Anda di halaman 1dari 118

1

PARTISIPASI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN


PARIWISATA DI TAMAN WISATA ALAM SIBOLANGIT

TESIS

Oleh:

M. Ainur Ridlo
167003020

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


2

PARTISIPASI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN


PARIWISATA DI TAMAN WISATA ALAM SIBOLANGIT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara

Oleh:

M. Ainur Ridlo
167003020

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


3

Universitas Sumatera Utara


4

Telah diuji pada


Tanggal : 24 April 2018

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Robert Sibarani, MS
Anggota : 1. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS
2. Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE
3. Prof. Dr. Erika Revida, MS
4. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

Universitas Sumatera Utara


5

PERNYATAAN

Judul Tesis

“PARTISIPASI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA


DI TAMAN WISATA ALAM SIBOLANGIT”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa hasil tesis ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Master Sain pada Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara adalah benar merupakan karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan- pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis atau adanya plagiat dalam bagian - bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis
sandang dan sanksi-sanksinya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Medan, 27 April
2018
Penulis,

M. Ainur Ridlo

Universitas Sumatera Utara


6

Universitas Sumatera Utara


i

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang berjudul Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan


Pariwisata di Taman Wisata Alam Sibolangit adalah 1) menganalisis partisipasi
pemuda dalam pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Sibolangit., 2)
Untuk merumuskan strategi dan kebijakan partisipasi pemuda dalam
pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Sibolangit. Jenis penelitian ini
bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Teknik pengumpulan data primer
menggunkan teknik wawancara secara mendalam dengan informan kunci (key
informan) dan data sekunder diperoleh melalui studi perpustakaan yang
bersumber dari literatur, dokumen-dokumen atau tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian. Teknik analisis data untuk rumusan
yang pertama penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu penyesuaian antara
teori dengan realita lapangan (hasil penelitian), untuk rumusan masalah yang
kedua terkait strategi peneliti menggunakan analisis SWOT. Adapun kesimpulan
dari penelitian ini adalah 1) Partisipasi pemuda dalam pengembangan pariwisata
di Taman Wisata Alam Sibolangit secara umum bersifat aktif dan berbentuk ide-
ide dan tenaga, Tidak ditemukan bentuk barang maupun uang, berikut
kegiatannya a) Pada tahap perencanaan pemuda mengikuti kegiatan musrembang.
b) Pada tahap pelaksanaan pemuda sebagai pemandu wisata dan mempromosikan
wisata. c) Pada tahap pemanfaatan pemuda melakukan kegiatan keagamaan,
Outbond dan Tanam pohon. d) Pada tahap evaluasi pemuda tidak melakukan
kegiatan apapun. 2) Strategi partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman
Wisata Alam Sibolangit Sibolangit sebagai berikut: a) Memanfaaatkan antusiasme
pemuda terhadap pengembangan Taman Wisata Alam Sibolangit. b) Mengadakan
kegiatan rutin yang dapat memicu motivasi pemuda. c) Memantapkan kawasan
dengan mengefektifkan sarana, prasarana, mitra dan SDM serta menyediakan
dokumen pendukung dalam pengelolaan Taman Wisata Alam Sibolangit
Sibolangit. d) Mengembangkan desa konservasi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Kata Kunci: Partisipasi pemuda, Pengembangan Pariwisata, Taman Wisata


Alam Sibolangit.

Universitas Sumatera Utara


ii

ABSTRACT

The objective of the research entitled Youths’ Participation in the Tourism


Development at Sibolangit Natural Tourism Park was 1) to analyze youths’
participation in the tourism development at Sibolangit Natural Tourism Park; and
2) to formulate the strategy and policy of youths’ participation in the tourism
development at Sibolangit Natural Tourism Park. This is a descriptive research
with qualitative approach. The research was conducted in Sibolangit Village, Deli
Serdang Regency. The primary data were collected through in-depth interview
with key informant and the secondary data were obtained through library study

Universitas Sumatera Utara


iii3

on literature, documents, or essays related to the research problems. Descriptive


analytical technique was used to analyze the data for the first problem by making
adjustment between the theory and field reality (research results), whereas SWOT
analysis was applied for the second problem related to the researcher’s strategy.
The conclusion of the research showed that 1) youths’ participation in the
tourism development at Sibolangit Natural Tourism Park was active and in form
of ideas and energy; not in form of property or money; their activities were a)
they participated in musrembang (conventioin on national affairs) during the
planning stage; b) they became tour guide and promoted tourism during the
implementation stage; c) they conducted religious activities, outbound and tree
planting during utilization stage; and d) they did not do anything during at
evaluation stage. 2) The strategies of youths’ participation in the development
Sibolangit Natural Tourism Park were: a) Making use of youths’ enthusiasm for
the development of Sibolangit Natural Tourism Park; b) Conducting routine
activities that could stimulate youths’ motivation; c) Optimizing the area by
making the facilities, infrastructure, partners, and human resources effective and
providing supporting documents in the management of Sibolangit Natural
Tourism Park; and d) Developing conserved villages to improve people’s welfare.

Keywords: Youths’ Participation, Tourism Development, Sibolangit Natural


Tourism Park

Universitas Sumatera Utara


iv4

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan shalawat
beriring salam keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, karena atas limpahan
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini,
sebagai salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan studi di Program
Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas
SumateraUtara. Tesis ini berjudul “PARTISIPASI PEMUDA DALAM
PENGEMBANGAN PARIWISATA DI TAMAN WISATA ALAM
SIBOLANGIT”
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Imam Nahrowi., Sebagai Menteri Pemuda dan Olah Raga Republik

Indonesia Yang Telah Memberikan Beasiswa Kepada Penulis.

2. Bapak Prof. Runtung Sitepu, SH,M.Hum., Sebagai Rektor Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani. MS., Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE., Selaku Ketua Program Studi

Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas

Sumatera Utara sekaligus selaku komisi pembanding atas saran dan kritik yang

diberikan.

Universitas Sumatera Utara


v5

5. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS., Selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS, dan Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut. M.Si.,

Selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

7. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

dan seluruh staf administrasi di PWD atas bantuanya.

8. Kepada seluruh sahabat-sahabat mahasiswa PWD kelas Kemenpora Angkatan

IV atas keakrabannya dan kerjasamanya.

9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih untuk Orang Tua Tercinta

Bapak Musleh dan Ibu Rumsiyah yang telah membesarkan, mendidik dan

membimbing penulis hingga saat ini.

10. Kepada Istri Tercinta Fitrotun Khasanah, SA. SH, Atas kesabaran dan
supportnya.
11. Kepada seluruh Keluarga, Guru dan Sahabat yang namanya tidak penulis
cantumkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan suportnya.
Akhirnya atas perhatian dan bantuan dari semua pihak penulis ucapkan terima
kasih.

Medan, 27 April 2018


Penulis,

M. Ainur Ridlo

Universitas Sumatera Utara


vi
6

RIWAYAT HIDUP

M. Ainur Ridlo lahir di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten


Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Pada tanggal 7 April 1992. Penulis merupakan
anak pertama dari 2 (dua) bersaudara, Putra dari Bapak Muslih dan Ibu Rumsiyah.
Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :

1. MI Miftahul Ulum Muncar Banyuwangi, Pada tahun 1999 dan lulus tahun
2004.
2. SMP Negeri 2 Sukowono Jember, Pada tahun 2004 dan lulus tahun 2007.
3. SMK Ibrahimy Sukorejo Situbondo, Pada tahun 2007 dan lulus tahun 2010.
4. S-I Ma’had Aly Tebuireng Jombang, Pada tahun 2010 dan lulus tahun 2014.
5. S-I Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah, Universitas Hasyim
Asy’ari Tebuireng Jombang, Pada tahun 2010 dan lulus 2014.
Pada tahun 2016, Penulis masuk di Program Sekolah Pascasarjana Magister
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara,
Melalui Beasiswa Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


vii
7

DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... . 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... . 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 10
2.2 Pengertian Partisipasi............................................................................... 12
2.3 Tingkatan Partisipasi .............................................................................. 14
2.4 Pengertian Pemuda .................................................................................. 18
2.5 Partisipasi Pemuda ................................................................................... 20
2.6 Pengertian Pariwisata ............................................................................... 23
2.7 Pengembangan Pariwisata ....................................................................... 26
2.8 Potensi Kegiatan Pariwisata..................................................................... 31
2.9 Taman Wisata Alam ................................................................................ 34
2.10 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 37
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 38
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................................. 38
3.2 Lokasi Penelitian...................................................................................... 38
3.3 Subjek Penelitian ..................................................................................... 39
3.4 Sumber Pengumpulan Data ..................................................................... 40
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................... 40
3.6 Definisi Operasional ................................................................................ 43

Universitas Sumatera Utara


viii8

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………. 44


4.1. Gambaran Umum Kawasan .................................................................... 44
4.1.1. Sejarah Kawasan ........................................................................... 44
4.1.2. Keadaan Fisik ............................................................................... 46
4.1.3. Keadaan Biologi dan ekosistem .................................................... 47
4.1.4. Keadaan Umum Masyarakat Sekitar Kawasan ............................. 49
4.2. Visi dan Misi Taman Wisata Alam Sibolangit ....................................... 50
4.2.1. Visi ............................................................................................... 50
4.2.2. Misi ............................................................................................... 51
4.3. Fungsi Penyelenggaraan, Struktur dan Kebijakan Pengelolaan TWA
Sibolangit ................................................................................................ 51
4.4. Rencana Pengelolaan TWA Sibolangit................................................... 57
4.4.1. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang ......................................... 57
4.4.2. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah ..................................... 65
4.5. Pembinaan dan Pengendalian TWA Sibolangit ...................................... 67
4.6. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan ..................................................... 68
4.7. Perkembangan dan Jumlah Wisatawan TWA Sibolangit ....................... 72
4.8. Bentuk Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan TWA Sibolangit...... 74
4.8.1. Partisipasi Tahap Perencanaan...................................................... 77
4.8.2. Partisipasi Tahap Pelaksanaan ...................................................... 80
4.8.3. Partisipasi Tahap Pemanfaatan ..................................................... 83
4.8.4. Partisipasi Tahap Evaluasi ............................................................ 86
4.9. Analisis SWOT Penentuan Strategi Partisipasi Pemuda Dalam
Pengembangan Taman Wisata Alam Sibolangit..................................... 90
4.9.1. Strategi Memakai Kekuatan Untuk Memanfaatkan Peluang ........ 91
4.9.2. Strategi Memakai Kekuatan Untuk Mengatasi Ancaman............. 92
4.9.3. Strategi Menanggulangi Kelemahan Dengan Peluang………... ..92
4.9.4. Strategi Memperkrcil Kelemahan dan Mengatasi Ancaman…… 93
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..94
5.1. Kesimpulan ………………………………………………………….....94
5.2. Saran…………………………………………………………………....95

Universitas Sumatera Utara


ix
9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...96
LAMPIRAN……………………………………………………………………..99
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................. 37


Gambar 3.1. Analisis Data Kualitatif ......................................................... 42

Universitas Sumatera Utara


x
10

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

Tabel 4.1. Kebijakan Pemerintah Terkait Pengelolaan TWA Sibolangit .......... 53


Tabel 4.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ........................................ 74
Tabel 4.3. Partipasi Pemuda Tahap Perencanaan............................................... 79
Tabel 4.4. Partipasi Pemuda Tahap Pelaksanaan ............................................... 83
Tabel 4.5. Partipasi Pemuda Tahap Pemanfaatan dan pemeliharaan ................. 86
Tabel 4.6. Partipasi Pemuda Tahap Evaluasi ..................................................... 87
Tabel 4.7. Flora di TWA Sibolangit................................................................... 88
Tabel 4.8. Faktor Internal ................................................................................... 91
Tabel 4.9. Faktor External .................................................................................. 91

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity yang memiliki

begitu banyak keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional,

keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya.

Pembangunan diartikan sebagai upaya meningkatkan kapasitas produksi untuk

mencapai total output yang lebih besar dan kesejahteraan yang lebih tinggi bagi

seluruh rakyat. Pembangunan merupakan tuntutan bagi masyarakat untuk

mencapai kemajuan, karena penduduk makin bertambah jumlah dan

kebutuhannya seiring dengan perkembangan kemajuan peradaban manusia dalam

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pembangunan nasional hendaknya

terlaksana secara menyeluruh, yang meliputi segala aspek kehidupan masyarakat,

agar mampu menopang pertumbuhan ekonomi serta memberi dampak positif

terhadap kesejahteraan sosial. Untuk menghindari terjadinya ketimpangan

pembangunan, maka dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

sangat penting menjaga stabilitas antara pembangunan fisik dan pembangunan

sosial, hal ini berlaku juga pada pembangunan lintas sektor dan pembangunan

antar wilayah.

Salah satu tujuan pembangunan bangsa terdapat dalam pembukaan Undang

Undang Dasar 17 Agustus 1945 alinea ke 4 (empat) yakni mensejahterakan

masyarakat. Selain bertujuan untuk mensejahterakan rakyat, pembangunan yang

dilakukan harus berorientasi pada kelestarian dan keseimbangan alam. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


2

dimaksudkan agar pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) demi mewujudkan

kesejahteraan masyarakat harus tetap berorientasi pada kelestarian dan

keseimbangan alam sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan (Rosida,

2014). Selama periode tahun 1990-an, semakin banyak kalangan yang menyadari

bahwa akibat aktivitas pembangunan telah menyebabkan berbagai kerusakan

lingkungan.

Berbagai kerusakan lingkungan tersebut pada akhirnya juga dapat

menggangu keberhasilan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, paradigma

pembangunan tersebut mengalami perubahan mendasar terutama setelah

diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi tentang Lingkungan dan

Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development-

UNCED) tahun 1992, di Rio de Janeiro, Brasil. Hasil konferensi tersebut telah

disepakati semua negara di dunia bahwa pembangunan parsial hanya menekankan

pada pembangunan ekonomi diganti dengan Paradigma pembangunan

berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan

dimaksudkan untuk mengintegrasikan aspek ekonomi dan pembangunan sosial

sebagai proteksi dan meningkatkan kualitas lingkungan alam dan sosial (Iskandar,

2009).

Dilain sisi keseriusan pemerintah dalam hal pembangunan yang berorientasi

pada kelestarian dan keseimbangan alam dibuktikan dengan dikeluarkannya

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Upaya ini dilakukan agar lingkungan dan Sumber Daya Alam

(SDA) selalu terjaga untuk bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


3

Pembangunan daerah merupakan salah satu kebijakan strategis dalam

Otonomi Daerah dengan menyusun suatu perencanaan pembangunan yang

terpadu dan komprehensif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan

dan mempertimbangkan potensi serta peluang yang ada di daerah, sehingga

terwujud pembangunan yang multi sektor. Era Otonomi Daerah sebagai implikasi

dari berlakunya UU No 32 Tahun 2004, memberikan peluang bagi setiap

Pemerintah Kabupaten/Kota untuk merencanakan dan mengelola pembangunan

daerahnya sendiri, serta tuntutan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses

pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Dalam

pengembangan daerah sudah tentu dibutuhkan peningkatan pendayagunaan

potensi daerah secara optimal. Untuk mewujudkan tatanan penyelenggarakan

pembangunan daerah yang sesuai dengan aspirasi dan tuntutan saat ini, maka

dibutuhkan kebijakan dan manajemen pemerintah daerah yang efektif, efisien dan

mampu menggerakkan seluruh sumber daya yang dimiliki daerah menuju

pembangunan daerah yang berkelanjutan bagi kesejahteraan warganya.

Pemuda merupakan aktor utama dalam setiap peristiwa penting yang terjadi

di Indonesia dan setiap hal yang menyangkut perubahan selalu dilekatkan pada

diri pemuda. Peran pemuda sangat penting dalam kemajuan bangsa, tonggak maju

tidaknya suatu bangsa terletak di tangan para pemuda. Pemuda pada masa lampau

mempunyai peran dan tugas yang cukup berat, tidak hanya merintis dan

menegakkan kemerdekaan, tetapi juga harus mempertahankannya. Sejarah itulah

yang membuktikan bahwa pemuda memiliki jiwa progresif dan semangat juang

yang tinggi, serta selalu dapat memberikan jawaban yang tepat atas tantangan-

Universitas Sumatera Utara


4

tantangan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dan oleh sebab itu juga,

bangsa Indonesia mampu menempatkan generasi muda pada garda depan.

Tidak bisa di pungkiri kenyataan pemuda saat ini sangat berbeda jauh

dengan pemuda pada jaman dahulu. Pemuda saat ini sudah mengalami pergeseran

serta kemerosotan secara signifikan baik dari segi pergaulan, sosialisasi, cara

berpikir, cara menyelesaikan masalah maupun penyimpangan penggunaan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pada masa sekarang maupun yang akan datang,

generasi muda harus mampu mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dalam

segala aspeknya. Untuk itu, generasi muda harus bekerja lebih keras lagi,

khususnya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab, dengan

penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang benar, generasi

muda akan mampu berperan secara aktif dalam memecahkan masalah-masalah

yang timbul di masyarakat.

Pemuda merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader

masyarakat dan kader keluarga. Generasi muda tidak bisa dilepaskan dari

lingkungan sosial dimana ia berada. Bahkan lingkungan sosial itu sangat

berpengaruh terhadap pembinaan dan pengembangan generasi muda itu sendiri.

Bagaimanapun baiknya pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dan keluarga,

namun jika tidak didukung oleh lingkungan sosial yang kondusif, maka

pertumbuhan anak dan remaja itu tidak akan berkembang secara optimal. Karena

itu generasi muda dituntut untuk ikut meningkatkan kesejahteraan sosial, terutama

dikalangan generasi muda sendiri. Namun sekarang sedikit sekali pemuda yang

Universitas Sumatera Utara


5

melakukan peranan sebagai kelompok sosial, sehingga kemandirian pemuda

sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan saat ini.

Sektor pembangunan yang menarik perhatian di negara kita dewasa ini

adalah pembangunan dibidang pariwisata. Pariwisata diharapkan dapat memacu

dan memobilisasi pertumbuhan ekonomi masyarakat, devisa negara, serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah wisata itu sendiri. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009, Bab II pasal 3,

Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual

setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan

negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pariwisata bisa diandalkan

sebagai sesuatu yang dapat memberikan kenikmatan kepada pendatang dan

kesejahteraan bagi penduduk sekitarnya. Indonesia memiliki potensi yang sangat

besar di bidang pariwisata, yang terlihat dari indahnya berbagai macam

pemandangan alam. Kebudayaan dan sejarah bangsa, festival dan upacara-upacara

yang unik, berbagai macam seni lukis dan kerajinan tangan, dan banyaknya

tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi para wisatawan sepanjang tahun.

Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam

menggerakan perekonomian negara. Menurut UU Pariwisata no 10 tahun 2009

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan

pemerintah daerah. Keterlibatan semua pihak, baik masyarakat setempat,

pemerintah dan swasta sangat dibutuhkan demi kemajuan parwisata. Bidang

Universitas Sumatera Utara


6

pariwisata jika terkelola dengan baik dan benar akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat setempat.

Berkembangnya industri pariwisata di suatu daerah, memberikan dampak

positif bagi masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Salah satu cara

pengembangan pariwisata yang sesuai diterapkan di Indonesia dengan cara

melibatkan partisipasi masyarakat. Indonesia terkenal dengan ragam dan budaya

serta kehidupan antara masyarakat yang erat, terutama di pedesaan. Kegiatan

pariwisata berbasis partisipasi masyarakat dapat diterapkan karena berjalan atas

inisiatif warga, oleh warga dan hasil yang diperoleh untuk warga setempat.

Salah satu program pariwisata yang dilakukan oleh Pemerintah Sumatera

Utara berada di Sibolangit Kabupaten Deli Serdang yaitu Taman Wisata Alam

(TWA) Sibolangit. TWA Sibolangit ditetapkan sebagai kawasan wisata

berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 636/Kpts/Um/9/1980,

dengan luas 24,85 Ha (BKSDA - SU, 2006).

Penetapan menjadi kawasan TWA didasarkan pada pertimbangan bahwa

flora dan fauna yang beraneka ragam jenisnya bukan hanya sekedar koleksi tetapi

juga memberikan kontribusi yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan dan

pendidikan (sebagai laboratorium alam dan daerah serapan air), serta

pengembangan dan pariwisata. TWA Sibolangit merupakan kawasan wisata yang

memberikan banyak manfaat selain menyediakan udara yang bersih, segar dan

bebas polusi, di TWA ini mengandung berbagai fauna yang sangat menarik

terdapat berbagai kera, lutung, burung kutilang dan fauna lainnya yang

berkeliaran yang bisa dijadikan atraksi wisata yang menarik.

Universitas Sumatera Utara


7

Taman Wisata Alam tersebut juga terdapat berbagai macam jalur perjalanan

untuk menikmati alam, yang terdiri dari jalur menuju tempat berbagai macam

flora yaitu keanekaragaman tumbuhan dan jalur menuju ke tempat berbagai

macam flora yang tinggal di TWA tersebut dan ada beberapa jalur menuju tempat

panorama alam yang sangat indah. Taman Wisata Alam Sibolangit masih

merupakan tempat yang masih asri dan alami maka masih terdapat tempat-tempat

yang dikeramatkan oleh para warga. Hal tersebut juga merupakan salah satu

pengakuan bahwa di TWA ini masih terdapat kearifan lokal. Selain itu karena

begitu banyak keanekaragaman fauna yang terdapat di TWA Sibolangit maka

tempat ini selalu dijadikan sebagai laboratorium alam bagi mahasiswa dan para

peneliti dalam mempelajari ilmu hayati. TWA ini adalah daerah serapan air,

terutama mata air Lau Kaban. Mata air Lau Kaban adalah salah satu sumber mata

air bagi PDAM Tirtanadi dalam menyediakan persediaan air buat masyarakat

Kota Medan. Namun Demikian, menurut pengamatan peneliti walau TWA

Sibolangit mempunyai banyak potensi wisata, potensi alam, budaya dan ilmu

pengetahuan tetapi kawasan tersebut kurang memberikan kontribusi berarti bagi

pemuda dan kurang mendapat perhatian dari pemuda setempat selain itu adanya

sikap acuh tak acuh terhadap keberadaan TWA tersebut, di mana mungkin

pemuda kurang mendapat pengetahuan tentang bagaimana mengelola dan

memanfaatkan kelestarian lingkungan bagi kehidupan mereka.

Walaupun tempat ini sudah difasilitasi oleh badan Balai Konservasi Sumber

Daya Alam (BKSDA) Sibolangit dengan memberikan informasi tentang lokasi

menarik di mana kita dapat melihat binatang yang berkeliaran tetapi TWA ini

Universitas Sumatera Utara


8

kurang mendapat perhatian. Jumlah pengunjung yang mengunjungi kawasan ini

juga sangat minim pengunjung yang mengunjungi kawasan ini diperkirakan hanya

ada pada hari-hari tertentu saja, Padahal jarak yang sangat dekat dengan Kota

Medan (50 menit) dan akses jalan yang cukup mulus dan gampang dilalui oleh

berbagai kendaraan bermotor ternyata tidak menjadikan kawasan ini ramai

dikunjungi. Sangat disayangkan keanekaragaman alam yang terdapat di TWA

Sibolangit ini terbuang sia-sia tanpa adanya tindakan untuk mengembangkan

menjadi sumber mata pencaharian penduduk tanpa mengurangi nilai dari kawasan

tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas diperlukan suatu penelitian secara

mendalam tentang partisipasi pemuda dalam pengembangan pariwisata, sehingga

menjadi kawasan yang memberikan kontribusi bermanfaat dalam bidang ekonomi,

sosial dan budaya di Sibolangit.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi pemuda dalam pengembangan pariwisata di

Taman Wisata Alam di Sibolangit ?

2. Bagaimana strategi dan kebijakan partisipasi pemuda dalam

pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Sibolangit ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Universitas Sumatera Utara


9

12. Untuk menganalisis partisipasi pemuda dalam pengembangan

pariwisata di Taman Wisata Alam Sibolangit.

13. Untuk merumuskan strategi dan kebijakan partisipasi pemuda

dalam pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Sibolangit.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

tentang konsep partisipasi pemuda dalam pengembangan pariwisata di

Taman Wisata Alam Sibolangit.

2. Dengan mengetahui strategi dan kebijakan partisipasi pemuda dalam

pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Sibolangit, maka

penelitian ini bermanfaat sebagai bahan bagi para pengambil keputusan

(stakeholder).

3. Sebagai bahan informasi dan gambaran umum bagi pemerintah daerah

tentang partisipasi pemuda dalam pengembangan pariwisata di Taman

Wisata Alam Sibolangit.

4. Dapat digunakan sebagai bahan referensi ilmiah bagi peneliti lain, yang

akan melakukan penelitian tentang perencanaan dan pembangunan

wilayah sektor kepemudaan dan kepariwisataan.

Universitas Sumatera Utara


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

partisipasi pemuda dalam pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam

Sibolangit, berikut ini beberapa hasil rangkumannya: Hasil penelitian tesis

Naruddin (2007) Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata

Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Berdagai menyimpulkan bahwa

kepedulian masyarakat untuk menjaga dan terlibat dalam usaha jasa pariwisata,

maka hal tersebut sudah bisa dianggap telah berpartisipasi. Sesuai dengan tujuan

dari pariwisata yaitu menciptakan kondisi yang kondusif, atau dengan kata lain

bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata bahari Serdang

Bedagai memang sangat dilibatkan. Selain itu penelitian ini juga menyimpulkan

bahwa potensi bahari Serdang Bedagai merupakan aset yang luar biasa terhadap

pembangunan kabupaten, khususnya dalam pengembangan pariwisata bahari yang

telah memang telah diatur dalam perda No 12 tahun 2006 tentang pengelolaan

pulau Berhala Serdang Bedagai sebagai kawasan Eco Marine Tourism (wisata

bahari berbasis lingkungan).

Gigih (2010) tentang “Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Agrowisata

di Desa Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar”, menyimpulkan bahwa pada sebagian

besar program pengembangan pariwisata di desa Berjo, pemuda desa Berjo belum

diikutsertakan dalam tahap perencanaan program dan evaluasi serta pengawasan

pelaksanaan program pengembangan pariwisata tersebut. Secara umum partisipasi

Universitas Sumatera Utara


11

yang dilakukan pemuda di Desa Berjo masih bersifat semu, sebab mereka belum

sepenuhnya ikut serta dalam setiap tahap kegiatan partisipasi. Di samping itu,

beberapa pemuda di Desa Berjo mampu membuktikan bahwa mereka benar-benar

mampu dengan menunjukkan kemandiriannya tanpa tergantung dengan pihak-

pihak lain, pemuda mampu menentukan partisipasi mereka dalam pengembangan

pariwisata yaitu dengan merintis sektor agrowisata, salah satunya melalui usaha

pengembangbiakan benih tanaman hortikultura yang dapat meningkatkan daya

tarik wisata.

Rosida (2014) tentang “Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Kawasan

Ekowisata dan Implikasinya terhadap Ketahanan Masyarakat Desa”

menyimpulkan bahwa partisipasi pemuda di Desa Nglanggeran dalam

mengembangkan potensi Desa Gunung Api Purba Nglanggeran menjadi kawasan

ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran dapat dikatakan aktif. Namun,

keaktifan partisipasi tersebut masih belum merata pada seluruh pemuda, hanya

pada sebagian kelompok saja. Meskipun demikian, pemuda yang telah aktif

berpartisipasi membangun desa dengan mengembangkan kawasan ekowisata

Gunung Api Purba Nglanggeran dan tergabung sebagai pengelola, telah berhasil

mengangkat citra desa pada tingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional bahkan

Internasional. Adapun bentuk partisipasi yang diberikan beraneka ragam dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor pendorong. Kesemua bentuk partisipasi tersebut

disatukan dalam program pengembangan kawasan ekowisata yang terlaksana

menjadi paket wisata hingga saat ini.

Universitas Sumatera Utara


12

2.2. Pengertian Partisipasi

Menurut Mikkelsen (2003), Partipasi adalah Keterlibatan suka rela oleh

masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

Berikut ini beberapa rangkuman pendapat para ahli (Maridjan, 2010), di

antaranya:

1. Partisipasi adalah suatu kontribusi suka rela dari masyarakat terhadap

program pemerintah yang dapat menunjang pembangunan nasional tanpa

turut serta dalam pembuatan program itu sendiri atau mengeritik tentang

isinya (Community Development Journal, 1973).

2. Partisipasi dalam arti yang luas adalah upaya menyadarkan masyarakat

dan meningkatkan kepekaan dan kemampuan untuk memberikan respons

terhadap program pembangunan dan juga mendorong prakarsa setempat

(Lele, 1974).

3. Partisipasi dalam keterlibatan secara aktif dalam pengambilan keputusan

sejauh hal-hal yang berkaitan dengan mereka (Uphoff dan Conen, 1979).

4. Partisipasi meliputi keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan dan pelaksanaan program, mengambil bagian dalam hasilnya

serta terlibat dalam evaluasi program tersebut (Lisk, 1981).

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang berhak dan wajib ikut

serta dalam memecahkan masalah, lebih bertanggung jawab dalam

memperoleh kebutuhan, mengerahkan sumber-sumber daya lokal dan

mengusulkan pemecahan masalah baru, juga menciptakan dan

mempertahankan organisasi setempat (WHO, 1982).

Universitas Sumatera Utara


13

6. Partisipasi adalah suatu proses aktif, artinya bahwa orang atau kelompok

yang bersangkutan mengambil prakarsa dan memastikan kewenangannya

(otonomi) untuk melakukan hal tersebut (Rahman, 1982).

7. Partisipasi adalah upaya yang terorganisasi untuk menguasai

(mengendalikan) sumber-sumber daya dan kelembagaan yang mengatur

di dalam situasi sosial tertentu, bagi kelompok atau gerakan mereka yang

selama ini tersisihkan dari penguasaan/pengendalian tersebut (Pearse dan

Stiefel, 1982).

Menurut Nasikun (2003) terdapat tiga unsur penting dalam partisipasi, yaitu

(1) Partisipasi merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari hanya

keterlibatan secara jasmaniah atau cuma-cuma (2) Kesediaan memberikan

bantuan sebagai usaha mencapai tujuan kelompok. (3) Unsur tanggung jawab,

yang merupakan unsur terpenting ketika melakukan kegiatan partisipasi.

Pengertian lain, partisipasi juga diartikan sebagai kegiatan keikutsertaan

seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.

Keikutsertaan tersebut dilakukan sebagai akibat dari terjadinya interkasi sosial

antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain (Budi,

2014). Beal dalam Budi (2014), menyatakan bahwa partisipasi, khususnya

partisipasi yang tumbuh karena pengaruh atau karena tumbuh adanya rangsangan

dari luar, merupakan gejala yang dapat diindikasikan sebagai proses perubahan

sosial.

Universitas Sumatera Utara


14

Dalam konteks pemerintahan, partisipasi masyarakat adalah berbagai orang

seorang, kelompok atau badan hukum yang timbul atas kehendak dan keinginan

sendiri di tengah masyarakat (UU nomor 24 tahun 1992).

Dalam kegiatan pengembangan, partisipasi masyarakat merupakan

perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat

terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu

hidup mereka. Artinya, melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar

menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh (aparat) pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan

masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya (Suciati, 2006).

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat menjadi input sekaligus

output. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan

pembangunan. Di sisi lain, dapat dikatakan bahwa pembangunan akan dinilai

berhasil kalau dapat meningkatkan kapasitas masyarakat, termasuk dalam

merangkul masyarakat untuk berpartisipasi.

2.3. Tingkatan Partisipasi

Menurut Ericson dalam Slamet (1993), bentuk partisipasi masyarakat dalam

pengembangan terbagi atas tiga tahap, yaitu:

1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planning stage)

Partisipasi pada tahap ini adalah pelibatan seseorang pada tahap

penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitiaan dan anggaran

pada suatu kegiatan. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran,

dan kritikan melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan.

Universitas Sumatera Utara


15

2. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan (implementation stage)

Partisipasi pada tahap ini adalah pelibatan seseorang pada tahap

pelaksanaan pekerjaan suatu kegiatan. Masyarakat disini dapat memberikan

tenaga, material, ataupun barang dan uang serta ide-ide sebagai salah satu bentuk

partisipasinya pada pekerjaan tersebut.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan (utilitazion stage)

Partisipasi pada tahap ini adalah pelibatan seseorang pada tahap

pemanfaatan suatu kegiatan setelah selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat

pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara

proyek yang telah dibangun.

Menurut Keith Davis dalam Suciati (2006) dikemukakan bahwa bentuk-

bentuk dari partisipasi masyarakat adalah berupa; a) pikiran, b) tenaga, d)

keahlian, e) barang dan f) uang. Bentuk partisipasi masyarakat ini dilakukan

dalam berbagai cara, yaitu; a) konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa, b)

sumbangan spontanitas berupa uang dan barang, c) mendirikan proyek yang

sifatnya berdikari dan dibiayai oleh masyarakat sendiri, e) sumbangan dalam

bentuk kerja, f) aksi massa, g) mengadakan pembangunan di dalam keluarga dan

h) membangun proyek masyarakat yang bersifat otonom.

Mahalli (2010) menjelaskan bentuk partisipasi masyarakat dapat

dikategorikan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap perencanaan

Universitas Sumatera Utara


16

2. Tahap pelaksanaan

3. Tahap pemanfaatan

4. Tahap evaluasi.

Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata berwujud

partisipasi dapat dilihat dalam lima tahap sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini adalah dengan

mengikuti sosioalisai yang diadakan untuk menyongsong kehadiran

pengembangan pariwisata.

2. Tahap Perencanaan. Tahap ini terdiri atas identifikasi kebutuhan dan

analisis kemampuan. Pada tahap ini partisipasi masyarakat bersifat

fungsional, artinya masyarakat berpartisipasi terhadap apa yang sudah

ditetapkan oleh tenaga ahli.

3. Tahap Operasional. Tahap ini berbentuk fisik dan non fisik. Berbentuk

fisik seperti membuat fasilitas penunjang pariwisata. Berbentuk nonfisik

seperti belajar bahasa asing dan mempelajari kesenian.

4. Tahap Pengembangan. Pada tahap ini masyarakat bersifat spontan, antara

lain dengan mendirikan dan mengelola usaha yang terkait dengan

kepariwisataan, seperti usaha cuci pakaian, kerajinan dan penginapan.

5. Tahap Pengawasan. Tahap ini masyarakat lebih kepada pengawasan yang

bersifat praktis dan preventif untuk mencegah agar tidak tercemar oleh

tindakan negatif (Dewa Putu, 2011).

Universitas Sumatera Utara


17

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari

faktor dari dalam masyarakat (internal) dan faktor dari luar masyarakat

(eksternal). Faktor internal yaitu kemampuan dan kesedian masyarakat untuk

berpartisipasi, sedangkan faktor eksternal yaitu peran aparat dalam lembaga

formal yang ada. Terdapat dua kategori tingkatan partisipasi masyarakat. Pertama,

warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang

oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses

pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak

partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan

tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar (Nasdian, 2014).

Dalam tahap pembangunan infrastruktur, Pranoto dalam Adisasmita (2006)

menguraikan partisipasi masyarakat sebagai berikut:

1. Survey dan investigasi, memberi informasi lokasi dan kondisi.

2. Perencanaan, persetujuan, kesepakatan, memperlancar proses.

3. Pembebasan tanah, memberi kemudahan, mempelancar proses.

4. Pembangunan, membantu pengawasan dan terlibat dalam pelaksanaan.

5. Operasi dan pemeliharaan, terlibat dalam pelaksanaan, ikut memelihara

dan melaporkan jika ada kerusakan.

6. Monitoring dan evaluasi, memberikan data yang nyata di lapangan

tentang dampak yang terjadi pasca pembangunan.

Universitas Sumatera Utara


18

2.4. Pengertian Pemuda

Menurut Undang-Undang nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan,

pemuda didefinisikan sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode

penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30

(tiga puluh) tahun.

Menurut Taufik Abdulah (1974) pemuda adalah individu dengan karakter

yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki

pengendalian emosi yang stabil.

Menurut WHO dalam Sarlito S (2008) usia 10 – 24 tahun digolongkan

young people, sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan usia 10 – 19

tahun

Secara umum terdapat pergeseran mengenai konsep pemuda. Pada dua

dekade yang lalu, terminologi pemuda selalu memiliki makna ideologis.

Pemuda, bukanlah sebuah gugus gagasan yang hanya dibatasi oleh persoalan

umur semata.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kemenpora RI tahun 2010, jumlah

pemuda Indonesia (penduduk berusia 16-30 tahun) sekitar 57,81 juta jiwa atau

25,04 persen dari penduduk Indonesia yang berjumlah 230,87 juta jiwa.

Persentase pemuda paling kecil dibandingkan penduduk usia di bawah 16 tahun

(30,88 persen) serta penduduk di atas 30 tahun (44,08 persen). Jumlah pemuda

mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 (57,17 juta orang) dan 2008

(56,73 juta orang).

Universitas Sumatera Utara


19

Sedangkan menurut Thahan (2002), pemuda selalu berada di garis terdepan

dalam perjuangan ummat dan mampu terlibat di semua sektor, yaitu:

a. Sektor Pembebasan dan Kemerdekaan.

Pemuda adalah kemampuan, tekad, keberanian, dan kesabaran

menghadapi tantangan. Dengannya ummat menghalau musuh danmengangkat

bendera kejayaannya.

b. Sektor Pemikiran dan Pembentukannya.

Pemuda adalah unsur kokoh yang mampu belajar keras, menguasai dan

menghasilkan pemikiran serta pembaruan. Ibarat ranting yang masih segar,

kelenturannya cukup untuk terbentuknya pemikiran sekaligus mentransformasikan

pemikiran tersebut kepada orang lain.

c. Sektor Iman dan Amal.

Iman yang diam dan kehilangan dinamika tidak ada harganya, sedangkan

keimanan pemuda selalu memunculkan energi tersembunyi yang besar dalam

bentuk gerakan membina ummat.

d. Sektor Perubahan

Pemuda adalah pelopor dan sarana perubahan. Allah SWT tidak akan

mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah kondisi jiwa mereka.

Sedangkan pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar, maka perubahan yang

dilakukannya pun besar.

Pemuda merupakan aset bangsa yang akan melanjutkan estafet

pembangunan bangsa dimasa yang akan datang. Pemuda memiliki dinamisasi dan

semangat yang tinggi dalam berbagai aspek dimasyarakat, pemuda dapat lebih

Universitas Sumatera Utara


20

diterima dilingkungannya jika membawa suasana-suasana kebaikan dan mengarah

pada perubahan, perubahan yang diharapan sesuai dengan apa yang diharapkan

oleh masyarakat. Semangat yang tinggi dan ide-ide memberikan peran kepada

pemuda dalam setiap sektor kehidupan.

2.5. Partisipasi Pemuda

Di Indonesia, startegi meningkatkan partisipasi pemuda dalam

pembangunan telah diusung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui

program Pengarusutamaan Pemuda (Youth Mainstreaming). Strategi ini bertujuan

untuk meningkatkan peran serta pemuda dalam seluruh aspek kehidupan manusia

dan memperhatikan serta melibatkan pemuda ke dalam perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang

kehidupan dan pembangunan. Lebih jauhnya, strategi pengarusutamaan (peran

serta) pemuda menuntut komitmen setiap pihak untuk memprioritaskan

pembangunan kepemudaan dalam setiap proses pembangunan yang dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan sampai kepada monitoring dan evaluasi, yang

dilakukan secara koordinatif, sinergi, dan harmonis. (Kemenpora RI, 2010).

Terkait partisipasi masyarakat, dalam hal ini pemuda, berdasarkan Undang-

Undang nomor 25 tahun 2004, menjelaskan bahwa Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional salah satunya bertujuan untuk mengoptimalkan partisipasi

masyarakat. Selanjutnya tentang partisipasi masyarakat disebutkan pula pada

pasal 5, 6, dan 7 Undang-undang yang sama. Dalam Undang-undang ini

pembangunan merupakan kombinasi antara pendekatan top-down dan bottom-up

yang menekankan pada cara-cara aspiratif dan partisipatif. Selain UU nomor 25

Universitas Sumatera Utara


21

tahun 2004, terdapat juga peraturan perundang-undangan lain yang menekankan

perlunya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan yaitu Undang-

Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah.

Kelompok yang berpartisipasi dalam pengembangan masyarakat dan

pembangunan perlu diorganisasikan menurut kepentingan masing-masing. Kepada

anggota kelompok, baik secara individual ataupun kelompok, akan diserahkan

tugas-tugas sesuai dengan keperluan pengembangan dan pembangunan.

Pengorganisasian anggota kelompok penting, karena partisipasi anggota

kelompok dalam kegiatan pengembangan dan pembangunan perlu diarahkan

dalam tahap-tahap kegiatan; tahap identifikasi masalah dan kebutuhan,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi (Nasdian, 2014).

Menurut Robert Geyer dalam Sitti (2014), terdapat prinsip partisipasi

pemuda yang melibatkan tiga elemen administratif pokok, yaitu:

1. Adanya komitmen untuk membuka seluruh pintu kebijakan agar

mengarah pada area kebijakan yang diarusutamakan.

2. Adanya sistem yang dapat mengevaluasi dampak dari kebijakan yang

diarusutamakan.

3. Adanya strategi untuk memaksa/mendorong pelaku administratif agar

memberi perhatian dan mengimplementasikan kebijakan yang

diarusutamakan.

Universitas Sumatera Utara


22

Menurut United Nation Economic and Social Council dalam ECOSOC

Agreed Conclusions 1997/2 dalam Sitti (2014), pengarusutamaan pemuda (youth

mainstreaming) didefinisikan sebagai “Proses penilaian besarnya pengaruh

(terhadap pemuda) dari tindakan yang telah direncanakan, termasuk pembuatan

undang-undang, kebijakan atau program, dalam semua bidang dan pada semua

tingkatan”. Termasuk di dalamnya strategi agar kepedulian dan pengalaman-

pengalaman tentang kepemudaan dijadikan sebagai sebuah dimensi integral dalam

melakukan desain, implementasi, monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan dan

program dalam segala bidang, seperti politik, ekonomi dan sosial, agar pemuda

memperoleh keuntungan dan manfaat yang setara.

Menurut Sitti (2014), istilah pengarusutamaan mencakup semua kegiatan

dan proses komunikasi yang bertujuan untuk melembagakan (institusionalisasi)

norma-norma, konsep, panduan dan gambaran baru dalam rangka mengenalkan

dan menguatkan rutinitas, prosedur dan ritual baru dalam organisasi. Dengan

demikian, partisipasi pemuda merupakan sub-kegiatan dari manajemen

perubahan. Tujuan dari pengarusutamaan adalah perubahan paradigma, yang

dilakukan melalui tiga pendekatan paralel; komunikasi (bridging), penamaan

identitas (branding), dan pembelajaran (boosting).

Menurut Bappenas (2010), pengarusutamaan dilakukan dengan cara yang

terstruktur dengan kriteria sebagai berikut: (1) pengarusutamaan bukanlah

merupakan upaya yang terpisah dari kegiatan pembangunan sektoral; (2)

pengarusutamaan tidak mengimplikasikan adanya tambahan pendanaan (investasi)

yang signifikan; dan (3) pengarusutamaan dilakukan pada semua sektor terkait

Universitas Sumatera Utara


23

namun diprioritaskan pada sektor penting yang terkait langsung dengan isu-isu

pengarustamaan.

Dalam hubungannya dengan pembangunan kepemudaan, strategi

pengarusutamaan pemuda menuntut adanya komitmen pelaku kebijakan agar mau

menjadikan isu dan pelibatan pemuda sebagai bagian penting dalam menunjang

pembangunan partisipatif. Dengan kata lain pemerintah harus memastikan bahwa

perspektif kepemudaan dapat terintegrasi dalam setiap paket kebijakan dan

program pada segala bidang. Caranya bisa dengan membangun mekanisme yang

mendukung keterlibatan pemuda, baik laki-laki maupun perempuan, dan

memastikan partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan

maupun program yang berdampak terhadap mereka. Hal lainnya yang tidak kalah

penting adalah munculnya kebijakan-kebijakan, program maupun kegiatan yang

ditujukan untuk mempersempit kesenjangan yang ada selama ini pada bidang-

bidang tertentu dalam hal pemberdayaan pemuda.

2.6. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah : Keseluruhan hubungan dan gejala-gejala yang timbul

dari adanya orang asing di mana perjalanannya tidak untuk bertempat tinggal

menetap dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan untuk mencari nafkah

(Muljadi, 2014)

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Pariwisata berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan intelektual

Universitas Sumatera Utara


24

setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan

negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan melestarikan alam.

Menurut UN-WTO dalam I Gde Pitana dan Putu GG (2009). Ada tiga

elemen dasar dalam pengertian pariwisata secara holistik yaitu :

1. Internal tourism (termasuk domestic tourism dan inbound tourism).

2. National tourism (termasuk domestic tourism dan outbound tourism).

3. International tourism (termasuk inbound dan outbound tourism).

Di Indonesia, kata ”pariwisata” pertama kali dikemukakan secara resmi

oleh Prof. Priyono pada Munas Pariwisata II di Tretes Jawa Timur pada tanggal

12 sampai dengan 14 Juni 1958. Kata pariwisata kemudian disyahkan oleh

Presiden Soekarno untuk menggantikan “tourisme”. Atas dasar keputusan

tersebut, maka selanjutnya istilah “Dewan Tourisme” Indonesia dirubah menjadi

Dewan Pariwisata Indonesia (Wardiyanto, 2011).

Menurut Cohen dalam Anastasia dkk (2014) mengklasifikasikan wisatawan

atas dasar tingkat familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat

pengorganisasian perjalanan wisatanya menjadi empat :

1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali

belum diketahuinya, yang bepergian dalam jumlah kecil.

2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur

perjalanannya sendiri, tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah

umum melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track).

Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar

lokal dan tingkat interaksinya dengan masyarakat lokal juga tinggi.

Universitas Sumatera Utara


25

3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan

perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan

wisata yang sudah terkenal.

4. Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi

daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang

dapat ditemuinya di tempat tinggalnya, dan perjalanannya selalu dipandu

oleh pemandu wisata. Wisatawan seperti ini sangat terkungkung oleh apa

yang disebut sebagai environmental bubble.

McIntosh dalam Soekadijo (1997) mengklasifikasikan motif wisata yang

dapat diduga itu menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Motif fisik, yaitu motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah,

seperti olah raga.

2. Motif budaya, yang harus diperhatikan di sini adalah yang bersifat budaya

itu motif wisatawan, bukan atraksinya.

3. Motif interpersonal, yang berhubungan dengan dengan keinginan untuk

bertemu dengan keluarga, teman, dan berkenalan dengan orang tertentu.

4. Motif status atau motif prestise, banyak orang yang beranggapan bahwa

orang yang pernah mengunjungi tempat lain dengan sendirinya melebihi

sesamanya yang tidak pernah bepergian akan naik statusnya dalam

wisata.

2.7. Pengembangan Pariwisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid III (2001) pengembangan

didefinisikan sebagai proses, cara, perbuatan mengembangkan sesuatu menjadi

Universitas Sumatera Utara


26

lebih baik, maju dan berguna. Pengembangan merupakan suatu proses/aktivitas

memajukan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan

meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi menarik dan

lebih berkembang.

Pengembangan kepariwisataan harus memperhatikan berbagai asas dan

tujuan kepariwisataan. Menurut UU No. 10 Tahun 2009, kepariwisataan

diselenggarakan berdasarkan asas: manfaat, kekeluargaan, adil dan merata,

keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis,

kesetaraan dan kesatuan. Tujuan kepariwisataan adalah: meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus

kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan

sumberdaya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa

cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, serta mempererat

persahabatan antar bangsa. Dengan demikian pengembangan kepariwisataan mesti

mengacu pada asas dan tujuan tersebut.

Pengembangan suatu obyek wisata yang dilakukan dengan baik akan

menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat.

Menurut Kusudianto dalam Anastasika dkk (2014) bahwa suatu tempat wisata

yang direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi

yang memperbaiki taraf kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga

peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik.

Pengembangan pariwisata dan keterlibatan masyarakat juga menarik

perhatian para ahli pariwisata untuk memberikan kontribusinya, Natori dalam

Universitas Sumatera Utara


27

Dewa Putu (2011) membedakan pembanguna pariwisata konvensional dengan

pembangunan pariwisata berbasis kerakyatan. Model pembangunan pariwisata

konvensional, interaksi antara sember daya, penduduk dan pengunjung tidak

seimbang, sehingga menimbulkan konflik. Pada model pembangunan pariwisata

berbasis kerakyatan, sumber daya, penduduk lokal, dan pengunjung berinteraksi

secara harmonis di samping menjadikan masyarakat sebagai pemain kunci utama

dalm pembangunan pariwisata.

Menurut Butler dalam Budiastawa (2009) ada 5 tahap pengembangan

pariwisata yang membawa implikasi serta dampak yang berbeda, secara teori

diantaranya adalah:

1. Tahap exploration (eksplorasi, pertumbuhan spontan dan penjajakan)

Pada tahap ini jumlah wisatawan masih relatif kecil. Mereka cenderung

dihadapkan pada keindahan alam dan budaya yang masih alami daerah tujuan

wisata. Fasilitas pariwisata dan kemudahan yang didapat wisatawan juga kurang

baik. Atraksi didestinasi wisata belum berubah oleh pariwisata dan kontak dengan

masyarakat lokal relatif tinggi.

2. Tahap involvement (keterlibatan)

Pada tahap ini mulai adanya inisiatif masyarakat lokal menyediakan

fasilitas wisata, kemudian promosi daerah wisata dimulai dengan dibantu

keterlibatan pemerintah. Hasilnya terjadinya peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan.

3. Tahap development (pengembangan dan pembangunan)

Universitas Sumatera Utara


28

Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang meningkat tajam. Pada

musim puncak, wisatawan biasanya menyamai bahkan melebihi jumlah penduduk

lokal. Investor luar berdatangan memperbaharui fasilitas. Sejalan dengan

meningkatnya jumlah dan popularitas daerah pariwisata, masalah-masalah

rusaknya fasilitas mulai terjadi. Perencanaan dan kontrol secara nasional dan

regional menjadi dibutuhkan, bukan hanya untuk memecahkan masalah yang

terjadi, tetapi juga untuk pemasaran internasional.

4. Tahap stagnation (kestabilan)

Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang pada puncaknya,

wisatawan sudah tidak mampu lagi dilayani oleh daerah tujuan wisata. Ini disadari

bahwa kunjungan ulangan wisatawan dan pemanfaatan bisnis dan komponen-

komponen lain pendukungnya adalah dibutuhkan untuk mempertahankan jumlah

wisatawan yang berkunjung. Daerah tujuan wisata mungkin mengalami masalah-

masalah lingkungan, sosial dan ekonomi.

5. Tahap decline (penurunan kualitas) dan rejuvenation (kelahiran baru)

Pada tahap ini pengunjung kehilangan daerah tujuan wisata yang

diketahui semula dan menjadi resort baru. Resort menjadi tergantung pada sebuah

daerah tangkapan secara geografis lebih kecil untuk perjalanan harian dan

kunjungan berakhir pekan. Kepemilikan berpeluang untuk berubah dan fasilitas-

fasilitas pariwisata seperti akomodasi akan berubah pemanfaatannya.

Menurut James J (1994) ada 4 pendekatan dalam pariwisata

Universitas Sumatera Utara


29

1. Advocacy : Pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan

keuntungan ekonomis dari pariwisata, menciptakan lapangan kerja baru,

memperoleh devisa asingyang dibutuhkan bagi pembangunan.

2. Cauntionary : Pendekatan ini menekankan bahwa pariwisata dapat

mengakibatkan banyak kerugian dalam berbagai aspek sosio-ekonomi,

seperti menimbulkan lapangan kerja musiman dan kasar serta

menyebabkan berbagai macam konflik.

3. Adaptancy : Menyebutkan bahwa pengaruh negatif pariwisata dapat

dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata dari yang

selama ini sudah dikenal secara umum, atau dengan menyesuaikan

pariwisata dengan negara atau daerah tujuan wisata. Dengan pendekatan

ini mengusulkan strategi seperti pembangunan pada skala kesil,

pariwisata yang terkontrol.

4. Developmental : Sebagai pendekatan alternatif, dengan menganggap

pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan

peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut.

Untuk keberhasilan dalam mencapai sasaran pengembangan pariwisata

harus memiliki sistem pendukung, diantaranya :

1. Sistem Informasi Pariwisata. Agar dapat menjalankan kegiatanya dengan

lancar dan efektif, perlu secara kontinu memiliki informasi tentang

perubahan kondisi lingkungan, perilaku wisatawan, kondisi dan

perkembangan pasar.

Universitas Sumatera Utara


30

2. Kerangka Konseptual Sistem Informasi Pemasaran Pariwisata.

Persyaratan informasi bagi perencanaan pemasaran strategis dapat

bervariasi menurut tahap, tingkat, struktur pengambil keputusan serta

sifat dari kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu, desain penyusunan

suatu sistem informasi harus dapat memasukkan dimensi yang sangat

penting (Oka A. Yoeti, 2002).

Para pelaku pariwisata dituntut proaktif untuk menggarap dan

memberdayakan objek wisata, jangan menunggu otoritas, baik itu pemerintah

pusat maupun pemda. Konsep swasta harus maju di depan serta benar benar diuji

dalam mengembangkan dan memberdayakan wisata. Memberdayakan objek

wisata tidak banyak membutuhkan dana karena tinggal melakukan pendekatan

dan koordinasi dengan masyarakat setempat. Masalah terberat adalah memberikan

pemahaman dan pengertian kepada masyarakat bahwa keikutsertaan dana peran

serta langsung dari mereka akan punya andil besar dalam meningkatkan

kepariwisataan secara makro maupun kehidupan atau kesejahteraan masyarakat

secara mikro. Keber samaan dan kesatuan pandang anatar pelaku pariwisata,

pamong desa dan masyarajak desa menjadi modal utama untuk benar-benar

mengangkat potensi wisata (Ronny, 2000).

2.8. Potensi Kegiatan Pariwisata

Potensi wisata adalah semua obyek (alam, budaya, buatan) yang

memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi

Universitas Sumatera Utara


31

wisatawan (Janianton dkk, 2006). Secara mikro, aspek ekonomi dalam

kepariwisataan dapat dijelaskan bahwa dengan adanya perkembangan pariwisata

akan memberi dampak positif bagi: pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan

obyek wisata karena dengan meningkatnya arus wisatawan, masyarakat disekitar

obyek wisata dapat memanfaatkan untuk membuka usaha yang kira-kira

dibutuhkan oleh wisatawan. Dampak positif itu dirasakan, antara lain oleh

pengusahaan akomodasi, rumah makan, sampai dengan jasa-jasa lain seperti

penyewaan peralatan untuk oleh raga air, mobil, dan souvenir; pendapatan daerah

setempat, dengan adanya perolehan masukan kas daerah dari pungutan pajak dan

retribusi; meningkatnya permintaan hasil daerah setempat dan meningkatnya

permintaan barang-barang kerajinan, souvenir, handicraft, serta barang-barang

yang khas dari suatu daerah (A. Hari karyono, 1997).

Dalam penyediaan pariwisata terdiri dari empat komponen yaitu :

1. Daya Tarik (Atraction)

Daya tarik adalah suatu Objek wisata akan berkembang apabila

mempunyai daya tarik. Faktor daya tarik inilah yang akan mendorong wisatawan

untuk mengunjunginya. Daya tarik suatu daerah tujuan wisata dapat

dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu sifat khas alam, wisata buatan, dan wisata

budaya. Daya tarik wisata ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya jenis

atraksi wisata. Atraksi wisata adalah suatu tempat atau area yang memiliki suatu

karakteristik/ daya tarik tertentu dan fasilitas wisata yang dapat menarik para

pengunjung atau wisatawan untuk dapat berwisata atau berekreasi menikmatinya.

2. Aksesibilitas (Accessibility)

Universitas Sumatera Utara


32

Aksesibilitas adalah : jarak antara tempat tinggal dengan daerah tujuan

wisata, merupakan faktor yang sangat penting. Pengembangan pariwisata sangat

bergantung pada kemudahan pencapaian daerah tujuan wisata Sementara itu

pemahaman Objek Wisata, adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni

budaya, sejarah bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk

dikunjungi wisatawan. Sedangkan objek dan daya tarik wisata berdasarkan UU

No. 9 Tahun 1990, adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

3. Fasilitas (Amenity)

Ketersediaan fasilitas pelayanan berkaitan dengan daya tarik suatu daerah

tujuan wisata, seperti fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke

daerah tujuan wisata yang ingin dikunjunginya, fasilitas akomodasi yang

merupakan tempat tinggal sementara di tempat atau di daerah tujuan yang akan

dikunjunginya, fasilitas catering service yang dapat memberikan pelayanan

mengenai makanan dan minuman sesuai dengan selera masing-masing, fasilitas

perbelanjaan dimana wisatawan dapat membeli barang-barang souvenir khas dari

daerah wisata tersebut, dan termasuk juga infrastruktur yang baik.

4. Pelayanan Tambahan (Ancillary Service)

Motivasi untuk melakukan kunjungan wisata dapat dimiliki seseorang

tetapi mungkin saja ia tidak tahu cara melakukannya. Sehingga pengetahuan

terhadap daerah tujuan wisata sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi

(Anastasia dkk, 2014).

Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia

No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5, menyebutkan sebagai

Universitas Sumatera Utara


33

berikut ”daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayan alam, budaya dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Sementara dalam Bab I, pasal 10, disebutkan kawasan strategis pariwisata adalah

kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk

pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau

lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayan

sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan kemanan.

Pengelolaan atraksi wisata baik milik negara maupun swasta harus

menemukenali risiko keselamatan dan keamanan yang mungkin terjadi dan

mengembangkan rencana keselamatan pada daya tarik yang tersedia. Pelayanan

kesehatan, terutama bantuan P3K, harus disediakan pada pintu masuk, pusat

wisata dan pada tempat yang dekat dengan monumen alam atau budaya yang

padat dikunjungi pengunjung (Frans, 2003).

Permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri wisatawan, seperti

penghasilan, umur, motivasi dan watak. Ciri ini masing – masing akan

mempengaruhi kecenderungan orang untuk bepergian mencarai kesenangan,

kemampuannya untuk bepergian dan pilihan tempat tujuan perjalananya, daya

tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan memasarkan tempat tujuan.

Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan

permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja, dan secara tidak

langsung melalui faktor yang penting bagi wisatawan, seperti misalnya sikap

penduduk setempat pada wisatawan dan minat yang dibangkitkan oleh budaya

Universitas Sumatera Utara


34

setempat. Permintaan pada gilirannya akan mempengaruhui penawaran pariwisata

(Glenn, 1998).

2.9. Taman Wisata Alam

Taman Wisata Alam (BKSDA-SU I Sibolangit, 2006) adalah kawasan

pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan

pariwisata dan rekreasi alam. Adapun kriteria untuk penunjukan dan penetapan

sebagai kawasan taman wisata alam:

1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem

gejala alam serta formasi geologi yang menarik;

2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi

dan daya atarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;

3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

Kawasan Taman Wisata Alam di kelola oleh pemerintah dan di kelola

dengan upaya pengawetan keaneka ragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya. Suatu kawasan Taman Wisata Alam dikelola berdasarkan satu

rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis,

ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan Taman Wisata Alam sekurang-

kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang

upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan.

Upaya pengawetan kawasan Taman Wisata Alam dilaksanakan dalam

bentuk kegiatan (Ditjen Perlindungan Hutan, 2010):

Universitas Sumatera Utara


35

1. Perlindungan dan pengamanan.

2. Inventarisasi potensi kawasan.

3. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi.

4. Pembinaan habitat dan populasi satwa.

5. Pembinaan padang rumput.

6. Pembuatan fasilitas air minum dan atau tempat berkubang.

7. Penanaman dan pemeliharaan pohon-pohon pelindung.

8. Penjarangan populasi satwa.

9. Penambahan tumbuhan atau satwa asli, atau

10. Pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa pengganggu.

Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi

kawasan Taman Wisata Alam adalah:

1. Berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagian-

bagiannya di dalam dan ke luar kawasan, serta memusnahkan sumber

daya alam di dalam kawasan.

2. Melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran kawasan.

3. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan

dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari

pejabat yang berwenang.

Universitas Sumatera Utara


36

Sesuai dengan fungsinya, Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk:

1. Pariwisata alam dan rekreasi.

2. Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya

wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta

peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut).

3. Pendidikan (Ditjen Perlindungan Hutan, 2010)

2.10. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian

Taman Wisata Alam


Sibolangit

Partisipasi Pemuda

Perencanaan
Pelaksanaan
Pemanfatan
Komponen Pariwisata
Evaluasi
Atraction
Accessibility
Amenity
Ancillary Service

Pengembangan Pariwisata di Taman


Wisata Alam Sibolangit

Kesimpulan dan Saran

Sumber : Analisis peneliti (2018)

Universitas Sumatera Utara


37

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis studi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, yaitu dimana peneliti memahami masalah mendasar dan

menggambarkan secara sistematis dan jelas tentang situasi situasi sosial atau

fenomena dilokasi (Mulyadi, 2012).

Pendekatan penelitian kualitatif dijalankan dari fenomena-fenomena atau

gejala yang berlaku dilapangan yang menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

yang bisa saja berubah-ubah. Rancangan penelitian berkembang selagi proses

penelitian dijalankan. Dalam pelaksanaan penelitian peran peneliti langsung

berfungsi sebagai alat penelitian yang konsisten sepenuhnya (Iskandar, 2009).

Kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen (Lexy

J. Moleong, 2014).

3.2. Lokasi Penelitian

Objek lokasi penelitian adalah di Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pertimbangan penetapan

sebagai objek penelitian adalah:

1. Memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata.

2. Suasana yang alami, memiliki flora dan fauna yang bermacam.

3. Tempat domisili peneliti, sehingga memudahkan untuk mengakses

penelitian.

4. Memiliki potensi untuk menumbuh kembangkan ekonomi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


38

3.3. Subjek Penelitian

Untuk memperdalam analisis data yang berkaitan dengan partisipasi pemuda

dalam pengembangan pariwisata, maka akan dilakukan wawancara secara

mendalam dengan informan kunci (key informan). Adapun informan kunci yang

dipilih di antaranya:

1. Kepala BBKSDA Sumatera Utara

2. Kepala TWA Sibolangit

3. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Deli

Serdang

4. Camat Sibolangit

5. Kepala Desa Sibolangit

6. Tokoh Masyarakat

7. Ketua Pemuda Pancasila Sibolangit

8. Duta Wisata Deli Serdang

9. Ketua Pemuda Marga Silima Sibolangit.

3.4. Sumber Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


39

a. Data sekunder diperoleh melalui observasi lapangan, studi perpustakaan

yang bersumber dari literatur, dokumen-dokumen atau tulisan-tulisan,

serta berbagai studi penelitian sejenis yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian.

b. Data primer diperoleh melalui wawancara secara mendalam (in-depth

interview) dan pengamatan (observasi) , untuk memperoleh data-data

yang diperlukan dalam penelitian ini menjadi lengkap (John W Creswell,

2010).

3.5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan, baik data sekunder maupun primer akan

disusun dan disajikan kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Untuk menjawab rumusan masalah pertama, penulis menggunakan

metode analisis deskriptif yaitu melakukan penyesuaian antara teori dengan realita

lapangan (hasil penelitian), yang telah tersusun rapi sehingga dapat diketahui

keadaan sebenarnya.

Rumusan masalah yang kedua penulis menggunakan metode analisis

SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan

untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) berdasarkan data hasil penelitian. Proses

analisis, dilakukan dengan pengumpulan data yang dilakukan sejak awal

penelitian dan selama proses penelitian. Langkah-langkah analisis data dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


40

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan. Secara teknis, pada kegiatan reduksi data yang telah

dilakukan dalam penelitian ini meliputi: perekapan hasil wawanacara kemudian

pengamatan hasil pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan fokus

penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori. Dalam penelitian ini, secara teknis data-data

akan disajikan dalam bentuk teks naratif, tabel, foto, bagan.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan dalam

penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak

awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

penelitian berada dilapangan. Secara teknis proses penarikan kesimpulan dalam

Universitas Sumatera Utara


41

penelitian ini akan dilakukan dengan cara mendiskusikan data-data hasil temuan

dilapangan dengan teori-teori yang dimasukan dalam bab tinjauan pustaka.

Data Display

Data
Collection

Conclusions:
Drawing /
verifying
Data
Reduction

Gambar 3.1.
Analisis Data Kualitatif : Model Interaktif .Sumber : Matthew B. Miles dan A.
Michael Huberman (1994).

3.6. Definisi Operasional

Konstruksi variabel yang dibangun untuk memberikan penjelasan suatu

konsep diperlukan definisi operasional yang tegas dan termasuk ukuran

variabelnya. Adapun definisi operasional dan ukuran variabel dalam penelitian ini

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Partisipasi adalah keterlibatan suka rela oleh masyarakat dalam

perubahan yang ditentukan sendiri

2. Pemuda adalah orang yang berusia 16 sampai 30 tahun

Universitas Sumatera Utara


42

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah

4. Pengembangan Pariwisata adalah salah satu alternatif pembangunan

untuk pelestarian sumber daya alam dan budaya

5. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan

utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi

alam.

Universitas Sumatera Utara


43

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kawasan

4.1.1. Sejarah Kawasan

Awal mula sejarah adanya Hutan Konservasi (Cagar Alam dan

Taman Wisata Alam) Sibolangit adalah merupakan Tanah Filiaal’s Land

Plantentuin “Sibolangit” yang berasal dari :

a. Kontrak politik pada tanggal 26 Februari 1914, yang dihadiahkan dari

pemerintah Hindia Belanda kepada Gubernur Sumatera menurut

keterangan dari Zelfbestuur Negeri Deli (dinyatakan dalam Pasal

keempat dari Besluit dari Sri Paduka Tuan Besar Yang Maha Mulia

Gubernur Jenderal pada tanggal 3 Juni 1914 No.45).

b. Zelfbestuur tanggal 2 Oktober 1916 (Besluit dari Sri Paduka Tuan Besar

Yang Maha Mulia Gubernur Jenderal tanggal 30 Januari 1917 No.33).

Tanah tersebut kemudian dilakukan penataan batas oleh Komisi

Tata Batas yang dibentuk melalui Besluit oleh Paduka Tuan Gubernur dari

Pesisir Timur Pulau Pertja tanggal 18 November 1927 No. 171/B/A.Z.

Anggota Komisi Tata Batas terdiri dari perwakilan Gubernur, pihak Lands

Plantentium, dan tokoh masyarakat, yaitu :

a. J. De Ridder, Controleur dari Bovan-Deli, sebagai wakil dari

Gourverment;

Universitas Sumatera Utara


44

b. J.W Gonggrijp, Opperhoutvester dari Oostkust Van Sumatera c.a. sebagai

wakil dari Filiaal’s Land Plantentuin;

c. Datuk Haviz Goembak, Datuk dari 12 kota;

d. Beheng, Penghulu dari Kampung Sibolangit; dan

e. Pentji, anak Beru (laki-laki luar daerah yang mempunyai istri di Kampung

Sibolangit) dari Kampung Sibolangit.

Komisi Tata Batas telah menandatangani berita acara tata batas

pada tanggal 8 Desember 1927. Berdasarkan proses Verbal Van

Grensregeling tersebut, batas-batas tanah untuk dari Land Plantentuin

Sibolangit saat itu tercatat, sebelah utara adalah jalan batas dengan tanda

batas nomor 48 sampai 32. Sebelah timur adalah jalan batas dengan tanda

batas nomor 32 sampai 20, Sebelah selatan, satu garis dianggap ditarik dari

tanda batas baru nomor 20 menuju sebelah barat sampai di jalan di pinggir

puncak yang rata dari Sibolangit dan seterusnya menurut jalan tersebut

sampai di tanda batas nomor 7, kemudian menurut jalan batas dengan batas-

batas batu nomor 7, 6 dan 5 sampai ditiang batas B O W dari sebuah

sekolah, serta kemudian melalui jalan besar tanda batas nomor 3 jalan curam

sampai kembali pada jalan besar. Sebelah barat, sepanjang jalan besar

sampai di tanda batas nomor 48. Di dalam kawasan yang telah ditata batas

tersebut, terdapat tanah milik Seng Hap seluas 5,5 Ha sesuai dengan Besluit

Gubernur Wilayah Sumatera tanggal 22 Februari 1913 No.154. Tanah Seng

Universitas Sumatera Utara


45

Hap ini bukan merupakan bagian dari Filiaal’s Land Plantentuin

“Sibolangit”.

Desain Kebun Raya Sibolangit dibuat oleh Julius August Loerzing,

seorang warga negara Jerman yang lahir tahun 1872. Karir Loerzing dimulai

pada tahun 1896 sebagai tentara di DEI. Kemudian pada tahun 1903

Loerzing menjadi pekerja di perusahaan kehutanan. Karirnya di Sibolangit

dimulai ketika dia ditugaskan untuk membuat blue print Kebun Raya

Sibolangit pada tahun 1915. Loerzing pensiun pada tahun 1924 dan

mendapat penghargaan di bidang kehutanan atas jasanya membangun

kehutanan di wilayah Medan Sumatera Utara. Loerzing meninggal pada

tanggal 7 Juni 1945 di Semarang sebagai tahanan tentara Jepang.

Kawasan Hutan Sibolangit ditetapkan menjadi cagar alam melalui

Zelfbestuur tanggal 24 Mei 1934 No.85/PK seluas 115 Ha. Mengingat

Cagar Alam kaya akan berbagai jenis tumbuhan (flora) yang bukan hanya

sekedar koleksi, melainkan juga memberikan kontribusi bagi keperluan ilmu

pengetahuan dan pendidikan serta pengembangan pariwisata, maka pada

tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No.

636/Kpts/Um/1980 sebagian cagar alam seluas 24,85 Ha diubah statusnya

menjadi Taman Wisata Alam Sibolangit.

4.1.2. Keadaan Fisik

a. Letak Kawasan

Secara administratif pemerintahan Taman Wisata Alam Sibolangit

terletak di desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

Universitas Sumatera Utara


46

Serdang Provinsi Sumatera Utara sedangkan secara geografis TWA

Sibolangit terletak antara 98º36’36”-98º36’56” Bujur Timur dan

3º17’50”-3º18’39” Lintang Utara.

b. Iklim

Menurut pembagian iklim Schmidt dan Ferguson Taman Wisata Alam

Sibolangit termasuk dalam iklim tipe B dengan curah hujan 2.500-3.000

mm/tahun dengan kelembaban antara 60-80% suhu rata-rata maksimum

35,6º C dan minimum 25,3ºC.

c. Jenis Tanah dan Geologi

Berdasarkan peta geologi Sumatera Utara formasi geologi pada lahan

TWA. Sibolangit terbentuk dari andesit dan bahan batuan vulkanik. Jenis

tanah podsolik dan tekstur hablur sehingga mudah meresapkan air serta

hanyut terbawa air.

d. Topografi

Kawasan TWA Sibolangit memiliki topografi bergelombang dengan

faktor kemiringan sebesar 5-10%, sedangkan ketinggian berada 558 m di

atas permukaan laut.

4.1.3. Keadaan Biologi dan Ekosistem

a. Flora
Flora yang tumbuh di kawasan ini sebagian jenis asli dan sebagian

berasal dari luar (tanaman eksotik), Tanaman dari luar umumnya terdiri

dari pohon yang besar dengan diameter lebih kurang 1 meter, seperti

jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia), Angsana (Pterocarpus indicus),

Universitas Sumatera Utara


47

dan Kelenjar (Samanea saman), sedangkan jenis tanaman asli adalah

Meranti (Shorea sp), Manggis (Garcia sp), Kenangan, Kulit Manis, 30

species Ficus, 20 jenis Kecing (Quercus sp), palm, pinang, dan nira.

Tumbuhan bawah (ground cover) yang dipakai sebagai pembatas jalan

setapak pada umumnya didominasi jenis Anthurium dari famili Araceae.

Di kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit juga ditemukan salah satu

tumbuhan yang tergolong langka dan mempunyai daya tarik tersendiri

yaitu bunga bangkai (Amorphophallus titanum). Jenis tumbuhan bawah

lainnya yang dapat dijumpai di dalam TWA Sibolangit adalah berbagai

jenis paku-pakuan, talas hutan, rumput, jamur, dan anggrek hutan.

Potensi yang tak kalah menariknya adalah adanya tanaman obat.

Inventarisasi yang dilakukan tahun 2000 menyebutkan bahwa terdapat 89

jenis tanaman obat-obatan. Tanaman obat-obatan yang dapat juga

dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara lain Bunga Tiga Lapis

(Calanthe veratrifolia), Tungkil-tungkil (Dendrobium crumenatum),

Selembar Sebulan (Vervolia argoana), Pinang Pendawar

(Didysmosperma porphyrocarpum), Paklu loncat (Pteris enceformis),

dan lain-lain (Konsorsium BKSDA I Sibolangit – Conservation

International Indonesia/CII, 2003).

b. Fauna
Jenis fauna yang sering dijumpai adalah kera (Macaca fascularis), lutung

(Presbytis sp), burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), elang bido

(Spilornis cheela), kacer, srigunting (Dicrurus sp), dan hewan lainnya

Universitas Sumatera Utara


48

seperti: babi hutan (Sus scrofa), kancil, kus-kus, ular phyton (Pyton

reticulatus), kadal (Mabayu multifasciatus), biawak (Varanus salvator).

4.1.4. Keadaan Umum Masyarakat Sekitar Kawasan

a. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sibolangit kurang lebih 828 orang, yang terdiri

dari jumlah laki-laki sebanyak 392 orang dan jumlah wanita sebanyak

436 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 201 KK dengan luas

wilayah kurang lebih 425 Ha, atau luasan lahan ± 0,5 Ha/orang. Suku

yang ada di Desa Sibolangit didominasi oleh suku Karo dan suku lain

yang ada meliputi suku Batak dan Jawa.

b. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sibolangit termasuk bagus, hal ini

dapat dilihat dari rendahnya masyarakat Sibolangit yang buta huruf yaitu

sebesar 6,4%, sedangkan tingkat pendidikan menengah atas 30,2% dan

tingkat pendidikan S1/S2 6,0% (BKSDA-SU I, 2006).

c. Kesehatan

Masyarakat Desa Sibolangit masih sangat percaya pada pengobatan-

pengobatan yang dilakukan secara tradisonal. Mereka merasa lebih yakin

pengobatan yang diajarkan turun temurun oleh nenek moyangnya. Selain

itu juga terdapat sarana kesehatan secara medis yang ada di Desa

Sibolangit yaitu 1 unit puskesmas.

d. Agama

Universitas Sumatera Utara


49

Masyarakat Desa Sibolangit menganut agama Kristen Protestan, Katolik,

dan Islam serta sebagian menganut aliran kepercayaan. Mayoritas

masyarakat beragama Kristen Protestan. Adapun sarana prasarana

peribadatan yang ada adalah 1 bangunan masjid dan 1 bangunan gereja.

e. Perekonomian

Mata pencaharian masyarakat Desa Sibolangit adalah petani (kebun),

buruh, pedagang/wiraswasta, pegawai negeri sipil, TNI, polisi dan

pensiunan, adapun mayoritas mata pencaharian adalah sebagai petani

(kebun). Penggunaan lahan yang sebagian besar berupa areal perladangan

maka mayoritas masyarakatnya bercocok tanam dengan tanaman jenis

buah-buahan. Komoditi unggulan mereka seperti belimbing, jambu,

durian, nanas, manggis dan sebagainya. Adapun pemasaran hasil

pertanian kebunnya di Pancur Batu, Berastagi, Kabanjahe dan Medan.

4.2. Visi dan Misi Taman Wisata Alam Sibolangit

4.2.1. Visi

Visi Pengelolaan TWA Sibolangit adalah :

Terwujudnya Pengelolaan Kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit

dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi Wisata Alam,

Pendidikan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan.

4.2.2. Misi

Misi Taman Wisata Alam Sibolangit adalah :

Universitas Sumatera Utara


50

1. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan jejaring kerja (networking)

dengan masyarakat dalam pengelolaan TWA Sibolangit.

2. Menjadikan TWA Sibolangit sebagai Pusat Informasi Konservasi Alam

Sumatera Utara.

3. Mengembangkan potensi keanekaragaman hayati, wisata alam dan jasa

lingkungan, dalam memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar

kawasan secara berkelanjutan.

4. Meningkatkan Pendapatan Negara Bukan Pajak melalui pemanfaatan

Wisata Alam di TWA Sibolangit.

5. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan kawasan guna

menjaga keutuhan kawasan TWA Sibolangit.

4.3. Fungsi Penyelenggaraan, Struktur dan Kebijakan Pengelolaan TWA

Sibolangit

4.3.1. Fungsi Penyelenggaraan

Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, TWA Sibolangit

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a) Penataan Blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi,

pengelolaan kawasan Cagar Alam, Suaka Margasatwa,Taman Wisata

Alam dan Taman Buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di

dalam dan diluar kawasan hutan;

Universitas Sumatera Utara


51

b) Pengelolaan kawasan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata

Alam dan Taman Buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di

dalam dan di luar kawasan hutan;

c) Koordinasi Teknis Pengelolaan Taman Hutan Raya dan Hutan Lindung;

d) Penyidikan, Perlindungan & Pengamanan Hutan, Hasil Hutan, Tumbuhan

dan Satwa Liar di dalam & di luar kawasan konservasi.

e) Pengendalian Kebakaran Hutan;

f) Promosi, Informasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya;

g) Pengembangan Bina Cinta Alam serta Penyuluhan Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

h) Kerjasama Pengembangan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya Serta Pengembangan Kemitraan;

i) Pemberdayaan Masyarakan Sekitar Kawasan Konservasi;

j) Pengembangan dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Pariwisata Alam;

k) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga.

4.3.2. Struktur Organisasi TWA Sibolangit

SDM Resort : 5 Orang terdiri dari 1 Orang Kepala Resort (PEH), 4

Orang Staf (Non Struktural) dan 5O rang Masyarakat Mitra Polhut (MMP).

4.3.3. Kebijakan Pengelolaan TWA Sibolangit

Taman Wisata Alam Sibolangit adalah kawasan konservasi yang ada

di Provinsi Sumatera Utara, dimana pengelolaannya berdasarkan kebijakan-

kebijakan pemerintah yang diatur dalam peraturan perundangan yang terkait

Universitas Sumatera Utara


52

bidang konservasi secara umum. Landasan hukum yang utama adalah

Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati & Ekosistemnya dan Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan, namun demikian dalam kerangka operasionalnya masih banyak

peraturan perundangan yang menjadi dasar hukum pengelolaan TWA

Sibolangit. Berikut ini tabel yang merinci kebijakan pemerintah yang terkait

dengan pengelolaan kawasan konservasi TWA Sibolangit.

Tabel 4.1
Kebijakan Pemerintah Terkait Pengelolaan TWA Sibolangit
No Kebijakan Keterkaitan/Isi
1 Undang-Undang Pasal 33
Dasar 1945 Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat.
2 Undang-Undang Pasal 26
Nomor 5 Tahun Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
1990 tentang hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui
Konservasi Sumber kegiatan:
Daya Alam Hayati a. pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan
dan Ekosistemnya pelestarian alam;
b. pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.
Pasal 27
Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan
pelestarian alam dilakukan dengan tetap
menjaga kelestarian fungsi kawasan.
Pasal 28
Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar
dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan
potensi, daya dukung, dan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa liar.
Pasal 29
(1) Kawasan pelestarian alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 terdiri dari:
a. taman nasional;
b. taman hutan raya;
c. taman wisata alam.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
suatu wilayah sebagai kawasan pelestarian alam

Universitas Sumatera Utara


53

dan penetapan wilayah yang berbatasan


dengannya sebagai daerah penyangga diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 30
Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari,
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pasal 31
(1) Di dalam taman nasional, taman hutan raya,
dan taman wisata alam dapat dilakukan
kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya dan wisata alam.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) harus dilakukan tanpa mengurangi fungsi
pokok masing-masing kawasan.
Pasal 32
Kawasan taman nasional dikelola dengan
sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona
pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan
keperluan.
Pasal 33
(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan
yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap
keutuhan zona inti taman nasional.

(2) Perubahan terhadap keutuhan zona inti


taman nasional sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan
fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta
menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang
tidak asli.
(3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan
yang tidak sesuai dengan fungsi zona
pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional,
taman hutan raya, dan taman wisata alam.
Pasal 34
(1) Pengelolaan taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam dilaksanakan oleh
Pemerintah.
(2) Di dalam zona pemanfaatan taman nasional,
taman hutan raya, dan taman wisata alam dapat
dibangun sarana kepariwsataan berdasarkan
rencana pengelolaan.

Universitas Sumatera Utara


54

(3) Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi,


Pemerintah dapat memberikan hak
pengusahaan atas zona pemanfaatan taman
nasional,taman hutan raya, dan taman wisata
alam dengan mengikutsertakannya rakyat.
(4) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 35
Dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan
untuk mempertahankan atau memulihkan
kelestarian sumber daya alam hayati beserta
ekosistemnya, Pemerintah dapat menghentikan
kegiatan pemanfaatan dan menutup taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam sebagian atau seluruhnya untuk selama
waktu tertentu.
3 Undang-Undang Pasal 1
Nomor 5 Tahun 1994 Mengesahkan United Nations Convention on
tentang Pengesahan
Konvensi PBB Biological Diversity (Konvensi Perserikatan
tentang
Keanekaragaman Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman
Hayati
Hayati) yang salinan naskah aslinya dalam bahasa

Inggeris dan terjemahannya dalam bahasa

Indonesia sebagaimana terlampir yang merupakan

bagian tak terpisahkan dari undang-undang ini.

4 Undang-Undang Pasal 3
Nomor 41 Tahun 1999 Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk
tentang Kehutanan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang
berkeadilan dengan :
a. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan
yang cukup dan sebaran yang proporsional.
b. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang
meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan
fungsi produksi untuk mencapai manfaat
lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang
seimbang dan lestari.
c. Meningkatkan daya dukung daerah aliran
sungai.
Pasal 46

Universitas Sumatera Utara


55

Penyelenggaraan perlindungan hutan dan


konservasi alam bertujuan menjaga hutan,
kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi
hutan lindung, fungsi konservasi, dan fungsi
produksi tercapai secara optimal dan lestari.
Pasal 68
1. Masyarakat berhak menikmati kualitas
lingkungan hidup yang dihasilkan hutan.
2. Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), masyarakat dapat :
a. Memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
b. Mengetahui rencana peruntukan hutan,
pemanfaatan hasil hutan dan informasi kehutanan.
c. Memberi informasi, saran, serta pertimbangan
dalam pembangunan kehutanan.
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembangunan kehutanan baik langsung maupun
tidak langsung.
3. Masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan
hutan berhak memperoleh kompensasi karena
hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai
lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Setiap orang berhak memperoleh kompensasi
karena hilangnya hak atas tanah miliknya sebagai
akibat adanya penetapan kawasan hutan sesuai
denga ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
5 Undang-Undang Pasal 2
Nomor 25 Tahun 2004 (1) Pembangunan Nasional diselenggarakan
tentang Sistem berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip
Perencanaan kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
Pembangunan berwawasan lingkungan, serta kemandirian
Nasional dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan Nasional.
(2) Perencanaan Pembangunan Nasional disusun
secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh,
dan tanggap terhadap perubahan.
(3) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
diselenggarakan berdasarkan Asas Umum
Penyelenggaraan Negara.
(4) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Universitas Sumatera Utara


56

bertujuan untuk :
a. Mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan;
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi,
dan sinergi baik antar Daerah, antar ruang, antar
waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara
Pusat dan Daerah;
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
d. Menjamin tercapainya penggunaan sumber
daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.

4.4. Rencana Pengelolaan TWA Sibolangit

4.4.1. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang

Rencana kegiatan pengelolaan TWA Sibolangit selama jangka

waktu 10 tahun (2013-2022) disusun berdasarkan visi, misi, analisa SWOT

dan proyeksi pengelolaan 10 tahun yang telah dibahas dalam bab

sebelumnya. Ada 13 kegiatan pokok yang diharapkan mampu memfasilitasi

pengelolaan yang ideal di TWA Sibolangit, yaitu :

1. Inventarisasi Sumber Daya Alam

Inventarisasi sumber daya alam dimaksudkan untuk memberikan data

dan informasi terkini tentang potensi sumber daya alam yang ada baik

sumber daya alam hayati maupun non hayati. Data dan informasi ini

selanjutnya dipergunakan untuk menilai/menakar potensi yang masih tersisa

untuk dipergunakan sebagai bahan penentuan langkah-langkah kebijakan

konservasi selanjutnya. Kegiatan inventarisasi sumber daya alam tersebut

antara lain :

Universitas Sumatera Utara


57

a Identifikasi dan Inventarisasi flora

b Identifikasi dan Inventarisasi jenis mamalia

c Identifikasi dan Inventarisasi jenis aves

d Monitoring populasi satwa kunci

e Identifikasi dan inventarisasi sumberdaya alam non hayati

f Identifikasi dan Inventarisasi potensi Wisata Alam

g Identifikasi dan Inventarisasi pemanfaatan jasa lingkungan

h Penyusunan dan pengembangan data base hayati dan non hayati.

i Identifikasi dan inventarisasi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

j Survey sosial ekonomi pedesaan

k Valuasi ekonomi kawasan

l Evaluasi fungsi kawasan

2. Pengukuhan Kawasan

Pengukuhan kawasan sangat diperlukan untuk lebih memberikan

jaminan terhadap mantapnya kawasan secara legal formal. Kawasan TWA

Sibolangit telah dilakukan tata batas, tahap selanjutnya adalah penetapan

kawasan yang dilampiri dengan peta penetapannya sehingga tahapan dalam

proses pengukuhan kawasan dapat terlaksana secara keseluruhan. Kegiatan

pengukuhan kawasan tersebut, yaitu :

a Koordinasi dalam rangka pemantapan kawasan TWA Sibolangit

b Pelaksanaan tata batas (BPKH-Wilayah I)

c Inventarisasi pal batas

Universitas Sumatera Utara


58

d Pemeliharaan pal batas/jalur batas

e Rekontruksi Batas Kawasan

3. Penataan Blok

Mengingat pentingnya fungsi dan tujuan pengelolaan kawasan, maka

kegiatan inventarisasi dan identifikasi kondisi kawasan harus dilakukan

sebagai dasar penilaian untuk penetapan blok pengelolaannya. Hal ini

bertujuan agar fungsi dan pemanfaatan kawasan dapat optimal baik untuk

menjamin kelestarian kondisi lingkungan kawasannya maupun untuk

kegiatan-kegiatan seperti: penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu

pengetahuan, wisata alam, pengelolaan satwa, rehabilitasi dan untuk

menunjang budi daya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

disebutkan bahwa pengelolaan Taman Wisata Alam terbagi dalam blok-blok

pengelolaan yang terdiri dari blok perlindungan, blok Pemanfaatan dan blok

lainnya. Pembagian kawasan ke dalam blok-blok disesuaikan dengan

potensi dan kondisi kawasan serta kebutuhan pelestarian sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya. Kegiatan-kegiatan penataan blok pengelolaan

TWA Sibolangit meliputi:

a Penyusunan Rencana Blok Kawasan

b Penataan Blok pengelolaan kawasan (Blok Perlindungan, Pemanfaatan

Universitas Sumatera Utara


59

dan Blok Lainnya

c Penandaan batas blok pengelolaan

d Sosialisasi Blok kawasan

4. Pengelolaan Database Potensi Kawasan

Kegiatan pengelolaan database potensi kawasan diperlukan untuk

merekaman semua potensi serta sebagai bahan penyebarluasan informasi

kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap kelestarian kawasan.

Kegiatannya berupa :

a Pembangunan database kawasan

b Update database kawasan

5. Pembangunan Sarana Prasarana dan Pengembangan Kelembagaan

Kegiatan pembangunan sarana prasarana dimaksudkan untuk

menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemangku

kawasan. Rencana pembangunan sarana prasarana yang ada di TWA

Sibolangit adalah :

a Renovasi Kantor Resort TWA Sibolangit

b Pengadaan sarana prasarana kantor Resort

c Pembangunan Pusat Informasi

d Pengadaan perlengkapan pusat informasi

e Pembangunan Menara Pengamatan Satwa

Universitas Sumatera Utara


60

f Pengadaan perlengkapan survey

g Pengadaan papan pengumuman (informasi,peringatan, penunjuk arah

dan larangan).

h Pembangunan dan pemeliharaan sarana penelitian dan pendidikan

i Pengadaan kendaraan Patroli roda dua.

6. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Penyangga

Kegiatan pembinaan dan pengembangan daerah penyangga

dilaksanakan dalam bentuk :

a Penyusunan kajian pengembangan daerah penyangga

b Sosialisasi kawasan di desa sekitar kawasan konservasi.

c Pembangunan Model Desa Konservasi (MDK)

d Pengembangan dan monitoring evaluasi MDK

e Bantuan ekonomi produktif di desa sekitar kawasan

f Pembinaan KK dan KPA

7. Pengembangan Kerjasama

Kegiatan pengembangan kerjasama pengelolaan kawasan mengacu

kepada Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 390/Kpts-II/2003 tentang

Tata Cara Kerjasama di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2004

tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

Pelestarian Alam. Kegiatannya berupa :

Universitas Sumatera Utara


61

a Pengembangan Kerjasama Wisata Alam

b Membangun dan membina jejaring kemitraan pengelolaan jasa

lingkungan dan wisata alam (JLWA)

c Koordinasi dalam rangka pengembangan wisata alam

d Kerjasama penelitian dengan para pihak

e Ekspose hasil-hasil kerjasama penelitian

8. Pengawetan Keanekaragaman Hayati

Pengawetan keanekaragaman hayati dititikberatkan pada upaya

untuk mempertahankan unsur-unsur keanekaragaman hayati yang masih ada

dan meningkatkan kembali jumlah serta nilainya. Kegiatan-kegiatannya

antara lain :

a Pembuatan Demplot Tanaman Hias

b Pengayaan Tumbuhan

c Pembuatan demplot tanaman obat

d Pembuatan demplot penelitian

9. Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Pemanfaatan terhadap sumber daya alam yang ada lebih diarahkan

pada kegiatan penelitian dan pengembangan, pengenalan dan peragaan

ekosistem taman wisata alam, pendidikan, wisata alam, dan kegiatan

penunjang budidaya (dalam bentuk pengambilan, pengangkutan, dan atau

Universitas Sumatera Utara


62

penggunaan plasma nutfah tumbuhan dan satwa yang terdapat dalam

kawasan). Kegiatannya adalah :

a Identifikasi ODTWA.

b Kajian pemanfaatan kawasan sebagai objek wisata alam terbatas dan

wisata pendidkan

c Adopsi pohon dan satwa prioritas

d Kajian potensi karbon

e Promosi potensi JLWA dan situs budaya

f Pengembangan usaha penyediaan jasa wisata alam

g Identifikasi potensi jasa lingkungan dan wisata alam

h Monitoring pengusahaan sarana wisata alam (IUPJWA dan atau

IUPSWA)

10. Peningkatan Peran dan Pemberdayaan Masyarakat

Peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan diarahkan pada

upaya mandiri masyarakat untuk berperan serta dalam perlindungan dan

pengamanan kawasan. Kegiatannya berupa :

a Pembentukan kader konservasi.

b Pembentukan Masyarakat Mitra Polhut

c Pembinaan dan pendampingan MMP dan Kader Konservasi

d Pelatihan PRA

e Pembentukan SPKP

f Pembentukan mitra pengelolaan JLWA

Universitas Sumatera Utara


63

g Pembinaan mitra pengelolaan JLWA

h Pelatihan interpreter JLWA

11. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan menjadi kegiatan

utama untuk mempertahan kawasan tetap utuh dan berfungsi secara optimal

disamping upaya optimalisasi pendukung perencanaan dan pengelolaan

menjadi kegiatan prioritas dalam pengelolaan TWA Sibolangit, untuk

mendukung program optimalisasi pemanfaatan potensi kawasan. Kegiatan-

kegiatannya yaitu :

a Patroli rutin

b Operasi pengamanan hutan fungsional

c Operasi pengamanan hutan gabungan

d Operasi pengamanan hutan khusus

e Operasi Yustisi

f Monitoring Operasi Pengamanan Hutan

g Monitoring Penyelesaian Kasus

h Pemasangan papan larangan/Peringatan/Informasi

i Penyuluhan Hukum dan Sosialisasi kawasan

j Identifikasi dan inventarisasi gangguan keamanan hutan

k Pembentukan dan Pengembangan MMP

l Pembinaan dan pendampingan MMP

m Monitoring dan evaluasi pam swakarsa/MMP

Universitas Sumatera Utara


64

12. Peningkatan Koordinasi dan Integrasi

Kegiatan yang dilaksanakakan untuk mensinkronkan pembangunan

konservasi di kawasan TWA Sibolangit dengan para pemangku

kepentingan, sehingga pengelolaan kawasan dapat tersinergikan dengan

kebijakan dan program yang ada di TWA Sibolangit dan sekitarnya.

Kegiatan ini berupa :

a. Rapat Koordinasi Penyelesaian Masalah Kawasan

b. Rapat koordinasi pengelolaan kawasan TWA Sibolangit.

4.4.2. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah

Kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas dalam kurun waktu 5

(lima) tahun periode tahun 2013-2017 adalah sebagai berikut :

1. Konservasi Kawasan

Kegiatan konservasi kawasan bertujuan untuk menjaga keutuhan

kawasan TWA Sibolangit berupa :

a. Workshop bidang kerjasama pengelolaan TWA Sibolangit dalam rangka

pemetaan para pihak.

b. Inventarisasi pal batas dilaksanakan secara bertahap selama 5 (lima)

tahun

c. Pemeliharaan pal batas dilaksanakan secara bertahap dalam 5 (lima) tahun

d. Sosialisasi batas kawasan kepada 2 (dua) desa di sekitar kawasan.

e. Evaluasi kawasan.

f. Patroli rutin

Universitas Sumatera Utara


65

g. Operasi Pengamanan Hutan secara Fungsional

h. Operasi Pengamanan Hutan Gabungan

i. Operasi Pengamanan Hutan Khusus

j. Monitoring Operasi Pengamanan Hutan

k. Monitoring penyelesaian kasus

l. Sosialisasi kawasan

2. Konservasi Keanekaragaman Hayati

Kegiatan bidang konservasi keanekaragaman hayati difokuskan

kepada kegiatan yang berupa pelestarian jenis tumbuhan alam dan satwa liar

dan habitatnya, antara lain :

a. Identifikasi dan inventarisasi 2 (dua) jenis mamalia

b. Identifikasi dan inventarisasi 11 jenis burung

c. Identifikasi dan invetarisasi 5 (lima) jenis reptil

d. Monitoring populasi satwa liar

3. Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam dititikberatkan pada

identifikasi dan inventarisasi potensi untuk dikembangkan menjadi

komponen-komponen kegiatan wisata alam dan jasa lingkungan. Kegiatan

pemanfaaatan jasa lingkungan dan wisata alam berupa :

a. Kajian potensi karbon

b. Identifikasi dan Inventarisasi Air

4. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Konservasi

Universitas Sumatera Utara


66

Pemberdayaan masyarakat diarahkan pada perubahan sikap dan

perilaku masyarakat di sekitar kawasan TWA Sibolangit sehingga mau dan

mampu berperan dalam perlindungan TWA Sibolangit, kegiatan ini berupa :

a. Penyuluhan secara kolaboratif

b. Pembentukan Pam Swakarsa sebanyak 15 orang

c. Pembetukan Kader Konservasi sebanyak 30 orang

d. Pembinaan dan pendampingan Pam Swakarsa

f. Monitoring dan Evaluasi Pam Swakarsa

g. Penyusunan kajian pengembangan daerah penyangga

h. Bantuan ekonomi produktif di 2 (dua) desa sekitar kawasan.

5. Perancangan dan Strategi Pendanaan

Perancangan teknis kegiatan-kegiatan dalam rangka pengelolaan

TWA Sibolangit dapat dilakukan secara terpisah yang disesuaikan dengan

kondisi pada saat kegiatan akan dilaksanakan. Strategi pendanaan yang

dilakukan berupa :

a. Alokasi kegiatan pengelolaan TWA Sibolangit yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBD); dan

b. Dana yang bersifat tidak mengikat dan sesuai dengan peraturan

perundangan yang ada, misalnya dengan memfokuskan pada kerjasama

dengan para pihak yang mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor 390/Menhut-II/2003 tentang Tata Cara Kerjasama di Bidang

Universitas Sumatera Utara


67

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

4.5. Pembinaan dan Pengendalian TWA Sibolangit

4.5.1. Pembinaan

Kegiatan Pembinaan pegawai yang bertugas di TWA Sibolangit

dilakukan dalam bentuk :

a. Absensi bulanan sebagai indikator kehadiran pegawai di lokasi.

b. Pengarahan dalam rapat internal pengelola TWA Sibolangit baik itu yang

bersifat rutin (bulanan, semester dan tahunan) atau bersifat insidental.

c. Penyusunan berbagai pedoman teknis sebagai acuan resmi petugas

lapangan di TWA Sibolangit untuk melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya dengan baik.

d. Pelatihan-pelatihan non teknis untuk meningkatkan kapasitas personal

SDM di TWA Sibolangit.

e. Optimalisasi jenjang struktural yang ada dengan mekanisme pembinaan

berjenjang.

f. Pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang ada.

4.5.2. Pengendalian

Kegiatan Pengendalian dilakukan oleh unsur pimpinan, dalam hal ini

dimulai dari pejabat Kepala Seksi Konservasi Wilayah II, Kepala Bidang

KSDA Wilayah I dan Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


68

bekerjasama dengan STPI Balai Besar KSDA Sumatera Utara sebagai upaya

untuk pengendalian terhadap semua kegiatan yang ada di wilayah TWA

Sibolangit dengan mengacu kepada peraturan perundangan yang ada.

4.6. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan adalah kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus untuk menilai kesesuaian antara perencanaan

kegiatan dengan implementasi dari perencanaan tersebut. Indikator yang mudah

dalam kerangka pemantauan, evaluasi dan pelaporan adalah sejauh mana

pencapaian target baik secara kualitas maupun kuantitas dapat dicapai dalam

proses kegiatan. Rencana kegiatan 5 tahun dalam Rencana Pengelolaan Jangka

Mengengah TWA Sibolangit ini telah memuat indikator kuantitas keberhasilan

program sehingga diharapkan dengan adanya mekanisme pemantauan, evaluasi

dan pelaporan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan pelaksanaan program

yang telah direncanakan.

4.6.1. Pemantauan

Pemantauan merupakan salah satu komponen penting dalam

manajemen yang bertujuan untuk menilai sementara terhadap proses

kegiatan dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan ini bersifat terus menerus dengan hasil kegiatannya adalah

teridentifikasinya kemajuan pelaksanaan program, hambatan-hambatan yang

ada dan data/informasi penting lainnya yang akan dijadikan sebagai bahan

evaluasi kegiatan.

Universitas Sumatera Utara


69

Pemantauan dilakukan oleh struktural yang membawahi wilayah

TWA Sibolangit baik itu eselon III (Kepala Bidang KSDA Wilayah I)

maupun eselon IV (Kepala Seksi Konservasi Wilayah II) dan berkoordinasi

dengan Kasubag Data, Evlap dan Pelaporan yang dibantu oleh Tim STPI

Balai Besar KSDA Sumatera Utara. Hasil Pemantauan akan dilaporkan

kepada Kepala Balai Besar selaku pemegang manajemen tertinggi di Balai

Besar KSDA Sumatera Utara.

4.6.2. Evaluasi

Pada dasarnya kegiatan evaluasi adalah kegiatan yang

menindaklanjuti proses pemantauan yang telah dilaksanakan sebelumnya

dengan tujuan agar proses kegiatan dapat berjalan dengan baik sesuai

dengan perencanaannya. Ada beberapa tipikal evaluasi yaitu :

a. Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada saat kegiatan

masih berjalan, dengan tujuan agar penyimpangan-penyimpangan yang ada

dapat diidentifikasi lebih awal dan mampu membuat alternatif pemecahan

dari permasalahan yang ada. Dari hasil penilaian evaluasi ini dapat diduga

apakah kegiatan tersebut sesuai atau tidak, sehingga program kegiatan dapat

atau tidak dilanjutkan sebagai bentuk efisiensi dan efektifitas sumber daya

pendukung. Bentuknya berupa : evaluasi bulanan, evaluasi triwulan,

evaluasi semester dan evaluasi tahunan.

b. Evaluasi di akhir kegiatan, yaitu evaluasi setelah kegiatan selesai

dilaksanakan, dengan tujuan sebagai perangkat untuk mengetahui sejauh

mana keberhasilan program/kegiatan yang telah dilaksanakan sekaligus

Universitas Sumatera Utara


70

merancang kegiatan yang lebih tepat sasaran. Bentuknya berupa : evaluasi

akhir program/kegiatan dan atau evaluasi akhir tahun anggaran.

c. Evaluasi insindental, yaitu evaluasi yang sewaktu-waktu dilaksanakan,

dengan tujuan sebagai bentuk responsif dari manajemen akan permasalahan-

permasalahan khusus yang timbul secara insindental pada saat pelaksanaan

kegiatan dan memerlukan penanganan yang cepat dari manajemen.

4.6.3. Pelaporan

Pelaporan menjadi titik terakhir dari suatu kegiatan berisi seluruh

proses kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, monitoring

kegiatan, dan evaluasi kegiatan. Balai Besar KSDA Sumatera Utara sebagai

salah satu UPT PHKA di daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan

seluruh kegiatan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya di Provinsi

Sumatera Utara kepada Direktorat Jenderal PHKA (Ditjen PHKA) di

Jakarta.

Format pelaporan seluruh kegiatan di TWA Sibolangit mengikuti

prosedur dan bentuk yang telah ditetapkan oleh Ditjen PHKA, dimana

mekanisme pelaporannya adalah :

a. Masing - masing kepala resort melaporkan seluruh kegiatan yang ada di

TWA Sibolangit kepada Kepala Seksi Konservasi Wilayah II maksimal 7

(tujuh) hari setelah selesai melaksanakan tugas.

b. Kepala Seksi Konservasi Wilayah II merekapitulasi hasil laporan kegiatan

dari masing-masing Kepala Resort di TWA Sibolangit kepada Kepala

Bidang Wilayah I dalam bentuk laporan bulanan dan atau laporan kegiatan.

Universitas Sumatera Utara


71

c. Kepala Bidang KSDA Wilayah I meneruskan laporan Kepala Seksi

Konservasi Wilayah II dengan memberikan telaah kebijakan dan

menyampaikannya kepada Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara.

d. Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara memberikan arahan-arahan

kebijakan berdasarkan telaah Kepala Bidang KSDA Wilayah I yang menjadi

dasar kebijakan pengelolaan TWA.

Format laporan internal Balai Besar KSDA Sumatera Utara

mengikuti prosedur tetap pelaporan yang berlaku secara internal dan

seluruhnya menjadi sumber data bagi Sub Bagian Data, Evaluasi dan

Pelaporan Balai Besar KSDA Sumatera Utara (RPJP TWA SIBOLANGIT-

BBKSDA-SU, 2012).

4.7. Perkembangan dan Jumlah Wisatawan TWA Sibolangit

4.7.1. Perkembangan

Berdasarkan hasil observasi lapangan, TWA Sibolangit selalu ada

perkembangan disetiap tahunnya, dikarenakan terdapat sarana dan prasarana

yang baru dan cukup memadai. Bisa dilihat dari angka pengunjung yang

terus menaik setiap tahunnya, dikarenakan dorongan pemerintah saat ini

untuk terus melakukan perbaikan disemua sektor termasuk pariwisata, tak

terkecuali di TWA Sibolangit, Berkembangan TWA tak terlepas dari kinerja

semua pihak termasuk masyarakat maupun pemuda. Selama 4 Tahun

Universitas Sumatera Utara


72

terakhir ini, TWA Sibolangit mengalami perkembangan yang cukup pesat,

baik dari segi sarana pra sarana maupun pengunjungnya. Seperti pembuatan

paving untuk jalan stapak, monument dan perbaikan gapura. Selain itu juga

menggencarkan promosi melalui berbagai media dengan melibatkan

masyarakat maupun pemuda setempat, agar keberadaan TWA Sibolangit ini

semakin berkembang lagi.

Hal ini dikuatkan dengan yang disampaikan Bapak Untung, Tokoh

masyarakat ditemui di rumahnya Jl. Medan-Brastagi KM. 40 Suka Makmur

Sibolangit pada Hari Sabtu, Tanggal 9 Februari 2018, Pukul 18:00 Wib,

Tokoh masyarakat yang mengatakan :

“TWA Sibolangit sekarang ini sudah sangat berkembang dibanding


tahun-tahun sebelumnya, karena sekarang sudah bersinar dan bersih tak
lagi seperti hutan belantara, perbaikan-perbaikan disemua sektor sudah
perlahan diperbaiki. Kalau dulu orang sini takut masuk ke area TWA
Sibolangit, dikarenakan kondisi yang kurang begitu terawat. Tapi kita
bersyukur saat ini TWA Sibolangit sudah bersinar, mudahan dengan
perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintah tambah berkembang lagi”.

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Salomo S Pelawi, Kepala Desa

Sibolangit ditemui di kantor Desa Sibolangit Jl.Sidikalang-Medan

Sibolangit Deli Serdang pada Hari Jum’at, Tanggal 8 Februari Pukul 09:30

Wib mengatakan :

“Perkembangan TWA Sibolangit sudah lebih baik, dikarenakan

prioritas pembangunan pemerintah saat ini melirik sektor pariwisata juga.

Selain perkembangan sarana dan prasarana yang ada di TWA Sibolangit,

Universitas Sumatera Utara


73

sekarang di depan TWA sudah dibangun rumah makan ayam penyet

sindelaras, dengan keadaan yang demikian diharapkan peningkatan

pengunjung ke TWA sibolangit meningkat, karena kalau kita ke daerah

sibolangit untuk berlibur ya di TWA itu lah yang masih terjaga keasrian

dan ke indahannya”.

Menanggapi perkembangan TWA Sibolangit pemuda juga

memberikan sambutan positif terhadap kinerja pemerintah dibidang

pariwisata. Dengan begitu daerah sibolangit akan lebih terkenal lagi dan

pemuda juga bisa ikut berpartisipasi untuk mengembangkan TWA

Sibolangit, Perkembangan TWA Sibolangit bisa dilihat dari berbagai sarana

dan pra sarana yang telah dibangun dan diperbaiki seperti gazebo, gapura

dan kamar mandi.

Merujuk pada beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa perkembangan TWA Sibolangit mengalami kemajuan dari tahun ke

tahun, Dengan ini TWA Sibolangit sudah layak dikunjungi oleh berbagai

kalangan baik dari lokal, regional, nasional maupun internasional.

4.7.2. Jumlah Wisatawan

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) TWA Sibolangit Tahun 2013 s/d 2017

(per 30 April 2017)

Tabel 4.2.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
No Tahun Setoran Estimasi Pengunjung (Orang)

Universitas Sumatera Utara


74

1 2013 1.766.000 886

2 2014 1.329.000 665

3 2015 3.429.000 1.143

4 2016 6.107.500 1.297

5 2017 2.050.000 298

Sumber : Wawancara Kepala TWA Sibolangit Bapak Samuel 1 februari 2018.

4.8. Bentuk Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan TWA Sibolangit

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, merupakan

perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat

terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu

hidup mereka. Artinya, melalui keterlibatan masyarakat, berarti mereka benar-

benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh (aparat) pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut

keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya. Pemuda yang

merupakan elemen penting dalam masyarakat dituntut untuk berpartisipasi dalam

setiap tahapan dan proses pembangunan, salah satunya di sektor pengembangan

pariwisata yang merupakan sektor pembangunan yang membutuhkan kreativitas,

inovasi dan semangat pembaharuan para pemuda. Keterlibatan pemuda dalam

pengembangan TWA dipandang sangat penting, hal ini sejalan dengan hasil

wawancara bebarapa tokoh pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda.

Penting sekali keterlibatan pemuda karena keberlanjutan negeri ini berada

ditangan mereka, kalau kita mau melihat bagaimana masa depan negeri ini

lihatlah pemuda saat ini, pemuda adalah cerminan masa depan dan mereka harus

Universitas Sumatera Utara


75

kreatif harus mampu memanfaatkan peluang, kalau nanti objek wisata ini

berkembang pesat,pemudalah yang harus kreatif, misalnya membuat kerajinan

tangan cendra mata dan sebagainya, selain itu pemuda harus menjaga objek wisata

yang sudah ada dengan tidak merusak objek wisata, ya begitulah pemuda harus

terlibat dalam pengembangan TWA Sibolangit. Begitu pentingnya keterlibatan

masyarakat tidak terkecuali pemuda dalam semua aspek pembangunan, pemuda

adalah cerminan masa depan. Apalagi dalam wisata di Sibolangit, dengan tidak

merusak hutan, menjaga kebersihan,serta menjaga fasilitas objek wisata itu saja

sudah dikatakan terlibat dalam pengembangan TWA Sibolangit, apalagi ikut

mengelolanya, pemerintah terus berupaya melibatkan masyarakat maupun

pemuda sekitar dalam pembangunan.

Keterlibatan pemuda dalam pengembangan TWA ini sangatlah penting,

karena mereka yang setiap hari disitu, sudah mesti mereka yang mengelola dan

menjadi petugas disana, tidak mungkin pemuda daerah lain, bisa jadi ribut maka

itu lebih baik pemuda setempat yang diberdayakan dengan memberikan pelatihan-

pelatihan terlebih dahulu.

Peran pemuda sangat penting dalam semua aspek pembangunan, begitu juga

dalam sektor pariwisat, untuk menjadikan TWA Sibolangit sebagai Destinasi

Wisata terbaik, perlu adanya kerjasama dari semua pihak tidak terkecuali pemuda,

khususnya untuk mempromosikan pariwisata yang ada di Sibolangit. Keterlibatan

pemuda sangat perlu, dalam semua aspek baik dalam pengelolaan, maupun

pengawasan. Untuk pengembangan TWA ini, masyarakat dan pemuda perlu

terlibat karena nantinya pengunjung itu bakalan berhadapan langsung dengan

Universitas Sumatera Utara


76

masyarakat sekitar dan penerimaan dimasyarakat itu sangat penting, ya

masyarakat maupun pemuda bisa terlibat sebagai penyambut tamu, maupun

sebagai pemandu yang penting masyarakat dan pemuda perlu terlibat, tidak

mungkin rasanya objek wisata dibangun di desa mereka tapi masyarakat tidak

diberdayakan.

Hal ini dikuatkan oleh Bapak Salomo S Pelawi, Kepala Desa Sibolangit

ditemui di kantor Desa Sibolangit Jl.Sidikalang-Medan Sibolangit Deli Serdang

pada Hari Jum’at, Tanggal 8 Februari Pukul 09:30 Wib mengatakan :

“Perlu adanya keterlibatan masyarakat maupun pemuda dalam


pengembangan TWA, dengan melibatkan masyarakat dan pemuda merupakan
upaya pemberdayaan agar masyarakat dan pemuda menyadari pentingnya peran
mereka di dalam membangun daerahnya agar dapat nemambah wawasan dan
pemasukan bagi mereka”.
Menurut pendapat Mahalli (2010), bentuk partisipasi masyarakat dapat

dikategorikan dalam beberapa tahap, yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan,

pemanfatan, dan evaluasi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka bentuk-bentuk

partisipasi pemuda dalam pengembangan TWA Sibolangit dapat dikonsepsikan

dalam empat tahapan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

pemanfaatan dan pemeliharaan, dan tahap evaluasi.

4.8.1. Partisipasi Tahap Perencanaan

Partisipasi pada tahap perencanaan adalah pelibatan seseorang pada

tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitiaan dan

anggaran pada suatu kegiatan. Masyarakat berpartisipasi dengan

memberikan usulan, saran, dan kritikan melalui pertemuan-pertemuan yang

Universitas Sumatera Utara


77

diadakan. Terkait dalam hal partisipasi pemuda pada tahap perencanaan,

Pemuda tidak tahu, ide ini dari pemerintah dan bisa dikembangkan, setelah

ini dibangun pemuda di undang untuk memberikan ide-ide, saran dan

masukannya. Terlihat bahwa pemerintah bukan berarti tidak memberikan

izin kepada masyarakat maupun pemuda untuk ikut terlibat dalam tahap

perencanaan. Tetapi mengharapkan keterlibatannya baik dalam memberikan

usulan, saran dan kritikan, karena pada saat ini TWA masih dalam tahap

keberlanjutan pembangunan. Pada saat ini untuk tahap awal, grand design

TWA menjadi tugas pemerintah, Diharapkan dengan adanya keterlibatan

masyarakat maupun pemuda dalam setiap tahap pembangunan,

Pengembangan TWA dapat terealisasi sebagaimana yang telah

direncanakan.

Dalam semua tahap perencanaan pengembangan TWA pemuda tidak

ikut terlibat, selama ini perencanaan dalam pengembangan TWA

merupakan kinerja Pemerintah. Walaupun pada semua tahap perencanaan

TWA pemuda setempat tidak dikutsertakan karena keterbatan SDM yang

miliki pemuda, namun pada setiap musrembang selalu hadir untuk

mengikuti musyawarah dan meminta masukan untuk perkembangan TWA

lebih baik.

Hal ini dikuatkan oleh Bapak Salomo S Pelawi, Kepala Desa

Sibolangit ditemui di kantor Desa Sibolangit Jl.Sidikalang-Medan

Sibolangit Deli Serdang pada Hari Jum’at, Tanggal 8 Februari Pukul 09:30

Wib mengatakan :

Universitas Sumatera Utara


78

“Pengembangan TWA selama ini pemuda tidak dilibatkan pada


semua tahap perencanaan, pembangunan TWA merupakan kebijakan dari
pemerintah. Akan tetapi, selaku kaum muda ikut mendukung pemerintah
untuk mewujudkan pengembangan TWA Sibolangit, walaupun pemuda tidak
dilibatkan dalam perencanaan akan tetap Pak Samual sebagai Kepala TWA
Sibolangit selalu menyampaikan dan mensosialisasikan tentang
perencanaan TWA Sibolangit pada setiap pertemuan yang dilakukan oleh
Desa”.
Ucok Purba, Ketua Pemuda Marga Silima Sibolangit ditemui di rumah

Jl. Medan-Brastagi GG Bersama Sibolangit pada Hari Selasa, Tanggal 12

Februari, Pukul 16:00 Wib mengatakan bahwa :

“Masyarakat maupun pemuda setempat tidak diikutsertakan secara


langsung dalam proses perencanaan pengembangan TWA, Namun dalam
musrembang kita hanya diberi informasi tentang perencanaan-perencanaan
pengembangan TWA Sibolangit Kedepan. Disitulah kita hanya bisa
memberikan masukan dalam pengembangan TWA Sibolangit karena dalam
perencanaan anggaran memanglah menjadi tugas pemerintah”.
Berdasarkan hasil analisis dan wawancara maka dapat dibuat tabel

keterlibatan pemuda dalam pengembangan TWA pada tahap perencanaan

sebagai berikut:

Tabel 4.3.
Partipasi Pemuda Tahap Perencanaan
Partisipasi Pemuda Komponen Pariwisata Kegiatan
Tahap Perencanaan Daya Tarik (Atraction) Musrembang
Aksebilitas (Accessibility)

Fasilitas (Amenity)
Pelayanan Tambahan (Ancillary
Service)
Sumber : Analisis Penulis (2018)
Berdasarkan beberapa pendapat dari hasil wawancara dan Tabel dapat

dikatakan partisipasi pemuda pada tahap perencanaan pengembangan TWA

Universitas Sumatera Utara


79

pemuda hanya ikut menghadiri Musrembang, sedangkan pada tahap yang lain

pemuda tidak terlibat. pengembangan TWA untuk tahap perencanaan merupakan

kinerja Pemerintah, dan pemerintah tetap mengharapkan adanya keterlibatan

pemuda pada proses perencanaan yang lebih baik, karena TWA saat ini masih

terus dalam tahap pengembangan untuk menjadikan TWA menjadi lebih baik.

Untuk dapat mewujudkannya perlu adanya kerja sama pemerintah dengan

masyarakat maupun pemuda seperti yang di ungkapkan Soetrisno (1988) bahwa

partisipasi merupakan kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam

merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil

pembangunan. Akan tetapi Jenkins (1993) dalam Bagul (2009) mengidentifikasi

tujuh hal yang merintangi partisipasi masyarakat dalam perencanaan pariwisata,

yaitu: Publik/Masyarakat umumnya kesulitan dalam memahami kerumitan

maupun permasalahan teknis perencanaan, masyarakat tidak selalu menyadari

atau mengerti perihal proses pengambilan keputusan (decision-making process),

terdapat kesulitan dalam mencapai dan mempertahankan keterwakilan dalam

proses pengambilan keputusan, sikap apatis masyarakat, meningkatnya ongkos

dalam hal pegawai maupun keuangan, panjangnya proses pengambilan keputusan

dan dampak-dampak yang merugikan pada efisiensi pengambilan keputusan.

Senada dengan teori yang Jenkins (1993) dalam Bagul (2009) ungkapkan

salah satu alasan yang menghambat ketidakikutsertaan masyarakat dalam tahap

perencanaan yaitu: Masyarakat atau pemuda umumnya kesulitan dalam

memahami permasalahan teknis perencanaan, dikarenakan apabila dilihat dari

latar belakang pendidikannya rendah, hanya sedikit masyarakat yang

Universitas Sumatera Utara


80

menyelesaikan pendidikan pada tingkat diploma maupun strata sehingga pemuda

tidak paham dalam teknis perencanaan.

4.8.2. Partisipasi Tahap Pelaksanaan

Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang Partisipasi Tahap

Pelaksanaan. Pemuda setempat tidak terlibat dalam semua pelaksanaan

pembangunan secara teknis, pembangunan sarana dan prasarana TWA

merupakan kinerja pemerintah, namun untuk pengembangan TWA

pemerintah sangat mengharapkan pemuda lebih aktif dan kreatif. Akan

tetapi, saat ini pemuda hanya terlibat dalam pemandu wisata dan promosi

wisata, dengan partisipasi pemuda tersebut diharapkan dapat

mengembangkan kemampuannya dalam bersikap dan berkomunikasi

terutama bahasa asing agar dapat memudahkan komunikasi dengan orang

asing dan baik dalam bersikap agar wisatawan ingin datang kembali ke

TWA Sibolangit. Pemerintah telah membangun fasilitas pendukung berupa

jalan setapak yang panjangnya 2 KM dan dilengkapi dengan HomeStay,

Gajebo dan menara pemantau di dalamnya, selama ini sudah banyak

pengunjung yang datang kesana menikmati perjalanan wisata. Setidaknya

pemuda lebih pintar membaca peluang, seharusnya pemuda sudah mampu

berfikir bagaimana melaksanakan kegiatan pengembangan TWA yang dapat

memberikan keuntungan lebih dengan membuat even-even wisata, menjadi

pelaku usaha dibidang pariwisata dan sebagainya. Jadi partisipasi pemuda

dalam pelaksanaan pengembangan TWA jangan hanya terlibat dalam

kegiatan pemandu wisata dan promosi wisata, Pemuda akan diberdayakan

Universitas Sumatera Utara


81

untuk diberikan pelatihan-pelatihan tentang kewirausahaan dan kerajinan

tangan agar nantinya bisa menjadi pelaku usaha di TWA Sibolangit.

Dalam pelaksanaan pengembangan TWA Sibolangit, Pemuda masih

ikut serta dalam pelaksanaan menjadi pemandu jika ada tamu dari luar

daerah dan ikut melakukan promosi diberbagai media, Zaman sekarang

hampir seluruh pemuda sudah pasti memiliki HP, memanfaatkan HP itu

sebagai promosi TWA Sibolangit melalui Sosial Media, Pihak TWA

Sibolangit membuat video-video di dalam TWA yang melibatkan pemuda

dan anak-anak sekolah juga, Itu sudah merupakan partisipasi dalam

mempromosikan TWA Sibolangit juga.

Suci, salah satu Duta Wista Deli Serdang 2017 ditemui di kantor

Disporabudpar Jl. Karya Usaha No. 1 Lubuk Pakam pada Hari Senin,

Tanggal 4 Februari 2018, Pukul 14:00 Wib mengatakan bahwa :.

“Saya biasanya dikabarin jika ada tamu dari luar daerah yang
berkunjung ke TWA Sibolangit untuk memandu tamu yang berbahasa asing,
itu partisiapasi saya sebagai pemuda dalam mengembangkan TWA
Sibolangit ini, Selain itu saya juga sering mempromosikan TWA Sibolangit
ini di berbagai Sosial Media saya seperti di Facebook, Instagram,
Whatsapp, Selain melalui media saya juga mempromosikan TWA Sibolangit
ke temen-temen kampus saya untuk berkunjung ke Sibolangit, ternyata
banyak temen – temen saya juga yang belum tau ternyata di Sibolangit ada
TWA, dengan begitulah maka saya dan temen temen Duta Wisata Deli
Serdang 2017 terus melakukan promosi TWA Sibolangit jika ada event-
event di Sumatera Utara”.
Pemuda – pemuda juga terlibat dalam mempromosikan TWA

Sibolangit ke seluruh tingkatan sekolah yang ada di Sibolangit, diharapkan

Universitas Sumatera Utara


82

dengan promosi seperti ini dapat meningkat para siswa untuk berkunjung ke

TWA Sibolangit sebagai media pembelajaran flora dan fauna sekaligus

menyatu dengan alam selain itu pemuda juga aktif melakukan promosi

TWA Sibolangit melalui Sosila Media, Agar temen – temen mereka yang

diluar daerah bahwa ada TWA di Sibolangit. Pemuda disini memang terlibat

dalam tahap pelaksanaan pengembangan TWA walaupun sebagai pemandu

wisata dan mempromosikan wisata.

Berdasarkan hasil analisis dan wawancara dapat dibuat Tabel

keterlibatan pemuda dalam tahap pelaksanaan pengembangan TWA

Sibolangit sebagai berikut:

Tabel 4.4.
Partisipasi Pemuda Tahap Pelaksanaan
Partisipasi Pemuda Komponen Pariwisata Kegiatan
Daya Tarik (Atraction) Pemandu Wisata
Tahap Pelaksanaan
Aksebilitas (Accessibility)

Fasilitas (Amenity)
Pelayanan Tambahan (Ancillary Promosi Wisata
Service)
Sumber : Analisis Penulis (2018)

Berdasarkan pendapat dan tabel di atas keterlibatan pemuda setempat dalam

tahap pelaksanaan pengembangan TWA hanya pada pelaksanaan promosi wisata

dan pemandu wisata sedangkan pada tahap yang lain pemuda tidak terlibat,

seharusnya pemuda lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pengembangan

TWA. Seperti teori dari Ericson dalam slamet (1993), Partisipasi pada tahap

pelaksanaan adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaan suatu

kegiatan. Masyarakat ataupun pemuda dapat memberikan tenaga, material,

Universitas Sumatera Utara


83

ataupun barang dan uang serta ide-ide sebagai salah satu bentuk partisipasinya

pada pekerjaan tersebut.

4.8.3. Partisipasi Tahap Pemanfaatan

Tahap pemanfaatan dan pemeliharaan TWA Sibolangit oleh

masyarakat khususnya para pemuda merupakan tahap yang penting sebagai

upaya partisipasi pemuda dalam pengembangan TWA. Pemanfaatan

bertujuan agar sarana dan prasarana TWA mampu menjadi media untuk

mencapai tujuan kepariwisataan, sedangkan pemeliharaan merupakan

kegiatan yang harus dilakukan pasca pemanfaatan sarana dan prasarana

TWA guna memelihara sarana dan prasarana agar terus berkesinambungan

dan berkelanjutan.

Di Sibolangit itu memiliki hutan yang cukup baik, keberadaan hutan

selama ini merupakan sebagai hutan lindung, selama ini pemerintah sangat

menghimbau masyarakat agar tidak ada lagi penebangan hutan, melihat

pemanfaatan hutan bukan untuk ditebang diambil kayunya dijadikan arang,

akan tetapi pemanfaatan hutan lebih kearah konservasi dan bagaimana

pemanfaatannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, salah

satunya yaitu dengan dijadikan TWA agar tetap menjaga kelestarian hutan

dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Pemerintah sudah

membangun fasilitas- fasiltas pendukung, dan selama ini pemuda setempat

yang ikut memanfaatkan untuk melakukan berbagai macam kegiatan postitif

dan memelihara baik fasiltas pendukung, maupun memelihara hutan dari

ancaman penebangan liar.

Universitas Sumatera Utara


84

Selama ini pemerintah telah membangun fasilitas di TWA, untuk

pemanfaatan dan pemeliharaan pemerintah memberikan wewenang kepada

pemuda setempat untuk memanfaatkan segala bentuk sarana dan

pemeliharaan TWA agar tidak rusak dan tetap berkelanjutan namun untuk

pengelolaan TWA tetap ada pada pihak pemerintah, Para memuda sekitar

baik dari Remaja Masjid dan Remaja Gereja dan kelompok lainya, biasanya

mereka melakukan kegiatan Pekan Olahraga, Diskusi, Gotong Royong dan

Camping, Pengelola TWA Sibolangit akan selalu mengijinkan jika memang

kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan adalah positif baik bagi diri sendiri

maupun lingkungan, jadi siapa lagi kalau bukan pemuda yang

memanfaatkan dan menjaga TWA Sibolangit. Dalam hal pemanfaatan dan

pemeliharaan TWA Sibolangit, Sudah tentu pemuda ikut terlibat

didalamnya, biasanya pemuda melakukan kegiatan kegiatan kerohanian

disana, mereka untuk ikut melakukan kegiatan gotong royong menebang

pohon sekaligus menanam kembali sambil lalu membersihkan sisa-sisa daun

atau ranting yang masih berserakan.

Bapak Untung, Tokoh masyarakat ditemui di rumahnya Jl. Medan-


Brastagi KM. 40 Suka Makmur Sibolangit pada Hari Sabtu, Tanggal 9
Februari 2018, Pukul 18:00 Wib mengatakan bahwa :
“Kalau untuk pemanfaatan dan pemeliharaan TWA Sibolangit
pemuda di sini sudah sangat aktif sekali saya lihat, baik untuk melakukan
berbagai kegiatan keagamaan disana maupun gotong royong bersih-bersih
dan tanam pohon, Kalau akan melakukan kegiatan apapun biasa pemuda
sini melakukan konsultasi dulu kepada kami, bagaimana baiknya dan
supaya kegiatannya lancar, Apalagi jika melibatkan seluruh masyarakat
Sibolangit, Sudah pasti kami itu yang memberitahukan kepada masyarakat

Universitas Sumatera Utara


85

jika pemuda-pemuda akan melakukan kegiatan ini dan itu, Ya selama


kegiatan pemuda baik ya harus kita dorong terus, kalau mengandalkan
bapak bapak dan ibu ibu ya sudah tidak mampu dan sempat lagi melakukan
hal tersebut, jadi ya yang muda muda lah kita dorong”
Banyak dan sering sekali para pemuda melakukan kegiatan

kegiatan kerohanian dan kegiatan positif yang lain, Pemuda Marga Silima

sudah sering memanfaatkan dan memelihara TWA ini dengan melakukan

kegiatan-kegiatan camping, selain itu kami gotong royong untuk

membersihkan TWA ini agar selalu indah dan menarik perhatian wisatawan

dan saya juga pernah melihat organisasi pemuda yang lain mengadakan

kegiatan disana.

Berdasarkan analisis dan wawancara berbagai pihak di atas tentang

partisipasi pemuda pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan Taman

Wisata Alam Sibolangit adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5.
Partisipasi Pemuda tahap pemanfaatan dan pemeliharaan
Partisipasi Pemuda Komponen Pariwisata Kegiatan
Daya Tarik (Atraction) Keagamaan
Tahap Pemanfatan Outbond
Tanam Pohon

Aksebilitas (Accessibility)

Fasilitas (Amenity)
Pelayanan Tambahan (Ancillary
Service)
Sumber : Analisis Penulis (2018)

4.8.4. Partisipasi Tahap Evaluasi

Universitas Sumatera Utara


86

Partisipasi pemuda dalam tahap evaluasi sangatlah penting,

mengingat selain sebagai agen of change, pemuda juga berperan sebagai

agen of control social yang berperan menjadi pengawas dan penyeimbang

kinerja pemerintah. Peran tersebut harusnya dilaksanakan oleh pemuda

dengan semangat idealisme, kritis dan solutif dalam mendukung

pembangunan yang berpihak pada kepentingan masyarakat umum.

Keterlibatan pemuda dalam tahap evaluasi sangatlah baik. Berdasarkan

wawancara dengan beberapa pihak, mengatakan bahwa partisipasi pemuda

dalam tahap evaluasi pengembangan TWA ada.

Pada tahap evaluasi pemuda tidak ikut berpartisipasi, Karena

Pemerintah belum memberikan wewenang yang lebih kepada para pemuda,

akan tetapi pemerintah mengharapkan dan senang hati jikalau pemuda

selaku kaum yang diangap mampu membawa perubahan, mau berperan aktif

dalam segala tahap pembangunan. TWA ini berada di Sibolangit sudah

semestinya pemuda setempat ikut terlibat dalam tahap evaluasi terkait

pengembangan TWA.

Mengingat TWA Sibolangit masih dalam proses pembangunan dan

pengembangan maka ketelibatan masyarakat maupun pemuda pada tahap

evaluasi sangat diperlukan, dikarenakan masyarakat dan pemuda bagian dari

pada TWA itu sendiri, mereka yang bertugas mengawasi kinerja

pemerintah, menyampaikan ide dan gagasan baik dan buruknya

pengembangan TWA selama ini. Sebagai pemuda, haruslah memberikan

Universitas Sumatera Utara


87

penilaian kepada pihat TWA, Agar kita tau dari sisi mana yang kita masih

belum bagus supaya segera diperbaiki agar menjadi baik.

Berdasarkan hasil analisis wawancara di atas tentang partisipasi

pemuda dalam tahap evaluasi, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6.
Partisipasi Pemuda tahap Evaluasi
Partisipasi Pemuda Komponen Pariwisata Kegiatan
Daya Tarik (Atraction)
Tahap Evaluasi
Aksebilitas (Accessibility)

Fasilitas (Amenity)

Pelayanan Tambahan (Ancillary


Service)
Sumber : Analisis Penulis (2018)

Komponen kegiatan Taman Wisata Alam Sibolangit berdasarkan hasil

pengamatan dan wawancara dengan kepala TWA Sibolangit Bapak Samuel Hari

Kamis, 1 Februari 2018 Pukul 09:30 Wib sebagai berikut :

1. Daya Tarik (Atraction)

a. Flora

Tabel 4.7.
Flora di TWA Sibolangit
Tanaman dari luar
(Tanaman Eksotik)
Sonokeling Angsana Kelenjar
(Dalbergia latifolia) (Pterocarpus indicus) (Samanea saman)
Tanaman Asli
Meranti (Shorea sp) Manggis (Garcia sp) Kenangan
Kulit Manis Species Ficus Kecing (Quercus sp)
Tanaman Bawah
(Pembatas jalan)
Bunga bangkai Talas hutan Rumput

Universitas Sumatera Utara


88

(Amorphophallus
titanum)
Jamur Anggrek hutan
Tanaman Obat
Paklu loncat Paklu loncat Paklu loncat
(Pteris enceformis) (Pteris enceformis) (Pteris enceformis)
Paklu loncat Paklu loncat (Pteris Paklu loncat
(Pteris enceformis) enceformis) (Pteris enceformis)

b. Fauna

Kera (Macaca Burung kutilang Srigunting (Dicrurus sp)


fascularis) (Pycnonotus aurigaster)
Lutung (Presbytis sp) Elang bido (Spilornis Babi hutan (Sus scrofa)
cheela)
Ular phyton (Pyton Kadal (Mabayu Biawak (Varanus
reticulatus) multifasciatus) salvator)

c. Obyek Kegiatan Wisata

Potensi beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di TWA Sibolangit :

 Pendidikan Lingkungan.

 Junggle Tracking.

 Camping.

 Outbond.

2. Jarak / Akses (Accessibility)

Taman Wisata Alam Sibolangit terletak di pinggir jalan raya Medan –

Kabanjahe (Kabupaten Karo), dengan jarak dari Kota Medan adalah 38 Km,

sedangkan jarak dari Kabanjahe adalah 31 Km, dengan jarak tempuh 60 s/d 90

menit. Untuk menuju TWA Sibolangit dari kota Medan maupun Kabanjahe dapat

dilakukan menggunakan angkutan umum minibus (Sutra, Borneo, Murni,

Sinabung, dan Jaya Raya) dengan tarif sebesar Rp. 8.000,-.

Universitas Sumatera Utara


89

3. Fasilitas (Amenity)

Sarana dan prasarana yang ada di TWA Sibolangit terdiri dari :

 Jalan setapak

 Aula

 Kantor resort

 Toilet

 Tempat ibadah

 Area parkir

 Gapura masuk

 Gardu pandang

 Gazebo (8 buah)

 Pondok diskusi (3 buah)

 Jaringan listrik yang ada adalah melalui jalur listrik dari Perusahaan Listrik

Negara (PLN).

 Ketersediaan air bersih melalui instalasi dari Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirtanadi.

4. Fasilitas Tambahan (Ancillary Service)

Pelayanan tambahan yang saat ada di Taman Wisata Alam Sibolangit :

 Visitor Centre

 Peta

 Monumen TWA

Universitas Sumatera Utara


90

 Villa TWA

4.9. Analis SWOT Penentuan Strategi Partisipasi Pemuda Dalam

Pengembangan Taman Wisata Alam Sibolangit

Untuk menentukan strategi partisipasi pemuda dalam pengembangan TWA

Sibolangit dilakukan dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,

Opportunities, dan Threats). Selanjutnya dilakukan pemilihan faktor internal dan

eksternal sebagai berikut:

Tabel 4.8.
Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan
1. Adanya SDM (Pemuda) 1.Kwalitas SDM yang kurang
memadai
2. Sarana dan prasarana TWA 2.Anggaran pengelolaan yang masih
belum mandiri
3. Potensi flora dan fauna 3.Pemanfaatan potensi kawasan belum
maksimal
Sumber : Analisis Penulis (2018)
Tabel 4.9
Faktor External
Peluang Ancaman
1. Aksesbilitas yang mudah 1.Letak yang berdampingan dengan
masyarakat, berpotensi terjadinya
perambahan
2.Tingkat penelitian di TWA Sibolangit 2.Tingkat pendidikan dan
cukup tinggi. kesejahteraan masyarakat yang relatif
masih rendah;
3.Potensi Alam yang menarik 3.Vandalisme pengunjung
Sumber : Analisis Penulis (2018)

Universitas Sumatera Utara


91

4.9.1. Strategi Memakai Kekuatan Untuk Memanfaatkan Peluang

a. Menjaga keutuhan dan fungsi kawasan TWA Sibolangit dengan

dukungan masyarakat maupun pemuda.

b. Meningkatkan kolaborasi dengan masyarakat maupun pemuda dalam

pengelolaan TWA Sibolangit.

c. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan di dalam dan

sekitar TWA.

d. Meningkatkan jejaring kerja dalam pengembangan wisata alam.

4.9.2. Strategi Memakai Kekuatan Untuk Mengatasi Tantangan/

Ancaman

a. Mengembangkan desa konservasi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan kerjasama dengan masyarakat.

b. Meningkatkan kapabilitas TWA untuk peningkatan penangamanan.

c. Meningkatkan kegiatan koordinasi dan sosialisasi pelaksanan

peraturan perundangan bidang konservasi sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya.

d. Meningkatkan promosi dengan berbagai media.

4.9.3. Strategi Menanggulangi Kendala/Kelemahan Dengan

Memanfaatkan Peluang

a. Meningkatkan kerjasama partisipatif dengan masyarakat dalam hal

pemenuhan sarana prasarana di lapangan.

b. Meningkatkan kualitas SDM melalui berbagai pelatihan.

Universitas Sumatera Utara


92

c. Meningkatkan peluang peranserta masyarakat dalam pengelolaan

TWA

d. Memantapkan kawasan dengan menyediakan dokumen pendukung

(menyusun rencana pengelolaan dan blok) secara kolaboratif dan

adaptif.

4.9.4. Strategi Memperkecil Kelemahan dan Mengatasi Tantangan

/Ancaman

a. Meningkatkan keterampilan dan kesadaran SDM masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraannya.

b. Mengefektifkan sarana, prasarana, mitra dan SDM yang ada dalam

kegiatan penanganan gangguan kawasan.

c. Membangun kesepakatan kesepakatan antar para pemangku

kepentingan dalam pemanfaatan potensi kawasan yang berkeadilan.

d. Membangun dan mengembangkan jejaring kerja dalam mendukung

pengelolaan kawasan.

Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas, maka dirumuskan strategi

partisipasi pemuda dalam pengembangan TWA Sibolangit sebagai berikut :

a. Memanfaaatkan antusiasme pemuda terhadap pengembangan TWA.

b. Mengadakan kegiatan rutin yang dapat memicu motivasi pemuda.

c. Memantapkan kawasan dengan mengefektifkan sarana, prasarana, mitra

dan SDM serta menyediakan dokumen pendukung dalam pengelolaan

TWA Sibolangit.

Universitas Sumatera Utara


93

d. Mengembangkan desa konservasi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.9. Kesimpulan

Berdasarkan berbagai kajian dan pembahasan dalam tesis ini, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Pariwisata di Taman Wisata

Alam Sibolangit secara umum bersifat aktif dan berbentuk ide-ide dan

tenaga, Tidak ditemukan bentuk barang maupun uang, berikut kegiatannya

a. Pada tahap perencanaan pemuda mengikuti kegiatan musrembang

b. Pada tahap pelaksanaan pemuda sebagai pemandu wisata dan

mempromosikan wisata.

c. Pada tahap pemanfaatan pemuda melakukan kegiatan keagamaan,

Outbond dan Tanam pohon.

d. Pada tahap evaluasi pemuda tidak melakukan kegiatan apapun.

2. Strategi partisipasi pemuda dalam pengembangan TWA Sibolangit sebagai

berikut :

a. Memanfaaatkan antusiasme pemuda terhadap pengembangan TWA.

b. Mengadakan kegiatan rutin yang dapat memicu motivasi pemuda.

Universitas Sumatera Utara


94

c. Memantapkan kawasan dengan mengefektifkan sarana, prasarana, mitra

dan SDM serta menyediakan dokumen pendukung dalam pengelolaan

TWA Sibolangit.

d. Mengembangkan desa konservasi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

4.10. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis merumuskan beberapa

saran yang ditujukan kepada pemerintah, pemuda dan umum.

1. Pemerintah harus selalu meningkatkan pemberdayaan kepada para pemuda

setempat dengan memberikan pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan dan

kerajinan tangan agar lebih aktif berpartisipasi dalam mengembangkan TWA

Sibolangit dan memberikan kewenangan lebih.

2. Para pemuda agar berperan aktif dalam setiap kegiatan dan menjaga

kepercayaan dengan membangun komunikasi yang baik dengan pihak TWA

Sibolangit.

3. Kepada peneliti lain, masih perlu kiranya melakukan penelitian, evaluasi yang

lebih mendalam dan baik lagi untuk menganalisis dan merumuskan partisipasi

pemuda dalam pengembangan TWA Sibolangit.

Universitas Sumatera Utara


95

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, 1974, Pemuda Dan Perubahan Sosial, LP3S, Jakarta.


Adisasmita, H.R, 2006, Membangun Desa Partisipatif, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Anastasia, 2014, Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berbasis Democratic
Governance, Pustaka Radja, Surabaya.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam- Sumut, 2006, Materi Sosialisasi
Pemanfaatan Wisata Alam di TWA Sicikeh-cikeh kegiatan
pengembangan Pemanfaatan Wisata Alam Dipa Tahun Anggaran 2006,
Medan : Dirjen PHKA BKSDA Sumatera Utara I.
Budi, Setia, 2014, Pengaruh Perencanaan Partisipatif Dan Pembangunan
Wilayah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Kota Banda Aceh,
(Disertasi), Universitas Sumatera Utara. Program Doktoral
Pascasarjana, Medan.
Bappenas, 2010, Executive Summary Background Study dalam Rangka
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2010-2014 Bidang Pemuda, Direktorat Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga Bappenas.
Budiastawa, I G.P. 2009, Wisata Eko-Spiritual Sebagai Alternatif Pengembangan
Bukit Bangli di Kabupaten Bangli, Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Bali.
Damanik, Janianton,2005, Kebijakan Publik dan Praksis Democratic Governannce
di Sektor Pariwisata, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 8,
Nomor 3,UGM, Yogjakarta.
Gromang Frans, 2003, Tuntutan Keselamatan dan Keamanan Wisatawan,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Gigih, 2010, Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Agrowisata di Desa
Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar, (Tesis), UNPAD, Bandung.
Iskandar, Johan, 2010, Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan,
PSMIL, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Gaung Persada (GP Press).
Jakarta
John W. Creswell, 2010, Research Design pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


96

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Tiga , 2001, Departemen Pendidikan


Nasional, Balai Pustaka, Jakarta.
Karyono, A. Hari, 1997, Kepariwisataan, Grasindo, Jakarta.
Lexy J. Moleong, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Rosda
Karya, Bandung.

Maridjan, 2010, Revitalisasi Pemerintahan Daerah untuk Pembangunan dan


Ketahanan Nasional, PPRA 45 Lemhanas Jakarta.
Mahalli Kasyful, Ario Pratomo Wahyu, Hassan Mirza Bachtiar, 2010,
Pembangunan Pedesaan Teori dan Praktek ; Pembangunan dan
Partisipasi Masyarakat, USU Press, Medan.
Matthew B, Miles And A. Michael Huberman, 1994, Qualitative Data Analysis.
SAGE Publications, London.

M Baiquni, Wardiyanto, 2011, Perencanaan Pengembangan Pariwisata, Lubuk


Agung, Bandung.
Mulyadi, 2012, Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Serta Praktek Kombinasinya
dalam Penelitian Sosial, Publica Institute, Jakarta.

Muljadi, Andri, 2014, Kepariwisataan dan Perjalanan, Raja Wali Pers, Jakarta

Mikkelsen, 2003, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan,


Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Naruddin, Dalimunthe, 2007, Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan


Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
(Tesis), USU, Medan.
Nasikun, 2003. Sistem Sosial Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.
Nasdian, Fredian Tony, 2014. Pengembangan Masyarakat, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Pitana, I.G., dan Putu, G.G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi Offset. Yogyakarta.
Prasiasa Oka Putu Dewa, 2011, Wacana Kontemporer Pariwisata, Salemba
Humanika, Jakarta.
Rosida, Idah. 2014, Partisipasi Pemuda Dalam Pengembangan Kawasan
Ekowisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Masyarakat Desa.
(Tesis), Universitas Gadjah Mada, Sekolah Pasca Sarjana, Yogyakarta.
Ross F. Glenn, 1998, Psikologi Pariwisata, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Sugiantoro Ronny, 2000, Pariwisata Antara Obsesi Dan Realita, Adicita Karya
Nusa, Yogyakarta.
Sari, R dan Widodo, T. 2004, Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit. Warta
Kebon Raya, Bogor.
Sarwono, SarlitoW, 2008, Psikologi Remaja, RajaGrafindoPersada, Jakarta
Suciati, 2006, Partisipasi Masyarakat dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota
Pati, (Tesis), UNDIP. Magister Pembangunan Wilayah dan Kota.
Semarang.
Slamet, Y, 1993, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi, Sebelas
Maret University Press, Surakarta.

Universitas Sumatera Utara


97

Sitti Wahyidini, 2014, Artikel Ilmiah: Strategi Pengarusutamaan Pemuda:


Menggagas Partisipasi Pemuda dalam Pembangunan,
www.academia.edu. Diakses pada 19 Desember 2017 pukul 17 : 46
WIB.
Soekadijo, R.G, 1997, Anatomi Pariwisata ; Memahami Pariwisata Sebagai
system Linkage, Gramedia, Jakarta.
Spillane, S.J. James J, 1994, Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta.
Thahan, M. M, 2002, Risalah Pergerakan Pemuda Islam, Visi, Jakarta.
Yoeti, A. Oka, 2002, Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Ditjen Perlindungan Hutan, 2010.
Kemenpora RI Tahun 2010.
Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan Pembangunan Daerah.
Undang – Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Undang – Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Undang – Undang No 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan
Undang – Undang No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Nasional
Undang – Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah
Undang – Undang No 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang.

Universitas Sumatera Utara


98

Lampiran
Tapak dan Peta TWA

Universitas Sumatera Utara


99

Komponen Kegiatan TWA

Universitas Sumatera Utara


100

Kegiatan Jungle Tracking dan Field Trip

Kantor

Gazebo dan Pondok Diskusi

Pusat Informasi

Universitas Sumatera Utara


101

Jalan Stapak dan Gapura

Kantor BBKSDA-SU

Tokoh Masyarakat , pemuda dan pemerintah

Universitas Sumatera Utara


102

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai