Anda di halaman 1dari 23

Makalah

AUDIT BERBASIS RISIKO

oleh :

Nama : Dediyansyah
NIM : 2018401017
Mata kuliah : Manajemen Resiko

PROGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN PUBLIK


POLITEKNIK ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, penulis masih diberikan kesehatan dan kenikmatan sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah manajemen resiko. Shalawat beriring salam kita
sanjungkan keharibaan Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
teladan bagi kita semua.

Dalam pelaksanaan penulisan makalah, tidak terlepas dari dukungan


berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu terutama sabahan Akuntansi Keuangan Publik
Politeknik Aceh yang telah menyemangati penulis sehingga selesai tugas makalah
ini.

Demikian kata pengantar dari penulis, penulis mengharapkan kritik dan


saran dari pembaca sekalian, semoga makalah yang penulis susun ini dapat
meningkatkan wawasan dan bermanfaat pada masa yang akan datang, Amin
Yarabbal ‘Alamin.

Banda Aceh , 23 Juni 2021

Dediyansyah
NIM: 2018401017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Pengertian Audit Berbasis Risiko......................................................
B. Tujuan Audit Berbasis Risiko ...........................................................
C. Manfaat Audit Berbasis Risiko.......................................................
D. Ruang Lingkup Audit Berbasis Risiko..........................................
E. Peran Audit Berbasis Risiko...........................................................
F. Aspek yang Harus Diperhatikan....................................................
G. Metodologi Audit Berbasis Risiko..................................................
BAB II PENUTUP.....................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 


Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah suatu teknik audit
dimana semua kegiatan audit yang dimulai dari perencanaan audit,
pelaksanaan audit, dan pelaporan hasil audit berbasis pada prioritas risiko
perusahaan yang telah ditetapkan bersama manajemen operasional
dengan melakukan risk assessment.
Risk Based Audit merupakan sebuah metode atau cara yang
digunakan oleh auditor internal dalam melaksanakan tugas auditnya,
sehingga memberikan jaminan bahwa risiko yang ada sudah dikelola oleh
pihak manajemen dengan baik dan memiliki batasan risiko yang tidak
berdampak terhadap tujuan perusahaan. Risk Based Audit sangat penting
dijalankan karena dapat membantu terpenuhinya tanggung jawab
manajemen secara efektif. Risk assessment menyoroti peran internal
auditor dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko bisnis yang
dihadapi perusahaan sehingga diperlukan sikap proaktif dari internal
auditor dalam mengenali risiko – risiko yang dihadapi manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi. Internal auditor dalam hal ini dapat menjadi
mitra manajemen dalam meminimalkan risiko kerugian serta
memaksimalkan peluang yang dimiliki perusahaan. Tujuan dan ruang
lingkup audit serta alokasi sumber daya internal auditor sepenuhnya
didasarkan pada prioritas tingkat risiko bisnis yang dihadapi entitas.
Pada praktiknya, dalam mencapai tujuannya suatu perusahaan
tentu tak luput dari banyak permasalahan. Salah satu masalah yang bisa
terjadi adalah masalah keagenan (agency problem). Masalah keagenan
ini bisa terjadi akibat pemisahan tugas manajemen perusahaan dengan
para pemegang saham. Sebuah perusahaan bisa saja dijalankan oleh
para manajer professional yang memiliki hanya sedikit atau sama sekali
tidak memiliki saham dalam perusahaan tersebut. Karena itu, para
manajer bisa saja membuat keputusan yang sama sekali tidak sesuai
dengan tujuan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham.
Menurut Arijanto (2010:127) dinyatakan: “Suatu kegiatan perusahaan
yang terencana baik dan dan terprogram tentu dapat tercapai dengan
sistem tata kelola yang baik pula.” Karena itu perusahaan perlu untuk
menerapkan Good corporate governance (GCG).
     Good corporate governance adalah seperangkat aturan atau
mekanisme adminsistrasi untuk memuluskan hubungan antarmanajemen,
pemegang saham dan kelompok kepentingan (stakeholders). Persoalan
penting yang menjadi penunjang keberhasilan penerapan prinsip ini,
terletak pada tuntutan menjalankan fungsi-fungsi akuntabilitas, disclosure,
fairness, transparency dan tanggung jawab.
    Berdasarkan survey yang dilakukan oleh McKinsey & Co dalam
Tjager et.al (2002:5) menyatakan bahwa “corporate governance menjadi
perhatian utama para investor menyamai kinerja finansial dan potensi
pertumbuhan khususnya bagi pasar-pasar yang sedang berkembang
(emerging markets)” yang artinya investor cenderung menghindari
perusahaan-perusahaan yang buruk dalam penerapan corporate
governance (tidak ingin berinvestasi pada perusahaan-perusahaan
tersebut). Karena itu dengan adanya keuntungan perusahaan juga tidak
mengalami kesulitan dalam menarik modal dari luar. Dengan menerapkan
tata kelola yang baik akan mengarahkan perusahaan pada kegiatan yang
efektif dan efisien sehingga menghasilkan profit, ditambah dengan
kemudahan dalam memperoleh dana atau modal, secara logis perolehan
laba akan lebih meningkat lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Sebutkan pengertian Good Corporate Governance 
2) Bagaimanakah Prinsip-prinsip Good Corporate Governance 
3) Jelaskan Nilai Corporate Governance Perception Index 
4) Sebutkan Manfaat Good Corporate Governance dan Kaitannya
dengan Kinerja Keuangan Perusahaan

1.3 Tujuan Penulisan


1) Bagi penyusunan makalah ini, kami tim penulis atau kelompok yang
membahas tentang Good Corporate Governance (GCG) , berharap
dalam makalah ini bisa bermanfaat untuk jangka panjang maupun
jangka pendeknya sebagai informasi yang sangat berharga.
2) Untuk mengetahui pengertian Good Corporate Governance 
3) Mengidentifikasi Prinsip-prinsip Good Corporate Governance 
4) Mengetahui Nilai Corporate Governance Perception Index 
5) Untuk Mengetahui lebih detail akan Manfaat Good Corporate
Governance dan Kaitannya dengan Kinerja Keuangan Perusahaan
BAB II
MAKALAH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

2.1 Good Corporate Governance 


    Istilah “corporate governance” pertama kalinya diperkenalkan oleh
Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut
dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report.
Laporan ini dipandang sebagai titik balik yang sangat menentukan bagi
praktik corporate governance di seluruh dunia. Definisi corporate
governance menurut Cadbury Committee dalam Tjager et al (2002 : 27)
adalah: 
    "a set of rules that define the relationship between shareholders,
managers,creditors, the government, employees and other internal and
externalstakeholders in respect to their rights and responsibilities"
(Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan
dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.) 
    OECD (Oganization for Economic Cooperation and Development)
dalam Tjager et al (2003:27-28) mendefinisikan corporate governance
sebagai:
     The structure through which shareholders, directors, managers, set of
the board objective of the company, the means of attaining those
objectives and monitoring performance. (Struktur yang olehnya para
pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan-tujuan
perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuantujuan tersebut dan
mengawasi kinerja.)
     Adapun definisi-definisi lain dari corporate governance, sebagian besar
memiliki arti yang tidak jauh berbeda dari kedua definisi diatas. Kedua
definisi tersebut memiliki cakupan yang umum dan khusus.

Gambar. 2.1 Bagan pihak-pihak dalam Corporate Governance

     Definisi yang dipaparkan oleh Cadbury committee, corporate


governance memiliki perspektif yang lebih luas, dimana tidak hanya
mencakup pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan perusahaan
seperti Manajer, pemegang saham, dan komisaris tetapi juga melibatkan
pihak lainnya seperti karyawan, kreditor, pemerintah bahkan masyarakat
(stakeholders). Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan definisi
corporate governance adalah suatu sistem, aturan/tata cara yang
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan secara
luas (stakeholders) namun terutama antara pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi untuk tujuan bersama.
Pada Gambar 2.1 diperlihatkan keseluruhan pihak-pihak yang
berperan tercakup dalam corporate governance, dimana digambarkan
bahwa dalam perusahaan hubungan antar manajemen, dewan komisaris,
dan pemegang saham adalah yang paling utama diatur namun tidak juga
mengesampingkan pihak-pihak lainnya seperti pemerintah, masyarakat,
kreditor dan lain-lain.

2.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance 

     OECD dalam Tjager et al (2003:57) merumuskan dan


menyusun prinsip-prinsip good corporate governance se-
universal mungkin sehingga dapat dijadikan acuan oleh semua negara
dan disesuaikan dengan sistem hukum, aturan atau nilai yang berlaku di
tiap negara. Kemudian pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini
kementrian BUMN mengeluarkan berbagai keputusan yang mewajibkan
BUMN-BUMN menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance.
Prinsip-prinsip yang dimaksud merupakan penyelarasan dari apa yang di
susun oleh OECD, yaitu:

a) Transparency (keterbukaan), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan


proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
Konsep good corporate governance harus menjamin pengungkapan
yang cukup, akurat dan tepat waktu terhadap seluruh kejadian penting
yang berhubungan dengan perusahaan termasuk didalamnya
mengenai kondisi keuangan, kinerja, struktur kepemilikan dan
pengaturan perusahaan. 
b) Accountability (akuntabilitas), yaitu, kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban setiap pihak dalam organisasi. Realisasi dari
prinsip ini bisa berupa ikutnya perusahaan dalam pemeringkatan yang
dilakukan oleh IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance)
agar mendapat kritik dan masukan yang berarti dalam menerapkan
GCG. 
c) Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi. Prinsip ini berhubungan dengan
kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan hukum yang
berlaku, termasuk juga prinsip-prinsip yang mengatur tentang
penyusunan dan penyampaian laporan keuangan perusahaan. 
d) Fairness (kewajaran), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan pernjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat
melaksanakan prinsip ini diperlukan ketersediaan peraturan yang
melindungi kepentingan para pemegang saham minoritas maupun
asing, membuat pedoman perilaku perusahaan dan atau kebijakan-
kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perlakuan buruk orang
dalam.
e) Independency (kemandirian), yaitu professional tanpa ada kepentingan
dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan dan norma dalam pengelolaannya. Prinsip
kemandirian ini diluar dari prinsip dasar yang dikemukakan oleh
OECD, namun merupakan prinsip tambahan yang dirasa perlu
diterapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang dirumuskan
dalam keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang
penerapan praktik GCG pada BUMN (Tjager et.al 2003:57).

Gambar 2.2 Prinsip-prinsip dasar GCG


2.3 Nilai Corporate Governance Perception Index

    IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance) adalah


salah satu badan yang memberikan perhatian khusus akan pelaksanaan
corporate governance di Indonesia. Sejauh ini IICG telah melakukan
penelitian akan penerapan corporate governance perusahaan-perusahaan
di Indonesia, khususnya perusahaan public yang tercatat di BEJ (Bursa
Efek Jakarta) dan menyusun pemeringkatannya yang disebut dengan
Corporate Governance Perception Index (CGPI). Riset ini dilakukan
bersama Majalah SWA, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN),
serta BEJ. 
   Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal
yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun
dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan.
Dengan demikian, perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder,
karena berpengaruh terhadap aktivitas serta kebijakan yang diambil dan
dilakukan oleh perusahaan. 
    Penelitian yang dilakukan oleh IICG ini, menggunakan kaidah yang
mengacu pada kesepakatan umum yang berlaku di beberapa negara
dengan menggunakan pendekatan Stakeholders Theory yang diuraikan
dalam 9 variabel pengukur, yaitu: Komitmen terhadap tata kelola
perusahaan, tata kelola dewan komisaris, komite-komite fungsional,
dewan direksi, transparansi, perlakuan terhadap pemegang saham, peran
pihak berkepentingan lainnya, integritas, dan independensi. 
   Penilaian awal dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dimana
aspek yang dinilai meliputi komitmen terhadap tata kelola perusahaan,
hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kuni, perlakuan yang setara
terhadap seluruh pemegang saham, peran stakeholders dalam tata kelola
perusahaan, pengungkapan transparansi, serta tanggung jawab dewan
komisaris dan dewan direksi. 
    Tahapan riset berikutnya adalah dengan penyusunan makalah
yang merefleksikan program dan hasil penerapan good corporate
governance sebagai sebuah sistem di perusahaan. Penyusunan makalah
ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan memamparkan upayanya
dalam penerapan good corporate governance pada saat tim penilai
melakukan observasi. 
    Kemudian tahapan akhir merupakan kegiatan peninjauan langsung
ke seluruh perusahaan peserta corporate governance perception index
untuk memastikan bagaimana praktek good corporate governance
sebagai sebuah sistem pengelolaan bisnis di lingkuangan perusahaan
tersebut. 
     Bobot tahapan-tahapan penilaian CGPI (Corporate Governance
Perception Index) tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Self-assesment (bobot 15%) 


   Pada tahap ini perusahaan diminta untuk mengisi kuesioner self-
assesment seputar penerapan konsep corporate governance di
perusahaannya. Tahapan ini melibatkan seluruh organ dan anggota
perusahaan serta para pihak yang berkepentingan lainnya (Stakeholders)
dalam memberikan tanggapan terhadap implementasi GCG di
perusahaan. 

2. Kelengkapan dokumen (bobot 25%) 


    Penelusuran dokumen dan bukti yang mendukung penerapan GCG
dalam perspektif pengetahuan. Kelengkapan dokumen mempersyaratkan
pemenuhan dokumen terkait penerapan GCG dan praktek bisnis yang
beretika serta kelengkapan sistem yang berlaku di perusahaan. 

3. Penyusunan makalah dan presentasi (bobot 12%) 


    Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan
tentang kebijakan dan kegiatan perusahaan terkait GCG dalam perspektif
pengetahuan, dalam bentuk makalah dengan memperhatikan sistematika
penyusunan yang telah ditentukan. 

4. Observasi ke perusahaan (bobot 48%) 


     Pada tahap ini dilakukan klarifikasi dan konfirmasi dan informasi
seputar penilaian melalui diskusi dan kunjungan ke perusahaan. Diskusi
observasi melibatkan dewan komisaris, direksi, dan pimpinan manajerial
perusahaan (Sumber: iicg.org). 
     Skor CGPI diperoleh dengan menjumlahkan nilai bobot dari setiap
tahapan-tahapan diatas. Setelah skor-skor tersebut diproleh, kemudian
pemeringkatan corporate governance perception index dibagi menjadi tiga
kategori berdasarkan tingkatan-tingkatan sebagai berikut: 
a) Sangat terpercaya (85,00-100) 
b) Terpercaya (70,00-84,99) 
c) Cukup terpercaya (55,00-69,00)

2.4 Manfaat Good Corporate Governance dan Kaitannya dengan


Kinerja Keuangan

Perusahaan 
     Berikut adalah teori-teori yang menyebutkan apa tujuan/manfaat dari
pelaksanaan GCG (good corporate governance): 
a) Menurut Bank Dunia (World Bank), good corporate governance dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan agar bekerja secara
efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat
sekitar secara luas (Tangkilisan 2003: 12). 
b) Menurut (Fahmi 2013:72) dinyatakan beberapa manfaat dari
diterapkannya good corporate governance adalah sebagai berikut: 
1) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang didasarkan pada asas keterbukaan,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, kewajaran dan kesetaraan
untuk mendorong fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan. 
2) Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan
anggota direksi membuat keputusan dan menjalankan tindakannya
dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. 
3) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan. 
4) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan
tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. 
5) Meningkatkan daya saing nasional maupun internasional
perusahaan.
     Sedangkan, manfaat diterapkannya good corporate governance
menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) adalah: 
1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan
kepada stakeholders. 
2) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan sehingga dapat
lebih meningkatkan corporate value. 
3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya. 
4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan
dividen. 
    Pada GCG Workshop Kantor Meneg PM BUMN, Desember 1999
Dalam Tangkilisan (2003), dinyatakan bahwa GCG berkaitan dengan
pengambilan keputusan yang efektif, yang bersumber dari budaya
perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur
organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung: 
1) Pengembangan perusahaan 
2) Pengelolaan sumberdaya dan resiko secara lebih efisien dan
efektif 
3) Pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan
stakeholders lainnya. 
   
Jika dilihat dari beberapa uraian diatas tentang manfaat/tujuan
pelaksanaan GCG (good corporate governance), semuanya menekankan
pada pengelolaan yang baik dan efisien demi tercapainya kinerja
perusahaan yang baik. Maka dapat disimpulkan dengan meningkatnya
penerapan good corporate governance pada suatu perusahaan akan
meningkatkan kinerja kinerja keuangan perusahaan tersebut. 
Suatu entitas dibentuk dan diorganisasikan agar dapat
menjalankan tugas dan fungsi dengan cara yang efektif, efisien, dan
senantiasa patuh pada peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan hal tersebut, manajemen suatu entitas diharuskan untuk
mampu merancang, menerapkan, dan mengevaluasi tata kelola,
pengendalian, serta manajemen risiko yang digunakan untuk menjalankan
fungsi – fungsi yang ada untuk mencapai tujuan serta sasaran organisasi.
Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah suatu teknik audit
dimana semua kegiatan audit yang dimulai dari perencanaan audit,
pelaksanaan audit, dan pelaporan hasil audit berbasis pada prioritas risiko
perusahaan yang telah ditetapkan bersama manajemen operasional
dengan melakukan risk assessment.
Risk Based Audit merupakan sebuah metode atau cara yang
digunakan oleh auditor internal dalam melaksanakan tugas auditnya,
sehingga memberikan jaminan bahwa risiko yang ada sudah dikelola oleh
pihak manajemen dengan baik dan memiliki batasan risiko yang tidak
berdampak terhadap tujuan perusahaan. Risk Based Audit sangat penting
dijalankan karena dapat membantu terpenuhinya tanggung jawab
manajemen secara efektif. Risk assessment menyoroti peran internal
auditor dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko bisnis yang
dihadapi perusahaan sehingga diperlukan sikap proaktif dari internal
auditor dalam mengenali risiko – risiko yang dihadapi manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi. Internal auditor dalam hal ini dapat menjadi
mitra manajemen dalam meminimalkan risiko kerugian serta
memaksimalkan peluang yang dimiliki perusahaan. Tujuan dan ruang
lingkup audit serta alokasi sumber daya internal auditor sepenuhnya
didasarkan pada prioritas tingkat risiko bisnis yang dihadapi entitas.
Proses risk assessment mencakup 3 (tiga) konsep penting yaitu
tujuan, risiko, dan control. Tujuan merupakan outcome yang diharapkan
dapat dihasilkan oleh suatu proses atau bisnis. Risiko adalah
kemungkinan suatu kejadian/tindakan akan menggagalkan atau
berpengaruh negatif terhahap kemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan bisnis, sedangkan kontrol merupakan elemen – elemen organisasi
yang mendukung manajemen dan karyawan dalam mencapai tujuan
organisasi.
Sementara audit berbasis risiko sangat penting karena berfungsi
untuk memberikan sebuah keyakinan kepada Dewan Komisaris dan
Direksi bahwa proses pengendalian internal dan manajemen risiko sudah
dilakukan dengan baik sehingga manajemen mampu mengefektifkan
tanggungjawabnya dengan membatasi risiko tersebut. Satuan
Pengawasan Intern (SPI) yang menjalankan sebagai fungsi auditor
internal dalam suatu entitas dapat melakukan review secara periodik tiap
tahun atas risk based internal auditing dikaitkan dengan perencanaan
audit.
Tujuan dari metode audit berbasis risiko ialah mengurangi risiko
perusahaan, mengantisipasi risiko potensial yang dapat merugikan
operasional perusahaan dan melindungi perusahaan dari kejadian yang
tidak terduga dan diantisipasi sebelum kejadian tersebut benar – benar
terjadi.
Pendekatan audit ini merupakan pendekatan yang paling sering
digunakan oleh organisasi. Risk based audit adalah metodologi
pemeriksaan yang dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko
telah dikelola sesuai dengan selera risiko yang telah ditetapkan oleh
manajemen perusahaan. Konsep utama pendekatan risk-based audit ini
adalah: mengurangi risiko audit, meningkatkan efisiensi pelaksanaan
audit, dan memastikan pencapaian sasaran organisasi.
Dalam melakukan Risk-Based Audit terdapat tiga tahapan utama,
yaitu melakukan asesmen terhadap maturitas risiko, membuat
perencanaan audit, dan melaksanakan audit.

1. Assessmen Maturitas Risiko


Dilakukan untuk melihat secara umum sejauh apa manajemen
telah menentukan, melakukan asesmen, memitigasi dan  memonitor
risiko. Dengan adanya asesmen ini, maka kita dapat melihat reliability
atau keandalan dari register risiko yang sudah kita miliki sebagai dasar
perencanaan audit. Hasil dari identifikasi maturitas risiko menjadi dasar
untuk penentuan strategi audit yang akan dilakukan. Apabila level
maturitas risiko organisasi belum sesuai dengan kebutuhan, maka Risk
Based Audit tidak bisa langsung diterapkan secara menyeluruh. Namun
pun demikian adanya Risk Based Audit tetap memberikan manfaat
terhadap organisasi, karena dengan adanya risk based audit, organisasi
mengetahui tingkat maturitas risiko perusahaan. Hal ini dapat menjadi
peluang peningkatan bagi organisasi.

2. Membuat Perencanaan Audit.


Perencanaan audit dilakukan untuk membuat daftar rencana
kegiatan audit yang akan dijalankan dalam rentang waktu yang
ditentukan. Pada saat perencanaan, hal pertama yang harus ditentukan
adalah mengidentifikasi respons dan proses manajemen risiko yang telah
dilakukan organisasi untuk mengelola key risks atau risiko-risiko utama
organisasi tersebut. Jika organisasi memiliki jumlah risiko yang besar,
maka risiko-risiko tersebut dapat dikategorisasikan dan diprioritaskan.
Kategorisasi risiko dapat dilakukan berdasarkan business unit,
fungsi, ataupun sasaran. Prioritasi risiko sendiri dapat dilakukan
berdasarkan
1) level risiko inheren (dengan kata lain, semakin besar risiko, maka
prioritas yang diberikan pun semakin bersar),
2) kontribusi respons untuk mengelola risiko, (artinya apakah respons
yang kita lakukan dapat membuat perbedaan nilai skor risiko
inheren dan risiko residual yang signifikan).

Setelah kita mengkategorisasikan risiko, selanjutnya kita


menghubungkan antara risiko dan perencanaan aktivitas/kegiatan audit
(audit assignments). Salah satu metode yang dilakukan adalah dengan
mengelompokkan risiko-risiko berdasarkan unit bisnis, tujuan, fungsi atau
pun sistem kemudian melakukan audit berdasarkan pengelompokan
tersebut. Untuk setiap aktivitas/kegiatan tersebut, kita juga menentukan
rencana periode audit berdasarkan ketersediaan sumber daya/resource.
Hasil perencanaan audit ini kemudian dikomunikasikan kepada
manajemen dan komite audit.

3. Pelaksanaan audit.
Pelaksanaan audit dilakukan dengan mendiskusian dan
mengobservasi control yang telah diterapkan. Tujuaannya adalah
memastikan bahwa sistem manajemen risiko yang diterapkan telah sesuai
dengan tujuannya. Pada tahapan ini juga dilakukan verifikasi
bukti/evidence untuk memastikan bahwa control risiko telah dijalankan.
Hasil pelaksanaan audit ini harus didokumentasikan. Audit juga
dilakukan untuk mengevaluasi sejauh apa dan bagaimana manajemen
telah mengevaluasi risiko residual. Setelah seluruh aktivitas tersebut
dilakukan, maka hasil audit disimpulkan dan dilaporkan untuk melakukan
CI.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

     Istilah corporate governance pertama kalinya diperkenalkan oleh


Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut
dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report.
Laporan ini dipandang sebagai titik balik yang sangat menentukan bagi
praktik corporate governance di seluruh dunia. Definisi corporate
governance menurut Cadbury Committee dalam Tjager et al (2002 : 27)
adalah: "Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para
pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal
sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka". 
3.2 Saran
     Dengan mempelajari makalah makalah good corporate governance,
Penulis menyarankan agar pembaca bisa memahami lebih lanjut
mengenai corporate governance.

DAFTAR PUSTAKA

Arijanto, Agus 2010. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Rajawali Pers,
Jakarta.
Brealey, Myers, Marcus, 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan, Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fahmi, Irham, 2013. Etika Bisnis Teori, Kasus dan Solusi, Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Kodrat, dan Herdinata, 2009. Manajemen Keuangan Base don Empirical
Research, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. 
Keown, Martin, Petty, Scott JR, 2011. Prinsip dan Penerapan Manajemen
Keuangan, Edisi Kesepuluh, Jilid 1, PT INDEKS, Jakarta.
Tjager, dan Alijoyo, Djemat, Soembodo, 2003. Corporate Governance,
Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT
Prenhallindo, Jakarta. 
Tangkilisan, Hessel Nogi.S, 2003. Mengelola Kredit Berbasis Good
Corporate Governance, Penerbit Balairung & Co, Yogyakarta.
Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi 3, Jilid 1,
Bayumedia Publishing, Malang.

Anda mungkin juga menyukai