Anda di halaman 1dari 130

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH

KOTA PEMATANGSIANTAR DALAM PEMBANGUNAN


KEPEMUDAAN

TESIS

OLEH:

RIKSON PANDAPOTAN TAMPUBOLON


137003033/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
NALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA
PEMATANGSIANTAR DALAM PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister


Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara

OLEH :

RIKSON PANDAPOTAN TAMPUBOLON


137003033/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Judul : ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DALAM PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN

Nama : Rikson Pandapotan Tampubolon


Mahasiswa
NIM : 137003033

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak., CA. Kasyful Mahalli, SE., M.Si.
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc.

Tanggal Lulus : 25 September 2015


Telah Diuji pada

tanggal 25 September 2015

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak., CA.
Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE., M.Si.
2. Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE.
3. Prof. Dr. H.B. Tarmizi, SE, SU.
4. Dr. Rujiman, MA.
5. Dr. Ir. Hamka Hendra Noer, M.Si.
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH
KOTA PEMATANGSIANTAR DALAM PEMBANGUNAN
KEPEMUDAAN

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian


tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan perundang – undangan yang
berlaku.

Medan, Oktober 2015


Yang Membuat Pernyataan

Rikson Pandapotan Tampubolon


NIM. 137003033
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA
PEMATANGSIANTAR DALAM PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi dan permasalahan kepemudaan


di Kota Pematangsiantar. Misalnya, maraknya penyalahgunaan narkoba dan
HIV/AIDS, pergaulan bebas, terjangkit budaya epigonestik, merosotnya
nasionalisme, minimnya ruang kreativitas dan penguasaan keterampilan
dikalangan pemuda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah strategi,
sasaran dan menganalisis implementasi kebijakan Pemerintah Kota
Pematangsiantar dalam pembangunan kepemudaan. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan informan
mewakili dari unsur pemerintah, pemuda dan legislatif yang berada di wilayah
Kota Pematangsiantar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data
primer (wawancara) dan sekunder. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa arah
strategi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pembangunan
kepemudaan adalah meningkatkan partisipasi pemuda dalam berbagai
pembangunan bangsa dan negara, dan ternyata tidak cukup untuk menjawab
permasalahan kepemudaan di Kota Pematangsiantar. Selanjutnya, sasaran
kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pembangunan kepemudaan
hanya mampu menjawab peningkatan partisipasi pemuda dari beberapa sasaran
kebijakan yang telah ditetapkan. Sedangkan, implementasi kebijakan pemerintah
Kota Pematangsiantar sudah baik dalam aspek sumber daya manusia, kewenangan
dan fasilitas. Namun, kurang berhasil dalam aspek komunikasi, program dan
anggaran. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek komunikasi, pemuda tidak
dilibatkan dalam penyusunan kebijakan atau program. Aspek program, dalam
pembangunan kepemudaan hanya berhasil mencatatkan kegiatan “Peringatan Hari
Sumpah Pemuda” 28 Oktober setiap tahunnya. Serta, aspek anggaran minimnya
dana anggaran yang dialamatkan kepada bidang kepemudaan di Dinas Pemuda,
Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Pematangsiantar.

Kata kunci: Analisis Kebijakan, Kebijakan Pemerintah dan Pembangunan


Kepemudaan
AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF THE POLICY
OF PEMATANGSIANTAR CITY GOVERNMENT
IN YOUTH DEVELOPMENT

ABSTRACT

This research was motivated by the youth condition and problems at


Pematangsiantar, for example, the growing number of drug users and HIV/AIDS
patients, free sex, epigone affliction, decreasing nationalism, minimal space for
creativity, and skill development for youth. The objective of the research was to
find out the directions of strategy and goal as well as to analyze the
implementation of the policy of Pematangsiantar City Government in the youth
development. This was a descriptive qualitative research taking the government
officials, youths, and legislative staffs of Pematangsiantar City Government as the
informants. The data were collected through primary (interviews) and secondary
data. The results of the research showed that the strategy in youth development of
Pematangsiantar City Government was directed to improve the youths’
participations in the development of nation and state, and was apparently not
adequate in solving the youth problems at Pematangsiantar. Furthermore, the
goal of the policy of Pematangsiantar City Government in youth development
could give solutions to the improvement of youth participations only in some
policy goals established by the government. Meanwhile, the implementation of the
policy Pematangsiantar City Government in youth development was already good
in human resources, authority, and facility. However, it was less successful in
communication, program and budget aspects. This was indicated from the
communication aspect in which the youth were not involved in the policy and
program planning. The program aspect in youth development only managed to
record the activities in the “Commemoration of Youth Pledge” on October 28th
annually. In addition, the budget allocated for youth in the Department of Youth,
Sport, Culture and Tourism at Pematangsiantar was marginal.

Keywords: Policy Analysis, Government Policy and Youth Development


KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama melakukan penelitian penulisan tesis ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, selaku pemberi
beasiswa Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Subhilhar, MA., Ph.D. sebagai Rektor Universitas Sumatera
Utara (USU) Medan.
3. Bapak Prof. Erman Munir, M. Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE., selaku Ketua Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Prof. Dr. Erlina, SE., M. Si, Ph.D, Ak, CA. selaku Pembimbing I dan
Bapak Kasyful Mahalli, SE., MSi. selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE., Prof. Dr. H.B. Tarmizi, SE,
SU., dan Dr. Rujiman, MA., selaku Komisi Pembanding atas saran kritik
yang diberikan.
7. Kepada Bapak/Ibu Pimpinan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan
Pariwisata (Disporabudpar) Kota Pematangsiantar, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pematangsiantar, Badan Penelitian
Pengembangan dan Statistik Kota Pematangsiantar dan Komite Nasional
Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Pematangsiantar.
8. Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, selaku Kepala Bidang Pemuda dan
Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar yang telah bersedia menjadi
informan dan mendukung dalam penelitian ini.
9. Bapak Tongam Pangaribuan, SE., Anggota Komisi 1 DPRD Kota
Pematangsiantar yang telah bersedia menjadi informan dan mendukung
dalam penelitian ini.
10. Bapak Parlaungan Purba S.Pd. dan Bapak Zainul Arifin Siregar selaku
Ketua dan Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar yang telah bersedia
menjadi informan dan mendukung dalam penelitian ini.
11. Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang telah
memberikan dukungan dan rekomendasi kepada saya untuk mengikuti
program beasiswa ini.
12. Orangtua saya, Bapak Tonni Tampubolon dan Ibu Monawati Manik yang
telah memberikan bantuan doa, moril dan materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
13. Adik-adik saya yaitu Aprilianti, Juliana, Maringan dan Tini Tampubolon
yang telah memberikan dukungan dan doa buat kelancaran menyelesaikan
tesis ini.
14. “Hasian” Jesicha Rosiana Simanjuntak yang telah membantu memberikan
semangat dan doa buat kelancaran penyelesaian tesis ini dan juga, civitas
pergerakan GMKI Cabang Medan dan adik-adik di GMKI Komisariat FIS-
UNIMED, serta teman-teman kelas di PWD Kemenpora angkatan pertama
di USU Medan. Semoga berkat kasih karunia Tuhan kita, Yesus Kristus
menyertai setiap kebaikan kita semua.
15. Seluruh dosen dan staf administratif Program Studi Magister Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya dan bantuannya kepada
penulis dari awal hingga akhir perkuliahan.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh
pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat dan kasih-
Nya atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ibu, saudara/I sekalian. Amin.
Medan, Oktober 2015

Penulis,

Rikson Pandapotan Tampubolon


RIWAYAT HIDUP

Rikson Pandapotan Tampubolon lahir di Kota Pematangsiantar Provinsi

Sumatera Utara pada tanggal 12 Maret 1988, anak pertama dari lima bersaudara

dari pasangan Bapak Tonni Tampubolon dan Ibu Monawati Damanik.

Pendidikan penulis dimulai dari SD HKI Pematangsiantar yang lulus pada

tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) RK Cinta Rakyat 1

Pematangsiantar yang lulus pada tahun 2002, Sekolah Menengah Umum (SMU)

Negeri 1 Pematangsiantar yang lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan

pendidikan S1 di Universitas Negeri Medan (Unimed) dengan Jurusan

Manajemen, konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang lulus

pada tahun 2010.

Penulis adalah salah satu pengurus harian dalam organisasi Gerakan

Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), tepatnya saat ini sebagai Sekretaris Fungsi

Pendidikan Kader dan Kerohanian Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen

Indonesia masa bakti 2014-2016.


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK.............................................................................................. i

ABSTRACK ............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi

DAFTAR ISI .......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………… 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 9
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 9
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11

2.1. Penelitian Terdahulu ......................................................... 11


2.2. Analisis Kebijakan ........................................................... 13
2.3. Kebijakan Pemerintah ...................................................... 19
2.4. Pemuda ............................................................................ 22
2.5. Pembangunan ................................................................... 26
2.6. Pembangunan Pemuda ...................................................... 30
2.7. Kerangka Berpikir ............................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 39

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 39


3.2. Jenis Penelitian.................................................................. 39
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 40
3.4. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 41
3.5. Definisi Operasional.......................................................... 42
3.6. Metode Analisis Data ........................................................ 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 45

4.1. Hasil Penelitian ................................................................ 48


4.1.1. Gambaran Umum Kota Pematangsiantar .............. 45
4.1.1.1. Kondisi Sumber Daya Manusia ................ 46
4.1.1.2. Kegiatan Perekonomian............................ 47
4.1.1.3. Struktur APBD Kota Pematangsiantar ...... 51
..............................................................................
4.1.1.4. Dinas Pemuda, Olaharaga, Budaya dan Pariwisata
Kota Pematangsiantar ............................... 53
4.1.2. Arah Strategi Kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar
dalam Pembangunan Kepemudaan ..................... . 57
4.1.3. Sasaran Kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar
dalam Pembangunan Kepemudaan....................... 60
4.1.4. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota
Pematangsiantar dalam Pembangunan Kepemudaan
.........................................................................63
4.2. Hasil Pembahasan ............................................................ 64
4.2.1. Kondisi Pemuda di Kota Pematangsiantar. ............ 65
4.2.2. Proses Implementasi Kebijakan Pembangunan
Kepemudaan........................................................ 71
4.2.3. Anggaran Pembangunan Kepemudaan ................ 77
4.2.4. Evaluasi Kebijakan Pembangunan Kepemudaan . 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 101

5.1. Kesimpulan ....................................................................... 101


5.2. Saran ................................................................................. 102

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 104

LAMPIRAN ........................................................................................... 108


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


Tabel 2.1. Perbandingan Rentang Usia Pemuda di Berbagai Negara dan
Forum di PBB ............................................................................. 23

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan ............ 46


Tabel 4.2. Laju Inflasi Di Kota Pematangsiantar, Kota Medan dan
Nasional Tahun 2010-2013 ......................................................... 48
Tabel 4.3 Laju Inflasi Di Kota Pematangsiantar, Kota Medan dan
Nasional Tahun 2010-2013 ......................................................... 49
Tabel 4.4. Rekapitulasi PDRB ADHB/ADHK, PDRB Perkapita
ADHB/ADHK tahun 2010-2013 (PDRB ADHB dan PDRB
ADHK (dalam jutaan Rupiah) ..................................................... 51
Tabel 4.5. Rekapitulasi PDRB ADHB/ADHK, PDRB Perkapita
ADHB/ADHK tahun 2010-2013 (PDRB ADHB dan PDRB
ADHK (dalam jutaan Rupiah) .................................................. 52
Tabel 4.6. Ketersediaan SDM di Disporabudpar Kota Pematangsiantar
Tahun 2014................................................................................. 56
Tabel 4.7. Alokasi Dana APBD Kota Pematangsiantar untuk
Disporabudpar 2014.................................................................... 79

Tabel 4.8. Indikator Kinerja Sasaran Beserta Target, Realisasi dan


Capaiannya ................................................................................. 88
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


Gambar 2.1. Proses Analisis Kebijakan ......................................................... 18
Gambar 2.2. Sekuensi Implementasi Kebijakan............................................. 22
Gambar 2.3. Arsitektur Pembangunan Jangka Panjang Kepemudaan............. 35
Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian .................................................... 38

Gambar 4.1. Peta Kota Pematangsiantar ........................................................ 45


Gambar 4.2. Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar 2010-2014 ................. 47
Gambar 4.3. Perbandingan Pos-Pos Penerimaan Daerah TA. 2014 ................ 52
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemuda merupakan elan vital dalam setiap perjuangan bangsa. Sejarah

telah membuktikan, pemuda menjadi harapan dalam setiap perubahan. Pemuda

dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para

generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide

ataupun gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan

kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ungkapan ini memiliki

semangat konstruktif bagi pembangunan dan perubahan. Pemuda tidak selalu

identik dengan kekerasan dan anarkisme tetapi daya pikir revolusionernya yang

menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa

dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation) dalam World Report tahun

2003 mengemukakan ada lima hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan,

khususnya pemuda, yaitu globalisasi, teknologi informasi dan komunikasi,

HIV/AIDS, pemuda dan pencegahan konflik, serta hubungan antar generasi.

Pemuda memegang peranan penting dalam arah perubahan tatanan global.

Sehingga, perhatian dan pembangunan dalam sektor kepemudaan menyangkut

sumber daya manusia mutlak harus diprioritaskan.

Laporan Pembangunan Manusia tahun 2014 yang berjudul

“Mempertahankan Kemajuan Manusia: Mengurangi Kerentanan dan Membangun

Ketahanan” oleh United Nations Development Programme (UNDP). Laporan ini


secara komprehensif menjelaskan kinerja negara-negara dalam menjaga

kesejahteraan warganya. Dengan menggunakan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), yaitu kombinasi dari indikator-indikator seperti kesehatan,

kekayaan dan pendidikan, peringkat Indonesia di tahun ini tidak berubah pada

posisi 108 dari 187 dari tahun sebelumnya. IPM Indonesia masih jauh lebih

rendah jika dibandingkan dengan Negara-negara anggota ASEAN lainnya seperti

Singapura (9), Brunei (30), Malaysia (62) dan Thailand (89).

Perkembangan pemikiran pemuda Indonesia mulai terekam jejaknya

sejak tahun 1908 dan berlangsung hingga sekarang. Periodisasinya dibagi menjadi

6 (enam) periode mulai dari periode Kebangkitan Nasional 1908, periode Sumpah

Pemuda 1928, periode Proklamasi 1945, periode Aksi Tritura 1966, periode Orde

Baru 1967-1998 dan periode Reformasi 1988.

Merujuk pada Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 2009 tentang Kepemudaan, generasi muda atau pemuda didefinisikan

sebagai “Warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan

dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun”.

Sementara dari sudut pandang sosial budaya, generasi muda dari sudut pandang

ini memiliki sifat majemuk dengan aneka ragam etnis, agama, ekonomi, domisili,

dan bahasa. Mereka memiliki ciri ekosistem kehidupan yang terbagi ke dalam

masyarakat nelayan, petani, pertambangan, perdagangan, perkantoran dan

sebagainya.

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Laju

pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000-2010 telah mencapai angka 1,49%

dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 237.641.326 jiwa (BPS, 2010).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bahkan memproyeksikan

bahwa jumlah penduduk pada tahun 2020 mendatang akan berjumlah 261 juta

jiwa dan tahun 2025 mencapai 273 juta jiwa yang menyebabkan Indonesia akan

menduduki peringkat ke-5 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Angka-angka itu bukannya tidak memiliki makna bagi kaum muda.

Sebanyak 66,5% penduduk Indonesia adalah penduduk usia produktif, yakni

penduduk berusia 15-64 tahun dengan angka harapan hidup Indonesia sebesar

70,07% pada tahun 2013, tidak menutup kemungkinan proporsi ini akan terus

meningkat hingga pada tahun 2020-2030. Proporsi penduduk usia produktif yang

seperti inilah yang dinamakan bonus demografi (BPS, 2013). Sementara, kita tahu

bahwa pemuda adalah penduduk yang memiliki kisaran usia 16-30 tahun. Ini

berarti secara langsung pemuda terlibat dalam fenomena bonus demografi ini.

Bonus demografi bukan hanya soal kuantitas yang semakin besar,

melainkan juga kualitas yang dituntut untuk semakin tinggi. Semakin banyak

jumlah penduduk usia produktif yang ada berarti semakin ketat pula persaingan

yang akan dihadapi kaum muda dalam hal mencari lapangan kerja. Belum lagi

Masyarakat Ekonomi Asean 2015 yang akan menuntut kompetensi pemuda di

level internasional. Indonesia harus memiliki kualifikasi hard skill dan soft skill

yang seimbang dengan dibekali moral dan agama yang baik.

Pemuda-pemudi generasi sekarang sangat berbeda dengan generasi

terdahulu dari segi pergaulan atau sosialisasi, cara berpikir, dan cara

menyelesaikan masalah. Pemuda-pemuda zaman dahulu lebih berpikir secara

rasional dan jauh ke depan dan juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

Contohnya, sejarah telah mencatat kiprah-kiprah pemuda Indonesia dalam


memerdekakan negara ini. Misalnya, Soekarno, Hatta, Bung Tomo, Sutan Syahrir,

Jenderal Soedirman, dr. Johanes Leimena dan lain-lain rela mengorbankan harta,

bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk kepentingan bersama, yaitu

kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan pemuda zaman sekarang, masih terkesan skeptis bahkan

apatis terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya. Pemuda-pemuda saat

ini telah terpengaruh dalam hal pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika,

kenakalan remaja, konsumerisme dan hedonisme, kurang menghargai kebudayaan

sendiri, bahkan kemajuan teknologi yang seharusnya membuat mereka lebih

terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi justru malah

disalah-gunakan. Permasalahan mental pemuda ini cukup mengkuatirkan bagi

masa depan bangsa ini. Tidak heran Presiden Republik Indonesia Joko Widodo

mengangkat dan memperkenalkan kembali istilah “Revolusi Mental” dalam

memperbaiki mental bangsa ini, khususnya bagi kalangan pemuda sebagai

penerus pembangunan.

Masyarakat masih membutuhkan pemuda-pemudi yang memiliki

kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, memiliki kesetiakawanan

sosial dan semangat nasionalisme yang tinggi dalam pembangunan nasional.

Pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan

persatuan NKRI, serta mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila agar

terciptanya kedamaian, kesejahteraan umum, serta kerukunan antar daerah dan

bangsa.

Kemajuan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh pemuda-pemudinya,

demikian ungkapan yang cukup popular dikalangan masyarakat. Pemuda-pemudi


Indonesia hendaknya memiliki kreativitas, inovasi, daya juang yang tinggi, dan

kemandirian. Kemandirian sebuah bangsa akan menjadikan bangsa itu

disegani. Kesejajaran dengan bangsa lain terwujud jika didukung oleh pemuda-

pemuda yang tangguh dan memiliki visi jauh kedepan. Pemuda tangguh

hendaknya menguasai Iptek, memiliki kreativitas, dan kepedulian terhadap

lingkungan alam dan sosial agar mampu bersaing dan menjaga harmonisasi

tantangan global.

Desentralisasi sebagai salah satu manifestasi demokrasi telah

mengarahkan kedaulatan menjadi lebih dekat dengan publik, visi inilah

sebenarnya yang hendak diemban dalam Undang-Undang Negara Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan undang-

undang tersebut peluang publik di daerah untuk mengakses, berpartisipasi dan

mengontrol sebuah kebijakan menjadi terbuka lebar. Kalau dahulu daerah tidak

mempunyai hak untuk mengatur segala keputusan dalam proses pembangunan,

dengan adanya aturan ini daerah diberi wewenang penuh untuk mengelola,

mengatur, membuat kebijakan dengan memberi ruang publik yang lebih luas

sehingga masyarakat lebih mampu untuk mengontrol jalannya proses kebijakan.

Kota Pematangsiantar merupakan salah satu daerah dalam bingkai

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berada dalam Provinsi Sumatera Utara

yang mengikuti gaya desentralisasi dalam pemerintahan daerah. Kota

Pematangsiantar diberikan wewenang yang lebih luas dalam mendorong proses

pembangunan termaksud pembangunan sumber daya manusianya, khususnya

dalam unsur kepemudaan. Pemuda merupakan aset bangsa, yang sekaligus

menyimpan potensi permasalahan di dalam tubuhnya sendiri. Untuk itu,


dibutuhkan peran pemerintah dalam membantu mengatasi masalah kepemudaan,

memfasilitasi, mendorong dan mengembangkan potensi pemuda.

Menurut Rencana Kerja (Renja) Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan

Pariwisata Kota Pematangsiantar tahun 2015 permasalahan yang dihadapi pemuda

di Kota Pematangsiantar yaitu: (1) Semakin maraknya peredaran NAPZA,

perdagangan anak dan perempuan (trafficking), pornografi dan pornoaksi,

meningkatnya penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta masih adanya

diskriminasi gender yang semuanya dapat mengakibatkan hilangnya generasi (lost

generation); (2) Rentannya para pemuda terhadap bahaya laten Komunis yang

dapat timbul setiap saat sehingga berakibat pada perpecahan (destruktif) yang

mengancam pada keutuhan NKRI; (3) Makin sempitnya ruang publik bagi

pengembangan bakat, minat dan kreativitas pemuda; (4) Pemuda mulai terjangkit

budaya “epigonestik” (membebek dan larut dalam gaya hidup metropolis serta

makin tidak acuh pada budaya bangsa dan nilai-nilai lokal; (5) Merosotnya rasa

nasionalisme kebangsaan serta menipisnya pemahaman pemuda terhadap bidang

pertahananan dan keamanan; dan (6) Rendahnya penguasaan keterampilan di

kalangan pemuda untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam ataupun

di luar negeri.

Menarik juga melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota

Pematangsiantar yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara

untuk tahun 2013, yang menempatkan Kota Pematangsiantar sebagai pemegang

indeks tertinggi di 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara bersama Kota Medan

yaitu berada pada indeks 78,62. Sementara IPM Sumatera Utara pada tahun yang
sama 2013, berada di bawah IPM Kota Pematangsiantar yaitu pada indeks 75,55

dan pada saat yang sama IPM Negara Indonesia berada pada indeks 73,81.

Pemerintah Kota Pematangsiantar merupakan salah satu instrumen dalam

membuat kebijakan publik. Pemerintah melalui tugas pokok fungsi dan

kewewenangnya diserahi tanggung jawab untuk melakukan proses pembangunan

dalam sebuah wilayah. Baik itu aspek fisik pembangunan, maupun aspek non fisik

pembangunan. Pembangunan kepemudaan merupakan aspek pembangunan

wilayah yang tidak bisa dilepaskan dari fungsi pemerintahan itu sendiri karena

menyangkut dalam upaya memajukan sumber daya manusia di wilayah kerja

pemerintahan tersebut. Mengingat pentingnya prioritas pembangunan

kepemudaan sebagai generasi penerus pembangunan sebuah bangsa.

Pembangunan kepemudaan tidak bisa dianggap sebagai unsur pelengkap dalam

prioritas pembangunan. Apalagi negara hari ini sedang diperhadapkan dengan dua

momentum besar dalam menyoal isu kepemudaan yaitu bonus demografi

Indonesia dan isu globalisasi dalam agenda terdekat yaitu Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA) tahun 2015.

Menurut Nugroho (2014) kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan

bersama yang dicita-citakan. Namun dalam proses perumusan dan implementasi

kebijakan tersebut, banyak yang terlibat didalamnya, baik itu pemerintah, tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh budaya maupun tokoh pemuda bahkan

mahasiswa dan juga masyarakat.

Akan tetapi, sebelum memahami lebih lanjut kebijakan pemerintah dalam

pemberdayaan generasi muda, perlu dipahami bahwa setiap kebijakan dan

program tersebut dapat dibagi menjadi dua: yakni program kebijakan


pemberdayaan generasi muda yang terkait langsung. Program pemberdayaan

generasi muda yang langsung terkait dengan permasalahan generasi muda.

Biasanya langsung berada di bawah kementerian atau dinas terkait. Sedangkan

program kebijakan pemberdayaan generasi muda yang tidak terkait langsung

adalah program turunan yang tidak langsung memosisikan generasi muda sebagai

permasalahan itu sendiri. Hal ini biasanya dilakukan dalam bentuk lintas

kementerian atau dinas tertentu.

Tidak semua masalah publik bisa menjadi masalah kebijakan, dan tidak

semua masalah kebijakan dapat masuk menjadi agenda pemerintah. Anderson

(1984) memberi gambaran bahwa suatu masalah, baru akan menjadi masalah

kebijakan, bila masalah masalah tersebut dapat membangkitkan niat orang banyak

untuk melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah. Semakin jauh posisi

masyarakat dengan pemerintah, maka masyarakat akan semakin kesulitan untuk

mengetahui kebijakan, namun sebaliknya ketika posisi masyarakat dekat dengan

pemerintah maka peluang untuk mengawasi, mengontrol proses kebijakan

semakin besar.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dipandang penting untuk

diadakan penelitian mengenai: Analisis Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota

Pematangsiantar dalam Pembangunan Kepemudaan.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana arah strategi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

pembangunan kepemudaan?

2. Bagaimana sasaran kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

pembangunan kepemudaan?

3. Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

pembangunan kepemudaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui arah strategi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

pembangunan kepemudaan.

2. Mengetahui sasaran kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

pembangunan kepemudaan.

3. Menganalisis implementasi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar

dalam pembangunan kepemudaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi akademik, semoga dapat memberikan kontribusi yang berarti


bagi kemajuan pendidikan dan sebagai tambahan khazanah ilmu

pengetahuan.

b. Bagi penulis, semoga dengan penelitian ini dapat menambah

wawasan bagi penulis serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk

mengembangkan pengetahuan penulis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi objek penelitian, sebagai masukan agar lebih maksimalnya

penyusunan perencanaan arah strategi dan kebijakan pembangunan

bidang kepemudaan di Kota Pematangsiantar.

b. Bagi Pemuda, sebagai bahan pertimbangan serta memberikan

masukan kepada pemuda dan organisasi kepemudaan untuk

mengembangkan perannya di masyarakat luas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Wahyudini (2011) tentang “Strategi Pengarusutamaan

Pemuda: Menggagas Partisipasi Pemuda dalam Pembangunan”,

menyimpulkan bahwa suatu strategi yang mengikat setiap pihak untuk

berkomitmen dalam memprioritaskan pembangunan kepemudaan dalam

setiap proses pembangunan yang di mulai dari perencanaan, pelaksanaan

sampai kepada monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara kordinatif,

sinergi dan harmonis.

Penelitian Supriyanto (2009) tentang “Analisis Pembangunan

Pemuda Indonesia (Studi Indikator Pembangunan Pemuda Indonesia)”

diperoleh aspek-aspek penting dalam pembangunan pemuda Indonesia yang

dikelompokkan dalam (1) permasalahan sistemik tidak bisa dihindarkan,

seperti masalah kemiskinan, masalah pengangguran, masalah alokasi

anggaran pembangunan pemuda, masalah pendidikan, masalah belum

serasinya kebijakan kepemudaan di tingkat nasional dan daerah, masalah

ekonomi, serta masalah partisipasi politik; dan (2) Permasalahan karakter

pemuda yang terdiri dari kurangnya kreativitas, rendahnya minat baca,

penggunaan Bahasa Indonesia yang buruk, kuatnya pengaruh budaya asing,

hilangnya nasionalisme, penyalahgunaan NAPZA, pergaulan bebas/HIV

AIDS, sikap tidak jujur, maraknya kenakalan dan kriminilitas remaja, sikap

pragmatis dan hedonis, hilangnya pedoman moral dan nilai agama, masalah
kesehatan, memudarnya rasa hormat pada guru, orangtua atau pemimpin serta

meningkatnya sikap rasa curiga dan kebencian terhadap sesama.

Penelitian Hartanti (2011) tentang “Analisis Implementasi Program

Pengembangan Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) (Studi pada

Empat KUPP di Kabupaten Bekasi)” disimpulkan bahwa implementasi

program pengembangan KUPP pada tahun 2009 sudah berjalan baik dalam

aspek komunikasi, namun kurang berhasil dalam aspek sumber-sumber,

disposisi atau sikap, dan struktur birokrasi. Untuk pelaksanaan program

pengembangan KUPP pada 2010, dapat dikatakan sudah lebih baik dari masa

sebelumnya. Pemberdayaan dan pengembangan masyarakat adalah kunci dari

suksesnya salah satu KUPP yang diteliti.

Penelitian Pratama (2011) tentang “Strategi Penataan Oraganisasi

Kepemudaan Tingkat Nasional” menyimpulkan bahwa stakeholder

mengharapkan organisasi kepemudaan menjadi organisasi yang mandiri

menjadi tempat pembelajaran bagi kader organisasi, mempunyai

kepemimpinan yang kuat dan kontiniu, sistem kaderisasi yang berjalan lancar,

mengimplementasi manajemen modern, menjadi organisasi yang akuntabel

dan menjadi organisasi terbuka, mampu menjalin jejaring dan bermitra sejajar

dengan organisasi lain. Strategi penataan organisasi kepemudaan untuk

mewujudkan organisasi kepemudaan sesuai dengan harapan stakeholder

adalah pengembangan kapasitas organisasi kepemudaan. Pengembangan

kapasitas organisasi kepemudaan dapat dilakukan dalam tiga tingkat yaitu

tingkat individu anggota (SDM), tingkat organisasi (kelembagaan) dan

tingkat sistem.
Penelitian Alam (2011) tentang “Analisis Kebijakan Publik:

Kebijakan Sosial di Perkotaan sebagai Sebuah Kajian Implementatif”

menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan

Pedagang Kaki Lima di Kota Makassar. Aspek pertama termasuk masalah

melalui regulasi, sarana dan prasarana, juga manajemen sumber daya

manusia. Aspek lain adalah faktor sosial budaya dan ekonomi.

Penelitian Larson and Perry, Kang, Walker (2011) tentang

Cakrawala Baru: Memahami Proses dan Praktek Pembangunan Pemuda (New

Horizons: Understanding the Processes and Practices of Youth Development)

menyimpulkan bahwa penting melihat program pembangunan pemuda dari

sudut pandang pemuda. Dalam hal ini, program dapat membuat perbedaan

dalam kehidupan pemuda dan hal-hal yang berkenan didalamnya untuk

perubahan itu sendiri. Kedepan, perlu kerjasama dari satu sisi ke sisi yang lain

antara praktisi dan pemuda untuk memahami dunia mereka yang kompleks.

2.2. Analisis Kebijakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), kebijakan adalah

kepandaian; kemahiran; kebijaksanaan; atau rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintah, organisasi, dan

sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran atau garis haluan.

Menurut Ensiklopedia Wikipedia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan

asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan

pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.

Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan

atau melarang suatu perilaku (misalnya, suatu hukum yang mengharuskan

pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang

paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.

Anderson (1984) secara lebih jelas menyatakan bahwa yang dimaksud

kebijakan adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-

pejabat pemerintah. Pengertian ini, menurut Anderson (1994) berimplikasi: (1)

Bahwa kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang

berorientasi pada tujuan, (2) Bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau

pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah, (3) Bahwa kebijakan merupakan

apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, (4) Bahwa kebijakan bisa

bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah

mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan

keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, (5) Bahwa

kebijakan, dalam arti positif, didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan

bersifat memaksa (otoritatif). Dalam pengertian ini, Anderson (1994) menyatakan

bahwa kebijakan selalu terkait dengan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

oleh pemerintah.

Pernyataan bahwa kebijakan terkait dengan pemerintah tidak hanya

disampaikan oleh Anderson. Edwards III dan Sharkansky (1978) juga

mengemukakan pengertian kebijakan sebagai apa yang dinyatakan dan dilakukan

atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan itu dapat berupa sasaran atau
tujuan dari program-program pemerintah. Penetapan kebijakan tersebut dapat

secara jelas diwujudkan dalam peraturan-peraturan perundang-undangan atau

dalam pidato-pidato pejabat teras pemerintah serta program-program dan

tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah.

Berdasarkan pendapat Edward (1980: 12) yang mengatakan bahwa

pelaksanaan implementasi dapat berhasil dengan baik harus didukung empat

faktor, yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi pelaksana dan struktur birokrasi,

maka definisi konseptual variabel penelitian Implementasi Kebijakan adalah

pelaksanaan kebijakan yang mencakup penyelenggaraan komunikasi, dukungan

sumber daya, struktur birokrasi, disposisi pelaksana.

Dalam mendudukkan pengertian kebijakan, Anderson (1984)

mencontohkan penggunaan istilah kebijakan seperti dalam kalimat “Kebijakan

Ekonomi Amerika”, “Kebijakan Minyak Arab Saudi”, atau “Kebijakan Pertanian

Eropa Barat”. Menurutnya, istilah kebijakan dapat juga digunakan untuk istilah

yang lebih spesifik dalam arti tidak hanya dilekatkan untuk penggunaan dalam

lingkup makro. Contoh yang dikemukakan Anderson seperti pada penggunaan

dalam kalimat “Kebijakan Kota Chicago dalam Polusi di Danau Michigan dari

Milwaukee, Wisconsin”.

Pengertian lain mengenai kebijakan dikemukakan oleh Islamy (1988). Ia

memberikan pengertian kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang ditetapkan

dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai

tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh

masyarakat.
Kebijakan yang dikemukakan oleh Islamy ini mencakup tindakan-tindakan

yang ditetapkan pemerintah. Kebijakan ini tidak cukup hanya ditetapkan tetapi

dilaksanakan dalam bentuk nyata. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah

tersebut juga harus dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu. Terakhir,

pengertian Islamy (1988) meniscayakan adanya kepentingan bagi seluruh

masyarakat yang harus dipenuhi oleh suatu kebijakan dari pemerintah.

Anderson (1994) menyatakan adanya keharusan untuk membedakan antara

apa yang ingin dilaksanakan pemerintah dengan apa yang sebenarnya mereka

lakukan di lapangan. Hal ini menjadi penting karena kebijakan bukan hanya

sebuah keputusan sederhana untuk memutuskan sesuatu dalam suatu momen

tertentu, namun kebijakan harus dilihat sebagai sebuah proses. Untuk itulah

pengertian kebijakan sebagai suatu arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik

bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori. Kategori-kategori itu antara lain

adalah tuntutan-tuntutan kebijakan (policy demands), keputusan-keputusan

kebijakan (policy decisions), pernyataan-pernyataan kebijakan (policy statements),

hasil-hasil kebijakan (policy outputs), dan dampak-dampak kebijakan (policy

outcomes).

Tuntutan-tuntutan kebijakan adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh

aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah

dalam suatu sistem politik. Keputusan kebijakan dapat diartikan sebagai

keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang

mengesahkan atau memberi arah dan substansi kepada tindakan-tindakan

kebijakan publik. Sedangkan, pernyataan-pernyataan kebijakan adalah

pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi kebijakan publik. Hasil-


hasil kebijakan lebih merujuk pada manifestasi nyata dari kebijakan, yaitu hal-hal

yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-

pernyataan kebijakan. Adapun dampak-dampak kebijakan lebih merujuk pada

akibat-akibatnya bagi masyarakat, baik yang diinginkan atau tidak diinginkan

yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan

merupakan serangkaian tindakan yang menjadi keputusan pemerintah untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertujuan untuk memecahkan

masalah demi kepentingan masyarakat. Sebagai sebuah penelitian, penelitian

kebijakan harus secara sistematis disusun berdasarkan prosedur penelitian sebagai

upaya untuk memperoleh informasi terkait dengan kebijakan. Penelitian kebijakan

selalu terkait dengan keputusan. Keputusan yang dihasilkan berasal dari

rekomendasi yang disampaikan. Keputusan dapat berupa keputusan untuk tetap

melanjutkan kebijakan, keputusan untuk memperbaiki kebijakan atau keputusan

untuk menghapus atau tidak melanjutkan kebijakan.

Menurut Dunn (2000), analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual

dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan

mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan di dalam proses kebijakan. Analisis

kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam

pemecahan masalah manusia, yaitu: (1) Definisi: Menghasilkan informasi

mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan; (2) Prediksi:

MEnyediakan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang dari

penerapan alternatif kebijakan, termasuk jika tidak melakukan sesuatu; (3)

Preskripsi: Menyediakan informasi mengenai nilai dari konsekuensi alternative


kebijakan di masa mendatang; (4) Deskripsi: Menghasilkan informasi tentang

konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan; dan

(5) Evaluasi: Kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan masalah. Secara

visual, prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Proses Analisis Kebijakan

Definisi Prediksi Preskripsi Deskripsi Evaluasi

Sumber: Nugroho, 2014

Analisis kebijakan dapat dilaksanakan dengan beberapa bentuk. Menurut

Dunn (2000) terdapat tiga bentuk analisis kebijakan, yaitu:

1. Analisis Kebijakan Prospektif

Analisis kebijakan prospektif adalah analisis kebijakan yang mengarahkan

kajiannya pada konsekuensi-konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan

diterapkan. Model ini dapat disebut sebagai model prediktif.

2. Analisis Kebijakan Retrospektif

Analisis kebijakan retrospektif adalah analisis kebijakan yang dilakukan

terhadap akibat-akibat kebijakan setelah suatu kebijakan diimplementasikan.

Model ini biasanya disebut sebagai model evaluatif.

3. Analisis Kebijakan Integratif


Analisis kebijakan integratif adalah bentuk perpaduan antara analisis

kebijakan prospektif dan analisis kebijakan retrospektif.

Bentuk analisis kebijakan prospektif memiliki kelemahan karena hanya

berkutat pada analisis kebijakan yang mengarahkan perhatian pada konsekuensi

kebijakan sebelum kebijakan diterapkan. Bentuk analisis kebijakan retrospektif

yang hanya memfokuskan kajiannya pada konsekuensi kebijakan setelah

kebijakan diterapkan. Maka analisis kebijakan seharusnya menggunakan bentuk

kebijakan integratif, yaitu dengan memadukan antara analisis kebijakan prospektif

dan analisis kebijakan retrospektif.

Dengan demikian, analisis kebijakan selalu berkaitan dengan hal-hal

sebelum dan sesudah kebijakan ditetapkan dan diimplementasikan. Analisis

kebijakan berusaha memberikan definisi yang jelas mengenai kedudukan suatu

masalah kebijakan, prediksi yang berkaitan dengan kebijakan, rekomendasi atau

preskripsi yang mungkin dapat bermanfaat bagi kebijakan, deskripsi atau

pemantauan terhadap kebijakan, dan evaluasi mengenai kebijakan. Semuanya

berjalan sebagai proses yang runtut dan sistematis dalam rangka mendukung

kebijakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah.

2.3. Kebijakan Pemerintah

Menurut Nugroho (2014), dalam memahami domain pemerintahan di

dalam administrasi publik. Di sini kita mempunyai dua hal yang menjadi acuan,

yaitu: (1) Isu yang dibahas adalah kebijakan publik; (2) Aktor terpenting dalam

kebijakan publik adalah pemerintah; (3) Namun pemerintah dalam hal ini identik

dengan organisasi publik di dalam makna Negara.


Mustopadidjaja (2002) mengungkapkan, kebijakan publik adalah suatu

keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul

dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan (Mustopadidjaja, 2002). Pada sudut

pandang lain, Hakim (2003) mengemukakan bahwa studi kebijakan publik

mempelajari keputusan-keputusan pemerintah dalam mengatasi suatu masalah

yang menjadi perhatian publik. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh

pemerintah sebagian disebabkan oleh kegagalan birokrasi dalam memberikan

pelayanan dan menyelesaikan persoalan publik. Kegagalan tersebut adalah

information failures, complex side effects, motivation failures, rentseeking, second

best theory, implementation failures.

Menurut Dunn (1994), proses analisis kebijakan adalah serangkaian

aktivitas dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut

diartikan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai

serangkaian tahap yang saling tergantung, yaitu (a) Penyusunan agenda, (b)

Formulasi kebijakan, (c) Adopsi kebijakan, (d) Implementasi kebijakan, dan (e)

Penilaian kebijakan.

Menurut Mustopadidjaja (2002), proses formulasi kebijakan dapat

dilakukan melalui tujuh tahapan sebagai berikut

1. Pengkajian Persoalan. Tujuannya adalah untuk menemukan dan memahami

hakekat persoalan dari suatu permasalahan dan kemudian merumuskannya

dalam hubungan sebab akibat.

2. Penentuan tujuan. Adalah tahapan untuk menentukan tujuan yang hendak

dicapai melalui kebijakan publik yang segera akan diformulasikan.


3. Perumusan Alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan masalah

yang mungkin diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

4. Penyusunan Model. Model adalah penyederhanaan dan kenyataan persoalan

yang dihadapi yang diwujudkan dalam hubungan kausal. Model dapat

dibangun dalam berbagai bentuk, misalnya model skematik, model

matematika, model fisik, model simbolik, dan lain-lain.

5. Penentuan kriteria. Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas dan

konsisten untuk menilai alternatif kebijakan yang ditawarkan. Kriteria yang

dapat dipergunakan antara lain kriteria ekonomi, hukum, politik, teknis,

administrasi, peranserta masyarakat, dan lain-lain.

6. Penilaian Alternatif. Penilaian alternatif dilakukan dengan menggunakan

kriteria dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai

tingkat efektivitas dan kelayakan setiap alternatif dalam pencapaian tujuan.

7. Perumusan Rekomendasi. Rekomendasi disusun berdasarkan hasil penilaian

alternatif kebijakan yang diperkirakan akan dapat mencapai tujuan secara

optimal dan dengan kemungkinan dampak yang sekecil-kecilnya.

Menurut Nugroho (2014), implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah

cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak

kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah

yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau

melalui formulasi kebijakan derivatif atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:


Kebijakan Publik

Kebijakan Publik Program


Penjelas

Proyek

Kegiatan

Pemanfaat
(Beneficiaries)

Gambar 2.2. Sekuensi Implementasi Kebijakan

2.4. Pemuda

Istilah pemuda atau generasi muda umumnya dipakai sebagai konsep

untuk memberi generalisasi golongan masyarakat yang berada pada usia paling

dinamis, yang membedakan dari kelompok umur anak-anak dan golongan tua.

Menurut budayawan Abdullah (1987), pemuda bukan cuma fenomena

demografis, akan tetapi juga sebuah gejala historis, ideologis, dan juga kultural.

Menurut United Nation (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

menjelaskan bahwa secara statistik pemuda didefinisikan pada umur 15-24 tahun.

Pengertian pemuda dalam Kamus Bahasa Inggris Webster (1999), pemuda (youth)

didefinisikan sebagai periode antara anak-anak dan dewasa (youth: period

between childhood and maturity). Sebagai perbandingan, di bawah ini dapat kita
saksikan tabel perbandingan rentang usia pemuda di berbagai negara dan forum di

PBB.

Tabel 2.1. Perbandingan Rentang Usia Pemuda di Berbagai Negara dan


Forum di PBB
No. Negara Usia Pemuda (Tahun)

1. Australia 15 - 25

2. Bangladesh 15 – 30

3. Brunei Darussalam 15 – 25

4. China 14 – 28

5. India 13 – 35

6. Indonesia 16 - 30

7. Malaysia 15 – 40

8. Maldives 16 – 35

9. Mikronesia 16 – 35

10. New Zealand 15 – 24

11. Pakistan 15 – 29

12. Papua New Guinea 12 – 35

13. Philipina 15 – 30

14. Republik Korea 19 – 24

15. Samoa 15 – 35

16. Singapura 15 – 29

17. Srilangka 15 – 24

18. Thailand 12 – 25

19. Tonga 12 – 25

20. Vanuatu 15 – 24

21. Vietnam 15 – 35

22. Commonwealth Youth Programme 16 – 29

23. Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN) 15 – 24

Sumber: Data Diolah dari Lampiran Naskah Akademik RUU Kepemudaan


Tahun 2004
Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), pemuda

diartikan sebagai orang muda laki-laki; remaja atau taruna. Sedangkan, pemudi

adalah orang muda perempuan; remaja putri atau gadis. Secara kualitatif,

Simmons (2006), mendefinisikan youth sebagai sebuah tahap ketika seorang

bergerak dari suatu kondisi ketergantungan (childhood) menuju kondisi

independen (adulthood). Masa transisi ini melibatkan beberapa kondisi yang unik

seperti: (1) Bergerak dari kondisi sekolah menuju kondisi kerja dan independen

dalam penghasilan, (2) Pindah dari rumah orang tua ke lingkungan yang baru, (3)

Membentuk hubungan tertutup (close relationship) di luar keluarga dan akan

mempunyai anak.

Menurut Ridwan (2008), dalam ilmu psikologi, juga dikenal istilah remaja

yaitu seseorang yang berumur antara 13-19 tahun. Remaja diartikan sebagai masa

anak-anak menuju dewasa ditandai dengan perubahan fisik dan secara mental

tidak mau diberlakukan seperti anak-anak lagi. Adapaun ciri-ciri remaja yang

dijelaskan oleh adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Fisik;

Mengalami pertumbuhan secara cepat, untuk mengimbangi

pertumbuhan yang cepat itulah remaja membutuhkan tidur dan makan yang

lebih banyak. Dalam hal ini kadang-kadang orang tua atau pihak orang

dewasa tidak mengerti sehingga menimbulkan konflik yang berujung pada

ketidakpatuhuan terhadap orangtua atau orang dewasa.

2. Perkembangan Seksual;
Alat reproduksi seksual mulai berproduksi dan terjadi perubahanfisik

secara seksual, yang secara psikologis menjadi rentan untuk diejek oleh

lingkuangan sekitar. Perkembangan seksual bersamaan dengan perkembangan

hormon mengakibatkan emosi yang meledak-meledak.

3. Cara Berpikir Kausalitas;

Yaitu menyangkut hubungan sebab akibat dan sering terjadi hal-hal

yang menimbulkan permasalahan dengan orang dewasa.

4. Emosi yang Meluap-Luap;

Keadaan hormon menjadi penyebab keadaan jiwa yang tidak stabil

yang nantinya akan berujung pada ketidakstabilan emosi. Dalam beberapa

kasus kenakalan maupun kriminal yang melibatkan remaja hal tersebut

ditenggarai karena emosi sesaat yang tidak dapat dibendung dengan

pemikiran yang realistis.

5. Mulai Tertarik Lawan Jenis;

6. Menarik Perhatian Lingkungan;

Remaja berusaha mendapatkan status dari lingkungan, untuk itulah

mereka menncari perhatian dari lingkungannya.

7. Terikat dengan Kelompok.

Remaja lebih tertarik dengann kelompoknya dibanding dengan orang

tuanya. Dalam kondisi tertentu, tarikan kelompok ini menjurus pada hal-hal
yang negatif sehingga ditemukan banyak kasus misalnnya remaja terlibat

tawuran, perkelahian dan juga penyalagunaan narkoba.

2.5. Pembangunan

Berbagai pengertian tentang pembangunan telah dikemukakan oleh

pakar ekonomi, politik, maupun pakar sosial. Pengertian pembangunan harus

dilihat secara dinamis dan tidak sebagai konsep statis. Pembangunan

merupakan suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses

pambangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya.

Pembangunan dapat menjadi suatu proses yang senantiasa bergerak maju

tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya.

Secara sederhana Syukri dan Rosman (2003) menyampaikan bahwa

pembangunan adalah melakukan perubahan yang tepat dan dengan tujuan

untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik dari satu generasi ke generasi

yang selanjutnya, baik itu dari segi material, pemikiran, psikologi, spiritual,

dan kualitas terhadap alam sekitar. Selain itu, pembangunan juga diartikan

sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami.

Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari definisi

ekonomi, sosial, politik, atau hukum (Nugroho dan Wrihatnolo, 2006).

Dengan demikian pembangunan harus dipandang sebagai proses

multidimensional yang mencakup perubahan-perubahan mendasar atas

struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

disamping tetap mengejar akselerasi pembangunan dan pertumbuhan


ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan

kemiskinan. Jadi hakekat pembangunan itu harus mencerminkan perubahan

total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan,

tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual

maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak

maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik.

Sedangkan, Kartasasmita (1997) secara sederhana mengartikan

pembangunan sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik

melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Disamping itu, Fakih (2002)

menyampaikan pembangunan menjelaskan proses dan usaha untuk

meningkatkan kehidupan ekonomi politik, budaya, infrastruktur masyarakat.

Pembangunan adalah bagian dari teori perubahan sosial.

Kemudian menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) bahwa

pembangunan adalah dasar untuk mengurangi atau menghapuskan

kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan

ekonomi. Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Budiman (1995), secara

umum pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memajukan

kehidupan masyarakat dan warganya. Kemajuan yang dimaksud adalah

terutama kemajuan material. Pembanguan sering diartikan sebagai kemajuan

yang dicapai oleh sebuah masyarakat di bidang ekonomi. Bagi rakyat kecil,

pembangunan memiliki arti lain. Pembangunan merupakan sebuah mala

petaka yang mendamparkan hidup mereka karena pengalaman yang mereka

alami berkaitan dengan pembangunan sebagai kebijakan pemerintah.


Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu

masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi

proses sosial, ekonomi dan institusional, demi mencapai kehidupan yang

lebih baik. Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik semua masyarakat

minimal harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut (Todaro, 2000):

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam

barang kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, sandang, papan,

kesehatan dan perlindungan keamanan.

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan

kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas

nilai- nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemua itu tidak hanya

untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga

menumbuhkan jati diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

Menurut Effendi (2002), di dalam pembangunan suatu wilayah bukan

hanya melakukan program pembangunan yang bergerak di bidang

pembangunan fisik, tetapi juga harus bergerak di bidang pembangunan non

fisik atau sosial. Oleh karena itu, pembangunan hendaknya harus adanya

keseimbangan antara pembangunan fisik ataupun non fisik nya.

Pembangunan fisik misalnya berupa infrastruktur, bangunan, fasilitas umum.

Sedangkan, yang menjadi bagian dari pembangunan non fisik atau sosial

yaitu: pembangunan manusia, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain

sebagainya.
Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu

serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari

belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap orang

atau negara, bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang

berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka. Pengertian

Pembangunan sudah banyak mengalami pergeseran makna dalam ilmu

pengetahuan. Pada awalnya pembangunan diartikan peningkatan kapasitas

ekonomi untuk meningkatkan pendapatan nasional per jiwa. Dalam

perkembangan selanjutnya, paradigma pembangunan tidak hanya berisi

ekonomi. Usaha meningkatkan pendapatan secara nasional penting, namun

tidak berjalan sendiri. Perlu disertai adanya perombakan berbagai segi

kehidupan masyarakat agar pembangunan mampu mengurangi ketimpangan,

mengurangi ketidakmerataan dan meniadakan kemiskinan.

Walaupun pengertian pembangunan cukup beragam diberikan oleh

para ahli, baik itu ahli politik, sosial, budaya, atau ahli ekonomi namun secara

umum dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah merupakan proses

untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan sejatinya

mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera,

berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sesuai tujuan pembangunan yang tercantum dalam alinea keempat

Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa hakikat pembangunan nasional

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum,

melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu melaksanakan

ketertiban dunia dan perdamaian abadi.


2.6. Pembangunan Pemuda

Kata Youth Development telah digunakan dalam berbagai pendekatan

seperti proses, goal, framework dan juga sebuah pendekatan (approach). Secara

luas Youth Development didefinisikan oleh Roth & Brook-Gunn (2005) sebagai

sebuah proses yang dilakukan untuk memenuhi tantangan masa muda dan dewasa

melalui kordinasi, serangkaian aktifitas yang bertujuan (Purposive Series Of

Activities), dan pengalaman, yang dapat menolong mereka menjadi lebih

kompeten secara sosial, moral, emosi, fisik dan secara kognitif.

Menurut Kementerian Pemuda dan Olahraga (2010) dalam Rencana

Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2010-2014, pembangunan

kepemudaan dilaksanakan dalam bentuk pelayanan kepemudaan, yang berfungsi

melaksanakan penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi

kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda dalam segala aspek

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pelayanan kepemudaan

diarahkan untuk, pertama menumbuhkan patriotisme, dinamika, budaya prestasi,

dan semangat profesionalitas; dan kedua meningkatkan partisipasi dan peran aktif

pemuda dalam membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Lain halnya dengan Youth Development Strategies Inc. (2002), beberapa

definisi pembangunan pemuda adalah sebagai berikut:

1. Sebuah proses pertumbuhan manusia yang bergerak dari kondisi diasuh

dan dipelihara orang lain (orang tua) menuju kondisi dimana harus

memelihara dirinya sendiri bahkan orang lain.


2. Sebuah pendekatan dimana kebijakan, pendanaan dan program-program

diarahkan pada penyediaandukungan untuk generasi muda sehingga

mereka mampu membangun kapasitas serta kekuatan untuk memenuhi

personal dan sosial mereka.

3. Sekumpulan praktek-praktek yang digunakan oleh orang dewasa untuk

menyediakan tipe hubungan serta pengalaman yang diperlukan oleh

pemuda, untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang sehat.

Secara lebih lengkap, National Youth Development (2004) mendefinisikan

pembangunan pemuda dalam beberapa kelompok pandangan, yaitu:

1. Pembangunan pemuda didefinisikan sebagai sebuah proses untuk

mempersiapkan pemuda untuk memenuhi tantangan koordinasi anatara

pemuda dengan orang dewasa, aktifitas yang progresif dan pengalaman

yang membantu pemuda menjadi lebih kompeten secara sosial, moral,

emosi, fisik dan kognitif. Pembangunan pemuda yang positif ditujukan

pada kebutuhan pembangunan yang lebih luas, sebaliknya pembangunan

pemuda yang negatif hanya difokuskan pada masalah-masalah pemuda.

2. Pembangunan pemuda sebagai sebuah pendekatan pembangunan asset (an

asset-building approach), menurut Benson memiliki beberapa elemen,

yaitu:

a. Fokus pada hal positif,

b. Mengambil tanggung jawab pribadi untuk membuat sebuah

perbedaan,

c. Proaktif,
d. Memobilisasi publik juga organisasi yang melayani pemuda dalam

sebuah komunitas,

e. Memandang pemuda sebagai sumber daya,

f. Prespektif (cara pandang) pembangunan visi,

g. Kerjasama antara komunitas,

h. Membebaskan potensi dari seluruh penduduk dan organisasi, sehingga

sumber daya publik dapat difokuskan pada area dengan kebutuhan

terbesar,

i. Berharap perubahan adalah mungkin.

3. Pembangunan pemuda (as the resilient child) menurut Norman, pemuda

tangguh adalah orang yang bekerja dengan baik, bermain baik, mencintai

dengan baik dan mempunyai harapan-harapan yang baik (The resilient

child is one who works well, plays well, loves well, and expects well).

4. Pembangunan pemuda sebagai pembangunan pada umur yang spesifik

menurut Raley Hahn, menganggap bahwa ada tugas-tugas terkait dengan

pertumbuhan yang generasi muda harus diselesaikan agar menjadi dewasa

yang matang. “It assumes that there are certain growth-related tasks that

adolescents must complete to develop into mature adults”.

5. Carnegie Council mengungkapkan pembangunan pemuda adalah sebuah

proses dimana generasi muda secara aktif mencari dan mereka

mendampingi, untuk memenuhi kebutuhan mereka serta untuk

membangun asset dan kompetensi pribadi mereka. Sedangkan,

pembangunan pemuda yang sehat adalah berusaha secara keras untuk

membangun generasi muda dalam membangun sumberdaya dalam diri


mereka dan keahlian, agar mampu mengelola tekanan yang muungkin

timbul dari perilaku yang tidak sehat dan anti sosial.

6. Pembangunan pemuda menurut Edginton & de Olivera, dipandang sebagai

sesuatu yang multidimensi, terdiri dari:

a. Sebuah proses pertumbuhan manusia dan pembangunan,

b. Sebuah orientasi filosofi terhadap pembangunan sosial dan komunitas,

c. Sebuah kerangka kerja yang terprogram untuk pelayanan pemuda.

7. Menurut National Collaboration for Youth, pembangunan pemuda berarti

pencarian dengan determinasi untuk memenuhi kebutuhan pemuda dan

membangun kompetensi pemuda yang relevan dengan perubahan menuju

orang dewasa yang sukses. Pembangunan pemuda tidak memandang

pemuda sebagai masalah, pendekatan positif memandang mereka sebagai

sumber daya dan membangun mereka dengan kekuatan serta kemampuan

mereka untuk mengembangankan komunitas mereka. Untuk menjadi

sukses, pemuda harus memiliki sikap, perilaku, dan keahlian. Program

pembangunan pemuda mencoba untuk membangun kompetensi dalam area

berikut: fisik, sosial, kognitif, vokasional dan moral.

8. Bonnie Politz, mengungkapkan pembangunan pemuda didefinisikan

sebagai proses yang berjalan dimana seluruh generasi muda terlibat

didalamnya. Melalui pembangunan pemuda, generasi muda berusaha

untuk memenuhi kebutuhan dasar dan sosial serta membangun kompetensi

yang diperlukan untuk menjadi sukses dalam kehidupan sebagai pemuda

maupun sebagi orang dewasa. Dan yang terakhir,


9. Pembangunan pemuda yang positif terjadi dari sebuah proses terencana

yang mendukung keluaran/hasil positif bagi pemuda dengan cara

menyediakan kesempatan, hubungan serta dukungan penuh untuk

berpartisipasi. Pembangunan pemuda terjadi di dalam keluarga, per grup,

sekolah, lingkungan rumah dan komunitas.

Sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang Negara Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 9 dan 13 Tentang Kepemudaan,

ditegaskan bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bersinergi

dalam pelayanan kepemudaan dalam upaya pemberdayaan. Sedangkan pada Pasal

7 dan Pasal 8, pelayanan kepemudaan di arahkan untuk menumbuhkan

patriotisme, dinamika, budaya prestasi, dan semangat profesionalitas; dan

meningkatkan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam membangun dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan pada Pasal 8, disebutkan bahwa

strategi pelayanan kepemudaan adalah bela negara; kompetisi dan apresiasi

pemuda; peningkatan dan perluasan memperoleh peluang kerja sesuai potensi dan

keahlian yang dimiliki; dan pemberian kesempatan yang sama untuk berekspresi,

beraktivitas, dan berorganisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. peningkatan kapasitas dan kompetensi pemuda; pendampingan

pemuda; perluasan kesempatan memperoleh dan meningkatkan pendidikan serta

keterampilan; dan penyiapan kader pemuda dalam menjalankan fungsi advokasi

dan mediasi yang dibutuhkan lingkungannya. Untuk memberikan gambaran yang

lebih utuh mengenai pembangunan kepemudaan dapat diperhatikan dalam gambar

berikut:
Gambar 2.3. Arsitektur Pembangunan Jangka Panjang Kepemudaan

Sumber: Dokumen Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga


Tahun 2010-2014

Selain itu esensi pemberdayaan generasi muda sebagaimana Pasal 24 dan

25 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang

kepemudaan dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan untuk

meningkatkan potensi dan kualitas jasmani, mental spiritual, pengetahuan, serta

keterampilan diri dan organisasi menuju kemandirian pemuda. Melalui

peningkatan iman dan takwa; peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi;

penyelenggaraan pendidikan bela negara dan ketahanan nasional; peneguhan

kemandirian ekonomi pemuda; peningkatan kualitas jasmani, seni, dan budaya


pemuda; dan/atau penyelenggaraan penelitian dan pendampingan kegiatan

kepemudaan.

2.7. Kerangka Berpikir

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota dari 33 kota/kabupaten

di Provinsi Sumatera Utara. Kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara

setelah Medan ini, memiliki letak yang strategis karena dilintasi oleh Jalan Raya

Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk

sebanyak 237.434 jiwa menurut Badan Pusat Statistik Pematangsiantar (2013).

Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam penyelenggaraan pemerintah

daerah bertanggungjawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta

peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,

pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pemuda merupakan unsur dari masyarakat yang juga harus diperhatikan

oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar. Pemuda merupakan asset penting bangsa

dan daerah dalam membantu usaha pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan.

Namun, tidak bisa dipungkiri pemuda baik itu dalam aras nasional dan lokal,

memiliki problematikanya tersendiri. Masalah kepemudaan hal yang jamak kita

ketemui dalam masyarakat. Contohnya, pemuda yang terlibat dalam Narkoba,

pergaulan bebas, tawuran sampai aksi fenomena geng motor atau begal motor
yang dewasa ini menghiasi pemberitaan kriminalitas di media-media. Dimana,

pemuda merupakan pelaku sekaligus sebagai korban dalam kejahatan tersebut.

Pemerintah daerah dalam hal ini, Pemerintah Kota Pematangsiantar harus

proaktif dalam memberikan solusi atas permasalahan pemuda dewasa ini.

Pemerintah dalam mengatasi permasalahan diatas juga dituntut juga mewujudkan

kesejahteraan pemuda melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran

pemuda, serta peningkatan daya saing pemuda daerah, utamanya dalam

menghadapi era baru globalisasi, misalnya masyarakat ekonomi ASEAN tahun

2015.

Dalam upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih optimal kepada

pembangunan kepemudaan di Pematangsiantar. Pemerintah kota telah

menetapkan dinas tertentu untuk mengurusi masalah pembangunan kepemudaan

yaitu Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Pematangsiantar. Hal

ini juga dikuatkan oleh amanah undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang

kepemudaan, yang juga mengatur mengenai hubungan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dalam mengatasi masalah-masalah kepemudaan dan

mendorong akselerasi pembangunan kepemudaan, khususnya di Kota

Pematangsiantar.

Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Pematangsiantar

diharapkan dalam perumusan arah, strategi dan kebijakan serta program-program

kerjanya dapat mendorong optimalisasi hal-hal yang berkaitan dengan

pembanguunan kepemudaan. Sehingga, Pemuda di Kota Pematangsiantar menjadi

pemuda maju yang akan menjadi harapan bangsa dan menjadi mitra kritis

pemerintah dalam mendorong pembangunan.


Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir dari penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Kondisi Kepemudaan
Kota Pematangsiantar

Rencana Program/Kegiatan

Implementasi Kebijakan dan


Program

Evaluasi Kebijakan dan


Program

Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Pematangsiantar Provinsi

Sumatera Utara. Dalam penelitian ini penulis akan mencoba meneliti dengan

berbagai komponen secara mendalam, dengan pertimbangan bahwa kalau

seandainya satu komponen saja yang diteliti maka tidak akan maksimal hasilnya,

oleh karenanya peneliti mencoba untuk seluruh komponen terkait yaitu dari unsur

pemerintah (eksekutif), legislatif dan tokoh pemuda di Kota Pematangsiantar.

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai

Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2015.

3.2. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif kualitatif. Penulis menggunakan tipe deskriptif karena ingin

memberikan gambaran secara spesifik mengenai analisis implementasi kebijakan

pemerintah Kota Pematangsiantar terhadap pembangunan kepemudaan.

Selanjutnya, menggunakan metode kualitatif karena permasalahan yang ada

dinamis, kompleks dan penuh makna. Penulis bermaksud memahami situasi sosial

secara mendalam yang terjadi di wilayah Kota Pematangsiantar.

Menurut Nawawi (1983) mengatakan bahwa penelitian deskriptif

merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan jalan


menggambarkan keadaan atau peristiwa pada saat sekarang berdasarkan pada

fakta-fakta yang nampak sekarang. Metode deskriptif ini pada umumnya

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ; (1) Memusatkan diri pada masalah-masalah

yang ada pada masa sekarang atau masalah-masalah yang aktual, (2) Data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surrachmad,

1980).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan ini dimaksudkan bahwa penulis langsung melakukan

penelitian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan. Penelitian lapangan

ditempuh dengan cara sebagai berikut: Interview yaitu wawancara langsung

dengan informan yang di anggap dapat memberikan informasi;

2. Studi Pustaka (Library Research)

Pengumpulan data menggunakan studi pustaka yaitu pengumpulan data

dengan membaca buku, surat kabar, dokumen-dokumen, Undang-undang dan

media informasi lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dari sumber data ini terdiri atas dua bagian yakni sumber data primer

dan sumber data sekunder.

1. Sumber data primer, yaitu data yang terdapat di tempat penelitian yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung kepada informan yaitu

pihak-pihak terkait.

2. Sumber data sekunder adalah data yang lain, yang terdapat dalam buku-buku

atau dokumen lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan

permasalahan yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan informan dalam memperoleh

data yang dibutuhkan. Pemilihan Informan ini melalui pertimbangan bahwa orang

yang dipilih dapat memberikan informasi yang jelas sesuai dengan tujuan dan

permasalahan yang sedang diteliti. Dengan demikian yang menjadi informan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Kepala Bidang Kepemudaan dan Olahraga Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya

dan Pariwisata Kota Pematangsiantar;

2. Anggota DPRD Kota Pematangsiantar (Komisi 1 yang menangani bidang

kepemudaan);

3. Penanggungjawab Organisasi (Ketua dan/atau Sekretaris) KNPI Kota

Pematangsiantar sebagai tokoh refresentatif pemuda, sekaligus wadah

berhimpun organisasi kepemudaan.

Dalam penelitian, selanjutnya di lapangan memungkinkan informan

bertambah, disebabkan informan tersebut dapat memberikan informasi mengenai

data penulisan yang dibutuhkan.


3.5. Definisi Operasional

Dalam rangka memudahkan proses analisa data yang diperoleh, maka

definisi konsep yang ada dioperasionalisasikan ke dalam indikator-indikator agar

mampu menggambarkan dan menjelaskan gejala-gejala yang dapat diuji

kebenarannya. Adapun operasionalisasi konsep dalam penulisan ini meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Kota Pematangsiantar melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata

Kota Pematangsiantar yang memiliki kriteria efektivitas, efisiensi, kecukupan,

pemerataan (equity), responsivitas dan ketepatan berkaitan dengan usaha

pembangunan kepemudaan dilandaskan pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku untuk mencapai tujuan.

2. Pembangunan Kepemudaan

Pembangunan Kepemudaan adalah kegiatan penyadaran, pemberdayaan,

pengembangan kepemimpinan, pengembangan kewirausahaan dan kemitraan yang

dilakukan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota

Pematangsiantar dalam memfasilitasi segala hal yang berkaitan dengan

kepemudaan di Kota Pematangsiantar.

3.6.Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data akan menggunakan Analisis

Isi (content analysis) yaitu cara yang paling tepat untuk menyajikan pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi yang tertulis yang biasanya digunakan

pada penilitian kualitatif. Adapun langkah-langkah penelitian dapat dijabarkan

sebagai berikut: Data dan informasi berupa hasil observasi dan wawancara tentang

kebijakan pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pembangunan kepemudaan

dilakukan pengolahan data selanjutnya disajikan secara deskriptif, dan dilakukan

dianalisis, dengan prosedur yang baku. Lebih spesifiknya, penelitian ini akan

menggunakan studi evaluasi dalam melakukan kajian terhadap analisis

implementasi kebijakan pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pembangunan

kepemudaan. Penelitian ini juga memakai analisis survey-pemakai (user-survey

analysis), dimana serangkaian prosedur untuk mengumpulkan informasi mengenai

evaluabilitas suatu kebijakan atau program dari calon pengguna dan pelaku-pelaku

kebijakan lainnya. Survey pemakai sangat penting untuk dapat dilakukannya

penaksiran evaluabilitas dan bentuk-bentuk lain dari evaluasi teoritis-keputusan.

Instrumen utama untuk mengumpulkan informasi adalah wawancara formal

dengan sejumlah pertanyaan terbuka. Tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan

tersebut memberi informasi yang diperlukan untuk melengkapi beberapa tahap

dalam penaksiran evaluabilitas (Dunn, 2000).

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan metode analisis data sesuai dengan

rumusan masalah penelitian, sebagai berikut:

1. Masalah mengenai arah kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

pembangunan kepemudaan akan dijelaskan secara deskriptif;

2. Masalah mengenai strategi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar

dalam pembangunan kepemudaan akan dijelaskan secara deskriptif; dan


3. Masalah mengenai implementasi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar

dalam pembangunan kepemudaan akan dijelaskan secara deskriptif

menggunakan analisis isi (Content Analysis) dengan cara mendalami setiap

data dan membandingkan rencana kebijakan dengan realisasi di lapangan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum dipaparkan pembahasan hasil penelitian, terlebih dahulu akan

dipaparkan tentang gambaran umum lokasi dan gambaran yang terkait dengan

pembangunan kepemudaan di Kota Pematangsiantar sebagai dasar bagi proses

lebih lanjut dalam pemahaman yang akan diungkapkan dalam penelitian ini.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kota Pematangsiantar

Gambar 4.1. Peta Kota Pematangsiantar

Secara geografis Kota Pematangsiantar atau yang juga sering disebut

dengan Kota Siantar, terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’ 00” Lintang Utara dan

99° 6’ 35” Bujur Timur, persis berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten

Simalungun, dengan jarak 128 km ke ibukota Propinsi Sumatera Utara, dengan


batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Simalungun; Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun; Sebelah

Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun; Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Simalungun.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan


Luas Wilayah Rasio Terhadap
No. Kecamatan Total (%)
(Km²)
1 Siantar Timur 4.520 5,65

2 Siantar Utara 3.650 4,56

3 Siantar Barat 3.205 4,01

4 Siantar Selatan 2.020 2,53

5 Siantar Martoba 18.022 22,54

6 Siantar Sitalasari 22.723 28,41

7 Siantar Marihat 7.825 9,78

8 Siantar Marimbun 18.006 22,52

Luas Total 79.971 100

Sumber: Buku Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2010-2014

Wilayah Kota Pematangsiantar berada pada ±400 m di atas permukaan

laut. Kondisi topografi Kota Pematangsiantar berupa bukit-bukit landai dari

sebelah barat ke timur dan utara dengan kemiringan berkisar 0° - 25° yang dibagi

dalam dua wilayah yaitu: wilayah 1, daerah rata (0° - 8°) sekitar 75 % dan wilayah

2, daerah tidak rata (0° - 25°) sekitar 25%.

4.1.1.1. Kondisi Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk tahun 2014 sebanyak 323.528 jiwa, terdiri atas laki-

laki berjumlah 162.367 jiwa dan perempuan berjumlah 161.161 jiwa atau
meningkat sebesar 2,1% dari tahun sebelumnya. Jumlah penduduk tertinggi pada

tahun 2014 terletak di kecamatan Siantar Utara sebesar 64.268 jiwa dan jumlah

penduduk terbanyak di Kelurahan Naga Pita dengan jumlah 14.465 jiwa.

Gambar 4.2. Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar 2010-2014

Dari gambar grafik dapat dilihat perbandingan jumlah penduduk yang

mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2010 sebanyak 251.442 jiwa,

tahun 2011 sebanyak 286.303 jiwa, tahun 2012 sebanyak 299.694 jiwa, tahun

2013 sebanyak 316.864 jiwa dan pada tahun 2014 sebanyak 323.528 jiwa.

4.1.1.2. Kegiatan Perekonomian

Pembangunan ekonomi Kota Pematangsiantar saat ini diarahkan pada

upaya meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat yang dibarengi oleh

perubahan institusional dan modernisasi serta pertumbuhan ekonomi dengan

memperhatikan aspek pemerataan pendapatam (income equity), kesempatan kerja,

laju pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi daerah.

Pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014 mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut

pada tahun 2010 sebesar 5,85%, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 sebesar
6,02%, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 sebesar 5,71% dan laju

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 mencapai 6,92%.

Kebijakan ekonomi daerah harus mampu ikut meredam gejolak

ekonomi, sehingga kelompok rentan realtif memiliki ketahanan untuk

menghadapainya. Proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah harus sejalan dengan

strategi, kebijakan, program dan kegiatan prioritas yang dijalankan untuk

melindungi, menjamin pelayanan dasar dan keberlangsungan usaha produktif

kelompok rentan.

Tabel 4.2. Laju Inflasi Di Kota Pematangsiantar, Kota Medan dan Nasional
Tahun 2010-2013
No. Tahun Pematangsiantar Medan Nasional

1 2010 9,68 7,65 6,96

2 2011 4,25 3,54 3,79

3 2012 4,73 3,79 4,30

4 2013 12,02 10,09 8,38

Sumber: Buku Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2010-2014

Dari grafik di atas dapat dilihat Kota Pematangsiantar berada diatas

inflasi Medan dan nasional didasarkan kepada pertimbangan bahwa Kota

Pematangsiantar sebagai daerah perdagangan, jasa yang sangat rentan dipengaruhi

perubahan harga BBM, disamping letak wilayah produsen bahan kebutuhan

pokok dan beberapa jenis bahan bangunan yang menjadi dasar perhitungan tingkat

inflasi.

Tingginya angka inflasi ini terjadi akibat kenaikan harga komoditas

beberapa sub kelompok komoditi barang dan jasa, antara lain: BBM, transport,

makanan, sub kelompok perumahan dan sub kelompok sandang sehingga

mempengaruhi daya beli masyarakat.


Tabel 4.3. Laju Inflasi Di Kota Pematangsiantar, Kota Medan dan Nasional
Tahun 2010-2013

Tahun
No. Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 116.242,72 118.822,25 124.678,12 124.962,05

2 Pertambangan dan 867,89 912,99 929,80 1.013,48


Penggalian
3 Industri 925.488,51 950.205,89 976.728,17 1.035.929,46

4 Listrik, Gas dan 58.128,82 61.052,83 64.124,52 67.498,16


Air Minum
5 Bangunan 210.265,62 223.840,67 233.878,35 241.912,69

6 Perdagangan, Hotel 1.416.248,26 1.584.964,03 1.758.944,16 1.922.207,63


dan Restoran
7 Pengangkutan dan 285.458,31 410.284,54 434.511,60 464.009,29
Komunikasi
8 Bank dan Lembaga 553.117,25 616.180,11 670.259,13 735.754,10
Keuangan
9 Jasa-jasa 497.556,00 551.538,35 613.462,19 688.084,06

Jumlah 4.163.377,36 4.517.923,66 4.877.516,04 5.281.370,94

Sumber: Buku Pematangsiantar dalam angka tahun 2013 & 2014

Salah satu indikator pertumbuhan perekonomian daerah dapat dilihat

melalui perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB per

kapita. PDRB menjadi dasar bagi Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemakmuran masyarakat,

struktur perekonomian, dan dapat disajikan indicator dasar dalam perencanaan

maupun penentuan kebijakan pembangunan Kota Pemtangsiantar.

PDRB perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang

diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah. Indicator ini

dapat dijadikan ukuran untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk di

suatu daerah. Namun salah satu kelemahan ukuran ini adalah besarnya PDRB

perkapita suatu daerah belum tentu dinikmati oleh masyarakat daerah tersebut
karena PDRB perkapita itu didapat dengan PDRB atas dasar harga berlaku dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun. Besaran nilai PDRB Kota Pematangsiantar

terus bertambah pada tahun periode 2010-2013. Hal ini terus menggambarkan

nilai tambah yang tercipta dari seluruh kegiatan sektor-sektor ekonomi yang terus

bertambah.

PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) di Kota Pematangsiantar

setiap tahun mengalami peningkatan (dalam jutaan Rupiah). Pada tahun 2010

PDRB Kota Pematangsiantar Rp 4.163.377,36 tahun 2011 sebesar Rp

4.517.923,66 tahun 2012 sebesar Rp 4.877.516,36 dan pada tahun 2013

meningkat menjadi Rp 5.281.370,94. Kondisi tersebut menunjukkan kemampuan

sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh Kota Pematangsiantar. Nilai PDRB

ADHB yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar dan juga

jumlah pendapatan yang memungkinkan untuk dapat dinikmati oleh suatu

wilayah. Sektor yang memberikan kontribusi tertinggi untuk PDRB Kota

Pematangsiantar adalah dari lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran yaitu

pada tahun 2010 sebesar Rp 1.416.248,26 atau 34,02% tahun 2011 sebesar Rp

1.584.964,03 atau 35,08% dan tahun 2012 sebesar Rp 1.758.944,16 atau 36,06%

dan tahun 2013 sebesar Rp 1.922.207,63 atau 36,40% dari total PDRB.
Tabel 4.3. Rekapitulasi PDRB ADHB/ADHK, PDRB Perkapita
ADHB/ADHK tahun 2010-2013 (PDRB ADHB dan PDRB ADHK (dalam
jutaan Rupiah)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013

PDRB Atas dasar


harga berlaku
1 4.163.377,36 4.517.923,66 4.877.516,04 5.281.370,94
berdasarkan sektor
lapangan usaha
PDRB Atas dasar
harga konstan
2 2.039.000,29 2.161.768,39 2.285.211,24 2.403.103,55
berdasarkan sektor
lapangan usaha
PDRB Perkapita
3 atas dasar harga 17.686.695 18.981.676 20.286.468 21.750.775
berlaku
PDRB perkapita
4 atas dasar harga 8.662.001 9.082.488 9.504.605 9.986.931
konstan
Sumber: Buku Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2013 & 2014

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PDRB ADHB, PDRB ADHK,

PDRB perkapita atas dasar harga berlaku, dan PDRB perkapita atas dasar harga

konstan senantiasa mengalami peningkatan setiap tahun.

4.1.1.3. Struktur APBD Kota Pematangsiantar

Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian

sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri

sesuai dengan potensinya masing-masing. sumber pendapatan pada tahun 2014

bersumber dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan/transfer dan lain-lain

pendapatan derah yang sah. Pada tahun anggaran 2014 pendapatan daerah

dianggarkan sebesar Rp 886.658.524.116,58 dan dapat direalisasikan sebesar Rp

831.765.871.209,76 atau 93,81 % dari target yang telah ditetapkan. Pendapatan

daerah untuk tahun anggaran 2014 yang telah diterima kas daerah terdiri dari:
Tabel 4.5. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran
2014 dan Realisasi Tahun Anggaran 2013

Realisasi 2014
Realisasi 2013 Anggaran 2014
No. Uraian
(Rp) (Rp) Rp %

Pendapatan 98,02
1 61.357.963.445,49 92.301.487.715,85 90.477.498.193,76
Asli Daerah
Dana 94,88
2 653.588.466.023,00 761.184.323.647,00 722.182.429.366,00
Transfer
Lain-lain
3 Pendapatan 16.094.690.000,00 33.172.712.753,73 19.105.943.650,00 57,60
yang sah
Jumlah 886.658.524.116,58 731.041.119.468,49 831.765.871.209,76 93,81

Sumber: Data diolah dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota


Pematangsiantar 2014

Berdasarkan rincian pendapatan daerah diatas, jika dibandingkan dengan

realisasi pendapatan daerah pada tahun anggaran 2013, maka realisasi pendapatan

tahun anggaran 2014 mengalami peningkatan Rp 100.724.751.741,27 atau

13,78%.
Lain-lain Pendapata
Pendapata n Asli
n Daerah Daerah;
yang Sah; 10,88%
2,30%
Dana
Transfer/P
erimbanga
n; 86,82%

Gambar 4.3. Perbandingan Pos-Pos Penerimaan Daerah TA. 2014

Berdasarkan gambar grafik di atas, jelas terlihat bahwa Pemerintah Kota

Pematangsiantar masih memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap

pendanaan dari pemerintah pusat untuk menjalankan urusan yang menjadi


kewenangannya, dimana pendapatan transfer mencapai 86,82 % dari total

penerimaan pendapatan daerah.

Sebagai penerapan dari kebijakan belanja daerah, maka pada tahun

anggaran 2014 pos belanja daerah dialokasikan sebesar Rp 909.447.084.012,15

dan direalisasikan sebesar Rp 774.365.721.075,38 atau 85,15 %, sehingga

terdapat efisiensi anggaran belanja daerah sebesar Rp 135.081.362.936,77. Dalam

APBD TA 2014, pemerintah Kota Pematangsiantar menganggarkan defisit

sebesar Rp 22.788.559.895,57. Namun dalam realisasinya terjadi surplus

anggaran sebesar Rp 57.400.150.134,38. Sedangkan, SILPA (Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran) yang merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan

dan pengeluaran selama tahun anggaran 2014 sebesar Rp 80.178.360.858,95.

4.1.1.4. Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota

Pematangsiantar

Dalam rangka upaya perlindungan, pengembangan dan pemberdayaan

pemuda dan olahraga yang merupakan factor potensial dalam usaha pembangunan

Kota Pematangsiantar secara menyeluruh dan merata, maka dibentuklah Dinas

Pemuda dan Olahraga Kota Pematangsiantar berdasarkan Perda nomor 4 tahun

2006 dan Peraturan Walikota Pematangsiantar tanggal 30 Desember 2006 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang

organisasi perangkat daerah, dan peraturan Walikota Pematangsiantar nomor 03

tahun 2009 tanggal 27 Januari 2009 tentang Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan

Pariwisata (Disporabudpar) Kota Pematangsiantar sebagai dinas yang masih baru.

Disporabudpar Kota Pematangsiantar banyak dihadapkan dengan berbagai

kendala baik teknis, maupun non teknis. Namun demikian, Disporabudpar


mempunyai tekad dan motto sebagai berikut: “Walau karang menghadang, badai

menerjang, tetap dilayarkan perahu perjuangan menuju masa depan olahraga

cemerlang dan pemuda gemilang, juga masyarakat berbudaya yang layak

dikunjungi wisatawan” dan “Kita Pasti Bisa, kalau Kita Pikir Kita Bisa”.

Berdasarkan Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 03 Tahun 2009

tanggal 27 Januari 2009 tentang Tugas, Fungsi dan Struktur organisasi. Struktur

Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Pematangsiantar sebagai

berikut:

• Kepala Dinas

• Sekretaris

1. Kepala Sub Bagian Program

2. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

3. Kepala Sub Bagian Keuangan

• Kepala Bidang Kebudayaan

1. Kepala Seksi Kesenian, Sejarah dan Purbakala

2. Kepala Seksi Kebudayaan

3. Kepala Seksi Penyuluhan

• Kepala Bidang kepemudaan dan Olahraga

1. Kepala Seksi Pengembangan Anak, Remaja dan Pemuda

2. Kepala Seksi Produktivitas Kepemudaan dan Olahraga

3. Kepala Seksi Lembaga Kepemudaan

• Kepala Bidang Pariwisata

1. Kepala Seksi Objek Wisata

2. Kepala Seksi Pengembangan Produk Pariwisata dan Pemasaran


3. Kepala Seksi Lembaga Budaya dan Pariwisata

• Kepala Bidang Sarana dan Prasarana

1. Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana

2. Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian

3. Kepala Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Tugas pokok dan fungsi Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan

Pariwisata Kota Pematangsiantar mempunyai tugas membantu walikota

pematangsiantar dalam melaksanakan kewenangan daerah di bidang pemuda,

olahraga, kebudayaan dan pariwisata. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala

Dinas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan Kebijakan teknis di bidang pemuda, olahraga, budaya dan

pariwisata;

2. Memberikan rekomendasi izin dan melaksanakan pelayanan umum di

bidang pemuda, olahraga, budaya dan pariwisata;

3. Pembinaan terhadap pengurus cabang olahraga di daerah;

4. Pembinaan terhadap Organisasi Kemasyarakatan Kepemudaan (OKP);

5. Merumuskan kebijakan pembinaan pengembangan dan pengawasan

bidang kebudayaan dan pariwisata;

6. Merencanakan pembangunan dan pengembangan kebudayaan dan

pariwisata;

7. Menyelenggarakan pembinaan kebudayaan dan pariwisata, termasuk

melakukan penelitian, pemeliharaan dan perawatan tempat-tempat,

bangunan-bangunan dan benda-benda kepurbakalaan, maupun yang

bernilai sejarah;
8. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pelestarian

budaya daerah;

9. Menyelenggarakan kerjasama pengembangan budaya dan pariwisata,

baik regional maupun internasional;

10. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan daerah, termasuk promosi

kesenian maupun benda-benda hasil seni budaya daerah;

11. Menyelenggarakan pengawasan dibidang kebudayan dan pariwisata;

12. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT) daerah; dan

13. Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas.

Uraian sumber daya manusia dalam Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya

dan Pariwisata Kota Pematangsiantar, sebagai berikut:

Tabel 4.6. Ketersediaan SDM di Disporabudpar Kota Pematangsiantar


Tahun 2014

No. Uraian Jumlah

1 Jumlah Pegawai Dirinci Menurut Golongan 35

a. Golongan IV 7

b. Golongan III 16

c. Golongan II 12

d. Golongan I -

2 Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan 35

a. S-2, S-3 1

b. S-1 13

c. D-III 5

d. SMA 16

e. SMP -

f. SD -

3 Jumlah Pegawai yang Menduduki Jabatan Struktural 21


a. Eselon II 1

b. Eselon III 5

c. Eselon IV 15

4 Jabatan Fungsional -

5 Jumlah PNS Keseluruhan 35

6 Jumlah Tenaga Harian Lepas 16

Jumlah (5+6) 51

Sumber: Data Diolah dari Disporabudpar Kota Pematangsiantar 2014

4.1.2. Arah Strategi Kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

Pembangunan Kepemudaan

Sesuai dengan peraturan daerah Kota Pematangsiantar Nomor 8 tahun

2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD) Kota

Pematangsiantar Tahun 2010-2015, Visi Pembangunan Kota Pematangsiantar

adalah “Terwujudnya Kota Pematangsiantar Mantap, Maju dan Jaya”. Mantap

dalam arti bahwa semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber

daya manusia dalam keadaan stabil sehingga mampu memberikan andil dalam

pembangunan daerah. Maju, dalam arti kinerja pembangunan daerah ditandai oleh

adanya laju pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektor-sektor prioritas yang

secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan serta

penguatan posisi daya saing ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Kota

Pematangsiantar secara berkelanjutan. Sedangkan Jaya dalam arti hasil

pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota dan

masyarakat berhasil dengan sukses sesuai dengan target-target yang ditetapkan

dalam kinerja pembangunan.

Misi Kota pematangsiantar untuk mewujudkan visi tersebut adalah:


1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih;

2. Meningkatkan kualitas pendidikan;

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan;

4. Memperkuat sistem ekonomi, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan

koperasi;

5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur;

6. Menata sistem pelayanan publik yang lebih baik dan professional;

dan

7. Menata sistem alokasi dana penggunaan anggaran yang efisien dan

pro rakyat.

Berdasarkan rencana strategis dinas pemuda, olahraga, budaya dan

pariwisata dari tahun 2010-2015, visi disporabudpar adalah “terwujudnya iklim

kepemudaan dan keolahragaan yang unggul, sehat dan terampil berkualitas

dilandasi iman dan taqwa di Kota Pematangsiantar yang berwawasan kebangsaan,

terampil, mandiri, sehat, berprestasi dan berdaya saing yang dilandasi iman dan

taqwa”.

Secara ringkas visi Disporabudpar dapat dirumuskan “Terwujudnya iklim

kepemudaan, keolahragaan yang unggul-sehat dan terampil-berkualitas,

berbudaya-ramah dan sopan”. Sedangkan misinya adalah:

1. Mengembangkan potensi dan kreativitas pemuda dalam menciptakan

masyrakat Kota Pematangsiantar yang terampil dan berdaya saing;

2. Mempersiapkan kader pemimpin bangsa yang beriman, memiliki

wawasan kebangsaan serta peduli terhadap lingkungan;


3. Membentuk pemuda yang memiliki jiwa kewirausahaan dan

kemandirian;

4. Meningkatkan peran, fungsi dan partisipasi pemuda dalam

mewujudkan iklim yang kondusif;

5. Mewujudkan sistem manajemen keolahragaan dalam upaya menata

sistem pembinaan pembangunan keolahragaan secara terpadu dan

berkelanjutan;

6. Meningkatkan budaya dan prestasi olahraga secara berjenjang dan

berkelanjutan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan,

pemanduan dan pengembangan bakat, serta peningkatan prestasi.

7. Memberdayakan dan mengembangkan IPTEK keolahragaan dan

upaya mendukung peneingkatan mutu pembinaan dan pembangunan

olahraga;

8. Meningkatkan dan memberdayakan organisasi keolahragaan dalam

rangka meningkatkan efektivitas jaringan kerja bidang keolahragaan;

dan

9. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat termasuk

dunia usaha dalam upaya mengembangkan industri olahraga guna

mendukung pengembangan sarana dan prasarana olahraga.

Selanjutnya visi misi tersebut diterjemahkan kedalam arah strategi

kebijakan Disporabudpar yaitu:

1. Meningkatkan, mengembangkan,, membina 15 etnis/budaya untuk

mewujudkan Kota Pematangsiantar sebagai Pintu Gerbang Kawasan

Danau Toba menjadi daerah tujuan wisata;


2. Meningkatkan partisipasi pemuda dalam berbagai pembangunan

bangsa dan Negara;

3. Meningkatkan derajat kebugaran dan kesehatan masyarakat

berprestasi olahraga; dan

4. Meningkatkan sarana prasarana objek pariwisata, olahraga, dan sistem

informasi manajemen olahraga.

Untuk arah strategi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

pembangunan kepemudaan dapat dilihat di atas pada poin kedua yaitu

meningkatkan partisipasi pemuda dalam berbagai pembangunan bangsa dan

negara. Arah strategi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar ini dinilai tidak

cukup untuk menjawab permasalahan kepemudaan di Kota Pematangsiantar.

Apalagi kalau kita melihat daftar inventarisasi masalah yang dibuat oleh

Disporabudpar dalam dokumen rencana strategis atau rencana kerjanya.

Penting agar Pemerintah Kota Pematangsiantar melihat selalu daftar

inventarisasi masalah yang dibuat agar dapat menjawab permasalahan yang ada.

Hal ini tentunya berkaitan dengan pengejahwantaan program atau kegiatan yang

akan direncanakan. Salah dalam merumuskan arah strategi kebijakan tentunya

akan membuat program atau kegiatan yang tidak akan menjawab persoalan

pembangunan kepemudaan pada khususnya.

4.1.3. Sasaran Kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

Pembangunan Kepemudaan

Berdasarkan arah strategi kebijakan Disporabudpar tersebut di atas

selanjutnya dirumuskan sasaran kebijakan yaitu:


1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas peranan Tourist Information

Centre dan objek wisata lainnya;

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas partisipasi pemuda dalam

pembangunan;

3. Meningkatnya apresiasi pemuda terhadap seni budaya daerah yang

sarat nilai-nilai moral, agama, sosial dan wawasan nasional;

4. Terciptanya koordinasi dan sinkronisasi dari beberapa lembaga yang

menangani pembinaan kepemudaan dan keolahragaan;

5. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia olahraga di

Kota Pematangsiantar;

6. Terwujudnya pengembangan sistem informasi manajemen

keolahragaan;

7. Terbinanya olahraga pelajar mahasiswa dan masyarakat di Kota

Pematangsiantar;

8. Adanya dukungan penyelenggaraan kompetisi olahraga di Kota

Pematangsiantar;

9. Meningkatnya peran dunia usaha lembaga pemerintah dan masyarakat

dalam pembangunan sarana dan prasarana olahraga di Kota

Pematangsiantar;

10. Terlaksananya dukungan pembangunan sarana dan prasarana

keolahragaan secara bertahap dan berkelanjutan;

11. Meningkatnya kiprah dan hasil nyata dari organisasi dan lembaga

kepemudaan dalam menyiapkan pemuda sebagai kader pemimpin

bangsa yang berkualitas;


12. Terhindarnya pemuda dari pengaruh destruktif dan lost generation;

13. Meningkatnya penguasaan keterampilan dan kewirausahaan pemuda;

14. Tersedianya infrastruktur kepemudaan di pusat dan daerah;

15. Meningkatnya jumlah pemuda yang membuka lapangan usaha,

lapangan kerja atau berwirausaha yang berbasis pada potensi dan

unggulan lokal; dan

16. Meningkatkan kualitas daya saing pemuda dalam mengakses pasar

kerja dan kesempatan usaha, kewirausahaan pemuda.

Selanjutnya, sasaran tersebut kita klasifikasikan berdasarkan empat

bidang yang ditangani oleh Disporabudpar Kota Pematangsiantar yaitu Pemuda,

Olahraga, Budaya dan Pariwisata. Berhubung penelitian ini mengangkat tema

kepemudaan, maka dapat kita uraikan sasaran dalam pembangunan kepemudaan

sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas partisipasi pemuda dalam

pembangunan;

2. Meningkatnya apresiasi pemuda terhadap seni budaya daerah yang

sarat nilai-nilai moral, agama, sosial dan wawasan nasional;

3. Terciptanya koordinasi dan sinkronisasi dari beberapa lembaga yang

menangani pembinaan kepemudaan dan keolahragaan;

4. Meningkatnya kiprah dan hasil nyata dari organisasi dan lembaga

kepemudaan dalam menyiapkan pemuda sebagai kader pemimpin

bangsa yang berkualitas;

5. Terhindarnya pemuda dari pengaruh destruktif dan lost generation;

6. Meningkatnya penguasaan keterampilan dan kewirausahaan pemuda;


7. Tersedianya infrastruktur kepemudaan di pusat dan daerah;

8. Meningkatnya jumlah pemuda yang membuka lapangan usaha,

lapangan kerja atau berwirausaha yang berbasis pada potensi dan

unggulan lokal; dan

9. Meningkatkan kualitas daya saing pemuda dalam mengakses pasar

kerja dan kesempatan usaha, kewirausahaan pemuda.

Dari serangkaian sasaran kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar

dalam pembangunan kepemudaan yang telah dirumuskan. Disporabudpar Kota

Pematangsiantar hanya mampu menjawab peningkatan partisipasi pemuda dalam

berbagai pembangunan bangsa dan negara dari beberapa sasaran kebijakan yang

telah ditetapkan. Hal ini tentunya cukup mengecewakan bagi pembangunan

kepemudaan di Kota Pematangsiantar.

4.1.4. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

Pembangunan Kepemudaan

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Tahun 2010 – 2015 dan Renstra Dinas Pemuda dan Olahraga, Budaya

dan Pariwisata Kota Pematangsiantar Tahun 2010-2015 menetapkan program-

progam pokok yaitu:

1. Program pengembangan dan promosi pariwisata;

2. Program pengembangan nilai budaya;

3. Program pengembangan dan keserasian kebijakan pemuda;

4. Program pembinaan dan peningkatan partisipasi pemuda;

5. program pengembangan kebijakan dan manajemen olahraga;


6. Program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga;

7. Program peningkatan sarana dan prasarana olahraga;

8. Program bantuan dan untuk KONI dan Pengcab; dan

9. Program bantuan budaya lainnya.

Sesuai dengan topik penelitian ini yang mengkhususkan dalam bidang

pembangunan kepemudaan, maka program pokok Disporabudpar di atas yang

relevan meliputi poin 3 dan 4 yaitu program pengembangan dan keserasian

kebijakan pemuda dan program pembinaan dan peningkatan partisipasi pemuda.

Selanjutnya diterjemahkan hanya dalam kegiatan “Hari Sumpah Pemuda” setiap

tahunnya.

4.2. Hasil Pembahasan

Esensi kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai maksud yang

ditetapkan oleh seorang actor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah

atau suatu perubahan. Pengertian ini jika diterapkan pada tujuan penelitian ini

berarti kebijakan di bidang pelayanan public dimana kebijakan ini dirumuskan.

Pencapaian efektivitas suatu kebijakan pemerintah tidaklah mudah,

banyak factor berpengaruh terhadapnya. Proses implementasi suatu kebijakan

kadang demikian rumit dan sulit, sehingga harus diantisipasi agar luwes dan saat

diimplementasikan.

Contoh amat jelas yang berkaitan dengan pengertian trsebut adalah

masalah kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pembangunan

kepemudaan, yang merupakan problematika yang mempunyai akibat luas

termasuk akibat-akibatnya dapat mengenai orang-orang secara tidak langsung


terlibat. Sehubungan dengan hal itu, maka langkah pertama yang harus dilakukan

implementator adalah mengidentifikasi masalah yang timbul dan segera dicarikan

solusi pemecahan masalahnya.

Jadi implementasi suatu kebijakan sangat berkaitan dengan pengertian-

pengertian mengenai sasaran-sasaran yang diupayakan dan cara-cara bagaimana

tujuan itu harus dicapai. Untuk itu pada umumnya kebijakan berisi tentang tujuan

dan sarana tertentu yang dipilih, yang terdiri dari sumber-sumber daya yang

digunakan sebagai ujung tombak dalam proses administrasi maupun organisasi

pelaksana dan proses interaksi antara actor yakni antara pemuda atau organisasi

kepemudaan sebagai subjek sekaligus objek kebijakan pemerintah, kemudian hasil

yang diharapakan akan memberikan dampak positif kepada masyarakat khususnya

pemuda sebagai penerima manfaat.

Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraikan terdahulu, maka pada

sub bab ini akan disajikan hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan

informan yang telah dipilih. Adapun hasil penelitian dapat diuraikan sebagai

berikut:

4.2.1. Kondisi Pemuda di Kota Pematangsiantar

Pemuda merupakan generasi penerus dalam pembangunan. Sebuah

ungkapan yang sering disampaikan, tetapi sangat jauh dari implementasi

kebijakan di lapangan. Akibatnya potensi pemuda dan aspek pembangunan

pemuda itu sendiri sering terabaikan dalam konteks mendorong pembangunan

secara utuh, komprehensif dan bervisi jangka panjang atau berkesinambungan.


Tidak heran banyak persoalan-persoalan pemuda menjadi persoalan sosial yang

secara langsung atau tidak langsung memiliki konsekuensi terhadap kemajuan

pembangunan kedepannya.

Untuk dapat mengevaluasi implementasi kebijakan Pemerintah Kota

Pematangsiantar perlu mendengarkan pandangan dari setiap pihak terkait atau

stakeholder demi mendapatkan gambaran dan solusi permasalahan secara utuh.

Walaupun dalam mencari kebenaran itu kadang ditemukan persepsi yang berbeda-

beda dari setiap pemangku kepentingan. Wawancara dengan salah satu aparat

pemerintah Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan

Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar pada tanggal 8 Juli 2015,

bertempat di kantor Disporabudpar Kota Pematangsiantar, mengemukan pendapat

mengenai situasi kepemudaan di Kota Pematangsiantar sebagai berikut:

“Jadi kalau kita mau melihat situasi kepemudaan di Pematangsiantar,


kita mengacu kepada peraturan pemerintah pak, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Di
dalam bidang kepemudaan ini disangkutkan juga pada kepramukaan.
Mengapa? Karena dalam Pramuka itu Tupoksi (tugas pokok dan fungsi)
kami ada. Jangankan Pramuka, Tupoksi kami ada yang menyangkut
mengenai Paskibraka karena dia menyangkut kepada kepemudaan.
Disamping mitra kita yaitu KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia),
Pramuka dan Paskib juga ini bagian dari Tupoksi kita. Hanya
Paskibraka dari awalnya terbentuk di Kota Pematangsiantar itu, sudah
dikelola oleh dinas pendidikan pengajaran, dan sampai saat ini.
Sementara Pramuka ini karena ada pengurus juga di tingkat kota, maka
pengurus di tingkat kota itulah yang menangani bagian kepramukaan.
Merekalah yang berurusan kepada Kwarcabkah? Kwartilkah? Atau
Gudepkah? Mereka yang berurusan kesana.”
Pemerintah Kota Pematangsiantar berdasarkan uraian di atas mengatakan

bahwa dalam perjalanan setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selalu

mengacu kepada undang-undang dan peraturan yang berlaku. Terkait tentang

kepemudaan dapat dilihat dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang


Kepemudaan. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

kepada setiap warga Negara Indonesia yang berdomisili di daerah pemerintah itu

berjalan. Hal ini juga sesuai dengan yang termaktub dalam Pasal 11 Ayat 1,

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, disebutkan bahwa

pemerintah daerah mempunyai tugas melaksanakan kebijakan nasional dan

menetapkan kebijakan di daerah sesuai dengan kewenangannya serta

mengoordinasikan pelayanan kepemudaan.

Selanjutnya, Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda

dan Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar memberikan penekanan

khusus pada fungsi pelayanan kepada pemuda, disamping KNPI, Pramuka, juga

ada Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) yang ada di Kota Pematangsiantar.

Berikut kutipan wawancaranya:

“Mengenai Paskib (Pasukan Pengibar Bendera) tadi saya singgung,


itupun mengenai surat-menyurat informasi dari Dispora (Dinas Pemuda
dan Olahraga) Sumut (Sumatera Utara) melalui Dispora
Pematangsiantar. Dan kita sampaikan kepada mereka (anggota Paskib).
Dan, ini nampak dari apa kegiatan di Dispora Sumut itu, selalu kita
dihubungin untuk menghubungi kepada Paskib yang ada di Kota
Pematangsiantar melalui dinas pendidikan sudah kita lakukan selama
ini. Baik-baik saja semua. Pengelolaan anggaran, baik pun rencana
kegiatan mereka dan seterusnya. Apa output yang dapat kita lihat? Itu
bisa bapak tanyakan di dinas pendidikan yang mengelola itu, baik
kepada pembinanya atau pengurusnya lah katakan.”
Pemerintah menggaris-bawahi bagaimana hubungan koordinasi antara

Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara dengan Disporabudpar Kota

Pematangsiantar, khususnya dalam pembinaan terhadap organisasi Paskibraka

(Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Apabila ada undangan dari Provinsi

Sumatera Utara yang melibatkan Paskibraka di Kota Pematangsiantar, pasti akan

melalui Disporabudpar Kota Pematangsiantar. Tidak hanya yang sifatnya top-


down, hubungan koordinasi yang sifatnya setara juga ditunjukkan melalui

hubungan kordinasi antara Dinas Pendidikan dan Disporabupar Kota

Pematangsiantar dalam melakukan pembinaan terhadap organisasi Paskibraka.

Selanjutnya, di waktu yang lain pada tanggal 3 Juli 2015 bertempat di

Kantor KNPI Kota Pematangsiantar, peneliti melakukan wawancara kepada Ketua

dan Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar. Dari unsur pemuda memberikan

tanggapannya mengenai potensi pemuda di Kota Pematangsiantar yaitu Bapak

Parlaungan Purba S.Pd., Ketua KNPI Kota Pematangsiantar menyampaikan

pandangannya mengenai potensi pemuda di Kota Pematangsiantar, sebagai

berikut:

“Kalau saya lihat, luar biasa. Potensi pemuda ini luar biasa. Pemuda di
Siantar ini orangnya dinamis, kreatif, solid. Persoalannya potensi ini
tidak dikembangkan oleh pemerintah, sehingga berkutat di sini saja dia.
Ya, akhirnya apa, anggaran yang ditampung KNPI hanya seratus, dua
ratus, ya berapalah itu untuk pembinaan pemuda. Jadi tak berkembang.
Ya tambah sporty (potensi pemuda di Pematangsiantar). Ya sampai
sekarang abang tidak pernah dengar Organisasi Kemasyakatan
Kepemudaan (OKP) itu ributkan? Ya, tapi kalau soal perdebatan bang,
keluar urat leher bang.”
Potensi pemuda yang luar biasa di Kota Pematangsiantar harus mendapat

perhatian yangs serius. Pemerintah harus tanggap terhadap perkembangan pemuda

dan menjawab kebutuhan para pemuda di daerah. Negara melalui perpanjangan

tangan pemerintah yang di daerah tidak boleh mengabaikan potensi dan masalah

pemuda.

Keunikan tersendiri yang disampaikan oleh pemuda menyikapi mengenai

potensi pemuda di Kota Pematangsiantar bahwa pemuda di Kota Pematangsiantar

dikenal sebagai orang yang memiliki sifat dinamis, kreatif, solid dan sportif. Hal

ini terlihat dari pengakuan dari unsur pemuda yang mengatakan bahwa organisasi
kepemudaan tidak pernah sampai melakukan konflik yang keras, walaupun

perdebatan memanas.

Lebih khusus lagi, pihak anggota legislatif Bapak Tongam Pangaribuan,

SE., Anggota Komisi 1 DPRD Kota Pematangsiantar, yang diwawancarai pada

salah satu restoran di Kota Pematangsiantar pada tanggal 9 Juli 2015,

menggarisbawahi mengenai potensi pemuda khususnya dibidang olahraga,

sebagai berikut:

“Kami harapkan, ya pemuda kita yang di Kota Siantar ikut ambil bagian
salah satunya adalah KNPI. Supaya nanti pemuda juga terarah dan
punya motivasi, imajinasi, bagaimana pemuda ini supaya oke di Siantar.
Supaya juga inspirasi mereka bisa tersalur. Mungkin pemuda punya hobi
yang berbeda-beda. Tiap pemuda saya yakin itu. Ada yang suka Voli,
suka Badminton, ada yang suka… mungkin Futsal, ada Sepakbola.”

Bahkan ketika Bapak Tongam Pangaribuan, SE.,Anggota Komisi 1 DPRD Kota

Pematangsiantar ditanya lagi mengenai potensi pemuda di Kota Pematangsiantar,

beliau menyampaikan pernyataan sebagai berikut:

“Kalau saya lihat, cukup bagus karena kemarin juga dari beberapa
Pencak Silat juga cukup bagus. Ya, kemarin kalau ga salah 3 medali
emas dari Pencak Silat yang kita dapatkan. Ada saya lihat dari… dari
mana, dari Pencak Silat mengadakan pertandingan dan mereka dapat
juara. Ehm… saya lupa namanya… tapi itulah, ada kemarin. Kemudian,
mungkin juga saya yakin Renang sudah ada, sudah punya atlit. Dan saat
ini juga ah… saya belum tinjau langsung, tapi menurut informasi yang
saya dengar. Voli cukup bagus. Voli cukup bagus untuk ke depan di
Pematangsiantar. Artinya, sudah ada potensi kita. coba nanti ini kita
kembangkan. Untuk ke depan juga, program KNPI juga cukup bagus dan
saya akan dukung karena saya juga pengurus KNPI”.
Disamping berbicara mengenai potensi pemuda, masalah pemuda

merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari potensi tersebut. Bagai dua sisi mata

uang logam, masalah pemuda merupakan sisi yang harus mendapat perhatian yang

lebih serius agar dapat dicarikan solusi pemecahan masalahnya. Wawancara


dengan salah satu aparat pemerintah Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala

Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar. mengemuka

pendapat sebagai berikut:

“Kalau kita lihat masalah, tentu harus kita lihat dulu apa kejadian. Apa
kejadian yang menonjol di Siantar ini? Supaya itu kita buat masalah.
Kalau kita lihat untuk sepanjang ini, ga apalah ada pak. Ga ada apalah
yang menonjol. Yang menonjol umum sajanya Narkoba, pergaulan
bebas. Itu yang saya bilang, harus membantu semua ini. Sekolah berikan
pembinaan. Polisi juga buat anggaran untuk masyarakat. Maunya semua
lini/instansi yang saya sebut tadi memiliki masalah bersama. Tentang
Narkoba, HIV AIDS. Kalau masalahmu saja kau anggap itu. Aku buang
badan. Jadi kalau sudah memiliki masalah bersama, saya rasa anda pun
disogok pun tidak mau. Ini saya lihat kelemahan saya lihat. Kalau semua
memiliki masalah bersama. Tuntas ini.”
Praktis menurut pengakuan dari pemerintah yaitu Bapak Drs. Binsar P.

Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota

Pematangsiantar tidak terdapat masalah yang cukup serius di kalangan pemuda.

Hal ini tentunya berbeda dengan dokumen perencanaan pemerintah yang kita lihat

sebelumnya. Pernyataan berbeda juga didapati dari pengamatan unsur pemuda,

Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar. yang

menyatakan:

“Nah, kurang diberdayakan di Siantar ini. Tantangan itu cukup besar.


Sasaran tembak Narkoba atau bandar-bandar Narkoba, dekandensi
moral pada umumnya adalah pelajar. Nah, disini yang kita lihat, kalau
memang diberdayakan pemuda ini, ini kita bisa antisipasi. Persoalannya
kan, kita juga fokus di kepemudaan dengan budgeting ala kadarnya aja.
Macam mana kita mau fokus kesana? Nah, kalau ini dibiarkan, rusaklah
generasi itu. Untuk memerangi narkoba, kita buat melalui kegiatan.
Misalnya, yang kemarin kita buat acara remaja masjid dan festival koor
untuk pemuda gereja di Siantar untuk menanggulangi itu”.
Bahkan pemuda yang lain dengan Bapak Parlaungan Purba S.Pd., Ketua

KNPI Kota Pematangsiantar memberikan penegasan tentang potensi pemuda yang

kurang memperhatikan pembangunan kepemudaan yaitu sebagai berikut:


“Pemuda Siantar itu betul kreatif. Apalagi dalam hal berorganisasi.
Misalnya, sangkin antusiasnya pemuda di Siantar ini untuk kreatif. Ini
salah satu dibuktikan. Contoh: seorang pemuda di Siantar ini sangkin
kreatifnya, dia maunya ini sudah masuk di OKP ini, masuk lagi di OKP
lain. Sehingga, satu orang bisa macam-macam OKP-nya. Bisa 2, 3
dengan waktu yang bersamaan. Nah gitu loh. Tahun ini dia di sini, 2
tahun lagi dia di sana. Sisi positifnya yang kita ambil, bahwasannya ini
adalah orang-orang yang kreatif. Jadi sayangnya kadang pemerintah
juga, bukan menyalahkan pemerintah, tapi ini harus kita sampaikan,
pemerintah harus menerima. Ya, ini sebenarnya pemerintah kurang
memperhatikan gerakan-gerakan dari pemuda itu. Misalnya si A itu mau
ke sini… ke sini…. Ke sini… itu karena dia mobile. Memang dia kreatif
itu. Tinggal lagi ga terarah kemana kreatifnya itu. Kan gitu kan…
contoh: KNPI sebagai mitra pemerintah. Memang itu juga menjadi tugas
kita membina kawan-kawan. Persoalannya kemampuan KNPI itu juga
terbatas, bang. Jadi kalau kita cerita di Indonesia, bahkan di dunia.
Pemuda adalah generasi penerus. Gimana pemuda kedepan dilihat dari
pemuda hari ini? tapi kalau kita Tanya sama pemerintah, selalunya soal
anggaran. Tapi setiap tahun selalunya ada SILPA (Sisa anggaran). Jadi
kenapa kita cerita tentang keterbatasan anggaran? Kog SILPA ada…
untuk kita habiskan ga ada gitu.”
Begitu juga tanggapan dari anggota legislatif, Bapak Tongam

Pangaribuan, SE., Anggota Komisi 1 DPRD Kota Pematangsiantar. yang

menyatakan kekuatirnya dalam melihat kondisi pemuda di Kota Pematangsiantar.

Narkoba yang merupakan persoalan yang cukup sering dijadikan patronase dari

masalah pemuda. Berikut pernyataannya:

“Terhadap masalah kepemudaan, karena saat ini di Siantar cukup


rawan sekali mengenai masalah narkoba. Saya punya keyakinan dan
saya percaya, mungkin nanti dengan adanya kepemudaan dan
keolahragaan yang dilakukan oleh Pemko maupun KNPI. Ya pemuda
akan berpikir bergabung dan mungkin salah satu memerangi narkoba
adalah begitu. Itulah mungkin saran saya kepada Pemko.”
Selama ini di Kota Pematangsiantar memang tidak terlalu keliatan

masalah yang cukup serius mengenai pemuda yang mencuat kepermukaan.

Namun alangkah tidak eloknya, mengabaikan persoalan narkoba, Pergaulan bebas

dikalangan remaja dan HIV AIDS dikalangan pemuda, khususnya di Kota

Pematangsiantar menjadi persoalan umum yang tidak perlu dicarikan solusinya.


Pemerintah harus proaktif dalam melakukan pembinaan terhadap pemuda.

Pemerintah harus memperhatikan peta permasalahan pemuda secara utuh dan

menyeluruh, serta mampu mendesign arah strategi pembangunan kepemudaan

yang mendorong pembangunan kesejahteraan suatu daerah.

Pemahaman masalah pemuda adalah masalah kita bersama adalah

pemahaman yang harus terus ditanamkan oleh pemerintah dan masyarakat. Masa

depan suatu bangsa atau suatu daerah sangat ditentukan oleh kondisi pemudanya

hari ini. Untuk itu perlu kreativitas dan kesinambungan dalam memberdayakan

pemuda sebagai subjek dari pembangunan. Baik itu mendorong kebijakan secara

formal institusional maupun secara non formal, seperti mendorong kegiatan-

kegiatan pemuda yang positif.

4.2.2. Proses Implementasi Kebijakan Pembangunan Kepemudaan

Proses implementasi kebijakan selalu diawali dengan sebuah

perencanaan yang tentunya telah melalui proses pengidentifikasian masalah.

Selanjutnya, pengorganisasian, pengarahan dan evaluasi merupakan elemen pokok

dari sebuah siklus manajerial sebuah program/kebijakan dalam kerangka

implementasi.

Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang

kepemudaan dalam Bab IV, secara formal institusional, pemerintah daerah

memiliki tugas yang meliputi: (a) perumusan dan penetapan kebijakan; (b)

koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan; (c) pengelolaan barang

milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan (d) pengawasan

atas pelaksanaan tugas. Sedangkan, wewenangnya adalah menetapkan dan


melaksanakan kebijakan dalam rangka memberikan pelayanan kepada pemuda di

daerahnya. Serta, pemerintah daerah memiliki tanggung jawab yang sama dengan

pemerintah pusat yaitu dalam melaksanakan penyadaran, pemberdayaan,

pengembangan potensi pemuda berdasarkan kewenangan dan tanggung jawabnya

sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah masing-masing.

Berdasarkan keterangan dari proses wawancara melalui pihak pemerintah

Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga

Disporabudpar Kota Pematangsiantar mencoba menjabarkan proses pembuatan

kebijakan, sebagai berikut:

“Oh, kalau kita lihat. Kita buatlah program dulu kan disini
(Disporabudpar). Misalnya, kegiatan A, ya rencana, lalu kita buatlah
anggarannya berapa. Digabunglah masing-masing bidang. Setiap
bidang membuat begitu. Satukanlah semua. Dana itu sama program itu.
Katakanlah dulu ini menjadi B. setelah ini menjadi B, lalu semua, apa
kegiatan di kantor ini. Didalamlah semua. Inilah akan dibawakan
kepada dinas pendapatan maupun Bappeda (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah). Lalu mereka merumuskan. Setelah fix semua,
masing-masing anggaran inilah diusulkan kepada dewan. Begitu,
terjadilah evaluasi masing-masing kegiatan yaitu eksekutif dan legislatif.
Setelah itu terjadi, mana yang dicoret, mana yang dipakai nampak di
situ. Diketoklah, iya laksanakan!”

Bahkan, ketika pihak pemerintah, Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak,

Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar

ditanyakan mengenai masalah dalam setiap tahapan proses pembuatan setiap

kebijakan, program atau kegiatan. Sembari memberitahukan usaha yang dibangun

oleh pemerintah untuk menghindari tumpang tindih kebijakan atau program.

Berikut pernyataannya:

“Kalau masalah yang ditanya, dipaparkanlah. Di tanya dewan,


dipaparkan oleh SKPD masing-masinglah. Makanya harus hadir di situ.
Misalnya hari ini, tiga SKPD, ya tiga SKPD membentangkan. Kenapa ini
kalian buat? Buatlah alasannya, buat pertimbangan. Masuk. Karena kita
sudah melakukan dua tahun ini ada itu kerja kelompok. SKPD itu
bertemu sekali sebulan untuk membicarakan kegiatan yang akan di
programkan supaya jangan overlapping. Contoh: dinas tenaga kerja bisa
saja overlapping dengan misalnya dinas kesehatan. Kenapa dinas
kesehatan? Ada suatu pekerjaan yang juga dikerjakan dinas tenaga
kerja. Ada itu. Supaya jangan dua-dua diusulkan, rupanya finish
nampak dua-duanya sama. Jadi, SKPD manalah yang mengusulkan
supaya satu.”
Namun, ketika pihak pemuda ditanya mengenai proses pembuatan

kebijakan atau program pemerintah menyangkut tentang pembangunan

kepemudaan di Kota Pematangsiantar. Mereka cukup menyesalkan, belakangan

ini sulitnya komunikasi pemuda dengan pemerintah dalam hal menyusun

kebijakan/program. Hal ini terungkap jelas dalam pernyataan Bapak Zainul Arifin

Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar yaitu:

“Kalau menurut saya, sebenarnya selama ini hubungan baik pemuda


dengan pemerintah sudah baik. Kekurangannya adalah pemerintah
kurang fokus memberdayakan pemuda itu dalam keterlibatannya, untuk
melakukan pengawasan/controlling dan melibatkan pemuda itu ke dalam
proses-proses pembangunan. Justru mereka mengklaim ketika digelar
itu. Eh… Rakorbangdes, Rakorbang kecamatan, Rakorbang kota
(musrenbang) hanya sampai di situ mereka melibatkan pemuda itu. Nah,
sebenarnya yang kita inginkan bukan hanya itu. Padahal sangat banyak
ide-ide cerdas cemerlang yang harus mereka serap dari pemikiran-
pemikiran pemuda ini. Itu kalau saya lihat dari sisi keterlibatan pemuda
dalam penyelenggaraan pembangunan di daerah, khususnya di
Kotamadya Pematangsiantar inilah.”
Ada dua hal yang menjadi sorotan pemuda dalam kinerja pemerintah,

khususnya menyangkut pembangunan kepemudaan yaitu kurang fokusnya dalam

memberdayakan pemuda dan pelibatan pemuda dalam proses-proses

pembangunan. Pemuda Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota

Pematangsiantar bahkan menjelaskan lebih detail bagaimana keterlibatan pemuda

dalam hal KNPI sebagai wadah berhimpun OKP dalam penyusunan program di

Disporabudpar yaitu:
“Sampai sekarang, apalagi di periode kita ini (2014 – 2017) belum, baik
itu dalam penyusunan program. Apa sesungguhnya yang diinginkan
pemuda-pemuda ini? Nah, itu belum ada yang kita lihat. Eh, atau belum
diundang kita oleh Dispora untuk mendiskusikan tentang itu.
Maksudnya, diundang secara formal gitu ya. Namun, ada sudah
beberapa kali kegiatan Dispora, baik itu Dispora Prov dan Dispora
daerah yang memang melibatkan KNPI. Itu memang ada. Tapi dalam
merumuskan program, khususnya Dispora Siantar, belum dilibatkan,
khususnya untuk tahun 2015 ini.”
Realisasi implementasi kebijakan pembangunan kepemudaan di Kota

Pematangsiantar setiap tahunnya rupanya hanya direalisasikan dalam peringatan

“Sumpah Pemuda” 28 Oktober. Acaranya terlaksana berkat kerjasama

Disporabudpar dengan KNPI Kota Pematangsiantar. Hal ini didukung pernyataan

Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga

Disporabudpar Kota Pematangsiantar, sebagai berikut:

“Tiba kita pada Tupoksi yang kita kelola di kantor ini. Apa yang bapak
sebut, LAKIP dan sebagainya. DIPA itu bidang kepemudaan menangani
hanya untuk Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda ini setiap tahunnya
diperingati. Kitalah sebagai pengelola, hanya kerjasama dengan KNPI.
Kerjasama KNPI selaku petugas dalam upacara tersebut. Anggarannya
di Dispora ini. Ah, begitu.”
Ketika Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota

Pematangsiantar ditanyakan mengenai pengetahuannya mengenai program-

program Disporabudpar atau dokumen pendukungnya. Bapak Zainul memberikan

tanggapan sebagai berikut:

“Sampai sekarang mereka juga tidak pernah mengirimkan dokumennya


kepada kita. Palingan hanya seremonial-seremonial gitu, 28 Oktober.
Paling hanya itu yang kita tahu. Idealnya, mereka harus seperti yang
disampaikan tadi. Mereka harus melibatkan kita. Bagaimana pembinaan
pemuda ini? Seperti itu. Nah, ternyata ini ga ada. Sampai sekarang kita
ga tahu apa program Dispora itu… apa namanya… DPA (Daftar
Pengguna Anggaran) kita ga tahu total. Mau apa yang yang dibuat oleh
Dispora 2015 ini? Cuma yang kita tahu, 17 Agustus, Hari Kesaktian
Pancasila. Itu aja yang kita tahu. Itupun tahun-tahun sebelumnya di atas
Pak Nelson. Ketika 28 Oktober kita hanya jadi peserta aja. Peserta
upacara saja. Tidak terlibat secara totalitas. Artinya, tidak pemuda itu
yang melaksanakan 28 itu.”
Begitu juga ketika pihak pemuda ditanyakan, apakah mereka mengetahui

dan memahami arah dan strategi atau kebijakan pembangunan kepemudaan?

Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar menegaskan

kembali akan kekecewaan pemuda karena kurangnya komunikasi pihak

Disporabudpar Kota Pematangsiantar kepada pemuda, khususnya pihak KNPI

Kota Pematangsiantar. Berikut pernyataannya:

“Seperti saya bilang tadi. Sampai sekarang kita ga tahu apa program
Dispora terhadap pemuda. Sampai sekarang kita ga tahu itu. Nah, kedua
apa yang mau kita bilang? Nah, kalau ditanya arahnya kita ga tahu. Jadi
kalau saya bilang hanya slogan seperti eh… Renstra-Renstra walikota,
menciptakan pemuda yang kreatif dan segala macam… itu hanya slogan.
Artinya, realitas di lapangan kita ga tahu. Bahkan kita lebih kreatif lagi
tidak tergantung kepada Dispora. Menciptakan sebuah program, berbuat
bagaimana bisa melakukan pembinaan-pembinaan terhadap pemuda itu.
Nah jadi, cunlah (baca: cocoklah) antara Dispora dengan program-
program KNPI.”
Senada dengan pemuda Bapak Zainul Arifin Siregar, Bapak Parlaungan

Purba S.Pd., Ketua KNPI Kota Pematangsiantar memberikan penjelasan lebih

mengenai latar belakang minimnya keterlibatan pemuda dalam penyusunan

program pemerintah. Berikut pernyataannya:

“Jadi kalau soal ini tergantung kepada pimpinannya gitu. SKPD yana
dulu pernah. Pernah bahkan kita diajak untuk membuat. Apanya… Apa
namanya… eh, menyusun program untuk Dispora itu. Eh mana yang
kira-kira gawean pemuda. Jadi kita buat sama-sama merancang gitu
untuk diajukan. Nah itu masa Nelson Siahaan (Mantan Kadispora
Pematangsiantar). Kalau untuk dilibatkan untuk mengikuti kegiatan, ya
iya. Tapi kalau untuk merumuskan program belum pernah. Hanya di
masa mendiang Pak Nelson (Sekitar tahun 2008-2009). Nah itu,
langsung dia lempar sama kita. Nah ini… Makanya beberapa kali kita
coba minta sama Kadispora saat itu. Artinya kita sampaikan di periode-
periode sebelumnya di bawah Pak Nelson, kita dilibatkan. Kenapa untuk
kedepan ini tidak lagi kan gitu… tergantung pimpinannya ini bang. Ya,
Pak Nelson transparan soal itukan. Jadi ketika DPRD pun setuju
anggaran di Dispora itu, dia juga memberitahu kepada kita. “Nah ini
program yang kita usulkan kemarin, ini… ini… disetujui… ini tidak
disetujui… jadi ada sekian…”. Nah ini transparan soal itu… nah itu
yang saya lihat dari Nelson.”
Bahkan dalam hal perencanaan yang luas terkait dalam Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kota Pematangsiantar, pemuda juga

tidak dilibatkan dalam forum tersebut. Berikut pernyataan dari Bapak Zainul

Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar:

“Nah, mereka klaim itu. Tahun 2015 ini kita ga dilibatkan. Bahkan, tidak
diundang dalam Musrenbang kota. Padahal tahun-tahun sebelumnya
kita dilibatkan dalam perencanaan-perencanaan anggaran sekaligus
program pemerintah itu. Hanya tahun ini yang tidak dilibatkan. Tahun-
tahun sebelumnya 2014, 2013 ada undangan. Tahun 2015 ini tidak.
Selanjutnya, ketika ditanya pihak pemuda ditanya bagaimana proses

komunikasi KNPI dengan Disporabudpar Kota Pematangsiantar. Bapak Zainul

Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar menyatakan sebagai

berikut:

“Ya bagus. Artinya, (Komunikasi) kalau kita mau tahu, begini, ini Bulan
Juli, setidaknya kita sudah tahu kegiatan Agustus, September, Oktober…
Nah, itu yang di bilang ikut terlibat. Kita hanya sebatas mengikuti…
kalau komunikasi kita bagus dengan Kabid kepemudaannya. Bagus bisa
komunikasi dengan segala macam.”

Namun yang dimaksud dengan komunikasi yang bagus antara

Disporabudpar dengan pihak pemuda, khususnya KNPI Kota Pematangsiantar

hanya sebatas komunikasi personal atau pribadi, tidak terkait dengan komunikasi

strategis mengenai kebijakan dan program Disporabudpar Kota Pematangsiantar

dengan pihak pemuda. Hal ini dibuktikan tidak dilibatkannya pemuda dalam

penyusunan rencana strategis maupun dalam penyusunan kebijakan atau program.

Padahal ketiak ditanya mengenai bagaimana proses pembuatan kebijakan, pemuda


dapat menjelaskannya dengan baik. Berikut pernyataannya dari Bapak Zainul

Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar yaitu:

“Ya tahu. Nah, kalau idealnya sebelum mereka merumuskan anggaran


dan Renstra ini, mereka panggil stakeholder diantaranya KNPI. Apa
yang harus kita lakukan terhadap pemuda? Kan dilibatkan, sehingga
ide-ide kita bisa masuk disana. Persoalan perjuangan di APBD. Nah ini
yang kita bilang, kita juga KNPI kita, ide kita ditampung. Kita kan pasti
genjot perjuangan itu. Nah selama 2015 ini tidak dilakukan itu. Contoh:
Banyak pemuda yang harus kita bina kreativitasnya, ininya... Baik dari
skill. Nah itu, tidak kita dapat dari Dispora.”

Dari keterangan di atas, besar harapan pemuda dilibatkan dalam

penyusunan program atau kebijakan pemerintah,, khususnya yang kaitkannya

menyangkut peran serta pemuda. Kenyataan pemuda sudah tidak dilibatkan lagi

dalam perencanaan program oleh pemerintah belakangan ini. Padahal sebelum-

sebelumnya pemuda dilibatkan dalam penyusunan program tersebut. Tidak heran

pemuda menyimpulkan bahwa hal itu bisa terjadi akibat pengaruh kepemimpinan

dalam sebuah lembaga. Sehingga transparansi dalam perencanaan dan

pelaksanaan program bisa membuat keterlibatan pemuda lebih maksimal.

4.2.3. Anggaran Pembangunan Kepemudaan

Dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai kebijakan yang ditetapkan

Disporabudpar Kota Pematangsiantar pada tahun anggaran 2014 memperoleh

alokasi dana APBD Kota Pematangsiantar dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.7. Alokasi Dana APBD Kota Pematangsiantar untuk Disporabudpar


2014
Belanja tidak langsung Belanja langsung
No. Uraian
Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) Alokasi (Rp) Realisasi (Rp)

1 Belanja Pegawai 2.309.376.800 2.285.518.795 - -


Belanja Barang dan
2 - - 1.005.757.500 983.558.821
Jasa

3 Belanja Modal - - 25.400.000 19.900.000

4 Belanja Pegawai - - 176.000.000 165.645.000

Jumlah 2.309.376.800 2.285.518.795 1.207.157.500 1.169.103.821

Sumber: Disporabudpar Kota Pematangsiantar

Dari tabel di atas dalam tahun anggaran 2014 telah dialokasikan dan

APBD sebesar Rp 1.169.103.821,- realisasi anggaran untuk biaya program

kegiatan. Junlah ini tidak termasuk didalamnya program pelayanan administrasi

perkantoran, peningkatan sarana dan prasarana aparatur, disiplin aparatur,

kapasitas sumber daya aparatur dan program peningkatan pengembangan sistem

pelaporan kinerja dan keuangan, walaupun alokasi dana ke semua program ini

yaitu: belanja tidak langsung sebesar Rp 2.309.376.800,- telah terealisasi sebesar

2.285.518.795,- atau 98,96 % dan belanja langsung sebesar Rp 1.207.157.500,-

telah terealisasi sebesar Rp 1.169.103.821,- atau 96,84 %.

Bagaimana besarnya porsi anggaran Disporabudpar dari total Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Pematangsiantar, contohnya dapat kita

lihat dari tahun 2014. Menurut laporan keterangan pertanggungjawaban Walikota

Pematangsiantar tahun anggaran 2014, APBD Kota Pematangsiantar sebesar Rp

886.658.524.116,58 sedangkan anggaran untuk Disporabudapar pada tahun yang

sama yaitu sebesar jumlah dari alokasi belanja langsung dan tidak langsung yaitu

Rp 3.516.534.300,- atau sebesar 0,4%.

Dalam setiap perumusan dan pelaksanaan setiap kebijakan dalam

kerangka formal suatu pemerintahan memerlukan perhitungan anggaran.

Anggaran dimaksudkan untuk menjalankan segala rencana yang telah dirumuskan


pemerintah sebelumnya. Tanpa anggaran yang sesuai terkadang sebuah program

atau kebijakan bisa tidak berjalan secara maksimal. Maka untuk itu, aspek

penganggaran dalam setiap implementasi kebijakan atau program memegang

peranan penting dalam tercapainya suatu tujuan dari kebijakan itu sendiri.

Hasil wawancara dengan pemuda Bapak Parlaungan Purba S.Pd., Ketua

KNPI Kota Pematangsiantar mengatakan bahwa:

“Ya, jauh kalilah. Contoh: KNPI ada dibantu pemerintah, katakan 200
juta. Itu bukan untuk pemuda bang, tapi untuk KNPI karena masing-
masing OKP juga mengusulkan proposalnya ke pemerintah untuk
meminta bantuan. Nah, pernah kita beri solusi kepada pemerintah. Gini
aja pak, difokuskan aja anggaran pemuda itu di KNPI. Untuk
mempermudah semuanya. Termasuk juga mempermudah kerja
pemerintah dan juga soal penyalurannya lebih jelas. Kayak KONI, kan
anggaran Pengcab-Pengcab itu kan di KONI anggarannya. Itu juga
yang kita minta. Dan ini juga lebih gampang mengontrolnya. Misalnya,
ketika organisasi A tidak aktif, kita boleh bilang, tahun ini kalian tidak
bisa lagi dibantu, karena ga ada kegiatan kalian. Sehingga kita bisa
menegor OKP itu ketika dia ga aktif. Tapi, kalau kita ga pernah ngasih,
apa bisa kita tegor? Apa urusanmu, katanya. Kalau benar estafet
kepemimpinan di tangan pemuda, kenapa kita mesti hitung-hitungan?
Pemuda inilah yang harus dibesarkan.”
Selanjutnya peneliti mencoba menanyakan kepada pihak pengurus KNPI,

apa saja fasilitas yang diberikan Pemerintah Kota Pematangsiantar melalui Dinas

Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata kepada KNPI sebagai wadah

organisasi berhimpun organisasi kepemudaan di Kota Pematangsiantar. Berikut

jawaban dari Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar:

“Belum ada. Kalau gedung ini (kantor KNPI) memang sudah lama.
Kalau fasilitas lain yang diberikan di 2015 ini, total belum. Soal
anggaran, bukan dari Dispora, anggaran di Sekda (Sekretaris Daerah),
yang direkom oleh Kesbanglinmas (Kesatuan Pembangunan Lintas
Masyarakat). Tidak ada hubungannya dengan Dispora.”
Hal ini ditegaskan kembali, Bapak Parlaungan Purba S.Pd., Ketua KNPI Kota

Pematangsiantar sambil menjelaskan prosedur penganggaran untuk KNPI. Berikut

pernyataannya:

“Nah, gini kalau soal anggaran. Anggaran direkomendasikan oleh


Kesbang setelah KNPI mengajukan permohonan. Lalu,
direkomendasikan oleh Kesbang. Lalu anggaran itu ditampung di bagian
kemasyarakatan, Kemas namanya (singkatan dari Kesejahteraan
Masyarakat). Nah, anggaran KNPI itu dibagian Kemas, bukan di
Dispora. Kemas ini mengatur organisasi, baik itu organisasi pemuda,
KONI, berbagai macam organisasi dia.
Lebih jelasnya, pemerintah memberikan tanggapan bahwa mengenai

anggaran untuk pembangunan kepemudaan tidak hanya melalui dari SKPD

Disporabudpar semata. Melainkan, bisa melalui organisasi kepemudaan, misalnya

KNPI secara terpisah. Berikut tanggapan pemerintah Bapak Drs. Binsar P.

Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota

Pematangsiantar. sebagai berikut:

“Jadi segala sesuatu keuangan, KNPI lah yang


mempertanggungjawabkan diberikan kepada kita. Jadi, anggarannya
kita yang menentukan di kantor ini untuk ‘Sumpah Pemuda’. Itu
mengenai kepemudaan ya pak. Dari KNPI kita juga buka komunikasi.
Komunikasinya pertama, kalau mereka rapat kita diundang. Dan
sebaliknya, kita juga membutuhkan data-data kepada KNPI. Data
tersebut seperti yang dilakukan ibu ini, kepala seksi lembaga
kepemudaan. Ibu ini selalu menagih masa habis berlaku kepengurusan.
Untuk apa? Kalau ada dana dari provinsi untuk bantuan kepada
lembaga kepemudaan kita mengasih rekomendasi pak. Provinsi tidak
memberikan dana kalau kepengurusannya sudah kadaluarsa. Makanya
begini, tiap tahun KNPI coba mari daftar kepengurusan dari katakanlah
dulu, satu organisasilah dulu. Entah pengurus masjid atau IPK (Ikatan
Pemuda Karya) atau apa yang termasuk. Tapi kalau ormas dia langsung
kepada Kesbanglinmas. Menurut catatan ada 54 oleh KNPI. Jadi, KNPI
ini misalnya ada kucuran dana dari provinsi. Itu provinsi. Itu meminta
rekomendasi dari kita. Hal-hal yang kita rekomendasikan termasuklah
kepengurusan tadi dan waktu kami rapat di Medan, dibawakan dari
Jakarta, ditegaskan kepada undang-undang tentang kepemudaan, pasal
1 bahwa pemuda itu usianya antara 16 sampai dengan 30 tahun. Jadi
kalau ada diantara usia ini yang melanggar, ga dicairkan mereka. Itu
sudah saya tekankan pada KNPI kota ini. Bahkan mereka katakan itu
aturan kami. Tidak mematok katanya. Ya, kalau begitu ga kontaklah
dana yang dari sana. Itu konsekuensinya.”

Disporabudpar Kota Pematangsiantar, mengatakan bahwa dana untuk

pembangunan kepemudaan melalui OKP, tidak melalui Disporabudpar. Lain

halnya, apabila ada dana dari Pusat dan provinsi, Disporabudpar selalu dimintakan

rekomendasinya untuk mengawal implementasi Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2009 tentang kepemudaan, yaitu yang dimaksud pemuda adalah manusia

Indonesia yang berada pada rentang umur 16-30 tahun. Oleh karena itu, OKP

yang berhak mendapat bantuan dana dari pemerintah harus memenuhi kriteria

yang dimaksudkan oleh undang-undang tersebut. Lebih jelasnya, pemerintah

Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga

Disporabudpar Kota Pematangsiantar menambahkan sebagai berikut:

“Itu anggaran KNPI lah membuat anggaran, yang mengajukan kepada


Pemko. Tersendiri mereka tidak melalui kita. itu pun tidak ada yang
diminta kepada kita mengenai umur itu. Hanya dari provinsi, dari
pusatlah dulu katakan. Selama ini rekomendasi yang kita kasih, bahkan
ada yang mengamuk kepengurusannya. Mengamuknya, ya dia bertahan
harus dapat dana. Makanya dana itu ada yang balik. Bagaimana
Dispora mengawal UU kepemudaan itu di OKP? sudah kita kawal. Lebih
dikawal. Sosialisasi pun sudah. Kita undang dari Jakarta di Siantar
Hotel. Bahkan, kalau ini sudah dikeluarkan 3 tahun sudah resmi. Paling
tidak 5 tahun. Evaluasi 3 tahun. Oke 5 tahun. Ya uda jalan.”
Untuk itu perlu pengawasan dari pemerintah melalui SKPD

Disporabudpar dalam melakukan pengawasan terhadap OKP sebagai wadah

pembelajaran pemuda, khususnya di Kota pematangsiantar. OKP yang

kepengurusannya sudah lewat dari usia 16-30 tahun, tentunya tidak dapat lagi

mendapatkan fasilitas pendanaan dari pemerintah sebagai konsekuensi dari aturan

yang berlaku. Seperti penjelasa tambahan dari pemerintah Bapak Drs. Binsar P.
Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota

Pematangsiantar sebagai berikut:

“Ah, begini. Kalau dari provinsi tadi kita sudah tegaskan tidak diberi.
Kan begitu. Seperti yang bapak maksudkan tadi karena ga melalui kita
pintu jendelanya, kurang tahu dengan hal itu. Atau, kalau mereka
membuat tembusannya kepada kita, baru kita tahu. Ini tidak ada.
Artinya, misalnya adapun dana diterima KNPI mereka
mempertanggungjawabkannya kepada siapa dana yang diterima.
Contoh: cairlah itu, mereka berurusan kepada yang mencairkan itu. Ga
ada sama kita. ga tau kita pelaksanaannya, Cuma sosialisasinya sudah
kita buat. Untunglah kamu datang, kita buat program kedepanlah. Coba
kita buat tugas kita bu, kita tambahi. Coba kita evaluasi dulu undang-
undang ini seperti yang dimaksudkan tadi. Apakah memang sudah
terlaksana. Untuk kedepanlah itu kita buat. Kita tambahi kerja kita
dengan kehadiran anda kemari bisa lebih jelas tugas kita ini.
Masukanlah itu sama kami.”

Disporabudpar memiliki tugas pokok dan fungsi dalam menangani empat

bidang yaitu pemuda, olahraga, budaya dan pariwisata. Setiap bidang memiliki

fungsi yang cukup signifikan dalam pembangunan daerah. Namun karena

penelitian ini hanya mengfokuskan pada tema kepemudaan, maka menjadi penting

untuk meklarifikasi proporsi atau persentase anggaran masing-masing bidang

dalam SKPD Disporabudpar untuk melihat prioritas kebijakan oleh SKPD. Hal ini

dapat kita lihat dari wawancara dengan pemerintah Bapak Drs. Binsar P.

Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota

Pematangsiantar yaitu:

“Saya lihat imbangnya pak. Meratanya itu. Hanya meratapun masing-


masing anggaran, ada yang besar, ada yang kecil. Iya tapi frekuensinya
merata itu. Di sana 4, disana 4 gitu. Hanya mungkin anggarannya bisa
berbeda. Ya lainlah, ‘Sumpah Pemuda’ contohnya, tak mungkin sampai
ratusan juta contohnya, tapi disana mereka mengikuti Festival Danau
Toba, waktu kesana itu wajib berpuluh juta. Conotohnya, peserta mau
seratus orang, hotelnya, transportasinya, makannya untuk mengikuti
Festival Danau Toba. Satu kegiatan maunya di sana besar. Disini satu
kegiatan maunya kecil. Tapi, frekuensinya merata semua itu. Contohnya:
pemilihan puteri pariwisata mereka ada buat. Mau tidak mau, walaupun
itu tidak kegiatan kami, pasti menyenggol kepemudaan. Tak mungkin
pemuda yang sembarangan lagi yang diambil. Berarti sudah yang
terbaik dari pemuda diambil. Jadi, membantu kita itu. Jadi kena semua.”

Menurut pemerintah dalam pembangunan kepemudaan diharapkan peran

serta stakeholder yang memiliki fungsi dan tanggung jawab dalam membina

pemuda. Dari setiap elemen dalam implementasi kebijakan pemerintah kota

melalui SKPD-nya hanya melihat permasalahan dalam sektor penganggaran.

Seperti yang disampaikan pemerintah Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala

Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar dalam

urainnya sebagai berikut:

“Kalau kita lihat kebijakan tentang kepemudaan ini pak, khususnya di


Kota Pematangsiantar sebenarnya tanpa adapun kalau kita yakin
sekolah itu bekerja. Ini sudah membantu sama kita. membantu
kepemudaan. Dari sekolah, kita anggaplah dari SMA dan perguruan
tinggi. Itu sudah membantu kita membuat suatu kebijakan pembinaan
kepemudaan. Yang kedua, kebijakan kepemudaan yang kita harapkan
dari Dispora tidak terlepas daripada visi misi dan program yang kita
buat. Program yang kita buat tidak terlepas daripada dana. Jadi
semenjak Kadis Pak Saragih, sebelum Ibu Siregar. Kita usulkan juga apa
kebijakan-kebijakan untuk pemuda termasuk mengarah kepada menjauhi
diri dari narkoba, kejahatan-kejahatan, supaya dibuat seminar-seminar,
tapi bagaimanalah mungkin lebih dipergunakan dana untuk yang lain,
sehingga ga jadi anggaran kita itu. Kira-kira begitu. Sebenarnya kita
lihat situasi sekarang, perlu itu. Semua bekerja. Dari BNN (Badan
Narkotika Nasional) pun bekerja, dari kepolisian pun berkerja, dari
dinas pendidikan pun bekerja. Apalagi dari Dispora, harus bekerja
maunya. Sosialisasi HIV AIDS maupun kenakalan remaja supaya bisa
diproteksi karena umum dia. Semua bisa bekerja karena kalau kita yang
diharapkan anggaran ga cukup. Kalau soal SDM (Sumber Daya
Manusia), cukup. Yang lain cukup, cuma soal anggaran saja.”
Senada dengan hal tersebut, mengenai penganggaran dalam penyusunan

program pemerintah, tentunya akan melibatkan peran serta anggota legislative.

Selain tugas legislative untuk membuat undang-undang atau peraturan daerah,

DPRD juga bertugas untuk membuat anggaran dan melakukan pengawasan

terhadap kinerja pemerintah. Dalam topik pembangunan kepemudaan, anggota


dewan dengan Bapak Tongam Pangaribuan, SE., Anggota Komisi 1 DPRD Kota

Pematangsiantar menyampaikan pendapatnya sebagai berikut:

“Kami dari komisi 1, saya sendiri dari Fraksi Nasdem, ya kita akan coba
memperjuangkan. Tapi yang pertama, Kadispora punya program dan
misi yang jelas tentang kepemudaan. Oke, mungkin tahun ini kami
pengennya ide yang kita buat kecamatan begini… silahkan. Kami dari
komisi 1 akan mencoba membantu supaya bagaimana fungsi sebagai
pengawasan dan sebagai anggaran dan sebagai legislasi. Artinya, harus
dibuat dulu program betul-betul matang yang melibatkan nanti dengan
begini, sudah luas 8 kecamatan, 53 kelurahan. Coba dulu digalang
semua ini. Ya mungkin standar pertama program dari Kadispora hanya
sebatas kecamatan. Silahkan saja. Kita punya fasilitas. Kita punya GOR
(Gedung Olah Raga). Kenapa tidak pergunakan GOR? Untuk ajang
tempat kita ga masalah, saya yakin. Kita punya GOR, di GOR kita bisa
buat Badminton, kita bisa buat Voli. Ah, kita bisa buat Tenis Meja di
sana. Ada kita sarana. Tapi, saya bilang tadi coba Kadispora membuat
program bagaimana supaya pemuda di Siantar terlibat dalam
kepemudaan itu sendiri. Itu yang saya bilang untuk kepada Kadispora.”

Lebih jelasnya komitmen anggota dewan Bapak Tongam Pangaribuan,

SE.,Anggota Komisi 1 DPRD Kota Pematangsiantar tersebut disampaikan lagi

dalam pernyataannya sebagai berikut:

“Kami dari komisi 1, terutama dari Fraksi Nasdem akan coba siap
membantu kepada pemerintah supaya nanti apapun program mereka,
khususnya dari komisi 1, akan coba mengajukan kepada pemerintah
supaya anggaran itu mohonlah ditambahi atau apapun program mereka
dari Kadispora coba diperjuangkan. Kita akan perjuangkan. Ah, itu
kalau dari saya komisi 1. Coba kita perjuangkan supaya mereka juga
kegiatan tersebut terlaksana.”
Persoalan anggaran merupakan persoalan yang cukup klasik dalam setiap

evaluasi program atau kegiatan. Minimnya belanja modal dalam setiap SKPD

ataupun pemerintahan dibanding belanja pegawai yang demikian tinggi

merupakan bentuk kprihatinan kita kepada pemerintah. Akibatnya, sasaran dalam

setiap SKPD, khususnya di Disporabudpar sering terkesampingkan. Namun, hal


ini tentunya menuntut kreativitas dari pemerintah untuk menekan belanja pegawai

dan mendongkrak belanja modal.

Minimnya alokasi belanja modal atau belanja program di Disporabudpar

akhirnya hanya mampu melahirkan program peringatan Hari Sumpah Pemuda

setiap tahunnya. Program ini merupakan hal penting untuk setiap tahunnya

diperingati. Namun, apabila pemerintah hanya mengandalkan program tersebut

tentunya permasalahan pemuda di masyarakat tidak dapat terselesaikan dengan

baik. Komunikasi dan kordinasi lintas sektor lembaga pemerintah tentunya hanya

berfungsi sebagai penunjang dan bukan hal yang utama. Maka untuk itu,

Pemerintah Kota Pematangsiantar melalui SKPD-nya Disporabudpar harus

mendorong prioritas anggaran untuk pembangunan kepemudaan dalam rencana

pengembangan program. Sehingga kedepan masalah dalam pembangunan

kepemudaan tidak hanya dijawab melalui program yang dilihat oleh pihak

pemuda sebagai program seremonial.

Pemerintah juga perlu meningkatkan pengawasan kepada OKP yang

berdomisili di Kota Pematangsiantar agar pembangunan kepemudaan bisa tepat

ssasaran. Kebijakan yang telah diaturkan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam

pengalokasian dana atau anggaran kepada OKP harus merujuk pada undang-

undang tentang kepemudaan. Artinya, OKP yang pengurusnya yang memiliki usia

lebih dari rentang umur yang diaturkan oleh undang-undang yaitu 16 sampai

dengan 30 tahun harus menerima konsekuensi tidak dapat menerima bantuan

fasilitas dari pemerintah. Kebijakan ini tentunya dalam rangka penyadaran dan

penegakan hukum agar sasaran dari pembangunan kepemudaan itu bisa tepat

sasaran.
Ketegasan dari pemerintah ini tentunya akan memaksa OKP agar

berbenah diri melakukan peremajaan dalam tubuh organisasinya. Kebijakan ini

juga harus menjadi acuan bagi lembaga atau badan lain dari pemerintah yang

memiliki kaitan dengan kepemudaan.

4.2.4. Evaluasi Kebijakan Pembangunan Kepemudaan

Evaluasi merupakan elemen penting dalam melakukan perbaikan

terhadap kinerja sebuah organisasi. Evaluasi yang baik akan menjadi modal

penting dalam menyusun sebuah perencanaan yang baik. Bagai siklus yang tidak

berkesudahan, evaluasi merupakan bagian vital dalam manajerial organisasi.

Tidak terlepas evaluasi atas kinerja pemerintah, khususnya dalam pembangunan

kepemudaan di Kota Pematangsiantar.

Keberhasilan sasaran meningkatnya kualitas dan partisipasi pemuda

diberbagai bidang kepemudaan diukur melalui pencapaian indicator kinerja

sasaran hasil dari pengembangan capaian kinerja program/kegiatan. Indicator

kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam table

berikut:

Tabel 4.8. Indikator Kinerja Sasaran Beserta Target, Realisasi dan


Capaiannya

Indikator Kinerja Capaian


Target Realisasi
Sasaran
• Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda

Jumlah Peringatan 2.500 orang 2.500 orang 100 %


Hari Sumpah Rp 43.462.000,- Rp 42.562.000,- 97,92 %
Pemuda di Kota
Pematangsiantar
Sumber: LAKIP Disporabudpar Kota Pematangsiantar 2014

Untuk mencapai sasaran di atas telah dilaksanakan program

pengembangan dan keserasian kebijakan pemuda. Program ini bertujuan untuk

mewujudkan keserasian berbagai kebijakan pembangunan bidang pemuda di Kota

Pematangsiantar. Keberhasilan dari program ini tentunya di dukung oleh adanya

kegiatan seperti Peringatan Hari Sumpah Pemuda (Hari Pemuda) Tingkat Kota

Pematangsiantar Tahun 2014 dipusatkan di Lapangan Haji Adam Malik

Pematangsiantar oleh unsur pemuda seperti organisasi kepemudaan, Mahasiswa,

Pelajar serta masyarakat, PNS dan Non PNS Pemerintahan Kota Pematangsiantar

berjumlah ± 3.000 (Tiga ribu) orang.

Selain kegiatan Peringatan Hari Sumpah Pemuda, peneliti menanyakan

kepada pihak pemuda melalui Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota

Pematangsiantar. Adakah kegiatan lain yang difasilitasi mutlak oleh

Disporabudpar Kota pematangsiantar dalam pembangunan pemuda? Berikut

jawabannya:

“Belum. Tapi Dispora Prov sudah dua kali. Misalnya, ketika di Medan
dan turun ke Siantar ini. Cuma untuk olahraga ada. Tapi kan ke KONI
itu.
Ketika pemuda ditanya mengenai, apakah pemuda sudah merasa cukup

dengan kegiatan Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang mereka anggap sebagai

kegiatan seremonial? Sekaligus, pertanyaan ini ingin memklarifikasi tanggapan

pemuda terhadap program seremonial tersebut. Demikian klarifikasi pemuda

melalui Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar

mengatakan:
“Ya jelas kuranglah. Pemuda ini tidak hanya sebagai pengikut. Dia juga
harus jadi pencetus ide-ide. Dia juga harus jadi pelaksana. Dia juga
harus juga jadi controlling. Tapi melihat sistem pemerintah dijalankan
tahun ini hanya menciptakan sebatas pengikut. Ini kalian, ikut kalian…
jadi seperti itu. Dan itu tidak kita harapkan. Kenapa? Kan ga kita
pungkiri. Estafet kepemimpinan itu di tangan pemuda. Jadi, kalau
pemerintah hanya mau menciptakan pemuda sebagai pengikut. Kapan
lagi pembinaan? Teruskan… pembinaan pemuda ini tidak semata-mata
beban KNPI aja kan? Ada kesamaan visi antara pemerintah dan KNPI
sebagai induk organisasi pemuda. Bagaimana pemuda ini kedepan?
Nah, kalau kita lihat ga nyambung dia. Untuk di 2015 ini.”
Pemuda melalui proses wawancara dengan Bapak Zainul Arifin Siregar,

Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar menanggapi kepemimpinan Walikota

Pematangsiantar, menyampaikan sebagai berikut:

“Kalau menurut saya begini, pemimpin inikan tidak sendiri. Jadi kalau
kita membedahnya kesana, tergantung SKPD-nya. Nah, memang di
tahun-tahun sebelumnya sudah berjalan baik, di 2015 ini aja yang agak
kurang. Nah, apalagi di kepemimpinan Hulman (Walikota
Pematangsiantar) ini drastis, macam Tuahman (Mantan Kadispora)
memimpin, seolah terjadi pembiaran. Nah, seperti itu dia. Artinya,
SKPD-nya memang inilah. Tidak terlepas dari kesalahan pemimpin.
Kenapa dia tidak mengingatkan bawahannya, atau SKPD-nya dalam
menjalankan fungsinya. Nah, disini yang kita lihat kurang ketegasan
dari walikota untuk menegur, memberikan peringatan seperti yang kita
lihat ini.”
Pemuda Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota

Pematangsiantar menyampaikan lebih lanjut mengenai tanggapannya mengenai

pemahaman walikota terhadap persoalan pemuda sebagai berikut:

“Ya, kalau ditanya. Pemahaman itu kan berbeda-beda. Pemahaman


walikota kita terhadap pemuda itu sampai dimana? Ya kita kan ga tahu
juga? Tapi yang kita harapkan adalah kepala daerah itu harus paham
pemuda ini adalah cikal bakal pemimpin yang akan datang. Berarti,
bagaimana mendesign, memformat mereka supaya menjadi pemimpin.
Ini yang belum kita lihat dari kepemimpinan Hulman ini.”

Berbeda tanggapan dari pemerintah Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak,

Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar yang


mengartikan adanya kesalahpahaman dalam memahami tupoksi dan komunikasi

masing-masing, sebagai berikut:

“Setiap SKPD punya program masing-masing. juga KNPI punya


program masing-masing. saya rasa anak itu, katakanlah anak dalam
keluarga. Kan sama bapak mama dia minta uang untuk belanja? Si A tak
usah mengharapkan SI B untuk membeli sepedanya. Anaknya dia, minta
aja langsung sama bapak. Maunya begitu ini. Artinya, dia KNPI jangan
terlalu mengharap supaya bekerja keras Dispora dalam hal ini.
Sementara dia bisa meminta kog. Ah… itu, di sini letaknya kadang-
kadang miscommunication itu. Satu bapak kita, walikota itunya bapak
kita. Pemko itunya bapak kita. Nah, inilah terkadang kesalahpahaman
masing-masing. hanya keterlibatan dia dengan Dispora, manakala ada
dari provinsi dana untuk KNPI. Ya pintunya kita donk.”
Begitu juga dalam menanggapi pernyataan dari pemuda bahwanya

pemuda sangat menyayangkan tidak dilibatkan dalam menyusun kebijakan atau

program belakangan ini. Sebagaimana perencanaan yang baik itu adalah yang

selalu melibatkan seghala pemangku kepentingan, guna menampun segala aspirasi

mereka. Pemerintah Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan

Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar menyatakan sebagai berikut:

“Memang pas itu pak. Dan itu maunya, tidak masalah baru itu. Di
tingkat atas pun pak. Contoh: mereka sudah lakukan itu untuk pemilihan
anggota Paskibra. Tidak boleh hanya Dispora, makanya mereka
melibatkan semua. Ah, kenapa? Supaya terselesaikan, sehingga kalau
ada masalah tidak satu orang yang salah. Kan begitu, dalam hal yang
begitu. Tapi dalam hal ini boleh juga sperti yang dikatakannya. Ikut
mereka duduk bersama kami untuk merumuskan itu. Tapi katakanlah
dulu itu belum terlaksana. Memang hal yang baik itu. Tetapi yang saya
bilang tadi dilakukan. Ini tak usah dibicarakanpun, bisa. Artinya, apa
yang perlu oleh pemuda di kota ini? Ayo kita programkan. Ayo kita
giring ke Pemko, supaya jangan dicoreti lagi program kita ini. Ayo kita
giring ke DPR. Alangkah baiknya begitu.”
Kenyataannya dalam program kepemudaan oleh SKPD Disporabudpar

hanya menghasilkan kegiatan kegiatan Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober. Hal ini diperjelas oleh pemerintah Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak,
Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar

menyampaikan sebagai berikut:

“Ada juga pak yang namanya pemuda, namun tidak masuk dalam
anggaran yang kegiatannya di provinsi yang tidak dapat kita ikuti.
Contoh: Pemuda Pelopor, kewirausahaan, pertukaran pemuda antar
provinsi, pertukaran pemuda antar Negara, jambore, ah itu. Itu tidak
ada kena sama kita karena tidak kita anggarkan. Tapi provinsi selalu
menyurati kabupaten/kota. Program yang hanya dibuat oleh Dispora
yaitu hanya ‘Sumpah Pemuda’. Selain itu, pengikut acara provinsi dan
nasional. Contoh: hari ini sampai hari Jumat, mulai semalam, ada itu di
tingkat provinsi pelatihan pemuda kewirausahaan, tanggal 7 sampai 10.
Itu dilakukan provinsi, diundanglah kabupaten/kota. Jadi kita jumpailah
pemuda kewirausahaan tadi. Dia punya usaha, sudah kita jumpai
beberapa, ya mereka tidak bisa menghadiri.”

Begitu juga DPRD sangat menyayangkan ketika mendapati kenyataan

bahwasanya pemerintah hanya mampu menghasilkan program Peringatan Hari

Sumpah Pemuda dalam bidang kepemudaan. Padahal pemuda telah

menyampaikan pendapatnya bahwa kegiatan semacam itu jauh dari menjawab

permasalahan pemuda karena hanya dimaknai sebagai kegiatan seremonial.

Seperti pernyataan anggota dewan Bapak Tongam Pangaribuan, SE., Anggota

Komisi 1 DPRD Kota Pematangsiantar dibawah ini:

“Sangat disayangkan. Kalau saya sendiri sangat disayangkan, kenapa


sebagai Kadispora tidak membuat program kepada pemuda, padahal
potensi ada. Dengan luas kita memiliki 8 kecamatan dan 53 kelurahan.
Apa salahnya dari 8 kecamatan ini, disetiap kecamatan diadakan event.
Contoh: mungkin Voli, diadakan Catur, olahraga yang ringan aja, Ping-
Pong atau sifatnya mungkin karena tempatnya, Sepakbola atau Futsal.
Saya lihat, Pemko tidak melihat program ke sana. Apakah emang ini
memang keterbatasan anggaran dari Pemko atau memang tidak diajukan
kepada Pemko mengenai program kesana untuk bagaimana pemuda kita
lebih kreatif, punya inovasi, punya kegiatan yang lebih positif dalam hal
keolahragaan. Cuma tadi, salah satu mungkin dengan begini narkoba
bisa dikurangi di Pematangsiantar. Salah satunya. Karena saya lihat sih,
narkoba sekarang dengan adanya kegiatan begini, mungkin mereka
berpikir untuk narkoba. Mereka akan berpikir panjang. Mereka ingin
hidup sehat. Itu saja. Untuk Pemko, harusnya Dispora lebih serius untuk
membuat program kepada kepemudaan.”
Disamping itu anggota dewan Bapak Tongam Pangaribuan, SE.,Anggota

Komisi 1 DPRD Kota Pematangsiantar melihat KNPI sebagai wadah yang positif

membangun kepemudaan. Oleh karena itu, dia merekomendasikan agar pemuda

aktif dalam berorganisasi, khususnya masuk dalam KNPI. Berikut pernyataannya,

“Dengan adanya wadah salah satu KNPI. Silahkan mereka bergabung


dengan KNPI. Mari kerjasama. Kemudian nanti dengan adanya program
mereka, nanti KNPI akan mencoba memperjuangkan kepada Pemko,
termasuk kepada anggaran. Kemudian selanjutnya kepada Pemko dan
juga harapan kami Pemko supaya agak diberi sedikit peluang dalam
mengembangkan bakat mereka, kemudian keinginan mereka. Aktivitas
yang mereka inginkan, tentu Pemko juga harus sedikit open.”
Di dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40

Tahun 2009 tentang kepemudaan, dituliskan bahwa definisi pemuda adalah

“Pemuda adalah warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting

pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga

puluh) tahun”. Termasuk didalamnya, Organisasi Kepemudaan (OKP). Apalagi

adanya kebijakan pemerintah yang membatasi organisasi kepemudaan yang boleh

mendapat fasilitas dari pemerintah, utamanya adalah anggaran harus OKP yang

memiliki rentang usia pengurusnya sesuai dengan UU. Nomor 40/2009 tentang

kepemudaan yaitu berada pada usia 16 sampai 30 tahun. Namun, pada prakteknya,

minimnya pengawasan pada kebijakan ini juga menyisakan persoalan yang cukup.

Penegakan hukum (law enforcement) yang lemahnya tentunya akan memberikan

dampak pada sulitnya tercapai tujuan. Termasuk didalamnya soal pembangunan

kepemudaan, khususnya di Kota Pematangsiantar. Berikut kutipan wawancara

dengan Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga

Disporabudpar Kota Pematangsiantar mengenai implementasi kebijakan mengenai

batas umur pemuda terkait dengan pemberian fasilitas kepada OKP yaitu;
“Pernah dulu mereka (pemuda) akan membentuk suatu analisa, waktu
kami rapat di Medan. Tapi hasilnya belum nampak dari sekarang.
Artinya, mereka membikin bargaining umur tadi supaya dinaikkan,
karena itu berlaku di Jakarta aja kata mereka, waktu kami rapat. Mereka
akan membuat suatu wadah membahas ini.

Ketidaksepahaman pemuda-pemuda di daerah tentunya membuat

persoalan pembangunan kepemudaan menjadi tidak maksimal. Dari pernyataan di

atas, terlihat pemuda di Sumatera Utara, khususnya di Kota Pematangsiantar tidak

setuju dengan undang-undang No.40/2009 tentang kepemudaan, khususnya soal

batasan umur pemuda. Usul pemuda yang mengatakan agar pemerintah

menaikkan rentang umur pemuda dari maksimal 30 tahun agar menjadi lebih

tinggi lagi merupakan usulan yang belum bisa di uji dasar berpikirnya. Apalagi

kalau kita melihat pada Tabel 2.1. perbandingan rentang usia pemuda di berbagai

negara dan forum di PBB, tentunya kita bisa mendapat gambaran umur yang

dimaksud dengan pemuda. Di tambah lagi, secara historis bangsa ini dulu pernah

berhasil dipimpin oleh para pendahulu kita yang belum berusia 30 tahun.

Di Kota Pematangsiantar, bagaimana sebenarnya kondisi implementasi

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang

kepemudaan dapat dilihat dari jawaban Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala

Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar ketika di

tanya pengawasan mereka terhadap OKP, utamanya organisasi KNPI Kota

Pematangsiantar adalah,

“Ya, sudah lewatlah (umur) pak. Bahkan di OKP itupun ada yang lewat.
Mereka menjawab itu. Di AD/ART tidak diatur. Berarti tidak boleh
mengharapkan dana dari pemerintah karena sudah diaturkan di undang-
undang ini.”
Banyaknya OKP yang tidak mengindahkan mengenai batasan umur

menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun


2009tentang kepemudaan membuat sasaran pembangunan kepemudaan sulit

tercapai. Untuk itu, peneliti tertarik mengetahui bagaimana sosialisasi

Disporabudpar Kota Pematangsiantar mengawal implementasi undang-undang

tersebut. Berikut jawaban dari Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang

Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar:

“Sudah kita kawal. Lebih dikawal. Sosialisasi pun sudah. Kita undang
dari Jakarta di Siantar Hotel. Bahkan, kalau ini sudah dikeluarkan 3
tahun sudah resmi. Paling tidak 5 tahun. Evaluasi 3 tahun. Oke 5 tahun.
Ya uda jalan.”

Untuk menutup proses wawancara dengan para narasumber, peneliti

memberikan kesempatan kepada pemerintah, pemuda dan anggota legislatif untuk

memberikan pesan harapan dalam topic penelitian ini yaitu pembangunan

kepemudaan di Kota Pematangsiantar. Demikian pernyataan tersebut diwakili

oleh Bapak Zainul Arifin Siregar, Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar, sebagai

berikut:

“Ya kalau kita berharap, pemuda ini dilibatkan. Baik itu dalam
penyusunan program, anggaran, dilibatkan pemuda ini. Katakan KNPI
sebagai duta atau perwakilan pemuda. Nah, dilibatkan dia dalam
penyusunan itu. Sehingga kita tahu program tahun ini apa yang di design
pemuda ini. Kemana arahnya?. Nah, kalau sekarang ini, kita tidak ini…
itu… Kedua, kan tidak hanya di Dispora, persoalan wawasan
kebangsaan ada di Kesbanglinmas. Maunya kita dilibatkan juga kita
disitu. Apa peran pemuda? Sosialisasi tentang undang-undang.
Disamping itu, dinas tenaga kerja, potensi itu harus ‘dicunkan’. Apa
yang ada di pemuda ini harus diberdayakan di tenaga kerja. Nah, ini
yang kita lihat ga ada. Intinya, dari semua komponen SKPD-SKPD
dibawah pemerintahan ini, harusnya ‘dicunkan’ dengan pemuda,
dilibatkanlah ini.
Selanjutnya, harapan Bapak Tongam Pangaribuan, SE.,Anggota Komisi

1 DPRD Kota Pematangsiantar, sekaligus beliau mencoba menjelaskan posisi


pemuda dalam pembangunan di Kota Pamtangsiantar, dituangkan dalam

pernyataannya sebagai berikut:

“Saya belum bisa melihat karena mungkin pemuda kita belum diajak
untuk kearah sana. Tapi mungkin, ada beberapa pemuda yang sudah
terlibat di OKP. Bisa jadi juga sudah terlibat di Ormas. Nah cuma
sejauh manakah peran mereka dalam pembangunan kota
Pematangsiantar? Ya, saat ini saya belum bisa mengatakan itu sudah
ada. Tapi mudah-mudahan ke depan. Tapi saat ini Ormas, kemudian
dengan KNPI. Itu sudah cukup bagus. Itu yang saya lihat dari
kepemudaan. Harapan saya, yang saya bilang tadi, mari para pemuda
Kota Siantar ikut ambil bagian di dalam suatu kegiatan ataupun Ormas
ataupun organisasi yang sudah dibentuk di Kota Siantar. Contohnya,
KNPI tadi, KONI tadi, kemudian ada Kosgoro lagi. Ya mereka mau,
silahkan bergabung supaya mereka bagaimana inspirasi mereka,
pemikiran mereka. Terus kemudian ada mungkin bakat yang tertunda
atau tergantung tidak kesampaian, silahkan bergabung.”

Terakhir, Bapak Drs. Binsar P. Sumbayak, Kepala Bidang Pemuda dan

Olahraga Disporabudpar Kota Pematangsiantar menyampaikan pesan dan

harapannya dalam pembangunan kepemudaan, khususnya di Kota

Pematangsiantar. Demikian pernyataan beliau dalam wawancara:

“Memang kalau saya ditanya, lebih baik pemuda ini dibina. Kemari
serius. Daripada kegiatan yang lain, kenapa? Karena kalau sudah kuat
pemuda ini, 15 tahun kedepan dia ada harapan lebih kuat lagi karena
fondasi sudah dibangun kuat. Lebih baik uang Negara ini habis di
pemuda ini. Daripada nanti? Karena watak pemuda inilah pemimpin kita
nanti 10 tahun kedepan nanti. Songon hamu 15 tahun nai, hamuma
sukkunon. Jadi molo ndang denggan mental muna saonari? [seperti
kalian (pemuda) 15 tahun lagi, kalianlah yang ditanya. Jadi, kalau tidak
bagus mental kalian sekarang?] Apa… Mau apa besok? Ancurlah… Ke
pemuda inilah. Benahilah ini. Makanya, di 16-30 itu digenjot. Kalau
sudah lewat itu. Sudah.”
Perhatian kepada pemuda merupakan sebuah keharusan, apabila sebuah

Negara atau daerah menyadari pemuda memiliki fungsi yang vital. Pemuda

merupakan generasi penerus dari pembangunan suatu wilayah. Apabila pemuda

dalam suatu wilayah memiliki kondisi yang buruk hari ini, tentu di masa depan
juga akan tergambar masa depan yang suram. Berlaku sebaliknya, apabila pemuda

dalam suatu wilayah memiliki kondisi yang baik, maka masa depan yang cerah

akan menanti.

Pemuda tidak boleh hanya dijadikan objek dalam pembangunan.

Melainkan dia harus menjadi subjek dalam pembangunan itu sendiri. Pemuda

harus diberdayakan untuk mengisi pembangunan dalam segala arah. Pengakuan

pemuda dalam wawancara sebelumnya di atas yaitu “pemuda hanya dijadikan

pengikut” merupakan kritik sekaligus aspirasi dari pemuda yang harus

diperhatikan. Memberikan ruang gerak yang besar kepada pemuda, sama saja

memberi kesempatan belajar kepada para calon pemimpin masa depan. Pemuda

yang katanya kurang pengalaman, harusnya diberi kesempatan untuk melakukan

proses aktualisasi diri lebih luas lagi. Pemuda identic dengan kreativitas, kritis,

berani dan memiliki daya juang yang tinggi tentunya sangat dibutuhkan dalam

mendorong sistem pemerintahan yang baik (good governance) yang tentu

memiliki korelasi yang positif mendorong pelayanan public yang memadai dan

mendorong kesejahteraan sosial.

Penting untuk melibatkan pemuda dalam proses pembuatan kebijakan

maupun program dalam suatu pemerintahan. Apalagi menyangkut tentang

pembangunan kepemudaan itu sendiri. Perkembangan teori perencanaan

pembangunan telah mengantarkan kita kepada konsep perencanaan terbaru yaitu

perencanaan pembangunan partisipasi (partisipatory planning). Konsep ini

menekankan untuk melibatkan setiap pemangku kepentingan guna

memaksimalkan informasi dalam setiap pengambilan keputusan. Keputusan yang

baik tentunya harus didasari oleh informasi yang memadai. Untuk itu, ketika
kebijakan pembangunan kepemudaan dirumuskan, penting untuk melibatkan

unsur pemuda didalamnya. Pengesampingan hal tentunya akan menjauhkan kita

kepada tujuan dari pembangunan kepemudaan dari suatu wilayah yang ingin

dicapai.

Ide atapun gagasan yang telah dikerjakan Pemerintah Kota

Pematangsiantar dalam menjaga fungsi kordinasi antar lembaga dalam

pemerintahan dengan menggelar rapat kordinasi sekali sebulan yang dilakukan

secara bergiliran tentunya perlu diapresiasi. Inisiatif seperti yang diutarakan dari

proses wawancara dengan pihak pemerintah tentunya akan menunjang

performance dari pemerintahan. Dalam hal pembangunan kepemudaan tentunya

gagasan itu sangat diperlukan. Kordinasi setiap lembaga dalam pemerintahan

sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan kepemudaan. Pembangunan

kepemudaan tentunya tidak bisa dipandang secara parsial, melainkan secara

holistic dan komprehensif.

Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Pematangsiantar

adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang langsung menangani

masalah pembangunan kepemudaan. Tetapi tidak menutup kemungkinan SKPD

atau badan lain memiliki fungsi yang menunjang pembangunan kepemudaan.

Misalnya saja, dinas pendidikan yang juga bertugas memberikan pendidikan

kepada pemuda, dinas tenaga kerja yang juga terkait tentang penyediaan tenaga

kerja yang lebih banyak dikuasai oleh para pemuda. Maka untuk itu, perlu jajaran

pemerintah untuk selalu berkordinasi demi menciptakan sinergi untuk mencapai

tujuan bersama. Terkhusus mengenai pembangunan kepemudaan, SKPD

Disporabudpar memegang peranan penting yang bertindak selaku kordinator


dalam mengarahkan segenap sumber daya organisasi pemerintahan bisa berjalan

secara efektif dan efisien serta berkesinambungan dalam mencapai tujuan.

Pemuda juga harus proaktif dalam mendukung dan mengkritisi

pembangunan kepemudaan. Termasuk bagaimana pemuda itu sendiri melalui

wadah pembinaan pemuda, misalnya OKP harus tanggap dan sadar dalam

menjalankan aturan dan peraturan yang ada. Rentang umur pemuda yang sudah

diaturkan oleh undang-undang harus diaplikasikan sebaik-baiknya.

Dalam setiap produk hukum pemerintah misalnya undang-undang,

tentunya telah melalui proses perencanaan, penyusunan atau perumusan yang

baik. Aspirasi dan pengamatan akan kondisi pemuda baik di dalam dan di luar

negeri merupakan sebuah proses yang telah dijalani. Untuk itu, penting untuk

memelihara sikap yang positif untuk menjalankan aturan yang berlaku, tanpa

mengabaikan sikap kritis pemuda itu sendiri. Selama kita belum memiliki naskah

akademik untuk menolak sebuah aturan tertentu, sikap positif untuk menghormati

dan menjalankan aturan tersebut merupakan cerminan sikap warga Negara yang

baik.

Pemuda juga harus proaktif, senantiasa ikut ambil bagian dalam wadah-

wadah pembinaan pemuda. Misalnya, wadah minat bakat, wadah karir pekerjaan,

wadah aspirasi golongan misalnya, OKP untuk melakukan pengembangan diri

dalam hal-hal yang positif yang tentunya hal ini akan menghindarkan pemuda dari

persoalan-persoalan yang membelenggu pemuda dewasa ini. Misalnya narkoba,

seks bebas, HIV/AIDS, kenakalan pemuda/remaja dan ragam macamnya.

Pemerintah juga harus mendukung bagaimana OKP bisa tetap tumbuh dan

berkembang serta mengawasinya. Bagaimanapun, pemerintah tentunya sangat


terbantu dalam mendorong pembangunan kepemudaan di suatu daerah dengan

adanya wadah-wadah pembinaan pemuda yang mandiri dan senantiasa memiliki

visi strategis yang sama dengan harapan pemerintah dan masyakat pada

umumnya.

Dalam bab sebelumnya telah dijabarkan dalam kerangka teori

bahwasanya pakar kebijakan public, seperti Edward III menjelaskan beberapa

factor yang mempengaruhi proses implementasi dari sebuah kebijakan,

diantaranya meliputi aspek komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur

birokrasi. Dari proses wawancara dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwasanya komunikasi dan sumber daya dalam implementasi kebijakan atau

program tersebut yang sering mengalami kendala. Misalnya dari aspek

komunikasi terlihat dari tidak dilibatkannya pemuda dalam penyusunan

perencanaan dan ditambah lagi keterangan dari pemuda yang tidak mengetahui

arah strategi maupun program dari Disporabudpar Kota Pematangsiantar.

Selanjutnya dari aspek sumber daya, anggaran merupakan persoalan yang cukup

klasik dalam menjawab tantangan dalam pemenuhan program. Sementara dari

aspek lainnya seperti, disposisi dan struktur birokrasi praktis tidak mengalami

kendala yang cukup berarti. Setidaknya hal ini dibuktikan dari pernyataan

pemerintah yang mengatakan bahwa hanya persoalan anggaranlah yang membuat

Disporabudpar tidak mampu melakukan pengembangan dalam pembangunan

kepemudaan. Begitu juga dari pihak pemuda maupun anggota legislative yang

menjalankan fungsi pengawasan, tidak memberikan catatan khusus terhadap

kedua aspek tersebut.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan kepada keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka dari penulisan tesis ini ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Arah strategi kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

pembangunan kepemudaan adalah meningkatkan partisipasi pemuda dalam

berbagai pembangunan bangsa dan negara, ternyata tidak cukup untuk

menjawab permasalahan kepemudaan di Kota Pematangsiantar.

2. Sasaran kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pembangunan

kepemudaan hanya mampu menjawab peningkatan partisipasi pemuda dalam

berbagai pembangunan bangsa dan negara dari beberapa sasaran kebijakan

yang telah ditetapkan.

3. Implementasi kebijakan pemerintah Kota Pematangsiantar sudah baik dalam

aspek sumber daya manusia, kewenangan dan fasilitas. Namun, kurang

berhasil dalam aspek komunikasi, program, dan anggaran SKPD Dinas

Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Pemerintah Kota Pematangsiantar.

Hal tersebut dapat dilihat dari:

1. Aspek komunikasi, pemuda tidak dilibatkan dalam penyusunan

kebijakan atau program kegiatan Disporabudpar. Padahal perencanaan

yang baik dalam penyusunan kebijakan atau program, harusnya

melibatkan segala pemangku kepentingan (stakeholders) untuk

menampung aspirasi dan pemikiran pihak terkait;


2. Aspek program, Disporabudpar menyampaikan minimnya kebijakan

program dalam pembangunan kepemudaan yang hanya berhasil

mencatatkan kegiatan “Peringatan Hari Sumpah Pemuda” 28 Oktober

per tahunnya. Permasalahan pemuda di Kota Pematangsiantar tentunya

tidak bisa diselesaikan hanya dengan menggelar peringatan upacara

yang bersifat seremonial;

3. Aspek anggaran yang kurang berhasil karena pernyataan dan laporan

dari pihak pemerintah hanya mampu menghasilkan program

“Peringatan Hari Sumpah Pemuda” karena minimnya dana anggaran

yang dialamatkan kepada bidang kepemudaan di Disporabudpar Kota

Pematangsiantar.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka berikut ini akan disampaikan

beberapa rekomendasi yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan, khususnya dalam rangka mendorong pembangunan

kepemudaan di Kota Pematangsiantar, antara lain:

1. Pemerintah Kota Pematangsiantar harusnya melibatkan segala pemangku

kepentingan (stakeholders), khususnya dari unsur pemuda dalam menyusun

rencana strategis maupun menyusun kebijakan program/kegiatan dalam

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Pematangsiantar setiap tahunnya.

2. Pemerintah Kota Pematangsiantar perlu mempertimbangkan meningkatkan

anggaran pada Disporabudpar, khususnya untuk bidang kepemudaan guna

melakukan pengembangan program untuk pembangunan kepemudaan.


3. Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Pematangsiantar

hendaknya melakukan pengembangan dalam program atau kegiatan dengan

selalu melihat daftar inventarisasi masalah yang dibuat, sebelum menyusun

rencana strategis (renstra) atau rencana kerja (renja).

4. Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Pematangsiantar

hendaknya memberi pengawasan dan evaluasi terhadap Organisasi

Kepemudaan (OKP) di Kota Pematangsiantar dalam memperoleh dana

bantuan dari pemerintah. Hal ini tentunya sebagai konsekuensi implementasi

dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, khususnya

mengenai rentang umur pemuda yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.

5. Organisasi Kepemudaan (OKP), khususnya KNPI Kota Pematangsiantar agar

lebih mematuhi aturan yang telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2009 tentang Kepemudaan, utamanya mengenai batasan umur yang

dimaksud dengan pemuda, sehingga pembangunan kepemudaan bisa lebih

tepat sasaran.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pematangsiantar hendaknya juga

menjalankan fungsi pengawasan dan mendorong peningkatan alokasi

anggaran untuk Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota

Pematangsiantar guna pengembangan program atau kegiatan dalam kebijakan

pembangunan kepemudaan.

7. Diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat implementasi kebijakan

pembangunan kepemudaan di daerah lain atau memperbesar cakupan objek

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, A.S. 2012. Analisis Kebijakan Publik: Kebijakan Sosial di Perkotaan


Sebagai Sebuah Kajian Implementatif. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan. 3:
78-92.
Ahmad Syukri dan Rosman. 2003. Konsep, Teori dan Isu Pembangunan. Skudai:
Penerbit UTM.

AR. Mustopadidjaya. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi,


Implementasi dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: LAN.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2010.
_______________________. 2011. Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2011.
_______________________. 2012. Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2012.
_______________________. 2013. Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2013.
_______________________. 2014. Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2014.
Budiman, Arief. 1995, Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia
Pustakan Utama.
Commonwealth Youth Programme. 2006. 6th Commonwealth Youth Ministers
Meeting, Strategy Papers. London. Commonwealth Secretariat.
Commonwealth Youth Programme. 2005. Inter-Agency Consultation on The
Formulation and Development of Youth Development Index. London.
Commonwealth Secretariat.
Dunn, William N. 1994. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Hanindita Offset.

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington DC:


Congressional Quarterly Press.
Effendi, Bachtiar. 2002. Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan. Jakarta:
UHAINDO Media & Offset.
Fakih, Mansour. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Jakarta:
Insist Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.

George C. Edwards III dan Ira Sharkansky. 1978. The Policy Predicament:
Making and Implementing Public Policy. San Francisco: W.H. Freeman and
Company.
Hadari Nawawi. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.

Hakim, Rustam. & Utomo, Hardi. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur


Lansekap Prinsip-Unsur dan Aplikasi Disain. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.
Hartanti, W.A.D. 2011. Analisis Implementasi Program Pengembangan
Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) (Studi Pada Empat KUPP di
Kabupaten Bekasi) (Tesis). Jakarta: Universitas Indonesia, Program
Pascasarjana.

James E. Anderson. 1984. Public Policy Making, New York: Holt, Rinehart and
Winston Company.

James E. Anderson. 1994. Public Policy Making: An Introduction. Boston:


Houghton Mifflin Company.

James E. Anderson. 1984. Public Policy and Politics in America. California:


Brooks/Cole Publishing Company.

Kartasasmita, Ginandjar. 1997. Administrasi Pembangunan: Perkembangan,


Pemikiran, dan Praktiknya di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Walikota Pematangsiantar Tahun


Anggaran 2014

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Akhir Walikota Pematangsiantar


Tahun 2010-2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pemuda,


Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pematangsiantar Tahun 2014

Larson, R.W., Perry, S.C., Kang, H., and Walker, K.C. 2011. New Horizons:
Understanding the Processes and Practices of Youth Development. Journal
of Youth Development: 30-42.

M. Irfan Islamy. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.


Jakarta: Bina Aksara.

Meriam-Webster, Incoporated. 1999. Webster’s American English Dictionary.


Springfield, MA01102: Federal Street Pers.
Naskah Akademik RUU Kepemudaan
Nawawi, Hadari. 1983. Metode Penelitian Sosial. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Nugroho, R. dan Wrihatnolo, Randy R. 2006. Manajemen Pembangunan
Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.


Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2010-2014
Rencana Kerja Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota
Pematangsiantar Tahun 2015
Ridwan. 2008. Strategi Pemberdayaan Pemuda (Studi Kasus: Karang Taruna
Tingkat Propinsi DKI Jakarta). Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sirojuzilam. dan Mahalli, K. 2010. Regional Pembangunan, Perencanaan, dan
Ekonomi. Medan: USU Press.

Supriyanto, Juni. 2009. Analisis Pembanguunan Pemuda Indonesia (Studi


Indikator Pembangunan Pemuda Indonesia) (Tesis). Jakarta: Universitas
Indonesia, Program Pascasarjana.
Taufik, Abdullah (ed.).1987. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. 2014. Edisi Keempat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Todaro, M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang


Kepemudaan

Wahyudini, Siti. 2011. Strategi Pengarusutamaan Pemuda: Menggagas


Partisipasi Pemuda dalam Pembangunan (Tesis). Jakarta: Universitas
Indonesia, Program Pascasarjana.
Winarno, Surrachmad, 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Internet
National Youth Development (2004, Februari 26). What is Youth Development?
National Youth Development Information center:
http://www.nydic.org/nydic/programming/whatis/, diakses tanggal 20 maret 2015.
Youth Development Strategies Inc. 2002. YDSI: What is Youth Development.
http://www.ydsi.org/ydsi/what_is/history.html, diakses tanggal 21 Maret 2015,
United Nations. (n.d.). 2008. Youth Development Indicators,
http://www.un.org/esa/socdev/unyin/youthindicators1.htm, diakses tanggal 21
Maret 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, www.bps.go.id , diakses pada 21 Maret
2015
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara,
http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/157, diakses pada 21
Maret 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pematangsiantar,
http://siantarkota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=259, diakses pada 21 Maret
2015.
Wikipedia dengan kata kunci “Kebijakan”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan,
diakses pada 24 Maret 2015.
Bappenas, http://www.bappenas.go.id/ , diakses pada 21 Maret 2015.
Lampiran 1

Pedoman Pertanyaan Wawancara Penelitian

“Analisis Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam

Pembangunan Kepemudaan”

1. Bagaimana kondisi atau permasalahan kepemudaan di Kota Pematangsiantar

menurut saudara?

2. Apakah tujuan kebijakan atau program dalam SKPD terkait bidang

kepemudaan?

3. Bagaimana proses implementasi kebijakan atau program dalam bidang

kepemudaan?

4. Bagaimana keterlibatan pemangku kepentingan terhadap implementasi

kebijakan?

5. Bagaimana menurut anda mengenai arah strategi dan sasaran kebijakan

pembangunan kepemudaan di Kota Pematangsiantar?

6. Bagaimana soal anggaran pembangunan kepemudaan di Kota

Pematangsiantar?

7. Bagaimana menurut anda mengenai (evaluasi) implementasi kebijakan yang

dilakukan oleh Disporabudpar Kota Pamatangsiantar?

8. Apa yang merupakan hambatan untuk mencapai tujuan? Yang paling serius?

9. Apa yang diharapkan dari stakeholder kebijakan dalam mencapai tujuan

pembangunan kepemudaan?

10. Apa yang saudara harapkan bagi pembangunan kepemudaan di Kota

Pematangsiantar?
Lampiran 2

Daftar Keterangan Wawancara Penelitian dengan Informan

No. Nama Jabatan Tempat Waktu


1 Bapak Drs. Binsar P. Kepala Bidang Kantor Dinas 08 Juli 2015
Sumbayak Pemuda dan Pemuda,
Olahraga Dinas Olahraga,
Pemuda, Budaya dan
Olahraga, Pariwisata Kota
Budaya dan Pematangsiantar
Pariwisata Kota
Pematangsiantar
2 Bapak Tongam Anggota Rumah Makan 09 Juli 2015
Pangaribuan, SE. Komisi 1 Fraksi “Madu Koro”
NasDem DPRD Pematangsiantar
Kota
Pematangsiantar
3 Bapak Parlaungan Ketua KNPI Kantor KNPI 03 Juli 2015
Purba S.Pd. Kota Kota
Pematangsiantar Pematangsiantar
4 Bapak Zainul Arifin Sekretaris KNPI Kantor KNPI 03 Juli 2015
Siregar Kota Kota
Pematangsiantar Pematangsiantar
Lampiran 3

Dokumentasi Wawancara Responden Dengan Penelitian


“ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA
PEMATANGSIANTAR DALAM PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN”

Wawancara dengan Bapak Drs. Binsar Sumbayak, Kabid Kepemudaan dan


Keolahragaan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota
Pematangsiantar

Wawancara dengan Bapak Parlaungan Purba dan Bapak Zainul Siregar, Ketua dan
Sekretaris KNPI Kota Pematangsiantar didampingi Kepala Sekretariat
Berfoto di Kantor KNPI Kota Pematangsiantar bersama Ketua dan Sekretaris
KNPI Kota Pematangsiantar

Wawancara dengan Bapak Tongam Pangaribuan, SE. Anggota Komisi 1 DPRD


Kota Pematangsiantar
Lampiran 4

Daftar Organisasi Kepemudaan (OKP) yang Dibina oleh Disporabudpar

Kota Pematangsiantar

NO. ORGANISASI KEPEMUDAAN


1 Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
2 Himpunan Mahasiswa Islam (HmI)
3 BAKOPMI
4 GP Ansor
5 Generasi Pemuda MKGR
6 AMII
7 PMII
8 GP Alwasliyah
9 GAMKI
10 Nasiatul Aisiyah
11 Mahasiswa Pancasila
12 PMKRI
13 FKPPI
14 Gerakan Mahasiswa Kosgoro (GEMA)
15 Pemuda Muhammadiyah
16 IPK
17 GMKI
18 Pemuda Katholik
19 IRM
20 Pemuda Panca Marga (PPM)
21 AMPI
22 HIMAPSI
23 GM GAKARI
24 Pemuda Kiara
25 GMPI
26 GM KOSGORO
27 Satuan Mahasiswa IPK
28 Pemuda Muslim Indonesia
29 Badhika Karya
30 FOKUS MAKER
31 GMNI
32 WAKI
33 Fatayat NU
34 FOKFIS
35 Gerakan Pemuda Banteng Perjuangan
36 Gerakan Pemuda Demokrat Indonesia Perjuangan (GP DIP)
37 Keluarga Besar Putra-Putri Polri (KBPP) Resort Simalungun
38 Muda Gotong Royong
39 Forum Komunikasi Angkatan Muda Siantar (FKAMS)
40 Generasi Muda Kreatif Mandiri (GMKM)
41 Ikatan Pemuda NU
42 Barisan Rakyat Indonesia Penjaga Demokrasi (BRIGADE)
43 BM KOSGORO 1957
44 Angkatan Muda Demokrat
45 Patriot Bela Bangsa
46 Pemuda Banteng Demokrat
47 DPC BM Demokrat
48 Gerakan Angkatan Muda Melayu Indonesia (GAMI)
49 Ikatan Pemuda Nias (IPN)
Sumber: Disporabudpar Kota Pematangsiantar 2014

Anda mungkin juga menyukai