Anda di halaman 1dari 6

Pengenalan

Metodologi, filosofi dan objektif penelitian akuntansi telah berubah dalam


beberapa dekade terakhir. Penelitian akuntansi terkini telah mengalami
evolusi dari 3 (tiga) pendekatan utama menjadi teori akuntansi dan
penelitian. Berikut ini adalah skema yang merepresentasikan bagan
mengenai 3 (tiga) pendekatan utama dalam akuntansi.

Pendekatan Akuntansi Klasik

Teori akuntansi klasik melakukan pendekatan masalah dari sudut pandang


normatif. Pendekatan klasik berfokus pada menyimpulkan metode
akuntansi yang benar dari serangkaian konsep, prinsip, dan tujuan yang
ditetapkan. implisit dalam pendekatan ini adalah pandangan bahwa
pengguna laporan keuangan menerima (dan bereaksi terhadap)
pernyataan-pernyataan tersebut pada nilai nominal; dengan demikian,
sangat penting untuk memastikan bahwa pernyataan mencerminkan status
keuangan perusahaan yang sebenarnya.

pendekatan klasik berkaitan dengan menyimpulkan metode akuntansi yang


benar dari seperangkat konsep, prinsip, dan tujuan yang dinyatakan.
Tersirat dalam pendekatan ini adalah pandangan bahwa pengguna laporan
keuangan menerima pernyataan tersebut pada nilai nominal; dengan
demikian, sangat penting untuk memastikan bahwa pernyataan
mencerminkan status keuangan perusahaan yang sebenarnya. Selain itu,
karena sifat reaksi pengguna terhadap informasi keuangan dianggap dapat
diprediksi, tidak ada upaya eksplisit yang dilakukan untuk menguji, secara
empiris atau sebaliknya, keterkaitan antara laporan keuangan dan motivasi
dan/atau reaksi pengguna terhadap informasi yang terkandung dalam
laporan tersebut.

bersamaan dengan perkembangan awal teori akuntansi pendekatan ini,


ajaran Graham dan Dodd berkuasa di komunitas akademik dan profesional
keuangan. di dunia mereka, saham memiliki nilai intrinsik dan investor
dapat menggunakan rasio dan teknik analisis keuangan lainnya
berdasarkan data laporan keuangan untuk mengembangkan aturan filter
yang mengidentifikasi saham sebagai over-atau undervalued.

pendekatan klasik tidak disukai di kalangan akademisi karena kurangnya


pengujian, dikatakan bahwa kegunaan informasi akuntansi dapat
dievaluasi hanya dengan mengamati pengaruhnya terhadap pengguna
laporan keuangan. penekanan penelitian beralih ke penyelidikan empiris
relevansi keputusan dari informasi yang terkandung dalam laporan
akuntansi

PENELITIAN AKUNTANSI POSITIF

Persyaratan Regulator

Ilmu ekonomi yang mengkaji regulasi dan pengaruhnya mulai


mempertanyakan keyakinan bahwa semua regulasi pasti meningkatkan
kesejahteraan sosial. Politisi dan regulator sekarang dipandang termotivasi
oleh kepentingan mereka sendiri dan karenanya, memiliki insentif pribadi
untuk mengumumkan peraturan tertentu.

persyaratan pengungkapan juga dilihat dari sudut pandang ini. manfaat


dari persyaratan pengungkapan yang meningkat tidak secara otomatis
dianggap melebihi biaya. selain itu, diperdebatkan bahwa bentuk-bentuk
memiliki insentif pribadi untuk menghasilkan informasi selama biaya
penyebaran dan produksi informasi tidak lebih besar daripada imbalan
potensialnya. trade-off biaya / manfaat ini diyakini mempengaruhi pilihan
alternatif akuntansi. motivasi untuk pilihan akuntansi, namun masih
diperlukan penjelasan

Teori Agensi

Teori ini digunakan untk memahami hubungan dimana principal


(shareholders) memperkerjakan agent (manager) untuk melaksanakan
berbagai aktivitas atas nama mereka (principal) dan mendelegasikan
kewenangan pengambilan keputusan kepada manager (to best interest of
principals). Menurut anda, mungkinkah kita menjadi principal?
Jawabannya mungkin. Diantara kita mungkin ada yang memiliki asuransi
jiwa. Atau bagi orang yang bekerja, ada sebagian penghasilan yang dipotong
untuk dana pensiun. Dana pensiun yang dipotongkan dari gaji kita,
mungkin diinvestasikan kembali oleh pengelola dana pensiun ke dalam
saham atau currency investment. Kalau diinvest dalam saham, artinya
secara tidak langsung, kita juga merupakan shareholders dan artinya kita
adalah principal dalam hubungan agency theory ini.

Dalam hubungan keagenan ini (agency relationship) berpotensi


menciptakan moral hazard (agency problem) ketika kepentingan agen dan
principal tidak sejalan. Shareholder tidak memiliki waktu untuk
menjalankan perusahaan oleh mereka sendiri. Bahkan memang secara
legal, shareholders tidak memiliki hak untuk menjalankan perusahaannya
secara langsung (day to day business activities).

Apa Itu Masalah Keagenan (Agency Problem)?

Masalah keagenan adalah konflik kepentingan yang melekat dalam


hubungan apa pun di mana satu pihak diharapkan bertindak demi
kepentingan terbaik pihak lain. Dalam keuangan perusahaan, masalah
keagenan biasanya mengacu pada konflik kepentingan antara manajemen
perusahaan dan pemegang saham perusahaan. Manajer, bertindak sebagai
agen bagi pemegang saham, atau prinsipal, seharusnya membuat
keputusan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham
meskipun itu adalah kepentingan terbaik manajer untuk memaksimalkan
kekayaan mereka sendiri. Beberapa jenis masalah keagenan yang mungkin
timbul dapat anda baca di link ini dan ini

Apa Penyebab Masalah Keagenan?

Masalah keagenan muncul selama ada hubungan antara prinsipal dan


agen. Agen biasanya dipekerjakan oleh principal karena tingkat
keterampilan yang berbeda, posisi pekerjaan yang berbeda, atau
pembatasan waktu dan akses. Masalah keagenan muncul karena adanya
masalah dengan insentif dan adanya diskresi dalam penyelesaian tugas.
Seorang agen dapat dimotivasi untuk bertindak dengan cara yang tidak
menguntungkan bagi prinsipal jika agen diberikan insentif untuk bertindak
dengan cara kurang tepat.

Bagaimana Cara Mengurangi Masalah Keagenan?

Meskipun tidak mungkin untuk menghilangkan masalah keagenan


seluruhnya, principal dapat mengambil langkah-langkah untuk
meminimalkan risiko. Dalam meminimalkan resiko ini, seringkali principal
harus mengeluarkan biaya keagenan (agency cost). Selain itu, hubungan
principal-agent dapat diatur, dan seringkali, dengan kontrak, atau hukum
dalam kasus pengaturan fidusia. Metode lain yang bisa digunakan adalah
dengan memberi insentif kepada agen untuk bertindak lebih sesuai dengan
kepentingan terbaik prinsipal. Misalnya, jika agen diberikan insentif ketika
telah penyelesaian proyek yang menguntungkan, atau menghasilnya cash
flow pada tingkat tertentu yang memungkinkan untuk pembagian dividen
lebih tinggi untuk shareholders, atau diberikan target Dividend Payout
Ratio (DPR) tertentu, dan sebagainya. Ada skema insentif jangka pendek
dan jangka Panjang ini akan mendorong manageruntuk tidak bertindak
demi kepentingan terbaik prinsipal.

Bonus Plan Hypothesis

Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa:

“managers of firms with bonus plans are more likely to use accounting
methods that increase current periode reported income”.
Artinya manager perusahaan yang memanfaatkan bonus cenderung lebih
menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan jumlah laba
periode ini. Dalam bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan
berjanji bahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja
perusahaan mencapai jumlahtertentu. Janji bonus inilah yag merupakan
alasan bagi manajer untuk mengeloladan mengatur labanya pada tingkat
tertentu sesuai dengan yang disyaratkan agar dapat menerima bonus.

Seandainya pada tahun tertentu kinerja sesungguhnya berada di bawah syarat


untuk memperoleh bonus, maka manajer akan melakukan manajemen laba agar
labanya dapat mencapai tingkat minimal untuk memperoleh bonus. Sebaliknya,
jika pada tahun itu kinerja yang diperoleh manajer jauh di atas jumlah yang
disyaratkan untuk memperoleh bonus, manajer akan mengelola dan mengatur
agar
laba yang dilaporkan menjadi tidak terlalu tinggi. Kelebihan laba sesungguhnya
dengan laba yang dilaporkan akan disajikan pada tahun berikutnya. Upaya ini
membuat manajer cenderung akan selalu memperioleh bonus dari periode ke
periode. Akibatnya, pemilik perusahaan terpaksa harus kehilangan sebagian dari
kesejahteraannya yang dibagikan kepada manajer sebagai bonus.

Debt Covenant Hypothesis

Debt covenant adalah kontrak yang ditujukan pada peminjam oleh kreditur untuk
membatasi aktivitas yang mungkin merusak nilai pinjaman dan recovery pinjaman
Debt covenant memprediksi bahwa manajer cenderung untuk menyatakan secara
berlebihan laba dan aset untuk mengurangi renegosiasi biaya kontrak hutang.
Manajer juga tidak ingin kinerjanya dinilai kurang baik apabila laba dilaporkan
konservatif. Hal itu bertujuan agar debtholders yakin keamanan dananya terjamin,
serta yakin
bahwa perusahaan dapat mengembalikan pinjaman beserta bunganya, oleh karena
itu perusahaan cenderung tidak konservatif ketika ia berupaya memperoleh dana
yang besar dari debtholders. Untuk mengidentifikasi debt covenant adalah dengan
menggunakan proksi dari tingkat leverage.
Political Cost Hypothesis

Political cost hypothesis menyatakan bahwa


“larger firms rather than small firms are more likely to use accounting
choices

that reduce reported profits”

Artinya, perusahaan yang berskala besar lebih menggunakan pilihan


akuntansi untuk mengurangi pelaporan keuntungan dibandingkan dengan
perusahaan dengan skala kecil. Hipotesis ini berkaitan dengan regulasi
pemerintah, misalnya undang-undang perpajakan. Besar kecilnya pajak
yang akan ditagih oleh pemerintah sangat tergantung pada besar kecilnya
laba yang dicapai perusahaan. Kondisi inilah yang merangsang manajer
untuk mengelola dan megatur labanya dalam jumlah tertentu agar pajak
yang harus dibayarkannnya menjadi tidak terlalu tinggi, karena manager
sebagai pengelola tidak ingin kewajiban yang harus diselesaikannnya
terlalu membebaninya.

Upaya yang mungkin dilakukan manajer adalah menarik biaya periode yang
akan datang menjadi biaya periode berjalan dan sebaliknya mengakui pendapatan
periode berjalan menjadi pendapatan periode yang akan datang. Upaya lain yang
dilakukan perusahaan untuk menghemat pajak adalah dengan mempermainkan
laba pada saat ada pergantian peraturan perundang-undangan yang
memberlakukan tarif pajak lebih rendah di masa depan. Perusahaan menunda
pengakuan laba periode berjalan dan baru akan diakui pada saat peraturan yang
baru itu diberlakukan secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai