(Risk Assasment)
Prodi S1 Akuntansi B
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Semarang
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya makalah
yang berjudul “Risk Assessment” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam
rangka kewajiban sebagai mahasiswa untuk memenuhi tugas pada mata kuliah SIKLUS AUDIT.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada bapak R.Ery Wibowo A.S,SE.,M.Si.,Ak,CA. selaku
dosen pembimbing pada mata kuliah Seminar Auditing dan kepada semua pihak yang telah mendukung
hingga terselesaikannya makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri
dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya dan dapat memberikan kontribusi kepada
mahasiswa lainnya terutama untuk mahasiswa prodi akuntansi sebagai tambahan pengetahuan yang
dapat bermanfaat di masa yang akan datang. Kritik dan saran bagi perbaikan makalah ini sangat kami
harapkan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Tinjauan Umum Materialitas..................................................................................................2
B. Tahap-tahap Materialitas dalam Proses Audit........................................................................5
C. Konsep Materialitas pada dua Tingkat..................................................................................6
D. Konsep Materialitas...............................................................................................................7
E. Risiko Audit...........................................................................................................................8
F. Prosedur Penilaia Risiko......................................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I
A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Resiko adalah segala hambatan yang mungkin terjadi dalam pencapaian suatu
tujuan. Sedangkan penilaian resiko menurut Muhammad Badrus adalah sebuah aktifitas
yang dilakukan untuk mendeteksi atau mengevaluasi kemungkinan adanya kesalahan atau
penurunan kualitas akibat beroperasinya suatu kegiatan. Pendapat lainnya, penilaian risiko
adalah mengkuantitatifkan atau menggolongkan tingkatan risikoagar mudah dikelola dan
dilakukan penanganan yang tepat sesuai prinsip Cost and Benefit. Penentuan resiko (risk
assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor. Bagi manajemen
penentuan resiko merupakan tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan dilakukan secara
terus menerus. Karena manajemen tidak dapat menetapkan tujuan dan dengan mudah
mengasumsikan bahwa tujuan tersebut telah tercapai. Banyak hambatan yang timbul
dalam pencapaian tujuan tersebut dan hambatan tersebut bisa berasal dari luar entitas
maupun dari dalam entitas. Sejumlah resiko tidaklah dalam bentuk yang statis tetapi juga
dinamis sesuai dengan perubahan yang terjadi sehingga selalu ada resiko-resiko baru yang
muncul setiap waktu. Oleh karena itu penentuan resiko harus berjalan berkelanjutan dalam
proses manajemen yang dilakukan secara terorganisir dan berurutan.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang diatas, maka kami dapat mengambil perumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana dan apa saja yang menjadi dasar terjadinya risk
assessment?”
C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk dapat memenuhi yang dapat bermanfaat bagi para pembaca
tentang Risk Assessment. Secara terperinci tujuan dari makalah ini adalah: Untuk
mengetahui bagaimana dan apa saja yang menjadi dasar terjadinya risk assessment.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RESIKO
➢ Resiko adalah segala hambatan yang mungkin terjadi dalam pencapaian suatu
tujuan. Sedangkan menurut beberapa ahli artii dari resiko adalah sebagai berikut :
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H)
Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainy) yang mungkin melahirkan peristiwa
kerugian (loss) (A. Abas Salim)
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)
Resiko adalah probalitas sesuatu hasil / outcome yang berbeda dengan yang
diharapkan (Herman Darmawi)
Sedangkan bagi auditor, dalam kegiatan audit harus memasukan hasil penentuan
resiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol yang
dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi risiko. Resiko dalam audit atau
resiko audit memperlihatkan resiko yang dihadapi auditor yang menyatakan bahwa
laporan keuangan tersebut telah benar sehingga dan pendapat auditor telah
diterbitkan, tetapi pada kenyataannya laporan tersebut ternyata tidak benar dan
materialitasnya tinggi. hal tersebut menyebabkan pendapat auditor tersebut menjadi
tidak bermutu bagi para penggunanya. Hal ini bisa terjadi karena auditor hanya
mampu mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi dan kesalahan yang telah
diatur sedemikian rupa menyebabkan menjadi sangat sulit dideteksi meskipun
auditor telah bekerja sesuai dengan standar audit yang berlaku.
Menurut studi yang dilakukan oleh COSO, pembahasan tentang penentuan resiko adalah
sebagai berikut:
➢ “Setiap entitas menghadapi berbagai resiko baik dari lua maupun dari dalam
yang harus ditentukan. Persyaratan awal untuk menentukan resiko adalah adanya
penetapan tujuan yang dihubungkan pada tingkat-tingkat yang berbeda dan
konsisten di dalam organisasi. Penentuan resiko adalah identifikasi dan analisis
resiko-resiko yang relevan untuk mencapai tujuan entitas, yang membentuk suatu
dasar untuk menentukan cara pengelolaan resiko. Karena kondisi ekonomi, industri,
peraturan, dan operasi akan terus menerus berubah, maka dibutuhkan mekanisme
untuk mengidentifikasi dan menangani resiko-resiko khusus yang berhubungan
dengan perubahan.”
➢ Pada proses perencanaan audit, salah satu proses yang harus dilakukan oleh
seorang auditor adalahmelakukan penilaian resiko bisnis klien. Auditor mempergunakan
pengetahuan yang didapatkan dari pemahaman sistem strategi akan bisnis dan industri
klien untuk melakukan penilaian resiko tersebut. Resiko bisnis klien adalah resiko dimana
klien akan gagal dalam mencapai tujuannnya. Perhatian utama seorang auditor adalah
resiko dari salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh resiko bisnis
klien. Dalam menilai resiko bisnis klien juga harus mempertimbangkan kontrol
manajemen yang bisa mengurangi resiko bisnis .
➢ Auditor menerima sejumlah tingkat resiko atau ketidakpastian dalam
melaksanakan fungsi auditnya. Auditor mengenali bahwa terdapat suatu ketidakpastian
tentang kompetensi bukti, ketidakpastian tentang efektivitas dari dari pengendalian intern
yang dimiliki klien, serta ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar pada saat audit telah selesai dilakukan. Auditor yang efektif mengenali
kehadiran sejumlah risiko serta akan bergumul dengan risiko-risiko tersebut dalam suatu
cara pendekatan yang tepat. Mayoritas risiko yang dihadapi oleh auditor sulit untuk
diukur serta membutuhkan pemikiran yang cermat agar dapat direspons dengan tepat.
Menjawab berbagai risiko ini secara tepat merupakan suatu hal kritis dalam rangka
menghasilkan suatu audit yang berkualitas tinggi.
➢ Auditor mendapat sebuah pemahaman tentang bisnis dan industri klien dan
menilai risiko bisnisklien untuk menilai kemungkinan salah saji mateial dalam laporan
keuangan klien. Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasikan
lebih jauh potensial untuk kesalahan saji dan dimana mereka paling mungkin terjadi.
➢ Cara utama yang dipergunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan risiko
yang ada dalam merencanakan bukti audit yang akan dikumpulkan adalah melalui
penerapan model risiko audit (audit risk model). Sumber dari model risiko audit ini
adalah literatur profesional yang terdapat dalam SAS 39 (AU350) tentang sampling audit
serta dalam SAS 47 (AU 312) tentang materialitas dan risiko. Model resiko audit
umumnya digunakan bagi berbagai tujuan perencanaan untuk memutuskan berapa banyak
bukti audit yang akan dikumpulkan pada setiap siklusnya.
B. JENIS-JENIS RESIKO
A.Risiko Deteksi Terencana
➢ Risiko deteksi terencana (planned detection risk) merupakan ukuran risiko
bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji
yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji
semacam itu ada. Terdapat dua poin utama tentang risiko deteksi terencana ini yaitu
sebagai berikut :
1. Risikoini tergantung pada ketiga faktor lainnya yang terdapat dalam model.
Risiko deteksi terencana hanya akan berubah jika auditor melakukan
perubahan pada salah satu dari ketiga faktor lainnya tersebut.
2. Risiko ini menentukan nilai substantif yang direncanakan oleh auditor untuk
dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran risiko deteksi terencana
itu sendiri.
➢ Jika nilai risiko deteksi terencanaberkurang, maka auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang
berkurang ini.
➢ B.Risko inheren
C. PENILAIAN RESIKO
Yang menjadi acuan dalam penilaian risiko adalah ISA 240 dan ISA 315.
ISA 240.25
➢ Sesuai dengan ISA 135, auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko
salah saji material karena kecurangan pada tingkat laporan keuangan, dan pada
tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.
ISA 240.26
➢ Ketika mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material karena
kecurangan, auditor wajib berdasarkan anggapan tentang adanya risiko
kecurangan dalam pengakuan pendapatan, mengevaluasi jenis pendapatan,
transaksi pendapatan atau asersi apa saja yang menimbulkan risiko tersebut.
ALinea 47 merinci dokumentasi yang diperlukan di mana auditor menyimpulkan
asumsi itu tidak berlaku dan karenanya ia tidak mengidentifikasi pengakuan
pendapatan sebagai risiko salah saji material karena kecurangan.
ISA 240.27
➢ Auditor wajib memperlakukan risiko yang dinilai mengenai salah saji material
karena kecurangan sebagai risiko yang signifikan dan karenanya, jika belum
dilakukan, auditor wajib melakukan pemahaman mengenai pengendalian entitas
yang terkait, termasuk kegiatan pengendalian, yang berkenaan dengan risiko
tersebut.
ISA 315.25
➢ Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material karena
kecurangan pada:
1. Tingkat laporan keuangan, dan
2. Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan; sebagai
dasar untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
ISA 314.26
➢ Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi
suatu audit selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko risiko
penugasan.
➢ Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau
organisasi yang membawahi auditor akan menderita kerugian setelah selesainya audit,
walaupun laporan audit sudah benar.
➢ Secara kualitatif, risiko inheren terbagi menjadi lebih rendah dan lebih tinggi.
Pemeriksa dapat mendokumentasikan penilaian risiko inherennya pada setiap level
melalui formulir Audit Risk Matrix (ARM). Berdasarkan analisis pada matriks ARM
maka dihasilkan akun-akun apa saja yang signifikan dan beresiko tinggi terhadap
kewajaran laporan keuangan.
Lebih tinggi atau 100%. Pada saat pemeriksa mengidentifikasi risiko tertentu atau
faktor lain yang menimbulkan keyakinan bahwa terdapat kemungkinan yang lebih
besar akan terjadinya kesalahan atas hal yang menurut pemeriksaan penting,
pemeriksa akan menilai risiko inheren bagi asersi laporan keuangan yang relevan
dengan kriteria lebih tinggi. Pemeriksa juga menganggap risiko inheren sebagai
100% sebagai hasil pertimbangan profesionalnya dan bersifat konservatif.
Lebih rendah atau <100%. Jika pemeriksa yakin bahwa kecil kemungkinan
terjadinya kesalahan atas hal yang menurut pemeriksaan penting (dengan asumsi
tidak ada pengendalian), pemeriksa akan memberi penilaian dengan kriteria lebih
rendah.
C.Menilai Risiko Deteksi Yang Direncanakan (Planned Detection Risk)
Para auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko
deteksi yang direncanakan) yang mempengaruhi tes-tes substantif yang mereka lakukan.
1) Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor akan
mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko kesalahan saji .
2) Tingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi maka auditor mengurangi
pengumpulan bukti .
➢ Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK,
➢ Ada dua jenis risiko deteksi berkaitan dengan audit sampling, yaitu risiko
prosedur analitis dan risiko pengujian substantive.
✓ Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat Muncul Dalam Asersi Entitas
❖ Suatu pengeluaran kas dapat divbuat untuk tujuan yang tidak diotorisasi
(keberadaan atau kejadian atas transaksi yang valid)
❖ Komputer mencocokkan informasi cek dengan informasi yang mendukung untuk
stiap transaksi pengeluaran
❖ Hanya personel dengan otorisasi yang diizinkan untuk menjalankan program dan
menangani cek
❖ Pemisahan tugas dalam menyetujui tanda bukti pembayaran dan menandatangani
cek
❖ Menggunkan teknik-teknik audit dengan bantuan computer, seperti data pengujian
untuk menguji pengendalian aplikasi computer
❖ Mengamati individu- individu yang menangani pengeluaran kas dan
membandingkannya dengan personil yang memiliki otorisasi
❖ Mengamati pemisahan tugas
❖ Suatu tanda bukti mungkin dibayar dua kali (keberadaan transaksi yang valid)
❖ Komputer secara elektronik membatalkan tanda bukti dan informasi pendukung
ketika cek diterbitkan.
❖ Memberi tanda pada tanda bukti pembayaran dan dokumen pendukung dengan
tanda Lunas ketika cek diterbitkan.
❖ Menggunkan teknik-teknik audit dengan bantuan computer, seperti data pengujian
untuk menguji pengendalian aplikasi computer
❖ Mengamati pemberian cap kepada dokumen dan atau memerisa sampel dari
dokumen yang telah dibayar untuk memeriksa adanya tanda Lunas.
❖ Suatu cek dapat diterbitkan untuk jumlah yang salah atau dicatat dalam jumlah
yang salah (penilaian atau alokasi)
❖ Komputer mencocokkan informasi cek dengan informasi yang mendukung tanda
bukti dan hutang usaha untuk setiap transasksi pengeluaran
❖ Komputer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan jumlah yang
dicatat dalam pengeluaran kas
❖ Rekonsiliasi bank independen secara periodic.
❖ Menggunkan teknik-teknik audit dengan bantuan computer, seperti data pengujian
untuk menguji pengendalian aplikasi computer
❖ Menggunkan teknik-teknik audit dengan bantuan computer, seperti data pengujian
untuk menguji pengendalian aplikasi computer
❖ Mengamati kinerja rekonsiliasi bank dan/ atau memeriksa rekonsiliasi bank
➢ Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK
➢ Potensi kecurangan
➢ Risiko tidak mendeteksi salah saji material karena kecurangan
(dilakukan dengan sengaja dan ditutup-tutupi) lebih tinggi dari risiko tidak
mendeteksi salah saji material karena kesalahan.
➢ Dalam mengevaluasi apakah risiko signifikan bisa terjadi dari faktor risiko
kecurangan yang diidentifikasi serta scenario kecurangan yang diidentifikasi dalam
diskusi tim audit. Pertimbangkan hal-hal berikut:
✓ Keterampilan melakukan kecurangan dari calon pelaku
✓ Jumlah rata-rata yang dimanipulasi.
➢ ISA 240:17
Peniaian oleh manajemen mengenai risiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan karena kecurangan, termasuk tentang sifat, luas dan berapa seringnya
penilaian tersebut dilakukan.
Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
kecurangandalam entitas itu, termasuk risiko kecurangan yang diidentifikasi oleh
manajemen atau yang dilaporkan kepada manajemen atau risiko kecurangan
mungkin terjadi dalam jenis transaksi, saldo akun atau pengungkapan.
Komunikasi manajemen dengan tcwg mengenai proses yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam
entitas itu
Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada,tentang pandangan
manajemen mengenai praktik-praktik bisnis dan perilaku etis.
PROSEDUR ANALITIKAL
Mengidentifikasi risiko salah saji yang material mengenai asersi yang terkandung
dalam unsur-unsur laporan keuangan yang signifikan
Membantu merancang sifat, waktu dan luasnya prosedur audit selanjutnya
➢ Observasi atau pengamatan dan Inspeksi (oservation and inspection) mempunyai dua
fungsi:
➢ Prosedur :
➢ Potensi Penerapannya
➢ Observasi
➢ Pertimbangan untuk mengamati:
Bagaimana entitas beroperasi dan dikelola
Bangunan pabrik, dan fasilitas lain yang digunakan dan dimiliki entitas
Gaya kepemimpinan manajemen
Pelaksanaan berbagai prosedur pengendalian internal
Kepatuhan terhadap kebijakan utama
➢ Inspeksi
➢ Pertimbangan untuk menginspeksi dokumen seperti :
Rencana bisnis strategi dan proposal bisnis
Kajian industri dan laporan median mengenai entitas
Kontrak dan komitmen besar
Ketentuan perundangan dan korespondensi dengan regulator
Korespondensi dengan pengacara bankir dan pemangku kepentingan lain
Kebijakan dan catatan akuntansi
Buku pedoman pengendalian internal
SUMBER LAIN MENGENAI RISIKO
➢ Sumber
➢ Penjelasan
E. MENGEVALUASI HASIL
➢ Setelah auditor merencanakan penugasan dan mengumpulkan bukti audit,hasil-
hasilnya dapat diyatakan dalam versi evaluasi model resiko audit. SAS107
menyatakanmodel resiko audit untuk mengevaluasi hasil-hasil audit sebagai
➢ di mana:
➢ AcAR = Achieved Audit Risk (risiko audit yang dicapai). Ukuran risiko yang
sudah diambil auditor bahwa suatu akun dalam laporan disalahsajikan secara material
setelah auditor mengumpulkan bukti audit.
➢ IR = Inherent Risk (risiko inheren). Factor risiko inheren yang sama yang
dibahas dalam perencanaan kecuali sudah direvisi karena ada informasi baru.
➢ CR = Control Risk (risiko pengendalian). Risiko pegendalian yang sama yang telah
dibahas sebelumnya kecuali sudah direvisi selama audit.
➢ AcDR = Achieved Detection Risk (risiko deteksi yang dicapai). Ukuran risiko
bahawa bukti audit untuk suatu segmen tidak mendeteksi salah saji yang melampaui
salah saji yang dapat ditoleransi, jika salah saji semacam itu memang ada. Auditor dapat
mengurangi risiko deteksi yang dicapai ini hanya dengan mengumpulkan bukti.
➢ Berdasarkan riset, tidak tepat menggunakan rumus evaluasi ini untuk benar-benar
menghitung risiko audit yang dicapai sebagai mana yang dinyatakan rumus di atas. Riset
menununjukkan bahwa penggunaan rumus ini dapat mengakibatkan risiko audit yang
dicapai kurang saji. Namun, hubungan yang ada dalam rumus itu valid dan harus
digunakan dalam praktik.
➢ Rumus tersebut menunjukkan tiga cara untuk mengurangi risiko audit yang
dicapai ke tingkat yang dapat diterima:
▪ Mengurangi risiko inheren
▪ Mengurangi risiko pengendalian
▪ Mengurangi risiko deteksi yang dapat dicapai dengan meningkatkan pengujian
audit substantive
➢ Meskipun tidak ada kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam mengumpulkan bukti
yang direncanakan dan menyimpulkan bahwa penilaian setiap risiko sudah wajar atau
lebih baik daripada yang diduga semula, auditor tetap harus sangat hati-hati dalam
mengambil keputusan. Penilaian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren dapat
ditetapkan terlalu rendah atau risiko audit yang dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi.
➢ Dalam keadaan seperti itu, auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah.
▪ Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat.
▪ Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan
bukti, tanpa menggunakan model risiko audit.
➢ Jika risiko itu memang terjadi, berapa besar dampak moneternya? Pendapat
mengenai hal ini harus dinilai terhadap suatu jumlah tertentu sebagi acuan. Jika tidak,
orang yang berbeda bisa berkesimpulan yang berbeda. Untuk tujaun audit, angka yang
ditetapkan berhubungan dengan apa yang merupakan salah saji material dalam laporan
keuangan secara menyeluiruh. Penilaian ini dievaluasi secara sederhana, sebagai sedang,
tinggi, atau rendah. Atau dengan member skor dalam bentuk angka, misalnya antara 1
sampai dengan 5, dimana skor yang yang lebih tinggi berarti besaran risiko yang lebih
tinggi pula.
➢ Langkah-langkah dalam menilai risiko digambarkan dengan menggunakan
tiga criteria penilaian Tinggi (T), Sedang (S), Rendah(R)
▪ Penilaian Risiko
PENUTUP
A. Kesimpulan
➢ Penilaian resiko menurut Muhammad Badrus adalah sebuah aktifitas
yang dilakukan untuk mendeteksi atau mengevaluasi kemungkinan adanya kesalahan
atau penurunan kualitas akibat beroperasinya suatu kegiatan. Pendapat lainnya,
penilaian risiko adalah mengkuantitatifkan atau menggolongkan tingkatan risikoagar
mudah dikelola dan dilakukan penanganan yang tepat sesuai prinsip Cost and Benefit.
Penentuan resiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan
auditor. Bagi manajemen penentuan resiko merupakan tanggungjawab yang tidak
terpisahkan dan dilakukan secara terus menerus. Karena manajemen tidak dapat
menetapkan tujuan dan dengan mudah mengasumsikan bahwa tujuan tersebut telah
tercapai. Banyak hambatan yang timbul dalam pencapaian tujuan tersebut dan
hambatan tersebut bisa berasal dari luar entitas maupun dari dalam entitas. Sejumlah
resiko tidaklah dalam bentuk yang statis tetapi juga dinamis sesuai dengan perubahan
yang terjadi sehingga selalu ada resiko-resiko baru yang muncul setiap waktu. Oleh
karena itu penentuan resiko harus berjalan berkelanjutan dalam proses manajemen
yang dilakukan secara terorganisir dan berurutan.
➢ Sedangkan bagi auditor, dalam kegiatan audit harus memasukan hasil
penentuan resiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol
yang dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi risiko. Resiko dalam audit
atau resiko audit memperlihatkan resiko yang dihadapi auditor yang menyatakan
bahwa laporan keuangan tersebut telah benar sehingga dan pendapat auditor telah
diterbitkan, tetapi pada kenyataannya laporan tersebut ternyata tidak benar dan
materialitasnya tinggi. hal tersebut menyebabkan pendapat auditor tersebut menjadi
tidak bermutu bagi para penggunanya. Hal ini bisa terjadi karena auditor hanya
mampu mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi dan kesalahan yang telah
diatur sedemikian rupa menyebabkan menjadi sangat sulit dideteksi meskipun auditor
telah bekerja sesuai dengan standar audit yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA