598 0.127 0.023 2.3598 0.054
4. Medan Sunggal 0.70 5.9114 4.11 0.20 5.9114 1.18 0.091 5.9114 0.536 0.014 5.9114 0.084
5. Medan Helvetia 0.66 7.7661 5.13 0.31 7.7661 2.43 0.023 7.7661 0.177 0.003 7.7661 0.024
6. Medan Petisah 0.47 4.5654 2.14 0.21 4.5654 0.97 0.292 4.5654 1.332 0.026 4.5654 0.119
7. Medan Barat 0.62 4.2230 2.62 0.04 4.2230 0.18 0.323 4.2230 1.364 0.012 4.2230 0.051
Kawasan Medan Selatan 23.2504 15.0695 23.2504 7.2607 23.2504 0.8130 23.2504 0.1072

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Tabel 4.19 137

1. Medan Tuntungan 0.46 3.7430 1.72 0.54 3.7430 2.00 0.003 3.7430 0.011 0.003 3.7430 0.010
2. Medan Johor 0.67 8.7783 5.92 0.24 8.7783 2.10 0.083 8.7783 0.729 0.004 8.7783 0.032
3. Medan Amplas 0.76 6.1512 4.66 0.24 6.1512 1.46 0.004 6.1512 0.026 0.001 6.1512 0.007
4. Medan Selayang 0.61 4.5779 2.77 0.37 4.5779 1.70 0.010 4.5779 0.047 0.013 4.5779 0.059
Jumlah 0.66 122.9413 84.0688 0.22 122.9413 24.5095 0.115 122.9413 14.078 0.009 122.9413 1.060
Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis

Universitas Sumatera Utara


138

III
II

IV

Sumber: RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030)


Keterangan: II
TPU Medan Utara luas 8,5802 Ha TPU Medan Barat luas 18,2831 Ha
I

IV
II
TPU Medan Timur luas 17,7529 Ha TPU Medan Utara luas 9,3165 Ha
Luas Lingkaran skala 1 : 50.000, peta non skala.

Gambar 4.5. Peta Pembagian Kota Medan atas 4 Wilayah serta Luas TPU
berdasarkan AKK

Universitas Sumatera Utara


139

II
III

IV

Sumber: RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030)


Keterangan :
TPU Medan Utara luas 26,5495 Ha II TPU Medan Barat luas 36,0751 Ha
I

IV
II TPU Medan Timur luas 37,0662 Ha TPU Medan Utara luas 23.2504 Ha
Luas Lingkaran dalam peta skala 1 : 50.000, peta non skala.

Gambar 4.6. Peta Pembagian Kota Medan atas 4 Wilayah serta Luas TPU
berdasarkan AHH

Universitas Sumatera Utara


140

4.5. Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum Kawasan Medan Utara

4.5.1. Orientasi Wilayah

Keempat kecamatan yang dipilih menjadi analisis lanjutan kebutuhan Taman

Pemakaman Umum di Kota Medan ini adalah kecamatan-kecamatan yang berada di

sebelah Utara kota Medan, antara lain; Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan

Labuhan, Kecamatan Medan Marelan, dan Kecamatan Medan Belawan. Secara

administratif keempat kecamatan ini berbatasan dengan beberapa daerah, antara lain :

1. Sebelah Utara : Selat Malaka


2. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
3. Sebelah Selata : Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Timur

4. Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Lihat Tabel 4.20.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan saat ini berupa permukiman/perumahan, tambak, pelabuhan

seperti di Kecamatan Medan Belawan maupun di Kecamatan Medan Labuhan

Kelurahan Tangkahan dan Nelayan Indah. Selain itu juga penggunaan lahan di

keempat kecamatan yang merupakan wilayah perencanaan tersebut juga dipakai untuk

lahan pertanian, peternakan, fasilitas olah raga dan hiburan, perkantoran, termasuk

gardu induk PLN (Perusahaan Listrik Negara), dan industry (pabrik ataupun gudang).

Universitas Sumatera Utara


141

Tabel 4.20. Luas Per Kecamatan di Kawasan Medan Utara Tahun 2009

Luas Area
No. Kecamatan Jumlah Kelurahan (Ha) Penduduk Kepadatan
6 : Tanjung Mulia,
Tanjung Mulia Hilir,
Mabar, Kota Bangun, Titi
1. Medan Deli Papan dan Mabar Hilir. 2.084 150,076 72.01
6 : Besar, Tangkahan,
Martubung, Sei Mati,
Pekan Labuhan dan
2. Medan Labuhan Nelayan Indah 3.667 106,922 29.16
5 : Labuhan Deli,
Rengas Pulau, Terjun,
Tanah Enam Ratus dan
3. Medan Marelan Paya Pasir. 2.382 126,619 53.16
6 : Belawan I, Bealawan
II, Belawan Bahari,
Bealawan Bahagia,
Bealawan Sicanang dan
4. Medan Belawan Bagan Deli 2.625 96,700 36.84
Jumlah 23 10.758 480,317 44.65
Sumber : Kota Medan Dalam Angka Tahun 2010
Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010

Penggunanaan lahan yang ada di kawasan utara memperlihatkan bahwa

guna lahan terdiri dari 10 (sepuluh) jenis, yaitu perumahan dan kegiatan terkait, lahan

industri, lahan jasa, lahan perusahaan, sawah, kebun campuran, hutan rawa, danau,

tegalan, dan lahan kosong diperuntukan.

Universitas Sumatera Utara


142

Gambar 4.7. Peta Administrasi Kawasan Medan Utara

Analisis Kebutuhan Luasan Pembebasan Lahan Untuk Kawasan Medan


Utara

Keadaan pemakaman yang terdapat dan tersebar di Kawasan Utara ini

dijelaskan berdasarkan kondisi sebaran pemakaman, fasilitas dan utilitas yang tersedia

Universitas Sumatera Utara


143

pada lokasi pemakaman, penggunaan lahan di lokasi pemakaman, dan sistem

manajemen pemakaman.

A. Kondisi Penyebaran Pemakaman

Pemakaman yang tersebar di Kawasan Utara umumnya merupakan pekuburan

Islam rata-rata luasannya tidak mencapai 1 hektar. Penataaan pemakaman tersebut

masih belum terpola dengan baik. Hanya beberapa pemakaman saja yang sudah

terawat dengan baik, sebahagian lagi kondisinya tidak terawat dengan baik. Rata-rata

penggunaan lahan makam masih tersedia lahan kosong yang belum terpakai. Selain itu

akses pencapaian lokasi pemakaman sudah terlayani oleh angkutan umum. Kondisi

fasilitas dan utilitas yang tersedia di lokasi Pemakaman yang tersebar di wilayah

perencanaan ini sangatlah minim, hanya beberapa lokasi pemakaman yang memiliki

drainase dan yang tesedia aliran listrik. Kemudian konstruksi jalan yang tersedia

berupa jalan tanah. Untuk lebih jelas mengenai kondisi pemakaman yang ada dapat

dilihat pada Tabel 4.21.

B. Penggunaan Lahan Pemakaman

Pemakaman Kawasan sebahagian masih ada yang belum terisi karena lokasi.

Namun karena keterbatasan lahan terkadang ada juga makam yang pakai berulang

(system timpa). Namun hal itu dapat dilakukan apabila makam tersebut telah lebih

dari 10 s/d 15 tahun berisi. Pengguna ulang makam tersebut juga adalah keluarga yang

dimakamkan dimakam tersebut.

Universitas Sumatera Utara


144

Tabel 4.21. Kondisi Pemakaman Umum dan Sisa Lahan Pemakaman di Kawasan Medan Utara Kota Medan

Sisa
Luas Lahan
No. Jenis Perkuburan Alamat Kondisi Aksesibilitas (M²) Terpakai Sisa (Meter)
1. Pekuburan Islam Jln. Jermal Raya kel.Sei Mati Kec. Medan Labuhan Baik Becak 14437 90% 10% 1443.7
2. Pekuburan Islam Jln. Cingwan kel.Martubung Kec. Medan Labuhan Baik Becak 1206 75% 25% 301.5
3. Pekuburan Islam Jln. KL.Yos Sudarso Gg. Tukang Ayam Kec. Medan Labuhan Baik Angkot/Becak 8416 75% 25% 2104
4. Pekuburan Islam Jln. KL.Yos Sudarso Km. 15,5 Kec. Medan Labuhan Baik Angkot/Becak 6782 85% 15% 1017.3
5. Pekuburan Islam Jln. KL. Yos Sudarso Km 15 Kec. Medan Labuhan Baik Angkot/Becak 2000 65% 35% 700
6. Pekuburan Islam Jln. Pancing I kel. Besar Kec. Medan Labuhan Baik Angkot/Becak 5684 100% 0% 0
7. Pekuburan Islam Jln. Pancing I Gg. Rambutan kel. Besar Kec. Medan Labuhan Baik Angkot/Becak 1295 65% 35% 453.25
8. Pekuburan Islam Lingkungan V kel. Besar Kec. Labuhan Baik Becak 4416 95% 5% 220.8
9. Pekuburan Islam Jln. KL. Yos Sudarso lingkungan 22 kel Pekan Labuhan Baik Angkot/Becak 2034 95% 15% 305.1
Jumlah 47350 6546
10. Pekuburan Budha Jln. Cingwan kel. Martubung Kec. Medan Labuhan Baik Becak 1080 95% 5% 54
Jumlah 1080 54
11 Pekuburan Islam Lingk. VI Kel. Kota Bangun Kec. Medan Deli Baik Becak 9980 100% 0% 0
12 Pekuburan Islam Lingk. VI Kel. Kota Bangun Kec. Medan Deli Baik Becak 196 95% 5% 9.8
13 Pekuburan Islam Lingk. III Kel. Mabar Kec. Medan Deli Baik Becak 1350 100% 0% 0
14 Pekuburan Islam Lingk. III Km. 6,5 Tj. Mulia Kec. Medan Deli Baik Angkot/Becak 9000 100% 0% 0
15 Pekuburan Islam Lingk. V kel.Tj Mulia Kec. Medan Deli Baik Becak 6785 100% 0% 0
16 Pekuburan Islam Jl. Yos Sudarso Km 7 Kec. Medan Deli Baik Angkot/Becak 6928 100% 0% 0
17 Pekuburan Islam Gg. Surya Lingk. VII Tj. Mulia Kec. Medan Deli Kurang Baik Becak 224 90% 0% 0
18 Pekuburan Islam Jl. Alumunium III Lingk. Tj. Mulia Kec. Medan Deli Baik Angkot/Becak 31752 80% 5% 1587.6
19 Pekuburan Islam Lingk. I Kel. Titi Papan Tj. Mulia Kec. Medan Deli Baik Becak 316 85% 5% 15.8
20 Pekuburan Islam Lingk. XII Kel. Titi Papan Tj. Mulia Kec. Medan Deli Baik Becak 1000 85% 0% 0
Jumlah 67531 1613

Universitas Sumatera Utara


145

21. Pekuburan Islam Lingk. 39 Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Baik Angkot/Becak 195 80% 5% 9.75
22. Pekuburan Islam Lingk. 14 Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Kurang Baik Becak 600 85% 5% 30
23. Pekuburan Islam Lingk. 33 Renngas Pulau Kec. Medan Marelan Kurang Baik Becak 1327 70% 21% 278.67
24. Pekuburan Islam Lingk. 38 Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Baik Angkot/Becak 1500 80% 5% 75
25. Pekuburan Islam Lingk. 17 Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Kurang Baik Becak 2120 85% 0% 0
26. Pekuburan Islam Lingk. IX Terjun kec. Medan Marelan Baik Angkot/Becak 199 70% 0% 0
27. Pekuburan Islam Lingkungan 32 Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Baik Becak 412 70% 5% 20.6
28. Pekuburan Islam Lingk. 14 Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Baik Becak 945 75% 5% 47.25
29. Pekuburan Islam Lingkungan X Labuhan Deli Kec. Medan Marelan Baik Angkot/Becak 1400 85% 10% 140
Jumlah 8698 2214
31. Pekuburan Islam Jl. Taman Makam Pahlawan Kel. Belawan 1 Tergenang air Becak 300 70% 25% 75
32. Pekuburan Islam Jl. Proyek/Lorong Mesjid Kel. Bagan Deli Tergenang air Becak 290 90% 5% 14.5
33. Pekuburan Islam Jl. Hiu Kel. Belawan Bahagia Tergenang air Becak 220 40% 55% 121
34. Pekuburan Islam Jl. Pulau Andalas/KL. Yos Sudarso Kel. Belawan Bahari Tergenang air Becak 70 95% 0% 0
35. Pekuburan Islam Jl. Pulau Krakatau Tergenang air Becak 1700 65% 30% 510
36. Pekuburan Islam Jl. Pulau Sicanang Kel. Belawan Sicanang Tergenang air Angkot 80 / Becak 1890 55% 45% 850.5
Penimbunan
37 Pekuburan Kristen Kel. Sicanang (baik) Angkot 80 / Becak 3600 80% 20% 720
Jumlah 8070 2291
Jumlah Total 128049 9,8% 12664
Sumber: Dinas Pertamanan Kota Medan dan Hasil Analisis, 2010

Universitas Sumatera Utara


146

C. Sistem Pengelolaan Pemakaman

Pengelolaan pemakaman saat ini masih dikoordinir oleh Kepala Lingkungan

ataupun oleh Pihak Pengelola Mesjid. Hal ini dikarenakan penyediaan makam ini

juga merupakan swakelola oleh masyarakat yang tergabung dalam kelompok

masyarakat sekitar mejid ataupun lingkungan. Namun beberapa pemakaman yang

dikelola Kepala Lingkungan atau pun Pihak Kelurahan memiliki penjaga makam.

Untuk retribusi yang dikenakan ditentukan berdasarkan rembuk warga. yang

dibayar bulanan. Nilai nominal iuran tersebut beragam, mulai Rp. 2000,- sampai

dengan Rp. 4000,-.

D. Kebutuhan Luasan Pembebasan Lahan untuk Kawasan Utara

Dari total luas Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU) yang ada di

Kawasan Medan Utara yaitu sekitar 12,8049 Ha memiliki sisa lahan yang masih

kosong yaitu 1,2664 Ha yaitu sekitar 9,8%. Kecamatan yang memiliki sisa lahan

Pemakaman yang terluas adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 6600 meter².

Sisa lahan yang harus dibebaskan dihitung tiap kecamatan untuk kemudian

dijumlahkan sehingga didapat luas TPU Kawasan Medan Utara yang harus

dibebaskan berdasarkan Angka Kematian Kasar rata-rata untuk Islam adalah 5,6254

Ha, untuk Kristen adalah 1,1793 Ha, untuk agama Budha seluas 0,4823 Ha dan untuk

agama Hindu 0,0160 Ha. Berdasarkan Angka Diluar Angka Harapan Hidup untuk

Islam adalah 20,7424 Ha, untuk Kristen adalah 3,2235 Ha, untuk agama Budha seluas

1,2548 Ha dan untuk agama Hindu 0,0515 Ha. Lihat Tabel 4.22 dan 4.23.

Universitas Sumatera Utara


147

Tabel 4.22. Luas yang Dibebaskan menurut AKK Rata-rata dan Jenis Agama di Kecamatan Medan Utara Tahun
2030

No. Kecamatan Islam Kristen/Katolik Budha Hindu

Sisa Kebutuh- Luas yang Sisa Kebutuh- Luas yang Sisa Kebutuhan Luas yang Sisa Kebutuhan Luas yang
Lahan an Tahun Dibebas- Lahan an Tahun Dibebaskan Lahan Tahun Dibebaskan Lahan Tahun Dibebaskan
Eksisting 2031 kan (Ha) Eksisting 2031 (Ha) Eksisting 2031 (Ha) Eksisting 2031 (Ha)
Kawasan
Medan Utara 1.1998 6.8253 5.6254 0,072 1.2513 1.1793 0,0054 0.4877 0.4823 0.0160 0.0160
1. Medan Deli 0.16132 2.3514 2.19 0 0.2943 0.29 0 0.150 0.150 0 0.005 0.005
2. Medan Labuhan 0.65997 1.9281 1.27 0 0.3475 0.35 0.0054 0.245 0.2400 0 0.003 0.003
3. Medan Marelan 0.22145 0.3386 0.12 0 0.0238 0.02 0 0.005 0.005 0 0.001 0.001
4. Medan Belawan 0.1571 2.2072 2.05 0.072 0.5858 0.51 0 0.087 0.087 0 0.007 0.007
Sumber: Hasil Analisis, 2010

Universitas Sumatera Utara


148

Tabel 4.23. Luas yang di Bebaskan menurut Angka Diluar Angka Harapan Hidup Tahun 2030

No. Kecamatan Islam Kristen/Katolik Budha Hindu

Sisa Kebutuh- Luas yang Sisa Kebutuh- Luas yang Sisa Kebutuhan Luas yang Sisa Kebutuhan Luas yang
Lahan an Tahun Dibebas- Lahan an Tahun Dibebaskan Lahan Tahun Dibebaskan Lahan Tahun Dibebaskan
Eksisting 2031 kan (Ha) Eksisting 2031 (Ha) Eksisting 2031 (Ha) Eksisting 2031 (Ha)

Kawasan
Medan Utara 1.1998 21.9422 20.7424     0,072 3.2955 3.2235 0,0054 1.2602 1.2548 0.0515 0.0515
1. Medan Deli 0.16132 6.7169 6.56 0 0.8407 0.84 0 0.429 0.429 0 0.015 0.015
2. Medan Labuhan 0.65997 4.3619 3.70 0 0.7862 0.79 0.0054 0.555 0.5497 0 0.008 0.008
3. Medan Marelan 0.22145 6.2200 6.00 0 0.4363 0.44 0 0.093 0.093 0 0.015 0.015
4. Medan Belawan 0.1571 4.6434 4.49 0.072 1.2323 1.16 0 0.183 0.183 0 0.014 0.014
Sumber: Hasil Analisis, 2010

Universitas Sumatera Utara


149

E. Analisis Tapak Lokasi Pemakaman berdasarkan Kriteria Peraturan


Pemerintah

Kriteria lokasi pemakaman menurut PP No. 9 Tahun 1987 untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan lahan dalam menetapkan lokasi pemakaman. Analisis

penataan pemakaman ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam menata

makam, vegetasi/taman, dan ukuran makam yang digunakan, sehingga lebih tertata.

Kriteria-kriteria tersebut antara lain:

1) Kepadatan Penduduk Tidak Padat

Untuk Pakaman dicari lokasi penduduk yang tidak tingkat kepadatannya rendah.

2) Penggunaan Tanah Tidak Subur

Lokasi pemakaman tidak menggunakan lahan yang masih dapat dimanfaatkan

sebagai lahan pertanian. Karena lahan subur merupakan lahan produktif yang

masih dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf perekonomian.

Kalau dilihat dari wilayah analisis keempat kecamatan tersebut tanah yang tidak

subur berada di lokasi Kecamatan Belawan tetapi sering terjadinya pasang surut

air laut, Kecamatan Medan Deli, dan Kecamatan Medan Labuhan. Sedangkan

Kecamatan Medan Marelan merupakan pengembangan lahan pertanian yang

dicanangkan oleh Walikota Medan.

3) Memperhatikan Lingkungan Hidup

Kawasan yang termasuk kawasan lindung berdasarkan arahan RTRW Kota

Medan yang termasuk dalam kawasan lindung terdapat di Kecamatan Medan

Belawan, yaitu berupa kawasan hutan mangrove sekunder direncanakan menjadi

Universitas Sumatera Utara


150

lahan konservasi. Selain itu juga terdapat kawasan lindung Danau Siombak yang

juga berfungsi sebagai kawasan pariwisata di Kecamatan Medan Marelan.

Sedangkan Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Labuhan tidak terdapat zona

kawasan lindung.

4) Mencegah Penggunaan Tanah Yang Berlebihan

Pengunaan tanah yang berlebih dapat merusak ekosistem sekitarnya karena

kalau dibangun pada penggunaan tanah yang berlebihan otomatis lahan pemakaman

tidak tersedia pada lahan yang terlalu padat.

F. Analisis Kendala Fisik Pengembangan Pemakaman di Kecamatan


Medan Utara

Limitasi atau kendala fisik pengembangan lahan pemakaman di wilayah

analisis antara lain:

1. Terjadinya pasang surut air laut yang mengalir dari paluh-paluh yang berada

di Kecamatan Medan Belawan (Kelurahan Belawan II, Kelurahan Belawan

Bahari, Belawan Sicanang, Belawan I, dan Bagan Deli), Kecamatan Medan

Labuhan (Kelurahan Nelayan Indah dan Pekan Labuhan), dan kecamatan Medan

Marelan (Kelurahan Labuhan Deli dan Paya Pasir).

2. Kecamatan Medan Belawan jenis tanah tidak padat dan banyak rawa-rawa.

3. Kecamatan Medan Belawan dan Kecamatan Medan Marelan difungsikan sebagai

kawasan lindung setempat berupa hutan mangrove disepanjang pantai dan danau

siombak yang berada di Kelurahan Paya Pasir.

Universitas Sumatera Utara


151

4. Kecamatan Medan Marelan (Kelurahan Terjun) yang memiliki penggunaan lahan

pertanian terbanyak dan digunakan sebagai lahan produktif dan ekonomis bagi

masyarakat sekitarnya.

5. Dekat dengan Kawasan Industri Medan yang berada di Kecamatan Medan

Labuhan.

6. Memiliki kawasan perumahan yang padat di Kecamatan Medan Belawan

(Kelurahan Belawan I dan Belawan II) dan Kecamatan Medan Labuhan.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa wilayah analisis didukung oleh

keadaan tanah yang cukup berpotensial untuk pengembangan kegiatan pembangunan

pemakaman karena kemiringan lerengnya yang datar dan masih banyaknya lahan

kosong yang tersedia. Dari aspek fisik lahan untuk pengembangan pemakaman dapat

dilakukan dikarenakan jenis tanahnya relatif baik, tetapi ada satu kecamatan yaitu

Kecamatan Medan Belawan yang memiliki fisik lahan (rawa) dan jenis tanah yang

lembek sehingga tidak bisa diperuntukan sebagai lahan pemakaman. Dengan kondisi

kesesuaian lahan yang demikian, maka wilayah analisis memiliki kesesuaian lahan

yang relatif cukup baik dan mempunyai potensi yang sesuai untuk dikembangkan

untuk pemakaman selain Kecamatan Medan Belawan. Perlu kajian lanjutan untuk

penentuan lokasi di Kota Medan termasuk Kawasan Utara.

Universitas Sumatera Utara


152

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum sebagai

pendukung Ruang Terbuka Hijau di atas dapat disimpulkan:

1. Analisis kebutuhan TPUdengan menggunakan 3 metode yaitu:

a. Metode menurut pedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH

di Kawasan Perkotaan pada tahun 2011 Kota Medan membutuhkan 5 lokasi

dan tahun 2031 membutuhkan 16 lokasi.

b. Menggunakan metode Angka Kematian Kasar (AKK) rata-rata (mortality

rate) membutuhkan 53,9328 Ha (0,20%).

c. Menggunakan Angka Harapan Hidup (AHH) dibutuhkan 122,9413 Ha

(0,46%).

2. Ketiga metode di atas masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan.

Berdasarkan kelemahan dan kelebihan tersebut dipilih metode yang paling sesuai

secara ilmiah yaitu metode dengan analisis Angka Kematian Kasar (AKK).

3. Pembagian perwilayahan dibagi atas 4 wilayah dengan didasarkan pada luasnya

Kota Medan, tingkat aksesibilitas penduduk termasuk jarak, waktu tempuh dan

tingkat kemacetan serta ketersediaan lahan kosong, yaitu

135
Universitas Sumatera Utara
153

1) Kawasan Medan Utara dengan metode perhitungan melalui AKK seluas

8,5802 Ha dan metode AHH seluas 26,5495 Ha.

2) Kawasan Medan Timur dengan menggunakan AKK seluas 17,7529 Ha dan

metode AHH seluas 37,0662 Ha.

3) Kawasan Medan Barat dengan menggunakan AKK seluas 18,2831 Ha dan

metode AHH seluas 36,0751 Ha.

4) Kawasan Medan Selatan dengan menggunakan AKK seluas 9,3165 Ha dan

metode AHH seluas 23,2504 Ha.

4. Pembebasan lahan yang dapat dilakukan pemerintah dapat memiliki 2 opsi :

1) Pemerintah langsung membebaskan lahan sesuai hasil analisis kebutuhan TPU

dengan terlebih dahulu melakukan Studi Kelayakan dengan asumsi

Pemerintah tidak dapat intervensi terhadap pemakaman yang bukan umum.

2) Pemerintah terlebih dahulu mendata Pemakaman yang ada melakukan

pengurangan dari TPU dibutuhkan dikurang sisa Taman Pemakaman Bukan

Umum yang masih kosong. seperti yang dianalisis pada Kawasan Medan

Utara.

5. Dari RTRW Kota Medan 2010-2030 direncanakan RTH Kota Medan =

11.044,48 Ha (41,66%) tetapi kenyataan di lapangan sebagian besar lahan yang

direncanakan kepemilikan assetnya masih dimiliki masyarakat.

Luas untuk TPU berdasarkan AKK hanya 0,2% dari luas Kota Medan sedangkan

berdasarkan AHH 0,46%. Hal ini relative kecil jika dibandingkan kewajiban

Pemda untuk menyediakan RTH seluas 30% dari luas kota.

Universitas Sumatera Utara


154

5.2 Saran

Berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum dan Hasil

Kesimpulan maka disarankan kepada:

1. Pemerintah Daerah agar memasukkan analisis kebutuhan TPU pada setiap

Rencana Tata Ruang yang disusun karena TPU merupakan fasilitas sosial

sekligus fasilitas umum yang sangat dibutuhkan oleh seluruh masyarakat;

2. Pemerintah Daerah disarankan untuk memiliki komitmen yang kuat untuk

merealisasikan Rencana Tata Ruang tersebut dan siap menyediakan dana dalam

pembebasan lahan dan pembangunan fisik;

3. Agar Pemerintah Daerah menempuh langkah-langkah:

a. Menyusun Indikasi Program Tahunan untuk merealisasikan Rencana Tata

Ruang tersebut dari mulai pembebasan lahan dan pembangunan fisik serta

pengawasan (sehingga tidak lagi dijumpai perubahan peruntukan dari RTH

menjadi daerah terbangun dikarenakan tanah masih dimiliki masyarakat).

b. Agar RTRW/RDTR Kota Medan sejalan/sesuai dengan rencana operasional

pembangunan berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota selama 20

tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota selama 5 tahun dan

dijabarkan kedalam Rencana Strategis Kota (5 tahun) dan dan Rencana Kerja

Tahunan dalam bentuk pembebasan lahan dan pembangunan fisik.

4. Agar Pemerintah Daerah juga menyiapkan dana untuk memelihara dan merawat

Taman Pemakaman Umum yang telah ada sehingga benar-benar layak menjadi

sebuah taman.

Universitas Sumatera Utara


155

5. Pada kawasan-kawasan yang sangat padat seperti Kawasan Medan Timur, tidak

menutup kemungkinan agar Pemerintah Kota Medan dapat bekerjasama lintas

wilayah yang berbatasan dalam hal ini Kabupaten Deli Serdang dalam hal

penyediaan lahan TPU misalnya dengan membeli tanah di kawasan Kabupaten

Deli Serdang atau pada areal tanah eks HGU PTP yang telah habis masa

berlakunya (tetapi cara ini tentu saja tidak mendukung pemenuhan RTH 30%

yang diwajibkan Pemerintah). Apabila cara ini dipilih maka perlu mengadakan

negoisasi ke Pemerintah Pusat yang berwenang menguasai tanah-tanah lahan

PTP. Tanah eks HGU PTP pada umumnya saat ini dijadikan tanah garapan yang

kumuh dan tidak ada perencanaan dan ada yang dibeli oleh pengembang untuk

dijadikan perumahan.

6. Agar Pemerintah Daerah membuat Perda yang mengatur penyediaan Fasos dan

Fasum yang harus disediakan para Pengembang termasuk TPU atau membayar

retribusi khusus untuk pengganti kewajiban menyediakan TPU dengan harga yang

disesuikan dengan harga tanah TPU yang ditetapkan terutama untuk perumahan

skala kecil. Atau Pengembang membeli tanah di salah satu kawasan di ke-4 lokasi

TPU yang ditetapkan di kawasan mana perumahan tersebut berada.

7. Agar bentuk dan kavlingan Pemakaman seragam dan tidak ditembok sehingga

dapat membentuk taman yang indah.

8. Agar pada TPU nantinya disediakan fasilitas pemandian dan penguburan jenazah

terutama bagi penduduk yang kurang mampu.

Universitas Sumatera Utara


156

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda dan Badan Pusat Statistik, 2006-2009, Kota Medan Dalam Angka 2006-
2009, Kota Medan

Bently, Ian, dkk, 1998. ”Lingkungan yang Tanggap”, terjemahan dari


“Responsiveness Environment”, oleh Aris, Onggodiputro Abdi, Widya
Bandung.

Budihardjo, E 199. Arsitektur dan Kota di Indonesi, Bandung.

Chapin, F. Steward, dan Kaiser, Edward J, 1979. “Urban Land Use Planning”,
University of Illnois Press, Chicago.

Fireza, D, 2001. Kajian Pola Ruang Terbuka di Kota Bandung: sebuah produk budaya
akibat perkembangan jaman, Majalah Ilmiah Unikom I, 2, 110-117.

Frick, H & Setiawan, P.L, 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas
Bangunan, Yogyakarta

Hakim, Rustam, 2000. Tesis Analisis Kebijakan Pengelolaan RTH Kota DKI Jakarta,
Institut Teknologi Bandung,

Hernowo, J.B & L.B Prasetyo, 1989. Konsepsi RTH di Kota sebagai Pendukung
Pelestarian Burung, Media Konservasi, II, 4 : 61 – 71.

Kecamatan Medan Belawan Dalam Angka, 2009. Bappeda dan Badan Pusat Statistik,
Kota Medan

Kecamatan Medan Labuhan Dalam Angka, 2009. Bappeda dan Badan Pusat Statistik,
Kota Medan

Kecamatan Medan Marelan Dalam Angka, 2009. Bappeda dan Badan Pusat Statistik,
Kota Medan

Kota Medan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 2010-2030.

Laurie, M, 1994. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan, Intermata, Bandung.

Lidya, Yesi, 2010. Tesis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kematian Bayi
di Kota Medan – USU.

139

Universitas Sumatera Utara


157

Lutfi Arifin, 2005. Tesis S2 – UI: Analisis Efisiensi dan Efektivitas terhadap
Penerapan Pola Pemakaman Sistem Tumpang pada di Wilayah Jakarta
Timur.

Mangunwijaya, Y.B, 1980. Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan, Gramedia,


Jakarta.

Martana, S.P, 2003, Bandung Kota Kembang dan Konsep ”Garden City”, Majalah
Ilmiah Unicom, 3,1, 78-82.

Oppenheim, Norbert, 1980. Applied Models in Urban and Regional Analysis, New
York.

Republik Indonesia Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan


Ruang.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 1989 tentang
Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1987 tentang
Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat
Pemakaman.

Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan


Kawasan Lindung.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang
penyerahan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial
perumahan sebesar 40 % dari luas area yang akan dibangun kepada
Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008


tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008


tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1987


tentang penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat
pemakaman.

Robinette J, 1983, Landscape Planning for Energy Conservation Van Nostrand


Reinhold Co. New York.

Universitas Sumatera Utara


158

Surakhmand, Winarno, 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito Bandung.

Tarigan, Ronald Rezeki, 2008. Kajian Aspek Ekonomi pada Pengelolaan Tanah
Pemakaman Umum (Taman Pemakaman Umum) Kristen di Kota Medan.

Thohir, K. A, 1991. Butir-Butir Tata Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta.

Todd, K. W, 1995. Tapak, Ruang dan Struktur, Intermata, Bandung.

Utomo, Budi, 2007. Mortalitas: Pengertian dan Contoh Kasus di Indonesia. Proyek
penelitian Morbiditas dan Mortalitas Universitas Indonesia 1985, Jakarta.

Wolfe Mr dan Shinn Rd, 1970. ”Urban Design Within The Comprehensive, Planning
Process”, Departmen of Housing and Urban Development, University of
Washington, Seatle Washington.

Universitas Sumatera Utara


159

Lampiran I. Nama Tempat Pemakaman Bukan Umum Kawasan Medan Utara

Kecamatan Labuhan
No. Nama/Alamat TPU Foto Status Jenis Fasilitas
Pemaka & Utilitas
man
1. Jln.Jermal Raya Kel.Sei Mati Kec. Tanah Wakaf Perkubur -
Medan labuhan an Islam

2. Jln. Cingwan Kel.Martubung Kec. Tanah Wakaf Perkubur -


Medan Labuhan an Islam

3. Jln. KL.Yos Sudarso Gg. Tukang Tanah Wakaf Perkubur -


Ayam Kec. Medan Labuhan an Islam

4. Jln. KL.Yos Sudarso Km. 15,5 Tanah Wakaf Perkubur -


Kec. Medan Labuhan an Islam

142

Universitas Sumatera Utara


160

5. Jln. KL. Yos Sudarso Km 15 Kec. Tanah Wakaf Perkubur -


Medan Labuhan an Islam

6 Jln. Pancing I Kel. Besar Kec. Tanah Wakaf Perkubur -


Medan Labuhan an Islam

7. Jln. Pancing I Gg. Rambutan Kel. Tanah Wakaf Perkubur -


Besar Kec. Medan Labuhan an Islam

8. Lingkungan V Kel. Besar Kec. Tanah Wakaf Perkubur Jalan


Labuhan an Islam tanah dan
memiliki
drainase

9. Jln. KL. Yos Sudarso lingkungan Tanah Wakaf Perkubur


22 Kel Pekan Labuhan an Islam -

10. Jln. Cingwan lorong I Kec. Medan Yayasan Sosial Perkubur -


Labuhan an Cina

Universitas Sumatera Utara


161

Kecamatan Medan Marelan


No. Nama/Alamat TPU Foto Status Jenis Fasilitas/Utilitas
Pemakaman
1. Lingk. 39/25 Rengas Pulau Tanah Perkuburan Islam Jalan tanah
Kec. Medan Marelan Wakaf

2. Lingk. 14 Rengas Pulau Tanah Perkuburan Islam Jalan tanah


Kec. Medan Marelan Wakaf

3. Lingk. 33 Rengas Pulau Tanah Perkuburan Islam Jalan tanah, ada


Kec. Medan Marelan Wakaf drainase dan listrik

4. Lingk. 38 Rengas Pulau Tanah Perkuburan Islam Jalan tanah


Kec. Medan Marelan Wakaf

5. Lingk. 17 Rengas Pulau Tanah Perkuburan Islam Jalan tanah


Kec. Medan Marelan Wakaf

Universitas Sumatera Utara


162

6. Lingk. IX Terjun Kec. Tanah Perkuburan Islam Jalan tanah dan


Medan Marelan Wakaf drainase

7. Lingkungan 32 Rengas Tanah Perkuburan Islam Jalan tanah dan


Pulau Kec. Medan Marelan Wakaf drainase

8. Lingk. 14 Rengas Pulau Tanah Perkuburan Islam Jalan tanah


Kec. Medan Marelan Wakaf

9. Lingkungan X Labuhan Tanah Perkuburan Islam -


Deli Kec. Medan Marelan Wakaf

Universitas Sumatera Utara


163

Kecamatan Medan Belawan


No. Nama/Alamat TPU Foto Status Jenis Fasilitas/
Pemakaman Utilitas
1. Jl. Taman Makam Pahlawan Tanah Wakaf Perkuburan Islam Jalan dan
Kel. Belawan 1 listrik

2. Jl. Proyek/Lorong Mesjid Tanah Wakaf Perkuburan Islam Jalan


Kel. Bagan Deli

3. Jl. Hiu Kel. Belawan Tanah Wakaf Perkuburan Islam Jalan


Bahagia

4. Jl. Pulau Andalas/KL. Yos Tanah Wakaf Perkuburan Islam -


Sudarso Kel. Belawan Bahari

5. Jl. Pulau Krakatau Tanah Wakaf Perkuburan Islam -

Universitas Sumatera Utara


164

6. Jl. Pulau Sicanang Kel. Tanah Wakaf Perkuburan Islam -


Belawan Sicanang

Kecamatan Medan Deli


No. Nama/Alamat TPU Foto Status Jenis Fasilitas/
Pemakaman Utilitas
1. Lingk. VI Kel. Kota Bangun Tanah Wakaf Perkuburan Listrik
Kec. Medan Deli Islam

2. Lingk. VI Kel. Kota Bangun Tanah Wakaf Perkuburan Drainase


Kec. Medan Deli Islam

3. Lingk. III Kel. Mabar Kec. Tanah Wakaf Perkuburan Listrik dan
Medan Deli Islam Drainase

Universitas Sumatera Utara


165

4. Lingk. III Km. 6,5 Tj. Mulia Tanah Wakaf Perkuburan Listrik dan
Kec. Medan Deli Islam Drainase

5. Lingk. V kel.Tj Mulia Tanah Wakaf Perkuburan Listrik dan


Kec. Medan Deli Islam Drainase

6. Jl. Yos Sudarso Km 7 Tanah Wakaf Perkuburan Listrik


Kec. Medan Deli Islam

7. Gg. Surya Lingk. VII Tanah Wakaf Perkuburan Listrik dan


Tj. Mulia Kec. Medan Deli Islam Drainase

8. Jl. Alumunium III Lingk. Tanah Wakaf Perkuburan -


Tj. Mulia Kec. Medan Deli Islam

Universitas Sumatera Utara


166

9. Lingk. I Kel. Titi Papan Tanah Wakaf Perkuburan Drainase


Tj. Mulia Kec. Medan Deli Islam

10. Lingk. XII Kel. Titi Papan Tanah Wakaf Perkuburan Listrik dan
Tj. Mulia Kec. Medan Deli Islam Drainase

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai