Anda di halaman 1dari 122

ANALISIS PENERAPAN E-GOVERNMENT

MENUJU ASAHAN SMART CITY


(Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

TESIS

Oleh

NIKO BONAR HALOMOAN MANURUNG


177024023/SP

MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PENERAPAN E-GOVERNMENT
MENUJU ASAHAN SMART CITY
(Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan
Dalam Program Studi Magister Studi Pembangunan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

NIKO BONAR HALOMOAN MANURUNG


177024023/SP

MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Tesis : ANALISIS PENERAPAN E-GOVERNMENT
MENUJU ASAHAN SMART CITY
Nama Mahasiswa : Niko Bonar Halomoan Manurung
NIM : 177024023
Program Studi : Magister Studi Pembangunan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

(Dr. Muryanto Amin, M.Si) (Dr. Warjio, MA)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) (Dr. Muryanto Amin, M.Si)

Tanggal Lulus : 19 Maret 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji pada
Tanggal, 19 Maret 2020

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Muryanto Amin, M.Si


Anggota : Warjio, MA., Ph.D
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

ANALISIS PENERAPAN E-GOVERNMENT


MENUJU ASAHAN SMART CITY
(Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten Asahan)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan pada Program Studi –
Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisasn tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku

Medan, Maret 2020

Penulis

Niko Bonar Halomoan Manurung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PENERAPAN E-GOVERNMENT
MENUJU ASAHAN SMART CITY
(Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten Asahan)

ABSTRAK

Pelayanan publik berbasis elektronik yang didasari oleh Peraturan


Presiden Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE) bertujuan untuk memberikan manfaat dalam kemudahan
pelayanan terhadap masyarakat. Pemerintah Kabupaten Asahan dalam Peraturan
Bupati Nomor 39 Tahun 2018 tentang Penyelenggaran E-Government di
Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Asahan berupaya mewujudkan serta
menjalankan e-Government di Kabupaten Asahan dengan azas manfaat, keadilan
dan pemerataan, kepastian hukum, keamanan serta etika dengan tujuan untuk
mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih, baik, transparan, akuntabel, efektif
dan efisien dalam pelayanan publik menuju penyelenggaraan pemerintahan yang
smart government dengan prinsip ekonomi biaya ringan. Dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui teknik
pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi terkait data-
data sekunder untuk mendukung penelitian ini. Adapun kondisi dari
terselenggaranya e-Government di lingkungan Kabupaten Asahan dapat dikatakan
cukup baik secara infrastruktur command center, kelembagaan seperti perangkat
hukum, kemampuan keuangan daerah, serta sumber daya manusia meskipun ada
tugas-tugas yang harus diperbaharui dan ditingkatkan seperti halnya
pengembangan sistem informasi di seluruh perangkat daerah yang belum
terintegrasi seluruhnya. Selanjutnya pemenuhan dan pengembangan Sumber Daya
Manusia di lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa sistem yang belum terintegrasi
karena kekurangan sumber daya manusia untuk menjalanankan sistem serta
pemahaman akan sistem teknologi informasi dan komunikasi belum dimengerti
oleh hampir seluruh pihak terutama organisasi perangkat daerah di lingkungan
kecamatan dan kelurahan. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan dan
pengembangan Sumber Daya Manusia di lingkungan Pemerintahan Kabupaten
Asahan agar fasilitas sarana dan prasarana yang telah disediakan untuk
mendukung pelayanan publik secara elektronik dapat berjalan dengan baik.

Kata Kunci : Command Center, e-Government, Kelembagaan, Smart City

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang selalu memberikan berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis ini yang berjudul Analisis Penerapan E-Government Menuju

Asahan Smart City. Adapun Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Pascasarjana pada Program Studi Magister Studi

Pembangunan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan

beberapa pihak yang terus memberikan doa, dukungan, bimbingan, serta saran.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta Ketua Komisi

Pembimbing yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis

dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Program Studi

Magister Studi Pembangunan serta Komisi Penguji yang telah banyak

memberikan masukan dan saran kepada penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Bapak Warjio, PhD selaku Anggota Komisi pembimbing yang telah

banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian tesis

ini dengan baik.

5. Bapak Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si, selaku Komisi penguji

yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

6. Seluruh staf dan pegawai pada Program Studi Magister Studi

Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

7. Kedua orang tuaku tercinta, bapak J.Manurung dan mama T.Purba yang

selalu memberikan doa, poda ni, semangat, dukungan, cinta dan kasih

sayangnya. Semoga Tuhan selalu menyertai dan melindungi semuanya.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pascasarjana Tahun 2017.

Demikian Tesis ini disusun, atas segala kekurangannya mohon maaf

dan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Maret 2020

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1


ABSTRAK ............................................................................................................. 6
ABSTRACK ............................................................................................................ 7
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 8
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10


2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 10
2.2 Landasan Teori ....................................................................................... 14
2.2.1 Teori Strukturasi.............................................................................. 14
2.2.2 Konsep Smart City .......................................................................... 16
2.2.3 Konsep e-Government ..................................................................... 19
2.2.3.1 Teori penerapan indikator e-Government ................................ 20
2.2.3.2 Tipe Relasi e-Government ....................................................... 22
2.2.4 Kelembagaan e-Government ........................................................... 23
2.2.4.1 Pendekatan Kelembagaan (Institusionalisme) ......................... 23
2.2.4.2 Dimensi Kelembagaan e-Government ..................................... 24
2.3 Kerangka Penelitian ............................................................................... 25
2.3.1 Skema Pemikiran Penelitian ........................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 28


3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 28
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 28
3.3 Informan Penelitian ................................................................................ 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 29
3.5 Tahapan Analisis Data ............................................................................ 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 33


4.1 Karakteristik Objek Penelitian ............................................................... 33
4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Asahan ............................................ 33
4.1.2 Kondisi Penduduk Kabupaten Asahan ............................................ 35
4.1.3 Kondisi Kesehatan Kabupaten Asahan ........................................... 35
4.1.4 Kondisi Pendidikan Kabupaten Asahan .......................................... 37
4.1.5 Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan ................................. 38
4.1.6 Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan ....................... 39

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.7 Kondisi Keuangan Daerah Kabupaten Asahan ............................... 40
4.1.8 Gambaran Umum Pemerintahan Kabupaten Asahan ...................... 41
4.1.9 Deskripsi Umum Konsep Penerapan e-Government ...................... 42
4.2 Hasil Penelitian....................................................................................... 45
4.2.1 Deskripsi dan Analisis Data ............................................................ 45
4.2.2 Penerapan e-Government Pemerintah Kabupaten Asahan .............. 47
4.2.2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi ........................................... 47
4.2.2.2 Tingkat Konektivitas dan Penggunaan TI ............................... 57
4.2.3 Aspek Kelembagaan Penerapan e-Government .............................. 60
4.2.3.1 Struktur Organisasi .................................................................. 60
4.2.3.2 Perangkat Hukum .................................................................... 65
4.2.3.3 Ketersediaan Sumber Daya Manusia ....................................... 67
4.2.3.4 Perubahan Paradigma .............................................................. 69
4.2.3.5 Ketersediaan Dana dan Anggaran............................................ 72
4.2.4 Aspek Penghambat e-Government Kabupaten Asahan................... 74
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 88


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 88
5.2 Saran ....................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91

LAMPIRAN ......................................................................................................... 95

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Tahun 2017 .................................. 4
Tabel 1.2 Jarak Pusat Pemerintahan Terhadap Kecamatan Kab. Asahan ............... 5
Tabel 4.1 Letak dan Geografis Kabupaten Asahan ............................................... 33
Tabel 4.2 APK dan APM Tahun 2018 .................................................................. 37
Tabel 4.3 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan ............... 38
Tabel 4.4 Distribusi PDRB Kabupaten Asahan Tahun 2018 ................................ 39
Tabel 4.5 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah ..................................... 40
Tabel 4.6 Rekapitulasi Inventaris Barang Tahun 2017 ......................................... 51
Tabel 4.7 Rangkuman Pembagian Tanggungjawab S.I. Kab. Asahan.................. 54
Tabel 4.8 Ringkasan Publikasi Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Asahan ....... 55
Tabel 4.9 Perkembangan Layanan Aplikasi Kabupaten Asahan .......................... 58
Tabel 4.10 Pencapaian Sasaran Strategis Diskominfo Tahun 2017-2018 ............ 64
Tabel 4.11 Jumlah Tenaga Kerja Diskominfo ...................................................... 67
Tabel 4.12 Akuntabilitas Keuangan Tahun 2018 .................................................. 72
Tabel 4.13 Perjanjian Kinerja Diskominfo Kabupaten Asahan Tahun 2018 ........ 74
Tabel 4.14 Hasil Temuan Lapangan Terhadap Teori Indrajit ............................... 87

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ................................................................. 27


Gambar 4.1 Peta Kabupaten Asahan ..................................................................... 34
Gambar 4.2 Angka Harapan Hidup Kabupaten Asahan Tahun 2014-2018 .......... 36
Gambar 4.3 Kerangka e-Government ................................................................... 43
Gambar 4.4 Layanan E-Government..................................................................... 44
Gambar 4.5 Skema Penerapan e-Gov Kabupaten Asahan .................................... 47
Gambar 4.6 Command Center Kabupaten Asahan ............................................... 49
Gambar 4.7 Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Asahan ..................................... 55
Gambar 4.8 Bagan Susunan Organisasi Diskominfo Asahan ............................... 62

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urgensi penerapan smart city di berbagai daerah dilatarbelakangi oleh

kebutuhan daerah untuk menjawab perkembangan globalisasi yang secara terus

berkembang lebih cepat sehingga membentuk berbagai isu-isu yang sebelumnya

belum ada menjadi isu yang hangat serta menarik perhatian dunia. Beberapa isu-

isu yang menarik antara lain seperti demokratisasi, HAM (Hak Asasi Manusia),

hukum, transparansi dan akuntabilitas, korupsi, smart government, smart city,

serta berbagai hal yang akan menjadi perhatian berbagai negara dalam

penyelenggaraan pemerintahan.

Dalam membangun sebuah daerah yang pintar (smart city) bukanlah

sesuatu hal yang mudah ketika pemerintah dihadapkan pada suatu tuntutan untuk

menjadi pemerintahan yang mampu menyelesaikan permasalahan didaerahnya,

oleh karena hal itu mengharuskan pemerintah untuk lebih memahami terkait

konsep mendalam dari smart city. Salah satu bentuk dari pemerintahan yang good

government adalah mewujudkan sistem e-Government yang merupakan bentuk

upaya pemerintah untuk memperbaiki serta meningkatkan kinerja pemerintah agar

menjadi lebih cepat, efektif dan eisien dalam menjawab setiap permasalahan.

Menurut Arjita (2017) bahwa pondasi bagi pembangunan smart city

adalah mengimplementasikan e-Government dalam suatu negara. Ciri smart city

yang baik adalah adanya keberlanjutan (sustainability) dengan menjadikan e-

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Government yang baik melalui pemanfaatan teknologi informasi yang baik juga

dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga, e-Government

hanya sebagai salah satu faktor pendukung dalam membangun smart city dengan

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Perkembangan e-Government di Indonesia disebabkan oleh adanya faktor

yang memicu yaitu, perubahan zaman saat ini memaksa pemerintah untuk

melakukan reposisi dari hal yang bersifat internal menjadi eksternal, artinya

bahwa sebelumnya fokus yang dilakukan pemerintah dari pemenuhan kebutuhan

negara menjadi fokus pada pemenuhan sumber daya manusia.

Tekanan lain yang menyebabkan perkembangan e-Government adalah

kualitas pelayanan. Tanpa disadari bahwa sektor swasta selalu memberikan

peningkatan kualitas dari sisi pelayanan masyarakat sehingga standar pelayanan

semakin meningkat dari waktu ke waktu jika dibandingkan dengan pelayanan

masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah. Tekanan inilah yang menjadi

tuntutan kepada pemerintah sebagai sektor publik melalui pemanfaatan teknologi

dengan harapan dapat mewujudkan kualitas pelayanan yang baik kepada

masyarakat, sehingga perkembangan e-Government menjadi sarana untuk

menghubungan seluruh para stakeholder baik sektor swasta, masyarakat maupun

kalangan lainnya (Kencono, 2015).

Kabupaten Asahan sebagai salah satu kabupaten di Indonesia yang

tengah fokus terhadap penerapan serta pengembangan e-Government untuk

mewujudkan Asahan smart city. Komitmen yang diberikan pemerintah Kabupaten

Asahan tertuang dalam Peraturan Bupati Asahan Nomor 39 Tahun 2018 tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Penyelenggaraan e-Government di lingkungan Pemerintah Kabupaten Asahan,

bahwa pemanfaatan teknologi informasi atau TI dalam proses pemerintahan smart

government melalui e-Government akan meningkatkan efisiensi, efektifitas,

transparansi serta akuntabilitas.

Komitmen tersebut diungkapkan juga oleh Kepala Dinas Komunikasi

dan Informasi Kabupaten Asahan melalui media (Heta News, 2018) bahwa “visi

dan misi Pemerintah Kabupaten Asahan adalah untuk menciptakan Asahan

menjadi Kabupaten cerdas, artinya dapat membantu berbagai hal tentang

kegiatan masyarakat, terutama dalam membangun dan mengelola sumber daya

yang ada secara efektif dan efisien, serta memberikan kemudahan bagi

masyarakat untuk mengetahui melalui akses sumber informasi yang belum

didapat. Adapun program yang dicanangkan berupa Command Center dengan

konsep pembangunan berupa Smart City”.

Urgensinya penerapan e-Government di Kabupaten Asahan

dilatarbelakangi oleh berbagai macam permasalahan yang pada umumnya dialami

juga oleh daerah-daerah lain, sedikitnya ada point penting permasalahan yang

dihadapi Kabupaten Asahan yaitu: pertama, Kepadatan bangunan, lahan-lahan

parkir liar serta kerusakan jalan, Kedua, peningkatan jumlah penduduk.

Berdasarkan data BPS tahun 2016 Kabupaten Asahan berjumlah 712.684,

sementara diakhir tahun 2017 tercatat Kabupaten Asahan berjumlah 718.718 jiwa

jika dibandingkan Kabupaten/kota terdekatnya ditahun 2017 seperti Batubara

berjumlah 409.091, Labuhan Batu 478.593, Labusel 326.825, Labura 357.691 dan

Tanjung Balai 171.187 jiwa. Hal ini sejatinya juga merupakan salah satu implikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

dari meningkatnya jumlah penduduk yang berdampak pada tingkat kemacetan,

terutama salah satu lokasi kemacetan terletak sepanjang Jalan Imam Bonjol yang

mana adanya sarana hiburan masyarakat Cinema XX1 yang bukan hanya

masyarakat Kabupaten Asahan saja melainkan kabupaten lain seperti Tanjung

Balai, Batubara.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Tahun 2017

Jumlah Luas Wilayah


No Kabupaten/Kota
Penduduk m2
1 Labuhan Batu 478 593 2156,02
2 Asahan 718 718 3702,21
3 Batu Bara 409 091 922,20
4 Labusel 326 825 3596,00
5 Labura 357 691 3570,98
6 Tanjung Balai 171 187 107,83
Sumber : BPS Kabupaten Asahan Tahun 2017

Berdasarkan Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam)

Kabupaten/Kota yang secara geografis berdekatan dengan Kabupaten Asahan.

Pada data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang terbesar ada pada

Kabupaten Asahan berjumlah 718.718 jiwa di tahun 2017 dan yang terkecil ada

pada Kota Tanjung Balai berjumlah 171.187 jiwa. Adapun luas wilayah bagi

Kabupaten Asahan 3702.21 m2 sedangkan yang terkecil ada pada Kota Tanjung

Balai dengan luas wilayah 107,83 m2.

Ketiga, jarak antara lokasi pusat pemerintahan. Jarak pusat pemerintahan

pusat Kabupaten Asahan terhadap stuktur pemerintahan dalam sektor kecil sangat

lah jauh dan memerlukan waktu yang lama untuk menempuhnya. Adapun data-

data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan terkait jarak

pemerintahan pusat Kabupaten Asahan terhadap Organisasi pemerintahan, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Tabel 1.2 Jarak Pusat Pemerintahan Terhadap Kecamatan Kab. Asahan

Jarak dari Ibukota


Kecamatan Ibukota Kecamatan Kabupaten ke Ibukota
Kecamatan (km)
B.P Mandoge B.P Mandoge 46
Bandar Pulau B. Pulau Pekan 60
Aek Songsongan Aek Songsongan 70
Rahuning Rahuning I 42
Pulau Rakyat P. Rakyat Pekan 44
Aek Kuasan Aek Loba Afdeling I 52
Aek Ledong Ledong Barat 64
Sei Kepayang Sei Kepayang Kanan 38
Sei Kepayang Barat Sei Tulang Pandau 30
Sei Kepayang Timur Sungai Pasir 35
Tanjung Balai Teluk Nibung 36
Simpang Empat Simpang Empat 13
Teluk Dalam Air Teluk Kiri 26
Air Batu Sungai Alim Ulu 22
Sei Dadap Sei Kamah II 10
Buntu Pane Sei Silau Timur 10
Tinggi Raja Padang Sari 22
Setia Janji Sei Silau Barat 15
Meranti Meranti 15
Pulo Bandring Suka Damai 5
Rawang Panca Arga Rawang Pasar IV 9
Air Joman Binjai Serbangan 10
Silau Laut Silau Bonto 25
Kisaran Barat Sei Renggas 5
Kisaran Timur Kisaran Naga 3
Sumber : BPS Kabupaten Asahan Tahun 2017

Berdasarkan Tabel di atas pemerintah Kabupaten Asahan dalam

melakukan koordinasi terhadap 25 kecamatan serta 204 desa/kelurahan berkisar

30-70 km dengan jarak tempuh berkisar 2-3 jam bahkan lebih jika kondisi jalan

yang dilalui dalam keadaan rusak-rusak. Hal ini menjadi tuntutan bagi pemerintah

kabupaten Asahan untuk menjalankan pemerintahan lebih efektif dan efisien

sehingga baik antara jarak, waktu, biaya dapat diringkas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Dalam rangka mewujudkan kesiapan sebuah sistem smart city, maka

langkah awal yang harus dipersiapkan pemerintah Kabupaten Asahan yaitu

kesiapan terhadap teknologi. Direktorat e-Government Kemkominfo RI Bambang

Dwi Anggono (2018) menjelaskan bahwa konvergensi e-Government sebagai

backbone Smart City, artinya bahwa e-Government adalah fondasi awal berdirinya

smart city yang dimana pemerintah membangun sebuah ekosistem elektronik yang

saling terintegrasi, saling bertukar data antar daerah, serta saling membangun

business process terpadu antar sistem elektronik, bukan hanya antar lembaga

pemerintah saja, namun seluruh stakeholder.

Saat ini pemerintah Kabupaten Asahan telah melaksanakan sistem e-

Government sebagai pelayanan publik yang dapat diakses melalui portal resmi

pemerintah Kabupaten Asahan www.asahankab.go.id. Berbagai macam sistem

pengelolaan pemerintahan berbasis teknologi informasi telah dirancang oleh

Pemerintah Kabupaten Asahan, salah satunya pelayanan informasi publik berbasis

online yang menampung pengaduan masyarakat adalah e-Lapor. Aplikasi ini

memberikan pelayanan terkait laporan keluh kesah masyarakat dan

memungkinkan dalam mengawasi pelayanan pemerintah. Akan tetapi aplikasi e-

Lapor belum disosialisasikan kepada masyarakat Kabupaten Asahan, sehingga

masyarakat belum mengetahui fungsi dari aplikasi tersebut. Selain hal itu,

beberapa aplikasi berbasis online yang telah diluncurkan oleh pemerintah

Kabupaten Asahan adalah e-Perizinan, e-Planning, JDIH (Jaringan Dokumentasi

dan Informasi Hukum), LPSE, PPID, siMaya, e-Buletin, e-Kliping, Smart Pajak,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

SIOLA, e-Announcement dan beberapa waktu lalu pemerintah Kabupaten Asahan

baru saja meluncurkan aplikasi ASADA (Asahan Satu Data).

Pada website resmi pemerintah Kabupaten Asahan, terdapat beberapa

permasalahan yang muncul kemudian adalah bahwa informasi yang ditampilkan

belum lengkap serta masih terdapat beberapa domain yang belum dapat dibuka

dan masih dalam proses. Selain itu, setiap OPD maupun kecamatan yang telah

membentuk portal belum seluruhnya dapat diakses dan masih terlihat kosong

maupun halaman awal saja. Beberapa aplikasi yang terdapat dalam domain e-Gov,

CCTV belum dapat diakses secara penuh dan masih dalam tahapan halaman utama

saja.

Adapun permasalahan di atas menjadi tujuan penelitian ini mengingat

bahwa e-Government merupakan backbone dari pembangunan smart city, maka

penting kemudian untuk melihat sejauh mana pemerintah Kabupaten Asahan

secara kelembagaan (institusional) dalam kesiapan e-Government untuk menuju

Asahan smart city.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Bupati Asahan Nomor 39 tahun

2018 tentang Penyelenggaraan e-Government di lingkungan pemerintah

Kabupaten Asahan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam proses

manajemen pemerintahan untuk meningkatkan efektivitas, efesinesi, transparansi

dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan sistem informasi pemerintah

yang menerapkan teknologi informatika dalam pelaksanaan pemerintahan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun pertanyaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penyelenggaraan kelembagaan dalam penerapan e-

Government di lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan ?

2. Apa saja yang menjadi penghambat dalam penerapan e-Government

di lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk menganalisis serta mengetahui penyelenggaraan kelembagaan

dalam penerapan e-Government di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Asahan.

2. Untuk menganalisis serta mengetahui hal-hal yang menjadi

penghambat dalam penerapan e-Government di lingkungan

pemerintah Kabupaten Asahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, bahwa hasil dari penelitian ini akan memberikan

informasi serta penjelasan mengenai kelembagaan e-Government

di lingkungan Kabupaten Asahan.

2. Secara Praktis, bahwa hasil dari penelitian ini diharapkan

memberikan manfaat dan menjadi masukkan bagi masyarakat serta

pemerintah tentang kajian akademik dalam penerapan e-

Government mewujudkan pembangunan smart city.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Marudur P Damanik dan Erisva H Purwaningsih (2018) berjudul:


“Kesiapan e-Government Pemerintah Daerah Menuju Pengembangan
Smart Province (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal
Provinsi Sumatera Utara”.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menggambarkan kesiapan pemerintah

Kabupaten Mandailing Natal dalam pelaksanaan e-Government untuk mendukung

Smart Province. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif dan

kuantitatif menemukan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah

Kabupaten Mandailing Natal telah memanfaatkan TIK di dalam proses kerja

organisasi pemerintahan namun proses kesiapan dalam pelaksanaan e-Government

belum maksimal, karena beberapa spek kesiapan yang diukur belum terpenuhi.

Pertama, aspek tata kelola, pemkab Mandailing Natal belum memiliki landasan

hukum dan kebijakan dalam pengembangan TIK maupun perencanaan dalm

bentuk peraturan dan rencana strategis. Kedua, aspek infrastruktur, koneksi

internet hanya memanfaatkan jaringan kabel telepon, sehingga dirasa sangat

lambat terlebih ketika pegawai menggunakan secara bersama-sama. Ketiga, aspek

SDM aparatur ditemukan sudah cukup familiar dengan teknologi, namun yang

menjadi titik lemah adalah ketika hal-hal teknis seperti troubleshooting dan

konfigurasi pada jaringan masih sangat kurang.

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11

Melihat hal tersebut, peneliti mencoba menyimpulkan bahwa

pembangunan smart province bukanlah permasalahan yang mudah dan tidak

boleh sembarangan terlebih dihadapkan pada suatu tuntutan untuk menjadi

pemerintahan yang mampu menyelesaikan permasalahan dengan memanfaatkan

teknologi. Komitmen pemerintah Kabupaten Mandailing Natal perlu dinyatakan

dengan cara merumuskan langkah terkait pembenahan penerapan e-Government

serta perlunya bimbingan teknis terkait SDM yang relevan di dalamnya.

Sri Hadijah Arnus (2017) berjudul:

“Peran E-Government Dalam Mewujudkan Transparansi Pemerintahan


di Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan e-Government di

wilayah pemerintahan provinsi Sulawesi Tenggara serta kendala yang dihadapi

oleh Biro Humas dan PDE selaku pengelola e-Government di Sulawesi Tenggara.

Hasil yang ditemukan peneliti bahwa sistem e-Government sudah berjalan dengan

namun kendala yang terjadi adalah masih kurangnya sosialisasi kepada

masyarakat tentang adanya situs e-Government, selain hal tersebut, informasi dan

data yang disampaikan pada situs tersebut memerlukan kemampuan dan

pemahaman administrative yang baik, sehingga hanya masyarakat yang memiliki

pendidikan menengah keatas yang dapat memahami dan mengetahui penyajian

informasi dan data di dalamnya. Hal lain yang ditemukan adalah e-Government

belum dapat mengekspose semua rangkaian renja, namun masih banyak yang

tidak lengkap dan belum actual dikarenakan masih terkendalanya dana

operasional dalam tugas mengelola ingormasi dan data yang disajikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Endah Mustika Ramdani (2018) berjudul:

“Analisis Efektivitas Pelaksanaan E-Government di Tingkat Kelurahan”

Penelitian ini menganalisis terkait pelaksanaan e-Government diranah

terendah dalam tata kelola pemerintahan Kota Bandung yaitu pada kelurahan

Manjahlega. Melalui metode deskriptif kualitatif penelitian ini menemukan bahwa

e-Government pada tingkat kelurahan sudah berjalan, namun belum efektif, baik

dari sarana dan prasarana infrastruktur e-Government. Sisi lain penerapan e-

Government belum diimbangi dengan kesiapan perangkat kelurahan sehingga

tetap menggunakan pelayanan secara manual.

Kendala yang ditemukan adalah kemampuan aparatur belum optimal

terhadap aplikasi e-kelurahan, jaringan dan sistem baik dari pengetahuan maupun

pemahaman terkait e-Government. Sisi lain belum adanya regulasi yang mengatur

terkait e-Kelurahan yang dimana merupakan bagian dari e-Government yang

bertujuan untuk mendukung smart cit dalam mempercepat pelayanan publik oleh

bagian Pemerintahan Umum Kota Bandung sebagai leading sector yang

melakukan pengawasan dalam penerapan e-kelurahan di Kota Bandung.

Melkior N. N. Sitokdana (2015) berjudul:


“Evaluasi Implementasi eGovernemnt Pada Situr Web Pemerintah Kota
Surabaya, Medan, Banjarmasin, Makassar dan Jayapura”

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui serta mengevaluasi terkait

situs web e-Government dikota-kota besar di Indonesia yang mewakili dari

berbagai pulau besar di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian terhadap aspek

transparansi, layanan, efisiensi, ekonomi, aspirasi, tampilan, update, dan tahapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

untuk pencapaian e-Government disimpulkan bahwa Kota Surabaya lebih baik

dibandingkan kota lainnya. Hasil tersebut diperkuat oleh penelitian dari PeGi dari

tahun 2012-2014 bahwa dalam peningkatan situs web e-Government, di dominasi

oleh pemerintahan di pulau jawa. Hal ini harus menjadi tantangan bagi

pemerintahan lainnya bahwa perlu adanya regulasi dan pedoman penyelenggaraan

dalam membuat masterplan dan grand strategy e-Government yang perlu

dituangkan dalam undang-undang, serta perlunya bimtek terhadap aparatur negara

dalam memahami terkait teknologi informasi baik secara hardware maupun

software serta secara kelembagaan yaitu pemerintah termasuk DPR dan lembaga

lainnya untuk ikut serta dalam merumuskan rencana induk terkait pelaksanaan e-

Government yang sesuai dengan kemampuan daerah mengingat beragamnya

status sosial dan ekonomi di masing-masing daerah.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti ingin menganalisis terkait

penerapan e-Government di Kabupaten Asahan untuk mewujudkan Asahan yang

smart government dan Smart City. Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah

bahwa Kabupaten Asahan merupakan lokasi percontohan atau ikon bagi

kabupaten disekitarnya mengingat jumlah penduduk lebih besar dari kabupaten

sekitarnya yang mengimplikasikan kepadatan jumlah penduduk serta

permasalahan lain yang timbul serta beberapa kebutuhan-kebutuhan terkait

birokrasi yang menuntut pemerintah Kabupaten Asahan untuk memandang bahwa

pentingnya bimbingan teknologi, Big Data, Command Center, e-Government,

serta Smart City menjadi solusi terbaik yang diberikan pemerintah untuk

Kabupaten Asahan meskipun hal ini terbilang cukup lambat dikarenakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

perkembangann e-Government sudah ada sejak dikeluarkannya Inpres Nomor 3

Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategis nasional pengembangan e-

Government serta Perpres Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan

Berbasis Elektronik (SPBE) maka pemerintah harus lebih serius dan berkomitmen

sehingga dalam menyikapi kebutuhan teknologi untuk memudahkan,

mempercepat serta merespon apa saja yang menjadi keluh kesah masyarakat

Asahan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Strukturasi

Menurut Anthony Giddens (2010) menggambarkan institusi sosial antara

kelompok dan organisasi memiliki aturan-aturan sosial yang dimana aturan

tersebut dibuat untuk pedoman perilaku anggotanya atau untuk mengarahkan

seorang kontraktor dalam membangun struktur bangunan. Teori strukturasi

memiliki asumsi dasar yang dapat dipahami yaitu: Pertama, kelompok dan

organisasi diproduksi dan direproduksi dengan penggunaan aturan dan sumber

daya. Kedua, aturan komunikasi berfungsi dengan baik untuk medium maupun

hasil akhir dari interaksi. Ketiga, struktur kekuasaan terdapat di dalam organisasi

dan menuntun proses pengambilan keputusan dengan menyediakan informasi

terkait cara untuk mencapai tujuan dengan cara terbaik.

Pemikiran dari teori strukturasi oleh Anthony Giddens (2010) ini

menggambarkan bahwa aturan secara berkesinambungan menyediakan tata cara

serta batasan bagi perilaku kelompok dalam menjalankan peraturan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

berdasarkan pada harapan awal. Dalam teori yang dikemukakan tersebut

mendeskripsikan bahwa untuk memahami aturan dari sistem sosial, para aktor

harus mengetahui serta memahami sumber daya yang melatari suatu aturan,

sehingga kekuasaan yang dimiliki para aktor dapat mencapai hasil keputusan.

Teori tersebut juga menjelaskan adanya hubungan “dualistis” yang

memiliki arti hubungan yang saling mempengaruhi antara agen dan struktur.

Seluruh tindakan membutuhkan struktur dan seluruh struktur memerlukan

tindakan sosial. Dalam konsep dualistis menjelaskan adanya tindakan yang

dilakukan agen secara berulang-ulang akan membentuk pola atau memori yang

memungkinkan tindakan serupa dapat dilakukan oleh agen serta struktu dalam

teori Giddens secara konsep hadir dalam perwujudan melalui praktik yang tertentu

dan sebagai jejak memori yag berorientasi pada perilaku manusia sebagai agen

yang berpengetahuan. Struktur sebagai jejak memori dan perwujudan praktik yang

berulang inilah menjadi sesuatu yang membatasi (constraint) namaun sekaligus

memungkinkan (enabler) tindakan dikemudian hari.

Ilustrasi yang dapat digambarkan terkait penggunaan e-Government

diposisikan sebagai agen-agen berpengetahuan yang berkehendak bebas, akan

tetapi pola penggunaan e-Government yang berulang-ulang diasumsikan akan

membentuk struktur yang melibatkan nilai-nilai yang berkenaan dengan budaya

komunikasi, namun sebaliknya dalam praktik penggunaan e-Government untuk

kepentingan komunikasi dan interaksi dibatasi pula oleh aturan-aturan berupa

nilai, norma, peraturan pemerintah dan sumber daya yang mengatur pola interaksi

dan komunikasi tersebut yang telah menjadi sebuat struktur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Dalam teori Stukturasi oleh Anthony Giddens menjelaskan bahwa ada

faktor ruang dan waktu yang menjadi variabel penting dalam teori stukturasi

karena dalam praktiknya secara sosial dilakukan dalam koidor waktu dan ruang

tertentu. Hal ini juga diperkuat oleh peneliti Octavianto (2014) dalam

penelitiannya terkait teknologi-teknologi berkembang yang dikaitkan dengan teori

strukturasi karya Giddens bahwa lazimnya ruang dan waktu memiliki keterkaitan

dengan kehadiran orang lain ketika praktik sosial tersebut berlangsung, biasanya

kehadiran tersebut biasa terjadi ketika bertatap muka, namun dalam

perkembangan teknologi dikehidupan yang serba modern ini telah memungkinkan

terbentuknya sistem sosial yang berjarak dalam arti bahwa orang lain tidak perlu

bertatap muka dalam waktu dan ruang yang sama.

Oleh karena itu, e-Government yang dibangun dan dikembangkan oleh

seluruh daerah-daerah dapat dikatakan sebagai sebuah media baru bagi pelayanan

publik yang memungkinkan terjadinya praktik sosial yang melintasi ruang dan

waktu bagi orang-orang yang terlibat. Akan tetapi dalam penempatan konsep

ruang dan waktu dalam pelayanan publik tersebut akan tergantung dari

interpretasi atau makna yang diciptakan terhadap media baru.

2.2.2 Konsep Smart City

Suhono Harso Supangkat (2018) sebagai pencetus Smart City Initiatives

Indonesia (SCII) mengidentifikasikan enam model smart city untuk membuat

kesuksesan sebuah kota/kabupaten dalam menjalankan pembangunan smart city,

yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

1. Smart Government

Pemerintah yang cerdas adalah kunci utama dalam pembentukan

smart city. Pemerintah yang merupakan bagian dari fundamental

sebuah negara memiliki tugas untuk membentuk paradigma atau

pandangan kepada masyarakat. Pemerintah yang cerdas adalah

pemerintah yang peduli dan transparansi terhadap masyarakatnya

untuk meningkatkan kepercayaan dan kemauan masyarakat terhadap

pemerintah. Adanya Smart Government menjadi sebuah karakter

pemerintah yang professional, bertanggungjawab dan bersih.

2. Smart People

Smart People merupakan sebuah kondisi dimana seluruh sumber

daya manusia yang ada dalam suatu daerah sudah benar-benar

berkompeten.Selain itu, nilai-nilai edukasi yang ada di dalam

masyarakat dapat mendorong kehidupan sosial menjadi lebih

kondusif.

3. Smart Economy

Smart Economy merupakan pemberdayaan terhadap masyarakat oleh

pemerintah baik melalui UMKM maupun koperasi sehingga dapat

mendorong inovasi dan mengantisipasi persaingan usaha serta

mendorong rasa untuk berwirausaha.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

4. Smart Mobility

Smart Mobility adalah pengelolaan infrastruktur yang dikembangkan

dimasa depan sebagai sebuah sistem terpadu untuk menjamin

kepentingan publik.

5. Smart Living

Smart Living merupakan suatu lingkungan pintar yang dapat

memberikan rasa nyaman dan aman terhadap sumber daya baik fisik

maupun non-fisik, kepada masyarakat dan publik.

6. Smart Environment

Smart Environment dilihat dari segi penggunaan bangunan agar tidak

berdampak pada kerusakan sumber daya alamnya. Adanya kerusakan

yang berdampak pada penurunan mutu lingkungan pada dasarnya

akibat dari kelalaian maupun kesengajaan dari pemerintah atau

masyarakatnya.

Smart City merupakan suatu konsep kota “pintar” yang dapat mengelola

berbagai sumber dayanya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai

tantangan kota melalui solusi yang inovatif, terintegrasi serta berkelanjutan untuk

menyediakan infrastruktur dan memberikan layanan-layanan kota yang dapat

meningkatkan kualitas hidup warganya. Intinya bahwa melalui pemerintah, Smart

City adalah bentuk pembangunan berkelanjutan yang berinovatif untuk

menyelesaikan permasalahan dan tantangan, sehingga Smart City dijabarkan

sebagai pemerintah yang dapat mengetahui (sensing) keadaan daerahnya atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

kotanya, memahami (understanding) keadaan daerahnya lebih dalam, dan

melakukan aksi (acting) terhadap permasalahan tersebut

2.2.3 Konsep e-Government

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan e-Government serta Perpres Nomor 95 Tahun

2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) menjelaskan

bahwa perlunya penyelenggaraan pemerintahan dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan good government akan

meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraaan pemerintah. e-Government dapat diaplikasikan pada legislative,

yudikatif, maupun administrative publik dengan tujuan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan publik kepada masyarakat sebagai bentuk pemerintahan yang

demokratis.

Niatulla (2017) menunjukkan ada 3 (tiga) aspek pemicu konsep e-

Government yang terus berkembang, yaitu:

1. Perkembangan era globalisasi yang lebih cepat dari perkiraan telah

menciptakan isu-isu seperti demokratisasi, hukum dan HAM,

korupsi, civil society, good governance dan hal lain yang menjadi

perhatian bagi setiap negara untuk melakukan reposisi perannya di

dalam suatu negara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

2. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi semakin

pesat sehingga bentuk informasi maupun bigdata menjadi semakin

cepat tersebar dan berkembang seiring perkembangan waktu.

3. Berkembangnya kualitas kehidupan masyarakat didunia tidak lepas

dari semakin majunya kemampuan industri swasta dalam melakukan

perekonomiannya, sehingga kedekatan antara produsen dan

konsumen telah membentuk sebuah standar pelayanan yang semakin

baik dari hari ke hari.

2.2.3.1 Teori penerapan indikator e-Government

Menurut Indrajit (2005), terdapat beberapa faktor yang menjadi indikator

dari penerapan konsep e-Government, yaitu:

1. Infrastruktur. Dalam pelaksanaannya, infrastruktur telekomunikasi

seperti perangkat keras, jaringan menjadi faktor eksternal dalam

penerapan e-Government. Idealnya memang harus memiliki

infrastruktur yang memadai terkait pembangunan e-Government,

namun perlu dipertimbangkan terkait lokasi, karena berbagai ragam

kemampuan daerah baik keuangan daerah maupun point lain harus

dipikirkan terkait juga hubungan kerjasama dengan sektor swasta.

2. Tingkat konektivitas serta penggunaan teknologi informasi oleh

pemerintah. Hal ini diperlukan mengingat bahwa sejauh mana

pemerintah dalam memanfaatkan teknologi di setiap aktivitas

pemerintahan menjadi tolak ukur dari kesiapan pemerintah dalam

menerapkan konsep e-Government.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

3. Kualitas SDM aparatur pemerintah. Pemeran utama dalam penerapan

e-Government pada dasarnya adalah SDM yang bekerja di

pemerintahan, sehingga tingkat kompetensi, pemahaman, serta

keahlian menjadi sangat mempengaruhi peforma e-Government.

4. Ketersediaan anggaran. Anggaran menjadi hal penting ketika

pemerintah melakukan suatu program untuk dilaksanakan. Dalam

penerapan e-Government diperlukan anggaran yang tidak sedikit

terutama untuk biaya operasional, pemeliharaan dan pengembangan

terkait e-Government.

5. Perangkat hukum. Dalam penerapan konsep e-Government perlu

adanya paying hukum terkait keterbukaan data, hak cipta, keamanan

yang harus dilindungi oleh undang-undang agar menjamin

mekanisme e-Government yang kondusif.

6. Perubahan paradigma. Hakikat dari penerapan konsep e-Government

didaerah adalah sebagai bentuk perubahan manajemen. Perubahan

paradigma yang dimaksud akan bermuara pada dibutuhkannya

kesadaran serta keinginan untuk merubah cara kerja seluruh aparatur.

Jika pemimpin belum mengubah pola kerja maka konsep e-

Government belum dapat diterapkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

2.2.3.2 Tipe Relasi e-Government

Menurut Indrajit (2013) terdapat 4 (empat) tipe relasi yang terdapat

dalam sistem e-Government, yaitu:

1. Government to Citizen (G to C)

Tipe relasi e-Government ini merupakan tipe paling umum yang

dimana pemerintah membangun serta menerapkan berbagai informasi

dengan tujuan memperbaiki hubungan interaksi terhadap masyarakat.

Makna dari G to C adalah bahwa untuk mendekatkan pemerintah

dengan masyarakat melalui kanal-kanal akses yang beragam agar

masyarakat dengan mudah dapat menjangkau pemerintah untuk

pemenuhan kebutuhan pelayanan sehari-hari.

2. Government to Business (G to B)

Tipe relasi e-Government ini merupakan salah satu tugas utama

pemerintah yang dimana dalam suatu pemerintahan diperlukan

sebuah lingkungan bisnis yang sehat dan kondusif agar perputaran

perekonomian dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Makna

dari G to B adalah adanya hubungan atau relasi yang baik antara

pemerintah dengan kalangan bisnis memberikan keuntungan bersama

terlebih lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika

relasi tersebut efektif dengan industri swasta.

3. Government to Governments (G to G)

Tipe relasi e-Government ini menunjukkan adanya kebutuhan antara

pemerintah yang satu dengan pemerintah yang lainnya. Hubungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

atau relasi yang terbentuk bukan hanya sekitaran diplomasi,

melainkan memperlancar kerjasama antar pemerintah dalam

melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan administrasi, proses

politik dan hubungan sosial dan budaya.

4. Government to Employess (G to E)

Tipe relasi e-Government ini merupakan tipe yang diperuntukkan

untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para aparatur negeri

yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayanan masyarakat.

2.2.4 Kelembagaan e-Government

2.2.4.1 Pendekatan Kelembagaan (Institusionalisme)

Dalam aspek ilmu politik, kelembagaan atau institusionalisme lebih

ditekankan pada sebuah aturan (the rules) serta kegiatan kolektif (collective

action) untuk kepentingan publik. Struktur dan lembaga pemerintah telah lama

menjadi kajian penting di dalam ilmu politik.

Menurut Miriam Budiardjo (2007) bahwa suatu lembaga atau institusi

adalah organisasi yang tertata melalui berbagai pola-pola perilaku yang diatur

oleh peraturan yang telah diterima sebagai sebuah standar, sehingga institusi

mencakup pada struktur fisik, struktur demografis, perkembangan historis,

jaringan pribadi, serta struktur sementara yaitu sebuah keputusan-keputusan

sementara. Institusi memiliki peraturan yang stabil, yang mana memungkinkan

seseorang sebenarnya hanya mementingkan diri sendiri untuk bekerja sama

dengan orang lain untuk tujuan bersama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Pendekatan lain yang dikemukakan oleh Peters (dalam Kencono, 2015)

menyebutkan “Proto-teori” yaitu institusionalisme lama sebagai normative artinya

berurusan dengan pemerintahan yang baik (good governance), strukturalis artinya

struktur menentukan pola perilaku politik, historisis artinya pengaruh sentral

terhadap sejarah, serta legalis yang artinya hukum berperan penting dalam

memerintah.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat

dirangkum bahwa kelembagaan merupakan tatanan atau pola hubungan antara

organisasi maupun masyarakat yang saling mengikat serta diwadahi dalam suatu

organisasi maupun jaringan dan ditentukan faktor pembatas dan mengikat seperti

halnya norma dan aturan baik secara formal maupun informal untuk pengendalian

perilaku sosial serta insentif untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.

2.2.4.2 Dimensi Kelembagaan e-Government

Direktorat e-Government Ditjen APTIKA Kemkominfo (2007) dalam

kegiatan pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) bertujuan sebagai

pedoman bagi instansi daerah dalam pengembangan TIK baik di tingkat provinsi

maupun kabupaten/kota agar dapat berjalan secara terarah. PeGI dibentuk untuk

menggambarkan kondisi baik dari sisi kekuatan maupun kelemahan yang nantinya

akan berguna untuk pengembangan TIK.

Dalam pelaksanaan PeGI, telah ditentukan 5 (lima) yang menjadi

dimensi, yaitu pertama, dimensi kebijakan, sebagai landasan utama bagi

pengembangan dan implementasi dari e-Government dengan bentuk dokumen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

yang berupa surat keputusan, peraturan, pedoman maupun bentuk dokumen resmi

yang memiliki kekuatan legal. Kedua, dimensi kelembagaan, berkaitan dengan

keberadaan organisasi yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap

pengembangan TIK dengan adanya dokumen yang memberikan rumusan terkait

kelengkapan unit kerja, tugas dan fungsi. Ketiga, dimensi infrastruktur, berkaitan

dengan sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan TIK. Keempat,

dimensi aplikasi, berkaitan dengan ketersediaan serta pemanfaatan perangkat

lunak aplikasi pendukung e-Government. Kelima, dimensi perencanaan, berkaitan

dengan tata kelola perencanaan TIK yang ditunjukkan secara terpadu serta

berkesinambungan.

2.3 Kerangka Penelitian

Pemerintah Kabupaten Asahan mengeluarkan Peraturan Bupati Asahan

Nomor 39 Tahun 2018 terkait penyelenggaraan e-Government di lingkungan

Kabupaten Asahan. Peneliti berasumsi bahwa dalam pelaksanaannya belum

berjalan dengan baik sehingga untuk mengetahui pelaksanaan e-Government di

pemerintahan Kabupaten Asahan, maka peneliti menggunakan teori indikator

yang dikemukakan oleh Richardus Eko Indrajit tahun 2005 yang terdiri dari 6

(enam) indikator yaitu: Content Development, yang menyangkut pada perangkat

baik lunak maupun perangkat keras, spesifikasi sistem data dan lain sebagainya.

Competency Building, hal ini menyangkut pada kompetensi SDM aparatur terkait

keahlian. Connectivity, menyangkut pada ketersediannya infrastruktur komunikasi

di berbagai lokasi yang diterapkan e-Government. Cyber Laws, terkait pada

paying hukum untuk keamanan saling bertukar informasi atau data. Citizen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Interfaces, terkait pengadaan SDM dan pengembangan berbagai kanal akses pada

e-Government. Capita, terkait pada sumber dana atau permodalan untuk

pembangunan proyek e-Government baik ketika awal hingga pada pemeliharaan

infrastruktur dan lain sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2.3.1 Skema Pemikiran Penelitian

PERMASALAHAN
1. Bagaimana penyelenggaraan kelembagaan dalam
penerapan e-Government di lingkungan pemerintah
Kabupaten Asahan ?
2. Apa saja yang menjadi penghambat dalam
penerapan e-Government di lingkungan pemerintah
Kabupaten Asahan ?

Indikator Penerapan e-Government Menurut Indrajit (2005)

Infrastruktur TI
Tingkat Konektivitas dan Penggunaan TI
Perangkat Hukum
SDM Aparatur
Perubahan Paradigma
Dana dan Anggaran
Perubahan Paradigma

Struktur Organisasi
(Peraturan Bupati No. 39/2018)

Penerapan e-Government untuk mewujudkan


Asahan Smart City

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekataan kualitatif.

Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Alasannya adalah untuk menemukan gambaran rinci terhadap informasi yang

telah digali dari beragam sumber untuk menjadi narasi. Diharapkan dari penelitian

ini diperoleh data dari sumber informasi baik lisan maupun tertulis yang akan

dihimpun, ditranskrip, dideskripsikan dan dianalisa dengan pendekatan kualitatif.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan mengambil

lokasi di Kisaran sebagai central pemerintahan Kabupaten Asahan. Secara

karakteristik, luas wilayah Kabupaten Asahan sebesar 3.732,97 km2 dengan batas

wilayah utara Kabupaten Batubara, batas wilayah selatan Kabupaten Labura dan

Kabupaten Toba Samosir, batas wilayah barat Kabupaten Simalungun, serta batas

wilayah timur selat malaka. Dalam pemerintahan Kabupaten Asahan terdiri dari

25 kecamatan dan 204 desa/kelurahan definitif. Pemilihan lokasi penelitian ini

didasari oleh adanya keputusan pemerintah Kabupaten Asahan yang tertuang

dalam Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2018 tentang penyelenggaraan e-

Government di lingkungan Kabupaten Asahan dengan melihat secara aspek

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29

kelembagaan baik dari kebijakan, regulasi yang kedepannya mempengaruhi

keberhasilan suatu program.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat

generalisasi dari suatu penelitian. Subjek penelitian tercermin dari fokus

penelitian yang akan menjadi informan terhadap bidang yang akan diteliti.

Menurut Suyitno (2018) bahwa informan merupakan seseorang atau organisasi

yang mampu atau berkompeten untuk memberikan informasi. Pada penelitian ini

terdapat beberapa narasumber atau informan kunci atau orang-orang yang

berpotensi untuk memberikan informasi yang diperlukan. Adapun informan yang

dipilih adalah sebagai berikut:

a. Kepala Bidang Teknologi dan Informatika

b. Kepala Seksi bidang E-governemnt

c. Kepala/Sekretaris Bappeda

d. Kepala Subbidang Sistem Perencanaan (e-Planning)

e. Kepala Seksi PHD Sekretariat DPRD Kab. Asahan

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer

berupa wawancara, dan studi kepustakaan yang digunakan untuk mendukung

penelitian ini.Adapun pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung baik dari sumbernya.

Adapun sumber data yang diperoleh peneliti tersebut menggunakan

wawancara terhadap pihak atau informan yang telah ditentukan oleh

peneliti sebelumnya di lingkungan pemerintahan Kabupaten Asahan

sehingga diperoleh data informasi yang akurat berdasarkan keadaan

yang terjadi.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung. Adapun data yang

diperoleh peneliti dari berbagai sumber terpercaya seperti website

resmi Kabupaten Asahan (www.asahankab.go.id) serta beberapa

instansi di wilayah pemerintahan Kabupaten Asahan seperti BPS

Kabupaten Asahan dan sebagainya.

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung serta pencatatan secara

sistematis terhadap unsur-unsur yang terkait terhadap penelitian ini.

Peneliti melakukan observasi terkait penyelenggaraan dan penerapan

e-Government di Kabupaten Asahan dengan melihat serta

membandingkan dari data yang diperoleh secara sekunder dan primer

terhadap kondisi nyata di lapangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

3.5 Tahapan Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Silalahi, 2006), bahwa

tahapananalisis data terdiri dari beberapa alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisi data

melainkan sebagai proses pemilihan, serta pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan yang tertulis dilapangan. Kegiatan

tersebut dilakukan secara terus menerus dan selama pengumpulan

data berlangsung, terdapat tahap-tahap reduksi yaitu membuat

ringkasan, menelusuri tema, serta membuat patisi.

2. Triangulasi

Adanya teknik keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu

yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian. Adapun triangulasi dapat dilakukan secara berbeda

dengan teknik yang berbeda yaitu melalui wawancara, observasi,

serta dokumentasi.Dalam teknik ini digunakan untuk mengecek

kebenaran data serta digunakan untuk memperkaya data.

3. Penyimpulann Data

Kegiatan analisis data ketiga yaitu kesimpulan. Ketika kegiatan

pengumpulan data dilakukan, maka peneliti mulai mencari arti

dari hasil pengumpulan data sehingga memperoleh kejelasan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

penjelasan, sehingga kesimpulan yang mula-mula diperoleh belum

jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci. Adapun

kesimpulan-kesimpulan akan muncul menjadi “final” tergantung

dari seberapa besar pengumpulan data yang diperoleh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

4 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Objek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Asahan

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Asahan provinsi Sumatera Utara

yang secara geografis berada pada 2030’00” – 3010’00” LU, 99001 – 100000 BT

dengan ketinggian 0 – 1000 m di atas permukaan laut.

Tabel 4.1 Letak dan Geografis Kabupaten Asahan

No Karakteristik Keterangan
1 Luas Wilayah 3.732,97 ha
2 Letak di atas permukaan laut 0 – 1000 m dpl
3 Batas Wilayah Utara Kabupaten Batubara
Kabupaten Labuhan Batu Utara
4 Batas Wilayah Selatan
Kabupaten Toba Samosir
5 Batas Wilayah Barat Kabupaten Simalungun
6 Batas Wilayah Timur Selat Malaka
25 Kecamatan
7 Daerah Administrasi
204 Desa/Kelurahan
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan

Berdasarkan jumlah desa, kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan

terbanyak adalah kecamatan Kisaran Barat yang terdiri 13 desa, serta disusul

kecamatan Kisaran Timur, Pulau Rakyat dan Air Batu sebanyak 12 desa dan

diposisi Kecamatan Bandar Pulau, Sei Dadap dan Pulo Bandring yang masing-

masing terdapat 10 desa. Adapun daerah administrasi di Kabupaten Asahan

berjumlah 27 kelurahan (13,24 persen) dan 177 desa (86,76 persen) dari jumlah

administrasi yang berada di Kabupaten Asahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Asahan

Sumber : loketpeta.pu.go.id

Jika dilihat berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS bahwa luas

wilayah Kabupaten Asahan adalah 3.732,97 ha dengan distribusi wilayah terluas

ada pada kecamatan Bandar Pasir Mandoge dengan luas 19,11 persen berkisar

713,6321 km2 diikuti oleh kecamatan sei kepayang dengan luas 9.93 persen

berkisar 370,6919 km2 dan aek songsongan seluas 7,55 persen berkisar 282,2056

km2 dan kecamatan Kisaran Timur memiliki luas wiayah terkecil sebesar 30,1678

km2 atau berkisar 0,80 persen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

4.1.2 Kondisi Penduduk Kabupaten Asahan

BPS Kabupaten Asahan tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah

penduduk Kabupaten Asahan sebesar 724.379 atau berkisar 5,02 persen dari 14,41

juta jumlah penduduk Sumatera Utara. Berdasarkan data tersebut, jumlah

penduduk lebih banyak bertempat tinggal di Kecamatan Kisaran Timur sebanyak

78,821 jiwa serta Kecamatan Kisaran Barat sebanyak 60,044 jiwa.

Berdasarkan rasio jenis kelamin yang ditampilkan oleh BPS Kabupaten

Asahan menunjukkan 100,83 jumlah penduduk perempuan lebih sedikit jika

dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan skala perbandingan setiap 100

penduduk perempuan, maka terdapat 101 penduduk laki-laki.

Penduduk di Kabupaten Asahan dikategorikan sebagai penduduk miskin

pada tahun 2018 yang mencapai 10,25 persen jika dibandingkan tahun 2017 yang

mencapai 11,67 persen berarti menunjukkan jumlah tersebut menurun, akan tetapi

dapat dikatakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kemiskinan provinsi

Sumatera Utara dengan pencapaian 9,22 persen untuk Kabupaten Asahan.

4.1.3 Kondisi Kesehatan Kabupaten Asahan

Angka Harapan Hidup didefinisikan sebagai alat untuk mengevaluasi

kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesehatan penduduk pada umumnya,

serta bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka

Harapan Hidup atau disingkat AHH di suatu daerah harus diikuti dengan program

pembangunan kesehatan, program sosial lainnya termasuk di dalamnya program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk di dalamnya program

pemberantasan kemiskinan (BPS, 2018).

Gambar 4.2 Angka Harapan Hidup Kabupaten Asahan Tahun 2014-2018

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan (2018)

Adapun kondisi kesehatan penduduk Kabupaten Asahan berdasarkan

publikasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan tahun 2018 menunjukkan

bahwa perlahan mengalami peningkatan seiring tahun 2014 hingga 2018.

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan pada tahun 2014 Angka Harapan Hidup

sebesar 67,27 persen dan di tahun 2015 sebesar 67,37 persen dan ditahun 2018

meningkat sebesar 67,79 persen dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 67.57

persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang lahir mampu bertahan

hidup hingga mencapai umur 68 tahun. Kecenderungan peningkatan AHH

tersebut juga ditunjang dari peningkatan kualitas pelayanan kesehatan serta

peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat, serta mengurangi resiko

kematian penduduk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

4.1.4 Kondisi Pendidikan Kabupaten Asahan

BPS Kabupaten Asahan mempublikasikan Kondisi pendidikan

Kabupaten Asahan tahun 2018, bahwa persentase jumlah penduduk yang

menamatkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar sebesar 26,96 persen dan

untuk pendidikan tingkat menengah pertama sebesar 21,61 persen dan pendidikan

tingkat menengah atas (umum dan kejuruan) sebesar 25,91 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah

persentasenya, karena terlihat bahwa penduduk lebih banyak menamatkan

pendidikan pada sekolah dasar jika dibandingkan jenjang pendidikan tinggi.

Tabel 4.2 APK dan APM Tahun 2018

Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni


Tingkat Pendidikan
(APK) (APM)
Sekolah Dasar (SD) 115,67 99,66
SMP 86,13 80,53
SMA 72,18 60,25
PT 16,16 14,52
*Ket : dalam persen (%)
Sumber : BPS Kabupaten Asahan, Susenas tahun 2018

Berdasarkan hasil susenas, BPS mempublikasikan Angka Partisipasi

Kasar (APK) tahun 2018 dalam indikator penting Kabupaten Asahan 2018 yaitu

pada sekolah dasar kabupaten asahan melebihi 100 persen yaitu sebesar 101,85

persen. Artinya bahwa usia murid sekolah dasar yang mencakup 7-12 tahun

ternyata juga mencakup kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun. Hal ini

dijelaskan bahwa terdapatnya anak didik yang terlambat masuk, atau terlalu dini

untuk masuk sekolah dasar maupun tinggal kelas. Jika berdasarkan APM atau

Angka Partisipasi Murni terdapat 99,39 persen yang bersekolah, yang artinyya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

bahwa 99 dari 100 murid yang bersekolah diusia diusia 7-12 tahun sedangkan 1

murid mengalami keterlambatan masuk sekolah dasar atau terlalu cepat untuk

bersekolah maupun mengalami tinggal kelas.

4.1.5 Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan

Dalam pengumpulan data terkait kondisi ketenagakerjaan, BPS mengacu

pada the labour force concept yang dikembangkan dan disarankan oleh ILO.

Adapun konsep ini mengelompokkan penduduk usia kerja (>15 tahun) dengan

kategori penduduk yang bekerja ditambah penduduk yang aktif mencari kerja dan

penduduk bukan usia kerja (< 15 tahun) dengan kategori bukan angkatan kerja.

Pada kabupaten asahan dalam kategori penduduk usia kerja sebesar 67,63 persen

dan kategori penduduk yang bukan angkatan kerja sebesar 32,37 persen.

Tabel 4.3 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

No Lapangan Pekerjaan Jumlah


Laki-Laki Perempuan
Utama Total
1 Pertanian 92.613 23.236 115.849
2 Manufaktur 88.450 59.103 147.553
3 Jasa 21.189 34.576 55.765
Total 202.252 116.915 391.167
*Ket : Berdasarkan Usia 15 Tahun ke atas yang bekerja
Sumber: BPS Kabupaten Asahan Tahun 2018

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja di

sektor manufaktur menjadi peringkat pertama sebesar 147.553 atau berkisar 46,23

persen dan disusul pada sektor pertanian sebesar 115.849 atau berkisar 36,30

persen dan 17,47 persen ada pada sektor jasa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

4.1.6 Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan

Pertumbuhan ekonomi merupakan cara untuk mengukur keberhasilan

pembangunan suatu daerah yang dicapai. Petumbuhan ekonomi juga dapat

dijadikan sebagai bentuk gambaran terhadap dampak kebijakan pembangunan

yang dilaksanakan khususnya bidang ekonomi serta sebagai indikator untuk

perencanaan dalam menentukan arah pembangunan suatu daerah dimasa datang.

Tabel 4.4 Distribusi PDRB Kabupaten Asahan Tahun 2018

Tingkat
No Sektor Pertumbuhan Ekonomi
Persentase (%)
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 36,04
2 Industri Pengolahan 23,42
3 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
19,36
dan Sepeda Motor
4 Konstruksi 7,13
5 Transportasi dan Pergudangan 3,57
6 Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos Wajib 3,45
7 Lainnya 7,03
Sumber: BPS Kabupaten Asahan Tahun 2018

Berdasarkan data di atas, terdapat 3 (tiga) sektor yang cukup dominan

dalam pembentukan PDRB Kabupaten Asahan di Tahun 2018 yaitu sektor

pertanian sebesar 36,04 persen, sektor industri pengolahan sebesar 23,42 persen

dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor

sebesar 19,36 persen sedangkan sektor lain memberikan kontribusi sebesar 21,18

persen. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi AHK tahun 2018

sebesar 5,61 persen, artinya ada peningkatan dari angka perbandingan tahun 2017

sebesar 5,48 persen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

4.1.7 Kondisi Keuangan Daerah Kabupaten Asahan

APBD merupakan unsur penting bagi suatu daerah dalam melaksanakan

pembangunan daerah, sehingga dalam perencanaanya diperlukan prinsip efisiensi

serta transparansi dalam penggunaan anggaran. Berikut data terkait kapasitas riil

kemampuan keuangan daerah Kabupaten Asahan Tahun Anggaran 2016-2021

Tabel 4.5 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah

*APBD yang ditetapkan


Sumber : RPJMD Kabupaten Asahan Tahun 2018

Berdasarkan Tabel kapasitas riil kemampuan keuangan daerah

Kabupaten Asahan di atas diketahui bahwa belanja yang wajib, mengikat serta

prioritas sebesar Rp 1.0442.408.739.307,83 ditahun 2016 menjadi Rp

1.024.590.921.404,13 ditahun 2021 dan pengeluaran pembiayaan daerah dari

tahun 2018 sampai pada tahun 2021 diperkirakan tetap setiap tahunnya yaitu

sebesar 2,5 miliar. Oleh karena itu, setelah diperoleh angka proyeksi belanja dan

pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama, maka

dapat diperkirakan kapasitas riil dari kemampuan keuangan daerah untuk jangka

waktu lima tahun dari tahun 2016 sampai tahun 2021.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

4.1.8 Gambaran Umum Pemerintahan Kabupaten Asahan

Kabupaten Asahan terdiri dari 25 kecamatan dengan jumlah 27 kelurahan

dan 177 desa serta 1.538 dusun. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pemerintah

Kabupaten Asahan berjumlah 56 baik badan, dinas, kantor kecamatan dan

kelurahan termasuk juga DPRD Kabupaten Asahan.

Kepemimpinan Bupati Asahan Bapak H.Surya, B.Sc periode 2016-2021

membawa Kabupaten Asahan melalui Visi Pemerintah Kabupaten Asahan yaitu

untuk terwujudnya Asahan yang Religius, Sehat, Cerdas, dan Mandiri.

Misi Pemerintah Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas SDM berbasis IMTAQ

b. Meningkatkan pelayanan dan kesadaran kesehatan masyarakat

c. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan yang berkeadilan

d. Mengembangkan pola pembangunan dan partisipatif, proaktif,

kreatif, dan inovatif dengan menjadikan masyarakat yang cerdas

sebagai basis utama pelaku pembangunan ditengah kompetensi global

e. Mengelola kemajemukan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai

budaya dan memelihara kearifan lokal

f. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang professional, amanah,

bersih dan berwibawa secara akuntabel dan transparan dengan

berorientasi pada pelayanan publik yang prima untuk mendorong

percepatan pembangunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

g. Meningkatkan pembangunan infrastruktur, saranan dan prasarana

lainnya secara merata dalam rangka mendorong terwujudnya

masyarakat yang mandiri dan berwawasan lingkungan

h. Mendorong terciptanya penegakan hukum dan HAM, keamanan,

ketertiban, keadilan dan perlindungan bagi masyarakat

i. Meningkatkan daya saing pertanian dalam arti luas

j. Melakukan percepatan pembangunan perekonomian dengan

mendorong pertumbuhan investasi daerah yang dipadukan dengan

koperasi dan UKM pariwisata, perdagangan, industri, pembangunan

pasar tradisional dan modern.

4.1.9 Deskripsi Umum Konsep Penerapan e-Government

E-Government menggunakan teknologi informasi dan kounikasi dalam

mempromosikan pemerintahan yang lebih efisien serta penekana biaya yang

efektif dan adanya kemudahan pelayanan pemerintah serta akses informasi kepada

masyarakat umum sehingga membuat pemerintah lebih bertanggung jawan

terhadap masyarakatnya. Implementasi dari pelayanan publik berbasis teknologi

informasi dan komunikasi ini menciptakan transparansi dan peningkatan layanan

untuk menjawab kebutuhan birokrasi dan administrasi di pemerintahan daerah.

adapun pengembangan sistem informasi ini juga akan dapat meningkatkan proses

pengambilan keputusan yang terkait dalam perencanaan pembangunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Gambar 4.3 Kerangka e-Government

Sumber : Inpres Nomor 3 Tahun 2003

Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2003 dalam menjamin keterpaduan

sistem pengelolaan dan pengolahan dokumen dan informasi lainnya untuk

pelayanan publik yang transparan, maka terdapat 4 (empat) pilar dalam penerapan

konsep e-Government di pemerintahan daerah yaitu penataan sistem manajemen

dan proses kerja, pemahaman tentang kebutuhan publik, penguatan kebijakan

serta pemapanan peraturan dan perundang undangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Gambar 4.4 Layanan E-Government

Sumber : Kemenpan RB (2019)

Berdasarkan gambar di atas bahwa dalam pengembangan e-Government

memang memiliki ruang lingkup yang sangat luas serta memerlukan investasi dan

pembiayaan yang sangat besar, namun sementara itu adanya keterbatasan

anggaran pemerintah daerah yang saat terbatas sehingga pengalokasian anggaran

untuk pengembangan e-Government memang harus dilakukan secara hati-hati

dengan memanfaatkan sistem anggaran dengan sebaik mungkin sehingga dapat

menghasilkan daya ungkit yang kuat bagi pembentukan tata-pamong yang baik.

Maka dengan demikian diperlukan siklus perencanaan, pengalokasian,

pemanfaatan dan pengevaluasian anggaran sehingga pengembangan e-

Government dapat berjalan dengan efektif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi dan Analisis Data

Dalam deskripsi dan analisis data merupakan bagian dari penjelasan

terhadap data yang diperoleh baik dari wawancara, dokumen-dokumen yang

menunjang penelitian serta observasi terkait penelitian mengenai Analisis

Penerapan E-Government menuju Asahan Smart City. Peneliti menggunakan teori

indikator penerapan e-Government menurut Indrajit (2005) yang memberikan

gambaran yang berguna atas komponen penting yang harus dilakukan dalam

penerapan e-Government oleh suatu organisasi dalam menjamin pelaksanaan

penerapan e-Government berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Penerapan e-Government bukanlah hanya semata-mata menjadi tanggung

jawab pemerintah, namun seluruh aspek baik itu masyarakat, pelaku bisnis,

komunitas dan sebagainya menjadi tanggung jawab bersama, meskipun pada

dasarnya bahwa nuansa keinginan serta kesepakatan untuk bertukar informasi baik

dalam bentuk data pada tingkat operasional tidak semudah yang dipikirkan karena

problem yang dihadapi para birokrasi karena hal ini sudah membudaya karena

tidak ingin membaginya dengan pihak lain. Hal inilah yang menjadi tugas dan

peran seorang aktor melalui kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut

terkait perkembangan teknologi yang cepat sehingga segala sesuatu dapat

dilakukan dengan cepat dan tepat tanpa harus menggunakan waktu yang panjang.

Adapun faktor penentu yang patut menjadi bahan pertimbangan dalam

menerapkan e-Government pada suatu daerah menurut Indrajit (2005):

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

1. Infrastruktur Telekomunikasi

2. Tingkat Konektivitas dan Penggunaan TI di Lingkungan Pemerintah

3. Kesiapan SDM di lingkungan Pemerintah

4. Ketersediaan dana dan anggaran

5. Perangkat hukum

6. Perubahan Paradigma

Pada bagian deskripsi dan analisis data, peneliti melakukan berbagai

kegiatan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penerapan e-Government di

pemerintahan Kabupaten Asahan dengan menggunakan beberapa data maupun

dokumen penting yang mendukung diperoleh dari sumber instansi terkait baik

melalui website resmi instansi terkait maupun dari buku-buku yang berhubungan

dengan penelitian, maka perolehan secara sekunder tersebut nantinya akan

dikaitkan terhadap fakta yang terjadi di lapangan.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, peneliti menemukan

berbagai informasi, kondisi dan berbagai fenomena serta gejala terhadap

permasalahan dalam pelaksanaan e-Government di Kabupaten Asahan. Hasil

penelitian berupa kondisi, tanggapan serta permasalahan oleh para informan,

maka secara garis besar peneliti melakukan pengkajian berdasarkan teori

mengenai indikator penerapan e-Government oleh Richardus Eko Indrajit (2005)

yang tertuang di dalam penerapan e-Government di Kabupaten Asahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

4.2.2 Penerapan e-Government Pemerintah Kabupaten Asahan

4.2.2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi

Dalam perkembangan teknologi informasi sekarang ini, hampir seluruh

semua kalangan terutama pemerintah daerah telah memiliki situs resmi

pemerintah dalam pelayanan publik. Pemerintah Kabupaten Asahan adalah salah

satu kabupaten yang telah menerapkan pelayanan publik berbasis teknologi

informasi dan komunikasi (e-Government) sebagai penunjang kualitas serta

kreatifitas pemerintah Asahan. Berdasarkan hasil penelitian terkait perolehan data

secara sekunder, peneliti menemukan adanya rencana program prioritas Dinas

Komunikasi dan Informasi terkait website resmi pemerintah Kabupaten Asahan

bahwa website resmi pemerintah Kabupaten Asahan sudah ada sejak tahun 2015,

namun pada tahun 2018 melalui Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2018 tentang

penyelenggaraan e-Government di lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan,

maka Kabupaten Asahan meluncurkan website resmi pemerintah Kabupaten

Asahan dengan tampilan baru.

Gambar 4.5 Skema Penerapan e-Gov Kabupaten Asahan

Sumber : Olahan Peneliti (2020)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Berdasarkan Peraturan Bupati Asahan Nomor 39 Tahun 2018 terhadap

pelayanan publik berbasis elektronik (e-Government) peneliti menggambarkan

dalam skema yang besar kemungkinan diterapkan pada Kabupaten Asahan.

Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa dalam level penyelenggaraan,

penerapan dan pelaksanaan e-Government, diperlukan infrastruktur yang akan

menjadi indikator teramat penting dalam penerapan e-Government. Infrastruktur

dapat menunjang target yang telah disepakati, namun secara pragmatis, perlunya

pertimbangan bagi daerah yang masih memiliki infrastruktur yang sangat minim,

sehingga pola yang tepat adalah melalui level kerjasama terhadap pihak swasta

guna berinvestasi di daerah tersebut.

Dalam skema tersebut bahwa seluruh data dan infromasi instansi yang

terkait dalam pemerintahan di Kabupaten Asahan akan di kelola oleh dinas

kominfo Kabupaten Asahan. Hal ini dinyatakan dalam pasal 8 ayat 1 perbup

nomor 39/2018 bahwa secara teknis operasional penyelenggaraan akan menjadi

tanggungjawab diskominfo kabupaten asahan, dengan berkoordinasi dengan

seluruh perangkat daerah terkait pada pengumpulan data dan informasi pada unit

pemerintah dari seluruh perangkat dan instansi yang terkait dalam pemerintahan

kabupaten asahan akan di kelola oleh diskominfo kabupaten asahan.

Adapun proses tersebut akan dikelola dan diintegrasikan di dalam data

center kabupaten Asahan yang kemudian akan di tampung pada sistem terpadu

dalam command center. Berdasarkan aspek infrastruktur telokomunikasi,

Kabupaten Asahan telah membangun infrastruktur seperti command center yang

di dalamnya terdapat sistem yang terhubung seperti cctv, bandwidh dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

kecepatan 250Mbps di setiap OPD dan kecamatan serta pengrangkat keras lainnya

yang berfungsi sebagai penyimpanan dengan kekuatan 1000 terabyte dengan

memanfaatkan anggaran tahun 2018. Infrastruktur tersebut akan digunakan

sebagai pusat sistem pengembangan aplikasi dalam rangka memodernisasi sistem

yang digunakan untuk pelayanan masyarakat berdasarkan skop-skop yang telah

ditentukan. Tujuan utama dari infrastruktur ini adalah untuk mewujudkan asahan

smart government dengan penggunaan serta peningkatan penggunaan teknologi di

bidang layanan data center baik dari pengembangan aplikasi-aplikasi serta layanan

pengembangan internet dan pengguna akses internet secara publik.

Gambar 4.6 Command Center Kabupaten Asahan

Sumber : Peneliti (November,2019)


Lokasi : Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Asahan

Command center adalah sebagai pusat pengendalian seluruh aspek baik

dalam data-data, pengaduan masyarakat maupun informasi lain akan dapat

diketahui oleh seluruh pihak terutama kepada kepala daerah, sehingga dengan

command center pemerintah daerah dalam hal ini Bupati Asahan akan dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

membentuk sebuah kebijakan-kebijakan dengan melihat sumber-sumber yang

diperoleh dari seluruh perangkat-perangkat daerah di dalam command center.

Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Zulkarnain selaku

Kepala Bidang Teknologi dan Informatika Kabupaten Asahan, beliau

mengungkapkan sebagai berikut:

“Pemerintah Kabupaten Asahan dalam hal ini dinas komunikasi


dan informatika sudah membangun sistem dengan nama command
center dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan ke
masyarakat Asahan yang terintegrasi, namun jika dilihat secara
perkembangan infrastruktur terbilang cukup kecil karena
anggaran yang digunakan berkisar 1 miliar saja yang bagian di
dalam nya pembangunan perangkat keras seperti computer, cctv
pada 6 titik, gedung, serta pengembangan sistem aplikasi seperti
dan lain sebagainya. Baru-baru ini Pemkab Asahan telah
membangun aplikasi satu data atau ASADA dan sedang dalam
proses pengembangan hingga saat ini”. (Wawancara, Rabu 13
November 2019, 13.12 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa dalam idealnya perangkat

keras seperti computer, jaringan, cctv dan infrastruktur lainnya akan menjadi

faktor awal untuk menjalankan sistem pemerintahan (e-Government). Pada tahun

2017, Pemerintah Kabupaten Asahan melalui Dinas Komunikasi dan Informatika

telah membangun jaringan serta pengadaan instalasi perangkat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Tabel 4.6 Rekapitulasi Inventaris Barang Tahun 2017

Tahun
No Jenis Barang Jumlah Kondisi
Pengadaan
Pembuatan Jaringan Network di Kab.
1 1 2017 Baik
Asahan
Pengadaan Instalasi Perangkat Peralatan
2 1 2017 Baik
Jaringan Diskominfo
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
3 1 2017 Baik
PU & Penataan Ruang
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
4 1 2017 Baik
Inspektorat Daerah
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
5 1 2017 Baik
Perumahan dan Kawasan Pemukiman
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
6 1 2017 Baik
Ketahanan Pangan
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
7 1 2017 Baik
Lingkungan Hidup
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
8 1 2017 Baik
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
9 1 2017 Baik
Koperasi dan Perdagangan
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
10 Penanaman Modal dan Pelayanan 1 2017 Baik
Perizinan Terpadu Satu Pintu
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
11 1 2017 Baik
Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
12 1 2017 Baik
Kesatuan Bangsa
Pembangunan Jaringan Tower SKPD
13 Sekretariat Korps Pegawai Republik 1 2017 Baik
Indonesia
Pembangunan Jaringan RSUD H. Abdul
14 1 2017 Baik
Manan Simatupang
Sumber : Diskominfo Kabupaten Asahan (2018)

Selain itu pembangunan infrastruktur command center merupakan bagian

dari kebijakan pemerintah Kabupaten Asahan dalam mewujudkan Asahan smart

government yang merupakan lingkup smart city melalui kebijakan e-Government.

E-Government itu sendiri merupakan pondasi dari sistem penyelenggaraan

pemerintah secara terintergrasi. Hal tersebut dilanjutkan oleh Bapak Zulkarnain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

sebagai penjelasan keberadaan infrastruktur command center dan wujud dari e-

Government dan smart city sebagai berikut:

“Command center bagian dari smart city. Kabupaten Asahan


sedang melaksanakan itu namun konteksnya bertahap dan untuk
peruntukkannya nanti, tentu kepala daerah (Bupati) sebagai
pembuat kebijakan dan keputusan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan command center itu sendiri. Selain itu wujud dari
keberadaan command center dan smart city dapat dipahami bahwa
smart city diibaratkan sebagai kota pintar yang memahami apa
yang menjadi kelebihan dan kekurangan daerah dan command
center itu merupakan bagian utama di dalamnya, namun jika
command center sudah ada, akan tetapi itu bisa saja bukan bagian
dari smart city, tergantung pada kebijakan Bupati untuk
menentukan arahnya. Gambaran saat ini program pembangunan
command center di Asahan dapat dipastikan merupakan bagian
dari smart city, akan tetapi pembangunan dan pengembangannya
bertahap dikarenakan anggaran yang terbatas”.(Wawancara,
Rabu 13 November, 14.09).

Berdasarkan wawancara di atas, dapat dipahami bahwa unsur dari

kekuasaan dan kebijakan dari struktur perencanaan dan pengembangan sistem

command center ditentukan oleh pemimpin sebagai aktor, karena menjadi

mustahil sebuah sistem command center dapat di jadikan bagian dari wujud smart

city meskipun pada dasar nya bahwa sistem yang terintegrasi secara online dapat

diartikan sebagai wujud dari smart city akan tetapi arah kebijakan dari seorang

aktor menjadi penentu tujuan dari pembangunan command center.

Hal yang sama dikemukakan oleh Bapak Muhammad Syafiq selaku

sekretaris Bappeda Kabupaten Asahan menjelaskan bahwa sebagai berikut:

“Dalam mewujudkan Asahan smart city, Asahan sedang


memprosesnya dengan mengembangkan e-Government, karena
smart city diartikan sebagai segala sesuatu berbasis online, dan
hal ini memang sangat perlu untuk Asahan. Namun permasalahan
yang ada di Asahan dalam menjalankan e-Government, masih
berdasarkan kebutuhan pemerintah. Artinya e-Government

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

menyangkut hal aplikasi layanan kepada masyarakat Asahan dan


jika pemerintah ingin sebuah perencanaan berbasis online, maka
pemerintah hanya perlu membuat kebijakan khusus untuk e-
planning saja. Hal ini lah perlu dikaji ulang karena e-Government
itu adalah satu sistem”.(Wawancara, Kamis 14 November 2019,
10.30)

Melihat struktur kekuasaan dan manajemen di dalam lembaga

pemerintah, maka semakin jelas terlihat bahwa ada peran aktor atau pemimpin

yang memiliki peran utama dalam menjalankan suatu program pembangunan serta

memacu akan tujuan dari implementasi kebijakan tersebut. Artinya bahwa

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh bupati Asahan yang juga didasari pada

pemenuhan kebutuhan dari data-data dan informasi dari command center tersebut

akan dinyatakan dalam sebuah pelayanan publik maupun informasi-informasi

yang di publikasikan baik dalam aplikasi pelayanan maupun kegiatan-kegiatan

yang nantinya dapat diakses oleh publik secara luas dan mudah.

Adapun kemudahan tersebutlah yang diaplikasikan dalam bentuk

pelayanan elektronik berupa aplikasi-aplikasi, namun tidak sepenuhnya dilakukan

oleh diskominfo kabupaten Asahan, melainkan beberapa perangkat daerah

membuat serta mengembangkannya sendiri dengan infrastruktur sendiri, seperti

halnya pada Dinas Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Asahan yang dimana

memiliki aplikasi e-planning sebagai bagian dari pelayanannya. Adapun e-

planning tersebut merupakan aplikasi pelayanan yang dibentuk dan

dikembangkan oleh bappeda Kabupaten Asahan dengan memanfaatkan

infrastruktur yang ada, sehingga dalam hal inilah diperlukan sebuah tim khusus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

untuk memegang kendali dari seluruh aplikasi-aplikasi yang dibentuk serta

dimiliki sejak awal oleh beberapa perangkat daerah.

Tabel 4.7 Rangkuman Pembagian Tanggungjawab S.I. Kab. Asahan

Jaringan Jaringan Aplikasi Aplikasi


Keterangan Server Hardware
Antar OPD Lokal OPD Khusus Umum
Diskominfo/ K/L/Dinas Diskominfo/ Diskominfo/
Pembuat Diskominfo Diskominfo
OPD Terkait OPD/K/L Perangkat Terkait
Diskominfo/
Perangkat
Operator/ Diskominfo/ Perangkat
Diskominfo OPD (sesuai Diskominfo
Admin OPD/K/L (Sesuai
Tupoksi)
Tupoksi)
Diskominfo/ K/L/Dinas Diskominfo/ Diskominfo/
Perawatan Diskominfo Diskominfo
OPD Terkait OPD/K/L Perangkat Terkait
Diskominfo/ K/L/Dinas Diskominfo/ Diskominfo/
Pengembang Diskominfo Diskominfo
OPD Terkait OPD/K/L Perangkat Terkait
Sumber : data diolah (2020)

Berdasarkan Tabel di atas terdapat beberapa pembagian tanggung jawab

terkait pelaksanaan pelayanan publik berbasis elektronik pada pemerintahan

Kabupaten Asahan. Pada Tabel tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

menjadi tanggungjawab dalam pelaksaanaan e-Government oleh Dinas

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Asahan. Pada pengadaan jaringan baik

OPD maupun antar OPD di dalamnya masih dilakukan oleh diskominfo

Kabupaten Asahan. Selain itu pada aplikasi umum pemerintahan yang sifatnya

nasional sehingga mengikuti ketentuan dan digunakan secara menyeluruh seperti

pengaduan masyarakat LAPOR, LPSE, e-Announcement, PPID.

Berikut ini merupakan tampilan awal situs resmi Pemerintah Kabupaten

Asahan dengan link www.asahankab.go.id beserta aplikasi yang terdapat di

dalamnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Gambar 4.7 Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Asahan

Sumber: www.asahankab.go.id (2019)

Adapun data atau informasi yang ditampilkan pada situs remi Pemerintah

Kabupaten Asahan dapat diperhatikan Pada Tabel berikut.

