disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada pasal 12 ayat (1) dan (2) UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan dinyatakan bahwa setiap Wajib Pajak
wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya
surat ketetapan perpajakan. Jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak yang terutang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Masyarakat Indonesia tidak
sedikit yang dengan kesadaran diri sendiri untuk membayar pajaknya, ini
disebabkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah yang menekankan pentingnya
membayar pajak untuk kepentingan negaranya sendiri dan digunakan juga untuk
pembangunan negeri. Pemeriksaan pajak merupakan bagian tak terpisahkan
dengan sistem self assessment yang menjadi lanasan dalam system pemungutan
perpajakan di Indonesia .Pemeriksaan pajak dilakukan untuk mengawasi (control)
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atas Wajib Pajak. Berdasarkan pasal
1 angka 24 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
pengertian pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data, dan mengolah keterangan lainnya. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk menguji apakah Wajib Pajak telah mematuhi ketentuan
kewajiban perpajakan dan juga untuk tujuan lainnya dalam untuk melaksanakan
ketentuan perundang-undangan. Beberapa kriteria ketidakpatuhan yang dijelaskan
dalam buku Muljono (2009), laporan Wajib Pajak tidak benar, laporan Wajib
Pajak tidak tertib, laporan Wajib Pajak diragukan kebenarannya, serta adanya
Wajib Pajak yang mempergunakan identitas yang bukan menjadi haknya. Jika
tidak ada pengawasan, Wajib Pajak cenderung kurang peduli terhadap kewajiban
perpajakannya. Wajib Pajak cenderung menghindari membayar pajak, bahkan
tidak sedikit Wajib Pajak yang menghindar melapor pajak yang tidak tepat seperti
menurunkan omset, atau menambah biaya yang meminimalkan penghasilan kena
pajaknya.
KAJIAN PUSTAKA
Pajak
2. Prinsip kepastian (certainty). Pajak hendaknya tegas, jelas, dan pasti bagi setiap
Wajib Pajak sehingga mudah dimengerti oleh mereka dan akan memudahkan
administrasi pemerintah.
PEMBAHASAN
1. Pajak
B. PERPAJAKAN DI INDONESIA
a. Asas Perpajakan :
1. Klasifikasi
Setiap pajak mempunyai serangkaian peraturan pemungutannya. Pajak
pendapatan dibayar langsung oleh pembayar atau wajib pajak kepada aparatur
perpajakan, sedangkan pajak-pajak penjualan dibayar oleh konsumen barang dan
jasa secara tidak langsung kepada system administrasi melalui pedara pedagang
eceran yang bertindak sebagai lembaga pemungut pajak.
2. Tarif pajak
1. SPT Masa, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak (bulanan);
2. SPT Tahunan, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian
tahun pajak. SPT dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Penyuluhan
dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP), dan men-download melalui website DJP
(www.pajak.go.id). Sesuai dengan sistem self assesment, Wajib Pajak memiliki
kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Pengisian SPT harus benar, jelas, lengkap, dan
ditandatangani.
2. tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya;
3. pembiayaan lainnya dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Pajak terdiri atas sasaran atau objek pajak (tax base) dan tarif pajak (tax
rate). Objek pajak adalah segala sesuatu yang dapat dikenai pajak, yang dapat
berupa pendapatan, barang-barang, kekayaan, dan perpindahan hak milik atas
barang-barang. Adapun jumlah penerimaan pajak adalah sama dengan objek pajak
dikali tarif pajak atau T = B x R. T adalah penerimaan pajak, B adalah objek
pajak, dan R adalah tarif pajak. kita dapat menggolongkan beberapa struktur pajak
sebagai berikut.:
1. Pajak dikatakan progresif apabila pajak itu dikenakan dengan persentase yang
semakin tinggi karena dengan semakin tingginya kemampuan membayar pajak
(taxable capacity), akan diikuti oleh kenaikan pembayaran pajak dengan
persentase yang lebih besar. Artinya, tarif pajak rata-rata (average tax rate)
meningkat dengan semakin tingginya dasar pajak (tax base), dan tarif pajak
marginal (marginal tax rate) lebih tinggi daripada tarif pajak rata-rata.
1. kebijakan perpajakan, yaitu penetapan basis pajak dan penetapan tarif pajak;
4. 50% penerimaan pajak berasal dari jenis pajak PPh, 30% dari PPN, sisanya dari
pajak lain-lain;
5. Tax ratio sudah meningkat, namun masih rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN;
6. Tax ratio Indonesia (total penerimaan pajak: PDB) 13,7%;
7. Rax ratio beberapa negara ASEAN berkisar antara 17-20%. Kondisi perpajakan
di Indonesia adalah sebagai berikut.
2. Tarif pajak masih relatif tinggi, kurang kompetitif bagi investor, yaitu usulan
draf RUU perpajakan 30%, Malaysia 28%, sedangkan Singapura 22%.
b. dari wajib pajak perseorangan yang terdaftar (sekitar 3 juta) hanya 70-80%
yang aktif mengirimkan SPT.
a.) Beberapa kasus penyelewengan telah dibongkar, dengan modus yang semakin
beragam: 203 204 Administrasi Keuangan Negara Penerimaan Keuangan Negara
1) tunggakan pajak senilai Rp962 miliar (2003) dilakukan oleh 96 wajib pajak.
Dua orang telah dikenakan penyanderaan badan;
2) 235 aparat dikenakan sanksi, terlibat kasus penyelewengan pajak selama tahun
2003;
5. Adanya otonomi daerah telah memunculkan pungutan baru bagi Wajib Pajak
melalui perda pajak dan retribusi daerah. Sebagian perda bermasalah karena
dilakukan pada objek-objek yang seharusnya dipungut pemerintah pusat:
a. pungutan pada pertambangan timah di Bangka;
3. Menargetkan wajib pajak perseorangan sekitar 9-10 juta orang, dengan data dan
asumsi sebagai berikut:
b. jika sepertiga dari keluarga potensial tersebut dapat didata dan didaftar
sebagai Wajib Pajak, sedikitnya sekitar 9-10 juta keluarga terdaftar sebagai
Wajib Pajak perseorangan.
Selain prinsip-prinsip tersebut, ada prinsip lain yang disebut dengan ability
to pay approach dan benefit approach, yang tampaknya lebih mudah dilaksanakan,
yaitu sebagai berikut.
Tahap ketiga, timbulnya beban moneter yang terakhir setelah terjadi penggeseran
sehingga beban pajak tidak akan digeserkan lagi. Tahap ini disebut incidence of
taxation.
a. single rate: hanya menggunakan satu jenis tingkat pajak, yaitu 10%; b.
destination principle: barang yang diekspor tidak dikenakan PPN;
c. credit method: PPN yang telah dibayarkan untuk pembelian input dapat
diperhitungkan dalam pengajuan restitusi pajak
4. PPN belum mencerminkan keadilan, misalnya untuk petani dan industri kecil.
2. Retribusi
5. Pinjaman.
6. Hadiah.
Sumber dana jenis ini dapat terjadi seperti pemerintah pusat memberikan
hadiah kepada pemerintah daerah atau dari swasta kepada pemerintah dan dapat
pula terjadi dari pemerintah suatu negara kepada pemerintah negara lain.
Penerimaan negara dari sumber ini sifatnya adalah volunter tanpa balas jasa, baik
langsung maupun tidak langsung (Suparmoko, 1987: 94-95)
KESIMPULAN
http://etheses.uin-malang.ac.id/2297/5/11520003_Bab_1.pdf
Achir azmi,masalah pengurusan keuangan negara suatu pengantar teknis II, c.v.
Dinna.,jakarta,1976.