Anda di halaman 1dari 22

PENDAPATAN

PEMERINTAH PUSAT
DI INDONESIA

Kelompok 2 & 4
1. Pengertian Pendapatan, Pemerintah Pusat, dan
Pendapatan Pemerintah Pusat
● Pengertian Pendapatan

Menurut Nasution pendapatan adalah arus uang atau barang yang menguntungkan bagi seseorang,
kelompok individu, sebuah perusahaan, atau perekonomian selama beberapa waktu. Dalam konteks
pemerintah diartikan sebagai arus uang atau barang yang diterima oleh pemerintah dalam suatu
periode waktu tertentu.

● Pengertian pemerintah Pusat

Menurut Affandi (2016), pemerintah merupakan pemangku jabatan pemerintahan (untuk


menjalankan wewenang atau kekuasaan yang melekat pada lingkungan jabatan-jabatan). Pemahaman
ini melibatkan hubungan antara pemerintah dan rakyat, serta pelaksanaan kekuasaan yang melekat
pada berbagai jabatan pemerintahan.
● Pengertian Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat menurut KBBI adalah penguasa yang bertugas di pusat, melingkungi
seluruh pemerintah daerah. Sedangkan menurut UU No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pada Pasal 1 Ayat 1, pengertian Pemerintah Pusat adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri. Pemerintah pusat diartikan sebgai penguasa
yang berkedudukan di pusat dan memiliki tanggung jawab melingkupi seluruh pemerintah
daerah.

● Pengertian Pendapatan Pemerintah Pusat

Dalam perspektif akuntansi pemerintah, pengertian pendapatan dinyatakan dalam


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. Menurut undang-undang tersebut, pendapatan
adalah hak pemerintah pusat yang akan diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
2. Jenis-Jenis Pendapatan Pemerintah Pusat

Menurut Farouq (2018) Pendapatan negara merupakan realisasi dari penerimaan


(pemasukan kas) negara dari berbagai sumber yang diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Selain itu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2022 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023
Pasal 1 Ayat 2, diterangkan bahwa Pendapatan Negara adalah hak Pemerintah Pusat yang
diakui sebagai penambah kekayaan bersih yang terdiri atas Penerimaan Perpajakan,
Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan Penerimaan Hibah.

Dengan demikian, penerimaan pajak (pemerintah pusat/daerah) dan retribusi daerah


merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah pusat/daerah yang penting guna
membiayai pelaksanaan pemerintahan pusat/daerah.
01 Penerimaan Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Farouq, 2018).
Pendapatan perpajakan adalah semua pendapatan yang berasal dari pemungutan pajak, baik pajak
dalam negeri maupun pajak perdagangan internasional.

Menurut Farouq (2018), Jenis-jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat diatur dalam undang-
undang, antara lain:

1). UU Pajak Penghasilan (UU PPh) yang mencakup PPh dari Minyak dan Gas dan
selainnya,
2). UU Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPn dan
PPnBM) yang mencakup pajak atas transaksi barang/jasa,
3). UU Kepabeanan yang mencakup bea masuk/ keluar dari transaksi perdagangan nasional
dan internasional,
4). UU cukai yang mencakup pengenaan cukai barang-barang tertentu yang bersifat terbatas, dan pajak
lainnya (UU Bea Meterai).
2 Penerimaan Bukan Pajak (PNBP)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2011 Pasal 1 Ayat 6, Penerimaan negara bukan pajak, yang selanjutnya disingkat PNBP,
adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian
Pemerintah atas laba badan usaha milik negara (BUMN), penerimaan negara bukan pajak lainnya, serta pendapatan
badan layanan umum (BLU).

Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi 7 jenis sumber penerimaan, yaitu:

1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah


2. Penerimaan dari pemanfataan sumber daya alam;
3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan;
4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah;
5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi;
6. Penerimaan yang berupa hibah yang merupakan hak pemerintah; dan
7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.
Penerimaan Bukan Pajak lainnya terdiri dari :

1). Pendapatan dan penjualan sewa


2). Pendapatan jasa
3). Pendapatan Bunga
4). Pendapatan kejaksaan dan peradilan
5). Pendapatan Pendidikan
6). Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
7). Pendapatan iuran dan denda
8). pendapatan lainnya yang berlaku umum di semua kementerian, lembaga, badan untuk dikelola dan
dipertanggung jawabkan penggu- naanaannya sesuai dengan UU No. 20 Tahun 1997 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak

PNBP pada hakikatnya mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan penerimaan
negara dari sektor perpajakan meskipun tidak secara tegas dalam Pasal 23A UUD 1945 sebagai
pungutan lain yang juga bersifat memaksa untuk kepentingan negara dan diatur dengan Undang-
Undang (UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP berikut peraturan pelaksanaannya) sebagai legitimasi
pengenaan dan pemungutannya.
Seluruh penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak diaudit oleh lembaga negara,
yaitu: (i) badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) sebagai internal audit
yang bertanggung jawab kepada dibentuk berdasarkan Keppres No. 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Perpres
No. 64 Tahun 2005, dan (ii) badan pemeriksa keuangan (BPK) sebagai eksternal audit
independen yang bertanggung- jawab kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya dibentuk berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan
3 Pendapatan Hibah
Pendapatan hibah adalah penerimaan negara/daerah dalam bentuk devisa, devisa yang
dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, pemerintah lain, badan/lembaga dalam negeri
atau perseorangan yang tidak perlu dibayar kembali. Pasal 38 Undang Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan, pada Pemerintah Pusat pendapatan hibah hanya
boleh dibukukan oleh kementerian keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN).

Pada Pasal 4 mengenai Sumber, Jenis Dan Persyaratan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar
Negeri terdapat kriteria penerimaan hibah yaitu Pemerintah dapat menerima pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri yang bersumber dari:
1). Negara asing
2). Lembaga Multilateral
3). Lembaga Keuangan dan lembaga non keuangan asing
4). Lembaga keuangan non asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah
negara Republik Indonesia.
3. Perencanaan Penerimaan Negara

Penerimaan negara merupakan dana atau sumber daya yang diperoleh oleh pemerintah
untuk membiayai pengeluaran dan kegiatan-kegiatan pelayanan publik. Perencanaan penerimaan
negara merujuk pada proses perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengestimasi dan
merancang sumber-sumber pendapatan yang akan diperoleh oleh negara dalam suatu periode waktu
tertentu.

Perencanaan penerimaan negara melibatkan beberapa aspek:


1). Estimasi Penerimaan: Perencanaan penerimaan negara mencakup upaya untuk mengestimasi
jumlah uang atau nilai barang yang diharapkan akan diterima oleh pemerintah dalam suatu periode.
Ini mencakup berbagai sumber pendapatan, seperti pajak, penerimaan dari sumber daya alam, hibah,
pinjaman, dan sumber-sumber pendapatan lainnya.
2). Perancangan Kebijakan Penerimaan: Proses perencanaan juga melibatkan perancangan
kebijakan penerimaan, yang mencakup kebijakan perpajakan, kebijakan pengelolaan sumber
daya alam, serta kebijakan terkait dengan penerimaan dari sektor-sektor lainnya. Kebijakan ini
dirancang untuk mendukung tujuan pembangunan ekonomi dan sosial negara.

3). Pengelolaan Risiko dan Ketidakpastian: Dalam perencanaan penerimaan negara, pemerintah
juga harus mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian yang mungkin terjadi, seperti fluktuasi
dalam penerimaan pajak akibat perubahan kondisi ekonomi.

4). Keterkaitan dengan Anggaran: Perencanaan penerimaan negara selanjutnya terkait dengan
penyusunan anggaran negara, di mana penerimaan yang diestimasi akan menjadi dasar untuk
alokasi dana ke berbagai program dan kegiatan pemerintah.

Perencanaan penerimaan negara termasuk kedalam Anggaran Pendapatan Belanja


Negara (APBN), sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2022 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023 Pasal 2,
bahwa APBN terdiri atas anggaran Pendapatan Negara, anggaran Belanja Negara, dan
Pembiayaan Anggaran.
4. Pendapatan Pemerintah Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2019 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 1 Ayat 7, Pendapatan
Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun anggaran berkenaan. Berdasarkan pengertian
tersebut, pendapatan Daerah merupakan unsur yang penting dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) karena merupakan sumber penerimaan
yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keuangan di daerah.
Pendapatan daerah juga berperan untuk melaksanakan perencanaan pemerintah
daerah sebagai upaya untuk mengembangkan pembangunan dan meningkatkan
perekonomian suatu daerah. Unsur-unsur pendapatan daerah meliputi
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan komponen untuk menghitung kemandirian keuangan suatu daerah
dalam melaksanakan otonomi daerah. Semakin tinggi penerimaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) suatu daerah, maka tingkat kemandiriannya akan semakin
besar sehingga ketergantungan terhadap transfer dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah lainnya menjadi menurun.
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1
Pajak Daerah
Pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

Pemerintah daerah memiliki hak untuk menarik pajak daerah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, sehingga apabila wajib pajak tidak melunasinya maka
akan dianggap sebagai utang pajak. Untuk ketertiban wajib pajak dalam membayar pajak
daerah, maka diberlakukan sanksi administrasi berupa denda pajak bagi pajak terutang
yang dibayarkan melewati batas waktu pembayaran.
Pajak Daerah dikelola oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Jenis-jenis pajak yang dikelolanya pun berbeda seperti yang ditunjukkan pada tabel
berikut:

Pajak Daerah yang Dikelola Pemerintah Provinsi Pajak Daerah yang Dikelola Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) a. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) (PBB-P2)
c. Pajak Alat Berat (PAB) b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
d. Pajak atas Penggunaan Bahan Bakar Kendaraan c. Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT)
Bermotor (PBBKB) d. Pajak Reklame
e. Pajak Air Permukaan (PAP) e. Pajak Air Tanah
f. Pajak Rokok f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB)
g. Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB) g. Pajak Sarang Burung Walet
h. Opsen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
i. Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
2 Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pemungutan
retribusi daerah terdapat kontraprestasi yang secara langsung bisa ditunjuk.

Jenis retribusi daerah terdiri atas :


● Retribusi Jasa Umum
a. Pelayanan kesehatan
b. Pelayanan kebersihan
c. Pelayanan parkir di tepi jalan umum
d. Pelayanan pasar
e. Pengendalian lalu lintas
● Retribusi Jasa Usaha
a. Penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosir, pertokoan, dan
tempat kegiatan usaha lainnya
Penyediaan tempat pelelangan
b. Penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan
termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat pelelangan
c. Penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan
d. Penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/vila
e. Pelayanan rumah potong hewan terna

● Retribusi Perizinan Tertentu


a. Persetujuan bangunan gedung
b. Penggunaan tenaga kerja asing
c. Pengelolaan pertambangan rakyat
3 Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan


merupakan penerimaan daerah atas hasil penyertaan
modal kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
berupa pembagian laba/ deviden.
4 Lain-lain PAD yang Sah

Lain-lain PAD yang sah merupakan pendapatan yang diterima


oleh daerah diluar pajak, retribusi, dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, terdiri dari:
a. Hasil penjualan Barang Milik Daerah (BMD) yang tidak
dipisahkan.
b. Hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan.
c. Hasil kerjasama daerah.
d. Jasa giro, dan lain-lain.
Pendapatan Transfer
Pendapatan transfer merupakan pendapatan yang berasal dari APBN atau APBD antar daerah yang memiliki tujuan untuk
pemerataan pendapatan di daerah serta menutup celah fiskal daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah.
Pendapatan transfer berasal dari pemerintah pusat dalam APBN dan berasal dari APBD antar daerah. Jenis pendapatan
transfer terdiri dari dana perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, Dana Keistimewaan, dan Dana Desa.
1. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun dalam APBN
dan alokasi ke daerah ditetapkan dengan peraturan presiden tentang rincian APBN.
2. Dana Insentif Daerah (DID)
Dana Insentif Daerah (DID) adalah dana yang bersumber dari APBN yang diberikan kepada daerah tertentu berdasarkan
kriteria tertentu dengan tujuan untuk memberikan penghargaan atas perbaikan dan/atau pencapaian kinerja tertentu di bidang
tata kelola keuangan daerah.
3. Dana Otonomi Khusus
Dana otonomi khusus merupakan dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah. Tiga
provinsi yang mendapatkan dana otonomi khusus adalah Papua Barat, Papua dan Aceh.
4. Dana Keistimewaan
Dana keistimewaan adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan untuk mendanai kewenangan istimewa dan
merupakan belanja transfer pada bagian transfer lainnya. Dana keistimewaan diberikan kepada Daerah Istimewa Yogyakarta
5. Dana Desa
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa melalui APBD Kabupaten/Kota. Dana
Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah merupakan penerimaan lain yang diterima oleh pemerintah
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang tidak termasuk dalam
klasifikasi PAD dan Pendapatan Transfer. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi :
● Hibah. Pendapatan hibah merupakan bantuan berupa uang, barang atau jasa yang berasal dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya, masyarakat dan badan usaha dalam atau luar negeri
yang tidak mengikat. Pendapatan hibah diberikan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
● Dana Darurat. Dana darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang diberikan kepada daerah
pada tahap pasca bencana untuk mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana
yang tidak mampu ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
● Lain-lain Pendapatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pendapatan lainnya
yang diterima oleh daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TERIM
A
KASIH

CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai