Anda di halaman 1dari 94

TESIS

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK
DI KABUPATEN TORAJA UTARA

ERLINA SILAMBI
M01 2018 112

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN


ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA

POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR


MAKASSAR
2020
TESIS

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SISTEM


PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK
DI KABUPATEN TORAJA UTARA

Disusun dan Diajukan Oleh

ERLINA SILAMBI
M01 2018 112

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister


Terapan Administrasi Publik

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN


ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA

POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR


MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun

hasil penelitian ini. Dalam penyusunan tesis ini sepatutnya penulis

mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Bapak Prof. Amir Imbaruddin, M. DA. Ph. D. selaku Direktur

Politeknik STIA LAN Makassar sekaligus selaku Pembimbing I.

2. Bapak Dr. Lukman Samboteng, M.Si. selaku pembimbing II yang

telah memberikan kontribusi pemikirannya atas penyempurnan tesis

ini.

3. Bapak Dr. Sulaeman Fattah, M.Si. selaku ketua penguji yang telah

memberikan masukan demi penyempurnaan tesis ini.

4. Ibu Dr. Andi Rasdianti selaku sekretaris penguji yang telah

memberikan masukan demi penyempurnaan tesis ini.

5. Ibu Dr. Frida Chaerunisa, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister

Terapan Administrasi Pembangunan Negara Politeknik STIA LAN.

6. Bapak/Ibu Para Dosen Pascasarjana Politeknik STIA LAN Makassar

yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis.

7. Kedua Orang Tua terkasih, Suami, dan Anak yang senantiasa

memberikan dukungan, doa dan pengorbanan segalanya selama

penulis melaksanakan pendidikan.

v
8. Bapak Dr. Kalatiku Paembonan Selaku Bupati Toraja Utara yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi di

Politeknik STIA LAN Makassar.

9. Bapak Yakub Pongsendana, S.Pd. selaku Kepala Dinas Komunikasi,

Informatika, Statistik, dan Persandian Kabupaten Toraja Utara yang

telah banyak mengerti dan memahami kesibukan penulis selama

melanjutkan studi khususnya pada saat penyusunan tesis.

10. Bapak/Ibu seluruh informan yang telah membantu penulis dalam

memberikan argumnnya terhadap pertanyaan yang diberikan.

11. Bapak/Ibu teman-teman seperjuangan dari kelas Toraja Utara

Politeknik STIA LAN Makassar angkatan 2018.

12. Bapak/Ibu teman-teman di Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik,

dan Persandian Kabupaten Toraja Utara yang senantiasa

memberikan semangat kepada penulis selama mengikuti proses

akademik di Politeknik STIA LAN Makassar.

13. Seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam memudahkan penulis

selama penyelesaian studi ini yang tidaks empat disebut namanya.

Semoga segala bentuk bantuan dari semua pihak bernilai ibadah dan

mendapatkan balasan yang setimpal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin

Makassar, November 2020

Penulis

ERLINA SILAMBII

vi
INTISARI

Efektivitas Pengelolaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Di


Kabupaten Toraja Utara
Tesis, xii hlm, 65 hlm
Penasehat : Prof. Amir Imbaruddin, MDA., PhD.
Dr. Lukman Samboteng, M.Si..
Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Toraja Utara hingga saat ini belum
berjalan dengan maksimal. Kabupaten Toraja Utara terdiri atas 21
kecamatan, lima diantaranya yang belum memadai jangkauan sinyal
provider karena secara geografis Kabupaten Toraja Utara terletak pada
dataran tinggi serta masih minimnya pembangunan menara providr
jaringan di Kabupaten Toraja Utara.
Dalam penelitian ini mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor
95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Salah
satu isi kebijakan tersebut yang paling penting tercantum pada Pasal 2
ayat 1, yang berbunyi bahwa SPBE dilaksanakan dengan prinsip
efektivitas, keterpaduan, kesinambungan, efisiensi, akuntabilitas,
interoperabilitas, dan keaman. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Teknik analisi data
digunakan mulai dari tahap pengumpulan data, reduksi data, display data,
verifikasi data, sampai pada tahap penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik di Kabupaten Toraja Utara Pada aspek
efektivitas, belum berjalan dengan efektif. Pada aspek keterpaduan,
belum berjalan dengan efektif. Pada aspek kesinambungan, belum
berjalan dengan efektif. Pada aspek efisien, belum efektif. Pada aspek
akuntabilitas, berjalan cukup efektif. Pada aspek interoperabilitas, sudah
berjalan dengan efektif. Pada aspek keamanan, sudah berjalan cukup
efektif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada aspek
efektivitas, perlunya komitmen pemerintah daerah untuk menjalankan
programnya. Pada aspek keterpaduan, perlunya ada penambahan
operator penyelenggara pada setiap instansi kemudian diiukutkan dalam
pelatihan khusus serta pentingnya perhatian pimpinan istansi agar
mengalokasikan khusus terkait dengan penyelenggaraan program terebut.
Pada aspek kesinambungan, pemerintah daerah harus menyusun dan
menetapkan regulasi yang jelas terkait penyelenggaraan program
tersebut. Pada aspek efisien, perlunya pengembangan kapasitas operator.
Pada aspek akuntabilitas, perlu dipertahankan bahkan perlu ditingkatkan
transparansinya. Pada aspek interoperabilitas, sebaiknya lebih
meningkatkan koordinasi agar penyelenggaraan berjalan semakin efektif.
Pada aspek keamanan, sebaiknya operator lebih berhati-hati menyimpan
data agar tidak disalahgunakan oknum yang tidak bertanggungjawab.
Kata Kunci: Efektivitas, Pengelolaan, Pemerintahan, Elektronik.

vii
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF ELECTRONIC-BASED GOVERNMENT MANAGEMENT
SYSTEMS IN NORTH TORAJA REGENCY

Author : Erlina
Supervisors : Amir Imbaruddin
Lukman Samboteng

The implementation of an Electronic-Based Government Management System in


North Toraja Regency Government has not been running optimally. North Toraja Regency
consistsof 21 sub-districts, five of which have in sufficient signal provider coverage
because geographically North Toraja Regency islocated on a highland and the
development of network provider towers in North Toraja Regency is poor.
This research refers to Presidential Regulation Number 95 of 2018 on Electronic
Based Government Systems. One of the most important contents of the policy is listed in
Article 2 paragraph 1, which states that SPBE is implemented with the principles of
effectiveness, integrity, sustainability, efficiency, accountability, interoperability and
security. This study used descriptive qualitative method. The data collection techniques
used were interviews, observation, and document review. Data analysis techniques are
used starting from the data collection stage, data reduction, data display, data verification,
until the conclusion stage.
The results showed that the management of Electronic-Based Government
Systems in North Toraja Regency. In terms of effectiveness, it has not been effective. In
the aspect of integration, it has not been running effectively. In the aspect ofsustainability,
it has not been running effectively. In terms ofefficiency, it is not yeteffective. In the aspect
of accountability, it runs quite effectively. In the aspect of interoperability, it has been
running effectively.In the aspect of security, it has been running quite effectively.
Therefore, it can be concluded that in the aspect of effectiveness, local government
commitment is needed to carry out the program. In the aspect of integration, there is a
need for additional administering operators in each agency, then included in special
training as well as the importance of the attention of agency leaders to make special
allocations related to the implementation of the program.In the aspect of sustainability,
local governments must formulate and establish clear regulations associated with the
implementation of the program. On the efficient aspect, it is necessary to develop operator
capacity. In the aspect of accountability, it needs to be maintained, and even the
transparency needs to be increased. In the aspect of interoperability, it is better to improve
coordination so that operations can run more effectively. In the aspect of security,
operators should be more careful in storing data so that irresponsible persons are not
misused.

Keywords: Effectiveness, Management, Government, Electronics

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................. i

Halaman Pengesahan Pembimbing ................................................ ii

Halaman Pengesahan Penguji ......................................................... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Tesis ............................................... iv

Kata Pengantar.................................................................................. v

Intisari ............................................................................................ vii

Abstract ............................................................................................ viii

Daftar Isi ............................................................................................ ix

DaftarTabel ........................................................................................ xi

Daftar Gambar ................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ......................................................... 9


1. Manfaat Praktis ....................................................... 9
2. Manfaat Teoritis ...................................................... 9

BAB II STUDI PUSTAKA .............................................................. 10

A. Tinjauan Pustaka .......................................................... 10


1. Pembangunan Daerah .......................................... 10
2. Good Governance ...... ........................................... 12
3. Pelayanan Publik ........ ........................................... 15
4. Prinsip Pengelolaan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik Di Kabupaten Toraja Utara ..... 20
a. Efektivitas .............. ........................................... 21
b. Keterpaduan.......... ........................................... 24
c. Kesinambungan .... ........................................... 25
d. Efisiensi ................. ........................................... 26

ix
e. Akuntabilitas .......... ........................................... 30
f. Interoperabilitas..... ........................................... 31
g. Keamanan ............. ........................................... 32

B. Model Penelitian ........................................................... 34

C. Definisi Konsep ............................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 37

A. Pendekatan Penelitian .................................................. 37

B. Teknik Pengumpulan Data............................................ 37

C. Sumber Data................................................................. 38

D. Teknik Analisis Data ..................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 42

A. Gambaran Umum Kabupaten Toraja Utara .................. 42


1. Letak Geografis ........................................................ 42
2. Keadaan Demografi ................................................. 43
3. Keadaan Iklim .......................................................... 43

B. Deskripsi Prinsip Pengelolaan Sistem Pemerintahan


Berbasis Elektronik Di Kabupaten Toraja Utara ............ 44
1. Efektvitas ................................................................. 45
2. Keterpaduan............................................................. 48
3. Kesinambungan ....................................................... 49
4. Efisiensi .................................................................... 50
5. Akuntabilitas ............................................................. 52
6. Interoperabilitas........................................................ 53
7. Keamanan ................................................................ 56

C. Analisis Data ................................................................. 57

BAB V PENUTUP ........................................................................... 63

A. Kesimpulan .................................................................... 63

B. Saran ............................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA

INSTRUMEN PENELITIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Menara BTS di Kabupaten Toraja Utara ................. 6

Tabel 2 Jenis Penggunaan Jaringan Internet ............................... 7

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Aplikasi Pengumpulan Data dan Informasi ...................... 4

Gambar 2 Kerangka Model Penelitian .............................................. 35

Gambar 3 Model Analisis interaktif ................................................... 40

Gambar 4 Pengontrolan Menara di Kecamatan Tallunglipu ............. 46

Gambar 5 Kegiatan Pengontrolan (Ruang Server) ........................... 47

Gambar 6 Pemasangan Sarana Prasarana TIK Untuk Kegiatan


Zoom................................................................................ 51

Gambar 7 Sosialisasi Sistem Informasi Pendukung Pengambilan


Keputusan ........................................................................ 53

Gambar 8 Rapat Koordinasi Terkait Penyelenggaraan SPBE .......... 55

Gambar 9 Rapat Koordinasi Via Zoom ............................................. 55

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era informasi yang melimpah seperti sekarang ini banyak

memberikan dampak yang luar biasa bagi organisasi ataupun

pemerintahan. Selain mendukung kinerja organisasi, data dan informasi

yang dihasilkan jelas akan sangat berpengaruh besar bagi proses

keputusan yang terjadi di dalam suatu organisasi.

Kebanyakan organisasi dihadapkan pada data dan informasi yang

tidak valid sehingga seringkali sulit mendapatkan hasil data yang dapat

dipercaya. Banyak organisasi ataupun pemerintahan yang menerapkan

strategi tata kelola baik tata kelola organisasi maupun tata kelola teknologi

Informasi. Namun, terkait dengan pengelolaan data dan informasi, tata

kelola organisasi fokus pada stakeholder sedangkan tata kelola informasi

lebih fokus pada implementasi dan investasi infrastruktur pada teknologi

informasi pada saat ini.

Perencanaan pembangunan harus disusun secara komprehensif

agar mampu mengakomodasi segala potensi dan peluang sumber daya

(alam, manusia, dll). Perencanaan pembangunan juga perlu

memperhatikan segala hambatan baik yang endemis maupun yang

berpotensi menjadi permasalahan serius di masa mendatang. Dengan

demikian, akan menghasilkan suatu perencanaan yang terarah,

terprogram dan berkesinambungan.

1
2

Perkembangan pesat Teknologi Informasi (TI) dan tingginya

ketergantungan kepada TI menjadikan semakin tingginya tuntutan atas

kebutuhan masyarakat terhadap TI tersebut. Kemajuan dari teknologi dan

informasi seyogiyanya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah

daerah khususnya Kabupaten Toraja Utara dalam penyelenggaraan

pemerintahannya sehingga dapat mewujudkan good Governance.

Good governance merupakan wujud dari penerimaan akan

penting suatu perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk

mengatur hubungan, fungsi dan kepentingan berbagai pihak dalam urusan

bisnis maupun pelayanan publik. Prinsip-prinsip good governance menjadi

sangat penting dalam mewujudkan pemerintahan yang baik.

Mewujudkan good governance tentu memerlukan banyak hal dan

cara yang harus dilakukan. Salah atunya dapat dilakukan dengan

percepatan capaian kinerja pegawai dalam mmberikan pelayanannya

kepada masyarakat. Sebagai organisasi sektor publik, pegawai dituntut

agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan

mendorong pemerintah agar senantiasa tanggap akan tuntutan

lingkungannya.

Pada saat ini pemerintah Indonesia mencanangkan

penyelenggaraan pemerintahan dengan menggunakan teknologi informasi

dan komunikasi, hal ini tertuang pada Peraturan Presiden No. 95 Tahun

2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Sistem

pemerintahan berbasis elektronik diselenggarakan dengan prinsip

efektifitas, keterpaduan, kesinambungan, efisiensi, akuntabilitas,


3

interoperabilitas, dan keamanan. Dimana prinsip-prinsip tersebut menjadi

pedoman bagi pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraannya.

Sebagai tindak lanjut atas perkembangan Teknologi Informasi

tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menerapkan sistem

peerintahan berbasil elektronik sebagaimana Peraturan Presiden Nomor

95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan berbasis Elektronik. Hal

tersebut diyakini dapat mempermudah dalam penyelenggaraan

pemerintahan karena memiliki konsep kebijakan internal terkait Tim

Pengarah SPBE, Rencana Induk SPBE, perencanaan dan penganggaran

TIK, pengoperasian pusat data, integrasi sistem aplikasi, penggunaan

aplikasi umum, dan memiliki kebijakan terkait proses bisnis terintegrasi.

Demikian halnya Kabupaten Toraja Utara, pihak Pemerintah

Kabupaten telah melakukan perencanaan dan perancangan sebagai

dasar pembangunan sistem informasi terintegrasi berbasis elektronik

dalam menunjang fungsi dan kinerja pemerintahan dengan Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik sejak tahun 2019. Sebagai bukti telah

tersedianya situs portal Pemkab Toraja Utara, dokumen blueprint ICT

berupa dokumen Rencana Induk Teknologi Informasi dan Komunikasi

(RITIK), penguatan infrastruktur TIK melalui pembangunan Backbone

(jalur utama) jaringan internet/infranet pada 8 titik (T.A. 2019) untuk

menyediakan dukungan konektivitas tinggi, serta pengintegrasian

beberapa sistem informasi strategis daerah di beberapa OPD seperti e-

planning dan e-budgeting yang sebelum pengintegrasian masing-masing

dikelola terpisah oleh Bappeda dan BKAD Toraja Utara, serta telah
4

mengembangkan piranti lunak Decision Support System atau Sistem

Pendukung Pengambil Kebijakan,(https://www.torajautarakab.go.id/ 26

Oktober 2019).

Upaya lainnya telah dilakukan oleh pihak Pemerintah Kabupaten

Toraja Utara dalam melakukan perbaikan secara kontinyu. Adapun upaya

yang dimaksud tersebut adalah dilakukan pengumpulan data Statistik

sektoral secara berkala oleh Dinas Kominfo Statistik dan Persandian

Kabupaten Toraja Utara dan pengembangan sistem informasi melalui

pembuatan aplikasi dengan link https://dss.torajautarakab.go.id.

Gambar 1

Aplikasi Pengumpulan Data dan Informasi

Sumber: https://dss.torajautarakab.go.id, 2020

Aplikasi sebagaimana pada gambar 1 di atas merupakan sebuah

upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara dalam memudahkan

pengumpulan data dari sumber unit kerja masing-masing instansi. Data

tersebut kemudian menjadi data pendukung dalam proses perumusan

kebijakan dan pengambilan keputusan. Namun aplikasi tersebut belum


5

bisa berjalan dengan efektif karena keterbatasan sumber daya manusia

pengelola data.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti sebagai

pegawai Pemerintah Kabupaten Toraja Utara khususunya di Dinas

Komunikasi, Informasi, Statistik dan Persandian Kabupaten Toraja Utara,

penyelenggaraan SPBE di Lingkup Pemerintahan Kabupaten Toraja Utara

hingga saat ini belum berjalan dengan maksimal. Kabupaten Toraja Utara

terdiri atas 21 kecamatan, lima diantaranya yang belum memadai

jangkauan sinyal provider, yakni Kecamatan Rantebua, Awan Rante

Karua, Rindingallo, Buntu Pepasan, dan Kecamatan Barappu.

Jangkauan sinyal provider komunikasi yang belum bisa dinikmati

secara merata kepada seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten

Toraja Utara. Hal tersebut disebabkan karena secara geografis, lima

kecamatan tersebut terletak pada area pegunungan. Bahkan ada

Lembang (Desa) dalam wilayah kecamatan tersebut yang tidak bisa

mengakses sinyal provider komunikasi. Dengan demikian, kondisi tersebut

juga akan berdampak terhadap pemanfaatan infrastruktur jaringan internet

yang masih susah untuk diakses.

Sebagaimana permasalahan yang ditelah dijelaskan di atas,

disebabkan salah satunya karena infrastruktur Teknologi Informasi dan

Komunikasi yang belum menjangkau seluruh wilayah kecamatan di

lingkup pemerintahan Kabupaten Toraja Utara. Infrastruktur TIK tersebut

mulai dari lemahnya kekuatan sinyal sampai pada jaringan internet. Hal

tersebut karena masih kurangnya menara yang disiapkan oleh provider.


6

Tabel 1

Data Menara BTS di Kabupaten Toraja Utara


No. Nama Pemilik Perusahaan Induk Provider Jumlah
1 PT. Daya Mitra PT. Telkom Telkomsel 18
Telekomunikasi (DMT) Indonesia
2 PT. Telkomsel PT. Telkom Telkomsel 27
Indonesia
3 PT. Tower Bersama PT. Tower Bersama Independen 6
Infastruktur, Tbk (TBIG) Group
4 PT. Profesional Independen 7
Telekomunikasi
Indonesia (Protelindo)
5 PT. Solusi Tunas PT. Solusi Tunas Independen 1
Pratama Tbk. (STP) Pratama Tbk.
6 PT. Wahana Anugerah Saratoga Group Independen 1
Sejahtera (Anugerah)
7 PT. Ramboll Telecom PT. Ramboll Telecom Independen 2
Indonesia (Ramboll) Indonesia
8 PT. Bukaka Teknik PT. Bukaka Teknik Independen 1
Utama Utama
9 PT. Lasmana Swasti PT. LCK Global Independen 3
Prashida (LSP) Kedaton
10 PT. Satelit Palapa PT. Satelit Palapa Indosat 1
Indonesia (Satelindo) Indonesia
Total 67
Sumber: Dinas Kominfo Statistik dan Persandian Kab. Toraja Utara, 2020

Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, menggambarkan bahwa

pembangunan menara jaringan telekomunikasi masih didominasi oleh

provider Telkomsel. Dengan demikian, sebagian besar masyarakat

Kabupaten Toraja Utara secara umum menggunakan jenis provider

telkomsel tersebut dalam sarana komunikasi sehari-hari, seperti pada

penggunaan kartu As, Simpati, dan Halo.


7

Tabel 2

Jenis Penggunaan Jaringan Internet


No. Instansi Jumlah Jenis Jaringan yang Digunakan
1 Badan/Dinas 31 Jaringan Fixed Broadband
2 Kecamatan 21 Jaringan Mobile Broadnad
Sumber: Dinas Kominfo Statistik dan Persandian Kab. Toraja Utara, 2020

Secara keseluruhan Badan/Dinas di lingkup pemerintahan

Kabupaten Toraja Utara berjumlah 31 Badan/Dinas dan 21 Kecamatan.

Namun secara keseluruhan instansi tersebut belum bisa menikmati

fasilitas jaringan internet yang memadai. Instansi yang sudah terjangkau

adalah seluruh Dinas/Badan yang menggunakan jaringan fixed broadband

milik PT. Telkom Indonesia. Sementara seluruh instansi kecamatan masih

menggunakan jaringan mobile broadband jenis modem.

Instansi yang menggunakan jaringan internet fixed broadband

tentu akan memiliki akses internet yang kualitasnya jauh lebih baik

dibandingkan instansi yang masih menggunakan mobile brodband. Selain

itu, instansi Kecamatan yang masih menggunakan mobile broadband jenis

modem tersebut sangat terbatas paket datanya dibandingkan

menggunakan fixed broadband yang tidak membatasi penggunaan paket

datanya.

Selain infrastruktur permasalahan pada infrastruktur Tenkologi

Informasi dan Komunikasi sebagaimana telah dijelaskan di atas,

permasalahan lain yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Toraja Utara dalam menjalankan kebijakan SPBE tersebut adalah faktor

sumber daya manusia. Masih terbatasnya sumber daya manusia

pengelola TIK yang berbasis digital baik pada aspek kuantitas maupun
8

dari aspek kualitas jika dilihat dari latar belakang pendidikannya yang

pada dasarnya bukan lulusan dari jurusan Informasi dan Teknologi

maupun ilmu komputer.

Sebagaimana lampiran Surat Keputusan (SK) Bupati Tahun 2019

tentang Pembentukan Tim Teknis Pengolahan, Updating, Analisis Data

dan Statistik Daerah Kabupaten Toraja Utara Tahun 2019, nama-nama

operator pada lampiran SK tersebut sebanyak 54 orang yang terdiri dari

Unsur Sekda, OPD dan Kecamatan. Sebagaimana telah disebutkan

sebelumnya bahwa masih kurangnya kualitas operator terhadap

tupoksinya karena penunjukan operator berdasarkan atas jabatan

sehingga tidak menutup kemungkinan operator yang menduduki jabatan

tersebut adalah bukan pegawai yang berlatar belakang Informasi dan

Teknologi.

Permasalahan yang dihadapi tersebut tentu akan berdampak

terhadap lemahnya budaya berbagi data dan informasi (data sharing)

antar instansi dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Toraja Utara. Hal

tersebut mengakibatkan penyelenggaraan SPBE menjadi kurang efektif.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

efektivitas Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di Kabupaten Toraja

Utara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis


9

efektivitas Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di Kabupaten Toraja

Utara.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

bahan acuan untuk digunakan sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan

bagi pemerintah daerah Kabupaten Toraja Utara dalam

menyelenggarakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi disiplin ilmu Administrasi Pembangunan Negara

khususnya tentang penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumber referensi bagi peneliti/penulis lain yang hendak meneliti

dengan topik yang sama.


BAB II

STUDI PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Daerah

Pembangunan merupakan sebuah transformasi. Tentu

transformasi yang dimakasud adalah sebuah perubahan pada arah

yang lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan merupakan sebuah

perubahan yang dilakukan untuk menjadi lebih baik ari sebelumnya.

Oleh karena itu, perubahan atau pembangunan yang baik adalah

perubahan yang didasari dengan sebuah perencanaan yang baik

pula.

Pembangunan (development) secara tradisional dapat

diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang

kondisi-kondisi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu

lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan tahunan atas

pendapatan nasional bruto atau GNP-nya meningkat, jika memang

memungkinkan Todaro (2000:16).

Fakih (2009:13) mengatakan bahwa “istilah pembangunan

juga diistilahkan sebagai perubahan sosial yang berarti makna

perubahan ke arah yang lebih baik”.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua

aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang

berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro

10
11

(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya

kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

Pembangunan nasional merupakan sebuah transformasi

ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan

strategi menuju arah yang diinginkan. Pembangunan secara umum

pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus menerus untuk

menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu.

Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari

kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional

(Tikson, 2005).

Selanjutnya dikemukakan oleh Ginanjar (1994) bahwa

pembangunan sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih

baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

Semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat

yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun

tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan

telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi

diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masya-

rakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial,

budaya, dan sebagainya.

Tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat daerah tersebut dan kualitas hidup

manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan


12

kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, membangun

potensi ekonomi lokal , serta pemanfaatan sumberdaya alam dan

lingkungan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pembangunan

daerah diarahkan untuk penguatan daerah dan masyarakatnya, serta

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di daerah untuk mendorong

pengembangan daerah yang berkelanjutan yang memiliki ketahanan

sosial, ekonomi, dan ekologi serta mendorong keterkaitan antara

daerah dengan kota.

2. Good Governance

Good governance pada dasarnya suatu konsep yang

mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya

yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu

konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor

swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik

yang telah didefinisikan oleh berbagai lembaga yang diakui oleh dunia.

Salah satu lembaga tersebut yaitu United Nations Development

Program (UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang berjudul

“Governance for sustainable human development” (1997)

mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan

konstruktif di antar negara, sektor swasta, dan society (Dwiyanto,

2005:82).

Sementara Menurut Sedarmayanti (2003:5) terdapat tiga

model tata kepemerintahan yang baik, sebagai berikut :


13

1) Politcal Governance yang mengacu pada proses pembuatan


keputusan untuk merumuskan kebijakan (policy/strategy
formulation).
2) Economic Governance yang meliputi proses pembuatan
keputusan yang memfasilitasi terhadap equity (kekayaan),
proverty (properti), serta quality of life (kualitas hidup).
3) Administrative Governance yang mengacu pada sistem
implementasi kebijakan.

Ganie (2000:142) menjelaskan pengertian good governance

sebagai “mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial

yang melibatkan pengaruh sektor Negara dan sektor non Negara

dalam suatu usaha kolektif”.

Pada dasarnya Good Governance lebih berfokus pada

pertumbuhan sektor publik yang bersinergis untuk mengelola sumber

daya yang dimiliki suatu Negara dengan tata kelola kepemerintahan

yang baik secara efektif dan efisien untuk kepentingan masyarakat

secara bertanggung jawab sejalan dengan peraturan perundang –

undangan yang berlaku dan menghindari kepentingan diri sendiri

seperti korupsi, kolusi, serta nepotisme.

Menurut Kurniawan (2005:12), tujuan good governance

adalah:

“Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang


solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif
dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di
antara domain-domain negara, sektor swasta dan
masyarakat”.

Maka dari itu tujuan good governance tercapai di suatu negara

bila dilihat dari rakyatnya yang sejahtera dan makmur. Untuk

mengimplementasikan good governance bukanlah perkara yang

mudah karena banyaknya kendala-kendala yang melanda suatu


14

negara untuk bisa mewujudkan tata kepemerintahan yang baik

diantaranya penyimpangan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme

yang dilakukan oleh orang internal sendiri yang membuat suatu

permainan yang dibuat untuk menguntungkan dan mementingkan

kepentingan mereka sendiri. Maka dari itu untuk tercapainya tujuan

good governance, pemerintah maupun masyarakatnya sendiri harus

bekerja sama untuk sadar dan menanamkan rasa peduli kepada

Negara agar terwujudnya kepemerintahan yang baik untuk selalu

mematuhi peraturan atau standar yang telah ditetapkan.

Untuk terwujudnya tata kepemerintahan yang baik maka

diperlukan prinsip-prinsip good governance sebagai tolak ukur kinerja

suatu pemerintahan. Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003:7)

prinsip-prinsip Good Governance adalah sebagai berikut :

1) Partisipasi masyarakat, yaitu masyarakat memiliki hak suara


baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga
perwakilan yang sah dalam pengambilan keputusan.
2) Tegaknya supremasi hukum, yaitu kerangka hukum yang
dimiliki oleh suatu Negara harus adil dan tidak ada
diskriminasi, tegas serta disiplin sebagai pedoman suatu
Negara mengatur jalannya kepemerintahan yang baik.
3) Transparansi, dibangun untuk memberikan informasi secara
bebas dan jelas. Seluruh proses yang terjadi di Pemerintahan
harus dapat secara mudah diakses oleh masyarakat dan
mudah dimengerti.
4) Peduli pada stakeholder, yaitu lembaga – lembaga harus
melayanai semua pihak yang berkepentingan sesuai standar
yang berlaku.
5) Berorientasi pada konsensus, yaitu menjadi suatu jembatan
untuk kepentingan-kepentingan atau bidang-bidang yang
berbeda guna terbangunnya masa depan yang baik untuk
sekelompok masyarakat terutama dalam kebijakan dan
prosedur.
6) Kesetaraan, yaitu semua masyarakat berhak mendapatkan
kesempatan untuk memperbaiki dan mensejahterahkan diri
mereka sendiri.
15

7) Efektivitas dan efisien, yaitu suatu proses pemerintahan harus


mengelola sumber-sumber daya secara optimal untuk
kepentingan masyarakat sesuai kebutuhan yang diperlukan.
8) Akuntabilitas, yaitu dapat terjadi di semua organisasi yaitu
bentuk suatu pertanggungjawaban yang telah dilaksanakan
oleh suatu organisasi. Pertanggungjawabannya yaitu bisa
dalam bentuk laporan yang dibuat oleh pemerintah setiap
tahunnya.
9) Visi strategis, yaitu prinsip ini diutamakan untuk para
pemimpin dan masyarakat untuk memikirkan perspektif yang
jauh ke depan untuk tata kepemerintahan yang baik serta
kepekaan untuk mewujudkannya.

3. Pelayanan Publik

Setiap negara di manapun serta apapun bentuk

pemerintahannya selalu membutuhkan pelayanan publik.Pelayanan

publik merupakan suatu keharusan bagi negara atau pemerintahan

untuk melayani warga negaranya. Pelayanan publik tidak mudah

dilakukan, dan banyak negara perilaku aparatur birokrasi dalam

memberikan pelayanan harus melakukan pekerjaannya dengan

sepenuh hati.

Pelayanan publik merupakan produk birokrasi publik yang

diterima oleh masyarakat/warga negara secara luas. Oleh karena itu,

pelayanan publik dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang

dilakukan oleh birokrasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan”. (Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(MenPAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7.2003).


16

Prinsip pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2009 adalah:

1) Kesederhanaan; prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,

mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2) Kejelasan; a) persyaratan teknis dan administratif pelayanan

publik. b) Unit kerja/pejabat yang berwenang

bertanggungjawab dalam meberikan pelayanan dan

penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan

pelayanan publik. c) Rincian biaya pelayanan publik tata cara

pembayaran.

3) Kepastian waktu; pelaksanaan pelayanan publik dapat

diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.

4) Akurasi; produk pelayanan publik diterima dengan benar,

tepat dan sah.

5) Keamanan; proses dan produk pelayanan publik rasa aman

dengan kepastian hukum.

6) Tanggung jawab; pimpinan penyelenggara pelayanan publik

atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pelayanan dan pelesaian keluhan/persoalan

dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7) Kelengkapan saran dan prasarana; tersedianya sarana

danprasarana kerja, peralatan kerja dan pendukunglainnya

yang termasuk penyediaan sarana teknologi teleokomunikasi

dan informatika.
17

8) Kemudahan akses; tempat dan lokasi serta sarana pelayanan

yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat

memanfaatkan teknologi dan onformatika.

9) Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan; tempat dan lokasi

serta sarana pelayanan disiplin, sopan dan santun,ramah,

serta memberikan pelayanan ikhlas.

10) Kenyamanan; lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,

disediakan ruang tunggu yang bersih, rapi, lingkungan yang

indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung

pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

Salah satu kekurangan mendasar organisasi pemerintahan

atau birokrasi pemerintahan, khususnya dalam penyelenggaraan

pelayanan publik adalah ketidakmampuannya menciptakan suatu iklim

organisasi pembelajar.Padahal dalam tuntutan masyarakat yang

semakin dinamis organisasi sangat diharapkan memiliki karakter

organisasi pembelajar.

Menurut Sangkala (2007: 210), bahwa organisasi pembelajar

akan memiliki kemampuan memperbaiki dan meningkatkan

adaptabilitas serta kapasitasnya dalam memenuhi tuntutan

lingkungan. Organisasi yang di dalamnya berisi orang-orang yang

senang belajar dan senantiasa membantu organisasi melahirkan

pengetahuan dan keterampilan baru.

Kemampuan memperbaiki dan meningkatkan adaptabilitas

serta kapasitasnya dalam memenuhi tuntutan lingkungan merupakan


18

suatu issu penting yang justru kurang mendapat perhatian selama ini.

Secara teoritik tuntutan dan kepentingan individu sebagai anggota

masyarakat yang merupakan bagian dari lingkungan memang sangat

bervariasi, sehingga dalam batas tertentu berpeluang melahirkan

benturan kepentingan, khususnya dalam proses pengambilan

keputusan oleh para pejabat birokrasi. Akibatnya pengambilan

keputusan sebagai bagian proses administrasi seringkali menimbulkan

ketidakadilan bagi masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik, pelayanan publik diartikan sebagai kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Sementara penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut

penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,

korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-

undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang

semata-mata dibentuk untuk kegiatan pelayanan publik.

Dalam memahami konsep pelayanan publik, makna “publik”

perlu dipahami, baik dalam perkembangan historis atau latar belakang

munculnya dan aplikasinya di dalam manajemen publik.Dalam

perkembangan ilmu administrasi publik, konsep “publik” bermakna

luas daripada hanya “govemment” (pemerintah saja). Sebagai akibat


19

meluasnya makna konsep publik tersebut, nilai-nilai keadilan,

kewarganegaraan, (citizenship), etika, patriotisme, dan

responsiveness menjadi kajian penting di samping nilai-nilai efisiensi

dan efektivitas (Nurmandi, 2010:1).

Dalam konteks birokrasi pelayanan publik di Indonesia,

Dwiyanto (2011: 62) merumuskan suatu model yang mengkritisi

birokrasi Weberian dimana pada awalnya dirancang untuk membuat

birokrasi dapat menjalankan fungsinya dengan baik, namun pada

akhirnya justru menimbulkan berbagai penyakit yang membuat

birokrasi mengalami disfungsi.

Struktur birokrasi memiliki berbagai masalah internal yang

pada tingkat tertentu berpotensi menyebabkan birokrasi mengalami

disfungsi (Caiden, 1991).Setiap aspek dan struktur birokrasi seperti

hierarki, spesialisasi dan formalisasi, selain memiliki manfaat dan

kontribusi terhadap efisiensi dan kinerja birokrasi, juga memiliki

potensi untuk menciptakan penyakit birokrasi.

Manajemen sektor pelayanan publik adalah keseluruhan

kegiatan pengelolaan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah

secara operasional dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai

dengan kewenangannya, baik pelayanan yang sifatnya langsung

kepada masyarakat maupun tidak langsung melalui kebijakan tertentu.

Kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang

menjadi hak setiap negara. Bentuk pelayanan publik yang diberikan

kepada masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu


20

pelayanan pemerintahan, pelayanan pembangunan, pelayanan

utilitas, dan pelayanan sosial. (Rakhmat, 2009:52).

Lebih lanjut Rakhmat (2009:55), menjelaskan bahwa

pelayanan merupakan suatu konsep yang senantiasa dikaitkan

dengan proses pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dicirikan oleh

adanya akuntabilitas dari pemberi layanan, yaitu aparatur pemerintah.

Tuntutan publik terhadap ualitas pelayanan aparatur pemerintah

semakin tinggi mengingat keinginan dan kesabaran masyarakat dalam

memenuhi harapannya akan pelayanan berkualitas semakin

berkembang. Konsep pelayanan yang berkualitas lebih banyak

mengacu pada upaya untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

lebih banyak mengacu pada upaya untuk memberikan pelayanan

yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna.

4. Prinsip Pengelolaan Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik Di Kabupaten Toraja Utara

Suatu kegiatan atau aktivitas dapat dikatakan efektif bila

memenuhi beberapa kriteria tertentu. Efektivitas sangat berhubungan

dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,

ketepatan waktu, serta adanya usaha atau partisipasi aktif dari

pelaksana tugas tersebut. Efektivitas merupakan suatu pemanfaatan

sarana prasarana, sumber daya dalam jumlah tertentu yang

sebelumnya telah ditetapkan untuk menghasilkan sejumlah barang

atau jasa kegiatan yang akan dijalankan oleh seseorang atau suatu

perusahaan.
21

Menurut Ravianto (Masruri, 2014:11) efektivitas adalah:


“Seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang
menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan.
Artinya, apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesuai
dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun
mutunya, maka dapat dikatakan efektif”.
Menurut Gibson et, al. (Bungkaes, 2013:46), pengertian

efektivitas adalah „penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi

individu, kelompok, dan organisasi. Semakin dekat prestasi mereka

terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka mereka dinilai

semakin efektif‟.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018

Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Salah satu isi

kebijakan tersebut yang paling penting tercantum pada Pasal 2 ayat 1,

yang berbunyi bahwa SPBE dilaksanakan dengan prinsip efektivitas,

keterpaduan, kesinambungan, efisiensi, akuntabilitas,

interoperabilitas, dan keaman.

a. Efektivitas

Efektivitas pada dasarnya memberikan kepuasan dan

keyakinan kepada masyakat tentang kualitas pelayanan yang

telah diberikan kepadanya. Selain itu, dalam mencapai tingkatan

pelayanan yang efektif, tentunya tidak terlepas dari dukungan

sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang memadai

yang nantinya akan digunakan untuk pegawai dalam melaksnakan

tugas pokok dan fungsinya serta tanggung jawab pegawai


22

sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat selaku penerima

layanan dapat terpenuhi dengan baik.

Sutadji (2010:22) menegaskan bahwa “Jika tujuan hanya

menekankan pada segi kuantitas dan mengabaikan kualitas, maka

perencanaan yang efektif akan terhambat”.

Dalam suatu organisasi khususnya organisasi pemerintah,

peran pimpinan merupakan suatu kunci bagi penerapan strategi

dalam hal ini kemampuan dalam menghadapi masyarakat dalam

proses penyampaian informasi, sehingga dari suatu tindakan yang

diambil dapat terwujud.

Dunn (2003:498) menjelaskan :

Efektivitas merupakan suatu kriteria untuk menseleksi


berbagai alternatif untuk dijadikan rekomendasi didasar
pertimbangan apakah alternatif yang direkomendasikan
tersebut memberikan hasil (akibat) yang maksimal, atau
nilai-nilai rakyat.

Peranan pimpinan dalam hal pencapaian efektivitas

adalah menyusun strategi dan mengkomunikasikan hal-hal yang

sekiranya perlu dilakukan serta langkah-langkah apa yang dapat

diambil sehingga tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dapat

terlaksana. Atau dengan kata lain adalah bahwa seorang

pimpinan merupakan tokoh pencari jalan dalam rangka perubahan

ke arah yang lebih baik.

Martoyo (2002:4), mendefinisikan bahwa :

Efektivitas sebagai suatu kondisi atau keadaan dimana


dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana
atau peralatan yang digunakan, disertai dengan
kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan
23

yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang


memuaskan.

Pernyataan di atas menggambarkan bahwa efektivitas

pada dasarnya ketepatan dalam memanfaatkan sarana dan

prasarana dalam proses pencapaian tujuan. Dengan pemanfaatan

yang lebih efektif dan efisien diharapkan dapat mencapai hasil

yang lebih masksimal pula.

Sedangkan Menurut Siagian (2001:24) :

Efektivitas merupakan pemanfaatan sumber daya, sarana


dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.Efektivitas
menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran yang telah ditetapkan.Jika hasil kegiatan semakin
mendekati sasaran, berarti semakin tinggi efektivitasnya.

Berdasarkan pernyataan di atas, menggambarkan


efektivitas pada dasarnya pemanfaatan secara keseluruhan
sumber daya manusia dengan sarana dan prasarana yang dimiliki
organisasi. Program dapat dikatakan berjalan dengan efektif jika
hasil kerja semakin mendekati dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya atau tujuan organisasi.
Sementara itu Abdurahmat (2003 :92) menjelaskan :
Efektivitas merupakan pemanfaatan sumber daya, sarana
dan prasana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
pekerjaan tepat pada waktunya.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, dan

efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat

sesuai dengan yang telah direncanakan. Selain itu, perencanaan

dalam hal pengaturan waktu, sarana, dan peralatan juga menjadi


24

salah satu faktor pendukung dalam menetukan efektif atau

tidaknya suatu perencanaan dan kegiatan.

Efektivitas suatu kegiatan juga tidak terlepas dari kualitas

dan kuantitas dari aparatur dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawab kegiatannya. Penentuan dan penunjukan tim

dalam organisasi terkadang mengabaikan aspek kualitas dari

aparatur. Kecenderungan yang ada aparat yang dilibatkan adalah

aparatur yang memiliki kedekatan (patron) kepada pimpinan suatu

organisasi tanpa memperhatikan kulitas dan pengalaman dari

aparatur tersebut.Sehingga hal inilah yang terkadang menjadi

penghambat tercapainya efektivitas dalam penyelesaian suatu

pekerjaan dan perencanaannya.

b. Keterpaduan

Keterpaduan adalah pengintegrasian sumber daya yang

mendukung SPBE. Setidaknya ada empat layanan administrasi

pemerintahan, yaitu layanan perencanaan dan pengganggaran

berbasis elektronik (e-budgeting), layanan kepegawaian berbasis

elektronik (e-kepegawaian), layanan tata naskah dinas (e-office),

dan layanan pengaduan publik berbasis elektronik. Peraturan

Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang SPBE bertujuan untuk

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,

transparan, dan akuntabel.

Selain itu juga untuk mewujudkan pelayanan publik yang

berkualitas dan terpercaya. Kebijakan tersebut juga diharapkan


25

dapat meningkatkan keterpaduan dan efisiensi dalam

pelaksanaan SPBE di dalam dan antar instansi pemerintah.

Penerapan SPBE yang terpadu akan mentransformasi

sistem pemerintahan, baik dari segi tata kelola pemerintahan, tata

kelola aplikasi, dan infrastruktur, serta manajemen pelaksanaa.

Hal tersebut yang mengedepankan prinsip berbagi sumber daya,

kolaborasi, dan integrasi antar instansi pemerintah. Untuk

percepatan implementasi SPBE yang terpadu, mengurangi

inefisiensi anggaran dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan

pelayanan publik di seluruh instansi pemerintah, dilakukan

pembangunan/pengembangan aplikasi umum berbagi pakai untuk

bidang perencanaan, penganggaran, pengadaan barang dan jasa

pemerintah, akuntabilitas kinerja, pemantauan dan evaluasi,

kearsipan, kepegawaian, dan pengaduan pelayanan publik.

c. Kesinambungan

Kesinambungan adalah keberlanjutan SPBE secara

terencana, bertahap, dan terus menerus sesuai dengan

perkembangannya. Dengan penyusunan program yang baik maka

dapat membantu pegawai dalam bekerja secara sistematis dan

terstruktur sehingga kinerja organisasi dapat meningkat. Oleh

karena itu, dibutuhkan perencanaan strategis agar

penyelenggaraan SPBE dapat berjalan dengan efektif.

Perencanaan strategis merupakan kegiatan manajemen

organisasi yang digunakan untuk menetapkan prioritas,


26

memfokuskan energi dan sumber daya, memperkuat kinerja

operasional. Perencanaan strategis juga memastikan bahwa

pegawai dan pimpinan bekerja menuju tujuan bersama dan

menetapkan kesepakatan tentang hasil yang diinginkan, serta

menyesuaikan arah organisasi saat terjadi perubahan.

Beberapa bagian dari organisasi memerlukan

perencanaan selama bertahun-tahun ke depan. Namun untuk

divisi lain membutuhkan perencanaan hanya untuk waktu yang

singkat. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai proses penentuan

tujuan organisasi dan sumber daya yang akan digunakan untuk

menangani tujuan organisasi, mengatur akuisisi, pemanfaatan,

dan disposisi sumber daya .

d. Efisiensi

Efisiensi dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran

keberhasilan sebuah kegiatan atau proyek yang dinilai

berdasarkan besarnya biaya beserta sumber daya yang

digunakan atau dikeluarkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Semakin sedikit sumber daya atau biaya yang digunakan untuk

mencapai hasil yang diinginkan maka prosesnya dapat dikatakan

semakin efisien. Maka, suatu kegiatan dapat dikatakan efisien

apabila ada perbaikan pada prosesnya, misalnya menjadi lebih

murah atau lebih cepat.

Tujuan dari meminimalkan input adalah untuk menekan

atau memangkas besaran biaya yang akan dikeluarkan dalam


27

proses-proses produksi. Untuk menghasilkan produk atau barang

tentu diperlukan unsur-unsur pendukung, seperti modal, pekerja

yang memproses, bahan baku (material), mesin. Semua hal

tersebut akan ditekan seminimal mungkin untuk menghasilkan

keuntungan maksimal.

Efisiensi adalah pemanfaatan sumber daya yang

mendukung SPBE yang tepat guna. Menurut Emerson (Hasibuan,

2005:233), efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara

input dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber yang

dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang di capai

dengan penggunaan sumber daya yang terbatas.

Sedangkan menurut Mulyadi (2007:3), efisiensi adalah

ketepatan cara (usaha, kerja) untuk menjalankan sesuatu tanpa

harus membuang waktu, tenaga dan biaya.

Menurut Ghiselli dan Brown (Syamsi, 2004:4), istilah

efisiensi mempunyai pengertian yang sudah pasti, yaitu

menunjukkan adanya perbandingan antara keluaran (output) dan

masukan (input).

Ada beberapa prinsip atau persyaratan yang harus

dipenuhi oleh suatu sistem agar dapat ditentukan seberapa tingkat

efisien pada suatu sistem. Prinsip tersebut adalah:

1) Dapat diukur

Prinsip yang pertama dari efisiensi adalah dapat diukur

dan dinyatakan pada satuan pengukuran tertentu. Hal ini


28

digunakan sebagai acuan awal untuk mengidentifikasi

berapa tingkat efisiensi suatu sistem. Standar yang dapat

digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi adalah

ukuran normal, adapun batas ukuran normal pengorbanan

adalah pengorbanan maksimum dan batas ukuran normal

untuk hasil adalah hasil minimum. Efisiensi dapat

dikatakan meningkat apabila setelah dilakukan perbaikan

sistem ukuran pengorbanan menjadi lebih minimum dan

hasil menjadi lebih maksimum.

2) Rasional

Prinsip efisiensi yang kedua adalah rasional atau logis,

artinya segala pertimbangan harus berdasarkan dengan

akal sehat bukan berdasarkan perasaan (emosional).

Adanya prinsip rasional ini akan menjamin tingkat

objektivitas pengukuran dan penilaian.

3) Kualitas selalu diperhatikan

Peningkatan efisiensi yang biasanya terjadi di sebuah

perusahaan biasanya adalah peningkatan efisiensi dari

segi pengorbanan dan kurang memperhatikan tingkat

efisiensi dari segi hasil yang cenderung menurun. Prinsip

hanya mengejar kuantitas dan mengesampingkan kualitas

harus dihindari untuk menjaga agar kualitas produk yang

dihasilkan sistem tetap terjamin meskipun dari segi proses

efisiensi dapat ditingkatkan.


29

4) Mempertimbangkan prosedur

Artinya pelaksanaan peningkatan efisiensi jangan sampai

melanggar prosedur yang sudah ditentukan pimpinan.

Karena prosedur yang ditetapkan pimpinan tentunya

sudah memperhatikan berbagai segi yang luas

cakupannya.

5) Pelaksanaan efisiensi

Tingkat efisiensi tidak dapat dibandingkan secara

universal pada semua sistem yang ada di dalam instansi

atau perusahaan yang sejenis. Hal ini dikarenakan setiap

sistem dalam instansi atau perusahaan memiliki

kemampuan yang tidak selalu sama. Kemampuan

tersebut antara lain adalah kemampuan Sumber Daya

Manusia (SDM), dana, fasilitas, dan lain-lain. Oleh karena

itu kemampuan tersebut juga dipertimbangkan dalam

pengukuran tingkat efisiensi

6) Tingkatan efisiensi

Pengukuran tingkatan efisiensi dapat dinyatakan dalam

hitungan angka presentase. Selain itu tingkat efisiensi

sistem juga dapat dinyatakan dengan berbagai

pernyataan seperti; tidak efisien, kurang efisien, efisien,

lebih efisien, dan paling efisien (optimal) (Syamsi, 2004:5-

6).
30

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi dan

pertanggungjawaban dari SPBE. Setiap organisasi yang aktif pasti

memiliki kegiatan untuk menunjukan eksistensinya. Ketika suatu

kegiatan selesai dilakukan, anggota organisasi yang bertanggung

jawab diwajibkan untuk mempertanggungjawabkannya.

Sebagaimana penyelengaraan SPBE di Kabupaten Toraja Utara

tentu membutuhkan pertanggungjawaban penyelenggara sebagai

salah satu wujud dari evaluasinya.

Sebuah laporan pertanggungjawaban harus bersifat

komprehensif. Maksudnya, isi dari laporan tersebut harus lengkap

memuat segala informasi dan data yang dibutuhkan dan harus

diketahui oleh pembaca.

Laporan pertanggungjawaban bertujuan menjabarkan

secara rinci proses pelaksanaan kegiatan, mulai dari sebelum

digelar, saat berlangsung, dan setelah kegiatan selesai. Laporan

ini juga dapat menggambarkan masalah yang dihadapi oleh

seluruh penyelenggara SPBE dan pada akhirnya dapat dijadikan

bahan pembelajaran untuk kegiatan di masa mendatang. Selain

sebagai bahan evaluasi, laporan pertanggungjawaban juga

bertujuan untuk mengukur kemampuan tim pelaksana kegiatan

dalam mempertanggungjawabkan hasil kerja masing-masing

pihak yang terlibat serta pada penyelenggaraan SPBE tersebut.


31

f. Interoperabilitas

Interoperabilitas adalah koordinasi dan kolaborasi antar

proses bisnis dan antar sistem elektornik dalam rangka pertukaran

data, informasi, atau layanan SPBE. Interoperabilitas merupakan

kapabilitas dari suatu produk atau sistem (yang antarmukanya

diungkapkan sepenuhnya) untuk berinteraksi dan berfungsi

dengan produk atau sistem lain, baik saat ini ataupun di masa

mendatang, tanpa batasan akses atau implementasi.

Interoperable pada dasarnya akan menjamin bahwa sistem

aplikasi akan dapat saling berkomunikasi serta bertukar data dan

informasi dengan sistem aplikasi lain untuk membentuk sinergi

sistem.

Fokus interoperabilitas adalah kapabilitas sebuah sistem

TIK untuk dapat berinteraksi dengan sistem lainnya. Adanya

konsep interoperabilitas akan memungkinkan sistem yang sedang

dikembangkan untuk menggunakan data yang dimiliki oleh sistem

yang sudah ada, baik data dari sistem yang dimiliki oleh instansi

yang sama, maupun instansi yang berbeda.

Interoperabilitas bukanlah berarti penentuan atau

penyamaan penggunaan platform perangkat keras atau perangkat

lunak semisal operating system tertentu. Bukan pula berarti

penentuan atau penyeragaman database yang akan dipergunakan

dalam penyimpanan data dan juga bukan berarti penentuan atau

penyeragaman penggunaan bahasa pemrograman dalam


32

pengembangan sistem informasi pemerintahan. Interoperabilitas

harus dapat dicapai dalam keragaman penggunaan perangkat

keras dan perangkat lunak baik operating system, database dan

bahasa pemrograman yang tersedia saat ini dan khususnya yang

telah dipergunakan di berbagai instansi pemerintahan baik pusat

ataupun daerah.

g. Keamanan

Keamanan merupakan kerahasiaan, keutuhan,

ketersediaan, keaslian, dan kenirsangkalan sumber daya yang

mendukung SPBE. Manajemen Keamanan Informasi bertujuan

untuk menjamin keberlangsungan SPBE dengan meminimalkan

dampak risiko keamanan informasi. Manajemen keamanan

informasi dilakukan melalui serangkaian proses yang meliputi

penetapan ruang lingkup, penetapan penanggung jawab,

perencanaan, dukungan pengoperasian, evaluasi kinerja, dan

perbaikan berkelanjutan terhadap keamanan informasi dalam

SPBE (Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 Pasal 48 ayat 1

dan 2).

Informasi dikumpulkan, disimpan, diorganisasikan, dan

disebarluaskan dalam berbagai bentuk baik dokumen berbasis

kertas hingga berkas elektronik atau digital. Apapun bentuk

maupun cara penyimpanannya, harus selalu ada upaya dan untuk

melindungi keamanan informasi tersebut sebaik mungkin.


33

Manajemen keamanan informasi menjadi penting

diterapkan agar informasi yang beredar pada setiap organisasi

khususnya di lingkup Pemerintah daerah Kabupaten Toraja Utara

dapat dikelola dengan benar sehingga intstansi yangbersangkutan

dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang ada

dengan benar pula dalam rangka memberikan layanan yang

terbaik kepada masyarakat. Jaminan kemanan informasi dapat

dicapai melalui aktivitas penerapan sejumlah kontrol yang sesuai.

Pada dasarnya keamanan informasi melindungi informasi

yang ada pada sistem informasi dari orang yang tidak memiliki hak

akses atau hak untuk melakukan modifikasi terhadap informasi

tersebut baik dari sisi penyimpanan, waktu proses ataupun saat

informasi transit di suatu tempat.

Keamanan informasi merupakan suatu proses untuk

mengamankan informasi dari yang tidak berhak, menggunakan,

merusak, memodifikasi, mendistribusikan informasi tersebut.

Proses berulang ini melibatkan latihan terus menerus, penilaian,

proteksi, memonitor, mendeteksi, merespon insiden dan

memperbaiki, dan juga melakukan dokumentasi dan ulasan.

Proses ini membuat keamanan informasi menjadi bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari segala operasi bisnis di semua

kalangan.
34

B. Model Penelitian

Pengelolaan Pemerintahan yang baik (good governance) adalah

hal yang didambakan setiap pemimpin baik ditingkat nasional maupun di

daerah tak terkecuali Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara.

Namun, untuk mengimplementasikan good governance bukanlah perkara

yang mudah karena banyaknya kendala-kendala yang melanda suatu

daerah. Maka dari itu untuk tercapainya tujuan good governance,

pemerintah maupun masyarakatnya sendiri harus bekerja sama untuk

sadar dan menanamkan rasa peduli kepada Negara agar terwujudnya

kepemerintahan yang baik untuk selalu mematuhi peraturan atau standar

yang telah ditetapkan.

Seiring perkembangan zaman yang disertai dengan

perkembangan teknologi dan informasi sehingga menuntut pemerintah

agar penyelenggaraan pemerintahan juga mengandalkan kemajuan

teknologi. Hal tersebut direspon positif oleh pemerintah pada umumnya

dengan menerbitkannya Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018

Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Salah satu isi

kebijakan tersebut yang paling penting tercantum pada Pasal 2 ayat 1,

yang berbunyi bahwa SPBE dilaksanakan dengan prinsip efektivitas,

keterpaduan, kesinambungan, efisiensi, akuntabilitas, interoperabilitas,

dan keaman. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja

Utara sebagai bahan pertimbangan dalam menjadikan panduan dalam

penyelenggaraan SPBE yang efektif.


35

Gambar 2

Kerangka Model Penelitian

Efektivitas

Keterpaduan

Kesinambungan
Prinsip
Pengelolaan Efisiensi
SPBE
Akuntabilitas

Interoperabilitas

Keamanan

Sumber: Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 Tentang SPBE

C. Definisi Konsep

1. Efektifitas pengelolaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

adalah manajemen/pengelolaan penyelenggaraan pemerintahan

Kabupaten Toraja Utara yang memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi untuk memberikan layanan yang efektif kepada

penggunanya.

2. Prinsip adalah acuan dasar atau pedoman dalam pelaksanaan

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Kabupaten

Toraja Utara. Aspeknya adalah:

a. Efektivitas adalah optimalisasi pemanfaatan sumber daya

yang mendukung SPBE yang berhasil guna sesuai dengan

kebutuhan.

b. Keterpaduan adalah pengintegrasian sumber daya yang

mendukung SPBE.
36

c. Kesinambungan adalah keberlanjutan SPBE secara

terencana, bertahap, dan terus menerus sesuai dengan

perkembangannya.

d. Efisiensi adalah pemanfaatan sumber daya yang mendukung

SPBE yang tepat guna.

e. Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi dan

pertanggungjawaban dari SPBE.

f. Interoperabilitas adalah kolaborasi antar proses bisnis dan

antar sistem elektornik dalam rangka pertukaran data,

informasi, atau layanan SPBE.

g. Keamanan adalah kerahasiaan, keutuhan, ketersediaan,

keaslian, dan kenirsangkalan sumber daya yang mendukung

SPBE.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

penelitian studi naratif. Pendekatan ini dilakukan bertujuan untuk

memberikan gambaran melalui penjelasan secara rinci oleh para

innforman dan membandingkannya dengan data-data yang ada serta

menelaah dokumen yang ada terkait efektivitas pengelolaan Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Kabupaten Toraja Utara.

B. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi yang jelas dan valid terkait

permasalahan penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara pada informan penelitian

secara bebas untuk menggali informasi yang sedalam-dalamnya

terkait efektivitas pengelolaan Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik (SPBE) di Kabupaten Toraja Utara.

2. Observasi

Peneliti melakukan observasi langsung di lapangan untuk

melihat sejauh mana efektivitas pengelolaan Sistem Pemerintahan

Berbasis Elektronik (SPBE) di Kabupaten Toraja Utara dengan

mengamati atau mengambil gambar yang berkaitan dengan fokus

penelitian tersebut.

37
38

3. Telaah Dokumen

Mempelajari buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian, berupa dokumen-dokumen dan laporan-

laporan atau keluhan atas pengelolaan Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik (SPBE) di Kabupaten Toraja Utara.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data empiris yaitu data yang diperoleh

langsung melalui responden melalui kegiatan wawancara mendalam

terhadap informan. Pada penelitian ini pemilihan informan dipilih

secara purposive sampling (sengaja). Peneliti memilih informan

dengan pertimbangan dianggap mengetahui banyak hal dan dapat

memberikan informasi yang valid terkait penelitian tersebut. Informan

yang dimaksud tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sekda Kab. Toraja Utara (Koordinator SPBE) : 1 Orang

2) Kadis Komunikasi Informatika Statistik dan

Persandian Kabupaten Toraja Utara : 1 Orang

3) Sekretaris Dinas Komunikasi Informatika Statistik

dan Persandian kabupaten Toraja Utara : 1 Orang

4) Kepala Dinas DPMPTSP Kabupaten Toraja Utara : 1 Orang

5) Camat Tallunglipu Kabupaten Toraja Utara : 1 Orang

6) Operator SPBE di Kabupaten Toraja Utara : 2 Orang

Jumlah :7 Orang
39

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari observasi

langsung di lapangan dan telaah dokumen seperti pengkajian bahan

pustaka berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan dan

dokumen-dokumen penting lainnya terkait dengan pengelolaan Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Kabupaten Toraja Utara.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:338), proses

pengolahan data terdiri dari tahap pengumpulan data, reduksi data,

display data, verifikasi data, dan penarikan kesimpulan.

1) Tahap pengumpulan data

2) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhaaan, pengabstrakan, dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.

Kegiatan reduksi data sangat penting karena yang bersangkutan

dapat mulai memilah dan memifih data mana dan data dari siapa

yang dipertajam, data yang tidak sesuai atau tidak relevan dengan

tema penelitian peneliti akan menyingkirkan beberapa data

3) Display data, langkah berikutnya setelah proses reduksi data

beriangsung adalah penyajian data, sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakari. Dengan mencermati

penyajian data ini, peneliti lebih mudah memahami apa yang

sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan


40

4) Verifikasi, yaitu penguatan data yang diupayakan oleh peneliti

untuk mendeskripsikan secara detail tentang hasil penelitian yang

dilaksanakan, dengan tetap mengacu pada fokus penelitian

5) Penarikan kesimpulan, yaitu peneliti mengambil kesimpulan


setelah membahas hasil penelitian atau setelah melalui tahapan
tersebut di atas maka ditarik suatu kesimpulan yang merupakan
hasil yang dicapai.
Gambar 3
Model Analisis interaktif

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Penarikan


kesimpulan/verifikasi

Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:338)


Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas data penelitian

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Trianggulasi data dilakukan dengan cara, yaitu trianggulasi teknik,

trianggulasi sumber data dan trianggulasi waktu adalah :

a. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal

yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan

wawancara, obsevasi, dan dokumentasi.

b. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal

yang sama melalui sumber yang berbeda.

c. Trianggulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan

waktu yang berbeda pada satu sumber sehingga dapat


41

diketahui bahwa sumber data konsisten atau tidak konsisten

dalam memberikan data.

2. Mengumpulkan bahan referensi sebagai bahan pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan dalam penelitian yang

berupa peta, data statistik, maupun dokumen kebijakan atau

sumber referensi dari internet.


BAB IV

HASIl PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Toraja Utara

1. Letak Geografis

Kabupaten Toraja Utara terletak antara 2°-3° LS dan 119°-

120° BT. Jarak antara Rantepao (ibukota Kabupaten) dengan Kota

Makassar (ibukota Provinsi) 329 km.

Kabupaten Toraja Utara memiliki luas wilayah sebesar 1.151

km2 terdiri dari 21 kecamatan. Luas wilayah kecamatan Baruppu

(162 m2) dan Buntu Pepasan (132 km2) berkontribusi terhadap 1/4

luas Kabupaten Toraja Utara.

Kabupaten Toraja Utara berbatasan dengan:

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan

Provinsi Sulawesi Barat

 Sebelah selatan dengan Kabupaten Tana Toraja

 Sebelah timur berbatasan dengan daerah Kota Palopo dan

Kabupaten Luwu

 Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Barat.

Kabupaten Toraja Utara memiliki 31 Badan/Dinas dan 21

Kecamatan yang terdiri dari 111 Lembang dan 40 Kelurahan.

Kecamatan Rantepao sebagai Ibukota Kabupaten memiliki Lembang

terbanyak, yakni 20 Lembang.

42
43

2. Keadaan Demografi

Pada akhir tahun 2019, tercatat sebanyak 3.679 Pegawai

Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di Pemerintah Daerah Toraja

Utara. Sebanyak 2.230 PNS Fungsional Tertentu, 578 PNS

Fungsional Umum dan 871 PNS Struktural. Berdasarkan jenis

Kelamin, sebanyak 2.026 PNS adalah perempuan dan 1.653

merupakan PNS laki-laki.

Penduduk Kabupaten Toraja Utara berdasarkan proyeksi

penduduk tahun 2019 ada sebanyak 231.214jiwa dengan rasio jenis

kelamin penduduk laki- laki terhadap penduduk perempuan

sebesar 100,18. Dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2018,

penduduk Kabupaten Toraja Utara hasil proyeksi mengalami

pertumbuhan sebesar 0,62 persen.

Sementara itu, jumlah penduduk Kabupaten Toraja Utara

tahun 2019 hasil registrasi sebanyak 247.157 jiwa dengan rasio

jenis kelamin penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan

sebesar 103,59. Dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2018,

penduduk Kabupaten Toraja Utara hasil registrasi mengalami

pertumbuhan sebesar 0,68 persen.

3. Keadaan Iklim

Kabupaten Toraja Utara dan pada umumnya daerah di

Sulawesi Selatan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau


44

yang terjadi pada Juni sampai September dan musim hujan pada

bulan Desember sampai dengan Maret.

Berdasarkan pengamatan dari Stasium Badan Meteorologi

dan Geofisika (BMG) Rantetayo, di Kabupaten Toraja Utara, rata-

rata suhu udara 22,10 oC. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan

Oktober yaitu 30,10 oC dan suhu minimum terjadi pada bulan

September yaitu 16,50 oC.

B. Deskripsi Prinsip Pengelolaan Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik Di Kabupaten Toraja Utara

Suatu kegiatan atau aktivitas dapat dikatakan efektif bila

memenuhi beberapa kriteria tertentu. Efektivitas sangat berhubungan

dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,

ketepatan waktu, serta adanya usaha atau partisipasi aktif dari

pelaksana tugas tersebut. Efektivitas merupakan suatu pemanfaatan

sarana prasarana, sumber daya dalam jumlah tertentu yang

sebelumnya telah ditetapkan untuk menghasilkan sejumlah barang

atau jasa kegiatan yang akan dijalankan oleh seseorang atau suatu

perusahaan.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018

Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Salah satu isi

kebijakan tersebut yang paling penting tercantum pada Pasal 2 ayat 1,

yang berbunyi bahwa SPBE dilaksanakan dengan prinsip efektivitas,


45

keterpaduan, kesinambungan, efisiensi, akuntabilitas,

interoperabilitas, dan keaman.

1. Efektivitas

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan

antararencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah

diwujudkan.Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang

dilakukan tidaktepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau

sasaran yangdiharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Efektivitas suatu kegiatan juga tidak terlepas dari kualitas dan

kuantitas dari aparatur dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab

kegiatannya. Penentuan dan penunjukan tim dalam organisasi

terkadang mengabaikan aspek kualitas dari aparatur.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Drs. Rede Roni

Bare, M.Pd. selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Toraja Utara,:

“Kami selalu memaksimalkan agar pelaksanaan SPBE dapat


berjalan dengan efektif. kegiatan dapat maksimal sehingga
tepat sasaran”.
(Wawancara pada hari Senin, 12 Oktober 2020)

Kemudian diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak

Ade Kres Godole, SS. selaku operator SPBE sekaligus Kepala Bidang

Informatika Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian

Kabupaten Toraja Utara, bahwa:

“Penyelenggaraan SPBE dalam lingkup Pemkab Toraja Utara


didasarkan pada Perpres 95 Tahun 2018 tentang SPBE.
Kemudian untuk evaluasi pelaksanaan SPBE didasarkan pada
Permenpan nomor 5 tahun 2018 tentang Pedoman Evaluasi
SPBE. Berdasarkan indikator-indikator dalam kedua regulasi
46

tersebut. Penyelenggaraan SPBE di Pemkab Toraja Utara


belum tepat sasaran.
(Wawancara pada hari Senin, 19 Oktober 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, menggambarkan

bahwa adanya pedoman agar pelaksanaan SPBE di Kabupaten

Toraja Utara berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan karena dari

aspek regulasi belum tersedia peraturan daerah dan peraturan kepala

daerah yang cukup mendukung penyelenggaraan SPBE di Kab.Toraja

Utara.

Dari aspek tata kelola, belum terlaksana secara maksimal

karena kendala koorDinasi antar institusi dan keterbatasan sumber

daya manusia. Sementara dari aspek layanan masih minimnya

layanan-layanan secara elektronik yang dimiliki dan dipakai dalam

penyelenggaraan pemerintahan”.

Gambar 4

Pengontrolan Menara di Kecamatan Tallunglipu

Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2020


47

Berdasarkan gambar 4 di atas, menunjukkan sedang adanya

kegiatan control terhadap menara jaringan di kabupaten Toraja Utara.

Hal ini sangat penting karena kalau jaringan internet tidak bisas

trsambung secara maksimal, maka tentu akan berdampak terhadap

penyelenggaraan SPBE di Kabupaten Toraja Utara. Oleh karena itu,

perlu dilakukan pengontrolan secara kontinyu guna memastikan

efektivitas atas sarana dan prasarana yang ada.

Gambar 5

Kegiatan Pengontrolan (Ruang Server)

Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2020

Kecenderungan yang ada aparat yang dilibatkan adalah

aparatur yang memiliki kedekatan (patron) kepada pimpinan suatu

organisasi tanpa memperhatikan kulitas dan pengalaman dari

aparatur tersebut. Hal inilah yang terkadang menjadi penghambat


48

tercapainya efektivitas dalam penyelesaian suatu pekerjaan dan

perencanaannya.

2. Keterpaduan

Hasil wawancara dengan Bapak Yakub Pongsendana, S.Pd.

selaku Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan

Persandian kabupaten Toraja Utara, bahwa:

“Ini yang menjadi sedikit permasalahan karena kita masih


mengalami keterbatasan SDM. Selain kurang dari jumlahnya,
juga merekaa perlu untuk dibuatkan diklat atau pelatihan
khusus”.
(Wawancara pada hari Sabtu, 3 Oktober 2020)

Kemudian ditambahkan dengan hasil wawancara dengan

Bapak Ade Kres Godole, SS. selaku operator SPBE sekaligus Kepala

Bidang Informatika Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan

Persandian Kabupaten Toraja Utara, bahwa:

“Keterbatasan SDM, khususnya ketersediaan operator SPBE,


masih mejadi salah satu kendala penyelenggaraan SPBE di
Kab.Toraja Utara. Keterbatasan ini bukan saja terkait dengan
kuantitas tetapi juga kualitas SDM operator SPBE yang perlu
untuk terus ditingkatkan. Sumber daya finansial, dalam hal ini
anggaran, juga menjadi salahsatu kendala dalam
penyelenggaraan SPBE. Bahkan dalam beberapa
kesempatan anggaran seringkali menjadi kendala utama untuk
menggerakkan penyelenggaraan SPBE”.
(Wawancara pada hari Senin, 19 Oktober 2020)

Faktor pendukung sekaligus juga bisa menjadi faktor

penghambat adalah komitmen dari para pembuat keputusan (decision

makers). Dalam hal ini pimpinan daerah dan DPRD. Malah bisa

dikatakan bahwa para pembuat keputusan inilah yang sangat

menentukan apakah indikator- indikator penyelenggaraan SPBE dapat


49

benar-benar terlaksana. Misalnya dari aspek kebijakan. Peraturan

Daerah dan/atau Peraturan Kepala Daerah tidak akan mungkin

terwujud tanpa komitmen pimpinan daerah dan DPRD.

3. Kesinambungan

Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Rede Roni Bare, M.Pd.

selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Toraja Utara,:

“Tentu kita menginginkan agar program SPBE ini dapat


berjalan dengan maksimal di Kabupaten Toraja Utara. Oleh
karena iitu, perlu didukung dengan anggaran dan kebijakan
yang sesuai agar berjalan maksimal secara terus menerus”.
(Wawancara pada hari Senin, 12 Oktober 2020)

Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Ade Kres

Godole, SS. selaku operator SPBE sekaligus Kepala Bidang

Informatika Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian

Kabupaten Toraja Utara, bahwa:

“Unsur pimpinan, khususnya pimpinan daerah, tentu saja


menginginkan penyelenggaran SPBE ini dapat berjalan
dengan baik. Dukungan para pimpinan daerah yang riil antara
lain dukungan anggaran dan penetapan kebijakan/regulasi
SPBE”.
(Wawancara pada hari Senin, 19 Oktober 2020)

Perencanaan strategis merupakan kegiatan manajemen

organisasi yang digunakan untuk menetapkan prioritas, memfokuskan

energi dan sumber daya, memperkuat kinerja operasional.

Perencanaan strategis juga memastikan bahwa pegawai dan

pimpinan bekerja menuju tujuan bersama dan menetapkan

kesepakatan tentang hasil yang diinginkan, serta menyesuaikan arah

organisasi saat terjadi perubahan.


50

4. Efisiensi

Efisiensi dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran

keberhasilan sebuah kegiatan atau proyek yang dinilai berdasarkan

besarnya biaya beserta sumber daya yang digunakan atau

dikeluarkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Drs. Rede Roni

Bare, M.Pd. selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Toraja Utara:

“Kami selalu meyarankan kepada seluruh elemen terkait agar


dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin meskipun
dengan segala keterbatasan”.
(Wawancara pada hari Senin, 12 Oktober 2020)

Namnu berbeda dengan hasil wawancara dengan Bapak Roni

Kalasuso, S.E. selaku Camat Rantepao bahwa:

“Bagaimana caranya mau efisien sementara SDM yang ada


kurang dan kurang, sementara yang ada sekaarang masih
perlu dikembangkan pemampuannya dalam mengelola inni”.
(Wawancara padaa Jumat, 9 Oktober 2020)

Berdasarkan hasil wawancara atas kedua informan di atas,

menunjukkan bahwa pentingnya dalam memaksimalkan atas sumber

daya yang dimiliki. Seyogiyanya segala segala keterbatasan sumber

daya yang dimiliki baik sumber daya finansial maupun sumber daya

manusia dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Kemudian ditambahkan dengana hasil wawancara bersama

Bapak Ade Kres Godole, SS. selaku operator SPBE sekaligus Kepala

Bidang Informatika Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan

Persandian Kabupaten Toraja Utara, bahwa:


51

“Unsur pimpinan, khususnya pimpinan daerah, dapat menjadi


“penekan” khususnya dalam hal koorDinasi antar instansi dan
pemangku kepentingan sehingga setiap sumber daya yang
ada dapat dimaksimalkan untuk penyelenggaraan SPBE”.
(Wawancara pada hari Senin, 19 Oktober 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, menunjukkan bahwa

pentingnya peranan pimpinan dalam setiap instansi untuk dapat

mengefisienkan atas segala sumber daya yang dimiliki. Peran

pimpinan dimaksudkan dalam pengaturan yang baik agar dapat

mencapai tujuan meskipun dengan keterbatasan sumber daya yang

dimiliki.

Gambar 6

Pemasangan Sarana Prasarana TIK Untuk Kegiatan Zoom

Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2020

Gambar 6 di atas diabadikan peneliti pada saat sedang

menjalankan tugas pokok di Kantor Dinas Komunikasi, Informasi,


52

Statistk, dan Persandian Kabupaten Toraja Utara sekaligus

menjalankan peran penelitiaan (observasi). Pada gambar tersebut

dijelaskan bahwa adanya upaya pemanfaatan penyelenggaraan

SPBE (rapat via daring dengan menggunakan aplikasi zoom) dengan

memaksimalkan atas peralatan yaan ada serta jaringan yang kurang

memadai.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi dan

pertanggungjawaban dari SPBE. Setiap organisasi yang aktif pasti

memiliki kegiatan untuk menunjukan eksistensinya.

Sebagaimana hasil wawancara bersama Ibu Dra. Mulyati. S.

Tikupadang, selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kabupaten Toraja Utara, bahwa:

“Yaa…semua kegiatan tentunya harus dilakuan


pertanggungjawaban. Hal tersebut guna melihat sejauh mana
pelaksanaan dan output yang dihasilkan oleh sistem yanga da
tersebut”.
(Wawancara pada hari Jumat, 9 Oktober 2020)

Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak Roni Gasari,

S.Hut. selaku operator SPBE di Kabupaten Toraja Utara, bahwa:

“Akuntabilitas penyelenggaraan SPBE lingkup Pemkab Toraja


Utara dapat dipertanggungjawabkan dari dua sisi. Pertama,
dari sisi pelaksanaan, kebijakan-kebijakan apa yang sudah
tersedia, tata kelola yang sudah terlaksana dan layanan-
layanan SPBE apa saja yang sudah dimiliki dan sudah dapat
difungsikan dengan baik. Kedua, dari sisi administrasi.
Dokumentasi kegiatan, administrasi keuangan terus berusaha
untuk diperbaiki. Kendala utama adalah komitmen untuk
benar-benar menyelenggarakan SPBE ini dengan maksimal”.
(Wawancara pada hari Kamis, 1 Oktober 2020)
53

Pernyataan kedua informan di atas menunjukkan bahwa

adanya pertanggungawaban terhadap penyelenggaraan program

khususnya SPBE di lingkup Pemerintahan Kabupaten Toraja Utara.

Mulai dari penngelolaan sampai apda tahap pembuktian dokumennya.

Gambar 7

Sosialisasi Sistem Informasi Pendukung Pengambilan Keputusan

Sumber: Hasil Telaah Dokumentasi Peneliti, 2020

Gambar 7 di atas peneliti dapatkan pada laporan kegiatan.

Pada gambar tersebut dapat jelaskan bahwa adanya pelaksanaan

sosialisasi terhadap penyelenggaraan SPBE di lingkup Pemerintahan

Kabupaten Toraja Utara dalam hal kegiatan sosialisasi.

6. Interoperabilitas

Interoperabilitas adalah koorDinasi dan kolaborasi antar

proses bisnis dan antar sistem elektornik dalam rangka pertukaran


54

data, informasi, atau layanan SPBE. Interoperabilitas merupakan

kapabilitas dari suatu produk atau sistem (yang antarmukanya

diungkapkan sepenuhnya) untuk berinteraksi dan berfungsi dengan

produk atau sistem lain, baik saat ini ataupun di masa mendatang,

tanpa batasan akses atau implementasi.

Sebagaimaana hasil wawancara dengan Bapak Roni Gasari,

S.Hut. selaku operator SPBE di Kabupaten Toraja Utara, bahwa:

“Koordinasi senantiasa dilaksanakan. Hasil koordinasi yang


masih perlu untuk dimaksimalkan dalam implementasinya.
Kendala komitmen bersama yang biasanya menjadi tantangan
dalam koorDinasi”.
(Wawancara pada hari Kamis, 1 Oktober 2020)

Hasil wawancara di atas merupakan gamabran bahwaa asih

lemahnya koorDinasi yang terbangun baik internal maaupun antar

instansi di ligkup pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara. Denagn

demikian, program yang akan dijalankaan akadang kala menjadi tidak

maksimal karena lemahnya koorDinasi tersebutsehingga

menyebabkan lemahnya komitmen penyelenggara.


55

Gambar 8

Rapat Koordinasi Terkait Penyelenggaraan SPBE

Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2020

Gambar 8 di atas berhasil diabadikan oleh peneliti pada saat

sedang dilakukan rapat koordiansi pada internal Dinas Komunikasi,

Informatika, Statistik, dan Persandian Kabupaten Toraja Utara. Pada

rapat koordiansi tersebut dibahas terkait sejauh mana kesiapan pihak

Instansinya dalam meyelenggarakan SPBE secara maksimal.

Gambar 9

Rapat Koordinasi Via Zoom

Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2020


56

Selain rapat koordinasi yang dilakukan antara internal, juga

dilakukan raapat koordinasi secara umum di lingkup pemerintah

daerah Kabupaten Toraja Utara. Ppada rapat tersebut, dipimpin

langsung oleh Bupati Toraja Utara di kantornya.

7. Keamanan

Manajemen keamanan informasi dilakukan melalui

serangkaian proses yang meliputi penetapan ruang lingkup,

penetapan penanggung jawab, perencanaan, dukungan

pengoperasian, evaluasi kinerja, dan perbaikan berkelanjutan

terhadap keamanan informasi dalam SPBE (Peraturan Presiden

Nomor 95 Tahun 2018 Pasal 48 ayat 1 dan 2).

Sebagaimana diungkapkkan oleh Anugrah Yanus

Rundupadang, S.E., M.M. selaku Sekretaris Dinas Komunikasi,

Informasi, Statistik, dan Persandian Kabupaten Toraja Utara,

mengatakan:

“Jadi setiap pekerjaan pada dasarnya harus dirahasiakan


untuk publik. Dengan kata lain, ada kalanya informasi
diokspos keluar, dan ada kalanya harus memang
dirahasiakan. Seperti halnya SPBE ini, tentu harus dijaga
dengan semaksimal ungkin data yang dimiliki agar tidak
disalahgunakan oleh oknum yag tidak bertanggungjawab”.
(Wawancara pada hari Kamis, 15 Oktober 2020)

Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Ade Kres

Godole, SS. selaku operator SPBE sekaligus Kepala Bidang

Informatika Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian

Kabupaten Toraja Utara, bahwa:


57

“Data dikelola sesuai dengan standar operasional dan


prosedur yang sesuai, termasuk kerahasiaan data”.
(Wawancara pada hari Senin, 19 Oktober 2020)

Keaslian data dijaga dengan melaksanakan verifikasi data,

baik oleh produsen data maupun wali data. Selain itu, data

pembanding juga digunakan sebagai alat kontrol keaslian data.

Sebagaimana Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

Dinas Komunikasi, Informasi, Statistik, dan Persandian Kabupaten

Toraja Utara pada Tahun 2019, bahwa pada bidang persandian belum

belum diterapkannya Standar Nasional Manajemen Keamanan

Nasional karena program dan anggaran yang belum memadai. Selain

itu, masih terbatasnya SDM teknis pengamanan informasi. sampai

tahun 2019 baru 1 orang sandiman yang tersedia. Kurang kesadaran

untuk mengamankan informasi di masing-masing unit kerja baik OPD

maupun Unit Pelaksana Tugas di kecamatan–kecamatan dan

kelurahan/lembang serta unit layanan seperti Puskesmas.

C. Analisis Data

1. Efektivitas

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat

dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu

faktor untuk menentukan apakah perludilakukan perubahan secara

signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak.

Dalam hal ini, efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi


58

melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau

dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output).

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu

hal yang sangat sederhana. Efektivitas dapat dikaji dari berbagai

sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta

menginterpretasikannya.

Begitu pun dengan mengukur efektivitas atas

penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).

Tentu kita harus mengukur secara menyulur terkait jalannya program

tersebut pada instansi di Lingkup pemerintah Daerah Kabupaten

Toraja Utara.

Oleh karena itu, segala sumber daya yang digunakan harus

senantiasa dilaakukan pengontrolan atau evaluasi terhadap kualitas

dan cara kerja terhadap sarana dan prasarana yang dibutuhkan agar

dapat bekerja dengan maksimal. Melalui langkah tersebut, tentu akan

memudahkan kita dalam pencapaian tujuan secara efektiff

2. Keterpaduan

Penerapan SPBE yang terpadu akan mentransformasi sistem

pemerintahan, baik dari segi tata kelola pemerintahan, tata kelola

aplikasi, dan infrastruktur, serta manajemen pelaksanaa. Hal tersebut

yang mengedepankan prinsip berbagi sumber daya, kolaborasi, dan

integrasi antar instansi pemerintah.


59

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pentingnya

dalam pengontrolan atau evaluasi terhadap saarana dan prasarana

yang digunakan, juga tidak kala pentingnya adalah pengintegrasian

antara seluruh sumber daya yang digunakan. Sumber daya yang

dimaksud adalah sumber daya mausia dan sumber daya finansial

lainnya.

Untuk percepatan implementasi SPBE yang terpadu,

mengurangi inefisiensi anggaran dan meningkatkan kualitas

penyelenggaraan pelayanan publik di seluruh instansi pemerintah,

dilakukan pembangunan/pengembangan aplikasi umum berbagi pakai

untuk bidang perencanaan, penganggaran, pengadaan barang dan

jasa pemerintah, akuntabilitas kinerja, pemantauan dan evaluasi,

kearsipan, kepegawaian, dan pengaduan pelayanan publik.

3. Kesinambungan

Kesinambungan adalah keberlanjutan SPBE secara

terencana, bertahap, dan terus menerus sesuai dengan

perkembangannya. Dengan penyusunan program yang baik maka

dapat membantu pegawai dalam bekerja secara sistematis dan

terstruktur sehingga kinerja organisasi dapat meningkat. Oleh karena

itu, dibutuhkan perencanaan strategis agar penyelenggaraan SPBE

dapat berjalan dengan efektif.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur

kualitas atas program yang akan dibuat adalah melalui sistem


60

perencanaan yang matang. Apalagi SPBE ini bukanlah hal yang

mudah untuk dilakukan, melainkan harus dilakukan secara

tersistematis mulai dari perencanaan sampai evauasi program.

Hal tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan kita

dalam menjalannkan program tersebut sehingga dapat meminimalisir

resiko pengelola pada saat menjalankan program kedepannya.

Dengan demikiaan, resiko akan biisaa diatasi sejak dini.

4. Efisiensi

Semakin sedikit sumber daya atau biaya yang digunakan

untuk mencapai hasil yang diinginkan maka prosesnya dapat

dikatakan semakin efisien. Maka, suatu kegiatan dapat dikatakan

efisien apabila ada perbaikan pada prosesnya, misalnya menjadi lebih

murah atau lebih cepat.

Tak terkecuali dengan penyelenggaraan SPBE di Kabupaten

Toraja Utara. Penyelenggaraan SPBE tersebut diusahakan agar dapat

terlaksana dengan maksimal meskipun dengan sumber daya yang

minim.

5. Akuntabilitas

Ketika suatu kegiatan selesai dilakukan, anggota organisasi

yang bertanggung jawab diwajibkan untuk dipertanggungjawabkan.

Sebagaimana penyelengaraan SPBE di Kabupaten Toraja Utara tentu

membutuhkan pertanggungjawaban penyelenggara sebagai salah

satu wujud dari evaluasinya.


61

Laporan pertanggungjawaban bertujuan menjabarkan secara

rinci proses pelaksanaan kegiatan, mulai dari sebelum digelar, saat

berlangsung, dan setelah kegiatan selesai. Laporan ini juga dapat

menggambarkan masalah yang dihadapi oleh seluruh penyelenggara

SPBE dan pada akhirnya dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk

kegiatan di masa mendatang. Selain sebagai bahan evaluasi, laporan

pertanggungjawaban juga bertujuan untuk mengukur kemampuan tim

pelaksana kegiatan dalam mempertanggungjawabkan hasil kerja

masing-masing pihak yang terlibat serta pada penyelenggaraan SPBE

tersebut.

6. Interoperabilitas

Interoperable pada dasarnya akan menjamin bahwa sistem

aplikasi akan dapat saling berkomunikasi serta bertukar data dan

informasi dengan sistem aplikasi lain untuk membentuk sinergi sistem.

Kolaborasi dalam penyelenggaran SPBE sudah dilaksanakan.

Salah satu contoh tim evaluator internal SPBE Pemerintah Daerah

Kabupaten Toraja Utara yang terdiri dari pelbagai unsur dalam

lingkup Pemerintah Kabupaten Toraja Utara hanya saja belum

maksimal karena titik fokus masing-masing pihak yang terbagi antara

tugas pokok dengan tugas penyelenggaraan SPBE serta belum

maksimalnya komitmen pimpinan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengkolaborasikan

agar seluruh sistem atau aplikasi dapat terintegrasi satu sama lain
62

sehingga data dapat seragam. Inilah yang menjadi tugas dan

tanggung jawab pemerintah daerah kedepannya agar dapat

menjalankan seluruh program tersebut tapa menghambat program

aatau aplikasi lainnya.

7. Keamanan

Keamanan informasi merupakan suatu proses untuk

mengamankan informasi dari yang tidak berhak, menggunakan,

merusak, memodifikasi, mendistribusikan informasi tersebut. Proses

berulang ini melibatkan latihan terus menerus, penilaian, proteksi,

memonitor, mendeteksi, merespon insiden dan memperbaiki, dan juga

melakukan dokumentasi dan ulasan. Proses ini membuat keamanan

informasi menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari segala

operasi bisnis di semua kalangan.

Menjaga keamanan data adalah kewajiban kita bersama

khususnya operator pada penyelenggaraan SPBE di Kabupaten

Toraja Utara. Oleh karena itu, penunjukan pegawai menjadi operator

dalam penyelenggaraan SPBE bukan hanya memperhitungkan atas

kemampuan yang dimiliki, namun juga perlu dipertimbangkan sejauh

mana loyaalitasnya terhadap organisasinya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa pengelolaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

(SPBE) di Kabupaten Toraja Utara adalaah sebagai berikut:

1. Pada aspek efektivitas, belum berjalan dengan efektif karena

SPBE belum dilaksanakan secara keseluruhan oleh instansi di

lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara.

2. Pada aspek keterpaduan, belum berjalan dengan efektif karena

masih kurangnya SDM baik dari aspek kuantitas maupun dari

aspek kualitas. Selain itu, juga disebabkan karena minimnya

anggaran untuk menyelenggarakan SPBE tersebut.

3. Pada aspek kesinambungan, belum berjalan dengan efektif

karena kurangnya dukungan dari pemerintah daerah atas

kebijakan dalam penyelenggaraan SPBE di Kabupaten Toraja

Utara. Selain itu, juga karena kurangnya dukungan pemerintah

daerah dalam alokasi anggaran yang diberikan dalam

penyelenggaraan SPBE tersebut.

4. Pada aspek efisien, belum efektif karena masih rendahnya

kemampua sumber daya manusia yang dimiliki serta rendahnya

peranan pimpinan instansi dalam menyelenggarakan SPBE.

63
64

5. Pada aspek akuntabilitas, berjalan cukup efektif akrena adanya

pertanggungjawaban yang dilakukan baik pengelolaa SPBE

tersebut maupun dokumentasi administrasinya.

6. Pada aspek interoperabilitas, sudah berjalan dengan efektif

karena senantiasa dilakukan koordinasi dengan aksimal, baik

internal instansi maupun antarinstansi dalam lingkup Pemerintah

Daerah Kabupaten Toraja Utara.

7. Pada aspek keamanan, sudah berjalan cukup efektif karena

operator menjalankan program SPBE dengan menjaga

kerahasiaan data tersebut agar tidak diekspos kepada pihak yang

tidak berkepentingan.

B. Saran

Berdassarkan kesimpulan dii atas, maka dapat disarankan

sebagai berikut:

1. Pada aspek efektivitas, perlunya komitmen dari pemerintah

daerah khususnya para pimpinan instansi di lingkup pemerintah

daerah Kabupaten Toraja Utara agar menyelenggarakan SPBE d

instansinya.

2. Pada aspek keterpaduan, perlunya ada penambahan operator

penyelenggara SPBE pada setiap instansi kemudian seluruh

operator yang ada harus dibuatkan pelatihan secara teknis agar

daapt meningkatkan keterampila dan pemahamannya dalam

pelaksanaan tugasnya. Selanjutnya, pentingnya perhatian


65

pemerintah daerah melalui pimpinan istansi masing-masing agar

mengalokasikan khusus terkait dengan penyelenggaraan SPBE

tersebut.

3. Pada aspek kesinambungan, pentingnya dukungaan dari

pemerintah daerah Kabupaten toraja Utara agar menyusun dan

menetapkan regulasi yang dapat mendorong agar seluruh OPD di

Lingkup Pemerintahan Kabupaten Toraja Utara

menyelenggarakan SPBE tersebut.

4. Pada aspek efisien, perlu dilakukan pengembangan kapasitas

pegawai (operator) melalui pelatihan secara kontinyu agar dapat

lebih memahami terkait dengan penyelenggaraan SPBE yang

ada. Selain itu, perlunya komitmen pimpinan instansi untuk

menyelenggarakan SPBE tersebut.

5. Pada aspek akuntabilitas, perlu dipertahankan bahkan perlu

ditingkatkan transparaansi atas pertanggungjawabannya agar

lebih meningkatkan keperayaaan publik dalam hal

penyelenggaraan SPBE tersebut.

6. Pada aspek interoperabilitas, sebaiknya lebih meningkatkan

koordinasi agar penyelenggaraan SPBE berjalan semakin efektif.

7. Pada aspek keamanan, sebaiknya operator lebih berhati-hati

dalam menyimpan data agar tidak mudah diakses sehingga data

tersebut tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak

bertanggungjawab.
DAFTAR PUSTAKA

A. Jurnal

Bungkaes H.R.J.H, Posumah dan Burhanuddin kiyai. 2013. Hubungan


Efektivitas Pengelolaan Program Raskin dengan Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat di Desa Mamahan Kecamatan Gemeh
Kabupaten Kepulauan Talaud. Acta Diurna. Vol -. No -. [1-23].
Caiden, G.E., 1991. “ What Really is public Administartion?‟‟ Dalam Public
Administration Review, Vol. 51, No.6

B. Buku

Abdurahmat. 2003. Pengertian Efektivitas. Universitas Negeri Yogyakarta:


Lumbung Pustaka.
Dunn, William, N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
-----------------------. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui
Reformasi Birokrasi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fakih, Mansour. 2009. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.
Yogyakarta: Insist Press.
Ganie, Rochman. 2000. Good Governance, Prinsip, Komponen dan
Penerapannya dalam Hak Asasi Manusia (Penyelenggara Negara
yang Baik. Jakarta: Komnah HAM.
Ginanjar, Kartasasmita. 1994. Pembangunan Untuk Rakyat, Memandukan
Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: PT. Pustaka CIDES INDO.
Hasibuan, S.P Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi
Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaharuan.
Lembaga Administrasi Negara. SANKRI. 2003. Prinsip-Prinsip
Penyelenggaraan negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

65
66

Martoyo, Susilo. 2002. Manajemen Sumber Daya manusia. Edisi


Kedelapan.Yogyakarta: BPFE.
Masruri. 2014. Analisis Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan. Padang: Akademia Permata.
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen.
Jakarta: Salemba Empat.
Nurmandi, Achmad. 2010. Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Sinergi Visi Utama.
Rakhmat. 2009. Teori Administrasi dan Manajemen Publik. Banten:
Pustaka Arif.
Sangkala, 2007. Knowledge Management: Suatu Pengantar Memahami
Bagaimana Organisasi Mengelola Pengetahuan Sehingga Menjadi
Organisasi yang Unggul. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.
Sedarmayanti. 2003. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.
Bandung: Ilham Jaya.
Siagian, P., Sondang. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta.
Sutadji. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Yogyakarta: Dee Publish.
Syamsi,Ibnu. 2004. Efisiensi,Sistem,dan Prosedur Kerja. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Tikson, T. Deddy. 2005. Administrasi Pembangunan. Makassar: Gemilang
Persada.
Todaro, P., Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
C. Sumber Lain

Republik Indonesi. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang


Pelayanan Publik.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan daerah.
Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 Tentang
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
67

Surat Keputusan. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara


Nomor 63/KEP/M.PAN/7.2003.
Republik Indonesia. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63 Tahun 2009.
Surat Keputusan (SK) Bupati Tahun 2019 tentang Pembentukan Tim
Teknis Pengolahan, Updating, Analisis Data dan Statistik Daerah
Kabupaten Toraja Utara Tahun 2019
https://www.torajautarakab.go.id
https://dss.torajautarakab.go.id.
PEDOMAN WAWANCARA

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK
DI KABUPATEN TORAJA UTARA
Pertanyaan Untuk Sekretaris Daerah, Kepala Dinas, dan Sekretaris
Dinas Komunikasi dan Informasi Statistik dan Persandian
Kabupaten Toraja Utara

A. Efektivitas

1) Menurut Bapak/Ibu, sejauh mana penyelenggaraan SPBE berjalan

dengan tepat sasaran di Kabupaten Toraja Utara? Mengapa

demikian?

2) Menurut Bapak/Ibu, sejauh mana penyelenggaraan SPBE dapat

tepat sasaran di kabupaten Toraja Utara? Mengapa demikian?

B. Keterpaduan

3) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana dukungan atas ketersediaan

sumber daya manusia dalam menyelenggarakan SPBE di

Kabupaten Toraja Utara?

4) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana dukungan sumber daya finansial

dalam penyelenggaraan SPBE di Kabupaten Toraja Utara?

5) Menurut Bapak/ibu, apa saja yang faktor pendukung dan

penghambat lainnya dalam penyelenggaraan SPBE di Kabupaten

TorajaUtara?

C. Kesinambungan

6) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana perencanaan pengembangan

kedepannya terhadap penyelenggaraan SPBE di Kabupaten

Toraja utara?
D. Efisiensi

7) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana penyelenggara SPBE

memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki agar

menghasilkan hasil yang maksimal?

E. Akuntabilitas

8) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana model pertanggungjawaban atas

penyelenggaraan SPBE di Kabupaten Toraja Utara? apakah

model pertanggungjawaban tersebut mudah untuk dipahami?

9) Menurut Bapak/Ibu, apa saja yang menjadi kendala dalam

pertanggungjawaban tersebut?

F. Interoperabilitas

10) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana model koordinasi yang terbangun

baik internal instansi maupun antar instansi dalam

penyelenggaraan SPBE di Kabupaten Toraja Utara? apakah

sudah berjalan dengan baik? mengapa demikian?

11) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana model kolaborasi yang terbangun

baik internal instansi maupun antar instansi dalam

penyelenggaraan SPBE di Kabupaten Toraja Utara? apakah

sudah berjalan dengan baik? mengapa demikian?

G. Keamanan

12) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana penyelenggaran SPBE pada

setiap instansi di Kabupaten Toraja Utara menjaga kerahasiaan

datanya?
13) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana penyelenggara SPBE di

Kabupaten Toraja Utara dalam menyediakan segala data

kebutuhan dalam penyelenggaraan SPBE tersebut?


PEDOMAN WAWANCARA

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK
DI KABUPATEN TORAJA UTARA
Pertanyaan Untuk Kepala Dinas dan Camat di Kabupaten Toraja Utara

A. Efektivitas

1) Menurut Bapak/Ibu, sejauh mana penyelenggaraan SPBE berjalan

dengan tepat sasaran di Instansi yang Anda pimpin? Mengapa

demikian?

2) Menurut Bapak/Ibu, sejauh mana penyelenggaraan SPBE dapat

tepat sasaran di Instansi yang Anda pimpin? Mengapa demikian?

B. Keterpaduan

3) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana dukungan atas ketersediaan

sumber daya manusia dalam menyelenggarakan SPBE di Instansi

yang Anda pimpin?

4) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana dukungan sumber daya finansial

dalam penyelenggaraan SPBE di Instansi yang Anda pimpin?

5) Menurut Bapak/ibu, apa saja yang faktor pendukung dan

penghambat lainnya dalam penyelenggaraan SPBE di Instansi

yang Anda pimpin?

C. Kesinambungan

6) Bagaimana Bapak/Ibu melakukan perencanaan pengembangan

kedepannya terhadap penyelenggaraan SPBE di Instansi yang

Anda pimpin?
D. Efisiensi

7) Bagaimana Bapak/Ibu memanfaatkan segala sumber daya yang

dimiliki agar penyelenggara SPBE dapat berjalan dengan

maksimal di Instansi yang Anda pimpin?

E. Akuntabilitas

8) Bagaimana Bapak/Ibu mempertanggungjawabkan atas

penyelenggaraan SPBE di Instansi yang Anda pimpin?

9) Menurut Bapak/Ibu, apa saja yang menjadi kendala dalam

pertanggungjawaban tersebut?

F. Interoperabilitas

10) Bagaimana Bapak/Ibu melakukan koordinasi baik internal instansi

maupun antar instansi dalam penyelenggaraan SPBE di Instansi

yang Anda pimpin? apakah sudah berjalan dengan baik?

mengapa demikian?

11) Bagaimana Bapak/Ibu melakukan kolaborasi baik internal instansi

maupun antar instansi dalam penyelenggaraan SPBE di Instansi

yang Anda pimpin? apakah sudah berjalan dengan baik?

mengapa demikian?

G. Keamanan

12) Bagaimana upaya Bapak/Ibu menjaga kerahasiaan data dalam

penyelenggaraan SPBE di Instansi yang Anda pimpin?

13) Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam menyediakan segala data

kebutuhan dalam penyelenggaraan SPBE tersebut di Instansi

yang Anda pimpin?


PEDOMAN WAWANCARA

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK
DI KABUPATEN TORAJA UTARA
Pertanyaan Untuk Operator SPBE di Kabupaten Toraja Utara

A. Efektivitas

1) Menurut Bapak/Ibu, sejauh mana penyelenggaraan SPBE berjalan

dengan tepat sasaran di Instansi Anda? Mengapa demikian?

2) Menurut Bapak/Ibu, sejauh mana penyelenggaraan SPBE dapat

tepat sasaran di Instansi Anda? Mengapa demikian?

B. Keterpaduan

3) Menurut Bapak/Ibu, apakah operator yang disiapkan sekarang

sudah memadai untuk penyelenggaraan SPBE di Kabupaten

Toraja Utara khususnya di Instansi Anda?

4) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana dukungan sumber daya finansial

dalam penyelenggaraan SPBE di Kabupaten Toraja Utara

khususnya di Instansi Anda?

5) Menurut Bapak/ibu, apa saja yang faktor pendukung dan

penghambat lainnya dalam penyelenggaraan SPBE di Kabupaten

TorajaUtara khususnya di Instansi Anda?

C. Kesinambungan

6) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana rencana pengembangan pimpinan

Anda terhadap penyelenggaraan SPBE di Instansi Anda?


D. Efisiensi

7) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana pimpinan Anda

menyelenggarakan SPBE dengan memanfaatkan segala sumber

daya yang ada agar menghasilkan hasil yang maksimal di Instansi

Anda?

E. Akuntabilitas

8) Bagaimana Bapak/Ibu mempertanggungjawabkan atas

penyelenggaraan SPBE di Instansi Anda? apakah model

pertanggungjawaban tersebut mudah untuk dipahami?

9) Menurut Bapak/Ibu, apa saja yang menjadi kendala dalam

pertanggungjawaban tersebut?

F. Interoperabilitas

10) Bagaimana Bapak/Ibu melakukan koordinasi dalam

penyelenggaraan SPBE di Instansi Anda? apakah hal tersebut

sudah berjalan dengan baik? jika tidak, mengapa demikian?

11) Bagaimana Bapak/Ibu melakukan kolaborasi dalam

penyelenggaraan SPBE di Instansi Anda? apakah hal tersebut

sudah berjalan dengan baik? jika tidak, mengapa demikian?

G. Keamanan

12) Bagaimana Bapak/Ibu menjalankan SPBE di Instansi Anda

dengan tetap menjaga kerahasiaan datanya?

13) Bagaimana Bapak/Ibu menjalankan SPBE di Instansi Anda

dengan tetap menjaga keaslian atas datanya tersebut?


PEDOMAN OBSERVASI

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK
DI KABUPATEN TORAJA UTARA

Observasi akan dilakukan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan

dengan efektivitas pengelolaan sistem pemerintahan berbasis elektronik

pada Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Kabupaten

Toraja Utara. Peneliti menggambarkannya melalui narasi berikut:

1. Proses penyelenggaraan SPBE pada setiap instansi di lingkup

Pemerintahan Kabupaten Toraja Utara

2. Sikap penyelenggara/Operator dalam menjakankan tugasnya

3. Dampak/manfaat yang ditimbulkan atas penyelenggaraan SPBE


PEDOMAN TELAAH DOKUMEN

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK
DI KABUPATEN TORAJA UTARA

Telaah dokumen dilakukan sebagai data penunjang karena

sejumlah fakta dan data tersimpan sebagai dokumen sehingga memberi

peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi

diwaktu silam terkait dengan efektivitas pengelolaan sistem pemerintahan

berbasis elektronik pada Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan

Persandian Kabupaten Toraja Utara. Telaah dokumen meliputi:

1. Kebijakan/aturan baik tingkat nasional maupun tingkat daerah

terkait penyelenggaraan SPBE

2. Dokumen perencanaan dalam penyelenggaraan SPBE

3. Data kesiapan infrastruktur TIK dalam penyelenggaraan SPBE

4. Data operator/sumber daya manusia pengelola SPBE

5. Dokumen perencanaan atas penyelenggaraan SPBE

6. Dokumen evaluasi atas penyelenggaraan SPBE


Surat Izin Penelitian Dari Politeknik STIA LAN Makassar
Surat Izin Penelitian Dari DPMPTSP Kabupaten Toraja Utara
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Oleh DisKomInfo SP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ERLINA SILAMBI‟


Tempat/Tanggal Lahir : DILI, 06 JUNI 1986
Alamat : JL. S.MINGGU KELURAHAN RANTEPAO

No. Handphone : 085242903230

Instansi : Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara

Unit Kerja : DINAS KOMINFO-SP

Status Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat Kantor : JL.PASANG LAMBE‟ PANGA‟

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Lulusan SDN 02 Gleno Kabupaten Ermera Pada Tahun 1998


2. Lulusan SLTPN 1 Sesean Kabupaten Tana Toraja Tahun 2001
3. Lulusan SMAN 2 Rantepao Kabupaten Tana Toraja Tahun 2004
4. Lulusan S1 UKI PAULUS MAKASSAR Pada Tahun 2016

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kelurahan Tampo Tallunglipu


Kabupaten Toraja Utara Pada Tahun 2014
2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Staf Kelurahan Tampo Tallunglipu
Kabupaten Toraja Utara Pada Tahun 2016
3. Staf Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian
Kabupaten Toraja Utara Pada Tahun 2017
4. Kepala Seksi Pelayanan Umum dan Kesejahteraan Sosial
Kelurahan Singki‟ Kabupaten Toraja Utara Pada Tahun 2018
5. Kepala Seksi Tata Kelola E-Government pada Dinas Komunikasi,
Informatika, Statistik dan Persandian Kabupaten Toraja Utara Pada
Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai