Anda di halaman 1dari 21

PERANAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN KOMITE

AUDIT DI PERUSAHAAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Audit

Dosen Pengampu : Dr. Gusmiarni SE, M.Ak

Disusun Oleh :

Prilla Legina Pratiwi (2017.1.11.35.0027)

S1 AKUNTANSI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia – Nya penulisan
makalah ini dapat selesai tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafa’atnya di
hari akhir nanti.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Seminar
Audit yang berjudul : Peranan Good Corporate Governance (GCG) dan Komite
Audit Di Perusahaan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen
Seminar Audit Ibu Dr. Gusmiarni SE, M.Ak yang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis masih merasa banyak kekurangan


baik pada teknis penulisan, tata bahasa maupun materi yang disajikan., mengingat
kemampuan yang penulis miliki dan waktu yang memadai. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya teman – teman.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dan memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini, semoga tulisan
ini bermanfaat untuk para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 13 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 2

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….... 2

1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………………….. 3

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Peranan … ……………………………………………….... 4

2.2 Definisi Good Corporate Governance ..………………………….... 4

2.3 Keuntungan Good Corporate Governance Untuk Perusahaan …….. 5

2.4 Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance …………………… 5

2.5 Definisi Komite Audit …...…………………………………….…... 6

2.6 Tugas Dan Tanggung Jawab Komite Audit ...……………………... 7

2.7 Pedoman Kerja Komite Audit …………………………………….. 10

2.8 Peranan Komite Audit Dalam Mengimplementasikan Good Corporate


Governance Di Perusahaan …………………………………..….. 11

2.9 Contoh Kasus ………………………………………………….….. 13

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 17

3.2 Saran ………………………………………………………………. 17

Daftar Pustaka ………………………………………………………………... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan Good Corporate Governance saat ini telah menggema dimana


– mana. Salah satu bentuk dari Good Corporate Governance adalah perusahaan
harus membentuk Komite Audit yang mana bertugas untuk memberikan pendapat
professional yang independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal
yang akan disampaikan Direksi. Dengan terbentuknya Komite Audit pada
perusahaan di banyak negara merupakan ciri dengan Corporate Governance yang
baik. Keberadaan Komite ini merupakan persyaratan untuk listed di NYSE (New
York Stock Exchange) yang dipublikasi akhir tahun 1970 dan menjadi ketentuan
hokum di Kanada sejak pertengahan tahun 1970.

Dalam pelaksanaannya saat ini GCG menemui banyak kendala,


diantaranya adalah masalah penyimpangan yang banyak terjadi. Penyimpangan
yang terjadi seperti penyelewengan terutama dalam hal pengelolaan keuangan.
Hal ini terjadi karena tidak adanya control dalam perusahaan yang dilakukan
secara efektif. Dalam hal ini perlu adanya penerapan Sistem Pengendalian Intern
(SPI). Suatu perusahaan dengan SPI yang baik dapat meminimalkan
penyimpangan. Pihak yang berperan dalam penegakan SPI ini yaitu internal
auditor. Internal auditor bertugas tidak hanya mencakup audit keuangan saja,
tetapi audit ketaatan dan operasional perusahaan dengan tujuan agar perusahaan
berjalan secara efektif. Perusahaan yang sudah besar (go public) tentunya
memburuhkan profesi internal auditor dalam perusahaannya.

Adanya Komite Audit disebabkan karena adanya kegagalan perusahaan


dan praktek yang salah oleh perusahaan yang tidak diharapkan sebelumnya.
Menurut (Mustoffa, 2016) Komite Audit juga berperan dalam mengurangi adanya
penyimpangan – penyimpangan dalam perusahaan. Perannya adalah mendeteksi
adanya beberapa kekeliruan dalam proses pelaporan keuangan dan memonitor

1
hubungan antara manajemen perusahaan dan auditor. Hal tersebut menunjukan
bahwa Komite Audit memiliki peranan penting dalam mengawasi berbagai aspek
organisasi. Eksistensi komite ini terkait erat dengan penegakan GCG dan menjadi
tolak ukur, apakah perusahaan yang bersangkutan telah melaksanakan GCG atau
belum.

Peran penting komite audit untuk menciptakan GCG, membuat adanya


tuntutan untuk mempertahankan independensi komite audit dalam rangka
menjalankan fungsi pengawasan. Komite audit harus independensi yaitu tidak
dapat dipengaruhi oleh pihak lain dalam menjalakan peran pengawasan. Hal ini
dibutuhkan agar temuan dalam tindak pengawasan yang dilakukan bersifat
objektif (dalam kondisi sebenarnya). Komite audit yang independen akan berlaku
adil kepada setiap pihak yang berkaitan dengan perusahaan. Peran komite audit
dalam Good Corporate Governance tersebut mendatangkan tuntutan untuk
memasukan komite audit sebagai bagian dari pengembangan usaha.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsep peranan?


2. Apa yang dimaksud dengan Good Corporate Governance ?
3. Apa keuntungan dari Good Corporate Governance untuk perusahaan?
4. Jelaskan prinsip – prinsip Good Corporate Governance ?
5. Apa yang dimaksud dengan komite audit?
6. Bagaimana tugas dan tanggung jawab komite audit di perusahaan?
7. Bagaimana pedoman kerja komite audit di perusahaan?
8. Berikan contoh kasus yang berkaitan dengan Good Corporate Governance
?

1.3 Tujuan Penulisan

2
1. Mengetahui pengertian konsep peranan, komite audit dan Good Corporate
Governance.
2. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab serta pedoman kerja komite
audit di perusahaan.
3. Mampu memahami keuntungan Good Corporate Governance untuk
perusahaan serta prinsip – prinsip dari Good Corporate Governance.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai sumber informasi dan
ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca dalam memahani Peran Good
Corporate Governance (GCG) Dan Komite Audit Di Perusahaan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Peranan

Peranan merupakan fungsi dan karakteristik dalam peran dan


kedudukannya di perusahaan. Peran tersebut direalisasikan oleh komite audit
dengan memberikan kontribusi berupa saran dan rekomendasi kepada manajemen
dalam mengelola perusahaan.

2.2 Definisi Good Corporate Governance

Menurut Forum Corporate Governance Indonesia (2006) dalam penelitian


(Mustoffa, 2016), Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnnya yang sehubung dengan hak dan kewajiban mereka, atau suatu system
yang mengarahkan dan mengontrol perusahaan.

Good Corporate Governance (GCG) menurut (Agusyana, 2018) GCG


atau Tata Kelola Perusahaan Yang Baik adalah unsur utama yang
dipertimbangkan oleh investor saat ia memilih sekian banyak perusahaan untuk
berinvestasi. Hal ini dikarenakan sebuah perusahaan yang memiliki tata kelola
perusahaan yang baik dipimpin oleh para eksekutif yang jujur dan berpengalaman
dan memiliki kemampuan organisasi yang mumpuni. Sehingga menumbuhkan
keyakinan dihati para investor untuk memilih perusahaan tersebut sebagai tempat
menanamkan modalnya.

Good Corporate Governance (GCG) adalah sebuah mekanisme


pengelolaan perusahaan untuk memastikan bahwa tindakan manajemen akan
selalu diarahkan pada peningkatan nilai perusahaan. GCG juga merupakan system
yang mengatur bagaimana suatu organisasi korporasi dikendalikan, diarahkan, dan
diminta pertanggungjawaban kepada pemegang sahan dan stakeholder lainnya.
Konsep GCG semakin berkembang dalam upaya memenuhi kebutuhan

4
perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang berubah dan semakin dinamis
serta adanya perkembangan kepentingan stakeholders atas perusahaan.

2.3 Keuntungan Good Corporate Governance Untuk Perusahaan

Pedoman umum GCG Indonesia tahun 2006 menjadi acuan bagi


perusahaan umum untuk melaksanakan GCG. Secara umum, terdapat sejumlah
keuntungan dari pelaksanaan GCG di perusahaan yaitu :

a) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan


yang didasarkan pada 5 asas Good Corporate Governance.
b) Membuat organ perusahaan yang terdiri dari dewan komisaris, direksi dan
rapat umum pemegang saham dapat berfungsi secara berdaya, optimal dan
mandiri.
c) Mempertinggi nilai moral di dalam perusahaan karena dapat mendorong
pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya, karena terdapat
kewajiban untuk patuh terhadap perundang – undangan.
d) Menumbuhkan dan mendorong munculnya kesadaran dan tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap masyarakat.
e) Mendorong upaya menjaga kelestarian lingkungan terutama di sekitar
lokasi opersional perusahaan.
f) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
g) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional dan internasional,
sehinhgga meningkatkan kepercyaan pasar yang dapat meningkatkan
kesempatan masuknya arus investasi.

2.4 Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance

Menurut Keputusan Menteri BUMN No.117/M/MBU/2002, mengenai


prinsip – prinsip Good Corporate Governance tanggal 1 Agustus 2002 yang telah
diperbaaharui dalam PER-09/MBU/2012, Pasal 3 menyebutkan bahwa :

5
Prinsip – prinsip GCG yang dimaksud dalam Peraturan ini, meliputi :

1. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan


proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability) yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (Responbility) yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan dan prinsip –
prinsip koporasi yang sehat.
4. Kemandirian (Independency) yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara professional tanpa adanya benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan perundang –
undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (Fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak – hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang – undangan.

2.5 Definisi Komite Audit

Komite audit sangat berguna dalam suatu perusahaan yaitu untuk


menangani masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga
dimungkinkan permasalahan – permasalahan yang signifikan atau penting dapat
segera teratasi. Menurut Toha (2004) dalam (Chrisdianto, 2013) menyatakan
bahwa komitre audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
perusahaan tercatat, yang anggotanya diangkat atau diberhentikan oleh dewan
komisaris perusahaan tercatat guna melakukan pemeriksanaan atau penelitian
yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan
perusahaan tercatat.

Untuk mempertahankan indenpendensi dan kebebasan dalam


melaksanakan tugasnya, anggota Komite Audit hanya terdiri dari anggota Dewan

6
Komisaris yang bukan termasuk manajemen perusahaan (tidak terlibat dalam
menjalankan operasi perusahaan. Dalam ha untuk kepentingan Dewan Komisaris,
pembentukan Komite Audit kelihatannya berarti suatu penambahan atau
peningkatan penugasan dalam arti :

a) Aktif dalam mekanisme pemeriksaan, baik pemeriksaan yang dilakukan


oleh eksternal auditor maupun yang dilaksanakan oleh internal auditor.
b) Aktif dalam mengadakan penelaahan terhadap kebijakan akuntansi yang
dilakukan oleh perusahaan khususnya mengenai laporan keuangan.

Menurut Hiro Tugiman (1997:7) dalam (Goleman et al., 2019), menyatakan


bahwa keuntungan yang dapat dicapai dengan terbentuknya suatu Komite Audit
antara lain :

a) Penggabungan keahlian khusus yang dimiliki para anggota Komite Audit


yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas atau masalah tertentu.
b) Dapat memfokuskan diri secara intensif pada pokok permasalahan,
sehingga masalah dapat diselesaikan dalam periode yang relative lebih
singkat.
c) Sejalan dengan poin b, maka keputusan dapat diambil akan lebih cepat.
d) Masalah – masalah yang berlanjut untuk periode waktu yang lama dapat
terus diawasi.
e) Dapat menimbulkan perasaan terlibat dan partisipasi yang tinggi dalam
diri anggota Komite Audit, karena mereka membagi tanggung jawab yang
sama atas penyelesaian masalah.
f) Anggota dapat mengembangkan keterampilan secara bersama – sama.

2.6 Tugas Dan Tanggung Jawab Komite Audit

2.6.1 Tugas Komite Audit

Jenis tugas dan tanggung jawab Komite Audit yang ditetapkan oleh sebuah
perusahaan yang satu dengan yang lain tidak pernah sama persis dengan
perusahaan lain. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan skala, jenis

7
usaha, lokasi perusahaan dan kebutuhan perusahaan. Walaupun demikian,
tugas dan tanggung jawab Komite Audit tidak boleh menyimpang dati tugas
dan tanggung jawaban Board of Directors.

Tugas dan tanggung jawab Komite Audit telah diatur dalam berbagai surat
keputusan, antara lain :

a) Surat Keputusan M-P.BUMN Nomor : KEP-133/M-P.BUMN/1999


tanggal 8 Maret 1999 pasar 3 ayat 1, tugas dari Komite Audit adalah :
Dalam membantu Komisaris, Komite Audit bertugas :
a) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh
Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal sehingga dapat
dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standard,
b) Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan system
pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya,
c) Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan
terhadap informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur,
laporan keuangan berkala, proyeksi dan informasi keuangan yang
disampaikan kepada pemegang saham.
d) Mengidentifikasi hal yang memerlukan perhatian Komisaris.
e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris sepanjang
masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris berdasarkan
ketentuan perundang – undangan yang berlaku.
b) Surat Keputusan M-P.BUMN Nomor : KEP-117/M-P.BUMN/2002
tanggal 1 Agustus 2002 pasal 14 ayat 5, tugas komite audit adalah :
Komite Audit bertugas membantu Komisaris atau Dewan Pengawas dalam
memastikan efektifitas system pengendalian intern dan efektivitas
pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal.
c) Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : KEP-41/PM/2003
tanggal 22 Desember 2003, tugas dan tanggung jawab Komite Audit
adalah : untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap
laporan atau hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris,

8
mengidentifikasikan hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan
melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan ugas Dewan Komisaris,
meliputi :
a) Melakukan penelahaan atas inforemasi keuangan yang dikeluarkan
perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi
keuangan lainnya.
b) Melakukaan penelahaan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang – undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan
perundang - undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.
c) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor
internal.
d) Melaporkan kepada Komisaris berbagai resiko yang dihadapi
perusahaan dan pelaksanaan manajemen resiko oleh Direksi.
e) Melakukan Penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atau Perusahaan Publik.
f) Menjaga kerahaasiaan dokumen, data dan atau informasi perusahaan.
g) Membuat pedoman kerja Komite Audit.

2.6.2 Tanggung Jawab Komite Audit

Komite audit dibentuk oleh dan tanggung jawab kepada Dewan


Komisaris. Biasanya Komite Audit diangkat untuk jangka waktu satu
tahun dan dapat diperpanjang pada akhir masa jabatan. Peraturan dalam
pasar modal dibanyak negara juga mewajibkan perusahaan public
mencantumkan bab mengenai corporate governance dalam laporan
tahunan mereka yang bersangkutan dengan Komite Audit, termasuk :

a) Nama dan kualifikasi anggota Komite Audit mereka.


b) Tanggung jawab dan tugas komite
c) Jumlah pertemuan yang telah diselenggarakan komite tersebut
selama tahun yang bersangkutan.

9
Secara umum, komite audit bertanggung jawab membantu dewan
pengurus dan para direktur secara individual dalam menerapkan prinsip
Good Corporate Governance. Bantuan komite audit diperlukan dalam
pelaksanaan tugas seperti pengendalian intern, kebijaksanaan akunting,
manajemen resiko, kepatuhan terhadap hokum yang berlaku, kepatuhan
terhadap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan serta
pengungkapan laporan keuangan secara trasnparan dan akurat.

Henry Bosch seorang ekonom senior dari Australia menyatakan


tanggung jawab inti Komite Audit adalah meniliti kebenaran dan
kewajaran laporan keuangan. Dengan demikian para anggota Dewan
Pengurus percaya laporan keuangan tersebut akurat dan disusum sesuai
dengan kebijakan keuangan yang berlaku. Komite audit juga berkewajiban
menaruh perhatian khusus terhadap transaksi bisnis dengan jumlah nilai
ekstra tinggi dan transasksi bisnis tidak wajar yang dilakukan perusahaan.
Mereka juga wajib menaruh perhatian khusus terhadap pos – pos laporan
keuangan yang secara potensial sensitive, seperti cadangan piutang ragu –
ragu dengan jumlah besar.

Mereka berkewajiban meyakinkan pengurus bahwa pos – pos


laporan keuangan tersebut telah diteliti dengan cermat. Komite audit juga
wajib meyakinkan pengurus bahawa perusahaan mereka mampu melunasi
utang – utangnya pada saat jatuh tempo. Hal penting yang perlu diingat
oleh anggota pengurus adalah tugas komite audit hanya membantuk
mereka melaksanakan tugas secara lebih efektif. Dan tidak bertanggung
jawab atas hasil pelaksanaan tugas pengurus. Tanggung jawab atas hasil
tugas pengurus tetap berada di puncak kepala pengurus dan Direktur.

2.7 Pedoman Kerja Komite Audit (Audit Committee Charter)

Pedoman kerja komite audit merupakan misi, wewenang, kewajiban dan


tanggung jawab fungsi Komita Audit. Pedoman ini tentu harus mendapat
persetujuan dari Dewan Komisaris. Pedoman ini biasanya mendefinisikan :

10
a) Maksud dan tujuan secara keseluruhan.
b) Ukuran organisasi, keseringan dan waktu pertemuan.
c) Peranan dan tanggung jawab.
d) Hubungan dengan manajemen, auditor internal dan ekternal.
e) Tanggung jawab pelaporan.
f) Wewenang untuk melakukan investagi khusus.

2.8 Peranan Komite Audit Dalam Mengimplementasikan Good Corporate


Governance Di Perusahaan

Salah satu syarat pengimplementasian Good Corporate Governance di


perusahaan yaitu dengan keberadaan komite audit di dalam organisasi
perusahaan. Komite audit adalah suatu keharusan bagi BUMN yang termasuk
dalam kriteria sebagai berikut (Mustoffa, 2016) :

a) Mempunyai kegiatan usaha di bidang asuransi dan jasa keuangan lainnya.


b) Yang menjadi PT Terbuka
c) Yang berada dalam persiapan privatisasi
d) Yang asetnya bernilai sekurang – kurangnya Rp. 1.000.000.000.000,- (satu
triliun rupiah).

Manfaat apabila perusahaan menerapkan Good Corporate Governance


yaitu perusahaan akan semakin tertata rapid an kinerja perusahaan akan
semakin meningkat, sehingga perusahaan akan dapat memaksimalkan laba dan
dengan menerapkan Good Corporate Governance diharapkan
penyalahgunaan wewenang dapat berkurang. Permasalahan yang sering
dialami perusahaan yang telah menerapkan Good Corporate Governance
secara baik, tetapi perusahaan masih mengalami pembobolan yang dilakukan
oleh pihak luar yang bekerja sama dengan pihak dalam perusahaan. Hal ini
yang menjadi masalah dalam membangun Komite Audit yang efektif.

11
Masalah ini menyangkut dua hal yaitu, masalah Corporate Governance
dan pengendalian intern, karena masalah Good Corporate Governance
menekankan hubungan pada berbagai pihak terutama pada tingkatan strategic,
sedangkan kasus terjadinya pembobolan merupakan indikasi adanya
pengendalian intern yang lemah. Sebenarnya komite audit dapat mengurangi
praktik manajemen laba dalam suatu perusahaan, dengan demikian secara
tidak langsung dapat menciptakan kondisi Good Corporate Governance yang
efektif.

Pada dasarnya pembentukan komite audit dapat diharapkan membantu


Dewan Komisaris dalam memperoleh informasi mengenai kondisi perusahaan
dan bertanggung jawab membantu auditor internal maupun eksternal dalam
mempertahankan independensinya dari manajemen perusahaan. Peran komite
dalam perusahaan yaitu menghubungkan kepentingan para komisaris dan
pemegang saham dengan kondisi perusahaan. Karena komite audit merupakan
suatu badan yang berada di bawah Dewan Komisaris dan merupakan
kepanjangtanganan Dewan Komisaris dalam mengawasi jalannya perusahaan.
Eksistensi dan peran komite audit dalam perusahaan dapat memberikan nilai
tambah bagi perusahaan khususnya dalam rangka pengimplementasian Good
Corporate Governance. Untuk mewujudkan hal ini perlu adanya pembenahan
dalam perusahaan, yaitu dengan menguatkan dan menegakkan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) dalam perusahaan sehingga penyimpangan dapat
diminimalkan, dan ini merupakan tugas dari profesi internal audit. Komite
audit perlu menelaah hasil pekerjaan dari internal auditor, komite audit juga
dapat mempengaruhi dan membantu pihak menajemen dalam penunjukan
auditor dari kantor akuntan public.

Komite audit juga harus orang yang kompeten dan memiliki kinerja yang
berkualitas maka harus memiliki latar belakang akuntansi dan pengalaman
dibidang audit sehingga memiliki pemahaman tentang isu terkini dan
permasalahan dibidang akuntansi. Dengan demikian Corporate Governance
dan pengendalian intern adalah dua hal yang berbeda tetapi mempunyai

12
hubungan yang berkaitan dalam upaya mewujudkan Good Corporate
Governance. Selain itu pihak yang terlibat pun berbeda apabila pengendalian
intern lebih berfokus pada tugas dari auditor intern, sedangkan penerapan
Good Corporate Governance lebih ke strategi yaitu tugas komite audit, tetapi
kedua pihak ini harus saling bekerja sama.

2.8 Contoh Kasus

Kasus Pelanggaran Good Corporate Governance oleh PT. Katarina Utama


Tbk. berkaitan dengan pasar modal di Indonesia

PT Katarina Utama Tbk (RINA) merupakan perusahaan yang bergerak


dalam bidang jasa pemasangan, pengujian dan uji kelayakan produk dan peralatan
telekomunikasi. Direktur Utama RINA adalah Fazli bin Zainal Abidin. RINA
tercatat di BEI sejak 14 Juli 2009. Belum lama ini RINA menggelar penawaran
saham perdana kepada publik dengan melepas 210 juta saham atau 25,93% dari
total saham, dengan harga penawaran Rp 160,- per lembar saham. Dari hasil IPO,
didapatkan dana segar sebesar Rp 33,66 miliar. Rencananya seperti terungkap
dalam prospektus perseroan, 54,05% dana hasil IPO akan digunakan untuk
kebutuhan modal kerja dan 36,04% dana IPO akan direalisasikan untuk membeli
berbagai peralatan proyek.

Pada Agustus 2010 lalu, salah satu pemegang saham Katarina, PT Media
Intertel Graha (MIG), dan Forum komunikasi Pekerja Katarina (FKPK)
melaporkan telah terjadi penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh
manajemen RINA. Dana yang sedianya akan digunakan untuk membeli peralatan,
modal kerja, serta menambah kantorcabang, tidak digunakan sebagaimana
mestinya. Hingga saat ini manajemen perseroan belum melakukan realisasi
sebagaimana mestinya. Dari dana hasil IPO sebesar Rp 33,66 miliar, yang
direalisasikan oleh manajemen ke dalam rencana kerja perseroan hanya sebesar
Rp 4,62 miliar, sehingga kemungkinan terbesar adalah terjadi penyelewengan
dana publik sebesar Rp 29,04 miliar untuk kepentingan pribadi. Selain itu,
Katarina diduga telah memanipulasi laporan keuangan audit tahun 2009 dengan
memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan.
Bahkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memutus aliran listrik ke kantor
cabang RINA di Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar

13
tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan.
Akhirnya Cabang Di Medan ditutup secara sepihak tanpa meyelesaikan hak hak
karyawannya. Bahkan selama ini manajemen tidak menyampaikan secara utuh
dana jamsostek yang dipotong dari gaji karyawan, ada juga karyawan yang tidak
mengikuti jamsostek tetapi gajinya juga ikut dipotong. Bursa menghentikan
perdagangan saham RINA sejak awal September 2010. BEI kemudian
melimpahkan kasus ini kepada Bapepam-LK untuk ditindaklanjuti.

Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip GCG:

1. Keadilan/Kewajaran (Fairness)
PT Katarina Utama tidak memperlakukan secara adil para pemangku
kepentingan baik primer maupun sekunder, investor tidak diperlakukan
secara adil dan tidak ada keadilan pula bagi karyawan salah satu contoh
yang sangat jelas yaitu pada pemotongan gaji untuk asuransi jamsostek
para karyawan, para karyawan yang tidak mengikuti  asuransi jamsostek
gajinya tetap ikut dipotong tanpa alasan yang jelas. Selain itu cabang
RINA di Medan telah melakukan penutupan secara sepihak tanpa
menyelesaikan hak hak para karyawan dengan tidak membayar gaji sesuai
dengan pengorbanan yang telah mereka berikan kepada PT Katarina
Utama, terbukti bahwa manajemen RINA melanggar prinsip Keadilan.
2. Prinsip Transparansi (Keterbukaan)
PT Katarina Utama tidak menyampaikan informasi dengan benar, seperti
yang telah disampaikan diatas Manajemen RINA telah memasukkan
sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan, sehingga
informasi yang diterima oleh para pemangku kepentingan menjadi tidak
akurat yang mengakibatkan para pemangku kepentingan seperti investor
menjadi salah mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa PT
Katarina Utama telah melanggar prinsip Transparansi (Keterbukaan)
dalam penyampaian informasi.
3. Prinsip Akuntabilitas
Telah terbukti bahwa Katarina Utama tidak merealisasikan dana hasil IPO
sesuai dengan prospektus perseroan dan melakukan penyelewengan dana
untuk kepentingan pribadi direktur, sehingga terjadi ketidak efektifan
kinerja perseroan. Laporan Keuangan yang dihasilkannya pun menjadi
tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. Hal ini jelas menjadi bukti bahwa
PT Katarina Utama gagal dalam menerapkan prinsip akuntabilitas.
4. Prinsip Responsibilitas (Tanggung Jawab)
PT Katarina Utama Jelas sangat melanggar prinsip Responsibilitas dengan
melakukan penyelewengan dana milik investor publik hasil IPO sebesar

14
Rp 29,04 miliar, Manajemen RINA juga tidak meyelesaikan kewajibannya
kepada karyawan dengan membayar gaji mereka, selain itu RINA tidak
membayar tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3
bulan berjalan. Berdasarkan informasi yang dihimpun Seputar Indonesia
(SI), sebagian besar direksi dan pemangku kepentingan perseroan
dikabarkan telah melarikan diri ke luar negeri. Hal ini jelas
menggambarkan bahwa RINA melanggar Prinsip Responsibilitas.
5. Prinsip Kemandirian
Dengan adanya penyelewengan dana hasil IPO membuat perseroan
menjadi tidak efektif dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, tidak
mampu membayar gaji karyawan, dan tidak mampu membayar tunggakan
listrik PLN sehingga menyebabkan ditutupnya cabang PT Katarina Utama
di Medan. Hal ini lah yang menyebabkan PT Katarina Utama tidak dapat
melaksanakan prinsip kemandirian.

Dampak terhadap Pelanggaran GCG:


 Ketidakpercayaan para pemegang saham
 Ketidakpercayaan karyawan, munculnya berbagai demo karyawan di
berbagai cabang PT Katarina Utama
 Ketidakpercayaan Mitra Kerja, penggelembungan nilai aset dengan
memasukkan sejumlah piutang fiktif yang dituduhkan kepada satu
pemegang saham Katarina, PT Media Intertel Graha (MIG), membuat
mitra kerja tersebut berbalik melaporkan Manajemen RINA dan
menimbulkan ketidakpercayaan kepada Manajemen RINA
 Ketidakpercayaan Pemerintah, PLN memutus aliran listrik ke kantor
cabang RINA di Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar
tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan
 Bursa menghentikan perdagangan saham RINA sejak awal September
2010
 Tidak berjalannya kegiatan operasional perusahaan karena perusahaan
tidak mampu membiayai kegiatan operasional sehingga tidak ada
pemasukan bagi perusahaan, bahkan kantor cabang RINA di Medan
akhirnya ditutup.   

Analisa dari kasus diatas GCG dapat :

15
 Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan
yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kesetaraan dan kewajaran.
 Mendorong pemberdayaan fungsi dan menadirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komosaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang
Saham.
 Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota
Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya
dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuahn terhadap peraturan
perundang-undangan.
 Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab social perusahaan
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan.
 Mengoptimalkan niali perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperjatikan pemangku kepentingan lainnya.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Good Corporate Governance (GCG) menurut (Agusyana, 2018)


GCG atau Tata Kelola Perusahaan Yang Baik adalah unsur utama yang
dipertimbangkan oleh investor saat ia memilih sekian banyak perusahaan
untuk berinvestasi. Komite audit dibentuk untuk membantu dewan
komisaris untuk mengawasi kinerja kegiatan pelaporan keuangan dan
pe;alsanaan audit baik internal maupun eksternal dalam perusahaan.

Keberadaan komite audit pada saat ini telah menjadi aspek dalam
kriteria penilaian dalam hal pelaksanaan GCG. Dan juga kehadirannya
memberikan respon positif dari berbagai pihak antara lain, pemerintah,
BAPEPAM, Bursa Efek, investor, profesi akuntan dan lain lain, Untuk
menciptakan GCG dibutuhkan peran dari Komite Audit.
Pengimplementasian tugas dari Komite Audit yang dilakukan sesuai
dengan system yang ada dan sesuai dengan prinsip GCG yang telah di atur
dalam undang – undangan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam materi ini. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Agusyana, R. (2018). Apa itu Good Corporate Governance.


https://actconsulting.co/apa-itu-good-corporate-governance/
Chrisdianto, B. (2013). Peran Komite Audit Dalam Good Corporate Governance.
Jurnal Akuntansi Aktual, 2(1), 1–8.
Goleman et al., 2019. (2019). Peranan Komite Audit. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Mustoffa, A. F. (2016). PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini, gaung. 4(2).
www.coursehero.com

18

Anda mungkin juga menyukai