Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“THE USE OF FINANCIAL STATEMENTS ANALYSIS IN RISK


ANALYSIS”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata


Kuliah : Analisis Laporan Keuangan

Oleh :
ROHIDDATUL HADI F : 2110247724
JURAIS MUZFA : 2110247840
SITI DEA RAHMADANI A : 2110247760
YOSI SAFITRI : 2110247730
RAMSIAH : 2110247774
FITRIA NURHAPIZAH : 2110247612

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
ISI............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Analisis Resiko...........................................................................5

2.1.1 Analisis Kredit......................................................................................6


2.1.2 Pasar Untuk Kredit................................................................................7
2.1.3 Proses Analisis Kredit...........................................................................9
2.2 Analisis Laporan Keuangan Dan Utang Umum.....................................17
2.2.1 Arti Peringkat Hutang.........................................................................17

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mendorong Peringkat Utang................................17


2.3 Prediksi Distress Dan Turnaround......................................................18
2.3.1 Model untuk Prediksi Distress............................................................18

2.3.2 Peluang Investasi di Perusahaan Tertekan..........................................20


BAB III..................................................................................................................21
KESIMPULAN....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehinggga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah matakuliah “ Analisis Laporan Keuangan, THE USE OF FINANCIAL
STATETMENT ANALYSIS RISK” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Di dalam penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada


Bapak Dr. Azwir Nasir, SE, MM, Ak, CA yang telah memberikan arahan. Tidak lupa juga
kita ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung dalam penyelesaian
makalah. Semoga dengan dukungannya dapat menambah kemampuan dan semangat
untuk belajar meraih kesuksesan dimasa yang akan datang dengan membawa ilmu yang
telah di pelajari.

Penulis berharap makalah ini dapat mendatangkan inspirasi bagi kita, juga
memberi manfaat bagi penulis ataupun yang membaca.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, jika ada kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Pekanbaru, 26 November 2022


Penulis,

Kelompok 3

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam sebuah


perusahaan. Laporan keuangan yang disediakan umumnya menggambarkan
tingkat kesehatan dan pencapaian kinerja dari sebuah perusahaan. Dalam
melihat laporan keuangan, perlu adanya analisis yang tepat agar dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan baik yang bersifat
teknis maupun sebuah kebijakan. Kesalahan dalam menganalisis dapat

berakibat fatal hingga menyebabkan perusahaan collapse.


Subramanyam (2013) mengatakan dalam menganalisis sebuah
perusahaan, diperlukan adanya analisis secara keseluruhan agar gambaran dari
perusahaan dapat terlihat dengan jelas. Hal ini berlaku pula dalam
menganalisis resiko. ketika seorang pemodal ingin memutuskan berinvestasi
pada perusahaan tertentu, pemodal harus yakin bahwa perusahaan tersebut
dapat memberikan pengembalian sesuai yang diharapkan. Begitu pula pada
seorang bankir yang akan meminjamkan dananya kepada perusahaan. seorang
bankir harus dapat menganalisis resiko perusahaan peminjam untuk
memastikan pengembalian dana dari perusahaan tersebut lancar dan tidak
akan terjadi kredit macet. Analisis resiko juga tidak hanya dilakukan oleh
pemberi pinjaman, pihak ketiga seperti auditor juga memerlukan analisis
resiko untuk memastikan bahwa perusahaan dapat bertahan dalam jangka
waktu tertentu dan mempengaruhi opininya.
Dalam menganalisis resiko dapat dilakukan dengan metode Altman Z-
score. metode ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk memprediksi
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung

3
nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan
diskriminan (Palepu dan Haley, 2013).
Analisis resiko umumnya lebih banyak dijelaskan dalam analisis kredit
karena umumnya berhubungan dengan likuiditas dan solvabilitas. Selain itu,
analisis resiko merupakan salah satu hal yang paling diperhatikan oleh
kreditur (Subramanyam, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian analisis resiko?
2. Bagaimana Analisis laporan keuangan dan utang umum?
3. Bagaimana prediksi distress dan turn around?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari analisis resiko
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis laporan keuangan dan utang
umum
3. Untuk mengetahui bagaimana prediksi distress dan turn around

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Resiko

Analisis Risiko adalah praktik menilai dan mengelola ketidakpastian


untuk mengurangi potensi dampaknya pada suatu proyek. Analisis Risiko
dapat digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda, tetapi paling sering
diterapkan pada keputusan bisnis dan investasi. Teknik Analisis Risiko
membantu organisasi membuat keputusan yang lebih tepat dengan
mempertimbangkan potensi dampak ketidakpastian.
Subramanyam (2013) mengatakan bahwa analisis risiko adalah
evaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya. Analisis
risiko melibatkan penilaian solvabilitas dan likuiditas perusahaan bersama
dengan variabilitas pendapatannya. Karena resiko menjadi perhatian utama
kreditur, analisis risiko sering dibahas dalam konteks analisis kredit. Namun,
analisis risiko penting untuk analisis ekuitas, baik untuk mengevaluasi
keandalan dan keberlanjutan kinerja perusahaan dan untuk memperkirakan
biaya modal.
Analisis resiko tidak hanya dapat dilakukan secara kuantitatif, namun
juga dapat dilakukan secara kualitatif seperti penelitian yang dilakukan oleh
Adedokun, dkk (2013) yang meneliti terkait analisis resiko secara kualitatif
(QRAT) pada perusahaan konstruksi. Hasil penelitian mengungkapkan adopsi
QRAT tingkat rendah, sehingga mencegah industri konstruksi Nigeria
mengambil keuntungan penuh dari QRAT dalam analisis risiko yang melekat
pada proyek konstruksi. Juga checklist, flowchart dan analisis asumsi adalah
QRAT yang umum digunakan di wilayah Nigeria. Selain itu, pelatihan dan
pencatatan yang tidak memadai tentang manajemen risiko berkontribusi besar
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan QRAT pada proyek.
Selain secara kualitatif, Beranek (2010) dalam penelitiannya mencoba
menyajikan prosedur analisis risiko yang telah berhasil

5
diterapkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM) Ceko. Metodologi, yang
didasarkan pada modifikasi dan kombinasi dua metode standar, bertujuan
untuk mempercepat (dan membuat lebih terjangkau) proses analisis risiko,
dibandingkan dengan metode analisis risiko lain yang digunakan untuk
organisasi publik dan perusahaan besar di Republik Ceko. Ia menggabungkan
metode BITS dan FRAP. Metodologi FRAP dirancang oleh Peltier (2008)
untuk melakukan analisis risiko sistem dalam hal ini digunakan untuk
mengevaluasi aset dan metodologi BITS untuk fase tambahan analisis risiko
informasi. Beranek (2010) menemukan bahwa untuk melakukan analisis risiko
di sektor UKM di Republik Ceko, diperlukan portofolio instrumen yang luas.
Keuntungan dari penggabungan kedua metode FRAP dan BITS adalah
kemampuannya untuk mempercepat analisis risiko, terutama fase identifikasi
dan evaluasi aset. Keuntungan lain adalah bahwa metode ini menghasilkan
tabel spreadsheet sederhana, memberikan konsumen alat yang mudah diedit
dan dapat digunakan untuk prosedur tindak lanjut.

2.1.1 Analisis Kredit


Analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui
kelayakan dari suatu permohonan kredit. Tujuan utama dari analisis kelayakan
kredit itu adalah untuk memperoleh keyakinan, apakah pemohon kredit
mempunyai kemampuan dan kemauan memenuhi kewajibannya
mengembalikan pinjaman. Bahkan bukan sekadar pinjaman pokoknya saja,
tetapi juga soal bunganya sesuai kesepakatan dengan pihak kreditur (pihak
bank).

Analisis kredit dilakukan pihak bank dengan tujuan agar kredit yang
diberikan mencapai sasaran. Yaitu aman dan terarah. Aman di sini berarti
kredit tersebut harus diterima kembali pengembaliannya secara tertib, teratur
dan tepat waktu. Sesuai perjanjian antara pihak kreditur dan nasabah pemohon
kredit. Sedangkan maksud kata terarah bisa diartikan bahwa kredit yang
diberikan tersebut digunakan untuk tujuan seperti yang dimaksud dalam
permohonan kredit. Dan pastinya semua itu telah sesuai dengan peraturan dan
kesepakatan ketika diisyaratkan dalam akad kredit.

6
Subramanyam (2013) mengatakan analisis kredit adalah evaluasi
perusahaan dari perspektif pemegang atau calon pemegang utangnya,
termasuk utang usaha, pinjaman, dan surat utang publik. Elemen kunci dari
analisis kredit adalah prediksi kemungkinan perusahaan akan menghadapi
kesulitan keuangan. Analisis kredit terlibat dalam berbagai konteks keputusan
misalnya ketika pemasok potensial akan menjual barangnya secara kredit ke
perusahaan, seorang bankir komersial yang akan meminjamkan ke perusahaan
dan mempertimbangkan kondisi peminjam kemungkinan kesulitan uang dan
default pada utang, dan seorang investor yang akan membeli sekuritas utang
mempertimbangkan imbal hasil dan resiko yang diterima. Namun, meskipun
analisis kredit biasanya dilihat dari perspektif pemodal, jelas penting juga bagi
peminjam seperti seorang manajer sebuah perusahaan kecil bertanya: Apa
pilihan kita

7
untuk pembiayaan kredit? Apakah perusahaan memenuhi syarat untuk pembiayaan
bank? atau Seorang manajer sebuah perusahaan besar bertanya: “Apa pilihan kita
untuk pembiayaan kredit? Apakah perusahaan cukup kuat untuk mengumpulkan
dana di pasar publik?. Akhirnya, ada pula pihak ketiga—mereka selain peminjam
dan pemberi pinjaman—yang tertarik pada masalah umum tentang seberapa besar
kemungkinan perusahaan akan menghindari kesulitan keuangan.
Proses analisa kredit dengan cara:

1. Meneliti berkas pemohon.

2. Memastikan formulir aplikasi diisi secara benar dan debitur telah memahami syarat dan
ketentuan yang berlaku.
3. Menaksir nilai agunan/jaminan.

4. Memastikan aspek legalitas.

5. Melakukan analisa kredit.

6. Memanfaatkan credit score.

2.1.2 Pasar Untuk Kredit


a. Bank komersial
Bank komersial adalah pemain yang sangat penting di pasar kredit.
Karena bank cenderung menyediakan berbagai layanan kepada klien,
dan memiliki pengetahuan mendalam tentang klien dan operasinya,
mereka memiliki keunggulan komparatif dalam memberikan kredit
dalam pengaturan dimana pengetahuan yang diperoleh melalui kontak
dekat dengan manajemen mengurangi risiko yang dirasakan dari kredit
dan risiko kredit dapat diatasi melalui pemantauan yang cermat
terhadap perusahaan (Palepu dan Haley 2013).
Palepu juga menyatakan bahwa kendala dalam operasional
perkreditan bank adalah risiko kredit yang relatif rendah, sehingga
portofolio kredit bank akan berkualitas tinggi yang dapat diterima oleh
regulator bank. Karena pentingnya menjaga kepercayaan publik di
sektor perbankan dan keinginan untuk melindungi penjamin simpanan

8
pemerintah dari risiko, pemerintah memiliki insentif untuk membatasi
eksposur bank terhadap risiko kredit. Bank juga cenderung melindungi
diri dari risiko perubahan suku bunga dengan menghindari pinjaman
dengan suku bunga tetap dengan jangka waktu yang lama. Karena
sebagian besar modal bank berasal dari deposito jangka pendek,
pinjaman jangka panjang

9
seperti itu membuat mereka terkena kenaikan suku bunga, kecuali
risikonya dapat dilindung nilai dengan derivatif.
b. Lembaga keuangan lainnya
Perusahaan pembiayaan bersaing dengan bank di pasar untuk
pinjaman berbasis aset (yaitu, pembiayaan dijamin aset tertentu, seperti
piutang, persediaan, atau peralatan). Perusahaan asuransi terlibat dalam
berbagai kegiatan pinjaman. Karena perusahaan asuransi
jiwamenghadapi kewajiban jangka panjang, mereka sering mencari
investasi jangka panjang (misalnya, obligasi atau pinjaman jangka
panjang untuk mendukung proyek pengembangan dan real estate
komersial jangka panjang yang besar). Bankir investasi siap untuk
menempatkan sekuritas utang dengan investor swasta atau di pasar
publik. Berbagai lembaga pemerintah merupakan sumber kredit
lainnya (Palepu dkk, 2004).
c. Pasar utang umum
Beberapa perusahaan memiliki ukuran, kekuatan, dan kredibilitas
yang diperlukan untuk melewati sektor perbankan dan mencari
pembiayaan langsung dari investor, baik melalui penjualan surat
berharga atau melalui penerbitan obligasi. Masalah utang tersebut
difasilitasi oleh penetapan peringkat utang. Di AS, Moody's dan
Standard and Poor's adalah dua lembaga pemeringkat terbesar.
Peringkat utang perusahaan mempengaruhi hasil yang harus
ditawarkan untuk menjual instrumen utang. Usai penerbitan utang,
lembaga pemeringkat terus memantau kondisi keuangan perusahaan.
Perubahan peringkat terkait dengan fluktuasi harga sekuritas.
Dalam transaksi dengan leverage tinggi, seperti pembelian dengan
leverage, bank biasanya menyediakan pembiayaan bersama dengan
masalah utang publik yang akan memiliki prioritas lebih rendah jika
terjadi kebangkrutan.

10
d. Penjual yang memberikan pembiayaan
Sektor lain dari pasar kredit adalah produsen dan pemasok barang
dan jasa lainnya. Tentu saja, perusahaan seperti itu cenderung
membiayai pembelian pelanggan mereka tanpa jaminan untuk jangka
waktu 30 hingga 60 hari. Pemasok kadang kadang juga setuju untuk
memberikan pembiayaan yang lebih diperpanjang, biasanya dengan
dukungan surat jaminan. Pemasok mungkin bersedia memberikan
pinjaman seperti itu dengan harapan bahwa kreditur akan bertahan dari
kekurangan uang tunai dan tetap menjadi pelanggan penting di masa
depan. Namun, pelanggan biasanya akan mencari pengaturan seperti
itu hanya jika pembiayaan bank tidak tersedia, karena dapat membatasi
fleksibilitas dalam memilih di antara dan/ atau bernegosiasi dengan
pemasok.
2.1.3 Proses Analisis Kredit
Fridson dan Alvarez (2002) mengungkapkan bahwa analisis kredit
melibatkan lebih dari "sekedar" penetapan kelayakan kredit. Pertama, ada
kisaran kelayakan kredit, dan penting untuk memahami di mana perusahaan
berada dalam kisaran itu untuk tujuan penetapan harga dan penataan
pinjaman. Selain itu, jika kreditur adalah bank atau lembaga keuangan lain
dengan hubungan berkelanjutan yang diharapkan dengan peminjam, potensi
keuntungan peminjam adalah penting, meskipun risiko penurunan harus
menjadi pertimbangan utama dalam analisis kredit. Menurut Palepu, dkk
(2002) terdapat beberapa langkah dalam menganalisis kredit yaitu:

Langkah 1: Pertimbangkan Sifat dan Tujuan Pinjaman


Memahami tujuan pinjaman penting tidak hanya untuk memutuskan
apakah harus diberikan, tetapi juga untuk menyusun pinjaman. Pinjaman
mungkin diperlukan hanya untuk beberapa bulan,

11
selama beberapa tahun, atau bahkan sebagai bagian permanen dari struktur
modal perusahaan. Pinjaman dapat digunakan untuk penggantian
pembiayaan lain, untuk mendukung kebutuhan modal kerja, atau untuk
membiayai akuisisi aset jangka panjang atau perusahaan lain. Jumlah
pinjaman yang diperlukan juga harus ditetapkan.
Seringkali pemberi pinjaman komersial berurusan dengan perusahaan
yang mungkin memiliki hubungan induk-anak. Pertanyaan tentang siapa
yang harus dipinjamkan kemudian muncul. Jawabannya biasanya adalah
entitas yang memiliki aset yang akan dijadikan sebagai jaminan. Jika entitas
ini adalah entitas anak dan entitas induk menyajikan beberapa kekuatan
keuangan yang independen dari entitas anak, jaminan dari entitas induk dapat
dipertimbangkan (Palepu dan Haley, 2013).

Langkah 2: Pertimbangkan Jenis Pinjaman dan Keamanan yang Tersedia


Palepu dkk (2004) menyatakan bahwa jenis pinjaman yang
dipertimbangkan adalah fungsi tidak hanya tujuannya, tetapi juga kekuatan
finansial peminjam. Jadi, sampai batas tertentu, jenis pinjaman akan
ditentukan oleh analisis keuangan yang dijelaskan dalam langkah proses
berikut. Beberapa kemungkinannya adalah sebagai berikut:
 Jalur kredit terbuka. Jalur kredit terbuka memungkinkan peminjam
menerima uang tunai untuk beberapa maksimum tertentu berdasarkan
kebutuhan untuk jangka waktu tertentu, seperti satu tahun. Untuk
mempertahankan opsi ini, peminjam membayar biaya (misalnya, 3/8 dari
1 persen) pada saldo yang tidak digunakan, di samping bunga atas jumlah
yang digunakan. Jalur kredit terbuka berguna dalam kasus di mana
kebutuhan uang peminjam sulit diantisipasi.
 Jalur kredit bergulir. Ketika jelas bahwa suatu perusahaan akan
membutuhkan kredit di luar jangka pendek, pembiayaan dapat diberikan
dalam bentuk “revolver”. Kadang-kadang digunakan untuk mendukung
kebutuhan modal kerja, peminjam dijadwalkan untuk

12
melakukan pembayaran saat siklus operasi berlangsung dan persediaan
serta piutang diubah menjadi uang tunai. Namun, juga diharapkan bahwa
uang tunai akan terus dicairkan selama peminjam tetap dalam performa
yang baik. Selain bunga atas jumlah terutang, biaya dibebankan pada
saluran yang tidak digunakan.
 Pinjaman modal kerja. Sehingga pinjaman digunakan untuk membiayai
persediaan dan piutang, dan biasanya dijamin. Saldo pinjaman maksimum
dapat dikaitkan dengan saldo akun modal kerja. Misalnya, pinjaman dapat
diizinkan untuk meningkat menjadi tidak lebih dari 80 persen dari piutang
yang berumur kurang dari 60 hari.
 Pinjaman berjangka. Pinjaman berjangka digunakan untuk kebutuhan
jangka panjang dan sering kali dijamin dengan aset jangka panjang,
seperti pabrik atau peralatan. Biasanya, pinjaman akan diamortisasi,
membutuhkan pembayaran berkala untuk mengurangi saldo pinjaman.
 Pinjaman hipotek. Hipotek mendukung pembiayaan real estat, memiliki
jangka panjang, dan memerlukan amortisasi berkala dari saldo pinjaman.
 Sewa pembiayaan. Kemudahan pembiayaan dapat digunakan untuk
memfasilitasi perolehan aset apa pun, tetapi paling sering digunakan
untuk peralatan, termasuk kendaraan. Sewa dapat terstruktur selama
periode 1 hingga 15 tahun, tergantung pada umur aset yang mendasarinya.
Banyak pinjaman bank dilakukan atas dasar aman, terutama dengan
perusahaan yang lebih kecil dan lebih tinggi leverage. Keamanan akan
diperlukan kecuali pinjaman itu berjangka pendek dan peminjam
menghadapkan bank pada risiko gagal bayar yang minimal. Ketika jaminan
diperlukan, salah satu pertimbangannya adalah apakah jumlah jaminan yang
tersedia cukup untuk mendukung pinjaman. Jumlah yang akan dipinjamkan
bank pada sekuritas tertentu melibatkan pertimbangan

13
bisnis, dan itu tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi
likuiditas sekuritas dalam konteks suatu situasi di mana perusahaan tertekan.
Berikut ini adalah beberapa aturan praktis yang sering diterapkan dalam
pinjaman komersial untuk berbagai kategori keamanan:
 Piutang. Piutang usaha biasanya dianggap sebagai bentuk keamanan
yang paling diinginkan karena paling likuid. Satu bank regional yang
besar mengizinkan pinjaman sebesar 50 sampai 80 persen dari saldo
rekening yang tidak menunggak.
 Inventaris. Keinginan inventaris sebagai keamanan sangat bervariasi.
Skenario kasus terbaik adalah persediaan yang terdiri dari komoditas
umum yang dapat dengan mudah dijual ke pihak lain jika peminjam
gagal bayar. Persediaan yang lebih terspesialisasi, dengan daya tarik
hanya untuk sekelompok pembeli yang terbatas, atau persediaan yang
mahal untuk disimpan atau diangkut, kurang diinginkan. Bank daerah
besar tersebut di atas memberikan pinjaman hingga 60 persen untuk
bahan mentah, 50 persen untuk barang jadi, dan 20 persen untuk
barang dalam proses.
 Mesin dan peralatan kurang diinginkan sebagai jaminan. Kemungkinan
besar akan digunakan, dan harus disimpan, diasuransikan, dan
dipasarkan. Dengan mengingat biaya kegiatan ini, bank biasanya hanya
akan meminjamkan hingga 50 persen dari perkiraan nilai aset tersebut
dalam penjualan paksa, seperti lelang.
 Perumahan. Nilai real estate sebagai jaminan sangat bervariasi. Bank akan
sering meminjamkan hingga 80 persen dari nilai real estate yang siap
dijual. Namun, pabrik yang dirancang untuk tujuan yang unik akan
jauh lebih tidak diinginkan.

Langkah 3: Analisis Status Keuangan Peminjam Potensial


Fokus analisis tergantung pada jenis pembiayaan yang
dipertimbangkan. Misalnya, jika pinjaman jangka pendek dianggap

14
mendukung fluktuasi musiman dalam persediaan, penekanannya adalah pada
kemampuan perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi uang tunai
secara tepat waktu.
Pertanyaan kunci dalam analisis keuangan adalah seberapa besar
kemungkinan arus kas akan cukup untuk membayar kembali pinjaman.
Pemberi pinjaman memusatkan banyak perhatian pada rasio solvabilitas:
besarnya berbagai ukuran laba dan arus kas relatif terhadap pembayaran
utang dan persyaratan lainnya. Sejauh rasio tersebut melebihi satu, ini
menunjukkan "margin of safety" yang dihadapi pemberi pinjaman. Ketika
rasio tersebut digabungkan dengan penilaian varians dalam
pembilangnya, ini memberikan indikasi kemungkinan tidak terbayarnya.
Fridson dan Alvarez (2002) menyatakan bahwa analisis rasio dari perspektif
kreditur agak berbeda dari perspektif pemilik. Misalnya, ada penekanan
yang lebih besar pada arus kas dan pendapatan yang tersedia.
Perspektif kreditur terlihat pada rasio solvabilitas berikut, yang disebut
“funds flow coverage ratio”:

Pada rumus diatas terlihat bahwa penghasilan sebelum bunga dan pajak
di pembilang. Ini mengukur pembilang dengan cara yang dapat
dibandingkan secara langsung dengan beban bunga di penyebut, karena
beban bunga dibayarkan dari dolar sebelum pajak. Sebaliknya, setiap
pembayaran pokok yang dijadwalkan untuk tahun tertentu tidak dapat
dikurangkan dan harus dilakukan dari laba setelah pajak. Intinya, dengan
tarif pajak 50 persen, satu dolar pembayaran pokok adalah “dua kali lebih
mahal” dari pembayaran bunga satu dolar. Menskalakan pembayaran pokok
dengan (1 tarif pajak) memperhitungkan hal ini. Ide yang sama berlaku
untuk dividen preferen, yang tidak dapat dikurangkan dari pajak.

15
Rasio cakupan aliran dana memberikan indikasi seberapa nyaman
aliran dana dapat menutupi pengeluaran yang tidak dapat dihindari. Rasio
tidak termasuk pembayaran seperti dividen umum dan pengeluaran modal
dengan premis bahwa mereka dapat dikurangi menjadi nol untuk melakukan
pembayaran utang. (Palepu dan Haley, 2013).
Palepu juga mengungkapkan bahwa analisis keuangan harus
menghasilkan lebih dari sekadar penilaian risiko gagal bayar. Ini juga harus
mengidentifikasi sifat dari risiko yang signifikan. Di banyak bank komersial,
merupakan prosedur operasi standar untuk meringkas analisis perusahaan
dengan mencantumkan risiko utama yang dapat menyebabkan gagal bayar
dan faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengendalikan risiko tersebut
jika pinjaman dilakukan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam
menyusun persyaratan rinci pinjaman sehingga dapat memicu default ketika
masalah muncul, pada tahap yang cukup dini untuk memungkinkan tindakan
korektif.

Langkah 4: Memanfaatkan Prakiraan untuk Menilai Prospek Pembayaran


Dalam peramalan, berbagai skenario harus dipertimbangkan— termasuk
tidak hanya "tebakan terbaik" tetapi juga skenario "pesimistis". Idealnya,
perusahaan harus cukup kuat untuk membayar kembali pinjaman bahkan
dalam skenario ini. Ironisnya, tidak selalu penurunan penjualan yang
menghadirkan risiko terbesar bagi pemberi pinjaman. Jika manajer dapat
merespon dengan cepat penurunan penjualan, itu harus disertai dengan
likuidasi piutang dan persediaan, yang meningkatkan arus kas untuk tingkat
pendapatan tertentu. Skenario mimpi buruk adalah skenario yang melibatkan
besar margin keuntungan negatif, mungkin karena manajer terkejut oleh
penurunan permintaan dan dipaksa untuk
melikuidasi persediaan dengan harga yang jauh lebih rendah.

16
Kadang-kadang, dimungkinkan untuk mempertimbangkan kembali
struktur pinjaman untuk memungkinkannya menjadi “arus kas”. Artinya,
jangka waktu pinjaman mungkin diperpanjang, atau pola amortisasi berubah.
Seringkali, bank akan memberikan pinjaman dengan harapan bahwa
pinjaman itu akan terus diperbarui, sehingga menjadi bagian permanen dari
struktur keuangan perusahaan.

Langkah 5: Susun Struktur Pinjaman Terperinci, Termasuk Perjanjian


Pinjaman
Jika analisis sejauh ini menunjukkan bahwa pinjaman sesuai, maka
inilah saatnya untuk menyusun struktur rinci: jenis pinjaman, jadwal
pembayaran, perjanjian pinjaman, dan harga.
a. Menulis perjanjian pinjaman. Perjanjian pinjaman menetapkan harapan
bersama antara peminjam dan pemberi pinjaman dengan merinci
tindakan yang akan dan tidak akan diambil oleh peminjam. Beberapa
perjanjian memerlukan tindakan tertentu (seperti penyediaan laporan
keuangan secara teratur); lainnya menghalangi tindakan tertentu (seperti
melakukan akuisisi tanpa izin dari pemberi pinjaman); yang lain lagi
memerlukan pemeliharaan rasio keuangan tertentu. Beberapa perjanjian
keuangan yang umum digunakan meliputi:
 Pemeliharaan kekayaan bersih minimum adalah perjanjian menjamin
bahwa perusahaan akan mempertahankan "bantalan ekuitas" untuk
melindungi pemberi pinjaman. Perjanjian biasanya membutuhkan
tingkat kekayaan bersih daripada tingkat pendapatan tertentu.
Mengikat perjanjian dengan kekayaan bersih menawarkan perusahaan
fleksibilitas untuk menggunakan salah satu dari jalan ini untuk
menghindari default.
 Rasio cakupan minimum khususnya dalam kasus pinjaman jangka
panjang, seperti pinjaman berjangka, pemberi pinjaman mungkin

17
ingin melengkapi perjanjian kekayaan bersih dengan yang didasarkan
pada cakupan bunga atau total pembayaran utang.
 Rasio maksimum total kewajiban terhadap kekayaan bersih. Rasionya
membatasi risiko leverage yang tinggi dan mencegah pertumbuhan
tanpa menahan pendapatan atau menanamkan ekuitas.
 Saldo modal kerja bersih minimum atau rasio lancar. Kendala pada rasio
ini memaksa perusahaan untuk mempertahankan likuiditasnya dengan
menggunakan kas yang dihasilkan dari operasi untuk menghentikan
kewajiban lancar (sebagai lawan untuk memperoleh aset berumur
panjang).
 Rasio maksimum belanja modal terhadap pendapatan sebelum
depresiasi rasio ini membantu mencegah perusahaan dari berinvestasi
dalam pertumbuhan (termasuk aset tidak likuid yang diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan) kecuali pertumbuhan tersebut dapat
dibiayai secara internal, dengan beberapa margin yang tersisa untuk
pembayaran utang (Baker dan Powell, 2005).
b. Harga pinjaman. Inti dari penetapan harga adalah untuk memastikan
bahwa hasil pinjaman cukup untuk menutupi (1) biaya pemberi
pinjaman dari dana pinjaman; (2) biaya pemberi pinjaman untuk
mengelola dan melayani pinjaman; (3) premi untuk eksposur risiko
gagal bayar; dan (4) setidaknya pengembalian normal atas modal ekuitas
yang diperlukan untuk mendukung operasi pinjaman. Harga sering
dinyatakan dalam bentuk penyimpangan dari suku bunga utama bank—
tingkat yang dibebankan kepada peminjam yang lebih kuat.

18
2.2 Analisis Laporan Keuangan Dan Utang Umum

2.2.1 Arti Peringkat Hutang

Palepu dan Haley (2013) mengatakan bahwa terdapat dua lembaga


pemeringkat utang utama di AS adalah Moody's dan Standard and Poor's.
Menggunakan sistem pelabelan Standard and Poor's, peringkat tertinggi yang
mungkin adalah AAA . Perusahaan dengan peringkat ini besar dan memiliki
pendapatan yang kuat dan stabil dan leverage yang kecil. Hanya sekitar 1
sampai 2 persen dari perusahaan industri publik yang dinilai oleh Standard &
Poor's memiliki kekuatan finansial untuk mendapatkan peringkat ini.
peringkatnya adalah BB, B, CCC, CC, C, dan D, di mana “D” menunjukkan
hutang yang gagal bayar. Untuk dianggap layak investasi, perusahaan harus
mencapai peringkat BB atau lebih tinggi.
Delta Airlines, salah satu yang terbesar maskapai penerbangan di AS,
dinilai sebagai BBB—hampir tidak layak investasi—pada tahun 1998.
semua, perusahaan di kelas BBB hanya memiliki leverage sedang, dengan
sekitar 45 persen dari kapitalisasi jangka panjang datang dalam bentuk
utang.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mendorong Peringkat Utang

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa variasi dalam peringkat utang


dapat dijelaskan sebagai fungsi dari rasio laporan keuangan yang dipilih,
bahkan seperti yang digunakan dalam model kuantitatif yang tidak
memasukkan penilaian subjektif manusia.

Perusahaan 1 Perusahaan 2 Perusahaan 3


Pengembalian Pengembalian
Ukuran Pengembalian modal
modal jangka modal jangka
profitabilitas jangka panjang
Panjang panjang
kapitalisasi hutang
kapitalisasi jangka panjang
Pengukuran kapitalisasi hutang
hutang jangka Total hutang
leverage jangka panjang
panjang menjadi total modal

19
Cakupan-bunga Cakupan-bunga Cakupan biaya tetap
Profitabilitas Arus kas untuk Arus kas untuk Cakupan hutang
dan leverage utang jangka utang jangka jangka pendek dan
panjang panjang biaya tetap
Ukuran
Penjualan Total aset
perusahaan
Standar deviasi
Lainnya dari pengembalian
status subordinasi

Tabel diatas mencantumkan faktor-faktor yang digunakan oleh tiga


perusahaan berbeda dalam model peringkat utang kuantitatif mereka.
Perusahaan tersebut mencakup satu perusahaan asuransi dan satu bank, yang
menggunakan model tersebut dalam aktivitas penempatan pribadi mereka,
dan sebuah perusahaan riset investasi, yang mempekerjakan model dalam
mengevaluasi pembelian dan kepemilikan utangnya sendiri. Dalam setiap
kasus, profitabilitas dan leverage memainkan peran penting dalam peringkat.
Satu perusahaan juga menggunakan ukuran perusahaan sebagai indikator,
dengan ukuran yang lebih besar dikaitkan dengan peringkat yang lebih
tinggi.

2.3 Prediksi Distress Dan Turnaround

Tugas utama dalam analisis kredit adalah menilai kemungkinan bahwa


perusahaan akan menghadapi kesulitan keuangan dan gagal membayar
kembali pinjaman. (Alvarez dan Fridson, 2002)
Analisis terkait, relevan ketika perusahaan mulai menghadapi kesulitan,
melibatkan pertimbangan apakah hal itu dapat diubah. Prediksi baik
kesusahan atau perubahan haluan adalah tugas yang kompleks, sulit, dan
subjektif yang melibatkan semua langkah analisis : analisis strategi bisnis,
analisis akuntansi, analisis keuangan, dan analisis prospektif. (Palepu dkk,
2004).

2.3.1 Model untuk Prediksi Distress

20
Alvarez dan Fridson (2002) mengungkapkan bahwa beberapa model
prediksi marabahaya telah dikembangkan selama bertahun-tahun. mereka
memprediksi apakah suatu perusahaan akan menghadapi beberapa keadaan
tertekan, biasanya didefinisikan sebagai kebangkrutan, dalam periode tertentu
seperti satu tahun. Satu studi menunjukkan bahwa faktorfaktor yang paling
berguna (secara berdiri sendiri) dalam memprediksi kebangkrutan satu tahun
sebelumnya adalah

1. Profitabilitas = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


𝐾𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
2. Volatilitas = [Standar Deviasi dari ( )]
𝐾𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
3. Leverage keuangan =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠+𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

Menurut Palepu dan Haley (2013) sejumlah model multi faktor yang
lebih kuat juga telah dirancang untuk memprediksi kesulitan keuangan. salah
satu model tersebut, model Altman Z-score, bobot lima variabel untuk
menghitung skor kebangkrutan. Untuk perusahaan publik modelnya adalah
sebagai berikut :

Z = 0.717 ( X1 ) + 0.847 ( X2 ) + 3.11 ( X3 ) + 0.420 ( X4 ) + 0.998 ( X5 )

di mana
X1 = modal kerja bersih/total aset

X2 = laba ditahan/total aset

X3 = EBIT/total aset

X4 = ekuitas pemegang saham/total kewajiban

X5 = penjualan/total aset

Model memprediksi kebangkrutan ketika Z < 1,20. Kisaran antara 1,20


dan 2,90 diberi label "area abu-abu." Model semacam ini memiliki beberapa
kemampuan untuk memprediksi perusahaan yang gagal dan bertahan.

Altman melaporkan bahwa ketika model itu diterapkan pada sampel


ketidaksepakatan yang mengandung 33 perusahaan yang gagal

21
dan 33 perusahaan yang tidak gagal (proporsi yang sama yang digunakan
untuk memperkirakan model), model tersebut dengan tepat memprediksi hasil
dalam 63 dari 66 kasus. Namun, kinerja model akan menurun secara
substansial jika diterapkan pada sampel ketidaksepakatan di mana proporsi
perusahaan yang gagal dan tidak gagal tidak dipaksa menjadi sama seperti
yang digunakan untuk memperkirakan model.

2.3.2 Peluang Investasi di Perusahaan Tertekan


Sekuritas utang perusahaan dalam kesulitan keuangan diperdagangkan
dengan diskon besar-besaran ke nilai nominal. Beberapa manajer dana
lindung nilai dan penasihat investasi mengkhususkan diri dalam berinvestasi
dalam sekuritas ini—bahkan membeli utang perusahaan yang beroperasi di
bawah perlindungan kebangkrutan. Investor dalam sekuritas ini dapat
memperoleh pengembalian yang menarik jika perusahaan pulih dari kesulitan
arus kasnya (Palepu dkk, 2004).
Investor hutang yang tertekan menilai apakah perusahaan
kemungkinan akan mengatasi masalah arus kas langsung dan apakah
memiliki masa depan jangka panjang yang layak. Dua elemen kerangka kerja
sangat relevan untuk menganalisis peluang-peluang yang tertekan. Yang
pertama adalah analisis menyeluruh dari industri perusahaan dan posisi
kompetitif dan penilaian risiko bisnisnya. Hal ini diikuti oleh penyusunan
prakiraan yang masuk akal tentang arus kas masa depan dan kinerja
pendapatan berdasarkan analisis bisnis (Subramanyam, 2014).

22
BAB III
KESIMPULAN

Analisis kredit adalah evaluasi perusahaan dari perspektif pemegang


atau pemegang potensial utangnya. Analisis kredit penting untuk berbagai
agen ekonomi tidak hanya bankir dan perantara keuangan lainnya, tetapi juga
analis utang publik, perusahaan industri, perusahaan jasa, dan lain-lain.
Pada dasarnya, isu-isu yang terlibat dalam analisis utang publik tidak
berbeda dengan yang terlibat dalam mengevaluasi pinjaman bank atau utang
swasta lainnya. Namun secara kelembagaan, konteksnya berbeda. Investor
dalam utang publik biasanya tidak dekat dengan peminjam dan harus
bergantung pada agen lain, termasuk penilai utang dan analis lain, untuk
menilai kelayakan kredit. Peringkat utang, yang sangat bergantung pada
ukuran perusahaan dan ukuran kinerja keuangan, memiliki pengaruh penting
pada hasil pasar yang harus ditawarkan untuk menerbitkan utang.
Tugas utama dalam analisis kredit adalah penilaian kemungkinan gagal
bayar. Tugasnya kompleks, sulit, dan sampai batas tertentu, subjektif. Sejumlah
kecil rasio keuangan utama dapat membantu memprediksi kesulitan keuangan
dengan akurasi tertentu. Indikator keuangan yang paling penting untuk tujuan
ini adalah profitabilitas, volatilitas keuntungan, dan leverage.

23
DAFTAR PUSTAKA

Caserio, C., Panaro, D., & Trucco, S. (2020). Management discussion and
analysis: a tone analysis on US financial listed companies. Management
Decision, 58(3), 510-525.
Jones, S. (2016). Financial Analysis: Applications to Australian Toll Road
Entities.
Handbook of Transport Strategy, Policy and Institutions, 325-357.
Adedokun, O., Agunsemi, D., Aje, I., Awodele, O., & Dairo, D. (2013).
Evaluation of qualitative risk analysis techniques in selected large
construction companies in Nigeria. Journal of Facilities Management,
12(2), 123 - 135.
Baker, H. K., & Powell, G. E. (2005). Understanding Financial Management A
Practical Guide. Main Street, Malden, USA: Blackwell Publishing Ltd.
Beranek, L. (2011). Risk analysis methodology used by several small and medium
enterprises in the Czech Republic. Information Management &, 42-52.
Fridson, M., & Alvarez, F. (2002). Financial Statement Analysis a Practitioner's
Guide. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Halliday, S., Badenhorst, K., & Solms, R. v. (1996). A business approach to
effective information technology risk analysis and management.
Information Management & Computer Security, 4(1), 19 - 31.
Hannu, J., & Backlund, F. (2002). Can We Make Maintenance Decisions on Risk
Analysis Results. Journal of Quality in Maintenance Engineering, 8(1), 77
- 91.
Palepu, K. G., & Healy, P. M. (2013). Bussiness Analysis and Valuation Using
Financial Statement . South-Western: Cengage Learning.
Palepu, K. G., Victor, L. B., & Paul, M. H. (2004). Bussiness Analisys and
Valuation (3rd ed.). South Western.
Subramanyam, K. R. (2014). Financial statement analysis (3rd ed.). New York:
McGraw-Hill Education.
Yash, F., & Bolat, B. (2018). A risk analysis model for mining accidents using a
fuzzy approach based on fault tree analysis. Journal of Enterprise
Information Management.

24

Anda mungkin juga menyukai