Anda di halaman 1dari 128

EFEKTIVITAS PROGRAM BIDIKMISI DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

JON PITER LUMBANTORUAN

150902009

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


EFEKTIVITAS PROGRAM BIDIKMISI DI UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Ilmu Sosial Dalam Program Studi Kesejahteraan Sosial
Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara

Oleh:

JON PITER LUMBANTORUAN

150902009

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Judul Skripsi

EFEKTIVITAS PROGRAM BIDIKMISI DI UNIVERSITAS SUMATERA


UTARA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai


syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-
bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah
penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah,
dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam
bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar
akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, April 2019

Penulis,

Jon Piter lumbantoruan

Universitas Sumatera Utara


EFEKTIVITAS PROGRAM BIDIKMISI DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK
Setiap orang menginginkan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Keadaan finansial menjadi sumber utama penghalang bagi mereka yang tidak mampu
untuk merasakan bangku kuliah. Namun bentuk upaya yang dilakukan pemerintah ialah
dengan memberi jaminan mutu pendidikan dengan bantuan dana melalui Program Bidikmisi
yaitu bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan
memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada
program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas Program Bidikmisi dan faktor penghambat penyelenggaraan Program
Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian desktriptif kualitatif. Informan penelitian terdiri dari informan kunci sebanyak 2
orang yaitu Kepala Bagian Kemahasiswaan Dan Kealumnian, Kepala Sub Bagian
Kesejahteraan Mahasiswa Biro Kemahasiswaan Dan Kealumnian USU, informan utama yaitu
5 orang mahasiswa penerima Bidikmisi dan informan tambahan yaitu 2 orang mahasiswa
Non Bidikmisi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan penyelenggaraan Program
Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara dinyatakan sudah efektif dilihat berdasarkan
ketercapaian tujuan Bidikmisi yaitu (1) Pemerataan Akses Pendidikan, (2) Lulus Tepat
Waktu, (3) Meningkatkan Prestasi Dan Semangat Berkompetisi (4) Sumber Daya Manusia
Berkualitas. Faktor penghambat yang muncul adalah komitmen dan keseriusan mahasiswa
Bidikmisi dalam menjalankan kewajibannya, kurangnya koordinasi antara pengelola
Bidikmisi dengan sekolah asal penerima Bidikmisi serta sasaran program, keterlambatan
pencairan dana Bidikmisi.

Kata kunci: efektivitas, program, beasiswa bidikmisi.

Universitas Sumatera Utara


THE EFFECTIVENESS OF THE BIDIKMISI PROGRAM AT THE UNIVERSITY
OF NORTH SUMATRA

ABSTRACT
Everyone wants to continue their education to a higher level of education. The
financial situation is the main source of barriers for those who unable to experience student of
college. One of effort by the government is to guarantee the quality of education with
financial assistance through the Bidikmisi Program, namely tuition assistance for prospective
students who are economically disadvantaged and have good academic potential. study in
tertiary education in excellent study programs until graduating on time. The purpose of this
research was to determine the effectiveness of the Bidikmisi Program and inhibiting factors
implementation bidikmisi program in University North Sumatra. The research method used
is descriptive qualitative research. The informants of the study consisted of 2 key informants,
namely the Head of Student Affairs and Alumni, Head of the USU Student Welfare and
Student Affairs Sub-Section Sub-Section, the main informant namely 5 students who
received Bidikmisi and additional informants namely 2 Non-Bidikmisi students. Data
collection is done using the method of interview, observation, and documentation. The
results of the study indicate the implementation the Bidikmisi Program at the University of
North Sumatra was declared effective as seen from the achievement of the Bidikmisi goals,
namely (1) Equitable Access to Education, (2) Graduating on Time, (3) Increasing
Achievement and Excitement in Competing (4) Quality Human Resources. The obstacle
factor that arises is the commitment and seriousness of the Bidikmisi students in carrying out
their obligations, lack of coordination between the management of Bidikmisi and the school
from the Bidikmisi recipient and the program target, the delay in disbursing Bidikmisi
funds.

Keywords: effectiveness, program, bidikmisi scholarship.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. sehingga atas berkat

dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun penulisan skripsi

dengan judul “Efektivitas Program Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara” ini

bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial di Departemen Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos. M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku ketua Departemen Kesejahteraan Sosial,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian dengan judul tersebut di atas.

4. Bapak Drs. Bengkel Ginting M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa

memberikan arahan dan telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga,

kesabaran, dan memberikan dukungan dalam masa perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Kak Malida Putri S.Sos, M.Kesos selaku penguji seminar proposal yang telah

memberikan banyak masukan kepada penulis perihal penelitian yang dilakukan

penulis.

6. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan

pembelajaran kepada penulis selama masa perkuliahan di departemen ini, serta

jajaran staff kepegawaian FISIP USU.

7. Terimakasih terkhusus kepada keluarga tercinta Bapak Lambok Lumbantoruan

dan Ibu Lasma Sitorus yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat

serta kasih sayang yang berlimpah dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, umur panjang, rezeki dan selalu

berada dalam lindungan-NYA dan abangku, Bang Bornok Lumbantoruan yang

selalu mengingatkan untuk tetap semangat serta adik-adikku tersayang Rikky

Lumbantoruan, Trisnow Lumbantoruan, Lidia Lumbantoruan, Dimas

Lumbantoruan, terimakasih atas doa dan dukungannya serta kasih sayang yang

selalu diberikan kepada penulis.

8. Terimakasih untuk keluarga besar Sitorus yang selalu mendukung baik dari segi

moril maupun material.

9. Sahabat-sahabat tercinta Sri Windari, Novita Sari, Mutia Hafiza Sitorus yang

telah memberikan kasih sayang, nasehat dan motivasi kepada penulis. Berkat

bujuk rayu kalian yang terkadang memaksa penulis bisa mengurangi

kemagerannya. Semangat buat JOWIVITI prinsip kita “masuk bareng keluar

bareng”. Terimakasih untuk semua yang kalian berikan kepada penulis banyak

hal yang dapat penulis pelajari dari kalian, arti kesabaran, arti kebersamaan, arti

ii

Universitas Sumatera Utara


kesetiaan. Banyak suka duka yang telah kita lalui, semoga kita akan tetap

bersahabat dan kalian ingat kita selalu punya impian besar untuk masa depan dan

semoga impian itu dapat terwujud Aamiin.

10. Terimakasih juga kepada teman-teman terkasih ku Krisman, Tania, Espasari,

Yengliana, Dian, Rusty, Asmi, Etimanta “GAJEBO” yang telah memberi nasehat

dan motivasi kepada penulis. Terimakasih untuk semua yang kalian berikan

kepada penulis banyak hal yang dapat penulis pelajari dari kalian. Semoga kita

sukses kedepannya ya.

11. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan ilmu kesejahteraan sosial

stambuk 2015, banyak kenangan yang telah diukir bersama. Semoga kita dapat

menjadi pekerja sosial professional yang dapat membantu banyak orang untuk

mengatasi masalahnya. To help people to help them selves. Jangan menyerah,

tetap semangat teman, kejar berkahnya. Viva Kessos!!!

12. Teruntuk keluarga baruku Kelompok 2 Tematik BKKBN Desa Hutagurgur

Kabupaten HUMBAHAS, terimakasih kekompakan, saling menjaga serta kerja

samanya selama sebulan lebih di Hutagurgur, terimakasih juga untuk nasehat dan

dukungan kalian yang membangun. Banyak pengalaman serta pelajaran yang

penulis dapatkan selama bersama kalian disana. Horas!!!

13. Terimakasih kepada kost 17 gang pelita yang telah memotivasi dan selalu

memberi semangat kepada penulis.

14. Teruntuk KIKI, LUSINDA, PUTRI, HOKKOP teman yang selalu ada disaat

dalam suka dan duka penulis. Terimakasih support dan motivasinya. Banyak

pelajaran hidup yang kita dapatkan selama bersama.

iii

Universitas Sumatera Utara


15. Terimakasih kepada informan kunci Ibu Dra. Erifah selaku kepala Bagian

kemahasiswaan dan kealumnian, Bapak Drs. Effendi Manurung selaku kepala

sub bagian kesejahteraan mahasiswa USU, serta terima kasih kepada seluruh

informan utama dan tambahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

dalam hal ini telah bersedia menyediakan waktu serta informasi yang sangat

penting dan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

16. Terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan yang

tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas dukungan, kerjasama, dan

doanya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan limpahan

rahmat dan karunianya serta membalas segala kebaikan dengan hal yang lebih

baik.

Penulis menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk

itu penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca,

guna perbaikan penulisan dan penulis tidak mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut.

Semoga skripsi ini mampu memberikan informasi dan bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, April 2019

Penulis,

Jon Piter Lumbantoruan

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Abstrak
Kata Pengantar.......................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................... v
Daftar Tabel ............................................................................................... viii
Daftar Lampiran ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................................... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian.................................................................... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian.................................................................. 7


1.4. Sistematika Penulisan...................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10


2.1. Landasan Teori ................................................................................ 10
2.1.1. Efektivitas Program .............................................................. 10
2.1.2. Kebijakan Publik................................................................... 11
2.1.3. Kebijakan sosial .................................................................... 13
2.1.4. Kebijakan Pendidikan Tinggi ............................................... 14
2.1.5. Efektivitas Kebijakan ............................................................ 15
2.1.5.1. Pengertian Efektivitas Kebijakan ......................... 15
2.1.5.2. Indikator Efektivitas Kebijakan............................. 16
2.1.6. Bidikmisi ............................................................................... 17
2.1.6.1. Program Bidikmisi ................................................. 17
2.1.6.2. Misi, Tujuan, dan Sasaran Program Bidikmisi ...... 18
2.1.6.3. Persyaratan dan Kuota ........................................... 20
2.1.6.4. Monitoring dan Pengawasan Bidikmisi ................. 21
2.1.7. Kemiskinan ............................................................................ 22
2.1.7.1. Pengertian Kemiskinan ......................................... 22
2.1.7.2. Aspek-Aspek Kemiskinan ..................................... 23
2.1.7.3. Ciri-Ciri Kemiskinan ............................................. 25
2.1.8. Mahasiswa Miskin ................................................................. 27
2.2. Penelitian yang Relevan .................................................................. 29
2.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 30

Universitas Sumatera Utara


2.4. Definisi Konsep ............................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 37


3.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 37
3.2. Lokasi Penelitian ............................................................................. 37
3.3. Informan Penelitian ......................................................................... 38
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 39
3.5. Teknik Analisis Data ....................................................................... 40

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...................................... 41


4.1 Letak Geografis Lokasi Penelitian .................................................. 41
4.2 Sejarah Perkembangan Lokasi Penelitian ....................................... 41
4.2.1 Daftar Rektor yang Menjabat di USU .................................... 44
4.2.2 Jumlah Mahasiswa Penerima Bidikmisi Angkatan 2013-2017 46
4.2.3 Jumlah Besar Biaya Hidup dan Biaya Pendidikan................. 47
4.2.4 Jumlah Mahasiswa Angkatan 2014 Yang Sudah Lulus ......... 47
4.3 Profil Lokasi Penelitian ................................................................... 48
4.4 Visi, Misi, dan Tujuan Lokasi Penelitian ........................................ 51
4.5 Struktur/Organisasi Lembaga Hasil Penelitian ............................... 52
4.5.1 Pimpinan dan Pejabat Universitas Sumatera Utara ................ 54
4.6 Kondisi Umum Tentang Klien ........................................................ 55
4.7 Kondisi Umum Tentang Petugas .................................................... 56
4.8 Keadaan Sarana dan Prasarana Lokasi Penelitian ........................... 56

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 59


5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ...................................................... 59
5.1.1 Informan Utama I ................................................................... 59
5.1.2 Informan Utama II.................................................................. 62
5.1.3 Informan Utama III ................................................................ 66
5.1.4 Informan Utama IV ................................................................ 70
5.1.5 Informan Utama V ................................................................. 72
5.1.6 Informan Kunci I .................................................................... 74
5.1.7 Informan Kunci II .................................................................. 78
5.1.8 Informan Tambahan I............................................................. 85
5.1.9 Informan Tambahan II ........................................................... 87
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 89
5.2.1 Efektivitas Program Bidikmisi di USU dilihat berdasarkan
Ketercapaian Tujuan Bidikmisi ............................................. 89
5.2.1.1 Pemerataan Akses Pendidikan ................................... 89
5.2.1.2 Lulus Tepat Waktu..................................................... 90

vi

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.3 Meningkatkan Prestasi dan Semangat Berkompetisi . 92
5.2.1.4 Sumber Daya Manusia Berkualitas............................ 94
5.2.2 Faktor Penghambat Bidikmisi ................................................ 95
5.2.2.1 Komitmen dan Keseriusan Mahasiswa Bidikmisi Dalam
Menjalankan Kewajibannya ....................................... 95
5.2.2.2 Kurangnya Kordinasi Antara Pengelola Bidikmisi
Dengan Sekolah Asal Penerima Bidikmisi Serta Sasaran
Program ...................................................................... 96
5.2.2.3 Keterlambatan Pencairan Dana Bidikmisi ................. 96
5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 98


6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 98
6.2 Saran................................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 102

LAMPIRAN ........................................................................................................ 104

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kerangka pikir............................................................................................. 33
Tabel 4.2.1 Daftar rektor yang yang menjabat di USU............................................... 44
Tabel 4.2.2 Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi 2013-2017 ............................ 46
Tabel 4.2.3 Besar Biaya Hidup Dan Biaya Pendidikan .............................................. 47
Tabel 4.2.4 Mahasiswa Bidikmisi Angkatan 2014 Yang Lulus.................................. 47
Tabel 4.5.1 Bagan Struktur Organisasi USU .............................................................. 53

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi / Foto ..................................................................................... 104


2. Surat Izin Penelitian .................................................................................... 108
3. Surat Balasan Izin Penelitian ...................................................................... 109
4. Berita Acara Seminar Proposal ................................................................... 110
5. Berita Acara Seminar Hasil.......................................................................... 111
6. Pedoman Wawancara Penelitian ................................................................. 112

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sering disebut sebagai aset bangsa yang paling berharga.

Semakin maju pendidikan suatu bangsa maka semakin maju pula peradaban

bangsa tersebut. Negara berkewajiban untuk menyediakan pendidikan yang layak

bagi warga negaranya, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah

Dasar (SD),Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),

yang kemudian dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni Pendidikan Tinggi.

Pendidikan tinggi merupakan bagian terpenting untuk menghasilkan

sumber daya yang kompetitif dan profesional pada bidangnya agar mampu

bersaing secara global sebagaimana dijelaskan dalam pasal 5 pada Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Sistem Pendidikan

Tinggi. Dalam Undang-Undang tersebut tujuan pendidikan tinggi ialah “untuk

memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa”. Perhatian

pemerintah pada kualitas jenjang pendidikan tinggi akan membawa pengaruh

besar dalam meningkatkan potensi dan kualitas sumber daya manusia untuk

mewujudkan kemajuan serta kesejahteraan bangsa. Dengan kata lain pendidikan

merupakan investasi bangsa untuk menjadikan sebuah bangsa yang terdepan dan

maju.

Namun, faktanya tak sejalan dengan apa yang diharapkan. Pendidikan

tinggi berhadapan dengan berbagai macam problematika. Salah satu problematika

adalah pemerataan terhadap akses ke jenjang pendidikan tinggi. Hal ini tercermin

dari Angka Partisipasi Kasar (APK) yang baru mencapai 29,4% dan angka tingkat

Universitas Sumatera Utara


2

melanjutkan ke perguruan tinggi masih rendah dibandingkan dengan negara

berkembang pada umumnya. Dengan demikian, masih cukup banyak lulusan

jenjang pendidikan menengah yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi,

termasuk mereka yang berpotensi akademik baik dari keluarga tidak mampu

secara ekonomi (Buku Penyelenggaraan Bantuan Biaya Pendidikan Tinggi Tahun

2015).

Keadaan finansial menjadi sumber utama dalam pemerataan akses

pendidikan tinggi. Hal ini menjadikan pendidikan tinggi sesuatu yang mahal

untuk dapat diakses bagi mereka yang dikategorikan tidak mampu secara

ekonomi. Besarnya biaya kuliah yang harus dibebankan pada setiap mahasiswa

membuat mereka yang tidak mampu harus rela menggantungkan impiannya untuk

dapat merasakan bangku perkuliahan. Jika pendidikan adalah sesuatu yang mahal

serta sulit diakses lantas bagaimana negara mampu mewujudkan kesejahteraan

sosial?

Menghadapi kondisi yang telah dipaparkan diatas, pemerintah sebagai

aktor dalam pembuat kebijakan dan penanggung jawab atas terselenggaranya

pemerintah yang baik telah berupaya untuk mengentaskan problematika yang

terjadi pada dunia pendidikan dengan membuat berbagai kebijakan seperti

pemerataan terhadap pendidikan nasional. Hal ini juga sejalan dengan amanat UU

Nomor tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa

setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan

yang bermutu. Bahkan warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,

mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian

Universitas Sumatera Utara


3

pula warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang

terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

Bentuk upaya yang dilakukan pemerintah ialah dengan memberikan

jaminan mutu pendidikan dan bantuan dana dalam penyelenggaraan jenjang

pendidikan tinggi. Bantuan dana tersebut merupakan salah satu bentuk kebijakan

sosial untuk mengentaskan masalah-masalah sosial terkhusus pada akses

pendidikan. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan

Kemahasiswaan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mulai

tahun 2010 meluncurkan Program Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi yaitu

bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan

memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi

pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu (Direktorat Jendral

Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti).

Bidikmisi merupakan bantuan biaya pendidikan, berbeda dari beasiswa

yang berfokus pada memberikan penghargaan atau dukungan dana terhadap

mereka yang berprestasi, bidikmisi berfokus kepada yang memiliki keterbatasan

kemampuan ekonomi (bidikmisi.belmawa.ristekdikti.go.id diakses pada 06

November 2018; 10.00 WIB). Seperti yang juga diisyaratkan pada pasal 76 UU RI

No.12 Tahun 2012 Tentang Sistem Pendidikan Tinggi bahwa Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan Perguruan tinggi berkewajiban memenuhi hak

Mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi untuk dapat menyelesaikan

studinya sesuai dengan peraturan akademik.

Penyelenggaraan program beasiswa Bidikmisi harus berdasarkan prinsip

3T (Tepat sasaran, Tepat jumlah dan Tepat waktu) agar kualitas pelayanan dapat

Universitas Sumatera Utara


4

dirasakan penerima Bidikmisi juga dapat tercapai. Selain itu Mahasiswa penerima

beasiswa Bidikmisi akan dibebaskan dari biaya pendidikan, yakni 8 (delapan)

semester untuk program Diploma IV dan S1, 6 (enam) semester untuk program

Diploma III, serta Akademi Komunitas diberikan maksimal 4 (empat) semester

untuk program Diploma II, dan 2 (dua) semester untuk program Diploma I.

Mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi juga berhak mendapatkan bantuan dana

pendidikan senilai Rp 6 juta persemester dengan rincian untuk memenuhi biaya

pendidikan senilai Rp 2,4 juta dan biaya hidup sebesar Rp 3,6 juta.

Dibalik fasilitas bantuan dana yang diberikan program Bidikmisi, fakta

lain menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah dalam penyelenggaraan

program Bidikmisi. Seperti yang dimuat dalam sebuah surat kabar online,

sebanyak 329 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di Universitas Sebelas

Maret (UNS) gagal lulus tepat waktu. Wakil Rektor III UNS Darsono mengatakan

mahasiswa yang molor masa studinya ini merupakan mahasiswa dari angkatan

2010 berjumlah 73 mahasiswa dan angkatan 2011 berjumlah 371 mahasiswa. Ia

mengatakan permasalahan yang dihadapi mahasiswa Bidikmisi cukup kompleks

(www.republika.go.id diakses pada 05 November 2018; 19.45 WIB).

Sejalan dengan hal tersebut, masalah yang terkait dengan Bidikmisi

lainnya adalah lemahnya sistem pengawasan Bidikmisi yang menyebabkan

timbulnya potensi kecurangan. Sebagaimana yang dimuat dalam salah satu media

online, selama ini Universitas Jenderal Soedirman hanya mengandalkan data yang

diberikan oleh mahasiswa calon penerima Bidikmisi. Idealnya untuk menghindari

kecurangan dalam proses penyelenggaraan Bidikmisi harus dilaksanakan survei

lapangan menyeluruh terlebih dahulu agar data yang diberikan pelamar benar-

Universitas Sumatera Utara


5

benar valid. Sehingga Bidikmisi dapat dikatakan tepat sasaran

(www.beritaunsoed.com diakses pada 06 November 2018; 11.00 WIB).

Problematika Bidikmisi tidak hanya sampai disitu, pencairan dana dan

alokasi dana Bidikmisi tak luput dari masalah. Dikutip dalam sebuah surat kabar

online bahwa terjadi keterlambatan pencairan dana Bidikmisi. Hal ini dirasakan

oleh mahasiswa Unsoed, banyak dampak lain dari keterlambatan dana Bidikmisi

ini, perlengkapan atau peralatan penunjang akademik mahasiswa berdampak pula

pada konsentrasi belajarnya. Bukan hanya keterlambatan dana Bidikmisi saja

yang meresahkan, ada pula mahasiswa yang sudah menerima dana Bidikmisi

tetapi dana tersebut berkurang karena ada penarikan uang yang tidak jelas dari

pihak Universitas yang sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah)

hal ini dirasakan oleh mahasiswa Bidikmisi tahun angkatan 2010

(www.kompasianna.com diakses pada 06 November 2018; 10.05 WIB).

Berdasarkan hasil pra penelitian diketahui bahwa Universitas Sumatera

Utara salah satu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program Beasiswa

Bidikmisi, di Universitas Sumatera Utara yang mendapatkan biaya bantuan

Bidikmisi pada tahun 2013 sebanyak 675 mahasiswa, tahun 2014 sebanyak 842

mahasiswa, tahun 2015 sebanyak 670 mahasiswa, tahun 2016 sebanyak 719

mahasiswa, dan tahun 2017 sebanyak 879 mahasiswa. Jadi jika ditotalkan ada

3.785 orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang menerima program

bantuan biaya pendidikan Bidikmisi yang tersebar di empat belas (14) fakultas

dalam lingkungan Universitas Sumatera Utara. (sumber; biro akademik dan

kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara).

Universitas Sumatera Utara


6

Permasalahan yang dihadapi beberapa Universitas diatas mungkin juga

dialami universitas lain termasuk Universitas Sumatera Utara (USU). Berdasarkan

pengamatan awal di USU ditemukan sejumlah permasalahan dalam

penyelenggaraan program Bidikimisi antara lain adanya sejumlah mahasiswa

penerima Bidikmisi yang tidak dapat menyelesaikan masa studinya tepat waktu

hal ini dibuktikan berdasarkan hasil laporan tim pengelola Bidikmisi USU. Selain

itu terdapat temuan adanya mahasiswa penerima Bidikmisi yang mengalami

kemunduran dalam prestasi akademiknya. Beberapa permasalahan tersebut

tentunya dapat menjadi hambatan dalam penyelenggaraan program Bidikmisi di

USU.

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana efektivitas

pelaksanaan program Bidikmisi. Dengan memilih Universitas Sumatera Utara

sebagai lokasi dalam penelitian ini karena USU merupakan salah satu PTN yang

menyelenggarakan program Bidikmisi. Peneliti akan melihat bagaimana

pelaksanaan program Bidikmisi di USU. Apakah sesuai dengan tujuan dari

program Bidikmisi serta apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan program

Bidikmisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan

pembatasan masalah agar peneliti lebih terarah, terfokus dan tidak menyimpang

dari sasaran pokok penelitian, oleh karena itu, peneliti memfokuskan pada

pembahasan “Efektivitas Program Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara”.

Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Efektivitas Program Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara?

Universitas Sumatera Utara


7

2. Apa faktor penghambat pelaksanaan program bidikmisi di Universitas

Sumatera Utara?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran

pelaksanaan program Bidikmisi dan faktor penghambat penyelenggaraan program

bidikmisi di Universitas Sumatera Utara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka:

1. Secara akademis

Diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan bahan informasi

bagi semua pihak terkait Efektivitas Program Bidikmisi di Universitas

Sumatera Utara.

2. Secara praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini disusun sebagai alat bantu peneliti untuk

menyampaikan kepada khalayak bagaimana Efektivitas Program

Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara. Selain itu penelitian ini juga

digunakan untuk menambah wawasan peneliti karena ketertarikan

peneliti terhadap kajian fenomena yang menjadi hot issue saat ini serta

sebagai salah satu tugas yang peneliti ajukan kepada Universitas

Sumatera Utara untuk mendapat gelar sarjana strata satu.

b. Bagi pemerintah

Universitas Sumatera Utara


8

Penelitian ini memberikan masukan kepada pemerintah sebagai

pemangku kebijakan agar kebijakan pendidikan tinggi yang telah

diterapkan saat ini dapat mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi

untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memperkaya informasi

mengenai bantuan dana pendidikan pada akses pendidikan tinggi. Agar

masyarakat dalam kategori tidak mampu secara ekonomi dapat

mengakses jenjang pendidikan tinggi.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan mengetahui isi yang terkandung dalam penelitian

ini, maka penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

4. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teoritis

2. Penelitian Yang Relevan

3. Kerangka Pemikiran

4. Defenisi Konsep

Universitas Sumatera Utara


9

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

2. Lokasi Penelitian

3. Informan Penelitian

4. Teknik Pengumpulan Data

5. Teknik Analisis Data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Letak Geografis Lokasi Penelitian

2. Sejarah Perkembangan Lokasi Penelitian

3. Profil Lokasi Penelitian

4. Visi, misi, dan Tujuan Lokasi Penelitian

5. Struktur Organisasi/Lembaga Lokasi Penelitian

6. Kondisi Umum Tentang Klien

7. Kondisi Umum Tentang Petugas

8. Keadaan Sarana dan Prasarana Lokasi Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

2. Pembahasan Hasil Penelitian

3. Keterbatasan Penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

2. Saran

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Efektivitas Program

Efektivitas adalah suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif untuk

dijadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif yang

direkomendasikan tersebut memberi hasil (akibat) yang maksimal, lepas dari

pertimbangan efisiensi.

Subagyo dalam Budiani (2007) berpendapat efektivitas adalah kesesuaian

antara output dengan tujuan yang ditetapkan. Sama halnya dengan Subagyo, Hani

Handoko (2003) juga berpendapat bahwa efektivitas merupakan hubungan antara

output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap

pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan.

Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program atau kegiatan yang dinilai

efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.

Efektivitas program, dapat diketahui dengan membandingkan output

dengan tujuan program, pendapat peserta program dapat dijadikan sebagai ukuran

untuk menentukan efektivitas program. Budiani (2007) menyatakan bahwa untuk

mengukur faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi berjalan atau tidaknya

suatu program dapat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel berikut ini:

1. Ketepatan sasaran program

Ketepatan sasaran program yaitu sejauh mana peserta program tepat

dengan sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.

10

Universitas Sumatera Utara


11

2. Sosialisasi program

Sosialisasi program yaitu kemampuan pelaksana program dalam

melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan

program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan

sasaran peserta program pada umumnya.

3. Tujuan program

Tujuan program adalah sejauh mana kesesuaian antara hasil pelaksanaan

program dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Pemantauan program

Pemantauan program merupakan kegiatan yang dilakukan setelah

dilaksanakannya program sebagai bentuk perhatian kepada peserta

program.

2.1.2 Kebijakan Publik

Sebagai salah satu cabang ilmu multidisipliner, kebijakan publik

mencakup beberapa cabang ilmu lain, seperti ilmu sosial, ilmu politik, ilmu

ekonomi. Bahkan ilmu psikologi pun masuk dalam bidang kajian kebijakan

publik. Kebijakan publik cakupannya sangat luas, dari kebijikan yang bersifat

nasional seperti Undang-Undang, peraturan pemerintah pengganti Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, hingga Peraturan Daerah.

Defenisi dari kebijakan publik sangatlah banyak, tergantung dari sudut pandang

mana kebijakan publik tersebut diartikan.

Pengertian tentang apa itu kebijakan publik telah banyak didefenisikan

oleh para ahli. Menurut Eyestone bahwa secara luas kebijakan publik dapat

didefenisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.

Universitas Sumatera Utara


12

Sedangkan Thomas R. Dye mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun

yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.

Menurut Lester dan Stewart Kebijakan publik merupakan kebijakan yang

dibuat oleh institusi otoratif yang ditujukan dan berdampak kepada publik serta

ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan publik.

Berkaitan dengan hal tersebut, James Anderson mendefenisikan kebijakan

publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh

seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu

persoalan (Winarno, 2012:20).

Richard Rose menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai

serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-

konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai suatu

keputusan tersendiri (Winarno, 2012: 17). Sementara itu, Dunn (2000: 132)

mendefenisikan kebijakan publik sebagai suatu pola ketergantungan yang

kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk

keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor

pemerintah. Sedangkan menurut George C. Edwards III dan Ira Sharkanksky

sebagaimana dikutip oleh Suwitri (2008: 10) mendefenisikan kebijakan publik

sebagai suatu tindakan pemerintah yang berupa program-program pemerintah

untuk pencapaian sasaran atau tujuan. Defenisi diatas memiliki sebuah kesamaan

terkait kebijakan publik, yaitu kebijakan publik merupakan sebuah keputusan

yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi sebuah permasalahan publik.

Berdasarkan pemaparan dari berbagai ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara


13

atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna

memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan

untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau

peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat

yang mengikat dan memaksa.

2.1.3 Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk kebijakan publik yang mengatur

urusan kesejahteraan sosial. Makna “kebijakan” pada kata “kebijakan sosial”

adalah “kebijakan publik’ sedangkan makna “sosial” menunjuk pada bidang atau

sektor yang menjadi garapannya, yakni bidang kesejahteraan (Suharto, 2011:3).

Soetomo (2010: 213) mendefenisikan kebijakan sosial sebagai kebijakan

yang mengandung aktivitas-aktivitas yang dapat mempengaruhi kesejahteraan.

Kebijakan sosial terutama digunakan untuk mendeskripsikan peranan negara

dalam hubungannya dengan kesejahteraan warganya.

Sejalan dengan hal tersebut Spicker dalam Huda (2009: 85) juga

mendefenisikan bahwa kebijakan sosial adalah kebijakan yang berkaitan dengan

kesejahteraan (welfare), baik dalam arti luas, yang menyangkut kualitas hidup

manusia, maupun dalam arti sempit, yang menunjuk pada beberapa jenis

pemberian pelayanan kolektif tertentu guna melindungi kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan pandangan dari beberapa para ahli yang telah dipaparkan

diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan sosial merupakan keputusan beserta

upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat agar kesejahteraan sosial terwujud sehingga setiap lapisan masyarakat

mendapatkan kualitas hidup yang baik. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah

Universitas Sumatera Utara


14

berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan sosial dapat berupa jaminan mutu dan

akses pendidikan yang berkualitas, peningkatan pelayanan kesehatan serta

perbaikan infrastruktur dan bantuan sosial lainnya.

2.1.4 Kebijakan Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi berdasarkan UU No.12 tahun 2012 adalah jenjang

pendidikan setelah pendidikan menegah yang mencakup program diploma,

program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta

program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan

kebudayaan bangsa Indonesia. Sedangkan Perguruan Tinggi adalah satuan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.

Perguruan tinggi sendiri memiliki peran yang besar dalam upaya

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui fungsi transformasi

sumber daya manusia, iptek, sosial dan budaya, perguruan tinngi menempati

posisi yang strategis dalam perubahan masyarakat. Kebijakan pendidikan tinggi

yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 19 sampai dengan pasal 25 memiliki peran yang cukup penting

bagi perguruan tinggi. Peran-peran tersebut yaitu bahwa kebijakan-kebijakan itu

mengatur tentang tata cara pelaksanaan sistem pendidikan di perguruan tinggi.

Kebijakan itu cukup membantu perguruan tinggi, terutama dalam memberi

perlindungan hukum bagi pelaksanaan sistem pendidikan perguruan tinggi.

Suatu perguruan tinggi selalu bercirikan suatu organisasi profesional,

dimana hasil dan dampak yang tersalurkan ke masyarakat sangat ditentukan oleh

kemampuan dan kinerja civitas akademika yang dilandasi oleh kreativitas dan

ingenuitas. Hal tersebut memerlukan adanya suasana kerja yang berbeda dari

Universitas Sumatera Utara


15

organisasi yang bergerak di bidang manufaktur, dimana kualitas kerja sangat

ditentukan oleh ketepatan melaksanakan prosedur, yang menyangkut cara, urutan,

dan waktu. Penelaahan dan pengalaman lapangan tentang organisasi kerja

menyimpulkan bahwa kreativitas, ingenuitas, dan produktivitas suatu organisasi

profesional lebih terangsang oleh pola kerja yang luwes dan mandiri dari pada

pola kerja yang terstruktur secara kaku. Hal ini dapat dijadikan salah satu alasan

kuat agar perguruan tinggi dapat dikelola berdasarkan asas otonomi.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan

pendidikan tinggi merupakan serangkaian keputusan dan peraturan yang dibuat

oleh pemerintah untuk memberikan jaminan mutu pendidikan pada jenjang

pendidikan tinggi serta untuk mengentaskan masalah pada dunia pendidikan

tinggi. Sehingga diharapkan melalui jenjang pendidikan tinggi dapat melahirkan

generasi yang kompetitif dan mampu bersaing secara global.

2.1.5 Efektivitas Kebijakan

2.1.5.1 Pengertian Efektivitas Kebijakan

Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam bahasa inggris effective

yang memiliki makna berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Sedangkan Hermawati (2011: 24) menyatakan bahwa suatu program dikatakan

efektif apabila dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan berdampak secara

positif bagi sasaran program.

Suharto (2011: 42) juga mengungkapkan pendapat yang serupa bahwa

efektivitas kebijakan/program sosial merupakan suatu keadaan dimana hasil yang

diharapkan sesuai dengan tujuan program. Sehingga dapat diidentifikasikan

apakah sebuah program menghasilkan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat,

Universitas Sumatera Utara


16

apakah dampak yang ditimbulkan program dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, dan apakah program tersebut dapat mencapai tujuannya.

Dari beberapa defenisi para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

efektivitas kebijakan merupakan pencapaian keberhasilan sebuah program atau

kebijakan yang telah disusun atau direncanakan oleh pemerintah yang

berlandaskan tujuan untuk mencapai keberhasilan program tersebut. Peneliti

dalam hal ini mengkaitkan efektivitas sebagai pencapaian hasil dan tujuan

kebijakan program bidikmisi dalam meningkatkan prestasi mahasiswa di

Universitas Sumatera Utara. Sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan

program bidikmisi dan manfaatnya bagi mahasiswa dalam meningkatkan prestasi.

2.1.5.2 Indikator Efektivitas Kebijakan

Indikator efektivitas kebijakan merupakan sebuah tolak ukur untuk

mengetahui program tersebut dapat dikatakan efektif/berhasil atau tidak.

Sementara Gibson yang dikutip oleh Kurniawan (2005) mengatakan mengenai

ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap

4. Perencanaan yang matang

5. Penyusunan program yang tepat

6. Tersedianya sarana dan prasarana

7. Sistem pengawasan yang bersifat mendidik

Selanjutnya Earl Bable (dalam Hermawati 2011: 25) menyatakan, bahwa

efektivitas suatu program sosial dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


17

1. Kemandirian masyarakat secara sosial dan ekonomi

2. Organisasinya bergerak sesuai dengan kebutuhan nyata menurut

arahan program

3. Masyarakat dapat menikmati hasil program

Dari beberapa defenisi para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

indikator efektivitas implementasi kebijakan merupakan pencapaian keberhasilan

sebuah program kebijakan yang telah disusun atau direncanakan pemerintah

berlandaskan tujuan untuk mencapai keberhasilan program tersebut. Kebijakan

tersebut dapat diukur berdasarkan ketercapaian tujuan dari program yang

dihasilkan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti dalam hal ini mengkaitkan

efektivitas sebagai pencapaian hasil dan tujuan kebijakan program bidikmisi

dalam meningkatkan prestasi mahasiswa di USU dengan menggunakan indikator

efektivitas kebijakan, karena Program Bidikmisi merupakan suatu program sosial

yang diharapkan mampu mengentaskan keterbatasan masyarakat dalam

mengakses pendidikan tinggi karena tidak mampu secara ekonomi namun

memiliki potensi untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik. Sehingga

perlu adanya analisis efektivitas menurut tujuh indikator yang telah dijelaskan

diatas terkait bagaimana pelaksanaan program bidikmisi dan manfaatnya bagi

mahasiswa dalam meningkatkan prestasi.

2.1.6 Bidikmisi

2.1.6.1 Program Bidikmisi

Bidikmisi adalah singkatan dari beasiswa pendidikan bagi mahasiswa

berprestasi, dikhususkan untuk mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang

Universitas Sumatera Utara


18

mampu dan memiliki prestasi yang baik dan konsisten semasa sekolah di SMA .

seperti yang dijelaskan oleh Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Kemenristek dalam buku pedoman penyelenggaraan bantuan biaya pendidikan

Bidikmisi Tahun 2015 bahwa, Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan

pengajaran. Hak setiap warga Negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31

(1) Undang-undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal tersebut, maka pemerintah dan

pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin

terselenggaranya pendidikan bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi,

dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam

penyelenggaraan pendidikan. Untuk menyelenggarakan pendidikan bermutu,

diperlukan biaya cukup besar. Oleh karena itu setiap peserta didik pada satuan

pendidikan berhak mendapatkan bantuan biaya pendidikan bagi yang memiliki

prestasi akademik, dan tidak mampu secara ekonomi.

Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan,

KemenristekDikti tahun 2010 meluncurkan program bantuan biaya pendidikan

bidikimisi yaitu bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu

secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan

diperguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu.

2.1.6.2 Misi, Tujuan, dan Sasaran Program Bidikmisi

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam buku pedoman

penyelenggaraan bantuan biaya pendidikan bidikmisi Tahun 2015, menyebutkan

misi, tujuan, serta sasaran program bidikmisi untuk mencapai keberhasilan

program. Antara lain:

Universitas Sumatera Utara


19

Misi:

1. Menghidupkan harapan bagi masyarakat tidak mampu dan mempunyai

potensi akademik baik untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke

jenjang pendidikan tinggi.

2. Menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam

memutus mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.

Tujuan:

1. Meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi

peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi dan berpotensi

akademik baik.

2. Memberi bantuan biaya pendidikan kepada calon/mahasiswa yang

memenuhi kriteria untuk menempuh pendidikan program

Diploma/Sarjana sampai selesai dan tepat waktu.

3. Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang kurikuler,

maupun ekstra kurikuler.

4. Menimbulkan dampak iring bagi mahasiswa dan calon mahasiswa lain

untuk selalu meningkatkan prestasi dan kompetif.

5. Melahirkan lulusan yang mandiri, produktif dan memiliki kepedulian

sosial, sehingga mampu berperan dalam upaya pemutusan mata rantai

kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.

Sasaran:

Sasaran program adalah lulusan satuan pendidikan SMA/SMK/MAK atau

bentuk lain yang sederajat yang tidak mampu secara ekonomi dan

memiliki potensi akademik baik.

Universitas Sumatera Utara


20

2.1.6.3 Persyaratan dan Kuota

2.1.6.3.1 Persyaratan Calon Penerima

Persyaratan untuk mendaftar tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang akan

lulus pada tahun 2015.

2. Lulusan tahun 2014 yang bukan penerima Bidikmisi dan tidak

bertentangan dengan ketentuan penerimaan mahasiswa baru di masing-

masing perguruan ttinggi.

3. Usia paling tinggi pada saat mendaftar adalah 21 tahun.

4. Tidak mampu secara ekonomi dengan kriteria:

a. Siswa penerima Beasiswa Siswa Miskin (BSM).

b. Pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau sejenisnya.

c. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali (suami istri) sebesar-

besarnya Rp 3.000.000,00 per bulan. Untuk pekerjaan non

formal/informal pendapatan yang dimaksud adalah rata-rata

penghasilan perbulan dalam satu tahun terakhir.

d. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota

keluarga sebesar-besarnya Rp 750.000,00 setiap bulannya.

5. Pendidikan orang tua/wali setinggi-tingginya Strata 1 atau Diploma 4.

6. Berpotensi akademik baik berdasarkan rekomendasi kepala sekolah.

7. Pendaftar difasilitasi untuk memilih salah satu diantara PTN atau PTS

dengan ketentuan:

a. PTN dengan pilihan seleksi masuk:

Universitas Sumatera Utara


21

1). Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

2). Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

3). Seleksi mandiri di 1 PTN.

b. PTS dengan pilihan seleksi masuk di 1 PTS

2.1.6.3.2 Kuota Mahasiswa Baru

1. Kuota Bidikmisi didistribusikan sesuai urutan prioritas sebagai berikut:

a. SNMPTN dan seleksi mandiri (PTN non SNMPTN, Politeknik dan

PTS).

b. SBMPTN.

c. Seleksi mandiri PTN.

2. Kuota Kopertis ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Ditjen

Belmawa bersama Kopertis dengan pertimbangan: (1) jumlah program

studi yang memenuhi syarat akreditasi; (2) jumlah perguruan tinggi yang

memenuhi syarat; (3) tingkat kemiskinan wilayah.

3. Kuota PTS melalui seleksi mandiri ditetapkan oleh Kopertis berdasarkan:

(1) jumlah program studi yang memenuhi persyaratan akreditasi, dengan

proporsi maksimal 20% dari total mahasiswa baru; (2) kondisi geografis,

karakteristik sosial ekonomi sekitar perguruan tinggi negeri untuk

kekhususan wilayah 3T; (3) ketaatan perguruan tinggi terhadap azas

pengelolaan yang baik.

4. Kuota untuk PTS termasuk penentuan program studi dilakukan oleh Ditjen

Belmawa bersama Kopertis Wilayah dengan kriteria khusus.

2.1.6.4 Monitoring dan Pengawasan Bidikmisi

Universitas Sumatera Utara


22

Direkrorat Jendral pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek dalam

buku Pedoman Penyelenggaraan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi Tahun

2015 menyebutkan bahwa bentuk kegiatan monitoring dan supervisi adalah

melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap

pelaksanaan program Bidikmisi. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk

meyakinkan bahwa seleksi, pembinaan dan penyaluran dana telah dilakukan

dengan baik dan telah memenuhi aspek program yang berprinsip pada 3-T (Tepat

Sasaran, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu). Sementara monitoring dalam

pengelolaan Bidikmisi dilakukan oleh tim pengelola pusat dan tim pengelola

perguruan tinggi.

2.1.7 Kemiskinan

2.1.7.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan pada hakekatnya merupakan persoalan klasik yang telah ada

sejak umat manusia ada. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks dan

tampaknya akan terus menjadi persoalan aktual dari masa ke masa. Meskipun

sampai saat ini belum ditemukan suatu rumusan maupun formula penanganan

kemiskinan yang dianggap paling jitu dan sempurna, penemu-penemu konsep dan

strategi penanganan kemiskinan harus terus menerus diupayakan (Suharto, 1997)

Dalam konteks masyarakat Indonesia, masalah kemiskinan juga

merupakan masalah social yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini

bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama. Melainkan pula

karena masalah ini masih hadir ditengah-tengah kita dan bahkan kini gejalanya

semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi

oleh bangsa Indonesia. Meskipun pembahasan kemiskinan pernah mengalami

Universitas Sumatera Utara


23

tahap kejenuhan sejak pertengahan 1980-an, upaya pengentasan kemiskinan kini

semakin mendesak kembali untuk dikaji ulang.

Adapun beberapa defenisi kemiskinan berikut antara lain, yaitu:

a. Word Bank (2002) mendefenisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi

terjadinya kekurangan pada tarif hidup manusia baik fisik atau sosial

sebagai akibat tidak tercapainya kehidupaan yang layak karena

penghasilan tidak mencapai 1,00 dolar As per/hari.

b. Jika ditinjau dari standar kebutuhan hidup yang layak atau pemenuhan

kebutuhan pokok, maka kemiskinan adalah suatu kondisi tidak

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok dasar yang disebabkan

kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan

dalam upaya memenuhi standar hidup yang layak. Jika ditinjau dari

pendapatan, maka kemiskinan adalah kondisi kurangnya pendapatan

sebagai modal untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.

c. Jika ditinjau dari kesempatan, maka kemiskinan merupakan dampak dari

ketidaksamaan kesempatan memperoleh dan mengakumulasikan basis-

basis kekuatan sosial.

d. Jika ditinjau dari keadaan yang dialami, kemiskinan merupakan suatu

keadaan yang ditandai dengan kelaparan, pakaian dan perumahan yang

tidak memadai, tingkat pendidikan yang rendah dan memiliki sedikit

kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan bersifat dasar

(Siagian, 2012:25-26).

2.1.7.2 Aspek-aspek Kemiskinan

Adapun aspek-aspek kemiskinan menurut Siagian, yaitu;

Universitas Sumatera Utara


24

a. Kemiskinan bersifat multi dimensi, sifat kemiskinan sebagai suatu konsep

yang multidimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka

ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi

aspek-aspek primer seperti miskin asset,organisasi sosial, kelembagaan

sosial, berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat

mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekunder dari

kemiskinan adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber

keuntungannya semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat mendukung

upaya mempertahankan bahkan meningkat kualitas hidup.

b. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun

tidak langsung sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan dan kemunduran

pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan dan kemunduran

pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak

mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pemahaman yang

komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekuensi

logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang

kemiskinan itu secara agregat. Menganalisis kemiskinan secara parsial

akan membawa pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu

sendiri.

c. Kemiskinan adalah fakta yang terukur, fenomena yang sering dijumpai

adalah pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim ditempat

yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang

dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering

mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai suatu

Universitas Sumatera Utara


25

yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada pula yang cenderung

menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga

mustahil untuk diukur (Siagian, 2012:13)

Kemiskinan dapat diklasifikasikan kedalam berbagai tingkatan (Siagian,

2012:14), seperti:

1. Miskin

2. Sangat miskin

3. Sangat miskin sekali

Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasikan kondisi

kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat, seperti:

1. Prasejahtera

2. Sejahtera 1

3. Sejahtera 2

d. Bahwa yang miskin adalah manusianya baik secara individual maupun

kolektif.

Kita sering mendengar dengan istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty)

kemiskinan perkotaan (urban poverty) dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut

bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota.

Kondisi desa dan kota merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia, dengan

demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia baik secara individual

maupun kelompok dan bukanlah wilayah (Siagian, 2012:14)

2.1.7.3 Ciri-ciri Kemiskinan

Persoalan kemiskinan dan pembahasan mengenai penyebab kemiskinan

hingga saat ini masih menjadi perdebatan baik di lingkungan akademik maupun

Universitas Sumatera Utara


26

pada tingkat penyusun kebijakan pembangunan. Salah satu perdebatan tersebut

adalah menetapkan defenisi terhadap seseorang atau sekelompok orang yang

disebut miskin. Pada umumnya, identifikasi kemiskinan hanya dilakukan pada

indikator-indikator yang relatif terukur seperti pendapatan per kapita dan

pengeluaran konsumsi rata-rata. Ciri-ciri kemiskinan yang hingga saat ini masih

dipakai untuk menentukan kondisi miskin adalah:

a. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan

kerja, dan keterampilan yang memadai.

b. Tingkat pendidikan yang rendah.

c. Bekerja dalam lingkup kecil dan modal kecil atau disebut juga bekerja

dilingkungan sektor informal sehingga mereka ini terkadang disebut juga

setengah menganggur.

d. Berada di kawasan pedesaan atau di kawasan yang jauh dari pusat-pusat

pertumbuhan regional atau berada pada kawasan tertentu di perkotaan.

e. Memiliki kesempatan yang relatif rendah dalam memperoleh bahan

kebutuhan pokok yang mencukupi termasuk dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan dan pendidikan sesuai dengan standar kesejahteraan

pada umumnya.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ciri-ciri kemiskinan di

atas tidak memiliki sifat mutlak untuk dijadikan kebenaran universal terutama

dalam menerangkan faktor-faktor yang yang menyebabkan terjadinya kemiskinan

ataupun terbentuknya kemiskinan. Sifat-sifat kemiskinan di atas hanya merupakan

temuan lapangan yang paling banyak diidentifikasikan atau di ukur (Suryawati,

2004:123).

Universitas Sumatera Utara


27

Kemiskinan juga tidak lepas dari pada cakupan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi hidup selain dari sisi material. Cakupan beberapa elemen yang

turut menentukan kualitas hidup dalam pengukuran kesejahteraan ekonomi. Ada 3

hal pendekatan konseptual dalam memikirkan cara mengukur kualitas hidup,

yaitu:

a. Pendekatan pertama, untuk menilai keadaan diri mereka sendiri,

mengupayakan manusia untuk bahagia dan puas dengan hidup mereka

merupakan tujuan universal eksistensi manusia.

b. Pendekatan kedua, pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai

kombinasi antara “kegiatan dan kedirian” (functionings) dan kebebasannya

untuk memilih fungsi-fungsi tersebut (capabilities). sebagian diantara

kapabilitas yang sangat mendasar, seperti tercukupinya gizi dan terbebas

dari kematian dini, kapabilitas lain seperti melek huruf dan berpartisipasi

dalam politik

c. Pendekatan ketiga yang dikembangkan dalam kondisi ekonomi. Gagasan

tentang alokasi yang adil dan berfokus pada kesetaraan diantara anggota

masyarakat (Stiglitz, 2011:70).

2.1.8 Mahasiswa Miskin

Mahasiswa dapat didefenisikan sebagai individu yang sedang menuntut

ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain

yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat

intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam

bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat

Universitas Sumatera Utara


28

yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip

yang saling melengkapi (Siswoyo, 2007: 121)

Senada dengan hal tersebut, Hartaji (2015: 5) mendefenisikan Mahasiswa

adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan

terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi

yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

Sementara itu miskin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

merupakan keadaan tidak berharta, serta kekurangan dan berpenghasilan sangat

rendah. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Mahasiswa

Miskin merupakan seseorang yang dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang

tinggi dan terdaftar pada sebuah perguruan tinggi namun memiliki keterbatasan

finansial.

Terkait dengan program bidikmisi mahasiswa yang tidak mampu secara

ekonomi merupakan sasaran dari program bidikmisi. Adapun kriteria pelamar

beasiswa bidikmisi anatara lain:

a. Siswa Penerima Beasiswa Siswa Miskin (BSM)

b. Pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau sejenisnya

c. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali (suami istri) sebesar-

besarnya Rp 3.000.000,00 per bulan. Untuk pekerjaan non

formal/formal pendapatan yang dimaksud adalah rata-rata penghasilan

perbulan dalam satu tahun terakhir; dan

d. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota

keluarga sebesar-besarnya Rp 750.000,00 setiap bulannya.

Universitas Sumatera Utara


29

2.2 Penelitian Yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara

masalah yang diteliti dengan kerangka/landasan teoritik yang dipakai sehubungan

dengan penelitian yang terlebih dahulu yang relevan. Untuk menghindari adanya

pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama, dan

sekaligus untuk membedakan dengan penelitian yang dilakukan, maka peneliti

akan memaparkan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara

lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ekky Lukmana Putri (2014) dengan

judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Usaha Bersama (KUBE) di

Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas pelaksanaan

program KUBE di Kelurahan tegalpangggung, Kecamatan Danurajen,

Kota Yogyakarta yang sudah mempertahankan eksistensinya sampai

sekarang. Dilihat dari isi pencapaian tujuan kebijakan terutama dalam

memandirikan masyarakat miskin secara aspek sosial dan ekonomi.

Relevansi penelitian terlihat pada metode dan permasalahannya yang

diangkat sehingga penelitian tersebut relevan untuk digunakan sebagai

acuan teori dalam menganalisis data penelitian. Selain itu program

KUBE juga merupakan program sosial yang berupaya dana bantuan

dari pemerintah seperti juga dengan bidikmisi yang merupakan program

sosial dengan bantuan dana dari pemerintah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Angga Sanjaya (2015) dengan judul

“Efektivitas Pelaksanaan Program Revitalisasi Lada Putih Di Provinsi

Universitas Sumatera Utara


30

Bangka Belitung” penelitian ini bertujuan untuk menggali dan

menggambarkan secara mendalam mengenai efektivitas pelaksanaan

program revitalisasi lada putih dan untuk mengetahui faktor-faktor yang

menghambat efektivitas pelaksanaan program revitalisasi lada putih di

Provinsi Bangka Belitung. Desain penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan

program revitalisasi lada putih di Provinsi Bangka Belitung belum

efektif. Hal tersebut dikarenakan hasil implementasi belum mampu

mencapai tujuan sesuai yang telah direncanakan. Hambatan-hambatan

dalam mencapai efektivitas program revitalisasi lada putih di Provinsi

Bangka Belitung, yaitu: 1) faktor internal; master plan program

revitalisasi lada belum jelas, persoalan lada belum sepenuhnya menjadi

agenda penting oleh para stakeholders kebijakan, koordinasi antar

lembaga masih belum berjalan dengan baik, adanya diversifikasi

komoditi lain, 2) faktor eksternal; belum optimalnya dukungan dari

pihak luar pemerintah dalam menyukseskan upaya revitalisasi lada di

Bangka Belitung. Relevansi penelitian terlihat pada metode dan

permasalahan yang diangkat sehingga penelitian tersebut relevan untuk

digunakan sebagai acuan teori dalam menganalisis data penelitian.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting.

Universitas Sumatera Utara


31

Pendidikan tinggi adalah bagian terpenting dalam mengembangkan

sumber daya manusia yang kompetitif dan professional pada bidangnya sehingga

mampu bersaing secara global. Pendidikan juga merupakan faktor penting untuk

mewujudkan kesejahteraan sosial. Namun terdapat beberapa problematika dalam

dunia pendidikan. Salah satu yang menjadi sorotan adalah keterbatasan

mengakses pendidikan terkhusus pada jenjang pendidikan tinggi. Seperti

diketahui tidak semua masyarakat pada usia produktif dapat mengakses jenjang

pendidikan tinggi. Sebagian besar diantaranya dilatarbelakangi karena

keterbatasan finansial. Kondisi ekonomi masyarakat yang dikategorikan tidak

mampu membuat sebagian masyarakat menyerah pada kemiskinan.

Berangkat dari keterbatasan finansial tersebut Pemerintah melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinngi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan

Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program bantuan biaya pendidikan

Bidikmisi berupa bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan dan bantuan biaya

hidup kepada 20.000 mahasiswa yang memiliki potensi akademik baik dan tidak

mampu secara ekonomi yang diselenggarakan di 104 Perguruan Tinggi Negeri.

Program ini merupakan salah satu program 100 hari kerja Menteri Pendidikan

Nasional pada tahun 2009.

Program bantuan dana Bidikmisi diharapkan mampu menjawab semua

kendala masyrakat dalam mengakses jenjang pendidikan tinggi sehingga dapat

terwujudnya kesejahteraan sosial. Kebijakan mengenai Bidikmisi sendiri telah

diatur dalam UU RI No. 12 tahun 2012 Pasal 76 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 96.

Pelaksanaan program Bidikmisi juga berdasarkan prinsip 3T yaitu, tepat sasaran,

Universitas Sumatera Utara


32

tepat jumlah, dan tepat target. Tujuannya agar pelaksanaan program Bidikmisi

dapat berjalan dengan baik.

Mahasiswa sebagai peserta didik yang menerima bantuan dana Bidikmisi

harus dapat memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan pemerintah untuk

dapat mengakses pendidikan tinggi. Penerima Bidikmisi akan dibebankan pada

berbagai kegiatan penunjang pada masa studinya dengan tujuan untuk

meningkatkan kompetensinya sehingga terwujudnya sumber daya yang

kompetitif. Namun beberapa fakta menunjukkan bahwa penyelenggaraan

bidikmisi mengalami beberapa permasalahan seperti keterlambatan pencairan

dana yang berdampak pada terhambatnya aktivitas mahasiswa dalam

melaksanakan masa studinya, mahasiswa penerima bidikmisi yang tidak bisa

menyelesaikan masa studinya tepat waktu dan timbulnya potensi kecurangan

akibat lemahnya pengawasan Bidikmisi.

Universitas Sumatera Utara


33

2.1 Kerangka pikir pada penelitian ini disusun dengan gambar berikut:

Program Bidikmisi

Mahasiswa

Faktor Efektivitas Program Bidikmisi


penghambat Berdasarkan Ketercapaian Tujuan
Bidikmisi

Tujuan Bidikmisi
1. Pemerataan akses pendidikan
2. Lulus Tepat Waktu
3. Meningkatkan Prestasi
4. Semangat Berkompetisi
5. SDM Berkualitas

2.4 Defenisi Konsep

Konsep adalah bagian penting dari metodologi penelitian, karena apabila

konsep dibangun secara asal-asalan, maka akan mengacaukan bagian vital

lainnya. Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat akademik atau

masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian memahami apa yang dimaksud

dengan pengertian variabel, indikator, parameter maupun skala pengukuran yang

dikehendaki peneliti dalam penelitiannya.

Universitas Sumatera Utara


34

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat

dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep dalam

penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan operasional fenomena-fenomena

penelitian (Bungin,2008:74). Untuk lebih memahami konsep yang digunakan,

maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Pendidikan tinggi adalah bagian terpenting dalam mengembangkan

sumber daya manusia yang kompetitif dan professional pada bidangnya

sehingga mampu bersaing secara global. Pendidikan juga merupakan

faktor penting untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.

2. Efektivitas adalah suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif untuk

dijadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif yang

direkomendasikan tersebut memberi hasil (akibat) yang maksimal, lepas

dari pertimbangan efisiensi. Efektivitas program dapat diketahui dengan

membandingkan output dengan tujuan program, pendapat peserta program

dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menetukan efektivitas program.

Untuk mengukur faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi berjalan

atau tidaknya suatu program dapat dilakukan dengan menggunakan

variabel-variabel berikut ini 1) ketepatan sasaran program, 2) sosialisasi

program, 3) tujuan program, 4) pemanfaatan program.

3. Kemiskinan yang dimaksud dalam suatu situasi kondisi kekurangan dan

ketidakmampuan akan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, akibat dari

kurangnya penghasilan, minimnya akses untuk memiliki aset sehingga

menimbulkan ketergantungan dan penderitaan. Dalam hal ini mahasiswa

penerima Beasiswa Bidikmisi dikategorikan kelompok miskin. Oleh

Universitas Sumatera Utara


35

karena itu penerima Bidikmisi yang dikategorikan miskin disini dapat

dilihat dari penglihatan serta kondisi kehidupan penerima Bidikmisi

tersebut.

4. Penerima Beasiswa Bidikmisi

Penerima berarti orang yang menerima, sedangkan beasiswa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tunjangan uang yang

diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar.

Sedangkan Bidikmisi adalah program bantuan biaya pendidikan yang

diberikan Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

(Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun

2010 kepada mahasiswa yang memiliki potensi akademik memadai dan

kurang mampu secara ekonomi. Yang bersifat kontinue selama delapan

semester bagi S1 dan enam semester bagi DIII.

Jadi penerima beasiswa Bidikmisi adalah orang (mahasiswa) yang

menerima bantuan dana pendidikan yang diluncurkan oleh pemerintah

melalui Ditjen Dikti mulai tahun 2010, khususnya untuk mahasiswa yang

memiliki potensi akademik yang cukup dan kurang mampu secara

finansial.

5. Faktor penghambat penyelenggaraan Program Bidikmisi

Penyelenggaraan Program Bidikmisi tidak selalu berjalan mudah,

selalu ada hambatan ataupun kendala pada proses pelaksanaanya. Sebab

untuk mengimplementasikan sebuah program yang lahir dari suatu

kebijakan harus memperhatikan segala aspek yang ada. Untuk

Universitas Sumatera Utara


36

mewujudkan keberhasilan program dibutuhkan keyakinan dan komitmen

dari setiap pihak baik penyelenggara program maupun sasaran program.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan

tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti

(Siagian,2011:52)

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, yaitu dengan mengkaji data

yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber

data yang terkumpal, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan.

Penelitian kualitatif tidak mewajibkan untuk membuat generalisasi dari

penelitiannya, maka dari itu penelitian kualitatif tidak terdapat adanya populasi

atau sampel (Suyanto,2005:171).

Jadi penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Dengan demikian peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif untuk mengetahui efektifitas program bidikmisi dan faktor penghambat

penyelenggaraan program bidikmisi di Universitas Sumatera Utara.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, tepatnya di Universitas Sumatera

Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Universitas Sumatera Utara

adalah salah satu PTN penerima Beasiswa Bidikmisi.

37

Universitas Sumatera Utara


38

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan pihak-pihak/orang-orang yang dapat

memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi yang ada sehingga data yang

dihasilkan dapat akurat dan terpercaya. Data tersebut berupa pernyataan

keterangan maupun data-data yang dapat membantu peneliti untuk memahami

permasalahan penelitian.

Subjek penelitian ini menjadi informan yang memberikan berbagai

informasi yang diperlukan selama proses penelitian ini (Suyanto,2005:171).

Informan penelitian dianggap sebagai subjek yang dapat memberikan informasi

atau data, karena menguasai dan mengetahui secara mendalam apa yang menjadi

topik penelitian. Orang-orang atau pihak-pihak tersebut adalah:

1. Informan Kunci (key informan) adalah orang yang mengetahui dan

memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan

kuncinya yaitu:

a. Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Kealumnian Biro Kemahasiswaan

dan Kealumnian USU

b. Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Biro Kemahasiswaan

dan Kealumnian USU

2. Informan Utama, adalah orang yang terlibat langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah 5 orang

Mahasiswa Bidikmisi.

3. Informan Tambahan, adalah orang yang tidak terlibat langsung dalam

objek yang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah 2 orang

Mahasiswa Non Bidikmisi.

Universitas Sumatera Utara


39

5.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

mengumpulkan data-data sebagai berikut:

1. Data Sekunder (Studi Kepustakaan), yaitu teknik pengumpulan data atau

informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui

sumber kepustakaan (library research) dilakukan dengan mempelajari dan

menelaah buku-buku , majalah, surat kabar, jurnal, karya ilmiah, artikel,

buletin, dan bahan tulisan lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah

dalam penelitian ini.

2. Teknik pengumpulan data Primer (Studi lapangan), yaitu pengumpulan

data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan

data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu percakapan atau tanya jawab yang dilakukan peneliti

dengan informan kunci, utama, dan tambahan sehingga mereka

memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.

Wawancara yang dilakukan adalah terpimpin dimana tanya jawab

dilakukan dengan Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Kealumnian,

Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Biro Kemahasiswaan dan

Kealumnian USU, 5 orang mahasiswa penerima Bidikmisi dan 2 orang

mahasiswa Non Bidikmisi di USU secara terarah untuk mengumpulkan

data-data yang relevan (Siagian, 2011-206).

b. Dokumentasi, yaitu mempelajari dokumen yang releven dimana

dokumen bisa berasal dari informan kunci, informan utama, dan

informan tambahan. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai

Universitas Sumatera Utara


40

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231).

5.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif,

yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah,

menyusun dalam suatu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap

berikutnya, dan memeriksa keabsahan data, serta mendefinisikan dengan analisis

sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti.

Analisis data dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan

secara terus menerus selama penelitian berlangsung, dilakukan mulai dan

mengumpulkan data sampai pada tahap penulisan laporan (Moleong, 2004:24).

Data-data yang diperoleh dalam peneliti ini akan dianalisis secara

kualitatif, artinya untuk analisa data tidak diperbolehkan model uji statistik

dengan memakai rumus-rumus, melainkan lebih ditunjukkan sebagai tipe

penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara akan ditampilkan untuk

mendukung analisis yang disampaikan oleh peneliti, sehingga pada akhirnya dapat

ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Temuan Umum

4.1 Letak Geografis Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) terletak di Kecamatan Medan Baru,

Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Luas Universitas

Sumatera Utara sekitar 122 Ha, dari total luas tersebut 100 Ha merupakan

kompleks utama dari Universitas Sumatera Utara dan sisanya adalah lahan hijau

dengan batas-batas wilayah USU, yaitu:

a. Sebelah Utara : Medan Baru, Jl.Sei Padang

b. Sebelah Selatan : Jl. Berdikari, Kelurahan Padang Bulan

c. Sebelah Timur : Jl. Jamin Ginting

d. Sebelah Barat : Jl. Pembangunan, Kecamatan Medan Selayang

4.2 Sejarah dan Perkembangan Universitas Sumatera Utara

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya

Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 juni 1952. Pendirian Yayasan

ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan

masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan

termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansyur membuat rancangan perguruan tinggi

kedokteran. Setelah Kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd.

Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat

41

Universitas Sumatera Utara


42

clash pada tahun 1974, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan

kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian

sebuah universitas di daerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia

persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang

anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan Mr. Djaidin Purba.

Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh

masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa

Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di

Jalan Seram dengan dua puluh tujuh mahasiswa, diantaranya dua orang wanita.

Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan

Masyarakat pada tahun 1954. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun

1956, dan Fakultas Pertanian pada tahun 1956.

Pada tanggal 20 November 1957, Universitas Sumatera Utara diresmikan

oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri

yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan

dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah

oleh Presiden Republik Indonesia. Kemudian disusul berdirinya Fakultas

Kedokteran Hewan dan Peternakan pada tahun 1960 di Banda Aceh. Sehingga

pada waktu itu, Universitas Sumatera Utara terdiri dari lima Fakultas di Medan

dan dua di Banda Aceh.

Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada tahun

1961, Fakultas Sastra pada tahun 1956, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam pada tahun 1965, Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara


43

pada tahun 1982, Sekolah Pascasarjana pada tahun 1992, Fakultas Kesehatan

Masyarakat pada tahun 1993, Fakultas Farmasi pada tahun 2006, Fakultas

Psikologi pada tahun 2007, Fakultas Keperawatan pada tahun 2009, dan Fakultas

Kehutanan pada tahun 2014.

Pada tahun 2003, Universitas Sumatera Utara berubah status dari suatu

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik

Negara (BHMN). Perubahan status USU dari Perguruan Tinggi Negeri menjadi

Badan Hukum Milik Negara (BHMN) merupakan yang kelima di Indonesia.

Sebelumnya telah berubah status Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada,

Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000.

Setelah USU, kemudian disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan Universitas

Sumatera Utara telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru,

yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas

Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Usu di Banda Aceh.

Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)

Negeri Medan pada tahun 1964, yang sekarang berubah menjadi Universitas

Negeri Medam (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu

pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan pada tahun 1999

yang semula adalah Politeknik USU.

Kampus Universitas Sumatera Utara berlokasi di Padang Bulan, sebuah

area hijau dan rindang seluas 120 Ha yang terletak ditengah Kota Medan. Zona

akademik seluas 90 Ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan

Universitas Sumatera Utara


44

praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan

dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis

sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU

merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Universitas

Sumatera Utara Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi

informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan

pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa

dan tenaga pendidik.

Daftar Rektor yang pernah Menjabat di Universitas Sumatera Utara (1958-

2021) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2.1 Daftar Rektor yang Menjabat di Universitas Sumatera Utara

NO NAMA TAHUN JABATAN

1 Z.A Soetan Koemala Pontas 1957-1958 Ketua Presidium

2 Prof. Dr. Ahmad Sofian 1958-1962 Presidium

3 Prof. Mr. Mahadi 1962-1964 Ketua Presidium

4 Ulung Sitepu 1964-1965 Presidium

5 Drg. Nazir Alwi 1965-1966 Rektor

6 Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A. 1966 (Mei-Nov) Pejabat Rektor

7 Dr. S.Harnopidjati 1966-1970 Rektor

8 Harry Suwondo S.H 1970-1978 Rektor

Universitas Sumatera Utara


45

9 O. K. Harmaini S.E 1978 (Mei-Juli) Ketua Rektorium

10 Dr. A. P. Parlindungan S.H 1978-1986 Rektor

11 Prof. M. Jusuf Hanfiah 1986-1994 Rektor

12 Prof. Chairuddin P. Lubis, 1994-2010 Rektor

D.T.M&H., Sp.A.(K).

13 Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, 2010-2015 Rektor

DTM&H, M.Sc.(CTM),

Sp.A.(K).

14 Prof. Subhilhar, M.A., Ph.D. 2015-2016 Plt. Rektor

15 Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., 2016-2021 Rektor

M.Hum.

Seiring perkembangan Universitas Sumatera Utara dari tahun ke tahun dan

meningkatnya peradaban ilmu pengetahuan, Universitas Sumatera Utara

melahirkan beberapa Fakultas untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Terdapat

15 fakultas di USU, yaitu:

1. Fakultas Kedokteran

2. Fakultas Hukum

3. Fakultas Pertanian

4. Fakultas Teknik

5. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

6. Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara


46

7. Fakultas Ilmu Budaya

8. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

9. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik

10. Fakultas Kesehatan Masyarakat

11. Fakultas Farmasi

12. Fakultas Psikologi

13. Fakultas Keperawatan

14. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi

15. Fakultas Kehutanan

Tabel 4.2.2 Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Angkatan 2013-2017

N0 FAKULTAS 2013 2014 2015 2016 2017


1 KEDOKTERAN 5 4 1 1 8
2 KESEHATAN MASYARAKAT 61 74 65 44 34
3 KEPERAWATAN 19 29 13 25 20
4 FARMASI 10 35 35 27 24
5 MATEMATIKA DAN ILMU 61 66 67 69 88
PENGETAHUAN ALAM
6 PSIKOLOGI 8 13 12 21 24
7 TEKNIK 60 89 64 76 128
8 PERTANIAN 116 150 115 98 104
9 ILMU KOMPUTER DAN 25 31 31 28 34
TEKNOLOGI INFORMASI
10 KEDOKTERAN GIGI 5 5 4 10 5
11 EKONOMI BISNIS 61 53 50 35 74
12 ILMU BUDAYA 134 147 91 132 153
13 ILMU SOSIAL DAN ILMU 84 110 85 83 112
POLITIK

Universitas Sumatera Utara


47

14 HUKUM 26 36 37 49 46
15 KEHUTANAN - - - 21 25
JUMLAH 675 842 670 719 879

Tabel 4.2.3 Besar Biaya Hidup Dan Biaya Pendidikan

NO ANGKATAN JUMLAH BIAYA BIAYA JUMLAH


HIDUP PENDIDIKAN (RP)
(RP) (RP)
1 2013 675 @ Rp @ Rp @ Rp
3.900.000, 2.400.000, 6.300.000,
2 2014 842 @ Rp @ Rp @ Rp
3.900.000, 2.400.000, 6.300.000,
3 2015 670 @ Rp @ Rp @ Rp
3.900.000, 2.400.000, 6.300.000,
4 2016 719 @ Rp @ Rp @ Rp
3.900.000, 2.400.000, 6.300.000,
5 2017 879 @ Rp @ Rp @ Rp
3.900.000, 2.400.000, 6.300.000,

Tabel 4.2.4 Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi Angkatan 2014

NO FAKULTAS JUMLAH LULUS % BELUM % TAHUN


LULUS LULUS
1 KEDOKTERAN 4 4 100 - - 2018
2 KESEHATAN 74 20 27,02 54 72,97 2018
MASYARAKAT
3 KEPERAWATAN 29 20 68,96 9 31,03 2018
4 FARMASI 35 19 54,28 16 45,71 2018
5 MATEMATIKA 66 40 60,60 20 30,30 2018
DAN ILMU
PENGETAHUAN
ALAM

Universitas Sumatera Utara


48

6 PSIKOLOGI 13 7 53,84 6 46,15 2018


7 TEKNIK 89 38 42,69 51 57,30 2018
8 PERTANIAN 150 73 48,66 77 51,33 2018
9 ILMU 31 24 77,41 7 22,58 2018
KOMPUTER DAN
TEKNOLOGI
INFORMASI
10 KEDOKTERAN 5 5 100 - - 2018
GIGI
11 EKONOMI 53 38 71,69 15 28,30 2018
BISNIS
12 ILMU BUDAYA 147 93 63,26 54 36,73 2018
13 ILMU SOSIAL 110 83 75,45 27 24,54 2018
DAN ILMU
POLITIK
14 HUKUM 36 24 66,66 12 33,33 2018
15 KEHUTANAN - - - - - -
JUMLAH 842 488 65,70 354 34,30
% %
Jumlah mahasiswa Bidikmisi angkatan 2014 yang sudah lulus mencapai

488 Mahasiswa (65.70 %), sedangkan 354 lainnya (34,30 %) belum lulus.

4.3 Profil Universitas Sumatera Utara

a. Status Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan Perguruan Tinggi Negeri

Badan Hukum yang mengelola bidang akademik dan non akademik secara

otonom.

b. Kedudukan Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


49

Universitas Sumatera Utara berkedudukan di Kota Medan, Provinsi

Sumatera Utara.

c. Hari Jadi Universitas Sumatera Utara

Tanggal 20 Agustus 1952 ditetapkan sebagai hari jadi (Dies Natalis)

Universitas Sumatera Utara.

d. Lambang USU

Lambang USU digunakan pada bangunan, kantor, cap, ijazah, dan segala

sesuatu yang memiliki kedudukan formal dalam hal kekuasaan,

kewenangan dan kepemilikan USU.

e. Bendera

USU memiliki bendera berbentuk empat persegi panjang dengan warna

dasar hijau tua, ditengahnya terdapat lambing USU, dan dibawahnya

terdapat tulisan Universitas Sumatera Utara. Setiap fakultas memiliki

bendera masing-masing.

f. Himne USU dan Mars USU diperdengarkan pada saat upacara remi

g. Busana USU berupa almamater serta atribut mahasiswa

h. Landasan Hukum Universitas Sumatera Utara

Landasan Hukum terbentuknya Universitas Sumatera Utara (USU) telah

diatur dalam UUD 1945, meliputi:

a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Universitas Sumatera Utara


50

b. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

c. Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

d. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2014 tentang Status Universitas

Sumatera Utara

e. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan

Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum

f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 35 Tahun 2013

tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia bidang

Pendidikan Tinggi

g. Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan No. 35 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan

h. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 13

Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Riset, Teknologi,

dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019

i. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 4

Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

j. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Perlaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah

k. Peraturan Majelis Wali Amanat USU No. 4 tahun 2015 tentang

Pengelolaan Pendanaan Universitas Sumatera Utara yang tidak berasal

dari Pemerintah

Universitas Sumatera Utara


51

l. Peraturan Majelis Wali Amanat USU No. 10 Tahun 2015 tentang

Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara.

4.4 Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sumatera Utara

a. Visi Universitas Sumatera Utara

Menjadi Perguruan tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai

barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam

tataran dunia global.

b. Misi Universitas Sumatera Utara

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis otonomi yang

menjadi wadah bagi pengembangan karakter dan profesionalisme

sumber daya manusia yang didasarkan pada pemberdayaan yang

mengandung semangat demokratisasi pendidikan yang mengakui

kemajemukan dengan orientasi pendidikan yang menekankan pada

aspek pencarian alternatif penyelesaian masalah aktual

berlandaskan kajian ilmiah, moral, dan hati nurani;

2. Menghasilkan lulusan yang menjadi pelaku perubahan segala

kekuatan modernisasi dalam kehidupan masyrakat luas, yang

memiliki kompetensi keilmuan, relevansi dan daya saing yang

kuat, serta berperilaku kecendekiawanan yang beretika; dan

3. Melaksanakan, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan,

budaya penelitian dan program pengabdian masyarakat dalam

rangka peningkatan kualitas akademik dengan mengembangkan

Universitas Sumatera Utara


52

ilmu yang unggul, yang bermanfaat bagi perubahan kehidupan

masyrakat luas yang lebih baik.

c. Tujuan Universitas Sumatera Utara

1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu mengembangkan

ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora, dan seni, berdasarkan moral

agama, serta mampu bersaing ditingkat nasional dan internasional;

2. Menghasilkan penelitian inovatif yang mendorong pengembangan ilmu

pengetahuan , teknologi, humaniora, dan seni dalam lingkup nasional dan

internasional.

3. Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan

karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemberdayaan masyarakat

secara inovatif agar masyarakat mampu menyelesaikan masalah secara

mandiri dan berkelanjutan; dan

4. Mewujudkan kemandirian yang adaptif, kreatif, dan proaktif terhadap

tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan, baik secara nasional

maupun secara internasional.

4.5 Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu

lembaga untuk mencapai hasil kerja yang efisien dan efektif. Disamping itu

struktur organisasi merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hierarki yang ada.

Universitas Sumatera Utara


53

Universitas Sumatera Utara memiliki struktur organisasi yang dipimpin

oleh Rektor dan dibantu oleh Wakil Rektor, Majelis Wali Amanat, Senat

Akademik, dan lain-lain.

Tabel 4.5.1

Bagan Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara

Majelis Wali
Amanat

Komite Audit Senat


Akademik

Rektor Dewan Guru


Besar

Satuan Audit
Internal Sekretaris
Universitas

Badan Unit Penjaminan Unit


Usaha Mutu Pengadaan
Perpusta kaan
Unit Pelaksana
Pascasarjana

Administrasi

Penunjang
Akademik
Penelitian

Pelaksana
Lembaga

Lembaga
Fakultas

Sekolah

PKM

Lain

Lain
Biro
Unit

Unit
Lain

Universitas Sumatera Utara


54

4.5.1 Pimpinan dan Pejabat Universitas Sumatera Utara

a. Rektor dan Wakil Rektor

Susunan Pimpinan Universitas Sumatera Utara adalah meliputi rektor dan

wakil rektor. Rektor sebagai pemimpin Universitas dibantu oleh wakil rektor.

b. Majelis Wali Amanat

Majelis Wali Amanat (MWA) beranggotakan 21 orang yang mewakili

unsur Menteri, Rektor, Senat Akademik (SA). Anggota MWA diangkat dan

diiberhentikan oleh Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, MWA

diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa

jabatan.

c. Dewan Guru Besar

Dewan Guru Besar (DGB) merupakan wadah para Guru Besar Universitas

untuk memberikan penilaian etika dan integritas moral. Dewan Guru Besar terdiri

atas seluruh Guru Besar Universitas Sumatera Utara. Dewan Guru Besar bertugas

untuk:

1. Memberikan masukkan kepada Rektor dalam hal pengembangan keilmuan

dan kualitas pendidikan.

2. Memberikan masukkan kepada Rektor dalam hal pembinaan suasana

akademik.

3. Memberikan pertimbangan kepada Rektor dan Senat Akademik atas usul

pengangkatan Guru Besar dan doktor kehormatan (doctor honouris

causa).

Universitas Sumatera Utara


55

d. Senat Akademik

Senat Akademik (S.A.) merupakan badan normatif tertinggi Universitas

Sumatera Utara yang mempunyai fungsi dalam kebijakan dan pengawasan

Universitas dalam bidang akademik. Keanggotaan S.A. terdiri dari :

1. Wakil Guru Besar (WGB)

2. Wakil Dosen bukan Guru Besar (WBGB)

3. Rektor dan Wakil Rektor

4. Dekan dan Direktur Sekolah Pascasarjana

Dalam pelaksanaan tugas Senat Akademik dibagi kedalam empat komisi

yaitu :

1) Komisi Kelembagaan Akademik Perencanaan dan Anggaran

(KKPAP&A);

2) Komisi Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat

dan Inovasi (KP3M&I);

3) Komisi Pendidikan (KP);

4) Komisi Penjaminan dan Pengawasan Mutu Akademik (KP&PMA).

4.6 Kondisi Umum Tentang Klien

Klien yang penulis jadikan narasumber dalam penelitian ini adalah

mahasiswa penerima bidikmisi yang sedang berkuliah di Universitas Sumatera

Utara. Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang yaitu

Universitas Sumatera Utara


56

dengan komposisi 2 sebagai informan kunci, 5 sebagai informan utama dan 2

sebagai informan tambahan.

4.7 Kondisi Umum Tentang Petugas

Struktur Organisasi Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian Universitas

Sumatera Utara.

1. Kepala Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian : Dra. Cut Ornila, M.si.

2. Kepala Bagian kemahasiswaan dan Kealumnian : Dra. Erifah

3. Kepala SubBagain Kesejahteraan Mahasiswa : Drs. Effendi Manurung

4. Kepala SubBagian Minat, penalaran dan informasi : Indrasyah Johan S.sos

5. Kepala subBagian kealumnian : Meilina Ramona, S.E

4.8 Sarana dan Prasarana Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) dalam mendukung kegiatan akademik

memiliki beberapa layanan dan fasilitas yang disediakan, yasitu:

1. Webmail Universitas Sumatera Utara

Webmail USU merupakan layanan email untuk mahasiswa dan dosen

USU.

2. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Layanan perpustakaan di USU ada di setiap fakultas dan perpustakaan

induk Universitas, perpustakaan USU didirikan pada tahun 1970.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara menempati sebuah gedung

berlantai empat dengan luas sekitar 6.090 m2 yang terletak ditengah-

tengah kampus. Gedung Perpustakaan dikelilingi areal taman dan parkir

Universitas Sumatera Utara


57

seluas sekitas 4 Ha. Gedung perpustakaan dapat menampung sekitar 900

orang pembaca dalam waktu yang bersamaan

3. E-Learning

Sarana pendukung sebagai suplemen kegiatan proses

perkuliahan/pembelajaran bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

4. USU Repository

Layanan dokumen elektronik berupa laporan penelitian, laporan

perkuliahan, desertasi, tesis, laporan mahasiswa, buku panduan, e-journal,

dan e-archives

5. Kantor Urusan Internasional

Layanan administrasi dan akomodasi untuk mahasiswa asing yang belajar

di Universitas Sumatera Utara.

6. USUNETA

Layanan internet bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

7. Asrama

Fasilitas asrama bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara baik

mahasiswa putera maupun mahasiswa puteri.

8. Fasilitas Olahraga

Sarana berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, basket, badminton,

voli, dan lain-lain. Fasilitas ini disediakan bagi mahasiswa dan staf

Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


58

9. Balai Pertemuan

Fasilitas gedung untuk penyelenggaraan kegiatan, diantaranya seperti

auditorium, gelanggang mahasiswa, dan gedung Pancasila.

10. Rumah Ibadah

Fasilitas keagamaan bagi mahasiswa yang disediakan oleh Universitas

Sumatera Utara.

11. Kafetaria

Fasilitas kafetaria bagi mahasiswa USU.

12. Lintas USU

Bus kampus sebagai sarana transportasi gratis yang disediakan bagi

seluruh mahasiswa dan staf USU.

13. Rumah Sakit USU

Fasilitas kesehatan bagi mahasiswa, Staf/ pegawai USU maupun

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan

di lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan.

Peneliti berhasil mengumpulkan data dan informasi mengenai “Efektivitas

Program Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara”.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang yaitu

dengan komposisi 2 sebagai informan kunci, 5 sebagai informan utama dan 2

sebagai informan tambahan. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala

Bagian Kemahasiswaan dan kealumnian dan Kepala Sub bagian Kesejahteraan.

Informan utama dalam penelitian ini adalah mahasiswa penerima beasiswa

Bidikmisi dan informan tambahan adalah mahasiswa yang bukan penerima

beasiswa Bidikmisi. Untuk melihat gambaran lebih jelas dan rinci, maka penulis

mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis

tentang data-data tersebut.

5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

5.1.1 Informan Utama I

1. Nama : Hilma Mufliha

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Anak ke : 5 dari 6 bersaudara

4. Usia : 21 Tahun

5. Fakultas : Psikologi

6. Stambuk : 2015

7. Pekerjaan : Mahasiswa

59

Universitas Sumatera Utara


60

8. Alamat : Jalan. Denai

Bidikmisi sebagai sebuah program merupakan bentuk kepedulian

pemerintah terhadap kelompok masyarakat yang berlatar belakang kemampuan

ekonomi rendah. Kepedulian tersebut mengacu pada sebuah tujuan untuk

mewujudkan impian masyarakat untuk dapat mengakses pendidikan tinggi.

Perguruan tinggi berperan sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan

perkuliahan baik akademik maupun non akademik. Keseriusan perguruan tinggi

dalam mengelola Program Bidikmisi agar dapat terdistribusi dengan baik kepada

mahasiswa penerima Bidikmisi dapat dilihat dari keseriusannya dalam

memberdayakan mahasiswanya. Sejalan dengan hal tersebut, wujud keseriusan

USU dalam memberdayakan mahasiswa Bidikmisi untuk berpacu dalam

kompetisi untuk meningkatkan prestasi juga dirasakan oleh salah seorang

Bidikmisi dari F. Psikologi USU seperti yang dikutip sebagai berikut:

“Menjadi seorang mahasiwa penerima Bidikmisi membuat saya semangat


untuk mengejar prestasi bang, setiap semester saya berupaya agar IP
saya terus meningkat. Ini sebagai bukti keseriusan saya dalam mengejar
cita-cita. Rasanya sangat disayangkan jika mahasiswa penerima Bidikmisi
tidak mendapatkan prestasi yang baik bang, sebab universitas juga
mendukung segala bentuk kegiatan mahasiswa penerima Bidikmisi.
Sarana dan prasarana untuk menunjak aktivitas juga sudah disediakan.”

Kemudian peneliti bertanya “Manfaat apa yang anda rasakan dari Program

Bidikmisi?”

“Begitu besar manfaat yang saya rasakan dengan adanya Program


Bidikmisi ini bang. Seperti memberi kesempatan bagi para pelajar
Indonesia yang mempunyai kemauan untuk terus belajar di bangku
perkuliahan dan di satu sisi memiliki keterbatasan ekonomi serta dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi warga Negara
Indonesia sendiri.”
Saat peneliti menanyakan “Sejak kapan saudara terima program Bidikmisi
dan berapa nominalnya setiap pencairan?” berikut penuturan beliau:

Universitas Sumatera Utara


61

“Sejak semester satu. Lupa sih tepatnya bulan berapa.... tahunnya ya


2015 dan untuk nominal sendiri awalnya Rp 3.600.000/ semester terus
diganti jadi per 3 bulan. Terus kemaren (aku lupa mulai kapan mungkin
tahun 2018) naik jadi Rp 1.900.000/ 3 bulan. Terus dibuat per semester
lagi.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Bagaimana kondisi ekonomi orangtua
saudara dan berapa penghasilannya perbulan?”
“Kondisi ekonomi orangtua saya bisa dibilang termasuk kurang mampu
karena ayah saya hanya bekerja sebagai Tuan Kadi (penghulu nikah)
sedangkan ibu saya hanya sebaga ibu rumah tangga dan untuk
penghasilan perbulannya hanya sekitar 1 juta-1,5 juta.”
Kemudian peneliti bertanya “Mengapa saudara memilih untuk mengambil
program Bidikmisi?”
“Karena Bidikmisi salah satu beasiswa yang di programkan pemerintah
kan. Jadi kayak udah target mau ambil beasiswa Bidikmisi. Dan pas liat
ada pendaftaran Bidikmisi untuk kuliah di MAN 1, saya langsung daftarin
nama saya dan juga karena ekonomi orangtua saya yang tidak mencukupi
makanya saya mengambil Bidikmisi.”
Saat peneliti bertanya “Apakah dana yang diberikan selalu tepat waktu?”
“Dana yang diberikan terkadang tidak tepat waktu. Namun, bagi saya
tidak terlalu menjadi masalah karena waktu pencairannya tidak terlalu
jauh dari biasanya.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Dana yang diberikan oleh Bidikmisi
dialokasikan kemana terlebih dahulu?”
“Jika dana dari Bidikmisi sudah cair tentunya yang pertama saya
alokasikan ke biaya perlengkapan kampus, keperluan pribadi, untuk
tabungan, terkadang juga saya mau memberi kepada orangtua, dan yang
pastinya saya tidak lupa untuk menyisikan untuk biaya jalan-jalan karena
anak Bidikmisi juga harus perlu jalan-jalan meskipun kita kekurangan.”
Kemudian peneliti bertanya “Apakah kendala yang dirasakan dari program
Bidikmisi?”
“Sejauh ini sih kalo soal kendala dari Bidikmisi belum pernah saya
rasakan palingan kendalanya masalah pencairan dananya saja selainnya
gak ada.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah IP saudari meningkat atau
menurun?”
“IP saya sendiri naik turun tiap semesterya tapi turunnya gak anjlok-
anjlok banget sih itu karna faktor intern dan ekstern dan Alhamdulilah IP
saya tidak pernah dibawah 3.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah pengawasan dan monev dari
kampus berjalan baik?”

Universitas Sumatera Utara


62

“Sejauh ini pengawasan dan monev dari kampus bisa dikatakan berjalan
baik karena jika ada mahasiswa yang IP nya turun secara berturut-turut
dan ada masalah dalam bidang akademik maka pihak dari kampus akan
mengadakan evaluasi dan setelah dilakukan evaluasi tapi tidak ada
perubahan bagi si mahasiswa yang bermasalah maka Bidikmisinya akan
di cabut atau dikeluarkan.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah Pembinaan dan pelatihan terhadap
minat dan bakat sudah pernah anda rasakan dari pihak Universitas?”
“Pembinaan dan pelatihan terhadap minat dan bakat sudah pernah saya
rasakan bang itupun pas waktu saya mengikuti lomba karya tulis ilmiah
tingkat universitas selesai lomba itu saya tidak pernah merasakan
pembinaan lagi dari pihak universitas”
Kemudian peneliti bertanya “Adakah menurut anda peserta Bidikmisi
yang tidak tepat sasaran dan bagaimana anda menilai gaya hidup anak
Bidikmisi?”
“Menurut saya tidak ada anak Bidikmisi yang tidak tepat sasaran karena
jelas kita tahu bahwa semua penerima Bidikmisi jelas-jelas orang yang
tidak mampu secara ekonomi dan kalau pun ada itupun jumlahnya tidak
terlalu banyak. Karena sebelum pencaiaran dana pihak kampus
melakukan survey ke rumah si penerima dan jika pihak kampus
menemukan tidak sesuai persyaratan dari Bidikmisi maka si penerima
akan di keluarkan dari Bidikmisi. Dan gaya hidup anak Bidikmisi di
kampus benar-benar menunjukkan bahwa kami-kami ini memang nampak
kalo kami kekurangan secara ekonomi”
Kemudian peneliti bertanya “Manfaat apa yang dirasakan dari Bidikmisi?”
”Manfaatnya sangat banyak karena sangat membantu ekonomi dan
akademik kalo bukan karna Bidikmisi saya mungkin tidak kuliah karena
orangtua saya tidak mampu.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Apa kritik dan saran anda untuk
Bidikmisi?”
“Tolong pencairan dana Bidikmisi tepat waktu dan monevnya supaya
diperketat lagi.”

5.1.2 Informan Utama II

1. Nama : Nurjannah

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Anak Ke : 5 dari 5 bersaudara

4. Usia : 21 Tahun

Universitas Sumatera Utara


63

5. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(Departemen Kesejahteraan Sosial)

6. Stambuk : 2016

7. Pekerjaan : Mahasiswa

8. Alamat : Jalan Djamin Ginting, Gang Kamboja

Program Bidikmisi yang turut diselenggarakan USU sejak tahun 2010

merupakan amanah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk memberikan

kesempatan kepada setiap lapisan masyarakat untuk dapat mengakses pendidikan

tinggi dengan memanfaatkan bantuan dana penyelenggaraan pendidikan

bidikmisi. Selain bertujuan agar kelompok masyarakat dengan kategori miskin

dapat berkuliah, Bidikmisi juga mengemban tugas mulia untuk menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu memutus mata rantai

kemiskinan. Dengan harapan apabila masyarakat memiliki pendidikan yang layak

maka angka kemiskinan akan berkurang. Tentunya cita-cita Negara untuk

mewujudkan Negara yang makmur dan sejahtera dan tercapai dengan

meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.

Tujuan Program Bidikmisi untuk menghasilkan sumber daya manusia

yang kompetitif dan unggul pada bidangnya merupakan wujud nyata komitmen

pemerintah dalam mendukung pemerataan terhadap akses pendidikan. Sejalan

dengan hal tersebut, selama 8 tahun USU telah berhasil menyelenggarakan

Program Bidikmisi. Begitu besar manfaat yang dirasakan berkat adanya Program

Bidikmisi. Keberhasilan USU dalam mencetak sumber daya manusia yang

berkualitas tercermin dari peningkatan prestasi akademik mahasiswa yang

Universitas Sumatera Utara


64

gemilang, konsistensi mahasiswa dalam menjalankan masa studinya hingga lulus

tepat waktu dan semangat mahasiswa Bidikmisi untuk terus berkembang maju

dan memanfaatkan dengan baik peluang yang diberikan Program Bidikmisi.

Manfaat tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah seorang mahasiswa

penerima Bidikmisi USU, seperti yang dimuat dalam kutipan wawancara berikut:

“Manfaatnya sangat banyak bang, diantaranya membantu mahasiswa


yang ekonominya rendah.”

Lebih lanjut saudari Nurjannah mengatakan bahwa,

“selain gratis biaya kuliah, mahasiswa juga mendapat uang saku bulanan
bang yang sangat menunjang studi. Apalagi untuk anak rantau, karena
kebanyakan mahasiswa bidikmisi jarang dikirimi uang saku dari
orangtua, kami sangat bergantung sekali dengan uang saku bulanan dari
bidikmisi yang sangat membantu dalam memenuhi kehidupan sehari-hari
di tanah rantau. Di jurusan saya juga sering ada sosialisasi untuk
bidikmisi, misalnya mengenai motivasi tips dan trik agar studi berjalan
baik dan lulus tepat waktu serta info tentang beasiswa lainnya. Saya rasa
bagi siapapun penerima bidikmisi mereka adalah orang yang terpilih dan
beruntung karena begitu besar manfaat yang kami rasakan bang.”

Dalam hal ini keterlambatan pencairan dan terkhusus pada dana yang

seharusnya di distribusikan kepada mahasiswa Bidikmisi untuk keperluan living

cost. Hal ini menjadi problematika yang tentunya dapat menghambat aktivitas

mahasiswa Bidikmisi. Sebab seluruh mahasiswa Bidikmisi menggantungkan

hidupnya berdasarkan biaya bulanan sebesar Rp. 600.000 yang diberikan oleh

program bidikmisi. Hal ini sejalan dengan ungkapan mahasiswa FISIP seperti

yang dikutip dalam wawancara narasumber berikut:

“kalau ditanya kendala saya rasa pasti hampir seluruh mahasiswa


bidikmisi akan mengatakan hal yang sama bang, yaitu masalah
keterlambatan pencairan dana yang sering terjadi. Bagi saya dan teman-
teman bidikmisi lainnya masalah ini adalah hal yang perlu mendapat
perhatian khusus dari tim pengelola bidikmisi. Bagaimana kami bisa
beraktivitas dengan lancar jika bantuan dana yang membantu kami untuk
bertahan hidup saja sering terlambat.”

Universitas Sumatera Utara


65

Saat peneliti menanyakan “Sejak kapan saudara terima program Bidikmisi


dan berapa nominalnya setiap pencairan?” berikut penuturan beliau:
“Sejak akhir semester pertama tahun 2016. Kalo soal pencairan semester
pertama dan kedua Rp 1.800.000 karena cair sekali 3 bulan, semester
ketiga dan keempat Rp 3.900.000 karena ada kenaikan dan menerima
sekali 6 bulan.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Bagaimana kondisi ekonomi orangtua
saudara dan berapa penghasilannya perbulan?”
“Kondisi ekonomi orangtua saya miskin atau dibawah standar dan
penghasilan orangtua saya tidak menentu karena ayah saya kerja sebagai
peternak sapi bukan pekerja gaji bulanan.”
Kemudian peneliti bertanya “Mengapa saudara memilih untuk mengambil
program Bidikmisi?”
“Karena saya direkomendasikan oleh guru dan senior waktu saya
SMA/MAN saya, program ini juga cocok untuk saya sebagai warga
negara miskin yang ingin kuliah tapi tidak punya biaya jadi Bidikmisi
sangat membantu saya dan orang-orang lain seperti saya.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Dana yang diberikan oleh Bidikmisi


dialokasikan kemana terlebih dahulu?”

“Dana Bidikmisi dialokasikan pertama kali ke uang kost karena mahal


dan pertahun juga jadi 3 juta setahun gak kemana, terus membeli
perlengkapan kuliah dan perlengkapan pribadi, selebihnya untuk biaya
hidup sehari-hari dan untuk tabungan.”

Peneliti kemudian bertanya “Apakah program Bidikmisi memotivasi


mahasiswa untuk berkompetisi dalam meningkatkan prestasi?”

“Program Bidikmisi sangat memotivasi mahasiswa untuk berprestasi


karena kita sudah dibiayai gratis jadi harus tau diri.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah IP saudari menurun atau meningkat


dan apakah pengawasan dan monev dari kampus berjalan baik?”

“IP saya naik turun, semester genap biasanya bagus dan semester ganjil
biasanya hancur dan untuk pengawasan dan monev dari kampus berjalan
baik karena jika ada mahasiswa yang IP nya tidak mencukupi maka di
panggil ke Biro Rektor untuk dicaritahu kejelasan tentang IP dan
biasanya diperingati jika IP nya tetap turun maka bidikmisi akan
dicabut.”

Kemudian peneliti bertanya “Adakah menurut saudara peserta Bidikmisi


yang tidak tepat sasaran?”

Universitas Sumatera Utara


66

“Ada, saya melihat mereka berkecukupan tapi jadi penerima Bidikmisi,


mereka punya sepeda motor sendiri dan mereka pernah cerita uang jika
uang Bidikmisi cair uang tersebut tidak disentuh sampai Bidikmisi
berikutnya cair lagi dan kadang uang Bidikmisi digunakan untuk membeli
keperluan bukan kebutuhan seperti hp baru atau barang-barang lainnya
yang artiannya tidak terlalu penting, sedangkan awak belum cair sudah
habis uangnya bayar utang dan uang kebutuhan lainnya.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah Pembinaan dan pelatihan terhadap
minat dan bakat sudah pernah anda rasakan dari pihak Universitas?”
”kalau pembinaan tentang Bidikmisi sudah pernah Bang tapi pelatihan
terhadap minat dan bakat belum pernah saya rasakan karna pelatihan
tersebut hanya untuk orang tertentu misalnya, kalo kita mau mengikuti
lomba tingkat universitas maupun tingkat nasional disitulah baru ada
pelatihan dan pembinaan secara penuh. Kalo untuk keseluruhan
mahasiswa Bidikmisi belum pernah.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Apa kritik dan saran saudari untuk program
Bidikmisi?”

“Kritik dan saran saya untuk Bidikmisi: Bidikmisi seharusnya cair tiap
bulan agar mahasiswa jauh lebih terbantu karena jika cairnya sekali 6
bulan mahasiswa tidak pandai mengelolah dan uang habis dalam sekejab,
jadi alokasinya tidak efektif. Bidikmisi seharusnya tepat sasaran
mahasiswa yang menerima bidikmisi harus di survey langsung kondisi
ekonomi keluarganya. Bidikmisi seharusnya memberi program wajib buan
hanya patokan pada IP/IPK agar mahasiswa jauh lebih aktif dan kreatif,
Bidikmisi seharusnya cair tepat waktu agar pengalokasiannya cepat dan
tepat, mahasiswa tidak harus punya utang dulu baru cair.”

5.1.3 Informan Utama III

1. Nama : Owan Siahaan

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Anak Ke : 2 dar 5 bersaudara

4. Usia : 21 Tahun

5. Fakultas : Kehutanan

6. Stambuk : 2016

7. Pekerjaan : Mahasiswa

8. Alamat : Jalan Melati, Tanjung sari

Universitas Sumatera Utara


67

Keberhasilan penyelenggaraan Bidikmisi di USU dapat dilihat dari

bagaimana penyelenggara program dan sasaran program mampu merespon

dengan baik segala bentuk kebijakan dari program Bidikmisi. Komitmen

penyelenggaaraan Bidikmisi di USU dapat dilihat dari tanggapan pelaksana

kebijakan yang berperan aktif dalam menyelenggarakan Program Bidikmisi di

USU.

Sementara itu komitmen yang terbangun pada mahasiswa Bidikmisi

terlihat dari bagaimana mahasiswa Bidikmisi memanfaatkan peluang yang telah

diberikan oleh pemerintah untuk dapat mengakses jenjang pendidikan tinggi.

Program Bidikmisi dikatakan berhasil apabila mampu membangun semangat

mahasiswa Bidikmisi untuk membangun komitmen agar mampu

bertanggungjawab atas kewajibannya.

Komitmen tersebut terlihat dari keseriusan mahasiswa Bidikmisi dalam

menyelesaikan masa studynya serta bagaimana mahasiswa Bidikmisi dapat

termotivasi terhadap penyelenggaraan program Bidikmisi. Adapun motivasi yang

dimaksudkan adalah bagimana program Bidikmisi mampu memberikan pengaruh

kepada mahasiswa Bidikmisi untuk memaksimalkan usahanya dan tidak

menyianyikan kesempatan yang telah diberikan. Dalam hal ini mengenai

kesadaran akan tanggungjawab mahasiswa Bidikmisi dalam menyelesaikan masa

studynya hingga tepat waktu.

Berdasarkan hasil penelitian, Bidikmisi mampu memberikan motivasi

yang kuat terhadap mahasiswa Bidikmisi. Seperti yang diungkapkan narasumber

dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


68

“Saya menyadari bidikmisi adalah beasiswa yang dananya adalah berasal


dari negara dimana negara juga menerima dana itu dari masyarakat
Indonesia. Ada sebuah tanggung jawab yang diterima oleh mahasiswa
bidikmisi, malu rasanya kalo udah dikasih tapi tidak menunjukkan yang
terbaik.”

Senada dengan hal tersebut, narasumber juga merasakan hal yang sama.

Dimana Bidikmisi mampu memotivasi dirinya untuk lebih bersemangat dalam

menempuh masa studynya. Sebagaimana yang diungkapkan narasumber dalam

kutipan wawancara berikut:

“Saya menyadari ketentuan dari program bidikmisi diantaranya IPK


minimum 2,75 dan harus aktif dalam kegiatan mahasiswa serta yang pasti
harus cepat lulus maximum 8 semester dan sanksinya apabila tidak
memenuhi hal tersebut ya dikeluarkan dari bidikmisi. Hal tersebutlah yang
membuat saya tidak boleh menyerah dan terus berjuang sebab saya tahu
tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini. Kebijakan program
bidikmisi tersebut memotivasi saya untuk berusaha lebih baik lagi .”
Saat peneliti menanyakan “Sejak kapan saudara terima program Bidikmisi
dan berapa nominalnya setiap pencairan?” berikut penuturan beliau:

“Sejak masuk kuliah semester pertama pada tahun 2016 dan pencairan
dana pertama sebesar 1.8/ 3 bulan selanjutnya pas pencairan semester 3
bertambah jumlah dananya sebesar 3,9 jt dan pencairannya jadi
persemester.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Bagaimana kondisi ekonomi orangtua
saudara dan berapa penghasilannya perbulan?”

”Kondisi ekonomi orang tua saya Bang kurang baik atau bisa dikatakan
kurang mampu dan penghasilannya perbulan tidak menetap Bang kira-
kira sebesar 1,7 juta karena orangtua saya hanya bekerja sebagai penjual
obat keliling.”

Kemudian peneliti bertanya “Mengapa saudara memilih untuk mengambil


Bidikmisi?”

“Karena kondisi ekonomi orangtua saya yang gak memungkinkan untuk


menguliahkan saya makanya saya ngambil Bidikmisi selain biaya kuliah
ditanggung uang saku juga dikasih.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah dana yang dicairkan selalu tepat


waktu?”

Universitas Sumatera Utara


69

“Pencairannya tidak pernah tepat waktu Bang dan buat bingung karena
sistem pencairannya berubah-ubah kemaren pencairannya sekali 3 bulan
baru diganti lagi persemester.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Dana yang diberikan Bidikmisi


dialokasikan kemana terlebih dahulu?”

“Jika dana Bidikmisi sudah cair tentunya saya alokasikan terlebih dahulu
untuk bayar uang kost, keperluan kuliah, keperluan pribadi dan untuk
bayar utang karena sebelum Bidikmisi cair saya udah terlebih dahulu
meminjam uang dari teman-teman saya.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah IP saudara menurun atau


meningkat?”

“IP saya sendiri tidak pernah menetap bang (naik turun), kalo IP saya
turun terkadang ada mata kuliah yang gak saya pahami atau tidak bisa
saya ikuti.”

Kemudian peneliti bertanya “Apakah pengawasan dan monev dari kampus


berjalan dengan baik?”

“Selama ini pengawasan dari pihak kampus kurang berjalan dengan baik
karena IP dibawah 2 kurang diawasi dan gak ada panggilan buat di
evaluasi dan dibina yang IP rendah.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah Pembinaan, pelatihan terhadap


minat dan bakat sudah pernah anda rasakan dari pihak Universitas?”

“Pembinaan dan pelatihan terhadap minat dan bakat belum pernah saya
rasakan secara maksimal sebab pembinaan, pelatihan minat dan bakat
hanya diawal pas masuk kuliah saja itupun melalui seminar di auditorium
USU secara menyeluruh”

Selanjutnya peneliti bertanya “Adakah menurut saudara peserta Bidikmisi


yang tidak tepat sasaran?”

“Ada, saya mengatakan ada karna sebagian gaya hidup penerima


Bidikmisi mewah tapi kita tidak tahu bagaimana kondisi ekonominya.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Manfaat apa yang saudara rasakan dari


program Bidikmisi?”

“Yang pasti gak pusing mikirin uang kuliah, menjamin tetap kuliah selama
4 tahun dan meringankan beban ekonomi orangtua saya.”

Kemudian peneliti bertanya “Apa Kritik dan saran anda untuk Bidikmisi?”

“Pemantauan terhadap anak Bidikmisi supaya lebih bersemangat dalam


kuliah dan pencairan dananya supaya tepat waktu.”

Universitas Sumatera Utara


70

5.1.4 Informan Utama IV

1. Nama : Nova Selvia Gurning

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Anak Ke : 3 dari 5 bersaudara

4. Usia : 21 Tahun

5. Fakultas : Hukum

6. Stambuk : 2015

7. Pekerjaan : Mahasiswa

8. Alamat : Jalan Harmonika, Padang Bulan Medan

Program Bidikmisi telah berkontribusi dengan baik dalam mewujudkan

pemerataan akses pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil data yang diperoleh

manfaat dari program telah dirasakan oleh setiap pihak, baik penyelenggaraan

program maupun sasaran program. Selanjutnya penyelenggara Program Bidikmisi

dalam hal ini yaitu USU harus memperhatikan aspek keadilan yang diberikan oleh

penyelenggara maupun tim pengelola Bidikmisi USU kepada seluruh mahasiswa

Bidikmisi di USU. Keadilan tersebut bermakna bahwa setiap mahasiswa

Bidikmisi USU mendapatkan perlakuan, perhatian, dan hak yang sama.

Penyelenggara dan pengelola Bidikmisi juga harus mendukung rangkaian

kegiatan seluruh mahasiswa Bidikmisi untuk perkembangan potensi yang dimiliki

oleh masing-masing individu, baik aktivitas dalam bidang akademik maupun non

akademik. Selain itu, penyelenggara dan pengelola Bidikmisi juga menjamin

bahwa setiap penerima Bidikmisi adalah individu yang dinyatakan benar-benar

berasal dari keluarga yang tidak mampu atau miskin namun memiliki keunggulan

dari segi akademik. Maka dalam hal ini seluruh sasaran program Bidikmisi harus

Universitas Sumatera Utara


71

dinyatakan tepat. Peneliti bertanya kepada informan utama “Adakah menurut

anda peserta Bidikmisi yang tidak tepat sasaran?”

“Tidak ada kalau menurut saya bang. Tentu kita tidak tahu bagaimana
kondisi sebenarnya dari seseorang dan menurut saya kalaupun dari segi
ekonomi dia sangat mampu tidak mungkin ikut bidikmisi.”

Saat peneliti menanyakan “Sejak kapan saudara terima program Bidikmisi


dan berapa nominalnya setiap pencairan?” berikut penuturan beliau:

“Saya menerima Bidikmisi semenjak saya masuk kuliah di tahun 2015


tepatnya di semester satu dan untuk nominal pencairan dananya awalnya
Rp 3.600.000/ semester terus diganti jadi per tri wulan. Kemudian di
tahun 2018 naik jadi Rp 1.950.000/ tri wulan terus dibuat lagi jadi
persemester pencairannya.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Bagaimana kondisi ekonomi orangtua
saudari dan berapa penghasilannya perbulan?”
“Pada saat saya mendaftar Bidikmisi kondisi ekonomi orangtua saya
kurang mampu karena orangtua saya bekerja sebagai petani dan
penghasilannya perbulan tidak menentu (kira-kira ± Rp 800.000- Rp
1.000.000 perbulannya.”
Kemudian peneliti bertanya “Mengapa saudari memilih untuk mengambil
Bidikmisi?”
“Kalo ditanya kenapa saya mengambil bidikmisi pertama mengurangi
biaya karena keadaan ekonomi keluarga saya tidak mampu menguliahkan
saya karena masih ada tanggungan selain saya yaitu adek saya yang
masih sekolah.”

Kemudian peneliti bertanya “Apakah dana yang diberikan selalu tepat

waktu?”

“Tidak, karena selama saya masih tetap menjadi mahasiswi aktif di FH


USU sampai saat ini, ada tanggal dan bulan yang berbeda-beda setiap
tahunnya untuk pencairan bidikmisi. Yang saya alami, dana bidikmisi
pernah cair setiap 3 bulan sekali dan itu tanggalnya berbeda-beda. Ada
juga yang 1 semester sekali dengan tanggal yang berbeda pula setiap
tahunnya.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah program bidikmisi memotivasi

mahasiswa untuk berkompetisi dalam meningkatkan prestasi?”

“Ya, karena program bidikmisi itu sendiri betul-betul menjadi wadah bagi
mahasiswa/i itu sendiri untuk mengembangkan dirinya. Contohnya
dibagian seni, olahraga, wirausaha dll.”
Peneliti bertanya kembali “Apakah IP saudari menurun atau meningkat?”

Universitas Sumatera Utara


72

“Setiap semester IP saya sendiri kadang menurun dan kadang-kadang


juga meningkat atau lebih tepatnya naik turun setiap semester.”
Kemudian peneliti bertanya “Dana yang diberikan oleh bidikmisi

dialokasikan kemana terlebih dahulu?”

“Ya untuk keperluan sehari-hari dan keperluan kuliah. Misalnya bayar


uang kost, beli buku dll.”
Kemudian peneliti bertanya “Apakah pengawasan dan monev dari kampus

berjalan baik?”

“Iya bang, pengawasan dan monev dari kampus berjalan dengan baik
karna jika ada mahasiwa yang IP nya rendah secara berturut-turut maka
pihak dari kampus akan menagadakan evaluasi.”
Selanjutnya peneliti bertanya “Apa kritik dan saran anda untuk bidikmisi?”

“Tepat sasaran dalam memberikan beasiswa, jangka waktu yang tepat


dalam pencairan dana, sosialisasi program bidikmisi agar lebih diperluas
supaya menjangkau semua mahasiswa/i bidikmisi untuk ikut serta dalam
melaksanakan setiap program bidikmisi.”
5.1.5 Informan Utama V

1. Nama : Kiki Novelitha

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Anak Ke : 6 dari 6 bersaudara

4. Usia : 21

5. Fakultas : Kesehatan Masyarakat

6. Stambuk : 2016

7. Pekerjaan : Mahasiswa

8. Alamat : Jalan. Bahagia Padang bulan, Medan

Bidikmisi sebagai sebuah program merupakan bentuk kepedulian

pemerintah terhadap kelompok masyarakat yang berlatar belakang kemampuan

ekonomi rendah. Kepedulian tersebut mengacu pada sebuah tujuan untuk

mewujudkan impian masyarakat untuk dapat mengakses pendidikan tinggi.

Perguruan tinggi berperan sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan

Universitas Sumatera Utara


73

perkuliahan baik akademik maupun non akademik. Keseriusan perguruan tinggi

dalam mengelola program Bidikmisi agar dapat terdistribusi dengan baik kepada

mahasiswa penerima Bidikmisi dapat dilihat dari keseriusannya dalam

memberdayakan mahasiswanya. Sejalan dengan hal tersebut, wujud keseriusan

USU dalam memberdayakan mahasiswa Bidikmisi untuk berpacu dalam

kompetisi untuk meningkatkan prestasi juga dirasakan oleh salah seorang

Bidikmisi dari FKM USU seperti yang dikutip sebagai berikut:

“Karena dijurusan saya mahasiswa bidikmisi dituntut harus ip diatas


2,75, aktif organisasi dan aktif berprestasi-minimal pernah ikut PKM gitu.
Jadi ya kadang sesame anak bidikmisi saingan, dikelas saya beberapa
IPK tertinggi selalu anak bidikmisi biasanya anak bidikmisi di kelas saya
IP rata-rata diatas 3. Hal ini memiju semangat mahasiswa bidikmisi untuk
berkompetisi. Untuk IP saya setiap semester tidak menetap. Kadang naik,
kadang juga menurun.”

Peneliti bertanya kepada saudari Kiki “Bagaimana pelaksanaan program

bidikmisi selama ini? Apakah benar-benar telah membantu mahasiswa dalam

masa studinya?”

“Saya pribadi merasa sangat terbantu dalam masa kuliah saya dengan
adanya bantuan dari bidikmisi.”

Saat peneliti menanyakan “Sejak kapan saudari menerima Bidikmisi dan


berapa nominal pencairannya?” berikut penuturan beliau:

“Sejak masuk kuliah dari semester satu pada tahun 2016 dan untuk
pencairan dananya sebesar Rp 3.900.000/ semester dan pernah juga
pencairannya per 3 bulan sebesar Rp 1.800.000 ditambah sudah tidak
membayar uang kuliah.”

Kemudian peneliti bertanya “Bagaimana kondisi ekonomi orangtua saudari


dan penghasilannya perbulan?”

“Kondisi ekonomi orangtua termasuk menengah kebawah karena bekerja


sebagai petani dan untuk penghasilnnya perbulan ±Rp 750.000 s/d Rp
1.500.000.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Mengapa saudari memilih untuk mengambil


Bidikmisi?”

Universitas Sumatera Utara


74

“Saya memilih jalur Bidikmisi karena ketika saya ingin masuk kuliah, 2
saudara diatas saya juga sedang dalam tahap kuliah dan informasi yang
saya dengar bahwa Bidikmisi memberi keringanan yang sangat membantu
mahasiswa dan sekarang saya sangat merasakan bantuan tersebut.”

Kemudian peneliti bertanya”Apakah dana yang diberikan selalu tepat

waktu?”

“Dana yang diberikan terkadang tidak tepat waktu. Namun, saya tidak
terlalu menjadi masalah karena waktu pencairannya tidak terlalu jauh dari
biasanya.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Manfaat apa yang dirasakan dari program

bidikmisi?”

“manfaatnya sangat banyak bang terutama dalam hal dana sangat


membantu. orang tua juga merasa lebih terbantu karena beban/ biaya yang
harus ditanggung sudah lebih ringan.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Apa kritik dan saran anda untuk program

Bidikmisi?”

“Kritikannya ada beberapa orang teman saya yang kehidupan sehari-


harinya bisa dikatakan cukup mapan, namun menjadi salah satu penerima
bidikmisi. Sarannya, bidikmisi lebih berhati-hati dalam memilih penerima
bidikmisi supaya yang seharusnya mendapatkan bantuah tersebut benar-
benar yang pantas mendapat bidikmisi.”
5.1.6 Informan Kunci I (Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Kealumnian

USU)

1. Nama : Dra. Erifah

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Pekerjaan : Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Kealumnian

4. Tempat Penelitian : Kantor Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian

Pemerataan akses pendidikan sebagai bagian dari tujuan Bidikmisi

berkaitan dengan kesempatan yang diberikan pemerintah kepada mahasiswa yang

Universitas Sumatera Utara


75

memiliki keterbatasan ekonomi untuk dapat mengakses pendidikan tinggi.

Keseriusan pemerintah dalam melakukan pemerataan terhadap akses pendidikan

tinggi didukung ungkapan wawancara kepada Ibu Dra. Erifah Selaku Kepala

Bagian Kemahasiswaan dan Kealumnian yang terangkum dalam kutipan

wawancara sebagai berikut:

“Bidikmisi memberikan kesempatan kepada mereka yang memiliki


semangat untrk terus belajar hingga jenjang pendidikan tinggi dan
memiliki potensi akademik baik namun tidak beruntung secara finansial
yang artinya bidikmisi merupakan suatu langkah pemerintah yang luar
biasa untuk mengentaskan kemiskinan.”

Namun berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, kemungkinan

indikasi penyalahgunaan bantuan dana Bidikmisi dinilai sangat kecil dan

jumlahnya dipastikan tidak banyak. Pihak universitas juga langsung

menindaklanjuti apabila ditemukan indikasi-indikasi kecurangan. Hal ini

diperkuat dengan pernyataan narasumber yang dikutip dalam wawancara sebagai

berikut:

“Memang pernah terjadi indikasi kecurangan yang dilakukan oleh


mahasiswa tapi presentasenya kecil dan segera ditindak lanjuti oleh
universitas. Dengan pemberian sanksi berupa pembinaan hingga
penghentian dana bidikmisi Nak. Dengan kata lain bantuan dana
bidikmisi telah benar-benar diberikan kepada peserta yang sesuai dengan
ketentuan bidikmisi. Yaitu berpotensi akademik yang baik namun berasal
dari keadaan ekonomi yang tidak mampu.”
Keadilan terhadap penyelenggaraan Bidikmisi menjadi perhatian penting

bagi tim pengelola Bidikmisi. Hal ini diperlukan agar tidak ada opini lain yang

berkembang di luar dan mengarah keapada opini yang negatif terhadap pengelola

Bidikmisi sehingga pemerataan terhadap akses pendidikan tinggi dapat terwujud,

sebagaimana yang menjadi salah satu tujuan Program Bidikmisi. Untuk

mendukung penyelenggaraan program Bidikmisi yang adil dan merata, tim

Universitas Sumatera Utara


76

pengelola Bidikmisi USU juga membenarkan adanya pemberian sanksi kepada

setiap mahasiswa Bidikmisi USU yang tidak melaksanakan kewajibannya sesuai

kriteria penerima Bidikmisi. Sanksi diberikan kepada mahasiswa yang dinilai

tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya. Hal ini seperti yang di

ungkapkan narasumber dalam kutipan wawancara sebagai berikut;

“Jika ditemukan adanya mahasiswa bidikmisi yang tidak melaksanakan


kewajibannya maka fakultas melakukan pembinaan agar mereka sadar
memiliki tanggungjawab sebagai penerima bidikmisi. Namun, apabila
masalah terlalu dilakukan mahasiswa terlalu berat maka sanksi yang
diberikan seperti beasiswa dicabut apabila ditemukan indikasi pemalsuan
data.”
Keberhasilan penyelenggaraan Bidikmisi di USU dapat dilihat dari

bagaimana penyelenggara program dan sasaran program mampu merespon

dengan baik segala bentuk kebijakan dari Program Bidikmisi. Komitmen

penyelenggaaraan Bidikmisi di USU dapat dilihat dari tanggapan pelaksana

kebijakan yang berperan aktif dalam menyelenggarakan Program Bidikmisi di

USU. Hal ini seperti yang diungkapkan narasumber dalam kutipan wawancara

berikut:

“Sejauh ini Nak respon kami sebagai pelaksana kebijakan sangat positif
nak dengan adanya program bidikmisi. Sebagai pelaksana kami saling
berkoordinasi agar program bidikmisi terselenggaran dengan baik di
USU. ”

Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Kealumnian juga mengatakan bahwa

sebagian besar mahasiswa Bidikmisi mampu menyelesaikan masa studynya sesuai

dengan yang diharapkan. Seperti yang termuat dalam kutipan wawancara berikut:

“Sejauh ini sebagian besar mahasiswa bidikmisi USU telah membuktikan


bahwa mereka mampu menyelesaikan masa studynya dengan tepat waktu.
Artinya mereka telah melaksanakan kewajibannya dengan baik. Mungkin
hampir 60% berhasil lulus tepat waktu.”

Universitas Sumatera Utara


77

Lebih lanjut narasumber juga mengatakan mengenai prestasi lain

mahasiswa Bidikmisi sebagai bukti nyata penyelenggaraan Bidikmisi mampu

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti dalam kutipan

wawancara berikut:

“Bahkan mahasiswa yang sudah lulus Nak sebagian besar sudah


melanjutkan studi S2 nya dengan beasiswa LPDP. Selain itu ada juga
mahasiswa kami yang mau berangkat ke inggris untuk melanjutkan
studinya (alumni 2010). Ini adalah kesempatan emas untuk mereka dalam
dalam meningkatkan kualitas dirinya nakk.”

Selain itu ketidakmampuan mahasiswa Bidikmisi dalam mengemban

tanggungjawabnya tercermin pula pada beberapa mahasiswa Bidikmisi yang

terpengaruh gaya hidup hedonis mahasiswa lainnya yang bukan penerima

Bidikmisi. Dana ynag diberikan oleh Bidikmisi dialokasikan terlebih dahulu untuk

kepentingan sekunder. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Bagian Kemahasiswaan

dan Kealumnian dalam kutipan wawancara narasumber sebagai berikut:

“Saya pernah mendapati mahasiswa bidikmisi yang dandan ke kampus


nak, menurut saya dandanannya tidak seperti cerminan mahasiswa
bidikmisi dan benar saja setelah ditelusuri dana pengembangan
pendidikan yang diberikan bidikmisi dialokasikan terlebih dahulu untuk
kepentingan sekunder. Selain itu ada juga mahasiswa bidikmisi yang
perokok aktif, menurut saya kalau orang yang sudah bisa membeli rokok
artinya orang tersebut sudah mampu secara ekonomi. ”

Tentunya hal ini sangat disayangkan. Tantangan terbesar lainnya yaitu

keseriusan mahasiswa Bidikmisi untuk menyelesaikan masa studinya. Beberapa

mahasiswa Bidikmisi bahkan ada yang melewati ketentuan maksimun masa studi.

Seperti yang diungkapkan narasumber dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

“Memang benar, ada beberapa mahasiswa bidikmisi yang belum


menyelesaikan masa studinya tepat waktu hal ini dikarenakan faktor
internal dari mahasiswa tersebut. Mungkin kurang serius atau
mengganggap karena bidikmisi sudah pasti dibantu jadi mengganggap
gampang dan mungkin juga karena tergabung dalam organisasi

Universitas Sumatera Utara


78

kemahasiswaan sehingga terlena mengerjakan tugas akhir, tapi jumlahnya


sangat sedikit nak.”
5.1.7 Informan Kunci II (Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa
USU)
1. Nama : Drs. Effendi Manurung
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa
4. Tempat Penelitian : Kantor Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian

Program bidikmisi telah berkontribusi dengan baik dalam mewujudkan

pemerataan akses pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil data yang diperoleh

manfaat dari program telah dirasakan oleh setiap pihak, baik penyelenggaraan

program maupun sasaran program. Selanjutnya penyelenggara Program Bidikmisi

dalam hal ini yaitu USU harus memperhatikan aspek keadilan yang diberikan oleh

penyelenggara maupun tim pengelola Bidikmisi USU kepada seluruh mahasiswa

Bidikmisi di USU. Keadilan tersebut bermakna bahwa setiap mahasiswa

Bidikmisi USU mendapatkan perlakuan, perhatian, dan hak yang sama.

Penyelenggara dan pengelola Bidikmisi juga harus mendukung rangkaian

kegiatan seluruh mahasiswa Bidikmisi untuk perkembangan potensi yang dimiliki

masing-masing individu, baik aktivitas dalam bidang akademik maupun non

akademik. Selain itu, penyelenggara dan pengelola Bidikmisi juga menjamin

bahwa setiap penerima Bidikmisi adalah individu yang dinyatakan benar-benar

berasal dari keluarga yang tidak mampu atau miskin namun memiliki keunggulan

dari segi akademik. Maka dalam hal ini seluruh sasaran program Bidikmisi harus

dinyatakan tepat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola Bidikmisi USU menjamin

bahwa setiap individu yang berhak mendapat dana bantuan Bidikmisi adalah

mereka yang benar-benar dikategorikan layak seperti ketentuan dari Program

Universitas Sumatera Utara


79

Pidikmisi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh narasumber dalam kutipan

wawancara sebagai berikut:

“Seluruh peserta bidikmisi diseleksi melalui proses yang ketat


berdasarkan informasi yang akurat. Proses penyeleksian bidikmisi
dilakukan dengan mengecek dokumen pelamar bidikmisi. Selanjutnya
pihak universitas mealukan tim survey ke rumah calon penerima bidikmisi
untuk memastikan bahwa peserta bidikmisi memang berasal dari keluarga
yang dikategorikan tidak mampu namun memiliki potensi akademik baik.
Kemudian dilakukan validasi agar dokumen yang telah dikirim oleh calon
peserta bidikmisi dapat diproses agar dapat disetujui oleh universitas.
Seluruh kegiatan ini dilakukan agar sasaran bidikmisi benar-benar tepat
dan mereka yang mendapatkan bantuan dana pendidikan adalah mereka
yang dinyatakan layak dan berhak.”
Lebih lanjut narasumber juga menyatakan bahwa,

“Sejauh ini sasaran program bidikmisi tepat nak. Karena apabila


ditemukan adanya indikasi kecurangan maka pihak kampus akan segera
menindaklanjuti.”
Pengelolaan bidikmisi di Universitas Sumatera Utara dilaksanakan oleh

Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian sebagai unit pelaksana pada bidang

administrasi akademik, kemahasiswaan, dan informasi. Selai itu pada level

fakultas WD 1 dipercaya sebagai bidang kemahasiswaan untuk turut serta

memonitoring mahasiswa penerima Bidikmisi. Untuk mengetahui keberhasilan

Program Bidikmisi maka mahasiswa penerima Bidikmisi perlu diberdayakan

secara maksimal. Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan tersebut, maka

universitas melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Program Bidikmisi.

Monitoring dan evaluasi agar program berjalan sesuai dengan yang direncanakan

serta mengatasi tantangan ataupun hambatan program.

Pemberdayaan terhadap mahasiswa bidikmisi akan meningkatkan kualitas

dari setiap individu penerima Bidikmisi. Kualitas tersebut dapat dilihat dari

perkembangan indeks mahasiswa Bidikmisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mayoritas penerima Bidikmisi unggul dalam prestasi akademik bahkan didukung

Universitas Sumatera Utara


80

pula dengan prestasi non akademik. Hal ini seperti juga yang diungkapkan oleh

Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa dalam kutipan wawancara

narasumber sebagai berikut:

“Sepanjang individu serius menjalankan kewajibannya dan


tanggungjawab sebagai mahasiswa bidikmisi prestasi terus meningkat.
Rata-rata mahasiswa bidikmisi memang memiliki prestasi yang baik
secara akademik dan non akademik. Lebih dari 50% IPK signifikan dan
prestasi akademis bidikmisi USU diatas rata-rata nasional.”
Lebih lanjut kemudian narasumber mengatakan bahwa,

“Bidikmisi memberikan motivasi untuk terpacu dalam berkompetisi


kepada seluruh mahasiswanya Nak. Contohnya sebagian mahasiswa
bedikmisi harus terlatih membuat proposal karya ilmiah. Selain itu ada
pembinaan dikemahasiswaan untuk mendorong mereka untuk turut
berkompetisi. Bahkan tidak sedikit yang berkompetisi hingga tahap
nasional. Baik itu kompetisi pada kegiatan akademik maupun non
akademik. Banyak bidikmisi yang aktif membuktikan kemampuannya
dengan menorehkan prestasi. Universitas juga memberikan dukungan
penuh dalam mengembangkan kemampuan mahasiswa bidikmisi.”
Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa universitas telah berupa

memberdayakan mahasiswa Bidikmisi dengan turut serta mendukung dan

membina mahasiswa Bidikmisi untuk berkarya dan berkompetisi sehingga dapat

meningkatkan prestasinya dan ketercapaian program dapat berhasil.

Senada dengan hal tersebut Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa

Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian USU juga mengungkapkan

responsitivitasnya sebagai pelaksana kebijakan, seperti yang dimuat dalam

kutipan wawancara berikut:

“Tentunya kami sebagai pelaksana kebijakan harus berperan aktif agar


tujuan program bidikmisi ini dapat tercapai. Berbicara mengenai wujud
responsivitas maka hal yang telah dilakukan adalah pemantauan terhadap
aktivitas akademik secara periodik atau biasa disebut monitoring. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi masalah yang akan terjadi ataupun
mengentaskan masalah yang terjadi. Kami juga memfasilitasi mahasiswa

Universitas Sumatera Utara


81

bidikmisi dengan sarana dan prasarana yang mampu menunjang kegitan


akademiknya ataupun bakatnya.”

Program dikatakan mampu untuk dipertahankan tentunya ketika melihat

bagaimana tujuan program dapat tercapai. Salah satu tujuan bidikmisi yang dapat

dijadikan tolak ukur sejauh mana sasaran program memberikan respon terhadap

program ialah lulus tepat waktu. Tentu hal tersebut juga menjadi harapan seluruh

mahasiswa baik penerima Bidikmisi ataupun bukan penerima bidikmisi.

Dibutuhkan keyakinan dan komitmen untuk dapat mewujudkannya. Masa study

maksimun 8 semester untuk jenjang S1 harus mampu dicapai oleh seluruh

mahasiswa bidikmisi tanpa terkecuali sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak

Drs. Efendi Manurung selaku Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa

bahwa sebagian besar mahasiwa Bidikmisi mampu menyelesaikan masa studynya

tepat waktu. Seperti yang diungkapkan dalam kutipan wawancara narasumber

berikut:

“Sekitar 60 % peserta bidikmisi dapat menyelesaikan masa studynya tepat


waktu. Jumlah perbandingan antara yang lulus dan belum lulus cukup
berbeda jauh. Maka dapat dilakukan sebagian besar peserta bidikmisi
mampu menjalankan kewajiban serta komitmennya.”

Peran Bidikmisi untuk meningkatkan kualitas individu begitu besar

dirasakan oleh setiap penerima Bidikmisi. Segala akses kemudahan untuk meraih

mimpi menjadi seorang sarjana serta merasakan menimba ilmu pada jenjang

pendidikan tinggi. Kebijakan pemerintah untuk melahirkan Program Bidikmisi

merupakan sebuah langkah yang tepat agar terwujudnya pemerataan akses

pendidikan tinggi tanpa memandang kelompok sosial manapun. Hal ini senada

dengan yang diungkapkan oleh narasumber dalam kutipan wawancara sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


82

“Manfaatnya sangat bagus dalam meningkatkan akses pendidikan bagi


mereka yang tidak mampu. Meningkatkan motivasi untyk orang yang ingin
berkuliah jadi tidak ada alasan orang yang punya potensi akademik tinggi
tidak bisa kuliah. Bidikmisi juga sebagai program unggulan dipendidikan
tinggi karena pro rakyat. Manfaat itu untyuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan harapan mereka yang menjadi pejuang-pejuang
penerus bangsa yang memiliki etos kerja tinngi.”

Lebih lanjut narasumber mengatakan bahwa,

“Melalui program ini generasi penerus tidak hanya lagi bermimpi untuk
dapat merasakan jenjang pendidikan tinggi nak. Artinya bidikmisi
berkontribusi besar dalam meningkatkan pendidikan yang merata bagi
seluruh rakyat Indonesia”

Sementara itu untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas pada

setiap mahasiswa Bidikmisi di USU maka pihak penyelenggara harus mampu

memandirikan mahasiswa Bidikmisi dan memastikan bahwa setiap mahasiswa

Bidikmisi dapat melaksanakan kewajibannya. Hal ini bertujuan untuk

menumbuhkan kedisiplinan dan jiwa kepemimpinan dalam diri mahaiswa

Bidikmisi. Dalam hal ini USU sebagai penyelenggara berupaya memandirikan

mahasiswa Bidikmisi dengan menghimbau agar mahasiswa Bidikmisi lebih aktif

dan lebih update mengenai informasi terhadap penyelenggaraan Program

Bidikmisi di USU. Hal ini agar mahasiswa Bidikmisi dapat mengatasi masalah

yang mungkin terjadi dalam masa studinya. Seperti mengenai masalah pencairan

dana Bidikmisi yang dinilai sering kali mengalami keterlambatan. Sebagai

penyelenggara Program Bidikmisi tentunya masalah keterlambatan pencairan

dana Bidikmisi turut mendapat perhatian khusus. Alternatif kebijakan pun

diberikan agar dapat membantu mengatasi masalah keterlambatan pencairan dana.

Sebagaimana yang dimuat dalam kutipan wawancara berikut:

“Jadi begini Nak, pihak kampus menyadari akan keresahan mahasiswa


bidikmisi mengenai keterlambatan uang bulanan yang diberikan
pemerintah sebagai wujud dukungan pada aktivitas akademik.”

Universitas Sumatera Utara


83

Lebih lanjut narasumber menyampaikan bahwa,

“Bantuan dana akan diberikan secara selektif, jadi kalau dana telat tidak
langsung diberikan tapi usaha biar mahasiswa bisa menghargai sebuah
usaha. Akan tetapi, uang saku bagi mahasiswa bidikmisi yang juga
menjabat sebagai aktivis dikampus dan aktif pada kegiatan UKM. Hal ini
dilakukan agar memacu mahasiswa bidikmisi lainnya untuk lebih mandiri
dan bertanggungjawab pada kewajibannya sebagai mahasiswa bidikmisi.
Apabila benar-benar sangat membutuhkan, mahasiswa berhak
mengajukan permohonan bantuan dana.”

Mahasiswa yang mendapatkan bantuan dana Bidikmisi merupakan

kelompok mahasiswa yang berlatar belakang keluarga dengan kemampuan

ekonomi yang rendah atau dikategorikan misikin. Ketika mendapatkan bantuan

dan penyelenggaraan pendidikan Bidikmisi setiap mahasiswa harus memenuhi

ketentuan dan aturan dari program Bidikmisi. Diantaranya seperti aktif dalam

kegiatan akademik maupun npn akademik. Memiliki indeks prestasi yang baik

pada setiap semester hingga lulus tepat waktu.

Akan tetapi, tidak semua mahasiswa Bidikmisi menyadari tugas dan

kewajibannya. Beberapa diantaranya bahkan tergolong mahasiswa Bidikmisi yang

memerlukan perhatian khusus karena indeks prestasi komulatif (IPK) yang

menurun. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari kepala Kepala Sub Bagian

Kesejahteraan Mahasiswa Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian USU yang

termuat dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

“Sebenarnya Nak, sepanjang mahasiswa serius menjalankan kuliahnya


pasti indeks prestasinya juga baik. Tetapi, memang ada beberapa
mahasiswa yang mengalami kemunduran dari segi prestasi akademik, yah
kembali kepada niat dan keseriusan mahasiswa tersebut nak.”

Pernyataan tersebut juga didukung oleh ungkapan narasumber yang

dimuat dalam kutipan wawancara berikut:

Universitas Sumatera Utara


84

“Bagi mereka yang tidak punya komitmen itu menjadi kendala besar buat
mereka untuk menyelesaikan masa studinya.”

Koordinasi yang baik antara setiap pihak yang berkepentingan dalam

penyelenggaraan Program Bidikmisi tentunya akan mempermudah

pengimplementasian program. Namun dalam hal ini terlihat adanya koordinasi

yang buruk antar pihak yang berwenang dan yang berkepentingan. Hal ini

memungkinkan timbulnya indikasi kecurangan seperti pemalsuan data pelamar

bidikmisi yang seharus diperuntukkan kepada kelompok keluarga miskin, tapi

memungkinkan terbukanya celah untuk memanfaatkan situasi oleh oknum

tertentu. Selain itu, koordinasi yang buruk juga terjadi antara mahasiswa bidikmisi

dengan tim pengelola Bidikmisi. Berdasarkan laporan tim pengelola bidikmisi

terdapat adanya mahasiswa yang tidak aktif kuliah/pindah prodi/PTN sehingga

setiap semester memungkinkan adanya mahasiswa Bidikmisi yang dibatalkan atau

digantikan. Maka diperlukan adanya pemaksimalan monitoring dan evaluasi untuk

mengontrol serta mengkordinir masalah yang terjadi. Hal ini juga dibenarkan oleh

Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Biro Kemahasiswaan dan

Kealumnian USU) sebagaimana yang dirangkum dalam kutipan wawancara

berikut:

“Ketika ada mahasiswa bidikmisi yang pindah karena kerja atau sekolah
kedinasan. Kalau engga jujur uang mengalir terus ke mahasiswa tersebut
padahal statusnya bukan mahasiswa bidikmisi USU lagi. Sehingga harus
di evaluasi akademik sesering mungkin. Karena rata-rata yang jujur
sedikit ini yang menjadi kendala administrasi juga.”

Masalah internal yang terjadi pada pengelola bidikmisi USU juga menjadi

hambatan dalam penyelenggaraan program bidikmisi. Seharusnya tim pengelola

bidikmisi mampu bekerjasama dengan baik untuk mensukseskan program

bidikmisi agar dapat terdistribusi dengan baik kepada kelompok sasaran program.

Universitas Sumatera Utara


85

Hal ini senada dengan ungkapan Kepala Subbagian Kesejahteraan Mahasiswa

Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian USU yang dimuat dalam kutipan

wawancara sebagai berikut:

“Tidak semua pengelola persepsinya sama dan welcome untuk bidikmisi


karena menganggap semua mahasiswa statusnya sama. Perlu banyak
sosialisasi, pemahaman dan koordinasi terhadap semua pengelola.”
Dalam hal ini keterlambatan pencairan dan terkhusus pada dana yang
seharusnya di distribusikan kepada mahasiswa Bidikmisi untuk keperluan living
cost. Hal ini menjadi problematika yang tentunya dapat menghambat aktivitas
mahasiswa Bidikmisi.

Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Sub Bagian Kesejahteraan seperti

yang dimuat dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

“Masalah keterlambatan pencairan dana itu memang benar nak, tetapi


dana tetrsebut bukan berasal dari universitas nak melainkan pengelola
pusat.”

5.1.8 Informan Tambahan I

1. Nama : Venesia Simanjuntak

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Anak Ke : 6 dari 6 bersaudara

4. Usia : 21

5. Fakultas : Keperawatan

6. Stambuk : 2015

7. Pekerjaan : Mahasiswa

8. Alamat : Jalan Jamin Ginting, Gang Purba

Program Bidikmisi telah berkontribusi dengan baik dalam mewujudkan

pemerataan akses pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil data yang diperoleh

Universitas Sumatera Utara


86

manfaat dari program telah dirasakan oleh setiap pihak, baik penyelenggaraan

program maupun sasaran program. Selanjutnya penyelenggara program Bidikmisi

dalam hal ini yaitu USU harus memperhatikan aspek keadilan yang diberikan oleh

penyelenggara maupun tim pengelola Bidikmisi USU kepada seluruh mahasiswa

Bidikmisi di USU. Keadilan tersebut bermakna bahwa setiap mahasiswa

Bidikmisi USU mendapatkan perlakuan, perhatian, dan hak yang sama.

Penyelenggara dan pengelola Bidikmisi juga harus mendukung rangkaian

kegiatan seluruh mahasiswa Bidikmisi untuk perkembangan potensi yang dimiliki

oleh masing-masing individu, baik aktivitas dalam bidang akademik maupun non

akademik. Selain itu, penyelenggara dan pengelola Bidikmisi juga menjamin

bahwa setiap penerima bidikmisi adalah individu yang dinyatakan benar-benar

berasal dari keluarga yang tidak mampu atau miskin namun memiliki keunggulan

dari segi akademik. Maka dalam hal ini seluruh sasaran Program Bidikmisi harus

dinyatakan tepat.

Namun, temuan dilapangan menunjukkan adanya kejanggalan pada

mahasiswa Bidikmisi yang dinilai tidak mencerminkan sosok mahasiswa

penerima Bidikmisi. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam kutipan wawancara

narasumber sebagai berikut:

“Saya melihat hanya sebagian kecil yang mencerminkan tidak mampu


secara ekonomi, untuk mahasiswa bidikmisi lainnya mereka cenderung
terlihat seperti anak yang mampu secara ekonomi, mereka terlihat secara
stylistdan kehidupan sosial medianya mereka sering keluar ke tempat-
tempat yang bisa dibilang mahal bahkan kita tidak bisa membedakan mana
anak bidikmisi dengan yang tidak menerima yang nonbidikmisi gaya
hidupnya lebih sederhana.”

Universitas Sumatera Utara


87

Peneliti bertanya kepada saudari Venesia “Bagaimana pelaksanaan program

Bidikmisi selama ini? Apakah benar-benar telah membantu mahasiswa dalam

masa studinya?”

“Program pelaksanaan bidikmisi selama ini menurut saya benar-benar


membantu mahasiswa dalam masa studinya, selain uang kuliah mahasiswa
bidikmisi telah dibayar mereka juga diberi uang saku yang membantu biaya
hidup mereka selama perkuliahan.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Adakah menurut anda mahasiswa Bidikmisi


yang tidak tepat sasaran?”

“Menurut saya ada sebagian mahasiswa yang menerima Bidikmisi yang


tidak tepat sasaran dari beberapa yang saya lihat langsung padahal
sebenarnya dia mampu dari segi ekonomi namun bisa mendapatkan
beasiswa Bidikmisi.”

Kemudian peneliti bertanya “Adakah mahasiswa Bidikmisi yang anda


ketahui mengalami kemunduran dalam prestasi akademik?”

“Dari yang saya ketahui sedikit yang mengalami kemunduran dalam


prestasi akademik.”

Peneliti bertanya kepada saudari Venesia “Apakah menurut anda bidikmisi

program yang patut untuk dipertahankan?”

“program bidikmisi menurut saya patut untuk dipertahankan namun


alangkah baiknya bila penyeleksian mahasiswa yang diambil memang
benar seorang yang tidak mampu dan layak mendapatkannya.”

5.1.9 Informan Tambahan II

1. Nama : Wantina Sihombing

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Anak Ke : 4 dari 6 bersaudara

4. Usia : 21

5. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(Departemen Kesejahteraan Sosial)

Universitas Sumatera Utara


88

6. Stambuk : 2016

7. Pekerjaan : Mahasiswa

8. Alamat : Jalan Djamin Ginting, Gang Sumber Dame

Senada dengan ungkapan Informan Tambahan II narasumber juga menyatakan

adanya kejanggalan pada mahasiswa Bidikmisi yang dinilai tidak mencerminkan

sosok mahasiswa penerima Bidikmisi. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam

kutipan wawancara narasumber sebagai berikut:

“Menurut saya banyak mahasiswa Bidikmisi yang tidak tepat sasaran,


dimana sebenarnya keluarga mahasiswa tersebut mampu membiayai
kuliah anaknay. Contoh kecilnya ada beberapa teman saya penerima
Bidikmisi yang membawa kendaraan ke kampus dan memiliki hp canggih
dan juga penampilan sehari-harinya modis (mengikuti zaman) dan bahkan
ada diantara mereka yang mengaku bahwa uang Bidikmisinya tidak
digunakan sama sekali karena mereka tinggal bersama orangtua atau
bertempat tinggal sekitar Medan.”
Peneliti bertanya kepada saudari Wantina “Bagaimana pelaksanaan

Program Bidikmisi selama ini? Apakah benar-benar telah membantu mahasiswa

dalam masa studinya?”

“Yang saya lihat selama ini program bidikmisi itu sangat bagus karena
sangat membantu mahasiswa dalam masa studinya yang tadinya orang
tua tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang perkuliahan. Karena
ada bidikmisi orangtuanya tidak pusing lagi memikirkan biaya kuliah.”
Peneliti bertanya kepada saudari Wantina “Bagaimana anda melihat gaya

hidup mahasiswa Bidikmisi? Apakah mecerminkan mahasiswa yang tidak mampu

secara ekonomi?”

“Yang saya lihat sebagian mahasiswa bidikmisi mencerminkan


mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi, tetapi tidak sedikit juga
mahasiswa bidikmisi yang tidak mencerminkan mahasiswa yang tidak
mampu secara ekonomi dalam artian mereka mencerminkan gaya hidup
mahasiswa mampu.”

Universitas Sumatera Utara


89

Kemudian peneliti bertanya “Adakah mahasiswa Bidikmisi yang anda


ketahui mengalami kemunduran dalam prestasi akademik?”

“Yang saya ketahui prestasi mahasiwa Bidikmisi naik turun saya lihat
dari IP yang diperoleh tiap semesternya.”

Peneliti bertanya kepada saudari Wantina “Apakah menurut anda

bidikmisi program yang patut untuk dipertahankan?”

“Bidikmisi adalah program yang patut dipertahankan tetapi pemerintah


harus jeli dalam memberikan bidikmisi kepada mahasiswa yang benar-
benar kurang mampu.”
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Efektivitas Program Bidikmisi di USU Dilihat Berdasarkan

Ketercapaian Tujuan Bidikmisi

5.2.1.1 Pemerataan Akses Pendidikan

Salah satu tujuan Program Bidikmisi untuk meningkatkan pemerataan

akses pendidikan merupakan langkah untuk memberikan kesempatan kepada

mahasiswa miskin untuk dapat mewujudkan cita-citanya. Langkah ini juga

menjadi wujud nyata upaya pemerintah untuk memutus mata rantai kemiskinan

dengan mencerdaskan setiap lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan

pendidikan tinggi dengan harapan menghasilkan lulusan yang kompetitif dan

unggul pada bidangnya.

Berdasarkan data hasil penelitian Program Bidikmisi berhasil menjadi

jembatan untuk kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi

namun memiliki potensi akademik yang baik untuk dapat mengakses jenjang

pendidikan tinggi. Dengan kata lain, program Bidikmisi telah mewujudkan

pemerataan terhadap akses pendidikan. Hal ini senada dengan amanah Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional, Bab V pasal 12 (1.c), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada

Universitas Sumatera Utara


90

setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi

yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Penyelenggaraan

program Bidikmisi di USU telah memberikan manfaat yang begitu besar bagi

peserta Bidikmisi diantaranya ialah sebagai sarana untuk mewujudkan impian

masyarakat miskin untuk dapat meningkatkan mibat, bakat serta kreativitasnya.

Selain itu, peluang untuk memiliki kehidupan yang lebih baik juga dapat terwujud

dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki melalui

kapasitas pendidikan. Artinya Program Bidikmisi memiliki peran yang besar

dalam mewujudkan pemerataan akses pendidikan dan peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Dengan demikian, manfaat dari penyelenggaraan Bidikmisi

di USU sudah dirasakan oleh sasaran program. Hal ini senada dengan yang

diungkapkan Earl Babbe dalam Hermawati, dkk (2011:25) bahwa salah satu aspek

yang mampu membuktikan kebijakan sosial dikatakan efektif adalah apabila

masyarakat dapat menikmati hasil program.

5.2.1.2 Lulus Tepat Waktu

Keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui seberapa besar tanggapan

atau respon yang diberikan oleh pelaksana kebijakan maupun sasaran kebijakan

baik itu tanggapan yang positif maupun negatif. Program Bidikmisi sebagai bukti

nyata produk dari kebijakan sosial yang berorientasi pada sector pendidikan

tinggi. Keberhasilan Program Bidikmisi juga tak lepas dari responsivitas atau

tanggapan dari pelaksana kebijakan dan sasaran Program Bidikmisi. Dari hasil

penelitian diketahui bahwa pelaksana kebijakan memberikan respon yang positif

pada penyelenggaraan Program Bidikmisi. Hal tersebut tercermin dari strategi

serta sinergi antar pelaksana kebijakan Program Bidikmisi di USU dalam

Universitas Sumatera Utara


91

mensukseskan Program Bidikmisi. Bentuk responsivitas tersebut berupa

pemberian pelatihan untuk meningkatkan keahlian mahasiswa bidikmisi dan

pembinaan serta monitoring terhadap aktivitas mahasiswa Bidikmisi di USU.

Sementara itu, program Bidikmisi juga memberikan pengaruh yang besar kepada

kelompok sasaran program yaitu mahasiswa penerima Bidikmisi. Pengaruh

tersebut tercermin dari komitmen mahasiswa Bidikmisi yang terbangun baik.

Kesadaran akan kesempatan yang telah diberikan untuk dapat mengakses

pendidikan tinggi begiti disyukuri oleh mahasiswa penerima Bidikmisi. Tidak

semua masyarakat dalam kategori miskin yang mampu mendapatkan bantuan

dana pengembangan pendidikan Bidikmisi. Diperlukan keyakinan, kesungguhan,

usaha yang diberikan oleh pelamar Bidikmisi. Karena yang mampu bersaing

adalah mereka yang bukan hanya dalam kaytegori miskin namun juga unggul dari

segi akademik.

Program Bidikmisi di USU berhasil memberikan motivasi yang besar

kepada setiap mahasiswa penerima Bidikmisi. Hal ini dibuktikan dengan

terbangunnya komitmen mahasiswa akan kesadaran mengenai tanggungjawab dan

tugas sebagai mahasiswa penerima Bidikmisi. Dari data hasil penelitian kesadaran

mahasiswa Bidikmisi akan pentingnya menjaga komitmen dibuktikan dengan

keseriusan menjalani masa studinya. Keseriusan tersebut membuahkan hasil

berupa indeks prestasi yang baik bahkan cumlaude serta ketepatan waktu dalam

menyelesaikan masa studinya. Berdasarkan data hasil penelitian prestasi akademik

mahasiswa USU berhasil mencapai angka tertinggi diatas rata-rata nasional.

Selain itu wujud responsivitas yang baik melalui terbangunnya komitmen

mahasiswa Bidikmisi dibuktikan juga dengan kemampuan mahasiswa Bidikmisi

Universitas Sumatera Utara


92

yang berhasil menyelesaikan masa studinya dengan tepat waktu. Sekitar lebih dari

60% mahasiswa bidikmisi pada angkatan 2014 berhasil menyelesaikan kuliahnya

dengan tepat waktu. Keberhasilan tersebut merupakan wujud nyata pencapaian

tujuan Program Bidikmisi. Seperti yang diungkapkan oleh Budiani (2007:53)

bahwa untuk mengukur efektivitas program variabel yang perlu diperhatikan

adalah tujuan program yaitu sejauhmana keseriusan antara hasil pelaksana

program dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagaimana

diketahui bahwa lulus tepat waktu merupakan tujuan Program Bidikmisi yang

telah ditetapkan sebelumnya dan hasil yang dicapai USU dalam penyelenggaraan

Program Bidikmisi membuktikan bahwa sebagian besar mahasiswa Bidikmisi

berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu.

Berdasarkan pemaparan diatas, peran USU dalam menyelenggarakan

Program Bidikmisi dinilai telah mampu mewujudkan keberhasilan Program

Bidikmisi. Hal ini sesuai dengan fakta prestasi akademik mahasiswa Bidikmisi

USU diatas rata-rata nasional dan rasio antara jumlah mahasiswa Bidikmisi yang

berhasil lulus tepat waktu dan yang tidak tepat berbeda jauh.

5.2.1.3 Meningkatkan Prestasi dan Semangat Berkompetisi

Bidikmisi sebagai sebuah program sosial yang lahir dari kebijakan public

terkonsentrasi pada sektor pendidikan. Dimana terdapat sejumlah sumber daya

manusia yang berpotensi dalam segi akademik namun memiliki kemampuan yang

terbatas dalam mengakses pendidikan. Program Bidikmisi berfokus pada

pemberian bantuan dana pendidikan pada jenjang strata 1. Untuk mencapai tujuan

Universitas Sumatera Utara


93

program Bidikmisi maka diperlukan adanya koordinasi antara pengelola,

penyelenggaraan, dan sasaran program.

Perguruan Tinggi dalam hal ini berfungsi sebagai penyelenggara program

bidikmisi. Untuk ini dibutuhkan keseriusan dan komitmen penyelenggara untuk

meningkatkan kua;itas dari sasaran program yaitu penerima Bidikmisi sehingga

tujuan program dapat tercapai. Keseriusan dan komitmen itu tercermin pada

penyelenggaraan Program Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara. Sejak tahun

2010 USU turut serta berperan aktif dalam menyelenggarakan program Bidikmisi.

Hal ini dibuktikan dengan kesungguhan USU dalam meningkatkan kualitas

individu penerima Bidikmisi. USU memberikan dukungan untuk pengembangan

minat dan bakat serta kreativitas mahasiswa Bidikmisi. Faktanya dukungan

tersebut berhasil membawa USU pada perolehan IPK diatas rata-rata nasional

untuk Program Bidikmisi. Pengelolaan yang tepat terhadap sumber daya yang

dimiliki akan membawa program pada tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut

membuktikan bahwa sebagai penyelenggara Program Bidikmis USU telah

berhasilkan memberdayakan sumber daya mahasiswa Bidikmisi.

Prestasi akademik yang gemilang menjadi wujud nyata keberhasilan

penyelenggaraan program Bidikmisi di USU. Sebagian besar mahasiswa

Bidikmisi USU juga menorehkan prestasinya pada bidang akademik maupun non

akademik. Selain itu mahasiswa Bidikmisi juga turut aktif ikut serta dalam

berkompetisi baik pada level fakultas, universitas maupun pada tingkat nasional.

Tentunya hal ini sejalan dengan salah satu tujuan diselenggarakannya Program

Bidikmisi yaitu meningkatkan prestasi dan semangat berkompetisi. Meskipun

Universitas Sumatera Utara


94

terdapat beberapa mahasiswa penerima Bidikmisi yang mengalami kemunduran

pada prestasi akademiknya. Namun, rasionya berbeda jauh dengan mahasiswa

penerima Bidikmisi yang berhasil memperoleh indeks prestasi yang gemilang.

Untuk mengatasi permasalahan ini USU melaksanakan monitoring dan evaluasi

untuk mengetahui sejauh mana program bidikmisi terlaksana dan bagaimana

responsivitas dari sasaran program serta mengatasi hambatan yang terjadi.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan

yang optimum terhadap mahasiswa Bidikmisi akan meningkatkan kualitas

mahasiswa Bidikmisi. Hal tersebut tercermin dari peningkatan prestasi akademik

mahasiswa Bidikmisi, keikutsertaan mahasiswa Bidikmisi dalam berbagai

kompetisi. Selain itu responsivitas yang baik ditunjukkan oleh pengelola dan

penyelenggara Bidikmisi di USU melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi

terhadap Program Bidikmsi. Dengan demikian hal ini merupakan strategi untuk

mencapai tujuan Program Bidikmisi. Sejalan dengan ungkapam James L. Gibson

yang dikutip dalam kurniawan (2005) yang menyebutkan bahwa salah satu ukuran

efektivitas adalah kejelasan strategi pencapaian tujaun.

5.2.1.4 Sumber Daya Manusia Berkualitas

Mewujudkan sumber daya manuasia yang berkualitas merupakan aspek

terpenting dalam penyelenggaraan Program Bidikmisi. Setelah terwujudnya

pemerataan terhadap akses pendidikan, lulus tepat waktu, peningkatan prestasi

dan sumber daya semangat berkompetisi tentu hasil akhir yang diharapkan adalah

sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan hasil data penelitian USU

telah memaksimalkan perannya sebagai penyelenggara Program Bidikmisi. Pada

Universitas Sumatera Utara


95

tahap ini USU telah berhasil meningkatkan kemampuan mahasiswa Bidikmisi

sesuai dengan minat bakatnya, tercermin pada keberhasilan mahasiswa Bidikmisi

dalam meningklatkan prestasi akademik maupun non akademiknya. Selain itu

sumber daya manusia yang berkualitas juga terlihat dari konsistensi mahasiswa

Bidikmisi dalam menjalani masa studinya. Bahkan tidak sedikit mahasiswa

Bidikmisi USU yang telah melanjutkan program studi pada jenjang pendidikan S2

melalui beasiswa LPDP. Beberapa diantaranya bahkan melanjutkan program studi

S2 di luar negeri dan beberapa lainnya telah bekerja pada bidang professional

sesuai dengan minat bakatnya.

Keberhasilan USU dalam mencetak mahasiswa Bidikmisi yang berkualitas

juga tercermin dari upaya USU dalam menjadikan mahasiswa Bidikmisi USU

memiliki pribadi yang mandiri, disiplin, serta bertanggungjawab terhadap

keputusannya. Seperti dalam mengatasi masalah pencairan dana Bidikmisi yang

sering kali terlambat. Seperti yang diungkapkan Earl Babbe dalam Hermawati,

dkk (2011:25) bahwa salah satu aspek yang menunjukkan suatu kebijakan sosial

dikatakan efektif adalah terwujudnya kemandirian masyarakat secara sosial dan

ekonomi.

5.2.2 Faktor Penghambat Penyelenggaraan Program Bidikmisi di USU

5.2.2.1 Komitmen dan Keseriusan Mahasiswa Bidikmisi Dalam Menjalankan

Kewajibannya.

Perbedaan pola fikir dan sudut pandang setiap peserta Bidikmisi merupakan

salah satu faktor internal yang mempengaruhi kualitas dari diri masing-masing

peserta Bidikmisi. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor penghambat dalam

Universitas Sumatera Utara


96

penyelenggaraan Program Bidikmisi. Sebab tidak semua peserta bidikmisi

menyadari akan tanggungjawab dan tugasnya sebagai mahasiswa penerima

bantuan dana pengembangan pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya

mahasiswa yang mengalami kemunduran pada prestasi akademiknya juga

mahasiswa yang terpengaruh dengan gaya hidup hedonis sehingga dana

pengembangan pendidikan dialokasikan terlebih dahulu untuk kepentingan

sekunder. Selain itu pondasi komitmen dan keseriusan yang tidak kokoh dalam

menjalani masa studi menjadi penghambat mahasiswa Bidikmisi dalam

menyelesaikan masa studinya dengan tepat waktu.

5.2.2.2 Kurangnya Kordinasi Antara Pengelola Bidikmisi Dengan Sekolah

Asal Penerima Bidikmisi Serta Sasaran Program.

Perbedaan kepentingan dan perbedaan persepsi juga terjadi pada pengelola

Bidikmisi. Keadaan ini mempersulit penyelenggaraan program Bidikmisi di USU.

Sebab untuk mewujudkan keberhasilan program maka setiap individu yang

berwenang dalam mengelola program Bidikmisi di USU harus memiliki visi misi

yang sama agar tujuan program dapat tercapai. Kurangnya kordinasi antara

pengelola bidikmisi dengan sekolah asal penerima Bidikmisi juga menyebabkan

usulan penerima Bidikmisi dari sekolah asal belum maksimal. Penambahan kuota

peserta Bidikmisi juga harus dikoordinasikan dengan tim pengelola pusat. Selain

itu terdapat mahasiswa penerima Bidikmisi yang tidak berkoordinasi terlebih

dahulu kepada pengelola Bidikmisi di USU ketika memutuskan untuk pindah

kuliah atau memilih sekolah kedinasan.

5.2.2.3 Keterlambatan Pencairan dana Bidikmisi.

Universitas Sumatera Utara


97

Keterlambatan pencairan dana merupakan masalah yang perlu

mendapatkan perhatian khusus yang lebih besar. Sebab seluruh mahasiswa

Bidikmisi mengeluhkan keterlambatan pencairan dana. Kepentingan untuk

bertahan hidup menjadi faktor utama mengapa seluruh mahasiswa Bidikmisi

mengeluhkan hal ini. Biaya yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bulanan

seharusnya diberikan tepat waktu setiap bulan. Hal ini perlu ditelaah oleh

pengelola Bidikmisi pada level pusat.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti

memilih dan mewawancarai 5 informan utama dan 2 informan tambahan

seharusnya informan tambahan merupakan orang tua atau orang yang dekat

dengan informan utama. Namun pada penelitian peneliti, keterbatasan penelitian

peneliti yaitu peneliti mewawancarai 2 informan tambahan yang mana informan

tersebut adalah mahasiswa NonBidikmisi, seharusnya peneliti mewawancarai

keluarga atau tetangga informan utama dan turun ke lapangan untuk melihat

langsung kondisi dan lingkungan informan utama agar penelitian peneliti ini lebih

efektif.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemaparan diatas maka penulis dapat menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Efektivitas Program Bidikmisi di USU ditunjukkan dengan tercapainya

tujuan Program Bidikmisi, yaitu:

a. Pemerataan Akses Pendidikan

Manfaaat yang telah dirasakan seluruh pihak dari

terselenggaranya Program Bidikmisi di USU adalah bukti

keberhasilan Program Bidikmisi di USU. Wujud dari keberhasilan

tersebut tercermin dari pemerataan terhadap akses pendidikan

tinggi. Kesempatan kepada masyarakat dengan keterbatasan

finansial untuk mengembangkan minat, bakat, serta kreativitasnya

pada perguruan tinggi dapat terwujud berkat terselenggaranya

Program Bidikmisi di USU. Dengan terselenggaranya Program

Bidikmisi di USU peserta Bidikmisi mendapatkan peluang untuk

bisa meningkatkan taraf hidupnya dengan memiliki kualitas

sumber daya manusia yang mumpuni. Melalui hal tersebut

Program Bidikmisi di USU dinyatakan efektif karena bagian dari

tujuan Bidikmisi yaitu pemerataan akses pendidikan telah tercapai.

b. Lulus Tepat Waktu

98

Universitas Sumatera Utara


99

Pada tahap ini keberhasilan penyelenggaraan Program

Bidikmisi di USU dilihat dari responsivitas sasaran program yaitu

mahasiswa Bidikmisi. Responsivitas tersebut tercermin dari

ketepatan waktu mahasiswa dalam menyelesaikan masa studinya.

Hal ini dibuktikan dengan angka 60% mahasiswa Bidikmisi lulus

tepat waktu. Berdasarkan hal tersebut tujuan Bidikmisi yaitu lulus

tepat waktu dipandang sudah berhasil.

c. Meningkatkan Prestasi dan Semangat Berkompetisi

Keberhasilan Program Bidikmisi di USU dapat dilihat

berdasarkan kemampuan penyelenggara dan pengelola Bidikmisi

dalam memberdayakan mahasiswa Bidikmisi serta optimum.

Pemberdayaan yang optimum terhadap mahasiswa Bidikmisi di

USU tercermin pada dukungan pihak penyelenggara dan pengelola

Bidikmisi terhadap minat, bakat, dan kreativitas mahasiswa

Bidikmisi. Sehingga hasil yang didapat dibuktikan dengan

keunggulan prestasi akademik maupun non akademik mahasiswa

Bidikmisi di USU serta keikutsertaan mahasiswa Bidikmisi dalam

berbagai kompetisi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Melalui hal tersebut tujuan Bidikmisi untuk meningkatkan prestasi

dan mendorong mahasiswa Bidikmisi untuk semangat

berkompetisi dipandang sudah efektif karena salah satu tujuan dari

program Bidikmisi yaitu meningkatkan prestasi dan semangat

berkompetisi sudah tercapai. Hal ini membuktikan bahwa tujuan

Universitas Sumatera Utara


100

Program Bidikmisi untuk meningkatkan prestasi dan semangat

berkompetisi telah tercapai.

d. Komitmen USU untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan

Program Bidikmisi di USU tercermin dari upaya penyelenggaraan

dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui

pembinaan, pelatihan terhadap minat dan bakat, serta upaya untuk

menumbuhkan jiwa kemandirian mahasiswa Bidikmisi. Namun,

pembinaan, pelatihan terhadap minat bakat bagi mahasiswa

Bidikmisi di USU belum maksimal dikarenakan pelatihan terhadap

minat dan bakat hanya untuk orang tertentu. Selain itu keberhasilan

mahasiswa Bidikmisi untuk melanjutkan program studi S2 melalui

beasiswa LPDP dan bekerja pada bidang professional sesuai

keilmuannya merupakan wujud nyata bahwa tujuan dari Bidikmisi

untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas telah

tercapai.

2. Faktor penghambat penyelenggaraan Program Bidikmisi di USU

Faktor penghambat yang muncul dilapangan terhadap terselenggaranya

Program Bidikmisi di USU adalah tidak semua mahasiswa Bidikmisi di

USU memiliki komitmen dan keseriusan dalam menjalankan

kewajibannya, kurangnya koordinasi antara pengelola Bidikmisi dengan

sekolah asal penerima Bidikmisi serta sasaran program, keterlambatan

pencairan dana Bidikmisi sehingga menjadikan hambatan dalam

pengoptimalan Program Bidikmisi di USU.

Universitas Sumatera Utara


101

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka saran dari penulis

adalah:

1. Peningkatan koordinasi dan sosialisasi antar pengelola Bidikmisi di

USU agar penyelenggaraan Bidikmisi dapat terlaksana dengan baik

sesuai dengan visi misi serta tujuan Program Bidikmisi.

2. Perlu koordinasi dan informasi secara intensif antara PTN, BANK, dan

Pengelola Pusat.

3. Pemberian konseling secara lebih personal dengan mahasiswa yang

membutuhkan perhatian khusus untuk dapat mengatasi masalah

internal yang terjadi pada mahasiswa Bidikmisi.

4. Sosialisasi dan koordinasi ke Sekolah agar ditingkatkan. Sehingga

sekolah dapat memaksimalkan pelamar Bidikmisi.

5. Mengusulkan kuota penambahan penerima Bidikmisi kepada tim

pengeloal pusat agar kesempatan untuk penerima Bidikmisi yang layak

terbuka lebar.

6. Peningkatan monitoring dan evaluasi keaktifan akademik atau non

akademik juga berkoordinasi dengan PT lain.

7. Koordinasi dengan Bank serta pemberian pinjaman biaya hidup, jika

pencairannya lama.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Budiani, Ni Wayan. Jurnal Ekonomi Sosial. 2007: Efektivitas Program
Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna “Eka Taruna Bakti”.
Bali: Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Udayana.
Dunn, William. 2000. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajahmada.
Handoko, T, Hani. 2003. Managemen. Yogyakarta: BPFEE.
Hartaji, Damar. 2012. Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Yang Berkuliah
Dengan Jurusan Pilihan Orang Tua. Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma.
Hermawati, Istina 2011. Evaluasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Yogyakarta: B2P3KS Press.
Huda, Miftachul. 2009. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.
Lester dan Stewart. 2002. Implementasi kebijakan.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Laksbang Mediatama.
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo
Monoratama.
Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: PT Grasindo Monoratama.
Siswoyo, Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Soetomo. 2010. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Stiglitz, Joseph, Amartya Sen, Jen Paul. 2011. Mengukur Kesejahteraan Mengapa
Domestik Bruto Bukan Tolak Ukur Yang Tepat Untuk Menilai Kemajuan.
Jakarta.
Subarsono. 2005. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharto, Edi. 2011. Kebijakan Sosial: sebagai kebijakan publik. Bandung:
Alfabeta.
Suharto, Edi 1997. Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
spektrum pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS.
Suryawati. 2004. Teori Ekonomi Mikro. UPP. AMP YKPN. Yogyakarta: Jarnasy.
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.
Suwitri, Sri. 2008. Konsep Dasar Kebijakan Publik. Universitas Diponegoro
Semarang.
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Presindo.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik. Yogyakarta: CAPS.
Sumber Lain:
Murdaningsih, Dwi. 2015 ,i9,9k9Mahasiswa Bidik Misi Gagal Lulus Tepat
Waktu. Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-
kampus/15/08/06nsndyv368-329-mahasiswa-bidik-misi-gagal-lulus-tepat-
waktu pada tanggal 05 November 2018 jam 19.45 WIB.

102

Universitas Sumatera Utara


103

Anonim, 2016. Apakah Bidikmisi Itu? Kenapa bukan disebut Beasiswa?. Diakses
dari http://bidikmisi.belmawa.ristekdikti.go.id/petunjuk/view?q=apakah-
bidikmisi-itu-kenapa-bukan-disebut-beasiswa-&id=3 pada tanggal 06
November jam 10.00 WIB.
. 2014. Beasiswa Bidikmisi tak lepas dari Masalah. Diakses dari
http://www.kompasiana.com/azmy_fm/beasiswa-bidikmisi-tak-lepas-dari-
masalah_54f39d877455137d2b6c7b43 pada tanggal 06 November jam
10.05 WIB.
. 2015. Menyoal Kuota Bidikmisi Unsoed. Diakses dari
http://beritaunsoed.com/berita/menyoal-kuota-bidikmisi-unsoed-2015/
pada 06 November jam 11.00 WIB.
Lukmana Putri, Ekky. 2014 “Efektivitas Pelaksanaan Program Usaha (KUBE) di
Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta”
dapat dilihat dari http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/7230/42/759
diakses pada 03 November 2018.
Sanjaya, Angga. 2015. “Efektivitas Pelaksanaan Program Revitalisasi Lada Putih
di Provinsi Bangka Belitung” dapat dilihat dari
https://eprints.uny.ac.id/24219/ diakses pada 03 november 2018.
Jibril, Ahmad. ”Efektivitas Program Perpuseru di Perpustakaan Umum
Kabupaten Pamekasan” dapat dilihat dari
http://journal.unair.ac.id/LN@efektivitas-program-perpuseru-di-
perpustakaan-umum-kabupaten-pamekasan-article-11360-media-136-
category-8.html diakses pada 02 Desember 2018.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Sistem
Pendidikan tinggi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Sumatera Utara


104

DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1: Informan Kunci I dan Informan Kunci II (Dra. Erifah & Drs.
Effendi Manurung)

Gambar 2: Informan Utama I

Universitas Sumatera Utara


105

Gambar 3: Informan Utama II

Gambar 4: Informan Utama III

Universitas Sumatera Utara


106

Gambar 5: Informan Utama IV

Gambar 6: Informan Utama V

Universitas Sumatera Utara


107

Gambar 7: Informan Tambahan I

Gambar 8: Informan Tambahan II

Universitas Sumatera Utara


108

Universitas Sumatera Utara


109

Universitas Sumatera Utara


110

Universitas Sumatera Utara


111

Universitas Sumatera Utara


112

PEDOMAN WAWANCARA

EFEKTIVITAS PROGRAM BIDIKMISI DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Kriteria Umum Informan Kunci

1.1 Identitas Informan Kunci I Dan Informan Kunci II (Kepala Bagian


Kemahasiswaan Dan Kealumnian, Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa
Biro Kemahasiswaan Dan Kealumnian USU)

1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Pekerjaan :
4. Tempat Penelitian :

1.1.1 Daftar Pertanyaan

1. Apakah sasaran program bidikmisi sudah tepat?


2. Bagaimana tahap proses penyeleksian penerima Bidikmisi?
3. Bagaimana strategi pelaksanaan program Bidikmisi di USU? Apakah sudah berjalan
sesuai dengan rencana?
4. Siapa saja pemangku kebijakan dalam pelaksanaan program Bidikmisi di USU?
5. Adakah kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan program Bidikmisi?
6. Sejauh mana efektivitas program Bidikmisi? Apakah 5 tujuan Bidikmisi sudah tercapai,
yaitu:
a. Pemerataan akses pendidikan
b. Lulus tepat waktu
c. Meningkatkan prestasi
d. Semangat berkompetisi
e. SDM berkualitas
7. Apakah bantuan dana pendidikan Bidikmisi selalu tepat waktu diberikan kepada peserta
Bidikmisi?
8. Bagaimana sanksi untuk mahasiswa Bidikmisi yang tidak menjalankan kewajibannya?

Universitas Sumatera Utara


113

9. Bagaimana pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap mahasiswa Bidikmisi?


10. Manfaat apa yang dirasakan dengan diselenggarakannya program Bidikmisi?

2. Kriteria Umum Informan Utama (Mahasiswa Bidikmisi)

2.1. Identitas Informan Utama

1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Anak Ke :
4. Usia :
5. Fakultas :
6. Stambuk :
7. Pekerjaan :
8. Alamat :

2.1.1 Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana pelaksanaan program Bidikmisi selama ini? Apakah benar-benar telah


membantu mahasiswa dalam masa studynya?
2. Apakah dana yang diberikan selalu tepat waktu?
3. Dana yang diberikan oleh Bidikmisi dialokasikan kemana terlebih dahulu?
4. Adakah kendala yang dirasakan dari program Bidikmisi?
5. Apakah program Bidikmisi memotivasi mahasiswa untuk berkompetisi dalam
meningkatkan prestasi? Jelaskan alasannya.
6. Apakah IP saudara/i menurun atau meningkat?
7. Apakah pengawasan dan monev dari kampus berjalan baik? Berikan penjelasan.
8. Adakah menurut saudara/i peserta Bidikmisi yang tidak tepat sasaran?
9. Manfaat apa yang dirasakan dari program Bidikmisi!
10. Kritik dan saran untuk Bidikmisi!

3. Kriteria Umum Informan Tambahan (Mahasiswa Non Bidikmisi)

3.1 Identitas Informan Tambahan

1. Nama :

Universitas Sumatera Utara


114

2. Jenis Kelamin :
3. Anak Ke :
4. Usia :
5. Fakultas :
6. Stambuk :
7. Pekerjaan :
8. Alamat :

3.1.2 Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana pelaksanaan program bidikkmisi selama ini? Apakah benar-benar telah


membantu mahasiswa dalam masa studinya?
2. Adakah menurut anda mahasiswa Bidikmisi yang tidak tepat sasaran?
3. Bagaimana anda melihat gaya hidup mahasiswa Bidikmisi? Apakah mencerminkan
mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi?
4. Adakah mahasiswa Bidikmisi yang anda ketahui mengalami kemunduran dalam prestasi
akademik?
5. Apakah menurut anda Bidikmisi program yang patut untuk dipertahankan?

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai