Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Seminar Perpajakan
Oleh Kelompok 9 :
FAKULTAS EKONOMI
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor keuangan merupakan kelompok perusahaan industri jasa yang sudah masuk dalam
perusahaan publik yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dibagi menjadi beberapa
sub sektor, diantaranya meliputi sub sektor bank, sub sektor lembaga pembiayaan, sub sektor
perusahaan efek, sub sektor asuransi dan sub sektor lainnya yang merupakan perusahaan
penghasil bahan baku yang berjumlah 1 perusahaan.
Sektor keuangan terutama perbankan memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga
kestabilitasan perekonomian di dalam suatunegara. Perbankan merupakan salah satu lembaga
keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Idonesia yang berada disektor keuangan yang
memiliki peran sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang berlebih dana
dengan pihak yang kekurangan dana. Di Indonesia pengawasan perbankan dilakukan dengan
sangat ketat oleh lembaga –lembaga tertentu, diantaranya dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral, OJK(Otoritas Jasa Keuangan), BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal),
LPS(Lembaga PenjaminSimpanan), dan Dirjen Pajak.
Tujuan penulisan ini ialah agar kita lebih memahami apa itu Pajak Penghasilan dan
bagaimana pengaruh Pajak Penghasilan di Sektor Perbankan
KAJIAN PUSTAKA
Pajak secara umum merupakan iuran wajib atau pungutan yang dibayar oleh Wajib Pajak
(Orang yang bayar pajak) kepada Pemerintah berdasarkan Undang-Undang dan hasilnya
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah dengan tanpa balas jasa yang
ditunjukan secara langsung. Dalam Undang Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan
ketiga UU Nomor 6 tahun 1983 yakni Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dinyatakan
bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.
Iuran tersebut berupa uang ( bukan barang).
2. Berdasarkan Undang-Undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yaitu pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Fungsi pajak ada dua , yaitu pertama, Fungsi Anggaran (budgetair) ialah pajak sebagai
sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, dan kedua, Fungsi
Mengatur (regulerend) ialah pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Pajak dibagi menjadi tiga jenis : Menurut Golongan, menurut Sifat , dan menurut
Pemungut . menurut Golongan dibagi menjadi 2 macam yaitu langsung dan tidak langsung.
Menurut Sifat dibagi menjadi 2 macam, yaitu sukjektif dan objektif. Sedangkan menurut
Pemungut ada dua macam yaitu Pusat dan Daerah.
2.2 PAJAK PENGHASILAN UMUM
Undang Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak 1
Januari 1984, lalu diubah terakhir menjadi Undang Undang No. 36 Tahun 2008. Undang-
Undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pajak
Penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas penghsilan yang
diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku wajib pajak
yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak
diwajibkan untuk membayar pajak.
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh selama tahun pajak. Adapun yang menjadi subjek pajak adalah:Orang pribadi, Warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, Badan, dan Bentuk Usaha
Tetap (BUT) . Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri. Subjek pajak dalam negeri terdiri dari :
a) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: pembentukannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, pembiayaannya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah, dan pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara.
c) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
2.3. PERBANKAN
Pajak perbankan mengacu pada istilah perlakuan perpajakan untuk sektor jasa
perbankan. Dalam hal penyerahan jasa, sektor perbankan sejatinya tidak dikenakan pajak
perbankan yang dalam hal ini adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Dalam penjelasan atas UU PPN ini bahkan dirinci secara detail mengenai macam-
macam jasa perbankan yang tidak dikenakan pajak perbankan berupa pungutan PPN.
Secara umum, jasa yang disediakan oleh bank yang tidak kena pajak perbankan
berupa pungutan PPN memiliki dua karakteristik, yakni:
Secara sepesifik, kegiatan penyerahan jasa bank yang tidak dikenakan pajak
perbankan berupa pungutan PPN antara lain:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dan layanan yang berkaitan dengan hal
tersebut.
2. Layanan memberikan kredit
3. Penempatan dana dan/atau meminjamkan dana kepada bank lain
4. Pendapatan dari kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit
5. Pendapatan dari penyediaan pembiayaan dengan sistem syariah sesuai
ketentuan dari Bank Indonesia (BI)
6. Pendapatan dari penerbitan surat pengakuan utang
7. Pendapatan dari kegiatan penjaminan atas resiko sendiri
8. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan UU Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, misalnya mendapatkan pendapatan yang berkaitan dengan
penjaminan bank garansi.
Kegiatan atau penyerahan jasa yang dikenakan pajak perbankan berupa pungutan
PPN antara lain:
1. Jasa memindahkan uang untuk kepentingan bukan nasabah
2. Menempatkan dana nasabah ke nasabah lain dalam bentuk surat berharga
yang tidak tercatat dalam bursa efek. Pendapatan yang dikenakan pajak
perbankan berupa pungutan PPN sehubungan dengan hal ini adalah,
pendapatan dari jasa kustodian.
3. Penerimaan pembayaran yang berasal dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
4. Penyedian tempat penyimpanan. Pendapatan dari jasa yang kena pajak
perbankan berupa pungutan PPN dalam hal ini adalah, pendapatan
administrasi dan penyewaan safe deposit box.
5. Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak. Pendapatan dari
jasa yang kena pajak perbankan berupa pungutan PPN dalam hal ini adalah,
pendapatan yang berbentuk fee dari jasa wali amanat.
6. Kegiatan pembelian dan penjualan untuk kepentingan dan atas perintah
nasabah.
7. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan UU Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariah Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan
dalam agama Islam untuk memungut atau meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan
riba serta larangan untuk melakukan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan dimana hal
ini tidak dapat dijamin dalam sistem perbankan konvensional. Bank syariah adalah bank yang
dalam menjalankan operasinya dengan sistem hukum Islam (syariah). Fungsinya sama dengan
bank Konvensional yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan jasa keuangan
lainnya, tetapi yang membedakan adalah cara operasi, produk, kesepakatan, dan sistemnya.
Ijarah, dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan pengenaan Pajak Penghasilan atas
sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
Ijarah Muntahiyah Bittamlik dikenai Pajak Penghasilan atas sewa guna usaha dengan
hak opsi (financial lease)
- PPN Masukan atas barang yang disewakan dan tidak ada PPh 23 atas pembayaran
angsuran leasing
2. Bagi hasil dipersamakan dengan aturan bunga bank (PMK No 26/PMK.010/2016)
- PPh final 0-20%(tergantung jangka waktu)
- Murahabah, Salam, atau Istishna’ berupa margin keuntungan atau laba, dikenai Pajak
Penghasilan sesuai ketentuan pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga.
3. Pembiayaan kartu kredit dan lainnya. seperti yang diatur dalam UU PPh yaitu
digabungkan dengan laba dan penghasilan lain dengan PPh tarif badan.
Pemerintah menerbitkan dua peraturan yang mengatur pengenaan pajak penghasilan atas
kegiatan usaha pembiayaan dan kegiatan usaha perbankan syariah.Direktur Penyuluhan
Pelayanan dan Humas Ditjen Pajak Kementerian Keuangan menyebutkan:
Dengan terbitnya kedua peraturan perpajakan tersebut, diharapkan akan ada keselarasan
penerapan peraturan perpajakan dengan praktek kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Seperti yang sudah diketahui oleh hampir seluruh masyarakat dunia khususnya Indonesia,
hal yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah penerapan sistem bagi
hasil. Adapun pengertian bagi hasil itu sendiri adalah suatu konsep untuk pengembalian atau
pemberian bagian atas investasi yang telah dilakukan yang berdasarkan periode atau waktu
tertentu, dimana besar kecilnya tidak tetap atau pasti. Adanya pengaruh besar nisbah dan yang
telah ditetapkaan diawal investasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
bagi hasil yang diterima.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No 15/DSN-MUI/IX/2000, ada dua jenis
pendekatan dalam perhitungan bagi hasil atau prinsip pembagian hasil usaha, yaitu :
Dimisalkan Fulan membuka rekening tabungan iB pada tanggal 1 Maret 2014, selama satu
bulan, dimana saldo Fulan yang terdapat di dalam rekenin bank tersebut sebesar Rp 50.000.000.
Besar nisbah bagi hasil yang diberikan pihak bank atas produk tabungan tersebut sebesar 10%.
Diumpakanan, diketahui pendapatan bank pada bulan maret 2014 sebesar Rp 350.000.000, dan
saldo rata-rata dana pihak ketiga (DPK) tabungan iB sebesarRp 1.000.000.000. Sehingga bagi
hasil yang di dapat adalah
Diketahui :
Nisbah : 10%
1.000.000 31
= Rp. 56.451,612903
Bank merupakan usaha jasa yang dilandaskan atas dasar kepercayaan. Maka dari itu
bisnis perbankan tidak pernah terlepas dari berbagai macam resiko yang menyertainya. Salah
satu resiko terbesar dalam sektor perbankan ialah resiko operasional. Sektor perbankan memiliki
peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Maka itu, tidak aneh apabila lembaga
keuangan khususnya perbankan semakin berkembang dari tahun ke tahun. Peran penting dari
lembaga perbankan tidak lepas dari tugas utamanya dalam menghimpun dana masyarakat. Selain
itu, perbankan juga mengelola dana masyarakat untuk disalurkan kembali ke masyarakat dalam
bentuk pinjaman atau kredit untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Bank Konvensional
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum berdasarkan
prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara. Bank konvensional akan
menerima segala macam bentuk investasi ke semua bidang usaha asalkan sesuai dengan
persyaratan yang sudah ditetapkan.Selain itu, bank konvensional hanya berorientasi pada
keuntungan, menetapkan bunga sebagai harga, dan untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak
bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau presentase
tertentu. Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana adalah memperoleh imbalan
berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham adalah
diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan suku
bunga pinjaman.Di lain pihak, kepentingan pemakai dana adalah memperoleh tingkat
bunga yang rendah (biaya murah).
Bank Syariah
Adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip
hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan
dan keseimbangan (‘adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.
(UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah). Dalam kegiatannya, bank syariah
tidak mengenal bunga, karena dalam hukum Islam bunga disebut riba dan itu haram.Jadi
kalau Anda menabung dengan harapan mendapat bunga besar maka bank syariah
bukanlah pilihan. Sebaliknya, bank syariah menawarkan keuntungan bagi hasil, margin
keuntungan dan fee. Selain itu bank syariah hanya akan berinvestasi pada sektor yang
halal.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank
umum karena BPR dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian.
Kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh BPR:
- Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
- Memberikan kredit.
- Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
- Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
Perbedaan keduanya terdapat pada beberapa aspek seperti cara mengelola dana, sistem
operasional, metode transaksi, hingga cara membagi keuntungannya.
Sistem Pengelolaan Dana
Dalam Bank Syariah, dana nasabah yang diterima dalam bentuk titipan ataupun
investasi tidak bisa dikelola pada semua lini bisnis secara sembarangan. Pengelolaan dan
investasi yang dilakukan bank syariah harus berdasarkan syariat Islam. Di mana lini
bisnis yang dipilih haruslah yang memenuhi aturan syariat Islam.
Sementara dalam Bank Konvensional, pengelolaan dana ini bisa dilakukan pada
berbagai lini bisnis yang dianggap aman dan menguntungkan.Selama pengelolaan dana
ini tidak menyalahi aturan dan hukum yang berlaku maka pihak bank memiliki kebebasan
untuk menjalankan dan mengelola dana tersebut pada berbagai lini bisnis yang dianggap
bisa memberikan keuntungan yang paling maksimal.
Sistem Operasional
Perbedaan mencolok dari Bank Syariah adalah tidak mengenal bunga. Jadi jika
kita menabung uang di bank syariah, kita tidak akan mendapatkan bunga setiap bulannya
seperti di bank konvensional. Bank Syariah menggunakan sistem bagi hasil dan
mendapatkan sejumlah keuntungan dari sistem tersebut. Keuntungan inilah yang
kemudian digunakan pihak bank (selaku pengelola) untuk membiayai seluruh kegiatan
operasional perbankan yang dijalankan.
Metode Transaksi
Sesuai dengan ketentuan syariat Islam, transaksi yang terjadi dalam Bank Syariah
tentu akan berbeda dengan yang terjadi di bank konvensional pada umumnya. Secara
khusus, beberapa transaksi ini telah diatur berdasarkan fatwa MUI, antara lain akad al-
Mudharabah (bagi hasil), al-Musyarakah(perkongsian), al-Musaqat (kerja sama tani), al-
Ba’i (bagi hasil), al-Ijarah (sewa-menyewa), dan al-Wakalah (keagenan).
Namun tidak dalam Bank Konvensional, karena semua aturan serta kebijakan
transaksi di bank ini telah diatur dan dijalankan berdasarkan hukum yang berlaku di
Indonesia.
BAB III
CONTOH KASUS
Pertahankan Kolektibilitas
https://money.kompas.com/read/2020/04/01/175734226/terdampak-corona-ini-tantangan-yang-
dihadapi-perbankan-nasional
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312525-T31464-Perbankan%20syariah.pdf
https://www.online-pajak.com/pajak-perbankan
https://keuangan.kontan.co.id/news/usaha-perbankan-syariah-dikenai-pph
https://www.academia.edu/28938419/Makalah_tentang_pajak
https://www.slideshare.net/azhurahanamichi/makalah-perbankan-syariah-28525859
http://jurnal-perspektif.org/index.php/perspektif/article/view/67/59
https://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=5&q=&hlm=5
https://natanedan.wordpress.com/2017/03/06/perpajakan-bank-syariah-pmk-137pmk-032011/
https://www.academia.edu/download/54941656/Perbankan_1.pdf
http://eprints.undip.ac.id/23201/1/SKRIPSI.pdf
https://www.pajak.go.id/id/artikel/rahasia-perbankan-dan-pemeriksaan-pajak
https://www.syariahbank.com/menghitung-bagi-hasil-pada-perbankan-syariah/
https://www.online-pajak.com/pajak-perbankan
https://ajaib.co.id/mengenal-sektor-perbankan-dan-jenis-jenisnya-lebih-dalam/
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-Perkreditan-Rakyat.aspx
https://pelayananpublik.id/2020/01/04/pengertian-dan-perbedaan-bank-konvensional-dan-
syariah-lebih-baik-nabung-dimana/
DAFTAR PERTANYAAN
Alasan mengapa banyak perbankan yang menutupi ruang keuangannya dalam menghadapi pajak
adalah untuk menghindari risiko kebocoran data terjadi. Karena jika Bank samapi terjadi
kebocoran data, ada berbagai risiko yang tejadi, yaitu:
Apabila kebocoran data ini terjadi, oknum penjual data nasabah bisa dikenakan hukuman hingga
maksimal lima tahun penjara sesuai dengan KUHP. Apabila dituntut berdasarkan Peraturan OJK
(POJK), industri jasa keuangan juga bisa ikut terkena sanksi. Di Indonesia, UU Perbankan telah
melarang bank, karyawan, manajemen, dan afiliasinya untuk memberikan informasi atau data
nasabah kepada siapa pun. Selain UU, POJK dan KUHP juga mencantumkan aturan serupa.
Larangan penyebaran informasi ini tak hanya berlaku untuk perbankan, tetapi juga industri jasa
keuangan lain.
Kerugian keuangan
Jika seandainya bank mengalami kebocoran data nasabah dan ternyata pelakunya merupakan
“orang dalam”, oknum tersebut akan dikenakan denda sebesar Rp4 miliar hingga Rp8 miliar,
serta hukuman 5-8 tahun penjara. Pihak bank juga harus memberikan ganti rugi kepada nasabah
yang datanya bocor. Hal ini pernah terjadi pada salah satu bank BUMN di Indonesia ketika
sejumlah nasabah mereka menjadi korbanskimming atau penggandaan data pada tahun lalu.
Tidak lama kemudian, para nasabah ini melapor, uang mereka menghilang secara misterius.
Pihak bank pun akhirnya harus mengganti seluruh uang nasabah yang hilang
akibat skimming tersebut.
Nasabah memilih karena mereka percaya kepada bank tersebut. Memberikan data-data personal
kepada bank merupakan salah satu bukti kepercayaan tersebut. Jadi, bisa dibayangkan apa yang
akan terjadi apabila kita tidak berusaha secara optimal untuk melindungi data mereka. Bahkan
bisa saja mereka akan langsung menutup akun di bank Anda untuk kemudian pindah ke bank
lain. Tentunya hal ini bisa berpengaruh terhadap proses perkembangan bisnis perbankan Anda.
Apabila ada nasabah yang mengalami kebocoran data di bank, kemungkinan besar ia pasti akan
menceritakannya kepada orang lain. Alhasil, reputasi bank di masyarakat pun menjadi
taruhannya. Apalagi di era digital seperti sekarang, sangat mudah untuk menyebarkan cerita
seseorang di media sosial hingga menjadi viral. Orang-orang akan beranggapan bank tersebut
tidak mampu menjaga kepercayaan nasabah.
https://blog.lintasarta.net/article/risiko-kebocoran-data-nasabah-yang-harus-dihindari-bank/
Dalam rangka perlindungan Pemegang Kartu Kredit, perhitungan bunga yang timbul atas
transaksi Kartu Kredit wajib dilakukan oleh Penerbit Kartu Kredit dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Penghitungan hari bunga atas utang Kartu Kredit didasarkan dan dimulai dari tanggal
pembukuan (posting) Penerbit Kartu Kredit. Tanggal pembukuan (posting) merupakan
tanggal riil Penerbit Kartu Kredit melakukan pembayaran kepada Acquirer atas transaksi
pembelanjaan Pemegang Kartu Kredit, atau melakukan pembayaran kepada
penyelenggara ATM atas transaksi tarik tunai menggunakan Kartu Kredit;
2. Penghitungan bunga Kartu Kredit untuk tagihan berikutnya dilakukan berdasarkan
jumlah sisa tagihan Kartu Kredit atas transaksi perbelanjaan dan/atau tarik tunai yang
belum terbayar (outstanding);
3. Biaya terutang, denda terutang, bunga terutang, dan tagihan sebelum jatuh tempo,
dilarang digunakan sebagai komponen penghitungan bunga Kartu Kredit;
4. Untuk transaksi pembelanjaan, bunga dibebankan apabila Pemegang Kartu Kredit:
1) Tidak melakukan pembayaran;
2) Melakukan pembayaran kurang dari total tagihan Kartu Kredit (pembayaran tidak penuh);
atau
3) Melakukan pembayaran penuh setelah tanggal jatuh tempo pembayaran. Bunga dari transaksi
pembelanjaan tidak dibebankan apabila Pemegang Kartu Kredit telah melakukan pembayaran
penuh paling lambat pada tanggal jatuh tempo, atau pada kelonggaran waktu pembayaran yang
diberikan oleh Penerbit Kartu Kredit;
1. Untuk transaksi tarik tunai, bunga dibebankan dan dihitung mulai dari tanggal
pembukuan (posting) sampai dengan tanggal dilakukannya pembayaran secara penuh
oleh Pemegang Kartu Kredit
2. Penetapan bunga harian didasarkan pada perhitungan jumlah hari kalender dalam setahun
yaitu 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari.
https://www.cermati.com/artikel/cara-menghitung-bunga-kartu-kredit-dan-ketentuannya
Diatur dalam pasal 20 dan 25 UU PPh dan diatur lebih lanjut dalam PMK
255/PMK.03/2008 stdtd 208/PMK.03/2009 tentang Perhitungan besarnya angsuran PPh
dalam tahun pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna
Usaha dengan Hak opsi, BUMN, BUMD, dan wajib pajak lainnya termasik wajib pajak
orang pribadi pengusaha tertentu.
https://ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idtopik=33271
4. Apa yg menjadi daya saing utama bank syariah lokal dengan bank syariah asing
1. Fasilitas Selengkap Bank Konvensional
Banyak orang yang berpikiran bahwa karena perbankan syariah masih baru, jenis
transaksi yang dapat dilakukan hanya sedikit. Anggapan tersebut dulu mungkin bisa
dimengerti, tapi sekarang sama sekali tidak benar.
Bank Syariah saat ini sangat modern. Semua jenis transaksi mulai dari tabungan,
deposito, kredit usaha, kredit rumah, kliring, dan sebagainya dapat dilakukan dengan
nyaman.
Mayoritas Bank Syariah terhubung dengan jaringan online ATM Bersama sehingga Anda
dapat tarik tunai dan transfer realtime dari/ke bank lain dengan mudah. Beberapa Bank
ada yang menggratiskan biaya untuk ini.
Beberapa Bank Syariah yang memberikan layanan Internet Banking, SMS Banking,
bahkan kartu kredit syariah sehingga lebih praktis.
Tragedi finansial kredit subprime tahun 2007 nyaris tidak menggoyahkan investasi yang
berbasis syariah. Di saat banyak bank investasi dan bank-bank besar bangkrut maupun
membutuhkan kucuran dana, banyak Bank Syariah baru yang justru bermunculan atau
buka cabang.
Krisis ekonomi justru telah memuktikan bahwa manajemen finansial berbasis syariah
jauh lebih aman dibandingkan ekonomi liberal yang dianut bank konvensional.
Setiap simpanan Anda akan memperkuat investasi bank. Setiap pinjaman Anda akan
memperkuat keuntungan bank. Semakin usaha Anda berkembang, bank juga semakin
berkembang karena kredit yang diberikan menggunakan skema bagi-hasil. Semakin maju
bank, semakin banyak pula keuntungan bank yang dapat dibagikan sebagai nisbah kepada
para nasabah.
Bank Syariah mengeluarkan 2,5 persen dari keuntungan tahunannya untuk dizakatkan.
(Anda sendiri tentunya masih harus berzakat bila Anda muslim.) Namun bank
konvensional tidak mempunyai kewajiban berzakat.
Dengan menggunakan layanan Bank Syariah, secara tidak langsung Anda turut berzakat
dan membantu mereka yang membutuhkan.
Kredit yang diberikan oleh bank syariah mempunyai persyaratan yang mewajibkan dana
digunakan untuk aktivitas yang halal. Bisnis yang dibiayai bank syariah, juga tidak boleh
berisiko mengandung kegiatan yang diharamkan oleh agama Islam.
https://www.beritasatu.com/ekonomi/62321-5-keunggulan-perbankan-syariah
http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2010/12/ppn-atas-kegiatan-usaha-perbankan.html?m=1
6. Apabila bank umum menerima pend dr dana pihak ketiga apakah menerima aspek perbankan
atau tidak
1. Aktiva dalam bentuk uang tunal, terdiri dari uang tunai, cadangan likuiditas
yang hars dipelihara pada bank sentral, giro pada bank dan item-item tunai lain
yang masih dalam proses penagihan
https://www.researchgate.net/publication/314297706_PERAN_DANA_PIHAK_KETIGA_DAL
AM_KINERJA_LEMBAGA_PEMBIAYAAN_SYARIAH_DAN_FAKTOR-
FAKTOR_YANG_MEMENGARUHINYA
Profit Sharing
Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah
dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama
proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi,
positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya
antara pendapatan dan biaya menjadi balance.[5] Keuntungan yang dibagikan adalah
keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan
total cost terhadap total revenue.
Revenue Sharing
Perbankan Syari’ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah Revenue
Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana
tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana.[12]
Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil
didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.[13] Sistem
revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung
berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi
hasil untuk produk pendanaan bank.
https://jejakimawan.wordpress.com/2012/05/30/profit-sharing-vs-revenue-sharing/
Selama ini, akses data perbankan hanya diperkenankan dibuka untuk tiga tujuan, yaitu
pemeriksaan, penagihan, dan penyidikan pajak sebagaimana diatur dalam UU tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP). Di luar itu, untuk kepentingan
pajak, akses perbankan tidak dapat dibuka. Padahal, Ditjen Pajak saat ini berkeinginan
agar dapat memperluas akses data perbankan WP di luar ketiga tujuan di atas. Untuk
memperoleh data dan informasi perbankan, kerapkali otoritas pajak suatu negara
bersinggungan dengan ketentuan mengenai kerahasiaan perbankan. Kerahasiaan bank
merupakan hal mendasar yang dibutuhkan dalam setiap sistem perbankan yang sehat,
agar menghindari pengungkapan yang tidak sah kepada pihak-pihak tertentu, misalnya
pesaing usaha, yang dapat menjadi ancaman bagi nasabah yang akan melakukan kegiatan
usaha. Namun, di sisi lain, perlu juga diperhatikan bahwa kerahasiaan bank dapat
menimbulkan masalah di mana nasabah, dalam hal ini WP, dapat menyembunyikan
kegiatannya secara ilegal untuk menghindari kewajiban.
https://investor.id/opinion/akses-perbankan-untuk-tujuan-pajak
10. Bagaimana prosedur pelaporan pph final, 21, 23 dan 25 bagi wp perbankan, apa sapa
kaya PT, adakah peraturan yang mengacu
Angsuran PPh Pasal 25 bagi wajib pajak bank dihitung berdasarkan penerapan tarif Pasal
17 Undang-Undang No.36 Tahun 2008 jo. Undang-Undang No. 7 Tahun 1993 (UU PPh)
atas penghasilan neto berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke OJK,
dikurangi dengan:
PPh yang dipotong dan/atau dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 UU PPh
sejak awal tahun pajak sampai dengan masa pajak yang dilaporkan; dan
PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU PPh yang seharusnya dibayar sejak awal
tahun pajak sampai dengan masa pajak sebelum masa pajak yang dilaporkan.
Untuk menghitung penghasilan neto dalam rangka penghitungan PPh Pasal 25, bank dapat
memperhitungkan kompensasi kerugian tetapi tidak boleh memperhitungkan:
penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak; dan
penghasilan dan biaya sebagai pengurang penghasilan neto yang dikenai PPh yang
bersifat final dan/atau bukan objek PPh.
https://news.ddtc.co.id/angsuran-pph-pasal-25-untuk-bank--wajib-pajak-lainnya-16809?
page_y=1427