Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS RASIO KEUANGAN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal Konvensional dan
Syariah

Dosen Pengampu : Atar Satria Fikri, S.E., M.Ak.

Disusun oleh : Kelompok 9

1. Ferlinda Agustina (501200626)


2. M.Ikbal (501200578)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., atas karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Analisis
Rasio Keuangan” yang disusun untuk memenuhi tugas Bapak Atar Satria Fikri, S.E., M.Ak.
pada mata kuliah Pasar Modal Konvensional dan Syariah di Universitas Islam Negeri Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 24 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1. 1. Latar Belakang ........................................................................................... 1


1. 2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1. 3. Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

2. 1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ........................................................... 2


2. 2. Fungsi Analisis Rasio Keuangan ................................................................. 3
2. 3. Kegunaan Rasio-rasio Keuangan ................................................................ 3
2. 4. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan ........................................................ 3
2. 5. Macam-macam Analisis Rasio Keuangan ................................................... 4

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

3. 1. Kesimpulan ................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Salah satu teknik analisis laporan keuangan adalah analisis rasio. Ada dua
pihak yang berkepentingan untuk menggunakan analisis rasio keuangan, yakni pihak
manajemen perusahaan dan juga investor. Di dalam prakteknya, investor akan
memakai analisis ini untuk mengecek kelayakan kondisi perusahaan untuk melakukan
investasi. Sedangkan bagi pihak perusahaan, analisis rasio akan digunakan sebagai
alat untuk menganalisa kinerja keuangan perusahaan dengan cara melakukan
perbandingan pada setiap pos yang tertera dalam laporan keuangan, antara lain:
laporan arus kas, laporan laba rugi dan juga laporan neraca.
Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi
selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya
investor mengharapkan kentungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil
mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi
yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini penting
karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat
keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata
return saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu
dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analisis rasio keuangan?
2. Apa fungsi analisis rasio keuangan?
3. Apa kegunaan rasio-rasio keuangan?
4. Apa penggunaan Analisis Rasio Keuangan?
5. Apa macam-macam analisis rasio keuangan?
1. 3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian analisis rasio keuangan
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi analisis rasio keuangan
3. Untuk mengetahui apa kegunaan rasio-rasio keuangan
4. Untuk mengetahui Apa saja penggunaan Analisis Rasio Keuangan
5. Untuk mengetahui macam-macam analisis rasio keuangan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan


Menurut Najmudin (2011:64) Analisis adalah penguraian sejumlah unsur
pokok dan penelaah setiap unsur dan hubungan antara unsur tersebut dengan tujuan
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman artia secara keseluruhan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical
relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan rasio pembanding yang digunakan sebagai standart (Henry Simamora, 2000).
Analisis rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis
terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk
membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang
berbeda. Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik
ekonomi, strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan investasi.
a. Keunggulan analisis rasio
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sedrhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z- score).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
b. Keterbatasan analisis rasio
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.

2
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama, sehingga bila dibandingkan bisa menimbulkan
kesalahan.
2. 2. Fungsi Analisis Rasio Keuangan
Ada banyak pihak berkepentingan yang menggunakan rasio finansial untuk
tujuan tertentu. Namun secara umum, berikut fungsi rasio keuangan.
 Bagi investor, rasio keuangan berfungsi sebagai metode analisis fundamental
untuk mengambil keputusan investasi saham.
 Bagi kreditur, rasio keuangan berfungsi sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan pembiayaan atau fasilitas kredit kepada perusahaan.
 Bagi supplier, rasio keuangan berfungsi untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang atas persediaan barang.
 Bagi manajemen perusahaan, rasio keuangan berfungsi sebagai alat kontrol
(controlling) dan bahan evaluasi atas pencapaian kinerja perusahaan dalam
periode tertentu.
 Bagi peneliti, rasio keuangan dapat dijadikan bahan penelitian untuk
menemukan solusi atas suatu masalah yang dihadapi korporasi.
2. 3. Kegunaan Rasio-rasio Keuangan
Menurut pendapat Agnes Sawir (2005:6), analisis rasio keuangan, yang
menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba-rugi satu dengan lainnya,
dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada
saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi
para kreditor dan investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana
kira-kira dana dapat diperoleh.
2. 4. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Agnes Sawir (2005:6), analisis rasio keuangan meliputi dua jenis
perbandingan yaitu:
1) Perbadingan Internal
Memperbandingkan rasio sekarang dengan yang lalu untuk perusahaan yang
sama. Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode
beberapa tahun, analis dapat mempelajari komposisi perubahan perubahan dan
menetapkan apakah telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya di
dalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut.
2) Perbandingan Eksternal
Perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya
yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama.
Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi
keuangan dan prestasi perusahaan.

Menurut Slamet Munawir (2002:101), angka-angka rasio keuangan dapat


dianalisa dengan membandingkan angka rasio-rasio tersebut dengan:

1) Standar Rasio atau rasio rata-rata dari seluruh industri semacam dimana
perusahaan yang data keuangannya sedang dianalisa menjadi anggotanya.

3
2) Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang bersangkutan.
3) Rasio-rasio yang semacam diwaktu-waktu yang lalu dari perusahaan yang
bersangkutan.
4) Rasio keuangan dari perusahaan – perusahaan lain yang sejenis yang merupakan
pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik atau berhasil dalam usahanya.
2. 5. Macam-macam Analisis Rasio Keuangan
Selain menjelaskan definisi atau pengertian rasio keuangan secara khusus,
para ahli juga telah membagi rasio keuangan ke dalam beberapa jenis atau kategori.
Sebagai contoh, menurut Horne & Wachowicz (2009), jenis rasio keuangan terbagi
menjadi lima 5 kategori, yaitu:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
2. Rasio Leverage (Leverage Ratios)
3. Rasio Cakupan (Coverage Ratios)
4. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

Menurut Fabozzi & Drake (2009), dalam mengambil keputusan investasi,


investor akan menilai seperti apa kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Ada lima
5 jenis rasio keuangan yang dapat digunakan investor untuk menganalisis kinerja
operasi dan kondisi keuangan perusahaan, yaitu:

1. Pengembalian Investasi (Return on Investment)


2. Likuiditas (Liquidity)
3. Profitabilitas (Profitability)
4. Aktivitas (Activity)
5. Leverage Keuangan (Financial Leverage).

Sedangkan menurut para ahli lain, Brigham & Houston (2013) menjelaskan
bahwa jenis-jenis rasio keuangan adalah sebagai berikut.

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)


2. Rasio Manajemen Aset (Asset Management Ratios)
3. Rasio Manajemen Utang (Debt Management Ratios)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratios)

Pada dasarnya, semua jenis rasio finansial di atas bisa digunakan untuk
menganalisis kinerja keuangan perusahaan (analisis fundamental). Secara konsep,
tidak ada perbedaan signifikan dari pembagian kategori atau jenis rasio keuangan dari
para ahli tersebut. Hanya saja, ada sedikit perbedaan sudut pandang dalam
mengategorikan jenis rasio keuangan.

Di sini, invesnesia akan mengambil referensi dari Brigham & Houston (2013)
yang telah membagi rasio keuangan menjadi lima 5 kategori utama. Namun,
invesnesia juga akan menggunakan penjelasan yang relevan dari para ahli lainnya

4
agar pembaca memiliki pemahaman yang lebih luas dari berbagai perspektif. Untuk
lebih jelas, berikut macam-macam rasio keuangan perusahaan.

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)


Menurut Brigham & Houston (2013), rasio likuiditas adalah tentang
bagaimana perusahaan dapat melunasi utang pada saat jatuh tempo. Dalam hal ini,
likuditas sangat penting untuk melihat kelayakan suatu bisnis. Itulah asalan
kenapa rasio likuiditas diletakkan pada poin pertama dari jenis rasio keuangan.
Likuiditas atau likuid (cair) yang artinya aset yang diperdagangkan secara aktif
sehingga dapat dikonversi menjadi kas (uang tunai) dengan cepat.
Horne & Wachowicz (2009) dan Fabozzi & Drake (2009) juga
memberikan definisi rasio likuiditas. Secara umum, mereka memiliki pandangan
yang sama. Rasio likuiditas adalah alat untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek
membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek
yang tersedia saat ini. Rasio likuiditas berguna bagi pihak berkepentingan untuk
memahami kondisi perusahaan saat terjadi kesulitan.
Rasio likuiditas terbagi menjadi beberapa macam. Secara umum, ada 2
macam rasio likuiditas, yaitu:
1. Rasio lancar (current ratio)
Secara umum, pengertian rasio lancar atau current ratio adalah rasio
finansial yang membandingkan aset lancar (current assets) dengan
liabilitas lancar (current liabilities). Aset lancar artinya aset yang likuid
atau mudah dicairkan (dikonversi) menjadi uang tunai. Sedangkan utang
lancar artinya utang yang bersifat jangka pendek (jatuh tempo maksimal
satu tahun). Dengan demikian, rumus current ratio (CR) adalah current
assets (CA) dibagi current liabilities (CL).

CR = CA / CL

Tujuan rasio lancar adalah untuk melihat seberapa besar kemampuan aset
lancar perusahaan dalam membiayai utang jangka pendek. Rasio lancar
merupakan salah satu variabel penting bagi pihak berkepentingan,
misalnya bagi kreditur (bank). Variabel rasio lancar dapat menjadi
pertimbangan bagi bank dalam memberikan fasilitas kredit.
2. Rasio cepat (quick ratio atau acid-test ratio)
Alternatif lain untuk mengukur likuiditas perusahaan yaitu dengan
menggunakan rasio cepat (quick ratio). Secara umum, pengertian rasio
cepat atau quick ratio adalah rasio keuangan yang dihitung dengan
mengurangi persediaan (inventories) dari aset lancar (current assets),
kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar (current liabilities).
Rumus quick ratio (QR) yaitu current assets (CA) dikurangi inventories,
kemudian dibagi dengan current liabilities (CL).

5
QR = (CA – Inventories) / CL

Rasio cepat dapat digunakan sebagai pelengkap dari rasio lancar dalam
analisis likuiditas perusahaan. Perbedaan utama antara rasio cepat dan
rasio lancar yaitu pada persediaan (inventories). Rasio cepat dapat
dikatakan lebih tajam dari secara likuiditas daripada rasio lancar karena
aset lancar yang digunakan telah dikurangi oleh persediaan. Istilah lain
dari rasio lancar (quick ratio) yaitu acid test ratio.

2. Rasio Manajemen Aset (Asset Management Ratios)


Menurut Brigham & Houston (2013), rasio manajemen aset adalah tentang
seberapa efektif perusahaan mengelola aset yang dimilikinya. Dengan kata lain,
rasio keuangan ini dapat menunjukkan apakah setiap jenis aset terlihat ideal
(logis), atau apakah terlalu besar atau terlalu kecil dalam proyeksi penjualan
(sales) saat ini? Rasio manajemen aset sangat penting untuk dianalisis karena
berpengaruh terhadap jumlah keuntungan (laba) dari perusahaan.
Sebagaimana yang diketahui, aset adalah utang + modal. Ketika jumlah
aset perusahaan terlalu besar (banyak), maka akan menimbulkan biaya modal
yang besar sehingga dapat menekan keuntungan. Di sisi lain, ketika jumlah aset
perusahaan terlalu kecil, maka potensi untuk menghasilkan keuntungan maksimal
dari aktivitas operasi menjadi kecil. Itulah pentingnya memiliki jumlah aset yang
ideal agar mencapai keseimbangan.
Aset perusahaan sudah semestinya digunakan untuk menghasilkan laba
dan memberikan manfaat bagi pemegang saham yang telah mengeluarkan biaya
modal untuk menyediakan aset bagi perusahaan. Ketika sebuah perusahaan tidak
mampu mengelola aset secara efisien dan efektif, biaya modal akan membebani
keuntungan sehingga kinerja perusahaan akan menurun. Di sisi lain, jika aset
dikelola dengan baik, maka modal yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga mampu
menghasilkan profit secara konsisten.
Menurut Brigham & Houston (2013), ada empat 4 macam rasio
manajemen aset (rasio aktivitas), yaitu sebagai berikut.
1. Inventory Turnover Ratio
2. Days Sales Outstanding
3. Fixed Assets Turnover Ratio, dan
4. Total Assets Turnover Ratio

Istilah lain dari rasio manajemen aset yaitu rasio aktivitas (activity ratios).
Secara umum, istilah rasio aktivitas lebih populer digunakan daripada rasio
manajemen aset meskipun keduanya memiliki konsep yang sama. Apa itu rasio
aktivitas? Menurut Sherman (2015), pengertian rasio aktivitas adalah jenis rasio
keuangan yang mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam mengelola aset.
Rasio-rasio aktivitas menurut Agnes Sawir (2005:8), yaitu:
 Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)

6
Rasio ini dihitung dengan membagi Harga Pokok Penjualan dengan Rata-rata
Persediaan.Sedangkan untuk menghitung periode rata-rata persediaan dihitung
dengan membagi jumlah hari dalam setahunnya, dianggap 360 hari, dengan
perputaran persediaan. Satu tahun dapat diasumsikan 360 hari atau 365 hari,
kedua angka ini digunakan dalam lingkup keuangan dan perbedaannya tidak
akan mempengaruhi keputusan yang dihasilkan.

Perputaran ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagang


diganti atau dijual dalam suatu periode. Apabila perputaran persediaan barang
itu cepat, maka tidak ada masalah bagi perusahaan. Sebaliknya, apabila
perputaran persediaan barang lambat, hal ini akan mengganggu kelangsungan
hidup perusahaan. Karena untuk menyimpan barang tersebut akan
memerlukan berbagai macam biaya dan kerugian yang mungkin timbul,
misalnya biaya sewa gedung, biaya pemeliharaan,biaya bunga, biaya
kebakaran, dan lain-lain.
 Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over).
Rasio ini dihitung dengan membagi Penjualan dengan Rata-rata piutang usaha.

Apabila perusahaan menunjukkan perputaran piutang semakin tinggi, maka


perusahaan tersebut mempunyai tingkat rasio yang baik. Oleh karena dana
yang diinvestasikan dalam piutang itu rendah. Sebaliknya, kalau rasionya
semakin rendah berarti dana yang diinvestasikan dalam piutang semakin
tinggi, hal ini disebabkan oleh bagian kredit dan penagihan bekerja tidak
efektif, ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit kepada pelanggan.
Dengan menggunakan perputaran piutang dagang dapat pula dihitung waktu
rata-rata pengumpulan piutang tersebut, yaitu denganmembagi jumlah hari
dalam setahun, dianggap 360 hari, dengan tingkat perputaran piutang tersebut.
Semakin besar hari penagihan piutang, semakin besar pula resiko piutang
tidak dapat ditagih.
 Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over Ratio)
Rasio ini dihitung dengan membagi Penjualan dengan Rata-rata Total Aktiva

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan


dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah
penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan
dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan

7
bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan
untuk menjual.
3. Rasio Manajemen Utang (Debt Management Ratios)
Rasio manajemen utang atau lebih populer disebut sebagai rasio
solvabilitas atau rasio leverage adalah rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur total beban atau utang perusahaan. Rasio leverage dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek dan
jangka panjang. Pembayaran bunga dan pokok utang harus dilakukan, jika
perusahaan tidak mampu membayar utang (gagal bayar), maka dapat
menyebabkan kebangkrutan (Sherman, 2015).
Para ahli juga telah mengelompokkan rasio manajemen utang atau rasio
leverage ke dalam beberapa bagian. Menurut Brigham & Houston (2013), rasio
leverage terdiri dari dua 2 macam, yaitu sebagai berikut.
1. Total Debt to Total Assets
2. Times-Interest-Earned Ratio (TIE)
Sedangkan menurut Fabozzi & Drake (2009), financial leverage ratio
dikelompokkan menjadi lima 5 macam, yaitu sebagai berikut.
1. Debt to Asset Ratio (DAR)
2. Debt to Equity Ratio (DER)
3. Interest Coverage Ratio
4. Fixed Charge Coverage Ratio
5. Cash Flow Interest Coverage Ratio
Invesnesia merangkup macam-macam rasio manajemen utang (financial
leverage) dari para ahli tersebut, yang kemudian terbagi menjadi lima 5 bagian,
yaitu sebagai berikut.
1. Debt to Asset Ratio (DAR) – dapat disebut sebagai Total Debt to Total
Assets, adalah rasio keuangan yang membandingkan total utang (debt)
dengan total aset (assets) perusahaan. Utang dan aset tersebut mencakup
yang bersifat jangka pendek (lancar) dan jangka panjang.
2. Debt to Equity Ratio (DER) – rasio keuangan yang membandingkan total
utang (debt) dengan total ekuitas (equity) perusahaan.
3. Times-Interest-Earned Ratio (TIE) – juga disebut sebagai Interest
Coverage Ratio, adalah rasio keuangan yang membandingkan nilai laba
operasi (EBIT) dengan beban bunga (interest expense/charges)
perusahaan.
4. Fixed Charge Coverage Ratio – rasio keuangan yang membandingkan nilai
EBIT setelah ditambah biaya sewa (lease expenses) dengan beban bunga
(interest expense) yang juga telah ditambahkan dengan biaya sewa (lease
expenses) perusahaan.
5. Cash Flow Interest Coverage Ratio – rasio keuangan yang menjumlahkan
nilai arus kas dari aktivitas operasi (cash flow from operating), beban
bunga (interest expense), dan pajak (taxes), kemudian dibagi dengan beban
bunga (interest expense) perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

8
Menurut Sherman (2015), rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas adalah
rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih atas aktivitas penjualan atau investasi. Rasio profitabilitas merupakan
salah satu elemen penting bagi investor karena itu secara langsung memberikan
petunjuk tentang kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, rasio profitabilitas juga
mencerminkan bagaimana prospek perusahaan di masa depan.
Rasio profitabilitas terdiri dari berbagai macam jenis, bahkan beberapa
para ahli mengelompokkan rasio keuangan ini secara berbeda. Sebagai contoh,
Fabozzi & Drake (2009) mengelompokkan rasio profitabilitas ke dalam tiga 3
bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Gross Profit Margin (GPM)
2. Operating Profit Margin (OPM)
3. Net Profit Margin (NPM)

Sedangkan menurut Brigham & Houston (2013), rasio profitabilitas dapat


dikelompokkan menjadi lima 5 bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Operating Margin atau OPM


2. Profit Margin atau NPM
3. Basic Earning Power (BEP)
4. Return on Assets (ROA)
5. Return on Equity (ROE)

Oleh karena itu, invesnesia akan menggabungkan dan merangkum rasio


profitabilitas menjadi enam 6 macam, yaitu sebagai berikut.

1. Gross Profit Margin (GPM) – rasio keuangan yang membandingkan nilai


laba kotor (gross profit) dengan total pendapatan (revenues) perusahaan.
2. Operating Profit Margin (OPM) – rasio keuangan yang membandingkan
nilai laba operasi (operating profit atau EBIT) dengan total pendapatan
(revenues) perusahaan.
3. Net Profit Margin (NPM) – rasio keuangan yang membandingkan nilai
laba bersih (net income atau EAT) dengan total pendapatan (revenues)
perusahaan.
4. Basic Earning Power (BEP) – rasio keuangan yang membandingkan nilai
laba operasi (operating profit atau EBIT) dengan total aset (assets)
perusahaan.
5. Return on Assets (ROA) – rasio keuangan yang membandingkan nilai laba
bersih (net income atau EAT) dengan total aset (assets) perusahaan. ROA
juga dapat disamakan dengan Return on Investments (ROI).
6. Return on Equity (ROE) -– rasio keuangan yang membandingkan nilai
laba bersih (net income atau EAT) dengan total ekuitas (equity)
perusahaan.
5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratios)

9
Inilah jenis rasio finansial yang terakhir, yaitu rasio nilai pasar atau market
value ratios. Pengertian market value ratios telah diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Brigham & Houston (2013), rasio nilai pasar adalah rasio keuangan
yang menghubungkan harga saham (stock price) dengan pendapatan (earnings)
dan nilai buku (book value) perusahaan.
Rasio nilai pasar (market value ratios) memiliki korelasi dengan keempat
jenis rasio keuangan sebelumnya (rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen
utang, dan profitabilitas). Perusahaan yang memiliki nilai rasio keuangan yang
bagus dalam 4 rasio keuangan sebelumnya tersebut, maka rasio nilai pasar akan
meningkat (tinggi) yang mencerminkan kinerja bagus.
Ketika kinerja keuangan perusahaan bagus, maka harga saham perusahaan
akan meningkat. Dengan begitu, pemegang saham akan memberikan penilaian
yang baik terhadap manajemen perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2013),
ada tiga 3 pihak berkepentingan terhadap rasio nilai pasar (market value ratios)
perusahaan, yaitu sebagai berikut.
1. Investor – rasio nilai pasar berfungsi untuk pengambilan keputusan apakah
akan membeli (buy) atau menjual (sell) saham perusahaan.
2. Bankir Investasi (Investment Bankers) – rasio nilai pasar berfungsi untuk
menetapkan harga saham perusahaan ketika melakukan penerbitan saham
baru atau initial public offering (IPO).
3. Perusahaan – rasio nilai pasar berfungsi untuk memutuskan berapa banyak
yang akan ditawarkan kepada perusahaan lain ketika ada potensi merger.

Ada dua macam rasio nilai pasar yang paling populer digunakan, yaitu
Price/Earnings Ratio (PER) dan Market/Book Value (MBV), yaitu:

1. Price–Earnings Ratio
Price to earnings ratio (PER) adalah rasio keuangan yang menunjukkan
seberapa banyak investor bersedia membayar setiap rupiah dari
keuntungan perusahaan. Rumus atau cara menghitung rasio PER yaitu
dengan membandingkan harga saham (stock price) dengan pendapatan per
lembar saham (earnings per share) perusahaan.

PER = Stock Price / Earnings per Share

Sedangkan rumus untuk mencari earnings per share (EPS) yaitu sebagai
berikut:

Earnings per Share = (Net Income − Preferred Stock Dividend) / Weighted


Average Number of Common Stock Shares Outstanding

Contoh:
Invesnesia akan mengambil sampel salah satu perusahaan go public yang
ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT Aneka Tambang Tbk – kode

10
saham ANTM. Untuk melihat rasio PER, sebenarnya tidak perlu lagi
mencari secara manual di dalam laporan keuangan. Ya, rasio PER
perusahaan yang terdaftar di BEI bisa dengan mudah dilihat di dalam
ringkasan kinerja perusahaan tercatat. Sebagai contoh, nilai rasio PER
ANTM pada 2017 yaitu 110 kali (x), dengan rincian: harga saham
penutupan 2017 yaitu Rp625 dan nilai EPS yaitu Rp5,68.

Cara Interpretasi Price–Earnings Ratio


Lalu bagaimana cara menginterpretasikan rasio PER tersebut? Jadi, nilai
PER menunjukkan berapa harga atau nilai yang ditempatkan investor di
pasar saham untuk setiap rupiah pendapatan yang dihasilkan perusahaan.
Dengan kata lain, rasio PER perusahaan bisa menjadi cerminan dari
kinerja keuangan perusahaan. ANTM memiliki PER sebesar 110x pada
2017. Artinya, harga saham (stock price) perusahaan bernilai 110 kali
lebih besar dari laba per lembar saham (earnings per share) perusahaan.
Rasio PER yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki
prospek yang bagus di masa depan. Sebaliknya, PER yang rendah
menunjukkan prospek bisnis perusahaan kurang menarik. Ketika investor
menilai perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik dalam jangka
panjang, maka harga saham akan naik, sehingga rasio PER juga akan
meningkat. Meskipun begitu, rasio PER yang tinggi juga mengindikasikan
bahwa harga saham perusahaan terlalu mahal – tidak sebanding dengan
earnings per share (EPS) yang dihasilkan.

Cara Analisis Price–Earnings Ratio


Cara menentukan nilai PER yang tinggi atau rendah, maka bisa dilakukan
analisis. Cara analisis rasio keuangan yang umum digunakan yaitu dengan
metode perbandingan industri (industry comparison). Dengan kata lain,
rasio PER ANTM dibandingkan dengan rasio PER industri, tepatnya
industri pertambangan – karena Antam berada di sektor industri
pertambangan. Nah, pada tahun 2017, PER industri pertambangan
diketahui sebesar 6,26x. Artinya, rasio PER ANTM berada di atas rata-rata
industri. Dengan demikian, nilai PER ANTM dapat dikatakan sangat
tinggi.
2. Market–Book Value Ratio
Market to book value (MBV) atau lebih populer disebut price to book
value (PBV) ratio adalah rasio keuangan yang memberikan informasi bagi
investor terkait nilai buku (book value) dan harga saham (stock price)
perusahaan. Rumus atau cara menghitung rasio MBV atau PBV yaitu
dengan membandingkan harga saham (stock price) dengan nilai buku per
lembar (book value per share).

MBV atau PBV = Stock Price / Book Value per Share

11
Sedangkan rumus untuk mencari book value per share (BVPS) yaitu
sebagai berikut:

Book Value per Share = Common Equity / Shares Outstanding

Contoh:
Masih menggunakan sampel yang sama, yaitu PT Aneka Tambang Tbk
atau ANTM. Untuk melihat rasio price to book value (PBV) bisa langsung
di lihat di dalam laporan ringkasan kinerja perusahaan tercatat. Diketahui
rasio PBV ANTM pada 2017 yaitu 0,81 kali (x), dengan rincian: harga
saham penutupan 2017 yaitu Rp625 dan nilai book value (BV) yaitu
Rp769,45.

Cara Interpretasi Market–Book Value Ratio


Lalu bagaimana cara interpretasi rasio MBV atau PBV tersebut? Jadi, nilai
PBV menunjukkan perbandingan harga saham perusahaan dengan nilai
bukunya. ANTM memiliki PBV sebesar 0,81x pada 2017. Artinya, harga
saham (stock price) perusahaan bernilai lebih kecil dari nilai buku per
lembar (book value per share) perusahaan, tepatnya 0,19x lebih kecil.
Nilai rasio MBV atau PBV yang kecil dari 1x dapat mengindikasikan
bahwa harga saham perusahaan terbilang masih murah (undervalued)
sehingga ada potensi untuk mendekati harga wajarnya (fair value).
Sebaliknya, rasio PBV yang lebih dari 1x menunjukkan harga saham
perusahaan lebih besar dari nilai bukunya, yang artinya harga saham
cenderung mahal (overvalued).

Cara Analisis Market–Book Value Ratio


Untuk menentukan mahal atau murahnya harga saham perusahaan, perlu
dilakukan analisis. Salah satu cara analisis price to book value (PBV) ratio
yaitu dengan membandingkan nilai PBV suatu perusahaan dengan nilai
PBV industrinya. Dalam kasus ini, rasio PBV ANTM tahun 2017 yaitu
0,81x. Sedangkan nilai rata-rata PBV industri sektor pertambangan,
misalnya yaitu 1,5x. Artinya, rasio PBV ANTM berada di bawah rata-rata
industri, yang artinya harga saham ANTM terbilang masih murah atau
undervalue.

12
BAB III

PENUTUP

3. 1. Kesimpulan
Analisis rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis
terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Fungsi rasio keuangan, yaitu:
 Bagi investor, rasio keuangan berfungsi sebagai metode analisis fundamental
untuk mengambil keputusan investasi saham.
 Bagi kreditur, rasio keuangan berfungsi sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan pembiayaan atau fasilitas kredit kepada perusahaan.
 Bagi supplier, rasio keuangan berfungsi untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang atas persediaan barang.
 Bagi manajemen perusahaan, rasio keuangan berfungsi sebagai alat kontrol
(controlling) dan bahan evaluasi atas pencapaian kinerja perusahaan dalam
periode tertentu.
 Bagi peneliti, rasio keuangan dapat dijadikan bahan penelitian untuk
menemukan solusi atas suatu masalah yang dihadapi korporasi.
Macam-macam Analisis Rasio Keuangan, yaitu:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Rasio lancar (current ratio)
b. Rasio cepat (quick ratio atau acid-test ratio)
2. Rasio Manajemen Aset (Asset Management Ratios)
3. Rasio Manajemen Utang (Debt Management Ratios)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratios)

13
DAFTAR PUSTAKA

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2013). Fundamentals of Financial Management (13th ed.).
Mason: South-Western Cengage Learning.

Fabozzi, F. J., & Drake, P. P. (2009). Capital Markets, Financial Management, and
Investment Management. Hoboken: Wiley.

Griffin, M.P. (2015). How to Read and Interpret Financial Statements (2th ed.). New York
City: American Management Association.

Horne, J. C. V., & Wachowicz Jr, J. M. (2009). Fundamentals of Financial Management


(13th ed.). Harlow: Pearson Education Limited.

Munawir, Slamet. (2002). Analisa Laporan Keuangan. Liberty, Yogyakarta.

Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern. Jakarta: Andi.

Sawir, Agnes. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Jilid II. Jakarta:
Salemba Empat.

Sherman, E. H. (2015). A Manager’s Guide to Financial Analysis (6th ed.). New York City:
American Management Association.

Wahlen, J., Baginski, S., & Bradshaw, M. (2015). Financial Reporting, Financial Statement
Analysis and Valuation (8th ed.). Boston: Cengage Learning.

14

Anda mungkin juga menyukai