PENDAHULUAN
1
konstruksi merupakan objek pemotongan PPh Pasal 4(2) dan ada beberapa pihak
yang menafsirkan bahwa jasa konstruksi merupakan objek pemotongan PPh.
Hal yang umum sering dipahami bahwa organisasi nirlaba adalah suatu
organisasi yang bebas pajak (Tax Exemption), namun prinsipnya organisasi ini
bukan suatu organisasi yang memiliki kekebalan terhadap kewajiban pembayaran
pajak, hal ini bukan hanya di negara kita namun juga di negara-negara lain dimana
tidak memberi pengecualian kepada organisasi nirlaba maupun para
penggiat/pekerjanya sebagai wajib pajak. Pemerintah hanya memberikan fasilitas
pengecualian sebagai objek pajak pada penghasilan yang didapat oleh organisasi
nirlaba dalam bentuk hibah, sumbangan, maupun warisan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Setiawan (2007) organisasi nirlaba meliputi; Gereja, Yayasan,
Sekolah, Rumah Sakit dan Klinik Publik. Sesuai dengan namanya, organisasi
nirlaba adalah orgnisasi yang dalam menjalankan aktivitas tidak berorientasi
untuk menghasilkan keuntungan bisnis (not for profit organization). Ukuran
keberhasilan yang hendak dicapai organisasi nirlaba bukan keuntungan secara
materi, tetapi untuk pelayanan sosial. Namun hal tersebut bukan berarti organisasi
nirlaba tidak boleh menghasilkan keuntungan. Hanya saja keuntungan yang
diperoleh dari aktivitas organisasi semata-mata ditujukan hanya untuk menutupi
biaya yang timbul dari kegiatan operasional atau keuntungan yang diperoleh akan
disalurkan kembali pada kgiatan utama organisasi tersebut.
4
b. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika
suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan
kepada para pendiri atau pemilik entitas itu.
c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti
bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan
atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan
proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau
pembubaran entitas.
5
c. Pendapatan terikat temporer
Pendapatan terikat temporer misalnya diperoleh dari sumbangan untuk
program tertentu,ketika sudah lewat waktu masih tersedia dananya, maka
dapat dialihkan ke kegiatan lain.
6
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengenaan pajak penghasilan atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi, pada tanggal 21 Desember 2000
diundangkan Peraturan Pemerintah nomor 140 tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi. Dalam peraturan
Pemerintah ini diatur bahwa atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari usaha di bidang jasa kontruksi,
dikenakan pajak penghasilan berdasarkan ketentuan umum undang undang pajak
penghasilan.Namun demikian, atas penghasilan yang diterima wajib pajak yang
memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan
oleh lembaga yang berwenang, serta yang mempunyai nilai pengadaan sampai
dengan Rp. 1.000.000.000, dikenakan pajak penghasilan yang bersifat
final.Berdasarkan Peraturan Pemerintah ini maka sejak tanggal 1 Januari 2001,
penghasilan atas usaha jasa konstruksi ada yang dikenai pajak penghasilan
berdasarkan ketentuan umum dan ada yang dikenai pajak penghasilan yang
bersifat final.Pada dasarnya penghasilan atas jasa konstruksi dikenakan pajak
penghasilan dengan tarif umum kecuali diterima oleh wajib pajak yang memenuhi
kualifikasi sebagai usaha kecil dan nilai pengadaan sampai dengan Rp.
1.000.000.000.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang dikenai
pajak penghasilan berdasarkan ketentuan umum dikenakan pemotongan pajak
berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan oleh pengguna jasa
dalam hal pengguna jasa adalah pemotong pajak pada saat pembayaran uang
muka dan termin. Untuk penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang dikenai pajak penghasilan bersifat final dikenakan pemotongan pajak yang
bersifat final oleh pengguna jasa dalam hal pengguna jasa adalah pemotong pajak
Penghasilan pada saat pembayaran uang muka dan termin.
7
1 Januari 2008 seluruh penghasilan atas usaha jasa konstruksi dikenai pajak
penghasilan yang bersifat final.
8
Dengan memperhatikan dinamika pengenaan pajak atas jasa konstruksi
dalam Undang Undang Pajak Penghasilan dan peraturan pemerintah yang
mengatur tentang jasa konstruksi sebagaimana telah diuraikan diatas dapat
diketahui bahwa pemerintah menghendaki pengenaan pajak bersifat final atas jasa
konstruksi.Hal ini dapat diketahui dengan diaturnya pengenaan pajak yang
bersifat final atas jasa konstruksi dalam pasal 4(2) huruf d Undang Undang nomor
36 Tahun 2008.Pengaturan ini untuk memperkuat kedudukan hukum pengenaan
pajak yang bersifat final atas jasa konstruksi yang sebelumnya diatur dalam
peraturan pemerintah.
9
perhatikan lebih jauh pasal 1 peraturan menteri keuangan, setidaknya terdapat
dua jenis jasa konstruksi yang dikelompokkan sebagai jenis jasa lainnya yaitu:
A. PPh pasal 23
PPh pasal 23 (1) (A)
Jika bukan sebagai jasa konstruksi
15% X bruto yang termasuk sebagai deviden, bunga, royalty, hadiah,
dan penghargaan.
PPh pasal 23 (1) (C)
Sewa selain tanah atau bangunan
Jasa teknik manajemen
Jasa lain (244/PMK.09/2008)
Kontrak dipisah material dan jasa, 2% X jasa
10
Kontrak tidak dipisah, 2% X bruto
B. PPh pasal 4 ayat 2
Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa
konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk
dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa
konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau
bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi
yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan
perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement
and construction) serta model penggabungan perencanaan dan
pembangunan (design and build).
Tarif pajak untuk pelaksanaan konstruksi dan perencanaan
konstruksi :
1. 2 % X Nilai kontrak :Untuk penyedia jasa kecil,.
2. 4% X Nilai kontrak :Untuk penyedia jasa yang tidak
memiliki kualifikasi usaha
3. 3% X Nilai kontrak :Untuk penyedia jasa selain penyedia
(1 dan 2).
Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa
konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
Tarif pajak untuk perencanaan dan pengawasan
1. 4% X Nilai kontrak :Untuk penyedia jasa usaha
2. 6% X Nilai kontrak :Untuk penyedia jasa yang tidak
memiliki kualifikasi
3.
11
TATA CARA PEMOTONGAN
Bila pengguna jasa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, bentuk usaha tetap atau Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, dipotong oleh pengguna jasa pada saat
pembayaran uang muka dan termin.
Bila pengguna jasa adalah selain huruf a, disetor sendiri oleh penerima
penghasilan pada saat pembayaran uang muka dan termin.
Cara pembayaran dan pelaporan pph atas jasa konstruksi adalah sebagai
berikut:
12
PPN ATAS JASA KONSTRUKSI
PPN atas Jasa Konstruksi dikenakan Sebesar 10% dari transaksi Jasa
Konstruksi. (Bila kontrak sudah termasuk PPN maka dikalikan 10/110%) PPN
terutang saat Pembayaran atau penyerahan Hasil Konstruksi.
PAJAK PENGHASILAN
Subjek Pajak
Objek Pajak
13
Sedangkan, penghasilan lembaga atau organisasi nirlaba yang
merupakan Objek Pajak terdiri dari:
14
Pengurangan penghasilan bruto
15
2. Dalam menghitung gunggungan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana
dimaksud pada butir 1 tidak termasuk penghasilan yang telah
dikenakan Pajak Penghasilan secara final misalnya pajak penghasilan
atau bunga deposito, penjualan saham di bursa efek.
16
1. Sisa lebih lembaga setiap tahun yang akan digunakan untuk
pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dialihkan ke rekening
dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan.
2. Pembukuan atas penggunaan dana pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan pada tahun berjalan dilakukan dengan mendebet
rekening aktiva dan rekening dana pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan serta mengkredit rekening kas atau hutang dan
rekening modal lembaga.
17
sebagaimana dimaksud di atas tidak boleh dilakukan penyusutan berdasarkan UU
PPh.
2.4 KASUS
Penerimaan pajak dari sektor konstruksi dan real estate tahun 2018 dinilai
masih minim jika dibandingkan dengan kontribusinya untuk produk domestik
bruto (PDB) yang mencapai 13 persen.
Karena itulah, kata dia, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) perlu meninjau
ulang PPh final yang berlaku saat ini. "Jadi secara umum effective tax rate sektor
ini masih lebih rendah dibanding sektor lain," ujarnya saat dihubungi Tirto, Jumat
(15/2/2019).
18
"Memang perlu kajian, tapi dari profit margin mereka setidaknya dari 2
persen menjadi 4-5 persen cukup masuk akal," tuturnya.
Sebab, dengan PPh final, kontraktor yang rugi bisa tetap terkena pajak
sementara kontraktor besar akan diuntungkan lantaran laba yang diterima besar
tetapi potongan PPh-nya kecil. Namun, menurut Yustinus, skema final yang ada
saat ini lebih efektif untuk dilakukan.
Penyelesaian
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
20
(b) UU PPh. Penghasilan lembaga atau organisasi nirlaba dapat dibedakan
menjadi penerimaan yang bukan objek pajak dan penerimaan yang merupakan
objek pajak.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10926542/PPH_KONSTRUKSI
http://www.nusahati.com/2013/01/sekilas-tentang-pajak-organisasi-nirlaba/
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/932/slug/aspek-pajak-dalam-yayasan
https://tirto.id/setoran-pajak-konstruksi-minim-djp-diminta-kaji-ulang-pph-final-
dg6U
21