Oleh:
ISMAIL
NIM: E1012181030
Oleh:
ISMAIL
E1012181030
ISMAIL
E1012181030
Disetujui Oleh:
iii
RINGKASAN SKRIPSI
ini dipilih karena dalam proses implementasi kebijakan SPMI di perguruan tinggi
masih belum berjalan secara optimal. Hal ini dikarenakan masih ditemukannya
ketingkat bawah. Selain itu keterbatasan auditor dalam mengaudit setiap program
studi manjadi kendala dalam lingkup sumber daya manusia. Kemudian penemuan
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah mengacu pada pendapat yang
dikemukakan oleh Goerge C. Edward III menyatakan bahwa ada empat faktor
komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur organisasi, maka dari itu penulis
Universitas Tanjungpura).
iv
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan
dijajaran pejabat fakultas, jurusan dan program studi, sedangkan pada tingkat
dosen dan tenaga kependidikan masih belum dilakukan sosialisasi yang terkait
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebaiknya Program Studi Magister
seluruhnya dengan baik. Mengenai dokumen mutu yang telah disusun harus
segera dilegalkan agar dalam pelaksanaan audit mutu internal berikutnya tidak
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya asli dari saya
sendiri dan bukan dibuat oleh orang lain serta belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar sarjana di Program Studi, Fakultas atau Perguruan Tinggi yang
lain, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain atau instansi lain
kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan saya sebutkan dalam daftar
Ismail
E1012181030
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini adalah persembahan kecil dan sederhana saya kepada orang-orang yang saya
sayangi:
Terima kasih yang tak terhingga kepada orang yang paling beharga dalam hidup saya Ibu
Suryati dan Almarhum Bapak H. Nohong Yusuf yang telah membesarkan, menyayangi dan
merawat saya serta selalu percaya dan mendukung saya dalam menggapai apa yang saya cita-
citakan.
Terima kasih kepada sahabat dan teman-teman yang telah membantu dan memotivasi saya
dalam proses pembuatan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi strata 1 pada Fakultas Ilmu Sosial
Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis
1. Dr. H. Martoyo, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tanjungpura.
3. Dr. Sri Maryuni, M.Si. selaku Pembimbing Pertama dan Dr. Pardi, M.AB.
4. Drs. Abdul Rahim, M.Si. selaku Dosen Penguji Pertama dan Dr. Ira Patriani,
S.IP., M.Si. selaku Dosen Penguji Kedua yang telah memberikan pengarahan
viii
6. Kepada Penjaminan Mutu FEB Universitas Tanjungpura yang telah
informasi.
9. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat yang luar biasa
karena berkat doa dan dukungannya saya sampai pada titik ini.
10. Serta teman-teman yang mendukung saya untuk terus maju dan membuat
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis butuhkan agar berikutnya dapat
Ismail
NIM. E1012181030
ix
DAFTAR ISI
x
4.1. Gambaran Umum Universitas Tanjungpura............................................51
4.2. Gambaran Umum Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan
Penjaminan Mutu (LPPPM) Universitas Tanjungpura............................53
4.3. Gambaran Umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura
54
4.4. Gambaran Umum Program Studi Magister Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura.........................................56
BAB V IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU
INTERNAL (SPMI) DALAM MEMBANGUN BUDAYA MUTU DI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA.......................................................59
5.1. Deskripsi Hasil Penelitian........................................................................59
5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Sistem Penjaminan
Mutu Internal dalam Membangun Budaya Mutu di Universitas
Tanjungpura (Studi Kasus: Prodi Magister Manajemen FEB Universitas
Tanjungpura)............................................................................................61
5.2.1. Faktor Komunikasi.................................................................62
5.2.2. Faktor Sumber Daya.................................................................71
5.2.3. Faktor Disposisi........................................................................77
5.2.4. Faktor Struktur Birokrasi..........................................................80
BAB VI PENUTUP.................................................................................................85
6.1. Kesimpulan..............................................................................................85
6.2. Saran87
6.3. Implikasi..................................................................................................88
6.4. Keterbatasan Penelitian............................................................................88
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................90
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Akreditasi Perguruan Tinggi dan Program Studi di Indonesia .........2
Gambar 1.2 Hasil AMI Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas
Tanjungpura 2020...............................................................................11
Gambar 2.1Alur Perumusan Kebijakan ................................................................17
Gambar 2.2 Alur Pikir Penelitian .........................................................................36
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Tanjungpura.....................................................................................58
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
berdasarkan kepada kebutuhan mutu yang dicari, tidak jarang banyak orang
karena itu, mutu dari sebuah Perguruan Tinggi merupakan alasan terbesar
dalam dunia kerja nanti. Perguruan Tinggi memiliki peran yang sangat vital
itu, Perguruan Tinggi juga merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional
dan lembaga yang memiliki peran untuk meningkatkan daya saing sebuah
lainnya di dunia.
1
2
Program Studi terakreditasi yang terdiri dari 4.373 terakreditasi A dan 125
2000 14000
1755 12286
12000
1500 10000
8000 6907
1000 859 6000 4498
4000
500
2000
99
0 0
Unggul/A Baik Baik/C Unggul/A Baik Sekali/B Baik/C
Sekali/B
Sumber: Intisari Statistik Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2020
Sumber: Intisari Statistik Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2020
Menurut Arifudin (2020:2), secara umum masih rendahnya mutu
Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) pada Bab
Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) yang menjelaskan bahwa SPMI adalah salah
Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) pada tanggal 10 Agustus
SPMI untuk mencapai standar mutu yang telah ditetapkan (Trianto, 2020:
135).
standar yang telah ditetapkan oleh SN Dikti dengan mengacu kepada visi misi
tujuan Perguruan Tinggi, kearifan lokal, hasil tracer studi dan lainnya.
secara internal untuk mewujudkan visi dan misi Perguruan Tinggi, serta
Mandiri (LAM) yang telah diakui oleh pemerintah atau oleh lembaga lain
yang kredibel.
antara lain:
melakukan perubahan untuk memperoleh standar mutu yang lebih tinggi dari
sebelumnya, alur ini disebut juga dengan kaizen atau continuous quality
hasil evaluasi dari pihak eksternal (visitasi akreditasi dari BAN-PT) yang
nilai akreditasi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Selain melakukan control,
kelayakan institusi perguruan tinggi atau program studi yang dilakukan oleh
masyarakat. Dengan demikian salah satu tujuan dan manfaat akreditasi adalah
BAN-PT-5-2019-tentang-IAPS-Matriks-Penilaian-Program-Magister
aspek, yaitu:
No. 62 Tahun 2016 tentang SPM Dikti menerangkan bahwa dalam siklus
SPMI terdapat siklus evaluasi yang dilakukan melalui Audit Mutu Internal
dengan rencana, dan hasilnya sesuai dengan standar untuk mencapai tujuan
(Risk Base Audit) yaitu salah satu metode AMI yang ingin memastikan bahwa
bukti sahih terkait praktik baik pengembangan budaya mutu berupa 5 aspek
Kalimantan Barat yang didirikan pada 20 Mei 1959 oleh Yayasan Perguruan
Program Studi dan Profesi sebanyak 4 Program Studi. Pada saat ini,
Peringkat
No D3 S1 S2 S3 Profesi
Akreditasi
1 A 0 12 2 0 0
2 B 2 47 19 2 3
3 C 3 4 1 1 1
Jumlah 5 63 22 3 4
Sumber: LPPPM Universitas Tanjungpura 2021
Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) dalam pasal 1 ayat 6 yang
tambahan yang telah ditetapkan oleh Universitas Tanjungpura ini tidak hanya
Penjaminan Mutu pada Pendidikan tinggi yang terdiri atas Sistem Penjaminan
Kebijakan SPMI, (2) dokumen Manual SPMI, (3) dokumen Standar dalam
SPMI; dan (4) dokumen Formulir yang digunakan dalam SPMI. Universitas
Menyusun dokumen mutu berupa kebijakan SPMI dan Manual SPMI pada
Universitas Tanjungpura.
secara daring pada tahun 2020 yang lalu, terdapat beberapa poin penting yang
terdapat dokumen penjaminan mutu yang belum legal pada Program Studi
legalitas dokumen ini sangat diperlukan agar sistem penjaminan mutu yang
identifikasi masalah pada penelitian ini berdasarkan hasil audit mutu internal
secara daring pada tahun 2020 bahwa masih terdapat dokumen mutu yang
dan tindak lanjut dari pimpinan (disposisi) dalam Rapat Tinjauan Manajemen
(RTM) dari hasil AMI tahun 2020 pada Program Studi Magister Manajemen
Primayana, 2016:7).
Universitas Tanjungpura.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan dipahami sebagai suatu arah atau pola kegiatan dan bukan
diinginkan.
Istilah kebijakan dan publik jika digabung menjadi satu yaitu kebijakan
publik, maka akan memiliki makna yang lebih luas daripada ketika diartikan
negara yang tidak boleh diabaikan. Negara tanpa komponen kebijakan publik
dipandang gagal, karena kehidupan bersama hanya diatur oleh seseorang atau
sekelompok orang saja, yang bekerja seperti tiran dengan tujuan untuk
15
16
hanya mengendalikan arah dan tujuan negara, tetapi juga mengelola negara
agar lebih bernilai melalui apa yang disebut dengan kebijakan publik.
pemerintah baik itu untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan. Artinya
bahwa “diam” nya pemerintah juga merupakan suatu kebijakan yaitu tidak
Perumusan Masalah
Penyusunan Agenda
Forecasting
Formulasi Kebijakan
Rekomendasi
Adopsi Kebijakan
Pemantauan
Penilai Kebijakan
Anderson (dalam Abidin 2006:41) mengemukakan lima ciri umum dari
kebijakan tersebut perlu ada. Abidin (2006) mencatat ada empat unsur
a. tujuan suatu kebijakan dibuat berdasarkan suatu hal yang hendak dicapai.
Tujuan yang baik dari suatu kebijakan memiliki sekurang-kurangnya
terdiri dari tiga kriteria, yaitu:
1) diinginkan untuk dicapai berarti tujuan tersebut dapat diterima oleh
banyak pihak, karena kandungan isinya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang dianut oleh banyak pihak atau mewakili kepentingan
mayoritas atau didukung oleh golongan kuat (dominan) dalam
masyarakat;
2) rasional atau realistis artinya merupakan pilihan terbaik dari berbagai
alternatif yang diperhitungkan berdasarkan pada kriteria yang
relevan dan masuk akal. Tujuan yang baik masuk akal, memiliki
gambaran yang jelas, pola pikirnya runut, dan mudah dipahami
langkah-langkah untuk mencapainya;
3) berorientasi kedepan dengan tujuan kebijakan menghasilkan
kemajuan kearah yang diinginkan, yang dapat diukur baik dari aspek
kuantitatif maupun kualitatif, serta tujuan yang ingin dicapai pada
masa depan terletak pada suatu jangka waktu tertentu, sehingga masa
dapat dilakukan evaluasi atas hasil pelaksanaan kebijakan tersebut.
b. masalah yang merupakan unsur penting dari suatu kebijakan. Ketika
salah dalam menentukan masalah apa yang hendak dipecahkan, dapat
menimbulkan kegagalan total dalam seluruh proses kebijakan. Tidak ada
artinya berbagai metode pemecahan masalah dilakukan jika seorang
analis kebijakan gagal atau salah dalam mengidentifikasi suatu masalah;
c. tuntutan merupakan partisipasi masyarakat yang dapat berupa dukungan,
kritik, dan tuntutan. Tuntutan bisa muncul karena telah terabaikannya
kepentingan suatu golongan dalam proses perumusan kebijakan sehingga
kebijakan pemerintah yang ditetapkan dipandang merugikan kepentingan
golongan masyarakat tersebut, dan munculnya kebutuhan baru setelah
suatu permasalah teratasi atau suatu tujuan telah dicapai.
d. dampak atau outcomes yang merupakan tujuan lanjutan yang timbul
sebagai pengaruh dari tercapainya suatu tujuan (Abidin, 2006:51).
Kebijakan publik tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa didukung oleh
sebuah sanksi yang tegas. Sanksi dapat berupa hadiah (reward) dan hukuman
kebijakan yang paling baik di anatara alternatif-alternatif yang lain. Hal ini
bertujuan untuk mengukur seberapa baik dan berkualitas atas kebijakan yang
kebijakan dengan baik atau tidak, indikator keberhasilan kebijakan juga dapat
bahwa pilihan kebijakan yang diputuskan adalah sudah diukur secara baik
dilaksanakan. Oleh karena itu, kebijakan publik tidak boleh asal diputuskan,
apa pun kondisi dan situasinya, karena setiap kebijakan mempunyai dampak
kebijakan yang dikemukakan oleh Nigro yang dikutip oleh Islamy (2002,
yaitu:
masyarakat yang lebih baik, sejahtera, dan adil sentosa. Dengan demikian,
(Nugroho, 2015).
seluruh proses kebijakan karena kebijakan publik yang telah dibuat akan
interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya infrastruktur kebijakan adalah
tertentu. Proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran
telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan
realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Ini sesuai dengan maksud dari
22
kebijakan adalah satu dari sekian banyak tahap kebijakan publik, sekaligus
pandangan para pakar bahwa setiap kebijakan yang telah dibuat harus
merupakan aspek yang sangat penting dalam seluruh proses kebijakan karena
antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk mencapai
prosedur dan teknik dipakai secara bersama dan simultan. Secara umum
Jika pesan dan perintah kebijakan yang diberikan oleh pembuat kebijakan
tidak jelas dan tidak terspesifikasikan, maka kemungkinan besar akan terjadi
pembuat kebijakan.
kerjakan. Hal ini menjadi prasyarat agar pesan dan perintah kebijakan harus
umum, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu: Pertama, komunikasi formal
interpersonal yang baik, atau atas dasar kesamaan kepentingan. Inti dari
Sumber daya yang penting meliputi staf yang tepat dengan keahlian
yang dibutuhkan; informasi yang cukup dan relevan tentang cara untuk
daya tidak hanya mencakup jumlah sumber daya manusia atau aparat semata
tepat dan efektif. Sumber daya yang penting antara lain jumlah staf yang
cukup dengan keahlian yang memadai, informasi yang cukup dan relevan
kebijakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi sasaran dan
dan aktivitas untuk memberikan pelayanan publik. Sumber daya yang tidak
efektif, maka para implementor kebijakan tidak hanya mengetahui apa yang
membingungkan.
banyak orang. Hal ini menyebabkan terbuangnya sumber daya yang langka,
mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai keinginan dan sumber
daya untuk melakukan kebijakan, tetapi mereka akan tetap dihambat dalam
kebijakan yang berbeda dan berlawanan arah, dan inilah sebab musabab
setiap perguruan tinggi sampai pada program studi dan unit-unit terkecil.
terkandung dalam SPMI di suatu perguruan tinggi. Hal ini dilakukan karena
perubahan paradigma, dan sikap mental para pelaku proses pendidikan tinggi,
2016).
mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk
dikembalikan sebagai penjamin awal dan terdekat dari institusi dan mampu
membudayakan mau dinilai oleh diri sendiri sebelum dinilai oleh orang lain.
Dengan pola yang sama juga diharapkan selaras dengan tujuan dari
dan budaya mutu dalam institusi. Selain itu, yang perlu diperhatikan dan
perubahan paradigma ke budaya mutu, sikap mental para pelaku mutu, dan
satu tahunan. Siklus SPMI terdiri atas tujuh langkah atau tahap, yaitu:
stakehorders.
dengan meminta masukan dari para auditor, dari pimpinan fakultas dan
Rekomendasi: Output:
Gambar 2.2 Alur Pikir Penelitian
METODE PENELITIAN
dilakukan pada kondisi yang alamiah dengan metode studi kasus dan teknik
suatu kegiatan yang bertujuan untuk menemukan jawaban dan kejelasan dari
38
39
yang ada secara factual, cermat serta tidak mengandalkan bukti logika
Universitas Tanjungpura.
berikut:
diharapkan.
41
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita butuhkan dari
Tanjungpura.
Tanjungpura.
Tanjungpura.
Universitas Tanjungpura.
PPEPP.
43
dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer dan teknik
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperolah.
b. Wawancara Semi Terstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk kategori in-dept interview,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan
ide-idenya.
c. Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara tak berstruktur adalah wawancara bebas yang
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah terusun
sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya.
peristiwa yang sudah lalu bisa berbentuk lisan, gambar atau karya-
merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam mengumpulkan data
(Arikunto, 2010:134).
wawancara.
46
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik kualitatif yaitu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
wawancara.
tersebut seperti yang telah dijelaskan diatas yang meliputi: pengumpulan data,
ini selanjutnya diperkuat dengan data skunder atau data literatur lainnya.
diolah dan pada tahap akhir akan dianalisis dengan memberikan deskripsi dan
(2016), keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga ada tiga
a. Triangulasi Sumber
beberapa sumber. Data dari beberapa sumber tersebut tidak bisa dirata-
mana pandangan yang sama, yang berbeda dan mana yang spesifik dari
beberapa sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti
b. Triangulasi Teknik
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner. Jika dengan tiga
berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber yang
c. Triangulasi Waktu
masih segar dan belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka harus
peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberi oleh pemberi data. Apabila
data yang diperoleh disepakati oleh pemberi data, maka dapat dikatakan
ini yaitu teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik dimana dalam
triangulasi ini sumber-sumber yang ada dalam penelitian ini digunakan untuk
untuk mengecek kembali hasil dari data dan sumber dari subjek penelitian
sejak tanggal 20 Mei 1959 dengan nama awal Universitas Daya Nasional.
di lahan tengah kota dengan luas 453,17 Km2 dengan 9 Fakultas dan 98 Program
Studi.
Universitas Daya Nasional (UDN) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1959 oleh
2017, tentang Satuta dan Organisasi dan Tata Kerja berdasarkan Peraturan
51
52
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No. 28 Tahun 2015 acuan
terlaksananya misi, tercapainya tujuan, sasaran dan berhasilnya strategi yang telah
dibantu oleh empat Wakil Rektor yaitu Wakil Rektor Bidang Akademik, Wakil
Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan
administrasi dibantu oleh tiga biro sebagai unsur pelaksana administrasi yaitu Biro
Akademik dan Kemahasiswaan (BAK), Biro Umum dan Keuangan (BUK), serta
tidak tetap sebanyak 33 orang, tenaga kependidikan sebanyak 444 orang dan
jumlah mahasiswa sebanyak 43.864 orang yang tersebar pada 9 fakultas dengan
pendidikan.
secara berkelanjutan, maka peran serta seluruh personil lembaga harus dapat
Dari keenam pusat diatas, Pusat Penjaminan Mutu merupakan unit yang
penjaminan mutu di Universitas Tanjungpura. Adapun tugas dan fungsi dari Pusat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), yang awalnya
(UDN) diresmikan sebagai perguruan tinggi negeri dan berganti nama menjadi
Universitas Negeri Pontianak (UNEP) pada 1963, nama Fakultas Tata Niaga turut
Universitas Dwikora pada 1963 dan Universitas Tanjungpura pada 1967 sampai
Desember 2015 secara resmi berubah nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
berkembang, bermula dengan dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (IESP) dan Jurusan Manajemen (MJ), pada 1995 berdirilah Jurusan
Akuntansi (AK) sehingga Fakultas Ekonomi dan Bisnis memiliki tiga jurusan
Istilah Program Studi baru dimulai pada 1996. Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan pada mulanya hanya memiliki satu program studi Strata-1
Program Studi, yaitu; Program Studi Sarjana (S1), Program Studi Pascasarjana
(S2), dan Program Studi Doktor (S3). Program Studi Sarjana (S1) terdiri dari
Akuntansi, dan Program Studi Ekonomi Islam. Program Studi Pasca Sarjana (S2),
Akuntansi (Program Studi-MA). Program Studi Doktor (S3), terdiri dari Program
56
Bisnis Universitas Tanjungpura dikoordinir oleh Ketua Program Studi dan dibantu
oleh Sekretaris Program Studi dengan masa jabatan selama 4 tahun yang dipilih
melalui pemilihan Dosen pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Tanjungpura.
14 Maret 2015 Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Tahun 2025 Terakreditasi dengan nilai “B”. Memasuki tahun 2020 sejak
alumni yang tersebar di wilayah Kalbar bahkan diluar wilayah Kalbar. Program
dosen, menyediakan fasilitas perpustakaan dan ruang baca dengan koleksi buku
dan referensi bisnis, jurnal (nasional-internasional) baik yang cetak maupun akses
menekankan pada aksi atau pelaksana dari kebijakan setelah ditetapkan oleh
yang diatur dalan satu bab tersendiri, yaitu Bab III UU Dikti. Pasal 53 dalam Bab
59
60
didasarkan pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti). Perguruan tinggi
memiliki ciri khas tersendiri baik dari cita-cita dari pendiri, jenis dan program
penjaminan mutu internal yang merupakan salah satu dari upaya pemerintah
dalam meningkatkan budaya mutu khususnya pada perguruan tinggi dimana studi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori dari Goerge C. Edward III
belum sesuai dengan sasaran dan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
III yang menyatakan bahwa ada empat faktor yang dapat mempengaruhi suatu
dan pembahasan dalam skripsi ini disajikan secara runtut sebagai berikut:
62
dan benar akan memberikan pengertian dan pemahaman tujuan dan isi dari suatu
kepada para pelaksana kebijakan maka mareka dapat dipastikan tidak akan
Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan apabila
itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten.
kebijakan memahami apa yang harus dilaksanakan, dimana tujuan dan sasaran
a. Transmisi
b. Kejelasan
maka petunjuk dari pelaksanaannya tidak hanya sekedar diterima oleh para
dengan pesan awal. Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan
pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang
c. Konsistensi
yaitu transmisi yang harus dilaksanaka dengan baik agar para pelaksana dapat
memahami kebijakan yang dibuat. Transmisi kebijakan SPMI ini dimulai dari unit
berikut:
hanya sebagian yang diundang dalam sosialisasi tersebut. Oleh karena itu
pemahaman tenaga kependidikan dan dosen terkait kebijakan SPMI ini masih
kurang, sebagian hanya mengetahui dari penjaminan mutu yang berkaitan dengan
akreditasi tetapi tidak memahami siklus dan pelaksanaan dari SPMI tersebut.
65
bahwa:
mengenai kebijakan SPMI masih pada ditingkat jajaran fakultas dan program
dilaksanakan kepada sebagian dosen biasa dan tenaga kependidikan hanya dalam
FEB Universitas Tanjungpura dalam hal ini diwakili oleh sekretaris PMF
dijelaskan bahwa:
fakultas seperti ketua jurusan, ketua program studi dan pejabat administrasi
saja. Jadi untuk seluruh dosen biasa dan tenaga kependidikan belum pernah
diadakan sosialisasi.
Tanjungpura dalam hal ini diwakili oleh sekretarisnya, beliau mangatakan bahwa:
kebijakan sudah berjalan dengan baik mulai dari tingkat universitas sampai
Sosialisasi hanya dilakukan dengan pertemuan antar jajaran fakultas seperti ketua
jurusan, ketua program studi dan pejabat administrasi sedangkan untuk sosialisasi
kepada seluruh dosen biasa dan tenaga kependidikan memang masih belum
diadakan.
mengatakan:
67
Dari pernyataan diatas sosialisasi kebijakan SPMI kepada dosen biasa dan
SPMI harus dilakukan kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan karena
yang ada pada setiap fakultas dan program studi dapat diidentifikasi secara khusus
dosen biasa dan tenaga kependidikan masih ada yang belum memahami mengenai
kebijakan tersebut. Hal ini dijelaskan oleh Ketua LPPPM Universitas Tanjungpura
kebijakan sebagian besar sudah memahami dengan jelas terkait apa yang ada
didalam kebijakan tesebut. Namu untuk kejelasan informasi yang diperoleh dosen
biasa dan tenaga kependidikan tidak bisa dipungkiri memang masih ada yang
belum paham dengan jelas terkait dengan kebijakan SPMI ini. Hal ini diperkuat
Manajemen FEB Universitas Tanjungpura bahwa sebagian dari dosen biasa dan
dengan para pelaksana kebijakan seperti ketua jurusan, ketua program studi dan
pejabat administrasi yang telah jelas dengan informasi yang disampaikan pada
mengatakan:
“Untuk standar yang ada di FEB itu saya tau kalau ndak salah ada 14
standar, tapi kalau tentang isinya apa saya tidak faham.
Tanjungpura, bahwa:
“Saat ini prodi MM merujuk pada standar yang disusun oleh UNTAN
dan Fakultas. Standar UNTAN ada 5 sedangkan FEB punya 14
standar yang merupakan turunan dari standar UNTAN”.
mengatakan:
Tanjungpura belum memiliki standar turunan tersendiri dan masih merujuk pada
kebijakan SPMI.
71
implementasi suatu kebijakan. Dengan tanpa adanya sumber daya yang memadai,
pelaksanaannya, hal ini dijelaskan oleh George C Edwards III bahwa indikator-
indokator yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumber daya mempengaruhi
suatu kebijakan mungkin saja tujuan yang telah ditetapkan sudah logis dan jelas,
tetapi bukan hanya faktor itu saja yang mempengaruhi implementasi suatu
kebijakan, melainkan juga faktor sumber daya memiliki pengaruh yang sangat
a. Staf (SDM)
tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian serta
b. Informasi
c. Wewenang
diberikan maka aka nada tanggungjawab dan hak untuk melaksanakannya dan
baik. Pada umumnya kewenangan harus bersifat normal agar perintah dapat
Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para implementator dimana publik
kebijakan.
d. Fasilitas
Sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi tidak hanya sebagai alat
dalam produksi, tetapi juga memiliki peranan penting dalam kegiatan produksi
dalam suatu organisasi dan juga sebagai penggerak dan penentu berlangsungnya
aktivitas organisasi serta memiliki peran besar dalam menentukan maju atau
disebabkan oleh staf yang tidak mencukupi, memadahi ataupun tidak kompeten di
tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian serta kemampuan dalam
SPMI, kompetensi dan jumlah SDM harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
74
telah mengikuti pelatihan SPMI dan AMI yang dilaksanakan oleh LPPPM
beliau menjelaskan:
“Untuk jumlah auditor dari FEB itu ada 6 auditor dan kami akan
terus merekomendasikan dosen-dosen kami untuk mengikuti pelatihan
SPMI dan AMI dan berharap auditor dari FEB akan bertambah lagi”.
kebijakan SPMI ini, jumlah auditor yang ada di Universitas Tanjungpura masih
belum maksimal untuk mengaudit sebanyak 97 program studi yang ada karena
pada saat pelaksanaan audit mutu internal di Universitas Tanjungpura terdiri dari
yang dimaksud adalah ketersediaan informasi yang mudah didapatkan baik itu
75
dibidang akademik maupun non akademik. Untuk sumber daya informasi yang
Penjaminan Mutu Fakultas FEB Universitas Tanjungpura dalam hal ini diwakili
Dari pernyataan diatas sumber daya informasi yang ada pada Program Studi
implementasi kebijakan ini harus dilaksanakan dengan baik. Berikut adalah hasil
berperan sebagai aktor utama dari kebijakan SPMI dan memiliki tanggung jawab
Fakultas FEB Universitas Tanjungpura dalam hal ini diwakili oleh sekretarisnya
menjelaskan bahwa:
77
“Mengenai sapras yang ada di FEB saya rasa sudah cukup lengkap.
Untuk di pascasarjana, FEB sudah punya 12 buah ruang kuliah, 1
buah perpustakaan, 1 buah ruang dosen, 1 sekretariat pascasarjana,
1 sekretariat S3, 1 sekretariat MM, 1 sekretariat ME, dan 1
Sekretariat Maksi”.
Tanjungpura dalam hal ini diwakili oleh sekretarisnya juga menjelaskan bahwa:
Hasil wawancara tersebut diatas fasilitas yang ada di FEB dan di Program
disaat implementor memiliki disposisi atau sikap yang baik. Sebaliknya jika sikap
efektif. Dalam faktor disposisi ini terdiri dari dua unsur yang dapat mempengaruhi
a. Pengangkatan birokrat
kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan bersama.
b. Insentif
ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau
organisasi.
Jika pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan dalam hal ini kebijakan
SPMI maka hal itu berarti adanya suatu dukungan, kemungkinan besar mereka
Sedangkan untuk tingkat fakultas seperti yang telah disampaikan oleh Ketua
Penjaminan Mutu Fakultas (PMF) FEB Universitas Tanjungpura dalam hal ini
Dari hasil wawancara diatas, bisa dilihat bahwa sikap pelaksana dalam
banyak orang atau banyak pihak yang terkait, bila struktur birokrasi tidak
kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan
sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami untuk siapapun karena akan
pelaksana pun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang dan
masing.
Program Studi, Fakultas dan Perguruan Tinggi dengan adanya niat saling
melengkapi dan saling mendukung ini disebabkan karena adanya tujuan dan
mengatakan:
Tanjungpura dalam hal ini diwakili oleh sekretarisnya, beliau mangatakan bahwa:
Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Ketua Program Studi Magister
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan hasil audit mutu internal pada tahun
2020 bahwa masih adanya dokumen mutu yang belum dilegalkan dan menjadi
temuan saat diaudit. Pada kenyataannya dokumen mutu tersebut telah disusun
Dekan saja tidak cukup untuk melegalkannya, untuk melegalkan dokumen mutu
tersebut harus juga dibawa pada rapat senat fakultas untuk dibahas dan disahkan
agar dokumen mutu tersebut layak untuk menjadi dasar pelaksanaan program-
program kedepannya.
85
BAB VI
PENUTUP
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan
kebijakan telah disampaikan secara jelas dan telah dilaksanakana dengan baik
anggota penjaminan mutu program studi dan penelolah saja, sedangkan dosen
biasa serta staf tidak dilibatkan dalam sosialisasi tersebut. Dengan tidak
terlibatnya dosen biasa dan staf dalam sosialisasi maka upaya untuk
adalah sumber daya manusia (SDM). Kegagalan yang sering terjadi dalam
Edward III dengan adanya SDM yang berkualitas maka tidak menuntut
program studi masih belum maksimal serta sumber daya informasi untuk
disposisi atau sikap yang baik. Sebaliknya jika sikap yang dimiliki pelaksana
meningkatkan mutu.
penting, salah satunya dari aspek struktural paling dasar dari suatu organisasi
87
jika telah melalui beberapa prosedur salah satunya telah dibawa ke rapat senat
fakultas untuk dokumen mutu fakultas dan senat universitas untuk dokumen
6.2. Saran
sebagai berikut:
pelaksanaan audit mutu internal nanti jumlah auditor dengan program studi
3. Dokumen mutu yang telah disusun harus segera dilegalkan agar dalam
6.3. Implikasi
penelitian ini adalah agar dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. Pada
dianalisis dalam penelitian ini, sehingga tidak ada pemaparan rinci terkait
Tanjungpura.
90
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Aan Komariah, Djamán Satori. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta.
Bandung.
Abidin, Said Zainal. 2006. Kebijakan Publik Edisi Revisi Cetakan Ketiga. Suara
Bebas. Jakarta.
Ginting, Rosalina dan Noor, Munawar. 2015. Kebijakan Publik. Univ. PGRI
Semarang Press. Semarang.
Pratama, Muchti Yuda. 2018. Penerapan SPMI di Akper Kesdam I/Bukit Barisan
Medan. Klinik SPMI. Medan
91
Sumber Undang-undang: