Anda di halaman 1dari 10

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Mata Kuliah: Perpajakan II


Dosen Pengampu: Dr. Anik Yuesti, SE, MM

Disusun Oleh:
I Wayan Sudiarta (17 / 2002622010077)
I Komang Pradnyana Teguh Wiradharma (28 / 2002622010088)
I Gusti Ngurah Agung Widi Aryawan (29 / 2002622010089)

Kelas C
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mahasaraswati Denpasar
2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah perpajakan II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Anik Yuesti, SE, MM selaku dosen mata
kuliah perpajakan II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan program studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 10 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

JUDUL.............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang...........................................................................................................................1
B...Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C...Tujuan Pembahasan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A…Pengertian Pajak Bumi dan
Bangunan.......................................................................................2
B…Subjek dan Objek Pajak Bumi dan
Bangunan............................................................................3
C…Tarif Pajak Bumi dan
Bangunan................................................................................................4
BAB III PENUTUP
A…Kesimpulan...............................................................................................................................6
B…Saran..........................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang dianggap paling potensial
di Indonesia. Oleh karena itu, pajak digunakan sebagai sumber pembiayaan negara dan target
penerimaan pajak setiap tahun diharapkan dapat terus ditingkatkan. Pemerintahan suatu
negara harus menjalankan roda perekonomiannya dengan baik. Hal ini berpengaruh terhadap
pembangunan negara untuk kemakmuran masyarakatnya, dalam rangka mencapai tujuan
negara yang diatur oleh Undang-Undang. Salah satu aspek dalam penyelenggaraan
pembangunan diperlukan dana yang berasal dari penerimaan pajak. Pajak sebagai salah satu
sumber penerimaan dalam negeri semakin lama semakin terasa sebagai andalan penerimaan
negara. Salah satu cara agar pendapatan negara meningkat adalah dengan meningkatkan
pendapatan dari sektor pajak. Dalam upaya peningkatan penerimaan pajak harus diikuti
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak maka ikut serta meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara khususnya dari sektor pajak. Salah
satu pajak yang menjadi potensi sumber pendapatan negara kita yaitu Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) yang masuk dalam kategori pajak negara. Sejak tahun 2011 penarikan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilimpahkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah
sesuai dengan peraturan bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri nomor:
213/pmk07/2010, nomor: 58 tahun 2010 tentang Tahapan persiapan pengalihan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan?
2. Apa saja yang menjadi subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan?
3. Berapakah tarif Pajak Bumi dan Bangunan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan Pajak Bumi dan Bangunan
2. Mengetahui subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan
3. Mengetahui tarif Pajak Bumi dan Bangunan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul karena
adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau badan yang
memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari padanya. Jika dilihat dari sifatnya,
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang bersifat kebendaan. Artinya, besaran pajak
terutang ditentukan dari keadaan objek yaitu bumi dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan
subjeknya tidak ikut menentukan besarnya barang. Pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan negara dan daerah yang sangat penting
untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan. Penerimaan dari Pajak Bumi dan
Bangunan 100% akan masuk ke pemerintah kabupaten/kota. Saat dikelola oleh Pemerintah Pusat
(DJP) pemerintah kabupaten/kota hanya mendapatkan bagian sebesar 64,8%. Pungutan atas
Pajak Bumi dan bangunan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Kemudian, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah, maka kewenangan dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan
Perkotaan (PBB P2) telah diserahkan ke pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan, untuk PBB
sektor Pertambangan, Perhutanan, dan Perkebunan (PBB P3) masih di bawah wewenang
pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985, dasar pengenaan PBB adalah Nilai
Jual Objek Pajak atau NJOP. Besarnya NJOP ini ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri
Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan
daerahnya. Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP. Besaran persentase NJKP
ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi
nasional. Ada beberapa faktor yang menentukan masing-masing dasar NJOP Bumi dan NJOP
Bangunan.
Faktor Dasar Penetapan NJOP Bumi:
 Letak
 Pemanfaatan
 Peruntukan
 Kondisi Lingkungan
Faktor Dasar Penetapan NJOP Bangunan:
 Bahan yang digunakan dalam bangunan
 Rekayasa
 Letak
 Kondisi lingkungan

2
Faktor-faktor tersebut dapat bertambah, dan hal itu dapat menambah besaran ppajak PBB
yang harus dibayarkan. Namun jika bumi dan bangunan merupakan hasil hibah, warisan dan
sejenisnya yang tidak terjadi transaksi jual-beli, ada cara lain untuk menentukan NJOP
tersebut:
 Membandingkannya dengan objek pajak lain sejenis dengan lokasi yang berdekatan.
 Menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek pajak tersebut
dengan dikurangi nilai penyusutan harga objek pajak itu.
 Menetapkan besaran NJOP berdasarkan hasil produk yang dihasilkan oleh objek
pajak tersebut.

 Asas Pajak Bumi dan Bangunan


1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan.
2. Adanya kepastian hukum.
3. Mudah dimengerti dan adil.
4. Menghindari pajak berganda.

B. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Sedangkan yang menjadi objek Pajak
Bumi dan Bangunan adalah bumi dan bangunannya. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh
bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Namun, tidak semua bumi dan bangunan
termasuk dalam objek pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, pada pasal 3
disebutkan ada beberapa ketentuan yang mengatur objek pajak yang tidak dikenakan PBB.
Berikut ini daftar kriteria tersebut:
 Objek pajak tersebut digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dibidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan.
 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan hal tersebut.
 Objek pajak merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggemkbalaan yang dikuasai suatu desa, dan tanah negara yang belum dibebani
suatu hak.
 Objek pajak digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultan berdasarkan asas perlakuan
timbal balik.
 Objek pajak digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh menteri keuangan.
Sedangkan subjek Pajak Bumi dan Bangunan pribadi yang dikenai pajak memiliki hal-hal
sebagai berikut :
 Mempunyai hak atas bumi.
 Memperoleh manfaat atas bumi.

3
 Memiliki bangunan.
 Menguasai bangunan.
 Memperoleh manfaat atas bangunan.
Contoh objek Pajak Bumi dan Bangunan

Objek Bumi Objek Bangunan

 Sawah.  Rumah tinggal.


 Ladang.  Bangunan usaha.
 Kebun.  Gedung bertingkat.
 Tanah.  Pusat perbelanjaan.
 Pekarangan.  Pagar mewah.
 Tambang.  Kolam renang.
 Jalan tol.

C. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan


Tarif dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikenakan atas Objek Pajak adalah tarif
tunggal yaitu sebesar 0,5%. Contoh objek perumahan:
 Luas Bumi 1.000 m 2 dengan nilai jual Rp 840.000,00/m 2. Nilai jual tanah tersebut
termasuk kelas A 17 dengan nilai jual Rp 802.000/m2
 Luas Bangunan 400 m 2 dengan nilai jual Rp 1.000.000,00/m2. Nilai jual bangunan
tersebut termasuk kelas A 2 dengan nilai jual Rp 968.000/m2

Penghitungan PBB-nya :
 Jumlah NJOP bumi 1.000 x Rp 802.000,- = Rp 802.000.000
 Jumlah NJOP Bangunan 400 x Rp 968.000,- = Rp 387.200.000
 NJOP sebagai dasar pengenaan = Rp 1.189.200.000
 NJOPTKP = Rp12.000.000
 NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 1.177.200.000
 NJKP 40% x Rp 1.177.200.00 = Rp 470.880.000
 PBB yang terutang 0,5% x Rp 470.480.000,- = Rp 2.354.400

 Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan


Rumus dasar penghitungan PBB adalah:
O,5% x NJKP

Rumus mencari NJKP adalah:


20% x NJOP

Berikut contoh perhitngan dan mencari tahu besaran Pajak bumi dan Bangunan

4
Pak Anto memiliki rumah seluas 100 meter persegi di atas tanah dengan luas 200 meter
persegi. Diketahui harga bangunan tersebut adalah Rp1.000.000 dan harga tanah adalah
Rp500.000. Berapa besaran PBB yang harus Pak Anto bayar?

Pertama cari nilai bangunan dan tanah Pak Anto:


Nilai bangunan = 100 x Rp1.000.000
Nilai bangunan = Rp100.000.000
Nilai tanah = 200 x Rp500.000
Nilai tanah = Rp100.000.000

Cara mencari NJOP adalah dengan menjumlahkan nilai bangunan dan tanah:
NJOP = Nilai bangunan + Nilai tanah
NJOP = Rp100.000.000 + Rp100.000.000
NJOP = Rp200.000.000

Disini dapat menemukan NJKP dan besaran PBB-nya.


NJKP = 20% x NJOP
NJKP = 20% x Rp200.000.000
NJKP = Rp40.000.000
PBB = 0,5% x NJKP
PBB = 0,5% x Rp40.000.000
PBB = Rp200.000

Maka, besaran PBB yang harus Pak Anto bayar atas bumi dan bangunan yang ia miliki
adalah Rp200.000.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul karena
adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau badan yang
memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari padanya. Pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan negara dan daerah yang
sangat penting untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan. Penerimaan dari Pajak
Bumi dan Bangunan 100% akan masuk ke pemerintah kabupaten/kota. Saat dikelola oleh
Pemerintah Pusat (DJP) pemerintah kabupaten/kota hanya mendapatkan bagian sebesar
64,8%. Pungutan atas Pajak Bumi dan bangunan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan. Kemudian, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak dan Retribusi Daerah, maka kewenangan dalam pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) telah diserahkan ke pemerintah
kabupaten/kota. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan
atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Sedangkan yang
menjadi objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan bangunannya. Bumi adalah
permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Tarif dari Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) yang dikenakan atas Objek Pajak adalah tarif tunggal yaitu sebesar 0,5%.

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Jika terdapat
kesalahan dalam makalah ini mohon dimaafkan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Terbaru. Andi : Yogyakarta

https://www.rusdionoconsulting.com/pajak-bumi-dan-bangunan-objek-pajak-dan-cara-
menghitungnya/
(diakses pada tanggal 10 Februari 2022)

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pajak-bumi-dan-bangunan
(diakses pada tanggal 10 Februari 2022)

https://www.softwarepajak.net/news/120-seri-pbb-klasifikasi-bumi-dan-bangunan-dan-
penghitungan-pajak-bumi-dan-bangunan/#:~:text=Tarif%20Pajak%20Bumi%20dan
%20Bangunan,yaitu%20sebesar%200%2C5%25.&text=Objek%20pajak%20lainnya
%20(pedesaan%20dan,.000%2C00%20adalah%2020%25
(diakses pada tanggal 10 Februari 2022)

Anda mungkin juga menyukai