2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3560
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
IMPLEMENTASI ELECTRONIC GOVERNMENT PADA DINAS
PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
SATU PINTU KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
ii
Peneliti berharap kepada seluruh pihak untuk dapat memberikan masukan yang
bermanfaat demi perbaikan penelitian ini di masa mendatang. Sekian, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memahami realita dan berpikir tentang masa depan
E-gevernment di Indonesia.
iv
vi
vii
Gambar 2.1 Diagram Dampak Langsung dan Tidak Langusng Implementasi ...................... 9
Gambar 2.2 Diagram Model E-government........................................................................... 13
Gambar 4.1 Struktur DPMPPTSP Dalam SOP ..................................................................... 25
Gambar 4.2 Skema Proses Perizinan di DPMPPTSP Deli Serdang ...................................... 26
Gambar 4.3 Tampilan Home Page Website DPMPPTSP ...................................................... 27
Gambar 4.4 Tampilan Form pada Website DPMPPTSP ....................................................... 27
Gambar 4.5 Tanda Terima Permohonan Sementara .............................................................. 28
Gambar 4.6 Daftar Izin yang Dapat Diproses oleh DMPPTSP ............................................. 33
Gambar 4.7 Suasana Front Office DPMPPTSP..................................................................... 45
Gambar 4.8 Foto Dokumen SOP DPMPPTSP ...................................................................... 49
viii
ix
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti
dirumuskan dalam pertanyaan berikut:
2.1. Bagaimana komunikasi dalam pelaksanaan implementasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
2.2. Bagaimana sumber daya dalam pelaksanaan implementasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
2.3. Bagaimana disposisi dalam pelaksanaan implementasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
3.1. Mengetahui komunikasi dalam pelaksaan implemtasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
3.2. Mengetahui sumber daya dalam pelaksaan implemtasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
3.3. Mengetahui disposis dalam pelaksaan implemtasi E-government melalui
perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
3.4. Mengetahui Struktur dalam pelaksaan implemtasi E-government melalui
perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
4.1. Akademik
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari penelitian yang
dilakukan penulis dengan cara mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama
perkuliahaan dalam pembahasan masalah mengenai penerapan E-government di
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli
Serdang.
4.2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
pemerintah Kota Medan agar lebih maksimal dalam menerapkan dan
mengembangkan E-government di Kantor Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang.
1. Implementasi Kebijakan
Pada dasarnya pandangan terhadap kebijakan publik dapat dibagi kedalam
dua kategori. Pertama, pendapat Ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan
tindakan-tindakan pemerintah. Para Ahli cenderung menganggap bahwa semua
tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan publik. Kedua, berangkat
dari para Ahli yang memandang kebijakan publik yang memberikan pengertian
khusus kepada pelaksanaan kebijakan. Mereka memandang kebijakan publik
sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan dan maksud-
maksud tertentu, dan mereka yang menganggap kebijakan publik sebagai
memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan. Jadi kebijakan publik dipandang
sebagai proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan.
Studi implementasi kebijakan publik merupakan usaha untuk mengetahi
tingkat keberhasilan pelaksaan kebijakan publik serta variabel-variabel yang
mempengaruhinya. Implementasi kebijakan merupakan proses atau tahapan yang
penting dalam sebuah siklus kebijakan. Bagaimanapun, sebuah kebiajakan yang
telah dihasilakan apabila tidak dilaksanakan maka akan sia-sia atau tidak dapat
mengatahasi sesuatu permasalah. Impelementasi juga penting karena menentukan
berhasil atau tidaknya suatu kebijakan dibuat guna memecahkan suatu masalah.
Menurut Grindle (dalam Wibawa, 1994: 55), implementasi kebijakan ditentukan
oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Studi ini melihat adanya tugas
dimensi analisis dalam organsiasi yaitu tujuan pelaksaan, tugas dan kaitan
organisasi dengan lingkungan. Ide dasar Grindle adalah bahwa kebijakan
ditransformasikan menjadi program-program aksi maupun proyek individual
dengan biaya yang telah disediakan maka implementasi kebijakan dapat
dilakukan.
Implementasi kebijakan adalah langkah yang dilakukan setelah kebijakan
selesai dirumuskan dan disahkankan atau diundangkan oleh pemerintah. Hasil dari
pemikiran para Wakil Rakyat dan para Ahli untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh pemerintah ataupun masyarakat melalui kebijakan publik yang
Gambar 2.1
Diagram Dampak Langsung dan Tidak Langusng Implementasi
2. Electronic Government
Electronic Government (E-government / E-gov) berasal dari government
yang dalam bahasa inggris berarti pemerintahan. Huruf “e-“ di depan kata
government yakni electronic seperti halnya dengan electronicmail ( e-mail ),
electronic business (e-business), dll. Pemerintahan elektronik atau E-government
adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk administrasi
pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan pelayanan yang
transparan dan memuaskan kepada masyarakat. Electronic government dapat
diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik untuk
meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik atau proses
kepemimpinan yang demokratis.
Electronic government merupakan suatu proses sistem pemerintahan
dengan memanfaatkan ICT (information, communication and technology)
sebagai alat untuk memberikan kemudahan proses komunikasi dan
transaksi kepada warga masyarakat, organisasi bisnis dan antara lembaga
pemerintah serta stafnya. Sehingga dapat dicapai efisiensi, efektivitas,
transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakatnya
(Hartono, dkk, 2010: 16).
Menurut Ragani (2016:22), Electronic Government dapat dipahami
sebagai penggunaan teknologi berdasarkan web (jaringan), komunikasi internet
dan dalam beberapa kasus, merupakan aplikasi interkoneksi untuk memfasilitasi
komunikasi dan memperluas akses ke dan dari pemberian layanan dan informasi
pemerintah kepada penduduk, dunia usaha, pencari kerja dan pemerintah lain,
baik instansional maupun antarnegara. Selain itu juga untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi, kinerja, proses pelaksanaan layanan, serta tugas pokok dan
funginya. Dengan adanya E-government, keputusan–keputusan politik dapat
segera dilakukan dan disosialisasikan kepada masyarakat, pelaku bisnis, dan
pemerintahan negara lain serta warga negara juga dapat memberikan masukan–
masukan maupun kritik terhadap pemerintah secara langsung melalui media
10
11
12
13
14
4. Definisi Konsep
konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas
dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau
individu tertentu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1995: 33). Dengan
demikian untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang
diteliti, maka perlu pendefinisian dari konsep tersebut:
1. Model implementasi elektronic govenment yang terdiri dari komunikasi,
sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi bekerja dengan saling
15
5. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pengertian variabel yang diungkapkan dalam
definisi konsep secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup
obyek penelian atau obyek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Konsep Indikator Definisi Operasional Sub-Indikator Definisi Operasional
Cara penyampaian
Trasnmisi
infrormasi
Pengiriman dan
Kejelasan
Komunikasi penerimaan pesan Kejelasan informasi
informasi
dan informasi
Hasrat untuk
memberikan pelayan Pengangkatan
Disposisi Memangkas birokrasi
terbaik dengan Birokrasi
segala cara
SOP SOP
16
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Istilah penelitian
kualitatif menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan
bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan metode yang ada”. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting).
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana Peneliti adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono,
2005:1).
Berdasarkan karakteristik tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan dilakukan pada kondisi yang alamiah, lebih bersifat deskriptif,
menekankan pada proses daripada produk atau outcome, melakukan analisis data
secara induktif, dan menekankan makna. Penelitian kualitatif dipilih karena dapat
menggambarkan dengan jelas bagaimana keadaan sebenarnya komunikasi,
sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi yang ada di DPMPPTSP Deli
Serdang. Penelitian kualitatif akan menjelaskan bagaimana implementasi E-
government dengan model implementasi Edward III yang dipilih oleh peneliti.
2. Lokasi penelitian
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Deli Serdang dengan alamat Jalan Mawar No. 5, Lubuk Pakam 20514, Kab. Deli
Serdang–Sumatera Utara dipilih oleh peneliti sebagai lokasi penelitan dikarenakan
merupakan PTSP percontohan menurut KPK berdasarkan surat KPK Nomor : B-
17
3. Informan Penelitian
Bungin (2007:76) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak
dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena
itu, pada penelitian kualitatif yang menjadi informan penelitian ditentukan secara
sengaja. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.
Menentukan informan yang akan diwawancarai diperlukan acuan yang
benar, Peneliti menggunakan empat kriteria informan menurut Neuman
(2007:411), yaitu : informan adalah orang yang sangat familiar dengan budaya
organisasi dan memiliki posisi (jabatan) untuk menyaksikan kejadian penting;
individual yang terlibat di lapangan; orang yang dapat meluangkan waktu dengan
peneliti; dan bukan individu yang analitis.
Berdasarkan uraian tersebut, maka informan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (DPMPPTSP), Jonas Damanik, SH merupakan Narasumber yang
memiliki kewengan tertinggi dalam struktur organisasi di dinas tersebut.
Sebagai pemimpin beliau mengemban tugas konseptual kemana arah
pelayanan perizinan akan dibawa di masa depan.
2. Kasubbag. Perencanaan dan Program, Agus Salim Pane, SP merupakan
narasumber yang mengetahui aplikasi perizinan online karena memiliki
tanggung jawab pelaksanaan ketatausahaan yang meliputi perencanaan dan
pelaporan. Beliau sangat familiar dengan budaya dan keadaan di
DPMPPTSP terutama mengenai perkembangan perizininan online mulai
dari SiCantik (Sistem Informasi Pelayanan Perizinan Cerdas Untuk
Publik) yang beropasi pada awal dimulainya sistem perizinan online yang
kemudian berganti pada 16 Oktober 2017 menjadi SeriDeli (Sistem
Elektronik Perizinan Deli Serdang).
18
Tabel 3.1
Matriks Informan dan Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik
No. Jabatan Nama Materi Pengumpulan
Data
Kepala Jonas Damanik, Komunikasi dan
1 Wawancara
DPMPPTSP SH disposisi
Kasubbag.
Agus Salim Pane, Sumber daya dan
2 Perencanaan dan Wawancara
SP struktur birokrasi
Program
Kasi. Pelaporan
Fitriani Fatimah Laporan izin yang
3 dan Peningkatan Dokumentasi
Pane, S.Sos diterbitkan
Pelayanan
19
20
21
22
23
24
Gambar 4.1
Stuktur DPMPPTSP
Sumber: Dokumen ISO 9001 : 2015 DPMPPTSP Kab. Deli Serdang 2017
25
26
27
28
29
Inisiatif E-government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang
merasa diuntungkan dengan adanya implementasi konsep tersebut. Dalam hal ini
yang menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya E-
government bukanlah kalangan pemerintah sendiri, melainkan juga masyarakat
dan mereka yang berkepentingan (Lester dan Stewart, 2000:98). Manfaat
pelayanan berbasis elektronik juga juga dirasakan oleh pelaksana. Manfaat
pelayanan berbasis elektronik bagi pegawai DPMPPTSP adalah Kepala
DPMPPTSP dapat menandatangani izin sercara online sehingga bila Kepala
DPMPPTSP sedang dinas keluar kota tidak menghambat pengeluaran izin;
integrasi data pekerjaan pegawai, sehingga pegawai tidak repot lagi mencari data
yang diperlukannya karena sudah tersusun rapi di server dan atau komputer; dan
keamanan data pekerjaan apabila terjadi sesuatu pada DPMPPTSP seperti
kebakaran, data sudah tersimpan di server Dinas Komunikasi dan Informatika
Deli Serdang (Wawancara. Staf IT, 25 Oktober 2017)
30
31
3.1.1. Transmisi
Komunikasi pada organisasi menggunakan dua saluran dasar, yaitu
saluran formal dan saluran informal. Saluran formal dan informal dilakukan
melalui interpersonal (tatap muka) dan melalui media massa. Setiap saluran
komonukasi memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Oleh karena
itu penggunaan lebih dari 1 saluran secara simultan sering dilakukan. (Devito,
1997:28).
Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu
dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Pemerintah Indonesia dalam
Perpres No. 97 Tahun 2014 sudah mengkomunikasikan kebijakan melalui saluran
formal kebawah tujuan-tujuan dalam proses pelayanan di PTSP secara eksplisit
pada pasal 18 yang juga menjadi standar pelayanan PTSP. Standar inilah yang
menjadi sebuah keharusan bagi seluruh PTSP di Indonesia untuk dilaksanakan
atau di implementasikan. Dapat disimpulkan bahwa konsistensi atau keseragaman
dari ukuran dasar dan tujuan telah dikomunikasi kepada para implementor,
sehingga mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu. Hasil
observasi menunjukkan hampir di seluruh website resmi PTSP di daerah minimal
berisikan konten yang sesuai dengan yang diminta oleh Pepres No. 97 Tahun
2014 yaitu berisikan potensi dan peluang usaha; perencanaan umum penanaman
modal; pelaksanaan promosi dan kerjasama ekonomi; perkembangan realisasi
penanaman modal; daftar bidang usaha tertutup dan bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan; jenis, persyaratan teknis, mekanisme penelusuran posisi
dokumen pada setiap proses, biaya, dan waktu pelayanan; tata cara layanan
pengaduan.
Rogers dan Rogers (1976:79-80) menjelaskan bahwa saluran formal
adalah saluran yang telah ditetapkan oleh organisasi atau instansi. Pesan-pesan
mengalir ke dalam tiga arah: ke bawah, ke atas dan ke samping (horizontal).
Pesan-pesan ke bawah terutama berisi informasi yang perlu bagi staf manapun
32
33
34
35
36
37
38
39
40
3.2.2. Kewenangan
Kewenangan juga merupakan sumber daya yang sangat penting.
Kewenangan secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
membuat keputusan yang harus dipatuhi dengan leluasa.
Pemerintah Indonesia sejak tahun 2003 telah mengeluarkan kebijakan
tentang penerapan E-government dalam bentuk Instruksi Presiden Nomor 3 tahun
2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government
untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi didalam proses
pemerintahan dan menciptakan pemerintahan Indonesia berbasis informasi yang
menyebabkan setiap pemerintah baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah
untuk berlomba-lomba mengintroduksi teknologi informasi kedalam
organisasinya seperti dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah untuk mampu mengurus administrasi secara mandiri namun
terintegrasi.
Terbentuknya Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 23 November
2016 adalah salah satu perwujudan dari penataan kembali Sususan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah yang telah disusun sebelumnya dalam Peraturan
Daerah Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang dan telah diubah dengan
Peraturan Derah Kabupaten Deli Serdang Nomor 1 Tahaun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007
41
42
43
44
45
3.3. Disposisi
Disposisi dalam melaksanakan perizinan online di PTSP harus dilihat
secara luas karena dalam implementasinya disposisi dari PTSP sebagai implemtor
tidaklah cukup untuk memastikan pelaksanaan pelayanan berjalan dengan baik.
disposisi secara garis besar ini melibatkan pemerintah pusat dan daerah; SKPD
yang terlibat dalam penyerahan kewenangan; dan DPMPTSP Deli Serdang.
Pemerintah pusat diwakilkan oleh Kementrian Kominfo sudah
menunjukkan kesadarannya dengan mengeluarkan aplikasi SiCantik yang menjadi
dasar aplikasi di PTSP. Pemerintah pusat juga mendorong dengan mengeluarkan
edaran untuk mempercepat proses bagi SKPD yang belum juga menyerahkan
dokumen kepada PTSP agar dapat ditindaklanjuti.
46
47
48
49
50
3.4.2. Fragmentasi
Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan
kebijakan adalah fragmentasi. Edward III dalam Winarno (2005:155) menjelaskan
bahwa “fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan
kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”. Pada
umumnya, semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan, semakin berkurang kemungkinan keberhasilan program atau kebijakan.
Hal ini cukup menarik dalam pelaksaan pelayanan terpadu yang secara sederhana
dapat dikatakan mengambil alih tugas di beberapa badan/lembanga namun harus
tetap berkoordinasi dengan badan/lembaga tersebut.
Kepala DPMPPTSP Deli Serdang mengatakan bahwa DPMPPTSP hanya
mengeluarkan izinnya saja namun pengawasan dan pembinaan tetap berada di
dinas-dinas terkait (Wawancara. 9 November 2017). Koordinasi ini juga memiliki
garis koordinasi yang sama rata atau dengan kata lain tidak ada yang lebih tinggi
atau lebih rendah sehingga bisa saja menimbulkan konsekuensi yang merugikan
seperti yang disampaikan Winarno (2005:154) apabila fragmentasi dipandang
sempit oleh beberapa pihak yaitu pertama, “tidak ada otoritasi yang kuat dalam
implementasi kebijakan karena terpecahnya fungsi-fungsi tertentu ke dalam
lembaga atau badan yang berbeda-beda. Di samping itu, masing-masing badan
mempunyai yuridiksi yang terbatas atas suatu bidang, maka tugas-tugas yang
penting mungkin akan terlantarkan dalam berbagai agenda birokrasi yang
menumpuk. Kedua, pandangan yang sempit dari badan yang mungkin juga akan
menghambat perubahan. Jika suatu badan mepunyai fleksibilitas yang rendah
51
52
53
54
1. Kesimpulan
Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2014 sebagai hasil revisi dari Peraturan
Presiden No. 27 Tahun 2009 mewajibkan seluruh PTSP termasuk DPMPPTSP
Deli Serdang untuk memberikan pelayanan secara elektorinik yang sudah
dilaksanakan dengan cukup baik oleh DPMPPTSP Deli Serdang. Hal tersebut
disimpulkan dengan berbagai hasil observasi konsep-konsep yang dijadikan
peneliti untuk melihat implementasi E-government, yaitu :
Komunikasi
Komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan penerapan E-
government di DPMPPTSP melibatkan pemerintah pusat sampai dengan SKPD di
daerah yang tugasnya diambil alih oleh DPMPPTSP. Komunikasi yang terjadi
berdasarkan hasil observasi selama penelitian, baik dari pemerintah pusat maupun
daerah berjalan sangat baik dari segi transmisi, kejelasan, dan konsistensi.
Komunikasi yang baik ini juga ditunjukkan dengan keseragamannya informasi
yang beredar sampai pada DPMPPTSP maupun di SKPD yang tugasnya diambil
alih, yaitu untuk meningkatkan pelayanan dengan cara memberikan pelayanan
secara elektronik dan meletakkan perizinan secara terpadu diolah oleh satu dinas
saja dan tetap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Sumber Daya
Sumber daya sering menjadi masalah utama dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah di Indonesia. Hal ini juga dirasakan dalam Implementasi E-
government di DPMPPTSP Deli Serdang. Sumber daya manusia, infrastruktur,
suprastruktur, informasi dan kewenangan telah di observasi peneliti dengan
meninggal beberapa catatan utama pada sumber daya manusia dan infrastruktur.
Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kedisiplinan kerja pegawai dan
pengadaan genset untuk memastikan tidak ada kendala dalam memberikan adalah
55
Disposisi
Di DPMPPTSP Deli Serdang sendiri berdarsarkan observasi peneliti
secara lembaga tidak perlu dipertanyakan lagi disposisinya. Ditunjuk oleh KPK
untuk menjadi percontohan PTSP di daerah lainnya di Indonesia adalah bukti
bahwa ada keinginan lebih untuk menjadi lebih baik dengan berinovasi. Aplikasi
yang dari Kementrian Kominfo ditingkatkan lagi oleh DPMPPTSP Deli Serdang
menjadi Seri Deli lalu di bagikan secara cuma-cuma kepada 39 kabupaten/kota
lainnya dan juga DPMPPTSP Deli Serdang ikut mengawal dan membantu
perkembangan aplikasi di kabupaten/kota tersebut dengan menjalin komunikasi
yang intens melalui sarana telekomunikasi dan pembentukan grup Whatsapps agar
sesama PTSP yang mengikuti workshop dapat bertukar informasi dalam hal
aplikasi perizinan.
Disposisi untuk mengimplementasikan E-government juga melibatkan
garis birokrasi yang sama dengan konsep komunikasi, yaitu perlu diurut dari pusat
sampai dengan lembaga tehnisnya. Pada tataran pemerintah pusat bila ditarik dari
keluarnya Intruksi Presiden Tahun 2003 No. 3, terlihat bahwa sikap pemerintah
pusat yang kurang jelas. Bahkan Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2014,
pemerintah pusat baru dapat menghadirkan aplikasi untuk memberikan peleyanan
secara elektronik pada pertengahan tahun 2017. Dengan kata lain ada gap yang
cukup jauh pada implementasi E-government pada pemerintah pusat sendiri yang
mempengaruhi kinerja dari PTSP di Indonesia.
Disposisi pada tingkatan pemerintah darerah Deli Serdang sudah sangat
baik dengan di support penuhnya DPMPPTSP. Saat ditemukan temuan bahwa
tidak adanya Perda tata ruang, pemerintah bergerak cepat dan aktif. Pemda deli
serdang juga melakukan hubungan yang intens dengan KPK untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas di DPMPPTSP.
Permasalah pada disposisi adalah adanya SKPD yang terlambat
menyerahkan kewenangannya kepada DPMPPTSP.
56
2. Saran
Setelah melakukan observasi model implementasi yang terdiri dari 4 faktor
yaitu komunikasi, disposisi, sumber daya, dan struktur birokrasi, kebijakan
implementasi E-government sudah terlaksana dengan cukup baik namun belum
pada sampai tahapan sangat baik. Ini dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan
mempercepat penyusunan dan pengesahan Perda tata ruang pada tataran Pemda
Deli Serdang; mengutamakan pengadaan genset dan komputer di DPMPPTSP;
menyediakan anggaran untuk pengembangan aplikasi di DPMPPTSP;
mempercepat penyerahan kewenangan oleh SKPD terkait secara keseluruhan
kepada DPMPPTSP agar Perbup Bupati Deli Serdang No. 2020 Tahun 2016 dapat
dilaksanakan seluruhnya.
57
Buku :
Abidin. Zainal. 2010. Kebijakan Publik. Jakarta: Balai Pustaka.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan H.M,.2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan. Publik, dan Ilmu sosial. Jakarta: Kencana Prenama Media
Group.
Devito, Joseph, A.1997. Human Communication. New York: Harper Collinc.
Edward III, George C. 1980. Implementing public policy. Washington DC:
Congressional Quartely Press.
Hill, Michael dan Peter Hupe. 2002. Implementing Public Policy: Governance in
Theory and in Practice. London: SAGE Publications.
Indrajit, Richardus Eko. 2006. Electronic Government Konsep Pelayanan Publik
Berbasis Internet dan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.
Indrajit, Richardus Eko. 2007. Electronic Government in Action: Strategi
Implementasi di Berbagai Negara. Yogyakarta: Andi.
Lester, James P. dan Joseph Stewart. 2000. Public Policy: An Evolutionary
Approach Belmont: Wadsworth.
Lee, Nag Yeon dan Kwangsok Oh. e-Government Applications. Korea: United
Nation Asian and Pacific Training Centre for Information and
Communication Technology for Development (UN-APCICT).
Lembaga Administrasi Negara. 2003. SANKRI: Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Volume 2. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2006. SANKRI: Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Buku III. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantara. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
58
Jurnal :
Asima, Yanti Siahaan. 2017. Challenges in Developing E-Government for Good
Governace in North Sumatra
Annisa, Citra. 2011. Implementasi E-Government Melalui Bursa Kerja Online
Pada Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Skripsi: Universitas
Indonesia.
Hartono, dkk. 2010. Electronic Government Pemberdayaan Pemerintahan Dan
Potensi Desa Berbasis Web. Jakarta : Jurnal Teknologi Informasi, Volume
6 Nomor 1.
59
Internet :
DPMPPTSP Deli Serdang. 2017. perizinan.deliserdangkab.go.id, dari Bulan Mei-
November 2017
DPMPPTSP Deli Serdang. 2017. “Seri Deli”
https://www.youtube.com/watch?v=hgf6FMHwvuw&t=84s, diakses 12
November 2017.
DPMPPTSP Deli Serdang. 2017. “Seri Deli (Sistem Elektronik Deli Serdang)”
https://www.youtube.com/watch?v=MN_HZqd9jwE, diakses 12
November 2017.
United Nations. 2016. “Indonesia” https://publicadministration.un.org/egovkb/en-
us/Data/Country-Information/id/78-Indonesia, diakses 24 September 17.
Worl Bank. 2015. “E-Government”, diakses dari
www.worldbank.org/en/topic/ict/brief/e-government, pada tanggal 4
September 2017 pukul 13.01
60