Tabel 4.8 Ringkasan Publikasi Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Asahan

Aplikasi yang Terdapat


Domain Keterangan
dalam Situs Resmi
Halaman - Menampilkan Informasi, Berita,
Utama kegiatan yang berlangsun di
lingkungan Pemerintahan
Kabupaten Asahan
e-Gov e-Perizinan, e- (+) Menampilkan aplikasi terkait
Planning, JDIH informasi dan data berupa perda,
(Jaringan Dokumentasi perbup yang bersifat electronic dan
dan Informasi Hukum), pelayanan seperti smart pajak.
LPSE, PPID, siMaya, (-) diantaranya belum dapat diakses
e-Buletin, e-Kliping, dan hanya tampilan awal saja, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Smart Pajak, SIOLA, e- beberapa diantaranya memerlukan


Announcement,ASADA username dan password sebagai ijin
dan LAPOR! serta error.
Subdomain Seluruh Website resmi (+) Menampilkan sekilas kegiatan
OPD Organisasi Perangkat dan program oleh beberapa OPD
Daerah Kabupaten Asahan
(-) Beberapa web OPD belum
berisikan informasi terkait data
serta beberapa dokumen yang di
tampilkan tidak sesuai dengan
OPD terkait.
Subdomain Seluruh Website resmi (+) Menampilkan sekilas kegiatan
Kecamatan pemerintah berdasarkan berupa foto
kecamatan (-) seluruh tampilan sama ditiap
kecamatan, serta belum ada
informasi yang didapat di
dalamnya. kontak informasi hanya
berupa alamat kantor kecamatan .
Aplikasi Aplikasi Layanan (+) Menampilkan seluruh aspirasi
LAPOR! Aspirasi dan masyarakat secara nasional dan
Pengaduan Online untuk pemerintah Kabupaten
Rakyat Asahan hanya memiliki 4 (empat)
pengikut
(-) Belum adanya sosialisasi terkai
LAPOR!.
Webmail Tidak terdapat (-)Tidak terdapat informasi terkait
informasi terkait tujuan tujuan dan kegunaan aplikasi
aplikasi
JDIH (Jaringan Informasi dan data (+) Informasi terkait data,
Dokumentasi terkait produk hukum dokumentasi perda, perbup, dan
dan Informasi Dikelola oleh Bagian perundang-undangan dilakukan
Hukum) Hukum Sekretariat secara update .
DPRD Kabupaten
Asahan
CCTV Informasi terkait (+) Menampilkan kegiatan
Kondisi jalan dan arus masyarakat terkait kepadatan arus
lalu lintas melalui kendaraan lalu lintas.
CCTV
Sumber : Peneliti (2019)

Berdasarkan Tabel di atas, peneliti melakukan beberapa observasi terkait

kualitas pelayanan publik melalui situs resmi pemerintah kabupaten Asahan,

bahwa secara umum menampilkan beberapa informasi-informasi ter-update baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

dari profil pemerintah Kabupaten Asahan, maupun kegiatan dan informasi penting

lainnya. Secara garis besar bahwa hampir seluruh komponen di dalam website

resmi pemerintah belum memberikan informasi terkait kebutuhan-kebutuhan

masyarakat, terutama mengenai informasi penting tentang rencana strategis

pemerintah Kabupaten Asahan, selain itu terkait informasi data yang ditampilkan

juga belum tersedia dan beberapa diantaranya terlihat kosong serta monoton.

Peneliti memberikan kesimpulan bahwa secara fisik tampilan website

resmi pemerintah Kabupaten Asahan sudah sangat bagus dan tools sudah dalam

kategori memudahkan, namun informasi-informasi yang ditampilkan baik

terutama data mengenai kondisi dan sebagainya pada Kabupaten Asahan belum

memuaskan. Perlu adanya pemeliharaan serta pengembangan terkait informasi

yang tampilkan sehingga baik dari kalangan masyarakat umum, LSM, instansi

pemerintah dan swasta serta akademisi dapat memperoleh informasi yang akurat

dari dalam website resmi sebagai penunjang e-Government.

4.2.2.2 Tingkat Konektivitas dan Penggunaan TI

Hal ini diperlukan untuk melihat bahwa sejauh mana pemerintah dalam

memanfaatkan teknologi dalam membantu di setiap aktivitas pemerintahan dan ini

akan memperlihatkan kesiapan dari pemerintah serta menjadi tolak ukur dari

kesiapan pemerintah dalam menerapkan konsep e-Government.

Pada tingkat konektivitas serta perkembangan penggunaan teknologi di

lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan saat ini masih dapat dikatakan cukup

baik dalam hal pengembangan aplikasi, karena berdasarkan konektivitas terhadap

aplikasi e-Government yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Asahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Berikut layanan aplikasi pemerintah dan layanan aplikasi publik yang

dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Asahan oleh Dinas Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Asahan:

Tabel 4.9 Perkembangan Layanan Aplikasi Kabupaten Asahan

Domain Aplikasi PenanggungJawab Aplikasi


Layanan Pemerintah
JDIH Diskominfo Sekretariat DPRD Kabupaten
Asahan
Siola Kemendagri Diskominfo Kabupaten Asahan
E-Announcement KPK KPK
Webmail Diskominfo Diskominfo Kabupaten Asahan
Simaya Diskominfo Diskominfo Kabupaten Asahan
Layanan Publik
Lapor! Nasional Seluruh Instansi
PPID Kemendagri Diskominfo Kabupaten Asahan
E-Planning Bappeda Bappeda Kabupaten Asahan
E-Buletin Diskominfo Diskominfo Kabupaten Asahan
Asada Diskominfo Diskominfo Kabupaten Asahan
E-Kliping Diskominfo Diskominfo Kabupaten Asahan
E-Perizinan Diskominfo Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu
OPD Diskominfo Diskominfo Kabupaten Asahan
Radio Streaming Diskominfo Lembaga Penyiaran Publik Lokal
RSPD Asahan/ Diskominfo
Kabupaten Asahan
CCTV Online Diskominfo Diskominfo Kabupaten Asahan
Smart Pajak Diskominfo Dinas Pendapatan/ Bappenda Kab.
Asahan
LPSE LKPP LPSE Kabupaten Asahan
Sumber : Olahan Peneliti (2020)

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) layanan

pemerintah dan 12 (dua belas) layanan publik yang telah dikembangkan oleh

pemerintah Kabupaten Asahan. Akan tetapi, meskipun secara pengembangan

aplikasi dapat dikatakan cukup baik namun hal ini masih kurang memuaskan

karena terdapat beberapa diantaranya seperti website resmi pada tabel di atas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

belum memudahkan pengguna terlebih lagi pengetahuan mengenai tahapan atau

cara menggunakannya aplikasi serta beberapa pada subdomain kecamatan-

kecamatan yang pada saat peneliti melakukan browsing pada subdomain

Kecamatan pada website resmi Kabupaten Asahan hanya sebatas informasi

halaman utama saja serta belum dapat memberikan informasi-informasi yang

lebih rinci terkait data dan informasi lain.

Hal tersebut dinyatakan juga oleh Bapak Jimbrown selaku Kepala Seksi

E-Government Kabupaten Asahan,

“Tingkat konektivitas di lingkungan Pemkab Asahan seperti OPD


yang diantaranya sudah ada yang terhubung dan terkoneksi pada
e-Government Asahan, begitu juga dengan kantor-kantor
pemerintahan Kabupaten Asahan wilayah kecamatan, sehingga
kita tahu aktivitas-aktivitas yang dilakukan setiap OPD dan
Kecamatan setiap harinya”. (Wawancara, Rabu, 13 November
2019, 14.36).

Terkait hal tingkat konektivitas serta penggunaan TI di lingkungan

Kabupaten Asahan, Bapak Zulkarnain sebagai Kepala Bidang Teknologi dan

Informatika menjelaskan bahwa:

“Tingkat konektivitas dan penggunaan TI di Pemkab Asahan dapat


dikatakan cukup baik, permasalahan terkait penggunaan TI untuk
aktivitas di lingkungan Pemkab Asahan, ya SDM nya, karena
masih sedikit yang memahami dan minimnya tenaga teknis di tiap
OPD dan Kantor kecamatan, selain itu anggaran Asahan masih
sedikit untuk meningkatkan konektivitas.”(Wawancara, 13
November 2019, 14.40).

Kebutuhan SDM menjadi bagian penting terkait pengembangan

teknologi dan informasi di lingkungan Kabupaten Asahan. Kebutuhan tersebut

menjadi sangat penting mengingat bahwa pembangunan infrrastruktur harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

diimbangi dengan permbangunan SDM yang secara umum dapat memahami

teknologi secara umum.

4.2.3 Aspek Kelembagaan Penerapan e-Government

4.2.3.1 Struktur Organisasi

Komitmen pimpinan, baik secara eksekutif maupun legislative sangat

menentukan keberhasilan dari penyelenggaraan, pelaksanaan dan pengembangan

sistem e-Government. Komitmen tersebut menyangkut pada pengambilan

kebijakan oleh Pemerintah Kabupaten Asahan dalam rangka pencapaian visi dan

misi terutama dalam mewujudkan pemerintahan yang smart government atau

smart city. Hal ini juga perlu adanya pemberian motivasi dan unsur keteladanan

oleh pemimpin dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam

setiap penyelenggaraan pemerintahan terutama pada Kabupaten Asahan.

Meskipun e-Government secara fisik seperti website resmi sudah ada ditahun

2015, namun pada periode tersebut belum memiliki tugas pokok yang jelas,

namun perlu adanya komitmen sebagai pemimpin.

Komitmen Pemerintah Kabupaten Asahan mulai tercermin pada

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Asahan Tahun 2016-2021 halaman 294 ditegaskan bahwa

Pemerintah Kabupaten Asahan berupaya mewujudkan pemerintahan yang smart

governance menuju Asahan smart city serta dipertegas pada Peraturan Bupati

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Nomor 39 Tahun 2018 tentang penyelenggaraan e-Government di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Asahan.

Pada tahun 2018 bahwa pemerintah Kabupaten Asahan mulai

membangun pada tahapan pembangunan e-Government. Hal ini diawali pada

statement Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Asahan Bapak

Rahmad Hidayat Siregar terhadap media elektronik (Metro Rakyat News, 2018)

yang menyatakan bahwa untuk tahun 2018, pihak (Dinas Komunikasi dan

Informatika) akan mencanangkan program Command Center berbasis IT yang

rencananya dengan konsep program pembangunan berupa smart city di kota

Kisaran. Adapun program tersebut dikatakan merupakan wujud kepedulian Bupati

Asahan, H Taufan Gama Simatupang untuk menuntaskan visi misi Pemerintah

Kabupaten Asahan.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 7 Tahun 2016

tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten Asahan, dan Peraturan Bupati

Asahan Nomor 34 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Tugas dan fungsi, susunan

Organisasi, tata Kerja, Uraian Tugas dan Fungsi jabatan Dinas Daerah di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Asahan memutuskan Peraturan Bupati Nomor

39 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan e-Government di lingkungan

Pemerintahan Kabupaten Asahan bahwa penyelenggaraan serta pelaksanaan e-

Government di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Asahan sebagaimana yang

dimaksud dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi dan informatika (Diskominfo)

Kabupaten Asahan selaku pelaksana bertanggung jawab atas:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

a. Koordinasi dengan Perangkat Daerah, sebagaimana yang dimaksud

berupa pemasangan sistem jaringan, pemutakhiran data dan informasi

b. Menyusun rencana induk e-Government daerah, sebagaimana yang

dimaksud beupa pedoman pemerintah dalam melaksanakan e-

Government dengan menggunakan TIK dan dijadikan landasan

berfikir, standarisasi, tahapan serta impleentasi dalam pengembangan

TIK di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Asahan yang efektif dan

efisien menuju asahan smart government.

c. Publikasi kegiatan pemerintah daerah, sebagaimana yang dimaksud

adalah berupa data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan ke masyarkat.

Berikut adalah bagan organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika

Kabupaten Asahan.

Gambar 4.8 Bagan Susunan Organisasi Diskominfo Asahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Sumber : diskominfo.asahankab.go.id (2019)

Berdasarkan bagan organisasi di atas bahwa bidang teknologi dan

informatika yang menangani pembangunan e-Government di Kabupaten Asahan.

Kepala bidang Teknologi dan Informatika mengkoordinasikan pelaksanaan tugas

terkait perencanaan serta penyusunan teknis terkait e-Government, melaksanakan

penyiapan serta memonitoring dan evaluasi pada pelaksanaan e-Government di

lingkup Kabupaten Asahan.

Pada Bidang Komunikasi dan Informatika membawahi 3 seksi yaitu,

Seksi Sarana Prasarana Informasi, Seksi E-Government dan Pemberdayaan

Telematika dan Seksi Keamanan Data Informasi. Tugas Kepala Seksi Sarana

Prasarana Informasi yaitu pengumpulan, penganalisa, penyiapan bahan petunjuk

teknis, pengumpulan dan penganalisa data dan penyusunan rencana, evaluasi dan

pelaporan di lingkup saranan dan prasarana informasi. Tugas Kepala Seksi E-

Government dan Pemberdayaan Telematika yaitu, pengumpulan dan penganalisa

data di lingkup e-Government, penyiapan bahan teknis serta pelaksana di lingkup

e-Government, serta melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan bidang e-

Government dan pemberdayaan telematika. Tugas Kepala Seksi Keamanan Data

Informasi yaitu, melakukan pengumpulan dan penganalisaan terkait data,

penyiapan bahan teknis dalam lingkup keamanan data, melakukan pelaksanaan

keamanan data serta melakukan monitoring dan evaluasi pada lingkup keamanan

data informasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Adapun pencapaian akuntabilitas kinerja Dinas Komunikasi dan

Informatika terkait indikator kinerja sasaran yang telah disepakati untuk tahun

2016 hingga 2021 dalam meningkatkan sistem teknologi informatika di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Pencapaian Sasaran Strategis Diskominfo Tahun 2017-2018

Indikator Satuan Tahun 2017 Pencapaian Tahun 2018 Pencapaian


Sasaran Target Realisasi 2017 (%) Target Realisasi 2018 (%)
Persentase % 73,7 73,7 100 76,5 76,5 100
Kinerja dan
Kerjasama
dengan Pihak
Terkait Dalam
Bidang
Komunikasi,
Penginformasian
dan Media
Massa

Ketersediaan Buah 7 7 100 7 7 100


Radio Lokal
(bh)
Ketersediaan Bh 1 1 100 1 1 100
Website milik
Pemerintah
Jumlah Mbps 200 100 50 250 300 120
Bandwidh
Jumlah Aplikasi Aplikasi 5 5 100 6 9 150
e-Government
Kab. Asahan
Sumber : Diskominfo Tahun 2018

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan terdapat 5 (lima) indikator

kinerja dengan pencapaian rata-rata 114,02 persen tahun 2018. Hal ini mengukur

pencapaian kinerja diskominfo Kabupaten Asahan untuk pelaksanaan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

pengembangan sistem teknologi dan informasi di Pemerintahan Kabupaten

Asahan sudah sangat baik. Adapun hasil tersebut dijabarkan pada buku realisasi

rencana strategis dengan membandingkan antara target pencapaian indikator

kinerja sasaran yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja tahun 2018 dengan

realisasi pencapaiannya. Secara rinci menunjukkan bahwa pengembangan

komunikasi, informasi dan media massa di pemerintahan kabupaten Asahan

terbilang baik berdasarkan Permen Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53/2014 yang dimana bertujuan untuk memudahkan

penilaian pencapaian dengan metode skala.

4.2.3.2 Perangkat Hukum

Dalam hal ini penerapan konsep e-Government sangat berkaitan erat

dengan usaha penciptaan serta pendistribusian data maupun informasi dari satu

pihak kepihak yang lain, sehingga jika terjadi pelanggaran yang dilakukan, maka

diperlukan perangkat hukum yang kuat untuk mengatur melindungi hak cipta

sehingga terciptanya mekanisme e-Government yang baik dan kondusif serta

memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan mengenai penerapan e-

Government tersebut.

Adapun perangkat hukum yang digunakan dapat berupa peraturan-

peraturan, keputusan-keputusan, instruksi-instruksi dan lain sebagainya yang

dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan berbagai kegiatan seperti

penerapan e-Government di instansi pemerintah.

Kondisi saat ini bahwa penerapan e-Government di Kabupaten Asahan

telah memiliki landasan hukum yang tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Tahun 2003 tentang kebijakan dan stategi nasional pengembangan e-Government

dan diperkuat dengan Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2018 tentang

penyelenggaraan e-Government di lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan.

Hal ini juga dinyatakan oleh Bapak Zulkarnain selaku Kabid Teknologi

dan Informatika pada saat peneliti melakukan wawancara di Kantor Dinas

Komunikasi dan Informatika, bahwa:

“Landasan hukum pada penerapan e-Government di Kabupaten


Asahan tertuang dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang
kebijakan dan strategis nasional pengembangan e-Government
serta Perbup Nomor 39 Tahun 2018 tentang penyelenggaraan e-
Government di Kabupaten Asahan” (Wawancara, 13 November
2019, 15.00 WIB).

Terkait landasan hukum terhadap penerapan e-Government di Kabupaten

Asahan, beberapa aplikasi memiliki perangkat hukum yang sebelumnya sudah

terealisasi sebelum adanya konsep e-Government dilakukan. Hal ini dijelaskan

oleh Bapak Muhammad Syafiq selaku sekretaris Bappeda Kabupaten Asahan:

“Sebelum pelaksanaan e-Government di tahun 2018, e-planning


sudah ada perangkat hukumnya sejak Perbup Nomor 39 Tahun
2016 dan diubah menjadi Perbup Nomor 49 Tahun 2017 tentang
Standar Operasional Prosedur pelaksanaan sistem perencanaan
pembangunan berbasis elektronik (e-planning) Kabupaten Asahan,
namun pada akhirnya e-planning akan diarahkan kepada sistem e-
govenrment sebagai bagian aplikasi layanan
masyarakat”.(Wawancara, 14 November 2019, 11.20 WIB).

Berdasarkan hal tersebut, e-Government di lingkungan pemerintahan

Kabupaten Asahan telah memiliki perangkat hukum yang kuat terkait

penyelenggaran nya. Dalam penerapan e-Government di lingkungan pemerintah

Kabupaten Asahan sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Bupati Nomor

39 Tahun 2018 dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

penanggungjawab dalam melakukan koordinasi dengan perangkat daerah terutama

SKPD yang lebih dahulu sudah mengembangan pelayanan masyarakat berbasis

teknologi, sehingga menjadi tugas dinas Komunikasi dan Informatika sebagai

penanggungjawab untuk melakukan koordinasi baik dalam pemasangan sistem

jaringan, pemuktahiran data serta informasi.

4.2.3.3 Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Ketersediaan sumber daya manusia menjadi peran utama di dalam

pengembangan dan pelaksanaan e-Government pada suatu daerah, karena pada

dasarnya manusia yang bekerja di lembaga pemerintahan, maka tingkat

kompetensi dan keahlian menjadi sangat mempengaruhi performa penerapan e-

Government.

Ketersediaan sumber daya manusia di lingkungan pemerintah Kabupaten

Asahan terutama pada Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai pelaksana

program e-Government secara total sebanyak 53 orang.

Tabel 4.11 Jumlah Tenaga Kerja Diskominfo

No. ASN/Non ASN (Kontrak)/ Non ASN (TKS) Jumlah


1 ASN 27
2 Non ASN (Kontrak) 23
3 Non ASN (TKS) 2
Total Tenaga Kerja 53 Orang
Sumber : Diskominfo (2018)

Adapun ketersediaan sumber daya manusia aparatur menjadi tantangan

bagi seluruh organisasi perangkat daerah. Hal ini menyangkut pada konsistensi

pemerintah dalam mengembangkan pelayanan publik e-Government. Terkait

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

ketersediaan sumber daya aparatur di lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan,

Bapak Zulkarnain menjelaskan

“SDM menjadi prioritas utama yang menjadi tugas diskominfo


Kabupaten Asahan untuk memberikan pemahaman atau bimtek
terkait apa itu command center atau e-Government atau smart city,
karena seiring perjalanan waktu setiap daerah harus dapat
meningkatkan kompetensi terkait pelayanan publik
ini.(Wawancara, 13 November 2019, 14.50)

Terkait ketersediaan sumber daya aparatur di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Asahan, Bapak Jimbrown selaku Kepala Seksi E-Government

memberikan penyataan bahwa:

“Mengenai SDM di Pemerintah Kabupaten Asahan ini masih


minim yang memahami teknologi baik secara pengetahuan
maupun teknikal. Selain itu, untuk melaksanakan e-Government,
kita masih menggunakan tenaga teknis seadanya yang memahami
teknisnya, sehingga untuk mewujudkan smat city di Asahan,
diskominfo sebagai provider membutuhkan tenaga ahli yang sesuai
dengan bidang-bidangnya secara langsung.”(Wawancara, 13
November 2019, 14.03).

Pada kesempatan lain, peneliti melakukan wawancara terkait

ketersediaan sumber daya aparatur di lingkungan Pemerintah Kabupaten Asahan.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada Bapak Hasyrul Aziz

Harahap selaku Kepala Subbidang PU dan Pengembangan Wilayah bahwa,

“SDM di pemerintahan Kabupaten Asahan yang memahami secara


teknis teknologi hanya beberapa, namun mengatasi hal itu,
Pemkab Asahan melakukan kerjasama dengan STMIK Amik Royal
(Perguruan Tinggi). Konsepnya kontrak untuk Sumber daya
manusianya, jadi jika kita ingin membuat program, kita
mengharapkan mereka untuk membuat programnya, dan
seterusnya kita menjalankannya”.(Wawancara, 14 November
2019, 11.00).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Berdasarkan jawaban dari beberapa informan terkait ketersediaan SDM

aparatur di lingkungan Kabupaten Asahan masih sangat minim, karena hampir

seluruh instansi selain bagian pelayanan publik hanya memiliki 1 hingga 2 orang

untuk menangani sistem komputerisasi dan jaringan. Sebagai contoh pada sistem

e-planning Bappeda Kabupaten Asahan, hanya di pegang oleh 2 orang secara

langsung dan sistem aplikasi JDIH di Sekretariat DPRD Kabupaten Asahan hanya

dipegang oleh 1 orang.

Hal ini juga menjadi tantangan bagi diskominfo sebagai pemangku

pelaksanaan bimtek terkait e-Government di Kabupaten Asahan. Adapun

tantangan tersebut selain memanfaatkan dana anggaran dengan baik mungkin,

perlu juga dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan

pemeliharaan hasil hasil pembangunan, memberdayakan sarana dan prasaranan

untuk meningkatkan kualitas pekerjaan lebih optimal, mendayagunakan tenaga

teknis pelaksana dengan pemanfaatan teknologi guna profesionalisme mitra kerja

dalam melaksanakan pembangunan bidang komnikasi dan informatika,

meningkatkan koordinasi dengan seluruh perangkat daerah serta mengoptimalkan

penanganan prioritas usulan masyarakat agar hasil pembangunan sesuai dengan

aspirasi dan bermanfaat bagi masyarakat.

4.2.3.4 Perubahan Paradigma

Penerapan e-Government merupakan suatu proyek change management

yang membutuhkan adanya keinginan untuk merubah paradigma dan cara

berpikir. Adapun perubahan paradigma ini akan bermuara pada dibutuhkannya

kesadaran dan keinginan untuk merubah cara kerja, bersikap, perilaku dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

kebiasaan sehari-hari. Namun jika pemimpin dan para karyawan di suatu

pemerintahan tidak mau untuk berubah, maka dapat dikatakan bahwa yang

bersangkutan belum sip untuk menerapkan konsep e-Government.

Berdasarkan teori Indrajit (2005) peneliti mencoba menggambarkan

bahwa inisiatif yang dibangun oleh para pemimpin daerah terkait program-

program perubahan tidak aka nada artinya tanpa terlebih dahulu diawali dengan

perubahan paradigma atau cara pandang terkait pelayanan publik. Artinya bahwa

sikap keberanian dari pemimpin untuk melakukan redefinisi ulang terhadap

perannya serta mengambil langkah-langkah yang cukup fundamental dalam

memperbaiki kinerja organisasinya, maka hal ini yang disebut sebagai change

management.

Dalam proses organisasi di lembaga pemerintah perubahan paradigma

yang terjadi pada pemerintahan Kabupaten Asahan terhadap penerapan e-

Government adalah adanya tuntutan bahwa adanya kerjasama antar seluruh

perangkat daerah terkait informasi-informasi pelayanan masyarakat selain itu,

tuntutan lain bahwa penerapan e-Government menuntut perubahan pada seluruh

aparatur terkait penerapan teknologi pada pelayanan.

Hal ini dinyatakan oleh Bapak Zulkarnain selaku Kabid Teknologi dan

Informatika bahwa

“Ada perubahan, harus ada kerjasama seluruh pihak serta


terutama aparatur yang dituntut untuk dapat berkembang,
terutama yang belum memahami teknologi jadi mau tidak mau
harus memahami teknologi untuk pelayanan kepada masyarakat”
(Wawancara, 13 November 2019).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Pada kesempatan lain, peneliti mencoba mewawancarai bagian pelaksana

terkait aplikasi e-Planning dalam melaksanakan pelayanan publik yaitu Bapak

Ripin Ginting selaku Kepala Subbidang Perencanaan (e-Planning), terkait

perubahan paradigma yang terjadi, menjelaskan bahwa,

“Perubahan yang terjadi menjadi sebuah keharusan serta tuntutan


TI sudah menjadi keharusan terutama perkembangan industri 4.0
serta dari seluruh perangkat daerah agar memudahkan pekerjaan
sehingga seuruh perangkat daerah harus mencoba
menyederhanakan pelayanannya masing-masing sistem
pelayanannya”. (Wawancara, 14 November 2019, 11.30 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

sebagaimana layaknya organisasi birokrat, struktur organisasi yang kaku

merupakan ciri khas manajemen pemerintahan, namun dalam kerangka ini

pemerintah harus membagi dirinya menjadi departemen serta divisi berdasarkan

kebutuhan fungsional, sehingga hal tersebut menjadi pembentuk perubahan

terhadap pemerintahan yang profesional. Pemerintah yang professional

merupakan pemerintah yang mampu serta kuat dalam pengambilan keputusan

terutama dalam membangun sistem informasi yang utuh sehingga memudahkan

bagi manajemen untuk mengambil keputusan. Namun permasalahan yang timbul

adalah integrasi data yang terkumpul yang juga merupakan data dari masing-

masing perangkat daerah yang terkadang terjadi duplikasi data, sehingga dalam

hal tersebut menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan, Oleh karena

itu, dengan adanya sistem data terpadu, maka data-data yang terintegrasi dari

masing-masing perangkat daerah menjadi data central, sehingga masyarakat hanya

perlu memberikan satu dapata untuk membuka seluruh proses pelayanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

4.2.3.5 Ketersediaan Dana dan Anggaran

Menyangkut pola ketersediaan dana dan anggaran dalam penerpan e-

Government, permodalan sangatlah dibutuhkan untuk membiayai pelaksanaan

penerapan e-Government. Hal ini dilakukan terutama yang berkaitan setelah

proyek selesai dilakukan maka tahapan selanjutnya ada pada pemerliharaan dan

pengembangan sistem atau aplikasi.

Tabel 4.12 Akuntabilitas Keuangan Tahun 2018

Pagu Anggaran Realisasi Anggaran


No. Jumlah Jumlah
Jenis Anggaran Jenis Anggaran
Anggaran (Rp) Anggaran (Rp)
1 Belanja Pegawai 670.350.000 Belanja Pegawai 628.850.000
2 Belanja Barang/ Jasa 8.073.437.000 Belanja Barang/ Jasa 7.680.332.468
3 Belanja Modal 1.275.000.000 Belanja Modal 1.259.337.600
Sumber : Diskominfo Kabupaten Asahan (2018)

Pada Tabel di atas menunjukkan bahwa pagu anggaran tahun 2018 yang

ditetapkan pemerintah Kabupaten Asahan kepada Dinas Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Asahan sebesar 10 milyar dengan rincian belanja pegawai,

belanja barang/ Jasa dan belanja modal. Pada realisasi yang telah dilakukan oleh

Dinas Komunikasi dan Informatika bahwa sebesar 9 milyar atau berkisar 95.51

persen dari penetapan anggaran untuk Dinas Komunikasi dan Informatika.

Berdasarkan hal tersebut bahwa sistem penganggaran yang dilakukan

Dinas Komunikasi dan Informatika sudah baik dan Jika dalam hal pengadaan

sistem serta jaringan dan lainnya diatur dalam anggaran yang dialokasikan untuk

memenuhi kebutuhan penerapan e-Government sudah tepat. Peneliti mencoba

mengkonfirmasikan mengenai hal tersebut kepada Bapak Zulkarnain selaku

Kepala Bidang Teknologi dan Informatika sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

“jika melihat saat ini secara infrastruktur terbilang sangat kecil,


karena berkisar 1 miliar lebih yang di dalamnya terbagi untuk
gedung, cctv pada 6 titik, jika untuk pengadaan pelatihan dan
pengembangan teknologi terhadap aparatur dan lainnya
membutuhkan dana lebih besar lagi”. (Wawancara, 13 November
2019, 14.56 WIB).

Berdasarkan pada ketersediaan anggaran dan dana untuk proses

pembangunan program, e-Government di lingkungan Kabupaten Asahan, Bapak

Jimbrown selaku Kasi E-governemnt menjelaskan terkait anggaran

“Secara spesifik, anggaran terkait infrastruktur yang sudah kita


bangun berkisar 1-2 miliaran, namun untuk pengembangan
aparatur untuk pemberikan bimtek serta sosialisasi terhadap
masyarakat dan lebih detail nya ada pada renstra
diskominfo,mencapai hampir 13 miliaran”.(Wawancara, 13
November 2019, 14.59 WIB).

Pada kesempatan lain, terkait anggaran dan dana untuk pembangunan

dan pengembangan e-Government di Kabupaten Asahan, Bapak Hasyrul Aziz

Harahap selaku Kepala Subbidang PU dan Pengembangan Wilayah memaparkan:

“belum maksimalnya pengembangan terkait IT di Asahan, karena


keterbatasan anggaran. Anggaran yang diterima untuk diskominfo
sendiri sekitar 13 miliar saja, karena mereka juga nantinya harus
mendukung sumber daya manusia, teknologinya, infrastruktur
lainnya, semua dari mereka”. (Wawancara, 14 Novermber 2019,
11.15 WIB).
Dari hasil wawancara yang dilakukan penelitian terkait dana dan

anggaran yang bersumber dari APBD kabupaten Asahan yang di alokasikan

kepada Dinas komunikasi dan informatika terkait e-Government terbilang sangat

baik secara pengalokasiannya. Dalam hal ini pengalokasian yang dilakukan

diskominfo Kabupaten Asahan sesuai dengan kesepakatan yang diarahkan oleh

Bupati Asahan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Tabel 4.13 Perjanjian Kinerja Diskominfo Kabupaten Asahan Tahun 2018

No Sasaran Strategis Indikator Kineja Satuan Target


Terwujudnya pengembangan Persentase dan kerja sama dengan
komunikasi, informasi dan pihak terkait dalam bidang
1 % 76,5
media massa komunikasi, penginformasi dan
media massa
Terwujudnya pelayanan Ketersediaan radio lokal (bh)
2 Buah 7.00
informasi bagi Masyarakat
Terlaksananya partisipasi Ketersediaan website milik
masyarakat dalam pemerintah (bh)
3 pembangunan khususnya Buah 1.00
bidang teknologi dan
komunikasi
Ketersediaan akses internet Jumlah bandwidth
4 Mbps 250
Kab. Asahan
Ketersediaan sistem informasi Jumlah aplikasi e-government Kab.
5 Kab. Asahan yang berbasis Asahan Aplikasi 6
teknologi

Anggaran
No Program Keterangan
(Rupiah)
1 Pelayanan Adinistrasi Perkantoran 545.700.000,00 APBD
2 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 581.000.000,00 APBD
3 Peningkatan Disiplin Aparaur 16.000.000,00 APBD
4 Peningkatan Kapasistas Sumber Daya Aparatur 36.000.000,00 APBD
Pengembangan Komunikasi, Informasi dan
5 8.675.244.000,00 APBD
Media Massa
Sumber : Diskominfo Kabupaten Asahan (2018)

Tabel di atas merupakan data terkait perjanjian kinerja Dinas Komunikasi

dan Informatika Kabupaten Asahan Tahun 2018. Jika dihitung secara keseluruhan

dari 5 (lima) sasaran strategis diskominfo tahun 2018 mendapat anggaran sebesar

10 milyar rupiah dan jika dihitung secara keseluruhan program secara

realisasinya, maka dana yang terealisasi sebesar 9 milyar dengan rata-rata 95,51

persen dari total anggaran diskominfo tahun 2018 dapat dilihat pada lampiran

penelitian.

4.2.4 Aspek Penghambat e-Government Kabupaten Asahan

Menurut Al-rawahna et al (2018) mengemukakan bahwa secara teoritis

terdapat 2 (dua) hal yang menjadi penghambat dalam penerapan e-Government di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

beberapa negara di dunia, yaitu pertama, dari sisi lembaga pemerintah sebagai

penyedia jasa pelayanan publik yang memiliki kekurangan baik dalam

infrastruktur TI, kurangnya kesadaran, kurangnya keamanan dan privasi,

kurangnya kepercayaan, kurangnya kebijakan secara komprehensif berupa

perangkat hukum dan peraturan yang kuat, kualitas dan kuantitas sumber daya

manusia yang minim, kurangnya kolaborasi antara publik dan swasta, kurangnya

transformasi pemerintah dan resistensi terhadap perubahan, anggaran dan biaya

operasional yang kurang jelas serta tidak adanya strategi yang kuat. Kedua, adalah

pada alasan non-adopsi e-Government yang dimana penyedia layanan dari

perspektif warga negara yang disebutkan lebih menyukai pelayanan dengan tatap

muka karena ketidakpercayaan terhadap pelayanan sistem elektronik, minimnya

pendapatan masyarakat untuk membeli elektronik seperti komputer maupun

telepon genggam, serta faktor budaya.

Kondisi yang terjadi pada Kabupaten Asahan, menunjukkan bahwa ada

hambatan atau kelemahan yang menjadi aspek penting di dalamnya, yaitu pada

infrastruktur jaringan dan sumber daya manusia di lingkungan pemerintahan

daerah. Adapun pemenuhan kebutuhan terkait infrastruktur dalam mewujudkan

pelayanan publik berbasis elektrik di pemerintahan Kabupaten Asahan dapat

dikatakan cukup memadai, meskipun beberapa kelemahan pada infrastruktur yang

memang harus dilengkapi seperti pengadaan gedung khusus yang disebut-sebut

untuk pusat command center serta pengembangan aplikasi pelayanan publik

maupun beberapa infastruktur lain seperti cctv yang saat ini belum sepenuhnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menjadi kelemahan bagi pengembangan e-

Government di lingkungan pemerintahan Kabupaten Asahan.

Selain itu dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik, maka

diperlukan sumber daya manusia di lingkungan pemerintahan daerah yang

professional dan berbudi luhur. Adapun penempatan sumber daya manusia

sebagai determinasi yang penting untuk diwujudkan dan dikembangkan dengan

sangat baik, karena kedudukan sumber daya manusia bukan hanya sekedar

pengarah dan pengatur saja, melainkan juga sebagai pengendali sumber-sumber

daya yang ada untuk mencapai tujuan.

Ironisnya dalam penerapan e-Government di lembaga pemerintahan

khususnya pemerintahan daerah dengan kondisi yang berbeda-beda sekarang ini

kurang mendukung dari aspek professional sebagai aparatur atau tidak sesuai

dengan kualifikasi yang diharapkan sehingga secara aplikatifnya dalam penerapan

e-Government kurang efektif. Kondisi yang terjadi saat ini di lingkungan

pemerintahan Kabupaten Asahan adalah bahwa sumber daya manusia di

lingkungan pemerintahan Kabupaten Asahan dalam penerapan e-Government

belum memenuhi. Hal ini juga terbukti bahwa pemenuhan sumber daya manusia

aparatur dalam menjalankan e-Government masih kurang bahkan sampai pada

organisasi perangkat daerah terkecil seperti kecamatan dan kelurahan. Hal ini

dinyatakan oleh Bapak Zulkarnain Terkait ketersediaan sumber daya aparatur di

lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan, menjelaskan

“SDM menjadi prioritas utama yang menjadi tugas diskominfo


Kabupaten Asahan untuk memberikan pemahaman atau bimtek
terkait apa itu command center atau e-Government atau smart city,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

karena seiring perjalanan waktu setiap daerah harus dapat


meningkatkan kompetensi terkait pelayanan publik
ini.(Wawancara, 13 November 2019, 14.50)

Terkait ketersediaan sumber daya aparatur di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Asahan, Bapak Jimbrown selaku Kepala Seksi E-Government

memberikan penyataan bahwa:

“Mengenai SDM di Pemerintah Kabupaten Asahan ini masih


minim yang memahami teknologi baik secara pengetahuan
maupun teknikal. Selain itu, untuk melaksanakan e-Government,
kita masih menggunakan tenaga teknis seadanya yang memahami
teknisnya, sehingga untuk mewujudkan smat city di Asahan,
diskominfo sebagai provider membutuhkan tenaga ahli yang sesuai
dengan bidang-bidangnya secara langsung.”(Wawancara, 13
November 2019, 14.03).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dijelakan bahwa penghambat dari

penerapan e-Government di lingkungan Kabupaten Asahan selain dari sisi

kuantitatif yang hampir seluruhnya belum memadai baik di dalam perangkat

daerah maupun oleh Dinas Komunikasi dan Informatika dan di sisi lain secara

kualitatif bahwa sumber daya manusia aparatur belum memahami terkait

pemahaman pelayanan publik atau e-Government.

Adapun faktor penghambat lainnya adalah keterbatasan anggaran yang

dianggarkan untuk melakukan pengembangan kompetensi bagi seluruh aparatur

perangkat daerah di ingkungan Kabupaten Asahan. Anggaran yang diberikan oleh

pemerintah terhadap Dinas Komunikasi dan Informatika berkisar 10 Milyar yang

dimana realisasi yang dijalankan oleh Dinas lebih banyak kepada pengembangan

dan perbaikan sistem jaringan dan aplikasi. Selain terbatasnya alokasi dana yang

dianggarakan, informasi yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

diperoleh adalah kurangnya responsivitas pegawai dalam memanfaatkan

kesempatan untuk pengembangan sumber daya aparatur khususnya dalam bentuk

pendidikan formal dan informal serta pelatihan-pelatihan yang bersifat

meningkatkan keterampilan dan keahlian bidang teknologi dan kurangnya

komitmen dan inisiatif untuk mengembangkan keahlian, kecakapan untuk

menunjang aktivitas rutin.

4.3 Pembahasan

Mengingat bahwa kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yng

pesat serta potensi, memberikan banyak peluang bagi pengaksesan, pengelolahan

dan pendayagunaan informasi dalam volume besar secara cepat dan akurat. Sesuai

dengan Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan E-Government yang menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi

dan informasi dalam proses pemerintahan (e-Government) akan menjadi lebih

efisien, efektif, akuntanbilitas dan transparansi penyelenggaraan pemerintah serta

untuk menyelenggarakan pemerintahan yang smart government diperlukan adanya

kebijakan dan strategi penerapan dan pengembangan e-Government.

Dalam mewujudkan hal tersebut di lembaga pemerintahan, maka

pemerintah harus mampu melakukan berbagai hal guna meningkatkan efektifitas

dan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Saat ini pemerintah

Kabupaten Asahan telah menyelenggarakan pelayanan berbasis teknologi

informasi di lingkungan pemerintahan Kabupaten Asahan berupa e-Government.

Hal ini juga mewujudkan program nasional dalam meningkatkan pelayanan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

berupa smart city. Pemerintah Kabupaten Asahan telah membangun infrastruktur

untuk penunjang e-Government. E-Government itu sendiri merupakan pondasi

awal dalam mewujudkan Asahan Smart City.

Perlu diketahui bahwa secara skematis yang terbentuk adalah ketika

pemerintah menerapkan pelayanan publik berupa e-Government serta melakukan

pengembangan secara rutin dan mengembangkan aplikasi yang terkait, maka akan

membentuk pemerintahan smart government. Smart government merupakan

perubahan dari e-Government yang dirancang dengan beberapa tahap sehingga

menciptakan smart city, karena dalam bagian smart city terdapat smart

government.

Hal ini diperkuat oleh (Supangkat, 2016) sebagai penemu smart city di

Indonesia menjelaskan bahwa terdapat 6 (enam) garuda smart city model yang

dikembangkan untuk mewujudkan smart city, yaitu smart environment, smart

economi, smart living, smart people, smart mobility, dan smart government.

Penelitian yang dilakukan oleh Utama Andri Arjita (2017) terkait pelayanan

publik e-Government menjelaskan bahwa e-Government mampu menjadi strategi

unggulan dalam mentrasformasikan aktivitas kegiatan pemerintah dan

meningkatkan pelayanan masyarakat. E-Government juga mampu menghemat

anggaran serta mengefektifkan program-program pelayanan publik.

Penerapan e-Government di Kabupaten Asahan didasari atas azas

manfaat, keadilan dan pemerataan, adanya kepastian hukum serta keamanan dan

etika. Tujuan dari e-Government bagi pemerintahan Kabupaten Asahan adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih, baik, transparan, akuntabel,

efektif dan efisien dalam pelayanan publik dengan memanfaatkan prinsip ekonomi

biaya ringan serta untuk memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

publik. Maka dengan adanya tujuan tersebut, perlu diperhatikan pula indikator

dalam penerapan e-Government oleh Indrajit (2005) yang dimana mengandung 6

(enam) unsur yaitu: (1) Infrastruktur Telekomunikasi, (2) tingkat konektivitas dan

penggunaan TI oleh pemerintah, (3) Kesiapan sumber daya aparatur pemerintah,

(4) Ketersediaan dana dan anggaran, (5) Perangkat hukum, (6) Perubahan

paradigma. Maka dengan demikian dapat diketahui sejauh mana penerapan e-

Government di lingkungan pemerintahan Kabupaten Asahan.

Dalam penerapan pelayanan publik e-Government di Kabupaten Asahan,

diperlukan pemanfaatan jaringan komunikasi serta informasi, hal ini dikarenakan

menyangkut pada data masyarakat. Sehingga dalam hal ini diperlukan kerjasama

antara semua pihak terkait baik organisasi perangkat daerah maupun pemerintahan

terkecil untuk meningkatkan pelayanan secara cepat dan murah.

Perlu diketahui bahwa dalam penerapan e-Government di lingkungan

Kabupaten Asahan pelaksanaan dan pengelolaannya dilakukan oleh dinas

komunikasi dan informatika Kabupaten Asahan. Tanggungjawab yang diberikan

pemerintah berdasarkan Perbup Nomor 39 Tahun 2018 adalah melakukan

koordinasi dengan perangkat daerah, menyusun rencana induk e-Government

daerah serta publikasi kegiatan pemerintah daerah. terkait koordinasi terhadap

perangkat daerah di lingkungan kabupaten Asahan, beberapa organisasi perangkat

daerah terlah lebih awal melakukan pengembangan terkait pelayanan publik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

sebelum pemerintah Kabupaten Asahan mengeluarkan keputusan terkait

pelayanan e-Government, sehingga koordinasi diperlukan, selain pada

pengembangan aplikasi juga pada pembangunan infrastruktur-infrastruktur

penunjang jaringan.

Pelaksanaan serta penerapan e-Government di Kabupaten Asahan pada

berbagai sistem pelayanan publik diperlukan infrastruktur yang besar dengan

kemampuan teknis yang kuat. Pembangunan command center yang merupakan

bentuk kebutuhan berupa kebijakan sebagai infrastruktur yang berfungsi untuk

menampung seluruh sistem yang ada pada e-Government baik secara internal

yang ada pada seluruh perangkat daerah, maupun eksternal seperti perkembangan

lingkungan diluar birokrasi pemerintahan dengan pemanfaatan cctv sebagai

bagian dari pencegahan kecelakaan dan tindak kejahatan jalanan. Perkembangan

infrastruktur saat ini dilakukan oleh diskominfo Kabupaten Asahan untuk

mewujudkan asahan smart government dengan penggunaan serta peningkatan

penggunaan teknologi di bidang layanan data center baik dari pengembangan

aplikasi-aplikasi serta layanan pengembangan internet dan pengguna akses

internet secara publik meskipun pengembangan tersebut tidak terlalu signifikan

namun hal tersebut dilakukan untuk dijadikan masukkan bagi pihak penyedia

sebagai pembanding dari perkembangan baik sebelum maupun sesudah.

Selain keberadaan infrastruktur serta pengembangannya, perlu diketahui

tingkat konektivitas serta penggunaan TI di lingkungan pemerintah Kabupaten

Asahan. Perlu diketahui bahwa diperlukannya konektivitas serta penggunaan TI

untuk melihat bahwa sejauh mana pemerintah dalam memanfaatkan teknologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

dalam membantu di setiap aktivitas pemerintahan dan ini akan memperlihatkan

kesiapan dari pemerintah serta menjadi tolak ukur dari kesiapan pemerintah dalam

menerapkan konsep e-Government.

Pada tingkat konektivitas serta perkembangan penggunaan teknologi di

lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan saat ini masih dapat dikatakan cukup

baik dari segi pengembangan aplikasi, namun berdasarkan konektivitas terhadap

aplikasi e-Government yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Asahan,

beberapa diantaranya belum memuaskan karena hanya sebatas informasi halaman

utama saja serta belum dapat memberikan informasi-informasi yang lebih rinci.

Namun yang menjadi permasalahan yang diketahui peneliti berdasarkan

informasi dari informan adalah sumber daya manusia. Kebutuhan SDM menjadi

bagian penting terkait pengembangan teknologi dan informasi di lingkungan

Kabupaten Asahan. Kebutuhan tersebut menjadi sangat penting mengingat bahwa

pembangunan infrrastruktur harus diimbangi dengan permbangunan SDM yang

secara umum dapat memahami teknologi secara umum.

Ketersediaan SDM apartur di lingkungan pemerintahan Kabupaten

Asahan memang menjadi peran utama di dalam pengembangan dan pelaksanaan

e-Government pada suatu daerah, karena pada dasarnya manusia yang bekerja di

lembaga pemerintahan, maka tingkat kompetensi dan keahlian menjadi sangat

mempengaruhi performa penerapan e-Government. Kondisi yang terjadi pada

pemerintahan Kabupaten Asahan adalah bahwa ketersediaan SDM aparatur di

lingkungan Kabupaten Asahan masih sangat minim, hal ini juga menjadi

tantangan bagi diskominfo sebagai pemangku pelaksanaan bimtek terkait e-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Government di Kabupaten Asahan. Adapun tantangan lain yaitu memanfaatkan

dana anggaran dengan baik mungkin, anggaran diperlukan juga dalam

meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pemeliharaan hasil

hasil pembangunan, memberdayakan sarana dan prasaranan untuk meningkatkan

kualitas pekerjaan lebih optimal, mendayagunakan tenaga teknis pelaksana

dengan pemanfaatan teknologi guna profesionalisme mitra kerja dalam

melaksanakan pembangunan bidang komunikasi dan informatika, meningkatkan

koordinasi dengan seluruh perangkat daerah serta mengoptimalkan penanganan

prioritas usulan masyarakat agar hasil pembangunan sesuai dengan aspirasi dan

bermanfaat bagi masyarakat Ketersediaan sumber daya manusia di lingkungan

pemerintah Kabupaten Asahan menjadi tantangan bagi seluruh organisasi

perangkat daerah. Hal ini menyangkut pada konsistensi pemerintah dalam

mengembangkan pelayanan publik e-Government.

Pada dinas komunikasi dan informatika pola permodalan yang dilakukan

sudah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Jika dalam hal pengadaan sistem

serta jaringan dan lainnya diatur dalam APBD yang dialokasikan untuk memenuhi

kebutuhan penerapan e-Government sudah tepat. Hal ini pengalokasian yang

dilakukan diskominfo Kabupaten Asahan sesuai dengan kesepakatan yang

diarahkan oleh Bupati Asahan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

bahkan anggaran yang dimanfaatkan oleh diskominfo (terlampir) menggunakan

95.51 persen realisasi. Hal ini juga merupakan tujuan dari bupati Asahan dengan

penggunaan anggaran dengan prinsip ekonomi biaya ringan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Selain itu dalam penerapan e-Government, keberadaan perangkat hukum

sangat penting. Perangkat hukum merupakan aturan yang mendasar dari suatu

program dengan tujuan untuk melindungi hak-hak terkait bertukar data dan

informasi antar individu, kelompok-kelompok, maupun antar daerah. hal ini

dilakukan untuk memberikan perlindungan yang kuat serta pemberian ketentuan

sanksi jika prosesnya bertentangan dengan kesepakatan.

Kondisi saat ini bahwa penerapan e-Government di Kabupaten Asahan

telah memiliki landasan hukum yang tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 3

Tahun 2003 tentang kebijakan dan stategi nasional pengembangan e-Government

dan diperkuat dengan Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2018 tentang

penyelenggaraan e-Government di lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan.

Dalam penerapan e-Government di lingkungan pemerintah Kabupaten Asahan

sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2018

dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai penanggungjawab

dalam melakukan koordinasi dengan perangkat daerah terutama SKPD yang lebih

dahulu sudah mengembangan pelayanan masyarakat berbasis teknologi, sehingga

menjadi tugas dinas Komunikasi dan Informatika sebagai penanggungjawab untuk

melakukan koordinasi baik dalam pemasangan sistem jaringan, pemuktahiran data

serta informasi.

Dari keseluruhan bagian terkait indikator penerapan e-Government, pada

akhirnya ditentukan pada hasil paradigma perubahan di lingkungan pemerintahan

kabupaten Asahan. Perubahan paradigma yang terjadi pada pemerintahan

Kabupaten Asahan terhadap penerapan e-Government tuntutan bahwa adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

kerjasama antar seluruh perangkat daerah terkait informasi-informasi pelayanan

masyarakat selain itu, tuntutan lain bahwa penerapan e-Government menuntut

perubahan pada seluruh aparatur terkait penerapan teknologi pada pelayanan

Hal ini dihasilkan dari pemikiran yang bersifat fundamental yang sangat

mendasar yang secara logika mengandung sejumlah ide-ide perubahan yang

bersifat radikal, karena sebuah organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan

dari orang-orang dalam sebuah struktur untuk menjalankan aktivitas tertentu,

maka dari itu subjek utama perubahan yang tepat pada dasarnya memperbaiki

kinerja proses terkait yang ada.

Pemahaman dari Teori Indrajit (2005) pada aspek paradigma yang

ditimbulkan menurut peneliti dengan mencoba menggambarkan bahwa inisiatif

yang dibangun oleh para pemimpin daerah terkait program-program perubahan

tidak akan ada artinya tanpa terlebih dahulu diawali dengan perubahan paradigma

atau cara pandang terkait pelayanan publik. Artinya bahwa sikap keberanian dari

pemimpin atau aktor untuk melakukan redefinisi ulang terhadap perannya serta

mengambil langkah-langkah yang cukup fundamental dalam memperbaiki kinerja

organisasinya, maka hal ini yang disebut sebagai change management. Hal yang

sama dikemukakan oleh Warjio (2016) bahwa pemimpin atau aktor-aktor inilah

yang menjadi bagian terpenting dari seluruh proses-proses pembangunan dalam

rangka mewujudkan perubahan-perubahan yang dilakukan berdasarkan proses

motif politik pembangunan dengan mendorong intelektual serta logika dari

seorang pemimpin atau aktor yang menghendaki adanya perubahan di masyarakat

kearah kemajuan sesuai dengan yang mereka pahami dan cita-citakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Dalam proses organisasi di lembaga pemerintahan, pemerintah harus

membagi dirinya menjadi departemen serta divisi berdasarkan kebutuhan

fungsional, sehingga hal tersebut menjadi pembentuk perubahan terhadap

pemerintahan yang pofesional. Pemerintah yang professional merupakan

pemerintah yang mampu serta kuat dalam pengambilan keputusan terutama dalam

membangun sistem informasi yang utuh sehingga memudahkan bagi manajemen

untuk mengambil keputusan. Namun permasalahan yang timbul adalah integrasi

data yang terkumpul yang juga merupakan data dari masing-masing perangkat

daerah yang terkadang terjadi duplikasi data, sehingga dalam hal tersebut

menyulikan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan, Oleh karena itu, dengan

adanya sistem data terpadu, maka data-data yang terintegrasi dari masing-masing

perangkat daerah menjadi data central, sehingga masyarakat hanya perlu

memberikan satu data untuk membuka seluruh proses pelayanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Tabel 4.14 Hasil Temuan Lapangan Terhadap Teori Indrajit

Kriteria Penerapan Hasil Temuan Lapangan


Infrastruktur Secara teknis, Pemkab cukup baik dalam membangun
Telekomunikasi infrastruktur penunjang e-Government dengan sistem
command center dan pengembangan aplikasi terkait
penyatuan data dan informasi

Tingkat Konektivitas dan Tingkat konektivitas di lingkungan Pemkab Asahan


Penggunaan TI masih kurang memuaskan terkait di lingkungan
pemerintahan terkecil seperti kecamatan dan kelurahan
belum dapat memberikan informasi/data penting di dalam
aplikasi yang dikembangkan, meskipun secara
pengembangan aplikasi cukup baik, akan tetapi perlu
adanya pemantauan kembali sehingga yang dibutuhkan
seperti hal penting seperti informasi dan data dapat di
ketahui semua pihak.
Kesiapan SDM aparatur Kondisi kesiapan aparatur terkait kemampuan dan
pemahaman terhadap teknologi masih belum memadai,
terlebih beberapa instansi memerlukan tenaga kontrak
terhadap pembentukan sistem aplikasi yang dibutuhkan.
Oleh karena itu diperlukan pelatihan dan pengembangan
secara lebih intensif sesuai dengan kebutuhan
Ketersediaan Dana dan Alokasi anggaran yang tersedia sudah cukup baik dan
Anggaran berasal dari APBD. Anggaran yang digunakan untuk
pengembangan Infrastruktur dan sistem terkait e-
Government, serta penggunaan prinsip ekonomi biaya
ringan

Perangkat Hukum Perangkat hukum menjadi dasar penerapan e-


Government. Kabupaten Asahan telah mengeluarkan
Peraturan Bupati Nomor 39 tahun 2018 tentang
penerapan e-Government di lingkungan pemerintah
Kabupaten Asahan

Perubahan Paradigma Perubahan paradigma yang muncul di lingkungan


Kabupaten Asahan adalah adanya sebuah tuntutan
perubahan yang besar terhadap pelayanan publik untuk
menjadi lebih baik serta positif meskipun sangat sulit,
namun hal ini dapat membangun rasa kepercayaan dan
kenyamanan oleh masyarakat terhadap pemerintah
Kabupaten Asahan,
Sumber : Peneliti, 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

5 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Struktur kelembagaan dalam penerapan e-Government di Kabupaten

Asahan berada pada Dinas Komunikasi dan Informatika. Hal ini dinyatakan dalam

Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2018 tentang Penyelenggaran E-Government

di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Asahan. Adapun azas dan tujuan di

selenggarakannya e-Government di Kabupaten Asahan adalah untuk azas manfaat,

keadilan dan pemerataan, kepastian hukum, keamanan serta etika dengan tujuan

untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih, baik, transparan, akuntabel,

efektif dan efisien dalam pelayanan publik menuju penyelenggaraan pemerintahan

yang smart government dengan prinsip ekonomi biaya ringan.

Adapun kondisi dari terselenggaranya e-Government di lingkungan

Kabupaten Asahan dapat dikatakan cukup baik meskipun ada tugas-tugas yang

harus diperbaharui dan ditingkatkan seperti halnya anggaran khusus untuk

membangun command center sebagai basis seluruh sistem untuk menampung

seluruh komponen dalam e-Government itu sendiri serta pengembangan aplikasi

dengan ramah masyarakat, artinya bahwa aplikasi yang dikembangkan tidak

menyulitkan pihak lain ketika untuk mengaksesnya serta kondisi konektivitas

seluruh OPD dan Kantor Kecamatan harus diperbaiki sedemikian rupa karena

peneliti menemukan bahwa sistem beberapa OPD tidak dapat dibuka dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

memerlukan pengamanan untuk mengaksesnya. Hal inilah mempersulit

masyarakat ketika melakukan akses terhadap e-Government di Kabupaten Asahan.

Selanjutnya merupakan hal utama dari seluruh infrstruktur yang dibentuk

tanpa adanya SDM yang memadai, hal ini menjadi kesia-siaan karena SDM

menjadi bagian utama yang terpenting sebagai pelaksanaan suatu program.

Kondisi di Pemerintahan Kabupaten Asahan bahwa belum sepenuhnya kerja sama

antara semua pihak terutama OPD dan kecamatan karena sumber daya manusia

belum memenuhi, sehingga seluruh pengembangan dan pelaksanaannya hanya

berpangku pada diskominfo dan pihak akademisi dengan konsep tenaga kontrak.

5.2 Saran

Adapun saran yang peneliti ajukan berupa rekomendasi, yaitu:

1. Mengenai infrastruktur

a. Perlu adanya penambahan, pengecekan kebutuhan perangkat IT

serta standarisasi di instansi-instansi pemerintah yang sesuai

dengan kebutuhan sehingga idealnya seluruh instansi-instansi

dapat mendapatkan kualitas yang sama.

2. Mengenai Sumber Daya Manusia

a. Seluruh instansi harus memiliki staf khusus/operator IT

b. Perlu adanya pemetaan bagi staf yang memiliki kemampuan

dalam IT di seluruh instansi

c. Perlunya pelatihan/ workshop mengenai IT serta pemahaman

terkait e-Government dan smart government di seluruh instansi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

3. Mengenai e-Government dan Pemanfaatan TIK

a. Perlu disusun masterplan terkait penyelenggaraan e-Government

b. Perlu disusun panduan kegiatan TIK

c. Perlunya pembenahan sistem terutama pada informasi-informasi

terkait data, kegiatan dan aplikasi pelayanan lokal seperti

kecamatan dan kelurahan sehingga sistem e-Government

membuat prosedur pelayanan menjadi lebih mudah dinikmati

hingga struktur terkecil pemerintahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

DAFTAR PUSTAKA

Al-rawahna, A. S., Chen, S.-C., & Hung, C.-W. (2018). The Barriers of E-
Government Success: An Empirical Study Form Jordan. International
Journal of Managing Public Sector Information and Communication
Technologies (IJMPICT), 1-18 Vol. 9 No. 2.

Alshehri, M., & Drew, S. (2010). Implementation of E-Government: Advantages


and Challenges. IASK E-ALT Conference Proceedings, 1-8.

Anggono, B. D. (2018). Fakultas Teknologi Pertanian. Retrieved December 13,


2019, from ftp.itb.ac.id: ftp://ftp.itb.ac.id/pub/ISO-
IMAGES/linux/eii2015itb/eGovt%20&%20Smartcity.pdf

Arjita, U. A. (2017). E-Government Sebagai Bagian Dalam Smart City. Seminar


Nasional IPTEK Terapan (SENIT), 15-17.

Arnus, S. H. (2017). Peran E-Government Dalam Mewujudkan Transparansi


Pemerintahan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Ejournal Iain Kendari.

Bitjoli, B. E., Rindengan, Y. D., & Karouw, S. D. (2017). Analisa Kesiapan Kota
Cerdas (Studi Kasus: Pemerintah Kota Manado). E-Journal Teknik
Informatika Vol 12, No.1, 1-7.

BPS. (2018). Beberapa Indikator Penting Kabupaten Asahan. Asahan: Badan


Pusat Statistik Kabupaten Asahan.

BPS. (2018). Kabupaten Asahan Dalam Angka. Asahan: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Asahan.

BPS. (2018). Kondisi Kesehatan Penduduk Kabupaten Asahan 2018. Asahan:


Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan.

Budiardjo, M. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Damanik, M. P., & Purwaningsih, E. H. (2018). Kesiapan E-government


Pemerintah Daerah Menuju Pengembangan Smart Province (Studi Pada
Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal provinsi Sumatera Utara). Jurnal
Studi Komunikasi dan Media, 185-196.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Diskominfo Kabupaten Asahan. (2018). IKU DIskominfo Kabupaten Asahan.


Retrieved December 19, 2019, from Diskominfo Kabupaten Asahan:
https://diskominfo.asahankab.go.id/index.php/pages/iku

Diskominfo Kabupaten Asahan. (2018). Indikator Kinerja Utama LKJ. Retrieved


December 19, 2019, from Diskominfo Kabupaten Asahan:
https://diskominfo.asahankab.go.id/index.php/pages/lkj

Diskominfo Kabupaten Asahan. (2018). Rencana Aksi. Retrieved December 19,


2019, from Diskominfo Kabupaten Asahan:
https://diskominfo.asahankab.go.id/index.php/pages/rencana-aksi

Diskominfo Kabupaten Asahan. (2018). Renstra Diskominfo Kabupaten Asahan.


Retrieved December 19, 2019, from
https://diskominfo.asahankab.go.id/index.php/pages/renstra

Diskominfo Kabupaten Asahan. (2018). TUPOKSI Diskominfo Kabupaten


Asahan. Retrieved December 19, 2019, from Diskominfo Kabupaten
Asahan: https://diskominfo.asahankab.go.id/index.php/pages/tupoksi-dinas

Giddens, A. (2010). Teori Strukturasi: Dasar-Dasar Pembentukan Struktur Sosial


Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hardjaloka, L. (2014). Studi Penerapan E-government di Indonesia dan Negara


Lainnya Sebagai Solusi Pemberantasan Korupsi di Sektor Publik. Jurnal
Rechts Vinding BPHN, 435-452.

Haryanto. (2017). Elit, Massa, dan Kekuasaan : Suatu Bahasan Pengantar.


Yogyakarta: PolGov Fisipol UGM.

Hayati, & Purnomo, E. P. (2018). Implementasi E-government Pada Pemerintah


Daerah Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jurnal Research Gate.

Heeks, R. (2003). Most eGovernment For Development Project Fail: How Can
Risks be Reduced? IPDM, 1-19.

Heta News. (2018, Februari 27). Pembangunan Command Center, Ini Fungsinya
Kata Kadis Kominfo Asahan. Retrieved Desember 13, 2018, from Heta
News: http://www.hetanews.com/article/122145/pembangunan-command-
center-ini-fungsinya-kata-kadis-kominfo-asahan

Indrajit, R. E. (2005). ELECTRONIC GOVERNMENT IN ACTION, Ragam Kasus


Implementasi Sukses di Berbagai Belahan Dunia. Yogyakarta: Academia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Indrajit, R. E. (2006). Electronic Government : Konsep Pelayanan Publik


Berbasis Internet dan Teknologi Informasi. Jakarta: APTIKOM.

Indrajit, R. E. (2013). Empat Tipe Relasi E-Government. e-Artikel sistem dan


Teknologi Informasi, 1-4.

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003. (n.d.). Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government.

JASMERAH. (2013). Sejarah Kota Kisaran. Jurnal Pendidikan Sejarah, 1-126.

Kencono, D. S. (2015). Analisis Struktur Kelembagaan Penyelenggaraan e-


Government Pada Pemerintah Kabupaten Sragen Tahun 2013. Politika, 1-
24.

Lauranti, M., Afrina, E., & Mawesti, D. (2017). Mengkaji Penggunaan e-


Government Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan
Prakarsa.

Metro Rakyat News. (2018, Februari 28). Pemkab Asahan Bangun Command
Center Berbasis IT. Retrieved Juli 16, 2019, from Metrorakyat.com:
https://metrorakyat.com/pemkab-asahan-bangun-command-center-
berbasis/

Nasrullah. (2018). Implementasi Electronic Government dalam Mewujudkan


Good Government dan Smart City (Studi Kasus Pemerintah Kota
Makassar). Jurnal Teknik Informatika.

Niatullah. (2017). Analisis Penyelenggaraan E-government Menurut Rencana


Induk Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh Pemerintah Kabupaten
Pinrang. Thesis (pp. 1-66). Makassar: Sekolah Pascasarjana Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin.

Nugraha, J. T. (2018). E-government dan Pelayanan Publik (Studi Tentang


Elemen Sukses Pengembangan E-government di Pemerintah Kabupaten
SLeman. Jurnal Komunikasi dan Kajian Media, 32-42.

Nugroho, T. W. (2016). Analisis E-government Terhadap Pelayanan Publik di


Kementerian Hukum dan HAM. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum.

Octavianto, A. W. (2014). Strukturasi Giddens dan Social Constructions Of


Technology (SCOT) Sebagai Pisau Analisis Alternatif Penelitian Sosial
Atas Teknologi Media Baru. Ilmu Komunikasi, 1-17.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Peraturan Bupati Asahan Nomor 39 Tahun 2018. (n.d.). Penyelenggaraan e-


Government di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Asahan.

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2018. (2018). Perubahan Peraturan Daerah


Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2016-2021. Asahan.

Perpres Nomor 95 Tahun 2018. (2018). Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.


Jakarta: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Rahmadanita, A., Santoso, E. B., & Wasistiono, S. (2018). Implementasi


Kebijakan Smart Govenrment Dalam Rangka Mewujudkan Smart City di
Kota Bandung. Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, 81-106.

Ramdani, E. M. (2018). Analisis Efektivitas Pelaksanaan E-government di


Tingkat Kelurahan. Jurnal SAWALA, 31-48.

Sitokdana, M. N. (2015). Evaluasi Implementasi E-government Pada Situs Web


pemerintah Kota Surabaya, Medan, Banjarmasin, Makassar, dan Jayapura.
Jurnal Buana Informatika, 289-300.

Subekti, T., & Gustomy, R. (2018). Menguji Sistem E-government Kota Malang
Menuji Smart City. Interkatif Universitas Brawijaya, 1-21.

Supangkat, S. H. (2016). Smart City Initiatives. SII Smart Indonesia Initiatives.

Surdin, J. (2016). Analisis Kelayakan Implementasi E-government Dalam


Pelayanan Publik di Bidang Keagrariaan di Kabupaten Pinrang. Jurnal
Komunikasi KAREBA, 1-14.

Suyitno. (2018). Metode Penelitian Kuanlitatif. Tulungagung: Akademia Pustaka.

Twizeyimanaa, J. D., & Anderssona, A. (2019). The public value of E-


Government – A literature review. Government Information Quarterly by
ScienceDirect, 167 (1-12).

Warjio. (2016). Politik Pembangunan (Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi).


Jakarta: Kencana.

Wijaya, A. (2015). Penerapan E-government di Sekretariat Daerah Kabupaten


Semarang. Skripsi (pp. 1-102). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Yusuf, R. M., & Jumhur, H. M. (2018). Penerapan E-government Dalam


Membangun Smart City Pada Kota Bandung Tahun 2018. Jurnal e-
Proceeding of Management, 3126.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SALINAN

BUPATI ASAHAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN BUPATI ASAHAN

NOMOR 39 TAHUN 2018

TENTANG

PENYELENGGARAAN E-GOVERNMENT
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ASAHAN,

Menimbang : a. bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi


dalam proses pemerintahan (e-government) akan
meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan maka
berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
e-government perlu diatur penyelenggaraan e-government
di daerah;
b. bahwa penyelenggaraan e-government di daerah melalui
pengintegrasian infrastruktur dan sistem informasi
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dengan
prinsip ekonomi biaya ringan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Penyelenggaraan E-Government
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Asahan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten
dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3851);

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3881);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 251, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5952);
6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
11. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di
Indonesia;
12. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-
government;
13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5
Tahun 2015 tentang Registrar Nama Domain Instansi
Penyelenggara Negara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 209);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 7 Tahun
2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten
Asahan (Lembaran Daerah Kabupaten Asahan Tahun
2016 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Asahan Nomor 6);
15. Peraturan Bupati Asahan Nomor 34 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi,
Tata Kerja, Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan pada Dinas
Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Asahan
(Berita Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2016 Nomor
34);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENYELENGGARAAN E-


GOVERNMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
ASAHAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Asahan.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Asahan.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
5. Dinas Komunikasi dan Informatika yang selanjutnya disingkat Diskominfo
adalah Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Asahan.
3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. E-Government adalah pemanfaatan teknologi informasi dalam proses
manajemen pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,
transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan
sistem informasi pemerintah yang menerapkan teknologi informatika
dalam pelaksanaan pemerintahan.
7. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan
dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik atau non elektronik.
8. Sistem Informasi adalah sekumpulan komponen-komponen hardware,
software, network, brainware dan basisdata yang bekerja sama satu sama
lain dalam hal pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyebaran
data dan informasi untuk keperluan Pemerintah Daerah.
9. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau
penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,
tulisan, gambar, suara bunyi melalui kawat, optik, radio atau sistem
elektromagnetik lainnya.
10. E-Procurement adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang
memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan untuk melakukan
pengolahan data pengadaan hingga ke proses pembuatan laporan.
11. E-Office adalah sebuah ruang kerja yang berlokasi di dunia internet, di
mana seorang individu dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan
untuk melaksanakan bisnis profesional atau pribadi tanpa memiliki fisik
lokasi usaha.
12. E-Commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang
dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet, televisi atau jaringan
komputer lainnya.
13. Situs (Website) adalah sebuah sistem informasi dimana bentuk teks,
gambar, suara dan lain-lain dipresentasikan dalam bentuk hypertext dan
dapat diakses oleh perangkat lunak yang disebut browser.
14. Video Converence adalah seperangkat teknologi telekomunikasi interaktif
yang memungkinkankan dua pihak atau lebih di lokasi berbeda dapat
berinteraksi melalui pengiriman dua arah audio dan video secara
bersamaan.
15. Aplikasi adalah program komputer yang dirancang memudahkan
pengguna program.
16. Infrastruktur adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan peralatan
telekomunikasi, yang ketika digunakan bersama, menjadi pondasi dasar
untuk mendukung pelaksanaan e-government.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17. Penyediaan Infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi pekerjaan
konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan
infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau
pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan
infrastruktur Informatika.
18. Komunikasi adalah penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak yang
lain melalui media perantara yang bersifat elektronik maupun non
elektronik.
19. Internet adalah sejumlah besar jaringan yang membentuk jaringan
interkoneksi yang terhubung melalui protocol TCP/IP.
20. Intranet adalah jaringan privat/khusus dengan sistem yang sama dengan
internet tetapi tidak terhubung dengan internet dan hanya digunakan
secara internal.
21. Internet Protocol yang selanjutnya disingkat IP adalah sistem
pengalamatan di jaringan yang dipresentasikan dengan sederetan angka
berupa kombinasi 4 deret bilangan mulai 0.0.0.1 sampai 255.255.255.255
(IP V 4) atau 6 deret bilangan hexa (IP V6) mulai 0.0.0.0.0.0 sampai
dengan FFF.FFF.FFF.FFF.FFF.FFF.
22. Domain adalah pengkonversian dari alamat internet protokol ke nama.
23. Sub Domain adalah bagian dari domain yang terintegrasi dengan domain
utama.
24. Security Level adalah lapisan keamanan sesuai hak akses yang diberikan
25. Wali Data (data stewardship) yang selanjutnya disebut WD adalah unit
yang bertangung jawab terhadap penyediaan, pengelolaan, dan distribusi
data serta merupakan unit yang langsung melaksanakan kegiatan
operasi, administrasi, pelayanan.
26. Server adalah perangkat khusus dalam jaringan komputer yang menjadi
tempat bagi semua simpul di dalam jaringan untuk bisa melakukan
resource sharing.
27. Sistem Jaringan adalah kumpulan simpul- simpul sumber daya perangkat
komputasi berupa perangkat-perangkat komputer yang saling terhubung
melalui sistem komunikasi data, sehingga dapat diakses secara bersama.
28. Standarisasi adalah penyamaan format terhadap suatu ketentuan.
29. Basisdata adalah kumpulan data yang secara logika berkaitan satu sama
lain dan disimpan atau diakses berbasiskan komputer.
30. Perangkat keras adalah satu atau serangkaian alat yang terhubung dalam
Sistem Elektronik.
31. Perangkat lunak adalah satu atau sekumpulan program komputer,
prosedur, dan/atau dokumentasi yang terkait dalam pengoperasian
Sistem Elektronik.
32. Jaringan Komputer adalah jaringan telekomunikasi yang mengijinkan
komputer untuk saling bertukar data dan berbagi sumber daya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
AZAS DAN TUJUAN
Pasal 2
E-Government diselenggarakan berdasarkan azas :
a. manfaat;
b. adil dan merata;
c. kepastian hukum
d. keamanan; dan
e. etika.
Pasal 3
(1) E-Government diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan tata
kepemerintahan yang bersih, baik, transparan, akuntabel, efektif, dan
efisien dalam pelayanan publik, menuju penyelenggaraan pemerintahan
dengan prinsip ekonomi biaya ringan.
(2) Memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik.

BAB III
PENYELENGGARAAN
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan E-Government meliputi :
a. pemanfaatan jaringan komunikasi; dan
b. pemanfaatan sistem informasi.
(2) Penyelenggaraan E-Government sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri dari Internet Service Provider, kabel Unshielded Twisted Pair
(UTP), Fibre Optic (FO ), computer, server, switch, access point, router, tower
dan perangkat lunak lainnya.
(3) Penyelenggaraan E-Government sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berupa aplikasi penunjang E-Procurement, E-Office, E-Commerce,
website, video converence dan aplikasi elektronik lainnya.

BAB IV
TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA
Pasal 5
Penyelenggaraan E-Government sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dilaksanakan oleh Diskominfo.
Pasal 6

Diskominfo selaku pelaksana bertanggung jawab :


a. berkoordinasi dengan Perangkat Daerah;
b. menyusun Rencana Induk E-Government Daerah; dan
c. publikasi kegiatan Pemerintah Daerah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pasal 7
(1) Koordinasi dengan Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 huruf a berupa pemasangan sistem jaringan, pemutakhiran data dan
informasi.
(2) Rencana Induk E-Government Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 huruf b berupa pedoman Pemerintah dalam melaksanakan E-
Government yang menggunakan teknologi informasi dan dijadikan
landasan berfikir, standarisasi, tahapan serta implementasi dalam
pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di lingkup
Pemerintahan Kabupaten Asahan yang efektif dan efisien untuk menuju
Asahan Smart Government.
(3) Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c berupa data dan
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan ke masyarakat.
BAB V
TEKNIS OPERASIONAL DAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Bagian Kesatu
Teknis Operasional
Pasal 8
(1) Teknis operasional penyelenggaraan E-Government dilaksanakan oleh
Diskominfo.
(2) Teknis operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. melakukan registrasi;
b. infrastruktur jaringan;
c. mengelola website;
d. mengatur penggunaan internet, video converence dan e-mail;
e. pengaturan data dan informasi; dan
f. mengelola laboratorium komputer.
Pasal 9
Registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a untuk
memperoleh IP dan security level.

Pasal 10
(1) Infrastruktur jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
huruf b meliputi :
a. penyediaan dan pengelolaan infrastruktur jaringan yang
menghubungkan Perangkat Daerah;
b. penyediaan layanan Internet bagi seluruh Perangkat Daerah yang
telah terhubung dengan infrastruktur jaringan Pemerintah Daerah;
(2) Dalam hal penyediaan infrastruktur jaringan lokal (intranet) dan
komputer di Perangkat Daerah dikelola oleh masing-masing Perangkat
Daerah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pasal 11
(1) Mengelola website sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c
adalah website yang digunakan Pemerintah Daerah.
(2) Website sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari domain dan sub
domain.
(3) Domain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan alamat :
www.asahankab.go.id.
(4) Sub domain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dimiliki dan
digunakan oleh Organisasi Perangkat Daerah ditentukan oleh Diskominfo.
(5) Pengelolaan dan penggunaan sub domain sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dikelola oleh masing-masing Perangkat Daerah.
Pasal 12
(1) Mengatur penggunaan internet, video converence dan e-mail sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf d meliputi :
a. pembagian bandwidth (besaran kecepatan koneksi internet) yang
digunakan Organisasi Perangkat Daerah;
b. pelaksanaan konferensi melalui video/visual jarak jauh; dan
c. membuat alamat surat elektronik masing-masing Organisasi Perangkat
Daerah.
(2) Pembagian bandwidth sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
sesuai dengan kebutuhan Organisasi Perangkat Daerah.
Pasal 13
(1) Pengaturan data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (2) huruf e berdasarkan data dan informasi dari Perangkat Daerah
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
(2) Kumpulan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
bentuk Kelompok Basisdata yang diintegrasikan dan direlasikan satu
dengan yang lain serta dikelompokkan untuk kepentingan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pelayanan publik dan
kemasyarakatan.
(3) Kelompok basisdata sebagaimana dimaksud pada ayat (2), antara lain :
a. basisdata pelayanan;
b. basisdata administrasi dan managemen;
c. basisdata legislasi;
d. basisdata pembangunan daerah;
e. basisdata keuangan;
f. basisdata kepegawaian;
g. basisdata pemerintahan;
h. basisdata kewilayahan;
i. basisdata kemasyarakatan;
j. basisdata kependudukan;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


k. basisdata kesehatan;
l. basisdata ketenagakerjaan;
m.basisdata pertanian;
n. basisdata perdagangan;
o. basisdata perikanan dan peternakan;
p. basisdata transportasi;
q. basisdata pariwisata dan perhotelan; dan
r. basisdata prasarana.
(4) Dalam mengelola basisdata sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati
menetapkan Wali Data (data stewardship) pada seluruh basisdata
masing-masing Organisasi Perangkat Daerah berdasarkan usulan Kepala
Dinas Komunikasi dan Informasi.
Pasal 14
Mengelola laboratorium komputer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(2) huruf f dalam rangka menunjang kualitas penyelenggaraan E-Government
meliputi :
a. pengembangan aplikasi; dan
b. sarana dan prasarana bimbingan teknis (bimtek), pendidikan dan latihan
(diklat) teknis.
Bagian Kedua
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pasal 15
(1) Pengembangan sumber daya manusia aparatur di bidang teknologi
informatika dalam rangka menunjang kualitas penyelenggaraan E-
Government.
(2) Pengembangan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. bimbingan teknis (bimtek);
b. pendidikan dan latihan (diklat) teknis; dan
c. magang kerja.
(3) Pengembangan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdiri dari pengembangan sumber daya manusia aparatur Perangkat
Daerah dalam Bidang Teknologi Informatika dengan mengikuti ketentuan
Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Kementerian terkait.
BAB VI
KERJASAMA
Pasal 16
(1) Perangkat Daerah dapat melakukan kerjasama koneksi data dengan
instansi vertikal atau pihak ketiga.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah berkoordinasi
dengan Diskominfo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VII
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 17
(1) Diskominfo wajib :
a. mengolah data dan informasi dari Perangkat Daerah; dan
b. memelihara sistem infrastruktur jaringan di Organisasi Perangkat
Daerah secara periodik.
(2) Perangkat Daerah wajib :
a. memperbaharui data dan informasi secara periodik; dan
b. memelihara sistem infrastruktur jaringan terkoneksi.
Pasal 18
Perangkat Daerah dilarang :
a. membuat domain yang terpisah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (3); dan
b. mengubah dan/atau menambah jaringan yang terkoneksi.

BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 19
(1) Pembiayaan atas penyelenggaraan E-Government dibebankan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Asahan.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan perangkat keras dan
perangkat lunak;
b. pengelolaan E-Government; dan
c. pengembangan sumber daya manusia aparatur.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan E-Government yang dilaksanakan oleh Diskominfo.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pemberian pedoman pengelolaan dan penyelenggaraan E-Government;
b. pemberian petunjuk dan langkah-langkah operasional pengelolaan,
dan penyelenggaraan E-Government; dan
c. pemberian pelatihan bagi aparatur.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. penertiban dan pengendalian; dan
b. pelaporan.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB X
KETENTUAN SANKSI
Pasal 21
Setiap Perangkat Daerah yang terbukti melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18, Diskominfo mengambil alih pengelolaan sistem
informasi dan peralatan serta perlengkapan pendukungnya.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Pembiayaan pengadaan
bandwidth yang masih dianggarkan pada masing-masing Organisasi Perangkat
Daerah tetap berjalan sampai dengan Tahun Anggaran 2018 berakhir.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Asahan.

Ditetapkan di Kisaran
pada tanggal 16 Mei 2018

BUPATI ASAHAN,

ttd

TAUFAN GAMA SIMATUPANG


Diundangkan di Kisaran
pada tanggal 16 Mei 2018

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ASAHAN,

ttd

TAUFIK ZAINAL ABIDIN

BERITA DAERAH KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2018 NOMOR 40

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan: Foto kegiatan wawancara bersama Bapak Zulkarnain, SE.,M.Si
selaku Kabid Teknologi Informasi (Tengah) dan bersama Bapak Jimbrown M.S
selaku Kasi E-Government.

Keterangan: Foto kegiatan setelah wawancara bersama Bapak Mahabatan selaku


Tenaga Ahli bidang Teknologi Informasi Big Data.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan: Foto kegiatan pengamatan terkait pengadaan infrastruktur Data
Center dan Command Center Kabupaten Asahan.

Keterangan: Foto kegiatan setelah wawancara bersama Bapak Muhammad Syafiq


Selaku Sekretaris Bappeda kabupaten Asahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan: Foto kegiatan setelah wawancara bersama Bapak Ripin Ginting
selaku Kasubid E-Planning

Keterangan: Foto kegiatan setelah wawancara bersama Bapak Nopember, SE


Selaku Kasubag JDIH kabupaten Asahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai