Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Manajemen Risiko

EVALUASI RISIKO

Disusun Oleh :

Kelompok 8

FIJRIANI WIDYA 02200100002

ANTON SAPUTRA 02200200007

VALENTINA FEBRYANI 02200200014

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan makalah

Evaluasi Risiko dengan baik. Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Manajemen Risiko Universitas Indonesia Maju Semester Genap Tahun Akademik 2022.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan

dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, terutama kepada

Bapak Catur Septiawan Dosen Mata Kuliah Manajemen Risiko Universitas Indonesia Maju.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi,

maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu, kritikan yang bersifat membangun dari berbagai

pihak penyusun terima dengan tangan terbuka dan sangat diharapkan. Semoga kehadiran

makalah ini menambah ilmu pengetahuan bagi penyusun dan pembaca.

Jakarta, 23 April 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................2
1.3. Tujuan Makalah.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1. Evaluasi Risiko................................................................................................................................3
2.2. Proses Evaluasi Risiko....................................................................................................................4
2.3. Teknik Evaluasi Risiko...................................................................................................................5
2.3.1. Prinsip ALARP (As Low As Reasonably Practical)...................................................................8
2.4. Manajemen Risiko Klinis...............................................................................................................8
2.4.1. Clinical Risk Management Process...........................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................................15
3.2. Saran..............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Segala sesuatu yang kita kerjakan pasti memiliki tingkat risiko bahaya tergantung dari
seberapa sulit suatu pekerjaan tersebut dan seberapa besar peluang terjadinya risiko bahaya
pada pekerjaan yang kita lakukan tersebut. Risiko menurut KBBI adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan dan membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko
(risk) yaitu menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode
waktu tertentu. Risiko adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau
kerugian yang sudah diperkirakan seperti hilangnya nyawa, cederanya orang-orang,
terganggunya harta benda, penghidupan, dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan,
yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara bahaya yang ditimbulkan alam atau
diakibatkan manusia serta kondisi yang rentan.
Keselamatan kerja merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian yang
memiliki potensi kecelakaan kerja menurut prosedur dan peraturan yang diterapkan. Salah
satu peraturan yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah UU Nomor
13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 dan 87. Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari risiko kecelakaan yang dapat
mengakibatkan cidera, penyakit, kerusakan serta gangguan lingkungan. Keselamatan dan
kesehatan kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya agar dapat meningkatkan
produktifitas nasional. Menjamin semua pekerja yang berada di tempat kerja menjaga dan
merawat sumber produksi secara aman dan efisien.
Dalam bekerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besar kecilnya risiko
yang terjadi tergantung jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang
dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi karena pekerjaan atau
saat melakukan pekerjaan. Secara umum kecelakaan kerja ini dikarenakan tindakan manusia
yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human action) dan keadaan lingkungan yang
tidak aman (unsafe condition). Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja dapat
direncanakan, dilakukan dan dipantau dengan melakukan studi karakteristik tentang
kecelakaan agar upaya pencegahan dan penanggulangannya dapat dipilih melalui
pendekatan yang paling tepat. Secara garis besar ada beberapa faktor utama yang
mempengaruhi kecelakaan yaitu alat-alat mekanik, lingkungan dan kepada manusianya
sendiri. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengidentifikasi semua risiko yang di hadapi,
baik secara finansial maupun operasional.
Salah satu standar manajemen risiko yang mudah untuk diterapkan adalah ISO 31000.
ISO 31000 memiliki arsitektur yang sederhana yang terdiri dari prinsip, kerangka, dan
proses manajemen risiko. Evaluasi risiko merupakan salah satu tahapan standar ISO 31000 :
2018 yaitu di dalam tahapan penilaian risiko. Evaluasi risiko merupakan proses
pembandingan antara level risiko yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria
risiko yang ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan perusahaan dalam menerapkan manajemen
risiko akan membantu perusahaan juga dalam mematuhi persyaratan hukum dan peraturan
lain yang relevan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan makalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi risiko?
2. Bagaimana proses evaluasi risiko?
3. Bagaimana evalusasi risiko klinis?

1.3. Tujuan Makalah


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.3.1. Tujuan Umum


Menambah ilmu pengetahuan bagi penyusun dan pembaca serta mengetahui apa dan
bagaimana evaluasi risiko didalam pelaksanaan sebuah organisasi.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui pengertian evaluasi risiko
2. Mengetahui proses evaluasi risiko
3. Mengetahui bagaimana evaluasi risiko klinis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Evaluasi Risiko


Evaluasi risiko merupakan proses pembandingan antara level risiko yang ditemukan
selama proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan sebelumnya. Tujuan evaluasi
risiko adalah mengambil keputusan mengenai risiko mana yang perlu ditangani dan prioritas
pelaksanaan tindak lindung risiko berdasarkan hasil analisis risiko setelah membandingkan
tingkat risiko dengan batas toleransi risiko (kriteria penerimaan risiko). Posisi evaluasi risiko
dalam proses manajemen risiko berbasis ISO 31000 berikut dalam bentuk gambar:

Dalam proses evaluasi risiko, tingkat risiko yang diperoleh melalui analisis risiko
dibandingkan dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan dalam konteks manajemen risiko.
Kebutuhan penanganan risiko ditetapkan berdasarkan hasil perbandingan yang telah
dilakukan.

3
Keputusan mengenai penanganan risiko harus mempertimbangkan konteks risiko
seluas-luasnya, selain adanya batas toleransi risiko dari pihak internal, juga dipertimbangkan
toleransi risiko dari pihak-pihak di luar organisasi yang terlibat dalam suatu risiko.
Keputusan juga harus diambil dengan memperimbangkan hukum, regulasi dan hal-hal
terkait lainnya. Dalam kondisi tertentu evaluasi risiko dapat memerlukan analisis risiko lebih
lanjut. Evaluasi risiko juga dapat memutuskan untuk tidak menangani suatu risiko atau
cukup mempertahankan pengendalian yang sudah ada (existing control). Keputusan ini akan
dipengaruhi oleh pandangan organisasi terhadap risiko dan kriteria risiko yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan hasil analisis risiko, organisasi kemudian melakukan evaluasi risiko, yaitu
menentukan risiko mana saja yang perlu mendapatkan perlakuan kebih lanjut, atau
diikutsertakan dalam proses ‘Perlakuan Risiko’ selanjutnya, dengan cara membandingkan
hasil dari aktivitas analisis risiko dengan kriteria risiko (dalam hal ini adalah selera risiko
organisasi) yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya, bisa saja aktivitas evaluasi risiko
mengarahkaan organisasi untuk melakukan analisis risiko secara lebih mendalam guna
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai eksposur suatu risiko. Dengan
terlaksanakannya aktivitas evaluasi risiko maka keseluruhan proses penilaian telah
terselesaikan dengan keluaran berupa profil risiko.
Mengacu pada isi dokumen SNI ISO Guide 73, profil risiko didefinisikan secara
sederhana sebagai gambaran dari serangkaian risiko. Dalam praktiknya, profil risiko berupa
suatu laporan yang menunjukkan eksposur risiko-risiko teridentifikasi, di mana yang kerap
didahulukan dalam pelaporannya adalah risiko-risiko dengan nilai atau peringkat teratas,
yang sedang dihadapi organisasi saat ini atau dalam suatu kurun waktu tertentu. Sebagai
contoh maka risiko kebakaran dinilai memerlukan perlakuan risiko, khususnya bagi potensi
dampak operasional, K3, dan reputasi. Sedangkan terkait dampak finansial, risiko kebakaran
sudah dapat diterima karena kendali yang ada saat ini dinilai sudah efektif.

2.2. Proses Evaluasi Risiko


Evaluasi risiko dimaksudkan untuk membantu proses pengambilan keputusan
berdasarkan hasil analisis risiko. Evaluasi risiko merupakan proses pembandingan antara
level risiko yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan
sebelumnya. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko mana yang memerlukan

4
perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-risiko tersebut dengan mengacu
pada “kriteria risiko”. Dengan kata lain hasil dari evaluasi risiko menunjukkan peringkat
risiko yang memerlukan penanganan (mitigasi) lebih lanjut dengan mengacu pada tingkat
risiko yang dapat diterima.
Tahapan evaluasi risiko dengan menyusun prioritas risiko berdasarkan besaran risiko
dengan ketentuan : a) besaran risiko tertinggi mendapat prioritas paling tinggi; b) Apabila
terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran risiko yang sama, maka prioritas risiko
ditentukan berdasarkan urutan area dampak dari yang tertinggi hingga terendah sesuai
kriteria dampak; c) Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran dan
area dampak yang sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan kategori risiko
yang tertinggi hingga terendah sesuai kategori risiko; d) Apabila masih terdapat lebih dari
satu risiko yang memiliki besaran, area dampak, dan kategori yang sama, maka prioritas
risiko ditentukan berdasarkan judgement pemilik Risiko.

2.3. Teknik Evaluasi Risiko


Consequence/probability Matrix adalah penggabungan antara metode penilaian
kualitatif dan semi kuantitatif untuk menilai tingkatan risiko. Matriks ini digunakan untuk
melakukan prioritisasi terhadap risiko-risiko yang dihadapi berdasarkan tingkatannya.
Matriks ini juga digunakan untuk menilai risiko mana yang dapat diterima dan tidak dapat
diterima.
Adapun setidaknya beberapa hal yang perlu ditentukan dalam penetapan kriteria risiko
adalah antara lain:
a. Kriteria yang diperlukan mengukur eksposur risiko. Mengacu pada proses analisis risiko,
diperlukan suatu kriteria kemungkinan dan dampak untuk mengukur eksposur suatu
risiko.
b. Kriteria yang diperlukan untuk menentukan tingkat kegawatan risiko mengacu pada
eksposurnya terhadap organisasi.
c. Kriteria yang diperlukan untuk menentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau masih
dapat ditoleransi, yaitu yang lebih dikenal sebagai selera dan toleransi risiko organisasi.
Ketiga kriteria di atas dapat ditetapkan dan digunakan nantinya dalam proses analisis
dan evaluasi risiko secara kualitatif dan kuantitatif. Melengkapi ketiga kriteria risiko ini
umumnya juga ditetapkan kriteria yang diperlukan untuk menentukan efektivitas kendali

5
risiko, serta standar respons dan eskalasinya yang dilakukan oleh para pemangku
kepentingan internal terhadap eksposur risiko yang ditemukan. Terkadang, kriteria risiko
juga dilengkapi dengan kriteria yang digunakan untuk mengukur eksposur suatu risiko yang
memperhitungkan berbagai jenis dampak yang dapat muncul dari kejadian risiko tersebut,
termasuk di dalamnya kriteria yang akan digunakan untuk mengukur eksposur dari
sekumpulan risiko.
Dalam membuat matriks ini langkah pertama adalah menentukan skala penilaian
terhadap suatu risiko berdasarkan dampak dan probabilitasnya. Contoh skala penilaian untuk
dampak risiko secara kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut:

Skala Kriteria Reputasi HSE Strategis SDM


Pemberitaan di media Perawatan medis di Tidak Tercapainya
RS > 5 orang atau ada Sasaran dan Kegagalan Sebagian besar
Sangat cetak dan media
5 yg cacat atau Mencapai Kinerja karyawan operasional
Besar elektronik nasional dan mogok kerja
meninggal
pemberhentian BOD
Sebagian besar
Perawatan di rumah Tertundanya
Pemberitaan di media karyawan dan SP tidak
> 5 orang atau Tercapainya
4 Besar cetak dan media puas pada manajemen
elektronik nasional perawatan medis di Sasaran secara
dan melakukan demo
RS s.d. 5 orang signifikan,
internal
Perawatan ringan Sebagian karyawan
dengan kehilangan Tertundanya kecewa dan
Pemberitaan surat kabar
3 Sedang jam kerja > 5 orang atau Tercapainya berkomentar negatif,
daerah
perawatan di rumah s.d. dan mempengaruhi
Sasaran cukup besar
5 orang orang lain dengan

Skala Kriteria Reputasi HSE Strategis SDM


membuat berita negatif
serta mengadu ke SP
Perawatan ringan Tercapainya
dengan kehilangan jam Sebagian karyawan
Reaksi masyarakat Sasaran hanya
2 Kecil kerja s.d. 5 orang sedikit di bawah kecewa dan
sekitar (demonstrasi)
target berkomentar negatif

Perawatan ringan Hanya berdampak


Sangat Protes tertulis dari
1 (first aid) tanpa sangat kecil pada Reaksi perorangan
Kecil masyarakat
kehilangan jam kerja tercapainya sasaran

Kriteria Dampak Terhadap Rating


Pendapatan
Deskripsi Nilai
Kehilangan potensi < 1% target revenue Ringan Sekali 1
Kehilangan potensi > 1% s.d. 3% target revenue Ringan 2

6
Kehilangan potensi > 3% s.d. 5% target revenue Sedang 3
Kehilangan potensi > 5% s.d. 10% target revenue Berat 4
Kehilangan potensi > 10% target revenue Sangat Berat 5

Sementara contoh skala penilaian untuk probabilitas risiko adalah sebagai berikut:

Rating Probabilitas Deskripsi Presentase (%)


5 Sangat Besar Sangat mungkin pasti terjadi / sering > 80%
4 Besar Kemungkinan besar terjadi 60 < p ≤ 80%
3 Sedang Sama kemungkinannya terjadi & tidak 40 < p ≤ 60%
terjadi
2 Kecil Kemungkinan kecil terjadi 10 < p ≤ 40%
1 Sangat Kecil Cenderung tidak mungkin terjadi ≤ 10%

Setelah skala penilaian risiko dibuat, gambar matriks yang menggunakan satu skala
penilaian sebagai salah satu sumbu dan skala penilain lainnya sebagai sumbu yang satu lagi.
Contoh matriks yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Renda
Sangat h Moder ModeratTing
Besar Tinggi Tinggi
Moder at gi
at
Renda
Besar 80% h Moder
Moderat Tinggi Tinggi
Moder at
at
Sedang 60% Renda Rendah
h - ModeratTing
Moderat Tinggi
Moder Moder gi
at at
Kecil 40%
Rendah
Renda - Rendah - ModeratTing
Moderat
h Moder Moderat gi
Sangat
at
1% 3% 5% 10%
Rendah - Rendah -
Renda Renda
Sangat Ringan Sedang
Moderat Berat
Moderat Sangat
Rendah
h h
Ringan Berat

Kecil 10%

7
Masing-masing risiko yang dievaluasi kemudian ditempatkan dalam matriks sesuai
dengan tingkat dampak dan probabilitasnya. Posisi risiko dalam matriks akan menentukan
prioritas risiko tersebut dalam pengambilan keputusan penanganan risiko.

2.3.1. Prinsip ALARP (As Low As Reasonably Practical)


Prinsip ALARP berarti risiko harus dikendalikan hingga risiko residualnya menjadi
seminimal mungkin, namun dengan pengendalian risiko yang dapat diterapkan dengan
masuk akal. Prinsip ini digunakan jika manfaat yang diperoleh dari pengendalian risiko
tidak seberapa jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan. ALARP membagi
risiko menjadi tiga kategori: risiko yang tingkatannya begitu besar sehingga harus
ditangani dengan biaya berapapun dan hanya diterima dalam keadaan tertentu, risiko yang
dampaknya tidak seberapa dan tidak memerlukan penanganan lebih lanjut dan risiko
ALARP.

Tingkat risiko begitu tinggi


sehingga harus dimitigasi
Zona Tidak Ditoleransi dengan biaya berapapun

Tingkat risiko dapat


diterima dan tidak dapat
dikendalikan lebih jauh
Zona ALARP tanpa memerlukan biaya
yang lebih besar
dibanding manfaatnya

Tingkat risiko cukup


rendah dantidak
Zona Ideal memerlukan penanganan
tambahan

Prinsip ini dapat digunakan untuk menentukan risiko mana yang perlu ditangani.
Risiko yang terdapat dalam zona tidak dapat ditoleransi merupakan risiko yang memiliki
prioritas tertinggi untuk ditangani. Risiko yang berada dalam zona ideal dapat diterima
tanpa perlu ditangani atau menjadi prioritas terendah untuk ditangani. Sementara Risiko
yang berada dalam zona ALARP akan ditangani hingga dampak risiko menjadi sekecil
mungkin selama biaya penanganannya lebih kecil dibanding manfaat yang diperoleh.

8
2.4. Manajemen Risiko Klinis
Saat ini pelayanan kesehatan mengalami banyak perubahan terkait semakin kompleks
dalam cara pemberian perawatan, tenaga kesehatan yang memberikan perawatan, teknologi
terkini yang perlu digunakan, dan berbagai macam permintaan lainnya yang diminta oleh
klien. Dibawah ini adalah beberapa kegiatan di pelayanan kesehatan yang dapat
menimbulkan risiko baik langsung maupun tidak langsung yang bisa berdampak pada
penyedia layanan kesehatan, kegiatan tersebut meliputi:
1. penyediaan perawatan kesehatan dan kegiatan terkait;
2. kegiatan manajemen operasional dan kontrol;
3. perilaku manusia;
4. hubungan komersial dan hukum;
5. manajemen strategis;
6. peristiwa alam;
7. keadaan politik; dan
8. masalah teknologi dan teknis.
Hal ini mendorong setiap penyedia layanan kesehatan untuk memiliki tanggung jawab
hukum untuk melindungi klien, karyawan, pemerintah dan masyarakat umum dari biaya dan
kerugian yang tidak perlu, termasuk biaya dari insiden yang merugikan, dan dengan
demikian manajemen risiko adalah tanggung jawab utama untuk semua manajer dan staf.
Semua penyedia pelayanan kesehatan harus mengembangkan dan memiliki Manajemen
Risiko Klinis untuk memastikan pemberian pelayanan kesehatan memiliki kualitas mutu
yang sesuai dengan standar manajemen risiko melalui identifikasi dan manajemen klinis di
area pelayanan yang berisiko secara konsisten dan sistematis sesuai dengan standar
pelayanan lokal, nasional bahkan internasional.

2.4.1. Clinical Risk Management Process


Secara garis besar pedoman manajemen risiko klinis, dibagi menjadi 5 langkah yang
terdiri dari:
1. Langkah 1: Membangun Konteks. Identifikasi dan pahami lingkungan organisasi anda,
lingkungan operasi dan konteks strategis dalam risiko klinis pelayanan kesehatan
dengan tujuan agar memiliki program manajemen yang efektif.

9
2. Langkah 2: Identifikasi Risiko. Identifikasi risiko klinis internal dan eksternal yang
dapat menimbulkan ancaman bagi sistem kesehatan, organisasi, unit bisnis dan tim
dan/atau pasien
3. Langkah 3: Analisis Risiko. Melakukan analisis sistematis kesehatan sistem,
organisasi, unit bisnis dan tim lingkungan untuk memahami sifat risiko dan untuk
mengidentifikasi tugas untuk tindakan lebih lanjut.
4. Langkah 4: Evaluasi Dan Prioritaskan Risiko. Evaluasi risiko dan bandingkan dengan
kriteria standar yang ada dan untuk mengembangkan daftar prioritas risiko untuk
tindakan lebih lanjut.
5. Langkah 5: Perawatan Risiko. Mengidentifikasi berbagai pilihan untuk menangani
risiko, menilai opsi, menyiapkan rencana penanganan risiko dan menerapkannya
menggunakan sumber daya yang tersedia.
Ada dua proses tambahan dalam langkah proses manajemen risiko klinis yaitu:
1. Komunikasi dan Konsultasi
Pelayanan Kesehatan perlu mengembangkan strategi komunikasi yang sesuai untuk
melibatkan pihak internal dan pemangku kepentingan eksternal pada setiap tahap proses
manajemen risiko klinis dan proses secara keseluruhan. Kunci elemen komunikasi
organisasi strategi meliputi:
a. Tujuan yang jelas untuk komunikasi;
b. Identifikasi yang internal dan pemangku kepentingan eksternal harus disertakan:
1) Kelompok dan individu pemangku kepentingan;
2) Spesialis/ahli; dan
3) Tim komunikasi.
c. Identifikasi keyakinan dan perspektif perlu diperhitungkan selama proses manajemen
risiko klinis;
d. Pengembangan strategi komunikasi untuk digunakan selama risiko klinis proses
manajemen; dan
e. Proses yang akan digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi efektivitas program
komunikasi organisasi.
Tanpa komunikasi yang efektif dan proses konsultasi, pemangku kepentingan tidak
akan menyadari mengapa manajemen risiko klinis strategi dan kebijakan telah

10
dikembangkan dan dilaksanakan. Mereka juga tidak akan mengerti peran dan tanggung
jawab individu untuk klinis manajemen risiko.
2. Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan dan tinjauan berkelanjutan terhadap risiko klinis sangat penting untuk
memastikan bahwa kondisi klinis rumah sakit rencana manajemen risiko tetap relevan.
Mengingat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan dan konsekuensi dari
suatu risiko dapat terus berubah, organisasi perlu terus-menerus mengulangi langkah
pemantauan dan peninjauan selama proses manajemen risiko klinis. Pelaksanaan
pemantauan yang efektif dan proses peninjauan akan memastikan bahwa risiko klinis
strategi manajemen terus menjadi komponen integral dari organisasi proses bisnis.
Metode yang mungkin dari memantau dan meninjau efektivitas manajemen risiko klinis
organisasi sistem dan proses meliputi:
a. Audit eksternal oleh auditor independen (misalnya Auditor Jenderal);
b. Kinerja internal dan audit tinjauan; tinjauan kebijakan organisasi, strategi dan proses;
dan
c. Evaluasi program dan penanganan risiko untuk memastikan pembelajaran sistem.

11
Evaluasi dan prioritas risiko merupakan kegiatan membandingkan tingkat risiko
yang ditemukan selama proses analisis dengan yang telah ditetapkan sebelumnya di
kriteria kriteria risiko dan mengembangkan daftar prioritas risiko untuk dilakukan
tindakan lebih lanjut. Sebagai bagian dari proses manajemen risiko klinis, Layanan
Kesehatan harus meninjau identifikasi mereka pada risiko klinis terhadap kriteria risiko
yang ditetapkan di Langkah sebelumnya, ada 2 langkah penting dalam evaluasi risiko di
area klinis:
1. Penentuan Kriteria Evaluasi Risiko Klinis
Evaluasi dan prioritas risiko merupakan kegiatan membandingkan tingkat risiko
yang ditemukan selama proses analisis dengan yang telah ditetapkan sebelumnya

12
dikriteria kriteria risiko dan mengembangkan daftar prioritas risiko untuk dilakukan
Tindakan lebih lanjut. Sebagai bagian dari proses manajemen risiko klinis, Layanan
Kesehatan harus meninjau identifikasi mereka pada risiko klinis terhadap kriteria
risiko yang ditetapkan di langkah sebelumnya, ada 2 langkah penting dalam evaluasi
risiko di area klinis:

Jika berdasar tabel diatas dirasakan layanan kesehatan perlu mengembangkan


kriteria yang lebih spesifik untuk melayani hasil penilaian risiko klinis, jika kondisi
risiko dinilai tinggi maka butuh bantuan untuk menyelesaikan masalah tersebut
manajemen yang akan berhubungan dengan Risk management manager dan Mutu
Pelayanan Kesehatan. Keputusan tentang penerimaan risiko dan risiko pengobatan

13
dapat didasarkan pada kondisi klinis, operasional, teknis, keuangan, hukum, sosial,
kemanusiaan atau kriteria lainnya. Ini sering tergantung pada kebijakan internal
organisasi, tujuan, sasaran dan kepentingan pemangku kepentingan.
Berikut contoh formular Risk Register pengelolaan farmasi di Rumah Sakit:

2. Menentukan Penerimaan Risiko Klinis


Signifikansi risiko klinis dan pentingnya suatu kebijakan, program, proses atau
aktivitas perlu dipertimbangkan ketika memutuskan apakah risiko klinis dapat
diterima. Evaluasi risiko ini harus mempertimbangkan tingkat pengendalian yang
dimiliki organisasi atas setiap risiko dan potensi dampak biaya, manfaat dan peluang.
Potensi konsekuensi dan risiko yang ditanggung oleh pemangku kepentingan lainnya
juga harus dipertimbangkan. Alasan mengapa risiko klinis dapat dianggap sebagai
permasalahan yang dapat diterima oleh Pelayanan Kesehatan meliputi:
a. Kemungkinan dan/atau konsekuensi dari risikonya sangat rendah sehingga
pengobatan khusus tidak tepat mengingat sumber daya yang tersedia
b. Tidak ada pengobatan yang tersedia untuk risiko tersebut. Misalnya, risiko
bahwa suatu proyek mungkin dihentikan setelah perubahan pemerintah tidak
berada dalam kendali organisasi; dan

14
c. Peluang yang diberikan lebih besar daripada ancaman sedemikian rupa sehingga
risikonya dibenarkan
Jika risiko klinis tidak dapat diterima oleh organisasi, mereka harus
memperlakukan risiko tersebut sebagai prioritas klinis ini kemudian harus
diprioritaskan untuk tindakan pengelolaan yang tepat di bawah pengawasan strategis
manajemen organisasi, dalam kondisi seperti ini pelayanan Kesehatan harus
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan internal dan pemangku kepentingan
eksternal dan memantau dan meninjau proses risiko klinis dan hasil di setiap tahap
proses Manajemen Risiko Klinis.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Segala sesuatu yang kita kerjakan pasti memiliki tingkat risiko bahaya tergantung dari
seberapa sulit suatu pekerjaan tersebut dan seberapa besar peluang terjadinya risiko bahaya

15
pada pekerjaan yang kita lakukan tersebut. Oleh karena itu, suatu organisasi perlu
mengidentifikasi semua risiko yang di hadapi, baik secara finansial maupun operasional.
Evaluasi risiko merupakan proses pembandingan antara level risiko yang ditemukan selama
proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan sebelumnya. Evaluasi risiko
dimaksudkan untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis
risiko. Evaluasi risiko merupakan proses pembandingan antara level risiko yang ditemukan
selama proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain
hasil dari evaluasi risiko menunjukkan peringkat risiko yang memerlukan penanganan
(mitigasi) lebih lanjut dengan mengacu pada tingkat risiko yang dapat diterima.

3.2. Saran
Evaluasi risiko adalah tahapan penting dari rangkaian pengendalian risiko, untuk
memaksimalkan tahapan ini dalam prakteknya di lapangan ada beberapa hal yang harus
dilakukan antara lain adalah :
1. Tim yang melakukan evaluasi risiko hendaklah orang yang betul-betul mengetahui
tahapan di setiap bisnis proses.
2. Dapat mengidentifikasi tingkat penerimaan risiko yang relevan baik dengan regulasi,
kebijakan internal orgnisasi dan kebutuhan stakeholder external.
3. Penerapan ALARP adalah salah satu praktek yang bisa digunakan agar eavaluasi risiko
terpat guna.
4. Memilih tingkat risiko yang tidak bisa diterima dan harus memiliki komunikasi risiko
yang baik terhadap stakeholder terpengaruh terhadap risiko tersbut dan sehingga semua
pihak mengambil jalan keluar yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Ainun, I. N. (2019). Hazard Identifikasi Dalam Upaya Mengurangi Risiko Dalam Asuhan
Keperawatan.
Australia, D. of H. W. (1968). Clinical Risk Management Guidelines for the Western Australian
Health System. 8. https://ww2.health.wa.gov.au/~/media/Files/Corporate/general
documents/Quality/PDF/Clinical_risk_man_guidelines_wa.ashx

16
Department of Health State of Western Australia. (2019). Risk Assessment Tables for the WA
Health System. October, 2–4.
Department of Health, W. A. (2019). Clinical Risk Management Guidelines. Patient Safety
Surveillance Unit, 1, 1–36. https://ww2.health.wa.gov.au/~/media/Files/Corporate/general
documents/Quality/PDF/Clinical_risk_man_guidelines_wa.ashx
Jasamarga. (n.d.). Evaluasi risiko.
Robert, M. M. J., Bonny, S. F., & Soputan. M .E Gabby. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung Sma Eben Haezar).
Jurnal Ilmiah Media Engineering, 4(4), 229–238.
Sari, F. N., & Fakultas, A. (2018). Evaluasi Penerapan Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000
untuk Mengelola Risiko Operasional dalam Kegiatan Pelayanan Jasa pada PT SMTK di
Surabaya. 7(2).
Vorst, C. R., Priyarsono, D. S., & Budiman, A. (2018). Manajemen Risiko Berbasis SNI ISO
31000 (N. Irawan, M. Yekttiningtyas, K. Andriani, & W. S. Sari (eds.); 1st ed.). Badan
Standardisasi Nasional.
Wijaya, A., Panjaitan, T. W. ., & Palit, H. C. (2015). Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(3), 332–338.

17

Anda mungkin juga menyukai