Anda di halaman 1dari 13

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

(UU PPh No. 36 TAHUN 2008 DAN PERATURAN PELAKSANAAN)

Dosen Pengampu :Dr. Anik Yuesti, SE., MM

Oleh :

Kelompok 2

Ni Putu Sintya Ristayanti (01 / 2002622010061)

Ida Ayu Made Adinda Yaswari (02 / 2002622010062)

Luh Putu Diah Pradnyani Utari (22 / 2002622010082)

Ni Kadek Devi Yustina (31 / 2002622010296)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Tahun Ajaran 2021/2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembelajaran ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2

2.1 Deskripsi Pajak Penghasilan Pasal 23...........................................................................2


2.2 Deskripsi Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23......................................................2
2.3 Objek-objek Pajak Penghasilan Pasal 23.......................................................................2
2.4 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23...................................................................................4
2.5 Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 23.......................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................10

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................10


3.2 Saran .............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................11

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan sumber terbesar dari peneriman negara yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan-pembangunan negara. Pajak
Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas
modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21. Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara pihak yang
menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan pemberi penghasilan. Pihak
pemberi penghasilan (pembeli atau penerima jasa) akan memotong dan melaporkan PPh
pasal 23 tersebut kepada kantor pajak. Objek PPh Pasal 23 telah ditambahkan oleh
pemerintah hingga menjadi 62 jenis jasa lainnya seperti yang tercantum dalam PMK No.
141/PMK.03/2015.
Prosedur pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 23 diatur secara khusus dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pembayaran dilakukan oleh pihak pemotong
yang kemudian menyetorkannya melalui Bank Persepsi (ATM, teller bank, fitur bayar
pajak online di OnlinePajak) yang telah disetujui oleh Kementerian Keuangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 23?
2. Bagaimana pemotongan pajak penghasilan pasal 23?
3. Apa saja objek-objek pajak penghasilan pasal 23?
4. Bagaimana tarif pajak penghasilan pasal 23?
5. Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan pasal 23?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pajak penghasilan pasal 23
2. Untuk mengetahui dan memahami pemotongan pajak penghasilan pasal 23
3. Untuk mengetahui dan memahami objek-objek pajak
4. Untuk mengetahui dan memahami tarif pajak penghasilan pasal 23
5. Untuk mengetahui dan memahami cara menghitung pajak penghasilan pasal 23

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Pajak Penghasilan Pasal 23


Ketentuan dalam Pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan
selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
2.2 Deskripsi Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
Pemotong PPh Pasal 23 adalah pihak-pihak yang membayarkan penghasilan, yang
terdiri atas:
1. Badan pemerintah.
2. Subjek Pajak badan dalam negeri.
3. Penyelenggara kegiatan.
4. Bentuk usaha tetap.
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang telah mendapat
penunjukan dari Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajak PPh Pasal 23.
 Yang Dikenakan Pemotongan PPh Pasal 23
Yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negeri atau
Bentuk Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
2.3 Objek-objek Pajak Penghasilan Pasal 23
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23 adalah:
1. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.

2
3. Royalti, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk penggunaan properti,
seperti hak paten, hak cipta atau sumber alam, misalnya pencipta mendapat
bayaran royalty ketika ciptaannya diproduksi dan dijual.
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa tanah dan/atau bangunan.
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
 Pengecualian objek pemotongan PPh pasal 23
Penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 adalah:
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi.
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara,
atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
 Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
4. Dividen yang diterima oleh orang pribadi.
5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
6. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya.

3
7. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
2.4 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23
 Tarif Pemotongan
Besarnya PPh Pasal 23 yang dipotong adalah:
1. Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas :
a. Dividen.
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
c. Royalti.
d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
2. Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai, atas :
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21. Jasa lain terdiri dari:
1) Jasa penilai (appraisal).
2) Jasa aktuaris.
3) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan.
4) Jasa hukum.
5) Jasa arsitektur.
6) Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape.
7) Jasa perancang (design).
8) Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak
dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh Bentuk
Usaha Tetap (BUT).
9) Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan
penambangan migas.
10) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha
panas bumi dan penambangan selain migas.

4
11) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara.
12) Jasa penebangan hutan.
13) Jasa pengolahan limbah.
14) Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services).
15) Jasa perantara dan/atau keagenan.
16) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali
yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI.
17) Jasa custodian/penyimpanan /penitipan, kecuali yang
dilakukan oleh KSEI.
18) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19) Jasa mixing film.
20) Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo,
slide, klise, banner, pamphlet, baliho, dan folder.
21) Jasa sehubungan dengan software atau hardware komputer,
atau sistem komputer termasuk perawatan, pemeliharaan,
dan perbaikan.
22) Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website.
23) Jasa internet termasuk sambungannya.
24) Jasa penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data,
informasi, dan/atau program.
25) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC, dan/ atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi
dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi.
26) Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan,
listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat
transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi.
27) Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat,
laut, dan udara.
28) Jasa maklon.

5
29) Jasa penyelidikan dan keamanan.
30) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer.
31) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa,
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian
informasi.
32) Jasa pembasmian hama.
33) Jasa kebersihan atau cleaning service.
34) Jasa sedot septic tank.
35) Jasa pemeliharaan kolam.
36) Jasa catering atau tata boga.
37) Jasa freight forwarding.
38) Jasa Logistik.
39) Jasa pengurusan dokumen.
40) Jasa pengepakan.
41) Jasa loading dan unloading.
42) Jasa laboratorium dan/atau dilakukan oleh lembaga atau
rangka penelitian akademis.
43) Jasa pengelolaan parkir.
44) Jasa penyondiran tanah.
45) Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan.
46) Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit.
47) Jasa pemeliharaan tanaman.
48) Jasa pemanen.
49) Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan/atau perhutanan.
50) Jasa dekorasi.
51) Jasa pencetakan/penerbitan.
52) Jasa penerjemah.
53) Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur
dalam Pasal 15 UU PPh.
54) Jasa pelayanan kepelabuhanan.
55) Jasa pengangkutan melalui jalur pipa.
56) Jasa pengelolaan penitipan anak.
57) Jasa pelatihan dan/kursus.

6
58) Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM.
59) Jasa sertifikasi.
60) Jasa survey.
61) Jasa tester.
62) Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
dibebankan pada APBN dan APBD.
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya
tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen).
Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dibuktikan oleh
Wajib Pajak, antara lain dengan cara menunjukkan kartu Nomor
Pokok Wajib Pajak.
2.5 Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 23
 Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Dividen
Atas Penghasilan berupa dividen akan dikenakan pemotongan PPh Pasal 23
sebesar 15% dari jumlah bruto.
PPh Pasal 23= 15% x Bruto
Contoh 1:
PT Solusindo membayarkan dividen kepada CV Perkasa sebesar
Rp200.000.000,00.
PPh Pasal 23 dipotong PT Solusindo adalah:
15% x Rp200.000.000,00 = Rp30.000.000,00
 Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Bunga, Termasuk Premium, Diskonto, dan
Imbalan Karena Jaminan Pengembalian Utang
Atas Penghasilan berupa bunga dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15%
dari jumlah bruto.
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto
Contoh 2:
PT Karya Utama membayar bunga atas pinjaman kepada PT Indo Jaya sebesar
Rp80.000.000,00.
PPh Pasal 23 yang dipotong PT Karya Utama adalah:
15% x Rp80.000.000,00 Rp12.000.000,00
 Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Royalti

7
Atas penghasilan yang berupa royalti akan dikenakan pemotongan PPh Pasal 23
sebesar 15% dari jumlah bruto.
PPh Pasal 23= 15% x Bruto
Contoh 3:
CV Selera Makan membayar royalti kepada Ny. Sulastri atas pemakaian merek
Ayam Goreng "Bu Lastri" sebesar Rp30.000.000,00.
PPh Pasal 23 yang dipotong CV Selera Makan adalah:
15% x Rp30.000.000,00 = Rp4.500.000,00
Apabila Ny. Sulastri belum memiliki NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong
CV Selera Makan adalah:
30% x Rp30.000.000,00 Rp9.000.000,00
 Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Hadiah, Penghargaan, Bonus, dan Sejenisnya
Atas hadiah sehubungan kegiatan dan penghargaan oleh Wajib Pajak badan
termasuk BUT dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah
bruto.
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto
Contoh 4:
CV Perdana mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp200.000.000,00 sebagai
distributor terbaik dari PT Artha Raya.
PPh Pasal 23 yang dipotong PT Artha Raya adalah:
15% x Rp200.000.000,00=Rp30.000.000,00
 Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan
dengan Penggunaan Harta
Atas penghasilan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
(kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan/atau
bangunan) dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
PPh Pasal 23=2% x Bruto
Contoh 5:
PT Sejahtera Raya menyewa sebuah traktor milik Susanto dengan nilai sewa
sebesar Rp10.000.000,00.
PPh Pasal 23 yang dipotong PT Sejahtera Raya adalah:
2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00

8
Apabila Susanto belum memiliki NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT
Sejahtera Raya adalah:
4% x Rp10.000.000,00 Rp400.000,00

 Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Imbalan Sehubungan dengan Jasa Teknik,
Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Konsultan, dan Jasa Lain
Atas penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar
2% dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
PPh Pasal 23 = 2% x Bruto
Contoh 6:
1. PT Pilar Utama yang baru berdiri meminta jasa dari CV Konsultindo untuk
membuat sistem akuntansi perusahaan dengan imbalan sebesar
Rp11.000.000,00 (termasuk PPN Rp1.000.000,00).
PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT Pilar Utama adalah:
2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
2. CV Duta Bangsa membayarkan jasa cleaning service kepada PT Mitra
Makmur sebesar Rp15.000.000,00.
PPh Pasal 23 yang dipotong oleh CV Duta Bangsa adalah sebesar:
2% x Rp15.000.000,00=Rp300.000,000
Apabila PT Mitra Makmur belum memiliki NPWP maka PPh Pasal 23
yang dipotong CV Duta Bangsa adalah:
4% x Rp15.000.000,00 = Rp600.000,00
3. CV Terang Abadi mengikat kontrak dengan PT Indah yang merupakan
perusahaan katering makanan untuk menyediakan makan siang bagi
karyawan perusahaan tersebut selama satu tahun dengan nilai kontrak
sebesar Rp100.000.000,00
PPh Pasal 23 yang dipotong adalah sebesar:
2% x Rp100.000.000,00 Rp1.500.000,00

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas, dapat disimpulkan bahwa pemotongan PPh pasal 23
dikenakan kepada Wajib Pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap yang
menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa,
atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
Dengan objek" yg dikenakan berupa deviden, bunga termasuk premium, diskonto dan
imbalan, royalti, hadiah, penghargaan, bonus, sewa dan penghasilan lain yg
sehubungan dengan penggunaan harta, serta imbalan yg sehubungan jasa. Besarnya
PPh pasal 23 yg dipotong tergantung dari objek PPh yg akan dipotong berkisaran 15%
dari jumlah bruto ataupun 2% dari jumlah bruto yg tidak dikenakan PPn
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini dapat kami susun dan selesai dengan tepat waktu.
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Atas
perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2019. Perpajakan Edisi Terbaru. Andi : Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai