Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Forensik
Disusun Oleh :
S1 AKUNTANSI
JAKARTA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia – Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : Audit Pajak. Shalawat serta salam
tak lupa kami curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW semoga kita
mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan pada mata
kuliah Audit Forensik. Dalam penulisan makalah ini, penulis masih merasa
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang penulis miliki dan waktu yang memadai. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya teman – teman.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penulisan makalah ini, semoga tulisan ini bermanfaat untuk para
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
BAB I - PENDAHULUAN
BAB II - PEMBAHASAN
2.2 Kronologi Kasus KPMG – SSH dan PT. Eastman Christensen ……...…. 4
2.3 Akhir Penyelesaian Kasus KPMG – SSH dan PT. Eastman Christensen…6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Dapat memahami prinsip – prinsip dasar dan kode etik profesi akuntan.
2. Dapat mengetahui tanggung jawab dan kecurangan yang terjadi dalam
kasusu KPMG – SSH.
3. Dapat mengetahui dampak yang diterima oleh KPMG – SSH dan PT.
Eastmen Chistensen, dan Baker Hudges Inc.
1
1.4 Manfaat Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Kronologi Kasus KPMG – SSH dan PT. Eastman Christensen
Pada tahun 1999, ketika Harsono salah satu senior partner SSH yang pada
saat itu sedang melakukan perikatan audit dengan PT. Eastmen Chistensen
(PTEC). PTEC merupakan sebuah perusahaan Indonesia yang mayoritas
sahamnya dimiliki oleh Baker Hughes, Inc yaitu perusahaan pertambangan yang
bermarkas di Texas, AS. KPMG – SSH menyuap petugas sebesar US$75.000
untuk mengurangi kewajiban pajak yang semula US$3,2 Juta menjadi hanya
US$270.000. Kasus ini terungkap pada tahun 2001 ketika Baker Hughes, Inc
melaporkan kasus tersebut kepada Security & Exchange Commision (SEC) yang
bekerja sama dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Amerika Serikat
memiliki undang-undang yang dinamakan Foreign Corrupt Practises Act (FCPA),
yaitu undang-undang yang melarang praktek korupsi yang dilakukan di ranah
asing. UU ini memungkinkan pemerintah AS melakukan aksi hukum terhadap
warga asing yang diduga terlibat korupsi dengan pihak AS, baik korporat ataupun
perorangan.
Nama KPMG-SSH tentu sudah tidak asing lagi bagi para eksekutif
perusahaan-perusahaan besar di Jakarta. KAP ini juga merupakan satu dari
beberapa kantor akuntan besar andalan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) dalam melakukan restrukturisasi sekian banyak institusi keuangan di
Indonesia. Namun, berita tentang KPMG-SSH yang dikeluarkan oleh Securities
Exchange Commision (SEC) pada 17 September 2001 lalu bukanlah hal yang bisa
dikatakan prestasi bagi KAP itu. Pasalnya, rilis SEC tersebut mengumumkan
bahwa KPMG-SSH dan senior partner-nya, Sony B. Harsono, diduga telah
melakukan penyuapan terhadap pejabat kantor pajak di Jakarta. Dalam kasus ini,
banyak masyarakat bertanya – Tanya, terkait dugaan praktek penyuapan yang di
tuduhkan kepada KPMG – SSH yang notaben berkantor di Indonesia. Tidak ada
asap kalau tidak ada api. "Api" yang menyala di Indonesia, "asapnya"
mengembara sampai ke AS.
4
Perintah itu dimaksudkan agar jumlah kewajiban pajak bagi PTEC dibuat
seminim mungkin. Penyuapan yang diduga digagas oleh Harsono (Kepala senior
KPMG – SSH) melibatkan jumlah yang sangat signifikan. Menurut gugatan itu,
KPMG-SSH telah menyetujui untuk melakukan pembayaran ilegal tersebut.
Penyogokan ini untuk mempengaruhi si pejabat kantor pajak agar "memangkas"
jumlah kewajiban pajak PTEC, dari AS$3,2 juta menjadi AS$270 ribu.
Sebelumnya, Harsono mensyaratkan adanya instruksi langsung dari Baker Hughes
(dan bukan dari PT EC) kepada KPMG-SSH untuk membayar pejabat kantor
pajak. Atas dasar instruksi itu, tulis rilis SEC, kantor KPMG-SSH bersedia
melakukan praktek haram (illicit) tersebut.
5
2.3 Akhir Penyelesaian kasus KPMG - SSH
Akibat hukum dari perdamaian itu sendiri adalah bahwa para tergugat,
baik KPMG-SSH dan Harsono, dilarang untuk melakukan pelanggaran,
memberikan bantuan dan advis yang berakibat pelanggaran terhadap pasal-pasal
anti penyuapan dalam FCPA. Sekaligus, keduanya juga dilarang untuk melanggar
pasal-pasal tentang pembukuan dan laporan internal perusahaan berdasarkan
Securities Exchange Act tahun 1934. Dari dua undang-undang yang berbeda, ada
tiga pasal yang dituduhkan telah dilanggar oleh KPMG-SSH dan Harsono. Untuk
FCPA, KPMG-SSH dan Harsono didakwa telah melanggar Section 104A(a)(1), (2)
dan (3). Sedangkan untuk Securities Exchange Act – UU Pasar Modal AS -,
Section 30A(a)(1), (2), (3) serta Section 13(b)(2)(B). Terhadap pelanggaran pasal-
pasal anti penyuapan yang diatur dalam FCPA, SEC ataupun Depkeh dapat
mengajukan gugatan dengan denda sampai dengan AS$10 ribu. Gugatan tersebut
tidak hanya dapat dialamatkan pada perusahaan yang melanggar, namun juga
6
terhadap para direktur, pejabat, karyawan, atau agen dari perusahaan yang
bersangkutan. Bahkan, juga mencakup para pemegang sahamnya. Untuk kasus-
kasus tertentu, denda yang dapat diajukan baik oleh SEC ataupun oleh pihak
kejaksaan dapat berkisar pada jumlah AS$5.000 hingga AS$100.000 terhadap
orang tertentu, dan AS$50.000 hingga AS$500.000 untuk yang lainnya
Penasihat anti suap Baker Hudges Inc, rupanya khawatir dengan sikap
anak perusahaannya. Maka dari itu, daripada menanggung resiko yang besar,
Baker akhirnya melaporkan secara suka rela kasus ini dengan memecat
eksekutifnya. Dan kesalahan yang dilakukan KPMG – SSH dan Baker Hudges Inc,
nyaris terseret ke dalam pengadilan distrik Texas. Namun karena Baker memohon
ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan diluar pengadilan.
7
Ketika ditanyakan apakah IAI akan meminta klarifikasi dari KPMG-SSH
soal dugaan suap itu, Erry menjelaskan bahwa selama tidak ada pengaduan dari
klien, maka Majelis Kehormatan IAI tidak dapat melakukan hal itu. Majelis
Kehormatan IAI, tambah Erry, tingkatnya banding seperti Mahkamah Agung.
Karena itu, pengaduan harus lewat proses peradilan tingkat pertama, yaitu Badan
Pertimbangan Profesi Akuntan Publik. Terlepas dari benar tidaknya tuduhan suap
atas KPMG-SSH dan Sonny Harsono, Erry berpendapat bahwa praktek suap jelas
bertentangan dengan kode etik profesi akuntan. Seharusnya akuntan jika disuruh
klien untuk menyogok pejabat wajib menolak, bahkan untuk seluruh pekerjaannya.
Memfasilitasi penyogokan saja tidak boleh, apalagi memberi advis, tandas Erry.
Jika benar dugaan sogokan ini, kasus skandal penyuapan pajak ini merupakan
tamparan keras bagi profesi akuntan. Karena seharusnya, akuntan harus
menjunjung kode etika profesi..
Kasus ini tentunya bukan kasus yang kecil, pemerintah Amerika ikut turut
andil dalam melakukan gugatan kasus ini. Terlebih lagi Amerika memiliki undnag
– undang yang mengatur perilaku perusahaan – perusahaan yang beroperasi
dinegara lain. Dalam hal ini, Baker Hudges Inc, yang berpusat di Texas terbukti
melakukan tindak penyuapan kepada pejabat kantor pajak di Indonesia untuk
mengurangi jumlah pengenaan pajak yang diperuntukkan anak perusahaannya
yang berkantor di Indonesia yaitu PT. Eastman Chrishtensen. Penyuapan ini tidak
semata – mata dilakukan oleh Baker Hudges secara langsung, melainkan
dialihkan kepada KPMG – SSH yang merupakan kantor audit yang mengaudit
PTEC. Menurut kelompok kami, seharusnya kasus penyuapan ini tidak terjadi,
karena apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan dan pemanhaman dan
menerapkan Etika secara mendalam dalam pelaksanaan pekerjaannya. Sebagai
seorang yang profesional yang memiliki kode etik, seharusnya seorang akuntan
melandaskan setiap tindakannya pada etika profesinya. Menurut pandangan
kelompok kami, dalam kasus ini KPMG – SSH telah mengabaikan integritas dan
objektivitas sebagai seorang akuntan publik. KPMG – SSH melanggar prinsip
8
dasar etika profesi akuntan, yaitu integritas, objektivitas, kompetensi serta
kecermatan dan kehati – hatian profesional, dan perilaku profesional.
1. Prinsip Integritas
Dalam kasus ini akuntan tidak tegas dan tidak jujur dalam menjalin
hubungan profesionalnya dengan bersedia melakukan kecurangan yaitu
melakukan penyuapan pajak untuk kepentingan kliennya.
2. Prinsip Objektivitas
KPMG - SSH tidak melakukan pertimbangan objektif yang menyebabkan
terjadinya benturan kepentingan dengan memihak kepada kepentingan
klien agar mendapatkan keringanan pembayaran pajak dengan
mengusulkan untuk menyogok aparat pajak di Indonesia.
3. Prinsip Kompetensi, Sikap Kecermatan dan Kehati – hatian
Profesional
Dalam kasus ini akuntan tidak menggunakan sikap kehati-hatian
profesionalnya dengan tidak mempertimbangkan resiko yangakan terjadi
berkaitan dengan kelangsungan jasa kantor akuntan publiknya yang
menyebabkan keraguan pada masyarakat terhadap jasa profesional
akuntannya.
4. Prinsip Perilaku Profesional
KPMG – SSH telah melanggar prinsip perilaku profesional dengan
melakukan pelanggaran hukum yang dapat mendiskreditkan profesi nya
yaitu dengan menyarankan klien untuk melakukan penyuapan pajak untuk
mendapatkan keringanan pembayaran pajak, dan bersekongkol dengan
pihak ketiga (perugas pajak) untuk kepentingan klien dan organisasinya
yang berakibat merugikan negara.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
https://prezi.com/_lt3zj8dpxlf/kasus-penyuapan-pajak-kpmg-siddharta-siddharta-
harsono/
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-
colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-
indonesia-digugat-di-as?page=5
https://www.sec.gov/litigation/litreleases/lr17127.htm
11