Anda di halaman 1dari 23

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS

ANDROID DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMK

Usulan Seminar Penelitian

Diajukan Oleh

Nama : A Nurul Anwar Maulana (18340027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS


PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI
INFORMASI UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Seminar Penelitian Berjudul

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS


ANDROID DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMK

yang diajukan oleh A Nurul Anwar Maulana

NPM 18340027

telah disetujui untuk dilaksanakan.

Semarang, …………………..

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Achmad Buchori Arif Wibisono, S.Pd., M.Kom


NIDN. 0610048103 NIDN. 0628038501

Mengetahui,
Dekan FPMIPATI

Nur Khoiri, S.Pd., M.T., M.Pd


NPP. 047801165
Daftar Pustaka

HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
B. Kerangka Berfikir
BAB III METODE PENELITIAN
A. Studi Pendahuluan
B. Rancangan Produk
C. Uji Coba Produk
JADWAL PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini bias dipahami sebagai era global yang ditandai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya
menjadi momentum untuk semakin meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, perlu didukung oleh berbagai aspek
kehidupan, salah satunya pendidikan. Secara esensi, pendidikan merupakan yang paling
potensial dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia, karena dalam praktiknya,
pendidikan berkaitan dengan penyampaian ilmu pengetahuan serta nilai – nilai. Melalui hal
tersebut, pendidikian dipahami sebagai garda terdepan sebagai upaya peningkayan kualitas
SDM Indonesia berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebenarnya, pendidikan telah mengarahkan praksis pembelajaran untuk mengembangkan


kemampuan peserta didik berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah
satu anjuran untuk dapat mengembangkan kemampuan peserta didik berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, tercantuk dalam standar kelulusan (SKL) Permendikbud NO.54
Tahun 2013 yang berbunyi: Bagi peserta didik tingkat SMA sederajat, pada ranah kognitif
diupayakan peserta didik memiliki pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak
fenomena dan kejadian.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa proses pembelajaran pada jenjang
pendidikan SMK diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam
bingkai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai bagian dari mata pelajaran
yang dipelajari oleh peserta didik pada jenjang pendidikan menengah atas, mata pelajaran
sejarah indonesia pun diarahkan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta
didik melalui proses pembelajarannya. Oleh karena itu, agar peserta didik dapat mencapai
pemahaman yang lebih optimal terkait materi ajar sejarah Indonesia maka diperlukan inovasi
dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia. Diperlukanya inovasi dalam pembelajaran
sejarah Indonesia ini, diperlukan dengan alas an pada pembelajaran konvensional, umumnya
belum memanfaatkan teknolgi pembelajaran secara optimal. Salah satu teknologi
pembelajaran yang diharapkan dapat lebih memfasilitasi peserta didik dalam mempelajari
sejarah Indonesia adalah penggunaan media pembelajaran.

Menurut Daryanto (2010: 2) pembelajaran yang dilaksanakan secara konvensional


mengakibatkan siswa belajar tidak efektif dan tidak merasa termotivasi sehingga
menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang diberikan guru. Hal ini
menunjukan kemampuan guru dalam mengemas proses pembelajaran perlu mendapat
perhatian. Berdasarka teori Van Dallen, dalam Sugiarto (2014: 2) hasil belajar dipengaruhi 6
faktor, yaitu: guru, kurikulum, siswa, media pembelajaran, lingkungan dan metode
pembelajaran. Lilik Setiono (2009) mengatakan bahwa pemakaian medi pembelajaran dalam
proses pembelajaran membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan minat
dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Dalam hal ini salah satu
media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran sejarah
Indonesia adalah dengan memanfaatkan mobile learning. Mobile learning sendiri merupakan
sebuah inovasi dalam pembelajaran yang memungkinkan proses pembelajaran berlangsung
dengan lebih fleksibel karena tidak harus selalu terpaku di dalam kelas. Salah satu platform
sistem operasi mobile yang banyak dikembangkan dalam pengembangan program media
pembelajaran yaitu program berbasis Android. Mobile learning berbasis Android memang
telah banyak dikembangkan menjadi media pembelajaran. Namun pengembangan mobile
learning berbasis Android umumnya belum memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan
multimedia. Padahal, mobile learning berbasis Android sangat potensial untuk
dikembangkan, karena peserta didik umumnya telah menggunakan Android dalam
mengakses berbagai informasi. Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan, maka diperlukan pengembangan media pembelajaran, mobile learning
berbasis android pada mata pelajaran biologi. Hal ini perlu dilakukan agar seluruh peserta
didik dapat terfasilitasi pembelajaran biologinya, sehingga dapat mencapai prestasi belajar
biologi sesuai dengan yang diharapkan.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi masalah
pada penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tuntutan pada era global yaitu sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
yang baik dalam berpikir berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Hakikat pembelajaran sejarah Indonesia yang mengupayakan peserta didik dapat
mengembangkan berbagai kemampuan berpikir berbasiskan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3. Peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep, fakta dan istilah dalam
pembelajaran
4. Belum dimanfaatkannya media pembelajaran berupa mobile learning berbasis
android secara optimal dalam pembelajaran sejarah Indonesia

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
diantaranya:
1. Bagaimana mengembangkan mobile learning berbasis android untuk meningkatkan
prestasi belajar sejarah Indonesia peserta didik?
2. Bagaimanakah kelayakan mobile learning berbasis android yang digunakan pada
pembelajaran sejarah Indonesia

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan secara konvensional
mengakibatkan siswa belajar tidak efektif dan tidak merasa termotivasi sehingga
menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang diberikan guru.
Dalam hali ini, salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengoptimalkan pembelajaran sejarah Indonesia adalah dengan memanfaatkan mobile
learning.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori
2.1 Konsep Dasar Media pembelajaran
2.1.1 Pengertian Media
Kajian teori media pembelajaran, pemahaman, dasar, manfaat, jenis, dan cara
memilih media menjadi suatu topik yang menarik untuk di bahas karena tidak
semua orang memiliki persepsi sama tentang hal ini.
Seperti misalnya menurut Heinich, and friends (1982) dalam Arsyad (2013: 3)
mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang menyampaikan informasi
antara sumber dan penerima. Definisi tersebut menekankan istilah media sebagai
perantara.
Media berfungsi untuk menghubungkan informasi dari satu pihak ke pihak lain.
Sedangkan dalam dunia pendidikan kata media disebut media pembelajaran.
2.1.2 Dasar Penggunaan Media
Menurut Piaget dalam Slameto (2010:13) mengatakan bahwa ada tiga tahap
perkembangan mental anak, yaitu:

1. Berpikir secara intuitif + 4 tahun


2. Beroprasi secara kongkrit + 7 tahun
3. Beroprasi secara mandiri resmi + 11 tahun
Proses belajar di lingkungan belajar siswa harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan siswa. Anak usia sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap
perkembangan mental operasional konkret. Karena itu dalam pembelajaran di
sekolah dasar, guru harus menyediakan kondisi belajar nyata.
2.1.3 Konsep Dasar Pembelajaran

Pengertian Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik


dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Pembelajaran adalah
pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan
ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran 11 adalah Proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Konsep
pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61) adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang
dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai
yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,
motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain
sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran
merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator
suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan
itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relative lama dan karena adanya usaha.

2.1.3 Komponen Pembelajaran


Interaksi merupakan ciri utama dari kegiatan pembelajaran, baik antara yang
belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman- 12 temannya, tutor,
media pembelajaran, atau sumber-sumber belajar yang lain. Ciri lain dari
pembelajaran adalah yang berhubungan dengan komponen-komponen
pembelajaran. Sumiati dan Asra (2009: 3) mengelompokkan komponen-
komponen pembelajaran dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi
pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan
metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat
belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan terciptanya
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
2.1.4 Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang
diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager (Sumiati dan Asra,
2009: 10) memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu
maksud yang dikomunikasikan melalui peenyataan yang menggambarkan tentang
perubahan yang diharapkan dari siswa. Menurut H. Daryanto (2005: 58) tujuan
pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur. B. Suryosubroto (1990: 23) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah
ia melewati kegiatan pembelajaran yang 13 bersangkutan dengan berhasil. Tujuan
pembelajaran memang perlu dirumuskan dengan jelas, karena perumusan tujuan
yang jelas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses
pembelajaran itu sendiri.
Tujuan pembelajaran tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Menurut E. Mulyasa
(2010: 222) berikut ini adalah cara pengembangan RPP dalam garis besarnya.
1) Mengisi kolom identitas
2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan.
3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang
akan digunakan yang terdapat dalam silabus yang telah disusun.
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.
5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang
terdapat dalam silabus.
6) Menentukan metode pembelajaranyang akan digunakan.
7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran.
8) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan.
9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik
penskoran.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perumusan tujuan pembelajaran


harus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sera indikator yang
telah ditentukan.
Tujuan pembelajaran juga harus dirumuskan secara lengkap agar tidak
menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Suatu tujuan pembelajaran juga
harus memenuhi syarat-syarat berikut: 1) Spesifik, artinya tidak mengandung
penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam) 2)
Operasional, artinya mengandung satu perilaku yang dapat diukur untuk
memudahkan penyusunan alat evaluasi. Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulakan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa
saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Rumusan
tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator pencapaian siswa. Selain itu tujuan pembelajaran
yang dirumuskan juga harus spesifik dan operasional agar dapat digunakan
sebagai tolak ukur keberhasilan dari prose pembelajaran.
2.1.5 Materi pembelajaran
Materi pembelajaran pada dasarnya merupakan isi dari kurikulum, yakni berupa
mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya. Isi dari
proses pembelajaran tercermin dalam materi 15 pembelajaran yang dipelajari oleh
siswa. Syaiful Bahri Djamarah, dkk (2006: 43) menerangkan materi pembelajaran
adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa
materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Materi
pembelajaran disusun secara sistematis dengan mengikuti prinsip psikologi. Agar
materi pembelajaran itu dapat mencerminkan target yang jelas dari perilaku siswa
setelah mengalami proses belajar mengajar. Materi pembelajaran harus
mempunyai lingkup dan urutan yang jelas. Lingkup dan urutan itu dibuat bertolak
dari tujuan yang dirumuskan. Materi pembelajaran berada dalam ruang lingkup isi
kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pembelajaran tentu saja harus sejalan
dengan ukuran-ukuran yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi
yang bersangkutan. Harjanto (2005: 222) menjelaskan beberapa kriteria pemilihan
materi pembelajaran yang akan dikembangka dalam sistem pembelajaran dan
yang mendasari penentuan strategi pembelajaran, yaitu:
1) Kriteria tujuan pembelajaran. Suatu materi pembelajaran yang terpilih
dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus atau tujuan-tujuan
tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan
yang telah dirumuskan.
2) Materi pembelajaran supaya terjabar. Perincian materi pembelajaran
berdasarkan pada tuntutan dimana setiap tujuan pembelajaran khusus yang
dijabarkan telah dirumuskan 16 secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini
berarti terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi
materi pembelajaran.
3) Relevan dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa
mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena setiap
materi pembelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk
mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek di
antaranya adalah pengetahuan sikap, nilai, dan keterampilan.
4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat. Siswa dipersiapkan untuk menjadi
anggota masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini,
materi pembelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan
pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembanga mereka menjadi manusia
yang mudah menyesuaikan diri.
5) Materi pembelajaran mengandung segi-segi etik. Materi pembelajaran yang
dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak.
Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran
yang telah mereka terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai
manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
6) Materi pembelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik
dan logis. Setiap materi pembelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh,
terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi
disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan
psikologi siswa. Dengan cara ini diharapkan sisi materi tersebut akan lebih mudah
diserap siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.
7) Materi pembelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru
yang ahli, dan masyarakat. Ketiga faktor tersebut perlu diperhatikan dalam
memilih materi pembelajaran. Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh
para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku,
Kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan. Dari berbagai
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran merupakan
komponen pembelajaran yang sangat penting. Tanpa materi pembelajaran proses
pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, materi pembelajaran
yang dipilih harus sistematis, sejalan dengan tujuan yang telah dirumuskan,
terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan kondisi masyarakat
sekitar, mengandung segi-segi etik, tersusun dalam ruang lingkup yang logis, dan
bersumber dari buku.

2.1.6 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan,


dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan siswa untuk belajar
proses, bukan hanya belajar produk. Belajar produk pada umumnya hanya
menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan
tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Oleh
karena itu, metode pembelajaran pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran
tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. Dalam hal
ini guru dituntut agar mampu memahami kedudukan metode sebagai salah satu
komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran
yang tepat. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 92) ketepatan penggunaan metode
pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran materi
pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi dan
kondisi dan waktu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketepatan
penggunaan metode pembelajaran oleh guru memunkinkan siswa untuk mencapai
tujuan belajar baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Agar metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru 19 tepat, guru harus memperhatikan
beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan
guru, kondisi siswa, sumber dan fasilitas, situasi kondisi dan waktu. Penggunaan
metode pembelajarandengan memperhatikan beberapa faktor di atas diharapkan
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

2.1.6 Media Pembelajaran


Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis
dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab
keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap
peserta didik. Kata media pembelajaran berasal dari bahasa latin ”medius” yang
secara harfiah berarti ”tengah”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab,
media perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam
pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara
lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.20 Association
for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media
yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.
Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang
dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument
yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat
mempengaruhi efektifitas program instruksional. Menurut Oemar Hamalik media
pembelajaran adalah Alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Menurut Suprapto dkk, menyatakan bahwa
media pembelajaran adalah suatu alat pembantu secara efektif yang dapat
digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian
kali ini peneliti lebih cenderung menggunakan definisi media pembelajaran dari
Oemar Hamalik dengan alasan bahwa cakupannya lebih luas, tidak hanya dibatasi
sebagai alat tetapi juga teknik dan metode sehingga dapat mencakup definisi dari
para ahli pendidikan lainnya.
2.2.1 Media Pembelajaran Berbasis Internet ( E – Learning )

Dalam paradigma pembelajaran tradisional, proses belajar mengajar biasanya


berlangsung di dalam kelas dengan kehadiran guru di dalam kelas dan pengaturan
jadwal yang kaku di mana proses belajar mengajar hanya bisa berlaku pada waktu
dan tempat yang telah ditetapkan. Peran guru sangat dominan dan bertanggung
jawab atas efektivitas proses belajar mengajar dan guru juga menjadi sumber
belajar yang dominan. Dalam paradigma sekarang, dengan pendekatan SCL
dominasi guru berkurang dan sebagian besar hanya berperan sebagai fasilitator
dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar. Sebagai fasilitator guru
semestinya dapat memfasilitasi siswa atau siswa agar dapat belajar setiap saat di
mana saja dan kapan saja siswa merasa memerlukan. Proses belajar mengajar
akan berjalan efektif dan efisien bila didukung dengan tersedianya media yang
menunjang. Penyediaan media serta metodologi pendidikan yang dinamis,
kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi pengembangan potensi peserta
didik, secara optimal. Hal ini disebabkan karena potensi peserta didik akan lebih
terangsang bila dibantu dengan sejumlah media atau sarana dan prasarana yang
mendukung proses interaksi yang sedang dilaksanakan. Media dalam perspektif
pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung
dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik. Dengan
keterbatasan yang dimiliki, manusia seringkali kurang mampu menangkap dan
menanggapi hal-hal yang bersifat abstrak atau yang belum pernah terekam dalam
ingatannya. Untuk menjembatani proses internalisasi belajar mengajar yang
demikian, diperlukan media pendidikan yang memperjelas dan mempermudah
peserta didik dalam menangkap pesan-pesan pendidikan yang disampaikan. Oleh
karena itu, semakin banyak peserta didik disuguhkan dengan berbagai media dan
sarana prasarana yang mendukung, maka semakin besar kemungkinan nilai-nilai
pendidikan mampu diserap dan dicernanya24 . Kemajuan ICT, proses ini
dimungkinkan dengan menyediakan sarana pembelajaran online melalui internet
dan media elektronik. Konsep pembelajaran berbasis ICT seperti ini lebih dikenal
dengan e-learning. E-Learning atau electronic learning kini semakin merupakan
salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju
maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah
yang berbeda beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah
pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-
Learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif
baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning
disingkat menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang
merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti
‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa
bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari
ketiganya. Pengertian formal istiah e-learning diberikan oleh beberapa pakar
diantaranya yang banyak diadopsi adalah pendapat Harley, yang menyatakan
bahwa e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet,
Intranet atau media jaringan Komputer lain. Sedangkan menurut Learn Frame
bahwa e-learning, disebut juga TbLearning (Technology-based Learning) adalah
sistem pendidikan yang menggunakan semua aplikasi elektronik untuk
mendukung belajar mengajar termasuk jaringan Komputer (Internet, Intranet,
Satelit), media elektronik (audio, tv, CD-ROM).25 Dalam konsep e-learning,
tidak saja materi pelajaran disediakan secara online, tetapi juga ditandai dengan
adanya suatu sistem (berupa software) yang mengatur dan memonitor interaksi
antara guru dan siswa (dosen dengan siswa), baik bersifat langsung
(synchronoius) atau tertunda (asynchronoius). Dalam e-learning sistem ini dikenal
dengan istilah LMS/CMS (Learning/Course Management System). Software LMS
komersial yang populer diantaranya adalah WebCT, Blacckboard, TopClass,
eCollege. Sedangkan yang merupakan open source yang banyak dikenal di
antaranya adalah Dokeos (yang dipakai UNEJ) dan Moodle. LMS/CMS tidak saja
menyediakan ruang bagi dosen untuk menaruh materi pelajaran tetapi juga
menyediakan fasilitas lain seperti komunikasi langsung (chatting, teleconference,
video conference), komunikasi tertunda (e-mail, mailing-list), pelacak progress
(progress tracking), materi pelajaran (silabus, materi pelajaran, kumpulah soal-
soal, latihan online)

2.2.2 Pengertian E – Learning

E-Learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi


informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba menguraikan pengertian e-
learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :

a. Jaya Kumar E-Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang


menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.

b. Dong E-Learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat


elektronik Komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya.

c. Rosenberg Menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi


Internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan.

d. Darin E. Hartley E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang


memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
Internet, Intranet atau media jaringan Komputer lain.

e. Learn Frame E-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi


elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan
Komputer, maupun Komputer standalone. E-Learning dalam arti luas bisa
mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (Internet) baik secara
formal maupun informal. E-Learning secara formal misalnya adalah pembelajaran
dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun
berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola elearning
dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya
tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak
jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya
perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-
learning untuk umum

2.3 Pengertian Sejarah Kata sejarah berasal dari bahasa Arab ( ‫ ةرجش‬:šajaratun) yang
artinya pohon. Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh ( ‫ خيرات‬.( Adapun
kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya waktu. Kata Sejarah lebih dekat pada
bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu. Dalam bahasa Inggris berasal dari
history, yakni masa lalu. Dalam bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia,
bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal
gescheiedenis. Pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah
menyangkut waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam
memahami peristiwa, sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan
membuat periodisasi. Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lalu atau silsilah, terutama bagi raja-raja.

Kata sejarah menurut pendapat para ahli, yaitu sebagai berikut : J. Bank
berpendapat bahwa Sejarah merupakan semua kejadian atau peristiwa masa lalu.
Sejarah untuk memahami perilaku masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang. Robin Winks berpendapat bahwa Sejarah adalah studi tentang manusia
dalam kehidupan masyarakat. Leopold von Ranke berpendapat bahwa Sejarah
adalah peristiwa yang terjadi. Sir Charles Firth berpendapat bahwa Sejarah
merekam kehidupan manusia, perubahan yang terus menerus, merekam ide-ide,
dan merekam kondisi-kondisi material yang telah membantu atau merintangi
perkembangnnya. John Tosh berpendapat bahwa Sejarah adalah memori kolektif,
pengalaman melalui pengembangan suatu rasa identitas sosial manusia dan
prospek manusia tersebut di masa yang akan datang.

Henry Steele Commager berpendapat bahwa Sejarah merupakan rekaman


keseluruhan masa lampau, kesusatraan, hukum, bangunan, pranata sosial, agama,
filsafat. Moh. Hatta berpendapat bahwa Sejarah adalah pemahaman masa lalu
yang mengandung berbagai dinamika dan problematika manusia. Sedangkan
Moh. Ali mempertegas pengertian sejarah, yakni : . Jumlah perubahan, kejadian
atau peristiwa di sekitar kita. Cerita perubahan, kejadian, atau peristiwa di sekitar
kita. Ilmu yang menyelidiki perubahan, kejadian, peristiwa di sekitar kita.
Rochiati Wiriatmadja berpendapat bahwa Sejarah merupakan disiplin ilmu yang
menjanjikan etika, moral, kebijaksanaan, nilai-nilai spiritual, dan kultural.
Sedangkan Muhammad Yamin berpendapat bahwa Sejarah adalah ilmu
pengetahuan tentang cerita sebagai hasil penafsiran kejadian manusia masa lalu.
Adapun Nugroho Notosusanto berpendapat bahwa Sejarah adalah peristiwa
manusia sebagai makhluk bermasyarakat yang terjadi pada masa lalu. Sartono
Kartodirdjo yang dikutip Haryono berpendapat bahwa Sejarah menceritakan
kejadian dengan membuat kembali peristiwa tersebut secara verbal. Sedangkan
Daniel dan Banks berpendapat bahwa sejarah adalah kenangan pengalaman
manusia. Sedangkan Banks berpendapat bahwa kejadian di masa lalu adalah
sejarah dan sejarah adalah aktualitas. J.V. Bryce berpendapat bahwa Sejarah
adalah catatan yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat manusia.
Sedangkan W.H. Walsh berpendapat bahwa Sejarah menitikberatkan pada
pencatatan yang berarti dan penting, yang meliputi tindakan dan pengalaman di
masa lalu. Adapun Patrick Gardiner berpendapat bahwa Sejarah adalah ilmu yang
telah diperbuat manusia. Roeslan Abdulgani berpendapat bahwa sejarah adalah
penelitian dan penyelidikan secara sistematis untuk dijadikan perbendaharaan,
pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa
depan. Sedangkan Ibnu Khaldun berpendapat bahwa Sejarah didefinisikan
sebagai catatan peradaban manusia.
2.4 Android

Pengertian Android adalah sistem operasi yang dirancang oleh Google dengan
basis kernel Linux untuk mendukung kinerja perangkat elektronik layar sentuh,
seperti tablet atau smartphone. Jadi, android digunakan dengan sentuhan, gesekan
ataupun ketukan pada layar gadget

2.4.1 Sejarah Android

Di awal pembuatannya, Android ditargetkan bagi penggunaan perangkat kamera


digital. Akan tetapi, para pencipta Android, yaitu Andy Rubin, Chris White, dan
Nick Sears berpendapat bahwa pasar untuk kamera digital tidak terlalu besar.
Maka dari itu, sistem operasi ini kemudian dialihkan penggunaannya pada ponsel
pintar.
Pada tahun 2004, Android mulai dipasarkan dan berhadapan dengan
saingan smartphone berbasis sistem operasi Symbian dan Windows Mobile. Di
awal pemasarannya ini, Andy Rubin dan partner-nya sulit mendapatkan investor.
Hingga akhirnya, Android berhasil mendapatkan suntikan dana sebesar 10.000
dolar Amerika dari Steve Perlman, seseorang yang kala itu ingin membantu Andy
Rubin. Di bulan Juli 2005, Google mengakuisisi Android Inc. dengan uang
sebesar 50 juta dolar.
Para pendiri Android kemudian bergabung dengan Google dan memimpin proyek
ini. Setelah Google akhirnya berkompetisi juga dalam perangkat ponsel pintar
yang dibelinya, yaitu Android, Google akhirnya membuat prototipe.
Prototipe tersebut merupakan smartphone yang memiliki keyboard, seperti mililk
Blackberry. Hingga Desember 2006, berita mengenai prototipe Android ini terus
tersiar.
Tanpa disangka-sangka, pada tahun 2007, perusahaan Apple merilis iPhone
dengan desain smartphone yang hampir seluruh permukaannya menggunakan
layar sentuh.
Mulai dari situ, Google memikirkan bagaimana
perkembangan smartphone Android untuk ke depannya, mengingat prototipe
awalnya menggunakan keyboard tanpa layar sentuh sama sekali.
Untuk menyaingi iPhone, Nokia dan Balckberry merilis ponsel dengan layar
sentuh di tahun 2008. Tak ingin kalah dengan kompetitornya, Google juga merilis
ponsel dengan layar sentuh, yaitu HTC Dream atau T-Mobile G1.
Namun, tak hanya layar sentuh saja, smartphone ini juga tidak meninggalkan
penggunaan keyboard.

2.5 Aplikasi

Ada banyak pengertian mengenai aplikasi menurut beberapa ahli yaitu :


1. Menurut Supriyanto (2005:2) adalah program yang memiliki aktifitas
pemrosesan perintah yang diperlukan untuk melaksanakan permintaan
pengguna dengan tujuan tertentu.
2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penerapan dari rancang
sistem untuk mengolah data yang menggunakan aturan atau ketentuan bahasa
pemrograman tertentu. Beberapa aplikasi yang digabung bersama menjadi
suatu paket kadang disebut sebagai suatu paket atau suite aplikasi
(Application suite). Contohnya adalah Microsoft Office dan OpenOffice.org.
Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya memiliki antarmuka pengguna
yang memiliki kesamaan sehingga memudahkan pengguna untuk
mempelajari dan menggunakan tiap hari. Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket
biasanya memiliki antarmuka pengguna yang memiliki beberapa kesamaan
sehingga memudahkan pengguna untuk mempelajari dan menggunakan
setiap aplikasi. Umumnya aplikasi-aplikasi tersebut memiliki kemampuan
untuk saling berinteraksi sehingga menguntungkan pengguna itu sendiri.
Contohnya, suatu lembar kerja dapat dimasukkan dalam suatu dokumen
pengolah kata walaupun dibuat pada aplikasi lembar kerja yang terpisah.
2.6 Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada kaitan
antara materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat
dan dianalisis oleh peserta didik. 
Pembelajaran kontekstua; menurut para ahli :

1. Menurut Depdiknas
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa. Menurut

Depdiknas, metode pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa menciptakan

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Menurut Elaine B. Johnson


Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong

para siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari. Caranya

ialah dengan menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari

dengan konteks kehidupan sehari-hari.

3. Menurut Wina Sanjaya


Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya pada kehidupan mereka.


B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan keseluruhan proses dalam suatu penelitian, dengan diawali
dari identifikasi masalah, usulan solusi, tahap pengembangan, dan mendapatkan hasil
pembahasan dan kesimpulan. Kerangka berpikir yang berkaitan dengan judul
“Pengembangan media pembelajaran sejarah Indonesia berbasis android dengan
pendekatan kontekstual di smk”

C. Produk Yang Akan Dihasilkan


Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian yan berjudul “Pengembangan media
pembelajaran sejarah Indonesia berbasis android dengan pendekatan kontekstual di smk”
adalah sebuah aplikasi untuk diakses seluruh siswa di sekolahan. Aplikasi ini dapat
diakses semua siswa SMK.

Anda mungkin juga menyukai