Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

The Use Of Financial Statements Analysis In Risk Analysis

Oleh :

REVI NANDA PUTRI (2010247506)

Dosen pengampu: Dr. Novita Indrawati, SE, MSi, Ak, CA

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................................................................................... 1

BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................3


2.1. Pengertian Analisi Risko .............................................................................................................................................. 3

2.2. Analisis Laporan Keuangan dan Utang Umum .............................................................................................. 15

2.3. Prediksi Distress dan Turnaound......................................................................................................................... 16

2.4. Kasus .................................................................................................................................................................. 19

BAB III: PENUTUP ................................................................................................................. 24


3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 25

i
Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tentang The Use Of Financial
Statements Analysis In Risk Analysis. Saya berterima kasih kepada Ibu Dr. Novita
Indrawati, SE, MSi, Ak, CA selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan yang telah memberikan tugas kepada kami.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah


wawasan serta pengetahuan kita semua. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
ini yang telah saya buat ini dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang-orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saranyang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Pekanbaru, 12 Juli 2023

(Revi Nanda Putri)

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam sebuah
perusahaan. Laporan keuangan yang disediakan umumnya menggambarkan
tingkat kesehatan dan pencapaian kinerja dari sebuah perusahaan. Dalam
melihat laporan keuangan, perlu adanya analisis yang tepat agar dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan baik yang bersifat
teknis maupun sebuah kebijakan. Kesalahan dalam menganalisis dapat
berakibat fatal hingga menyebabkan perusahaan collapse.
Subramanyam (2013) mengatakan dalam menganalisis sebuah
perusahaan, diperlukan adanya analisis secara keseluruhan agar gambaran dari
perusahaan dapat terlihat dengan jelas. Hal ini berlaku pula dalam
menganalisis resiko. ketika seorang pemodal ingin memutuskan berinvestasi
pada perusahaan tertentu, pemodal harus yakin bahwa perusahaan tersebut
dapat memberikan pengembalian sesuai yang diharapkan. Begitu pula pada
seorang bankir yang akan meminjamkan dananya kepada perusahaan. seorang
bankir harus dapat menganalisis resiko perusahaan peminjam untuk
memastikan pengembalian dana dari perusahaan tersebut lancar dan tidak
akan terjadi kredit macet. Analisis resiko juga tidak hanya dilakukan oleh
pemberi pinjaman, pihak ketiga seperti auditor juga memerlukan analisis
resiko untuk memastikan bahwa perusahaan dapat bertahan dalam jangka
waktu tertentu dan mempengaruhi opininya.
Dalam menganalisis resiko dapat dilakukan dengan metode Altman Z-
score. metode ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk memprediksi
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung

1
nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan
diskriminan (Palepu dan Haley, 2013).
Analisis resiko umumnya lebih banyak dijelaskan dalam analisis kredit
karena umumnya berhubungan dengan likuiditas dan solvabilitas. Selain itu,
analisis resiko merupakan salah satu hal yang paling diperhatikan oleh
kreditur (Subramanyam, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian analisis resiko?
2. Bagaimana Analisis laporan keuangan dan utang umum?
3. Bagaimana prediksi distress dan turn around?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari analisis resiko
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis laporan keuangan dan utang umum
3. Untuk mengetahui bagaimana prediksi distress dan turn around

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Resiko

Analisis keuangan adalah penggunaan laporan keuangan untuk


menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai
kinerja keuangan masa depan. Salah satu bidang analisis keuangan yaitu
analisis resiko. (Baker dan Powell, 2005).
Subramanyam (2013) mengatakan bahwa analisis risiko adalah
evaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya. Analisis
risiko melibatkan penilaian solvabilitas dan likuiditas perusahaan bersama
dengan variabilitas pendapatannya. Karena resiko menjadi perhatian utama
kreditur, analisis risiko sering dibahas dalam konteks analisis kredit. Namun,
analisis risiko penting untuk analisis ekuitas, baik untuk mengevaluasi
keandalan dan keberlanjutan kinerja perusahaan dan untuk memperkirakan
biaya modal.
Analisis resiko tidak hanya dapat dilakukan secara kuantitatif, namun
juga dapat dilakukan secara kualitatif seperti penelitian yang dilakukan oleh
Adedokun, dkk (2013) yang meneliti terkait analisis resiko secara kualitatif
(QRAT) pada perusahaan konstruksi. Hasil penelitian mengungkapkan adopsi
QRAT tingkat rendah, sehingga mencegah industri konstruksi Nigeria
mengambil keuntungan penuh dari QRAT dalam analisis risiko yang melekat
pada proyek konstruksi. Juga checklist, flowchart dan analisis asumsi adalah
QRAT yang umum digunakan di wilayah Nigeria. Selain itu, pelatihan dan
pencatatan yang tidak memadai tentang manajemen risiko berkontribusi besar
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan QRAT pada proyek.
Selain secara kualitatif, Beranek (2010) dalam penelitiannya mencoba
menyajikan prosedur analisis risiko yang telah berhasil

3
diterapkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM) Ceko. Metodologi, yang
didasarkan pada modifikasi dan kombinasi dua metode standar, bertujuan untuk
mempercepat (dan membuat lebih terjangkau) proses analisis risiko,
dibandingkan dengan metode analisis risiko lain yang digunakan untuk
organisasi publik dan perusahaan besar di Republik Ceko. Ia menggabungkan
metode BITS dan FRAP. Metodologi FRAP dirancang oleh Peltier (2008)
untuk melakukan analisis risiko sistem dalam hal ini digunakan untuk
mengevaluasi aset dan metodologi BITS untuk fase tambahan analisis risiko
informasi. Beranek (2010) menemukan bahwa untuk melakukan analisis risiko
di sektor UKM di Republik Ceko, diperlukan portofolio instrumen yang luas.
Keuntungan dari penggabungan kedua metode FRAP dan BITS adalah
kemampuannya untuk mempercepat analisis risiko, terutama fase identifikasi
dan evaluasi aset. Keuntungan lain adalah bahwa metode ini menghasilkan
tabel spreadsheet sederhana, memberikan konsumen alat yang mudah diedit
dan dapat digunakan untuk prosedur tindak lanjut.

2.1.1 Analisis Kredit


Subramanyam (2013) mengatakan analisis kredit adalah evaluasi
perusahaan dari perspektif pemegang atau calon pemegang utangnya, termasuk
utang usaha, pinjaman, dan surat utang publik. Elemen kunci dari analisis
kredit adalah prediksi kemungkinan perusahaan akan menghadapi kesulitan
keuangan. Analisis kredit terlibat dalam berbagai konteks keputusan misalnya
ketika pemasok potensial akan menjual barangnya secara kredit ke
perusahaan, seorang bankir komersial yang akan meminjamkan ke perusahaan
dan mempertimbangkan kondisi peminjam kemungkinan kesulitan uang dan
default pada utang, dan seorang investor yang akan membeli sekuritas utang
mempertimbangkan imbal hasil dan resiko yang diterima. Namun, meskipun
analisis kredit biasanya dilihat dari perspektif pemodal, jelas penting juga bagi
peminjam seperti seorang manajer sebuah perusahaan kecil bertanya: Apa
pilihan kita

4
untuk pembiayaan kredit? Apakah perusahaan memenuhi syarat untuk
pembiayaan bank? atau Seorang manajer sebuah perusahaan besar bertanya:
“Apa pilihan kita untuk pembiayaan kredit? Apakah perusahaan cukup kuat
untuk mengumpulkan dana di pasar publik?. Akhirnya, ada pula pihak
ketiga—mereka selain peminjam dan pemberi pinjaman—yang tertarik pada
masalah umum tentang seberapa besar kemungkinan perusahaan akan
menghindari kesulitan keuangan.
2.1.2 Pasar Untuk Kredit
a. Bank komersial
Bank komersial adalah pemain yang sangat penting di pasar kredit. Karena
bank cenderung menyediakan berbagai layanan kepada klien, dan memiliki
pengetahuan mendalam tentang klien dan operasinya, mereka memiliki
keunggulan komparatif dalam memberikan kredit dalam pengaturan dimana
pengetahuan yang diperoleh melalui kontak dekat dengan manajemen
mengurangi risiko yang dirasakan dari kredit dan risiko kredit dapat diatasi
melalui pemantauan yang cermat terhadap perusahaan (Palepu dan Haley
2013).
Palepu juga menyatakan bahwa kendala dalam operasional perkreditan
bank adalah risiko kredit yang relatif rendah, sehingga portofolio kredit bank
akan berkualitas tinggi yang dapat diterima oleh regulator bank. Karena
pentingnya menjaga kepercayaan publik di sektor perbankan dan keinginan
untuk melindungi penjamin simpanan pemerintah dari risiko, pemerintah
memiliki insentif untuk membatasi eksposur bank terhadap risiko kredit. Bank
juga cenderung melindungi diri dari risiko perubahan suku bunga dengan
menghindari pinjaman dengan suku bunga tetap dengan jangka waktu yang
lama. Karena sebagian besar modal bank berasal dari deposito jangka pendek,
pinjaman jangka panjang

5
seperti itu membuat mereka terkena kenaikan suku bunga, kecuali risikonya
dapat dilindung nilai dengan derivatif.
b. Lembaga keuangan lainnya
Perusahaan pembiayaan bersaing dengan bank di pasar untuk pinjaman
berbasis aset (yaitu, pembiayaan dijamin aset tertentu, seperti piutang,
persediaan, atau peralatan). Perusahaan asuransi terlibat dalam berbagai
kegiatan pinjaman. Karena perusahaan asuransi jiwamenghadapi kewajiban
jangka panjang, mereka sering mencari investasi jangka panjang (misalnya,
obligasi atau pinjaman jangka panjang untuk mendukung proyek
pengembangan dan real estate komersial jangka panjang yang besar). Bankir
investasi siap untuk menempatkan sekuritas utang dengan investor swasta atau
di pasar publik. Berbagai lembaga pemerintah merupakan sumber kredit
lainnya (Palepu dkk, 2004).
c. Pasar utang umum
Beberapa perusahaan memiliki ukuran, kekuatan, dan kredibilitas yang
diperlukan untuk melewati sektor perbankan dan mencari pembiayaan
langsung dari investor, baik melalui penjualan surat berharga atau melalui
penerbitan obligasi. Masalah utang tersebut difasilitasi oleh penetapan
peringkat utang. Di AS, Moody's dan Standard and Poor's adalah dua lembaga
pemeringkat terbesar. Peringkat utang perusahaan mempengaruhi hasil yang
harus ditawarkan untuk menjual instrumen utang. Usai penerbitan utang,
lembaga pemeringkat terus memantau kondisi keuangan perusahaan.
Perubahan peringkat terkait dengan fluktuasi harga sekuritas.
Dalam transaksi dengan leverage tinggi, seperti pembelian dengan
leverage, bank biasanya menyediakan pembiayaan bersama dengan masalah
utang publik yang akan memiliki prioritas lebih rendah jika terjadi
kebangkrutan.

6
d. Penjual yang memberikan pembiayaan
Sektor lain dari pasar kredit adalah produsen dan pemasok barang dan jasa
lainnya. Tentu saja, perusahaan seperti itu cenderung membiayai pembelian
pelanggan mereka tanpa jaminan untuk jangka waktu 30 hingga 60 hari.
Pemasok kadang kadang juga setuju untuk memberikan pembiayaan yang lebih
diperpanjang, biasanya dengan dukungan surat jaminan. Pemasok mungkin
bersedia memberikan pinjaman seperti itu dengan harapan bahwa kreditur
akan bertahan dari kekurangan uang tunai dan tetap menjadi pelanggan
penting di masa depan. Namun, pelanggan biasanya akan mencari pengaturan
seperti itu hanya jika pembiayaan bank tidak tersedia, karena dapat membatasi
fleksibilitas dalam memilih di antara dan/ atau bernegosiasi dengan pemasok.
2.1.3 Proses Analisis Kredit
Fridson dan Alvarez (2002) mengungkapkan bahwa analisis kredit
melibatkan lebih dari "sekedar" penetapan kelayakan kredit. Pertama, ada kisaran
kelayakan kredit, dan penting untuk memahami di mana perusahaan berada
dalam kisaran itu untuk tujuan penetapan harga dan penataan pinjaman. Selain
itu, jika kreditur adalah bank atau lembaga keuangan lain dengan hubungan
berkelanjutan yang diharapkan dengan peminjam, potensi keuntungan
peminjam adalah penting, meskipun risiko penurunan harus menjadi
pertimbangan utama dalam analisis kredit. Menurut Palepu, dkk (2002)
terdapat beberapa langkah dalam menganalisis kredit yaitu:

Langkah 1: Pertimbangkan Sifat dan Tujuan Pinjaman


Memahami tujuan pinjaman penting tidak hanya untuk memutuskan
apakah harus diberikan, tetapi juga untuk menyusun pinjaman. Pinjaman
mungkin diperlukan hanya untuk beberapa bulan,

7
selama beberapa tahun, atau bahkan sebagai bagian permanen dari struktur
modal perusahaan. Pinjaman dapat digunakan untuk penggantian pembiayaan
lain, untuk mendukung kebutuhan modal kerja, atau untuk membiayai akuisisi
aset jangka panjang atau perusahaan lain. Jumlah pinjaman yang diperlukan
juga harus ditetapkan.
Seringkali pemberi pinjaman komersial berurusan dengan perusahaan
yang mungkin memiliki hubungan induk-anak. Pertanyaan tentang siapa yang
harus dipinjamkan kemudian muncul. Jawabannya biasanya adalah entitas
yang memiliki aset yang akan dijadikan sebagai jaminan. Jika entitas ini
adalah entitas anak dan entitas induk menyajikan beberapa kekuatan keuangan
yang independen dari entitas anak, jaminan dari entitas induk dapat
dipertimbangkan (Palepu dan Haley, 2013).

Langkah 2: Pertimbangkan Jenis Pinjaman dan Keamanan yang Tersedia Palepu


dkk (2004) menyatakan bahwa jenis pinjaman yang
dipertimbangkan adalah fungsi tidak hanya tujuannya, tetapi juga kekuatan
finansial peminjam. Jadi, sampai batas tertentu, jenis pinjaman akan ditentukan
oleh analisis keuangan yang dijelaskan dalam langkah proses berikut.
Beberapa kemungkinannya adalah sebagai berikut:
 Jalur kredit terbuka. Jalur kredit terbuka memungkinkan peminjam menerima
uang tunai untuk beberapa maksimum tertentu berdasarkan kebutuhan untuk
jangka waktu tertentu, seperti satu tahun. Untuk mempertahankan opsi ini,
peminjam membayar biaya (misalnya, 3/8 dari 1 persen) pada saldo yang tidak
digunakan, di samping bunga atas jumlah yang digunakan. Jalur kredit terbuka
berguna dalam kasus di mana kebutuhan uang peminjam sulit diantisipasi.
 Jalur kredit bergulir. Ketika jelas bahwa suatu perusahaan akan membutuhkan
kredit di luar jangka pendek, pembiayaan dapat diberikan dalam bentuk
“revolver”. Kadang-kadang digunakan untuk mendukung kebutuhan modal
kerja, peminjam dijadwalkan untuk

8
melakukan pembayaran saat siklus operasi berlangsung dan persediaan serta
piutang diubah menjadi uang tunai. Namun, juga diharapkan bahwa uang tunai
akan terus dicairkan selama peminjam tetap dalam performa yang baik. Selain
bunga atas jumlah terutang, biaya dibebankan pada saluran yang tidak
digunakan.
 Pinjaman modal kerja. Sehingga pinjaman digunakan untuk membiayai
persediaan dan piutang, dan biasanya dijamin. Saldo pinjaman maksimum
dapat dikaitkan dengan saldo akun modal kerja. Misalnya, pinjaman dapat
diizinkan untuk meningkat menjadi tidak lebih dari 80 persen dari piutang
yang berumur kurang dari 60 hari.
 Pinjaman berjangka. Pinjaman berjangka digunakan untuk kebutuhan jangka
panjang dan sering kali dijamin dengan aset jangka panjang, seperti pabrik
atau peralatan. Biasanya, pinjaman akan diamortisasi, membutuhkan
pembayaran berkala untuk mengurangi saldo pinjaman.
 Pinjaman hipotek. Hipotek mendukung pembiayaan real estat, memiliki
jangka panjang, dan memerlukan amortisasi berkala dari saldo pinjaman.
 Sewa pembiayaan. Kemudahan pembiayaan dapat digunakan untuk
memfasilitasi perolehan aset apa pun, tetapi paling sering digunakan untuk
peralatan, termasuk kendaraan. Sewa dapat terstruktur selama periode 1 hingga
15 tahun, tergantung pada umur aset yang mendasarinya.
Banyak pinjaman bank dilakukan atas dasar aman, terutama dengan
perusahaan yang lebih kecil dan lebih tinggi leverage. Keamanan akan
diperlukan kecuali pinjaman itu berjangka pendek dan peminjam
menghadapkan bank pada risiko gagal bayar yang minimal. Ketika jaminan
diperlukan, salah satu pertimbangannya adalah apakah jumlah jaminan yang
tersedia cukup untuk mendukung pinjaman. Jumlah yang akan dipinjamkan
bank pada sekuritas tertentu melibatkan pertimbangan

9
bisnis, dan itu tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi likuiditas
sekuritas dalam konteks suatu situasi di mana perusahaan tertekan. Berikut ini
adalah beberapa aturan praktis yang sering diterapkan dalam pinjaman
komersial untuk berbagai kategori keamanan:
 Piutang. Piutang usaha biasanya dianggap sebagai bentuk keamanan yang
paling diinginkan karena paling likuid. Satu bank regional yang besar
mengizinkan pinjaman sebesar 50 sampai 80 persen dari saldo rekening yang
tidak menunggak.
 Inventaris. Keinginan inventaris sebagai keamanan sangat bervariasi. Skenario
kasus terbaik adalah persediaan yang terdiri dari komoditas umum yang dapat
dengan mudah dijual ke pihak lain jika peminjam gagal bayar. Persediaan yang
lebih terspesialisasi, dengan daya tarik hanya untuk sekelompok pembeli yang
terbatas, atau persediaan yang mahal untuk disimpan atau diangkut, kurang
diinginkan. Bank daerah besar tersebut di atas memberikan pinjaman hingga
60 persen untuk bahan mentah, 50 persen untuk barang jadi, dan 20 persen
untuk barang dalam proses.
 Mesin dan peralatan kurang diinginkan sebagai jaminan. Kemungkinan besar
akan digunakan, dan harus disimpan, diasuransikan, dan dipasarkan. Dengan
mengingat biaya kegiatan ini, bank biasanya hanya akan meminjamkan hingga
50 persen dari perkiraan nilai aset tersebut dalam penjualan paksa, seperti
lelang.
 Perumahan. Nilai real estate sebagai jaminan sangat bervariasi. Bank akan sering
meminjamkan hingga 80 persen dari nilai real estate yang siap dijual. Namun,
pabrik yang dirancang untuk tujuan yang unik akan jauh lebih tidak
diinginkan.

Langkah 3: Analisis Status Keuangan Peminjam Potensial


Fokus analisis tergantung pada jenis pembiayaan yang dipertimbangkan.
Misalnya, jika pinjaman jangka pendek dianggap

10
mendukung fluktuasi musiman dalam persediaan, penekanannya adalah pada
kemampuan perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi uang tunai secara
tepat waktu.
Pertanyaan kunci dalam analisis keuangan adalah seberapa besar
kemungkinan arus kas akan cukup untuk membayar kembali pinjaman.
Pemberi pinjaman memusatkan banyak perhatian pada rasio solvabilitas: besarnya
berbagai ukuran laba dan arus kas relatif terhadap pembayaran utang dan
persyaratan lainnya. Sejauh rasio tersebut melebihi satu, ini menunjukkan
"margin of safety" yang dihadapi pemberi pinjaman. Ketika rasio tersebut
digabungkan dengan penilaian varians dalam pembilangnya, ini memberikan
indikasi kemungkinan tidak terbayarnya. Fridson dan Alvarez (2002)
menyatakan bahwa analisis rasio dari perspektif kreditur agak berbeda dari
perspektif pemilik. Misalnya, ada penekanan yang lebih besar pada arus kas
dan pendapatan yang tersedia.
Perspektif kreditur terlihat pada rasio solvabilitas berikut, yang disebut “funds
flow coverage ratio”:

Pada rumus diatas terlihat bahwa penghasilan sebelum bunga dan pajak
di pembilang. Ini mengukur pembilang dengan cara yang dapat dibandingkan
secara langsung dengan beban bunga di penyebut, karena beban bunga
dibayarkan dari dolar sebelum pajak. Sebaliknya, setiap pembayaran pokok
yang dijadwalkan untuk tahun tertentu tidak dapat dikurangkan dan harus
dilakukan dari laba setelah pajak. Intinya, dengan tarif pajak 50 persen, satu
dolar pembayaran pokok adalah “dua kali lebih mahal” dari pembayaran bunga
satu dolar. Menskalakan pembayaran pokok dengan (1 tarif pajak)
memperhitungkan hal ini. Ide yang sama berlaku untuk dividen preferen, yang
tidak dapat dikurangkan dari pajak.

11
Rasio cakupan aliran dana memberikan indikasi seberapa nyaman aliran
dana dapat menutupi pengeluaran yang tidak dapat dihindari. Rasio tidak
termasuk pembayaran seperti dividen umum dan pengeluaran modal dengan
premis bahwa mereka dapat dikurangi menjadi nol untuk melakukan
pembayaran utang. (Palepu dan Haley, 2013).
Palepu juga mengungkapkan bahwa analisis keuangan harus
menghasilkan lebih dari sekadar penilaian risiko gagal bayar. Ini juga harus
mengidentifikasi sifat dari risiko yang signifikan. Di banyak bank komersial,
merupakan prosedur operasi standar untuk meringkas analisis perusahaan dengan
mencantumkan risiko utama yang dapat menyebabkan gagal bayar dan faktor-
faktor yang dapat digunakan untuk mengendalikan risiko tersebut jika
pinjaman dilakukan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam menyusun
persyaratan rinci pinjaman sehingga dapat memicu default ketika masalah
muncul, pada tahap yang cukup dini untuk memungkinkan tindakan korektif.

Langkah 4: Memanfaatkan Prakiraan untuk Menilai Prospek Pembayaran


Dalam peramalan, berbagai skenario harus dipertimbangkan— termasuk tidak
hanya "tebakan terbaik" tetapi juga skenario "pesimistis". Idealnya, perusahaan
harus cukup kuat untuk membayar kembali pinjaman bahkan dalam
skenario ini. Ironisnya, tidak selalu penurunan penjualan yang menghadirkan
risiko terbesar bagi pemberi pinjaman. Jika manajer dapat merespon dengan
cepat penurunan penjualan, itu harus disertai dengan likuidasi piutang dan
persediaan, yang meningkatkan arus kas untuk tingkat pendapatan tertentu.
Skenario mimpi buruk adalah skenario yang melibatkan besar margin
keuntungan negatif, mungkin karena manajer terkejut oleh penurunan
permintaan dan dipaksa untuk melikuidasi persediaan dengan harga yang jauh
lebih rendah.

12
Kadang-kadang, dimungkinkan untuk mempertimbangkan kembali
struktur pinjaman untuk memungkinkannya menjadi “arus kas”. Artinya,
jangka waktu pinjaman mungkin diperpanjang, atau pola amortisasi berubah.
Seringkali, bank akan memberikan pinjaman dengan harapan bahwa pinjaman
itu akan terus diperbarui, sehingga menjadi bagian permanen dari struktur
keuangan perusahaan.

Langkah 5: Susun Struktur Pinjaman Terperinci, Termasuk Perjanjian


Pinjaman
Jika analisis sejauh ini menunjukkan bahwa pinjaman sesuai, maka
inilah saatnya untuk menyusun struktur rinci: jenis pinjaman, jadwal
pembayaran, perjanjian pinjaman, dan harga.
a. Menulis perjanjian pinjaman. Perjanjian pinjaman menetapkan harapan
bersama antara peminjam dan pemberi pinjaman dengan merinci tindakan
yang akan dan tidak akan diambil oleh peminjam. Beberapa perjanjian
memerlukan tindakan tertentu (seperti penyediaan laporan keuangan secara
teratur); lainnya menghalangi tindakan tertentu (seperti melakukan akuisisi tanpa
izin dari pemberi pinjaman); yang lain lagi memerlukan pemeliharaan rasio
keuangan tertentu. Beberapa perjanjian keuangan yang umum digunakan
meliputi:
 Pemeliharaan kekayaan bersih minimum adalah perjanjian menjamin bahwa
perusahaan akan mempertahankan "bantalan ekuitas" untuk melindungi
pemberi pinjaman. Perjanjian biasanya membutuhkan tingkat kekayaan bersih
daripada tingkat pendapatan tertentu. Mengikat perjanjian dengan kekayaan
bersih menawarkan perusahaan fleksibilitas untuk menggunakan salah satu
dari jalan ini untuk menghindari default.
 Rasio cakupan minimum khususnya dalam kasus pinjaman jangka panjang,
seperti pinjaman berjangka, pemberi pinjaman mungkin

13
ingin melengkapi perjanjian kekayaan bersih dengan yang didasarkan pada
cakupan bunga atau total pembayaran utang.
 Rasio maksimum total kewajiban terhadap kekayaan bersih. Rasionya
membatasi risiko leverage yang tinggi dan mencegah pertumbuhan tanpa
menahan pendapatan atau menanamkan ekuitas.
 Saldo modal kerja bersih minimum atau rasio lancar. Kendala pada rasio ini
memaksa perusahaan untuk mempertahankan likuiditasnya dengan
menggunakan kas yang dihasilkan dari operasi untuk menghentikan kewajiban
lancar (sebagai lawan untuk memperoleh aset berumur panjang).
 Rasio maksimum belanja modal terhadap pendapatan sebelum depresiasi rasio
ini membantu mencegah perusahaan dari berinvestasi dalam pertumbuhan
(termasuk aset tidak likuid yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan)
kecuali pertumbuhan tersebut dapat dibiayai secara internal, dengan beberapa
margin yang tersisa untuk pembayaran utang (Baker dan Powell, 2005).
b. Harga pinjaman. Inti dari penetapan harga adalah untuk memastikan bahwa
hasil pinjaman cukup untuk menutupi (1) biaya pemberi pinjaman dari dana
pinjaman; (2) biaya pemberi pinjaman untuk mengelola dan melayani
pinjaman; (3) premi untuk eksposur risiko gagal bayar; dan (4) setidaknya
pengembalian normal atas modal ekuitas yang diperlukan untuk mendukung
operasi pinjaman. Harga sering dinyatakan dalam bentuk penyimpangan dari
suku bunga utama bank—tingkat yang dibebankan kepada peminjam yang
lebih kuat.

14
2.2 Analisis Laporan Keuangan Dan Utang Umum

2.2.1 Arti Peringkat Hutang

Palepu dan Haley (2013) mengatakan bahwa terdapat dua lembaga


pemeringkat utang utama di AS adalah Moody's dan Standard and Poor's.
Menggunakan sistem pelabelan Standard and Poor's, peringkat tertinggi yang
mungkin adalah AAA . Perusahaan dengan peringkat ini besar dan memiliki
pendapatan yang kuat dan stabil dan leverage yang kecil. Hanya sekitar 1
sampai 2 persen dari perusahaan industri publik yang dinilai oleh Standard &
Poor's memiliki kekuatan finansial untuk mendapatkan peringkat ini.
peringkatnya adalah BB, B, CCC, CC, C, dan D, di mana “D” menunjukkan
hutang yang gagal bayar. Untuk dianggap layak investasi, perusahaan harus
mencapai peringkat BB atau lebih tinggi.
Delta Airlines, salah satu yang terbesar maskapai penerbangan di AS,
dinilai sebagai BBB—hampir tidak layak investasi—pada tahun 1998. semua,
perusahaan di kelas BBB hanya memiliki leverage sedang, dengan sekitar 45
persen dari kapitalisasi jangka panjang datang dalam bentuk utang.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mendorong Peringkat Utang

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa variasi dalam peringkat utang


dapat dijelaskan sebagai fungsi dari rasio laporan keuangan yang dipilih,
bahkan seperti yang digunakan dalam model kuantitatif yang tidak
memasukkan penilaian subjektif manusia.

Perusahaan 1 Perusahaan 2 Perusahaan 3


Pengembalian modal Pengembalian modal
Ukuran Pengembalian modal
profitabilitas jangka jangka
jangka panjang
panjang panjang
kapitalisasi hutang
kapitalisasi hutang jangka panjang
Pengukuran kapitalisasi hutang
leverage jangka panjang Total hutang
jangka panjang
menjadi total modal

15
Cakupan-bunga Cakupan-bunga Cakupan biaya tetap
Profitabilitas dan Arus kas untuk Arus kas untuk Cakupan hutang
leverage
utang jangka panjang utang jangka panjang jangka pendek dan biaya
tetap
Ukuran
Penjualan Total aset
perusahaan
Standar deviasi
Lainnya dari pengembalian
status subordinasi

Tabel diatas mencantumkan faktor-faktor yang digunakan oleh tiga


perusahaan berbeda dalam model peringkat utang kuantitatif mereka.
Perusahaan tersebut mencakup satu perusahaan asuransi dan satu bank, yang
menggunakan model tersebut dalam aktivitas penempatan pribadi mereka, dan
sebuah perusahaan riset investasi, yang mempekerjakan model dalam
mengevaluasi pembelian dan kepemilikan utangnya sendiri. Dalam setiap
kasus, profitabilitas dan leverage memainkan peran penting dalam peringkat.
Satu perusahaan juga menggunakan ukuran perusahaan sebagai indikator,
dengan ukuran yang lebih besar dikaitkan dengan peringkat yang lebih tinggi.

2.3 Prediksi Distress Dan Turnaround

Tugas utama dalam analisis kredit adalah menilai kemungkinan bahwa


perusahaan akan menghadapi kesulitan keuangan dan gagal membayar
kembali pinjaman. (Alvarez dan Fridson, 2002)
Analisis terkait, relevan ketika perusahaan mulai menghadapi kesulitan,
melibatkan pertimbangan apakah hal itu dapat diubah. Prediksi baik kesusahan
atau perubahan haluan adalah tugas yang kompleks, sulit, dan subjektif yang
melibatkan semua langkah analisis : analisis strategi bisnis, analisis akuntansi,
analisis keuangan, dan analisis prospektif. (Palepu dkk, 2004).

2.3.1 Model untuk Prediksi Distress

16
Alvarez dan Fridson (2002) mengungkapkan bahwa beberapa model
prediksi marabahaya telah dikembangkan selama bertahun-tahun. mereka
memprediksi apakah suatu perusahaan akan menghadapi beberapa keadaan
tertekan, biasanya didefinisikan sebagai kebangkrutan, dalam periode tertentu
seperti satu tahun. Satu studi menunjukkan bahwa faktorfaktor yang paling
berguna (secara berdiri sendiri) dalam memprediksi kebangkrutan satu tahun
sebelumnya adalah

1. Profitabilitas = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ


𝐾𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
2. Volatilitas = [Standar Deviasi dari ( 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ )]
𝐾𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
3. Leverage keuangan = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠+𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

Menurut Palepu dan Haley (2013) sejumlah model multi faktor yang
lebih kuat juga telah dirancang untuk memprediksi kesulitan keuangan. salah
satu model tersebut, model Altman Z-score, bobot lima variabel untuk
menghitung skor kebangkrutan. Untuk perusahaan publik modelnya adalah
sebagai berikut :
Z = 0.717 ( X1 ) + 0.847 ( X2 ) + 3.11 ( X3 ) + 0.420 ( X4 ) + 0.998 ( X5 )
di mana
X1 = modal kerja bersih/total aset X2 = laba ditahan/total aset
X3 = EBIT/total aset
X4 = ekuitas pemegang saham/total kewajiban X5 = penjualan/total aset

Model memprediksi kebangkrutan ketika Z < 1,20. Kisaran antara 1,20


dan 2,90 diberi label "area abu-abu." Model semacam ini memiliki beberapa
kemampuan untuk memprediksi perusahaan yang gagal dan bertahan.

Altman melaporkan bahwa ketika model itu diterapkan pada sampel


ketidaksepakatan yang mengandung 33 perusahaan yang gagal

17
dan 33 perusahaan yang tidak gagal (proporsi yang sama yang digunakan untuk
memperkirakan model), model tersebut dengan tepat memprediksi hasil dalam 63
dari 66 kasus. Namun, kinerja model akan menurun secara substansial jika
diterapkan pada sampel ketidaksepakatan di mana proporsi perusahaan yang
gagal dan tidak gagal tidak dipaksa menjadi sama seperti yang digunakan
untuk memperkirakan model.

2.3.2 Peluang Investasi di Perusahaan Tertekan


Sekuritas utang perusahaan dalam kesulitan keuangan diperdagangkan
dengan diskon besar-besaran ke nilai nominal. Beberapa manajer dana lindung
nilai dan penasihat investasi mengkhususkan diri dalam berinvestasi dalam
sekuritas ini—bahkan membeli utang perusahaan yang beroperasi di bawah
perlindungan kebangkrutan. Investor dalam sekuritas ini dapat memperoleh
pengembalian yang menarik jika perusahaan pulih dari kesulitan arus kasnya
(Palepu dkk, 2004).
Investor hutang yang tertekan menilai apakah perusahaan kemungkinan
akan mengatasi masalah arus kas langsung dan apakah memiliki masa depan
jangka panjang yang layak. Dua elemen kerangka kerja sangat relevan untuk
menganalisis peluang-peluang yang tertekan. Yang pertama adalah analisis
menyeluruh dari industri perusahaan dan posisi kompetitif dan penilaian risiko
bisnisnya. Hal ini diikuti oleh penyusunan prakiraan yang masuk akal tentang
arus kas masa depan dan kinerja pendapatan berdasarkan analisis bisnis
(Subramanyam, 2014).

18
KASUS

19
20
Translate:

(Rasio dan peringkat obligasi) Philiph Morris adalah salah satu perusahaan rokok
terbesar di dunia sebagai produsen dan distributor anak perusahaan bidang produk
f&b. Perusahaan telah memperhitungkan stabilitas dari pertumbuhan penjualan,
laba, dan cash flow (arus kas).
Pada bulan oktober tahun 1988, Philiph Morris mengumumkan sebuah penawaran
terhadap 124 juta lembar saham yang beredar dari Kraft seharga $90 per saham.
Perusahaan Kraft;s kemudian menerima $106 per saham penawaran secara cash
dari Philiph morris.
Produk dari perusahaan Kraft’s adalah keju, minyak maka, produk susu rendak
kalori, dan frozen food.
Exhibit 18P-2 adalah laporan tentang nilai, berdasarkan kategori [eringkat
obligasi, untuk 3 rasio keuangan berikut :
(i) Pretax interest coverage ratio atau EBIT (Earning Before Interest,
Taxes) / Pendapatan sebelum Bunga, Pajak.
(ii) Long-term debt as a percentage of capitalization / utang jangka
Panjang
(iii) Cah flow as a percentage of total debt / Persentase utang jangka
Panjang yang dibandingkan dengan modal yang tersedia.

a. Hitunglah ketiga rasio diatas untuk Philiph Morris tahun 1989.


Pertama, data sebelum akuisisi Kraft’s
Kedua, data konsolidasi setelah akuisisi.
Jawab:
 Pretax interest coverage ratio
Before Akuisisi Kraft’s :
EBIT / Interest expense= $4,820 / $500 = 9,64 x lipat

Setelah akuisisi Kraft’s :


EBIT / Interest expense= $4,420 / $1600 = 2,76 x lipat

21
 Long term debt capitalization ratio
Before Akuisisi Kraft’s :
Long term debt / (long term debt + stakeholders equity) =
$3,883 / ( $3,883 + $9,931 ) = 28,11%

Setelah akuisisi Kraft’s :


Long term debt / (long term debt + stakeholders equity) =
$15,778 / ( $15,778 + $9,675 ) = 61,99%

 Cash Flow as Total Debt


Before Akuisisi Kraft’s :
Net income / Total debt = Net Income / (short term debt + long term debt)
$2,820 / ( $1,100 + $3,883) = 56,59%

Setelah akuisisi Kraft’s :


Net income / Total debt = Net Income / (short term debt + long term debt)
$2,564 / ( $1,783 + $15,778) = 14,60%

b. Bandingkan rasio tersebut dan kategorikan dengan masing-masing peringkat


yang telah disediakan dal;am figure 18P-2 .

Rasio sebelum akuisisi Rating / Rasio setelah akuisisi Rating /


Kraft Kategori Kraft Kategori

Pretax Interest Coverage Ratio 9,64 A 2,76 BB


Long Term Debt Capitalization 28,11% AA 61,99% B
Ratio
Cash flow as total debt 56,59% AA 14,60% BB

c. Buat keputusan atas perhitungan di atas .


Dengan diakusisinya Krafts , maka rasio keuangan perusahaan akan sangat
terdampak dan terlihat memburuk daripada sebelum akuisisi.
 Dapat dilihat dalam soal sebelumnya. Dimana pretax interest coverage
mengalami menurunan yang sangat jauh dibandingkan dengan sebelum
dilakukannya akusisi.
Rasio ini menunjukkan kemampuan operasional perusahaan unutk menutupi
beban keuangan ataupun juga beban bunga yang ada. Jadi, dengan adanya

22
penurunan tersebut maka peringkat rasio tersebut sudah tepat turun dari A
menjadi BB.
 Rasio long debt capitalization mengalami peningkatan yang tajam. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki proporsi utang jangka Panjang yang
banyak, sehingga apabila utang jangka Panjang terlalu banyak akan
meningkatkan risiko seperti tingginya beban bunga yang harus dibayarkan akan
berdampak pada keuntungan yang didapat pemegang saham. Dan risiko yang
harus diwaspadai adalah kredi macet / gagal bayar. Jadi, sudah tepat ratingnya
menurun dari AA menjadi B.
 Dampak ketiga yaitu pada rasio cash flow. Rasio ini mengalami penurunan,
yang mana dalam rasio ini menunjukkan seberapa cepat ruang kas perusahaan
dapat digunakan untuk melunasi utang yang ada. Dengan penurunan ini maka
makin melambat nya uang kas perusahaan unutk melunasi hutang. Sehingga
sudah tepat rasio turun dari AA menjadi BB.

23
BAB III
KESIMPULAN

Analisis kredit adalah evaluasi perusahaan dari perspektif pemegang


atau pemegang potensial utangnya. Analisis kredit penting untuk berbagai
agen ekonomi tidak hanya bankir dan perantara keuangan lainnya, tetapi juga
analis utang publik, perusahaan industri, perusahaan jasa, dan lain-lain.
Pada dasarnya, isu-isu yang terlibat dalam analisis utang publik tidak
berbeda dengan yang terlibat dalam mengevaluasi pinjaman bank atau utang
swasta lainnya. Namun secara kelembagaan, konteksnya berbeda. Investor
dalam utang publik biasanya tidak dekat dengan peminjam dan harus
bergantung pada agen lain, termasuk penilai utang dan analis lain, untuk
menilai kelayakan kredit. Peringkat utang, yang sangat bergantung pada
ukuran perusahaan dan ukuran kinerja keuangan, memiliki pengaruh penting
pada hasil pasar yang harus ditawarkan untuk menerbitkan utang.
Tugas utama dalam analisis kredit adalah penilaian kemungkinan gagal
bayar. Tugasnya kompleks, sulit, dan sampai batas tertentu, subjektif. Sejumlah
kecil rasio keuangan utama dapat membantu memprediksi kesulitan keuangan
dengan akurasi tertentu. Indikator keuangan yang paling penting untuk tujuan
ini adalah profitabilitas, volatilitas keuntungan, dan leverage.

24
DAFTAR PUSTAKA

White, Gerald I., Ashwinpaul Sondhi, and Dov Fried, The Analysisand Use of
Financial Statements, 311. edition, John Wiley, 2008 (WSF)

Palepu, K. G., Victor, L. B., & Paul, M. H. (2004). Bussiness Analisys and
Valuation (3rd ed.). South Western.

Subramanyam, K. R. (2014). Financial statement analysis (3rd ed.). New York:


McGraw-Hill Education.

Yash, F., & Bolat, B. (2018). A risk analysis model for mining accidents using a
fuzzy approach based on fault tree analysis. Journal of Enterprise
Information Management.

25

Anda mungkin juga menyukai