Anda di halaman 1dari 16

Melaporkan Implementasi Sumber Belajar dan

Media Pembelajaran PAI Berbentuk Audio, Visual, Multimedia, Media

Berbasis ICT/Internet di Lembaga Jenjang SMA/MA/SMK

Eka Puji Lestari (epuji8217@gmail com)

Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd

Abstrak

Perkembangan Information and Communication Technology (ICT) atau


Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam beberapa dekade terakhir
berjalan sangat cepat sejalan dengan perkembangan teknologi telekomunikasi,
termasuk jaringan komputer. Berbagai teknologi dan aplikasi pendukung juga
telah dikembangkan sebagai upaya untuk mendukung dan mempermudah aktivitas
kehidupan manusia dan organisasi, termasuk kegiatan belajar mengajar dalam
dunia pendidikan. Dalam menyikapi perkembangan dan kemajuan ICT tersebut,
para dosen dan guru dituntut untuk menguasai teknologi (ICT) agar dapat
mengembangkan materi-materi pembelajaran berbasis ICT dan memanfaatkan
ICT sebagai media pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memberikan
kemudahan dan kesempatan yang lebih luas kepada pebelajar dalam belajar.
Kemajuan ICT juga telah memungkinkan memanfaatan berbagai jenis/macam
media secara bersamaan dalam bentuk multimedia pembelajaran. Penggunaan
multimedia interaktif yang memuat komponen audio-visual (suara dan tampilan)
untuk penyampaian materi pembelajaran dapat menarik perhatian siswa untuk
belajar. Multimedia interaktif juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan eksperimen semu dan eksplorasi sehingga memberikan
pengalaman belajar daripada hanya sekedar mendengar uraian/penjelasan guru.
Kegiatan pelatihan dan lokakarya maupun workshop ICT bagi para dosen/guru
dan pendidikan calon guru yang mengintegrasikan ICT di dalam kurikulumnya
dapat meningkatkan keterampilan ICT dan keinginan mereka untuk
mengintegrasikannya di dalam proses belajar mengajar.
Kata Kunci : Information and Communication Technology (ICT), Multimedia,
media pembelajaran

Abstract

The development of Information and Communication Technology (ICT) or


Information and Communication Technology (ICT) in the last few decades has
progressed very quickly with the development of telecommunications technology,
including computer networks. Various supporting technologies and applications
have also been developed as an effort to support and facilitate the activities of
human and organizational life, including teaching and learning activities in the
world of education. In responding to the development and progress of ICT,
lecturers and teachers learn to master technology (ICT) in order to develop ICT-
based learning materials and utilize ICT as a learning medium. The goal is to
provide convenience and wider opportunities for students in learning. Advances
in ICT have also supported the use of various types of media simultaneously in the
form of multimedia learning. The use of interactive multimedia that contains
audio-visual components (sound and display) to deliver learning materials can
attract students' attention to learn. Interactive multimedia can also provide
opportunities for students to conduct quasi-experiments and explorations so as to
provide a learning experience rather than just hearing the teacher's explanation.
ICT training activities and workshops as well as workshops for lecturers/teachers
and teacher education candidates who integrate ICT in their curriculum can
improve their ICT skills and their desire to integrate it in the teaching and
learning process.

Keywords: Information and Communication Technology (ICT), Multimedia,


learning media
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya
manusia yang dinamis, serta syarat akan perkembangan yang memang seharusnya
terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti
perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan.1 Berbicara mengenai pendidikan, khususnya sistem
pendidikan formal tidak terlepas dari pengembangan sistem-sistem yang
mendukung. Dengan demikian guru sebagai tenaga pendidik memegang peranan
penting dalam proses belajar mengajar. Guru yang ideal harus memiliki
kemampuan dasar mengelola kelas, menguasai materi yang akan diajarkan serta
menggunakam metode dan srategi sesuai konsep yang diajarkan. Mengajar berarti
menyampaikan berbagai informasi kepada siswa, mengenai fakta, konsep, prinsip
dan teori sebagai materi pembelajaran.

Guru sebagai pendidik akan terus menerus untuk selalu mengembangkan


strategi pembelajaran agar kesulitan dalam pembelajaran dapat dipecahkan. Oleh
karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model
pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna
merupakan tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru. Ruang lingkup PAI dan
Budi Pekerti meliputi perwujudan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan makhluk lainnya maupun
hubungan dengan lingkungannya.2 Sedangkan dalam Permendiknas RI No. 22
Tahun 2006 ruang lingkup PAI di SMA/SMK meliputi Al-Qur’an dan Hadits,
Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh/Sejarah Islam.

Disebutkan dalam kurikulum 2013 bahwa mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
hal keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), hlm. 10.
2
Munirah Ira, Sistem Pendidikan di Indonesia: antara keinginan dan realita, Jurnal
Auladuna 2, no. 2 (2015): 233–45.
sehari-hari. Tujuan pendidikan ini kemudian dirumuskan secara khusus menjadi
sebagai berikut; (1) menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian,
pembinaan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga
menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah Swt; dan (2) mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama
dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia.3

METODE

Penelitian ini membahas tentang pemeriksaan berita umum di lapangan


dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Creswell, yang
dikutip oleh Noor, penelitian kualitatif adalah pengambilan sampel yang
kompleks yang mengkaji konsep, melaporkan secara jelas dari perspektif
partisipan, dan melakukan penelitian dalam situasi alami. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian deskriptif dan dapat menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif.4

Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif daripada suatu bentuk


penelitian yang menggunakan metode atau pendekatan studi kasus. Penelitian ini
memfokuskan secara dekat pada suatu faktor tertentu yang telah diteliti sebagai
suatu masalah. Metode penelitian kualitatif disebut metode baru, belakangan ini
disebut metode post-positivis karena popularitasnya, karena didasarkan pada
filosofi post-positivisme. Metode ini juga dianggap sebagai metode artistik karena
metode penelitiannya lebih artistik (kurang stereotip), dan data yang diperoleh

3
Aprida Pane, dkk, “Belajar dan Mengajar,” Fitrah Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman
Vol.03 No.2 (Desember 2017), hal 337.
4
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi,Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah, Cet. 5,
(Jakarta: Prenamedia Group,2015), hal. 34
dari penelitian dianggap sebagai metode interpretatif karena lebih sesuai dengan
interpretasi data.5

Tentu saja ada banyak metode dalam pengumpulan data di lapangan


penelitian yang masing-masing saling melengkapi dan melengkapi, metode
pengumpulan data yang umum digunakan adalah teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, dokumentasi dan pencampuran atau triangulasi. Teknik ini
digunakan oleh peneliti karena realitas paling baik dipahami ketika peneliti
mengaitkannya dengan topik penelitian di mana kebenaran itu terjadi.

1. Observasi
Observasi adalah kegiatan mengumpulkan data dengan cara mengamati
fakta, fakta dan informasi tentang masalah penelitian. Metode
observasional ini sering menjadi metode pengumpulan data utama untuk
penelitian dengan target data perilaku atau relasional. Observasi terbuka
adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti dan diketahui oleh
pengamat. Contoh dari jenis observasi ini juga dikenal sebagai observasi
partisipan, di mana peneliti berhubungan dengan orang-orang yang diteliti.
Pengamatan tertutup mengacu pada pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti, di mana peneliti memahami bahwa mereka sedang diamati.
Peneliti sedang beristirahat dan tidak dapat berhubungan dengan orang
yang diamati.6
Teknik ini memerlukan pengamatan peneliti yang bersifat spesifik dan non
spesifik terhadap topik penelitian. Alat yang tersedia adalah piringan
observasi, panduan observasi. Beberapa informasi yang diperoleh dari
observasi adalah: ruang (place), pelaku, aktivitas objek, tindakan, peristiwa
atau peristiwa, momen dan emosi.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses pengumpulan informasi yang komunikatif atau
berkorelasi dengan metode tanya jawab antar peneliti dengan
5
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta,
2012) , hal. 9
6
Musfiqon, “Panduan Lengkap Metodologi Pendidikan”, (Jakarta, Prestasi Pustakaraya,
2012), Cet 1, hal. 121
menggunakan sumber informasi atau topik penelitian. Seperti sekarang ini,
dengan berkembangnya teknologi informasi, wawancara dapat dilakukan
secara tatap muka, yaitu melalui telekomunikasi. Pada dasarnya,
wawancara berarti kegiatan memperoleh pendapat tentang suatu informasi
atau topik yang dihasilkan melalui penelitian. Atau, itu adalah proses
memverifikasi masalah atau informasi yang diperoleh dengan teknik lain
di masa lalu.7 Orang-orang yang dijadikan informan pada penelitian ini
ialah: siswa dan guru PAI.
3. Dokumentasi
Dokumen berarti catatan peristiwa masa lalu. Dokumen dapat berupa teks,
gambar, atau satu karya besar. Dokumentasikan dalam bentuk tertulis,
misalnya diary, biografi, cerita, biografi, edit, kebijakan. Foto, biografi,
sketsa, dll. Dokumen dalam format gambar, seperti: Sebuah karya seni,
gambar, patung, film, dll. mendokumentasikannya. Studi literatur cukup
melengkapi penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.8
4. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang menggabungkan teknik pengumpulan data yang
berbeda dengan sumber data yang ada. Triangulasi artinya peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data untuk mengumpulkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipan simultan,
wawancara mendalam, dan dokumen sumber dari data yang sama.9
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
konsep Milles & Huberman yaitu model interaktif yang mengkategorikan
analisis data dalam tiga langkah:10
a. Data Reduction (Reduksi Data)

7
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan, hal. 309
8
Musfiqon, “Panduan Lengkap Metodologi Pendidikan”, hal. 312
9
Musfiqon, hal. 329
10
Sugiyono, “Metode Penelitian, hal. 246
Data dari lapangan cukup besar karena perlu dicatat dengan sangat
teliti dan tepat, mereduksi data berarti merangkum,
mengidentifikasi hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, menemukan tema dan pola.
b. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dalam penelitian kualitatif meliputi penjelasan
singkat, bagan, korelasi antar kategori, bagan alur, dll. dapat
terbentuk.
c. Congclusion Drawing (Kesimpulan)
Langkah ketiga melibatkan menarik kesimpulan dan
memeriksanya. Hasil awal masih tentatif dan akan berubah kecuali
ditemukan bukti yang kuat untuk mendukung tahap pengumpulan
data selanjutnya. Namun, jika hasil yang diungkapkan pada periode
awal didukung oleh bukti yang valid dan konsisten, hasil yang
disajikan dapat diandalkan ketika penelitian kembali ke lapangan
untuk mengumpulkan data.

PEMBAHASAN

Secara umum, media merupakan alat untuk menyampaikan informasi atau


pesan dari suatu tempat ke tempat lain. Media digunakan dalam proses
komunikasi, termasuk kegiatan belajar mengajar. Menurut I Wayan Santyasa,
proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yakni guru
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan
tujuan pembelajaran.11 Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Media pembelajaran merupakan komponen
integral dari sistem pembelajaran. Artinya, media pembelajaran tidak dapat
dipisakan dari proses pembelajaran.

11
Joko Kuswanto dan Radiansah Ferri, “Media Pembelajaran Berbasis Android Pada Mata
Pelajaran Sistem Operasi Jaringan Kelas XI,” Jurnal Media Infotama Vol. 14 No. 1 (Februari
2018): hlm. 15
Tanpa media pembelajaran, proses belajar mengajar tidak dapat terjadi.
Setiap proses belajar mengajar memerlukan pemilihan dan penggunaan paling
tidak satu medium untuk menyampaikan pembelajaran.12 Oleh karena media
pembelajaran memuat informasi yang dapat berupa pengetahuan maupun menjadi
sarana bagi pebelajar untuk melakukan aktivitas belajar (membaca, mengamati,
mencoba, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan, dan lain-lain), maka media
pembelajaran erat kaitannya dengan sumber belajar. Sumber belajar merupakan
segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh pebelajar untuk memudahkan proses
belajarnya sehingga mencapai tujuan belajarnya secara efektif dan efisien.

Dari segi kemunculannya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua


macam, yakni sumber belajar yang sengaja dirancang atau dibuat secara khusus
untuk pembelajaran (learning resources by design) dan sumber belajar yang tidak
dirancang atau dibuat secara khusus untuk pembelajaran namun dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran (learning resources by utilization). Contoh
sumber belajar jenis pertama antara lain: 13 buku, ensilkopedi, kamus, materi-
materi pembelajaran dalam bentuk multimedia (film, video, animasi, slide,
software pembelajaran berbantuan komputer), dan situs-situs e-learning.

Contoh sumber belajar jenis kedua antara lain: alam sekitar, lingkungan
fisik, lingkungan sosial, kehidupan manusia, situs-situs Web. Oleh karena kaitan
yang erat antara media dan sumber belajar, maka keduanya terkadang sulit
dibedakan atau keduanya saling dipertukarkan maknanya. Meskipun demikian,
keduanya dapat dibedakan secara jelas bahwa media adalah "sarana fisik" yang
dapat digunakan untuk menyampaikan "materi pembelajaran". Media yang dapat
dimanfaatkan untuk oleh pebelajar untuk melakukan aktivitas belajar disebut
sumber belajar. Sebaga ilustrasi, sebuah keping CD (compact disk) merupakan
media pembelajaran, namun apabila di dalam CD tersebut berisi kumpulan artikel
12
Nursamsu dan Teuku Kusnafizal, “Pemanfaatan Media Pembelajaran ICT Sebagai
Kegiatan Pembelajarn Siswa Di SMP Negeri Aceh Tamiang,” Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA
(JIPI) 1(2): 165-170 (Desember 2017): hlm. 165-170.
13
Nursamsu (last) dan Teuku Kusnafizal, “Implementasi Pembelajaran Berbasis ICT
(Information and Communication Technology) Sebagai Alat Bantu Komputer Multimedia untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru Serta Prestasi Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 6,
No. 3 (Edisi Agustus 2017): hlm. 1.
atau software pembelajaran yang dapat digunakan oleh sisiwa untuk belajar, maka
CD tersebut merupakan sumber belajar.

Untuk selanjutnya disepakati bahwa yang dimaksud media pembelajaran,


bukan sekedar benda fisik, namun segala sesuatu yang sudah berisi materi
pembelajaran, yang memungkinkan seseorang memanfaatkannya untuk belajar
guna memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau perubahan sikap. Beberapa
contoh media pembelajaran termasuk media tradisional (papan tulis, buku teks,
handout, modul, lembar peraga, LKS, objek-objek nyata, slide OHP, pita video
atau film, guru, dll.), media massa (koran, majalah, radio, televisi, bisokop, dll.),
dan media pembelajaran baru berbasis ICT (komputer, CD, DVD, video interaktif,
Internet, sistem multimedia, konferensi video, dll.). Dilihat dari bentuknya, media
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi:14

1. Media Visual: media yang mampu menampilkan informasi dalam bentuk


yang hanya dapat dilihat atau dibaca, misalnya gambar, foto, grafik,
diagram, bagan, poster, kartun, komik, buku, dll.
2. Media Audial: media yang mampu menyajikan informasi dalam bentuk
yang hanya dapat didengar, misalnya radio, tape recorder, laboratorium
bahasa, player MP3, dll.
3. Projected still media: media yang memerlukan proyektor untuk
menampilkan informasi dalam bentuk gambar/tulisan yang tidak bergerak,
misalnya transparansi slide, slide Power Point, micro film, dll.
4. Projected motion media: media yang memerlukan proyektor untuk
menampilkan informasi dalam bentuk gambar/tulisan yang dapat bergerak,
misalnya film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan
sejenisnya.

Sementara suatu media tidak dapat menyampaikan bentuk informasi


tertentu yang diperlukan untuk belajar (misalnya, buku tidak dapat menyampaikan

14
Agus Pandi, Skripsi: “Implementasi Pembelajaran Berbasis ICT (INFORMATION,
COMMUNICATION AND TECNOLOGY) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X Di SMA Perintis 2 Bandar Lampung” (Bandar
Lampung, IAIN Raden Intan Lampung, 2016).
informasi berbentu suara atau gambar bergerak), ada informasi atau materi
pembelajaran yang dibutuhkan perlu disampaikan melalui sejumlah media
pembelajaran (misalnya suara dapat diperdengarkan melalui pemutar kaset atau
player MP3, video dapat diperlihatkan melalui pemutar video dan televisi atau
komputer. Beberapa media mungkin perlu dipergunakan secara bersamaan dalam
suatu pembelajaran dengan tujuan tertentu.

Perkembangan teknologi ICT memungkinkan pemanfaatan fungsi


berbagai media pembelajaran dengan menggunakan satu alat yang disebut
multimedia, yang mampu menyampaikan informasi dan materi pembelajaran
dalam bentuk teks, gambar, suara, animasi, film, bahkan interaksi. Komputer
adalah salah satu alat multimedia, karena komputer mampu menyajikan informasi
dan materi pembelajaran dalam semua bentuk, bahkan dengan komputer situasi
nyata yang memerlukan waktu lama atau sangat mahal dan mengandung resiko
dapat disimulasikan dengan komputer (misalnya proses reaksi kimia, dampak
suatu ledakan nuklir, perjalanan tata surya, dll.).

Melalui multimedia, konsep-konsep abstrak dapat disajikan secara lebih


nyata dalam proses pembelajaran untuk memudahkan (maha)siswa
memahaminya. Berdasarkan kegunaan dan cara pemakaiannya, multimedia
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni multimedia presentasi dan
multimedia belajar mandiri.15

1. Multimedia Presentasi Pembelajaran: multimedia pembelajaran yang tidak


dapat digunakan untuk belajar secara mandiri oleh (maha)siswa,
melainkan digunakan oleh dosen/guru untuk membantu penyampaian
materi pembelajaran di kelas. Bentuknya dapat berupa slide power point
yang dilengkapi suara, animasi, video, namun tidak memungkinkan
terjadinya interaksi dengan (maha)siswa karena disajikan oleh dosen/guru.

15
M. Mukhoffin Alfany, Skripsi: “Pengaruh Pemanfatan Media Pembelajaran Berbasis ICT
Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas VIII MTs Negeri Jabung Blitar”
(Malang, UIN Malang, 2016)
2. Multimedia Pembelajaran Mandiri: mutimedia yang berupa software
pembelajaran yang dapat digunakan oleh (maha)siswa untuk belajar secara
mandiri tanpa bantuan/ kehadiran dosen/guru.

Biasanya, multimedia demikian selain menyajikan materi pembelajaran


dalam berbagai bentuk juga memungkinkan pebelajar untuk berinteraksi, misalnya
melakukan navigasi ke berbagai materipembelajaran atau aktivitas belajar seperti
membaca, menjawab pertanyaan, mengerjakan soal, mencoba dan menjalankan
simulasi, bahkan melakukan pemecahan masalah. Sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pembelajaran, media pembelajaran memiliki beberapa
fungsi, di antaranya (I Wayan Santyasa, 2007: 5 – 6) sebagai berikut.16

 Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak objek


yang tidak mungkin dilihat secara langsung di dalam kelas oleh para
peserta didik dikarenakan: lokasi objek sangat jauh, objek terlalu besar,
objek terlalu kecil, objek bergerak terlalu lambat, objek bergerak terlalu
cepat, objek terlalu kompleks, objek mudah rusak, objek bersuara sangat
halus, objek berbahaya. Dengan menggunakan media yang tepat semua
objek dengan sifat-sifat tersebut dapat disajikan kepada peserta didik.
Misalnya, video kehidupan satwa liar di hutan Afrika, proses reaktor
nuklir, foto saltelit benda-benda angkasa, foto mikroskup elekron
sel/virus/bakteri, video yang dipercepat proses fotosintesis, video yang
diperlambat proses perjalanan arus listrik di dalam suatu rangakaian, dan
sebagainya.
 Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan dan perbedaan
pengalaman para peserta didik sehingga dapat menghasilkan keseragaman
pengamatan. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung
yang dipelajari, maka objek terebut dapat dibawa ke hadapan peserta didik.
Objek yang dimaksud dapat berbentuk benda nyata, miniatur, model,
maupun rekaman audio visual. Media juga dapat menampilkan benda atau
16
Eddy Bambang S., “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Menggunakan E-learning Pendekatan Bimbingan Belajar Berbasis Multimedia,”
IkraithInformatika, Vol. 2, No. 2, Juli 2018, Dari
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraithinformatika/article/view/170
peristiwa yang terjadi di masa lampau dan sudah tidak ada sekarang,
misalnya dengan gambar/foto, slide, film, video, atau media lain siswa
yang mengetahui dengan jelas benda/peristiwa sejarah. Hal ini
dimungkinkan karena sifat fiksatif media yang dapat
menangkap,menimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian. Dengan demikian, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret,
direkam, atau difilmkan kemudian disimpan dan dapat ditunjukkan
kembali seperti kejadian aslinya dan diamati ketika diperlukan.
 Media pembelajaran dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya
(kemampuan distributif) dan memung-kinkan mereka mengamati suatu
objek secara bersamaan. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan
ribuan (maha)siswa dapat mengikuti kuliah/pelajaran yang disajikan
seorang profesor/guru dalam waktu yang sama. Demikian juga, melalui e-
learning, tidak ada batas jumlah peserta didik dan waktu untuk
mempelajari materi yang sama berkali-kali.
 Media pembelajaran yang tepat dapat memberikan ilustrasi konsep dasar
yang benar, konkrit, dan realistis, sehingga media pembelajaran dapat
memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak
 Media pembelajaran yang baik juga dapat merangsang dan
membangkitkan motivasi dan minat belajar. Efek audio visual dalam
multimedia dapat memberikan rangsangan yang baik terhadap pancaindera
pebelajar. Demikian permainan (game) komputer biasanya menarik orang,
sehingga penyajian materi pembelajaran dalam bentuk permainan
komputer juga dapat menarik perhatian siswa.
 Media pembelajaran interaktif memungkinkan adanya interaksi langsung
antara peserta didik dengan sumber belajar dan pelaksanaan belajar sesuai dengan
kemampuan, minat, dan waktu masing-masing. Dengan modul atau paket
pembelajaran berbantuan komputer, (maha)siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan, waktu, dan kecepatan masing-masing. Sifat manipulatif media dapat
menampilkan objek atau kejadian dengan berbagai perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan atau kreativitas siswa, misalnya diubah ukuran, kecepatan, warna, serta
dapat diulang-ulang.
ICT atau TIK mencakup semua teknologi yang dapat digunakan untuk
menyimpan, mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses
komunikasi. Yang termasuk teknologi ini adalah:17
1. Teknologi komputer, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat
lunak (software) pendukungnya. Di dalamnya termasuk prosesor
(pengolah data), media penyimpan data/informasi (hard disk, CD, DVD,
flash disk, memori, kartu memori, dll.), alat perekam (CD Writer, DVD
Writer), alat input (keyboard, mouse, scanner, kamera, dll.), dan alat
output (layar monitor, printer, proyektor LCD, speaker, dll.).
2. Teknologi multimedia, seperti kamera digital, kamera video, player suara,
player video, dll.
3. Teknologi telekomunikasi, telepon, telepon seluler, faksimail.
4. Teknologi jaringan komputer, baik perangkat keras (LAN, Internet, WiFI,
dll.), maupun perangkat lunak pendukungnya (aplikasi jaringan) seperti
Web, e-mail, HTML, Java, PHP, aplikasi basis data, dll.
Di kalangan umum, istilah ICT lebih merujuk pada teknologi komputer.
Hal ini tidaklah mengherankan karena komputer pada saat ini selain berfungsi
sebagai alat pengolah data juga dapat berfungsi untuk komunikasi melalui
jaringan komputer (Internet) serta alat multimedia (hiburan). Hampir semua
komponen ICT sekarang ini dapat dipakai secara bersama-sama dengan komputer.
Jadi, untuk saat ini istilah ICT dan komputer hampir dapat disama artikan jika
ditinjau dari fungsinya.

PENUTUP
Demikian uraian mengenai hal-hal yang terkait dengan pengembangan
media pembelajaran berbasis ICT. Uraian ini memang lebih bersifat teoritis tidak
bersifat praktis, karena tulisan ini tidak dimaksudkan untuk tutorial, melainkan
17
Ayyik Wulida Ulfa, Skripsi: “Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi Dalam Meningkatkan Aspek Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII
(Kelas Idaman) SMP An-Nur Bululawang)” (Malang, UIN Malang, 2017)
untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai berbagasi aspek yang
terkait dengan pemilihan dan pengembangan media pembelajaran. Hal-hal yang
sifatnya praktis dapat menjadi bahan diskusi selama presentasi. Harapan penulis,
uraian singkat ini bermanfaat bagi pembaca. Apabila terdapat hal-hal yang perlu
didiskusikan dapat disampaikan pada saat presentasi. Penulis juga terbuka untuk
saling berbagi pengalaman dan wawasan melalui alamat kontak yang tercantum
pada halaman judul.

DAFTAR PUSTAKA

Ayyik Wulida Ulfa, 2017. Skripsi: “Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi


dan Komunikasi Dalam Meningkatkan Aspek Kognitif Siswa Pada Mata
Pelajaran IPS Di Kelas VII (Kelas Idaman) SMP An-Nur Bululawang)”.
Malang: UIN Malang.
Aprida Pane. 2017. Jurnal Belajar dan Mengajar, Fitrah Jurnal Kajian Ilmu-ilmu
Keislaman Vol. 03 No. 2 (Desember 2017
Agus Pandi, Skripsi: “Implementasi Pembelajaran Berbasis ICT
(INFORMATION, COMMUNICATION AND TECNOLOGY) Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Kelas X Di SMA Perintis 2 Bandar Lampung” (Bandar
Lampung, IAIN Raden Intan Lampung, 2016).
Eddy Bambang S., “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Menggunakan E-learning Pendekatan Bimbingan Belajar
Berbasis Multimedia,” IkraithInformatika, Vol. 2, No. 2, Juli 2018, Dari
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraithinformatika/article/view/170
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi,Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah,
Cet. 5, (Jakarta: Prenamedia Group,2015),
Joko Kuswanto dan Radiansah Ferri, “Media Pembelajaran Berbasis Android
Pada Mata Pelajaran Sistem Operasi Jaringan Kelas XI,” Jurnal Media
Infotama Vol. 14 No. 1 (Februari 2018): hlm. 15
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 10.
Nursamsu dan Teuku Kusnafizal, “Pemanfaatan Media Pembelajaran ICT Sebagai
Kegiatan Pembelajarn Siswa Di SMP Negeri Aceh Tamiang,” Jurnal IPA
dan Pembelajaran IPA (JIPI) 1(2): 165-170 (Desember 2017): hlm. 165-170.
Nursamsu (last) dan Teuku Kusnafizal, “Implementasi Pembelajaran Berbasis
ICT (Information and Communication Technology) Sebagai Alat Bantu
Komputer Multimedia untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Serta Prestasi
Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 6, No. 3 (Edisi Agustus
2017): hlm. 1.
Munirah Ira, Sistem Pendidikan di Indonesia: antara keinginan dan realita, Jurnal
Auladuna 2, no. 2 (2015): 233–45.
Musfiqon, “Panduan Lengkap Metodologi Pendidikan”, (Jakarta, Prestasi
Pustakaraya, 2012), Cet 1, hal. 121
M. Mukhoffin Alfany, Skripsi: “Pengaruh Pemanfatan Media Pembelajaran
Berbasis ICT Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas
VIII MTs Negeri Jabung Blitar” (Malang, UIN Malang, 2016)
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung:
Alfabeta, 2012) , hal. 9

Anda mungkin juga menyukai