Pada kasus ini hakim membebaskan notaris dari segala dakwaan dan tuntutan
yang diajukan kepadanya.
KASUS POSISI
SU yang berhutang kepada Bank BRI diberikan
09 Juni 2010
peringatan untuk ke-3 kalinya untuk membayar
angsuran pinjaman kepada Bank BRI.
Notaris menugaskan staffnya untuk mengurus IPT padahal pada saat itu
04 Agustus 2011 belum ada penandatanganan Akta perikatan jual beli antara SU dan NL
Analisis Data
Jenis Data Kualitatif
Data Sekunder
PEMBAHASAN
Pihak- pihak
Obyek perjanjian
Melanggar
Pasal 16 ayat (1) huruf a
Kesalahan penerapan
hukum yang dilakukan oleh
notaris pada kasus ini
adalah membuatkan akta Pasal 16 ayat (1) huruf d
autentik yang peristiwa Notaris dapat menolak untuk
hukumnya merupakan membuatkan akta autentik
hutang piutang namun
dibuat dalam bentuk PPJB
oleh notaris Pasal 15 ayat (2) huruf e
Notaris harus memberikan
penyuluhan hukum
Dalam Kasus Putusan Nomor 63/Pid.B/2020/PN Smn terdapat dugaan
penyalahgunaan keadaan
Karena:
• Kreditur sebagai pihak yang lebih kuat dan debitur berada dalam posisi yang lebih lemah
• Kekuasaan yang diperoleh oleh kreditur menimbulkan keadaan yang memaksa bagi debitur yang
mengakibatkan timbulnya kerugian bagi debitur namun memberikan keuntungan kepada kreditur
sendiri.
SIMPULAN
• Dalam perkara putusan Nomor 63/Pid.B/2020/PN Smn dimana ada peristiwa hukum pinjam meminjam/hutang piutang
maka notaris seharusnya membuatkan akta autentik berupa akta pengakuan hutang yang disertai dengan akta
pembebanan hak tanggungan. Pada kasus ini disebutkan bahwa notaris membuatkan akta autentik atas peristiwa
tersebut dalam bentuk akta perikatan jual beli, Padahal secara konstruksi hukum terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara jual beli dengan hutang piutang. Maka dapat disimpulkan bahwa Notaris salah dalam menentukan
konstruksi hukum berkenaan dengan pembuatan akta berkaitan dengan pinjam meminjam uang/hutang piutang.
• Pembuatan akta perikatan jual beli dan sewa menyewa dalam kasus putusan nomor 63/Pid.B/2020/PN Smn diduga
terdapat penyalahgunaan dalam pembuatan akta autentik. Penyalahgunaan keadaan yang dimaksud adalah adanya
salah satu pihak berada di posisi yang lebih lemah daripada pihak lainnya. Sehingga debitur selaku pihak yang dalam
posisi yang lebih lemah mau tidak mau menandatangani akta PPJB dan Perjanjian sewa menyewa tersebut. Padahal SU
ingin meminjam uang kepada NL dengan jaminan hutang berupa ke-11 sertifikat tanah. Namun menurut penulis putusan
hakim yang membebaskan notaris dalam kasus Putusan Nomor 63/Pid.B/2020/PN Smn ini sudah benar, karena akta
partij memang merupakan akta nya beriskan kehendak para pihak dan semua pihak menandatangani akta tersebut
secara sadar, sehingga akta autentik tersebut harus diakui kebenarannya. Namun menurut penulis, notaris dalam Kasus
ini dapat di kenakan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 85 UUJN, karena notaris telah melanggar
ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf a karena fungsi utama seorang notaris adalah menjaga kepentingan para pihak. Selain
itu notaris juga tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d yaitu menolak untuk
membuatkan akta autentik. Karena apabila notaris menyanggupi untuk membuat akta autentik yang merugikan salah
satu pihak maka notaris dapat dianggap berpihak kepada salah satu pihak dan tidak menjaga kepentingan pihak lainnya.
Selain itu notaris wajib memberikan penyuluhan hukum kepada klien nya mengenai akta apa yang harus dibuat.
SARAN
a. Notaris tidak diperkenankan untuk menyalahgunakan jabatannya dalam pembuatan akta autentik.
Karena notaris selaku pejabat umum yang diberikan wewenang oleh negara yaitu membuatkan
akta autentik bagi pihak yang berkepentingan harus dapat memberikan jaminan kepada para
pihak bahwa akta autentik yang dibuatnya benar-benar dapat memberikan perlindungan hukum
bagi para pihak.
b. Akta yang dibuat oleh notaris harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Baik bentuk maupun sifatnya, sehingga notaris harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
membuat akta autentik, agar akta autentik yang dibuat oleh notaris tidak menimbulkan kerugian
bagi pihak manapun, dan tidak mengakibatkan notaris ikut terseret sebagai tergugat ataupun
terdakwa akibat akta autentik yang dibuat olehnya.
c. Apabila ada penghadap yang meminta untuk dibuatkan akta autentik yang bentuknya tidak sesuai
dengan perbuatan hukum yang sebenarnya dilakukan oleh para pihak, sebaiknya notaris menolak
untuk membuatkan akta autentik dan memberikan penyuluhan hukum kepada para penghadap
terlebih dahulu. Karena seperti yang kita ketahui bahwa akta autentik merupakan alat pembuktian
yang paling kuat dan sempurna dimata hukum sehingga akta autentik harus dibuat sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku dan notaris tidak dapat sembarangan dalam membuatnya.
TERIMA KASIH