Anda di halaman 1dari 51

FENOMENA BELAJAR DARING DI KALANGAN MAHASISWA

UNIVERSITAS MAJALENGKA
(Studi Fenomenologi Kualitatif Mengenai Efektivitas Belajar Daring di Kalangan
Mahasiswa Universitas Majalengka)

ONLINE LEARNING PHENOMENON AMONG MAJALENGKA UNIVERSITY


STUDENTS
(Qualitative Phenomenological Study Regarding the Effectiveness of Online Learning
Among Majalengka University Students)

Oleh:
Raka Rusena Gibran
152050376

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2022
LEMBAR PENGGESAHAN

FENOMENA BELAJAR DARING DI KALANGAN


MAHASISWA UNIVERSITAS MAJALENGKA
Studi Fenomenologi Kualitatif Mengenai Efektivitas Belajar Daring di
Kalangan Mahasiswa Universitas Majalengka

Oleh:
Raka Rusena Gibran
152050376

USULAN PENELITIAN
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

Bandung, April 2022

Menyetujui,

Pembimbing

(Dr. Hj. Elly Komala, M.Si)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Dekan Fisip UNPAS

(H. Rasman Sonjaya S.Sos., M.Si.) (M. Budiana S.Ip., M.Si)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat khususnya bagi masyarakat

Indonesia, hingga saat ini Indonesia masih dilanda pandemic Covid19.

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan

akut coronavirus 2 (serever acute resipiratory syndrome coronavirus 2 atau

SARSCoV -2). Virus ini sendiri merupakakan keluarga Coronavirus yang dapat

menyerang hewan, dan ketika virus menyerang manusia biasanya visrus ini

menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti flu, MERS (Middle

East Respiratory Syndrome), dan SARS (Serever Acute Resipiratory

Syndrome). COVID-19 sendiri adalah coronavirus jenis baru yang ditemukan

di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019.

Kasus Covid-19 sendiri diIndonesia terdeteksi pada tanggal 2 Maret

2020, ketika dua orang warga Indonesia berinteraksi dengan warga negara

jepang, lalu dua warga Indonesia yang berasal dari depok inipun dinyatakan

positif. Hingga saat ini, 30 september 2020, Indonesia telah melaporkan

287.008 kasus positif, sehingga menempati peringkat kedua terbanyak di Asia

Tenggara setelah Filipina dan sebelum Singapura (Kompas.com,2020).

Covid-19 banyak membawa dampak baik maupun buruk bagi semua

mahkluk hidup dan alam semesta. Segala upaya sudah dilakukan pemerintah

guna memperkecil kasus penularan Covid-19. salah satu nya adalah kebijakan
belajar daring atau dalam jaringan, untuk seluruh siswa/i hingga mahasiswa/i

karena adanya pembatasan sosial. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang

Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran

Coronavirus Disease (Covid-19) poin ke 2 yaitu proses belajar dari rumah

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan

untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa

terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan

kelas maupun kelulusan.

b. Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup

antara lain mengenai pandemic Covid-19;

c. Aktivitas dan tugas pembeljaran belajar dari rumah dapat bervariasi

antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masng, termasuk

mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar dirumah.

d. Bukti atau prosuk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang

bersifat kualitatif fan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi

skor/nilai kuantitatif.

Pendidikan saat ini dipermudah dengan adanya era revolusi industri 4.0

yang dikenal dengan abad keterbukaan dan globalisasi. Pada masa ini ditandai

dengan pesatnya kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam

berbagai bidang untuk mempermudah kehidupan manusia, termasuk dalam

bidang pendidikan. Salah satu pengaruh besar teknologi dibidang pendidikan


adalah munculnya trobosan baru yang sudah mulai memanfaatkan komputer

dan internet dalam proses belajar mengajar yang sering disebut sebagai e-

learning atau pembelajaran elektronik. E-learning adalah suatu metode belajar

mengajar yang dalam pelaksanaannya menggunakan media perangkat

elektronika berupa audio, video, perangkat komputer ataupun kombinasi

ketiganya. Dari istilah E-learning kemudian berkembang lagi menjadi

pembelajaran daring (online learning).

Daring atau dalam jaringan memiliki makna terhubung dalam jaringan

komputer ataupun internet. pembelajaran daring adalah pembelajaran yang

memanfaatkan teknologi video, multimedia, teks animasi, kelas virtual, pesan

suara, telepon konferensi, email, dan video steraming online. Pembelajaran

daring diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar yang dalam

pelaksanaannya menggunakan jaringan internet, intranet dan ekstranet atau

komputer yang terhubung langsung dan cakupannya luas.

Penggunaan teknologi mobile mempunyai sumbangan besar dalam

bidang pendidikan, termasuk pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh.

Berbagai media juga dapat dimanfaatkan dalam hal mendukung pelaksanaan

belajar mengajar secara daring atau online. Misalnya kelas virtual

menggunakan layanan Edmodo, Google Classroom, dan Schoology. dan

applikasi pesan seperti WhatsApp, Telegram, ataupun Line. Pembelajaran

secara daring bahkan bisa dilakukan melalui media social seperti Instagram

dan facebook. Pembelajaran daring menghubungkan peserta didik dengan

sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik


terpisah atau bahkan berjauhan namun masih bisa saling berkomunikasi,

berinteraksi atau berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan secara tidak

langsung/asynchronous). Belajar daring adalah bentuk kegiatan belajar

mengajar jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan

informasi.

Belajar daring sendiri bukan hal yang baru di kalangan pelajar ataupun

mahasiswa, karena semakin majunya teknologi semakin mempermudah guru

maupun dosen dalam hal belajar mengajar, sehingga belajar daring sudah

merupakan trend atau alternative untuk mengajar ketika guru ataupun dosen

berhalangan hadir tatap muka di kelas. Akan tetapi dalam keadaan pandemi ini,

belajar daring sudah menjadi suatu fenomena belajar jarak jauh, di karenakan

adanya larangan kontak fisik secara langsung, berbagai macam reaksi yang di

timbulkan karena belum terbiasa belajar dari jarak jauh inilah yang cukup

menarik bagi peneliti.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin lebih memfokuskan meneliti tentang

fenomena belajar daring di kalangan mahasiswa Universitas Majalengka.

Alasan peneliti memilih mahasiswa Universitas Majalengka sebagai objek

peneliatian selain karena dekat dengan rumah peneliti, Universitas Majalengka

adalah salah satu universitas unggulan di wilayah 3 Ciayumajakuning

(Cirebon,Indramayu,Majalengka,Kuningan) terlebih di kabupaten majalengka

sendiri. karena kredibilitasnya, menurut peneliti Universitas Majalengka layak

menjadii bahan penelitian fenomena belajar daring ini.


1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan rangkuman latar belakang penelitian yang telah jelaskan

diatas, maka focus yang diambil dalam penelitian ini akan ditentukan, agar dapat

membatasi secara jelas tujuan utama penelitian ini. Oleh karena itu fokus utama

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Fenomena Belajar Daring Di Kalangan Mahasiswa Universitas

Majalengka”

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah disampaikan, maka dapat

diambil beberapa uraian pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa motif mahasiswa Universitas majalengka melakukan kuliah daring?

b. Bagaimana perilaku mahasiswa Universitas Majalengka ketika kuliah

daring?

c. Bagaimana makna kuliah daring bagi mahasiswa Universitas

Majalengka?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan fokus penelitian dari “Fenomena Belajar

Daring Di Kalangan Mahasiswa Universitas Majalengka” adalah

a Untuk mengetahui motif mahasiswa Universitas majalengka melakukan

kuliah daring.
b. Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Universitas M ajalengka ketika

kuliah daring.

c. Untuk mengetahui makna kuliah daring bagi mahasiswa Universitas

Majalengka.

1.5. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan suatu ilmu berkaitan dengan judul penelitian. Kegunaan ini terbagi

menjadi dua bagian yaitu Kegunaan Teoritis dan Kegunaan Praktis yang secara

umum diharapkan mampu mendatangkan manfaat bagi pengembangan ilmu

komunikasi.

1.5.1. Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat bagi ilmu

pengetahuan terutama dibidang komunikasi.

b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan teori tentang komunikasi yang

berkaitan dengan fenomena belajar daring di kalangan mahasiswa.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan teori untuk

penelitian selanjutnya.

1.5.2. Kegunaan Praktis

a. Dengan penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan

pemikiran dan wawasan mengenai belajar daring khususnya di kalangan

mahasiswa universitas majalengka.


b. Penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran kepada masyarakat

mengenai cara dan media apa saja yang bisa di pakai untuk belajar

daring atau online.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Review Penelitian Sejenis

Peneliti mengambil beberapa sumber referensi, mulai dari buku, jurnal

hingga ebook. Peneliti juga menggunakan penelitian-penelitian terdahulu

sebagai acuan dan juga perbandingan dari penelitian yang dibuat. Penelitian

yang digunakan sebagai perbandingan antara lain:

Nama dan Teori Metode Persamaan Perbedaan


Judul Penelitian
Penelitian Penelitian

Yesi Lovita Ayu Fenomenologi Kualitatif 1. Sama sama Subjek


F / Penggunaan menggunakan penelitiannya
Smartphone metode tentang
Dalam penelitian fenomena
Pembelajaran kualitatif belajar daring
(Studi di kalangan
Fenomenologi 2. Meneliti mahasiswa
Mengenai Pembelajaran Fakultas Ilmu
Penggunaan daring Sosial dan
Smartphone (Dalam Politik
dalam Jaringan) Universitas
Pembelajaran di Sumatera
Kalangan Utara
Mahasiswa
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu
Politik
Universitas
Sumatera Utara)
Jurnal Oki Fenomenologi Kualitatif 1. Sama sama Subjek
Sandra menggunakan penelitiannya
Agnesa / metode tentang
Efektivitas penelitian efektivitas
Pembelajran kualitatif pembelajaran
Blended blended
Learning di 2. Meneliti learning di
Masa Pandemi Pembelajaran MI Quba
COVID-19 daring Sorong
Pada MI Quba (Dalam
Kota Sorong Jaringan)

2.1.2. Kerangka Konseptual

2.2.2.1. Komunkasi

2.1.2.1.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu aktifitas penting bagi manusia. Tidak hanya

dalam kehidupan organisasi, tapi juga dalam kehidupan manusia secara umum

dan menyeluruh. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan.

Kita semua berinteraksi dengan sesama manusia dengan cara melakukan

aktifitas komunikasi. Komunikasi sendiri bisa dilakukan dengan cara sederhana

maupun secara kompleks, dan teknologi yang tegolong canggih saat ini telah

merubah cara manusia melakukan komunikasi secara drastis. Komunikasi tidak

hanya terbatas dengan kata-kata yang terucap semata, melainkan bentuk dari

apa saja, misalnya, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap

badan, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama

merupakan kunci penting dalam berkomunikasi.


Hovland berpendapat yang dikutip oleh Effendy dalam buku Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan bahwa “Komunikasi adalah upaya

yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyamoaian

informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Onong,2005:10)”

Definisi Hovland tersebut menunjukan bahwa apa yang di jadikan

objek studi ilmu komunikasi tidak hanya penyampaian informasi saja, akan

tetapi pembentukan pendapat umum pun bisa menjadi acuan dalam

pembentukan studi ilmu komunikasi. Peran komunikasi bagi kehidupan

manusia sangatlah peting dalam mendukung berbagai kegiatan manusia sehari-

hari, selain dari itu komunikasi juga memiliki fungsi yang bersifat persuasif,

edukatif, dan informatif. Komunikasi berperan penting dalam kegiatan manusia

karena jika tidak ada proses komunikasi maka proses interaksi dan pertukaran

informasi pun tidak akan terjadi.

Pengertian komunikasi menurut definisi james A. F. Stoner adalah proses

dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara memindahkan

pesan. Sedangkan menurut definisi Achmad S. Ruky, komunikasi merupakan

proses pemindahan dan pertukaran pesan, dimana pesan ini dapat berbentuk fakta,

gagasan, perasaan, data atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Proses ini

dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi dan/ atau mengubah informasi yang

dimiliki serta tingkah laku orang yang menerima pesan tersebut . Menurut definisi

Wiliam F. Glueek yang menjelaskan bahwa komunikasi dapat di bagi menjadi

dengan dua bentuk. Yaitu sebagai berikut:


a. Interpersonal Communications

Interpersonal communication (komunikasi antarpribadi) yaitu proses

saling bertukar informasi serta pemindahan pengertian antara dua

individu atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia

b. Organization Communications

Organization communications adalah proses dimana pembicara secara

sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada

orang yang banyak dalam suatu organisasi dan kepada pribadi-pribadi

dan lembaga-lembaga diluar yang ada hubungan.

2.1.2.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, komunikasi antar manusia

dan manusia bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada

orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi jika di

dukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek, unsur ini bisa

juga disebut komponen ataupun elemen komunikasi.

a. Sumber, semua aktifitas komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat maupun pengirim informasi. Dalam suatu komunikasi antar

manusia, sumber itu sendiri bisa terdiri dari satu orang, akan tetapi bisa

juga terdiri lebih dari dua orang dalam bentuk kelompok misalnya

partai, organisasi ataupun lembaga. Sumber juga sering disebut


pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source,

sender, atau encoder.

b. Pesan, yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu

yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan sendiri bisa

disampaikan melalui tatap muka ataupun melalui media komunikasi.

c. Isinya bisa berupa informasi, hiburan, ilmu pengetahuan, nasihat atau

bahkan propaganda. Dalam bahasa inggrisnya pesan biasanya

diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi

d. Media adalah alat atau sarana yang bisa digunakan untuk

menyampaikan sebuah pesan dari komunikator kepada khalayak ramai.

Ada beberapa pakar psikologi mngatakan bahwa dalam proses

komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam

berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan telinga.

(Cangara,2008:22-24).

Pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran

manusia untuk ngengontrol dan juga menentukan sikap terhadap sesuatu sebelum

diungkapkan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini,

ialah media yang di golongkan atas empat macam, yakni;

Media antrpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang

paling tepat digunakan adalah surat dan telepon.


Media kelompok, dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan banyak

orang atau khalayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang

umumnya sering digunakan adalah media kelompok contohnya, rapat, seminar,

dan komperensi. rapat biasanya di pakai untuk membicarakan suatu hal

penting, atau bahkan masalah dalam suatu organisasi. Seminar adalah media

komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang atau lebih. Konferensi

adalah media komunikasi sering di lakukan anggota dan pengurus dari

organisasi tertentu. Adapun orang dari luar organisasi, akan tetapi tapi

biasanya orang dari luar organisasi status hanya peninjau. Media publik, atau

khalayak.

2.1.2.1.3. Tujuan Komunikasi

Effendi, dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi

menyebutkan tujuan-tujuan komunikasi sebagai berikut:

a. Mengubah sikap (to change a attitude) setiap pesan yang di sampaikan

baik itu merupakan berita ataupun informasi yang disampaikan secara

luas maupun antar personal dapat merubah sikap sasaran atau

penerimanya secara bertahap.

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

perubahan pandangan. Memberikan berbagai informasi pada khalayak

dengan tujuan agar khalayak tersebut mau merubah sudut pandang dan

persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan.


c. Mengubah perilaku (to change the behavior) pada tahap mengubah

perilaku komunikasi berperan secara sistematis sehingga masuk

kedalam perilaku seseorang sampai seseorang tersebut merubah

perilakunya.

d. Mengubah masyarakat (to change the society) perubahan sosial dan

partisipasi sosial. Memberikan berbagai informasi pada khalayak ramai

yang tujuan akhirnya khalayak tersebut mau mendukung dan ikut serta

terhadap tujuan informasi yang disampaikan. (2003, h.55)

Komunikasi memiliki pengaruh yang besar bagi si penerima pesan atau

informasi. Pesan yang disampaikan dari pengirim pesan (Komunikator) kepada

penerima pesan (Komunikan) tersebut dapat mengubah sikap, opini atau

pendapat, perilaku atau bahkan mengubah khalayak dengan informasi yang

telah diberikan oleh penyampai pesan atau komunikator.

2.1.2.1.4. Media Komunikasi

Media komunikasi merupakan sesuatu yang erat kaitannya dengan

komunikasi. Dalam proses komunikasi, media dalam komunikasi adalah

perantara. Misalnya, pada tahun 1990-an, karena keterbatasan teknis dan

lainnya, orang mengirim surat untuk komunikasi jarak jauh. Surat inilah yang

disebut dengan “media”, sesuatu yang bertindak sebagai perantara pengiriman

pesan selama komunikasi. Mengenai media, media berkembang dengan sangat


pesat sekarang, bahkan komunikasi melalui surat yang dulunya dianggap

sangat berguna dan menguntungkan kini dianggap ketinggalan zaman.

Media komunikasi merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan informasi dari komunikator kepada khalayak. Media utama

dalam komunikasi adalah perasaan manusia, seperti telinga dan mata. Media

juga merupakan jendela yang memungkinkan kita untuk lebih memahami

lingkungan, penerjemah yang membantu memahami pengalaman, menjadi

dasar penyampaian informasi, termasuk pendapat dari khalayak. Sebagai tanda

instruksi atau bimbingan, sebagai filter pengalaman atau berbagi dan fokus

pada orang lain, cermin yang mencerminkan diri kita dan mengaburkan

kebenaran. Media komunikasi juga diartikan sebagai sarana untuk

menghasilkan, mereproduksi, memproses dan mendistribusikan informasi.

Media komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat,

khususnya di era modern. (Media Komunikasi, 2019)

Cangara menjelaskan dalam bukunya “Ilmu Komunikasi” (2006) bahwa

media merupakan alat atau sarana untuk menyampaikan informasi dari

komunikator kepada khalayak. Dalam hal ini, media terpenting dalam

komunikasi adalah perasaan manusia, seperti mata dan telinga. Informasi yang

diterima oleh organ indera kemudian diproses oleh otak untuk ditentukan reaksi

/ sikapnya dan kemudian diekspresikan dalam tindakan.

National Education Association (NEA, 1969) menjelaskan bahwa media

adalah sarana komunikasi percetakan dan audiovisual, yang juga mencakup

teknologi perangkat lunak dan perangkat keras. Pada saat yang sama, Wilbur
Schramm (Wilbur Schramm) mengatakan: “Media adalah teknologi yang

digunakan untuk menyampaikan pesan.” Menurut NEA dan Schram,

interpretasi media adalah sama, yaitu diasumsikan bahwa media adalah alat

komunikasi yang lebih memperhatikan teknologi. Hal ini terkait erat dengan 12

era saat ini dengan perkembangan teknologi modern yang pesat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media

komunikasi merupakan perantara yang menyampaikan informasi dari

komunikator kepada komunikator, dan tujuannya adalah untuk menyebarkan

informasi atau berita secara efektif. Penggunaan media komunikasi sangat

penting karena media harus menyesuaikan dengan konteks pesan yang akan

disampaikan agar dapat mencapai inti dari komunikasi itu sendiri, yaitu

kesamaan persepsi. Saat ini, dengan berkembangnya era modern sebelum

terciptanya media baru, keberadaan media komunikasi menjadi semakin

beragam dan kompleks.

2.1.2.2. Fenomenologi

2.1.2.2.1 Sejarah Fenomenologi

Fenomenologi mulanya tidak dikenal sampai menjelang abab ke-20.

Barulah pada abad ke-18 istilah fenomenoligi digunakan sebagai nama teori

tentang gejala yang mencakup penampilan, yang menjadi dasar pengetahuan

empiris (penampakan yang diterima secara inderawi). Istilah fenomenologi itu

sendiri diperkenalkan oleh johann Heinrich Lambert, pengikut Christian Wolff.

Sesudah itu, filosof Imanuel Kant memulai sesekali menggunakan Istilah


fenomenologi dalam tulisannya, seperti halnya johann G. W. F. Hegel dan

Gottlieb Fitchte. Pada tahun 1899, Franz Brentano menggunakan fenomenologi

untuk psikologi deskriptif. Dari sinilah awalnya Edmund Husserl mengambil

istilah fenomenologi untuk pemikirannya mengenai “kesengajaan”.

Abad ke-18 tidak hanya penting untuk fenomenologi, tetapi juga untuk

seluruh dunia filosofis. Karena abad ini juga merupakan awal dari diskusi

filosofis modern. Di satu sisi, terdapat aliran empirisme yang percaya bahwa

pengetahuan dihasilkan dari perasaan. Dengan cara ini, kita dapat mengalami

dunia dan melihat apa yang terjadi. Bagi empiris, sumber pengetahuan yang

cukup adalah pengalaman. Otak manusia hanya bertanggung jawab untuk

mengatur dan memproses materi yang diterima oleh panca indera.

Di sisi lain, ada aliran rasionalisme, aliran inilah yang meyakini bahwa

pengetahuan berasal dari kekuatan akal manusia (rasio). Hanya pengetahuan

yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat untuk diakui sebagai

pengetahuan ilmiah. Menurut aliran ini, pengalaman hanya dapat digunakan

untuk mengkonfirmasi keaslian pengetahuan yang diperoleh melalui akal.

Kecerdasan tidak membutuhkan pengalaman untuk memperoleh pengetahuan

nyata.

Kemudian filosof Immanuel Kant muncul dengan menjembatani

keduanya. Menurut Immanuel Kant dalam Fenomenologi Engkus

menyebutkan bahwa fenomena adalah:


Fenomena adalah sebagai sesuatu yang tampak atau muncul

dengan sendirinya (hasil sintesis antara pengindraan dan bentuk

konsep dari objek, sebagaimana tampak pada dirinya). (2009:4)

Oleh karena itu, kita juga dapat menyimpulkan bahwa Kant (Immanuel Kant)

mengartikan pengetahuan sebagai apa yang kita lihat. Sejak gagasan Immanuel

Kant tersebar luas, fenomena ini menjadi titik awal diskusi tentang filsafat,

terutama tentang bagaimana mengkonstruksi pengetahuan (abad 18 dan 19).

Oleh karena itu dari segi terminologi, Fenomenologi sudah ada sejak

Immanuel Kant mencoba memilah unsur-unsur mana yang diturunkan dari

praktik (phenomena) dan unsur-unsur mana yang terkandung dalam akal

(noumena atau the thing in its self), maka fenomenologi telah ada.

Fenomenologi kemudian menjadi pusat tradisi filosofis Eropa sepanjang abad

ke-20.

kemudian setelah itu muncul kembali pendapat dari Franz Brentano

yang membuat dasar fenomenologi menjadi lebih tegas. Dalam tulisannya yang

berjudul Psychology from an Emprical Standpoint (1874). Bretano

mendefinisikan fenomena sebagai sesuatu yang terjadi dalam pikiran.

Sedangkan fenomena mental adalah tindakan yang dilakukan secara

sadar. Kemudian ia membedakan antara fenomena mental dengan fenomena

fisik (objek atau persepsi eksternal yang dimulai dari warna dan bentuk). Jadi

bagi Bretano, fenomena fisik ada karena “kesengajaan”, dalam tindakan sadar

(intentional in existence).
Lebih lanjut lagi menurut Bretano yang di kutif Engkus dalam

bukunya fenomenologi¸ pengertian fenomenologi adalah:

Fenomena adalah sesuatu yang masuk ke dalam “kesadaran” kita,

baik dalam bentuk persepsi, khalayan, keinginan, atau pikiran. (2009:5)

Jika dibandingkan dengan gagasan yang diungkapkan sebelumnya oleh

Immanuel Kant, Bretano mengungkapkan pemahaman fenomenologi yang

lebih luas. Pemahaman fenomenologi ini juga mengarah pada fenomenologi

yang lebih esensial.

Selain itu, Bretano membedakan antara psikologi deskriptif dan

psikologi genetika. Psikologi genetik mencari jenis penyebab fenomena

mental, sedangkan fenomenologi deskriptif mendefinisikan dan

mengklasifikasikan berbagai jenis fenomena mental, termasuk persepsi,

wawasan, dan emosi. Setiap fenomena mental (perilaku sadar) selalu dikaitkan

dengan objek tertentu. Brittano kemudian menyebut hubungan antara

kesadaran objek dan fenomenologi pada tahun 1889.

Pada periode berikutnya, selain prinsip-prinsip psikologi yang dianut

oleh Bretano dan William James principles of psycology (1891), Bernard

Bolzano dan Edmund Husserl (modern Logika) juga mengembangkan teori

semantik atau logika, termasuk Gottlob Frege.

Husserl menggabungkan psikologi deskriptif dengan logika melalui

bukunya "Logical investigation". Pemikiran seperti ini menunjukkan bahwa


Husserl terinspirasi oleh gagasan Bolzano tentang logika ideal dan psikologi

deskriptif.

Menurut husserl yang dikutif Engkus dalam bukunya Fenomenologi

menjelaskan bahwa:

Fenomena harus dipertimbangkan sebagai muatan objektif

yang disengaja (intentional objects), dan tindakan sadar subjektif.

Jadi fenomenologi mempelajari kompleksitas kesadaran dan

fenomena yang terhubung dengannya. (2009:6)

Husserl menyebut proses kesadaran noesis yang disengaja, dan istilah

noema mengacu pada konten kesadaran itu. Noema tindakan sadar Husserl

menyebutnya makna ideal dan objek sebagaimana yang tampak. Fenomena

(objek yang muncul) disebut noema. Interpretasi Husserl ini mendukung teori

musyawarah Husserl kemudian (apakah noema adalah aspek objek atau media

tujuan).

Singkatnya, fenomenologi Husserl adalah kombinasi antara psikologi

dan logika. Fenomenologi membangun interpretasi dan analisis psikologis dan

perilaku sadar. Jadi fenomenologi adalah bentuk lain dari logika.

Dari beberapa perkembangan dan berbagai sudut pandang

fenomenologi, hal ini membuat fenomenologi berkembang dari hari ke hari,

kemudian dikaitkan dengan berbagai ilmu, salah satunya adalah hubungan

antara fenomenologi dengan bidang filsafat. Secara umum pembahasan

filosofis selalu melibatkan empat bidang inti yaitu ontologi, epistemologi,


etika, dan logika. Keempat bidang ini adalah dasar dari semua ilmu

pengetahuan.

a. Fenomenologi dan Ontologi

Dari segi ontologi, fenomenologi mempelajari esensi kesadaran dalam

ontologi, dan fenomenologi akan dibawa ke dalam masalah dasar pikiran dan

tubuh (traditional mind-body problem). Sebagai perkembangan dari pembahasan

ontologis, fenomenologi Husserl kemudian mencoba mengajukan teori hipotetis

tentang "keseluruhan dan bagian-bagiannya" (universals and particulars),

hubungan antara keseluruhan dan bagiannya, dan teori makna ideal.

b. Fenomenologi dan Epistimologi

Tugas epistemologi adalah membantu kita dalam menemukan

pengetahuan, dan fenomenologi sangat membantu dalam mendefinisikan

fenomena. Fenomenologi percaya bahwa ada pengetahuan dalam fenomena ini.

Di sisi lain, fenomenologi mengklaim sebagai sarana untuk memperoleh

pengetahuan tentang sifat kesadaran dan pengetahuan orang pertama khusus

melalui intuisi. Menurut sudut pandang Husserl sebagai epistemologi,

fenomenologi menggunakan intuisi sebagai sarana untuk mewujudkan kebenaran

dan pengetahuan.

Oleh karena itu, pembahasan fenomenologi terkait dengan bidang inti

filsafat. Jelas, masyarakat saat ini masih menambahkan bidang fenomenologi

ke dalam ilmu-ilmu sosial. Namun, status fenomenologi sebagai aliran filsafat

tidak diragukan lagi. Selain itu, secara historis, fenomenologi merupakan


bagian dari filsafat dan logika. Kemampuan fenomenologi untuk memenuhi

standar ilmiah di bidang inti filsafat secara tidak langsung menegaskan status

fenomenologi sebagai disiplin ilmu yang independen.

c. Fenomenologi dan Logika

Sebagaimana dijelaskan dalam sejarah lahirnya fenomenologi, teori

makna logislah yang membawa Husserl ke dalam "teori musyawarah" yang

menjadi inti fenomenologi. Dalam penjelasan fenomenologi, makna disengaja

dan semantik dari makna dan proposisi ideal menekankan teori logika sebagai

pusatnya. Pada saat yang sama, logika terstruktur dapat ditemukan dalam

Bahasa, baik dalam bahasa sehari-hari ataupun bentuk simbolik (seperti logika

predikat, matematika, dan bahasa komputer).

d. Fenomenologi dan Etika

Fenomenologi dapat memainkan peran penting di bidang etika dengan

memberikan analisis kemauan, penelitian, kebahagiaan, dan perhatian. Kepada

orang lain (dalam bentuk simpati dan empati). Ketika mempelajari sejarah

fenomenologi, kita akan menemukan bahwa etika adalah tujuan akhir dari

fenomenologi.

1.1.2.2.2. Fenomenologi Alfred Schutz

Schutz telah memberikan warna tersendiri pada tradisi fenomenologi

dengan latar belakang yang berbeda-beda, sebagai kajian ilmu komunikasi.

Sebagai ekonom yang menyukai musik dan tertarik pada filsafat, psikologi,

sosiologi dan ilmu sosial lainnya (khususnya komunikasi), Schutz telah


menjadikan penelitiannya tentang fenomenologi lebih komprehensif dan

mendalam.

Saat menggunakan penelitian fenomenologi untuk aplikasi metode

penelitian kualitatif, Schutz sering digunakan sebagai pusat. Pertama-tama,

melalui Schutz, gagasan abstrak Husserl dapat dipahami dengan lebih jelas dan

mudah. Kedua, Schutz adalah orang pertama yang menerapkan fenomenologi

pada penelitian ilmu sosial.

Saat mempelajari dan menerapkan fenomenologi sosial ini, Schutz juga

mengembangkan model tindakan dengan tiga proposisi umum yaitu:

a. The postulate of logical consistency (Dalil Konsistensi Logis)

Artinya, konsistensi logis menuntut peneliti memahami validitas target

Riset agar Anda bisa menganalisis bagaimana kaitannya dengan realitas

kehidupan sehari-hari.. Apakah bisa dipertanggungjawabkan atau tidak.

b. The postulate of logical subjective interpretation (Dalil Interpretasi

Subyektif)

Peneliti dituntut untuk memahami berbagai tingkah laku manusia atau

pemikiran manusia dalam bentuk tingkah laku nyata. Artinya peneliti

harus memposisikan diri secara subyektif dalam penelitian agar benar-

benar memahami orang-orang di bidang fenomenologi social.

c. The postulate of adequacy (Dalil Kecukupan)

Klaim ini menuntut peneliti membentuk ide-ide ilmiah (hasil penelitian)

agar peneliti dapat memahami perilaku sosial individu. Dengan


berpegang pada dalil ini akan menyadarkan masyarakat bahwa

konstruksi sosial yang terbentuk sejalan dengan konstruksi yang ada

dalam realitas sosial.

Ketika Schutz membangun fenomenologi sosialnya, ia menggabungkan

fenomenologi transendental Husserl dengan konsep Weber, yang terakhir

adalah produk pemikiran Weber. Jika Husserl hanya memandang filsafat

fenomenologis (transendental) sebagai metode analisis untuk mempelajari

“hal-hal yang muncul”, maka kita dapat mempelajari fenomena yang terjadi di

sekitar kita. Tetapi Schutz dengan jelas melihat makna sosiologisnya dalam

analisis sains, pemikiran, dan kesadaran. Schutz tidak hanya menjelaskan

tentang dunia sosial, tetapi juga menjelaskan berbagai hal mendasar dari

konsep ilmiah dan berbagai model teoritis dari realitas yang ada.

Dalam pandangan Schutz, memang ada berbagai realitas, termasuk

mimpi dan kegilaan di dunia. Tetapi realitas terakhir adalah dunia kehidupan

sehari-hari, yang memiliki intersubjektivitas, yang disebutnya the life world.

Menurut Schutz, ada enam ciri yang sangat mendasar dari the life

world, yaitu pertama-tama wide-awakeness (unsur sadar artinya sadar penuh).

Kedua, reality (orang percaya pada keberadaan dunia). Ketiga, dalam

kehidupan sehari-hari, manusia berinteraksi. Keempat, pengalaman seseorang

adalah gabungan dari pengalamannya sendiri. Kelima, ciri dunia intersubjektif

adalah komunikasi dan tindakan sosial. Keenam, ada pengertian waktu dalam

masyarakat.
Menurut Schutz ada enam karakteristik yang sangat mendasar dari the life

world ini, yaitu pertama, wide-awakeness (ada unsur dari kesadaran yang berarti

sadar sepenuhnya). Kedua, reality (orang yakin akan eksistensi dunia). Ketiga,

dalam dunia keseharian orang-orang berinteraksi. Keempat, pengalaman dari

seseorang merupakan totalitas dari pengalaman dia sendiri. Kelima, dunia

intersubyektif dicirikan terjadinya komunikasi dan tindakan sosial. Keenam,

adanya perspektif waktu dalam masyarakat.

Dalam the life world terdapat dialektika yang dapat memperjelas konsep

"budaya dunia" dan "budaya". Selain itu, dalam konsep ini Schutz juga

menekankan adanya stock of knowlodge yang menitikberatkan pada pengetahuan

yang kita miliki atau yang dimiliki seseorang. Stock of knowledge mencakup

pengetahuan teknis dan pengetahuan yang berguna. Stock of knowledge

sebenarnya mengacu pada content (isi), meaning (makna), intensity (intensitas)

dan duration (waktu). Schutz juga sangat memperhatikan kehidupan sehari-hari,

fokusnya pada hubungan antara kehidupan sehari-hari dengan sains, khususnya

ilmu sosial.

Schutz mengakui bahwa fenomenologi sosial mempelajari

intersubjektivitas, dan pada dasarnya studi intersubjektivitas mencoba

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana kita mengetahui motif, keinginan dan arti dari tindakan

orang lain?

2. Bagaimana kita mengetahui arti keberadaan orang lain?

3. Bagaimana hubungan timbal balik itu dapat terjadi?


4. Bagaimana cara kita agar mengerti dan memahami segala sesuatu

secara mendalam?

Realitas intersubyektif yang bersifat sosial memiliki tiga pengertian, yaitu:

1. Ada hubungan timbal balik, premisnya adalah bahwa setiap orang

tahu orang dan benda lain.

2. Ilmu intersubjektif sebenarnya adalah bagian dari ilmu sosial.

3. Ilmu intersubjektif memiliki karakteristik distribusi sosial.

Ada beberapa jenis intersubjektivitas yang penting, termasuk:

1. Tipifikasi pengalaman (segala bentuk yang dapat diidentifikasi dan

dikenali, bahkan berbagai objek yang ada di luar dunia nyata,

keberadaannya berdasarkan akal sehat atau ilmu pengetahuan).

2. Tipifikasi hal-hal (kita menganggapnya sebagai "hal-hal yang

mewakili sesuatu").

3. Tipifikasi dalam kehidupan sosial (sosiolog mengacu pada sistem,

status peran, ekspektasi peran, dan pelembagaan sosiolog yang

telah mengalami atau melekat pada individu dalam kehidupan

sosial).

Schutz telah mengidentifikasi empat realitas sosial yang masing-masing

merupakan abstraksi dari dunia sosial dan dapat dipahami melalui tingkat

imediasi dan eterminabilitas. Keempat elemen tersebut berada diantaranya

umwelt, mitwelt, folgewelt dan vorwelt.


1. Umwelt, Mengacu pada pengalaman yang bisa langsung dirasakan

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mitwelt, Mengacu pada pengalaman yang tidak ada dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Folgewelt, Ini adalah dunia tempat tinggal penerus atau generasi

masa depan.

4. Vorwelt, Dunia tempat tinggal nenek moyang kita atau para

pendahulu kita.

Schutz juga mengatakan bahwa ketika mempelajari fenomena sosial,

peneliti harus mengacu pada empat tipe ideal yang berkaitan dengan interaksi

sosial. Karena interaksi sosial sebenarnya merupakan hasil pemikiran pribadi

yang berhubungan dengan orang lain atau lingkungan. Untuk mempelajari

interaksi sosial antara orang-orang dalam fenomenologi, digunakan empat tipe

ideal berikut:

1. The eyewitness (saksi mata), Artinya, seseorang melaporkan

kepada peneliti apa yang telah mereka amati di dunia dalam

jangkauan orang itu.

2. The insider (orang dalam), Seseorang, karena dia memiliki

hubungan yang lebih langsung dengan peneliti itu sendiri daripada

dengan peneliti itu sendiri, dapat melaporkan kejadian atau

pendapat orang lain dengan lebih baik di bawah otoritas berbagai

sistem yang sama-sama relevan dengan anggota peneliti lainnya.


Peneliti menerima bahwa informasi orang dalam adalah "benar"

atau valid, setidaknya sebagian karena pengetahuannya diketahui

dalam konteks yang lebih dalam daripada saya.

3. The analyst (analis), Seseorang berbagi informasi yang relevan

dengan peneliti, yang telah mengumpulkan dan mengatur

informasi sesuai dengan sistem yang relevan.

4. The commentator (komentator), Schutz juga menyampaikan empat

unsur utama fenomenologi sosial, yaitu:

a. Pertama, perhatian terhadap aktor.

b. Kedua, Perhatikan realitas penting atau utama, dan sikap alami

atau alami (natural attitude).

c. Ketiga, Fokus pada masalah mikro.

d. Keempat, Perhatikan pertumbuhan, perubahan, dan arah

tindakan. Cobalah untuk memahami bagaimana tatanan sosial

dibentuk dan dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2.2.3. Belajar

Menurut pemahaman psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan perilaku yang disebabkan oleh interaksi dengan

lingkungan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perubahan ini terlihat jelas

di semua aspek perilaku.

Duton mengartikan pembelajaran sebagai hasil pemenuhan kebutuhan

akibat interaksi lingkungan dan membuatnya lebih mampu melindungi


lingkungan secara penuh, yaitu perubahan individu. “Learning is a change the

individual due to interaction of that individual and his environments which fills

a need and makes him capable of dealing adequality with his environment”

Menurut Hilgrad dan Bower, belajar (to learn) memiliki arti : “to gain

knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study, to fix in

the mind or memory; memorize; to acquire trough experience, to become in

forme of to find out” Menurut definisi ini, belajar mengacu pada memperoleh

pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, ingatan,

penguasaan pengalaman, dan perolehan informasi atau penemuan. Oleh karena

itu pembelajaran memiliki makna dasar dari aktivitas atau aktivitas dan

penguasaan terhadap sesuatu

Dari sudut pandang di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

proses yang bercirikan perubahan manusia. Perubahan karena berbagai bentuk,

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap, perilaku, keterampilan,

kemampuan, kebiasaan, dan aspek pembelajaran pribadi lainnya. Proses

pembelajaran sulit untuk diamati. Oleh karena itu, manusia cenderung melihat

tingkah laku manusia sebagai model tingkah laku, dan akhirnya menyusunnya

menjadi suatu model yang menjadi prinsip belajar, yang dapat dijadikan syarat

untuk memahami, mendorong dan membimbing kegiatan belajar.

Prinsip pembelajaran yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi

yang berbeda, dan setiap individu siswa juga dapat menerapkan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1) Sesuai hakikat belajar


Pembelajaran merupakan suatu proses aksidental (hubungan antara makna

lain), sehingga diharapkan stimulus yang diberikan akan menimbulkan respon

yang diharapkan.

2) Berdasar prasyarat yang diperlukan untuk belajar

Dalam pembelajaran, siswa hendaknya mengupayakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing mereka untuk mencapai tujuan

pengajaran.

3) Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari

Pembelajaran bersifat holistik, dan materi harus memiliki struktur penyajian

yang dapat dipahami melalui pemahamannya.

4) Syarat keberhasilan belajar

Fasilitas yang cukup dibutuhkan untuk pembelajaran agar siswa dapat belajar

dengan tenang.

Beberapa teori yang berkaitan dengan pembelajaran dapat diterapkan

pada kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan, antara lain:

Pertama, menurut teori belajar behavioris, manusia akan sangat

dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya yang dapat

memberikan pengalaman belajar. Teori tersebut menekankan apa yang Anda

lihat adalah apa yang Anda dapatkan, yaitu perilaku.

Kedua, menurut teori pembelajaran kognitif, pembelajaran adalah

organisasi aspek dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori tersebut

menekankan gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi tersebut terkait satu

sama lain di seluruh situasi.


Ketiga, menurut teori belajar humanistik, untuk memanusiakan

manusia, proses pembelajaran harus dimulai dan dibuktikan, yaitu terwujudnya

diri siswa terbaik dalam belajar.

Keempat, menurut teori belajar sibernetika, pembelajaran adalah

mengolah informasi (pembelajaran pesan), dan proses pembelajaran sangat

bergantung pada sistem informasi.

Kelima, menurut teori belajar konstruktivis, belajar adalah menghimpun

pengetahuan berdasarkan pengalaman tertentu, kegiatan kooperatif, refleksi

dan interpretasi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa agar proses belajar berjalan dengan

lancar, mahasiswa harus diajak untuk menggunakan seluruh inderanya. dosen

berusaha menunjukkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan

berbagai indera. Semakin banyak organ sensorik yang digunakan untuk

menerima dan memproses informasi, semakin besar kemungkinan untuk

memahami informasi tersebut dan menyimpannya dalam memori. Oleh karena

itu diharapkan mahasiswa dapat dengan mudah dan baik menerima dan

menyerap informasi dalam materi yang disajikan.

2.1.2.2.4. E-Learning

Istilah e-learning mengandung arti yang sangat luas, sehingga banyak

ahli menjelaskan pengertian e-learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu

definisi yang dapat diterima banyak pihak adalah Dari E. Hartley [Hartley,

2001] yang menyatakan: “e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar


yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan

menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain."

Dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu

definisi yang lebih luas bahwa: “e-Learning adalah sistem pendidikan yang

menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan

media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.” Dari

puluhan bahkan ratusan definisi yang dimunculkan, kita dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut Sistem atau konsep pendidikan yang

memanfaatkan teknologi informasi dalam prosesnya E-learning

Pakar teknologi informasi dan pakar pendidikan telah mengajukan

berbagai istilah dan batasan. Singkatnya e-learning dapat diartikan sebagai

proses pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi berupa komputer

yang dilengkapi dengan fasilitas telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet)

dan multimedia (grafik, audio, video), sebagai Media utama materi dan

interaksi antar guru (guru). / Dosen) dan peserta didik (mahasiswa /

mahasiswa).

Penggunaan model pembelajaran berbasis TIK untuk e-learning akan

menyebabkan perubahan budaya belajar di lingkungan belajarnya. Penggunaan

model pembelajaran online di sekolah untuk membangun budaya belajar

setidaknya melibatkan empat bagian penting. Pertama-tama, siswa dituntut

untuk menggunakan berbagai metode belajar mandiri yang tepat sehingga

dapat membimbing, memotivasi, dan mengatur pembelajaran. Kedua, guru

dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, mempromosikan


pembelajaran, memahami pembelajaran dan apa yang dibutuhkan

pembelajaran. Ketiga, ketersediaan infrastruktur yang sesuai, dan keempat,

penyiapan administrator kreatif dan infrastruktur untuk mendorong

pembelajaran.

Menurut Hartley (2001) dalam (Wahono, 2005: 2), e-learning adalah

salah satu jenis pembelajaran yang memungkinkan penggunaan Internet,

Intranet atau media jaringan komputer lainnya untuk menyampaikan materi

ajar kepada siswa. Menurut Asep H Suyanto (2005: 3), e-learning adalah

kegiatan belajar mengajar yang menggunakan internet. Rosenberg menekankan

bahwa e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet untuk memberikan

rangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Onno W Purbo menjelaskan bahwa kata "e" atau singkatan dari e-learning

dalam e-learning merupakan istilah yang digunakan untuk mendukung semua

teknologi pengajaran melalui teknologi elektronik internet (Dalam Web Asep

Herman Suyanto, 2005, , http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id).

E-learning dapat diartikan sebagai bentuk teknologi informasi yang

diterapkan pada dunia pendidikan dalam bentuk dunia maya. Istilah “e-

learning” lebih tepat bertujuan untuk mentransformasikan proses pembelajaran

di sekolah dan perguruan tinggi menjadi bentuk digital yang dijembatani oleh

teknologi internet, Munir (2009: 169). Sedangkan menurut Effendi (2005: 6)

istilah e-learning sendiri dapat merujuk pada semua kegiatan pelatihan yang

menggunakan media elektronik atau teknologi informasi. E-learning terdiri

dari dua bagian, yaitu "e" (untuk elektronik) dan “Learning” (yaitu,
pembelajaran). Oleh karena itu, belajar berarti belajar dengan menggunakan

jasa elektronik / alat bantu (khususnya peralatan komputer). Oleh karena itu

pembelajaran online biasa disebut dengan kursus online (Soekartawi, 2003).

Kartasamista mengemukakan bahwa salah satu ciri e-learning adalah

adanya pembelajaran melalui kombinasi teknologi dan berbagai aplikasi

praktis, serta akses langsung terhadap sumber belajar melalui internet. Guru

dan peserta didik. Kartasamista juga menunjukkan bahwa e-learning

mengintegrasikan teknologi Elektronika dan pendidikan, maka dalam e-

learning penggunaan internet sangat dominan. Menurut Linde, e-learning

masih merupakan pembelajaran formal dan informal yang dilaksanakan

melalui media elektronik seperti internet, intranet, CD-ROM, video tape, DVD,

TV, handphone, PDA, dll.

Onno W Purbo (2002) dari Rusman (2008: 133) menjelaskan bahwa

istilah "e" atau singkatan dari elektronika dalam e-learning. Digunakan sebagai

istilah untuk teknologi elektronik Internet apa pun. Internet, intranet satelit,

tape / audio, TV interaktif dan CD-ROM, karena semua media elektronik yang

digunakan guru dapat disampaikan secara online. ’synchronously’. (pada waktu

yang sama) ataupun “asynchronously” (pada waktu yang berbeda). E-learning

dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mendukung pelaksanaannya

melalui layanan elektronik seperti telepon, audio, video tape, satelit atau

konversi komputer. Oleh karena itu, perkembangan dan pemilihan teknologi e-

learning adalah sebagai berikut: Era penggunaan bahan ajar cetak diiringi

dengan era penggunaan bahan ajar teknologi audio dan multimedia lainnya.
Bahan ajar dan sistem penyampaiannya menggunakan layanan komputer dan

fasilitas yang ada (seperti Internet dan CD-ROM serta kombinasi dari ketiga

model di atas).

Penggunaan e-learning untuk belajar merupakan salah satu mata kuliah

yang sedang dikembangkan oleh Pendidikan Indonesia. E-learning memiliki

ciri atau ciri tersendiri dalam pengembangan dan implementasinya. Fitur

tersebut dapat berupa layanan teknis elektronik, di mana guru dan siswa, siswa

dan teman sekelas atau guru dan guru dapat berkomunikasi dengan relatif

mudah.

Anderson dan Elloumi (2004) mengemukakan dalam Ariesto Hadi

Sutopo (2012: 146) bahwa terdapat 4 hal yang berdampak pada penggunaan e-

learning, yang dapat dinyatakan sebagai:

1. Siswa harus menentukan dengan jelas apa yang dihasilkan sehingga dia

dapat menentukan apa yang dipelajari.

2. Siswa harus dapat menilai keberhasilan mereka dalam e-learning.

Dilengkapi dengan ujian untuk mengetahui apakah prestasi akademik

bisa diraih, dan ujian dilakukan secara online.

3. Buku teks harus mempunyai tahapan yang cukup untuk mendukung

pembelajaran, apakah sederhana atau kompleks, mudah dan sulit, dan

pengetahuan sampai aplikasi

4. Umpan balik harus diberikan kepada siswa agar mereka dapat

memantau pekerjaan yang telah dilakukan dan memperbaiki kesalahan.


Cisco menjelaskan berbagai karakteristik e-learning dalam Poppy

(2010: 75), diantaranya adalah

1. E-learning mengacu pada penyediaan informasi, komunikasi,

pendidikan dan pelatihan online.

2. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya hasil

belajar yang diperoleh hanya dengan cara konvensional, sehingga

mampu menjawab tantangan globalisasi.

3. E-learning tidak berarti menggantikan model pembelajaran tradisional

di dalam kelas, tetapi memperkuat model pembelajaran tradisional

melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi pendidikan.

4. E-learning akan menyebabkan kemampuan peserta didik berbeda-beda

tergantung pada isi dan bentuk alat penyampaiannya.

Komponen-komponen yang membentuk e-learning antara lain:

infrastruktur e-learning: infrastruktur e-learning dapat berupa personal

computer (PC), 15 jaringan komputer, internet, dan perangkat multimedia. Saat

kita menyediakan layanan pembelajaran sinkron melalui telekonferensi, itu

juga termasuk peralatan telekonferensi. Sistem dan aplikasi e-learning: Sistem

perangkat lunak yang memvirtualisasikan proses pengajaran rutin. Bagaimana

dengan pengelolaan kelas, pembuatan materi atau konten, forum, sistem

evaluasi (transkrip), sistem ujian online, dan semua fungsi yang terkait dengan

pengelolaan proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak ini sering disebut
sebagai sistem manajemen pembelajaran (LMS). Banyak LMS yang bersifat

open source, sehingga kita dapat menggunakannya di sekolah dengan mudah

dan murah.

Munir (2009: 170), menjelaskan ada beberapa karakteristik e learning,

yaitu : “Memanfaatkan teknologi, menggunakan media komputer, pendekatan

mandiri, tersimpan di media komputer, otomatisasi proses pembelajaran”.

karakteristik diatas diuraikan sebagai berikut:

1. Menggunakan layanan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi

yang digunakan dapat berupa internet, sehingga transfer pesan dan

komunikasi antara pengajar dan peserta didik, peserta didik dan peserta

didik dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat.

2. Menggunakan media komputer seperti jaringan komputer (computer

networks atau digital media).

3. Penggunaan metode belajar mandiri dan metode e-learning menuntut

siswa untuk melepaskan ketergantungannya pada pengajar, karena

pembelajaran tidak dilakukan secara langsung. guru menjelaskan bahwa

peserta didik online harus memiliki kemampuan belajar cara belajar,

berdisiplin, mampu memantau perkembangan dirinya, mampu

memotivasi diri sendiri dan mampu mengelola diri sendiri. Intinya,

melalui penggunaan e-learning, peserta didik dituntut untuk mengatur

pembelajaran. Oleh karena itu, peserta didik harus mampu merancang

e-learning yang dapat merangsang minat siswa. siswa dapat termotivasi


untuk melakukan e-learning melalui latar belakang, tantangan, berbagai

aktivitas dan umpan balik yang membangun.

4. Materi pelajaran akan tersimpan di dalam perangkat computer.

5. Menggunakan komputer untuk belajar, dan memahami kemajuan

pembelajaran, hasil pengelolaan pendidikan, dan menemukan banyak

informasi dari berbagai sumber informasi.

Berdasarkan beberapa ciri di atas, maka dapat diketahui bahwa

pengembangan e-learning tidak hanya untuk menyajikan topik online, tetapi

juga komunikatif dan menarik. Rancangan tema tersebut seperti pembelajaran

siswa di depan guru melalui layar komputer yang terhubung melalui internet.

Singkatnya, e-learning perlu dibuat, seperti halnya siswa belajar secara teratur,

tetapi ditransfer ke sistem digital melalui Internet. Oleh karena itu, e-learning

perlu menyesuaikan dengan unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem

pembelajaran tradisional. Misalnya, mulai dari merumuskan tujuan yang dapat

ditindaklanjuti, tujuan yang dapat dilihat atau pra-tes, menggunakan bahasa

komunikasi untuk merangsang dan memberikan deskripsi materi yang jelas.

Contoh spesifik, pemecahan masalah, Q&A, diskusi, post-test, pekerjaan

rumah dan kegiatan tindak lanjut. Oleh karena itu perancangan e-learning perlu

melibatkan pihak terkait, seperti guru, ahli materi, ahli komunikasi,

programmer dan ahli terkait lainnya.


2.2. Kerangka Pemikiran

Fenomenologi berusaha menjadikan pengalaman hidup yang

sesungguhanya sebagai data utama dari sebuah penelitian. Maka dari itu dalam

penelitian ini, peneliti mengangkat sebuah fokus penelitian mengenai fenomena

belajar daring di kalangan mahasiswa Universitas Majelengka, karena

fenomena tersebut merupakan sebuah realita yang awal mulanya bukan sesuatu

yang biasa namun menjadi hal yang lumrah dilakukan oleh kalangan

mahasiswa yang menjadikan hal tersebut sebuah pengalaman yang dialami oleh

setiap mahasiswa

Fenomenologi tidak berusaha untuk mencari pendapat dan pandangan

benar atau salah dari sebuah fenomena. Studi fenomenologi ini digunakan oleh

peneliti untuk meneliti motif dari mahasiswa yang melakukan kuliah daring

berdasarkan pengalaman dan realita yang benar-benar terjadi. Sehingga peneliti

dapat meneliti apa tujuan para mahasiswa Universitas Majalengka melakukan

kuliah daring. Hal tersebut menajadikan data yang benar-benar penting dari

penelitian yang dilakukan. Maka dari itu latar belakang tersebut akan

mempengaruhi bagaimana para mahasiswa mengkonsepkan dirinya sebagai

para pelaku kuliah daring.


Fenomena belajar daring di Kalangan
Mahasiswa Universitas Majalengka

Teori Fenomenologi
Alfred Schutz

Latar Belakang Pengalaman

Motif Perilaku/Tindakan Makna


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Subjek, Objek dan Metodologi Penelitian

3.1.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dijadikan sebagai sumber data atau

sumber informasi oleh peneliti untuk riset yang dilakukannya. Dalam

penelitian sosial, subjek penelitian adalah manusia. Subjek darii penelitian ini

adalah mahasiswa aktif yang sedang berkuliah atau belajar dari di Universitas

Majalengka

Penelitian ini menggunakan random sampling, dimana peneliti tidak

melalkukan wawancara kepada seluruh mahasiswa di Universitas Majalengka,

melainkan peneliti pengambil 10 orang responden.

Table 3.1.

Daftar Informan

No. Nama Jenis Usia Alamat Keterangan


Kelamin
1.

2.

3.

4.

5.
6.

7.

8.

9.

10.

Sumber: Olahan peneliti

3.1.2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian yang berjudul “Fenomena Belajar Daring di

Kalangan Mahasiswa Universitas Majalengka” ini adalah Mahasiswa yang

sedang berkuliah aktif di Universitas Majalengka, dimana peneliti berusaha

meneliti motif, perilaku dan makna dari belajar daring.

3.1.3. Metodologi Penelitian

Metode adalah prosedur atau syarat yang harus dipenuhi untuk

memperoleh apa yang disebut pengetahuan ilmiah. Metodologi adalah proses,

prinsip, dan prosedur bagi peneliti untuk memecahkan masalah dan mencari

jawaban. Sedangkan metodelogi penelitian adalah metode pengajaran yang

digunakan dalam proses penelitian.

Sugiyono berpendapat bahwa metode penelitian diartikan sebagai

metode ilmiah yang memiliki tujuan tertentu dan menggunakan data

(Sugiyono, 2010: 2). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap peristiwa

atau fakta, situasi dan fenomena. Penelitian ini mendeskripsikan data-data yang

berkaitan dengan keadaan saat ini, serta pandangan dan sikap yang terjadi di
masyarakat, konflik antara dua kondisi atau lebih, dan dampak kondisi

tersebut.

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif. Dengan

menggunakan metode penelitian ini, peneliti dapat memperoleh data dengan

melakukan wawancara dan observasi langsung, sehingga data tersebut dapat

melengkapi penelitian, dan dapat memberikan data deskriptif berupa ekspresi

tertulis atau lisan masyarakat, serta mendeskripsikan perilaku yang diamati.

Perilaku yang berlaku saat ini.

Jenis penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif.Tipe deskriptif

ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui esensi dan hubungan

yang lebih dalam antara dua variabel dengan memperhatikan aspek-aspek

tertentu secara lebih spesifik, sehingga diperoleh keterkaitan dengan yang ada.

Data yang sesuai dengan pertanyaan dapat mencapai tujuan penelitian. Data

tersebut diolah, dianalisis dan diolah lebih lanjut sesuai dengan teori yang

diteliti sehingga dapat ditarik kesimpulan data.

3.1.3.2. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan

data lebih banyak pada berperan serta (participan observation), wawancara

mendalam (in depth interview) dan dokumentasi” (Sugiyono, 2007:309).

Oleh karena itu, pengumpulan data terpenting dalam penelitian

kualitatif adalah dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi, atau


melakukan observasi secara langsung, penelitian kepustakaan, dll., Untuk

memperkuat data yang diperoleh saat itu juga. Oleh karena itu teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Studi Kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah memperoleh data dengan menggunakan

studi pustaka dan studi pustaka konvensional yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Teknik ini diperlukan untuk memperkuat data,

terutama sebagai acuan untuk mengecek ulang kebenaran hasil observasi.

Kemampuan peneliti dalam menyusun kerangka teori akan sangat erat

kaitannya dengan pencarian literatur, guna memperoleh banyak referensi

pendukung dan tepat guna membahas ruang lingkup penelitian. Studi

pustaka yang dilakukan berasal dari buku-buku dan contoh-contoh skripsi.

b. Wawancara Mendalam

Depth Interview merupakan suatu teknologi yang mengumpulkan data

atau informasi secara tatap muka dengan informan untuk mendapatkan

data yang lengkap dan mendalam.

Wawancara mendalam dilakukan secara terkendali, fleksibel, terbuka,

tidak terstruktur dan tidak teratur. Kuncinya, akan ada pertemuan langsung

yang berulang antara peneliti dan subjek penelitian, namun akan

terkontrol, sehingga data yang diperoleh luas, akurat dan mendalam.

Tujuannya adalah untuk memahami pandangan subjek tentang kehidupan,

pengalaman, atau situasi subjek dan mengungkapkannya dalam bahasa

mereka sendiri.
Dalam konteks penelitian ini, metode pengumpulan data dan informasi

dengan menanyai setiap orang yang berkaitan erat dengan pertanyaan

penelitian untuk memperoleh informasi dan informasi tentang pertanyaan

penelitian.

c. Observasi

Observasi on-site merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti

dapat secara langsung mengamati gejala dari objek yang diteliti, baik

observasi dilakukan dalam kondisi sebenarnya maupun dalam keadaan

tertentu. Fenomena ini meliputi interaksi (tingkah laku) dan dialog antar

objek yang diteliti dalam kegiatan observasi lapangan ini.

3.1.3.3. Rancangan Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan meringkas data secara

sistematis yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan lain-lain sehingga

dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dibagikan kepada orang lain

(Sugiyono, 2017). Karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif maka

analisis data yang digunakan juga analisis data kualitatif. Data kualitatif dapat

berupa kata, kalimat, atau narasi yang diperoleh dari wawancara atau

observasi.
Berikut adalah langkah-langkah teknis analisis dalam penelitian ini:

1. Pengumpulan Data

Pertama-tama kumpulkan semua data yang diperoleh di lapangan,

kemudian proses selanjutnya datanya.

2. Reduksi data

Data yang telah terkumpul sebelumnya akan memasuki proses

selanjutnya yaitu reduksi data, dan data tersebut akan diklasifikasikan

ke dalam kategori tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hal ini

akan memudahkan peneliti untuk memilih data apa yang bisa dan tidak

bisa digunakan.

3. Penyajian data

Setelah melewati dua langkah di atas, data akan ditampilkan.

Representasi data tersebut meliputi uraian makna data berdasarkan

interpretasi peneliti terhadap data yang ada berdasarkan teori yang

digunakan.

4. Verifikasi dan kesimpulan data

Tahapan terakhir adalah setiap data yang telah diperoleh akan melalui

proses verifikasi dan selanjutnya akan ditarik kesimpulan dari hasil

penelitian ini.

3.1.3.4. Kredibilitas dan Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Kredibilitas dan tingkat kepercayaan hasil penelitian berarti bahwa

strategi yang tepat digunakan untuk menentukan akurasi. Menggunakan


berbagai macam teknik untuk menjamin kredibilitas dan tingkat kepercayaan

hasil penelitian metode kualitatif yaitu:

1. Triangulasi data adalah penggunaan beberapa jenis data, menggunakan

lebih dari satu teori dan beberapa teknik analisis, serta melibatkan lebih

banyak peneliti dalam pelaksanaannya.

2. Member checking atau inspeksi anggota, teknik ini berarti bahwa data

dihasilkan dari proses wawancara dan kemudian dikonfrontasikan

kembali dengan peserta atau penyedia informasi.

3. Auditing, menunjukan peranan para ahli dalam memperkuat hasil

penelitian (Raco, 2010:133).

3.1.4. Membuka Akses dan Menjalin Hubungan dengan Subjek Penelitian

Jalur penelitian terbuka dimulai dari masyarakat Majalengka yang

masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Majalengka. Setelah itu,

peneliti mencari di berbagai social media guna mendapat info dan daftar untuk

dijadikan sebagai informan. Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam,

peneliti mewawancari mahasiswa yang tengah belajar daring di Universitas

Majalengka tersebut.

3.1.5. Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.1.5.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dengan judul “Fenomena Belajar Daring di Kalangan

Mahasiswa di Universitas Majalengka” ini bertempat di Kabupaten


Majalengka. Adapun tempat peneliti melakukan metode penelitian dari

informan.

3.1.5.2. Jadwal Penlitian

Kegiatan September Oktober November April

2020 2020 2020 2022

Persiapan

Perizinan

Pengajuan Judul

Studi Pustaka

Seminar Outline

Pelaksanaan

Observasi

Penyusunan

Pengelolaan Data
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek.

Cangara, Hafield. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.


Rajawali Pers.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-

3. Jakarta: Balai Pustaka.

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi

Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Husserl, Edmund. 1962. Ideas: General Introduction to The Pure


Phenomenology,

United State of America: Collier Books Edition

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi: Konsepsi, Fenomena


dan Contoh

Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai