AUDIT DI PERUSAHAAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Audit
Disusun Oleh :
S1 AKUNTANSI
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia – Nya penulisan
makalah ini dapat selesai tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafa’atnya di
hari akhir nanti.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Seminar
Audit yang berjudul : Peranan Good Corporate Governance (GCG) dan Komite
Audit Di Perusahaan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen
Seminar Audit Ibu Dr. Gusmiarni SE, M.Ak yang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dan memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini, semoga tulisan
ini bermanfaat untuk para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hubungan antara manajemen perusahaan dan auditor. Hal tersebut menunjukan
bahwa Komite Audit memiliki peranan penting dalam mengawasi berbagai aspek
organisasi. Eksistensi komite ini terkait erat dengan penegakan GCG dan menjadi
tolak ukur, apakah perusahaan yang bersangkutan telah melaksanakan GCG atau
belum.
2
1. Mengetahui pengertian konsep peranan, komite audit dan Good Corporate
Governance.
2. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab serta pedoman kerja komite
audit di perusahaan.
3. Mampu memahami keuntungan Good Corporate Governance untuk
perusahaan serta prinsip – prinsip dari Good Corporate Governance.
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai sumber informasi dan
ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca dalam memahani Peran Good
Corporate Governance (GCG) Dan Komite Audit Di Perusahaan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang berubah dan semakin dinamis
serta adanya perkembangan kepentingan stakeholders atas perusahaan.
5
Prinsip – prinsip GCG yang dimaksud dalam Peraturan ini, meliputi :
6
Komisaris yang bukan termasuk manajemen perusahaan (tidak terlibat dalam
menjalankan operasi perusahaan. Dalam ha untuk kepentingan Dewan Komisaris,
pembentukan Komite Audit kelihatannya berarti suatu penambahan atau
peningkatan penugasan dalam arti :
Jenis tugas dan tanggung jawab Komite Audit yang ditetapkan oleh sebuah
perusahaan yang satu dengan yang lain tidak pernah sama persis dengan
perusahaan lain. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan skala, jenis
7
usaha, lokasi perusahaan dan kebutuhan perusahaan. Walaupun demikian,
tugas dan tanggung jawab Komite Audit tidak boleh menyimpang dati tugas
dan tanggung jawaban Board of Directors.
Tugas dan tanggung jawab Komite Audit telah diatur dalam berbagai surat
keputusan, antara lain :
8
mengidentifikasikan hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan
melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan ugas Dewan Komisaris,
meliputi :
a) Melakukan penelahaan atas inforemasi keuangan yang dikeluarkan
perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi
keuangan lainnya.
b) Melakukaan penelahaan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang – undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan
perundang - undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.
c) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor
internal.
d) Melaporkan kepada Komisaris berbagai resiko yang dihadapi
perusahaan dan pelaksanaan manajemen resiko oleh Direksi.
e) Melakukan Penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atau Perusahaan Publik.
f) Menjaga kerahaasiaan dokumen, data dan atau informasi perusahaan.
g) Membuat pedoman kerja Komite Audit.
9
Secara umum, komite audit bertanggung jawab membantu dewan
pengurus dan para direktur secara individual dalam menerapkan prinsip
Good Corporate Governance. Bantuan komite audit diperlukan dalam
pelaksanaan tugas seperti pengendalian intern, kebijaksanaan akunting,
manajemen resiko, kepatuhan terhadap hokum yang berlaku, kepatuhan
terhadap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan serta
pengungkapan laporan keuangan secara trasnparan dan akurat.
10
a) Maksud dan tujuan secara keseluruhan.
b) Ukuran organisasi, keseringan dan waktu pertemuan.
c) Peranan dan tanggung jawab.
d) Hubungan dengan manajemen, auditor internal dan ekternal.
e) Tanggung jawab pelaporan.
f) Wewenang untuk melakukan investagi khusus.
11
Masalah ini menyangkut dua hal yaitu, masalah Corporate Governance
dan pengendalian intern, karena masalah Good Corporate Governance
menekankan hubungan pada berbagai pihak terutama pada tingkatan strategic,
sedangkan kasus terjadinya pembobolan merupakan indikasi adanya
pengendalian intern yang lemah. Sebenarnya komite audit dapat mengurangi
praktik manajemen laba dalam suatu perusahaan, dengan demikian secara
tidak langsung dapat menciptakan kondisi Good Corporate Governance yang
efektif.
Komite audit juga harus orang yang kompeten dan memiliki kinerja yang
berkualitas maka harus memiliki latar belakang akuntansi dan pengalaman
dibidang audit sehingga memiliki pemahaman tentang isu terkini dan
permasalahan dibidang akuntansi. Dengan demikian Corporate Governance
dan pengendalian intern adalah dua hal yang berbeda tetapi mempunyai
12
hubungan yang berkaitan dalam upaya mewujudkan Good Corporate
Governance. Selain itu pihak yang terlibat pun berbeda apabila pengendalian
intern lebih berfokus pada tugas dari auditor intern, sedangkan penerapan
Good Corporate Governance lebih ke strategi yaitu tugas komite audit, tetapi
kedua pihak ini harus saling bekerja sama.
Pada Agustus 2010 lalu, salah satu pemegang saham Katarina, PT Media
Intertel Graha (MIG), dan Forum komunikasi Pekerja Katarina (FKPK)
melaporkan telah terjadi penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh
manajemen RINA. Dana yang sedianya akan digunakan untuk membeli peralatan,
modal kerja, serta menambah kantorcabang, tidak digunakan sebagaimana
mestinya. Hingga saat ini manajemen perseroan belum melakukan realisasi
sebagaimana mestinya. Dari dana hasil IPO sebesar Rp 33,66 miliar, yang
direalisasikan oleh manajemen ke dalam rencana kerja perseroan hanya sebesar
Rp 4,62 miliar, sehingga kemungkinan terbesar adalah terjadi penyelewengan
dana publik sebesar Rp 29,04 miliar untuk kepentingan pribadi. Selain itu,
Katarina diduga telah memanipulasi laporan keuangan audit tahun 2009 dengan
memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan.
Bahkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memutus aliran listrik ke kantor
cabang RINA di Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar
13
tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan.
Akhirnya Cabang Di Medan ditutup secara sepihak tanpa meyelesaikan hak hak
karyawannya. Bahkan selama ini manajemen tidak menyampaikan secara utuh
dana jamsostek yang dipotong dari gaji karyawan, ada juga karyawan yang tidak
mengikuti jamsostek tetapi gajinya juga ikut dipotong. Bursa menghentikan
perdagangan saham RINA sejak awal September 2010. BEI kemudian
melimpahkan kasus ini kepada Bapepam-LK untuk ditindaklanjuti.
1. Keadilan/Kewajaran (Fairness)
PT Katarina Utama tidak memperlakukan secara adil para pemangku
kepentingan baik primer maupun sekunder, investor tidak diperlakukan
secara adil dan tidak ada keadilan pula bagi karyawan salah satu contoh
yang sangat jelas yaitu pada pemotongan gaji untuk asuransi jamsostek
para karyawan, para karyawan yang tidak mengikuti asuransi jamsostek
gajinya tetap ikut dipotong tanpa alasan yang jelas. Selain itu cabang
RINA di Medan telah melakukan penutupan secara sepihak tanpa
menyelesaikan hak hak para karyawan dengan tidak membayar gaji sesuai
dengan pengorbanan yang telah mereka berikan kepada PT Katarina
Utama, terbukti bahwa manajemen RINA melanggar prinsip Keadilan.
2. Prinsip Transparansi (Keterbukaan)
PT Katarina Utama tidak menyampaikan informasi dengan benar, seperti
yang telah disampaikan diatas Manajemen RINA telah memasukkan
sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan, sehingga
informasi yang diterima oleh para pemangku kepentingan menjadi tidak
akurat yang mengakibatkan para pemangku kepentingan seperti investor
menjadi salah mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa PT
Katarina Utama telah melanggar prinsip Transparansi (Keterbukaan)
dalam penyampaian informasi.
3. Prinsip Akuntabilitas
Telah terbukti bahwa Katarina Utama tidak merealisasikan dana hasil IPO
sesuai dengan prospektus perseroan dan melakukan penyelewengan dana
untuk kepentingan pribadi direktur, sehingga terjadi ketidak efektifan
kinerja perseroan. Laporan Keuangan yang dihasilkannya pun menjadi
tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. Hal ini jelas menjadi bukti bahwa
PT Katarina Utama gagal dalam menerapkan prinsip akuntabilitas.
4. Prinsip Responsibilitas (Tanggung Jawab)
PT Katarina Utama Jelas sangat melanggar prinsip Responsibilitas dengan
melakukan penyelewengan dana milik investor publik hasil IPO sebesar
14
Rp 29,04 miliar, Manajemen RINA juga tidak meyelesaikan kewajibannya
kepada karyawan dengan membayar gaji mereka, selain itu RINA tidak
membayar tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3
bulan berjalan. Berdasarkan informasi yang dihimpun Seputar Indonesia
(SI), sebagian besar direksi dan pemangku kepentingan perseroan
dikabarkan telah melarikan diri ke luar negeri. Hal ini jelas
menggambarkan bahwa RINA melanggar Prinsip Responsibilitas.
5. Prinsip Kemandirian
Dengan adanya penyelewengan dana hasil IPO membuat perseroan
menjadi tidak efektif dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, tidak
mampu membayar gaji karyawan, dan tidak mampu membayar tunggakan
listrik PLN sehingga menyebabkan ditutupnya cabang PT Katarina Utama
di Medan. Hal ini lah yang menyebabkan PT Katarina Utama tidak dapat
melaksanakan prinsip kemandirian.
15
Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan
yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kesetaraan dan kewajaran.
Mendorong pemberdayaan fungsi dan menadirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komosaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang
Saham.
Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota
Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya
dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuahn terhadap peraturan
perundang-undangan.
Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab social perusahaan
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan.
Mengoptimalkan niali perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperjatikan pemangku kepentingan lainnya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keberadaan komite audit pada saat ini telah menjadi aspek dalam
kriteria penilaian dalam hal pelaksanaan GCG. Dan juga kehadirannya
memberikan respon positif dari berbagai pihak antara lain, pemerintah,
BAPEPAM, Bursa Efek, investor, profesi akuntan dan lain lain, Untuk
menciptakan GCG dibutuhkan peran dari Komite Audit.
Pengimplementasian tugas dari Komite Audit yang dilakukan sesuai
dengan system yang ada dan sesuai dengan prinsip GCG yang telah di atur
dalam undang – undangan.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam materi ini. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
18