Anda di halaman 1dari 71

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Administrasi Publik Skripsi Sarjana

2018

Implementasi Electronic Government


pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Deli Serdang

Arief, Muhammad Fairuz

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3560
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
IMPLEMENTASI ELECTRONIC GOVERNMENT PADA DINAS
PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
SATU PINTU KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

Muhammad Fairuz Arief


130903101

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JANUARI 2018

Universitas Sumatera Utara


IMPLEMENTASI ELECTRONIC GOVERNMENT PADA DINAS
PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
SATU PINTU KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

Muhammad Fairuz Arief


130903101

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JANUARI 2018

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kebijakan E-government merupakan salah satu bentuk reformasi dalam pelaksanaan


pelayanan untuk publik di Indonesia yang bertujuan meningkatkan efektivitas, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas di lembaga-lembaga pelaksana pelayananan publik dalam hal
mencapai tujuan organisasi. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Implementasi Electronic Government Pada Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode ini
bertujuan untuk menjelaskan realitas secara konsektual, interpresi terhadap fenomena yang
menjadi perhatian peneliti dan memahmi perspektif partisipan terhadap masalah yang terjadi.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara dengan narasumber, dan data sekunder diperloeh melalui studi
kepustakaan dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan adalah penedekatan
model dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini mengungkapkan E-government di DPMPPTSP sudah dapat
diimplementasikan dengan cukup baik dari meningkatnya efektifitas dan efisiensi pelayanan
perizinan. Faktor komunikasi, sumber daya, disposisi, dan strukutr birokrasi di DPMPPTSP
juga sudah cukup baik. Tidak adanya Perda tata ruang yang membuat proses perizinan tidak
efisien karena menambah birokrasi. DPMPPTSP disarankan memberikan pelatihan tehnis
ICT pada pegawai agar peforma DPMPPTSP lebih baik lagi.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, E-government, Pelayanan Publik

ii

Universitas Sumatera Utara


PRAKATA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah


memberikan Peneliti kemudahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Implementasi Electronic Government Pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ayah dan Bunda tercinta, serta adik-adik tersayang Indi, Aa, Eneng, Rayan, dan Dedek
yang mendukung, mendoakan, dan menjadi sumber motivasi Peneliti untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Adik Ayah Saya, Bu Ani dan Bu Muti yang merawat Peneliti selama perantauan masa
kuliah di Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Tunggul Sihombing, M.A, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik
FISIP USU.
4. Dra. Asima Yanty Siahaan, M.A, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Publik FISIP USU dan pembimbing Peneliti yang senantiasa menuntun
Peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi, dan mengingatkan untuk
menyelesaikan skripsi.
5. Dra. Elita Dewi, M.Si, selaku Dosen Penguji Skripsi.
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP USU yang memberikan
ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi Peneliti sekarang dan nanti.
7. Kak Dian, Kak Mega dan Kak Emma, selaku staf Program Studi Ilmu Administrasi
Publik FISIP USU yang membantu administrasi Peneliti.
8. Seluruh Staf dan Pegawai di FISIP USU.
9. Seluruh pihak di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Deli Serdang, Pak Jonas Damanik, Pak Agus Pane, Ibu Fitriani Fatimah Pane, Pak Iwan
Januar Salewa, Kak Rahmah Hasanah, Bang Rizky Arjuna, Bang Ade Tri Putra, Bang
Ranggi, dan Bang Tito yang telah banyak membantu Peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Keluarga besar Peneliti di Sumatera Utara yang terus mendukung dan mendoakan.
iii

Universitas Sumatera Utara


11. Sahabat terdekat Peneliti dari saat masih SMP dulu hingga sekarang, Jocki Hawari, Raka
Wijanarko, Fachri Ega, dan Bang Yuga.
12. Sahabat Peneliti yang menjadi satu kelompok saat magang yang terus mendukung
Peneliti untuk menyelesaikan skripsi, Elysa Minarni, Iga Belinda, Susan, Vivi Adilla,
Etha, Ema, Taufik, Bill Silaen, olek, dan Budi.
13. Orang-orang terdekat penulis yang memberikan banyak doa, motivasi dan semangan
untuk menulis.
14. Seluruh teman-teman Administrasi Publik angkatan 2013.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu

Peneliti berharap kepada seluruh pihak untuk dapat memberikan masukan yang
bermanfaat demi perbaikan penelitian ini di masa mendatang. Sekian, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memahami realita dan berpikir tentang masa depan
E-gevernment di Indonesia.

Medan, Januari 2018


Penelti,

Muhammad Fairuz Arief


NIM 130903101

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i


ABSTRAK ......................................................................................................................................... ii
PRAKATA......................................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1. Latar Belakang Masalah Penelitian .................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7
4. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 8
1. Implementasi Kebijakan ..................................................................................... 8
2. Electronic Government ....................................................................................... 10
3. Pelayanan Publik Berbasis Elektonik ................................................................. 13
4. Definisi Konsep................................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................ 18
1. Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 18
2. Lokasi Penelitian ................................................................................................. 18
3. Informan Penelitian ............................................................................................. 19
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 21
5. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 22
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN...................................................... 23
1. Gambaran Umum DPMPPTSP Deli Serdang ..................................................... 23
2. Pelayanan Publik di DPMPPTSP ........................................................................ 27
3. Implementasi E-Government di DPMPPTSP ..................................................... 32
3.1. Komunikasi................................................................................................ 32
3.1.1. Transmisi .......................................................................................... 33
3.1.2. Kejelasan Informasi ......................................................................... 36

Universitas Sumatera Utara


3.1.3. Konsistensi ....................................................................................... 38
3.2. Sumber Daya ............................................................................................. 39
3.2.1. Sumber Daya Manusia ..................................................................... 39
3.2.2. Kewenangan ..................................................................................... 42
3.2.3. Infrastruktur dan Anggaran .............................................................. 45
3.3. Disposisi .................................................................................................... 47
3.4. Struktur Birokasi ....................................................................................... 50
3.4.1. Standard Operational Procedure ..................................................... 50
3.4.2. Fragmentasi ...................................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 56
1. Kesimpulan ......................................................................................................... 56
2. Saran.................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 59

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsep Operasional ............................................................................................... 15


Tabel 2.2 Tahapan Peneltian .................................................................................................. 16
Tabel 3.1 Informan dan Materi yang di Observasi ................................................................ 19
Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Pegawai Negeri Sipil pada DPMPPTSP ............................... 37
Tabel 4.2 Disiplin Pendidikan Pegawai Negeri Sipil pada DPMPPTSP ............................... 38
Tabel 4.3 Pegawai Honorer pada DPMPPTSP ...................................................................... 30

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Dampak Langsung dan Tidak Langusng Implementasi ...................... 9
Gambar 2.2 Diagram Model E-government........................................................................... 13
Gambar 4.1 Struktur DPMPPTSP Dalam SOP ..................................................................... 25
Gambar 4.2 Skema Proses Perizinan di DPMPPTSP Deli Serdang ...................................... 26
Gambar 4.3 Tampilan Home Page Website DPMPPTSP ...................................................... 27
Gambar 4.4 Tampilan Form pada Website DPMPPTSP ....................................................... 27
Gambar 4.5 Tanda Terima Permohonan Sementara .............................................................. 28
Gambar 4.6 Daftar Izin yang Dapat Diproses oleh DMPPTSP ............................................. 33
Gambar 4.7 Suasana Front Office DPMPPTSP..................................................................... 45
Gambar 4.8 Foto Dokumen SOP DPMPPTSP ...................................................................... 49

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Profil DPMPPTSP


Lampiran 2. Data Kepegawaian DPMPPTSP
Lampiran 3. Foto Surat kepada DPMPPTSP Deli Serdang dari KPK
Lampiran 4. Pedoman Wawancara
Lampiran 5. Matriks Hasil Wawancara Mendalam
Lampiran 6. Laporan Izin yang Dikeluarkan oleh DPMPPTSP Januari – Agustus 2017

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah Penelitian


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan
kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi saat ini telah begitu
pesat, sehingga menempatkan suatu bangsa pada kedudukan sejauh mana bangsa
tersebut maju didasarkan atas seberapa jauh bangsa itu menguasai kedua bidang
tersebut di atas. Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup dalam
lingkungan global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam maju
mundurnya penguasaan Iptek, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri.
Kemajuan informatika, komunikasi dan teknologi menuntut perubahan
pada pola dan cara dilaksanakannya kegiatan di segala sektor, industri,
perdaganan, terutama pemerintahan. Keterlibatan secara aktif dalam revolusi
informasi, komunikasi dan teknologi akan menentukan masa depan kesejahteraan.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Information and
Communication Technology/ICT) di dunia telah semakin luas.Hal ini dapat dilihat
dari penggunaan ICT yang tidak terbatas pada bidang perdagangan saja,
melainkan juga dalam bidang-bidang lain, seperti bidang pendidikan, bidang
pertahanan dan keamanan negara, sosial dan sebagainya. ICT ini dipergunakan
karena memiliki kelebihan-kelebihan yang menguntungkan dibandingkan dengan
menggunakan cara tradisional dalam melakukan interaksi. Hal inipun berlaku dan
mengharuskan organisasi untuk terus menerus melakukan pengembangan,
peningkatan serta perubahan. Perubahan yang dilakukan organisasi semata-mata
untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi yakni peningkatan
produktivitas, peningkatan pelayanan, peningkatan moral dan kapasitas anggota
dan sebagainya. Begitu juga pada sektor pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan
model pelayanan publik yang dilakukan melalui electronic goverment (E-
government).
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komuniksi,
aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai sektor tengah mengalami perubahan.

Universitas Sumatera Utara


Begitu juga pada sektor pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan model
pelayanan publik yang dilakukan melalui E-government. Pelayanan pemerintah
yang birokratis dan terkesan kaku dieliminir melalui pemanfaatan E-government
menjadi lebih fleksibel dan lebih berorientasi pada kepuasan pengguna. E-
government menawarkan pelayanan publik bisa diakses secara 24 jam, kapan pun,
dan dari manapun pengguna berada. E-government juga memungkinkan
pelayanan publik tidak dilakukan secara face-to-face sehingga pelayanan menjadi
lebih efisien. Menyadari akan besarnya manfaat E-government, pemerintah
Indonesia sejak tahun 2003 telah mengeluarkan kebijakan tentang penerapan e-
Government dalam bentuk Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 yang
menyebabkan setiap pemerintah baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah
untuk berlomba-lomba mengintroduksi teknologi informasi kedalam
organisasinya salah satunya yakni dengan membuat situs website..
E-government merupakan program dan komitmen pemerintah dalam upaya
untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik
serta melakukan transformasi guna memfasilitasi kegiatan masyarakat dan
kalangan bisnis untuk menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan. Melalui
pengembangan E-government, pemerintah mengharapkan dapat dilakukan sistem
manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dan pemerintah daerah
otonom dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai sektor tengah mengalami perubahan.
Begitu juga pada sektor pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah,
perkembangan teknologi informasi telah melahirkan model pelayanan publik yang
dilakukan melalui E-government.
Menurut Indrajit (2006:9), ada tiga penyebab E-government perlu
dikembangkan. Pertama, era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang
diperkirakan telah membuat isu-isu semacam demokrasi, korupsi, masyarakat
madani, good corporate governace, perdagangan bebas, dan lainnya. Kedua,
kemajuan teknologi menyebabkan data, informasi, dan pengetahuan dapat

Universitas Sumatera Utara


diciptakan dengan cepat dan menyebar dengan cepat pula. Ketiga, meningkatnya
kualitas kehidupan masyarakat di dunia.
Pelayanan pemerintah yang birokratis dan terkesan lamban dieliminir
melalui pemanfaatan E-government menjadi lebih fleksibel dan lebih berorientasi
pada kepuasan pengguna.E-government menawarkan pelayanan publik bisa
diakses secara 24 jam, kapan pun, dan dari manapun pengguna berada. E-
government juga memungkinkan pelayanan publik tidak dilakukan secara face-to-
face sehingga pelayanan menjadi lebih efisien. Dalam konsep E-government,
paradigma pelayanan harus dirubah total, face to face, satu atap, formulir, loket,
antrian, bising, tidak nyaman, tanda tangan, dan kegiatan pelayanan sebagaimana
bisa kita lihat atau alami, harus segera di tinggalkan. Sebagai gantinya adalah
papan ketik computer (keyboard), central processing unit (CPU), layar monitor,
dan jaringan.
Indrajit (2006), berpendapat bahwa pemerintah memiliki kewajiban
memberikan pelayanan publik yang merata keseluruh warga negara, sehingga
dalam rangka melaksanakan kewajibannya itu, pemerintah berusaha memperbaiki
pelayanannya dengan menggunakan teknologi ICT yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi yang mampu mengelola data dengan cepat, efektif dan efisien serta
menghasilkan informasi yang tepat, cepat dan akurat. Dalam memenuhi
kebutuhan tersebut pemerintah mengembangkan pelayanan berbasis elektronik (E-
government).
Pada survei yang dilakukan oleh United Nations (UN) pada 2016, UN E-
Government Survei menunjukkan posisi Indonesia setelah dikeluarkannya
Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tidak mengalami peningkatan signifikan dan
malah mengalami kemunduran. Posisi Indoneisa dalam hal pembangunan E-
goverment berada pada 96 (2005), 106 (2008), 109 (2010), 97 (2012), 106,
(2014), 116 (2016). Satu-satunya peningkatan terjadi pada tahun 2012 dan itupun
tidak lebih tinggi dari pada tahun 2005. Indonesia tertinggal jauh dari negara
tetangga malaysia yang berada pada peringkat 60, Brunei Darussalam peringkat
83, bahkan Thailand dan Vietnam berada pada posisi 77 dan 89.
Beberapa pemerintah daerah (Pemda) memperlihatkan kemajuan cukup
berarti. Banyak dijumpai Pemda yang memanfaatkan E-government untuk proses

Universitas Sumatera Utara


pengadaan barang dan jasa (E-procurement). Beberapa Pemda lain juga
berprestasi baik dalam pelaksanaan E-governmentseperti: pemerintah provinsi
(Pemprov) DKI Jakarta, Pemprov DI yogyakarta, Promprov Jawa Timur,
Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta, Pemkot Bogor, Pemkot Surabaya,
Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab Kutai Timur, Pemkab Kutai
Kartanegara, Pemkab Bantul, Pembak Malang, dan beberapa lagi lainnya.
Kemudian juga banyak organisasi atau dinas–dinas pemerintah yang
masih menggunakan metode face to face dimana membuat masyarakat harus ke
kantor berkepentingan, menghadap ke bagian yang bersangkutan untuk mengurus
surat-surat seperti yang diinginkan. Sehingga hal ini dirasakan masyarakat masih
kurang efektif dan lebih menghabiskan waktu banyak dan cukup lama serta dapat
menimbulkan high cost economy dikarenakan banyaknya biaya yang dikeluarkan
dalam melakukan pengurusan. Selain itu, perantara-perantara yang muncul, yang
sering dikenal dengan sebutan “calo” sehingga masyarakat harus mengeluarkan
uang lagi untuk para calo tersebut.
Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) yang berada di bawah
Direktorat e-Government Kementrian Komunikasi dan Informasi merilis
peringkat penerapan e-goverment dengan interval 1 tahun sekali. Namun, pada
website resmi mereka pegi.layanan.go.id hanya ditampilkan dari 2011 sampai
2015. Dengan upaya peningkatan E-goverment melalui persaingan antar daerah-
daerah di Indonesia, justru situs ini PeGI ini malah berhenti melakukan update di
tahun 2015 menunjukkan indikasi ketidak seriusan pemerintah pusat dalam
menghidupkan persaingan penerapan E-goverment di daerah.
Pelayan publik berbasis elektronik sesungguhnya dibuat untuk
meminimalis praktek maladministrasi dalam meningkatkan pelayanan publik
dengan menghindari terjadinya kontak langsung (Holle, 2011: 21). Namun, pada
penelitian yang dilakukan Asima (2017), terungkap bahwa terdapat tantangan
dalam implementasi E-goverment melalui bidang E-procurement yaitu adanya
resistensi dari para implementor yang tidak menyukai konsep E-government
dilakukan karena mengganggu budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
selama ini ada di organisasi pemerintahan; adanya kesenjangan digital diantara

Universitas Sumatera Utara


masyarakat; adanya loopholes (celah) pada sistem digital yang dibangun; dan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem yang dibuat oleh pemerintah.
Clay G. Wescott (dalam Indrajit 2006:6) mengatakan bahwa penerapan
ICT di lingkungan pemerintah mempunyai peranan penting dalam memberikan
kemudahan pada berbagai aspek kegiatan pelayanan publik. Implementasi ICT ke
dalam berbagai pelayanan publik di lingkungan pemerintah memiliki nilai-nilai
strategis, antara lain: Implementasi ICT dianggap mampu menaklukan kesulitan
merubah budaya kerja menjadi lebih baik, implementai ICT juga mampu
merombak sebuah sistem kerja agar menuju derajat yang diinginkan, yaitu agar
pemerintah menjadi lebih transparan dan akuntabel dalam memberikan
layanannya, kemudian melalui pemanfaatan ICT, pemerintah mampu
menghadirkan layanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
Sistem pemerintahan dan pelayanan publik yang bersih, transparan,
merupakan tantangan yang harus dijawab oleh lembaga pemerintahan dalam
menjalankan fungsinya. Di lain pihak, kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi yang demikian pesat membuka peluang bagi pengaksesan,
pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat
dan akurat.
Salah satu pelayanan publik di Indonesia yang sudah mulai menggunakan
ICT adalah pelayanan perizinan online oleh Dinas-Dinas Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di kabupaten/kota yang ada di Indonesia, diantaranya
adalah Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Deli Serdang. Salah satu organisasi publik yang juga menerapkan E-government
di Indonesia adalah Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Deli Serdang. Peneliti memperhatikan situs PTSP di beberapa
kabupaten/kota yang ternyata tidaklah seragam satu sama lainnya. Sebagai contoh
misalnya adalah website Pelayanan Perizinan Terpadu milik Pemkot Bandung
dengan link dppt.bandung.go.id, situs tersebut sangatlah friendly user karena
penampilan (design) website yang minimalis namun lengkap content yang
disajikan kepada pengguna (pemohon izin). Kondisi terbalik dengan website
Pelayanan Perizinan Terpadu milik Pemkot Medan dengan link
bppt.pemkomedan.go.id yang terlihat terlalu penuh oleh content informasi yang

Universitas Sumatera Utara


tidak terlalu diperlukan dan juga tampilan yang kurang friendly user sehingga
Peneliti berpendapat bahwa situs ini kuranglah efektif untuk penerapan E-
government.
Website milik Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Deli Serdang tidak terlihat jauh berbeda design-nya dengan milik
Pemkot Medan. Situs yang terlalu penuh dengan informasinya yang sebenarnya
tidak diperlukan dalam kegiatan perizinan menghasilkan tampilan yang kurang
menarik dikarenakan ukuran font yang dipaksa menjadi kecil untuk memenuhi
home page dan page lainnya dengan semua informasi tadi. Tentu dalam pelaksaan
E-government bukan hanya medianya saja yang ada tetapi juga kualitas baik
tampilan maupun program dari media itu sendiri juga merupakan bagian dari E-
government. Banyak sekali yang ditemukan oleh Peneliti pada situs PTSP Deli
Serdang ini seperti pilihan perizinan yang masih sedikit, tidak adanya laporan
banyaknya perizinan yang telah dikeluarkan, ketidakjelasan lama proses
perizinan, sosialisasi perizinan online yang kurang, dan tidak adanya petunjuk
jelas tahapan perizinan online.
Berdasarkan pemaparan mengenai kinerja di atas, Peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana penerapan E-government pada Dinas Penanaman Modal
Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti
dirumuskan dalam pertanyaan berikut:
2.1. Bagaimana komunikasi dalam pelaksanaan implementasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
2.2. Bagaimana sumber daya dalam pelaksanaan implementasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
2.3. Bagaimana disposisi dalam pelaksanaan implementasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?

Universitas Sumatera Utara


2.4. Bagaimana Struktur dalam pelaksanaan implementasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?

3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
3.1. Mengetahui komunikasi dalam pelaksaan implemtasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
3.2. Mengetahui sumber daya dalam pelaksaan implemtasi E-government
melalui perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
3.3. Mengetahui disposis dalam pelaksaan implemtasi E-government melalui
perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?
3.4. Mengetahui Struktur dalam pelaksaan implemtasi E-government melalui
perizinan online pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang?

4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
4.1. Akademik
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari penelitian yang
dilakukan penulis dengan cara mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama
perkuliahaan dalam pembahasan masalah mengenai penerapan E-government di
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli
Serdang.
4.2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
pemerintah Kota Medan agar lebih maksimal dalam menerapkan dan
mengembangkan E-government di Kantor Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Implementasi Kebijakan
Pada dasarnya pandangan terhadap kebijakan publik dapat dibagi kedalam
dua kategori. Pertama, pendapat Ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan
tindakan-tindakan pemerintah. Para Ahli cenderung menganggap bahwa semua
tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan publik. Kedua, berangkat
dari para Ahli yang memandang kebijakan publik yang memberikan pengertian
khusus kepada pelaksanaan kebijakan. Mereka memandang kebijakan publik
sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan dan maksud-
maksud tertentu, dan mereka yang menganggap kebijakan publik sebagai
memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan. Jadi kebijakan publik dipandang
sebagai proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan.
Studi implementasi kebijakan publik merupakan usaha untuk mengetahi
tingkat keberhasilan pelaksaan kebijakan publik serta variabel-variabel yang
mempengaruhinya. Implementasi kebijakan merupakan proses atau tahapan yang
penting dalam sebuah siklus kebijakan. Bagaimanapun, sebuah kebiajakan yang
telah dihasilakan apabila tidak dilaksanakan maka akan sia-sia atau tidak dapat
mengatahasi sesuatu permasalah. Impelementasi juga penting karena menentukan
berhasil atau tidaknya suatu kebijakan dibuat guna memecahkan suatu masalah.
Menurut Grindle (dalam Wibawa, 1994: 55), implementasi kebijakan ditentukan
oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Studi ini melihat adanya tugas
dimensi analisis dalam organsiasi yaitu tujuan pelaksaan, tugas dan kaitan
organisasi dengan lingkungan. Ide dasar Grindle adalah bahwa kebijakan
ditransformasikan menjadi program-program aksi maupun proyek individual
dengan biaya yang telah disediakan maka implementasi kebijakan dapat
dilakukan.
Implementasi kebijakan adalah langkah yang dilakukan setelah kebijakan
selesai dirumuskan dan disahkankan atau diundangkan oleh pemerintah. Hasil dari
pemikiran para Wakil Rakyat dan para Ahli untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh pemerintah ataupun masyarakat melalui kebijakan publik yang

Universitas Sumatera Utara


dikeluarkan biasanya terlihat menawan di atas kertas, namun tanpa
diimplementasikan kebijakan hanyalah sekedar dokumen yang gagal memberikan
manfaat. Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan.
Untuk mengetahui bagaimana keberhasilan suatu implementasi kebijakan
maka para Ahli mencoba menemukan dan merumuskan variabel-variabel apa saja
yang menjadi kunci keberhasilan sebuah kebijakan. Pada tahap ini masalah-
masalah yang beragam yang tidak dijumpai dalam konsep bisa saja muncul. Oleh
karena itu banyak Ahli kebijakan publik menawarkan model implementasi
kebijakannya masing-masing yang setiap model terdiri dari variabel yang bisa saja
sama, namun tidak sedikit juga yang berbeda.
Dalam Kebijakan Publik terdapat banyak sekali model implementasi
kebijakan sebagian kecil di antaranya ada Model Implementasi George C.
Edwards III, Model Implementasi Van Meter dan Van Horn, dan Model
Implementasi Mazmanian dan Sebatier.
Dalam penelitian ini dipilih Model Implementasi George C. Edwards III
dengan landasan model implementasi ini memiliki kesamaan aspek-aspek yang
dibutuhkan untuk melaksanakan E-government menurut Rianto (2012:78) yaitu;
hardware, software, human resources (SDM), data dan informasi, struktur
organisasi, komunikasi, sikap pelaksana (disposisi). Sehingga Peneliti
berpendapat model ini adalah yang paling tepat digunakan untuk mendalami
implementasi E-government dalam penelitian ini.

Gambar 2.1
Diagram Dampak Langsung dan Tidak Langusng Implementasi

Sumber: George C. Edwards III, Implementing Public Policy, 1980.

Universitas Sumatera Utara


Menurut George C. Edwards III ada empat variabel dalam kebijakan
publik yaitu: komunikasi, sumber daya, sikap, dan struktur birokrasi. keempat
variabel tersebut harus dilakukan secara simultan karena antara satu dengan yang
lainnya memliki hubungan yang erat yang menjadi syarat agar implementasi
kebijakan dapat berhasil.

2. Electronic Government
Electronic Government (E-government / E-gov) berasal dari government
yang dalam bahasa inggris berarti pemerintahan. Huruf “e-“ di depan kata
government yakni electronic seperti halnya dengan electronicmail ( e-mail ),
electronic business (e-business), dll. Pemerintahan elektronik atau E-government
adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk administrasi
pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan pelayanan yang
transparan dan memuaskan kepada masyarakat. Electronic government dapat
diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik untuk
meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik atau proses
kepemimpinan yang demokratis.
Electronic government merupakan suatu proses sistem pemerintahan
dengan memanfaatkan ICT (information, communication and technology)
sebagai alat untuk memberikan kemudahan proses komunikasi dan
transaksi kepada warga masyarakat, organisasi bisnis dan antara lembaga
pemerintah serta stafnya. Sehingga dapat dicapai efisiensi, efektivitas,
transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakatnya
(Hartono, dkk, 2010: 16).
Menurut Ragani (2016:22), Electronic Government dapat dipahami
sebagai penggunaan teknologi berdasarkan web (jaringan), komunikasi internet
dan dalam beberapa kasus, merupakan aplikasi interkoneksi untuk memfasilitasi
komunikasi dan memperluas akses ke dan dari pemberian layanan dan informasi
pemerintah kepada penduduk, dunia usaha, pencari kerja dan pemerintah lain,
baik instansional maupun antarnegara. Selain itu juga untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi, kinerja, proses pelaksanaan layanan, serta tugas pokok dan
funginya. Dengan adanya E-government, keputusan–keputusan politik dapat
segera dilakukan dan disosialisasikan kepada masyarakat, pelaku bisnis, dan
pemerintahan negara lain serta warga negara juga dapat memberikan masukan–
masukan maupun kritik terhadap pemerintah secara langsung melalui media

10

Universitas Sumatera Utara


jaringan. Wirtz dan Daiser (2015:10) juga menggambarkan E-government tidak
jauh berbeda dengan Ragani, yaitu sebagai penanganan administrasi secara
elektronik dan proses demokrasi dalam konteks kegiatan pemerintahan dengan
cara teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung tugas publik secara
efisien dan efektif. Namun, World Bank (www.worldbank.org/en/topic/ict/brief/e-
government, diakses 4 September 2017) memiliki pendapat yang sedikit berbeda,
yaitu E-government berhubungan dengan penggunaan informasi (seperti wide
area network, internet, dan komputerisasi) organisasi pemerintah yang
mempunyai kemampuan untuk mengubah hubungan dengan warga negara, bisnis
dan organisasi lain dalam pemerintahan. World Bank mengartikan E-goverement
bukan sekedar penggunaan IT untuk meningkat efektifitas dan efisiensi dalam
administrasi, namun E-goverement juga mengubah hubungan antara masyarakat
dengan pemerintahnya.
E-government memiliki banyak sekali manfaat dalam pelaksaan tata kelola
pemerintah yang baik (good governance) yaitu dengan memperbaiki kualitas
pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya ( masyarakat, kalangan bisnis,
dan industri ) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai
bidang kehidupan bernegara; meningkatkan transparansi, kontrol, dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep
Good Governance di pemerintahan ( bebas KKN ); mengurangi secara signifikan
total biaya administrasi, relasi dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun
stakeholder-nya untuk keperluan aktivitas sehari-hari; memberikan peluang bagi
pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui
interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan; menciptakan suatu
lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend
yang ada, dan memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata
dan demokratis (Indrajit, 2006:8).
E-government yang kerap dikenal pula empat jenis klasifikasi, yaitu: G to
C (Government to Citizens), G to B (Government to Business), G to G
(Government to Governments), dan G to E (Government to Employees). Namun

11

Universitas Sumatera Utara


Lee dan Oh (2011:43) mengklasifikasi model E-government dengan membaginya
lebih rinci lagi, yaitu:
 Pemerintah ke masyarakat (G to C), penyampaian layanan publik dan
informasi satu arah oleh pemerintah ke masyarakat;
 Masyarakat ke pemerintah (C to G), memungkinkan pertukaran informasi
dan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.;
 Pemerintah ke bisnis (G to B), transaksi-transaksi elektronik dimana
pemerintah menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi
kalangan bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah. Contoh: sistem e-
procurement;
 Bisnis ke pemerintah (B to G), mengarah kepada pemasaran produk dan
jasa ke pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih efisien;
peningkatan proses bisnis dan manajemen data elektronik. Sistem e-
procurement adalah contoh aplikasi yang memfasilitasi baik interaksi G2B
maupun B2G;
 Pemerintah ke pegawai (G to E), terdiri dari inisiatif-inisiatif yang
memfasilitasi manajemen pelayanan dan komunikasi internal dengan
pegawai pemerintahan;
 Pemerintah ke pemerintah (G to G), memungkinkan komunikasi dan
pertukaran informasi online antar departemen atau lembaga pemerintahan
melalui basisdata terintegrasi sehingga berdampak pada efisiensi dan
efektivitas;
 Pemerintah ke organisasi nirlaba (G to N), pemerintah menyediakan
informasi bagi organisasi nirlaba, partai politik, atau organisasi sosial;
 Organisasi nirlaba ke pemerintah (N to G), memungkinkan pertukaran
informasi dan komunikasi antara pemerintah dan organisasi nirlaba, partai
politik dan organisasi sosial.

Menurut Indrajit (2006:21-22) pada tataran implementasi, terdapat tiga


tingkatan E-government yang dicerminkan oleh tampilan situs pemerintah. Yaitu
yang pertama adalah publish yang merupakan implementasi E-government yang
termudah karena selain proyeknya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya
tidak perlu melibatkan sejumlah sumber daya yang besar dan beragam. Didalam
kelas publish ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana
informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh
masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet. Kedua
adalah interact; yaitu terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan
mereka yang berkepentingan. Ketiga adalah transact, adalah interaksi dua arah
seperti pada kelas Interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan
dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis,
masyarakat harus membayar jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau

12

Universitas Sumatera Utara


mitra kerjanya). Aplikasi ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan dua kelas
lainnya karena harus adanya sistem keamanan yang baik agar perpindahan uang
dapat dilakukan secara aman dan hak-hak privacy berbagai pihak yang
bertransaksi terlindungi dengan baik.
Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang
disediakan pemerintah daerah melalui jaringan informasi, pengembangan E-
government dapat dilaksanakan melalui empat tingkatan yaitu tingkat persiapan,
pematangan, pemantapan, dan pemanfaatan. Pada tingkat persiapan pemerintah
membuat website, menyiapkan sumberdaya terampil, penerbitan kebijakan dan
sosialisasi keberadaan E-government. Pada tingkat pematangan, website yang
sudah ada sebelumnya hanya bersifat satu arah mulai diarahkan kepada layanan
publik yang interaktif dan terjadi hubungan antar website lembaga lain baik dari
pemerintah maupun non-pemerintah. Pada tingkat pemantapan, website sudah bisa
melakukan transaksi, melakukan kegiatan administrasi secara online dan
interperabilitas antar lembaga. Pada tingkat pemanfaatan, semua model E-
government dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

3. Pelayanan Publik Berbasis Elektronik


Boediono (2003:60) mengatakan bahwa pelayanan merupakan suatu
proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan
kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.
Gie (1993:105) mendefenisikan pelayanan merupakan suatu kegiatan dalam suatu
organisasi atau instansi yang dilakukan untuk mengamalkan dan mengabdikan diri
kepada masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi atau instansi yang ditujukan untuik kepentingan
masyarakat yang dapat berbentuk uang, barang, ide, atau gagasan ataupun surat-
surat.
Menurut Kurniawan (dalam Sinambela, 2006:5) pelayanan publik
diartikan sebagai pemberi pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang ditetapkan. Dari defenisi di atas dapatlah dipahami bahwa
pelayanan publik merupakan jenis bidang usaha yang dikelola oleh pemerintah

13

Universitas Sumatera Utara


dalam bentuk barang dan jasa untuk melayani kepentingan masyarakat tanpa
berorientasi.
Menurut Sinambela (2010:6), secara teoritis tujuan pelayanan publik pada
dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut
kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :
 Transparan, pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses
oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai
serta mudah dimengerti.
 Akuntabilitas, pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Kondisional, pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip
efisiensi dan efektivitas.
 Partisipatif, pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
 Kesamaan Hak, pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari
aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan
lain-lain.
 Keseimbangan Hak Dan Kewajiban, pelayanan yang mempertimbangkan
aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Abidin (2010:71) mengatakan bahwa pelayanan publik yang berkualitas


bukan hanya mengacu pada pelayanan itu semata, juga menekankan pada proses
penyelenggaraan atau pendistribusian pelayanan itu sendiri hingga ke tangan
masyarakat sebagai konsumen. Aspek-aspek kecepatan, ketepatan, kemudahan,
dan keadilan menjadi alat untuk mengukur pelayanan publik yang berkualitas. Hal
ini berarti, pemerintah melalui aparat dalam memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat harus memperhatikan aspek kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan
keadilan. Agar aspek tersebut dapat meningkat levelnya, maka penggunaan
informasi dan teknologi komunikasi (TIK) dalam pelayanan publik menjadi
penting untuk dilakukan oleh pemerintah.
Kontak langsung dalam penyediaan layanan publik memberikan peluang
besar terjadinya praktek maladministrasi (kegagalan memberikan pelayanan).
Karena itu, perlu usaha meminimalkan atau bahkan menghilangkan praktek
maladministrasi dengan memanfaatkan (TIK) dalam pelaksanan electronic
government hingga service delivery (Holle, 2011:21).

14

Universitas Sumatera Utara


Pada umumnya, proses pemberian pelayanan kepada publik
(masyarakat) dewasa ini masih dilakukan melalui kontak langsung antara
penyedia jasa layanan (birokrasi pemerintah) dengan warga masyarakat.
Ternyata, kontak langsung seperti ini telah banyak dimanfaatkan oleh para pelaku
interaksi pelayanan baik itu dari pihak birokrat (pemberi layanan) maupun dari
pihak warga masyarakat (penerima layanan) Dari sisi pelayan, beberapa oknum
pelayan sengaja mencari keuntungan dari pelayanan yang diberikannya
misalnya dengan meminta sejumlah bayaran diluar ketentuan yang berlaku. Dari
sisi warga masyarakat, beberapa oknum warga masyarakat yang ingin
memperoleh layanan secara mudah dengan cara menyogok atau memberi uang
“pelican” terhadap oknum aparat pelayan. Praktek-praktek semacam ini tentunya
akan berdampak kepada pengguna jasa layanan lainnya, yang pada akhirnya akan
berdampak pula pada kualitas pelayanan secara umum.
Reformasi birokrasi tak akan berdaya bila menghadapi mesin E-gov yang
menjanjikan cara kerja yang lebih baik. Dengan kata lain penggunan Teknologi
Informasi menjanjikan suatu kerja yang repormasi, karena bersifat demokoratis,
tidak diskriminasi, tepat waktu, terukur dan mempunyai standar yang jelas.
Perjuangan demokrasi memerlukan koordinasi dan komunikasi intensif di antara
para aktivis sebagai lokomotif dan masyarakat luas sebagai penumpang
gerbong demokrasi (Sudarto, 2006: 45). Teknologi menjadi “pelayan mesin” yang
tak bisa membedakan apakah yang dilayani adalah orang berduit, pejabat atau
orang miskin, sehingga diskriminasi ini dibidang pelayanan bisa dikurangi.
Mereka bisa mendapatkan layanan tanpa terpengaruh pada jarak, waktu, momen.

4. Definisi Konsep
konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas
dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau
individu tertentu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1995: 33). Dengan
demikian untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang
diteliti, maka perlu pendefinisian dari konsep tersebut:
1. Model implementasi elektronic govenment yang terdiri dari komunikasi,
sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi bekerja dengan saling

15

Universitas Sumatera Utara


mempengaruhi satu dengan lainnya dalam pelaksaan perizinan secara
elektronik.
2. Pelayanan publik berbasis elektronik adalah pelayanan yang dikelola oleh
lembaga pemerintah dengan menggunakan sistem informasi teknolgi hingga
sampai pada masyarakat.

5. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pengertian variabel yang diungkapkan dalam
definisi konsep secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup
obyek penelian atau obyek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Konsep Indikator Definisi Operasional Sub-Indikator Definisi Operasional

Cara penyampaian
Trasnmisi
infrormasi

Pengiriman dan
Kejelasan
Komunikasi penerimaan pesan Kejelasan informasi
informasi
dan informasi

Tetap, tidak ada perubahan


Konsistensi
secara mendadak

Staf yang mampu


Sumber Daya
mengerjakan tugasnya
Manusia
dengan baik
Implementasi
Kemempuan untuk
E-goverment Segala sesuatu yang
Kewenangan mengambil kebijakan
Sumber digunakan untuk
secara leluasa
Daya melaksanakan
Tupoksi Anggaran Sumber daya keuangan

Alat yang digunakan untuk


Fasilitas
melaksanakan tugas

Hasrat untuk
memberikan pelayan Pengangkatan
Disposisi Memangkas birokrasi
terbaik dengan Birokrasi
segala cara

SOP SOP

Struktur Penyebaran tugas Fragmentasi Penyebaran tanggung jawab


Birokrasi dan tanggung jawab.
Pola hubungan dalam
Koordinasi
menyelesaikan tugas

16

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Istilah penelitian
kualitatif menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan
bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan metode yang ada”. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting).
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana Peneliti adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono,
2005:1).
Berdasarkan karakteristik tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan dilakukan pada kondisi yang alamiah, lebih bersifat deskriptif,
menekankan pada proses daripada produk atau outcome, melakukan analisis data
secara induktif, dan menekankan makna. Penelitian kualitatif dipilih karena dapat
menggambarkan dengan jelas bagaimana keadaan sebenarnya komunikasi,
sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi yang ada di DPMPPTSP Deli
Serdang. Penelitian kualitatif akan menjelaskan bagaimana implementasi E-
government dengan model implementasi Edward III yang dipilih oleh peneliti.

2. Lokasi penelitian
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Deli Serdang dengan alamat Jalan Mawar No. 5, Lubuk Pakam 20514, Kab. Deli
Serdang–Sumatera Utara dipilih oleh peneliti sebagai lokasi penelitan dikarenakan
merupakan PTSP percontohan menurut KPK berdasarkan surat KPK Nomor : B-

17

Universitas Sumatera Utara


6640/KSP.00/10-16/10/2017 dan juga lokasinya yang dekat dengan rumah
peneliti, sehingga penelitian dapat dilakukan secara intens dan dengan biaya yang
terjangkau.

3. Informan Penelitian
Bungin (2007:76) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak
dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena
itu, pada penelitian kualitatif yang menjadi informan penelitian ditentukan secara
sengaja. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.
Menentukan informan yang akan diwawancarai diperlukan acuan yang
benar, Peneliti menggunakan empat kriteria informan menurut Neuman
(2007:411), yaitu : informan adalah orang yang sangat familiar dengan budaya
organisasi dan memiliki posisi (jabatan) untuk menyaksikan kejadian penting;
individual yang terlibat di lapangan; orang yang dapat meluangkan waktu dengan
peneliti; dan bukan individu yang analitis.
Berdasarkan uraian tersebut, maka informan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (DPMPPTSP), Jonas Damanik, SH merupakan Narasumber yang
memiliki kewengan tertinggi dalam struktur organisasi di dinas tersebut.
Sebagai pemimpin beliau mengemban tugas konseptual kemana arah
pelayanan perizinan akan dibawa di masa depan.
2. Kasubbag. Perencanaan dan Program, Agus Salim Pane, SP merupakan
narasumber yang mengetahui aplikasi perizinan online karena memiliki
tanggung jawab pelaksanaan ketatausahaan yang meliputi perencanaan dan
pelaporan. Beliau sangat familiar dengan budaya dan keadaan di
DPMPPTSP terutama mengenai perkembangan perizininan online mulai
dari SiCantik (Sistem Informasi Pelayanan Perizinan Cerdas Untuk
Publik) yang beropasi pada awal dimulainya sistem perizinan online yang
kemudian berganti pada 16 Oktober 2017 menjadi SeriDeli (Sistem
Elektronik Perizinan Deli Serdang).

18

Universitas Sumatera Utara


3. Kasi. Pelaporan dan Peningkatan Pelayanan, Fitriani Fatimah Pane, S.Sos
merupakan informan yang memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan
pelayanan di DPMPPTSP, dengan demikian beliau juga adalah informan
yang memiliki pengetahuan mengenai lapangan dikarenakan tanpa
mengetahuinya bagaimana mungkin beliau melaksanakan tugasnya untuk
meningkatkan pelayanan tanpa mengetahui dimana letak kekurangan
pelayanan saat ini.
4. Kabid. Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan, Drs.
Iwan Januar Salewa merupakan informan yang memenuhi seluruh kriteria
yang diberikan oleh Neuman di atas. Beliau sangat memahami mengenai
kultur dan posisinya serta adalah informan yang bertugas membangun
sistem perizinan online. Informan ini sangat menguasai lapangan disetiap
proses perizinan online.
5. Staf IT, Rizky Arjuna, Arif Tito A. Siregar, Ade Tri Putra, dan Ranggi
Dwi Prayuda merupakan informanan yang memenuhi seluruh kriteria yang
diberikan oleh Neuman di atas. Beliau sangat memahami mengenai kultur
dan posisinya serta adalah informan yang bertugas membangun sistem
perizinan online. Informan ini sangat menguasai lapangan disetiap proses
perizinan online.
6. Staf Honor, Rahmah Hasanah merupakan staf yang bertugas dalam
administrasi perizinan. Beliau merupakan orang yang aktif dilapangan dan
dapat meluangkan waktu dengan Peneliti.

Tabel 3.1
Matriks Informan dan Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik
No. Jabatan Nama Materi Pengumpulan
Data
Kepala Jonas Damanik, Komunikasi dan
1 Wawancara
DPMPPTSP SH disposisi
Kasubbag.
Agus Salim Pane, Sumber daya dan
2 Perencanaan dan Wawancara
SP struktur birokrasi
Program
Kasi. Pelaporan
Fitriani Fatimah Laporan izin yang
3 dan Peningkatan Dokumentasi
Pane, S.Sos diterbitkan
Pelayanan

19

Universitas Sumatera Utara


Kabid.
Penyelenggaraa
Drs. Iwan Januar Pelaksanaan
4 n Pelayanan Wawancara
Salewa Perizinan
Perizinan dan
Non Perizinan
1. Rizky Arjuna
2. Arif Tito A.
Siregar Disposisi, sumber
5 Staf IT daya, dan Wawancara
3. Ade Tri Putra
4. Ranggi Dwi komunikasi
Prayuda
Sumber daya dan
6 Staf Honor Rahmah Hasanah Wawancara
disposisi

4. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi,
keterangan-keterangan yang diperlukan, Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data data primer
adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau
lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara
wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara Peneliti dengan informan secara mendalam dengan
mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan data yang rinci
dan lengkap. Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data
yang diperoleh melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk
mendukung data primer.
Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan
instrument studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumentasi-dokumentasi yang ada di lokasi
penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian dan juga
studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
karya ilmiah, dan pendapat para Ahli yang berkompetensi, serta memiliki
relevansi dengan masalah yang diteliti.

20

Universitas Sumatera Utara


5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yaitu
analisis terhadap data yang diperoleh dengan menyajikan data yang dimulai
dengan menelaah seluruh data yang telah terkumpul, menyusunnya dalam satu
kesatuan kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya serta memeriksa
keabsahan dan menafsirkannya dengan analisis berdasarkan kemampuan nalar
Peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
Melalui teknik analisis data, Peneliti menguji kemampuan nalar dalam
menghubungkan fakta data dan infomasi yang diperoleh. Dan selanjutnya akan
dianalisis sehingga Peneliti dapat memperoleh informasi dan kebenaran dari setiap
permasalahan yang ada dalam penelitian. Data yang diperoleh dari teknik
wawancara akan dilakukan analisis model interaktif yang dikembangkan oleh
Miles dan Huberman di dalam Sugiyono (2009:246) yang terdiri dari tiga
komponen analisis, yaitu (1) Reduksi data, dilakukan dengan cara merangkum dan
memfokuskan hal-hal yang terpenting tentang penelitian dengan mencari tema dan
pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah Peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
(2) Penyajian data, bermakna sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.
(3) penarikan kesimpulan, merupakan suatu menyimpulkan yang didukung
dengan bukti-bukti dan temuan yang ditemukan Peneliti di lapangan.

21

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum DPMPPTSP Deli Serdang


Terbentuknya Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 23 November
2016 adalah salah satu perwujudan dari penataan kembali Sususan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah yang telah disusun sebelumnya dalam Peraturan
Daerah Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang dan telah diubah dengan
Peraturan Derah Kabupaten Deli Serdang Nomor 1 Tahaun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Deli Serdang, dengan Nomenklatur sebelumnya Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) yang terbentuk pada tanggal 04 Januari 2016.
Visi BPMPPTSP adalah “Prima Dalam Pelayanan Perizinan Dan Investasi
Serta Mendorong Kualitas Perekonomian Daerah Yang Berdaya Saing”. Misi
BPMPPTSP adalah (1) Menciptakan pelayanan perizinan terpadu dan penanaman
modal yang berkualitas, (2) Mengupayakan optimalisasi profesionalisme sumber
daya aparatur (SDA).
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Deli Serdang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Deli Serdang
Nomor 2333 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah. Memiliki tugas melaksanakan
koordinasi kebijakan daerah dan pelayanan di bidang perizinan usaha dan
perizinan non usaha secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan simplikasi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati.
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Deli Serdang merupakan unsur pendukung tugas Bupati Kabupaten Deli Serdang
bidang pelayanan perizinan dan penanaman modal, dipimpin oleh kepala dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Deli Serdang

22

Universitas Sumatera Utara


melalui sekretaris daerah. Dinas yang awal mulanya adalah Badan ini berubah
menjadi dinas pada tahun 2016 berdasarkan Peraturan Bupati Deli Serdang
Nomor 2333 Tahun 2016.
Berdasarkan data sekunder yang terdapat pada lampiran 1 Sebagai unsur
pelaksana otonomi daerah di bidang Penaman Modan dan Perizinan Dinas
Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli
Serdang memiliki Tugas Pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas di bidang Perizinan dan Pemantauan di
bidang Penanaman Modal sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan terpadu yang
meliputi bidang industri dan perdagangan, pertanian, bagnunan dan tata
ruang pertanian dan umum sertda bidang penananman modal;
b. Penyelenggaraaan urusan pemerintahan dan pelayanan publik serta
penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) pada Pelayanan
Perizinan Terpadu yang meliputi bidang industry dan perdagangan,
pertanian, bangunan dan tata ruang, pertanian dan umum serta bidang
penanaman modal;
c. Pembidaan dan melaksanakan tugas dalam bidang pelayanan perizinan
terpadu yang meliputi bidang industri dan perdaganagn, pertanian,
bangunan dan tata ruang, pertanian dan umum serta penanaman modal;
d. Pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinyadi bidang Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal.

Globalisasi, tuntutan pelayanan yang baik oleh pemerintah yang lebih


tinggi, dan masyarakat Deli Serdang itu sendiri bahwa kebutuhan masyarakat akan
jasa layanan publik yang semakin tinggi dan kompleks membawa pemerintah Deli
Serdang untuk membentuk pusat pelayanan publik dengan sistem satu atap dan
mengintegrasikan kantor pelayanan perizinan terpadu di dalamnya yang kemudian
disempurnakan menjadi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Deli Serdang yang berdasarkan Peraturan Bupati Deli Serdang
Nomor 2029 Tahun 2016 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pelayanan Perizinan
dan Non Perizinan Kepada Dinas Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang diberikan kewenangan 31 jenis
pelayanan yaitu :
1) Izin Mendirikan Bangunan;
2) Izin Gangguan (HO);
3) Izin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan;
4) Izin Reklame;

23

Universitas Sumatera Utara


5) Izin Apotik;
6) Izin Usaha Toko Modern (IUTM) beserta Izin Pronsip Lokasi;
7) Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) beserta Izin Prinsip Lokasi;
8) Izin Usaha Jasa konstruksi;
9) Izin Peruntukan Penggunan Tanah;
10) Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri;
11) Izin Usaha dan Tada Daftar Usaha Pariwisata;
12) Tanda Daftar Gudang;
13) Izin Laboratorium Kesehatan;
14) Izin Usaha Angkutan;
15) Izin Trayek;
16) Izin Usaha Peternakan dan Tanda Daftar Peternakan;
17) Izin Usahan Perkebunan Untuk Budidaya (IUP-B);
18) Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P);
19) Izin Usaha Perkebunan (IUP);
20) Izin Perubahan Luas Lahan;
21) Izin Perunahan Jenis Tanaman;
22) Izin Perubahan Kapasitas Pengolahan Hasil Perkebunan;
23) Izin Diversifikasi Usaha;
24) Izin Usaha Produksi Benih dan Tanda Daftar Produsen, Penyalur, dan
Pedagang Benih Bina;
25) Rekomendasi Kesesuian Dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan
Kabupaten Untuk IUP-P Yang Diterbitkan Oleh Gubernur;
26) Rekomendasi Kesesuian Dengan Perencanaan Pembangunan Perkebunan
Kabupaten Untuk IUP-B Yang Diterbitkan Oleh Gubernur;
27) Izin Usaha Perikanan;
28) Izin Lingkungan;
29) Izin Pengumpulan Limbah B3 Skala Kabupaten;
30) Izin Pembuangan Air Limbar Ke Badan Air;
31) Izin Pemanfaatan Bagian Jalan.

Adapun sususan organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan


Perizinan Terpadu Kabupaten Deli Serdang terdiri atas:
A. Kepala Dinas
B. Sekretaris:
a. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sum. Bagian Perencanaan dan Program
C. Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim dan Promosi Penanaman
Modal
a. Seksi Perencanaan Penanaman Modal
b. Seksi Pengembangan Iklim Penanaman Modal
c. Seksi Promosi Penanaman Modal

24

Universitas Sumatera Utara


D. Bidang Pengendalian Pelaksaan Penanaman Modal dan Sistem
Informasi
a. Seksi Pemantauan dan Pengawasan Pelaksaan Penanaman
Modal dan Sistem Informasi
b. Seksi Pembinaan Pelaksaan Penanaman Modal
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
E. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
a. Sesi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan I
b. Sesi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan II
c. Sesi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan II
F. Bidang Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Layanan
a. Seksi Pengaduan dan Informasi Layanan
b. Seksi Kebijakan dan Advokasi Layanan
c. Seksi Pelaporan Layanan
G. Tim Teknis
H. Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 4.1
Stuktur DPMPPTSP

Sumber: Dokumen ISO 9001 : 2015 DPMPPTSP Kab. Deli Serdang 2017

Berdasakan data sekunder yang peneliti terima dari DPMPPTSP, Dinas


Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten (DPMPPTSP)
Deli Serdang didukung oleh aparatur dengan jumlah personil sebanyak 68 (Enam

25

Universitas Sumatera Utara


Puluh Delapan) orang terdiri dari 40 (Empat Puluh) orang pegawai negeri sipil
(PNS) dan 28 (Dua Puluh Delapan) orang pegawai honorer.

2. Pelayanan Publik di DPMPPTSP


Perizinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten (DPMPPTSP) menggunakan aplikasi Seri Deli (Sistem Elektronik
Perizinan Deli Serdang), yaitu sebuah aplikasi yang berasal dari Kementrian
Komunikasi dan Informatika kemudian di kembangkan secara mandiri oleh
DPMPPTSP. Dulunya aplikasi ini bernama Si Cantik (Sistem Informasi
Pelayanan Perizinan Cerdas Untuk Publik). Sistem perizinan Seri Deli dibangun
dengan berbasis web agar masyarakat dapat mengakses dan meihat trasparansi
dalam perizinan.
Gambar 4.2
Skema Proses Perizinan di DPMPPTSP Deli Serdang

Pendaftaran Penyerahan Berkas Persyaratan Survei

Evaluasi Tim Tehnis Persetujuan Kadis

Membayar Retribusi Pengambilan Izin

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Tahapan pertama dalam proses perizinan di DPMPPTSP adalah


pendaftaran. Pemohon dipersilahkan untuk melakukan pendaftaran permohonan
izin secara online di perizinan.deliserdangkab.go.id atau mendatangi kantor
DPMPPTSP untuk dibantu agar pemohon didaftarkan secara online oleh pegawai
DPMPPTSP.

26

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.3
Tampilan Home Page Website DPMPPTSP

Sumber : perizinan.deliserdangkab.go.id 2017

Gambar di atas adalah tampilan paling awal (home) dari website


perizinan.deliserdangkab.go.id. Tampilan ini telah mengalami perubahan dari
bulan Mei 2017 yang Peneliti tuliskan pada bagian latar belakang penelitian tidak
memiliki tampilan yang kurang menarik dengan penuhnya konten pada satu
halaman saja, namun pada bulan Agustus 2017 portal tersebut tampil lebih baik
dengan mengubah total tampilan membuat pemohon lebih mudah memahami dan
memilih menu apa yang mereka perlukan. Tampilan website perizinan sudah
berganti layout tampilan yang lebih rapi, menarik, mudah diakses dan di mengerti
(observasi perizinan.deliserdangkab.go.id, Mei – November 2017)

27

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4
Tampilan Form pada Website DPMPPTSP

Sumber : perizinan.deliserdangkab.go.id 2017

28

Universitas Sumatera Utara


Untuk melakukan pendaftaran secara online, pemohon memilih menu “perizinan
online” lalu website akan diarahkan ke form online yang harus diisi oleh pemohon
sesuai dengan jenis permohonannya seperti gambar di atas.
Gambar 4.5
Tanda Terima Permohonan Sementara

Sumber : perizinan.deliserdangkab.go.id 2017

Setelah mengisi form pendaftar maka akan muncul tanda terima


permohonan sementara yang berisikan nomor pendaftaran, nama pemohonan, dan
jenis perizinan yang diajukan. Nantinya pemohon membawa persyaratan yang
dibutuhkan dan juga nomor pendaftaran ini ke DPMPPTSP untuk melakukan
verifikasi berkas.
Tahapan kedua dalam proses perizinan di DPMPPTSP adalah
menyerahkan syarat permohonan izin ke kantor DPMPPTSP untuk dilakukan
verifikasi. Syarat-syarat permohonan izin dapat dilihat di
perizinan.deliserdangkab.go.id. dengan meng”klik” detail sesuai dengan izin yang
di inginkan. Pada tahapan ini pemohon akan menerima tanda terima berkas
permohonan dan berita acara survei langsung dicetak dan langsung diserahkan ke
Tim Tehnis untuk langsung di lakukan survei.
Tahapan ketiga dalam proses perizinan di DPMPPTSP adalah survei. Tim
tehnis akan melakukan survei ke lokasi permohonan izin. Untuk mencegah
terjadinya pungli maka petugas survei dibekali dengan kendaraan dinas dan “uang
jalan” (insentif) untuk melaksanakan tugasnya. Juga telah dibekali informasi
kepada masyarakat saat mengantar berkas ke DPMPPTSP untuk tidak
memberikan uang atau gratifikasi dalam bentuk apapun (Wawancara. Kepala
DPMPPTSP. 9 November 2017)

29

Universitas Sumatera Utara


Tahapan keempat dalam proses perizinan di DPMPPTSP adalah keputusan
izin. Tim Tehnis membuat surat rekomendasi teknis yaitu surat rekomendasi hasil
evaluasi dari Tim Teknis berdasarkan hasil survei dan peraturan dan persyaratan
penerbitan izin terkait dan menyerahkannya kepada kepala dinas (Kadis) untuk
memutuskan penerbitan izin. Bila diterima Kadis untuk diterbitkan, maka
pemohon akan dihubungi oleh DPMPPTSP untuk membayar dan mengambil izin.
Tahapan kelima dalam proses perizinan di DPMPPTSP adalah pengambilan izin.
Pemohon dapat membayar di Bank Sumut atau membayar di kantor DPMPPTSP
lalu mengambil izin.
Keuntungan pelayanan berbasis elektronik yang diinginkan oleh
DPMPPTSP adalah efisiensi waktu, transparansi dan bebas pungutan liar
(Wawancara. Kasubbag. Perencanaan dan Program. 26 Oktober 2017). Namun
diluar itu juga, pemohon izin dapat melihat sudah sejauh mana proses perizinan
mereka (tracking perizinan), melakukan simulasi tarif sendiri, melakukan
pengaduan secara online, dan transparansi dengan mengupload surat jumlah
retribusi dengan nomilanya ke website (Observasi. perizinan.deliserdangkab.go.id.
Mei – November 2017)

Inisiatif E-government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang
merasa diuntungkan dengan adanya implementasi konsep tersebut. Dalam hal ini
yang menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya E-
government bukanlah kalangan pemerintah sendiri, melainkan juga masyarakat
dan mereka yang berkepentingan (Lester dan Stewart, 2000:98). Manfaat
pelayanan berbasis elektronik juga juga dirasakan oleh pelaksana. Manfaat
pelayanan berbasis elektronik bagi pegawai DPMPPTSP adalah Kepala
DPMPPTSP dapat menandatangani izin sercara online sehingga bila Kepala
DPMPPTSP sedang dinas keluar kota tidak menghambat pengeluaran izin;
integrasi data pekerjaan pegawai, sehingga pegawai tidak repot lagi mencari data
yang diperlukannya karena sudah tersusun rapi di server dan atau komputer; dan
keamanan data pekerjaan apabila terjadi sesuatu pada DPMPPTSP seperti
kebakaran, data sudah tersimpan di server Dinas Komunikasi dan Informatika
Deli Serdang (Wawancara. Staf IT, 25 Oktober 2017)

30

Universitas Sumatera Utara


DPMPPTSP dalam pembangunan E-government berorientsi pada
pengguna. Namun masyarakat melalui aplikasi yang saat ini dimiliki DPMPPTSP
baru dapat menyelesaikan 1 tahap dari 5 tahap yang ada dalam proses perizinan
yang dalam hal ini hanya meningkatkan efisiensi sedikit saja. Beberapa pemohon
juga saat diwawancarai oleh Peneliti hanya 1 dari 5 orang yang mengetahui bahwa
proses perizinan dapat dilaksanakan dengan mendaftar secara online di website
DPMPPTSP (Wawancara dengan pemohon izin, Rezaldi, Andini, Dhany, Renalni,
Cahyono, 25 November 2017).
DPMPPTSP juga berusaha meningkatkan layanan. Visi yang ingin dituju
oleh DMPPTSP pada E-governement adalah aplikasi dapat memegang seluruhnya,
sehingga tidak diperlukan lagi pemohon untuk berjumpa dengan pegawai
(wawancara dengan Bapak Jonas Damanik, Kepala DPMPPTSP, 9 November
2017). Bila hal tersebut dapat terlaksana maka kemungkinan tidak akan ada lagi
maladministrasi di DPMPPTSP Deli Serdang.
Peningkatan pelayanan ini juga dapat dilihat dari tingginya permohonan
izin setelah aplikasi sudah digunakan (lampiran 6) yaitu antara bulan Mei –
Agustus 2017. Ini merupakan pertanda baik bahwa pelayanan berbasis elektronik
di DPMPPTSP meski masyarakat belum merasakan perbadaan yang signifikan
pada cara pelayanan, namun pelayanan perizinan secara elektronik terbukti efektif
meningkatkan pelayanan dengan efisiensi waktu, tranparansi, dan bebas pungutan
liar.

3. Implementasi E-Government di DPMPPTSP


3.1. Komunikasi
Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukurang dan tujuan-
tujuan kebijakan dipahami oleh para birokratnya yang bertanggungjawab dalam
pencapaian tujuan kebijakan (Keiser and Meier dalam Hill, 2002: 172). Kejelasan
ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat
dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan
tujuan perlu dikomunikasi sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran
maupun tujuan kebijakan itu. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang
terjadi di DPMPPTSP peneliti melakukan observasi dan wawancara bagaimana

31

Universitas Sumatera Utara


pesan di sampaikan melaui saluran komunikasi (transmisi), bagaimana peneima
pesan menangkap pesan (kejelasan informasi), dan konsistensi dari pesan yang
lalu hingga terbaru.

3.1.1. Transmisi
Komunikasi pada organisasi menggunakan dua saluran dasar, yaitu
saluran formal dan saluran informal. Saluran formal dan informal dilakukan
melalui interpersonal (tatap muka) dan melalui media massa. Setiap saluran
komonukasi memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Oleh karena
itu penggunaan lebih dari 1 saluran secara simultan sering dilakukan. (Devito,
1997:28).
Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu
dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Pemerintah Indonesia dalam
Perpres No. 97 Tahun 2014 sudah mengkomunikasikan kebijakan melalui saluran
formal kebawah tujuan-tujuan dalam proses pelayanan di PTSP secara eksplisit
pada pasal 18 yang juga menjadi standar pelayanan PTSP. Standar inilah yang
menjadi sebuah keharusan bagi seluruh PTSP di Indonesia untuk dilaksanakan
atau di implementasikan. Dapat disimpulkan bahwa konsistensi atau keseragaman
dari ukuran dasar dan tujuan telah dikomunikasi kepada para implementor,
sehingga mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu. Hasil
observasi menunjukkan hampir di seluruh website resmi PTSP di daerah minimal
berisikan konten yang sesuai dengan yang diminta oleh Pepres No. 97 Tahun
2014 yaitu berisikan potensi dan peluang usaha; perencanaan umum penanaman
modal; pelaksanaan promosi dan kerjasama ekonomi; perkembangan realisasi
penanaman modal; daftar bidang usaha tertutup dan bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan; jenis, persyaratan teknis, mekanisme penelusuran posisi
dokumen pada setiap proses, biaya, dan waktu pelayanan; tata cara layanan
pengaduan.
Rogers dan Rogers (1976:79-80) menjelaskan bahwa saluran formal
adalah saluran yang telah ditetapkan oleh organisasi atau instansi. Pesan-pesan
mengalir ke dalam tiga arah: ke bawah, ke atas dan ke samping (horizontal).
Pesan-pesan ke bawah terutama berisi informasi yang perlu bagi staf manapun

32

Universitas Sumatera Utara


untuk melaksanakan tugasnya, seperti kebijakan-kebijakan dan prosedur, perintah
dan permintaan yang diturunkan ke tingkat yang tepat dalam jenjang hirarki.
Pesan-pesan ke atas berbentuk laporan, permintaan, opini dan keluhan. Pesan-
pesan kesamping berlangsung antar departemen, gugusan fungsi atau antar orang-
orang pada tingkat yang sama dalam organisasi. Komunikasi formal terjadi dalam
struktur organisasi formal dan berwujud pola-pola hubungan formal, jadi dapat
dikatakan dalam komunikasi formal terdapat pola tingkah laku yang relatif stabil
dan berubah sangat lamban. Saluran informal terbentuk dari kesamaan
kepentingan diantara orang- orang dalam organisasi. Saluran informal seringkali
menjadi satu-satunya sarana komunikasi ketika saluran formal mengalami
kemacetan atau gangguan.
DPMPPTSP telah menerima, menyanggupi dan secara jelas memahami
konsep-konsep E-government yang diinginkan pemerintah pusat. Bahkan
DPMPPTSP siap untuk berinovasi menjadi lebih baik lagi, bukan sekedar berhenti
karena target minimun dari pemerintah telah di penuhi (Wawancara. Kepala
DPMPPTSP. 9 November 2017).
Komunikasi melalui saluran formal ke bawah dari pemerintah pusat,
Kementrian Kominfo, Bupati, dan di dalam internal DPMPPTSP Deli Serdang
berjalan dengan baik. Pesan-pesan ke bawah terutama berisi informasi yang perlu
bagi staf manapun untuk melaksanakan tugasnya, seperti kebijakan-kebijakan dan
prosedur, perintah dan permintaan telah lengkap. Undang-Undang No.32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, Peraturan Pementintah No.41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, Peraturan Presiden No.27 Tahun 2009 tentang PTSP Di Bidang
Penanaman Modal, Inpres No.3 Tahun 2006 Tentang Paket Perbaikan Iklim
Investasi, Permendagri No.24 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaran Pelayanan
Publik Terpadu Satu Pintu, Permendagri No.57 Th.2007 Tentang Juknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah, Permendagri No.20 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Organisasi dan Tata kerja Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah, Permenpan
No.20 Tahun 2006 Tentang Standar Pelayanan Publik, dan Perbup Deli Serdang

33

Universitas Sumatera Utara


No. 2233 Tahun 2016 telah menyalurkan pesan tentang kabiiakan dan prosedur
yang diinginkan untuk dilakukan.
Komunikasi melalui saluran formal cenderung menggunakan surat-surat
atau melalui media (Rogers dan Rogers, 1976, 81). saluran melalui media ini
memiliki kelebihan seperti relatif cepat mencapai khalayak dalam jumlah besar.
Namun, saluran komunikasi melalui media ini memiliki beberapa kelemahan
seperti arus pesan cenderung satu arah, kemungkinan umpan balik yang rendah,
dan kemampuan mengatasi proses selektif yang rendah Rogers bersaudara
(1976:79). Untuk itu komunikasi juga harus dilakukan secara interpersonal. Untuk
itu juga telah dilakukan komunikasi dengan saluran komunikasi formal secara
interpersonal dengan melaksanakan rapat, workshop, dan pengarahan langsung
(Wawancara. Kepala DPMPPTSP, 9 November 2017). Pada jalur formal sesuai
dengan yang dikatakan Rogers dan Rogers (1976: 80) bahwa terdapat pola dimana
kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh pemerintah yang lebih tinggi, selalu
dibarangi dengan rapat, workshop dan pengarahan langusng yang relatif stabil.
Komunikasi melalui saluran formal dalam implementasi E-government di
DPMPPTSP juga melibatkan komunikasi horizontal dengan dinas, badan atau
lembaga pemerintah, dan perusahaan swasta. Komunikasi dengan dinas dan badan
atau lembaga pemerintah ini harus dilakukan karena DPMPPTSP hanya dapat
mengeluarkan izin, namun pengawasan dan pembinaan tetap berada pada dinas
yang sebelumnya mengeluarkan izin (Wawancara. Kepala DPMPPTSP, 9
November 2017). Komunikasi formal ini terjadi dengan landasan koordinasi yang
akan dibahas pada bagian koordinasi.
Secara sederhana, komunikasi informal adalah jenis komunikasi antar
individu yang pada umumnya terjadi di dalam suatu organisasi. Di dalam
komunikasi informal, pada umumnya tidak mempedulikan struktur pesan atau
informasi yang disampaikan. komunikasi informal sulit untuk di observasi karena
pesan yang disampaikan atau proses komunikasinya terjadi secara spontan,
langsung, alias tanpa rencana sebelumnya (Mulyana, 2003: 75). Atau dengan kata
lain, bahwa komunikasi informal ini dilakukan tanpa adanya persetujuan dan
kesepakatan yang ada di dalam struktur organisasi.

34

Universitas Sumatera Utara


Pesan yang disampaikan dalam komunikasi informal biasanya bersifat
umum seperti humor, keluarga, anak-anak, dunia olahraga, musik, acara film, TV
maupun situasi kerja. Walaupun komunikasi informal ini dikategorikan sebagai
pesan rumor atau pesan yang masih belum jelas sumbernya, namun komunikasi
informal ini dapat berfungsi pada kebutuhan sosial. Karena dengan adanya
komunikasi informal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi individu lain dan
mampu mengatasi kebosanan karena adanya komunikasi yang formal dan terkesan
kaku. Setiap jenis komunikasi dalam suatu organisasi selalu memiliki fungsi dan
tujuan tersendiri yang berbeda – beda sesuai fungsinya. Fungsi dari komunikasi
informal sendiri adalah menjalin hubungan sosial, kekerabatan, dan persaudaraan
dalam suatu kelompok informal (Mulyana, 2003: 76)
Sulitnya mengamati komunikasi informal secara langsung, maka untuk
mengetahui bagaimana penggunaan saluran informal di DPMPPTSP, peneliti
mengamati dampak dari saluran komunikasi informal yaitu hubungan sosial,
kekerabatan, dan persaudaraan.
Pegawai di DPMPPTSP tidak memiliki gap yang terlalu jauh antara
pegawai biasa dengan pegawai yang memiliki jabatan fungsional. Para pegawai di
DPMPPTSP juga memiliki jiwa militansi untuk menghabiskan waktu lebih lama
di kantor DPMPPTSP walau sudah melewati jam pualang kerja saat ada tugas
yang diberikan atau bila pemimpin bidangnya belum pulang. Hubungan antar
pegawai juga terbuka, juga melalui media “Whatsapp” komunikasi di seluruh
bidang tetap dapat dijaga sehingga mencega kesalahan dan keterlambatan
informasi (Observasi. Agustus-November 2017. Wawancara. Staf IT dan Staf
honorer DPMPPTSP. 20 Oktober 2017)

3.1.2. Kejelasan Informasi


Informasi yang sudah ditransmisikan bisa saja tidak dipahami oleh
implementor karena pesan yang disampaikan “rancu” atau tidak jelas. Terutama
pada saluran informasi formal, bila informasi yang diterima tidak jelas maka akan
menyebabkan terjadinya kesalahan implementasi kebijakan dan kesalahan
prosedural.

35

Universitas Sumatera Utara


Secara formal prosedur tentu sudah di komunikasi melalui Standard
Operating Procedure (SOP), namun sering dijumpai pada beberapa instansi
bahwa SOP terkadang hanya sekedar dokumen pelengkap untuk memenuhi
peraturan saja. Dokumen SOP yang tebal terkadang bahkan tidak dibaca dan
dibuat hanya dengan mencontoh atau mengutip dari instansi yang sama.
Untuk menjawab kejelasan informasi yang ada di DPMPPTSP, peneliti
melakukan wawancara mendalam dengan pejabat dan staf yang ada di
DPMPPTSP Deli Serdang apakah mereka mengerti secara jelas tentang kebijakan
dan prosedur yang ada dan menjadi Tupoksi mereka.
Kejelasan informasi untuk pelaksanaan pelayanan secara elektorinik
sangatlah baik. secara yuridis kebijakan Pepres No. 97 Tahun 2014 sangatlah jelas
dan tidak menimbulkan makna lain dan di perkuat lagi dengan Perbup Deli
Serdang No. 2233 tahun 2016. Untuk komunikasi secara organisasi juga sudah
dilakukan dengan mengadakan workshop antar pemeritah pusat dengan PTSP
yang ada di seluruh Indonesia. Tidaklah sulit menerjemahkan pesan dari
pemerintah pusat. Secara sederhana pesan dari kebijakan yang ingin disampaikan
kepada implementor adalah agar PTSP di seluruh Indonesia membuat situs untuk
melaksanakan pelayanan kepada pengguna jasa dengan tingkatan minimum
adalah publish lalu ditingkatkan hingga sampai tingkat transaksi.
Prosedur sangat penting bagi DPMPPTSP untuk dimengerti oleh setiap
staf karena perizinan memiki prosedur yang tidak boleh dilanggar. Walau E-
governemt memudahkan pekerjaan administrasi namun prosedur pekerjaan tidak
diubah sama sekali dengan yang lama, hanya “cara” mengerjakannya
(Wawancara. Kepala DPMPPTSP dan Staf IT, 9 November 2017).
Para staf IT yang membangun website perizinan menunjukkan bahwa
mereka paham tujuan-tujuan dan standar yang diinginkan untuk dicapai oleh
pemerintah untuk DPMPPTSP. “semua website PTSP pasti sedikitnya berisikan
kayak yang di Pepres, program di website dari Kominfo juga sudah disediakan
bagian-bagian seperti itu” (Wawancara dengan Staf IT, 13 Oktober 2017).

36

Universitas Sumatera Utara


3.1.3. Konsistensi
Konsistensi komunikasi pada implementasi E-government di DPMPPTSP
dilihat peneliti melalui jalur komunikasi yang terbentuk di DPMPPTSP sampai
dengan pemerintah pusat yang memiliki dan mengeluarkan kebijakan. Apakah
kebijakan E-government ini konsisten dari waktu ke waktu atau pemerintah
“galau” menerapkannya sehingga terjadi perubahan-perubahan pada kebijakan
dan prosedurnya.
Konsistensi diukur bukan hanya dengan tidak adanya perubahan yang
berbeda dengan pesan yang sebelumnya, tetapi juga dilihat dari intensitasnya.
Pesan yang dikirimkan pada saluran komunikasi di DPMPPTSP adalah konsisten.
Tidak ada perubahan yang “rancu” dengan pesan-pesan yang dikirmkan terutama
pesan dari atasan ke bawahan (Wawancara. Kasubag. Perencanaan dan Program
DPMPPTSP. 24 Oktober 2017).
PTSP dibentuk untuk menyatukan izin yang tadinya tersebar di beberapa
dinas, badan, atau lembaga pemerintah lainnya yang ada di daerah. Tujuannya
adalah untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan perizinan sehingga
tidak perlu pergi ke beberapa tempat. Penyerahanan wewenang ini sudah
dikomunikasikan pada oleh kementrian dan dalam ruang lingkup Deli Serdang
sudah dikomunikasi oleh bupati dan jugatelah di keluarkan kebijakan Perbup Deli
Serdang Nomor 2029 Tahun 2016 yang menyerahkan wewenang perizinan ke
DPMPPTSP Deli Serdang. Namun, ada instansi pemerintah yang belum juga
menyerahkan wewenangnya kepada DPMPPTSP (wawancara dengan Kasubag.
Perencanaan dan Program DPMPPTSP, 24 Oktober 2017) yang menunjukkan
sikap resistensi yang selanjutnya akan di bahas pada bagian disposisi.
Pemerintahpun secara konsisten melihat perkara ini untuk tetap melaksanakan apa
yang sudah direncakan dan terus melakukan komunikasi agar instansi tersebut
segera menyerahkan perizinannya ke DPMPPTSP Deli Serdang dan sudah
menyurati dan mengeluarkan edaran secara formal (Wawancara. kepala
DPMPPTSP. 9 November 2017).

37

Universitas Sumatera Utara


3.2. Sumber Daya
Tidak menjadi masalah bagaimana jelas dan konsisten implementasi
program dan bagaimana akuratnya komunikasi dikirim jika personel yang
bertanggungjawab untuk melaksanakan program kekurangan sumber daya dalam
melakukan tugasnya. Edaward III (1980:11) mengkategorikan sumber daya
organisasi terdiri dari “Staff, information, authority, facilities, building,
equipment, land, and supplies” yang peneliti sederhanakan menjadi 3 bagian saja
yaitu staf atau sumber daya manusia, kewenangan dan infrakstruktur dan
anggaran. Fasilitas, gedung, peralatan, tanah dan suplai dibahas dalam
infrasturktur. Sedangkan informasi adalah bagian dari komunikasi yang sudah
dibahas pada bagian sebelumnya. Informasi adalah pesan yang dikirimkan dan
didapat melalui komunikasi. Bila komunikasinya baik dan terbuka maka berarti
informasi yang dimiliki juga baik.

3.2.1. Sumber Daya Manusia


Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
(DPMPPTSP) Deli Serdang didukung oleh aparatur dengan jumlah personil
sebanyak 68 (Enam Puluh Delapan) orang terdiri dari 40 (Empat Puluh) orang
pegawai negeri sipil (PNS) dan 28 (Dua Puluh Delapan) orang pegawai honorer
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan Pegawai Negeri Sipil pada DPMPPTSP
No. Pendidikan Jumlah
1 Pascasarjana (S2) 5
2 Sarjana (S1) 20
3 Diploma 3 (D3) 4
4 SLTA 11
Jumlah 40
Sumber: DPMPPTSP 2017

Pegawai di DPMPPTSP hampir 75% berpendidikan tinggi. Pendidikan ini


adalah bagian penting untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

38

Universitas Sumatera Utara


tersedia. Dengan angka tersebut, dapat dikatakan DPMPPTSP memiliki pegawai
yang cukup baik bila dilihat dari jenjang pendidikan pegawainya.
Tabel 4.2
Disiplin Pendidikan Pegawai Negeri Sipil pada DPMPPTSP
No. Pendidikan Jumlah
1 Hukum 3
2 Administrasi 8
3 Ekonomi 5
4 Pemerintahan 3
5 Sosial 2
6 Pertanian 1
7 Tehnik 5
8 Informatika / komputer 2
Jumlah 29
Sumber: DPMPPTSP 2017

Selain tingkat pendidikannya, disiplin ilmu juga merupakan hal penting


untuk menentukan kualitas SDM. Suatu bidang akan berjalan dengan baik bila
dilaksanakan oleh yang memiliki ilmu dan pemahaman di bidang tersebut. Right
man on the right place do the right job. Disiplin ilmu yang dimiliki oleh pegawai
DPMPPTSP sebagian besar berasal dari ilmu administrasi, pemerintahan, hukum
dan ekonomi. Disiplin ilmu yang tentu saja sesuai dengan kembutuhan untuk
mengurus perizinan dan permodalan di DPMPPTSP. Namun untuk mendukung E-
government juga diperlukan sarjana dengan disiplin ITK, hal yang sangat kurang
dimiliki oleh DPMPTSP secara kuantitas. Untuk itu DPMPPTSP mengkontrak 4
orang untuk pengembangan aplikasi E-government yang ada di DPMPPTSP
(Wawancara. Kasubag. Perencanaan dan Program. 24 Oktober 2017)

39

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3
Pegawai Honorer pada DPMPPTSP
No. Jabatan Jumlah
1 Bagian Data 1
2 Bagian Program 1
3 Keuangan 1
4 Umum 1
5 Front Office 5
6 Bagian Data 2
7 Sekretariat 1
8 Back Office 8
9 Senior Officer 2
10 Staf IT 2
11 Kebersihan 3
12 Penjaga Malam 1
Jumlah 28
Sumber: DPMPPTSP 2017

Staf IT DPMPPTSP adalah terdiri dari 4 orang yang memiliki kemampuan


untuk berkarya dan berinovasi. perkembangan yang ingin dicapai selanjutnya
adalah integrasi dengan badan atau lembaga pemerintah lainnya yang dapat
membantu proses verifikasi berkas sehingga pengguna jasa tidak perlu datang lagi
ke kantor DPMPPTSP. Integrasi ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar
karena perlu disepakati bersama bagaimana cara pertukaran data dan membangun
aplikasi yang mendukung hal tersebut. Staf IT juga mau membuat aplikasi survei
untuk mendukung kinerja unit lapangan. Diakui oleh mereka banyak sekali
tantangan dalam mengembangkan pelayanan secara elektoronik dan perlu waktu
yang tidak sebentar (Wawancara. Staf IT. 24 Oktober 2017).
Untuk pengembangan aplikasi saat ini DPMPPTSP memiliki Staf IT yang
sangat baik dan berpengalaman untuk mengembangkan aplikasi perizininan yang
diserahkan oleh Kementrian Kominfo. Hal ini juga mendapat apresiasi oleh KPK
dengan melaksanakan kerjasama dengan DPMPPTSP Deli serdang menjadi
percontohan bagi PTSP lainnya di Indonesia. Namun menurut Sub. Bagian

40

Universitas Sumatera Utara


Perencanaan dan Program (Wawancara. 24 Oktober 2017), jumlah staf di
DPMPPTSP saat ini masih kurang secara kuantitas.
Hasil wawancara dengan Staf DPMPPTSP menyatakan bahwa masalah
utama staf DPMPPTSP adalah skill yang dimiliki oleh beberapa pegawai yang
belum cukup baik terutama dalam mengoperasikan komputer juga diperburuk
dengan adanya oknum yang keluar dari Tupoksinya untuk “ikut-ikutan” mengurus
perizinan sehingga meninggalkan tugas pokoknya (tidak tertib). Peningkatan skill
yang diperlukan dan juga penertiban oknum akan sangat membantu dalam proses
kerja di DPMPPTSP Deli Serdang (Wawancara, 13 November 2017).

3.2.2. Kewenangan
Kewenangan juga merupakan sumber daya yang sangat penting.
Kewenangan secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
membuat keputusan yang harus dipatuhi dengan leluasa.
Pemerintah Indonesia sejak tahun 2003 telah mengeluarkan kebijakan
tentang penerapan E-government dalam bentuk Instruksi Presiden Nomor 3 tahun
2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government
untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi didalam proses
pemerintahan dan menciptakan pemerintahan Indonesia berbasis informasi yang
menyebabkan setiap pemerintah baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah
untuk berlomba-lomba mengintroduksi teknologi informasi kedalam
organisasinya seperti dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah untuk mampu mengurus administrasi secara mandiri namun
terintegrasi.
Terbentuknya Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 23 November
2016 adalah salah satu perwujudan dari penataan kembali Sususan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah yang telah disusun sebelumnya dalam Peraturan
Daerah Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang dan telah diubah dengan
Peraturan Derah Kabupaten Deli Serdang Nomor 1 Tahaun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007

41

Universitas Sumatera Utara


Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Deli Serdang, dengan Nomenklatur sebelumnya Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) yang terbentuk pada tanggal 04 Januari 2016.
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Deli Serdang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Deli Serdang
Nomor 2333 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah. Memiliki tugas melaksanakan
koordinasi kebijakan daerah dan pelayanan di bidang perizinan usaha dan
perizinan non usaha secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan simplikasi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati.
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Deli Serdang merupakan unsur pendukung tugas Bupati Kabupaten Deli Serdang
bidang pelayanan perizinan dan penanaman modal, dipimpin oleh kepala dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Deli Serdang
melalui sekretaris daerah. Dinas yang awal mulanya adalah Badan ini berubah
menjadi dinas pada tahun 2016 berdasarkan Peraturan Bupati Deli Serdang
Nomor 2333 Tahun 2016.
Berdasarkan Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 2029 Tahun 2016
Tentang Pelimpahan Kewenangan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
Kepada Dinas Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Deli Serdang diberikan kewenangan 31 jenis pelayanan. Namun, pada
sampai tanggal 6 Januari 2018 berdasrkan website resmi DPMPPTSP baru ada 16
pelayanan yang ditampilkan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa SKPD yang
belum melengkapi dan menyerahkan komponen yang diperlukan agar pelayanan
perizinan dan non-perizinan tersebut dapat di kelola oleh DPMPPTSP
(Wawancara. Kepala DPMPPTSP dan Kasubag Perencanaan dan Program. 9
November 2017).
Pada tahun yang sama yaitu 2016, selain dari Perbup Deli Serdang No.
2029 ada juga Perbup Deli Serdang No. 1171 yang terbit dengan isi pokok yang
sama yaitu pendelegasian kewenangan penyelenggaraan dan pengandatangan
perizinan kepada kepala DPMPPTSP. Perbup No. 1171 disahkan pada 7 Juni

42

Universitas Sumatera Utara


2016 yang berisikan pelimpahan wewenang sebanyak 13 jenis izin sedangkan
Perbup No. 2029 disahkan pada 23 November 2016 yang berisikan pelimpahan
wewenang sebanyak 31 Jenis izin. Seluruh izin yang didelegasikan pada Perbup
No. 1171 sudah seluruhnya dapat dikelola oleh DPMPPTSP ditambah 4 izin dari
Perbup No. 2029 yang saat ini sudah dapat ditangai oleh DPMPPTSP, namun 14
izin sisasnya belum dapat di proses di DPMPPTSP karena belum diserahkan oleh
SKPD terkait yaitu diantaranya Dinas pertanian, Badan lingkungan Hidup, Dinas
PUPR, dan Dishub. Untuk mempercepat proses pelayanan terpadu sudah di
terbitkan edaran menteri dan perintah oleh bupati untuk selambat-lambatnya awal
tahun 2018 seluruh wewenang yang di delegasikan dalam Perbup No. 2029 dapat
dilaksanakan 100% oleh DPMPPTSP (Wawancara. Kepala DPMPPTSP. 9
November 2017).
Wewenang yang diberikan kepada DPMPPTSP berdasarkan Perbup Deli
Serdang No. 2233 Tahun 2016 adalah dapat menandatangai atau menyetujui
perizinan yang di delegasikan. Perizinan yang tadinya ditandatangini oleh bupati
diserahkan kepada kepala DPMPPTSP. Izin yang tadinya harus diurus melalui
SKPD-SKPD terkait namun bermuara ke kantor bupati menjadi hanya diolah oleh
satu dinas tanpa perlu lagi tanda tangan bupati namun tetap terintegrasi dengan
SKPD terkait adalah inti dari PTSP (Wawancara. Kepala DPMPPTSP. 9
November 2017).
Hasil observasi dan wawancara dengan salah satu oknum yang ada di
DPPMPPTSP menunjukkan bahwa wewenangan itu belum berjalan sepenuhnya.
Pada beberapa izin terutama yang melibatkan fungsi lahan, DPMPPTSP harus
tetap berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
dikarenakan tidak adanya Perda Tata Ruang yang menjadi landasan hukum untuk
menentukan fungsi lahan sehingga pengurursan izin memerlukan surat
rekomendasi dari PUPR. Hal tersebut membuat proses perizinan menjadi kurang
efisien karena memerlukan waktu tambahan untuk berkoordinasi dengan dinas
tersebut.
Kewenangan lainnya yang dimiliki oleh DPMPPTSP Deli Serdang adalah
untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Yaitu diberikan kebebasan untuk
berinovasi memunculkan produk E-government yang dianggap diperlukan oleh

43

Universitas Sumatera Utara


DPMPPTSP sendiri. Kewenangan ini penting karena DPMPPTSP selaku instansi
yang melaksanakan tugas tentu lebih paham apa yang perlu dilakukan untuk
mempercepat dan memperbaik pelayanannya.
Pada pelaksanaan proses perizinan di DPMPPTSP terdapat kendala
mengenai dasar hukum ini yaitu tidak adanya Perda tata ruang di Deli Serdang.
Hal ini secara langsung mengakibatkan proses perizinan terhambat terutama pada
izin penggunaan lahan. DPMPPTSP tidak dapat secara mandiri mengeluarkan izin
penggunaan lahan karena harus menunggu izin dari Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (PUPR) untuk pemanfaatan lahan. Seandainya saja Perda tata
ruang ada, maka DPMPPTSP tidak perlu melakukan koordinasi lagi dengan Dinas
PUPR yang memakan waktu sehingga kurang efisien karena menambah waktu
proses perizinan (Wawancara. oknum di DPMPPTSP).
Permasalahn lainnya adalah juga belum adanya SK Bupati tentang unit
pelaksa teknis, yaitu satuan kerja yang terdiri dari beberapa SKPD guna untuk
mengkoordinir DPMPPTSP dengan SKPD terkait guna meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Ini membuat kerja para petugas lapangan terhambat
permasalah landasan hukum. Namun, SK Bupati tersebut hanya tinggal menunggu
waktu perampungan nama dari tiap SKPD (Wawancara. Kepala DPMPPTSP. 9
November 2017).
Kebijakan yang menjadi landasan wewenang dari DPMPPTS menurut
peneliti sudahlah cukup baik. Kebijakan sudah dapat menjadi medium komunikasi
bagi implementor untuk mengerti tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui
pelayanan secara elektronik. Pemerintah juga melalui Kementrian Kominfo
mengeluarkan aplikasi untuk digunakan oleh PTSP yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing PTSP. Tinggal bagaimana
setiap PTSP berlomba untuk meningkatkan pelayanannya sehingga harapan
kepala DPMPPTSP Deli Serdang agar tidak terjadi lagi kontak antara pengguna
jasa dengan penyedia jasa dapat tercapai.

3.2.3. Infrastruktur dan Anggaran


Anggaran dalam DPMPPTSP Deli Serdang pada tahun 2017 tidak
dipersiapkan untuk aplikasi perizinan online yang dipelopori oleh Kementrian

44

Universitas Sumatera Utara


Kominfo karena masuk saat pertengah masa anggara. Hal ini otomatis membuat
masalah cukup besar di DPMPPTSP dalam hal mempersiapkan fasilitas yang
dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang diinginkan. Ketidaksiapan
anggaran ini dapat dilihat dari tidak adanya genset dan kurangnya fasilitas
komputer atau laptop. Saat mewawancarai Staf IT Ade Tri Putra menanyakan
tentang kendala yang dialami, listrik tiba-tiba saja padam. Menurut pengakuat staf
IT tersebut listrik yang padam adalah kendala nomor 1 di DPMPPTSP untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat (Wawancara. 11 Oktober 2017). Saat
listrik padam, otomatis semua pelayanan perizinan tidak dapat berjalan karena
internet dan komputer yang digunakan tidak dapat beroperasi sedangkan
pelayanan harus menggunakan ke-2 item tersebut karena pelayanan secara manual
sudah ditinggalkan.
Menurut Edward III (1980:11) “Ketersedaan infrastruktur teknologi
informasi yang memadai karena fasilitas ini merupakan 50% dari kunci
keberhasilan penerapan konsep E-government”. Infrastruktur (hardwere) yang
dimiliki oleh DPMPPTSP saat ini sudahlah mencukupi, hal ini ditunjukkan
dengan tidak adanya masalah dalam menjalankan proses perizinan online.
Jaringan internet, Wifi, CCTV, finger print, laptop, komputer, printer, server,
gedung, dan lain sebagainnya telah ada di DPMPPTSP. Meskipun mencukupi
namun fasilitas pegawai di DPMPPTSP ini perlu ditingkatkan lagi dengan
mengadakan genset dan laptop (Observasi dan Wawancara. Seluruh informan, 9
November 2017).
Infrastruktur pendukung dalam pengembangan E-government yang
dimaksud pada Standar Operasional Prosedural (SOP) perizinan online pada
kantor DPMPPTSP yakni seperti komputer, printer, scanner, jaringan internet atau
e-office, kamera serta mesin finger (Observasi, 25 Oktober 2017) .

45

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.7
Suasana Front Office DPMPPTSP

Sumber : Foto oleh Peneliti, 2017

Hasil observasi menunjukkan bahwa seluruh fasilitas untuk front office


memang sudah lengkap seperti pada Gambar 4.7. Ruangan pelayanan di perizinan
cukup nyaman, tempat duduk yang cukup serta menggunakan AC. Untuk
menghibur juga disediakan TV.
Dapat disimpulkan bahwa sumberdaya yang dimiliki oleh DPMPPTSP
deli serdang mencukupi, namun perlu ditingkatkan lagi terutama pada bidang
fasilitas dan kualitas sumber daya manusianya.

3.3. Disposisi
Disposisi dalam melaksanakan perizinan online di PTSP harus dilihat
secara luas karena dalam implementasinya disposisi dari PTSP sebagai implemtor
tidaklah cukup untuk memastikan pelaksanaan pelayanan berjalan dengan baik.
disposisi secara garis besar ini melibatkan pemerintah pusat dan daerah; SKPD
yang terlibat dalam penyerahan kewenangan; dan DPMPTSP Deli Serdang.
Pemerintah pusat diwakilkan oleh Kementrian Kominfo sudah
menunjukkan kesadarannya dengan mengeluarkan aplikasi SiCantik yang menjadi
dasar aplikasi di PTSP. Pemerintah pusat juga mendorong dengan mengeluarkan
edaran untuk mempercepat proses bagi SKPD yang belum juga menyerahkan
dokumen kepada PTSP agar dapat ditindaklanjuti.

46

Universitas Sumatera Utara


Bupati Deli Serdang dalam hal ini mendukung penuh DPMPTSP untuk
lebih maju lagi. Dukungan tersebut dibuktikan dengan penganggaran 3,4 Miliar
Rupiah untuk membangun gedung baru DPMPPTSP guna meningkatkan
pelayanan dan kenyamanan pegawai (Wawancara. Kepala DPMPPTSP. 9
November 2017).
DPMPPTSP tentang hasil temuan tidak adanya Perda tata ruang yang
menyulitkan pengambilan keputusan oleh Kepala DPMPPTSP untuk menyetujui
izin, DPRD Deli Serdang saat ini sudah menyusun kepanitian untuk “menggodok”
Perda tata ruang. Ini adalah hal positif mengingat berdasarkan hasil temuan
peneliti Perda ini sudah lama deadlock hingga puluhan tahun lamanya. Bila Perda
tata ruang tersebut sudah selesai dan disahkan maka dapat dijadikan landasan
bahwa disposisi pemerintah daerah adalah mendukung pelayanan secara terpadu
di DPMPPTSP Deli Serdang dengan respon yang intensif (Wawancara. Oknum
DPMPPTSP).
Permasalahan timbul di SKPD yang wewenangnya diambil alih oleh
DPMPPTSP. Meskipun menurut Kepala DPMPPTS (wawancar, 9 november
2017) bahwa DPMPPTSP tidak mengambil kewenangan dari SKPD terkait karena
yang memiliki kewenangan adalah bupati namun pintu masuk dalam proses
perizinan sebelum adanya PTSP adalah SKPD tersebut. SKPD yang belum
menyerahkan kelengkapan dokumen ke DPMPPTSP diantaranya Dinas pertanian,
Badan lingkungan Hidup, Dinas PUPR, dan Dishub. Namun Bupati Deli Serdang
telah menginstruksikan bahwa akhir 2017 SKPD terkait harus sudah melengkapi
dokumen kepada DPMPPTSP (Wawancara. oknum DPMPPTSP).
Berdasarkan pengakuan Kasubbag. Perencanaan dan Program
(Wawancara, 11 November 2017) DPMPPTSP ditunjuk melalui surat oleh KPK
(foto surat terdapat pada lampiran 3) untuk menjadi percontohan PTSP di daerah
lainnya di Indonesia adalah bukti bahwa ada keinginan lebih untuk menjadi lebih
baik dengan berinovasi. Aplikasi yang dari Kementrian Kominfo ditingkatkan lagi
oleh DPMPPTSP Deli Serdang menjadi Seri Deli lalu di bagikan secara cuma-
cuma kepada 39 kabupaten/kota lainnya dan juga DPMPPTSP Deli Serdang ikut
mengawal dan membantu perkembangan aplikasi di kabupaten/kota tersebut
dengan menjalin komunikasi yang intens melalui sarana telekomunikasi dan

47

Universitas Sumatera Utara


pembentukan grup Whatsapps agar sesama PTSP yang mengikuti workshop dapat
bertukar informasi dalam hal aplikasi perizinan. Pada tahun 2018 juga akan
diadakan lagi workshop yang sama dengan peserta lebih banyak (Wawancara.
Kepala DPMPPTSP. 9 November 2017).
Disposisi DPMPPTSP untuk implementasi E-government adalah untuk
kepentingan pelayanan yang baik. DPMPPTSP juga menginginkan perkembangan
aplikasi untuk memisahkan kontak antara pemohon dengan pegawai yang saat ini
masih terjadi untuk menghindari korupsi, kolusi, dan nepotisme (Wawancara.
Kepala DPMPPTSP 9 November 2017). Strategi ini sebenarnya juga bukan yang
pertama dilakukan oleh PTSP. Seperti yang dilakukan oleh PTSP Pemkot
Bandung, PTSP tersebut telah sukses melakukan hal tersebut. bahkan penerimaan
berkas tidak lagi dilakukan di Kantor PTSP melainkan di kirim via pos
(Observasi. 25 Oktober 2017).
Rencana jangka panjang yang ingin dilakukan oleh Kepala DPMPPTSP
Deli Serdang juga senada dengan yang disampaikan oleh Staf IT, yaitu “arah kita
kedepan itu integrasi dulu, jadi nanti bisa masukkan berkas tanpa ke Kantor. Kan
kita tidak tau berkas itu asli atau palsu kalau tidak di konfirmasi sama yang
mengeluarkan berkas” (Wawancara dengan Staf IT. 24 Oktober 2017). Untuk
tehnis dilapangan, staf IT juga merencanankan pembuatan E-survey yang nantinya
akan dipakai oleh petugas survei.
DPMPPTSP menyadari bahwa ada daerah-daerah yang lebih baik dalam
melaksanakan perizinan online oleh karena itu tiap-tiap daerah harus saling
bekerjasama dan saling membantu untuk meningkatkan kualitas pelayanan
perizinan di seluruh daerah di Indonesia. DPMPPTSP juga dalam hal
perbandingan ini tidak hanya berusaha untuk meningkatkan kualitas di dinasnya
sendiri, melainkan juga membantu PTSP lainnya. Hal ini dibuktikan dengan
melaksanakan Workshop Aplikasi Perininan dari Kabupaten/Kota Serta
Penandatanganan Pakta Kerjasama Pengembangan dan Penyerahan Source Code
Seri Deli dengan 39 Kabupaten / Kota. Workshop ini adalah penyerahan Seri Deli,
yaitu aplikasi SiCantik dari Kementrian Kominfo yang telah dikembangkan oleh
DPMPPTSP Deli Serdang kemudian selama 9 hari diberikan pelatihan bagaimana
menggunakannya. Tentu ini sangat membantu daerah-daerah yang memiliki

48

Universitas Sumatera Utara


keterbatasan sumber daya untuk mengolah lagi aplikasi dari Kementrian Kominfo
dan meningkatkan kolaborasi pembangunan perizinan online. Workshop ini juga
akan dilakukan kembali pada tahun 2018 dengan jumlah kabupaten/kota lebih
banyak lagi.

3.4. Struktur Birokasi


Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari
struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-
pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang
mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka
miliki dam menjalankan kebijakan (Annisa, 2011: 31).
Struktur Birokrasi merupakan faktor yang fundamental untuk mengkaji
implementasi kebijakan publik. Menurut Edward III dalam Winarno (2005:150)
terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni: “Standard Operational
Procedure (SOP) dan fragementasi”.

3.4.1. Standard Operational Procedure


Standar Operasional Prosedur (SOP) bukanlah hal asing untuk organisasi
pemerintah. DPMPPTSP telah memiliki SOP dengan jaminan mutu ISO
9001:2015. Tentu SOP adalah hal yang wajib dijumpai di instansi pemerintah
manapun juga termasuk di DPMPPTSP Deli Serdang. SOP di DPMPPTSP pada
dasarnya adalah SOP yang diserahkan oleh SKPD-SKPD terkait yang dulunya
mengurus perizinan. SOP DPMPPTSP hanya mengalami perubahan kecil pada
beberapa bagian saja yaitu salah satunya pada bagian penandatangan izin oleh
bupati menjadi penandatangan izin oleh Kepala DPMPPTSP. SOP juga tidak
mengalami perubahan dengan hadirnya pelayanan secara elektronik. Tidak ada
perubahan prosedur sama sekali hanya cara kerjanya saja yang sedikit berbeda
seperti penandatangan izin oleh Kepala DPMPPTSP tidak perlu “basah”, namun
sudah bisa melalui “telepon cerdas” milik Kepala DPMPPTSP. Lalu juga ada
perubahan cara pendaftaran yang tadinya dilakukan oleh pegawai kini dapat
dilakukan oleh pengguna jasa.

49

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.8
Foto Dokumen SOP DPMPPTSP

Sumber : Foto oleh Peneliti, 2017

Untuk mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta


memperpendek proses pelayanan, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Perpres
No. 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Pepres ini menyatukan proses pengelolaan pelayanan perizinan dan non-perizinan
yang tadinya terpisah di beberapa lembaga atau kementrian menjadi hanya
dikelola oleh satu badan. Pada Bab V Pasal 17 dijelaskan bahwa
penyelenggaraaan perizinan dan non-perizinan oleh PTSP wajib menggunakan
Pelayanan Secara Elektronik (PSE), bahkan di dalamnya sudah diatur kriteria
minimun yang harus dimiliki PSE, yaitu : potensi dan peluang usaha; perencanaan
umum penanaman modal; pelaksanaan promosi dan kerjasama ekonomi;
perkembangan realisasi penanaman modal; daftar bidang usaha tertutup dan
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan; jeis, persyaratan teknis,
mekanisme penelusuran posisi dokumen pada setiap proses, biaya, dan waktu
pelayanan; tata cara layanan pengaduan; dan hal-hal lain yang diatur dalam Perpu.
SOP sangat mungkin dapat menjadi kendala bagi implementasi kebijakan
baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan. Dengan begitu, semakin besar
kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang lazim dalam
suatu organisasi, semakin besar pula probabilitas SOP menghambat
implementasi (Winarno, 2005: 152).

Kendala tersebut di DPMPPTSP Deli Serdang sendiri belum dapat jumpai


karena memang pelayanan secara elektronik di DPMPPTSP belum terlalu jauh
dari pelayanan secara manual atau masih menggunakan model campuran antara

50

Universitas Sumatera Utara


cara pengerjaan elektronik dan manual yaitu baru beberapa hal saja yang cara
pengerjaannya berubah menjadi dikerjakan melalui komputer. Namun bila
pelayanan secara elektoronik sudah tercapai seperti yang diinginkan oleh
DPMPPTSP Deli serdang yaitu dengan tidak adanya kontak langsung antara
penyedia jasa dan pengguna jasa (Wawancara. Kepala DPMPPTSP. 9 November
2017) SOP juga tidak akan berubah sama sekali karena yang masih dikerjakan
melalui mekanisme manual adalah verifikasi berkas dan survei yang tentu hanya
cara mengerjakannya saja yang berubah bukan prosedurnya.

3.4.2. Fragmentasi
Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan
kebijakan adalah fragmentasi. Edward III dalam Winarno (2005:155) menjelaskan
bahwa “fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan
kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”. Pada
umumnya, semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan, semakin berkurang kemungkinan keberhasilan program atau kebijakan.
Hal ini cukup menarik dalam pelaksaan pelayanan terpadu yang secara sederhana
dapat dikatakan mengambil alih tugas di beberapa badan/lembanga namun harus
tetap berkoordinasi dengan badan/lembaga tersebut.
Kepala DPMPPTSP Deli Serdang mengatakan bahwa DPMPPTSP hanya
mengeluarkan izinnya saja namun pengawasan dan pembinaan tetap berada di
dinas-dinas terkait (Wawancara. 9 November 2017). Koordinasi ini juga memiliki
garis koordinasi yang sama rata atau dengan kata lain tidak ada yang lebih tinggi
atau lebih rendah sehingga bisa saja menimbulkan konsekuensi yang merugikan
seperti yang disampaikan Winarno (2005:154) apabila fragmentasi dipandang
sempit oleh beberapa pihak yaitu pertama, “tidak ada otoritasi yang kuat dalam
implementasi kebijakan karena terpecahnya fungsi-fungsi tertentu ke dalam
lembaga atau badan yang berbeda-beda. Di samping itu, masing-masing badan
mempunyai yuridiksi yang terbatas atas suatu bidang, maka tugas-tugas yang
penting mungkin akan terlantarkan dalam berbagai agenda birokrasi yang
menumpuk. Kedua, pandangan yang sempit dari badan yang mungkin juga akan
menghambat perubahan. Jika suatu badan mepunyai fleksibilitas yang rendah

51

Universitas Sumatera Utara


dalam misi-misinya, maka badan itu akan berusaha mempertahankan esensinya
dan besar kemungkinan akan menentang kebijakan-kebijakan baru yang
membutuhkan perubahan.
Bila sumberdaya cukup untuk melaksanakan suatu kebijakan dan para
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, implementasi masih gagal
apabila struktur birokrasi yang ada menghalangi koordinasi yang diperlukan
dalam melaksanakan kebijakan. Kebijakan yang komplek membutuhkan
kerjasama banyak orang, serta pemborosan sumberdaya akan mempengaruhi
individu dan secara umum akan mempengaruhi sistem dalam birokrasi.
Menurut Lester dan Stewart (2000: 87-98) Impelementasi kebijakan dapat
dilihar dari proses, output, dan outcomes. Dalam hal proses, implementasi
merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang diarahkan agar peraturan
yang ada dapat menghasilkan suatu efek, dalam hal output, implementasi dapat
dipahami sebagai sejauh mana tujuan suatu program didukung, seperti tingkatan
pengeluaran yang dikomitmenkan untuk sebuah program atau jumlah pelanggaran
yang diterbitkan agar ada kepatuhan terhadap petunjuk pelaksanaan suatu
program. Dalam hal outcomes, dapat dipahami bahwa hasil impelmentasi
menyiratkan bahwa telah ada beberapa perubahan yang terukur pada masalah
yang lebih besar yang telah ditangani oleh program tersebut.
Koordinasi pada DPMPPTSP dengan SKPD-SKPD lainnya dilakukan
dengan membentuk unit pelaksana teknis yang terdiri dari staf SKPD terkait.
Koordinasi ini dilakukan dengan cara anggota yang berasal dari SKPD tersebut
menjadi medium komunikasi antar DPMPPTSP dengan SKPD, lalu melaporkan
data kepada SKPD tersebut sehingga bila izin dikeluarkan oleh DPMPPTSP maka
SKPD tersebut sudah memiliki data sehingga dapat melakukan pengawasan dan
pembinaan (Wawancara. Kasubag. Perencanaan dan Program, 24 Oktober 2017).
Proses koordinasi yang dilakukan dengan melakukan pola seperti yang dijelaskan
berjalan dengan lancar dan baik. tantangan yang akan dihadapi pada fragementasi
adalah menghadapi koordinasi dengan SKPD yang akan dan/atau baru saja
menyerahkan kewenangannya yang dimana komunikasi baru dibentuk.
Perubahan birokrasi ini menghasilkan pembagian tanggung jawab
(fragmentasi) antara DPMPPTSP dengan SKPD yang tadinya memiliki

52

Universitas Sumatera Utara


kewenangan untuk memproses izin di Deli Serdang. Struktur tanggung jawab
telah diserahkan oleh Bupati kepada DPMPPTSP untuk mengambil
kewenangannya dalam mengeluarkan izin yang mengakibatkan pemangkasan
waktu proses permohonan perizinan. Ada perbaikan struktur dalam hal pengolaan
perizinan di DPMPPTSP yaitu dengan penyatuan front office dan kolaborasi pada
back office.
Koordinasi perizinan di DPMPPTSP dengan SKPD Terkait adalah
pembentukan tim tehnis yang anggotanya berasal dari SKPD yang berkepentingan
dalam proses pengeluaran izin. Menurut Kepala DPMPPTSP (Wawancara. 9
November 2017) diketahui bahwa unit tehnis belum memiliki SK Bupati, namun
sudah akan dikeluarkan tahun ini atau selambat-lambatnya awal tahun 2018. Hal
ini sangat penting untuk memperjelas kedudukan tim tehnis pada struktur yang
anggotanya adalah diluar DPMPPTSP.
Kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta. E-
government adalah proyek yang sangat besar yang membutuhkan
partisipasi dari berbagai kalangan. Pemerintah akan sulit menjalankan
program e-Government tanpa partisipasi penuh dari masyarakat. Karena
itu kerjasama dengan berbagai pihak terutama yang terkait secara teknis
perlu dilakukan (Indrajit, 2007:35)

Kerjasama inilah yang baru mulai dikembangkan di DPMPPTSP Deli


Serdang. Saat ini integrasi atau kerjasama dengan instansi lain dalam pelaksanaan
perizinan baru pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS
Ketengakerjaan). Untuk mewujudkan visi penyelenggaran pelayanan perizinan
tanpa adanya kontak langsung antara pegawai dengan pemohon, maka diperlukan
integrasi dengan seluruh instansi yang berkaitan dengan proses izin yang belum
dapat diselenggara secara mandiri oleh pemohon, yaitu pada tahapan kedua
sampai kelima dari proses perizinan. Pada tahapan kedua dalam proses perizinan
terdapat banyak dokumen yang di keluarkan oleh instansi di luar DPMPPTSP
sebagai syarat untuk mengajukan perizinan. Dokumen ini belum dapat diperiksa
melalui aplikasi dikarenakan belum terintegrasi dengan instansi yang
mengeluarkannya. Untuk itu DPMPPTSP akan melakukan komunikasi yang
mengarah pada kerjasama dengan instansi-instansi yang mengeluarkan dokumen
sebagai syarat dalam permohonan izin untuk melakukan integrasi dengan data
yang mereka miliki agar proses verifikasi berkas bisa dilakukan tanpa

53

Universitas Sumatera Utara


memerlukan lagi untuk meminta berkas asli kepada pemohon (Wawancara.
Kepala DPMPPTSP. 9 November 2017).
Pada tahapan ketiga dan keempat dalam proses perizinan di DPMPTPSP
adalah survei dan pengambilan keputusan. Sangat sulit untuk menghindari kontak
pada tahapan ini dikarenakan memang seyogyanya pemohon menunjukkan
dimana lokasi yang menjadi dimohonkan izinnya. Namun dengan “dibekali” baik
penyurvei maupun pemohon dengan bekal yang cukup, kita dapat menghindari
terjadinya pungli.
Survei iya kita fasilitasi, ada uang jalannya ada kendaraannya. Kita kasih
BK merah untuk meraka. Pemohon juga kita himbau untuk terus untuk
tidak kasih uang ke meraka di koran dan di radio (Wawancara. Kepala
DPMPPTSP. 9 November 2017).

Pada tahapan ketiga dan keempat proses perizinan, untuk meningkat


akuntabilatas survei. Juga perlu dibentuk suatu aplikasi yang dapat memantau
hasil survei sehingga pemohon dapat protes bila hasil survei tidak falid dan
penyurvei juga meningkatkan akuntabilitasnya karena dapat dipantau secara
langsung kinerjanya dilapangan bila melakukan kesalahan atau pemalsuan yang
langsung dapat dilacak track record-nya.
Pada tahapan terakhir dari proses perizinan adalah pembayaran dan
pengambilan izin. Saat ini pembayaran di DPMPPTSP dapat dilakukan di Kantor
maupun melalui transfer ke Bank Sumut. Untuk menghindari kontak langsung
pada tahapan ini, beberapa PTSP melakukan kerjasama dengan jasa pengirim
seperti POS, TIKI, JNE, dan lain sebagainya. Dengan menambah kemampuan
aplikasi untuk mengkonfirmasi pembayaran melalui Bank Sumut yang juga
melibatkan integrasi dengan Bank tersebut, maka visi untuk menghilangkan
kontak langsung antara pemohon dan pegawai DPMPPTSP dapat terwujud
sepenuhnya.
Impelementasi E-government untuk pelaksaan pelayanan publik di
DPMPPTSP sudah cukup baik. Dukungan dari lembaga yang lebih tinggi dan
sederajat, kapasitas yang masih dapat ditingkatkan, dan manfaat telah dirasakan
oleh masyarakat.

54

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2014 sebagai hasil revisi dari Peraturan
Presiden No. 27 Tahun 2009 mewajibkan seluruh PTSP termasuk DPMPPTSP
Deli Serdang untuk memberikan pelayanan secara elektorinik yang sudah
dilaksanakan dengan cukup baik oleh DPMPPTSP Deli Serdang. Hal tersebut
disimpulkan dengan berbagai hasil observasi konsep-konsep yang dijadikan
peneliti untuk melihat implementasi E-government, yaitu :

 Komunikasi
Komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan penerapan E-
government di DPMPPTSP melibatkan pemerintah pusat sampai dengan SKPD di
daerah yang tugasnya diambil alih oleh DPMPPTSP. Komunikasi yang terjadi
berdasarkan hasil observasi selama penelitian, baik dari pemerintah pusat maupun
daerah berjalan sangat baik dari segi transmisi, kejelasan, dan konsistensi.
Komunikasi yang baik ini juga ditunjukkan dengan keseragamannya informasi
yang beredar sampai pada DPMPPTSP maupun di SKPD yang tugasnya diambil
alih, yaitu untuk meningkatkan pelayanan dengan cara memberikan pelayanan
secara elektronik dan meletakkan perizinan secara terpadu diolah oleh satu dinas
saja dan tetap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

 Sumber Daya
Sumber daya sering menjadi masalah utama dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah di Indonesia. Hal ini juga dirasakan dalam Implementasi E-
government di DPMPPTSP Deli Serdang. Sumber daya manusia, infrastruktur,
suprastruktur, informasi dan kewenangan telah di observasi peneliti dengan
meninggal beberapa catatan utama pada sumber daya manusia dan infrastruktur.
Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kedisiplinan kerja pegawai dan
pengadaan genset untuk memastikan tidak ada kendala dalam memberikan adalah

55

Universitas Sumatera Utara


hal yang perlu dilakukan agar konsep sumber daya ini yang dari hanya sekedar
cukup menjadi baik.

 Disposisi
Di DPMPPTSP Deli Serdang sendiri berdarsarkan observasi peneliti
secara lembaga tidak perlu dipertanyakan lagi disposisinya. Ditunjuk oleh KPK
untuk menjadi percontohan PTSP di daerah lainnya di Indonesia adalah bukti
bahwa ada keinginan lebih untuk menjadi lebih baik dengan berinovasi. Aplikasi
yang dari Kementrian Kominfo ditingkatkan lagi oleh DPMPPTSP Deli Serdang
menjadi Seri Deli lalu di bagikan secara cuma-cuma kepada 39 kabupaten/kota
lainnya dan juga DPMPPTSP Deli Serdang ikut mengawal dan membantu
perkembangan aplikasi di kabupaten/kota tersebut dengan menjalin komunikasi
yang intens melalui sarana telekomunikasi dan pembentukan grup Whatsapps agar
sesama PTSP yang mengikuti workshop dapat bertukar informasi dalam hal
aplikasi perizinan.
Disposisi untuk mengimplementasikan E-government juga melibatkan
garis birokrasi yang sama dengan konsep komunikasi, yaitu perlu diurut dari pusat
sampai dengan lembaga tehnisnya. Pada tataran pemerintah pusat bila ditarik dari
keluarnya Intruksi Presiden Tahun 2003 No. 3, terlihat bahwa sikap pemerintah
pusat yang kurang jelas. Bahkan Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2014,
pemerintah pusat baru dapat menghadirkan aplikasi untuk memberikan peleyanan
secara elektronik pada pertengahan tahun 2017. Dengan kata lain ada gap yang
cukup jauh pada implementasi E-government pada pemerintah pusat sendiri yang
mempengaruhi kinerja dari PTSP di Indonesia.
Disposisi pada tingkatan pemerintah darerah Deli Serdang sudah sangat
baik dengan di support penuhnya DPMPPTSP. Saat ditemukan temuan bahwa
tidak adanya Perda tata ruang, pemerintah bergerak cepat dan aktif. Pemda deli
serdang juga melakukan hubungan yang intens dengan KPK untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas di DPMPPTSP.
Permasalah pada disposisi adalah adanya SKPD yang terlambat
menyerahkan kewenangannya kepada DPMPPTSP.

56

Universitas Sumatera Utara


 Struktur Birokrasi
Bila sumberdaya cukup untuk melaksanakan suatu kebijakan dan para
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, implementasi masih gagal
apabila struktur birokrasi yang ada menghalangi koordinasi yang diperlukan
dalam melaksanakan kebijakan.
Koordinasi secara struktur menurut peneliti bukanlah tantangan dalam
implementasi E-goverment di DPMPPTSP. Struktur birokasi di DPMPPTSP yang
diberikan kewenangan pada Perbup Bupati Deli Serdang No. 2020 Tahun 2016
sudah memangkas birokrasi satu level dengan menyerahkan kewenangan Bupati
kepada Kepala DPMPPTSP. Pada struktur birokasi yang sudah dipangkas ini
membuat DPMPPTSP dapat secara mandiri mengeluarkan izin.

2. Saran
Setelah melakukan observasi model implementasi yang terdiri dari 4 faktor
yaitu komunikasi, disposisi, sumber daya, dan struktur birokrasi, kebijakan
implementasi E-government sudah terlaksana dengan cukup baik namun belum
pada sampai tahapan sangat baik. Ini dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan
mempercepat penyusunan dan pengesahan Perda tata ruang pada tataran Pemda
Deli Serdang; mengutamakan pengadaan genset dan komputer di DPMPPTSP;
menyediakan anggaran untuk pengembangan aplikasi di DPMPPTSP;
mempercepat penyerahan kewenangan oleh SKPD terkait secara keseluruhan
kepada DPMPPTSP agar Perbup Bupati Deli Serdang No. 2020 Tahun 2016 dapat
dilaksanakan seluruhnya.

57

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Abidin. Zainal. 2010. Kebijakan Publik. Jakarta: Balai Pustaka.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan H.M,.2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan. Publik, dan Ilmu sosial. Jakarta: Kencana Prenama Media
Group.
Devito, Joseph, A.1997. Human Communication. New York: Harper Collinc.
Edward III, George C. 1980. Implementing public policy. Washington DC:
Congressional Quartely Press.
Hill, Michael dan Peter Hupe. 2002. Implementing Public Policy: Governance in
Theory and in Practice. London: SAGE Publications.
Indrajit, Richardus Eko. 2006. Electronic Government Konsep Pelayanan Publik
Berbasis Internet dan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.
Indrajit, Richardus Eko. 2007. Electronic Government in Action: Strategi
Implementasi di Berbagai Negara. Yogyakarta: Andi.
Lester, James P. dan Joseph Stewart. 2000. Public Policy: An Evolutionary
Approach Belmont: Wadsworth.
Lee, Nag Yeon dan Kwangsok Oh. e-Government Applications. Korea: United
Nation Asian and Pacific Training Centre for Information and
Communication Technology for Development (UN-APCICT).
Lembaga Administrasi Negara. 2003. SANKRI: Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Volume 2. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2006. SANKRI: Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Buku III. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantara. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

58

Universitas Sumatera Utara


Neuman. 2007. Social Research Methods. London: Pearson Education.
Ragani, A. Fifi Nurindah. 2016. Penerapan Electronic Government Pada Kantor
Imigrasi Kelas I Makassar. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Rianto, Budi, dan Tri Lestari. 2012. Aplikasi E-government dalam Pelayanan
Publik. Surabaya: Putra Media Nusantara.
Rogers, Everett M. dan Rekha Agarwala-Rogers. Communication in
Organizations. Michigan: Free Press.
Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan,
dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Singrimbung, Masri. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
United Nations, 2016. E-Government Survei 2016. New York: United Nations.
Wibawa, Samodra, dkk. 1994. Evaluasi Keijakan Publik. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Wirtz, Bernd W dan Peter Daiser. 2015. E-Government Strategy Process
Instruments. Leipzig: Deutsche National bibliothek.

Jurnal :
Asima, Yanti Siahaan. 2017. Challenges in Developing E-Government for Good
Governace in North Sumatra
Annisa, Citra. 2011. Implementasi E-Government Melalui Bursa Kerja Online
Pada Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Skripsi: Universitas
Indonesia.
Hartono, dkk. 2010. Electronic Government Pemberdayaan Pemerintahan Dan
Potensi Desa Berbasis Web. Jakarta : Jurnal Teknologi Informasi, Volume
6 Nomor 1.

59

Universitas Sumatera Utara


Holle, Erick S. 2011. Pelayanan Publik Melalui Electronic Government: Upaya
Meminimalisir Praktek Maladministrasi Dalam Meningkatan Public
Service. Jurnal Sasi Vol.17 No.3
Sudarto, Yudo. 2006. E-Goverment Dan Reformasi Birokrasi Menuju
Pemerintahan Yang Baik. Bandung: Prosiding Konferensi Nasional
Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia. Bandung: Prosiding
Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia

Internet :
DPMPPTSP Deli Serdang. 2017. perizinan.deliserdangkab.go.id, dari Bulan Mei-
November 2017
DPMPPTSP Deli Serdang. 2017. “Seri Deli”
https://www.youtube.com/watch?v=hgf6FMHwvuw&t=84s, diakses 12
November 2017.
DPMPPTSP Deli Serdang. 2017. “Seri Deli (Sistem Elektronik Deli Serdang)”
https://www.youtube.com/watch?v=MN_HZqd9jwE, diakses 12
November 2017.
United Nations. 2016. “Indonesia” https://publicadministration.un.org/egovkb/en-
us/Data/Country-Information/id/78-Indonesia, diakses 24 September 17.
Worl Bank. 2015. “E-Government”, diakses dari
www.worldbank.org/en/topic/ict/brief/e-government, pada tanggal 4
September 2017 pukul 13.01

60

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai