Anda di halaman 1dari 29

ANALISA SIKAP GURU PENJAS TERHADAP PENGGUNAAN

TEKNOLOGI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENJAS


DARING DI KECAMATAN SUBAH

Diajukan kepada Progam Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPIPSKR

Universitas PGRI Semarang

Oleh :

Achmad Najahan

15230098

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2020
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi yang berjudul “Analisis Sikap Guru Penjas Terhadap Penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Daring di Kecamatan Wonosalam”, di susun
oleh:

Nama : Achmad Najahan

NPM : 15230098

Perpgram Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan


Keolahragaan

Telah disetujui Dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Fajar Ari Widiyatmoko, S.Pd.,M.Pd. Donny Anhar Fahmi, S.Si., M.Pd.

NPP. 158701473 NPP. 118601361

Mengetahui

Ketua Progam Studi PJKR

Galih Dwi Pradipta, S.Pd.,M.Or

NPP. 149001426
A. Latar belakang

Pendidikan jasmani merupakan salah satu bentuk pendidikan yang ada di


Indonesia yang mencakup aspek secara keseluruhan, tetapi di balik itu semua ada
masalah yang besar yang akan terus menghantui pembelajaran pendidikan
jasmani jika tidak di cari solusi yang tepat untuk memperbaiki mutu dan kualitas
pendidikan jasmani tersebut.

Pendidikan jasmani di Indonesia saat ini dalam keadaan yang


memprihatinkan karena belum efektifnya pembelajaran pendidikan jasmani di
sekolah dan rendahnya pengetahuan akan pentingnya pembelajaran pendidikan
jasmani yang tidak disosialisasikan sejak dini. Padahal pendidikan adalah sebuah
hal yang paling intim untuk melahirkan sumber daya manusia yang unggul yang
nantinya akan membawa negara ini ke arah yang lebih baik. Jika pendidikan
jasmani diberikan sesuai dengan porsinya, tidak menutup kemungkinan akan
tercipta bibit-bibit yang unggul dari pendidikan jasmani yang bisa bersaing di
kancah Internasional. Karena atlet yang hebat berawal dari pendidikan jasmani
yang diberikan oleh guru yang profesional. Untuk mencapai tujuan pendidikan
jasmani, hendaknya pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran menjaga
mutu dari pelaksanaan pendidikan jasmani. Salah satu upaya menjaga atau
meningkatkan mutu pendidikan jasmani adalah dengan memanfaatkan teknologi
pendidikan. Dengan pemanfaat teknologi diharapkan pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani akan lebih interaktif.

Dampak pandemi covid 19 pada tahun 2020 ini di Indonesia mulai


merambah dunia pendidikan, pemerintah pusat hingga daerah memberikan
kebijakan untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Hal ini dilakukan
sebagai upaya mencegah meluasnya penularan virus corona. Diharapkan dengan
seluruh lembaga pendidikan tidak melaksanakan aktivitas seperti biasanya, hal ini
dapat meminimalisir menyebarnya penyakit covid 19 ini. Hal serupa juga sudah
dilakukan oleh berbagai negara yang terpapar penyakit covid 19 ini, kebijakan
lockdown atau karantina dilakukan sebagai upaya mengurangi interaksi banyak
orang yang dapat memberi akses pada penyebaran virus corona. Penyebaran virus
corona ini pada awalnya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang mulai lesu,
tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia pendidikan. Kebijakan yang
diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh
aktivitas pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga terkait harus
menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa
yang tidak bisa melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan.
Kebijakan di bidang pendidikan yang diambil oleh pemerintah terkait kasus
COVID 19 yaitu : pembelajaran daring untuk anak sekolah, kuliah daring, ujian
nasional 2020 ditiadakan, UTBK SBMPTN 2020 diundur, dan pelaksanaan
SNMPTN masih dalam pengkajian (Sevima, 2020). Sebelum menjadi pandemik,
virus ini mulanya terjadi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada bulan
Desember 2019. Terdapat sebuah laporan yang memberitakan bahwa sedang
terjadi wabah pneumonia terkait dengan virus yang disebut sebagai Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Infeksi dari virus tersebut
menjalar dengan cepat hingga ke seluruh daerah di China dan negara-negara
lainnya di seluruh dunia pada beberapa minggu berikutnya. (Hermansyah, 2020).
Menurut WHO Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS-CoV). Penyakit yang disebabkan virus corona, atau dikenal
dengan COVID-19, adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum
pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (Nailul Mona, 2020).
Penyesuaian kebijakan pendidikan di masa pandemik corona ini pun
mempengaruhi kebijakan pada sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia. Ini
dapat terlihat pada Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease
(COVID-19) Pembelajan tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh mulai 24
Maret 2020 dan untuk selanjutnya akan dilakukan evaluasi melihat kondisi
pandemic corona di Indonesia belum memperlihatkan penurunan angka pasien
positif.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan dari latar belakang, identifikasi masalah dan batasan


masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan media pembelajaran penjas antar jenjang di


masa pandemi covid-19 ?
2. Apakah terdapat perbedaan sikap guru penjas antar jenjang mengenai
pembelajaran daring ?

C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisa apakah ada perbedaan media pembelajaran
penjas antar jenjang di masa pandemi covid-19 ?
2. Untuk menganalisa apakah terdapat perbedaan sikap guru
penjas antar jenjang mengenai pembelajaran daring ?

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat baik secara teoritis


maupun praktis.

1. Secara Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan
pemikiran yang mempunyai manfaat terutama bagi peneliti khususnya dalam
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran penjas.
2. Secara Praktis
a) Dapat mengetahui manfaat dari teknologi informasi dan
komunikasi dalam proses pembelajaran penjas.
b) Dengan membaca penelitian ini, dapat memberikan masukan
kepada guru dan pembina olahraga di sekolah-sekolah umum
tentang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
proses pembelajaran daring.

E. Sistematikan Penulisan Proposal Skripsi

Jenis penelitian adalah deskriptif kualiatif yang menggunakan survai.


Pengumpulan datanya degan bentuk angket/google form.

Proposal skripsi ini menggunakan sitematika penulisan sebagai berikut:

Pendahuuan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,


tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Kajian pustaka yang terdiri atas, kajian hasil penelitian terdahulu,


landasan teori, dan hipotesis penelitian.

Metode penelitian yang terdiri atas desain penelitian, populasi dan


sampel, defenisi operasional dan pengukuran variabel, dan teknik dan
instrument pengumpulan data, validitas dan realibitas instrument, dan teknik
analisis data.
F. Kajian Teori dan Hipotesis

1. Kajian Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang mengenai penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran penjas sudah banyak dilakukan. Beberapa
hasil temuan penelitian yang menarik dan dimiliki relevansinya yang dekat
pada penelitian ini akan diungkapkan kembali sebagai berikut:

a) Abdul Latip dengan judul, “Peran Literasi Teknologi Informasi Dan


Komunikasi Pada Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19”
Penulisan artikel ini bertujuan untuk menganalisis secara kajian literatur
mengenai pentingnya literasi teknologi informasi dan komunikasi sebagai
kunci dan penunjang pelaksanaan pembelajaran jarak jauh pada masa
pandemi Covid-19. Analisis pada artikel ini menggunakan empat langkah
kajian literatur, yaitu pemilihan topik yang akan di review, mencari dan
menyeleksi artikel yang berkaitan dengan topik, menganalisis dan mensintesis
literatur, dan mengorganisasikan tulisan. Hasil kajian literatur menunjukkan
bahwa pandemi Covid-19 memberikan perubahan signifikan pada berbagai
sektor, termasuk sektor pendidikan. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan
salah satu bentuk penyesuaian dalam sektor pendidikan selama masa pandemi
Covid-19. Pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, teknologi menjadi kunci
keberlangsungan PJJ yang dapat menjadi penghubung antara pengajar dan
pembelajar yang tersekat dengan jarak. Namun demikian, keberadaan
teknologi akan menjadi tidak termanfaatkan jika tidak dibarengi dengan
pengguna teknologi yang melek teknologi. Literasi teknologi informasi dan
komunikasi mencakup segala pengetahuan dan keterampilan dalam
memanfaatkan teknologi, mulai dari mengenal perangkatnya,
mengoperasikannya, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Teknologi
dan Literasi TIK memiliki peran penting dalam memperlancar PJJ,
menjadikan PJJ lebih efektif, memperlancar komunikasi dan kolaborasi antara
pengajar dan pembelajar, serta mendorong penggunaan teknologi yang positif
yang mengedepankan etika sosial yang bertanggung jawab.
b) Danang Aji Setyawan dengan judul, “Peningkatan Mutu Pendidikan
Jasmani Melalui Pemberdayaan Teknologi Pendidikan” Pendidikan
merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur
hidup. Pendidikan Jasmani sebagai bagian dari pendidikan nasional memiliki
tujuan yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri. Untuk mencapai
tujuan tersebut hendaknya pendidik memperhatikan mutu proses
pembelajaran. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan jasmani hendaknya
dilakukan dengan sangat baik agar menghasilkan output yang bermutu.
Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses belajar mengajar berjalan
dengan baik dan lancar. Begitu juga dengan hasil yang didapat memuaskan.
Proses belajar dapat berjalan dengan lancar apabila guru dan murid dapat
berkomunikasi dengan baik, memiliki lingkungan kerja yang nyaman, serta
didukung oleh sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses belajar
mengajar. Pembelajaran yang bermutu dicapai dengan memanfaatkan
teknologi, karena teknologi memiliki peranan penting di era globalisasi.
Beberapa hal yang dapat dimanfaatkan melalui teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran penjas adalah: CD Pembelajaran, film yang
berkaitan dengan olahraga, video recorder, internet dll. Dalam rangka
mengantisipasi tantangan yang dihadapi pada masa depan dan
memperhatikan permasalahan yang dihadapi masa kini, maka perlu
dilakukan upaya pengembangan guru pendidikan jasmani seperti :
meningkatkan ketrampilan dari pengajar pendidikan jasmani, membuat
sistem Pendidikan Guru yang lebih fleksibel yang mampu menghadapi
tantangan pasang surutnya kebutuhan akan guru pendidikan jasmani,
meningkatkan peranan swasta dan partisipasi masyarakat perlu juga
ditingkatkan untuk membantu upaya pengembangan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan, pemerataan kebutuhan guru pendidikan jasmani,
merancang program pendidikan guru pendidikan jasmani yang dapat
menghasilkan guru pendidikan jasmani yang profesional yang dapat menjadi
tutor pada terbuka.
c) Herlina dengan judul, “Potensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga Dan Kesehatan (PJOK) Di Tengah Pandemi Corona Virus Disease
(Covid)-19 Di Sekolah Dasar” Serangan Corona Virus Disease (covid)-19
membawa dampak yang signifikan pada semua sendi kehidupan manusia.
Pendidikan khususnya pendidikan formal adalah salah satu komponen
kehidupan manusia yang terdampak oleh serangan virus tersebut.
Pembelajaran yang selama ini dilaksanakan dengan tatap muka, secara tiba-
tiba harus dilakukan secara daring. Selain kendala terhadap akses internet,
sejumlah mata pelajaran yang berbasis praktik seperti IPA dan mata
pelajaran berbasis aktivitas fisik seperti PJOK juga mengalami kesulitan
dalam pembelajaran daring. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
subject terbatas di SDN Sumari, artikel ini mengkaji potensi pembelajaran
PJOK di masa pandemi covid-19. Menggunakan metode penelitian
kualitatif, melalui teknik pengumpulan data yakni wawancara, pengamatan
dan penelusuran pustaka daring dengan analisis data kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran PJOK memiliki potensi
untuk dikembangkan di tengah masa pandemi covid-19 melalui model
pembelajaran jarak jauh dengan pendekatan kolaboratif.

d) Suciati dengan judul, “Peningkatan Kreatifitas Dan Inisiatif Guru


Melalui Model Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran daring dalam
meningkatkan kreatifitas dan inisiatif guru dalam mengelola pembelajaran di
rumah di SD Bungkus. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian
tindakan sekolah (PTS) dengan menggunakan model dari Elliot. Penelitian
diadakan di SD Bungkus Kretek, Bantul pada tahun pelajaran 2019/2020 di
masa pandemi Covid 19. Subjek penelitian adalah guru kelas 1, 2, 3, 4, dan
guru kelas 5. Obyek penelitian adalah pembelajaran di rumah melalui
pembelajaran daring/online dimasa pademi covid-19. Data dikumpulkan
melalui observasi dan dokumentasi serta dianalisi secara kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran daring dapat
mengatasi pelaksanaan pembelajaran di masa pademi covid 19 melalui
kreatifitas dan inisiatif guru dalam mengelola pembelajaran di rumah.
Kreatifitas dan inisiatif guru mengalami peningkatan dalam pembuatan RPP
sebesar 18%, pengelolaan pembelajaran daring sebesar 12%, keaktifan siswa
sebesar 17% dan nilai belajar siswa sebesar 9,6% dari siklus I ke siklus II
dalam pembelajaran. Setelah ada tindakan kompetensi guru secara aktif,
kreatif dan inisiatif dalam melaksanakan pembelajaran dirumah,
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dalam mengahadapi wabah
pandemi covid 19.

e) Zulkifli Sidiq dengan judul, “Pemanfaatan Media Pembelajaran


Berbasis Teknologi Informasi Dalam Pembelajaran” Perkembangan dunia
saat ini menunjukkan kecenderungan bahwa dalam konteks pendidikan masa
depan, setiap individu akan dihadapkan pada tantangan dan kebutuhan yang
tidak akan sepenuhnya dapat terpenuhi melalui sistem pendidikan
konvensional. Dalam konteks ini, dukungan perkembangan IT
memungkinkan proses pembelajaran terjadi kapanpun dan dimanapun.
Dengan demikian, guru tidak lagi menjadi figur sentral dan sekolah tidak
lagi menjadi satu-satunya lingkungan belajar bagi peserta didik. Guru dan
sekolah hanyalah fasilitator dan mediator pembelajaran. Media pembelajaran
berbasis IT membuat proses pembelajaran bersifat multi dimensi dan multi
purposes. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah
bagaimana persepsi guru terhadap pemanfaatan media pembelajaran berbasis
IT dalam pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei.
Populasi penelitian ini adalah seluruh Guru Sekolah Dasar di wilayah
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Dalam penelitian ini subyek
penelitian ditetapkan adalah sebagian Guru yang dijadikan sampel penelitian
yang mewakili wilayah Kecamatan Cisaat. Dalam hal ini, subyek penelitian
ini terdiri dari 45 guru yang dipilih secara acak dari Sekolah Dasar Negeri di
Wilayah Kecamatan Cisaat. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa
skor persepsi media pembelajaran berbasis IT pada bagi guru Sekolah Dasar
di wilayah Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi menunjukkan persepsi
guru terhadap media pembelajaran berbasis IT dalam meningkatkan mutu
pembelajaran menunjukkan persepsi sangat positif dengan nilai persentase
sebesar 80.67%, persepsi guru terhadap media pembelajaran berbasis IT
dalam memperluas dan 98 Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi Dalam Pembelajaran mempermudah akses terhadap
pembelajaran dengan nilai persentase sebesar 73.56%, persepsi guru
terhadap pengembangan media pembelajaran berbasis IT meningkatkan
profesionalisme guru dengan nilai persentase sebesar 78.00%, dan persepsi
guru terhadap kecenderungan penggunaan media pembelajaran berbasis IT
dalam model pembelajaran jarak jauh dengan nilai persentase sebesar
71.41%. Dengan demikian, program pembelajaran berbasis IT memiliki
peluang untuk diimplementasikan di wilayah Kecamatan Cisaat Kabupaten
Sukabumi karena guru telah memiliki pemahaman yang baik mengenai
fungsi media berbasis IT dalam pembelajaran.

f) Ervan Katresna, Edi Setiawan, Ihsan Abdul Patah, Lutfi Nur dengan
judul, “Pembelajaran Peer Teaching Berbasis Zoom Video sebagai Solusi
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli saat Situasi
Covid 19” Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
passing bawah bola voli melalui pembelajaran peer teaching berbasis zoom
video saat situasi Covid 19. Metode yang digunakan yaitu penelitian
eksperimen dengan one group pretest-postest design. Subjek dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas V di SDN Perumnas Karangtengah
Cianjur yang berjumlah 20 orang.Instrumen penelitian yaitu tes passing
bawah ke dinding selama 1 menit. Program intervensi dalam penelitian ini
sebanyak 12 kali pertemuan dengan intensitas pembelajaran seminggu 3 kali.
Analisis statistik menggunakan bantuan IBM SPSS versi 20 dengan taraf
signifikansi α 0.05.Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar passing bawah sesudah pemberian intervensi peer teaching
berbasis zoom video, meskipun dalam situasi Covid 19 (P-value 0.000 < α
0.05). Kesimpulan dalam penelitian ini memberikan bukti bahwa
pembelajaran peer teaching berbasis zoom video sebanyak 12 kali pertemuan
di saat situasi Covid 19 mampu memberikan pengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli.
g) Ananda Nurul Ikhwan dengan judul, “Penggunaan Software Dalam
Pembelajaran Kampus Di Masa Pandemi Covid-19” Analisis tinjauan pada
studi literature terhadap artikel atau tulisan yang membahas tentang
penggunaan software dalam pembelajaran kampus di masa pandemi. Metode
yang digunakan pada jurnal ini adalah studi literature dengan mengunjungi
beberapa halaman atau artikel dari world wide web, yang dilakukan dengan
jenis naratif (pemaparan) terkait dengan topik penggunaan software dalam
pembelajaran perkuliahan di masa pandemi covid-19. Teknik analisis data
yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan penyaringan (apply filter),
berdasarkan tahun yakni 2019-2020, judulnya yakni yang relevan dengan
perangkat lunak komputer pembelajaran, dan topiknya. Secara keseluruhan,
inti yang dibahas adalah perangkat lunak komputer yang populer ditengah
pandemi, khususnya yang digunakan dalam pembelajaran di kampus.

h) Suhartono dengan judul, “Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan


Jasmani Dengan Pembelajaran M-Learning” Metode pembelajaran yang masih
berpusat pada guru menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar
pendidikan jasmani, peningkatan hasil belajar lebih banyak dipengaruhi oleh
intesitas belajar dalam menerima materi sehingga dapat memperoleh hasil yang
memuaskan tapi juga didukung dengan metode dalam penyampaian materi
itupun juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Metode pembelajaran
yang terbaru bagi pebelajar akan dapat pula menghasilkan perubahan, bagi
setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh ketrampilan, kemampuan
sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Pada saat ini
guru dituntut untuk mengembangkan kreasinya dalam menyampaikan materi
oleh karena itu perkembangan IPTEK dewasa ini sangat membantu salah
satunya pembelajaran jasmani menggunakan m-learning.
2. Landasan teori
a. Pendidikan Jasmani
1) Pengertian
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui
aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematis, dipilih sesuai
karakteristik peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sehingga mampu
meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu
tujuan pendidikan jasmani adalah meningkatkan keterampilan gerak
dasar dalam berbagai cabang olahraga sedangkan tujuan utama
pendidikan olahraga adalah sosialisasi ke dalam cabang olahraga
tertentu sehingga siswa mampu berpartisipasi, berprestasi dan
menikmati kegiatan olahraga. Menurut Wiranto Arismunandar
(1999), Pendidikan jasmani merupakan sarana yang efektif dan
efisien untuk meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab,
kreativitas dan daya inovasi serta mengembangkan kecerdasan
emosional. Dalam pengertian lain, Depdiknas (2003) juga
memberikan pengertian bahwa Pendidikan Jasmani merupakan
pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media
untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
diperlukan perencanaan yang sistematik, agar mampu
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual,
kognitif, sosial dan emosional. Pendidikan jasmani memiliki
beberapa tujuan, yaitu (1) Meletakkkan landasan karakter moral, (2)
Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai,
sikap sosial dan toleransi, (3) Menumbuhkan kemampuan berfikir
kritis, (4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,
bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, (5)
Mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai
macam permainan dan olahraga. (6)Mengembangkan keterampilan
mengelola diri dalam pemeliharaan kebugaran (Depdiknas: 2003)
Pendidikan jasmani yang disajikan di sekolah memiliki fungsi
antara mengembangkan aspek organic, neuro muskuler, perseptual,
sosial dan emosional. Hal tersebut selaras dengan pendapat
Annarino (1980) yang menyatakan bahwa pendidikan jasmani yang
baik harus mampu mengembangkan Empat Aspek, yaitu aspek
fisik, psikomotorik, kognitif dan afektif. Keempat aspek tersebut
dapat dicapai apabila pelaksanaan kegiatan mempertimbangkan
empat Aspek, yaitu prinsip, konten, strategi pembelajaran dan
ketepatan alat penilaian yang digunakan.
b. Teknologi Informasi dan Komunikasi
1) Pengertian
Teknologi informasi dan komunikasi mencakup dua aspek,
yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi
informasi, mencakup segala hal yang berkaitan dengan proses,
penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan
informasi. Sedangkan, teknologi komunikasi mencakup segala hal
yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses
dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Maka,
teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas
tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
manipulasi, pengelolaan dan transfer/pemindahan informasi antar
media. Menurut Puskur Diknas Indonesia, Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu :
a) Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi
Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan
pengelolaan informasi.
b) Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data
dari perangkat yang satu ke lainnya. Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa teknologi informasi dan teknologi komunikasi
adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung
pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan
pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan
informasi antar media. Menurut Susanto (2002) informasi
merupakan hasil dari pengolahan data namun tidak semua hasil dari
pengolahan tersebut dapat menjadi informasi. TIK adalah sebuah
media atau alat bantu yang digunakan untuk transfer data baik itu
untuk memperoleh suatu data / informasi maupun memberikan
informasi kepada orang lain serta dapat digunakan untuk alat
berkomunikasi baik satu arah ataupun dua arah. Teknologi
Informasi dan Komunikasi merupakan payung besar triminologi
yang mencakup semua keperluan teknis untuk memperoses dan
menyampaikan sebuah informasi, TIK memiliki dua aspek, yaitu
teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi
informasi menliputi segala hal yang berkaitan dengan proses,
pemakian sebagai alat bantu, pengelolaan informasi, serta
manipulasi informasi. Teknologi komunikasi merupakan semua
hal yang berkaitan dengan pemakaian alat bantu untuk
memperoses serta mentransfer dara dari perangkat satu ke
perangkat lainnya. Teknologi informasi dan komunikasi
merupakan dua buah konsep yang terpisahkan, maka Teknologi
Informasi dan Teknologi Komunikasi memiliki perngertian luas,
yaitu segala jenis kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
pengelolaan, manipulasi, serta pemindahan informasi antar media.
2) Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan adalah studi dan praktik etis
memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat,
menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi
memadai. Instilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan
teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran
mencakup proses dan system dalam belajar dan pembelajaran,
teknologi pendidikan mencakup system lain yang digunakan dalam
proses mengembangkan kemampuan manusia.
Ir. Lilik Gani HA mengungkapkan teknologi pendidikan
sebagai (1) Teknologi pendidikan/ teknologi pembelajaran
merupakan suatu disiplin/bidang (field of study), (2) Tujuan utama
teknologi pendidikan adalah untuk memecahkan masalah belajar dan
memfasilitasi pembelajaran dan untuk meningkatkan kinerja, (3)
Teknologi pendidikan/pembelajaran menggunakan pendekatan
system (pendekatan yang holistic/komprehensif, bukan pendekatan
yang bersifat parsial), (4) Kawasan teknologi pendidikan dapat
meliputi kegiatan Analisa, desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun
sumber-sumber belajar, (5) Yang dimaksud dengan teknologi
pendidikan adalah teknologi dalam arti luas, bukan hanya teknologi
pisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak (softtech), (6) Teknologi
pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang,
prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisa masalah
dan merancang , melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan
masalah dalam segala aspek belajar manusia. Tujuan dari teknologi
pendidikan yang pertama adalah untuk memecahkan masalah
belajar, artinya selama ini belajar adalah sebuah masalah bagi guru
dan murid. Banyak murid yang tidak bisa konsentrasi dalam belajar,
sehingga ilmu yang di sampaikan oleh guru tidak dapat dicerna oleh
murid. Belum lagi di tambah dengan kondisi ruangan yang tidak rapi
penataannya. Di lain sisi, ada guru yang mengalami kesulitan dalam
mengajar. Sehingga ilmu pengetahuan yang ada pada guru tidak bisa
tersampaikan dengan baik kepada murid. Dari problem diatas, maka
di harapkan dengan adanya teknologi pendidikan bisa menjawab
masalah tersebut. Tujuan dari teknologi pendidikan yang kedua
adalah untuk memecahkan masalah belajar, artinya untuk
meningkatkan kinerja pembelajaran. Guru mengajar dengan
menggunakan kapur memang masih bisa memberikan pemahaman
kepada murid. Tapi jika di bandingkan guru menerangkan dengan
LCD Proyektor, mana yang lebih efektif? Tentu dengan teknologi
LCD Proyektor. Sebab akan banyak pesan multimedia dan visual
yang memberikan ilmu pengetahuan dan mudah di cerna oleh murid.
Seperti contoh: Guru mengajar tentang proses terjadinya hujan, maka
dengan di perlihatkan video proses terjadinya hujan, murid akan
cepat nangkap ilmu pengetahuan tersebut.
3) Peran Teknologi Dalam Pendidikan Jasmani
Perkembangan Teknologi yang demikian pesatnya telah
membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat
manusia di berbagai aspek, tidak terkecuali dalam proses
pembelajaran. Namun dalam realita yang terjadi, masih ada di
antara guru yang menerapkan pembelajaran tanpa
memberdayakan potensi yang dimilikinya secara utuh serta
masih minim dalam menggunakan media yang ada, sementara
materi-materi dalam Pendidikan Jasmani (Penjas) dilakukan
tidak hanya di dalam ruangan saja/kelas yang dalam arti teori
melainkan juga praktek di lapangan. Hal ini akan menyebabkan
pembelajaran menjadi kurang efektif dan efisien. Padahal dengan
menggunakan media yang ada sebagai dampak dari
perkembangan Iptek maka siswa akan lebih mudah memahami
apa yang disampaikan oleh guru sehingga akan tercipta
pembelajaran yang efektif dan efisien. Misalnya, dengan
memanfaatkan alat pengukur ketahanan berlari setelah siswa
mengetahui teori tentang alat tersebut. Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) belum banyak, bahkan mungkin tidak pernah
digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani (penjas) di
sekolah-sekolah. Permasalahan yang dihadapi sekolah saat ini
adalah pada tingkat kesiapan peserta belajar siswa, SDM dalam
hal ini guru, infrastruktur sekolah, pembiayaan, efektifitas
pembelajaran, sistem penyelenggaraan dan daya dukung sekolah
dalam menyelenggarakan pembelajaran penjas berbasis TIK.
Perkembangan TIK dari waktu ke waktu yang semakin canggih
harusnya dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses
pembelajaran. Perkembangan TIK mengubah peranan guru dari
hanya sekedar mengajar beralih menjadi fasilitator atau
perancang proses pembelajaran. Sebagai fasilitator seorang guru
dapat membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajar
atau menjadi teman belajar. Dalam penyampaian pelajaran
penjas, TIK dapat membantu mempermudah peserta didik untuk
memahami serta menyenangi materi yang diajarkan. Beberapa
hal yang dapat dimanfaatkan melalui teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran penjas adalah:
a) CD pembelajaran
CD pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran. Pembelajaran penjas yang menitikberatkan pada
penguasaan gerak, yang dalam prakteknya memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda-beda. Beberapa gerakan dalam olahraga
tidak bisa diajarkan bagian-perbagian karena gerakan tersebut
menjadi suatu rangkaian yang cepat. Padahal jika ingin
menguasai gerakan tersebut siswa harus mengetahui tahapan-
tahapan atau prosesnya secara perlahan. Dengan penggunaan
CD pembelajaran, proses gerakan yang tidak dapat diamati
secara jelas dengan demonstrasi akan dapat diamati oleh siswa
melalui gerakan “slow motion” melalui pemutaran CD
pembelajaran tersebut.
b) Film yang berkaitan dengan olahraga
Dewasa ini banyak terdapat film-film yang bertemakan
olahraga. Pemutaran film-film olahraga dapat membantu guru
menjelaskan sisi afektif yang ingin dikembangkan dan dicapai
melalui pembelajaran penjas, seperti kerjasama, disiplin, sikap
sportif, tanggungjawab, kerja keras, dan lain-lain. Melalui
pemutaran film tersebut diharapkan siswa dapat mengambil
pesan-pesan yang terkandung di dalamnya terkait sikap afeksi
dalam olahraga
c) Video recorder
Video recorder dapat dipergunakan untuk merekam gerakan
siswa. Hasil rekaman diharapkan menjadi feedback serta bahan
evaluasi siswa sejauh mana menguasai materi yang diajarkan.
d) Internet
Penggunaan internet akan mempermudah mengakses
sumber-sumber informasi dan pengetahuan disegala bidang
termasuk penjas. Dengan adanya internet, siswa tidak lagi
menganggap guru sebagai satu- satunya sumber atau pusat
informasi. Internet juga dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran apabila berhalangan hadir
dalam proses pembelajaran. Sebab banyak guru penjas juga
berprofesi sebagai atlet, pelatih maupun pembina olahraga.
Internet juga dapat dijadikan sebagai media komunikasi antara
guru dan siswa. Siswa dapat bertanya dan berbagi informasi
mengenai materi penjas misalnya melalu blog dan lain
sebagainya sehingga pertukaran informasi tidak hanya terjadi
dalam proses pembelajaran di sekolah saja, tetapi waktunya
fleksibel bisa kapan dan dimana saja. Perkembangan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya
dalam proses pembelajaran. Komunikasi sebagai media
pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media
komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb.
Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui
hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan
menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan
layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa.
Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam
lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau
ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.
c. Pembelajaran Daring/Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19
1) Pengertian
Pembelajaran jarak jauh merupakan sistem pembelajaran yang
tidak berlangsung dalam satu ruangan dan tidak ada interaksi tatap
muka secara langsung antara pengajar dan pembelajar. Sejalan
dengan hal tersebut menekankan bahwa fokus dari pembelajaran
jarak jauh terletak pada metode pembelajaran yang dibantu
teknologi dengan tujuan mengirimkan materi pembelajaran kepada
siswa yang tidak bertemu secara fisik seperti halnya pembelajaran
di kelas tradisional. Berdasarkan hal itu, maka pembelajaran jarak
jauh dilaksanakan tanpa adanya interaksi langsung secara fisik
antara pengajar dan pembelajar, interaksi dilakukan pada sistem
virtual dengan bantuan teknologi yang memungkinkan terjadinya
interaksi dan transfer pengetahuan dari pengajar ke pembelajar.
Pada konteks masa pandemi Covid-19, Pembelajaran jarak jauh
dilaksanakan sebagai bentuk upaya pencegahan penyebaran virus
Covid-19. Pada protokol pencegahan penyebaran virus Covid-19
disebutkan bahwa masyarakat diminta untuk menghindari
kerumunan atau pengumpulan orang. Pada konteks pembelajaran
di Sekolah atau Kampus, pengumpulan orang dan interaksi
langsung antara civitas akademika (guru, siswa, dosen, mahasiswa,
dan civitas akdemik lainnya) dalam satu lingkungan sekolah atau
perguruan tinggi bisa saja menjadi sarana yang memiliki potensi
besar untuk terjadinya penyebaran virus Covid-19. Oleh karena itu,
pembelajaran jarak jauh menjadi upaya penting dalam rangka
menekan menyebaran virus secara luas, khususnya dikalangan
pengajar dan pembelajar.

2) Faktor Penentu Keberhasilan PJJ di masa pandemi Covid-19


Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi
Covid-19 perlu memperhatikan faktor yang dapat mendorong dan
mendukung keberhasilan dari pelaksanaan PJJ. Faktor keberhasilan
pembelajaran jarak jauh terletak pada 3 faktor utama, yaitu
pengajar, pembelajar dan teknologi. Pada pembelajaran jarak jauh.
Pengajar harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
menggunakan media penunjang pembelajaran, selain itu pengajar
pun harus memiliki kreativitas dan pengalaman dalam melakukan
serta mengemas interaksi virtual dengan para pembelajar.
Semenatara itu pada faktor pembelajar, yang akan berpengaruh
terhadap pelaksanaan pembelajaran jarak jauh diantaranya kultur,
latar belakang socio ekonomi, interes, pengalaman dan tingkat
pendidikan. Selanjutnya, faktor penentu keberhasilan pembelajaran
jarak jauh lainnya adalah teknologi, teknologi merupakan media,
alat dan sarana penunjang terjadinya proses interaksi antara
pengajar dan pembelajar. Pendapat lain menyebutkan terdapat lima
faktor krusial yang dapat mendorong pada keberhasilan
pembelajaran jarak jauh, yaitu :
a) Manajemen institusi
Faktor manajemen institusi berkaitan dengan desain
perancanaan pelaksanaan PJJ di masa pandemi Covid-19 yang
dirancang oleh institusi pendidikan pusat sampai Sekolah
sebagai pelaksanaan di lapangan.
b) Lingkungan belajar
Faktor lingkungan belajar pada pembelajaran jarak jauh di
masa pandemi Covid-19 berkaitan dengan lokasi pengajar dan
pembelajaran ketika melaksanakan pembelajaran jarak jauh,
kemampuan pengajar dan pembelajar dalam megnakses intenet,
dan keberadaan sistem online yang menunjang pembelajaran.
Faktor lingkungan belajar ini menjadi faktor yang krusial dalam
pelaksanaan PJJ di Indonesa, hal tersebut dikarenakan
keteresdiaan akses internet di Indonesia yang belum merata
sehingga masih banyak pengajar dan pembelajar yang tidak bisa
melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan
c) Desain pembelajaran
Desain pembelajaran menjadi bagian penting yang perlu
diperhatikan dan dikembangkan oleh pengajar. Metode
pembelajaran jarak jauh ini merupakan sesuatu yang baru bagi
sebagian besar pengajar dan pembelajar, sehingga jika desain
pembelajaran tidak terancang dengan baik, maka pembelajaran
yang dilaksanakan pun akan menjadi tidak jelas. Desain
pembelajaran meliputi beberapa komponen, yaitu kejelasan
tujuan pembelajaran, kualitas konten, strategi pembelajaran,
psikologi pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
d) Layanan pendukung
Layanan pendukung dalam pelaksanaan PJJ terdiri dari
pelatihan dan alat komunikasi. Pada konteks PJJ di masa
pandemi Covid-19 ini, hanya sebagian kecil Sekolah yang
mengadakan pelatihan secara terencana kepada para pengajar
dan pembelajar mengenai pelaksanaan PJJ. Sebagian besar
sekolah hanya melakukan simulasi pelaksanaan PJJ dengan
menggunakan perangkat teknologi dan aplikasi yang mudah
terjangkau. Pelaksanaan layanan pelatihan sangat penting untuk
kelancaran PJJ, hal ini dikarenakan pelatihan bisa meningkatkan
kemampuan pengajar dan pembelajar dalam mengelaola
teknologi yang menjadi media dalam pembelajaran jarak jauh.
e) Evaluasi pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan bagian penting dari
sebuah proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan, dalam
pelaksanaan PJJ pun tetap perlu melakukan evaluasi
pembelajaran baik yang bersifat formatif maupun sumatif.
Namun demikian, sistem evaluasi yang dilaksanakan pada masa
pandemi ini harus lebih fleksibel. Fleksibilitas dari penilaian
tersebut diantaranya dari metode penilaiannya, seperti
presentasi, makalah penelitian, dan peer assessment yang
berkaitan dengan isu-isu yang sedang dibicarakan, seperti
dampak Covid-19 terhadap berbagai sector dan isu lainnya.
Salah satu metode penilaian yang fleksibel adalah E-portopolio,
E-portopolio ini menawarkan metode yang sangat fleksibel bagi
siswa dalam melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan selama
masa pandemi Covid-19. Metode penilaian berbasis online
lainnya yang sudah biasa dilaksanakan, diantaranya tes online
menggunakan berbagai platform/aplikasi test, seperti quizziz,
kahoot, atau google form.
3. Hipotesis penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis alternative yang akan
diajukan adalah sebagai berikut :

a) Ada perbedaan media pembelajaran penjas antar jenjang di masa


pandemi covid-19.
b) Ada perbedaan sikap guru penjas antar jenjang mengenai pembelajaran
daring.
G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisa sikap guru penjas
terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran daring di Kecamatan Subah. Penelitian ini menggunakan
metode survei cross-sectional, yaitu penelitian yang mempelajari beberapa
variabel pengamatan dalam satu waktu sekaligus (Fraenkel, 1993).
2. Populasi dan Sampel Penelitian
a) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2016: 80).

Populasi dalam penelitian ini adalah guru penjas yang ada di


Kecamatan Subah dan Kecamatan Tulis mulai dari jenjang sekolah dasar
sampai menengah atas/kejuruan.

Tabel 1. Data guru penjas (Kecamatan Subah, Tulis)

No Jenjang sekolah Jumah guru penjas

1 SD 54

2 SMP/MTs 29

3 SMA/MA 21

b) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada populasi, missal karena keterbatasan dana,
tenaga, dan waktu, maka penelitian ini dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2016:81). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini meggunakan sampel 104 guru penjas, diambil dari
Kecamatan Subah dan Kecamatan Tulis.
3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Sugiyono (2016: 38), variabel penelitian pada dasarnya
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
a. Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2016: 39), variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas penelitian ini adalah sikap guru penjas terhadap
penggunaan teknologi dan komunikasi.
b. Variabel Terikat
Menurut Sugiyono (2016: 39), variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang manjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat penelitian ini adalah
pembelajaran penjas daring di Kecamatan Subah.
4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
a. Teknik pengumpulan data
Menurut Arikunto (2010: 100) metode pengumpulan data adalah
cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Data merupakan sumber informasi yang berupa keterangan yang
mendukung penelitian, menurut Lofland mengemukakan teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif di sini diperoleh dari kata-
kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-
lain (Moleong, 2010: 112). Data merupakan faktor penting, karena dengan
adanya analisis data dapat dilakukan dan selanjutnya dapat ditarik
kesimpulan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode observasi, angket dan dokumentasi.
1) Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Data dikumpulkan dan sering dengan
bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda
yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh
(benda luar angkasa) dapat diobservasi dengan jelas (Sugiyono,
2014:310). Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi
dengan cara mengamati secara langsung kegiatan saat melakukan
pembelajaran daring.
2) Metode Angket
Angket atau kuisioner adalah sejumlah petanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun instrument,
jadi dalam menggunakan metode angket atau kuosioner instrument
yang dipakai adalah angket atau kuosioner. (Suharsimi Arikunto
2006:151).
3) Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010:201), Metode Dokumentasi dari asal
katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Menurut
Poerwadarminta, (2011: 299) dokumentasi adalah pemberian atau
pengumpulan bukti-bukti dan keterangan (seperti kutipan-kutipan
dari surat kabar dan gambar-gambar) yangmempertunjukkan
peristiwa-peristiwa, pekerjaan-pekerjaan, kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat. Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah,
dokumen, peraturan dan lain-lain. Metode dokumentasi yang
digunakan peneliti dalam melengkapi hasil penelitian. Jenis
dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
bukti – bukti peneliti sedang melakukan penelitian, kegiatan
responden ketika sedang diteliti dan bukti penelitian yang lainnya.

5. Instrumen Penelitian
Instrumen menurut Arikunto (2010: 101) merupakan alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Instrument dalam penelitian ini adalah Physical Education Teachers’
Subjective Theories Questionnaire(PETSTQ), yaitu kuesioner dengan 63
item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur perspektif guru penjas
terhadap integrasi TIK dalam pengajaran penjas (Kretschmann, 2015).
Peserta disurvei pada delapan kategori: manajemen kelas dan
pengornisasian kelas; tingkat melek komputer ; peralatan; pengajaran yang
inovatif dan modern; terkait dengan siswa; interaksi sosial; terkait
pengajaran; dan teori subjektif terkait guru. Peserta merespons dengan
menunjukkan sejauh mana mereka setuju dengan pernyataan pada skala
Likert 5 poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju).
Variabel tambahan. Selain item kuesioner, peserta diminta untuk
melaporkan informasi yang berkaitan dengan gender, usia, pengalaman
mengajar, dan tingkat sekolah yang mereka ajarkan sampai jenis media
pembelajaran yang digunakan.

6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menggunakan Statistical Package for the Social
Sciences (SPSS versi 20.0). Pertama, statistik deskriptif digunakan untuk
menilai data secara umum dan asumsi normalitas serta untuk
menggambarkan karakteristik demografis. Kedua, psikometri sifat-sifat
tindakan diperiksa menggunakan alpha Cronbach dan confirmatory factor
analysis (CFA).

DAFTAR PUSTAKA

Aji Setyawan, D. (2016). Peningkatan Mutu Pendidikan Jasmani Melalui Pemberdayaan


Teknologi Pendidikan. 119–139.

Annarino, A. A. & Cowel. (1980). Curriculum Theory and Design in Physical Education. St.
Louis: CV. Mosby Company.
Bungkus, S. S. D., Bungkus, S. D., & Kretek, S. D. B. (2020). Peningkatan Kreatifitas Dan
Inisiatif Guru Melalui Model Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19
Improvement Of Teacher Creativities And Initiatives Through Online Learning
Models In The Covid-19 Pandemic Period. 5(1).

Depdiknas, R. I. (2003). Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.


Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (1993). How to design and evaluate research in
education (Vol. 7). New York: McGraw-Hill.

Hermansyah, F. I. (2020). Pengambilan Kebijakan oleh Swedia dan Indonesia terhadap Pandemi
Covid-19. Journal of Virology, 1–14.

Herlina, H., & Suherman, M. (2020). Potensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan (Pjok) Di Tengah Pandemi Corona Virus Disease (Covid)-19 Di
Sekolah Dasar. Tadulako Journal Sport Sciences And Physical Education, 8(1),
1–7. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/PJKR/article/view/16186
https://sevima.com/5-kebijakan-pendidikan-masa-darurat-corona/

https://www.gurupendidikan.co.id/teknologi-informasi-dan-komunikasi/

Ikhwan, A. N. (2020). Penggunaan Software Dalam Pembelajaran Kampus Di Masa Pandemi


Covid-19: Studi Literatur Ananda Nurul Ikhwan ( 0305192106 ).

Kastrena, E., Setiawan, E., Patah, I. A., & Nur, L. (2020). Indonesian Journal of Primary
Education Pembelajaran Peer Teaching Berbasis Zoom Video sebagai Solusi
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli saat Situasi Covid
19. 4(1), 69–75.

Kretschmann, R. (2015). Physical Education Teachers' Subjective Theories about Integrating


Information and Communication Technology (ICT) into Physical
Education. Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET, 14(1), 68-
96.

Latip, A. (2020). Komunikasi Pada Pembelajaran Jarak Jauh Di. Edukasi Dan Teknologi, 1(2),
107–115.

Nailul Mona. (2020). Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek
Contagious ( Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia ) Jurnal Sosial
Humaniora Terapan., 2(2), 117–125.

Sidiq, Z. (2015). Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. CBIS Journal.

Suhartono. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Dengan Pembelajaran M-


Learning. Prosiding Seminar Nasional Peran Pendidikan Jasmani Dalam
Menyangga Interdisipliner Ilmu Keolahragaan, 322–333.

Arismunandar, W. (1999). Masa Depan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia. Dicetak
ulang untuk Seminar dan Widyakarya Nasional Olahraga dan Kesegaran Jasmani,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai