Segala puji bagi Allah SWT yang telah telah senantiasa memberikan rahmat dan
nikmat yang tiada terkira bagi kami, sehingga atas izin-Nya kami dapat meyelesaikan makalah
yang berjudul “Transaksi Dengan Pihak Berelasi, Entitas Sepengendali, Kerja Sama Operasi
(KSO)” ini sesuai batas waktu yang ditentukan. Walaupun kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, karena kami hanyalah manusia
biasa yang tanpa seizin-Nya tidak akan mampu berbuat apa-apa. Dan harapan saya semoga
makalah ini bisa bermanfaat, khususnya untuk diri kami sendiri dan umumnya untuk pembaca
yang merelakan waktunya untuk memahami makna yang terkandung di dalam makalah ini.
Kritik dan saran sangat kami harapkan, demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 3
2.1.2 Pengungkapan…............................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 40
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi, entitas sepengendali, kerjasama
operasi (KSO) ?
2. Bagaimana kasus yang terjadi pada Telkom dan Indosat ?
1.3 Tujuan
1. Tujuannya untuk mengetahui transaksi dengan pihak-pihak berelasi, entitas
sepengendali, dan kerja sama operasi (KSO).
2. Tujuannya untuk mengetahui penerapan PSAK 7 pada Telkom dan Indosat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pihak - pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan gejala normal dalam
perniagaan dan usaha. Misalnya, perusahaan seringkali melaksanakan kegiatannya
secaraterpisah-pisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi, memperoleh
kepentingan dalam perusahaan lain - untuk tujuan investasi atau untuk alasan perniagaan
dalam proporsi yang cukup untuk mengendalikan atau melaksanakan pengaruh yangsignifikan
dalam pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan penerima investasi
(investee). Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh
hubungan istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi denganpihak
tersebut. Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan pelapor dengan
pihak lain.
Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat mengakhiri hubungan dengan suatu mitra
dagangnya karena induk perusahaan telah mengakuisisi suatu perusahaan lain yang berusaha
dalam bidang perdagangan yang sama dengan mitra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu
tindakan dapat tertunda karena pengaruh yang signifikandari pihak lain. Sebagai contoh, suatu
anak perusahaan dapat diinstruksikan oleh induknya untuk tidak ikut serta dalam riset dan
pengembangan. Pengakuan akuntansi suatu pengalihan sumber daya secara normal didasarkan
5
pada suatuharga yang disepakati pihak yang bersangkutan. Harga yang berlaku antara pihak
yang tidak mempunyai hubungan istimewa adalah harga pertukaran antara pihak yang
independen .
Metode ini mengurangi harga penjualan kembali dengan suatu margin yangwajar.
Metode ini juga digunakan untuk pengalihan/transfer sumber daya lain, seperti hak dan jasa.
Pendekatan lain adalah metode biaya-plus (cost-plus method), yang menambahkan suatu
kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pemasok. Kesulitan - kesulitan mungkin dialami baik
dalam menentukan unsur biaya yang dapat diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut.
Di antara ukuran - ukuran yang dapat membantu menentukan harga transfer adalah hasil
(return) yang dapat dibandingkan dalam industri sejenis atas volume penjualan atau modal
yang digunakan. Berikut ini adalah contoh situasi transaksi antara pihak yang mempunyai
hubungan istimewa mungkin memerlukan pengungkapan oleh suatu perusahaan pelapor:
6
g. Kontrak manajemen. Jika terdapat transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, perlu diungkapkan hakekat transaksi dan unsur - unsur transaksi yang
diperlukan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Unsur - unsur ini
biasanya mencakup:
i. Suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlahnya maupun
proporsinya.
ii. Jumlah atau proporsi pos - pos terbuka (outstanding items)
iii. Kebijakan harga
7
b) Imbalan pascakerja seperti pensiun, asuransi jiwa pascakerja dan
fasilitas pelayanan kesehatan pascakerja
c) Imbalan kerja jangka panjang lainnya, termasuk cuti besar, bonus dan
bagi laba
d) Pesangon
e) Pembayaran berbasis saham
8
1. Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi jika:
a. Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor.
Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional
dari suatu entitas sehingga memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut.
Pengendalian bersama adalah persetujuan kontraktual untuk berbagi
pengendalian terhadap suatu aktivitas ekonomi.
b. Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor.
Pengaruh Signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan
kebijakan keuangan dan operasional dari suatu entitas, tetapi tidak mengendalikan
kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat diperoleh dari kepemilikan saham,
anggaran dasar atau perjanjian.
c. Merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas
pelapor.
Personil manajemen kunci adalah orang-orang yang mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan aktivitas
entitas, secara langsung atau tidak langsung, termasuk direktur dan komisaris (baik
eksekutif maupun bukan eksekutif) dari entitas.
2. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut:
a. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya
entitas induk, entitas anak dan entitas anak berikutnya saling berelasi dengan entitas
lainnya.
b. Suatu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas
asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang
mana entitas lain tersebut adalah anggotanya.
c. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama.
d. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah
entitas asosiasi dari entitas ketiga.
e. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi
dalam huruf (a).
9
Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban
antara entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang
dibebankan. Dalam pernyataan ini, pihak-pihak berikut bukan sebagai pihak-pihak berelasi:
a) Dua entitas hanya karena mereka memiliki direktur atau personil manajemen kunci
yang sama atau karena personil manajemen kiunci dari satu entitas mempunyai
pengaruh signifikan atau entitas lainnya.
b) Dua ventura bersama hanya karena mereka mengendalikan bersama atas ventura
bersama.
Dalam definisi pihak-pihak berelasi, suatu entitas asosiasi termasuk entitas anak dari
entitas asosiasi tersebut dan suatu ventura bersama termasuk entitas anak dari ventura bersama
tersebut.
2.1.2 Pengungkapan
Pengungkapan Seluruh Entitas Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 7 (Penyesuaian 2015)
“Untuk memungkinkan pengguna L/K memahami dampak dari hubungan pihak
berelasi pada suatu entitas, maka hubungan antara entitas induk dan entitas anak harus
diungkapkan terlepas dari apakah telah terjadi transaksi antara mereka. PSAK 7
mensyaratkan adanya tambahan pengungkapan terkait transaksi dengan pihak berelasi dalam
Laporan keuangan konsolidasian (PSAK 4)”
Entitas mengungkapkan kompensasi personil manajemen kunci secara total dan untuk
masing-masing kategori berikut:
1. Imbalan kerja jangka pendek, seperti upah, gaji, dan kontribusi jaminan social, cuti
tahunan dan cuti sakit yang dibayar, bagi hasil dan bonus (jika dibayar dalam waktu
dua belas bulan setelah akhir periode) dan imbalan non keuangan (seperti
perawatan kesehatan, perumahan, mobil, dan barang/ jasa gratis yang disubsidi)
bagi karyawan saat ini.
2. Imbalan pascakerja, ini dapat dicontohkan seperti : pension, manfaat pension
lain, asuransi jiwa pasca kerja dan perawatan medis pasca kerja.
3. Imbalan kerja jangka panjang lainnya, dalam hal ini termasuk cuti besar, cuti hari
raya, imbalan cacat permanen, dan bagi laba, bonus dan kompensasi yang
10
ditangguhkan (jika terutang seluruhnya lebih dari dua belas bulan pada akhir
periode pelaporan).
4. Pesangon ; pemutusan kontrak kerja, dan
5. Pembayaran berbasis saham.
Jika entitas memiliki transaksi dengan pihak-pihak berelasi selama periode yang
dicakup dalam laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan sifat dari hubungan dengan
pihak-pihak berelasi serta informasi mengenai transaksi dan saldo, termasuk komitmen
yang diperlukan untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut dalam laporan
keuangan. Persyaratan pengungkapan ini merupakan tambahan persyaratan di paragraf 17,
sekurang-kurangnya pengungkapan meliputi:
a) Jumlah transaksi
b) Jumlah saldo, termasuk komitmen
Persyaratan dan ketentuannya, termasuk apakah terdapat jaminan, dan sifat
imbalan yang akan diberikan, untuk penyelesaian; dan
Rincian garansi yang diberikan atau diterima;
c) Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut
d) Beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau
penghapusan piutang dari pihak-pihak berelasi.
Pengungkapan yang disyaratkan diatas dilakukan secara terpisah untuk masing-
masing kategori berikut :
a) Entitas induk
b) Entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan terhadap entitas
c) Entitas anak
d) Entitas asosias
e) Ventura bersama dimana entitas merupakan venturer bersama
f) Personil manajemen kunci dari entitas atau entitas induknya
g) Pihak-pihak berelasi lainnya.
Klasifikasi jumlah yang terutang dari, dan tagihan kepada, pihak-pihak berelasi
dalam berbagai kategori seperti yang disyaratkan di paragraf di atas merupakan perluasan
11
dari persyaratan pengungkapan dalam PSAK 1 : Penyajian Laporan Keuangan untuk
informasi yang akan disajikan baik dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan
keuangan.
Berikut ini adalah contoh transaksi yang diungkapkan jika dilakukan dengan pihak
berelasi :
Jika Entitas yang berelasi dengan Pemerintah, maka entitas pelapor dikecualikan dari
persyaratan pengungkapan transaksi dengan pihak-pihak berelasi dan saldo termasuk
komitmen dengan pemerintah yang memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atau
pengaruh signifikan atau entitas pelapor
a) Nama departemen atau instansi pemerintah dan sifat hubungannya dengan entitas
pelapor (yaitu pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh signifikan).
b) Informasi berikut dengan rincian yang cukup yang memungkinkan pengguna
laporan keuangan memahami dampak transaksi dengan pihak-pihak berelasi
terhadap laporan keuangan:
12
i. Sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signifikan
ii. Untuk transaksi lainnya yang secara kolektif, tetapi tidak secara individu,
signifikan, indikasi secara kualitatif atau kuantitaif atas luasnya transaksi-
transaksi tersebut.
Dalam menggunakan pertimbangan untuk menentukan seberapa rinci
pengungkapan yang disyaratkan sesuai dengan paragraf di atas (b), entitas pelapor
mempertimbangkan kedekatan hubungan pihak-pihak berelasi dan faktor lain yang relevan
dalam menentukan tingkat signifikan suatu transaksi, seperti:
a) Ukuran signifikan
b) Dilakukan diluar ketentuan pasar
c) Di luar operasi bisnis sehari-hari yang normal, seperti sebagai
pembelian dan penjualan suatu bisnis usaha
d) Diungkapkan kepada regulator atau otoritas regulator
e) Dilaporkan kepada manajemen senior
f) Bergantung pada persetujuan pemegang saham
Apabila ada transaksi antara pihak-pihak berelasi, maka harus dilakukan dengan dasar
nilai wajar. Pengungkapan bahwa transaksi pihak-pihak berelasi dilakukan dengan ketentuan
yang setara dengan yang berlaku dalam transaksi yang wajar dapat dilakukan hanya jika hal
tersebut dapat dibuktikan. Oleh karena itu, transaksi pihak-pihak berelasi baik yang dilakukan
dengan nilai wajar maupun dengan ketentuan yang setara dengan nilai wajar harus dibuktikan
dengan dokumen pendukung yang lengkap yang menyatakan transaksi tersebut telah sesuai
dengan standar yang ada.
13
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jika rencana transaksi tersebut tidak memperoleh
persetujuan pemegang saham independen dalam RUPS maka rencana transaksi tersebut tidak
dapat diajukan kembali dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal keputusan penolakan.
Menurut Peraturan Bapepam Nomor IX.E.1, Definisi dari benturan kepentigan transaksi
tertentu adalah :
a. Perusahaan adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat
Ekuitas atau Perusahaan Publik.
b. Perusahaan Terkendali adalah suatu perusahaan yang dikendalikan baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh Perusahaan.
c. Transaksi adalah aktivitas atau kontrak dalam rangka memberikan dan atau mendapat
pinjaman, memperoleh, melepaskan atau menggunakan aktiva, jasa atau Efek suatu
Perusahaan atau Perusahaan Terkendali atau mengadakan kontrak sehubungan dengan
aktivitas tersebut.
d. Benturan Kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis Perusahaan
dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, pemegang saham utama
Perusahaan atau Pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama.
e. Pemegang Saham Independen adalah pemegang saham yang tidak mempunyai
Benturan Kepentingan sehubungan dengan suatu Transaksi tertentu dan atau bukan
merupakan Pihak Terafiliasi dari direktur, komisaris atau Pemegang Saham Utama
yang mempunyai Benturan Kepentingan atas transaksi tertentu.
f. Karyawan adalah semua tenaga kerja yang menerima upah dan atau gaji dari
Perusahaan.
Jika suatu Transaksi dimana seorang direktur, komisaris, pemegang saham utama atau
Pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama mempunyai Benturan
Kepentingan, maka Transaksi dimaksud terlebih dahulu harus disetujui oleh para Pemegang
Saham Independen atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu dalam Rapat Umum
Pemegang Saham sebagaimana diatur dalam peraturan ini. Persetujuan mengenai hal tersebut
harus ditegaskan dalam bentuk akta notaris.
14
Transaksi yang dikecualikan atau tidak dikatakan memiliki benturan kepentingan
antara lain:
a) Transaksi antara perusahaan dengan perusahaan terkendali yang saham atau modalnya
dimiliki sekurang-kurangnya 99% atau antara sesama perusahaan terkendali yang
saham atau modalnya dimiliki sekurang-kurangnya 99% oleh perusahaan dimaksud,
jika laporan keuangan perusahaan tersebut dikonsolidasikan.
b) Transaksi antara perusahaan dengan perusahaan terkendali yang saham atau modalnya
tidak dimiliki seluruhnya dan tidak satupun saham atau modal perusahaan terkendali
dimiliki komisaris, direktur, pemegang saham utama perusahaan dimaksud, atau pihak
terafiliasinya.
c) Transaksi yang melibatkan perusahaan atau perusahaan terkendali dengan pihak
terafiliasi jika:
Hubungan dan jenis transaksi sudah ada sebelum perusahaan dimaksud
mengadakan Penawaran Umum dan hubungan ini serta sifat hubungan yang
berlanjut.
Hubungan dan jenis transaksi yang dimulai sesudah Penawaran Umum, yang
telah memperoleh persetujuan pemegang saham independen yang mewakili lebih
dari 50% saham yang dimiliki pemegang saham independen.
d) Transaksi antara perusahaan baik dengan karyawan, direksi atau komisaris perusahaan
tersebut maupun dengan karyawan, direksi atau komisaris perusahaan terkendali, dan
transaksi antara perusahaan terkendali baik dengan karyawan, direksi atau komisaris
perusahaan terkendali tersebut, maupun dengan karyawan, direksi atau komisaris
perusahaan dengan persyaratan yang sama, sepanjang hal tersebut diungkapkan kepada
Bapepam, para pemegang saham, dan semua karyawan.
e) Penggunaan setiap fasilitas yang diberikan oleh perusahaan atau perusahaan terkendali
kepada komisaris, direktur, atau pemegang saham utama yang juga sebagai karyawan
yang langsung berhubungan dengan tanggung jawab mereka terhadap perusahaan
tersebut sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan yang disampaikan kepada Bapepam
sebagai informasi kepada masyarakat.
f) Imbalan termasuk gaji, iuran dana pensiun, dan atau manfaat khusus yang diberikan
kepada komisaris, direktur, dan pemegang saham utama yang juga sebagai karyawan,
15
jika jumlah secara keseluruhan dari imbalan tersebut diungkapkan dalam laporan
keuangan berkala.
g) Pembelian tanah dan atau bangunan rumah tinggal dari seorang komisaris, direktur,
dan pemegang saham utama, atau setiap pihak yang mereka ketahui terafiliasi dengan
perusahaan pada saat itu dalam jumlah tidak lebih dari Rp5.000.000.000 atau kurang
dari 0,5% dari nilai kekayaan bersih perusahaan. Pembelian tersebut harus sesuai
dengan kebijakan perusahaan dan telah diungkapkan kepada Bapepam, para pemegang
saham, dan karyawan.
h) Transaksi yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Badan
Penyesahatan Perbankan Nasional dalam rangka restrukturisasi perusahaan dan
pemulihan ekonomi nasional.
16
e. Pihak tersebut adalah anggota keluarga dekat dari individu yang dirujuk dalam (a)
atau (d);
f. Suatu pihak adalah suatu entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau
dipengaruhi secara signifikan oleh, atau yang memiliki hak suara signifikan dalam
entitas tersebut, secara langsung atau tidak langsung, individu yang dirujuk dalam
(d) atau (e); atau
g. Pihak tersebut merupakan program imbalan pasca kerja untuk kepentingan
karyawan entitas, atau entitas apa pun yang merupakan pihak terkait dari entitas
tersebut.
Transaksi dengan pihak terkait adalah transfer sumber daya, layanan, atau kewajiban
antara pihak terkait, terlepas dari apakah harga dibebankan.
Anggota keluarga dekat dari individu adalah anggota keluarga yang mungkin
diharapkan untuk mempengaruhi, atau dipengaruhi oleh, individu itu dalam hubungan mereka
dengan entitas. Mereka mungkin termasuk:
(a) pasangan domestik dan anak-anak individu;
(b) anak-anak dari mitra domestik individu; dan
(c) tanggungan individu atau pasangan domestik individu.
Hubungan antara orang tua dan anak perusahaan harus diungkapkan terlepas apakah
ada transaksi antara pihak-pihak terkait. Suatu entitas harus mengungkapkan nama orang tua
entitas dan, jika berbeda, pihak pengendali terakhir. Jika baik entitas induk maupun pihak
pengendali akhir menghasilkan laporan keuangan yang tersedia untuk penggunaan publik,
nama orangtua paling senior berikutnya yang melakukannya juga harus diungkapkan.
Suatu entitas harus mengungkapkan kompensasi personil manajemen kunci secara
total dan untuk masing-masing kategori berikut:
(a) imbalan kerja jangka pendek;
(b) imbalan pasca-kerja;
(c) manfaat jangka panjang lainnya;
(d) tunjangan pemutusan hubungan kerja; dan
(e) pembayaran berbasis-berbagi.
17
Jika ada transaksi antara pihak terkait, entitas harus mengungkapkan sifat hubungan pihak
terkait serta informasi tentang transaksi dan saldo yang diperlukan untuk memahami pengaruh
potensial dari hubungan pada laporan keuangan. Persyaratan pengungkapan ini merupakan
tambahan untuk persyaratan untuk mengungkapkan kompensasi personil manajemen kunci.
Minimal, pengungkapan harus mencakup:
a. Jumlah transaksi;
b. Jumlah saldo yang beredar dan:
(i) syarat dan ketentuan mereka, termasuk apakah mereka dijamin, dan sifat
pertimbangan yang akan diberikan dalam penyelesaian; dan
(ii) rincian jaminan yang diberikan atau diterima;
c. Ketentuan untuk piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo yang beredar;
dan biaya yang diakui selama periode sehubungan dengan piutang tidak tertagih
atau piutang ragu-ragu dari pihak terkait. [ayat 17]
Pengungkapan yang disyaratkan oleh paragraf 17 harus dibuat secara terpisah untuk
masing-masing kategori berikut:
a. Orang tua;
b. Entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan atas entitas;
c. Anak perusahaan;
d. Rekan;
e. Usaha patungan di mana entitas adalah venturer;
f. Personil manajemen kunci entitas atau induknya; dan
g. Pihak terkait lainnya.
Hal-hal yang bersifat serupa dapat diungkapkan secara agregat kecuali apabila
pengungkapan terpisah diperlukan untuk memahami dampak dari transaksi pihak terkait atas
laporan keuangan entitas.
18
2.1.3 Contoh Ilustratif
1. Pengecualian parsial untuk entitas yang berelasi dengan
pemerintah Contoh 1 : pengecualian pengungkapan
C101, Pemerintah P baik secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan
Entitas 1 dan 2 dan Entitas A, B, C, dan D. Si X adalah personil manajemen kunci Entitas 1.
Pemerintah P
X Entitas 1 Entitas 2
19
Entitas Induk
C105, untuk laporan keuangan tersendiri Entitas Induk, Entitas Anak A, B, dan C dan
Entitas Asosiasi 1, 2, dan 3 merupakan pihak-pihak berelasi.
C106, Untuk laporan keuangan Entitas Anak A, Entitas Induk, Entitas Anak B dan C
dan Entitas Asosiasi 1, 2, dan 3 merupakan pihak-pihak berelasi. Untuk entitas Anak B yang
membuat laporan keuangan tersendiri , entitas induk, entitas Anak A dan C dan Entitas
Asosiasi 1, 2, dan 3 merupakan pihak-pihak berelasi. Untuk laporan keuangan entitas C,
entitas Induk, Entitas Anak A dan B dan Entitas Asosiasi 1, 2, dan 3 merupakan pihak-pihak
berelasi.
C107, Untuk laporan keuangan entitas asosiasi 1, 2, dan 3, entitas induk dan entitas
anak A, B, dan C merupakan pihak-pihak berelasi. Entitas asosiasi 1, 2 dan 3 bukan pihak-
pihak berelasi satu dengan lainnya.
C108, Untuk laporan keuangan konsolidasi entitas induk, entitas asosiasi 1,2 dan 3
merupakan pihak-pihak berelasi dengan kelompok usaha tersebut.
20
Contoh 3 : Personil manajemen kunci
X Entitas B
Entitas A Entitas C
C110, Untuk laporan keuangan entitas C, Entitas A berelasi dengan Entitas C karena
X mengendalikan Entitas A dan merupakan personil manajemen kunci Entitas C.
C111. Untuk laporan keuangan Entitas C, Entitas A juga memiliki relasi dengan
Entitas C jika X adalah personil manajemen kunci di Entitas B bukan di Entitas C.
C112. Selanjutnya, hasil yang digambarkan di paragraf C110 dan C111 akan
menghasilkan hasil yang sama jika X memiliki pengendalian bersama atas Entitas A.
C113. Untuk laporan keungan Entitas A, Entitas C berelasi dengan Entitas A, karena
X mengendalikan Entitas A dan X merupakan personil manajemen kunci Entitas C.
C114. Selanjutnya, hasil yang digambarkan di paragraf C113 akan menghasilkan hasil
yang sama jika X mengendalikan bersama atas Entitas A. Hasil yang sama akan dihasilkan
jika X merupakan personil manajemen kunci di Entitas B bukan di Entitas C.
Entitas A Entitas B
21
C117. Untuk laporan keuangan entitas A, jika X mengendalikan atau mengendalikan
bersama atas entitas A, maka entitas B merupakan pihak berelasi dengan entitas A ketika X
mengendalikan, mengendalikan bersama atau memiliki pengaruh signifikan atas entitas B.
C119. Jika X memiliki pengaruh suikifikan atas entitas A dan entitas B, maka entitas
A dan B tidak berlasi satu dengan yang lainnya
Entitas A Entitas B
CI23. Jika X memiliki pengaruh signifikan atas entitas A dan entitas Y, memiliki
pengaruh signifikan Entitas A dan B bukan merupakan pihak berelasi satu dengan lainnya.
22
Contoh 6 : Entitas dengan pengendalian bersama
CI24. Entitas A memiliki (1) pengendalian bersama atas Entitas B dan (ii)
pengendalian bersama atau pengaruh signifikan atas Entitas C.
Entitas A
Entitas B Entitas C
CI25. Untuk laporan keuangan Entitas B, Entitas C adalah pihak berelasi dengan entitas
B.
C126. Serupa dengan hal tersebut untuk laporan keuangan Entitas C, Entitas B adalah
pihak berelasi dengan Entitas C.
Menurut ED PSAK 38: Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali adalah sebagai berikut:
“Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional
suatu entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut”.
“Entitas sepengendali adalah entitas yang secara langsung atau tidak langsung
(melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di
bawah pengendalian yang sama”.
“Kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah kombinasi bisnis yang semua
entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang sama (baik
sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya tidak bersifat
sementara”.
23
2.2.2 Kriteria Pengendalian
Dalam menentukan adanya pengendalian, entitas menerapkan kriteria yang
terdapat dalam PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri yang terdapat pada paragraf 10-11, yaitu sebagai berikut :
Ketika entitas induk menyusun laporan keuangan tersendiri, maka entitas induk
tersebut mencatat investasi pada entitas anak, ventura bersama, dan entitas asosiasi
pada:
(a) Biaya perolehan; atau
(b) Sesuai dengan PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.; atau
(c) Menggunakan metode ekuitas sebagaimana dideskripsikan dalam PSAK 15:
Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama.
Entitas induk menerapkan akuntansi yang sama untuk setiap kategori investasi.
Investasi yang dicatat pada biaya perolehan atau menggunakan metode ekuitas dicatat sesuai
dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
ketika investasi tersebut diklasi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau untuk
didistribusikan (atau termasuk kelompok lepasan yang diklasi kasikan sebagai dimiliki untuk
dijual atau untuk didistribusikan). Pengukuran investasi yang dicatat sesuai dengan PSAK 55
tidak berubah dalam keadaan yang demikian.
Ketika entitas induk berhenti menjadi entitas investasi, maka entitas induk tersebut
mencatat perubahan dari tanggal ketika perubahan status tersebut terjadi:
Entitas mencatat investasi pada entitas anak sesuai dengan paragraf 10, Tanggal
perubahan status diperlakukan sebagai tanggal akuisisi bawaan. Nilai wajar entitas anak pada
tanggal akuisisi bawaan merepresentasikan imbalan bawaan yang dialihkan ketika mencatat
investasi sesuai dengan paragraf 10.
24
kelompok usaha secara keseluruhan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok usaha
tersebut.
Contoh transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah sebagai berikut (ED
PSAK 38, 2012) :
a. Entitas induk memindahkan sebagian aset neto dari entitas anak yang
dimilikinya menjadi aset entitas induk yang bersangkutan. Transaksi
ini menyebabkan perubahan dalam bentuk hukum kepemilikan atas aset neto,
tetapi tidak menyebabkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan aset neto
tersebut.
b. Entitas induk mengalihkan sebagian hak kepemilikannya dalam suatu entitas
anak ke entitas anak lain yang dimiliki oleh entitas induk. Transaksi ini juga
merupakan perubahan bentuk hukum kepemilikan entitas anak, tetapi tidak
merupakan perubahan substansi ekonomi kepemilikan entitas anak tersebut.
c. Entitas induk menukar kepemilikannya atas sebagian aset neto dalam entitas
anak yang dimilikinya dengan saham tambahan yang diterbitkan oleh entitas
anak lain (yang tidak dimiliki sepenuhnya), sehingga kepemilikan entitas induk
dalam entitas anak lain tersebut bertambah, sedangkan persentase kepemilikan
pemegang saham nonpengendali dalam entitas anak tersebut berkurang. Dalam
hal ini, walaupun bentuk hukum kepemilikan aset neto dalam entitas anak
berubah (dari milik langsung entitas induk menjadi milik entitas anak lain),
tetapi tidak terjadi perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas aset neto.
Transaksi pembelian saham atau aset neto milik pemegang saham nonpengendali
(yang tidak berada dalam pengendalian yang sama dengan pemegang saham pengendali)
merupakan transaksi yang mencakup perubahan substansi ekonomi kepemilikan dari
pemegang saham nonpengendali ke pemegang saham pengendali. Oleh karena itu, transaksi
ini bukan merupakan transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali.
Berhubung transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali tidak mengakibatkan
perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas bisnis yang dipertukarkan, maka
transaksi tersebut diakui pada jumlah tercatat berdasarkan metode penyatuan
kepemilikan.
25
Selisih antara jumlah imbalan yang dialihkan dan jumlah tercatat dari setiap transaksi
kombinasi bisnis entitas sepengendali diakui di ekuitas dan disajikan dalam pos
tambahan modal disetor.
Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan
dari entitas yang bergabung, untuk periode terjadinya kombinasi bisnis entitas
sepengendali dan untuk periode komparatif sajian, disajikan sedemikian rupa seolah-
olah penggabungan tersebut telah terjadi sejak awal periode entitas yang bergabung
berada dalam sepengendalian. Jumlah tercatat dari unsur-unsur laporan keuangan
tersebut merupakan jumlah tercatat dari entitas yang bergabung dalam kombinasi
bisnis entitas sepengendali Laporan keuangan entitas tidak boleh memasukkan adanya
penyatuan kepemilikan walaupun entitas tersebut adalah salah satu pihak yang
terlibat jika penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah akhir periode
pelaporan.
Kebijakan akuntansi yang seragam diterapkan pada entitas yang berkombinasi
tersebut. Oleh karena itu, entitas hasil kombinasi mengakui aset dan liabilitas dari masing-
masing entitas yang berkombinasi berdasarkan pada jumlah tercatatnya. Penyesuaian terhadap
jumlah tercatat hanya dilakukan untuk menyesuaikan kebijakan akuntansi entitas yang
berkombinasi dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh entitas hasil kombinasi serta
menerapkannya pada semua periode sajian. Pengaruh yang timbul sebagai akibat transaksi
intra-entitas yang berkombinasi, yang timbul sejak awal terjadinya sepengendalian,
dieliminasi dalam menyusun laporan keuangan entitas hasil kombinasi.
Pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan kombinasi bisnis diakui sebagai beban
pada periode terjadinya.
Pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali dapat mencakup biaya pendaftaran dan penerbitan saham, biaya yang timbul
dalam usaha memberikan informasi kepada pemegang saham atau regulator, biaya konsultan,
gaji, dan biaya lain untuk karyawan yang terlibat dalam kombinasi bisnis. Pengeluaran ini juga
termasuk biaya atau kerugian yang timbul akibat kombinasi kegiatan entitas atau bisnis yang
sebelumnya merupakan entitas atau bisnis yang saling terpisah.
26
Entitas yang melepas bisnis, dalam pelepasan bisnis entitas sepengendali, mengakui
selisih antara imbalan yang diterima dan jumlah tercatat bisnis yang dilepas di ekuitas
dan disajikan dalam pos tambahan modal disetor.
Seperti pada Laba Per Saham
Untuk kombinasi bisnis entitas sepengendali yang melibatkan pertukaran dalam bentuk
saham biasa, jumlah saham biasa yang digunakan sebagai dasar penghitungan laba per saham
adalah jumlah agregat rata-rata tertimbang dari saham yang beredar setelah terjadinya
kombinasi bisnis entitas sepengendali tersebut.
Menurut ED PSAK 38 (2012), berhubung transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas bisnis yang
dipertukarkan, maka transaksi tersebut diakui pada jumlah tercatat berdasarkan metode
penyatuan kepemilikan. Selisih antara jumlah imbalan yang dialihkan dan jumlah tercatat dari
setiap transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali diakui di ekuitas dan disajikan dalam
pos tambahan modal disetor.
Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan
dari entitas yang bergabung, untuk periode terjadinya kombinasi bisnis entitas sepengendali
dan untuk periode komparatif sajian, disajikan sedemikian rupa seolah-olah penggabungan
tersebut telah terjadi sejak awal periode entitas yang bergabung berada dalam sepengendalian.
Jumlah tercatat dari unsur-unsur laporan keuangan tersebut merupakan jumlah tercatat dari
entitas yang bergabung dalam kombinasi bisnis entitas sepengendali.
27
(e). Kepemilikan entitas atau bisnis yang dialihkan serta jenis dan jumlah imbalan yang
terjadi.
(f). Jumlah tercatat bisnis yang dikombinasikan serta selisih antara jumlah tercatat
tersebut dan jumlah imbalan yang dialihkan.
(g). Pengungkapan mengenai penyajian kembali laporan keuangan sebagaimana yang
dijelaskan di paragraf 12 yang dapat memberikan informasi minimal meliputi :
Ikhtisar angka-angka laporan keuangan yang telah dilaporkan sebelumnya
untuk periode yang disajikan kembali.
Ikhtisar jumlah tercatat aset dan liabilitas entitas atau bisnis yang
dikombinasikan.
Dampak penyesuaian kebijakan akuntansi.
Ikhtisar angka-angka laporan keuangan setelah disajikan kembali.
Entitas mengungkapkan saldo selisih yang disajikan dalam pos tambahan modal
disetor, baik yang timbul dari penerapan Pernyataan ini atas transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali maupun dari transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. Entitas yang
menyerahkan aset neto atau kepemilikan atas ekuitas dalam kombinasi bisnis entitas
sepengendali mengungkapkan :
(a). Porsi dari setiap selisih yang diakui di ekuitas yang dapat diatribusikan pada
pengakuan sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai wajar pada tanggal
hilangnya pengendalian.
(b). Pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
(jika tidak disajikam secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif).
28
A B
Uraian
2013 2014 2013
Modal saham 35.000 35.000 40.700
Tambahan modal disetor 30.000 30.000 2.500
Saldo laba 15.000 30.000 22.500
Jumlah 80.000 95.000 65.700
Alternatif 1
Entitas A menyajikan kembali pada periode sajian 2013 transaksi kombinasi bisnis
yang terjadi pada tahun 2014. Untuk tahun 2013, aset neto Entitas B digabungkan dengan
Entitas A. Dalam alternatif ini, modal saham dan tambahan modal disetor Entitas B
digabungkan ke dalam tambahan modal disetor Entitas A. Kemudian, saldo laba Entitas B
digabungkan ke saldo laba Entitas A.
Untuk tahun 2014, aset neto Entitas B (Rp65.700) digunakan sebagai pengurang
jumlah yang dibayarkan dalam kombinasi bisnis (Rp87.000). Selisih antara kas yang
dibayarkan dan jumlah tercatat aset neto Entitas B diakui sebagai pengurang tambahan modal
disetor entitas AB (Rp87.000 – Rp65.700 = Rp21.300) sehingga saldo tambahan modal disetor
entitas AB menjadi Rp8.700.
A B AB AB
Uraian
2013 2014 2013 2013 2014
Modal saham 35.000 35.000 40.700 35.000 35.000
Tambahan modal disetor 30.000 30.000 2.500 73.200 8.700
Saldo laba 15.000 30.000 22.500 37.500 30.000
Jumlah 80.000 95.000 65.700 145.700 73.700
Alternatif 2
Entitas A menyajikan kembali pada periode sajian 2013 transaksi kombinasi bisnis
yang terjadi pada tahun 2014. Untuk tahun 2013, aset neto Entitas B digabungkan dengan
29
Entitas A. Dalam alternatif ini, modal saham, tambahan modal disetor, dan saldo laba Entitas
B disajikan sebagai ekuitas “merging entities”.
Untuk tahun 2014, aset neto Entitas B (Rp65.700) digunakan sebagai pengurang
jumlah yang dibayarkan dalam kombinasi bisnis (Rp87.000). Selisih antara kas yang
dibayarkan dan jumlah tercatat aset neto Entitas B diakui sebagai pengurang tambahan modal
disetor entitas AB (Rp87.000 – Rp65.700 = Rp21.300) sehingga saldo tambahan modal disetor
entitas AB menjadi Rp8.700.
A B AB AB
Uraian
2013 2014 2013 2013 2014
Modal saham 35.000 35.000 40.700 35.000 35.000
Tambahan modal disetor 30.000 30.000 2.500 30.000 8.700
Saldo laba 15.000 30.000 22.500 15.000 30.000
Ekuitas”merging entities” - - - 65.700 -
Jumlah 80.000 95.000 65.700 145.700 73.700
30
bentuk KSO adalah sama, yakni pengusaha berusaha memperoleh dana dan atau aset yang
mencukupi untuk melakukan investasi yang diinginkan, dan atau memperoleh sinerji dari
aliansi stratejik, dan atau membagi risiko investasi dengan pengusaha lain. Seorang pengusaha
yang memiliki akses ke dana dan sumber daya lain yang cukup, dan tidak ingin membagi
risiko dengan pengusaha lain, mungkin tidak akan tertarik dengan bentuk-bentuk kerjasama.
Dia mungkin merasa lebih baik bila meminjam uang di bank atau mencari dana di pasar modal.
Dengan demikian ada perbedaan pokok antara KSO dengan bentuk-bentuk pendanaan lain,
yaitu KSO memiliki unsur adanya keterbatasan seorang pengusaha untuk memanfaatkan dana
dari institusi keuangan yang ada, atau memiliki kesulitan dalam perolehan sumber daya atau
hak usaha tertentu, dan atau adanya kehendak untuk membagi risiko investasi. Pada intinya
adalah Investasi yang berupa penyertaan modal dengan cara kerjasama operasi.
Kerjasama Operasi (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana
masing-masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan asset
dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama-sama mengurangi resiko usaha tersebut,
sebagaimana disebutkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 39
mengenai Akutansi Kerjasama Operasi.
Bahwa pihak yang dimaksud dalam PSAK No.39 tersebut adalah:
Pihak Pemilik Asset; dan
Pihak Investor (Penyandang Dana).
Maka dapat dipahami bahwa pihak yang satu selaku pemilik asset ingin
memaksimalkan potensi atas asset yang dimilikinya, dimana pihak tersebut mengajak pihak
lain untuk bekerjasama memanfaatkan asset dimaksud dengan menunjuk pihak tersebut
sebagai penyandang dana bagi pemilik asset.
Hal mana Para Pihak dimaksud melakukan dan/atau melaksanakan Kerjasama Operasi
(KSO) dengan dilandaskan pada suatu kesepakatan yang kemudian dituangkan dalam suatu
perjanjian untuk mengatur dan mengikat para pihak tersebut, khususnya mengenai hak dan
kewajiban masing-masing pihak dalam pelaksanaan KSO nantinya.
Kerjasama Operasi (KSO) sendiri didasarkan atas waktu kerjasama (by time),
sehingga masa berakhirnya KSO adalah setelah masa kerjasama yang disepakati berakhir,
bukan pada Break Event Point (BEP) dari besarnya investasi yang ditanamkan oleh investor.
Dan prinsip KSO berbeda dengan pola “Cicilan/Kredit” maupun “Leasing/Sewa Pakai”
31
Kerjasama Operasi (KSO) sendiri dibagi menjadi dua (2) golongan, yakni:
1. KSO dengan entitas hukum yang terpisah (separate legal entity) dari entitas
hukum para partisipan KSO;
Hal mana KSO pada bagian ini adalah kerjasama yang dilakukan oleh pemilik
asset dan investor dengan membentuk suatu badan hukum ataupun persekutuan.
2. KSO tanpa pembentukan entitas hukum yang terpisah, dapat berupa:
Pengendalian Bersama Operasi (PBO) dan Pengendalian Bersama Aset (PBA),
dimana KSO dalam bentuk PBO dan PBA ini, masing-masing pihak dalam KSO
memiliki kendali yang signifikan atas operasi atau aset KSO, karena itu nama
kerjasama ini adalah pengendalian bersama (jointly controlled); atau
Pelaksanaan KSO oleh salah satu pihak saja untuk mengendalikan aset dan
operasi KSO, yang mana batasannya hanya satu pihak saja yang secara signifikan
(berarti) memiliki kendali atas aset dan operasi KSO.
Bentuk-bentuk KSO berkembang dengan berbagai variasi, tetapi bisa dibagi menjadi
dua golongan, yakni:
KSO dengan entitas hukum yang terpisah (separate legal entity) dari entitas hukum
para partisipan KSO, dan
KSO tanpa pembentukan entitas hukum yang terpisah.
KSO yang pertama bisa berbentuk badan hukum atau persekutuan. Sedang KSO tanpa
entitas hukum bisa berbentuk Pengendalian Bersama Operasi (PBO) dan Pengendalian
Bersama Aset (PBA), atau KSO dimana hanya satu pihak saja dari partisipan KSO yang
memiliki kendali yang signifikan atas operasi atau aset KSO. Dalam KSO dengan pola PBO
dan PBA, masing-masing partisipan KSO memilki kendali yang signifikan atas operasi atau
aset KSO, karena itu nama kerjasama ini adalah pengendalian bersama (jointly controlled).
KSO yang diatur dalam Pernyataan ini adalah KSO dengan batasan dimana hanya satu pihak
saja yang secara signifikan (berarti) memiliki kendali atas aset dan operasi KSO.
Pemilik Aset adalah pihak yang memilki aset atau hak penyelenggaraan usaha tertentu
yang dipakai sebagai obyek atau sarana Kerjasama Operasi. Misalnya orang yang memiliki
tanah untuk dibangun gedung perkantoran diatasnya dalam perjanjian KSO, atau PT Jasa
Marga yang memiliki hak penyelenggaraan jalan tol.Investor adalah pihak yang menyediakan
dana, baik seluruh atau sebagian, untuk memungkinkan aset atau hak usaha pemilik aset
32
diberdayakan atau dimanfaatkan dalam KSO. Aset KSO adalah aset tetap yang dibangun atau
digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan KSOPengelola KSO adalah pihak, yang
mengoperasikan aset KSO. Pengelola KSO mungkin pemilik aset , mungkin juga pihak lain
yang ditunjuk.
Masa Konsesi adalah jangka waktu dimana investor dan pemilik aset masih terikat
dengan perjanjian bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk pembayaran lain yang
tercantum di dalam perjanjian KSO.
Ketentuan Pencabutan
Terdapat beberapa ketentuan yang ada dalam pernyataan pencabutan standar akuntansi
keuangan, antaralain sebagai berikut :
PSAK 39: Akuntansi Kerja Sama Operasi dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal
efektif Pernyataan ini.
Pernyataan ini berlaku untuk semua entitas yang menerapkan PSAK 39: Akuntansi
Kerja Sama Operasi.
33
Pengaturan untuk transaksi dan peristiwa lain yang ada dalam PSAK 39: Akuntansi
Kerja Sama Operasi mengacu pada SAK yang relevan.
Ketentuan Transisi
Dimana Pencabutan PSAK 39: Akuntansi Kerja Sama Operasi berlaku sebagai berikut:
(a). Untuk kerja sama operasi dalam bentuk bangun, serah, dan operasi yang masih
berlangsung pada tanggal efektif Pernyataan ini, selisih antara ketentuan PSAK 39
dan SAK yang relevan diakui di saldo laba pada awal penerapan Pernyataan ini.
(b). Untuk kerja sama operasi dalam bentuk bangun, operasi, dan serah yang masih
berlangsung pada tanggal efektif Pernyataan ini, ketentuan transisinya mengacu
pada SAK yang relevan.
Tanggal Efektif
Pencabutan PSAK 39: Akuntansi Kerja Sama Operasi berlaku efektif untuk periode
tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012.
Oleh karena itu, dengan disahkannya PSAK 11 ini, entitas yang sebelumnya
menggunakan PSAK yang dicabut dalam menyusun laporan keuangannya tidak lagi
menggunakan PSAK tersebut sebagai acuan.
34
2.4 Studi Kasus
KASUS
SELISIH RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI
TELKOM DAN INDOSAT
35
holding) pada saham pengendali yang mempunyai kekuatan pengendalian secara terpusat.
Dengan demikian, struktur kepemilikan silang berbeda dengan piramid terutama bahwa hak
suara yang digunakan untuk mengendalikan kelompok perusahaan tetap didistribusikan ke
seluruh anggota grup bukan terkonsentrasi di tangan satu perusahaan atau pemegang saham.
Cross Ownership terjadi antara PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk dimana
Telkom dan Indosat bersama-sama memiliki saham di PT Satelindo dan di Telkomsel. Cross
Ownership ini terjadi karena ketentuan Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1989 tentang Telekomunikasi, dimana ditentukan bahwa penyelenggaraan telekomunikasi
dilaksanakan oleh pemerintah, yang selanjutnya untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi
dasar dilimpahkan kepada Badan Penyelenggara. Badan lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi hanya dapat
menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar dengan bekerja sama dengan Badan
Penyelenggara.
Dua Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) yang diberi kewenangan dan tanggung
jawab untuk mengelola dan menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar adalah PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang merupakan Badan Penyelenggara jasa telekomunikasi
dalam negeri (Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.61/PT.102/
MPPT-95 tentang Penegasan Status Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi
Indonesia Sebagai Badan Penyelenggara Jasa Telekomunikasi Dalam Negeri), dan PT
Indonesian Satellite Corporation, Tbk yang merupakan Badan Penyelenggara jasa
telekomunikasi internasional, hal ini tertuang di dalam Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi Nomor KM.6/PT.102/MPPT-95 tentang Penyelenggaraan Jasa
Telekomunikasi Dasar Internasional.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1989 Tentang Telekomunikasi yang mengatur mengenai
penyelenggaraan telekomunikasi berbunyi sebagai berikut:
Pasal 12
1. Penyelenggaraan telekomunikasi dilaksanakan oleh pemerintah, yang selanjutnya
untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat dilimpahkan kepada badan
penyelenggara.
2. Badan lain selain badan penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat
menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar atas dasar kerja sama dengan badan
36
penyelenggara, menyelenggarakan jasa telekomunikasi bukan dasar badan lain
dapat melaksanakannya tanpa kerja sama dengan badan lain.
Dengan adanya ketentuan di atas, perusahaan yang ingin menjadi penyelenggara
telekomunikasi diharuskan bekerjasama dengan Badan Penyelenggara, yaitu Telkom untuk
telekomunikasi domestik dan Indosat untuk telekomunikasi internasional. Akibatnya dalam
perjalanan bisnis selanjutnya kedua badan penyelenggara ini secara bersama terlibat di dalam
pendirian berbagai perusahaan yang bergerak dalam penyelenggaraan telekomunikasi
sehingga terjadilah kepemilikan silang di antara kedua Badan Penyelenggara tersebut.
Sebagai akibat kebijakan dan pengaturan berdasarkan undang-undang telekomunikasi
tersebut, TELKOM dan INDOSAT memiliki kepemilikan silang (cross ownership) saham di
beberapa perusahaan, sebagai berikut:
1. Berdirinya Telkomsel pada tanggal 26 Mei 1995 dengan pemegang sahamnya adalah
TELKOM sebesar 51% dan Indosat sebesar 49%.
2. Pada tahun 1996, KPN dan Sedco masuk ke Telkomsel sehingga komposisi
kepemilikan saham Telkomsel adalah TELKOM 42,72%, Indosat 35%, KPN 17,28%
dan Sedco 5%.
3. PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo), sahamnya dimiliki oleh Telkom (22,50%),
Indosat (7,5%), DeTe Asia (25%), dan Bimagraha (45%).
4. PT. Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta), sahamnya dimiliki oleh Telkom (37,66%),
Indosat (32,64%), dan Lain-lain (29,70%).
Kepemilikan silang Telkom-Indosat ini diselesaikan melalui cross transaction
(transaksi silang), dimana Telkom mengalihkan sahamnya di Satelindo dan Lintasarta kepada
Indosat dan Indosat mengalihkan sahamnya di Telkomsel kepada Telkom.
Penyelesaian cross ownership ini dilakukan atas desakan IMF dalam rangka reformasi
sektor telekomunikasi di Indonesia, dan atas desakan itu pada tanggal 20 Januari 2000,
Pemerintah mengirimkan Letter of Intent kepada IMF yang isinya pada butir 71 menyatakan
antara lain bahwa Pemerintah akan menyelesaikan kepemilikan silang antara Telkom dan
Indosat.
37
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Yang termasuk dalam pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah transaksi yang
dilakukan dengan:
- perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan,
- perorangan sebagai pemilik atau karyawan yang mempunyai pengaruh signifikan,
- anggota keluarga terdekat dari perorangan tersebut, dan
- perusahaan yang dimiliki secara subtansial oleh perorangan tersebut.
2. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa perlu untuk
diungkapkan guna menilai kewajaran transaksi tersebut.
3. Selisih nilai restrukturisasi entitas terjadi pada transaksi pada perusahaan yang
sepengendali.
4. Hubungan istimewa dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan pelapor. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
dapat melakukan transaksi yang tidak akan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa, dan juga dapat dilakukan dengan harga yang berbeda
dengan transaksi serupa yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa.
5. Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh hubungan
istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan pihak
tersebut. Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan pelapor
dengan pihak lain.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai transaksi entitas, saldo, termasuk
komitmen, dan hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat
mempengaruhi penilaian dari operasi entitas oleh pengguna laporan keuangan, termasuk
penilaian risiko dan kesempatan yang dihadapi entitas. Transaksi entitas, saldo, termasuk
komitmen, dan hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa harus
diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan PSAK Nomor 7.
38
DAFTAR PUSTAKA
https://www.e-akuntansi.com/2015/10/kombinasi-bisnis-entitas-sepengendali.html
IAS 24 Related Party Disclosures
PSAK 4 LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI; Metode Ekuitas dalam Laporan
Keuangan Tersendiri
PPSAK 11 Pernyataan Pencabutan Standar aKuntanSi Keuangan Pada Pencabutan PSaK 39:
aKuntanSi Kerja Sama Operasi
Penyesuaian PSAK 7 Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi
PSAK 38 Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali
39